Inventarisasi Lereng Jalan PD 11 2018 B PDF
Inventarisasi Lereng Jalan PD 11 2018 B PDF
SE Menteri PUPR
Nomor : 12/SE/M/2018
Tanggal : 07 November 2018
PEDOMAN
Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil
ii
Pedoman inventarisasi ini disusun berdasarkan hasil kajian Pusat Litbang Jalan dan
Jembatan, yang diawali dengan penelitian Slope Stability Inventory (SSI) yang
dikembangkan sejak tahun 1989 melalui kerja sama dengan Transport Road Research
Laboratory (TRRL), yang selanjutnya dikembangkan menjadi Basis Data Bidang Geoteknik
dan penelitian Slope Disaster Management System sejak tahun 2006 sampai tahun 2011.
Pedoman ini disusun oleh Komite Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa
Sipil pada Subkomite Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Gugus Kerja
Balai Geoteknik Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pedoman ini telah dibahas dalam rapat konsensus pada tanggal 18 April 2017 di Bandung
yang dihadiri oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, yaitu perwakilan dari
produsen, konsumen, pakar, dan pemerintah.
iii
Inventarisasi lereng jalan merupakan salah satu bagian kegiatan yang terintegrasi dalam
suatu sistem manajemen lereng jalan, bersama-sama dengan inspeksi, penilaian risiko,
mitigasi tingkat risiko, basis data lereng jalan dan pemeliharaan. Sistem manajemen lereng
jalan tersebut dilengkapi serangkaian pedoman yang tidak terpisah, meliputi :
1. Pedoman sistem manajemen lereng jalan;
2. Pedoman inventarisasi lereng jalan;
3. Pedoman inspeksi lereng jalan;
4. Pedoman penilaian tingkat risiko lereng jalan;
5. Pedoman mitigasi lereng jalan;
6. Pedoman pemeliharaan lereng jalan.
Inventarisasi lereng jalan dilakukan dengan cara pengumpulan data lereng jalan yang
meliputi geometrik dan dimensi lereng, konstruksi rekayasa lereng serta lereng dengan
keruntuhan pada suatu ruas jalan. Pelaksanaan inventarisasi dilakukan dengan survei
lapangan yang menggunakan formulir atau formulir aplikasi inslope berbasis android/iOS
yang ditunjang oleh beberapa peralatan.
Data hasil inventarisasi direkam dan dikelola dalam suatu aplikasi basis data yang berbasis
GIS dan web serta dikenal dengan basis data lereng jalan. Basis data tersebut mudah
diakses dengan android/iOS oleh para pemangku kepentingan dan masyarakat umum.
iv
1 Ruang lingkup
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan prosedur inventarisasi lereng jalan yang
meliputi lereng alam, lereng buatan, yaitu lereng galian atau lereng timbunan serta
lereng alam dan lereng buatan yang mengalami keruntuhan lereng.
2 Acuan normatif
Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat ditinggalkan untuk
melaksanakan pedoman ini.
Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 tahun
1997. Pemetaan penggunaan tanah perdesaan, penggunaan tanah perkotaan,
kemampuan tanah dan penggunaan simbol/warna untuk penyajian dalam peta
Untuk tujuan penggunaan pedoman ini, istilah dan definisi berikut digunakan.
3.1
aliran debris (debris flow)
aliran cepat dari bongkahan, kerikil, pasir lanau dan lempung bercampur dengan air
dalam jumlah besar disebabkan hujan lebat, penggerusan pada kaki lereng, dan akibat
gempa bumi
3.2
bahu sengkedan
jarak mendatar antara puncak lereng sengkedan bawah dan kaki lereng sengkedan
atas
1 dari 81
3.4
diskontinuitas
ketidaksinambungan struktur goelogi yang menyebabkan pelapisan batuan tidak
menerus, antara lain ketidakselarasan bidang pelapisan, kekar (joints), sesar (faults),
dan retak-pecah (fracture)
3.5
garis lekuk (knick point)
transisi mendadak dari lereng bagian atas yang landai ke lereng bawah yang lebih
curam atau sebaliknya
3.6
gelincir (slides)
keruntuhan massa tanah ataupun batuan yang bergerak pada suatu bidang yang
disebut bidang gelincir
3.7
gelincir rotasi
longsor yang umumnya terjadi pada lereng homogen dengan bidang longsor berbentuk
lingkaran pada tempat yang dalam, dan masa tanah yang longsor cenderung menyatu
3.8
gelincir translasi
longsor dengan bidang longsor yang datar, masa tanah yang longsor berbentuk baji
3.9
inventarisasi lereng jalan
suatu kegiatan pengamatan dan pencatatan terhadap kondisi-kondisi visual di
lapangan yang merupakan data awal suatu lereng jalan
3.10
jalan desa
ruas Jalan yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa,
serta jalan lingkungan
3.11
jalan kabupaten/kota
ruas jalan yang menghubungkan antarkelurahan/desa
3.12
jalan nasional
ruas jalanyang menghubungkan antarprovinsi
3.13
jalan nonstatus
ruas jalan yang belum memiliki status
2 dari 81
3.15
jatuhan batuan (rockfall)
jatuh bebas atau menggelinding ke bawah suatu batuan keras atau bongkah pada
lereng yang curam akibat pengaruh gravitasi dan dikontrol oleh penyebaran
retakan/kekar
3.16
jejak keruntuhan (trace of collapse)
bagian lereng yang sedikit gundul terjadi akibat adanya keruntuhan di masa lalu.
