Cvpampjvp PDF Free
Cvpampjvp PDF Free
Disusun oleh :
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemeriksaan CVP
2.1.1. Pengertian
2.1.2. Fungsi Pemasangan
2.1.3. Indikasi Pemasangan
2.1.4. Tempat Pemasangan
2.1.5. Persiapan
2.1.6. Penatalaksanaan
2.1.7. Pemantauan
2.1.8. Interpretasi Hasil Pengukuran
2.2. Pemeriksaan JVP
3.1.1. Pengertian
3.1.2. Fungsi Pemasangan
3.1.3. Indikasi Pemasangan
3.1.4. Tempat Pemasangan
3.1.5. Persiapan
3.1.6. Penatalaksanaan
3.1.7. Pemantauan
3.1.8. Interpretasi Hasil Pengukuran
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara pemeriksaann CVP dan JVP.
b. Persiapan Alat
Untuk persiapan pemasangan CVP ada beberapa alat-alat yang
dibutuhkan dan yang akan digunakan untuk memasang CVP.
Alat-alat yang dibutuhkan antara lain:
i. Sarung tangan steril
ii. Kateter sesuai ukuran, jenis dan panjang yang sesuai
iii. Anestesi lokal
iv. Salep antiseptik
v. Kasa steril kering
vi. Manometer
vii. Cairan NaCl 0,9%
viii. Spuit 10;2,5;1 cc
ix. Three way stopcock
x. Gunting
c. Penatalaksanaan
Untuk merekam CVP, kateter intravena yang panjang dipasang
pada vena lengan, vena kaki, atau vena subklavia dan diurutkan pada
posisi vena kava di dekat atrium kanan. Kadang-kadang, kateter dapat
masuk meluas ke atrium kanan, yang ditandai oleh fluktuasi berirama
pada tekanan manometer yang berhubungan dengan denyut jantung
pasien. Pada situasi ini, kateter dapat dengan mudah ditarik ke titik
dimana pulsasi berhenti.
Sebuah manometer dengan stopcock tiga jalur dipasangkan
diantara sumber cairan dan kateter intravena pasien. Pada cara ini, tiga
sitem terpisah dapat dibuat melalui manipulasi stopcock.
Sebuah system yang paten dipastikan bila cairan pada kolom turun
dengan bebas dan sedikit fluktuasi dari cairan kolom tampak. Fluktuasi
ini mengikuti pola pernafasan pasien dan akan turun pada saat inspirasi
dan naik pada saat ekspirasi karena perubahan pada tekanan
interpulmonalis. Jika pasien diventilasi pada respirator, pembacaan
tinggi yang salah dapat terjadi. Perawat harus memeriksa standar
praktik institusi untuk menentukan apakah pengambilan pembacaan
CVP pada pasien dengan ventilator dalam keadaan on atau off. Bila
ditujukan untuk melakukan pengukuran yang tepat pada pasien dengan
ventilator, kecenderungan signifikan pada CVP masih dapat ditentukan
bila konsistensi dalam pengambilan pembacaan diikuti.
d. Pemantauan
i. Tentukan titik nol pada garis mid axial dengan ICS 2-3 (garis
setinggi atrium kanan)
ii. Samakan garis atrium kanan dengan titik nol pada manometer
dengan water pass.
iii. Isi monometer dengan cairan dari botol cairan intervena dengan
membuka three way stopcock ke CVP manometer.
iv. Isi ±25cm dan tutup kembali, buka threee way stopcock ke pasien.
v. Perhatikan fluktuasi cairan pada manometer. Fluktuasi ini seiring
irama pernafasan.
vi. Nilai CVP di ambil pada keadaan cairan di dalam manometer
stabil.
Pada pasien yang memakai alat bantu nafas, pembacaan hasil CVP
kurang kurang akurat di karenakan pasien tidak bernafas secara
spontan tetapi dengan menggunakan ventilator.
e. Interpretasi Hasil
Tekanan vena sentral diukur dalam sentimeter air atau millimeter
air raksa. Tekanan normal dalam atrium kanan kurang dari 8 cm H2O,
dan tekanan dalam vena kava kurang lebih 5 sampai 8 cm H2O.
Pembacaan CVP atau pembacaan tekanan atrium kanan juga dapat
diukur dengan transduser tekanan.
Rentang CVP normal pada kasus ini 4 sampai 6 mm Hg. Terdapat
kecenderungan pembacaan hasil yang paling signifikan, mengabaikan
nilai-nilai dasar. Kecenderungan naik atau turunnya CVP,
dikombinasikan dengan pengkajian klinis pasien, akan menentukan
interpretasi yang tepat.
Sebagai contoh nilai CVP pasien dapat meningkat secara bertahap
dari 6 cm H2O sampai 8 cm H2O dan kemudian 10 cm H2O.
Perubahan ini bersamaan dengan parameter lain yang dikaji oleh
perawat dapat menandakan komplikasi selanjutnya. Misalnya,
auskultasi bunyi nafas dapat menyatakan crakels di basal; S3 dapat
terdengar; atau frekuensi nadi dan pernafasan mungkin meningkat
secara tiba-tiba. Pada konteks ini, kecenderungan peningkatan secara
bertahap pada CVP lebih bermakna daripada nilai actual CVP
tersendiri.
