Anda di halaman 1dari 40

BAB V MEKANIKA KUANTUM

Pokok Bahasan :
1. Pendahuluan
2. Fungsi Dan Persamaan Gelombang
3. Persamaan Schrodinger: Bergantung Waktu
4. Harga Ekspektasi
5. Persamaan Schrodinger: Bentuk Keadaan Tunak
6. Partikel Dalam Kotak
7. Pemantulan Dan Transmisi Oleh Perintang
8. Efek Terobosan
9. Osilator Harmonik

Tujuan Pembelajaran :
1. Menentukan persamaan gelombang

2. Menentukan persamaan Schrodinger bergantung waktu

3. Menentukan energi partikel dalam kotak 1 dimensi

4. Menentukan peluang adanya partikel dalam kotak 1 dimensi

5. Menentukan posisi partikel dalam kotak 1 dimensi


5.1 PENDAHULUAN

Perbedaan pokok antara mekanika klasik dan mekanika kuantum


terletak pada cara menggambarkannya. Pada mekanika klasik keberadaan
partikel ditentukan oleh kedudukan awal, momentum awal serta gaya-
gaya yang beraksi padanya. Sedangkan pada mekanika kuantum
kedudukan dan momentum awal tidak dapat ditentukan secara pasti,
karena adanya teori peluang (kemungkian) yang membuka adanya
perbedaan untuk mendapatkan hal yang sama.
Disamping itu kepastian-kepastian yang ada dalam mekanika klasik
hanya cocok dengan kenyataan benda dalam ukuran makroskopik,
sedangkan benda ukuran mikroskopik hanya cocok bila dibahas dengan
mekanika kuantum. Oleh sebab itu dapatlah diungkapkan bahwa mikanika
klasik tidak lain dari pada versi aproksimasi dari mekanika kuantum.

5.2 FUNGSI DAN PERSAMAAN GELOMBANG

Kuantitas yang diperlukan dalam mekanika kuantum adalah fungsi


gelombang Ψ dari sebuah benda. Persoalan dalam mekanika kuantum
adalah mentukan Ψ untuk benda bila kebebasan gerak dibatasi oleh
adanya gaya eksternal. Fungsi gelombang Ψ adalah kompleks, dengan
bagian riil maupun imajiner, kerapatan peluang |Ψ |2 diperoleh dari hasil
kali Ψ ¿ Ψ yaitu antara Ψ dengan konjuget Ψ ¿ . Konjuget komplek
sembarang fungsi dapat diperoleh dengan mengganti i(¿ √−1) dengan −1
dimanapun konjuget itu berada. Sehingga secara umum persamaan
gelombang dapat ditulis:
Ψ =A +iB
Dimana A dan B adalah fungsi riil dan konjuget kompleks Ψ ¿ dari Ψ
adalah:
Ψ ¿ = A−iB
Ψ ¿ Ψ = A2−i 2 B2 =A 2 +B 2, karena i 2=−1. Jadi Ψ Ψ
¿
dengan demikian
akan selalu bernilai positif.
Karena |Ψ |2 berbading lurus dengan kerapan peluang P untuk
patikel yang digambarkan dengan Ψ , maka nomalisasinya dapat ditulis:

2
∫ |Ψ | dV =1 (1)
−∞

karena ∫ P dV =1 adalah suatu pernyaan matematis bahwa partikel ada


−∞

pada suatu tempat untuk setiap saat.


Selain dapat dinormalisasi, Ψ harus berga tunggal, karena P hanya
berga tunggal pada tempat dan waktu tertentu secara kontinyu. Peninjauan
momentum memberi syarat bahwa turunan parsial
∂ Ψ /∂ x ,∂ Ψ /∂ y , ∂ Ψ /∂ z harus berhingga, kontinyu dan berharga tunggal.
Peluang suatu partikel didapat pada suatu daerah tertentu dapat diperoleh
dengan cara integral kerapatan peluang |Ψ |2 dalam daerah itu terhadap
volume. Peluang partikel yang bergerak pada sumbu-x adalah:
x2
2
Peluang=∫ |Ψ | dx (2)
x1

Dalam mekanika klasik persamaan umum gelombang dituliskan


dalam bentuk:
∂2 y 1 ∂ 2 y
= (3)
∂ x 2 v2 ∂ t 2
Pada kasus gelombang tali y adalah pergeseran tali pada sumbu x, dalam
kasus gelombang bunyi, y adalah perbedaan tekanan dan dalam kasus
gelombang cahaya, y adalah besarnya medan listrik atau medan magnet.
Sedangkan pemecahan masalah dari gelombang dalam mekanika klasik
ini selalu dengan persamaan:

( vx )
y=F t ± (4)

dimana F merupakan fungsi yang dapat didiferensasi.


Pada kasus gelombang sebagai partikel yang bergerak harmonic
dengan frekuensi sudut konstanta (ω) dengan amplitude konstan (A)
dalam arah sumbu +x, maka bentuk persamaan gelombangnya:
−iω (t −x/ v)
y= A e (5)
dimana y adalah kuantitas kompleks pada bagian riil dan bagian imajiner.
Karena nilai dari e−iω =cos θ−i sin θ , maka persamaan 5 dapat ditulis
dalam bentuk:
y= A cos ω ¿ ¿ (6)

