Anda di halaman 1dari 3

Tugas Sinopsis Mata Kuliah Sejarah Lokal

Metodologi Penulisan Sejarah Lokal

Disusun Oleh:
Rio Prayoga NPM 2013033019

Dosen Pengampu: Bapak Marzius Insani S.Pd, M.Pd.

Penulisan Sejarah Lokal di Indonesia sulit dilakukan secara baik karena keterbatasan sumber
tertulis. Penulisan sejarah lokal dalam lingkup kecil/mikro juga menuntut metodologi khusus
atau kerangka konseptual yang halus agar dapat melakukan analisis yang tajam. Berbeda dengan
yang dilakukan Le Roy Ladurie dalam The Peasant of Languedoc (1976) dan Montaillou (1978),
yang menulis pedesaan Perancis dengan dukungan dokumen tertulis yang cukup melimpah.

Tahap paling awal penulisan sejarah lokal adalah menemukan sumber-sumber yang dapat
dipercaya dan relevan dengan permasalahan yang diajukan, baik sumber tertulis (dokumen/arsip)
sezaman, sumber lisan dari orang yang mengalami, maupun sumber-sumber lainnya berupa
artefak seperti monumen, bangunan fisik, tradisi lisan, dan situs-situs peninggalan masa lalu.
Langkah pertama ini disebut heuristik, yakni mencari dan menggali sumber data sejarah sebanyak
mungkin untuk merekonstruksi suatu peristiwa masa lalu yang menjadi focus penelitian. Langkah
berikutnya adalah melakukan kritik sumber (intern dan ekstern) untuk membangun fakta-fakta sejarah
yang kemudian dianalisis atau diinterpretasikan dan disusun ke dalam kisah. Tahap paling akhir adalah
memberi keterangan sejarah (eksplanasi) menurut perspektif tertentu. Jadi, menemukan– mengisahkan–
menerangkan adalah rangkaian kerja sejarawan dalam merekonstruksi masa lalu yang menjadi pokok
kajiannya.

Metodologi mengandung arti ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran.
Adapun dalam penggunaan penelusuran dengan tata cara tertentu untuk menemukan kebenaran
ini tergantung dari realitas yang sedang dikaji. Jadi, metodologi adalah ilmu yang tersusun dari
cara-cara yang terstruktur untuk memperoleh ilmu. Metodologi berasal dari bahasa Yunani
“metodos” dan “logos,” kata metodos terdiri atas dua suku kata yaitu “metha” yang berarti
melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang
dilalui untuk mencapai tujuan dan logos artinya ilmu. Dalam praktiknya, metodologi adalah
prosedur ilmiah yang di dalamnya mencakup pembentukan konsep, proposisi (ungkapan yang
dapat dibuktikan kebenaran atau kesalahannya), model, hipotesis, teori, dan termasuk metode itu
sendiri. Jadi, metodolog adalah pemahaman mengenai metode bukan metode itu sendiri.
Metodologi menggali pengertian bahwa dalam ilmu pengetahuan, dalam hubungannya dengan
penelitian, yang memegang peranan penting adalah filsafatnya, yang kemudian dijabarkan ke
dalam cara-cara yang praktis, sebagai metode. Metodologi adalah sebagai cara-cara yang
mengatur prosedur penelitian ilmiah pada umumnya, sekligus pelaksanaannya terhadap masing-
masing ilmu secara khusus.

Dalam pengerjaannya dan dalam perumusan sasaran pokok sejarah lokal, yang dengan jelas
memberi pembatasan geografis dari ruang lingkupnya, seringkali berkaitan erat dengan sejarah
sosial. Secara pokok yang ideal dari sejarah sosial ialah struktur dan proses dari tindakan dan
interaksi manusia. Jadi, jika pendekatan sejarah sosial ini digunakan, maka suatu sejarah lokal
harus memperhitungkan dengan baik ikatan struktural, yaitu jaringan peranan-peranan sosial
yang saling bergantung, terhadap aktor sejarah. Dalam usahanya untuk mengerti dinamika sosial
tertentu seorang ahli sejarah lokal tentu akan mencoba menjawab pertanyaan “apa kaitan dari
peristiwa atau gejala yang ditelitinya dengan struktur sosial kebudayaan dan ekonomi?” Jika ia
sedang memperhatikan suatu atau serangkaian peristiwa, maka ia tidak akan puas, dalam
menerangkannya, hanya dari sudut hubungan kausal (sebab-akibat) dengan peristiwa-peristiwa
lain. Lebih dari itu, ia akan menerangkan pula dari sudut kerangka sosial-kultural tempat
peristiwa itu terjadi.

Penulisan sejarah lokal menuntut persyaratan seperti layaknya menulis sejarah pada umumnya.
Sejalan dengan tuntutan perkembangan teori dan metodologi sejarah, penulisan sejarah lokal
tidak cukup hanya dilakukan dengan pendekatan deskripti-naratif, tetapi perlu menggunakan
pendekatan kritis. Corak penulisan sejarah lokal yang hanya memberi jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan elementer yang sifatnya kronik kurang memadai atau bahkan tidak relevan lagi bagi
kepentingan penelitian sejarah modern. Agar penulisan sejarah lokal terhindar dari corak kronik,
pendekatan kritis harus dilakukan agar aspek-aspek struktural suatu peritiwa itu dapat dijelaskan.
Dengan demikian sejarah bukan sekedar bercerita hal-hal yang elementer, meskipun ini penting
untuk memperoleh kepastian historis, tetapi juga dapat menerangkan hubungan sebab-akibat dan
faktor-faktor struktural lainnya yang turut menentukan jalannya sejarah lokal. Namun,
terbatasnya sumber sejarah lokal yang umumnya berupa tradisi lisan menyulitkan penulisan
sejarah lokal secara kritis. Tradisi lisan lebih banyak menginformasikan mentifact daripada
sociofact dan artifact sehingga aspek-aspek prosesual dan struktural sulit dilacak. Di samping itu,
sumber tertulis dalam bentuk naskah juga tidak serta merta dapat dimanfaatkan karena
keterbatasan kemampuan memahami isinya. Naskah yang ditulis dalam bahasa daerah dan huruf
non-latin tidak lagi diakrabi oleh sejarawan yang menulis sejarah lokal. Akibatnya, gambaran
sejarah lokal hanya dapat diungkap secara terbatas, samar-samar dan terpenggal-penggal. Tanpa
berbekal kemampuan membaca naskah yang baik, sulit menuliskan sejarah lokal menurut
perspektif komunitas lokal. Oleh karena itu, pelu terus digalakkan kemampuan membaca dan
memahami sumber-sumber lokal (dan juga asing) dalam segala bentuknya agar penulisan sejarah
lokal secara kritis dapat dilakukan. Tanpa langkah nyata yang demikian, penulisan sejarah lokal
akan terjebak ke dalam kungkungan mitos dan ingatan yang jauh dari sejarah yang menawarkan
kearifan.

REFERENSI:

Miftahuddin. (2020). METODOLOGI PENELITIAN SEJARAH LOKAL. Yogyakarta. UNY


Press.
Warto. (2017). TANTANGAN PENULISAN SEJARAH LOKAL. Surakarta. SEJARAH DAN
BUDAYA, Tahun Kesebelas, Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai