Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONFRONTASI BACAAN LIAR DENGAN BALAI


PUSTAKA
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas UAS
Mata Kuliah Sejarah Kesusastraan Indonesia
Dosen Pengampu
Moh Atikurrahman, M. A.

Disusun Oleh:
M. Rifqi Marzuqi ( 03010420009 )

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS NEGRI ISLAM SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq serta hidayah-Nya, sehingga dapat terselesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepads Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga
sahabat, dan semua pengikutnya dengan harapan semoga mendapat syafa’at uzma ila
yaumil qiyamah.

Dalam penyusunan makalah tersebut, kami mengucapkan terimakasih kepada


seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, dan
memberikan dorongan semangat. Dalam makalah tersebut masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala masukan berupa saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan dan kesempurnaan makalah
tersebut sangat diharapkan. Semoga makalah tersebut memberikan manfaat dan
tambahan ilmu kepada kita semua Aamiin.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................. .......................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................... ................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 1

C. Tujuan Pembahasan ............................. ................................ 2

B AB II P E M B A H AS A N . .. . .. .. . .. .. .. . .. ... . .. . .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. ... . .. . .. .. .. . . .

A. Balai Pustaka .................................................................................................... 3


B. Bacaan Liar ...................................................................................................... 4
C. Konfrontasi ....................................................................................................... 5
D. Konfrontasi Bacaan Liar Dengan Balai Pustaka .............................................. 5

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ....................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................... 8

DAF TAR P US T AK A ..... ....... ....... ...... .......... ....... .. ..... ..... .. ....... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa penjajahan indonesia, banyak sekali tulisan-tulisan atau karya sastra
yang muncul atau terbit. Seperti karya-karya sastra yang sekedar untuk hiburan atau
juga karya yang untuk memberikan pergerakan dalam menuju kemerdekaan bangsa.
Dalam hal ini balai pustaka muncul untuk memberikan bacaan sekolah kepada rakyat
atau untuk pribumi. Karena banyaknya bacaan liar yang memberikan paham-paham
ideologi menentang pemerintah belanda, maka dalam hal ini juga pemerintah belanda
juga tidak hanya ambil diam.
Balai pustaka yang awalnya hanya memberikan bacaan-bacaan ringan untuk
rakyat, agar mereka tidak terdoktrin akan ideologi-ideologi yang bisa membahayakan
akan keruntuhan pemerintahan belanda. Bacaan liar yang memang bertujuan untuk
mendoktrin akan kaum kromo untuk membuat pergerakan melawan penjajahan yang
ada di indonesia pada waktu itu.
Konfrontasi dari kedua belah pihak menjadi tidak bisa terbendung. Karena dari
kedua belah pihak ini memberikan dampak yang cukup berpengaruh untuk rakyat. Juga
memberikan pandangan yang baru untuk rakyat akan bacaan yang beredar. Maka dari
itu penulis ingin meneliti akan perihal kejadian tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan balai pustaka?
2. Apa yang dimaksud dengan bacaan liar?
3. Apa yang dimaksud dengan konfrontasi?
4. Apa yang menjadi konfrontasi bacaan liar dengan balai pustaka?

1
C. Tujuan Pemabahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan balai pustaka.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bacaan liar.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konfrontsi.
4. Untuk mengetahui apa yang menjadi konfrontasi bacaan liar dengan balai
pustaka.

