Anda di halaman 1dari 44

REAKSI ASAM-BASA

DEWA AYU IKA PRAMITHA, S.Si., M.Si.

PRODI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
T.A. 2020/2021
VISI DAN MISI
• VISI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
• Menjadi Program Studi Sarjana Farmasi unggul di bidang Farmasi Klinik dan
Komunitas yang berwawasan budaya.

• MISI PROGRAM STUDI S1 FARMASI


• Mengembangkan pendidikan program studi S1 Farmasi yang bermutu dan
berwawasan budaya serta meluluskan sumber daya manusia yang kompeten di
bidang kefarmasian.
• Menyelenggarakan penelitian di bidang kefarmasian yang bermutu dan
berwawasan budaya dengan mengutamakan pengembangan kearifan lokal
Usada dan bersinergi dengan kemajuan teknologi untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
• Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di bidang kefarmasian yang
bermutu dan berwawasan budaya melalui penerapan hasil penelitian
khususnya di bidang kefarmasian untuk memberi manfaat nyata bagi
kehidupan masyarakat.
TEORI ASAM BASA

Teori Asam Basa ARRHENIUS

Konsep asam dan basa sudah dikenal sejak abad


18-an. Untuk pertama kalinya, pada tahun 1884
seorang ilmuwan Swiss, Svante August
Arrhenius, Mengemukakan suatu teori tentang
asam basa.
Arrhenius berpendapat bahwa dalam air, larutan asam dan basa akan
mengalami penguraian menjadi ion-ionnya.

Asam merupakan zat yang di dalam air dapat melepaskan ion hidrogen (H+).

Basa merupakan zat yang di dalam air dapat melepaskan ion hidroksida (OH–).

HA(aq) → H+ (aq) + A–(aq)


Asam Ion hidrogen

B(aq) + H2O(l) BH +(aq) + OH–(aq)


Basa Ion hidroksida
Teori ini cukup rasional, akan tetapi setelah beberapa saat, para ahli kimia
berpendapat bahwa ion H+ hampir tidak bisa berdiri sendiri dalam larutan.
Hal ini dikarenakan ion H+ merupakan ion dengan jari-jari ion yang sangat
kecil. Oleh karena itu, ion H+ terikat dalam suatu molekul air dan sebagai
ion oksonium (H3O+).

Sehingga reaksi yang benar untuk senyawa asam di dalam air adalah sebagai berikut.
HA(aq) + H2O(aq)→ H3O+(aq) + A–(aq)
Asam Ion oksonium

Akan tetapi, ion H3O+ lebih sering ditulis ion H+, sehingga penulisannya menjadi
seperti berikut.
HA(aq) H2 O H+(aq) + A–(aq)
Teori Asam Basa Bronsted-Lowry

Johannes N. Bronsted adalah seorang ahli


kimia dari Denmark.
Teori asam basa yang lebih luas, tidak
hanya terbatas pada senyawa asam basa
dalam pelarut air dikemukakan oleh
Johannes N. Bronsted dan Thomas M.
Lowry yang bekerja secara terpisah pada
tahun 1923. Keduanya menyatakan bahwa
reaksi asam basa melibatkan transfer
proton (H+).
Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah senyawa yang dapat memberikan
proton (H+) kepada basa (donor proton), basa adalah senyawa yang dapat
menerima proton (H+) dari asam (akseptor proton).

Perhatikan reaksi berikut.

CH3COOH(aq) + H2O(l) → CH3COO(aq) + H3O+(aq)

Dari reaksi di atas terlihat bahwa CH3COOH memberi 1 proton (H+) kepada H2O,
sehingga CH3COOH bersifat sebagai asam dan H2O bersifat sebagai basa.

Bronsted-Lowry menyatakan :
Jika suatu asam memberikan proton (H+), maka sisa asam tersebut berkemampuan
untuk bertindak sebagai basa. Sisa asam tersebut dinyatakan sebagai basa konjugasi.
Demikian pula untuk basa, jika suatu basa dapat menerima proton (H+), maka zat yang
terbentuk berkemampuan sebagai asam disebut asam konjugasi.
Perhatikan reaksi di bawah ini.

Pasangan asam basa konjugasi

HCOOH(aq) + H2O(l) → HCOO–(aq) + H3O+(aq)


Asam basa basa konjugasi asam konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi

NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq)


Basa asam asam konjugasi basa konjugasi

Pasangan asam basa konjugasi


INDIKATOR ASAM DAN BASA

Indikator adalah zat yang dapat memberikan


warna yang berbeda dalam larutan yang
bersifat asam maupun basa
ASAM KUAT DAN ASAM LEMAH
Menentukan Konsentrasi [H+ ] Pada Larutan
Asam Lemah
Tentukan konsentrasi [H+]
1. 0,01 M larutan HCl
2. 0,01 M larutan H2SO4
3. 0,01 M larutan H3PO4 jika α = 0,6
4. 0,01 M larutan HCN jika Ka = 4 x 10–6
BASA KUAT DAN BASA LEMAH

Menentukan Konsentrasi [OH-] Pada


Larutan Basa Lemah
Tentukan konsentrasi [OH+ ]
1. 0,1 M larutan NaOH
2. 0,1 M larutan Ba(OH)2
3. 0,1 M larutan NH4OH jika Kb = 10–5
MENGHITUNG pH LARUTAN
Larutan asam kuat Tentukan pH dari larutan berikut ini
pH = –log [H+] 1. 0,365 gram HCl dalam 100 mL air
2. 0,02 mol H2SO4 sebanyak 200 mL
Larutan asam lemah Tentukan pH dari larutan berikut ini
pH = –log [H+] 1. 0,01 mol larutan asam nitrit (α = 50%) sebanyak
250 mL
2. 0,01 mol larutan asam phospat (Ka = 10–6)
Larutan basa kuat Tentukan pH dari larutan berikut ini
pOH = log [OH–] 1. 0,4 gram NaOH dalam 250 mL air
pH = 14 – pOH 2. 0,74 gram Ca(OH)2 dalam 100 mL air
Larutan basa lemah Tentukan pH dari larutan berikut ini
pOH = log [OH–] 1. 0,01 mol larutan aluminium hidroksida (Kb = 4.10–5)
pH = 14 – pOH dalam 100 mL air
2. 0,01 mol larutan ammonium hidroksida (α = 50%) dalam
100 mL air
PENGARUH PENGENCERAN TERHADAP NILAI pH
Jika pengenceran dilakukan terhadap larutan yang bersifat
asam, maka pH larutan hasil pengenceran akan semakin tinggi.

Jika pengenceran dilakukan terhadap larutan yang bersifat basa,


maka pH larutan hasil pengenceran akan semakin rendah.

CONTOH:
1. Jika 10 mL larutan CH3COOH dengan konsentrasi 0,4M (Ka = 10–5)
diencerkan hingga 100 mL. Hitunglah pH larutan sebelum dan setelah
pengenceran?
2. Jika 100 mL larutan Ca(OH)2 dengan konsentrasi 0,1M diencerkan hingga
200 mL. Hitunglah pH larutan sebelum dan setelah pengenceran?
1. CH3COOH → asam lemah
pH mula – mula
pH = –log [H+]
= –log √ Ka .Ma
= –log √ 10-5 x 4.10-1
= –log 2.10–3
= 3 – log 2
REAKSI PENETRALAN
Jika dalam suatu larutan terdapat ion H+ dan ion OH– dalam jumlah yang sama maka akan
tepat bereaksi membentuk air (H2O) yang disebut dengan reaksi penetralan.
Contoh reaksi Asam (3) + Basa (1,2,3)
1. H3PO3 + 3KOH → K3PO3 + 6H2O
Asam (1) + Basa (1,2,3) 2. 2H3PO4 + 3Cu(OH)2 → Cu3(PO4)2 + 6H2O
1. HCl + NaOH → NaCl + H2O 3. H3PO4 + Al(OH)3 → AlPO4 + 3H2O
2. 2HBr + Ca(OH)2 → CaBr2 + 2H2O
3. 3HClO4 + Al(OH)3 → Al(ClO4)3 + 3H2O
Catatan
Asam (1) memiliki ion H+ sebanyak 1
Asam (2) + Basa (1,2,3)
Asam (2) memiliki ion H+ sebanyak 2
1. H2SO4 + 2NaOH → Na2SO4 + 2H2O
Asam (3) memiliki ion H+ sebanyak 3
2. H2CO3 + Ca(OH)2 → CaCO3 + 2H2O
3. 3H2SO3 + 2Fe(OH)3 → Fe2(SO4)3 + 6H2O
Asam (1) + Oksida Basa (1,2,3) Asam (3) + Oksida Basa (1,2,3)
1. 2HNO3 + Na2O → 2NaNO3 + H2O 1. 2H3PO4 + 3Li2O → 2Li3PO4 + 3H2O
2. 2HClO3 + MgO → Mg(ClO3)2 + H2O 2. 2H3PO3 + 3CuO → Cu3(PO3)2 + 3H2O
3. 3HBr + Fe(OH)3 → FeBr3 + 3H2O 3. 2H3PO4 + Fe2O3 → 2FePO4 + 3H2O

