Anda di halaman 1dari 37

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Manajemen

2.1.1.1. Pengertian Manajemen

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan didalam buku pengantar manajemen

karya Supomo (2018 : 2-3) menyatakan bahwa Manjemen adalah ilmu dan seni

mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain nya

secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Menurut Andrew F. Sikula didalam buku pengantar manajemen karya Supomo

(2018 : 2-3) menyatakan bahwa Manajemen pada umum nya dikaitkan dengan

kegiatan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalaian, penempatan,

pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya

yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara

efisien.

Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Doonel idalam buku pengantar manajemen

karya Supomo (2018 : 2-3) menyatakan bahwa Manajemen adalah usaha mencapai

suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer

mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.

Dari pengertian manajemen yang diambil dari para ahli tersebut dapat diambil

kesimpulan beberapa poin penting. Bahwa manajemen merupakan proses yang


sitemastis, terkoordinasi, koorporatif dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-

unsurnya (6M). Manajemen juga mengandung unsur perencanaan, pengaturan,

pelaksanaan, tujuan yang ingin dicapai, juga pelaksana manajemen yang berupa

individu atau kelompok. Berarti sudah jelas disini bahwa manajemen itu merupakan

sebuah seni mengatur dan merencanakan sesuatu guna mencapai sebuah tujuan.

2.1.1.2. Unsur-Unsur Manajemen

R. Supomo (2018 : 3-4) menjelaskan mengenai unsur-unsur manajemen yaitu

terdiri atas man,money,methods.materials,machines, and market. Didalam manajemen

dikenal 6M. yaitu :

1. Man

Tenaga kerja (Sumber daya manusia), baik tenaga kerja dimlevel pimpinan

maupun tenaga kerja di level operasional/pelaksana.

2. Money

Uang yang dibutuhkan untuk operasional organisasi untuk mencapai suatu

tujuan yang diinginkan.

3. Methods

Cara-cara yang dipergunakan dalam menjalankn organisasi untuk mencapai

suatu tujuan.

4. Materials

Bahan-bahan yang diperlukan pada organisasi untuk mencapai suatu tujuan.


5. Machines

Mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan atau dipergunakan pada

organisasi tertentu untuk mencapai tujuan.

6. Market

Pasar untuk menjual barang/jasa yang dihasilkan oleh organisasi.

2.1.1.3. Bidang-bidang Manajemen

Setiap unsur-unsur manajemen berkembang menjadi bidang-bidang manajemen

yang mempelajari lebih mendalam peranannya dalam mencapai tujuan organisasi yang

diinginkan. Bidang-bidang manajemen yang dimaksud adalah sebagai beriku:

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

2. Manajemen Pemasaran

3. Manajemen Permodalan

4. Manajemen Akuntansi Biaya

5. Manajemen Produksi

Bidang-bidang manajemen semakin banyak, sesuai dengan kebutuhan yang akan

diaturnya, seperti menajemen perkantoran, manajemen resiko, manajemen informasi

sistem (MIS), manajemen mutu dan lain-lain. Tugasnya bidang manajemen ini akan

terus berkembang karena semakin banyak hal yang perlu diatur.


2.1.2 Total Quality Management

2.1.2.1. Pengertian Total Quality Management

Dr Joseph M. Juran adala seorang guru dalam manajemen kualitas memberikan

definisi tentantang manajemen kualitas sebagai suatu kumpulan aktivitas yang

berkaitan dengan kualitas tertentu yang memiliki karakteristik (didalam buku TQM

Gaspersz (2016:7), yaitu:

1. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas

2. Sasaran kualitas dimasukan dalam rencana bisnis

3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking : fokus adalah pada pelangan

dan pada kesesuaian kompetisi; disana adalah sasaran untuk peningkatan

kualitas tahunan.

4. Sasaran disebarakan ketingkat yang mengambil tindakan

5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat

6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya

7. Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan

sasaran

8. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik

9. Sistem imbalan(reward system) diperbaiki.

Menurut Fandhy Ciptono & Anastasia dalam Husaini Usaman (2011:567) bahwa

Manajemen Mutu Terpada (MMT) adalah suatu pendekatan dalam usaha

memaksimalkan daya saing melalui perbaikan terus menerus atas jasa atau produk dan

lingkungan.(Menurut R. Supomo didalam buku Pengantar Manajemen 2019:103)


Sedangkan menurut Gaspersz (2016:266) mengemukakan TQM (Management

Mutu) ialah “Pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi pada organisasi,

pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan

penyelesaian masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam

kualitas, produktivitas, dan kinerja lain dari perusahaan”.

Pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa total quality management

suatu sistem yang terencana yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan

meningkatkan kualitas dari suatu produk (barang atau jasa) agar selalu sesuai dengan

standart yang sudah ditentukan agar terus mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan

konsumen dan melibatkan partisipasi dari para pekerja. Dalam hal ini respect terhadap

karyawan sangat penting untuk menunjang kinerja karyawan dalam meningkatkan

kualitas produk.

2.1.2.2. Prinsip-prinsip Total Quality Management

Didalam modul ISO 9001;2015 disampaikan bahawasanya terdapat 7 prinsip

utama manajemen mutu didalam yaitu :

1. Fokus terhadap pelanggan

Fokus utama manajemn mutu adalah untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan dan berusuha melebihi harapan pelanggan.

2. Kepemimpinan

Para pimpinan disemua tingkatan menetapakn suatu tujuan dan arah serta

menciptakan kondisi dimana orang-orang yang terlibat dalam mencapai sasaran-

sasaran mutu organisasi.


3. Keterlibatan orang

Karyawan yang kompeten, diberdayakan dan terlibat disemua tingkatan

seluruh organisasi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan untuk

menciptakan dan memberikan nilai.

4. Pendekatan proses

Hasil yang konsisten dan dapat diprediksi tercapai lebih efektif dan efesien

jika kegiatan dipahami dan dikelola sebagai proses yang saling terkait yang

berfungsi sebagai sistem yang koheren.

5. Peningkatan

Organisasi yang sukses memiliki fokus yang berkelanjutan pada

perbaikan.