Jika menginterpretasikan data CVP dalam hubungannya dengan
observasi klinis lainnya, perawat memiliki pemahaman lebih baik
tentang fisiologi pada pasien dan akan mengenali hasil pada mana
intervensi keperawatan harus ditujukan. Pada contoh yang telah
disebutkan pada paragraph sebelumnya, perawat harus waspada bahwa
pemberian cairan yang terlalu banyak, lebih lanjut akan mempengaruhi
status sirkulasi pasien dan harus bertindak untuk mengurangi resiko
ini.
Kadang-kadang kecepatan pemberian cairan dititrasi sesuai dengan
CVP pasien dan haluaran urine. Selama haluaran urine masih adekuat
dan CVP tidak berubah secara bermakna, ini menandakan bahwa
jantung dapat menampung jumlah cairan yang diberikan. Jika CVP
mulai tinggi dan haluaran urine turun, ini menandakan penurunan
curah jantung, beban kerja sirkulasi harus dicurigai dan juga
mengesampingkan atau memvalidasi gambaran simtomatologi klinis
lain.
Pasien yang mulai dalam terapi agen vasoreseptor akan
menunjukkan peninggian CVP karena produk vasokonstriksi. Pada
situasi ini, volume darah tidak berubah tetapi pembuluh menjadi lebih
kecil. Perubahan ini harus diinterpretasi dalam hubungannya dengan
pengkajian-pengkajian lain yang ditentukan oleh perawat tentang
pasien. Nilai CVP sendiri dapat menjadi kurang berarti bila ditujukan
dalam penatalaksanaan dan prediksi kondisi klinis pasien.
CVP tidak selalu normal, CVP bisa meningkat atau menurun
tergantung dengan keadaan pasien saat itu.
Peningkatan tekanan vena sentral dapat disebabkan oleh beberapa
keadaan yaitu :
1. Payah jantung kanan apapun sebabnya
2. Beban cairan berlebihan (fluid/ volume overload)
3. Obstruksi inflow atrium kanan : vena cava superior syndrome
4. Obstruksi inflow ventrikel kanan
Perikarditis konstriktifa dan temponade pericardial
Pneumothoraks atau efusi pleura yang massif
Trikuspid stenosis
5. Venokonstriksi oleh karena aktifitas simpatis yang berlebihan
Empat potensial komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan jalur
sentral. Komplikasi ini meliputi :
1. Infeksi
Emboli udara terjadi sebagai akibat masuknya udara pada system dan
berjalan ke ventrikel kanan melalui vena kava. Penurunan curah
jantung mungkin merupakan indicator awal dari masalah ini.
Ini diperkirakan bahwa paling sedikit 10 sampai 20 cc udara masuk ke
dalam system sebelum pasien menampakkan gejalanya. Tanda-tanda
dari suatu kedaruratan dapat meliputi kekacauan mental, sakit kepala,
ansietas dan tidak berespons. Peristiwa fisiologisnya adalah
pembentukan busa dalam ventrikel pada tiap kontraksi jantung,
menyebabkan penurunan tiba-tiba pada curah jantung.
4. Perubahan Posisi Jalur
2.2.6. Penatalaksanaan
Titik-titik pengukuran ;
Titik Acuan : bidang horizontal melalui tempat sambungan iga ke-
2 dengan sternum.
Titik Nol : tempat dimana tekanan sama dengan nol. Terletak
setinggi titik tengah atrium kanan.
Jarak titik acuan dan titik nol pada orang dewasa adalah 5 cm. jarak ini
adalah konstan.
Pasien berbaring ± 45˚ dan leher harus lemas. Vena ditekan dengan jari,
mula-mula di sebelah bawah dekat klavikula lalu di sebelah atas dekat
mandibula dengan jari lain. Kemudian tekanan jari ke-1 dilepaskan. Lihat
sampai di mana vena terisi waktu inspirasi biasa. Tingginya di ukur dari
titik acuan (Angulus Lidovici).
Kendala pengukuran JVP :
Beberapa kendala yang dapat terjadi saat pengukuran JVP adalah :
Leher pasien yang pendek atau gemuk
Pasien koma atau tidak sadar atau menggunakan ventilator
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Untuk mengukur tekanan vena yaitu dengan pemasangan CVP dan JVP.
CVP merupakan kateter jantung yang digunakan untuk mengukur tekanan vena
central yang berada di atrium kanan. Sedangkan JVP dapat diukur melalui vena
jugularis externa, akan tetapi mempunyai fungsi yang sama dengan CVP.
Pengukuran ini digunakan untuk post operasi, pemberian nutrisi
parenteral, pemberian obat vasoaktif, serta pada pasien gagal jantung. Pengukuran
ini digunakan untuk penunjang diagnosis bersama dengan EKG pada pemeriksaan
aritmia.
3.2. Saran
Sebagai calon ners, diharapkan kita dapat memperdalam pengetahuan tentang
pemeriksaan CVP dan JVP sehingga dapat diaplikasikan dalam pelayanan
keperawatan professional.
DAFTAR PUSTAKA
Joewono, Boedi Soesetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga
University Press.