Anda di halaman 1dari 44

BncmN XVI

Penyakit Reumatik Masa Kanak- Kanak


(Penyakit Radang Jaringan Ikat, Penyakit Kolagen Vaskuler)

Jane Green Schaller

Gangguan yang diuraikan pada seksi ini dikelompokkan masing-masing menyajikan manifestasi klinik yang khas. Mi-
bersama karena kesamaan gejala dan patologi; pada umum- salnya, artritis reumatoid disertai dengan artritis kronis, der-
nya gangguan ini disertai dengan perubahan radang pada matomiositis dengan radang otot dan kulit, serta sklerodema
berbagai jaringan ikat di seluruh tubuh. dengan indurasi kulit. Namun masing-masing penyakit ini da-
Penyebab penyakit reumatik masa kanak-kanak belum di- pat mengenai banyak organ, dan bertumpang-tindihnya geja-
ketahui, dan kriteria diagnostik yang tepat sering masih kurang. la-gejala serta tanda-tanda kadang-kadang dapat membuat su-
Gangguan ini biasanya muncul sebagai penrvujudan terpisah, kar diagnosis yang tepat.

(lihat Bab 132): penyakit cangkok-melawan-hospes akur


I Bas 146 (acute graft-versus-hospes disease = AGVHD). Sasaran aktivi-
tas imun donor pada keadaan ini tampaknya adalah antigen
histokompatibilitas dari kompleks histokompatibilitas mayor
Autoimunitas (MHC) resipien. Karena molekul ini sebenarnya diungkapkan
pada setiap sel mamalia yang berinti, pengaruh merusak akti-
Marcia J. McDufjie vasi sistem imun yang tidak tepat pada AGVHD tersebar. Ti-
dak seperti AGVHD, penyakit autoimun yang terjadi secara
alamiah khasnya adalah spesifik organ atau jaringan, memberi
kesan bahwa penyakit ini akibat dari respons imun yang di-
Walaupun sistem imun mamalia dapat mengenali susunan arahkan melawan anti gen-diri spesifik-j aringan.
struktur biologis yang tampaknya tidak terbatas, yang dikenal MEKANISME AUTOIMUNITAS. Perkembangan autoimunitas
sebagai antigen, perkembangan respons imun yang melawan aktif tampaknya memerlukan kecenderungan latar belakang
antigen diri (self-antigen) adalah tidak umum. Kemampuan genetik. Misalnya, setiap wujud klinik yang jelas, yang diteliti"
sistem imun untuk menghambat reaktivitas demikian disebut dapat dihubungkan dengan pewarisan haplotip MHC tertentu.
toleransi-diri, dan dianggap bahwa kegagalan mempertahan- Lokus besar ini telah diketahui selama hampir 30 tahun yang
kan ketidak-tanggapan terhadap antigen-diri menghasilkan berisi gen yang mengendalikan respons imun, dan penelitian
autoimunitas. Gangguan-gangguan yang digolongkan sebagai golongan penyakit autoimun yang sangat terbatas telah mem-
autoimun adalah jika mereka tidak ada hubungan langsung de- perkuat bahwa hubungan ini dapat dilacak pada struktur dan
ngan infeksi oleh patogen mikroba yang diketahui dan jika ada gambaran molekul histokompatibilitas jaringan itu sendiri. De-
respons spesifik terhadap antigen-diri oleh limfosit B atau T. ngan menggunakan metode penggolongan berdasarkan urutan,
Infiltrasi limfosit-T jaringan target seringkali dapat diperaga- alele perseorangan terbukti menentukan kerentanan relatif ter-
kan secara histologis, tetapijarang mudah dicapai untuk tujuan hadap berbagai sindrom autoimun. Namun tidak ada penelitian
sklining. Lebih sering, produksi kadar antibodi dalam sirkulasi gangguan autoimun apapun yang telah dipublikasikan, yang
yang tinggi terhadap antigen-diri digunakan sebagai alat skrin- telah mengesankan cara pewarisan dominan sederhana atau re-
ing dan diagnostik pada autoimunitas spesifik organ atau ja- sesif melalui satu gen. Hal ini memberi kesan bahwa banyak
ringan. Walaupun pentingnya antibodi dalam diagnosis gen disamping gen MHC yang dilibatkan dalam penentuan
penyakit autoimun, limfosit T tampaknya mengendalikan per- kerentanan penyakit, seperti telah ditunjukkan pada autoimun
kembangan responsivitas-diri patologis, sebagaimana mereka atau diabetes tipe I. Keadaan ini juga membiarkan terbukanya
mengendalikan perkembangan respons imun normal. kemungkinan peran faktor lingkungan, seperti diet, agen in-
Tidak ada sindrom autoimunitas menyeluruh yang dikenali feksi dan toksin dalam mengatur atau memulai autoimunitas
secara klinik, walaupun model gangguan demikian diciptakan pada individu yang rentan.
melalui transplantasi sumsum tulang alogenik saat limfosit T Mekanisme diwujudkannya kerentanan genetik menjadi
dewasa dipindahkan bersama dengan sel induk sumsum tulang suatu respons imun sempurna terhadap antigen-diri belum di-
ke dalam hospes yang mengalami defisiensi atau tekanan imun ketahui, tetapi aktivitas penyakit dapat dimodifikasi dengan
812 Bagian XVI t Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

Hambatan lagositosis:
imunoglobulin intravena,
emas

Alkalinisasi
vesikula proteolitik:
hidroksikloroquin

lnteraksi spesifik antigen Pelenyapan klon Iimfosit T


dari timfosit T rea kit-di ri me lat u i antibodi
dengan APC monoklonal: anti-CD4,
reseptor anti-lL-2 Gambar 146-1. Kaskade respons
imun pada autoimunitas dan inter-
Hambatan prolilerasi sel: vensi terapeutik. APC = sel penya-
metotreksat, NSAID ji-antigen; CD4 = petanda permu-
Hambatan prcduksi fakor kaan sel untuk limfosit T: IDDM =
penumbuhan autokrin: diabetes mellitus tergantung insu-
siklosporin A lin: lL-2 = interleukin-2; MHC =
kompleks histokompatibilitas ma-
yor; MS = sklerosis multipel;
Blokade aktivasi NSAID
fagosit: NSAID
= obatobat anti radang
nonsteroid; RA = artritis reuma-
toid.

Pe ningkatan regu lasi pe rkembangan


Iimfosit T melalui imunisasi spesifik:
kolagen oral (RA), protein dasar
ielin oral (MS), insutin orat (\DDM)

menghalangi berbagai langkah dalam kaskade imun (Gb. 146- program yang secara fungsional saling terpisah dari yang lain,
'Lespons imun dimulai dengan ambilan antigen oleh fagosit
I ). yang mengarahkan perjalanan maju respons autoimun berikut_
yang berasal dari sumsum tulang. Sesudah internalisasi, mole- nya dan pembentukan subset limfosit-T spesifik_antigen de_
kul antigen dibawa ke dalam vesikula intraseluler asam, yang ngan berbagai peran. Di antara limfosit CD4_positif (CD+)
didalamnya mereka dihancurkan secara enzimatis menjadi atau T-penolong, satu subset berinteraksi secara spesifik de_
fiagmen-fragmen kecil. Fragmen-fragmen ini bersama dengan ngan limfosit B untuk mendorong pergantian kelas imuno_
molekul MHC selama perjalanannya ke permukaan sel. Sel-sel globulin dan perluasan klon sel-B spesifik-antigen. Subset
dengan kapasitas memasukkan dan mengungkapkan kembali kedua memperbesar ambilan antigen oleh makrofag dan sel
fragmen antigen yang terikat pada molekul MHC secara dendritik, mengaktifkan mekanisme pembunuhan intraseluler,
bersama-sama disebut sebagai sel penyaji-antjgen (anrigen- dan menambah ungkapan kompleks antigen_MHC permukaan.
presenting cells = APC). Limfosit T yang mempunyai spesi- Limfosit T CD4+ yang diaktifkan juga memicu perkembangan
fisitas tepat dapat membentuk perlekatan yafig stabil terhadap sebuah subset sitotoksik pada limfosit T spesifik_antigen, ier_
APC melalui pengikatan kompleks antigen-MHc dengan mo- utama subset yang mengungkapkan molekul CDg. Sindrom
lekul reseptor antigen yang secara'klon'unik, yang diperlihat- autoimun yang diperantarai-antibodi, seperti miastenia gravis
kan pada permukaannya. dan penyakit Graves, akibat dari respons yang menyimpang ke
Bila pengikatan spesifik-antigen terjadi sebelum limfosit T arah interaksi limfosit-T-penolong dengan limfosit n spesifit_
mencapai maturitas sempurna, sel tersebut dipicu untuk mati antigen. Pada otoimunitas yang diperantarai sel T, yang dilam_
atau menjadi nonresponsif. Proses ini melenyapkan sebagian bangkan oleh otoimun atau diabetes tipe I, penyakit yang tim_
besar limfosit T reaktif-diri dan menghasilkan toleransi terha- bul diakibatkan oleh dominasi dua mekanisme efektor kedua.
dap sebagian besar antigen-diri. Kegagalan mengembangkan Walaupun respons imun yang aktif melawan patogen benda
toleransi-diri dirumuskan untuk terjadi bila ungkapan antGen- asing dapat diakhiri dengan pelenyapan antigen atau dengan
diri dilambatkan atau bila strukturnya sangat mendekati struk- perkembangan limfosit T pengatur dengan fungsi supresif,
tur antigen asing, yang terhadapnya telah dibentuk respons satu atau kedua mekanisme ini tidak sempurna pada gangguan
imun yang kuat. Pada keadaan ini, limfosit T reaktif-diri ber- autoimun, menyebabkan pemanjangan aktivasi populasi yang
proliferasi dalam responsnya terhadap sekresi faktor pertum- merespons dalam sistem imun.
buhan dan ungkapan reseptor pertumbuhan yang terkoordinasi, PENGOBATAN. Kortikosteroid adalah obar yang paling
seperti interleukin-2 (lL-2) dan kompleks reseptornya. Secara luas digunakan untuk mengendalikan penyakit autormun kare-
simulta., sel T yang berespons dapat mengaktifkan beberapa na obat ini menghambat kemajuan respons imun di banyak
147 t Evaluasi Laboratorium 813