Asam (2) + Oksida Basa (1,2,3) Catatan


1. H2SO4 + K2O → K2SO4 + H2O Basa (1) memiliki ion OH– sebanyak 1
2. H2SO3 + BaO → BaSO3 + H2O Basa (2) memiliki ion OH– sebanyak 2
3. 3H2C2O4 + Al2O3 → Al2(C2O4)3 + 3H2O Basa (3) memiliki ion OH– sebanyak 3
MENGHITUNG pH CAMPURAN ASAM DAN BASA
Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat dapat dituliskan sebagai reaksi ion H+
dengan ion OH–, dalam hal ini ion H+ mewakili asam dan ion OH– mewakili basa.

Untuk menentukan pH hasil reaksi antara asam dan basa, ada 3 hal yang harus
diperhatikan antara lain :
1. Jika mol H+ = mol OH– maka campuran bersifat netral dan pH = 7
2. Jika mol H+ > mol OH– maka campuran bersifat asam dan pH < 7 (konsentrasi
H+ dalam campuran ditentukan oleh jumlah H+ yang bersisa)
3. Jika mol H+ < mol OH– maka campuran bersifat basa dan pH > 7 (konsentrasi
OH– dalam campuran ditentukan oleh jumlah OH– yang bersisa)
Larutan Penyangga

Larutan penyangga (buffer) adalah larutan yang


mengandung zat-zat yang mencegah perubahan pH atau
konsentrasi hidrogen larutan tersebut.

Larutan Penyangga
Asam
Larutan
Penyangga

Larutan Penyangga
Basa
Larutan penyangga asam
berasal dari asam lemah dan basa konjugasinya.
Basa konjugasi disediakan oleh garam.

 Contoh larutan penyangga asam:


• CH3COOH dan CH3COO–
dimana CH3COO– disediakan dari garamnya,
misalnya CH3COONa atau (CH3COO)2Ba.
• HF dan F–
dimana F– disediakan dari garamnya,
misalnya NaF atau CaF2.
 Pembuatan larutan penyangga asam

Larutan
Penyangga Asam

Cara tidak
Cara Langsung
Langsung

Asam lemah dicampur dengan Asam lemah berlebih dicampur


garamnya. dengan basa kuat.
Contoh: CH3COOH + CH3COONa Contoh: CH3COOH + NaOH
(Pada akhir reaksi,
asam lemah bersisa)
Larutan penyangga basa
berasal dari basa lemah dan asam konjugasinya.
Asam konjugasi disediakan oleh garam.

 Contoh larutan penyangga basa:


NH4OH (NH3) dan NH4+
dimana NH4+ disediakan dari garamnya,
misalnya NH4Cl atau (NH4)2SO4.
 Pembuatan larutan penyangga basa

Larutan
Penyangga Basa

Cara tidak
Cara Langsung
Langsung

Basa lemah dicampur dengan Basa lemah berlebih dicampur


garamnya. dengan asam kuat.
Contoh: NH4OH + NH4Cl Contoh: NH4OH + HCl
(Pada akhir reaksi,
basa lemah bersisa)
pH Larutan Penyangga

 Larutan penyangga adalah larutan yang dapat


mempertahankan pH.
 Pada batas-batas tertentu, pengenceran,
penambahan ion H+ (asam), atau penambahan ion OH–
(basa) relatif tidak mengubah pH larutan penyangga
(perubahan pH sangat kecil).