6. Pengembalian keputusan berdasarkan bukti

Keputusan yang diambil berdasarkan analisis dan evaluasi data serta

informasi yang lebih mungkin menghasilkan yang di inginkan.

7. Manajemen hubungan

Untuk dapat mencapai sukses berkelanjutan, sebuah organisasi harus

mengelola hubungan dengan pihak yang berkepentingan, seperti pemasok.

2.1.2.3. Tujuan Total Quality Management.

Tujuan dari total quality management adalah untuk mengendalikan kualitas

produk ataupun jasa agar dapat memuaskan konsumen. Sistem pengendalian kualitas

merupakan suatu sistem yang mengurangi biaya akibat kerugian dari kerusakan dan

kecacatan produk dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilakan dalam proses
produksi agar bisa memuaskan hasrat konsumen. Total quality management perlu

direncanakan secara matang dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin, mulai dari

awal proses sampai akhir proses hingga penyaluran produk agar selalu terjaga kualitas

produk tersebut. Didalam buku pengantar manajemen menurut R. Supomo ( 2018:113)

tujuan manajemen mutu terpada ( Total Quality Management) sebegai berikut :

1. Pencapaian kebijakan dan target perusahaan secara efisien

2. Perbaikan hubungan manusia,serta mutu barang dan jasa

3. Peningkatan moral,prakarsa, dan kerja sama karyawan

4. Pengembangan kemampuan tenaga kerja

5. Peningkatan produkstivitas dan profitabilitas usaha.

Tujuan utama dari total quality management adalah untuk meningkatkan kinerja

secara berkelanjutan dalam jangka panjang dengan memberikan perhatian secara

khusus pada tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan secara

menyeluruh terhadap kualitas dan mutu produk demi tercapainya kepuasan pelanggan

dan memperkecil biaya yang dikeluarkan dari dampak kerusakan produk.

Dalam hal lain penerapan total quality management dalam suatu perusahaan juga

dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya menigkatkan laba

dan daya saing perusahaan yang bersangkutan. Dengan melakukan perbaikan kualitas

secara terus-menerus maka perusahaan dapat meningkatkan laba melalui 2 rute. Rute

pertama yaitu rute pasar. Perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingan nya

sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua

hal ini mengarah kepada meningkatnya penghasilan sehingga laba yang diperoleh juga

semakin besar. Sedangkan rute kedua, perusahaan dapat meningkatkan output yang
bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya

operasi perusahaan berkurang. Dengan demikian laba yang diperoleh akan meningkat.

Total quality management juga tidak bisa dipisahkan dari proses produksi karena

dari semua produksi harus diawasi secara langsung agar terhindar dari penyimpangan

yang mungkin bisa menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Total quality

management juga menjamin semua produk yang dihasilkan dapat

dipertanggungjawabkan. Maka dari itu pengendalian mutu dan pengendalian produksi

sangat erat kaitannya.

2.1.2.4. Konsep Dasar Total Quality Management

Konsep dasar manajemen mutu terpadu atau total quality management yang

disampaikan oleh R. Supomo didalam buku Pengantar Manajemen (2018 : 112-113).

Yaitu dasar manajemen mutu terpadu adalah konsep mentalitas, kecakapan dan

manajmene partisipatif dengan sikap mental yang mengutamakan kualiras kerja.

Mentalitas adalah kesediaan bekerja sungguh-sungguh, jujur, dan bertanggung jawab

melaksankan pekerjaannya.

Mentalitas Dasar Manajemen Mutu Terpadu

1. Kerja sama dengan partisipasi total

a. Agar karyawan mengetahui cara-cara dalam membangun sikap mental

dasar dilingkungan pekerjaan masing-masing.

b. Tujuangnya sebagai berikut :

- Berorientasi ke tanggung jawab

- Bersedia membuat lebih/berpartisipasi dalam bidang berhubungan.


- Menciptakan kesadaran kelompok

- Dapat saling menghargai Antara golongan/tingkatan.

2. Berorientasi kepada Mutu

- Sesuai dengan permintaan

- Sistemnya adalah pencegahan sejak awal dikerjakan dengan benar

- Standarnya adalah tidak ada cacat atau tidak ada kesalahan.

- Ukurannya adalah biaya untuk menvapai kualitas

3. Prinsip-prinsip mutu adalah sebagai berikut

- Kepuasan pemakai, jadi berorientasi pada pemakai, bukan standar.

- Mencakup kualitas dari semua jenis pekerjaan

- Merupakan tanggung jawab setiap orang sehingga sejak awal harus

dilaksanakan dengan standar.

4. Pengertian kualitas mencakup poin-poin sebagai berikut

- Produk, orang dan aktivitas

- Biaya

- Pengiriman

- Keselamatan

- Moral

5. Hubungan anatara Atasan dan Bawahan

- Penentuan objektif secara kerja sama atau kolaborasi dengan pemberian

rekomendasi atasan, sedangkan bawahan berpartisipasi(plan).

- Pencapaian objektif secara kerja sama dengan adanya dukungan dari atasan

dan pengendalian diri dari bawahan.


- Penilaian hasil bersama dengan memberi pengharagaan oleh atasa dan

memberikan kesempatan penilaian sendiri oleh bawahan.

- Tindakan selanjutnya seperti pemecahan masalah bersama atasan dan

bawahan dengan dukungan atau penghargaan dari atasan serta motivasi dari

diri bawahan.

2.1.2.5. Indikator Pengukuran Total Quality Management

Menurut Daming dalam buku Gaspersz (2016:9-10)untuk membangun sistem

kualitas modern diperlukan transformasi manajemen menuju kondisi perbaikan terus-

menerus(continuos improvement). Transformasi ini diringkaskan ke dalam 14 butir,

yang dikenal 14 butir prinsip manajemen Daming,sebagai berikut :

1. Ciptakan tujuan yang mentap kearah perbaikan barang maupun produk dan

jasa, dengan tujuan menjadi lebih kompetitif dan tetap dalam bisnis serta

memberikan lapangan pekerjaan.

