Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Agroklimatologi

Hari : Senin, 13 September 2021


Jam : 16.20-17.40 WIB
Asisten: Maya Andriani

INTENSITAS RADIASI MATAHARI

Oleh :
Muhammad Faris Ramadhani
2005101050047

LABORATORIUM AGROKLIMATOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiasi matahari merupakan unsur iklim/cuaca utama yang akan
mempengaruhi keadaan unsur iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi
matahari antar tempat di permukaan bumi akan menciptakan pola angin yang
selanjutnya akan berpengaruh terhadap kondisi curah hujan, suhu udara,
kelembaban nisbi udara, dan lain-lain. Ada tiga macam cara radiasi matahari sampai
ke bumi yaitu Radiasi langsung (Beam/Direct Radiation) Radiasi hambur (Diffuse
Radiation), Radiasi total (Global Radiation) (Kartasapoetra, 2006).

Lama penyinaran matahari (sunshine duration) adalah lamanya matahari


bersinar sampai permukaan bumi dalam periode satu hari yang diukur dalam jam.
Periode satu hari disebut panjang hari (jangka waktu matahari berada di atas 20
horison). Lama matahari bersinar ini dalam periode harian adalah bervariasi dari
bulan ke bulan. Pengukuran durasi sinar matahari merupakan jenis pengukuran
radiasi yang tertua, tetapi meskipun demikian, penyinaran matahari tetap
bermanfaat karena dua hal. Pertama, durasi penyinaran adalah salah satu parameter
yang penting dari iklim suatu tempat (lokasi). Penggunaan data ini misalnya dalam
bidang pertanian, perkebunan, karena durasi sinar matahari berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Kedua, dari data durasi penyinaran matahari dapat
diturunkan fluksi total dari radiasi matahari yang jatuh pada permukaan horizontal
dari suatu lokasi (Prawirowardoyo,1996).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya korelasi yang erat antara radiasi


global dan durasi sinar matahari. Sehingga data durasi sinar matahari merupakan
data yang penting dan diperlukan bagi usaha pemanfaatan energi matahari.
Pengamatan durasi sinar matahari dilakukan antara jam 08.00 sampai dengan 16.00
waktu setempat sesuai dengan standar yang dipakai di Indonesia. Maksimum durasi
sinar matahari harian rata-rata terdapat pada bulan-bulan Juli dan Agustus. Bulan-
bulan ini merupakan pertengahan atau maksimum monsun timur di mana jumlah
perawanan minimum. Minimum terdapat pada bulan Januari, ini disebabkan bulan
Januari merupakan pertengahan atau maksimum monsun barat di mana jumlah
perawanannya besar (Prawirowardoyo,1996).

Lama penyinaran akan berpengaruh terhadap aktivitas makhluk hidup


misalnya pada manusia dan hewan. Juga akan berpengaruh pada metabolisme yang
berlangsung pada tubuh makhluk hidup, misalnya pada tumbuhan. Penyinaran yang
lebih lama akan memberi kesempatan yang lebih besar bagi tumbuha tersebut untuk
memanfaatkanya melalui proses fotosintesis. Pergeseran garis edar matahari
menyebabkan perubahan panjang hari (lama penyinaran) yang diterima pada lokasi-
lokasi di permukaan bumi. Perubahan panjang hari tidak begitu besar pada daerah
tropis yang dekat dengan garis ekuator. Semakin jauh letak tempat dari garis
ekuator maka fluktuasi lama penyinaran akan semakin besar (Lakitan, 1994).
Radiasi matahari yang diterima oleh bumi akan diterima dengan cara diserap
dan tidak tertangkis oleh atmosfer sampai ke permukaan bumi, karena bumi sangat
padat, maka radiasi ini bukan ditangkis, melainkan dikembalikan satu arah ke
atmosfer (proses ini biasanya disebut refleksi). Es dan salju merefleksi hamper
kebanyakan dari radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi, sedangkan laut
merefleksi sangat sedikit.Pada waktu radiasi surya memasuki system atmosfer
menuju permukaan bumi (daratan dan lautan), radiasi tersebut akan dipengaruhi
oleh gas-gas, aerosol, serta awan yang ada di atmosfer. Sebagian akan diserap dan
sisanya diteruskan ke permukaan bumi berupa radiasi langsung (direct) maupun
radiasi baur (diffuse). Radiasi langsung adalah radiasi yang tidak mengalami proses
pembauran oleh molekul-molekul udara, uap dan butir-butir air serta debu di
atmosfer seperti yang terjadi pada radiasi baur. Jumlah kedua bentuk radiasi ini
dikenal dengan “radiasi global”. Alat pengukur radiasi surya yang terpasang pada
stasiun-stasiun klimatologi (Handoko, 2003).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Bumi berevolusi mengelilingi matahari pada jarak rata-rata 93 juta mil.
Orbit bumi berbentuk elips dengan eksentrisitas sangat kecil (0,017), ini berarti
orbit bumi hampir berbentuk lingkaran. Jarak matahari-bumi yang terdekat disebut
perihelion, terjadi pada tanggal 4 Januari dengan jarak 91,5 juta mil, dan jarak
matahari-bumi yang terjauh disebut aphelion terjadi pada tanggal 5 Juli dengan
jarak 94,5 juta mil (Tjasyono,2004).

