Penggunaan bahan:
1. Guru menunjukkan buku tersebut dihadapan kelas agar semua murid
dapat melihatnya dengan jelas.
2. Guru membimbing murid untuk membaca dan menyebut perkataan-
perkataan dalam buku tersebut. Contohnya ku kikis kuku kaki ku.
3. Apabila guru berpuas hati dengan pembacaan dan cara sebutan murid,
barulah guru beralih kepada helaian yang lain.
Kelebihan bahan:
1. Buku ini dapat memuatkan beberapa perkataan yang melatih murid yang
mempunyai masalah dalam sebutan huruf.
2. Murid dapat berlatih bila-bila masa kerana buku tersebut mudah alih dan
sesuai digunakan dimana-mana.
3. Buku pemintal lidah ini mempunyai warna dan hiasan yang boleh
menarik minat murid.
Pendapat / komen :
1. Perbanyakkan contoh pemintal lidah
Penggunaan bahan:
1. Setiap pemain melukis petak 5X5 di atas kertas.
2. Seterusnya, dalam kumpulan itu haruslah memilih lima kategori yang
asas seperti buah-buahan, haiwan, kenderaan, makanan, pekerjaan, nama
negara dan sebagainya.
3. Setiap pemain akan menulis lima kategori yang dipilih tadi di sebelah
kiri petak. Seterusnya, setiap pemain menulis satu perkataan yang
mengandungi lima huruf sebagai kata kunci di bahagian atas petak tadi.
4. Pemain seterusnya diberi masa 5 – 10 minit untuk mengisi petak tadi
dengan perkataan yang bermakna berdasarkan kategori yang dipilih. Setiap
perkataan yang dipilih haruslah diawali dengan huruf kata kunci tadi.
5. Pemain akan mendapat dua markah jika perkataan yang ditulisnya itu
tidak sama dengan hasil pemain yang lain. Dan satu markah akan diberikan
sekiranya perkataan terhasil sama dengan pemain lain. Tidak ada markah
diberi jika petak tersebut kosong. Pemain yang mendapat markah tertinggi
akan menjadi pemenang.
Kelebihan bahan:
1. Semua murid boleh melibatkan diri.
2. Dapat menambah kosa kata murid.
3. Permainan yang menyeronokan dimana murid boleh bermain sambil
belajar.
4. Murid dapat mempelajari banyak perkara dalam satu masa.
5. Murid dapat dilatih untuk menggunakan kamus.
Pendapat / komen :
1. Aktiviti permainan bahasa yang menarik.
2. Murid dapat melibatkan diri dengan sepenuhnya.
http://literasibahasapml03.blogspot.com/2009_08_01_archive.html
Fonologi
Fonologi secara bahasa memiliki makna ilmu tentang bunyi. Hal ini sesuai dengan makna dari
kata Fonologi itu sendiri yang terdiri atas fon=bunyi dan logos=ilmu. Akan tetapi, bunyi yang
dipelajari dalam Fonologi bukan bunyi sembarang bunyi, melainkan bunyi bahasa yang dapat
membedakan arti dalam bahasa lisan ataupun tulis yang digunakan oleh manusia. Bunyi yang
dipelajari dalam Fonologi kita sebut dengan istilah fonem.
Fonem tidak memiliki makna, tapi peranannya dalam bahasa sangat penting karena fonem dapat
membedakan makna. Misalnya saja fonem [l] dengan [r]. Jika kedua fonem tersebut berdiri
sendiri, pastilah kita tidak akan menangkap makna. Akan tetapi lain halnya jika kedua fonem
tersebut kita gabungkan dengan fonem lainnya seperti [m], [a], dan [h], maka fonem [l] dan [r]
bisa membentuk makna /marah/ dan /malah/. Bagi orang Jepang kata marah dan malah mungkin
mereka anggap sama karena dalam bahasa mereka tidak ada fonem [l]. Oleh karena itulah sangat
penting bagi kita untuk mempelajari Fonologi. Sekarang coba Anda perhatikan bunyi gebrakan
tangan di atas meja. Apakah bunyi tersebut termasuk ke dalam kategori fonem? jika Anda
menjawab Iya, Anda harus membaca kembali kalimat sebelumnya. Tapi, jika jawaban Anda
Bukan..Selamat! Anda telah berhasil memahami tentang fonem. Bunyi gebrakan tangan di atas
meja mungkin bisa memiliki makna atau pun membedakan makna, tapi apakah bunyi tersebut
termasuk ke dalam bunyi bahasa..silahkan Anda perhatikan dengan baik. Fonem dalam bahasa
Indonesia terdiri atas empat macam. Ada fonem yang benar-benar asli dari bahasa Indonesia,
namun ada pula fonem yang berasal dari berbagai bahasa lain namun penggunaannya sudah
dibakukan. Dalam pembahasan berikut, saya tidak akan membedakan antara fonem yang asli
dengan fonem yang serapan.