2. Adopsi cara berpikir (filosofi) yang baru. Kita berada dalam ekonomi yang

baru, karena itu diperlukan transformasi manajemen untuk menhadapi

tantangan dan memahami tanggung jawanya serta melakukan kepemimpinan

untuk perubahan.

3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi masal untuk memperoleh kualitas.

Hilangkan kebutuhan untuk inspeksi massal dengan cara membangun kualitas

ke dalam produk itu sejak awal.

4. Akhiri oraktek bisnis dengan hanya bergantung pada harga. Sebaliknya,

meminumkan biaya total. Bergeraklah menuju pemasok (supplier) tunggal


untuk setiap barang (item) dengan membina hubungan jangka panjang yang

berdasarkan kesetiaan (loyality) dan kepercayaan ( trust).

5. Tingkatkan perbaikan secara terus-menerus pada sistem produksi dan

pelayanan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas dan denan demikian

secara terus-menerus akan mengurangi biaya.

6. Lembaga pelatihan kerja.

7. Lembaga kepemimpinan. Tujuannya dari kepemimpinan seharusnya

membantu pekerja, mesin, dan instrumentasi kea rah hasil kerja yang lebih

baik.

8. Hilangkan ketakutan, sehingga setia orang dapat bekerja secara efektif untuk

perusahaan.

9. Hilangkan hambatan-hambatan di anrara departemen. Orang-orang yang

berada dalam bagian riset, desain, penjualan , dan produksi harus bekerjasama

sengaia satu tim untuk mengantisipasi masalah-masalah dalam produksu san

penggunaan dari barang atau jasa.

10. Hilangkan slogan-slogan,desakan-desakan dan target-target.

11. a. Hilangkan kuota produksi kerja dilantai.

b. Hilangkan manajemen berdasarakan angka.

12. a. Hilangkan penghalang yang merampok pekerja dari hak kerja mereka.

b. Hilangkan penghalang yang merampok orang-orang yang berada dalam

posisi manajemen dan rekayasa dari hak kebanggan kerja mereka.


13. Lembagakan program pendidikan dan pengembangan diri secara serius.

14. Gerakan setiap orang dalam perusahaan untuk mencapai transformasi di atas.

Empat belas butir dari prinsip manajemen Daming diatas yang menjadi

indikator penelitian nampaknya agak ganjil dan ekstrem untuk beberapa orang

atau perusahaan. Berbagai pihak keberatan atau berkomentar. Berbagai

komentar atau keritik boleh saja disampaikan, tetapi harus diingat bahwasanya

penerapan prinsip Daming dalam perusahaan-perusahaan jepang dan beberapa

industry di Amerika Serikat telah mendatangkan hasil yang mengagumkan.

Transformasi manajemen secara bertahap dari gaya manajemen “teori X” yang

dipraktekkan oleh beberapa perusahaan tradisional di Indonesia ke gaya

manajemen kualitas terpadu (Total Quality Management=TQM) dapat

didiskripsikan di Tabel 2.1


Tabel 2.1

Transformasi Manajemen “Teori X” ke Manajemen Kualitas

Terpadu(TQM)

Deskripsi Teori X MBO Klasik TQM Awal TQM Lanjutan

Struktur Hierarki ketat Hierarki Tim ad-hoc Tim otonom

Organisasi

Usaha perbaikan Tidak boleh ada Ketetapan Saran-saran, Kerja sama (team

perubahan manajemen Gugus kendali work)

mutu memperbaiki

proses

Kewenangan Manajemen puncak Manajemen Bersama-sama Manajemen paling

membuat puncak-bawah bawah

keputusan

Tradisi fokus Diktatorial Supervisi Coaching Kepemimpinan

manajemen

Motivasi Ketakutan Persuasif Humanistik Humanisti dan

lintas-budaya

(cross-cultural)

Focus Diri sendiri Orientasi Orientasi Sistem total

departemen devisi/pabrik (termasuk

pemasok)

Keterangan : MBO Management By Objective; TQM : Total Quality Management


2.1.3 Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1.3.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia didalam sebuah perusahaan atau organisasi memiliki

peran yang sangat penting. Pengelolaan, perencanaan dan pengoorganisasian

dilingkungan perusahaan memerlukan Sumber Daya Manusia untuk menjalankan

prosesnya. Sumber Daya Manusia atau Karyawan adalah aset perusahaan yang penting

untuk di perhatikan perusahaan sekaligus harus di jaga sebaik mungkin. Melihat

kondisi diatas manajemen sumber daya manusia sangat dibutuhkan perusahaan untuk

mengatur dan mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi, tugas

dan keadaan sumber daya manusia atau karyawan di dalam sebuah perusahaan.

Pengertian Sumber daya manusia menurut Marihot Tua didalam buku

manajemen sumber daya manusia Danang Sunyoto (2018:1) adalah aktivitas yang

dilakukan merangsang, mengembangkan, memotivasi dan memelihara kinerja yang

tinggi didalam organisasi.

Pengertian Manajemen menurut Malayu S.P Hasibuan (2016:9) mengemukakan

bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu.

Menurut Edwin B. Flippo dalam Hasibuan (2019:11) mengatakan bahwa

pengertian manajemen sumber daya manusia yang dia istilahkan sbeagai manajemen

personalia adalah “Perencaanan, pengorganisasian, pengarahan (planning, organizing,

directing) dan pengendalian dari pengadaan (controlling of the procurement),

pengembangan, kompensasi, pengintegrasian (development, compensation,


integration), pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan (maintenance, and

separation of human resource to the end that individual), dengan maksud terwujudnya

tujuan perusahaan, individu, karyawan, dan masyarakat (organization and societal

objectives are accomplished).

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen

sumber daya manusia adalah suatu ilmu dalam mengatur dan merencanakan serta

memproses hubungan dan peranan seorang individu atau karyawan dalam

melaksanakan tanggung jawab terhadap perusahaan dengan efektif dan efisien dalam

mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan.