Radiasi adalah suatu bentuk energi yang dipancarkan oleh setiap benda yang
mempunyai suhu di atas nol mutlak dan merupakan satu-satunya bentuk energi
yang dapat menjalar di dalam vakum angkasa luar. Radiasi matahari merupakan
gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet.
Matahari setiap menit memancarkan energi sebesar 56x1026 kalori. Dari energi ini
bumi menerima 2,55x1018 kalori atau hanya ½ x 109 nya (Prawirowardoyo,1996).

Jumlah radiasi matahari total yang diterima pada suatu tempat dipengaruhi
juga oleh lamanya siang hari. Panjang siang hari beragam dengan garis lintang dan
musim, di sekitar katulistiwa, siang dan malam sepanjang tahun hampir sama.
Panjang siang hari bertambah atau berkurang sesuai dengan bertambahnya derajat
lintang, tergantung musim. Musim panas di belahan bumi utara, panjang siang hari
bertambah dari katulistiwa menuju kutub utara dan berkurang menuju kutub utara.
Lingkaran kutub selatan dan kutub utara siang hari berlangsung 24 jam, sedangkan
pada daerah lintang yang sama di belahan bumi selatan, malam hari lamanya 24
jam (Suryatna,1995).

Radiasi matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses


termonuklir yang terjadi di matahari. Energi radiasi matahari berbentuk sinar dan
gelombang elektromagnetik. Spektrum radiasi matahari terdiri dari sinar
gelombang pendek (sinar x, sinar gamma, sinar ultraviolet) dan sinar gelombang
panjang (sinar infra merah) Pada waktu radiasi matahari memasuki atmosfer
menuju permukaan bumi (daratan dan lautan), radiasi tersebut akan dipengaruhi
oleh gas-gas aerosol serta awan yang ada di atmosfer, sebagian akan dipantulkan
kembali ke luar angkasa, sebagian akan diserap dan sisanya akan diteruskan ke
permukaan bumi berupa radiasi langsung maupun radiasi baur (diffuse). Radiasi
langsung adalah radiasi yang tidak mengalami proses pembauran oleh molekul-
molekul udara, uap air, dan debu di atmosfer seperti yang terjadi pada radiasi baur
(Suryatna,1995).

Radiasi cahaya dari permukaan benda tersebut akan dipancarkan ke segala


arah. Jika radiasi yang dipancarkan oleh benda ini menerpa suatu permukaan lain,
maka energi cahaya tersebut dapat diserap, dipantulkan, atau diteruskan oleh
permukaan penerima tersebut. Cahaya dapat bergerak melintasi benda padat
(misalnya kaca, plastic), cair (misalnya air, minyak), gas (misalnya udara), dan
ruang hampa udara atau vakum (misalnya pada ruang angkasa luar). Salah satu ciri
cahaya adalah panjang gelombang. Panjang gelombang adalah jarak per siklus
gelombang cahaya, biasanya diberi symbol λ (Benyamin Lakitan, 1994).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Adapun praktikum pada BAB Intensitas Radiasi Matahari dilaksanakan di
kediaman masing-masing praktikan di kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh
Besar pada waktu Senin, 13 september 2021 pukul 16.20-17.40 WIB.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Aktinograf Bimetal
2. Radiometer Gun-Bellani
3. Thermo Electric Solarimeter
4. Aktinometer
5. Pyranometer
6. Radiometer

