TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau
2009).
serum, dan peningkatan kadar kompleks imun dalam darah (Harrison, 2012).
Lupus adalah penyakit sistemik yang menampilkan spektrum yang luas dari
manifestasi klinis dan imunologi. Penyakit ini disebabkan oleh satu set
LES adalah penyakit sistemik yang menyerang system jaringan ikat dan
13
14
belum jelas benar dengan gambaran klinik yang sangat bervariasi dari kelainan
2015)
sembuh. Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ
yang berbeda - beda. Beratnya penyakit bervariasi mulai dari penyakit yang
dan jenis antibody yang muncul dan organ yang terkena. Perjalanan penyakit
LES sulit diduga dan sering berakhir dengan kematian. Penyebab terjadinya
sistem imun.
2. Etiologi
Etiologi dari LES belum diketahui secara pasti, ada dugaan melibatkan
interaksi yang kompleks dan multifaktoral antara hormone, variasi genetik dan
predisposisi penyakit ini. Banyak kasus LES yang terjadi secara sporadic tanpa
identifikasi dari tanda dan gejala, ada juga kasus dimana seseorang terkena
suatu seri gen kromosom 6 yang mengkode untuk antigen, termasuk system
Serangan pertama kali LES pada wanita jarang terjadi pada usia prepubertas
dan setelah menopause, LES lebih banyak menyerang wanita usia produktif
hubungan timbal balik antara kadar hormon estrogen dengan sistem imun
seorang wanita adalah selama masa pubertas. Selama periode ini, peningkatan
hormone pria yang berfungsi untuk menekan autoimmunity (Wallace DJ, 2007)
dan (Mansjoer dkk, 2009). Konsenstrasi testosterone plasma yang rendah dan
yang berlebihan dengan aktifitas androgen yang tidak adekuat pada laki-laki
proliferasi kelenjar pada bagian dalam atau endometrium uteri dengan cara
May, 2003). Selain itu estrogen juga memperburuk penderita LES dengan
Persentase kejadian LES yang juga dilaporkan lebih tinggi terjadi pada kembar
frekuensi LES pada keluarga penderita LES dibandingkan dengan control sehat
2015). Menurut Hahn dalam Isselbacher dkk (2012) frekuensi terjadinya LES
akan semakin besar apabila pasien memiliki lebih dari satu anggota keluarga
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa ada banyak sekali gen (lebih dari 100
gen) yang berperan, terutama pada gen yang mengkode unsur-unsur sistem
imun. Dugaan yang berhubungan dengan gen respons imun spesifik pada
berperan dalam fase awal reaksi ikat komplemen (C1q, C1r, C1s, C4, dan C2)
telah terbukti. Gen-gen lain yang mulai ikut berperan adalah gen yang
17
mengkode reseptor sel T, imunoglobulin dan sitokin (Mok & Lau, 2003 dan
Wachjudi dkk, 2006). LES ditandai oleh banyaknya gangguan dalam system
imun yang meliputi sel B, SEL T dan turunan dari sel-sel monositik yang
Sifat sel T pertama kali diperlihatkan dengan jelas adalah sifat yang membantu
sekresi sebagian besar antibody oleh sel B, salah satunya adalah untuk
Fair, 2012). Ditemukan juga bukti bahwa aktivasi sel B oleh sel T pada
penderita LES lebih sensitive terhadap efek stimulasi dari sitokin seperti IL-6
(mediator penting dalam respon fase akut inflamasi) dibandingkan dengan sel
aktivitas penyakit dan terlibat dalam organ yang berbeda pada LES (Suarjana,
2015).