D. Manfaat
Adapun menfaat dalam penelitian makalah ini, adalah sebagai baerikut:
1. Bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
2. Bagi para penulis untuk mengasah pikiran dalam penuslisan karya tulis
ilmuah meskipun terkesan sangat sederhana.
3. Bagi para pihak lain yang bersangkuta untuk bahan pertimbangan dalam
mengkaji ulang pembahasan yang sama.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Balai Pustaka
Balai pustaka merupaka penerbitan pada masa sebelum kemerdekaan. Banyak
juga yang mengatakan balai pustaka merupakan pelopor atau juga pendorong sastra
indosesia modern. Balai pustaka didirikan pada masa kolonial belanda, yang terdiri
dari enam pengurus dari orang-orang belanda. Dengan didirikannya balai pustaka
ini, memiliki tujuan sebagai sumber bacaan rakyat. Karena juga sebagai sarana
pengembangan ilmu bagi rakyat. Karena pribumi pada zaman dulu sudah merasa
puas kalau sudah bisa membaca atau menulis arab. Dan biasanya minat mereka
untuk melanjutkan pelajaran yang telah sesuai dengan pendidikan pada zaman
modern tidak begitu besar, sehingga mereka hanya sampai disitu saja dalam belajar.
Minta melanjutkan pelajaran yang rendah di kalangan pribumi, bukan berarti
pemerintah belanda hanya diam saja dan tidak memberikan fasilitas pendidikan.
Tidak sedikit juga orang-orang yang menuntu akan pendidikan lanjut. Kebagkitan
bangsa-bangsa yang berada di Asia memiliki dampak juga bagi pribumi. Mulai
muncul akan keyakinan dan harga diri yang kuat, maka efek dari hal tadi ialah
keutuhan pendidikan yang lebih lanjut yaitu pendidikan eropa, bahkan dikalangan
rakyat kelas bawah juga merasakan akan kebutuhan pendidikan dasar.
Konsekuensi dari pendidikan untuk kalangan banyak menimbulkan persoalan
sosial politik, pemerintaah sudah memahami betul akan hal ini. Maka pemerintah
mengharapkan fasilitas pengetahuan yang telah disediakan akan dimanfaatkan
sewajarnya dan juga bisa memberikan keuntungan atau manfaat bagi masyarakat
luas. Para pemerintah kolonial mengetahui akan apa gunnya mendidik kalau di luar
sekolah tidak ada sarana untuk mengembangkan pengetahuan, maka pemerintah
kolonial menyediakan buku bacaan. Pendidikan dilakukan tanpa
mempertimbangkan kebutuhan rohani yang sehat menimbulkan resiko yang
berbahaya. Apabila bacaan yang beredar merupakan bacaan tidak sehat bagi

3
pemerintah akan masuk kedalam bacaan yang diterbitkan oleh penerbit yang tidak
bertanggung jawab atau bisa di katakan sebagai “bacaan liar”.

B. Bacaan Liar

Bacaan liar merupakan istilah untuk tulisan kaum pergerakan, seperti novel,
roman, puisi, artikel, atau juga buku pemikiran. Istilah ini pertama muncul dan
pertama di ucapkan oleh Rinkes di tahun 1914. Mereka beranggapan kalau tulisan
mereka sebagai bagian mesin pergerakan kaum kromo. Surat kabar seringkali
memiliki isi yang menyerang pemerintah belanda dan mejelek-jelekan perihal
aturan-aturan pejabat pemerintah. Menurut mereka bahan bacaan merupakan sarana
untuk menyampaikan pesan dari orang-orang atau organisasi pergerakan untuk
kalangan kaum kromo.

Penerbitan ini tidak didanai oleh pemerintah, tetapi berjalan sendiri dengan
modal sendiri. Karena dengan biaya mendiri, maka dapat dengan leluasa akan
menyebar luaskan tulisannya. Mereka menggunakan bahasa melayu pasar agar bisa
mudah dipahami oleh orang-orang pribumi, kalau para kamu kromo bisa
memahami, mengetahui, menyadari politik kekeuasaan kolonial akan apa yang
diserukan dalam tulsan-tulisan itu, maka pergerakan untuk melawan pemerintah
pasti bisa terlaksana dan indonesia akan merdeka. Karena juga bacaan liar satu-
satunya yang memiliki maksud untuk mendidik kaum kromo.