3.3 Cara Kerja

1. Di lakukan pengamatan dan pengukuran radiasi matahari menggunakan


solarimeter dengan cara meletakkannya dibawah tajuk dan diatas tajuk untuk
jenis tanaman yang berbeda. Pengukuran dilakukan pada waktu bersamaan.
2. Di setiap tipe lahan diukur dan diamati radiasi matahari selama 10 menit,
pengukuran dilakukan setiap 1 menit sekali, serta di catat waktunya.
3. Pada data pengamatan (mV) dikonversi kedalam satuan Watt/m2 dengan
menggunakan rumus:
Data hasil pengukuran (mV)
Intensitas Radiasi Matahari = Faktor Kalibrasi (mV/KW/m2 )

4. Dibandingkan variasi intensitas radiasi matahari untuk masing-masing tipe


lahan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


Tabel 1. Hasil pengamatan intensitas radiasi matahari dalam milivolt (mV) pada
tanaman pisang (Musa acuminata)
NO Lokasi (tanaman) Intensitas Radiasi Matahari (mV) Rerata Cuaca
1 2 3 4 5 6
1 Dibawah tajuk 5,4 5,3 6,0 5,1 4,8 4,6 5,2 Berawan
2 Diatas tajuk 6,6 7,3 5,5 5,0 4,7 4,5 5,6 Berawan

4.2 Pembahasan
Radiasi matahari atau yang biasa dikenal dengan sinar matahari merupakan
radiasi yang dipancarkan oleh matahari sampai ke bumi melewati lapisan atmosfer.
Selain komponen abiotik, radiasi matahari juga berpengaruh terhadap komponen
biotik yang ada di lapisan biosfer. Tanaman merupakan organisme yang sangat
bergantung terhadap ketersediaan sinar atau radiasi matahari tersebut.

Intensitas radiasimatahari merupakan jumlah energi dari cahaya matahari


yang diserap tergantung sudut datangnya sinar pada suatu luasan dan dalam wktu
tertentu. Adapun pengaruh radiasi matahari terhadap makhluk hidup yaitu berguna
dalam proses fotosintesis tanaman, mempercepat transiprasi tanaman terjadinya
gerak etionom, dan membantu perkecambahan.

Campbell Stokes adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas dan
lama penyinaran matahari. Satuan dari intensitas dan lama penyinaran matahari
adalah persen atau jam. Campbell Stokes dilengkapi dengan kartu khusus. Kartu ini
adalah kartu yang berperan sebagai pencatat data. Kartu Campbell Stokes ini
dipasang dibawah lensa pada alat, kemudian diletakkan di tempat terbuka. Pencatat
waktu pada kartu akan mencatat bekas bakaran kartu. Bagian yang hangus itulah
yang menunjukkan intensitas sinar matahari selama satu hari. Bekas bagian hangus
yang berwarna coklat, dicocokkan oleh satuan waktu dan lamanya penyinaran.
Lamanya penyinaran yang diukur adalah penyinaran terus-menerus dan penyinaran
yang tertutup awan.
konversi dari mV ke W/m2
Dibawah Tajuk
5,4 mV
1. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2 )
= 0,31 × 1000 = 31
(W/m2)
5,3 mV
2. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,30 × 1000 = 30
)
(W/m2)
6,0 mV
3. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,34 × 1000 = 34
)
(W/m2)
5,1 mV
4. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,29 × 1000 = 29
)
(W/m2)
4,8 mV
5. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,27 × 1000 = 27
)
(W/m2)
4,6 mV
6. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,26 × 1000 = 26
)
(W/m2)
Diatas tajuk
6,6 mV
1. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,38 × 1000 = 38
)
(W/m2)
7,3 mV
2. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,42 × 1000 = 42
)
(W/m2)
5,5 mV
3. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,31 × 1000 = 31
)
(W/m2)
5,0 mV
4. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,29 × 1000 = 29
)
(W/m2)
4,7 mV
5. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,27 × 1000 = 27
)
(W/m2)
4,5 mV
6. Intensitas Radiasi Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
= 0,26 × 1000 = 26
)
(W/m2)

NO Lokasi (tanaman) Intensitas Radiasi Matahari Rerata Cuaca


(watt/m2)
1 2 3 4 5 6
1 Dibawah tajuk 31 30 34 29 27 26 29,5 Berawan
2 Diatas tajuk 38 42 31 29 27 26 32,16 Berawan

intensitas radiasi matahari (mV)


8.0

7.0

6.0

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0
1 2 3 4 5 6

Dibawah Tajuk Diatas Tajuk

Grafik 1. Pengamatan Pohon Pisang (dalam satuan mili volt/ mV)