tingkat. Dengan memperbesar penghalang fungsi endotel vas- lalui pemberian oral atau parenteral protein sasaran aktivasi
kuler, kortikosteroid mengurangi migrasi sel ke dalam tempat- limfosit autoimun yang dimurnikan. Pada penelitian pendahu-
tempat radang aktif, mencegah ambilan antigen terus-menerus luan, pemberian antigen telah mengendalikan aktivasi imun
oleh APC. Kortikosteroid juga memblokade kemampuan ma- destruktif pada hewan percobaan artritis reumatoid, sklerosis
krofag untuk berinteraksi secara efektif dengan limfosit T dan multipel dan diabetes mellitus tipe I, memberi kesan terapi un-
menekan aktivasi serta proliferasi limfosit T spesifik-antigen tuk gangguan autoimun yang spesifik-penyakit dan aman
dengan menghambat ungkapan faktor-faktor pertumbuhan dan mungkin akan tersedia di masa yang akan datang.
reseptornya.
Agen-agen lainnya, pengaruhnya pada respons imun lebih
Holmdahl R, Malmstrom V, Vuorio E: Autoimmune recognition of cartilage
terbatas, tetapi dapat digunakan sendirian untuk penyakit yang collagens. Ann Med 25:251,1993.
ringan atau bersama dengan kortikosteroid untuk memblokade Nepom GT, Erlich H: MHC class-ll molecules and autoimmunity. Annu Rev
aktivitas penyakit secara lebih efektif. Seperti ditunjukkan Immunol 9:493,1991.
Rashba EJ, Reich EP, Janeway CA, et al: Type I diabetes mellitus: An imbal-
pada Gambar 146-1, preparat koloid emas dan imunoglobulin
ance between effector and regulatory T cells? Acta Diabetol 30:61, 1993.
intravena mengurangi fagositosis, yang mengakibatkan blo- Tisch R, McDevitt HD: Antigen-specific immunotherapy: Is it a real possibil-
kade nonspesifik terhadap ambilan molekul antigen dan me- ity to combat T-cell-mediated autoimmunity? Proc Natl Acad Sci USA
ngurangi ketersediaannya untuk penyajian pada limfosit T' 9l:43'7, 1994.
Todd JA: Genotic analysis of susceptibility to type I diabetes. Springer Semin
Gangguan penyajian antigen lebih lanjut dapat disempurnakan
Immunolpathol 14:33, 1992.
melalui alkalinisasi vesikula proteolitik dalam APC dengan Zinkemagel RM, Pircher H, Ohashi PS, et al: T cells causing autoimmune dis-
agen seperti hidroksikloroquin, yang menghambat aktivitas en- ease. Springer Semin Immunopathol 14:105, 1992.
zim yang diperlukan untuk fragmentasi antigen. Agen kelas ini
terutama akan berguna dalam menekan respons imun terhadap
antigen ekstraseluler, seperti kolagen pada artritis reumatoid
atau kompleks histon-DNA dari sel-sel nekrotik pada lupus
eritematosus srstemik. I Bnn l4l
Proliferasi limfosit T dapat diblokade secara farmakologis
dengan obat-obat seperti metotreksat dan siklosporin A' Wa-
laupun penggunaan obat-obat ini dibatasi oleh efek samping-
Evaluasi Laboratorium gabel 147-1)

nya yang besar, mereka dapat digunakan secara efektif bersa-


ma agen-agen yang memblokade reaktivitas autoimun pada Jane Green Schaller
tempat-tempat lainnya di sepanjang jalur. Agen antiradang
nonsteroid berguna pada beberapa sindrom autoimun yang
melibatkan penarikan terus-menerus sel-sel yang diaktifkan
karena agen ini mengurangi tingkat aktivasi APC, dan agen ini Walaupun pemeriksaan laboratorium sering membantu, na-
dapat menekan proliferasi limfosit T yang diaktifkan. mun sedikit yang bersifat diagnostik atau spesifik untuk pe-
Terapi antibodi monoklonal yang diarahkan melawan pe- nyakit reumatik. Pemeriksaan ini termasuk uji untuk fenomena
tanda permukaan limfosit mempunyai potensi teoritis untuk fase-akut, faktor reumatoid, antinuklear dan autoantibodi lain,
menentukan sasaran subpopulasi yang secara spesifik dilibar komplemen serum total dan komponen-komponen komplemen
kan pada pembentukan respons imun spesifik' Namun, po- khusus, kompleks imun, proteih dan imunoglobulin serum,
pulasi ini hanya dapat ditetapkan secara amat luas, karena dan antigen histokompatibilitas. Uji yang berguna lainnya ada-
kelompok limfosit T spesifik-antigen yang telah dikenali tidak lah hitung darah, analisis urin, analisis cairan sendi, pemerik-
secara mudah ditandai pada setiap sindrom autoimun manusia. saan fungsi ginjal dan hati, dan berbagai teknik foto. Biopsi
Penggunaan antibodi monoklonal CD4 dan antibodi yang (kulit, ginjal) seringkali dilakukan pada penderita penyakit
mentargetkan hanya pada limfosit T yang diaktifkan (misalnya reumatik; walaupun histologi jaringan dapat memberikan
reseptor pengikat antibodi untuk IL- 2) telah diusulkan sebagai bukti penguat akan adanya keterlibatan jaringan atau memban-
intervensi pada penjelekan akut penyakit autoimun. Beberapa tu dalam mengklasifikasikan penyakit, biopsi ini jarang meru-
konjugat antibodi-toksin monoklonal yang mentarget semua pakan diagnosis suatu penyakit spesifik.
limfosit T telah dipilih untuk percobaan terapi. Dengan ke- REAKTAN FASE-AKUT. Reaktan ini adalah unsur pokok
mungkinan pengecualian antibodi CD4, preparat ini mempu- plasma yang muncul atau bertambah selama keadaan radang
nyai efek samping yang tidak diinginkan karena mengimbas Reaktan fase akut tersebut meliputi laju endap darah (LED),
respons imun yang melawan dirinya sendiri dan karenanya protein C-reaktif (PCR), mukoprotein serum, berbagai
berguna hanya untuk terapi jangka-pendek' Modifikasi mole- globulin, gamaglobulin, beberapa komponen komplemen, dan
kul antibodi monoklonal yang mengurangi imunogenisitasnya protein tertentu seperti transferin. Karena penderita dengan pe-
dalat menambah penggunaannya sebagai agen terapi' nyakit reumatik mengalami proses radang aktif, fenomen atau
Di samping kernanjuran relatif cara-cara nonspesifik untuk reaktan fase akut biasanya dda selama masa penyakit aktif.
mengendalikan reaktivitas-diri yang patologis, tujuan terapi Namun uji demikian tidak selalu positif selama radang, dan
hambatan autoimunitas spesifik tanpa imunosupresi global hasil yang negatif tidak mengesampingkan kemungkinan pro-
pada saat ini belum memungkinkan. Sebagai langkah ke arah ses penyakit aktif. Uji ini sedikit berguna untuk diagnosis ka-
ini, percobaan klinik yang terus-menerus dilangsungkan beru- rena uji ini dapat positif pada berbagai keadaan yang luas,
saha mengimbas toleransi spesifik terhadap antigen-diri me- yang disertai dengan radang (misalnya: keganasan, infeksi,
814 Bagian XVI t Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