2.1.3.2. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia

Pembahasan terkait manajemen sumber daya manusia menjadi suatu bahasan

yang menjadi suatu proses sistematik dan terstruktur untuk menjalankan segala proses

pengelolaan yang ada di dalam suatu lingkungan perusahaan. Dengan memiliki

pengelolaan yang tersistem maka perusahaan meiliki tujuan yang ingin di capai dan di

realisasikan melalui pengelolaan sumber daya manusia. Menurut Bintoro dan

Daryanto ( 2017:20 ) kegiatan pengelolaan sumber daya manusia di dalam suatu

organisasi dapat di klasifikasikan ke dalam beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Merupakan fungsi penetapan program-program pengelolaan sumber daya

manusia yang akan membantu pencapaian tujuan perusahaan.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Merupakan fungsi penyusunan dan pembentukan suatu organisasi dengan

mendesain struktur dan hubungan atar para pekerja dan tugas – tugas yang harus
dikerjakan, termasuk menetapkan pembagian tugas, wewenang dan tanggung

jawab.

3. Fungsi Pengarahan (Directing)

Merupakan fungsi pemberian dorongan pada para pekerja agar dapat dan

mampu bekerja secara efektif adan efisien sesuai tujuan yang telah direncanakan.

4. Fungsi Pengendalian (Controling)

Merupakan fungsi pengukuran, pengawasan dan pengendalian terhadap

kegiatan-kegiatan yang di lakukan untuk mengetahui sejauh mana rencana yang

telah ditetapkan, khususnya di bidang tenaga kerja telah dicapai. Selain

manajemen sumber daya manusia mempunyai proses pengelolaan kegiatan

dengan masing-masing fungsinya, manajemen sumber daya manusia juga

memiliki tujuan pengelolaan.

2.1.3.3. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia

Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Cushway dalam Edy

Sutrisno (2016:7), tujuan MSDM meliputi:

1. Memberi pertimbangan manajemen dalam membuat kebijakan SDM untuk

memastikan bahwa organisasi memiliki pekerja yang bermotivasi dan berkinerja

yang tinggi, memiliki pekerja yang selalu siap mengatasi perubahan dan

memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal.

2. Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur SDM yang

memungkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya.

3. Membantu dalam pengembangan arah keseluruhan organisasi dan strategi,

khususnya yang berkaitan dengan implikasi SDM.


4. Memberi dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer lini mencapai

tujuannya.

5. Menangani berbagai krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pekerja untuk

meyakinkan bahwa mereka tidak menghambat organisasi dalam mencapai

tujuannya.

6. Menyediakan media komunikasi antara pekerja dan manajemen organisasi.

7. Bertindak sebagai pemelihara standar organisasional dan nilai dalam manajemen

SDM.

2.1.4 Pelatihan

2.1.4.1. Pengertian Pelatihan

Pelatihan tenaga kerja bagi suatu perusahaan atau organisasi merupan aktivitas

yang cukup penting dilakukan, dimana hal ini akan dapat mempengaruhin tingkat

produktivitas kerja dan prestasi kerja bagi tenaga kerja itu sendiri dan organisasi atau

perusahaan dimana tenaga kerja tersebut bekerja.

Menurut Andrew F. Sikula didalam buku pengantar manajemen R. Supomo

(2018:65) Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan

prosedur yang sitematis dan terorganisasi yang dengannya karyawan karyawan non

manajemen belajar tentang pengetahuan dan keterampilan.

Lebih lanjut, Malayu S.P. Hasibuan menyampaikan didalam buku pengantan

manajemen (2018:65) Pelatihan adalah proses peningkatan kemampuan teknis dan

moral kerja karyawan operasional sesuai dengan kebutuhan tugas-tugasnya.


Menurut Bernadan dan Rusell yang dikutip oleh Cardoso (1999) dalam Danang

(2018:137), Pelatihan tenaga kerja adalah setiap usaha untuk memperbaiki performa

pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya atau

satu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaan.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya pelatihan adalah

sebuah proses untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan dapat melatih

kemampuan, keterampilan, keahilan dan pengetahuan karyawan guna melaksanakan

pekerjaan secara efektifvitas dan efisien untuk mencapai tujuan di suatu perusahaan.

2.1.4.2. Jenis-jenis Pelatihan

Menurut Akrani dalam Kaswan (2016:213) ada 5 (lima jenis) pelatihan yang

berbeda pelatihan-pelatihan itu adalah sebagai berikut :

1. Pelatihan induksi

Bertujuan mengenalkan organisasi kepada karyawan yang baru diangkat,

ini merupakan pelatihan yang singkat dan informatif yang diberikan segera

setelah bergabung dengan organisasi tersebut, tujuannya memberikan informasi

“selayang pandang” kepada karyawan.

2. Pelatihan pekerjaan

Berkaitan dengan pekerjaan khusus dan tujuannya adalah memberikan

informasi dan petunjuk yang sesuai kepada karyawan sehingga memungkinkan

mereka melaksanakan pekerjaan secara sistematis, tepat efisien, dan akhirnya

dengan percaya diri.

3. Pelatihan untuk promosi


Adalah pelatihan yang diberikan setelah promosi tetapi sebelum

bergabung pada posisi yang lebih tinggi, tujuannya untuk memberi kesempatan

pada karyawan melakukan penyesuaian diri dengan tugas pekerjaan di level

lebih tinggi.

4. Pelatihan penyegaran

Adalah memperbaharui ketrampilan professional, informasi dan

pengalaman seseorang yang menduduki posisi eksekutif penting.

5. Pelatihan untuk pengembangan manajerial

Adalah diberikan kepada manajer agar meningkatkan efesiensinya dan

dengan demikian memungkinkan mereka menerima posisi yang lebih tinggi,

perusahaan harus menyediakan semua jenis pelatihan.

2.1.4.3. Tujuan Pelatihan

Tujuan dari pelatihan yang menurut Sunarto & Sahedhy,2003 pada buku

manajemem sumber daya manusia Danang (2018:140) sebagai berikut :

1. Memperbaiki kinerja

Karyawan-karyawan yang bekerja secara tidak memuaskan karena

kekurangan ketrampilan merupan calon utama pelatihan. Pelatihan dibutuhkan

untuk mengisi kekurangan kinerja sesungguhnya dan kinerja terprediksi

karyawan.

