Anda di halaman 1dari 4

7/16/2021 Buya Hamka dan Tafsir Al-Azhar - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

Jum'at, 16-07-2021| 12:41:06

Cari...

Beranda
Profil
Sejarah
Visi Misi
Struktur Organisasi
Berita
Artikel
Pengumuman
Hubungi Kami
Unduhan

Ditulis oleh Mustopa pada 07 Desember 2020.

Buya Hamka dan Tafsir Al-Azhar


“Al-Qur’an bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar
dari sudut yang lain, dan tidak mustahil jika kita mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan
melihat lebih banyak daripada apa yang kita lihat.” Ilustrasi ini menggambarkan: Al-Qur’an sebagai sebuah
teks telah memungkinkan banyak orang untuk melihat makna yang berbeda-beda di dalamnya. Dari berbagai
metodologi yang disuguhkan, para mufasir kerap mempunyai corak sendiri yang menarik untuk ditelusuri.
Dari mulai menafsirkan kata perkata dalam setiap ayat sampai menghubungkannya dengan fiqh, politik,
ekonomi, tasawuf, sastra, kalam, dan ilmu-ilmu lainnya.

Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah, lebih dikenal dengan nama Buya Hamka, lahir di Sungaibatang,
Tanjungraya, Agam, Sumatera Barat, pada 17 Pebruari 1908. Dan, meninggal pada 24 Juli 1981 di Jakarta. Ia
adalah ulama modern yang multitalenta, sebagai sastrawan, wartawan, pengajar, bahkan politik sebagai
kegiatan-kegiatan yang menyertai jalan hidupnya. Sebagai politisi, Buya Hamka aktif di Partai Masyumi di
samping organisasi keagamaan Muhammadiyah hingga akhir hayatnya. Pada masa Orde Baru, Buya Hamka
menjadi Ketua Umum pertama Majelis Ulama Indonesia (MUI). Buya Hamka mendapat gelar “Ustadziyah
Fakhriyah” (Doktor Honoris Causa) dari Universitas Al-Azhar, Mesir, sebagaimana ayahnya, Dr. H. Abdul
Karim Amrullah. Buya Hamka menerima gelar kehormatan juga dari Universitas Nasional Malaysia, serta,
dikukuhkan sebagai guru besar melalui Universitas Moestopo, Jakarta.

Buya Hamka termasuk dalam kategori mufasir generasi kedua di Indonesia, karena generasi pertama yang
masih menggunakan bahasa Melayu, Sunda, Jawa, dan Melayu-Minang, seperti al-Kitab al-Mubin karya
K.H. Muhammad Ramli dalam bahasa Sunda (1974) dan kitab Tafsir al-Ibriz oleh K.H. Bisri Mustofa dalam
bahasa Jawa (1950). Sementara mufasir generasi kedua umumnya sudah menggunakan huruf Latin dan
bahasa Indonesia.

Buya Hamka terlahir dari dunia penuh gejolak pada zamannya. Pertama, masa Revolusi Kemerdekaan R.I.
dan, kedua, karena faktor modernisasi atau pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia. Ayahnya sendiri
adalah tokoh pembaharu yang memperkenalkan sistem pendidikan modern dan organisasi Muhammadiyah di
Minangkabau.

Dr. H. Abdul Karim Amrullah yang dikenal dengan nama lain Haji Rasul adalah termasuk keturunan Abdul
Arif yang bergelar Tuanku Pauh Pariaman Nan Tuo, salah seorang Pahlawan Paderi, dikenal dengan sebutan
Haji Abdul Ahmad. Dr. H. Abdul Karim Amrullah adalah salah satu ulama terkemuka yang termasuk dalam
https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/661-buya-hamka-dan-tafsir-al-azhar 1/4
7/16/2021 Buya Hamka dan Tafsir Al-Azhar - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

tiga serangkai: Syekh Muhammad Jamil Djambek, Dr. H. Abdullah Ahmad, dan Dr. H. Abdul Karim
Amrullah sendiri. Ia menjadi pelopor gerakan “Kaum Muda” di Minangkabau setelah kembali dari Mekah
pada 1906 sekaligus teman dekat pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan.

Buya Hamka menjalani masa pendidikan sekitar tujuh tahun lebih antara 1916 hingga 1924. Menginjak usia
29 tahun, Buya Hamka memulai aktivitas kerjanya dengan menjadi guru agama di perkebunan Tebing
Tinggi. Buya Hamka meneruskan karirnya sebagai pengajar di Universitas Islam Jakarta dan Universitas
Muhammadiyah Padang Panjang dari tahun 1957 sampai 1958. Setelah itu, dia dilantik sebagai Rektor
Perguruan Tinggi Islam Jakarta dan menjabat sebagai Guru Besar di Universitas Moestopo, Jakarta. Di
samping, sebagai pegawai tinggi agama yang dilantik oleh Menteri Agama Republik Indonesia sejak 1951
sampai 1960. Buya Hamka meletakkan jabatannya setelah Presiden Soekarno memberinya pilihan untuk
tetap menjabat sebagai petinggi negara atau melanjutkan aktivitas politiknya di Masyumi. Di bidang
keilmuan, Buya Hamka lebih banyak melakukan studi mandiri seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi, dan
politik. Beliau adalah seorang penulis yang banyak menghasilkan karya, hasil-hasil karya tulisnya baik yang
berhubungan dengan sastra dan agama semuanya berjumlah sekitar 79 karya. Diantara karya-karyanya
tersebut adalah Khatib Ummah, Layla Majnun, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Tasawuf Modern, Islam dan
Demokrasi, Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad, Mengembara di Lembah Nil, Di Tepi Sungai
Dajlah, Islam dan Kebatinan, Ekspansi Ideologi, Falsafah Ideologi, Urat Tunggang Pancasila, Adat
Minangkabau Menghadapi Revolusi, Muhammadiyah di Minangkabau, dan karyanya yang termasyhur
adalah Tafsir al-Azhar Juz 1-30.