TABEL I4T-1. Uji Laboratorium pada Penyakit Reumatik bahwa rangsangan imun yang lama, infeksi atau radang kronis
Faktor.faktor reumafoid:" r
dapat mendasari produksinya.
Klasifikasi.fRA. : l
Faktor reumatoid, terutama IgM yang terdeteksi melalui
Ail ri b.odildhifi utrledi, teknik aglutinasi klasik, berhubungan kuat dengan artritrs reu_
Diagnosis SLE (DNA, anrigen Sm)
matoid dewasa klasik; pada penderita demikian, titer f'aktor
Dlagnosis MCTD (RNP)
reumatoidnya tinggi dan terdapat pada uji serial di sepanjang
Diagnosis sindrom lupus neonatus (antibodi Ro arau I,a
ferhadap antigen)
perjalanan penyakit. Subkelompok kecil penderira dengan ar-
Perjalanan SLe tnNnl tritis reumatoid juvenil yang menyerupai artritis reumatoid de_
Klasifikasi JRA wasa klasik juga mempunyai faktor reumatoid. Namun, faktor
Penggol on gan ( typ in S) HL A,: reumatoid tidak spesifik arau ridak bersifat diagnosrik untuk
Terutama unt uk keperluan penelitian artritis reumatoid. Faktor reumatoid ini juga terjadi pada pe_
B27: spondiloartropati nyakit reumatik lainnya (misalnya, lupus eritematosus, sklero_
ne*i.iftiaqn k'o*ti U;E;,i IBl derma), hepatitis kronis aktif, infeksi kronis, leukemia, dan ke_
rerlal'anaats irt";'1,'=ti!,lt .|i ganasan limfoid, dan infeksi virus tertentu; lagipula, faktor
Bukti penyakit kompleks imun
reumatoid ini dapat ditemukan pada penderita pasca_imuni_
Reakten fase-akut, protein serum:
Peran kecii pada akriviras penyakit berikpt sasi, pembedahan jantung terbuka, atau transplantasi organ,
Hitung darah, sumsum tulang: dan pada orangtua normal. Banyak anak dengan titer positif
Kecurigaan keganasan yang rendah, sementara pada u.1i faktor reumatoid mungkin te-
Anemia karena penyakit kronis lah menderita penyakit virus sebelumnya. Faktor-faktor reu_
Anemia otoi mun, trombositopenia matoid tidak dengan sendirinya menyebabkan penyakit, fak_
Biakan dan pemeriksaan serologis tor-faktor tersebut juga tidak perlu ada pada keja<iian sinovitis
Deteksi pgnyakit infeksi - kronis; faktor ini dapat memainkan peran pada pengekalan ra-
R".liograf. iran tulang, pemeriksaan loto lain:
dang sinovia pada para penderita artritis reumatoid melalui
Deteksi kelainan fulang yang mendasari (inleksi, trauma, kega-
pembentukan kompleks imun dengan imunoglobulin.
nasan, kon genital. atau keadaan genetiki, kelainan anatomik'
lainnya, atau destruksi JRA - ANTIBODI ANTINUKLEAR. Anribodi antinuklear (ANA) ini
t' adalah sekelompok antibodi yang bereaksi dengan berbagai
ff;tl n rrnur'
ketert ibalan j ari n gan'dpn kt asi fi kasi unsur pokok nukleus, termasuk deoksiribonukleoprotein (DNp),
Diagnosis kegandsan atau penyakit - infekgi ,r. DNA, ribonukleoprotein (RNP), asam ribonukleat (RNA), an_
Pem.riksain spesifik-organ:' ,
tigen Sm (antigen protein nukleus yang larut), dan banyak
Deteksi keterlibatan organ spesifik pada penyakit multisistem:
Neurologi s. (cai ran spinal. EE6, foto, angi ggrafi ).
lainnya. Rangsangan yang menghasilkan antibodi ini tetap be_
Jantung (EKC, EkoiDoppler) lum diketahui. ANA tidak spesifik untuk organ, individu atau
t'ldi ograf, -fungsi paru) spesies yang berasal dari sel. ANA ini biasanya terdeteksi da_
1,"*t::l
Hati (uji fungsi hati, foto) lam serum penderita dengan teknik pengecatan imunofluore_
Casuointestinal (pemerik saan bari sens dengan menggunakan potongan jaringan binatang yang
ypd, l$t
6rtilisis Uti#l dibekukan in vitro atau preparat biakan sel yang baku.
DNA = asunt deokstribonukleat; EKG = elektrokardiogranr; Eko = ekokardio-
ANA tidak seluruhnya bersifat diagnostik arau spesifik
gram: EEG = elektroensefalogram; JRA = artritis reumatoid juvenil; MCTD
pada setiap penyakit. Bahan ini ditemukan pada hampir semua
= penyakit jaringan i.kat campLtran = mixed connective tissue disease: RNp =
ribonukleoprotein; SLE = Iupus eritematusus sistemik. penderita lupus eritematosus sistemik (SLE) tetapi juga dite_
mukan pada penderita dengan sejumlah keadaan, termasuk ar-
tritis reumatoid juvenil (JRA), hepatitis kronis aktif, dan
skleroderma. Sindrom ini disebut penyakit jaringan ikat cam_
puran ditegaskan dengan adanya antibodi terhadap RNp. Kea_
trauma jaringan, nekrosis jaringan). Fenomena fase-akut daan nonreumatik yang disertai dengan ANA adalah pene_
kadang-kadang membantu dalam memantau perjalanan penya- lanan berbagai obat (termasuk antikonvulsan, prokainamid, pil
kit pada penderita perseorangan. LED adalah uji yang paling pengendali kelahiran); infeksi tertentu, khususnya infeksi
mudah tersedia. Epstein-Barr; keganasan tertentu, dan proses penuaan normal"
Titer ANA yang tinggi paling sering dijumpai pada SLE, dan
FAKTOR REUMATOID. Faktor ini adalah kelompok antibo- penyakit jaringan ikat campuran. Beberapa pola ANA dapat
di yang bereaksi dengan bagian Fc imunoglobulin G (IgG). terdeteksi pada preparat imunofluoresens, termasuk pola
Antibodi ini tidak spesifik untuk imunoglobulin hospes terapi
berbintik, homogen, perifer dan nukleoler; perbedaan ini ber-
dapat bereaksi dengan imunoglobulin dari individu lain atau
manfaat klinis terbatas. Antibodi terhadap antigen seperti
dari spesies lainnya. Faktor reumatoid dideteksi melalui teknik
DNA, RNP, Sm, Ro, dan La terdeteksi melalui uji khusus
aglutinasi baku, seperti uji aglutinasi lateks atau uji aglutinasi
yang menggunakan antigen atau substrat spesifik. Antibodi
sel darah merah kambing; antibodi anti-imunoglobulin kelas yang reaktif dengan DNA helai-ganda agak spesifik terhadap
I,eG, IgA dan IgE, dapat juga dikenali melalui metode lain se-
SLE dan menunjukkan bahwa penyakit aktif. Antibodi terha_
lain uji aglutinasi. Terjadinya faktor reumatoid pada keadaan
dap antigen yang disebut Ro(SSA) dan La(SSB) dihubungkan
penyakit seperti infeksi kronis (misalnya Toxocara canis, in-
dengan sindrom lupus neonatus.
feksi kongenital, endokarditis bakterial) atau pada keadaan ek-
Sel lupus eritematosus (LE) merupakan hasil dari ANA
sperimental seperti hiperimunisasi hewan memberi kesan
yang reaktif dengan DNP. Bila serum yang mengandung anti_
147 J Evaluasi Laboratorium 815