Permukaan lereng gundul atau ditutupi oleh rumput atau pohon muda
3.17
jungkiran (topple)
jenis longsoran memutar ke depan dari satu atau beberapa blok tanah (batuan)
terhadap titik pusat putaran di bawah massa batuan akibat gaya gravitasi dan atau
gaya dorong massa batuan di belakangnya atau gaya akibat tekanan air yang mengisi
rekahan batuan
3.18
keruntuhan (collapse)
keruntuhan tanah dan batuan lepas dan berpori (porous) dari lereng ketika material
lepas terisi oleh air ketika hujan lebat atau terguncang oleh gempabumi
3.19
keruntuhan massa batuan (rock mass failure)
Keruntuhan massa pada lereng batuan seperti planar, baji dan jungkiran yang sangat
dipengaruhi oleh penyebaran diskontinuitas geologi.Umumnya berukuran lebih dari
100 m3
3.20
keruntuhan timbunan (embankment failure)
keruntuhan yang terjadi pada lereng timbunan, terjadinya penurunan pada permukaan
jalan dan/atau terjadinya penggerusan pada bagian kaki lereng timbunan
3.21
kondisi lereng jalan
kondisi topografi, geologi,dan hidrologi batuan/tanah di sekitar lereng jalan
3.22
lempung mengembang (swelling clay)
lempung yang memiliki sifat mengembang jika kena air/cairan dan bersifat pecah dan
mudah hancur ketika kering ketika muncul (expose) di permukaan lereng
3.23
lereng alam
lereng yang terbentuk karena proses dan fenomena geologi
3 dari 81
3.25
lereng cekung (concave slope)
lereng dengan permukaan berbentuk seperti sendok
3.26
lereng cembung (convex slope)
lereng dengan permukaan yang cembung
3.27
lereng debris
lereng yang tersusun dari endapan debris, biasanya berupa material runtuhan yang
terbentuk pada kaki lereng
3.28
lereng galian
lereng yang terbentuk karena adanya pemotongan lereng alam
3.29
lereng jalan
lereng yang berada di bagian kiri, kanan, atas dan bawah suatu ruas jalan
3.30
lereng timbunan
lereng yang terbentuk karena adanya penimbunan lereng alam
3.31
longsoran (landslide)
pergerakan massa dari batuan sangat lapuk, debris, gelinciran tanah yang memiliki
bidang gelincir, umumnya berukuran sangat besar lebih dari 1000 m3, seringkali
berkisar pada beberapa ratus ribu
3.32
luas lereng
ukuran panjang lereng dengan panjang kemiringan lereng dengan karakteristik yang
sama
3.33
overhang
kondisi tanah atau batuan yang menggantung/menonjol (teras gantung)
3.34
panjang kemiringan lereng (slope distance)
jarak miring lereng dari dasar lereng ke puncak lereng
4 dari 81
3.36
pelapukan
proses perubahan dan penghancuran batuan, tanah, dan mineral serta bahan organik
dan material buatan melalui kontak dengan atmosfer bumi, air, dan organisme biologis
3.37
sengkedan lereng (terasering)
kondisi lereng yang dibuat bertangga-tangga yang dapat diterapkan pada timbunan
atau galian yang tinggi
3.38
set diskontinuitas
kemenerusan kekar-kekar yang memiliki arah (strike) dan kemiringan (dip) yang sama
pada suatu lereng batuan
3.39
struktur baji
struktur geologi berupa perpotongan dari dua buah bidang kekar/retakan yang
mengakibatkan adanya bagian batuan yang terpisah dari massa batuan yang masif
dan berpotensi mengalami jatuhan batuan
3.40
struktur cap rock
struktur yang terjadi pada saat lava mengalir pada lapisan sedimen lunak
3.41
struktur daylight