2. Memutkhirkan keahlian para karyawan

Memulai pelatihan memastikan bahwa karyawan yang dapat secara efektif

menggunakan teknologi baru. Manajer disemua bidang harus secara konstan


mengetahui kemajuan-kemajuan teknologi yang membuat organisasi mereka

berfungsi lebih efektif.

3. Mengurai waktu belajar

Sistem seleksi karyawan tidaklah sempurna. Meskipun hasil

tes,wawancara dan data lainnya menunjukkan probabilitas yang tinggi akan

kesuksesan pekerjaan oleh pelamar,tetapi terkadang terdapat saat dimana

prediksi tersebut terbukti tidak valid. Tidak ada alat seleksi yang mampu secara

akurat memprediksi kesuksesan dan kegagalan karywan sepanjang

waktu,pelatihan sering diperlukan untuk mengisi gap Antara kinerja karyawan

yang diprediksi dengan kinerja actual.

4. Memecahkan permasalahan operasional

Persoalan organisasional menyerang dari berbagai penjuru. Pelatihan

adalah salah satu cara terpenting guna memecahkan banyak dilemma yang harus

dihadapi oleh manajer. Serangkain pelatihan dalam berbagai bidang yang

diberikan oleh perusahaan membantu karyawan dalam memecahkan masalah

organisasional dan melaksanakan pekerjaan secara efektif.

5. Promosi karyawan

Salah satu cara untuk menarik,menahan dan memotivasi karyawan adalah

melalui pengembangan karir yang sistematik. Mengembangkan kemampuan

promosional karyawan adalah konsisten dengan kebijakan personal untuk

promosi dari dalam, pelatihan adalan unsur kunci dalam sistem pengembangan

karier.
6. Orientasi karyawan terhadap organisasi

Beberapa pelaksanaan orientasi melakukan upaya bersama secara benar

agar ada orientasi karyawan terhadap organisasi dan pekerjaan.

7. Memenuhi kebutuhan pertumbuhan pribadi

Pelatihan dan pengembangan dapat memainkan peran ganda dengan

menyediakan aktivitas yang membuahkan efektifitas organisasional yang lebih

besar dan meningkatkan pertumbuhan pribadi bagi semua karyawan.

2.1.4.4. Manfaat Pelatihan

Disamping tujuan pelatihan, juga ada beberapa manfaat pelatihan tenaga kerja,

antara lain:

1. Meningkatkan kualitas dan kualitas produktivitas.

2. Mengurai waktu belajar yang diperlukan karyawan agar mencapai standar

kinerja yang dapat diterima.

3. Menciptakan sikap loyalitas dan kerja sam yang lebih baik menguntungkan.

4. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.

5. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.


2.1.4.5 Indikator Pelatihan

Indikator-indikator proses pengembangan atau pelatihan menurut Malayu S.P.

Hasibuan (2019:75-76) :

1. Sasaran

Setiap pengembangan harus terlebih dahulu ditetapkan secara jelas sasaran

yang ingin dicapai. Apakah sasarangn pengembangan atau pelatihan untuk

meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis mengerjakan pekerjaan

ataukah meningkatkan kecakapan memimpin.

2. Kurikulum

Pelatihan sumber daya manusia merupan materi atau kirikulum harus

mendukung terciptanya saran dari pengembangan atau pelatihan. kurikulum

harus ditetapkan secara sistematis, jumlah jam pertemuan, metode pengajaran,

dan sistem evaluasi nya harus jelas agar sasaran dari pengembangan atau

pelatihan itu optimal.

3. Sarana

Mempersiapkan tempat dan alat-alat yang akan digunakan dalam

pelaksanaan pengembangan. Penyediaan tempat dan alat-alat harus didasarkan

pada prinsip ekonomi serta berpedoman pada sasaran pengembangan yang ingin

dicapai.

4. Peserta

Menetapkan syarat-syarat dan jumlah peserta yang dapat mengikuti

pengembangan atau pelatihan. misalnya usia,jenis kelamin,pengalaman, dan

latar belakang pendidikannya. Peserta pengembangan atua pelatihan sebaiknya


mempunyai latar belakang yang reatif homogeny dan jumlahnya ideal agar

kelancaran pengambangan atau pelatiha terjamin.

5. Pelatih

Menunjuk pelatih atau instruktur yang memenuhi persyaratan untuk

mengajarkan setiap mata pelajaran sehingga sasaran pengembangan tercapai.

Pengangkatan pelatih harus berdasarkan komponen objektif (teoritis dan praktis)

bukan didasarakab kepada kawan atau saudara. Dengan pelatih yang qualified

akan menghasilkan tercapai atau tidak.

6. Pelaksanaan

Melaksanakan proses belajar-mengajar artinya setiap pelatih mengajarkan

materi pelajaran kepada peserta pengembangan atau pelatihan. proses belajar-

mengajar harus diakhiri dengan ujian atau evaluasi untuk mengetahui sasaran

pengembangan itu tercapai atau tidak.

2.1.5 Kualitas

2.1.5.1. Pengertian Kualitas

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervarisasi dari yang

konsvensional sampai yang lebih strategic. Definisi konvensional dari kualitas

biasanya menggambarkab karakteristik langsung dari suati produk seperti:

performansi (performance), keandalan (reability), mudah dalam penggunaan ( easy of

use), estetika (estetics), dan sebagainya.


Bagaimanapun para manajer dari persuhaan yang sedang berkompetisi dalam

pasar global harus memberikan perhatian serius dalam definisi srategik, yang

menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan

atau kebutuhan pelanggan (meeting the neds of customers).

Keistimewaan atau keunggulan produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan

pelanggan. Keistimewaan ini tidak hanya terdiri dari karakteristik produk yang

ditawarkan saja, tetapi juga pelayanan yang menyertai produk itu, seperti : cara

pemasaran,cara pembayaran, ketetpatan penyerahan, dan lain-lain.

Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), kualitas didefinisikan sebagai totalitas

dari karakteristik dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya

untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas

seringkali diartikan sebagai kepuasan pelanggan (Customer satisfaction) atau

konfirmasi terhadap kebutuhan atau persyaratan ( conformance to the requirements).

Perlu dicatat sejak awal pengertian produk seperti yang didefinisikan dalam ISO

8402, bahwa produk adalah hasil dari aktivitas atau proses. Sesuatu produk dapat

berbentuk(tangible), takberbentuk( intangible), atau kombinasi keduanya.

Menurut Vincent Gaspersz (2016:4) kualitas adalah hal yang menggambarkan

karakteristik langsung dari suatu produk. Ini mencakup performa, keandalan,

kemudahaan dalam penggunaan, dan lain-lain.

Menurut Kotler (2019:143) Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik

produk dan jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan

yang dinyatakan atau tersirat.


Berdasarakan definisi diatas mengenai kualitas baik yang konvensional maupun

lebih strategic, kita boleh menyatakab bahwa pada dasarnya kualitas mengacu kepada

pengertian produk berikut :

1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan produk, baik keistimewaan langsung

maupun kesitimewaan atra ktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan

demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu.

2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.

Berdasarkan pengertian dasar mengenai kualitas diatas, terlihat bahwasanya

kualitas selalu berfokus pada pelanggan ( customer focused quality). Dengan demikian

produk-produk didesain, diproduksi, serta pelayan diberikab untuk memenuhi

keinginan pelanggan. Karena kualitas mengacu kepda segala sesuatu yang menentukab

kepuasan pelanggan, suatu produk yang dihasilkan baru dapat dikatan berkualitas

apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik, serta

diproduksi dengan cara yang baik dan benar.

2.1.5.2. Dimensi Kualitas Hasil

Produksi Kualitas memiliki dimensi yang banyak, sehingga sulit

mendefenisikannya. Gasperz, Vincent (2016:19) menyatakan bahwa ada delapan

dimensi kualitas yaitu:

1) Performansi atau prestasi dari fungsi yag diperlihatkan oleh produk.

2) Sifat-sifat khusus dan menarik minat (feature), yang menjadikan suatu produk

unik dibandingkan produk sejenis dari produsen lain.

3) Keandalan, kemampuan produk untuk tidak mogok dalam masa kerjanya.

4) Kecocokan dengan standart industri.


5) Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan.

6) Daya tahan produk terhadap waktu

7) Keindahan penampilan

8) Persepsi konsumen

2.1.5.3. Indikator Pengukuran Kualitas Hasil Produksi

Didalam buku Total Quality Management Gaspersz (2016:129) menyampaikan

bahwasanya pengukuran yang dilakukan seharusnya mempertimbangkan setiap aspek

dari proses operasional yang mempengaruhi persepsi pelanggan tentanf nilai kualitas.

Melalui suaru survey pendahuluab yang bersifat eksploratif, dapat diidentifikasi semua

atribut produk yang menentukab kepuasan pelanggan dan persepsi pelanggan tentang

nilai kualitas dari produk itu. Atribut-atribut ini kemudian meruoakan basis dari

instrument riset. Atribut-atribut yang sesuai dalam pengukuran akan berbeda untuk

setiap perusahaan, tetapi pada umumnya atribut yang dipertimbangkan dalam

pengukuran kualitas adalah sebagai berikut :

1. Kualitas produk, yang mencakup :

a) Perfomansi(Performance),

yaitu berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu.

b) Features

yaitu berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangannnya.

c) Keandalan (reliability),

yaitu berkaitan dengan tingkat kegagalan dalam penggunaan produk itu.

d) Surviceability

yaitu berkaitan dengan kemudahan dan ongkos perbaikan.


e) Konformasi ( conformance)

yaitu berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi

yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.

f) Durability

yaitu berkaitan dengan daya tahan atau masa pakai dari produk itu.

g) Estetika ( aesthetics)

yaitu berkaitan dengan desain dan pembungkusan dari produk itu.

h) Kualitas yang disarankan (perceived quality)

yaitu bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelangga dalam

mengkonsumsi produk itu seperti : meningkatkan harga diri, moral dll.

2. Dukungan Purna-jual terutama yang berkaitan dengan waktu penyerahan dan

bantuan yang diberkan, mencakup beberapa hal berikut :

a) Kecepatan penyerahan

yaitu berkaitan dengan lamanya waktu Antara waktu pelanggan memesan

produk dan waktu penyerahan produk itu.

b) Konsistensi

yaitu berkaitan dengan kemampuan memenihi jadwal yang dijanjikan.

c) Tingkat pemenuhan pesanan

yaitu berkaitan dengan kelengkapan dari pesanan-pesanan yang dikirim.

d) Informasi

yaitu berkaitan dengan status pesanan.

e) Tanggapan dalam keadaan darurat


yaitu berkaitan dengan kemampuan menangani permintan-permintaan

nonstandard yang bersifat tiba-tiba.

f) Kebijaksanaan pengembalian

yaitu berkaitan dengan prosedur menangani barang-barang rusak yang

dikembalikan.

3. Interaksi Antara karyawan (pekerja) dan pelanggan, yang mencakup:

a) Ketepatan waktu

yaitu berkaitan dengan kecepatan memberikan tanggapan terhadap

keperluan-keperluan pelanggan.

b) Penampilan karyawan

yaitu berkaitan dengan kebersihan dan kecocokan dalam berpakaian.

c) Kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan-keluhan

yaitu berkaitan dengan bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan

masalah-masalah yang diajukan pelanggan.

Disamping berbagai atribut utama diatas, setiap organisasi bisnis

seharusnya mengevaluasi elemen-elemen kunci dari operasi yang

mempengaruhi kepuasan pelanggan.