GAMBAR 1. Gelombang dalam bidang xy berjalan dalam arah +x


sepenjang tali yang teletak pada sumbu x

5.3 PERSAMAAN SCHRODINGER: BERGANTUNG WAKTU

Telah dijelaskan di depan bahwa dalam mekanika kuantum fungsi


gelombang Ψ merupakan kuantitas komplek yang bersesuaian dengan
variable gelombang y dalam persamaan umum gelombang. Sehingga
dalam arah sumbu x dapat di tuliskan persamaan gelombang seperti pada
(5) sebagai berikut:
Ψ =A e−iω(t −x /v ) (7)
Jika kita ganti ω=2 πν dan v=λν, maka persamaan (6) akan menjadi:
−2 πi(νt −x / λ)
Ψ =A e (8)
h 2 πℏ
Sementara telah diketahui bahwa: E=hν=2 πℏν dan λ= = ,
p p
sehingga persamaan (8) dapat ditulis:
Ψ =A e−(i /ℏ)(Et− px) (9)
Persamaan (9) di atas merupakan persamaan fungsi gelombang sebagai
partikel bebas. Untuk partikel yang dipengaruhi dengan berbagai
pembatas, maka Schrodinger mendapatkan persamaannya dengan cara
sebagai berikut:
Persamaan (9) didiferensialkan dua kali terhadap x menghasilkan.
∂2 Ψ − p2
= 2 Ψ (10)
∂ x2 ℏ
dan sekali terhadap t, menghasilkan.
∂Ψ −iE
= Ψ (11)
∂t ℏ
Untuk kelajuan yang kecil terhadapat kelajuan cahaya, maka energy total
partikel E adalah jumlah energy kinetic p2 /2 m dan energy potensial V.
p2
E= +V (12)
2m
Dengan menjadikan kedua suku dari persamaan (12) dengan fungsi
gelombangΨ , maka dihasilkan:
p2 Ψ
E Ψ= +V Ψ (13)
2m
Sementara dari persaman (10) dan (11) dapat diperoleh:
2 2 ∂2 Ψ
p Ψ =−ℏ (14)
∂ x2
dan
−ℏ ∂Ψ
E Ψ= (15)
i ∂t
Dengan mensubtitusi (14) dan (15) ke (13), maka diperoleh persamaan
Schrodinger bergantung waktu dalam satu dimensi, sebagai berikut:
−ℏ ∂ Ψ −ℏ2 ∂2 Ψ
= +V Ψ
i ∂ t 2m ∂ x 2
∂ Ψ −ℏ2 ∂2 Ψ
iℏ = +V Ψ (16)
∂ t 2 m ∂ x2
Untuk persamaan Schrodinger yang bergantung waktu dalam tiga dimensi
dapat ditulis:
∂ Ψ −ℏ2 ∂2 Ψ ∂2 Ψ ∂2 Ψ
iℏ = (
+ +
∂ t 2 m ∂ x2 ∂ y2 ∂ z2
+V Ψ ) (17)

Dimana energy potensial V merupakan fungsi dari x, y, z dan t.

5.4 HARGA EKSPEKTASI


Harga ekspektasi ⟨ x ⟩ dari kedudukan partikel yang bergerak pada
sumbu x yang digambarkan dalam fungsi gelombang Ψ ( x , t), besarnya
sama dengan kedudukan rata-rata x́ dari sejumlah partikel identic yang
berada dalam sumbu x yang terdapat sebanyak N partikel. Kedudukan
rata-rata tersebut merupakan pusat massa dari distribusi partikel, sehingg:
N 1 x 1 + N 2 x 2 + N 3 x 3 +… ∑ N i x i
x́= =
N 1 + N 2+ N 3 + … ∑ Ni
Jika kita mempersoalkan sebuah partikel, kita harus mengganti
bilangan N i dari partikel pada x i dengan peluang Pi bahwa partikel bisa di
peroleh dalam dx di xi. Besar peluang tersebut adalah
2
Pi=|Ψ i| dx
Karena Ψ i merupakan fungsi gelombang partikel, maka dengan
mensubtitusi dan mengubah jumlah menjadi integral, kita dapat peroleh
harga ekspektasi untuk kedudukan partikel tunggal adalah

2
∫ x |Ψ i| dx
⟨ x ⟩= −∞∞ (18)
2
∫ |Ψ i| dx
−∞

Jika Ψ merupakan fungsi gelombang yang ternormalisasi, maka


persamaan (18) tidak lain merupakan peluang dimana partikel berada
disuatu tempat antara x=−∞ dan x=∞, sehingga harganya 1. Dalam
kasus ini

2
⟨ x ⟩= ∫ x|Ψ i| dx (19)
−∞

Rumusan di atas menyatakan bahwa ⟨ x ⟩ terletak pada pusat massa dari


2
|Ψ i| .
Prosedur yang sama dapat digunakan untuk menentukan harga
ekspektasi ⟨ G(x) ⟩ dari suatu kuantisasi, misalnya energy potensial V(x)
dan hasilnya dapat ditulis:

2
⟨ G( x)⟩ = ∫ G( x)|Ψ i| dx (20)
−∞

5.5 PERSAMAAN SCHRODINGER: BENTUK KEADAAN TUNAK

Dalam banyak situasi energy potensial partikel tidak bergantung


dari waktu dan gaya, tetapi bergantung pada kedudukan partikel.
Sehingga persamaan Schrodinger dapat disederhanakan dengan
menghilangkan variable waktu (t), sehingga persamaannya dapat ditulis
−(i /ℏ)(Et− px) −(iE/ ℏ)t +(ip/ ℏ)t −(iE/ ℏ)t
Ψ =A e =Ae e =ψ e (21)
Ini menyatakan bahwa Ψ bergantung pada e−(iE /ℏ )t dan kedudukan ψ .
Dengan mensubtitusi ke persamaan Schrodinger, maka diperoleh:
−ℏ 2 ∂2 Ψ
E Ψ= +V Ψ
2 m ∂ x2
−ℏ2 ∂2 ψ e−(iE /ℏ)t
Eψ e−(iE/ ℏ)t = 2
+Vψ e−(iE/ ℏ)t
2m ∂x
−(iE/ ℏ)t −ℏ2 −(iE /ℏ)t ∂2 ψ −(iE/ ℏ)t
Eψ e = e 2
+Vψ e
2m ∂x
−ℏ2 ∂2 ψ
Eψ= +Vψ
2m ∂ x 2
ℏ2 ∂ 2 ψ
Eψ−Vψ + =0
2 m ∂ x2
2m ∂2 ψ
( E−V )ψ+ =0 ( 22)
ℏ2 ∂ x2
Persamaan (22) merupakan persamaan Schrodinger dalam satu dimensi
yang tidak menggunakan variabel waktu (t). Untuk persamaan dalam tiga
dimensi dapat ditulis:
2m ( ∂2 ψ ∂2 ψ ∂2 ψ
E−V ψ+ 2 + 2 + 2 =0
) (23)
ℏ2 ∂ x ∂ y ∂z

5.6 PARTIKEL DALAM KOTAK

Persoalan mekanika kuantum yg paling sederhana adalah persoalan


sebuah partikel yang terperangkap dalam sebuah kotak yang berdinding
keras tak berhingga. Lihat gambar 2 dibawah ini.