 Ion H+ (asam) atau ion OH– (basa) yang ditambahkan


ke dalam larutan penyangga akan dinetralkan oleh
partikel-partikel zat terlarut.
HA = asam lemah
HA(aq) H+(aq) + A–(aq) A – = basa konjugasi
GA(aq)  G+(aq) + A–(aq) GA = garam dari asam
lemah

 Jika ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan


sedikit asam, maka ion H+ dari asam yang ditambahkan
akan bereaksi dengan ion A– dalam larutan.
 Jika ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan
sedikit basa, maka ion OH– yang ditambahkan akan
bereaksi dengan ion H+ dalam larutan.
 Oleh karena itu, keseimbangan larutan penyangga asam
tersebut relatif tetap.
 Contoh:
Larutan penyangga asam CH3COOH dan CH3COO–
• Pada penambahan sedikit asam,
ion H+ dari asam tersebut akan bereaksi dengan CH3COO–
Reaksinya: CH3COO– + H+  CH3COOH
• Pada penambahan sedikit basa,
ion OH – dari basa tersebut akan bereaksi dengan CH3COOH
Reaksinya: CH3COOH + OH –  CH3COO – + H2O
BOH = asam lemah
BOH(aq) B+(aq) + OH–(aq) B+ = asam konjugasi
BG (aq)  B+(aq) + G–(aq) BG = garam dari basa
lemah

 Jika ke dalam larutan penyangga basa ditambahkan


sedikit asam, maka ion H+ dari asam yang ditambahkan
akan bereaksi dengan ion OH– dalam larutan.
 Jika ke dalam larutan penyangga asam ditambahkan
sedikit basa, maka ion OH– dari basa yang ditambahkan
akan bereaksi dengan ion B+ dalam larutan.
 Oleh karena itu, keseimbangan larutan penyangga basa
tersebut relatif tetap.
 Contoh:
Larutan penyangga basa NH4OH (NH3) dan NH4+
• Pada penambahan sedikit asam,
ion H+ dari asam tersebut akan bereaksi dengan NH3
Reaksinya: NH3 + H+  NH4+
• Pada penambahan sedikit basa,
ion OH– dari basa tersebut akan bereaksi dengan NH4+
Reaksinya: NH4+ + OH –  NH3 + H2O
Besarnya pH larutan penyangga asam bergantung
pada besarnya tetapan ionisasi asam lemah (Ka)
dan konsentrasi basa konjugasinya, [A–].

[HA] = konsentrasi asam lemah n HA = mol asam lemah


[A–] = konsentrasi basa konjugasi n A– = mol basa konjugasi
Sebanyak 25 mL basa kuat NaOH 1,2 M direaksikan dengan
50 mL larutan asam format (HCOOH) 0,66 M,
sehingga terbentuk larutan penyangga.
Jika Ka HCOOH = 10–4, hitunglah pH larutan tersebut!

Penyelesaian
n NaOH = M NaOH × V NaOH
= 1,2 M × 25 mL = 1,2 M × 0,025 L = 0,03 mol
n HCOOH = M HCOOH × V HCOOH
= 0,66 M × 50 mL = 0,66 M × 0,05 L = 0,033
mol
Reaksi yang terjadi
HCOOH(aq) + NaOH(aq)  HCOONa(aq) + H2O(l)
Mula-mula : 0,033 mol 0,030 mol
Bereaksi : –0,030 mol –0,030 mol +0,030 mol
+
Akhir reaksi : 0,003 mol 0 0,030 mol
Karena pada akhir reaksi yang tersisa adalah HCOOH (asam
lemah) dan HCOONa (garamnya dari basa kuat), maka larutan
yang terbentuk adalah larutan penyangga asam.

HCOONa(aq)  Na+(aq) + HCOO–(aq)


0,030 mol 0,030 mol 0,030 mol

Menentukan konsentrasi H+
n HCOOH
[H+ ]  K a
n HCOO
0,003 mol
 104   105
0,03 mol
Menentukan pH larutan
pH = – log [H+]
= – log (10–5) = 5

Jadi, pH larutan tersebut adalah 5.


Besarnya pH larutan penyangga basa bergantung
pada besarnya tetapan ionisasi basa lemah (Kb)
dan konsentrasi basa konjugasinya, [B+].