bodi ini dicampur in vitro dengan sel darah putih perifer, nuk- Pengukuran aktivitas komplemen hemolitik serum total me_
leusnya dibuat rentan terhadap fagositosis; sel LE adalah gra- rupakan uji yang paling berguna. Pengukuran komponen kom_
nulosit yang telah menelan nukleus tersebut. Uji ini sebagian plemen C3 atau C4 individu hanya menentukan jumlah protein
'besar
telah diganti dengan uji yang lebih sensitif untuk ANA. tanpa memandang aktivitas biologisnya. pemeriksaan komple_
ANTIBODI ANTINEUTROFIL SITOPLASMIK. Antibodi yang men tidak bersifat diagnostik terhadap salah satu penyakit,
bereaksi dengan granula neutrofil disebut antibodi antineutro- kecuali penyakit yang jarang defisiensi komponen komplelnen
fil sitoplasmik (anti nefirophil cytoplasmic antibody = herediter.
ANCA). Antibodi ini mula-mula ditemukan dalam serum pen- DETERMINAN K0MPLEKS IMUN. Kompleks imun anrigen
derita granulomatosis Wegener dan terdeteksi melalui imuno- dan antibodi menyebabkan cedera jaringan pada beberapa p,e-
fluoresensi. Dikenali dua pola pengecatan. Yang satu menam- nyakit reumatik (khususnya SLE) dan dalam variasi luas
pakkan aktivitas granula difus (c-ANCA), dan yang lainnya keadaan-keadaan lainnya, termasuk penyakit inf'eksi tertenlu.
menunjukkan pola perinuklear (p-ANCA). Pola c-ANCA di- Beberapa assay dapa| mengukur kompleks imun dalam serum
hubungkan dengan granulomatosis Wegener tetapi dapat juga dan cairan lain; namun, uji ini bernilai klinis tidak pasti.
ditemukan dalam bentuk-bentuk vaskulitis lain, termasuk pe- SERUM DAN IMUNOGLOBULIN. Kenaikan kadar gamma
nyakit Kawasaki. Pola p-ANCA kurang spesifik dan ditemu- globulin dan u2-globulin sering ditemukan pada penderita ra_
kan pada sejumlah keadaan, termasuk glomerulonefritis ne- dang aktif; uji ini tidak spesifik. Kenaikan kadar dari saru imu_
krotisasi atau sabit, kolitis ulserativa, kolangitis, hepatitis kro- noglobulin spesifik atau lebih dapat ditemukan pada sejumlah
nis aktif, dan vaskulitis Henoch-Schonlein. Kedua tipe ANCA penyakit reumatik, khususnya SLE; namun tidak terdapat pola.
telah ditemukan pada para penderita infeksi HIV. diagnostik. Kemungkinan, penderita radang kronis oleh berba-
ANTIBODI ANTIFOSFOLIPID. Antibodi antifosfolipid meru- gai sebab kadar albumin serumnya rendah. Jarang, penclerira
pakan kelas autoantibodi yang bereaksi dengan beberapa anti- imunodefisiensi seperti defisiensi IgA, hipogamaglobulinemia,
gen fosfolipid. Mereka termasuk apa yang disebut lupus atau berbagai sindrom imunodefisiensi sel T atau kombinasi
antikoagulan, antibodi antikardiolipin, dan antibodi yang be- yang menyatakan keluhan reumatik.
reaksi dengan substrat untuk uji VDRL terhadap sifilis. Wa- SISTEM HISTOKOMPATIBILITAS. Hubungan antigen hisro-
laupun antibodi ini in vitro dihubungkan dengan pemanjangan kompatibilitas (antigen HLA) dengan p"nyikit terrentu mem-
koagulasi, antibodi ini berhubungan dengan trombosis, bukan berikan pengertian yang bermanfaat pada kerentanan penyakit
antikoagulasi, in vivo. Istilah lupus antikoagulan membi- yang ditentukan secara genetik dan pada penyakit yang ber.-
ngungkan. Beberapa uji laboratorium dapat mendeteksi anti- dasarkan proses imunologik. Namun klinisi harus ingat bahwa
bodi antifosfolipid, termasuk waktu prorrombin parsial, uji lu- penggolongan HLA bukan diagnostik suaru penyakit. Mi_
pus antikoagulan, waktu bisa ular beludak Russel, dan assay salnya, penemuan petanda HLA-821 pada anak dengan artritis
imunosorben spesifik terkait-enzim untuk pengikatan fos- dapat memberi kesan, tetapi tidak memastikan, bahwa anak
folipid. Penderita dengan antibodi ini dapat memiliki uji tersebut menderita spondiloartropati. pemeriksaan HLA mem-
VDRL positif-palsu. Deteksi melalui pemeriksaan laboratori- bantu dalam mencocokkan jaringan donor dengan jaringan r.e-
um tetap membingungkan, menunggu pengertian fenomena ini sipien, dan pemeriksaan ini mempunyai penggunaan terbatas
yang lebih baik. dalam tindakan diagnosis prenatal untuk mencari penyakit se_
Antibodi antifosfolipid dapat dideteksi pada 30-40Vo pen- perti defisiensi komponen komplemen. pemeriksaan histo_
derita lupus, dan bila ada, antibodi ini memberi kesan penam- kompatibilitas untuk penggolongan penyakit bagi kaum aka-
bahan risiko trombosis, trombositopenia, anemia hemolitik, demis tetap menjadi daya tarik yang besar, dalam pencarian
stroke, khorea, mielitis transversal, dan penyakit katup jan- untuk mengenali faktor-faktor hospes yang menimbulkan ke-
tung. Antibodi demikian dapat juga ditemukan pada penderita cenderungan untuk menderita penyakit, dan dalam mengurai-
infeksi atau keganasan. Antibodi antifosfolipid juga terjadi kan kekusutan mekanisme imunologis yang penting hu-
pada individu tanpa penyakit dasar yang jelas, suatu keadaan bungannya dengan penyebab penyakit pada manusia.
yang disebut sindrom antifogfolipid primer. Penderita dengan Antigen HLA terletak pada permukaan kebanyakan sel
sindrom ini merupakan sasaran terjadinya trombosis, trom- manusia. Lokus (tempat) yang menentukan antigen HLA terle-
bositopenia, abortus spontan berulang, dan salah satu manifes- tak pada kromosom keenam. Lokus ini merupakan sistem
tasi yang disebutkan untuk SLE. Kejadian stroke dan trombo- kompleks dengan banyak lokus yang dikenali, meliputi A, B,
sis telah dikenali pada anak dengaq sindrom antifosfolipid C, D, DR, DP, dan DQ dan pada setiap lokus mempunyai ba-
primer; antibodi harus selalu dicari pada keadaan-keadaan de- nyak alele. Prevalensi berbagai alele HLA bervariasi pada dan
mikian (lihat Bab 440). Prognosis jangka-lama untuk keadaan di antara berbagai kelompok ras.
ini belum diketahui, dan kurang adanya persesuaian mengenai Peran biologis antigen HLA, selain dari peran-peran pe-
pengobatan profilaksis dengan agen antitrombosit atau anti- nentuan kompatibilitas jaringan, belum seluruhnya diketahui.
koagulasi. Sistem HLA berdekatan dengan gen yang diketahui penting
KOMPLEMEN. Komplemen terdiri atas kelompok protein untuk reaktivitas imun, termasuk lokus yang menentukan sin-
serum yang menengahi aspek radang tertentu dan jejas sel (li- tesis berbagai komponen sistem komplemen.
hat Bab 120). Kadar komplemen serum dapat berguna dalam Karena antigen HLA secara genetik ditentukan oleh ciri-
menunjukkan aktivitas SLE dan penyakit lain dengan meka- ciri pembawaan yang dapat dikenali dengan tepat, antigen ini
nisme kompleks imun; rendahnya kadar komplemen serum dapat memberikan informasi mengenai hubungan-hubungan
menggambarkan konsumsi komplemen oleh kompleks imun penyakit (yaitu, kejadian penyakit tertentu dalam hubungan-
dan dengan demikian menunjukkan bahwa penyakit aktif. nya dengan antigen HLA tertentu) dan pertalian-pertalian pe-
816 Bagian XVI . Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