Dari hasil pengamatan intensitas radiasi matahari yang dilakukan


didapatkan hasil dibawah tajuk lebih rendah dari pada diatas tajuk, hal ini
ditunjukkan pada ulangan ke 1 dan 2 yang menunjukkan perbedaan yang sangat
jauh. Pada pengamatan dibawah tajuk dari ulangan 1 ke 2 terdapat kenaikan
intensitas radiasi, namun mulai seterusnya intensitas radiasi mulai turun drastis.
Pada pengamatan diatas tajuk dari ulangan 1 ke 2 sedikit mengalami penurunan,
namun pada ulangan ke 3 mengalami kenaikan intensitas radiasi. Tapi pada ulangan
ke 4 dan seterusnya mulai mengalami penurunan lagi.

intensitas radiasi matahari (W/m 2 )


45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6

Dibawah Tajuk Diatas Tajuk


Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus Intensitas Radiasi
5,3 mV
Matahari = 17,2 (mV/KW/m2
hasilnya tetap sama dengan hasil pengamatan awal.
)

konversi dari W/m2 ke cal/cm2 /menit


Dibawah tajuk

IRM = 31 × 0,0014 = 0,43 cal/cm2 /menit

IRM = 30 × 0,0014 = 0,42 cal/cm2 /menit

IRM = 34 × 0,0014 = 0,47 cal/cm2 /menit

IRM = 29 × 0,0014 = 0,40 cal/cm2 /menit

IRM = 27 × 0,0014 = 0,37 cal/cm2 /menit

IRM = 26 × 0,0014 = 0,36 cal/cm2 /menit

Diatas tajuk
IRM = 38 × 0,0014 = 0,53 cal/cm2 /menit

IRM = 42 × 0,0014 = 0,58 cal/cm2 /menit

IRM = 31 × 0,0014 = 0,43 cal/cm2 /menit

IRM = 29 × 0,0014 = 0,40 cal/cm2 /menit

IRM = 27 × 0,0014 = 0,37 cal/cm2 /menit

IRM = 26 × 0,0014 = 0,36 cal/cm2 /menit

Tabel 3. intensitas radiasi matahari cal/cm 2 /menit

Lokasi (tanaman) Intensitas Radiasi Matahari cal/cm 2 Rerata Cuaca


/menit
1 2 3 4 5 6
1 Dibawah tajuk 0,43 0,42 0,47 0,40 0,37 0,36 0,40 Berawan
2 Diatas tajuk 0,53 0,58 0,43 0,40 0,37 0,36 0,44 Berawan

intensitas radiasi matahari (cal/cm2 /menit)


0.8

0.6

0.4

0.2

0
1 2 3 4 5 6

Dibawah Tajuk Diatas Tajuk


Grafik 3. intensitas radiasi matahari (cal/cm2 /menit)

Dari hasil perhitungan diatas terdapat perbedaan dari satuan W/m2 yaitu
nilainya yang menadi pembeda dari satuan yang sebelumnya, walaupun memiliki
bentuk grafik yang sama.
Konversi dari W/m2 ke MJ/m2
Dibawah tajuk
31
IRM = × 3,6 = 1,116 MJ/m2
1000

30
IRM = × 3,6 = 1,08 MJ/m2
1000

31
IRM = × 3,6 = 1,224 MJ/m2
1000

29
IRM = × 3,6 = 1,044 MJ/m2
1000

27
IRM = × 3,6 = 0,972 MJ/m2
1000

26
IRM = × 3,6 = 0,936 MJ/m2
1000

Diatas tajuk
38
IRM = × 3,6 = 1,368 MJ/m2
1000

42
IRM = × 3,6 = 1,512 MJ/m2
1000

31
IRM = × 3,6 = 1,116 MJ/m2
1000

29
IRM = × 3,6 = 1,044 MJ/m2
1000

27
IRM = × 3,6 = 0,972 MJ/m2
1000

26
IRM = × 3,6 = 0,936 MJ/m2
1000

Tabel (4) konversi intensitas radiasi matahari W/m2 ke MJ/m2


Lokasi Intensitas Radiasi Matahari cal/cm 2 /menit Rerata Cuaca
(tanaman) 1 2 3 4 5 6
1 Dibawah 1,116 1,08 1,224 1,044 0,972 0,936 1,062 Berawan
tajuk
2 Diatas tajuk 1,368 1,512 1,116 1,044 0,972 0,936 1,158 Berawan
intensitas radiasi matahari (MJ/m2 )
1.6

1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
1 2 3 4 5 6

Dibawah Tajuk Diatas Tajuk

Grafik 4. intensitas radiasi matahari (MJ/m2 )

Dari hasil perhitungan diatas dan juga bentuk grafik, yang membedakan
dari yang sebelumnya hanyalah angkanya saja.