Dinamakan Al-Azhar karena serupa dengan nama masjid yang didirikan olehnya di Kebayoran Baru. Nama
yang diilhami dari Syekh Mahmud Syalthuth dengan harapan agar benih keilmuan dan pengaruh intelektual
tumbuh di Indonesia. Buya Hamka awalnya mengenalkan tafsirnya tersebut melalui kuliah subuh pada
jama’ah masjid al-Azhar Kebayoran Baru, Jakarta. Penafsirannya dari Surah al-Kahf, Juz XV. Catatan yang
ditulis sejak 1959 tersebut telah dipublikasikan dalam majalah ‘Gema Islam’ yang terbit pertama pada 15
Januari 1962 sebagai pengganti majalah “Panji Masyarakat” yang dibredel oleh Presiden Soekarno tahun
1960.

Ketika Buya Hamka ditangkap penguasa Orde Lama dengan tuduhan berkhianat pada negara dan dipenjara
selama 2 tahun 7 bulan; ia pun memanfaatkan waktunya untuk menulis dan menyempurnakan tafsirnya. Ia
menyatakan rasa syukur kepada para ulama, para utusan dari Aceh, Sumatera Timur, Palembang, ulama dari
Mesir, ulama di Al-Azhar, Syekh Muhammad Al-Ghazali, Syekh Ahmad Sharbasi, dari Makassar,
Banjarmasin, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan lain-lain. Pada 1967, Tafsir Al-Azhar pertama kali
diterbitkan. Tafsir tersebut menjelaskan latar hidup penafsirnya secara lugas. Ia menggambarkan watak
masyarakat dan sosio-budaya yang terjadi saat itu. Selama 20 tahun, tulisannya mampu merekam kehidupan
dan sejarah sosio-politik umat yang getir dan menampakkan cita-citanya untuk mengangkat pentingnya
dakwah di Nusantara. Tafsir Al-Azhar ditulis berasaskan pandangan dan kerangka manhaj yang jelas dengan
merujuk pada kaedah bahasa Arab, tafsiran salaf, Asbab an-Nuzul, Nasikh-Mansukh, ilmu hadis, ilmu fiqih
dan sosial-budaya masyarakat Indonesia. Dari sini, penafsiran Buya Hamka di samping menggunakan
metode tahlili secara umum juga melakukan perbandingan-perbandingan (muqaran) terhadap realitas
sosialnya._Seri Tafsir Nusantara (Sakdul & Must)

Artikel Terbaru
Mushaf Cetak Litograf Masjid Syekh Muhammad Syaid Bonjol
Mushaf-Mushaf Kuno Iran (Bagian 2)
Mushaf-Mushaf Kuno Iran (Bagian 1)
SAMUD
ṢĀLIḤ

Standar Layanan Pentashihan

Standar Layanan Pemanduan

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/661-buya-hamka-dan-tafsir-al-azhar 2/4
7/16/2021 Buya Hamka dan Tafsir Al-Azhar - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

Anda disini:
Beranda
Artikel
Buya Hamka dan Tafsir Al-Azhar

Berita Populer
Lukman Hakim: Moderasi Beragama Tidak Boleh Lepas Konteks
Mushaf Pojok Khat Usman Toha 15 Baris Masih Menjadi Primadona Penerbit
BQMI Siapkan Galeri Harmoni dalam Penguatan Moderasi Beragama
Galeri Harmoni untuk Menambah Wawasan Toleransi Beragama
LPMQ Bekerja Sama dengan Direktorat PMPK Menyusun Kosa Isyarat Keagamaan

Link Terkait

Layanan Pentashihan Online


Quran Kemenag
Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal
Pustaka Lajnah
Jurnal Suhuf Online
Database Mushaf Nusantara

Kontak

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

Gedung Bayt Al-Qur`an & Museum Istiqlal

Jalan Raya TMII Pintu I Jakarta Timur 13560

Telp: (021) 8416468 - 8416466

Faks: (021) 8416468


Web: lajnah.kemenag.go.id

Email: lajnah@kemenag.go.id

Copyright © 2019 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an

FACEBOOK
TWITTER

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/661-buya-hamka-dan-tafsir-al-azhar 3/4
7/16/2021 Buya Hamka dan Tafsir Al-Azhar - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

YOUTUBE
INSTAGRAM

Cari...

Beranda
Profil
Sejarah
Visi Misi
Struktur Organisasi
Berita
Artikel
Pengumuman
Hubungi Kami
Unduhan

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/661-buya-hamka-dan-tafsir-al-azhar 4/4

Anda mungkin juga menyukai