nyakit (misalnya lintasan suatu ciri (trait) bersama dengan DeNardo BA, Tucker LB, Miller LC, et al: Demography of a regional pediat,
antigen HLA dari generasi ke generasi dalam keluarga yang ric rheumatology patient population. J Rheumatol 21:1553,1994.
Jacobs JC: Pediatric Rheumatology for the practitioner, 2nd ed. New york.
sama, menyatakan bahwa gen-gen yang bertanggung jawab
Springer-Verlag, 1993.
atas 'ciri' berhubungan dekat/erat dengan gen-gen sistem HLA Kelley WN, Harris ED, Ruddy S, Sledge CB (eds): Textbook of Rheumatol_
pada k'omosom ke-6.;. ogy. 4th ed. Philadelphia, WB Saunders, 1993.
Penyakit reumatik lainnya yang disertai HLA adalah SLE Schaller JG: Aggresive treatment in childhood rheumatic diseases. Clin Exp
(HI,A B8, DR2, DR3) dair dermatomiositis masa kanak-kanak Rheumatol l2(Suppl 10):S97, 1994.
Schaller JG; Pediatric and heritable disorders. Cun Opin Rheumatol 6:509,
(HLA 88, DR3). Kelompok penyakit autoimun rermasuk dia- 1994.
be-tes mellitus tergantung-insulin, hepatitis kronis aktif, saria- Schumacher HR Jr, Klippel JH, Koopman WJ (eds): primer on the Rheumatic
wan seliakus, tiroiditis, penyakit Graves, dan penyakit .Addi- Diseases. lOth ed. Atlanta, Arthritis Foundation, 1993.
Stiehm ER: Immunologic Disorders in Infants and Children. philadelphia,
son. disertai dengan.haplotip B8/DR3. Diabetes mellitus
WB Saunders. 1995.
tergantung-insulin juga disertai dengan DR4. Beberapa keada-
an pada manusia telah dikaitkan dengan sistem HLA (dipin-
dahkan bersama dengan antigen HLA dari generasi ke ge-
nerasi); keadaan ini termasuk defisiensi komponen kedua dan
ketiga dari sistem komplemen dan hiperplasia adrenal kon-
genital.
Hubungan penyakit manusia yang paling kuat dengan
f Ben 148
sistem HLA adalah hubungan HLA-827 dengan spondilitis
ankilosans; 95Vo pendertta spondilitis ankilosans mempunyai
Artritis Reumatoid Juv enil
HLA-821 dibanding dengan hanya 6Vo populasi kulit putih
Amerika Utara yang tidak terkena. Individu yang membawa Iane Green Schaller
HLA-821 memiliki risiko relatif 90 kali lebih besar untuk
menderita spondilitis ankilosans daripada individu tanpa 827 .

Ha;.ya sekitar 8-20Vo individu dengan HLA-BZ7 yang sebe-


Artritis reumatoid juvenil (JRA) adalah penyakit arau ke_
narnya pernah menderita spondilitis ankilosans atau penyakit
lompok penyakit yang ditandai dengan sinovitis kronis dan di-
yang terkait. Sindrom Reiter, spondilitis pada penyakit radang
sertai dengan sejumlah manifestasi ekstra-artikuler. Sejumlah
usus dan psoriasis, iridosiklitis akut, artritis pausiartikuler anak
nama yang membingungkan telah dipakai, meliputi artritis ju_
yang lebih tua dan penderita dewasa, dan artritis "reaktifl'
venil, penyakit Still, poliartritis kr-onis juvenil, artritis kronis
pasca-infeksi SaLmonella, Shigella, Yersinia enterocolitica,
pada masa kanak-kanak. JRA mencakup beberapa kelompok
atau Campylobacter juga dihubungkan dengan HLA-B27.Me-
subklinis yang luas (Tabel 148-t). penyakit poliartikuler fak_
kanisme yang mendasari hubungan antara HLA-827 dan ke-
tor reumatoid-positif amat sangat menyerupai artritis reuma_
rentanan pada penyakrt-penyakit ini tetap belum diketahui.
toid yang timbul pada orang dewasa; poliartritis faktor reuma_
Hubungan spondiloartropati ini dengan HLA-B27 ditemukan
toid-negatifjuga terjadi pada orang dewasa. penyakit pausiar_
pada berbagai ras populasi. Belum didapat hal yang berhubun-
tikuler tipe II dikaitkan dengan penyakit yang digambarkan
-ean
dengan HLA-D atau -DR.
pada orang dewasa sebagai "spondiloartropati.,' penyakit yang
Tiga subkelompok JRA mempunyai hubungan HLA yang
timbul/dimulai secara sistemik kadang-kadang terjadi pada
berbeda, memberi kesan bahwa ada faktor genetik atau imuno-
orang dewasa. Pada orang dewasa, penyakit pausiartikuler tipe
logis yang mempengaruhi kejadian tipe penyakit tertentu. pau-
I dengan iridosiklitis kronis belum diuraikan. pengenalan sub-
siartritis yang timbul pada anak yang lebih tua (JRA pausiar-
kelompok ini berguna dalam diagnosis, pemantauan dan pera_
tikuler tipe II) berhubungan kuat dengan HLA-B27, mem-
watan anak artritis kronis yang t"epal.
berikan bukti laboratorik yang sesuai dengan pengamatan
ETIOLOGI DAN EPlDEM|0LOG|. penyebab arrriris reumarord
kli"is, bahwa kebanyakan- anak ini menderita spondilo- dan mekanisme untuk pengekalan radang sinovial kronis be-
artropati yang dini. Pausiartritis pada awal masa kanak-kanak
lum diketahui. Ada dua hipotesis yaitu, bahwa penyakit dise_
yang disertai dengan ANA dan iridosiklitis kronis (JRA pausi-
babkan oleh infeksi mikroorganisme yang tidak dikenali atau
artikuler tipe I) mempunyai serangkaian hubungan, yang
bahwa penyakit tersebut menggambarkan reaksi hipersensi_
menarik dan masih belum dimengerti secara sempurna, dengan
tivitas atau "autoimun" terhadap rangsangan yang tidak dike-
alele HLA-DR8, -DR6, -DR5, DPw2 dan DQ. Penyakit poliar-
tahui. Upaya untuk mengkaitkan agen infeksi seperti virus
tikuler yang memiliki faktor reumatoid-positif mempunyai hu-
rubela pada JRA tetap tak tersimpulkan. Infeksi dengan Borre-
bungan vang mencolok dengan HLA-DR4, sesuai dengan
lia burgdorferl, spirokheta penyakit Lyme llihat Bab l9gt,
persarnqan klinisnya dengan artritis reumatoid klasik yang tim-
menyebabkan pausiartritis berulang atau kronis pada beberapa
bul pada orang dewasa, yang juga disertai dengan HLA-DR4.
anak tetapi bukan merupakan agen etiologi dari JRA pausiar-
Penyelidikan yang lebih mendalam pada anak yangDR-4-nya
tikuler. Parvovirus B19 dan mikoplasma juga telah dihubung-
positif dengan artritis yang seropositif bahkan menunjukkan
kan dengan artritis, biasanya sementara, pada anak-anak.
hubungan yang lebih kuat dengan alele HLA tertentu yang ter-
Hubungan faktor reumatoid (antibodi reaktif dengan IgG) de-
deteksi melalui uji yang luas terhadap DR4.
ngan artritis reumatoid yang timbul pada orang dewasa mem-
beri kesan mekanisme imun. Namun, antibodi ini jelas tidak
Ansell BM, Rudge S, Schaller JG: A Colour Atlas of Paediatric Rheumatol- menyebabkan penyakit, walaupun kompleks imun faktor reu_
ogy London, Wotfe Publishing, l99l matoid dan imunoglobulin dapat mengekalkan peradangan si_
148 t Artritis Reumatoid Juvenil 817