[BOH] = konsentrasi basa lemah n BOH = mol basa lemah


[B+] = konsentrasi asam konjugasi n B+ = mol asam konjugasi
Bila 50 mL NH4OH 0,01 M (Kb = 10–5) dicampur dengan
100 mL NH4Cl 0,25 M, maka terbentuk larutan penyangga.
Tentukan nilai pH larutan tersebut!

Penyelesaian
Menentukan mol basa
n NH4OH = M NH4OH × V NH4OH
= 0,01 M × 50 mL = 0,01 M × 0,05 L = 0,0005 mol

Menentukan mol asam konjugasi


NH4Cl(aq)  NH4+(aq) + Cl–(aq)
1
n NH4OH = × M NH4Cl × V NH4Cl
1
= 0,25 M × 100 mL = 0,25 M × 0,1 L = 0,025 mol
Menentukan konsentrasi OH–
n NH4OH
[OH ]  K b 
n NH4 +
0.0005 mol
 10 5   2  10 7
0,025 mol
Menentukan pH
pOH = – log [OH–]
= – log (2 × 10–7)
= 7 – log 2
pH = 14 – (7 – log 2)
= 7 + log 2

Jadi, pH larutan tersebut adalah 7 + log 2.


Larutan Penyangga dalam Kehidupan Sehari-Hari

 Proses-proses kimia di dalam tubuh menghasilkan beberapa zat


kimia seperti karbon dioksida dan ion hidrogen. Hal tersebut
dapat mempengaruhi pH darah.
 pH darah yang terlalu
rendah atau tinggi
berbahaya bagi tubuh.
• pH darah terlalu
rendah  asidosis
• pH darah terlalu
tinggi  alkalosis
 Di dalam darah terdapat
larutan penyangga
untuk mempertahankan
pH darah sebesar 7,4.
 Larutan penyangga karbonat berasal dari campuran asam
karbonat (H 2CO 3) dengan basa konjugasi ion bikarbonat
(HCO 3–)
 Reaksi kesetimbangan pada sistem penyangga karbonat -
bikarbonat:
H3O+ (aq) + HCO3–(aq)  H2CO3(aq) + H2O(l) 2H2O(l) +
CO2(g)
 Keberadaan asam atau basa dalam darah dapat dinetralkan oleh
larutan penyangga karbonat-bikarbonat.
• Reaksi netralisasi asam: H+(aq) + HCO3–(aq)  H2CO3(aq)
• Reaksi netralisasi basa: OH– (aq) + H2CO3(aq)  HCO3–(aq) + H2O(l)
 Larutan penyangga fosfat berasal dari campuran ion
dihidrogen fosfat (H2PO4–) dengan ion monohidrogen fosfat
(HPO42–)
 Sistem penyangga fosfat merupakan sistem penyangga yang
bekerja untuk menjaga pH cairan intrasel.

 Jika proses metabolisme sel menghasilkan banyak zat asam atau zat
basa, dapat dinetralkan oleh larutan penyangga fosfat.
• Reaksi netralisasi asam: H+(aq) + HPO42–(aq)  H2PO4– (aq)
• Reaksi netralisasi basa: OH– (aq) + H2PO4– (aq)  HPO42–(aq) + H2O(l)
 Dalam darah, terdapat hemoglobin yang dapat mengikat oksigen
untuk selanjutnya diangkut ke seluruh sel tubuh.

 Reaksi kesetimbangan dari larutan penyangga hemoglobin:


HHb+ + O2(g)  HbO2 + H+
Hemoglobin Ion oksi hemoglobin

• Ion H+ akan diikat oleh ion HCO3– membentuk H2CO3.


• Oleh enzim karbonat anhidrase, H2CO3 terurai menjadi H2O
dan CO2.
• CO2 yang dihasilkan dalam jaringan sel diubah oleh enzim
karbonat hidrase dalam darah menjadi H2CO3.
• H2CO3 terurai menghasilkan ion H+ dan HCO3–.
• Ion H+ diikat oleh basa konjugasi HbO2 menghasilkan O2 yang
masuk ke jaringan sel dan digunakan untuk reaksi
metabolisme.
SEKIAN
SUKSMA

Anda mungkin juga menyukai