Faktor lingkungan juga dapat menjadi pemicu pada penderita lupus, seperti
radiasi ultra violet, tembakau, obat-obatan, bahan kimia, bakteri dan virus. Ada
18
keterkaitan erat antara lupus dan sinar matahari. Matahari memancarkan sinar
ultraviolet dalam tiga berkas yang dikenal dengan A, B, dan,C. dua yang
ultraviolet tersebut mangenai kulit, mereka bisa merusak lapisan atas DNA
(Wallace, 2007).
demam, dan gejala sistemik lainnya. Hahn (2012) dalam Isselbacher dkk
mengekserbasi ruam fotosintesis pada LES, telah ditemukan bukti bahwa sinar
Aromatic amine atau amino lipogenik aromatik adalah perantara kimia yang
makanan atau bahan pengawet makanan. Sifat dari aromatic amine yang
imunologis kurang dipahami dan hanya sebagian kecil orang yang terkena
pemakainya sesnsitif dengan sinar matahari dan radiasi racun telah dilaporkan
3. Klasifikasi
Klasifikasi lupus eritematosus menurut Myers SA and Mary HE, (2001) lupus
Discoid Lupus Erythematosus (DLE) dibagi kembali dalam tiga subtipe yang
(DILE).
Chronic Cutaneous form (CCLE), Childhood onset (CSLE) dan Drug Induced
(DILE)
4. Manifestasi klinis
Penyakit LES atau lebih dikenal dengan istilah ”lupus”, memiliki manifestasi
klinis yang bervariasi, dan melibatkan multiorgan yaitu sekitar 80% melibatkan
persendian, kulit, dan darah, sekitar 30-50% melibatkan ginjal, jantung, sistem
saraf, dan sekitar 10-30% melibatkan trombosis arteri dan vena (Manzi S,
2001). Manifestasi klinis penyakit ini sangat beragam dan sering kali pada
keadaan awal tidak dikenai sebagai LES. Hal ini dapat terjadi karena
manifesati klinik penyakit LES ini seringkali tidak terjadi secara bersamaan.
Seseorang dapat saja selama beberapa lama mengeluhkan nyeri sendi yang
akhirnya akan memenuhi kriteria LES. Gambaran klinis keterlibatan sendi atau
manifestasi awal hanya dijumpai pada 55% kasus. Kecurigaan akan penyakit
21
LES perlu dipikirkan bila dijumpai 2 (dua) atau lebih kriteria sebagaimana
a. Gejala konstitusional
Gejala seperti demam, lesu, nafsu makan turun, dan penurunan berat
badan adalah kondisi yang dialami pasien LES pertama kali dan sangat
Keluhan lainnya pada penderita LES adalah atralgia (pegal dan linu di
dalam sendi) bisa juga terjadi artritis akut pada dua atau lebih sendi
artritis biasanya pada sendi tangan, pergelangan tangan, lutut dan biasanya
simetris pada satu tubuh (Mansjoer dkk, 2000). Kelelahan dan malaise
(rasa tidak enak badan) sering timbul bila keadaan penyakitnya yang
masih aktif, penderita cepat lelah dan tidak enak badan merupakan proses
dari inflamasinya yang sedang berjalan (Isbagio dkk, 2009 dan Suntoko,
2015)
b. Manifestasi muskuloskeletal
Hampir 90% pasien LES memiliki keluhan nyeri sendi, sendi kaku, dan
encok pada pinggang (Wallace, 2007). Kekakuan sendi pada pasien LES
22
banyak muncul pada pagi hari (Smeltzer dkk, 2008). Keluhan nyeri otot
tampak jelas adanya bukti inflamasi sendi (Isbagio dkk, 2009). Keluhan
keterlibatan sendi yang banyak dan simetris (D’Cruz dkk, 2010). Hanh
bahwa 10% pasien LES mengalami deformitas leher angsa (swan neck)
hal ini terjadi bukan karena kerusakan sendi tetapi karena peradangan pada
kapsul sendi yang mengalami kekenduran jaringan ikat sendi. Nyeri yang
pergelangan tangan dan lutut biasa disebut dengan fusiform joint. Pada
c. Manifestasi kulit
Gejala yang paling khas yang diderita lebih dari 50% pasien LES adalah
butterfly rash, lesi discoid serta lesi mukokutan pada mulut (Smeltzer dkk,
sinar matahari juga dapat menmunculkan rash atau ruam pada kulit
terkhusus pada wajah, mulai dari pipi hingga ke pangkal hidung terkadang
meluaas ke dagu dan telinga, ruam tidak menimbulkan jaringan parut tapi
23
(2005) dalam Isselbacher dkk (2012), lesi discoid yang diderita oleh
dapat menimbulkan kecacatan apabila tidak tertangani secara tepat, lesi ini
terjadi pada sekitar 20% penderita LES. Lesi discoid mempunyai ciri
talangiektasia. Lesi ini bisa muncul di kulit kepala, telinga, wajah, dan
jaringan parut dan perubahan pigmentasi kulit (Smeltzer dkk, 2008). Lesi
kulit pada penderita LES yang lebih jarang adalah vaskulitis, eritema,
2015).