struktur geologi berupa set diskontinuitas yang umumnya membentuk struktur planar
dan baji, dimana perpotongan dari dua bidang kekar/retakan lebih landai daripada
kemiringan lereng
3.42
struktur planar
struktur geologi berupa set diskontinuitas mendatar atau membentuk kemiringan yang
landai
3.43
struktur terobosan (intrusive structure)
struktur yang terjadi akibat pengaruh batuan terobosan, batuan disekitar batuan
terobosan seringkali mengalami retakan
3.44
sudut lereng
sudut yang dibentuk oleh garis horizontal dengan kemiringan lereng
5 dari 81
3.46
tata guna lahan (landuse)
suatu upaya pemanfaatan lahan dan penataan lahan dalam suatu kawasan yang
meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu
3.47
tinggi lereng
ukuran tinggi suatu lereng dengan karakteristik yang sama
3.48
tinggi sengkedan lereng
jarak vertikal setiap sengkedan lereng jalan
3.49
zona alterasi
suatu zona yang terjadi akibat larutan hidrotermal yang mengakibatkan terjadinya
perubahan kimia batuan pada daerah vulkanik dan hidrotermal
4 Ketentuan
4.1 Umum
a. Inventarisasi lereng jalan dilakukan terhadap lereng jalan yang belum dilakukan
pendataan dan belum direkam dalam basis data lereng jalan.
b. Inventarisasi dilakukan terhadap lereng alam atau lereng buatan (galian dan
timbunan) yang berada di ruang milik jalan atau hingga lebih dari ruang
pengawasan jalan jika terindikasi dapat memicu ketidakstabilan terhadap lereng
terkait.
c. Inventarisasi lereng jalan yang mengalami keruntuhan lereng dilakukan pada
lereng yang mengalami keruntuhan dan tidak terbatas pada ruang milik jalan
(rumija).
d. Inventarisasi dilakukan dengan pengamatan secara visual menggunakan formulir,
beberapa alat penunjang dan dilakukan dengan berjalan kaki di lereng dan
sekitarnya.
e. Formulir yang digunakan pada inventarisasi lereng jalan adalah formulir cetak pada
Lampiran A atau formulir aplikasi inslope yang dapat dipasang ke dalam komputer
tablet atau telepon pintar (smartphone).
f. Laporan inventarisasi lereng jalan harus direkam ke dalam basis data lereng jalan.
6 dari 81
Keterangan :
a adalah tinggi lereng alam c adalah tinggi lereng timbunan
b adalah tinggi lereng galian
Gambar 1 - Lereng alam, galian dan timbunan
7 dari 81
Keterangan :
a dan b adalah tinggi lereng galian
Gambar 2 - Lereng galian ganda
a
b
Keterangan :
a dan b adalah tinggi lereng timbunan
Gambar 3 - Lereng timbunan
8 dari 81
9 dari 81
10 dari 81
11 dari 81
12 dari 81
13 dari 81
14 dari 81
Timbunan Galian/Alam
Ya Tidak
Jenis material pada
permukaan lereng ≥ 60 %
Volume jatuhan Tidak
Tidak Volume Tidak berupa tanah/batuan ?
Ada aliran batuan ≤ 2m3
longsor >
debris ?
1000 m3
Ya Ya
Ya
Keruntuhan timbunan Aliran debris Longsoran Keruntuhan Jatuhan batuan Keruntuhan massa batuan
(embankment failure) (debris flow) (landslide) (collapse) (rock fall) (rock mass failure)
Gambar 4 - Diagram penentuan jenis keruntuhan lereng (Sumber : JICA dan JKR Malaysia (2002)-modifikasi Pusjatan)
15 dari 81
16 dari 81
a. Nomor provinsi
Nomor provinsi pada lereng jalan yang diinventarisasi mengacu pada Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat nomor 248/KPTS/M/2015 yaitu
pada Tabel 3 atau peraturan yang berlaku saat inventarisasi dilakukan.