TABEL 148-l Subkelompok Artritis Reumatoid Juvenil

Pjeld,-dffase

'+
JRA.:tr* :
ierus kelamin
Lmpr walc^11r",timbul Kafan oajz
-
_ PenYaki't ''in
Sendi -qi maqg sr
, f# tpel&
"

stmrrr,*,,
rs% :f'',

#r#'1
,.diffitisffii'ij

novia dan menimbulkan vaskulitis reumatoid yang ditemukan Penyakit JRA tidak jarang; ada sekitar seperempat juta
pada penderita artritis reumatoid seropositif. Kadar komple- anak yang terkena di Amerika Serikat. Sekitar 5Zo dari semua
men yang rendah terdapat pada cairan sinovia beberapa pende- kasus artritis reumatik mulai timbul pada masa kanak-kanak.
rita reumatoid dan kadar komplemen serum yang rendah PAT0LOG|. Artritis reumatoid ditandai dengan peradangan
ditemukan pada penderita vaskulitis reumatoid sesuai dengan sinovial kronis yang nonsupuratif. Jaringan sinovial yung i"._
mekanisme kompleks imun. Namun mekanisme ini gagal kena edematosa, hiperemis, dan diinfiltrasi oleh limfosit dan
menjelaskan sebagian besar keadaan artritis pada anak, karena sel plasma. Bertambahnya sekresi cairan sendi menimbulkan
sebagian terbesar anak tidak mempunyai faktor reumatoid kla- efusi. Penonjolan dari membran sinovialis yang menebal
sik. Upaya untuk mengaitkan "faktor reumatoid tersembunyi" membentuk vili yang menonjol ke dalam ruang sendi; reuma-
(antibodi yang reaktif dengan gama globulin yang dideteksi toid sinovial yang hiperplastik dapat menyebar dan melekat
melalui berbagai macam metode) dengan patogenesis JRA ti- pada kartilago artikuler (pembentukan pannus [membran ab_
dak memberikan kesimpulan. Kejadian artritis kronis pada normall). Pada sinovitis kronis dan proliferasi sinovial yang
penderita defisiensi IgA dan hipogamaglobulinemia memberi berkelanjutan, kartilago artikuler dan struktur sendi lainnya
kesan bahwa bagaimanapun juga, imunodefisiensi dapat me- dapat tererosi dan rusak secara progresif. Lamanya sinovitis
nyebabkan kecenderungan untuk menderita artritis kronis; na- sebelum sendi menjadi rusak secara perrnanen, bervariasi;
mun, pada anak JRA, tidak ada imunodefisiensi yang dapat pada umumnya, kerusakan kartilago artikuler terakhir dalam
dikenali (identifiable) yang dapat dideteksi. Timbulnya JRA perjalanan JRA terjadi lebih belakangan daripada pada penya,
secara klinis dapat menyertai infeksi sistemik akut atau trauma kit yang timbul pada/dimulai-dewasa, dan banyak anak yang
fisik pada sendi, tetapi kaitan langsung dengan kejadian seperti menderita JRA tidak pernah mendapat cedera sendi permanen
demikian tidak terbukti. Eksaserbasi dapat menyertai penyakit walaupun sinovitisnya lama. penghancuran sendi terjadi lebih
atau stres psikis yang datang di antaranya. sering pada anak dengan penyakit faktor reumatoid_positif
Penyakit pausiartikuler tipe II seringkali disertai riwayat atau penyakit yang timbul/dimulai secara sistemik. Bila peng_
keluarga yang positif dengan spondilitis ankilosans, sindrom hancuran sendi telah dimulai, dapat terjadi erosi tulang
Reiter, iridosiklitis akut, atau artritis pausiartikuler. Baik JRA subkhondral, penyempitan "ruang sendi" (kehilangan kartilago
pausiartikuler tipe I maupun poliartritis faktor reumatoid-po- artikuler), penghancuran atau fusi tulang, dan deformitas, sub_
sitif kadang-kadang terjadi pada satu atau lebih keluarga ting- luksasio atau ankilosis persendian. Mungkin dijumpai tenosi-
kat-pertama dari anak yang terkena. Setiap subkelompok ini novitis dan miositis. Osteoporosis, periostitis, pertumbuhan
mempunyai hubungan HLA yang berbeda, menunjukkan bebe- epifiseal yang dipercepat, dan penutupan epifiseal prematur
rapa kecenderungan genetik terhadap penyakit; penyakit pausi- dapat terjadi dekat dengan sendi yang terkena.
artikuler tipe II denganHLA-827, penyakit pausiartikuler tipe Nodul reumatoid kurang sering terjadi pada anak daripada
I dengan HLA-DR8, -DR5, dan -DR6, dan penyakit faktor oiang dewasa, terutama pada penyakit faktor reumatoid-
reumatoid-positif dengan HLA-DR4. Tidak ada penyakit yang positif, dan memperlihatkan bahan fibrinoid yang dikelilingi
timbul secara sistemik atau poliartritis seronegatif, yang dike- oleh sel radang kronis. Pleura, perikardium dan peritoneum
tahui mempunyai hubungan HLA atau kejadian familial. dapat menampakkan serositis fibrinosa nonspesifik; yang ja_
818 Bagian XVI a Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

ngan timbul/mulainya penyakit pada akhir masa kanak-kanak,


artritis yang lebih berat, sering munculnya nodul reumatoid,
dan kadang-kadang vaskulitis reumatoid. Selama masa kanak-
ka-nak, penyakit faktor reumatoid-negatif dapat mulai/terj adi
di setiap saat, seringkali ringan, dan jarang disertai dengan
nodul reumatoid. Daripada anak.iaki-laki, anak perempuan le-
bih banyak yang terkena kedua jenis penyakit ini. Baik pola
poliartikuler maupun sifat uji faktor reumatoid ditegakkan da-
lam 6 bulan pertama penyakit.
Artritis dapat timbul secara perlahan-lahan, dengan sedikit
demi sedikit terjadi kekakuan sendi, pembengkakan, dan kehi-
langan gerakan, atau secara tiba-tiba dan hebat, dengan men'-
dadak muncul artritis yang bergejala. Sendi yang terkena
bengkak dan panas tetapi jarang merah. Pembengkakan aKbat
edema periartikuler, efusi sendi, dan penebalan sinovia. Bebe-
Gambar 148-1, Tangan dan pergelangan tangan seorang anak perempuan rapa anak menderita kekakuan sendi "tanpa rasa nyeri" dan
yang n,,nderita artritis reumatoid juvenil poliartikuler dengan faktor merasa tidak nyaman sebelum peri:bahan objektif muncul.
reumatoid-negatif. Perhatikan keterlibatan yang simetris sendi metakarpofalan- Sendi yang terkena dapat teraba empuk/lunak dan nyeri pada
geal, sendi interfalangs proksimal, dan sendi interfalangs distal. Kedua perge-
langan tangan terkena.
gerakan; tetapi perlunakan dan nyeri yang berat tidak lazim di-
jumpai, dan banyak anak tidak mengeluh nyeri pada sendi
yang jelas meradang. Gerakan sendi yang terbatas pada mula-
nya diakibatkan oleh spasme otot, efusi sendi, dan prolif'erasi
rang yaitu perikarditis konstriktif kronis, jika pernah terjadi. sinovia; dan selanjutnya oleh penghancuran sendi atau kon-
Ruam reumatoid secara histologis tampak seperti vaskulitis ri- trakturjaringan lunak. Proliferasi sinovia yang jelas dapat me-
ngan, dengan sedikit sel radang yang mengelilingi pembuluh nimbulkan pembengkakan kistik di sekitar sendi yang ter-
darah kecil pada jaringan subepitel. kena; kadang-kadang herniasi sinovia dan ekstravasasi cairan
MANIFESTASI KLlNlS. Penyakit yang Dimulai dengan Poli- sinovia mengenai bangunan-bangunan sekitarnya, terutama
artikuler. Penyakit poliartikuler ditandai dengan keterlibatan pada daerah poplitea (kista poplitea). Kekakuan sendi pada
banyak sendi secara khas, termasuk sendi-sendi kecil tangan pagi hari dan "perlunakan" pasca-inaktivitas adalah ciri khas
(Gb. 148-1 dan 148-2), dan terjadi pada35Va anak yang men- artritis reumatoid pada anak-anak dan pada orang dewasa.
derita JRA. Ada dua subkelompok yattu: poliartritis faktor Anak muda, terutama mereka yang menderita poliartritis,
reumatoid-negatif (20-30Vo dari semua penderita JRA) dan seringkali mudah tersinggung dan mengambil sikap yang khas
poliartritis faktor reumatoid-positif (5-l0Vo dari semua pende- karena dengan cemas menjaga sendinya terhadap gerakan (Gb.
rita JRA). Penyakit faktor reumatoid-positif ditandai khas de- I 48-3 ).