d. Manifestasi paru
pada penderita LES sekitar 41-56%, ciri khas gejala adanya demam, batuk,
sesak, nyeri dada baik pada satu atau pada kedua sisi, umumnya akan
infiltrate paru pada pasien LES adalah infeksi. Pneumonitis lupus dapat
terjadi secara akut dan berlanjut secara kronik, pada keadaan akut biasanya
penderita akan merasa sesak, batuk kering dan mulai dijumpai ronkhi di
daerah basal paru. Keadaan ini sebagai akibat deposisi kompleks imun
pada alveolus atau pembuluh darah paru, baik disertai vaskulitis atau tidak
vaskulitis yang massif pada kapiler paru dan arteri kecil paru. Meskipun
jarang dilaporkan kasus pada penderita LES tetap saja perdarahan paru
secara mendadak, batuk, demam dan ronkhi menyeluruh pada lapang paru
manifestasi yang paling berat dan paling jarang terjadi pada penderita
penderita LES akan mengalami emboli paru. Manifestasi klinik dari pasien
yang mengalami emboli paru akan mengeluhkan sesak napas, sianosis, dan
nyeri dada akut, dalam beberapa hari akan menunjukan adanya infarction
e. Manifestasi kardiologi
pericardial mngandung ribuan sel darah putih dan pada beberapa bagian
pembuluh darah arteri coroner) bisa menyerang siapa saja baik laki-laki
26
kongestif. Keadaan ini semakin banyak dijumpai pada penderita LES usia
f. Manifestasi renal
Gejala dan tanda keterlibatan ginjal pada umumnya tidak nampak sebelum
ginjal pada penderita LES perlu dilakukan biopsi ginjal. Namun demikian
pada ginjal (Isbagio dkk, 2009). Ciri khas lupus pada ginjal adalah adanya
g. Manifestasi gastrointestinal
ditemukan pre-rektum baik pada usus besar maupun usus halus dan bila ini
serum protein (albumin) yang sangat rendah jarang dialami pasien LES,
akan tetapi bila ini terjadi dan tidak segera di obati pasien tersebut akan
h. Manifestasi hematologik
Anemia akibat penyakit kronik terjadi pada sebagian penderita LES yang
aktif dibuktikan dengan Coombs test (pemeriksaan antibody pada sel darah
autoimun. Selain itu, ditemukan juga lekopenia dan limfopenia pada 50-
di bagian tubuh mana saja, khususnya pada pembuluh darah vena dan
2007).
29
i. Manifestasi neuropsikiatrik
(gangguan daya ingat, abstrak, dan pengambilan keputusan) hal ini cukup
seering terjadi pada pasien lupus, untuk mengetahuinya bisa dilakukan tes
neurologi pada penderita LES, stroke pada penderita LES disebabkan oleh
manifestasi lain yaitu kejang terjadi pada 10-20% pasien, kejang yang
terjadi dapat berupa kejang umum dan parsial kejang dapat merupakan
Gejala lain seperti ansietas dan depresi juga sering muncul pada penderita
LES terutama pada mereka yang belum bisa menerima penyakit tersebut.
terhadap penyakit kronis dan konsekuensi yang akan dia hadapi dalam
minum obat setiap hari seumur hidup. ODAPUS (orang dengan lupus)
biasanya akan membaik dalam kurun waktu 1 tahun, tentu saja dengan
perawat dan petugas kesehatan lainnya (Wallace, 2007) dan (Isbagio dkk,
2009).