17 dari 81
b. Nama provinsi
Nama provinsi lereng jalan yang diinventarisasi mengacu pada Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat nomor 248/KPTS/M/2015 pada Tabel 3
atau peraturan yang berlaku saat inventarisasi dilakukan.
c. Nomor ruas jalan
Nomor ruas jalan pada lereng yang diinventarisasi sesuai dengan nomor ruas
jalan Bina Marga untuk jalan nasional, Dinas Bina Marga Provinsi untuk jalan
provinsi dan Dinas Bina Marga Kabupaten untuk jalan kabupaten sesuai
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor :
250/KPTS/M/2015 atau peraturan yang berlaku saat inventarisasi dilakukan.
d. Nama ruas jalan
Nama ruas jalan pada lereng yang diinventarisasi sesuai dengan keputusan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor : 250/KPTS/M/2015 atau
peraturan yang berlaku saat inventarisasi dilakukan. Format arah dari (awal
inventarisasi) dan arah ke (akhir inventarisasi), sebagai contoh untuk ruas jalan:
Sp. Kalianda-Bujung Tenuk, berarti arah dari Sp. Kalianda ke Bujung Tenuk.
e. Arah jalan
Arah jalan pada saat melakukan inventarisasi, yaitu dari kota terdekat ke kota
terdekat selanjutnya.
f. Nomor lereng
1. Nomor identitas lereng meliputi nomor provinsi, nomor ruas jalan, nomor urut
lereng yang ada di ruas jalan tersebut dan lokasi lereng dari jalan yaitu lereng
kiri jalan, lereng kanan jalan, lereng bawah atau lereng atas jalan seperti pada
Gambar 5.
2. Ketentuan kiri, kanan, atas, dan bawah jalan dari arah km yang terdekat.
3. Jika diperlukan nomor urut lereng baru diantara nomor lereng yang sudah
diinvetarisasi, gunakan nomor tambahan suffix. Nomor suffix diberikan dimulai
dari 1, 2 dan seterusnya. Sebagai contoh, suatu ruas jalan dengan nomor urut
lereng 001, 002, 003 dan 004, dilakukan inventarisasi baru pada lokasi antara
nomor urut lereng 001 dan 002, nomor inventarisasi baru tersebut diberikan
tambahan suffix menjadi 001.1 dan seterusnya.
18 dari 81
No lereng 7 0 0 1 2 0 0 2 B
nomor nomor ruas jalan nomor urut lereng lereng
provinsi kanan
jalan
Gambar 5 - Penomoran lereng jalan
g. Bagian lereng
Lokasi lereng dari jalan yaitu lereng kiri jalan, lereng kanan jalan, lereng bawah
atau lereng atas jalan dari arah km yang terdekat.
h. Kilometer
Angka kilometer lokasi yang diinventarisasi, dihitung mulai dari ibu kota Provinsi
pada ruas jalan yang diamati. Pengisian angka kilometer jalan bersifat opsional,
artinya dapat diisikan jika terdapat datanya.
i. Status jalan
Status ruas jalan pada lereng yang diinventarisasi sesuai Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor 290/KPTS/M/2015 atau
peraturan yang berlaku saat inventarisasi dilakukan, yang meliputi :
1. Jalan nasional;
2. Jalan provinsi;
3. Jalan kabupaten;
4. Jalan kota;
5. Jalan desa;
6. Jalan non status.
j. Koordinat
Kordinat posisi lokasi lereng pada ruas jalan yang diinventarisasi yang diperoleh
dari GPS. Format koordinat yang berlaku adalah longitude-latitude (contoh: -
5.85646000, 105.74402000), dengan datum WGS 1984. Pengambilan koordinat
dilakukan di awal, tengah dan akhir lereng jalan.
k. Nama pelaksana inventarisasi
Nama pelaksana yang melakukan inventarisasi.
l. Tanggal inventarisasi
Tanggal disertai bulan dan tahun saat dilakukan inventarisasi.
m. Bentang alam
Bentang alam digunakan untuk menggambarkan kondisi terain daerah
pengamatan secara umum sesuai peta topografi, yang terdiri dari pilihan sebagai
berikut:
1. Dataran rendah;
2. Dataran bergelombang;
3. Perbukitan bergelombang sedang/ngarai;
4. Perbukitan dengan lereng yang curam/ngarai;
5. Pegunungan.
n. Tata guna lahan
Tata guna lahan menggambarkan pemanfaatan lahan di sekitar lereng sesuai
Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1
tahun 1997, yaitu:
19 dari 81
20 dari 81
21 dari 81
a. Jenis lereng
Jenis lereng yang diinventarisasi, dengan pilihan sebagai berikut:
1. Lereng alam
2. Lereng galian
3. Lereng timbunan
b. Panjang
panjang kemiringan lereng, tinggi lereng, dan sudut lereng alam serta sudut lereng
galian/timbunan disimplikasikan pada
Gambar 7 dan
Gambar 8.