Tabel.5 Rata-rata intensitas radiasi matahari dalam satuan (mV) / (W/m2) /


(cal/cm2/m) dan (MJ/m2).
No Lokasi Rata-rata Intensitas Radiasi Matahari Keterangan
(Tipe (mV) (W/m2) (cal/cm2/m) (MJ/m2)
Lahan)
1 Dibawah 5,2 29,5 0,40 1,062 Berawan
Tajuk
2 Diatas 5,6 32,16 0,44 1,158 Berawan
Tajuk

Perhitungan Persentase Intersepsi berdasarkan data rerata intensitas radiasi


matahari untuk masing-masing satuan. Intersepsi (%) = 1- transmisi (%) Transmisi
(%) = (Q/Q0) x 100% Q = Rerata Radiasi dibawah tajuk (W/m2 , cal/m2 /menit,
MJ/m2 ). Q0= Rerata Radiasi diatas tajuk (W/m2 , cal/m2 /menit, MJ/m2 ).
Intersepsi Watt/m2 (%) = 1- transmisi (%)
29,5
= 1- × 100% = 1- 0,917 = 0,083 %
32,16

Intersepsi cal/cm2/m = 1- transmisi (%)


0,40
= 1- × 100% = 1 – 0,90 = 0,1 %
0,44

Intersepsi MJ/m2 = 1- transmisi (%)


1,062
= 1- × 100% = 1 - 0,91 = 0,09 %
1,158

Tabel (6) Persentase Intersepsi (%) rata-rata untuk tanaman.


Tanaman W/m2 cal/cm2/m MJ/m2
Pisang (Musa Pudica) 0,083 % 0,1 % 0,09 %

Gambar 1. Actinograph
Actinograph bekerja dengan memakai Prinsip-perbedaan temperatur antara
2 strip paralel bimetallic ber-cat putih dengan 2 strip parallel bimetalic ber-cat
hitam. Perbedaan temperatur terjadi olehkarena radiasi matahari yang sampai ke
bimetallic ber-cat putih akan dipantulkan maka strip ini hanya respon terhadap
temperatur ambang sedangkan radiasi yang sampai ke bimetallic hitam, akan
diserap/diabsorbsi sehingga strip ini respon terhadap temperatur ambang dan radiasi
yang datang akibatnya terjadi distorsi/menggeliat terhadap strip bimelaic putih.
Masing-masing satu sisi strip putih dan strip hitam dihubungkan dan sisi-
sisi lain dari bimetallic putih dihubungkan ke peti instrumen serta sisi-sisi lain
bimetallic hitam dihubungkan ke tangkai pena melalui system tuas sehingga
masing-masing akan saling meniadakan kondisi ambang dengan meninggalkan
keluk(curvature) yang merepresentasikan Intensitas Radiasi yang datang dan
secara proporsional ditunjukkan oleh posisi pena pada kertas pias.
Glass-dome akan mentransmisikan 90 % energy elektromagnetik, dengan
panjang gelombang antara 0.3 s/d 3.0 micron dan silica –gel akan menyerap uap air
agar tidak terjadi kondensasi pada permukaan glass-dome. Total Intensitas Radiasi
Matahari adalah merupakan luas area yang berada dibawah kurva yang terbentuk
selama periode pengukuran . Total Intensitas ini dapat dihitung dengan
mengalikan Faktor Kalibrasi Alat (K) dengan Luas Curva yang terbentuk.

Bagian-bagian Actinograph :

1. Gelas dome
2. Sensor, terdiri dari masing-masing 2 strip bimetal
3. Plat pengatur bimetal
4. Mekanik pembesar
5. Tangkaidan pena pencatat
6. Drum clock / silinder putar
7. Kontainer slica gel
8. Bagian dasar
9. Penutup atau cover
10. Pengatur atau perata air