5. Diagnosis
kecurigaan akan penyakit LES perlu dipikirkan bila dijumpai 2 (dua) atau lebih
College of Rheumatology (ACR) yang sudah di revisi pada tahun (1997) dalam
No Kelainan Batasan
dokter pemeriksa
6 serositis
efusi perikardium
ketidak-seimbangan elektrolit).
atau
atau
atau
atau
atau
treponemal.
dari kriteria tersebut yang terjadi secara bersamaan atau dengan tenggang
waktu. Bila dijumpai 4 atau lebih kriteria diatas, diagnosis LES memiliki
sensitifitas 85% dan spesifisitas 95%. Sedangkan bila hanya 3 kriteria dan
salah satunya ANA positif, maka sangat mungkin LES dan diagnosis
bergantung pada pengamatan klinis. Bila hasil tes ANA negatif, maka
kemungkinan bukan LES. Apabila hanya tes ANA positif dan manifestasi
klinis lain tidak ada, maka belum tentu LES, dan observasi jangka panjang
6. Pemeriksaan penunjang
(2011) :
a. Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah (LED) khusus
c. Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, profil lipid) dilakukan setiap 3-
imunologik awal yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis LES adalah tes
ANA generic (ANA IF dengan Hep 2 Cell). Tes ANA dikerjakan / diperiksa
hanya pada pasien dengan tanda dan gejala mengarah pada LES (Kasjmir,
2015) pada penderita LES ditemukan tes ANA yang positif sebesar 95-100%,
akan tetapi hasil tes ANA dapat positif pada beberapa penyakit lain yang
Jika hasil tes ANA negatif, pengulangan segera tes ANA tidak diperlukan,
dan berubah, mungkin diperlukan pengulangan tes ANA pada waktu yang akan
tes lain yang perlu dikerjakan setelah tes ANA positif adalah tes antibodi
didapatkan pada penyakit lain dan spesifitasnya hampir 100%. Titer anti-
dengan titer yang rendah. Jika titernya sangat rendah mungkin dapat terjadi
pada pasien yang bukan LES (Kavanaugh dkk, 2000 dan Wachjudi, 2006)
adanya SLE. Meskipun anti-Sm didapatkan pada 15% -30% pasien LES, tes ini
jarang dijumpai pada penyakit lain atau orang normal. Tes anti-Sm relatif
spesifik untuk LES, dan dapat digunakan untuk diagnosis LES. Titer anti-Sm
yang tinggi lebih spesifik untuk LES. Seperti anti-dsDNA, anti-Sm yang
2015)
merupakan test yang sensitif, namun tidak spesifik untuk LES. Test ANA
dikerjakan hanya jika terdapat kecurigaan terhadap LES. Test Anti dsDNA
diagnosis LES.
37
7. Penatalaksanaan
a. Edukasi/konseling
dukungan dari sekitarnya dengan maksud agar dapat hidup mandiri. Perlu
matahari (ultra violet) dengan memakai tabir surya, payung atau topi;
sering terjadi pada penderita SLE, maka penderita harus selalu diingatkan
kulit dan mukosa (Kasjmir, 2015 dan Wallace, 2007) Perlu pengaturan diet
lanjut. Namun adanya gangguan•fisik dan kognitif pada pasien SLE dapat
Seperti yang diungkapkan oleh Friedman (2010) salah satu fungsi pokok
Hal ini dimaksudkan agar pasien dengan SLE dapat dimengerti oleh pihak
b. Terapi rehabilitasi
Salah satu hal penting adalah pemahaman akan turunnya masa otot hingga
selama lebih dari 2 minggu. Disamping itu penurunan kekuatan otot akan
terjadi sekitar 1-5% per hari dalam kondisi imobilitas. Berbagai latihan
memberikan manfaat yang cukup besar pada pasien dengan nyeri atau
kekakuan otot. Secara garis besar, maka tujuan, indikasi dan tekhnis
c. Terapi medikamentosa/Pengobatan
Berikut ini adalah jenis, dosis obat yang banyak dipakai pada penderita
Reumatologi Indonesia, (2011) dan Kasjmi dkk (2015) dapat dilihat pada
toksisitas Awal
Klinis Laborat
orik
hepatotoksi urin n,
kepala, AST/AL T*
aseptik bulan.
meningitis,
nefrotoksik.
SLE , lipid,
osteonekros DXA,
41
is, tekanan
hiperglisemi darah.
a, katarak,
osteoporosis
dengan
*hidroksiklor defisiensi
belum
tersedia di
Indonesia
tergantu dan
ng berat selanjut
bulan
interval.