Keterangan :
A adalah lokasi awal lereng
B adalah lokasi akhir lereng
Keterangan :
SD1 adalah panjang kemiringan lereng HI (m) SD2 adalah panjang kemiringan lereng AB (m)
H1 adalah tinggi lereng HI (m) H2 adalah tinggi lereng AB (m)
1 adalah sudut lereng HI (°) 2 adalah sudut lereng AB (°)
Keterangan :
H1 dan H2 adalah tinggi lereng (m)
SD1 dan SD2 adalah panjang kemiringan lereng (m)
α 1 dan α 2 adalah sudut lereng (°)
4. Sudut lereng
Sudut lereng alam (1 atau 2) yang diinventarisasi pada
Gambar 8 , dalam satuan derajat. Pengukuran sudut lereng dapat menggunakan
alat pengukur sudut lereng seperti clinometer atau kompas geologi.
d. Lereng galian/timbunan
1. Panjang lereng galian/timbunan
Panjang lereng galian/timbunan yang diinventarisasi pada
Gambar 7, dalam satuan meter. Pengukuran panjang lereng dapat
menggunakan meteran atau kendaraan roda empat yang dilengkapi tripmeter
atau odometer.
2. Panjang kemiringan lereng galian/timbunan
Panjang kemiringan lereng galian (SD1) dan panjang kemiringan lereng
timbunan (SD2) yang diinventarisasi pada
Gambar 8, dalam satuan meter. Pengukuran tersebut dapat menggunakan
meteran.
3. Tinggi lereng
Tnggi lereng galian (H) dan tinggi lereng timbunan (H) yang diinventarisasi
pada Gambar 8 yang dihitung dengan menggunakan persamaan 1 (galian)
dan 2 (timbunan), dalam satuan meter.
24 dari 81
Keterangan:
H adalah tinggi lereng (m)
Hb adalah tinggi sengkedan (m)
1, 2 adalah sudut lereng (rentang 1 – 2)
adalahsudut lereng rata-rata (°)
Wb adalah lebar sengkedan (m)
Gambar 9 - Penampang melintang sengkedan lereng jalan (Sumber : JICA dan
JKR Malaysia, 2002)
25 dari 81
26 dari 81
Gambar 12 - Garis lekuk dan teras gantung (Sumber : JICA dan JKR Malaysia,
2002)
a. Jenis material penyusun lereng jalan yang tampak secara visual oleh pelaksana
inventarisasi. Jenis material lereng dengan pilihan sebagai berikut :
1. Tanah;
2. Batuan;
3. Campuran.
b. Keberadaan karakter khusus
1. Keberadaan lempung mengembang (swelling)
Keberadaan material lempung yang bersifat mengembang di lokasi lereng
jalan yang diinventarisasi, dengan pilihan sebagai berikut:
a) Ada;
b) Sedikit;
c) Tidak ada.
Umumnya, tanah residual dapat mengandung mineral lempung swelling jika
terbentuk dari material asal berupa serpentinit, tufa, batu lumpur, filit, sekis
grapit, granit, dan batuan teralterasi.
2. Keberadaan batuan hancur dan lapuk
Kondisi lereng batuan berdasarkan kondisi hancuran dan pelapukan, di lokasi
lereng jalan yang diinventarisasi, dengan pilihan sebagai berikut:
a) Jelas terlihat, jika pelapukan batuan kuat dengan pola diskontinuitas
tingkat 7, dan 8
b) Sedikit terlihat, jika pelapukan batuan agak lapuk dan pola diskontinuitas
tingkat 3,4,5, dan 6
c) Tidak terlihat, jika batuan bersifat keras, pelapukan segar, dan pola
diskontinuitas 1.
3. Keberadaan tanah/batuan lunak di atas batuan keras
Keberadaan tanah/batuan lunak di atas batuan keras di lokasi lereng jalan yang
diinventarisasi seperti pada Gambar 14(a), dengan pilihan sebagai berikut:
a) Ada;
28 dari 81
(a) (b)
Gambar 14 - Keberadaan batuan (Sumber : JICA dan JKR Malaysia, 2002)
5. Seluruh lereng berupa batuan lunak
Keberadaan batuan lunak di seluruh lereng di lokasi yang diinventarisasi,
dengan pilihan sebagai berikut:
a) Ada;
b) Tidak ada.
6. Seluruh lereng berupa batuan keras
Keberadaan batuan keras di seluruh lereng di lokasi yang diinventarisasi,
dengan pilihan sebagai berikut:
a) Ada;
b) Tidak ada.
Keseluruhan lereng terdiri dari batuan keras, kemungkinan keruntuhan bisa
terjadi jika pada batuan keras ditemukan sebaran diskontinuitas.