0 L x
GAMBAR 2. Sumur potensial yang bersesuaian
Partikel hanya bergerak sepanjang sumbu x antara x = 0 dan x = L
dan partikel tidak kehilangan energy ketika bertumbukan dengan dinding,
sehingga energi total tetap konstan. Karena partikel tidak bisa memiliki
energy tak berhingga dan energy potensialnya V = 0, maka partikel tidak
mungkin keluar kotak, sehingga fungsi gelombangnya ψ adalah 0 untuk
x ≤ 0 dan x ≥ L dan fungsi gelombang ψ di dalam kotak dapat dicari
dengan persamaan Schrodinger dari persamaan (22) sebagai berikut:
2m ∂2 ψ
Eψ + =0 (24)
ℏ2 ∂ x2
Persamaan (24) mempunyai pemecahan
2mE 2 mE
ψ= A sin √ x + B cos √ x (25)
ℏ ℏ
Pemecahan ini dibatasi oleh syarat penting, dimana ψ=0 untuk x = 0 dan
x = L. Karena cos 0=1, suku kedua tidak dapat memenuhi persyaratan
yang ditentukan, dan karena sin 0=0, maka suku sinus dapat memenuhi
persyaratan yang diperlukan pada x = 0, tetapi untuk x = L hanya dapat
dipenuhi bila:
√ 2 mE L=nπ n=1 , 2 ,3 , … (26)

Dari persamaan (26) jelaslah bahwa energy yang dapat dimiliki partikel
mempunyai harga tertentu, yaitu harga eigen yang membentuk tingkat
energy system, dengan persamaan:
n 2 π 2 ℏ2
En = n=1, 2 , 3 ,… (27)
2m L2
Bentuk persamaan (27) di atas sama dengan persamaan (3.18) dan
mempunyai tafsiran yang sama juga.
Sehingga fungsi gelombang sebuah partikel dalam kotak yang
berenergi En adalah

ψ n= A sin
√ 2m En x (28)

Jika disubtitusikan ke persamaan (27), maka diperoleh
nπx
ψ n= A sin (29)
L
2
Selanjutnya dengan mengintegralkan |ψ n| dalam ruang dengan batas-
batas yang telah ditetapkan dihasilkan
∞ L L

∫ |ψ n| dx=¿∫|ψ n| dx =A ∫ sin 2( nπx L


2 2

−∞ 0
2
L )0
dx= A 2 ¿
2
(30)

2
Usaha menormalisasi ψ harus dipilih harga A seharga |ψ n| dx yaitu
sama dengan peluang P dx agar mendapatkan sebuah partikel antara x dan
x + dx. Sehingga
∞ ∞
2
∫ |ψ n| dx=¿1 ¿ karena ∫ P dx=¿ 1 ¿ (31)
−∞ −∞

Inilah cara matematis untuk menyatakan bahwa partikel selalu berada


pada suatu tempat dalam kotak setiap saat. Dengan membandingkan
persamaan (30) dan (31), maka diperoleh:
2
A=
√ L
(32)

Jadi fungsi gelombang yang terpolarisasi untuk partikel dalam kotak


adalah
2 nπx
ψ n=
√ L
sin
L
n=1 , 2 ,3 , … (33)

Fungsi gelombang dalam kotak dapat diamati pada gambar 3 dibawah ini:

GAMBAR 3. Fungsi gelombang dan kerapatan peluang sebuah


partikel yang terdapat dalam kotak dengan dinding tegar.
5.7 PEMANTULAN DAN TRANSMISI OLEH PERINTANG

Partikel tanpa energy yang cukup untuk melewati rintangan


potensial masih dapat menerobosnya.
V

E
energi

(a)
V

energi

(b)
V

energi

(c)
GAMBAR 4. (a) Sebuah partikel berenergi E<V mendekati perintang potensial (b) Dalam
mekanika klasik, partikel dipantulkan oleh perintang (c) Dalam mekanika kuantum, gelombang de
Broglie yang menyatakan partikel sebagaian dipantulkan dan sebagian diteruskan (ditransmisikan).
Ini berarti bahwa partikel mempunyai peluang untuk menembus perintang.

5.8 EFEK TEROBOSAN


Seberkas partikel identic masing-masing berenergi kinetic K = E.
Berkas datang dari kiri perintang potensial tinggi V dan lebarnya L,
seperti gambar 5. Pada kedua sisi perintang itu V = 0; ini berarti tidak ada
gaya yg beraksi pada partikel. Dalam daerah ini, persamaan Schrodinger
untuk partikel sebagai fungsi gelombang ψ dapat dituliskan berdasarkan
persamaan (24) sebagai berikut:
V

E
energi
I II III

x=0 x=L x

energi

GAMBAR 5. Gambar skematik dari penerobos melalui perintang

2m ∂2 ψ I
E ψ I+ =0 (34)
ℏ2 ∂ x2
2m ∂2 ψ III
E ψ III + =0 (35)
ℏ2 ∂ x2
Pemecahan masalah dari persamaan di atas adalah:
ψ I = A e i k x + B e−i k x
1 1
(36)

ψ III =F ei k x +G e−i k x
1 1
(37)
dengan bilangan gelombang diluar pelintang dinyatakan dalam panjang
gelombang de Broglie
2 mE p 2 π
k 1= √ = = (38)
ℏ ℏ λ
Karena
e iθ =cos θ+i sin θ
e−iθ =cos θ−i sinθ
Penyelesaian masalah ini, setara dengan persamaan (25) dengan koefisien
masing-masing berbeda.
Berdasarkan gambar 5, terlihat bahwa gelombang datang dari kiri
perintang mempunyai persamaan gelombang
ψ I +¿=A ei k 1x
¿ (39)
Gelombang ini bersesuaian dengan berkas partikel datang ¿ ¿ adalah
kerapatan peluang. Jika v menyatakan kecepatan gelombang yang sama
dengan kecepatan partikel itu, maka :

S=¿ ¿ dimana hal ini menyatakan fluks partikel yang datang ke


perintang, yaitu banyaknya partikel per meter kuadrat per detik yang
datang ke perintang. Sedangkan persamaan gelombang pantul dapat
ditulis dalam bentuk:

ψ I −¿=B e −i k 1 x
¿ (40)

Jadi

ψ I =ψ I +¿+ψ I−¿¿ ¿ (41)

Sedangkan pada daerah x > L hanya terdapat gelombang terusan

ψ III +¿=F e i k 1x
¿ (42)

Yang merambat kearah +x, karena menurut hipotesis, daerah III tidak
terdapat satupun gelombang pantul, sehingga G = 0 dan

ψ III =ψ III +¿= F e ik 1 x


¿ (43)

Peluang transmisi T dari partikel untuk melalui perintang adalah rasio


antara fluks partikel yang keluar dari peintang dan fluks partikel yang
datang.

