Tumpek dalam bahasa jawa kuno, berarti “Tumampa” atau “Tampa”, di Bali diartikan sebagai tampek, dan dalam Bahasa Indonesia berarti dekat/mendekati. Sedangkan Landep bisa diartikan tajam/runcing. Maka Tumpek Landep artinya mendekatkan sifat ketajaman di dalam diri, khususnya dalam pengetahuan.
➢ Pustaka apa yang memuat tentang Tumpek Landep?
Pustaka yang memuat tentang Tumpek Landep ada di Lontar Sunari Gama. Tumpek landep jatuh setiap 6 bulan sekali pada Saniscara Kliwon wuku Landep (Sabtu Kliwon wuku Landep).
➢ Dimanakah diadakan ritual Tumpek Landep?
Upacara Tumpek Landep dilaksanakan di Merajan, di depan Pelinggih Kemulan. Tidak di tempat yang lainnya. Di Kemulan bagian tengah, dihaturkan Pejati. Di depan Pejati dihaturkan banten Tumpeng Lima, banten Tebasan Pasupati, serta dibuatkan banten pembersihan dua jenis, yaitu banten Biakaon dan Prasista. Setelah itu haturkan Segehan satu buah. Letakkan sebuah keris di atas Tebasan Pasupati, sebagai simbol Sang Hyang Pasupati.
➢ Mengapa ornamen keris menjadi sangat penting di dalam ritual tersebut?
Yang dipuja saat Tumpek Landep adalah Ida Batara Sang Hyang Pasupati. Keris dalam Bhuana Agung sebagai lambang Tri Bhuana (Bhur, Bvah, Svah), dan dalam Angga Sarira (diri) sebagai lambang Tri Pramana (Bayu, Sabda, Idep). Jika diibaratkan dalam tubuh manusia, sebelah kanan terdapat Brahma Angga, begitu juga ada di sisi keris sebelah kanan. Pada bagian kiri manusia terdapat Wisnu Angga, begitu juga pada sisi keris sebelah kiri. Sedangkan di atas atau dikepala manusia terdapat Siwa Angga, yaitu ada pada ujung keris. Begitu juga pada tubuh kita dan pada keris, terdapat unsur air, api, dan angin. Tri Pramana dalam keris yaitu Bayu, Sabda, dan Idep, merupakan Sakti, Siddhi, dan Mandi dalam tubuh manusia. Sakti yaitu pekerjaan apapun yang kita ambil akan membuahkan hasil yang baik, Siddhi yaitu apa yang kita ucapkan akan dipercaya oleh masyarakat, dan Mandi yaitu apa yang kita pikirkan menjadi sebuah kenyataan. Itu sebabnya para leluhur menggunakan keris sebagai lambang Tri Pramana karena memiliki dua sisi dan satu ujung yang ketiganya tajam. Kalau tidak ada keris bisa diganti dengan tombak. Masyarakat Hindu Bali tidak bisa lepas dari keris dalam setiap upacara, contohnya dalam mendem pependeman dalam bangunan dipakai keris sebagai lambang Baba Akasa, pada acara pernikahan juga keris dijadikan lambang Sang Hyang Purusa (laki-laki).
➢ Bagaimana pelaksanaan upacara Tumpek Landep yang biasa dilakukan dan
perbandingannya dengan penjelasan pada video? Saat upacara Tumpek Landep, kita sering menemukan orang-orang (bahkan kita sendiri) yang melaksanakannya di atas kendaraan mereka atau di garase rumahnya. Menurut video tersebut, melakukan persembahyangan atau meletakkan banten diatas mobil, motor, dan alat elektronik lainnya sebenarnya tidak tepat. Banten dan upakara lainnya tetap dipersembahkan di Kemulan, dan tirtanya bisa di percikkan ke mobil, motor ataupun alat elektronik lainnya sebagai wujud rasa syukur karena kita mendapatkan barang barang tersebut dari kerja keras dan ketajaman pikiran dalam diri kita sesuai dengan pengertian dari Tumpek Landep.
➢ Apa pesan untuk generasi muda?
Para generasi muda harus tetap melestarikan warisan leluhur. Bakti kepada leluhur dan Kawitan adalah sebuah kewajiban. Generasi muda jangan takut berubah ke arah yang lebih baik. Bacalah banyak sastra-sastra Hindu agar kita tidak kalah dengan dagang banten dan jangan takut bertanya pada orang yang lebih tahu.