Cara Kerja

1. Letakkan actinograph pada permukaan datar/rata-rata ± 150 cm diatas


permukaan harus bebas dari pohon maupun bangunan yang menghalangi ke
arah alat dan bebas dari bahan-bahan yang dapat memantulkan tanah. Lokasi
pemasangan sinar kuat ke arah alat
2. Atur posisi bimetallic persegi panjang searah utara selatan dan kaca jendela ke
arah timur.
3. Atur traveling alat melalui kaki-kaki yang dapat diatur/diputar
4. Kebersihan alat harus selalu diperhatikan terutama bagian glassdome
5. Silica gel harus diganti secara periodik sesuai iklim dimana ia ditempatkan
6. Seal karet yang terletak pada bagian dasar secara periodik harus diganti
terutama jika sudah kurang elastis/rusak
Gambar 2. Pyranometer

Prinsip kerja pyranometer terutama bergantung pada perbedaan pengukuran


suhu antara dua permukaan seperti gelap dan bening. Radiasi matahari dapat
diserap oleh permukaan hitam pada termopile sedangkan permukaan bening
mereproduksinya, sehingga lebih sedikit panas yang dapat diserap.

Thermopile memainkan peran kunci dalam mengukur perbedaan suhu.


Perbedaan potensial yang terbentuk di dalam termopile disebabkan oleh gradien
suhu antara dua permukaan. Ini digunakan untuk mengukur jumlah radiasi
matahari. Namun, tegangan yang dihasilkan dari termopile dihitung dengan bantuan
potensiometer. Informasi radiasi perlu dimasukkan melalui planimetri atau
integrator elektronik.

Bagian-bagian pyranometer
1. sensor terdiri dari beberapa lempeng logam yang di cat hitam dan putih.kadang
hanya cat hitam
2. Glass dome.
3. Pengatur level (perata-rata air) / waterpass.
4. Bagian internal terdiri dari : (1) diagram circuit thermo, (2) kontainer silica gel.

Cara Kerja Pyranometer


1. Sinar matahari/radiasi yang datang secara langsung maupun yang dipancarkan
atmosfir (radiasi solar global) dan yang dihamburkan langit akan menembus
glass dome.
2. Radiasi dengan panjang gelombang sampai dengan 3.0 microns akan
diteruskan ke lempeng logam hitam dan putih.
3. Lempeng logam hitam akan mengabsorbsi panas radiasi sementara lempeng
putih akan memantulkan radiasi sehingga terjadi perbedaan temperatur
diantara kedua jenis lempeng logam ini.
4. Perbedaan temperatur dari kedua lempeng ini dihubungkan ke circuit
thermojunctions yang mengubah besaran panas menjadi perbedaan
tegangan potensial diantara kedua ujung lempeng.

Gambar 3. Radiometer Gun-Bellani


Cara Kerja:
1. Sewaktu memasang alat di pagi hari, gun bellani dibalik sampai cairan yang
ada ditabung buret terapung semua di boa hitam, sehingga cairan dalam tabung
buret mendekati nol.
2. Kemudian, dikembalikan ke posis normal berdiri tegak lurus dan dipasang
ditempat semula. Panas yang ditimbulkan akan menguapkan zat cair dalam
bola hitam.
Bagian-bagian Gun Bellani
1. Bola sensor hitam dari besi hitam
2. Tabung buret
3. Skala intensitas
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu :
1. Intensitas yang dilakukan di atas tajuk dan dibawah tajuk memiliki hasil yang
berbeda.
2. Pada awalnya hasil intensitas menunjukkan kenaikkan intensitas, tapi beberapa
menit kemudian mengalami penurunan intensitas.
3. Walaupun telah diubah satuannya menggunakan rumusnya tersendiri, bentuk
diagram tidak mengalami perubahan.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini yaitu semoga kami angkatan 20 diberi
kesempatan untuk melakukan praktikum secara langsung, agar bisa mengetahui
cara kerja alatnya secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirowardoyo, Susilo. 1996. Meteorologi. Bandung : ITB
Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung : ITB
Rafi’i, Suryatna.1995.Meteorologi dan Klimatologi. Bandung:Penerbit Angkasa
Bandung
Kartasapoetra, A. G., 2006. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan
Tanaman Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Lakitan, Benyamin,1994, Dasar-Dasar Klimatologi, Jakarta: PT. Rajawali
Grafindo Persada.
Handoko. 2003. Klimatologi Dasar. Bogor: FMIPA-IPB.
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Jakarta: PT. Rajawali
LAMPIRAN

Gambar 1. Pyranometer Gambar 2. Solarimeter

Gambar 3. Actinograph Gambar 4. Radiometer Gun-Bellani

Anda mungkin juga menyukai