7. Keberadaan serpih atau sekis
Keberadaan serpih atau sekis pada lereng di lokasi yang diinventarisasi,
dengan pilihan sebagai berikut:
a) Ada;
b) Tidak ada.
c. Struktur geologi
Struktur geologi yang tampak secara visual oleh pelaksana inventarisasi. Struktur
geologi lereng dan/ atau ciri khusus lereng sebagai akibat adanya struktur geologi
dengan pilihan sebagai berikut :
1. Keberadaan patahan atau zona hancuran
Keberadaan patahan atau zona hancuran di lokasi yang diinventarisasi,
dengan pilihan sebagai berikut:
a) Ada;
b) Tidak ada.
2. Keberadaan zona alterasi
Keberadaan zona alterasi di lokasi yang diinventarisasi, dengan pilihan
sebagai berikut:
a) Ada;
29 dari 81
30 dari 81
4.3.7 Drainase
4.3.8 Instrumentasi
4.3.10 Sketsa
a. Lokasi sekitar lereng harus digambarkan dengan sketsa situasi dan sketsa
penampang melintang dan memanjang.
b. Dalam sketsa situasi lereng jalan minimal harus dicantumkan, antara lain :
1. Ruang manfaat jalan yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan
ambang pengamannya serta bangunan utilitas;
2. Ruang milik jalan;
3. Garis ketinggian lereng;
4. Letak dan macam bangunan konstruksi lereng;
5. Letak dan macam drainase, gorong-gorong 33ana rah aliran airnya;
6. Letak dan macam bangunan utilitas;
7. Letak dan macam rambu jalan (patok km dll);
8. Letak sungai arah aliran sungai (jika ada);
9. Letak alur aliran air dan genangan;
10. Letak mata air;
33 dari 81
4.4 Pelaksana
4.5 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam inventarisasi lereng jalan sesuai Tabel 6.
34 dari 81
5 Prosedur
Inventarisasi lereng jalan dimulai dengan penentuan lokasi inventarisasi, pengumpulan
dan pengkajian data sekunder, persiapan alat, pelaksanaan dan formulir inventarisasi.
Selanjutnya, pelaksanaan inventarisasi lereng jalan di lokasi yaitu dengan
pemasangan rambu-rambu pengaman lalu lintas dan kerucut lalu lintas, penandaan
lokasi dengan GPS, pendataan tapak umum, pendataan geometrik lereng jalan,
pendataan geologi lereng, pendataan lereng jalan, pendataan konstruksi rekayasa
35 dari 81
36 dari 81
Ya
Ya
37 dari 81
Tidak
Pelaporan
Selesai
38 dari 81
39 dari 81
40 dari 81
1.100. Nomor provinsi 1.101. Nama provinsi 1.102. Nomor ruas jalan 1.103. Nama ruas jalan
1.107. Kilometer ke
1.108. Status jalan 1. Jalan nasional 2. Jalan provinsi 3. Jalan kabupaten 4. Jalan kota 5. Jalan non status
41 dari 81
1.116. Hidrologi 1. Kering 3. Aliran air permukaan 1.117. Cuaca saat 1. Hujan sangat lebat
inventarisasi
2. Agak basah 4. Lain-lain (sebutkan*) 2. Hujan
3. Gerimis
4. Mendung
5. Cerah
1.118. Utilitas yang ada di 1. Jaringan listrik 1.119. Bangunan yang ada di lereng
sekitar lereng 1. Jalan
2. Jaringan telkomunikasi
2. Jembatan
3. Jaringan air bersih
3. Pabrik
4. Jaringan distribusi gas
4. Perumahan
5. Jaringan distribusi bahan bakal lainnya
5. Rek kereta api
6. Jaringan sanitasi
6. Lain-lain (sebutkan*)
7. Lain-lain (sebutkan*)
42 dari 81
1.120. Bangunan yang ada di 1. Jalan 1.121. Bangunan yang ada di atas 1. Jalan
bawah lereng lereng
2. Jembatan 2. Jembatan
3. Pabrik 3. Pabrik
4. Perumahan 4. Perumahan
1.124. Sudut 1.125. Masa konstruksi jalan sementara pengalihan lalu lintas hari
derajat
1.127. Catatan
43 dari 81
1.202.1. Panjang lereng m 1.202.2. Panjang m 1.202.3. Tinggi lereng m 1.202.4. Sudut
derajat
kemiringan lereng lereng
1.203.1 Panjang lereng m 1.203.2. Panjang m 1.203.3. Tinggi lereng m 1.203.4. Sudut