Gambar 148-2. Penjelekan penghancuran sendi pada


seorang anak perempuan yang menderita artritis reu-
matoid juvenil faktor reumatoid-positif walaupun dosis
kortikosteroid cukup untuk me-nekan gejala pada in-
terval antara A dan B. A, Roentgenogram tangan pada
saat mulainya penyakit. B, Roentgenogram 4 tahun ke-
mudian, memperlihatkan hilangnya kartilago artikuler
dan perubahan penghancuran pada sendi-sendi interfa-
langs distal dan proksimal sefta metakarpofalangs, dan
penghancuran serta fusi tulang-tulang pergelangan ta-
ngan.
148 . Artritis Reumatoid Juvenil 819

rang-kurangnya terjadi pada 50Vo anak yang menderita poli-


artritis, biasanya mulai pada proses penyakit yang lanjut.
Penghancuran kaput femoris dapat terjadi; penyakit pinggul
yang berat merupakan penyebab utama ketidakmampuan (ca-
cat) pada stadium akhir JRA (Gb. 148-4). Penyempitan sendi
sakroiliaka, yang dapat dilihat melalui foto roenrgen, terjadi
pada beberapa penderita, biasanya dalam kaitannya-dengan
penyakit pinggul. Artritis krikoaritenoid yang menyebabkan
suara serak dan stridor laring jarang terjadi. Keterlibatan sendi
sternoklavikuler dan sambungan kostokhondral dapat menye-
babkan nyeri dada.
Gangguan pertumbuhan yang berdekatan dengan sendi
yang meradang dapat menyebabkan lebihnya pertumbuhan
atau kurangnya pertumbuhan dari bagian yang terkena. pe-
nambahan panjang kaki dapat menyertai artritis lutut yang
kronis, dan mikrognathia pasca-artritis temporomandibuler da-
pat merupakan tanda stadium akhir JRA. Kaki yang kecil dan
berubah bentuknya dapat disebabkan dari keterlibatan kaki
pada awal masa kanak-kanak dan jari-jari yang pendek adalah
karena keterlibatan tangan pada masa yang dini.
Gambar 148-3. Sikap tubuh yang khas dari seorang anak yang menderita ar- Manifestasi ekstra-artikuler JRA poliartikuler tidak sedra-
tdtis reumatoid juvenil, menunjukkan wajah yang cemas dan melindungi matis manifestasi yang tampak pada artritis reumatoid siste
sendi. mik. Kebanyakan penderita dengan penyakit poliartikuler
yang aktif menderita malaise, anoreksia, iritabilitas dan ane-
mia ringan. Demam ringan, hepatosplenomegali ringan, dan
limfadenopati dapat dijumpai. Perikarditis tidak sering dan
Artritis, yang dapat mengenai setiap sinovial persendian iridosiklitis jarang. Nodulus reumatoid dapat terjadi pada titik
sering bermula dari sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, tekanan, biasanya pada penderita dengan hasil uji aglutinasi
pergelangan tangan, dan siku; serangan awal ini sering sime- yang positif terhadap faktor reumatoid. Vaskulitis reumatoid
tris. Peradangan sendi interfalangeal proksimal mengakibatkan kadang-kadang terjadi pada penderita dengan faktor reuma-
pengurusan atau perubahan fusiformis pada jari-jemari, se- toid-positif, sebagaimana sindrom Sjdgren. Pertumbuhan da-
rangan pada sendi metakarpofalangeal seringkali bersamaan, pat mengalami retardasi selama penyakit dalam masa aktif;
dan sendi interfalangeal dapat juga terkena (lihat Gb. 148-1 pertumbuhan yang cepat sering terjadi pada remisi.
dan 148-2). Artritis dari spina servikalis ditandai oleh ke- Penyakit yang Dimulai.Pausiartikuler. penyakit ini ditandai
kakuan dan nyeri leher, yang terjadi pada sekitar 50% penderi- dengan artritis yang tetap terbatas pada empat sendi atau ku-
ta. Keterlibatan sendi temporomandibular dengan terbatasnya rang selama 6 bulan pertama sesudah timbulnya penyakit.
kemampuan membuka mulut sering ditemui; nyerinya dapat Yang terutama terkena adalah sendi besar, dan penyebaran ar-
dirasakan sebagai nyeri telinga. Keterlibatan panggul seku- tritis sering tidak simetris. Ada dua subkelompok terpisah.

Gambar 148-4. Penyakit pinggul{ang


berat pada seorang anak laki-laki beru-
mur 13 tahun yang menderita artritis reu-
matoid juvenil mulai- secara-sistemik,
aktif-lama, menunjukkan penghancuran
kaput femoris dan asetabulum, penyem-
pitan ruang sendi. dan subluksasi ping-
gul kiri. Penderita telah mendapat korti-
kosteroid sistemik selama 9 tahun.
820 Bagian XVI t Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

Tipe I terutama meliputi anak-anak perempuan yang masih ke-


cil pada saat mulainya penyakit dan berisiko menderita irido-
siklitis kronis; tipe II terutama meliputi anak-anak lelaki yang
lebih besar pada saat mulainya penyakit dan selanjutnya beri-
siko spondiloartropati. Beberapa anak yang menderita pausiar-
tritis tidak dengan mudah sesuai pada tipe I ataupun tipe II dan
tetap tidak dapat diklasifikasikan.
Penyakit pausiartikuler tipe I adalah bentuk JRA yang pa-
ling umum, meliputi 30-40Vo dari semua penderita. Sebanyak
90Vo penderita mempunyai uji antibodi antinuklear (ANA)
yang positif. Tidak disertai faktor reumatoid ataupun HLA-
B27. Sendi yang paling sering terkena adalah lutut, pergelang-
an kaki, dan siku; kadang-kadang ada keterlibatan yang tersen-
diri pada sendi-sendi lainnya; seperti sendi temporomandi-
buler, satujari kaki atau tangan, pergelangan tangan atau leher. Gambar 148-5. Iridosiklitis konis pada artritis reumatoid juvenil; sinikhiae
posterior yang meluas mengakibatkan pupil yang kecil dan tidak teratur. Ter-
Pinggul dan tulang lingkar panggul (hip girdle) biasanya tidak jadi katara{< yang telah berkembang-baik, dan pita keratopari awal yang dapat
terkena, dan tidak disertai sakroiliitis. Gambaran klinis dan dilihat pada posisi jam 3 dan 9 pada komea.
histologi sinovia sendi yang terkena tidak dapat dibedakan dari
gambaran klinis dan histologi JRA. Delapan puluh persen anak
dengan penyakit yang dimulai-pausiartikuler tipe I selanjutnya
mengalami keterlibatan sendi yang terbatas; dan walaupun ar- Penyakit pausiartikuler tipe II mengenai I}-ISVo penderita
tritis mungkin kronis atau kambuh, kecacatan yang serius atau JRA, terutama anak laki-laki yang lebih tua dari 8 tahun.
penghancuran sendi tidak lazim terjadi. Duapuluh persen anak Riwayat keluarga sering menunjukkan ada keluarganya yang
lainnya selanjutnya mengalami keterlibatan sendi tambahan menderita artritis pausiartikuler, spondilitis ankilosans, penya-
yang dapat berakibat poliartritis berat. Saat ini tidak ada cara kit Reiter, atau iridosiklitis akut. Uji untuk faktor reumatoid
untuk mengidentifikasi salah satu kelompok pada awal perjala- dan ANA negatif; 75Vo penderita mempunyai HLA-B27. yang
nan penyakitnya. terkena adalah sendi besar, terutama sendi-sendi ekstremitas
Penderita dengan penyakit pausiartikuler tipe I berisiko bawah. Sendi-sendi jari kaki, sendi temporomandibuler, dan
tinggi untuk menderita komplikasi mata; iridosiklitis kronis sendi-sendi ekstremitas atas kadang-kadang terkena. Nyeri tu-
terjadi pada l5-30Vo pada suatu waktu selama 10 tahun per- mit, fasiitis plantaris, atau tendinitis Achilles sering dijumpai,
tama penyakit. Ciri khas iridosiklitis kronis JRA adalah tidak dan kemungkinan ada radang pada tempat insersi tendo pada
disertai gejala atau tanda-tanda awal, aktivitas artritis, atau tulang (entheseopati). Keterlibatan tulang lingkar panggul se-
KED naik. Kadangkala, anak-anak menampakkan kemerahan ring dijumpai pada awal perjalanan penyakit, dan sarkoiliiris
awal, nyeri, fotofobia, atau penurunan ketajaman penglihatan. sering dapat diperlihatkan melalui roentgenografi. Artritis pe-
Satu atau kedua mata dapat terkena; jika keterlibatan pada mu- rifer biasanya benigna dan sering sementara. Nyeri pinggul
lanya unilateral, mata yang lain biasanya tetap tidak terlibat. dan kaki kadang-kadang dapat menjadikan tidak mampu, wa-
Iridosiklitis kadang-kadang merupakan manifestasi JRA yang laupun perubahan demikian sering reversibel dengan terapi.
ada, tetapi biasanya iridosiklitis menyertai awal timbulnya ke- Dengan berjalannya waktu, beberapa penderita penyakit
luhan sendi selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. pausiartikuler tipe II berkembang spondilitis ankilosans yang
Penderita dengan iridosiklitis seringkali mempunyai uji untuk khas dengan keterlibatan spina lumbodorsal, manifestasi sin-
ANA yang positif. Tanda-tanda peradangan iris dan korpus drom Reiter (hematuria atau piuria, uretritis, iridosiklitis akut,
siliaris yang paling awal adalah bertambahnya jumlah sel serta atau manifestasi mukokutan), atau tanda-tanda penyakit ra-
jumlah protein dalam kamera anterior mata, perubahan yang dang usus. Morbiditas akhir pada anak-anak ini terletak pada
timbul hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan lampu celah kemungkinan timbulnya salah satu spondiloartropati kronis
(slit-lamp). Seringkali radang okuler tetap aktif selama ber- ini; risiko kejadian demikian belum diketahui. pemeriksaan
tahun-tahun. Sekuele-nya meliputi sinekhiae posterior (Gb. fisik selama pemantauan anak yang menderita penyakit pausi-
148-5), katarak dengan komplikasinya, glaukoma sekunder, artikuler tipe II harus mencakup pengukuran fleksi punggung
dan ptisis'bulbi (degenerasi bola mata). Dapat berakibat kehi- dan ekspansi dada. Sepuluh sampai dua puluh persen mempu-
langan visus; pada beberapa kasus, terjadi kebutaan permanen. nyai iridosiklitis akut yang sembuh sendiri, yang disertai de-
Deteksi dan terapi awal sebelum terjadi jaringan parut penting ngan gejala serta tanda awal radang mata yang mencolok na-
bagi pemeliharaan visus. Oleh karenanya, semua anak yang mun meninggalkan sisa jaringan parut yang sedikit.
mefrderita penyakit pausiartikuler harus dilakukan pemeriksa- JRA yang Mulai-Secara.Sistemik. penyakit yang mulai-
an lampu-celah tiga atau empat kali setahun untuk sekurang- secara-sistemik ditandai oleh manifestasi ekstra-artikuler men-
kurangnya 5 tahun pertama penyakit tanpa memandang aktivi- colok (Tabel 148-2), terutama demam tinggi, dan ruam reuma-
tas penyakit sendi. toid. Subkelompok ini mencakup l0-20%o penderita JRA.
Manifestasi ekstra-artikuler lainnya pada JRA pausiarti- Anak laki-laki dan perempuan yang terkena hampir sama ba-
kuler biasanya ringan; demam ringan, malaise, hepatomegali nyaknya.
dan limfadenopati sedang, serta anemia ringan dapat clihu- Penyakit ini biasanya mulai dengan gejala-gejala sistemik.
bungkan dengan penyakit sendi yang aktif. Demam tinggi dan sebentar-sebentar (intermiten), dengan ke-
148 . Artritis Reumatoid Juvenil 821