T =¿ ¿ ¿ (44)

Dengan kata lain T adalah fraksi dari partikel yang berhasil menerobos
perintang.
Sedangkan pada daerah II berlaku persamaan Schrodinger sebagai
berikut:

2m ∂2 ψ II
( E−V )ψ II + =0 (45)
ℏ2 ∂ x2

Pemecahannya adalah
' '

ψ II =C ei k x + D e−i k x (46)

Dimana

2 m( E−V )
k '= √ (47)

Karena E < V, k ' merupakan bilangan imajiner, dan untuk memudahkan


ditulis dengan k 2 sehingga:

2 m(V −E)
k 2=−i k ' = √ (48)

Maka persamaan (46) bila dinyatakan dalam k2 menjadi

ψ II =C e−k x + D e k x
2 2
(49)

Kerena pangkatnya merupakan kuantitas riil, ψ II tidak berosilasi, jadi


2
partikel tidak bergerak. Walaupun demikian kerapatan peluang |ψ II| tidak
nol, sehingga terdapat peluang adanya partikel di dalam perintang.
Partikel ini biasanya muncul ke daerah III atau kembali ke daerah I.

Supaya peluang transmisi dapat dihitung, maka perlu adanya syarat batas
dari dinding perintang sebagai berikut:

Syarat pada dinding kiri perintang

ψ I =ψ II (50)
x=0
∂ψ I ∂ψ II
= (51)
∂x ∂x

Syarat pada dinding kanan perintang

ψ II =ψ III (52)
x=L
∂ψ II ∂ ψ III
= (53)
∂x ∂x

Selanjutnya mensubtitusikan persamaan (36), (42) dan (49) ke


ψ I , ψ II ,dan ψ III , sehingga menghasilkan:

A+ B=C+ D (54)

i k 1 A−i k 1 B=−k 2 C +k 2 D (55)

C e−k L + D e k L =F e i k L
2 2 1
(56)

−k 2 C e−k L +k 2 D e k L =ik 1 F e i k L
2 2 1
(57)

Persamaan (54) hingga (57) dapat dipecah, sehingga menghasilkan

( AF )=[ 12 + 4i ( kk − kk )] e
2

1
1

2
( i k 1+k 2) L
+
1 i k 2 k 1 (i k +k ) L
[ ( )]
− −
2 4 k 1 k2
e 1 2
(58)

Jika potensial rintangan lebih tinggi dibanding energi partikel yang


datang, maka k 2 /k 1> k 1 /k 2 dan

k2 k1 k2
− ≈ (59)
k1 k2 k1

Jika perintang cukup lebar untuk ψ II mengalami atenuasi besar antara x =


0 dan x = L. Ini berarti bahwa k 2 L≫ 1 dan

e k L ≫ e−k L
2 2

Jadi persamaan (58) dapat diaproksimasi oleh


i k2
( AF )=( 12 + 4 k ) e 1
(i k 1+k 2 ) L
(60)

Konjugat ( A/ F ), yang akan digunakan untuk menghitung peluang


transmisi T adalah

A ¿ 1 i k 2 (−i k + k ) L
( ) (
F
= −
2 4 k1
e )
(61) 1 2

¿
Hasil kali ( A/ F ) dengan ( A /F) menghasilkan

A A¿ 1 k 22
=
(
+
F F ¿ 4 16 k 21
e
)
−2 k L2

Berarti peluang transmisi berdasarkan (44) adalah

F F¿ A A¿ −1
16
T= =
A A¿ F F¿ ( ) =
[ 4+ ( k 2 /k 1 )
2
e−2 k
] 2 L
(62)

Dari k 1 (persamaan 38) dan k 2 (persamaan 48), maka diperoleh

k 2 2 2 m(V −E)/ ℏ2 V
( )
k1
=
2 me/ℏ2
= −1
E
(63)

Ini berarti bahwa kuantitas dalam tanda kurung dalam persamaan (62)
berubah lambing terhadap V dibandingkan dengan bagian berpangkat,
sehingga aproksimasi peluang transmisi dituliskan.

T =e−2 k L
2
(64)

Persamaan (64) ini akan digunakan pada bab 12 untuk menghitung variasi
luar biasa dari umur paro inti radiaktif-alfa dengan energi partikel alfa.

5.9 OSILATOR HARMONIK


Gerak harmonic terjadi jika suatu system jenis tertentu bergetar
disekitar konfigurasi setimbangnya. Dalam gerak harmonik sederhana,
gaya pemulih F pada partikel bermassa m adalah linier. Menurut Hooke
F=−kx (65)
Sedangkan F = ma, jadi
d2 x
−kx =m
dt 2
Osilator harmonik
d2 x k
+ x=0 (66)
dt 2 m
Salah satu cara untuk menyelesaikan persamaan (66) adalah
x= A cos ( 2 πνt+ ϕ ) (67)
Dengan frekuensi osilator harmonik
1 k
ν=
2π √ m
(68)

Fungsi energi potensial V(x) menurut Hooke diperoleh dengan


menghitung kerja yang diperlukan untuk membawa partikel dari x = 0 ke
x = x. Hasilnya
x x
1
V ( x )=−∫ F ( x ) dx=k ∫ x dx = k x 2 (69)
0 0 2

GAMBAR 6. Energi potensial sebuah osilator


harmonic berbanding lurus dengan x2.
Osilator harmonik pada mekanika kuantum diduga terdapat tiga
macam modofikasi, yaitu:
1. Tidak terdapat spectrum kontinyu dari energy yang diizinkan, tetapi
hanya berupa spectrum diskrit dari harga tertentu saja.
2. Energi terendah yang diperbolehkan bukan E = 0, tetapi harganya E =
Eo.
3. Terdapat peluang tertentu partikel yang dapat menembus sumur
potensial dengan melewati batas –A dan +A.
Persamaan Schrodinger untuk osilator harmonik dengan V = ½ kx2 adalah
∂2 ψ 2 m 2
2
+ 2 ( E−½ k x )ψ =0 (70)
∂x ℏ
Untuk memudahkan, maka persamaan (70) disederhanakan dengan
kuantitas tak berdimensi menjadi
1/ 2
1 2 πmν
y= ( ℏ
√ km ) x=
√ ℏ
x (71)

dan
2E m 2E
α= =

ℏ k ℏν
(72)

Sehingga persamaan Schrodinger menjadi


∂2 ψ 2
2
+(α + y )ψ=0 (73)
∂x
2E
Karena ¿ , maka menurut persamaan (72), tingkat energi osilator
ℏν
harmonik adalah

( 12 ) ℏν n=0 ,1 , 2 ,3 , …
En = n+ (74)

Jadi energy sebuah osilator harmonik terkuantisasi adalah


1
E0 = ℏν (75)
2

GAMBAR 7. Sumur potensial dan tingkat energy (a) atom hydrogen, (b) partikel dalam kotak, (c) osilator
harmonic. Dalam setiap kasus, tingkat energy bervariasi bergantung pada bilangan kuantum n.