kemiringan lereng lereng derajat
4a1. Lebar bahu sengkedan m 4a2. Panjang m 4a3. Tinggi sengkedan m 4a4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
4b1. Lebar bahu sengkedan m 4b2. Panjang m 4b3. Tinggi sengkedan m 4b4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
4c1. Lebar bahu sengkedan m 4c2. Panjang m 4c3. Tinggi sengkedan m 4c4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
4d1. Lebar bahu sengkedan m 4d2. Panjang m 4d3. Tinggi sengkedan m 4d4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
4e1. Lebar bahu sengkedan m 4e2. Panjang m 4e3. Tinggi sengkedan m 4e4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
44 dari 81
1.206.3. Garis lekuk atau overhang ada Samar terlihat Tidak ada
45 dari 81
1.302.3. keberadaan tanah lunak diatas batuan dasar (base rock) Ada Tidak ada
46 dari 81
1. Tanah pasiran
1.304. Material timbunan
2. Tanah lempungan
3. Kerikil
4. Tidak diketahui
1. Segar 1.306. Jumlah set diskontinuitas 1. Masif, sedikit retakan tak beraturan
1.305. Tingkat pelapukan
2. lapuk sedang 2. Satu set kekar
47 dari 81
3. Turap baja/beton;
4. Perkuatan tanah;
5. Vegetasi;
11. Angker;
48 dari 81
1.503. Letak
1. Puncak lereng 2. Permukaan lereng 3. Kaki lereng 4. Seluruh bagian lereng
49 dari 81
1. Keruntuhan
50 dari 81
2. Jatuhan batuan
51 dari 81
4. Longsoran
5. Aliran debris
52 dari 81
6. Keruntuhan timbunan
a. Keruntuhan timbunan pada lereng bawah b. Keruntuhan timbunan pada sungai yang memotong timbunan
53 dari 81
3. Beton
4. Beton semen
5. Kerikil tanah
DRAINASE
1.701. Drainase di sekitar lereng 1. Drainase di bagian kaki lereng a. Saluran terbuka
d. Saluran beton
e. Lain-lain (sebutkan )
2. Saluran terjunan
3. Saluran gendong
4. Subdrain;
5. Lain-lain (sebutkan )
INSTRUMENTASI
54 dari 81
DOKUMENTASI Lembar 15
55 dari 81
SKETSA Lembar 16
56 dari 81
1.100. Nomor provinsi 22 1.101. Nama provinsi Jawa Barat 1.102. Nomor ruas jalan 058 1.103. Nama ruas jalan Cidaun Cisela Cilaki
1.108. Status jalan 2 1. Jalan nasional 2. Jalan provinsi 3. Jalan kabupaten 4. Jalan kota 5. Jalan non status
1.109. Koordinat GPS 07°14'01.2" 1.110. Pelaksana inventarisasi Dinny, Elan, Yuli
108°11'38.0"
57 dari 81
1.116. Hidrologi 3 1. Kering 3. Aliran air permukaan 1.117. Cuaca saat 4 1. Hujan sangat lebat
inventarisasi
2. Agak basah 4. Lain-lain (sebutkan*) 2. Hujan
3. Gerimis
4. Mendung
5. Cerah
1.118. Utilitas yang ada di 1 1. Jaringan listrik 1.119. Bangunan yang ada di lereng
sekitar lereng 1. Jalan
2. Jaringan telkomunikasi
2. Jembatan
3. Jaringan air bersih
3. Pabrik
4. Jaringan distribusi gas
4. Perumahan
5. Jaringan distribusi bahan bakal lainnya
5. Rek kereta api
6. Jaringan sanitasi
6. Lain-lain (sebutkan*)
7. Lain-lain (sebutkan*)
58 dari 81
1.120. Bangunan yang ada di 4 1. Jalan 1.121. Bangunan yang ada di atas 1 1. Jalan
bawah lereng lereng
2. Jembatan 2. Jembatan
3. Pabrik 3. Pabrik
4. Perumahan 4. Perumahan
1.124. Sudut 77 1.125. Masa konstruksi jalan sementara pengalihan lalu lintas 1 hari
derajat
50
1.126. Panjang jalan alternatif KM
1.127. Catatan
59 dari 81
1.202.1. Panjang lereng m 1.202.2. Panjang m 1.202.3. Tinggi lereng m 1.202.4. Sudut
derajat
kemiringan lereng lereng
1.203.1 Panjang lereng 30 m 1.203.2. Panjang 15.2 m 1.203.3. Tinggi lereng 15 m 1.203.4. Sudut 80
kemiringan lereng lereng derajat