Di tahun 1920-1926 adalah tahun dimana “bacaan liar” tersebar banyak dan
sebagai propaganda kepada rakyat pribumi juga terbukanya celah bagi pergerakan.
PKI juga menyebarluaskan akan terjemahan “literatuur socialisme” yaitu bacaan
yang menentang akan terbitan dari kaum bermodal. Perlakuan bacaan seperti itu
merupakan salah satu bentuk kontribusi kepintaran dan kebranian para pribumi
untuk membangkitkan politik masa. Tetapi pada tahun 1926 produk bacaan liar

4
mengalami kemunduran, sesudah pemberontakan PKI dan juga pelemahan besar-
besaran akan pergerakan kaum buruh.

Peranakan Tionghoa juga melakukan kegiatan penerbitan diluar dari balai


pustaka. Peranakan Tionghoa melakukan penerbitan hanya untuk hiburan semata,
pada awalnya sastra terbitan dari golongan ini hanya sanduran dari cerita leluhur,
tetapi lama kelamaan menunjukkan perhatiannya akan permasalahan di Hindia
Belanda.

C. Konfrontasi

Konfrontai dalam KBBI memiliki arti yang pertentangan, permusushan, atau


pertentangan dengan berhadapan secara langsung. Maka maksud dari konfrotasi
disini adalah pertentangan bacaan liar dengan balai pustaka pada masa sebelum
penjajahan. Dengan memiliki tujuan tertentu juga mengapa dari kedua belah pihak
ini sampai-sampai melakukan konfrontasi yang ada. Sampai menimbulkan konflik
bagi kedua belah pihak.

Dalam hal ini konfrontasi dalam kedua belah puhak yaitu bacaan liar dengan
balai pustaka yang memiliki latar belakang berbeda dan tujuan dari penerbitan juga
saling bertentangan. Karena perbedaan ini mereka menimbulkan konflik di
masyarakat luas.

D. Konfrontasi Bacaan Liar Dengan Balai Pustaka

Balai pustaka yang memang latar belakangnya didirikan dari pemerintah dan
memang untuk kebutuhan pendidikan yang dituntutkan oleh rakyat dan juga
sebagai sumber bacaan bagi rakyat, juga sebagai pendorong sastra modern.
Pemerintah menyediakan sumber bacaan yang ringan juga sehat untuk pribumi

5
yang sudah lulus dari sekolah rendah. Terbitan balai pustaka memiliki tokoh mesias
yang merupakan belanda itu sendiri dan tokoh orang kejam juga tidak adil
merupakan tokoh dari pembesar sekitar seperti di dalam novel siti nurbaya ada
tokoh yang bernama Datuk Maringgih yang memiliki akal-akalan yang licik
menjadi kepala pemberontak dan Samsul Bahri yang menjadi letnan belanda dalam
pertempuran melawan pemberontak pajak dan Datuk Meringgih meninggal di
tangan Samsul Bahri. Seperti yang dikemukakan oleh Jacob Sumarjo sastra balai
pustaka tidak secara spontan muncul di masyarakat indonesia, tetapi kemunculan
sastra balai pustaka sudah diatur oleh pemerintah jajahan belanda sehungga penuh
dengan penuh dengan syarat-syarat yang terkait dan maksud tertentu. Maka dapat
dikatakan sastra terbitan balai pustaka bukanlah ekspresi bangsa yang murni.

Sedangkan bacaan liar yang merupakan terbitan dari tulisan-tulisan orang-


orang dan organisasi pergerakan, tetapi ada juga penerbitan dari turunan Tionghoa
yang memiliki tujuan sebagai hiburan saja. Namun tak jarang juga turunan
Tionghoa menaruh perhatian pemerintahan Hindia Belanda. Bacaan liar ini juga
yang menjadi harapan bagi kemerdekaan karena didalam tulisan-tulisan tadi
mengandung kritikan akan pemerintah kolonial dan para pejabat belanda. Dengan
menggunakan bahasa melayu rendah menjadikan banyak orang bisa membacanya
dan mengerti akan seruan atau maksud dari para organisasi pergerakan.