AST
tiap
tahun
dan pap
smear
secara
teratur.
infus smear
43
selama tiap
1 jam. tahun
seumur
hidup.
AST, albumin
hati, minggu,
kreatinin urin
. lengkap
dan
kreatini
n.
44
badan. makan
menurun,
tremor.
dan
hitung
jenisnya
.
45
Keterangan :
manjelaskan Peran perawat baik pada individu, keluarga maupun komunitas terbagi
menjadi lima peran penting yaitu, perawat sebagai pelaksana kesehatan, peran ini
mencapai tujuan kesehatan yang komprehensif melalui kerja sama lintas sektoral
dengan tim kesehatan lain. Perawat sebagai pendidik, peran ini dapat dilakukan oleh
individu, keluarga, maupun masyarakat dari yang tidak sehat menjadi sehat atau
keluarga dalam melihat masalah objektif akan keuntungan dan kerugian yang
pengelolaan suatu kasus atau permasalahan yang terjadi di dalam suatu keluarga
sebagai sumber informasi kesehatan oleh individu, keluarga dan masyarakat guna
mengatasi masalah – masalah kesehatan yang ada, sebagai konselor perawat harus
klien, serta harus melibatkan sumber-sumber lain (Potter & Perry, 2010). Perawat
46
Fungsi perawat kesehatan keluarga tidak hanya fungsi esensial dan dasar dari
keluarga, fungsi yang sebenarnya adalah untuk mengemban fokus sentral dalam
keluarga yang berfungsi dengan baik dan sehat. Pemenuhan fungsi keluarga dapat
menjadi sulit bilamana mempengaruhi faktor internal dan eksternal seperti struktur
keluarga dan system pelayanan kesehatan. Agar keluarga bisa menjadi sumber
kesehatan utama (primer), keluarga harus dilibatkan dalam proses terapi dan
menjadi bagian tim kesehatan. Sejalan dengan peran perawat sebagai pelaksana
kesehatan peran serta keluarga inilah yang sangat dibutuhkan guna peningkatan
Saat perawat melakukan pengkajian pada sebuah keluarga terutama saat ada
anggota keluarga yang sakit atau mengalami masalah kesehatan, perawat tersebut
C. Definisi Keluarga
Potter & Perry (2010) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang
bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan keluarga
adalah unit yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak mereka dan memperlihatkan
Menurut Duval, 1972 dalam Zaidin Ali. H, (2010) dan Hernilawati, (2013)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
bersama dengan atau tidak adanya hubungan darah, pernikahan, adopsi dan hanya
D. Dukungan Keluarga
bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga
keluarga.
48
akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih
Pendapat diatas diperkuat oleh pernyataan dari (Commission on the Family, 1998
dalam Dolan dkk, 2006) bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat setiap
sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh
relevansi dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh dengan
menjadi salah satu faktor penguat atau pendorong terjadinya suatu perilaku (Green,
mental, fisik dan emosi lanjut usia. Dukungan keluarga itu dapat dibagi menjadi
1. Dukungan penghargaan
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang
dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap
umpan balik (fedd back) yang positif (Bomar, 2004) dan (Friedman, 2010)
House, (1994) dalam Setiadi, (2008) menuturkan bahwa bantuan penilaian yaitu
positif atau negative yang mana pengaruhnya bisa sangat berarti bagi seseorang,
akan tetapi penilaian yang sangat berpengaruh adalah penilaian yang positif.
50
bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support and
material support), suatu kondisi dimana barang atau jasa yang akan membantu
menjaga dan merawat saat sakit ataupun saaat mengalami depresi yang dapat
sumber utama untuk mencapai tujuan praktis dan tujuannya (Friedman, 2010).
adanya dukungan instrumental ini pada penderita LES ini diharapkan kondisi
menurut Friedman, yaitu fungsi kesehatan keluarga dan fungsi ekonomi, yang
papan serta mampu merawat anggota keluarga yang sakit dan sejauh mana
keluarga mengetahui tentang masalah kesehatan yang sedang dialami. Dari segi
3. Dukungan informasi
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama,
pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang.
terapi yang baik bagi dirinya, dan tindakan spesifik bagi individu untuk
dengan menyediakan feed back (Sheiley, 1995). Pada dukungan informasi ini
penting yang dibutuhkan keluarga yang sakit dalam upaya meningkatkan status
satu bentuk fungsi perawatan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit,
Bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam
pengarahan serta ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi
tersebut harus bisa disampaikan kepada orang lain yang mungkin saja
Pada penderita LES sangat membutuhkan dukungan dari orang lain dalam arti
waktu yang tepat minum obat, saran- saran kesehatan hingga informasi
sama.