4a1. Lebar bahu sengkedan m 4a2. Panjang m 4a3. Tinggi sengkedan m 4a4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
4b1. Lebar bahu sengkedan m 4b2. Panjang m 4b3. Tinggi sengkedan m 4b4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
4c1. Lebar bahu sengkedan m 4c2. Panjang m 4c3. Tinggi sengkedan m 4c4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
4d1. Lebar bahu sengkedan m 4d2. Panjang m 4d3. Tinggi sengkedan m 4d4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
4e1. Lebar bahu sengkedan m 4e2. Panjang m 4e3. Tinggi sengkedan m 4e4. Sudut
derajat
kemiringan sengkedan
sengkedan
60 dari 81
1
1.205. Bentuk lereng jalan
v
1.206.1. Lereng Aluvium ada Tidak ada
v
1.206.2. Jejak keruntuhan ada Tidak ada
v
1.206.3. Garis lekuk atau overhang ada Samar terlihat Tidak ada
v
1.206.4. Lereng cekung atau debris ada Tidak ada
61 dari 81
1.302.3. keberadaan tanah lunak diatas batuan dasar (base rock) Ada v Tidak ada
62 dari 81
1. Tanah pasiran
1.304. Material timbunan
2. Tanah lempungan
3. Kerikil
4. Tidak diketahui
4 1. Segar 1.306. Jumlah set diskontinuitas 1. Masif, sedikit retakan tak beraturan
1.305. Tingkat pelapukan
2. lapuk sedang 2. Satu set kekar
63 dari 81
3. Turap baja/beton;
4. Perkuatan tanah;
5. Vegetasi;
11. Angker;
64 dari 81
1.503. Letak 3
1. Puncak lereng 2. Permukaan lereng 3. Kaki lereng 4. Seluruh bagian lereng
65 dari 81
1
1.504. Jenis keruntuhan lereng
1. Keruntuhan
66 dari 81
2. Jatuhan batuan
67 dari 81
4. Longsoran
5. Aliran debris
68 dari 81
6. Keruntuhan timbunan
a. Keruntuhan timbunan pada lereng bawah b. Keruntuhan timbunan pada sungai yang memotong timbunan
69 dari 81
3. Beton
4. Beton semen
5. Kerikil tanah
1
1.603. Lebar bahu jalan m
DRAINASE
1.701. Drainase di sekitar lereng 1a, 2, 4 1. Drainase di bagian kaki lereng a. Saluran terbuka
d. Saluran beton
e. Lain-lain (sebutkan )
2. Saluran terjunan
3. Saluran gendong
4. Subdrain;
5. Lain-lain (sebutkan )
1.702. Dimensi drainase di sekitar lereng panjang 30 m lebar 0,8 m tinggi 1,1 m
1a
panjang 10 m lebar 1m
2
panjang 7m lebar 0,1 m
4
INSTRUMENTASI
70 dari 81
DOKUMENTASI Lembar 15
71 dari 81
SKETSA Lembar 16
SKALA 1 : 100
72 dari 81
73 dari 81
22
No provinsi Status jalan Provinsi
07°14'01.2"
Nama provinsi Jawa Barat Lintang
108°11'38.0"
Nomor ruas jalan 058 Bujur
Cidaun Cisela Cilaki
Nama ruas jalan Cuaca saat inventarisasi Cerah
Lereng bawah
22
No provinsi Status jalan Provinsi
Lereng bawah
Lereng runtuh
Luas runtuhan 70 m2
Potensi kerusakan jalan mendatang bila terjadi longsor Ada pengaruh, mengganggu
arus lalu-lintas
Nama petugas inventarisasi Dinny, Elan, Yuli Tanggal inventarisasi 4/28/2017 Supervisi Dinny Tanggal supervisi 5/30/2017
75 dari 81
76 dari 81
SKALA 1 : 100
77 dari 81
78 dari 81
80 dari 81
Geotechnical Engineering Office. Geotechnical Manual for Slopes, 2nd Edition, Hongkong.
2001
JICA dan JKR Malaysia. Guide To Roas Slope Maintenance and Disaster Management.
2002
USGS. Landslide Types and Processes. 2004
81 dari 81
1. Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
2. Penyusun
Nama Lembaga
Dinny Kus Andiany, MT Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Cahya Ahmad Gumilar, M.Sc Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Dea Pertiwi, MT Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
DR. IR. M. Eddie Soenaryo, M.Sc Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Elan Kadar, M.Sc Pusat Litbang Jalan dan Jembatan