Untuk setiap pilihan parameter α nterdapat fngsi gelombang yang berbeda


ψ n. Setiap fungsi terdiri dari suatu polinom Hn(y) (polinom Hermite) yang
2
y-nya berpangkat genap atau ganjil, factor eksponensial e− y /2, dan sebuah
koefisien numeric diperlukan untuk memenuhi syarat normalisasi. Rumus
umum fungsi gelombang ke n adalah
1 /4
2mν −1/ 2
( )
2

ψ n= ( 2n n ! ) H n ( y ) e− y /2 (76)

Tabel 1. Beberapa Polinom Hermite


Persamaan Schrödinger dalam Koordinat Kartesius

∂2 ψ ∂2 ψ ∂2 ψ 2 m (
+ + + E−V ) ψ=0 … … … … … … … … … … … … … … .(1)
∂ x2 ∂ y 2 ∂ z 2 ℏ

1) Persamaan Schrödinger dalam Koordinat Silinder (r, , z)

Hubungan antara koordinat kartesius dengan koordinat silinder:

x=r cos ϕ

y=r sin ϕ

Operator Laplacian ∇ 2 dalam koordinat silinder adalah:

1 ∂ ∂ 1 ∂2 ∂2
∇=
2
( )
r + 2 +
r ∂ r ∂ r r ∂ ϕ2 ∂ z 2
Sehingga persamaan Schrödinger pada persamaan (1) dapat ditulis
menjadi:

1 ∂ ∂ ψ 1 ∂2 ψ ∂2 ψ 2 m (
r ( )+ + +
r ∂r ∂ r r 2 ∂ ϕ2 ∂ z 2 ℏ2
E−V ) ψ=0 … … … … … … … … … … … …(2)

1. Koordinat Silinder (r‚ɸ‚z)

Hubungan antara koordinat kartesian dengan koordinat silinder:


x=r cos Φ
y=r sin Φ
Vector kedudukan adalah ś= xi+ y j+ z k
ś=r cos ϕ i+ r sinϕ j+ z k
∂s ∂s ∂s
ds= dr + dϕ+ dz
∂r ∂ϕ ∂z
ds=( cos ϕ i+sin ϕ j ) dr+ (−r sin ϕ i+rcos ϕ j ) d ϕ+ k dz
ds=( cos ϕ dr−sin ϕ dϕ ) i+ ( sin ϕ dr + rcos ϕ j d ϕ ) j+ dz k

Jadi kuadrat elemen panjang busur adalah:


ds 2=ds .ds
ds 2=cos 2 ϕ d r 2−2r sin ϕ cos ϕ dr dϕ+r 2 sin2 ϕ dϕ2+ sin2 ϕ dr 2+ 2r sinϕcos ϕ dr dϕ+r 2 cos2 ϕ d ϕ

ds 2=( sin ¿ ¿ 2 ϕ+cos 2)d r 2+r 2 ( sin2 ϕ+ cos2 ϕ ) dϕ2 +dz 2 ¿


ds 2=d r 2 +r 2 d ϕ 2+ d z 2

ds 2=h21 dr 2 +h22 dϕ2 +h32 d z 2


Maka:
h1 =1
h2 =r
h3 =1
Misalkan V adalah fungsi skalar
1 ∂ V 1 ∂V 1 ∂V
Grad V =∇ V = + +
h 1 ∂ r h 2 ∂ ϕ h3 ∂ z
∂V 1 ∂V ∂V
∇V = + +
∂r r ∂ϕ ∂ z

Maka operator grad


∂V 1 ∂V ∂V
∇ dalam koordinat silinder adala h ∇ V = + +
∂r r ∂ϕ ∂ z
1 ∂V ∂ 1 ∂2 ∂2
2
Operator laplacian ∇ =∇ V = r + ( ) +
r ∂ r ∂ r r 2 ∂ϕ 2 ∂ z2

2. Koordinat bola (r ‚ θ ‚ ϕ)
Hubungan anatar koordinat kartesian dengan koordinat bola:
x=r sin θ cos ϕ
y=r sin θ sin ϕ
z=r cos θ
Vector kedudukan adalah ś= xi+ y j+ z k
ś=r sin θ cos ϕ i+r sin θ sinϕ j+r cos θ k
∂s ∂s ∂s
ds= dr + dθ+ dϕ
∂r ∂θ ∂ϕ
ds=( sin θ cos ϕi+sin θ sin ϕ j+ cosθ k ) dr + ( r cos θ cos ϕi+rcos ϕ sin ϕ j−r sin θ k ) d θ+ ¿
ds=( sin θ cos ϕ dr+ r cos θ cos ϕ dθ−r sin θ sin ϕ dϕ ) i+ ( sinθ sin ϕ dr+ r cos sin ϕ dθ+r sin θ cosϕ
Jadi kuadrat elemen panjang busur adalah:
ds 2=ds .ds
ds 2=sin2 θ cos2 ϕ d r 2+ r sinθ cos θ cos2 ϕ dθ dr−r sin 2 θ sin ϕ cos ϕ dr dϕ❑+ r sinθ cos θ cos2 ϕ

ds 2=sin2 θ d r 2+ r sin θ cos θ dθ dr−2 r sinθ cos θ dθ dr +r 2 ( sin 2 θ+cos 2 θ ) dθ 2+ r 2 sin 2 θ dϕ2
ds 2=( sin 2 θ+cos 2 θ ) dr 2+ 2r sin θ cos θ dθ dr −2 r sin θ cos θ dθ drθ+r 2 sin 2 θ d ϕ 2
ds 2=dr 2 +r 2 dθ2 +r 2 sin2 θ d ϕ 2
2 2 2 2 2 2 2
ds =h1 d r + h2 d θ +h 3 d ϕ

Maka:
h1 =1
h2 =r
h3 =r sinθ
Misalkan V adalah fungsi skalar
1 ∂ V 1 ∂V 1 ∂V
Grad V =∇ V = + +
h 1 ∂ r h 2 ∂ θ h3 ∂ ϕ
∂V 1 ∂V 1 ∂V
∇V = + +
∂ r r ∂θ r sinθ ∂ ϕ
Maka operator grad
∂ 1 ∂ 1 ∂
∇ dalam koordinat silinder adala h ∇ V = + +
∂ r r ∂θ r sin θ ∂ ϕ
Operator laplacian ∇ 2dalam koordinat bola adalah:
1 ∂ ∂ 1 ∂ ∂ 1 ∂2
2
∇= ( )
r +
r 2 ∂ r ∂ r r 2 sin θ ∂θ (
sin θ + )
∂ θ r 2 sin 2 θ ∂ ϕ 2

Persamaan Schrodinger dalam koordinat bola:


1 ∂ 2 ∂ψ 1 ∂ ∂ψ 1 ∂2ψ 2 μ (
r 2 ∂r
r( + )
∂r r 2 sin θ ∂ θ
sin θ( + ) +
∂θ r 2 sin 2 θ ∂ ϕ2 h2
E−V ) ψ =0 … .(1)

Dimana: μ adalah massa tereduksi antara elektron dan target, yang


dirumuskan sebagai berikut:
mM
μ=
m+ M
Jika kita mengalikan seluruh persamaan (1) dengan r 2 sin2 θ didapatkan hasil:

∂ 2 ∂ψ ∂ ∂ ψ ∂2 ψ 2 μ r 2 sin 2 θ (
2
sin θ
∂r
r (
∂r
+ sinθ )
∂θ
sin θ ( +
∂θ ∂ ϕ2
+ )
h2
E−V ) ψ=0 … .(2)

Untuk mencari solusi persamaan (2) dapat dilakukan dengan cara


pemisahan variabel dan kemudian kita susun ulang persamaan hasil
pemisahannya untuk menghitung solusinya.
Pertama, kita misalkan fungsi gelombangnya adalah:
ψ=( r θ ϕ )=R ( r ) Θ ( θ ) Φ(ϕ)
Substitusikan persamaan (3) ke persamaan (2) dan membagi seluruh
persamaan dengan , θΦ maka diperoleh:
sin 2 θ d 2 dR sin θ d d Θ 1 d 2 Φ 2 μ r 2 sin 2 θ (
R dr
r(dr )
+
Θ dθ
sinθ (
+
dθ Φ d ϕ2 )
+
ℏ2
E−V )=0 … .( 4)

Suku ketiga pada persamaan (4) hanya merupakan fungsi azimut, sedangkan
suku yang lainnya hanya merupakan fungsi θ dan r . Persamaan (4) dapat
kita atur kembali sehingga menjadi:

sin 2 θ d 2 dR sin θ d d Θ 2 μ r 2 sin 2 θ ( +1 d 2 Φ


R dr
r(dr )
+
Θ dθ
sinθ
dθ (
+ )
ℏ2
E−V ) =
Φ d ϕ2
….(5)
Persamaan (5) hanya benar jika kedua ruas itu sama dengan tetapan yang
sama, karena suku kiri dan suku kanan merupakan fungsi variabel yang

berbeda, untuk memudahkan perhitungan kita misalkan suatu konstanta m2l ,


sehingga persamaan diferensial untuk fungsi menjadi:
−1 d 2 Φ 2
2
=ml
Φ dϕ
Kemudian kita substitusikan m2l , suku ruas kanan persamaan (5) dan susun
kembali persamaan tersebut sehingga diperoleh:

1 d 2 dR 2 μ r 2 θ m 2l 1 d dΘ
R dr (
r
dr
+ )
ℏ 2
( E−V )= 2 −
sin θ Θ sin θ dθ
sin θ (
dθ )
… .(7)

Karena kedua ruas mempunyai persamaan dengan variabel yang berbeda,


kita dapat memisalkan suatu konstanta yang sama untuk kedua ruas,yakni
sehingga sekarang ruas kanan persamaan (7) menjadi:

m 2l 1 d dΘ
2

sin θ Θ sin θ dθ (
sin θ
dθ )
=l(l+ 1) … .(8)

Dan ruas kiri persamaan (7) menjadi:


1 d 2 dR 2 μ r 2 θ (
R dr (
r
dr
+ )
ℏ2
E−V )=l ( l+1 ) …(9)

Persamaan (6,8,9) dapat ditulis sebagai berikut:


Persamaan untuk Φ adalah:
2
d Φ 2
2
+m l =0

Persamaan untuk Θ adalah:
m2
1 d
sin θ dθ
sin θ

(
dθ )[
+ l ( l+1 )− 2l Θ=0
sin θ ]
Untuk menyelesaikan persamaan angularnya yakni dan , digunakan fungsi
polinomial Legendre yang terasosiasi yang disebut sebagai fungsi harmonis
spheris.
1
2 l+1 ( l−|m|! )
y 1 m (θ ϕ )=ε
[
4 π ( l+|m|! ) ] 2
Pl m ( cos θ)eimϕ

Dimana ε =¿untuk m > 0 dan 1 untuk yang lainnya.


1
2l+1 ( l−|0|! ) 2
y 1 m (θ 0 )=1
[
4 π ( l+|0|! ) ]
Pl (cos θ) e 0

2 l+1
y 1 0 ( θ 0 )=
√ 4π l
P (cos θ)

Maka solusi fungsi gelombangnya dapat ditulis menjadi:

ψ ( r θ )=Rl ( r ) Pl (cos θ)
Fungsi gelombang radialnya adalah:

2 μ l ( l+1 ) m2l
1 d 2dR
r 2 dr (
r
dr

+ 2 E− 2 V
ℏ ℏ )[
r2
− 2 R l=0
sin θ ]
Dengan:
−V 0 untuk r <r 0
V ( r )=
{0 untuk r > r 0
Untuk r > r0, fungsi gelombang radialnya adalah:
Untuk , fungsi gelombang radialnya adalah:
1 d 2dR 2μ l (l+1 )
r dr
2
r (
dr
+ 2 E− 2 R l=0
ℏ r )[ ]
1 2 d R 2 d2 R 2μ l ( l+1 )
r 2(r
dr
+r
dr 2
+ 2 E− 2 Rl =0
ℏ r )[ ]
d2 R 2 d R l ( l+1 )
2
+
dr r d r r(
+ k 2− 2 =R l=0
)
Dengan:

k 2= E
ℏ2
2 d2 R dR 2 2
r= 2
+2 r + ( k r −l ( l+1 ) )=R l=0
dr d r
Solusinya adalah
Rl ( kr )= A ' jl ( kr ) B' nl (kr )
1 lπ
j l ( kr ) =
kr (
sin kr−
2
r →∞ )
−1 lπ
nl ( kr ) =
kr
cos kr− (2
r →∞ )
−A' lπ B ' lπ
Rl ( kr )=
kr (
sin kr− + sin kr −
2 kr 2 ) ( )
Untuk r r0, fungsi gelombang radialnya adalah:
− A l cos δl lπ A cos δ l lπ
Rl ( kr )=
kr 2(
sin kr − + l
kr )
cos kr−
2 ( )
Dengan
A ' =A l cos δ l
A ' =A l sin δ l