2.1.5.4. Aplikasi Konsep Kualitas Berdasarkan Pandangan Tradisional dan Modern

Secara tradisional, para pembuat produk ( manufacturers) biasanya melakukan

inspeksi terhadap produk setelah produk itu selesai dibuat dengan jalan menyortir

produk yang baik dan jelek, kemudian mengerjakan ulang bagian-bagian produk yang

cacat itu. Dengan demikian pengertian tradisional tentang konsep kualitas hanya

berfokus kepada aktivitas inspeksi untuk mencegah lolosnya produk-produk cacat ke


tangan pelanggan. Kegiatan inspeksi ini dipandang dari perspektif sistem kualiotas

modern adalah sia-sia, karena tidak memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas

(quality improvement).

Pada masa sekarang, pengertian dari konsep kualitas adalah lebih luas daripada

sekedar aktivitas inspeksi. Pengertian modern darikonse kualitas adalah membangun

sistem kualitas modern. Pada dasarnya, sistem kualitas modern dapat dicirikan oleh

lima karakteristik, sebagai berikut :

1. Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan. Produk-produk didesain

sesuai dengan keinginan pelanggan melalui suatu riset pasar, kemudian

diproduksi dengan cara yang baik dan benar sehingga produk yang dihasilkan

memenuhi spesifikasi deain(memiliki derajat konformasi yang tinggi), serta

pada akhir nya memberikan pelayanan purna jual kepada pelanggan.

2. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang dipimpim

oleh manajemen puncak (top management) dalam proses peningkatan kualitas

secara terus-menerus.

3. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiao orang

yerhadap tanggung jawab spesifik untuk kualitas. Meskipun kualitas seharusnya

merupakan tanggung jawab setiap orang, namun patut pula diketahui bahwa

setiap orang memiliki tanggung jawab yang berbeda, tanggung jawab pada posisi

kerjanya dalam perusahaan.

4. Sistem kualitas modern dicirikan pleh adanya aktivitas yang berorientasi pada

tindakan pencegahan kerusakan, bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi

kerusakan saja. Kualitas melalui inspeksi saja tidak cukup dan hal ini terlalu
mahal. Meskipun tetap menjadi persyaratan untuk melakukan beberapa inspeksi

singkat atau audit terhadap produk akhir, tetapi usaha kualitas dari perusahaan

seharusnya lebih difokuskan pada tindakan pencegahan sebelum terjadinya

kerusakan dengan jalan melaksanakan suatu aktivitas secara baik dan benar pada

waktu pertama kali melaksankan suatu aktivitas. Dengan melaksanakan prinsip

ini, usaha peningkatna kualitas akan mampu mengurangi ongkos produksi.

5. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang mengangap

bahwa kualitas merupan “jalan hidup”. Isu-isu tentang kualitas selalu

didiskusikan dalam pertemuan manajemen. Semua karyawan diberikan

pelatihan tentang konsep-konsep kualitas beserta metodenya. Setiap orang dalam

perusahaan yang melaksanakan prose peningkatan kualitas secara terus menerus.

Dari uraian tentang sistem kualitas modern diatas diketahui bahawa pelaksanaan

pengendalian kualitas secara terpadu memerlukan beberapa hal yang berkaitan dengan

pengoperasian struktur kerja, pendokumentasian yang efektif, prosedur teknik dan

manajerial yang terintegrasi, dimana semuanya akan dijadikan sebagai petunjuk dalam

melaksanakan tindakan koordinasi terhadap tenaga kerja, mesin-mesin, informasi, dan

lainnya untuk memenuhi kepuasan pelanggan serta mampu menekan ongkos produksi

sampai sampai pada tingkat minimum.

Jika kita mengamati pandangan tentan kualitas berikut mengenai tingkat

performnasi yang dijadikan indikator kualitas, kita dapat membandingkan aplikasi

konsep kualitas berdasarkan pandangan tradisional dan modern dan modern seperti

tampak dalam Tabel 2.2 dan 2.3.


Tabel 2.2

Pandangan Tradisional dan Modern Tentang Kualitas

Pandangan Tradisional Pandangan Modern

Memandang kualitas sebagai isu Memandang kualitas sebagai isu bisnis

Usaha perbaikan kualitas Usaha perbaikan kualitas diarahkan oleh

dikoordinasikan oleh manajer manajemen puncak

Memfokuskan kualitas pada fungsi atau Kualitas mencakup semua fungsi atau

departemen produksi departemen dalam organisasi

Produkstivitas dan kualitas merupakan Produktivitas dan kualitas merupakan

sasaran yang bertentatangan sasaran yang bersesuai, karena hasil-hasil

produktivitas dicapai melalui peningkatan

atau perbaikan kualitas.

Kualitas didefinisikan sebagai Kualitas secara tepat didefinisikan

konformasi (conformance) terhadap sebagai persyaratan untuk memuaskan

spesifikasi atau standar. kebutuhan pengguna produk atau

Membandingkan produk terhadap pelanggan. Membandingkan produk

spesifikasi. terhadap kompetisi dan terhadap produk

terbaik dipasar.

Kualitas diukur melalui derajar Kualitas diukur melalui perbaikan

nonkonformasi, menggunakan ukuran- proses/produk dan kepuasan pengguna

ukuran kualitas internal. produk atau pelanggan secara terus-


menerus, dengan menggunakan ukuran-

ukuran kualitas berdasarkan pelanggan.

Kualitas dicapai melalui inspeksi secara Kualitas ditentukan melalui desain

intensif terhadap produk. produk dan dicapai melalui teknik

pengendalian yang efektif, serta

memberikan kepuasan selama masa pakai

produk.

Beberapa kerusakan atau cacat Cacat atau kerusakan dicegah sejak awal

diijinkan, jika produk telah memenuhi melalui teknik pengendalian proses yang

standar kualitas minimum. efektif.

Kualitas adalah fungsi terpisah dan Kualitas adalah bagian dari setiap fungsi

terfokus pada evaluasi produk. fungsi dalam semua tahap diei siklus

hidup produk.