Beredar luasnya bacaan liar dikalangan masyarakat yang juga ingin melawan
para penjajah kolonial menjadi suatu momok bagi pemerintah kolonial. Dengan
demikian membuat para pemenrintah tidak hanya diam dalam menaggapinya,
pemerintah juga mengambil tindakan akan membuat penerbitan bagi rakyat yang
sudah lulus sekolah rendah yang bernama balai pustaka, agar tidak terperosok pada
bacan-bacan liar yang merugikan bahkan bisa menghancurkan pemerintahan
belanda.

6
Seperti kutipan dari Sultan Takdir Alisjahbana yang juga pernah menjadi
redaktur penerbit dari balai pustaka, Balai pustaka sebagai badan paksana politik
etis pemerintahan belanda juga memberikan bacaan kepada orang-orang yang telah
lulus sekolah rendah, dan memberikan yang menuntun mereka agar tidak terlampau
tertarik dengan aliran sosialisme atau nasionalisme yang pastinya akan menentang
belanda. Konfrontasi diantara keduanya memang menimbulkan dampak di
masyarakat maupun pemerintahan belanda.

Pada tahun 1926 mengalami kemunduran, karena kolonial melakukan


pelemahan secara besar-besaran setelah pemberontakan PKI pecah. Dan
disimpulkan pelemahan besar pada pergerakan buruh. Banyak aktivis kiri dan kaum
buruh di masukkan ke dalam penjara, juga dikirim di berbagai penjara di nusantara.

7
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Balai pustaka merupaka penerbitan pada masa sebelum kemerdekaan.


Banyak juga yang mengatakan balai pustaka merupakan pelopor atau juga
pendorong sastra indosesia modern. Karena juga sebagai sarana pengembangan
ilmu bagi rakyat. Sedangkan bacaan liar yang merupakan terbitan dari tulisan-
tulisan orang-orang dan organisasi pergerakan, tetapi ada juga penerbitan dari
turunan Tionghoa yang memiliki tujuan sebagai hiburan saja. Konfrontasi
dalam KBBI memiliki arti yang pertentangan, permusushan, atau pertentangan
dengan berhadapan secara langsung. Balai pustaka yang awalnya hanya
memberikan bacaan-bacaan ringan untuk rakyat, agar mereka tidak terdoktrin
akan ideologi-ideologi yang bisa membahayakan akan keruntuhan
pemerintahan belanda. Bacaan liar yang memang bertujuan untuk mendoktrin
akan kaum kromo untuk membuat pergerakan melawan penjajahan yang ada di
indonesia. Tetapi tetap bagaimanapun juga rakyat indonesia akan melawan
penjajahan akan pemerintahan belanda.

B. Saran
Saran saya sebagai penulis, perlu mengetahui tentang perjuangan para
penggerak rakyat melalui tulisan yang sangat efektif dan juga dengan bahasa
yang dapat mudah dipahami, bahkan oleh rakyat rendah. Meniru akan hal ini
pada zaman sekarang dengan menulis atau menginformasikan tentang kebaikan
melalui sosial media memiliki dampak yang besar, seperti bacaan liar yang
dapat dibaca dan dipahami oleh semua kalangan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Djoko Damono, Sapardi. 2004. Puisi Sebelum Kemerdekaan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Erowati, Rosyda dan Bahtiar, Ahmad. 2011. Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta.
Lembaga penelitian UIN syarif hidayatullah.

Sulaiman, Zoni. 2017. “Telaah Bacaan Liar Dalam Sejarah Sastra Indonesia” volume
6, No 2. Garut: STKIP Garut.

Sulton, Agus. “Sastra “Bacaan Liar” Harapan Menuju Kemerdekaan”, Lingkar Studi
Warung Sastra Jombang.

Anda mungkin juga menyukai