− Al lπ
Rl ( kr )=
kr (
sin kr− +δ l l=0 1 2…
2 )
δ l= pergeseran fase

Al lπ
Ψ ( r θ )= ∑
l=0 kr (
sin kr − + δl Pl (cos θ)
2 )
SOAL DAN PENYELESAIAN
2) (a) Sebuah partikel terperangkap dalam suatu daerah satu dimensi
selebar L. Pada keadaan eksitasi keduanya (n = 3), perlihatkan bahwa
probabilitas untuk menemukannya di x = 0 dan x = L/3 adalah 1/3.
(b) Perlihatkan bahwa untuk keadaan dengan bilangkan kuantum n,
probabilitas untuk menemukannya antara x = 0 dan x = L/n adalah
1/n.
3) Berapakah energi minimum sebuah elektron yang terperangkap
dalam suatu daerah satu dimensi selebar ukuran inti atom (1,0 x 10 -14
m)?
4) Berapakah energi minimum sebuah proton (mc2 ≡ 940 MeV) yang
terbatas geraknya dalam ruang berukuran inti atom (1,0 x 10-14 m)?
Solusi

1. (a) Sebuah partikel terperangkap dalam suatu daerah satu dimensi


selebar L. Pada keadaan eksitasi keduanya (n = 3), perlihatkan bahwa
probabilitas untuk menemukannya di x = 0 dan x = L/3 adalah 1/3.
(b) Perlihatkan bahwa untuk keadaan dengan bilangkan kuantum n,
probabilitas untuk menemukannya antara x = 0 dan x = L/n adalah
1/n.
Diketahui :
2 nπx
ψ (x )=
√ L
sin
L
n=3

L
x=0 sampai x=
3

1
Ditanyakan : P1,2=
3
Jawab :
a. Pada x = 0 dan x = L/3 pada n = 3
x2
2
P x , x =∫|ψ| dx
1 2
x1

x2
2 nπx
¿ ∫ sin 2 dx
Lx 1
L
x2
x 1 2. n . πx
¿ ( −
L 2.n . π
sin
L )| x1

L /3
x 1 2.3. πx
¿ − (
L 2.3. π
sin
L )|
0

1
Px , x =
1 2
3

b. Pada x = 0 dan x = L/n pada n

x2
2
P x , x =∫|ψ| dx
1 2
x1

x2
2 nπx
¿ ∫ sin 2 dx
Lx 1
L
x2
x 1 2. n . πx
(
¿ −
L 2.n . π
sin
L )| x1

L /n
x 1 2.3. πx
(
¿ −
L 2.3. π
sin
L )|0

1
Px , x =
1 2
n

2. Berapakah energi minimum sebuah elektron yang terperangkap


dalam suatu daerah satu dimensi selebar ukuran inti atom (1,0 x 10 -14
m)?
Diketahui :
m = 9,1 x 10-31 kg
ђ = 1,05 x 10-34 Js
L = 1,0 x 10-14 m
n=1
Ditanyakan : E = ...?
Jawab :
ℏ2 nπ 2
E=
2m L ( )
2
( 1,05 x 10−34 J . s ) ( 3,14 )2
¿ 2
2(9,1 x 10−31 kg) ( 1,0 x 10−14 m)
E=6 x 10−18 J ≅ 37 eV

3. Berapakah energi minimum sebuah proton (mc2 ≡ 940 MeV) yang


terbatas geraknya dalam ruang berukuran inti atom (1,0 x 10-14 m)?

Diketahui :
m = 1,67 x 10-27 kg
ђ = 1,05 x 10-34 Js
L = 1,0 x 10-14 m
n=1
Ditanyakan : E = ...?
Jawab :
ℏ2 nπ 2
E= ( )
2m L
2
( 1,05 x 10−34 J . s ) ( 3,14 )2
¿ 2
2(1,67 x 10−27 kg) ( 1,0 x 10−14 m )
E=3,25 x 10−13 J ≅ 2,03 MeV

Soal -Soal

1. Buktikan semua pemecahan persamaan?


2 2
∂ y 1 ∂ y
=
∂ x 2 ν 2 ∂t 2
Harus berbentuk y=F(t±x/v) seperti dinyatakan dalam pasal 5.2
2. Jika ψ1 ( x , t ) dan ψ2 ( x , t ) keduanya merupakan solusi persamaan

Schrodinger untuk potensial V (x) yang diketahui, tunjukan bahwa


kombinasi linear
ψ=a 1 ψ 1 +a2 ψ 2
Dengan a1 dan a2 constant sembarang juga merupakan solusi. Hasil ini
bersesuaian dengan pengamatan empiris interverensi gelombang de
Broglie, misalnya dalam experimen davison-Germer yang dibahas dalam
bab 3.
3. Tentukan peluang untuk mendapatkan partikel dalam pasal 5.6 dalam
daerah selebar ∆x = 0,01L pada masing-masing kedudukan di bawah ini
untuk keadaan dasar (tanpa integrasi) : x = 0; 0,025L; 0,5L; 0,75L, L.
4. Ulangi soal 3 untuk tingkat eksitasi pertama n = 2 untuk partikel itu.

5. Cari harga ekspektasi ⟨χ ⟩ untuk partikel dalam pasal 5.6


6. Menurut prinsip korespondensi, teori kuantum harus memberi hasil yang
sama seperti fisika klasik dalam limit bilangan kuantum besar.
Tunukkan, bahwa untuk n →∞ , peluang untuk mendapatkan partikel
yang terperangkap seperti dalam pasal 5.6 antara x dan x + ∆ x ialah ∆x/L
sehingga tidak bergantung dari x; hal ini sesuai dengan ekspektasi klasik.

7. Salah satu fungsi gelombang yang mungkin untuk sebuah partikael


dalam sumur potensial dalam gambar 5-14 di buat sketsanya di situ.

Terangkan mengapa panjang gelombang dan amplitude Ψ berubah


seperti ini.
v

8. Sifatpenting fungsi-eigen suatu sistem ialah fungsi itu saling ortogonal,


yang berarti

∫−∞ ψ n ψ m dV =0 n≠m
Buktikan hubungan ini untuk fungsi-eigen sebuah patikel dalam kotak
satu dimensi yang dinyatakan oleh persamaan 5.33.
9. Tinjau seberkas partikel yamg energi kinetiknya E datang pada tangga
potensial pada x=0 setinggi V, dengan E>V. (a)terangkan mengapa solusi