Pekerjaan dipermalukan apabila Manajemen bertanggung jawab untuk

menghasilkan kualitas yang jelek. kualitas

Hubungan dengan pemasok bersifat Hubungan dengan pemasok bersifat

jangka pendek dan berorientasi pada jangka panjang dan berorientasi pada

biaya. kualitas
Tabel 2.3

Tingkat Performansi Terhadap Kualitas Berdasarkan Pandangan

Tradisional dan Modern

Item Pandangan Tradisional Pandangan Modern

Kualitas 1. Ukuran berdasarkan 1. Ukuran berdasarakan

bagiab per seratus (persen). bagiankuran berdasarakan

2. Jika produk tidak rusak, bagian

tidak perlu memperbaiki- 2. Perbaikab produk/proses

nya. secara terus menerus

3. Inspeksi sama dengan 3. Manajemen kualitas

kualitas terpadu

Keterlibatan karyawan 1. Sistem saran secara pasif 1. Tim kualitas proaktif

(Employee 2. Strategi menang-kalah 2. Strategi menang-menang.

Involvement) 3. Paling banyak satu 3. Selusin atau lebih perbaikan

perbaikan per karyawan per karyawan per tahun

per tahun.

Fokus Keuntungan jangka pendek Keuntungan jangka panjang.


2.2 Penelitian Terdahulu

Untuk membandingkan hasil penelitian yang digunakan dengan hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh orang lain yang menunjang atau untuk memperkuat yaitu :

TABEL 2.4

Penelitian Terdahulu

NO Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian


1. Muhamad Reza E ( 2015) Pengaruh Persepsi penerapan Persepsi penerapan total quality
Total Quality Management management(TQM) berpengaruh
Terhadap Kualitas Hasil positif dan signifikan terhadap
Produksi Pada PT Indofood kualitas hasil produksi pada
(Fakultas Ekonimi Universitas Sukses Makmur Tbk PT.Indofood Sukses Makmur,
Sumatera Utara) Tbk Tanjung Morawa.
2. Saiful Anam (2014) Pengaruh penerapan total quality Penelitian ini menunjukkan
management (tqm) terhadap bahwa Orientasi Perbaikan
budaya kualitas dan kinerja Berkelanjutan berpengaruh tidak
karyawan pada signifikan terhadap Budaya
PT.semenindonesia (persero) Kualitas Perusahaan.
(Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi tbk.
Perbanas Surabaya)
3. Suhermini ( 2010) Penerapan peran total quality Penerapan peran total quality
management dan pengaruhnya management (TQM)
(Universitas Negeri Semarang) terhadap kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap
prima kualitas pelayan prima aparat
keluarahan se Kecamatan
Gunungpati Semarang
4. Natalia Fransisca Putri MahenuPengaruh management Hasil penelitian ini menunjukkan
(2016) accounting system dalam bahwa secara simultan quality
memoderasi hubungan antara goal, quality feedback dan
(Fakultas Ekonomi Universitas process quality management quality incentive berpengaruh
Atmajaya Yogyakarta) dengan kinerja kualitas proses signifikan terhadap hubungan
manajemen kualitas proses
(PQM) dengan kualitas internal
maupun ekternal
5. Robert Fransiska (2017) Implementasi total quality Hasil dari penelitian ini
managementterhadap budaya menunjukan hasil bahwa
(STIE Palangka Raya) kualitas terdapat pengaruh signifikan
anatara variabel TQM terhadap
budaya kualitas produk.
2.3 Kerangka Kerja Teoritis

Kerangka kerja teoritis atau kerangka kerangka berfikir menurut Uma Sekaran dan

Sugiyono (2016:60) merupakab model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi dan menyebtkan variabel-variabel penting

terkait dengan masalah penelitian.

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka dibuatlah kerangka kerja

teoritis. Kerangka kerja teoritis ini digunakan untuk memudahkan analisis pengaruh

penerapan Total Quality Management dan Pelatihan (TQM) Terhadap Kualitas Produk Pada

PT Kiantaka Rasa, Sebeagai berikut:

Total Quality
(H1)
Management

m
Kualitas Produk
(H2)
m

Pelatihan

(H3)

Gambar 2.1
Skema Kerangka Kerja Teoritis

Keterangan :

(H1) Pengaruh Total Quality Management (TQM) (X1) terhadap Kualitas Produk (Y).

(H2) Pangaruh Pelatihan (X2) terhadap Kualitas Produk (Y).

(H3) Pengaruh Total Quality Management (TQM) ( X1) dan Pelatihan ( X2) terhadap

Kualitas Produk ( Y).

2.4 Hipotesa

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah penelitian. (V.

Wiratama Sujarweni 2019:68). Karena sifatnya masih dugaan sementara, maka perlu

dibuktikan kebenarannya melalui pengelolahan data empiris yang terkumpul, adapun

hipotesis dalam penelitian ini ialah sebegai berikut:

H1 : Total Quality Management berpengaruh terhadap kualitas produk.

Gaspersz (2016:6) menyampaikan Manajemen kualitas terpadu( Total Quality

Management) adalah penerapan metode-metode kuantitatof dan sumber daya manusia

untuk meningkatkan kualitas material dan pelayanan yang dipasok pada suatu organisasi,

semua proses dalam organisasi, dan memenuhi derajat kebutuhan pelanggan baik pada saat

sekarang maupun dimasa yang akan datang.

H2 : Pelatihan berpengaruh terhadap kualitas produk

Dr Juran dalam Gazpersz (2016:8) menyatakan bahwa perencanaan kualitas

seharusnya melibatkan partisipasi mereka yang akan dipengaruhi oleh rencana. Juga
mereka yang merencanakan kualitas seharusnya dilatih dalam menggunakan metode-

metode modern dan alat-alat perencanaan kualitas. Dr Juran juga mendukung

pendegelegasian kepada tingkat paling bawah dalam perusahaan melalui menempatkan

karyawan ke dalam keadaan swakendali (self control). Ia juga mendukung pelatihan

karyawa dalam pengumpulan data dan analisis untuk memungkinkan mereka membuat

keputusan berdasarkan pada fakta-fakta.

H3 : Penerapan Total Quality Management (TQM) dan Pelatihan berpengaruh

terhadap Kualitas Produk.

Anda mungkin juga menyukai