53
4. Dukungan emosional
secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi
semangat.
kekuatan jasmaniah dan keinginan untuk percaya pada orang lain, sehingga
orang tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya. Seperti
diukur oleh kekuatan cinta keluarga. Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih
sayang anggota keluarganya karena respon kasih sayang satu anggota keluarga
keluarga.
fungsi afektif keluarga, fungsi afektif ini berhubungan dengan fungsi di dalam
tersebut.
mengurangi perasaan putus asa, mengurangi rasa rendah diri dan keterbatasan
terhadap ketidak kemampuan fisik atau penurunan fisik yang tengah dialami.
Komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga yang lain sangat diperlukan
untuk memahami situasi anggota keluarga. Bila nanti muncul masalah depresi
pada pasien bantuan medis atau tenaga ahli mungkin dibutuhkan. Akan tetapi
dapat mengendalikan emosi dan waspada terhadap hal yang mungkin terjadi.
E. Definisi Kepatuhan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia patuh adalah suka menurut perintah, taat
pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin
(Pranoto, 2007),
Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada
seseorang mentaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan teingkah
laku tertentu karena adanya unsur power (Baron, Branscombe, & Byrne, 2008
petunjuk pada resep serta mencakup penggunaannya pada waktu yang benar
(Siregar, 2006)
anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Kaplan, 1997 dalam Safitri, 2013).
56
adalah sikap dan perilaku seseorang baik secara pasrah atau karena unsur paksaan,
yang mengikuti dan mentaati anjuran dan saran nasehat medis dalam upaya
Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat diobservasi dan
pada program pengobatan yang telah ditentukan (Bastable, 2002). Menurut Eraker
dkk, (1984), Levanthal & Cameron (1987) dalam Bastable (2002), menuturkan
bahwa kepatuhan pasien program kesehatan dapat ditinjau dari berbagai perspektif
petunjuk, kontrak, dan dukungan sosial, ketiga adalah perputaran umpan balik
pengobatan dan risiko penyakit melalui penggunaan logika cost benefit, dan terakhir
yang kelima adalah system pengaturan diri, pasien dilihat sebagai pemecah masalah
kognitif, dan pengalaman masa lalu yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk
Secara umum, hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipahami dalam meningkatkan
faktor penentu yang cukup penting dalam mencapai efektifitas suatu system
penanganan secara efektif suatu penyakit kronis, system kesehatan harus terus
F. Definisi Ketidakpatuhan
untuk diingat dalam setiap konsultasi, hanya mampu mengingat sebanyak 31%
saja.
58
2. Kualitas interaksi
keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang
program pengobatan yang dapat mereka terima (Niven, 2012). Isolasi sosial
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya,
pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
Becker et al (1979) dalam Neil Niven (2012) telah membuat suatu usulan bahwa
penelitian bersama Hartman dan Becker (1978) dalam Neil Niven (2012)
59
kronis. 50 orang pasien dengan gagal ginjal kronis tahap akhir yang harus
pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang utama dari model tersebut sangat
berguna sebagai peramal dari kepatuhan terhadap pengobatan. Jadi memang ada
kesehatan dan pasien, keluarga dan teman, keyakinan tentang kesehatan dan
anjuran pengobatan
diinginkan dan dapat dianggap sebagai respon defensive yang diperlukan terhadap
G. Kerangka Teoritis
Etiologi
Hormon
Genetik
Lingkungan Manifestasi umum
Support System
Keluarga
1. Dukungan
penghargaan
2. Dukungan
nyata/instrumental
3. Dukungan