Anda di halaman 1dari 5

LANSKAP MANAJEMEN DAN RESTORASI

MATA IE, ACEH BESAR

DISUSUN OLEH :
SRI YOULANDA SAPUTRI (1804104010003)

DOSEN PENGAMPUH :

PRATITOU ARAFAT, SP.,MLA. (198811202020060111)

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH TAHUN AJARAN 2021/2022


LATAR BELAKANG

Kolam pemandian Mata Ie, yang berada di kaki gunung di Kecamatan Darul
Imarah, Aceh Besar, adalah pucuk sungai yang bersumber dari ceruk-ceruk gunung di sana.
Mata Ie dalam bahasa Indonesia artinya sumber mata air, dimana airnya berasal dari alam
yang kemudian mengalir ke sungai Krueng Daroy dan sungai Krueng Doy di Banda Aceh.
Pemandian Mata Ie, merupakan objek wisata di Aceh Besar yang berlokasi di dekat Markas
Resimen Induk Kodam Iskandar Muda. Berada di bawah naungan pohon-pohon besar di
kaki bukit kapur, aliran Mata Ie disekat-sekat ke dalam berbagai kolam yang lebarnya
bervariasi.

TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji isu pada objek penelitian.
Dimana penelitian ini diharapkan berguna untuk memaksimalkan dan memanfaatkan
potensi wisata ini agar lebih nyaman dinikmati oleh masyarakat serta untuk meningkatkan
taraf ekonomi wisata pada wilayah tersebut.

ISU DAN KONDISI UMUM OBJEK KAJIAN

Sebagai objek wisata, terlihat jelas bahwa lokasi sampai saat ini tidak mengalami
pembangunan dan pengelolaan yang cukup baik. Mulai dari lokasinya yang kotor dan tidak
tersedianya fasilitas seperti kamar mandi dan kamar berganti pakaian. Bahkan tak jarang
sampah jajanan berserakkan dan masuk ketempat pemandian mata ie ini sebagai akibat dari
gerobak yang berjualan disembarang tempat.
KAJIAN PUSTAKA

1. Kondisi fisik yang terhubung dengan fasiltas-fasilitas publik ((Loudier dan Dubois,
2002)
2. Daya dukung lingkungan (Seidl dan Tisdell, 1999)
3. Lingkungan fisik dan biotik (Arrow et al, 1995)

PRESEDEN
Zhangjiagang Town River Reconstruction
 Arsitek: Lanskap Botao
 Daerah: 65000 m²
Sungai Kota terletak di selatan jalan pejalan kaki komersial inti
perkotaan dan dimulai dari Pelabuhan Gudu di timur dan meluas ke
Gangcheng Blvd di barat dengan panjang keseluruhan lebih dari
2.200 meter dan lebar sungai rata-rata hampir 12 meter. Sejak awal
tahun 1990-an, karena keadaan hampir separuh sungai tertutup oleh
rumah dan air hujan yang langsung menuju ke sungai, dan tidak
dapat dilaksanakannya pengerukan sungai sepanjang tahun,
kualitas air sungai sangat tercemar, daerah sekitar sungai kota
memiliki lingkungan berantakan, dan lalu lintas padat serta
bangunan tua dan lusuh.

Berdasarkan gaya sederhana modern, rekonstruksi Sungai Kota dan Pelabuhan Gudu
dipenuhi dengan gaya dan fitur kota air yang kuat di mana-mana. Perancang menggunakan
paviliun dan dinding untuk menyimpulkan pemandangan aneh di selatan Sungai Yangtza
orang-orang yang tinggal di dekat sungai. Jembatan Paru-Paru Tsing yang paling akrab bagi
orang-orang Yangshe Tua telah diperbaiki. Jembatan Paru Tsing, Longyin, suara ombak
Pelabuhan Gudu, Paviliun Wangi Hijau, dermaga rakit bambu, dermaga kapal, tembok kota
Jiyang dan prasasti “Delapan Terlarang” dan delapan elemen budaya asli dalam sejarah
Yangshe tua dihias di kedua sisi sungai Pelabuhan Gudu dengan penataan kreatif untuk
menghadirkan fitur lanskap manusia tepi laut Pelabuhan Gudu.

Anda mungkin juga menyukai