D
e−tk ' x (sesuai dengan notassi pada pasal 5.8)tida mempunyai
arti fisis dalam situasi seperti ini ,sehingga D=0. (b)tunjukkan bahwa
2

peluamg transmisi disini ialah T=CC*/AA*=. 4 k 1/ ( k 1 +k ' ) 2 . (c)berkas


6
elektron 1 mA bergerak dengan kelajuan 2 X 10 m/s memasuki daerah
yang batasnya ,terdefinisikan dengan tajam, sehingga kelajuan elektronya

tereduksi menjadi 1 X 106 m/s oleh perbedaan potensial. Cari arus


pantul dan transmisinya.
10. Cari energi titik nol pada elektrovoltdari suatu bandul yang periodenya a
adalah 15.
2 2
11. Energi total dari sebuah osilator harmonik ialah E= p /2 m+kx /2 ,
dengan p menyatakan momentumnya dan x menyatakan semapngan dari
kedudukan setimbang,cari energi titik nol osilator itu dengan pertongan
prinsip ketaktentuan dengan mengambil p= ∆p dan x= ∆x.
12. Dalam sebuah osilator harmonikkedudukan partikel berubah dari –A
ke +A dan momentumnya dari –p ke +p. Dalam osilator semacam itu

deviasistandard x dan p ialah ∆x=A / √2 dan ∆p= ,


p0 / √ 2
gunakanlahhal ini untuk menunjukkan bahwa enegi minimum osilator
harmonik ialah 1/2hv.
2
13. Cari harga expektassi (x) dan ( x ) untuk keadaan yang oertama
dalam sebuah osilator harmonik.

14. Tunjukkan bahwa harga expektasi ⟨K ⟩ dan ⟨V ⟩ dari energi kineti

dan energi potensial sebuah osilator harmonik diberikan oleh ⟨K ⟩ =

⟨V ⟩ =
E0 /2 jika osilator itu dalam keadaan n = 0. (hal ini sebenarnya
berlaku juga untuk osilator dalam setiap keadaan). Bandingkan hasil
tersebut dengan harga klasik K dan V.
15. Tunjukkan 3 fungsi gelombang pertama dari osilator harmonik
merupakan solusi dari persamaan schrodinger.
16. Fungsi gelombang yang mana ditunjukkan pada gambar 5.15 yang
mungkin mempunyai artti Fisis penting?
(a) (b)

x x
(c) (d)

x x

(e) (f)

x
x

\
Penyelesaian
1. Membuktikan

∂2 y 1 2 y
=
∂ x 2 v2 2 t 2

( xv )−iA sin ω (t− xv )


y= A cos ω t−

x x
y= A cos 2 πf ( t− )−iA sin 2 πf ( t− )
v v
2 πx
y= A cos 2 πt − (Untuk t=0, x=0)
v

( vx )
y=F t ±

∂Ψ 1 ∂Ψ 2
(
2. a 1 H Ψ 1 =iℏ
∂t ) (
,,a 2 H Ψ 2 =iℏ
∂t )
∂ ( a1 Ψ 1+ a2 Ψ 2)
a 1 H Ψ 1+ a2 H Ψ 2 =iℏ
∂t
a 1 H Ψ 1+ a2 H Ψ 2 =H ( a1 Ψ 1 + a2 Ψ 2 )

karena H merupakanoperator linear ,maka :


∂ ( a 1 Ψ 1 +a 2 Ψ 2 )
H ( a1 Ψ 1 +a2 Ψ 2 )=iℏ
∂t
Untuk :
a 1 Ψ 1 +a2 Ψ 2

sehingga:
∂Ψ
H Ψ =iℏ
∂t
Merupakan solusi dari persamaan Schrodinger.

3. Peluang untuk mendapatkan suatu partikel pada interval tertentu:

2 2 nπx 2
|ψ n| = L(sin
L )
dengan Δ x=0.01, n=1
Sehingga untuk keadaan dasar dengan nilai
x=0,0.025L,0.5L,0.75L,L.,didapat nilai a peluangnya=0,0.01,0.012,0.01,0.

8. Untuk partikel dalam kotak 1 dementional :

2 nπx
ψ n=
L√ sin
L
,0 ≤ x ≤ L
ψ n=0 di luar interval itu

∞ L 2
2 nπx mπx
∫ ψ n ψ m dV =∫
−∞ 0
(√ )
L
sin
L
sin
L
dx
L
2 1 πx πx
L 0 2 L [
¿ ∫ cos ( n−m )−cos ( n+m ) dx
L ]
1 πx L L
[
¿ sin ( n−m )
L L ]
π ( n−m) 0 {
1 πx L L
[
¿− sin ( n+m )
L L ]
π ( n+m ) 0 {
¿ 0 untuk n ≠ m
10. Energy titik nol pada bandul

1
E0 = hυ
2
1 1
¿ h
2 T
Untuk k,T=15

1 1
E0 = h
2 T
1 1
¿ ( 6.623 x 10−34 )
2 15

¿ 0.22 x 10−34 J

¿ 0.14 x 10−15 eV
12. Osilator harmonic : -A ≤ x ≤ A dan –P0 ≤ P ≤ P

Deviasi standart : ∆x = A/√2


∆P= P0/√2
Ketidaktentuan Heisenberg menyatakan bahwa :
ħ
Δ x Δ P>
2
P02 ħ
>
2 2
Energy total partikel :
1
E= k A 2
2
p 20
¿ (1)
2m

Dapat juga di tulis :

E=√ (1/2 kA2. (p 20)/2 m)=1/2 Ap0 √(k / m)


υ=1/2 π √ (k /m)
E=1/2 Ap0 2 πυ (2)

Subsitusikan persaamaan 1 dan 2

E> ℏ/22 πυ
E>1/2 hυ
15. Menunjukan 3 fungsi gelombang

F=−kx … … .. (1 )
F=ma … … … .(2)
ma+kx=0(osilator harmonik sederhana)
Dengan solusi umumnya :

x ( t )= A cos ( ωt+ ∅ )

 Osilator harmonik teredam :

bdx
F=ma ,− ( gaya redam)
dt
−kx ( gaya pemulih)
dx d2 x
−kx −b =m 2
dt dt
d2 x dx
m 2
+b + kx=0
dt dt

dengan solusi umumnya : x ( t )=C e ∝t


C=x ,∝=T −1 (dimensi)
 Osilator harmonic terpaksa :

dq dx
I= v=
dt dt

−q dI
V c=
c
V L=−L ( )
dt

Di subsitusikan persaaman di atas :

I . R=V L +V c +V 0 sin ωt
d2 I dI 1
L 2 +R
dt ( )
dt c
+ I =ω V 0 cos ωt
Solusi :

I (t)=I 0 sin ⁡(ωt −α )

16. Fungsi yang mempunyai arti fisis harus memenuhi syarat :

( i ) ψ ⋇ ψ dx=1

( ii ) ψ dan malar
dx
( iii ) berharga tunggal
Gambar

a) Tidak memenuhi (i)

b) Memenuhi ketiga syarat

c) Tidak memenuhi (i)

d) Memenuhi ketiga syarat

e) Tidak memenuhi

f) Memenuhi ketiga syarat

Anda mungkin juga menyukai