Jenis-jenis fonem:
1. Fonem Vokal
Ada lima dalil atau lima prinsip yang dapat diterapkan dalam penentuan fonem-fonem suatu
bahasa. Kelima prinsip itu berbunyi sebagai berikut :
a. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berada dalam pasangan minimal
merupakan fonem-fonem.
b. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila berdistribusi komplementer merupakan
sebuah fonem.
c. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip apabila bervariasi bebas, merupakan sebuah
fonem.
d. Bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, yang berada dalam pasangan mirip merupakan
sebuah fonem sendiri-sendiri.
e. Setiap bunyi bahasa yang berdistribusi lengkap merupakan sebuah fonem. Di antara kelima dalil
diatas, hanya tiga buah dalil yang merupakan dalil yang kuat, yaitu dalil (a), (b), dan (c). dalil (d)
dan (e) merupakan dalil yang lemah.
Ada sejumlah pengertian yang harus dipahami didalam dalil-dalil atau didalam prinsip-prinsip
diatas. Pengertian-pengertian yang penulis maksudkan , yaitu:
Dasar yang dipakai untuk menentukan apakah bunyi-bunyi itu mirip secara fonetis
ataukah tidak ialah lafal dan daerah artikulasi bunyi itu. Bunyi-bunyi yang dapat
dikatakan mirip secara fonetis adalah sebagai berikut :
o bunyi-bunyi yng lafalnya mirip dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [p] dan [b].
o bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berdekatan. Misalnya, bunyi
[b] dan [d].
o bunyi-bunyi yang lafalnya jauh berbeda dan seartikulasi. Misalnya, bunyi [b] dan [m].
o bunyi-bunyi yang lafalnya mirip dan daerah artikulasinya berjauhan. Misalnya, bunyi [m]
dan [n].
Pasanan Minimal
Pasangan minimal merupakan pasangan dua kata dasar yang artinya berbeda, jumlah dan
urutan bunyinya sama, dan didalamnya hanya berbeda satu bunyi. Dari sebuah pasangan
minimal hanya dapat diperoleh dua fonem. Misalnya, gali [gali] – kali [kali] adalah
pasangan minimal dan dari pasangan minimal ini diperoleh dua fonem, yaitu /g/ dan /k/.
Distribusi Komplementer
Bilamana dua bunyi dikatakan berada dalam distribusi yang komplementer atau yang
mempunyai distribusi yang komplementer? Untuk dapat mengetahui hal ini, perlu dilihat
tempat kedua bunyi tersebut berada. Tempatnya dapat ditentukan dengan melihat jenis
bunyi yang mengapitnya atau dapat juga ditentukan dengan melihat jenis suku tempatnya
berada. Selanjutnya, yang perlu diperhatikan ialah bahwa kedua bunyi tidak pernah saling
tukar tempat. Artinya, kalau bunyi yang satu selalu diapait oleh bunyi desis, maka bunyi
yang satunya lagi selalu diapait oleh bunyi yang bukan desis. Apabila dua bunyi telah
dapat dibuktikan tempatnya seperti ini, mak berarti kedua bunyi itu berada dalam distri
busi komplementer atau keduanya berdistribusi komplementer. Demikian pula, kalau ada
dua bunyi yang satu selalu ditemulan pada suku terbuka yang satunya lagi selalu
ditemukan pada suku tertutup, maka berarti kedua bunyi itu berada dalam distribusi yang
komplementer.
http://edukasi.arijulianto.net/bahasa_indonesia/fonologi.html