TABEL 148-2 Manifestasi Artritis Reumatoid Juvenil Sistemik

Artritis menetap (6 minggu berturut-turut) diperluknn untuk diagnosis artritis


reumatoid juvenil (JRA). Anak yang hanya menyatakan keluhnn sistemik ke-
mungkinan adalah tepat jikn dipandang menderita JRA sistemik.

naikan sampai 102oF (39oC) atau lebih tinggi sekali sehari Gambar 148-7. Ruam artritis reumatoid juvenil yang mulaisecara-sistemik.
atau dua kali sehari dan cepat kembali ke suhu normal atau
subnormal (Gb. 148-6). Kenaikan suhu biasanya terjadi pada
sore hari dan kadang-kadang pada pagi harijuga. Sering diser- jukkan penebalan pleura atau sedikit efusi pleura; efusi peri
tai menggigil karena kedinginan. Penderita agaknya dapat ke- kardium dapat banyak dan kemungkinan terdapat perubahan
lihatan sakit yang membahayakan selama masa demam dan elektrokardiografi. Perikarditis JRA biasanya benigna. Jarang
membaik secara mengherankan selama remisi. Ruam reuma- terdapat nyeri dada yang berat, dispnea, atau gagal jantung,
toid (Gb. 148-7 dan 148-8) ditandai khas oleh sifat pemuncul- dengan atau tanpa bukti adanya miokarditis, memerlukan te-
ar- dan penghilangannya yang berulang-ulang. Lesi khusus ter- rapi yang sungguh-sungguh. Kadang-kadang infiltrat inter-
diri atas makula merah-merah muda, pucat, kecil (beberapa stisial paru terjadi pada penyakit sistemik aktif (lihat Bab
milimeter) sering dengan kepucatan sentral; lesi yang meluas 346). Beberapa anak menderita episode nyeri perut yang berat
dapat menyatu. Ruam ini paling sering ditemukan pada badan selama penyakit aktif, mungkin berkaitan dengan serosiris arau
dan ekstremitas proksimal tetapi dapat terjadi di mana saja adenopati mesenterika.
pada badan, termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Biasa- Leukositosis dan bahkan reaksi leukomoid umum ditemui.
nya tampak selama masa demam tetapi dapat juga diimbas Anemia penyakit kronis juga sering ada selama penyakit aktif
oleh trauma kulit (respons isomorfik), panas serta keadaan dan kadang-kadang jelas. Koagulasi intravaskuler tersebar dan
yang mempermalukan penderita. Hepatosplenomegali dan gagal hati akut telah dilaporkan; hubungan dengan terapi obat
limfadenopati menyeluruh terjadi pada kebanyakan anak de- (aspirin. emas) tidak pasti.
ngan penyakit sistemik aktif. Tingkat organomegali mungkin Kebanyakan anak dengan JRA sistemik mempunyai mani-
mencolok. Disfungsi hati ringan mungkin dijumpai, dan histo- festasi sendi pada atau dalam beberapa bulan sejak mulainya
logi kelenjar getah bening dapat menyerupai limfoma. Sekitar penyakit, tetapi artritis mungkin pada mulanya terabaikan bila
sepertiga anak yang terkena menderita pleuritis atau perikardi- gejala sistemik yang ada berlebihan. Beberapa penderita pada
-menun-
tis, seringkali subklinis. Roentgenogram dada dapat mulanya hanya menderita mialgia berat, artralgia, atau artritis
sementara. Pada beberapa penderita tidak timbul artritis sam-
pai berbulan-bulan atau bertahun-tahun kemudian. Gambaran
r 05.8 keterlibatan sendi biasanya menyerupai gambaran pada penya-
104
kit poliartikuler. Serangan yang khas adalah pada sendi-sendi
midkarpus dan midtarsus berupa pembengkakan dorsal yang
t0 ro2, 2 o
G
bersesuaian pada pergelangan tangan atau kaki. Manifestasi
0 E. sistemik biasanya sembuh sendiri selama beberapa bulan teta-
10o oa)
a pi dapat kambuh. Morbiditas JRA sistemik yang sebenarnya
adalah artritis yang menjadi kronis pada beberapa penderita
98
dan menetap sesudah gejala sistemik reda. Manifestasi sis-
968 temik jarang kambuh sesudah penderita mencapai masa de-
95 wasa, walaupun artritis kronis dapat menetap.
PERJALANAN DAN PROGNOSIS. Penyebab utama morbidi-
tas pada JRA poliartikuler dan sistemik adalah penyakit sendi
Gambar 148-6. Demam khas artritis reumatoid juvenil sistemik. Terdapat ke-
naikan suhu sampai 39"C atau lebih tinggi sekali sehari atau dua kali sehari,
{<ronis, 20Vo anak yang menderita penyakit pausiartikuler tipe I
dengan pengembalian suhu yang cepat sampai ke tingkat normal atau subnor- nantinya berkembang menjadi poliartritis, yang mungkin be-
mal. rat. Pada penyakit pausiartikuler, morbiditas utama adalah
822 Bagian XVI f Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

globulin dalam serum dan penurunan albumin. Salah satu atau


semua kadar imunoglobulin serum dapat naik.
ANA ditemukan pada beberapa anak dengan penyakit fak-
tor reumatoid-negatif (25Vo), faktor reumatoid_positif (75V0),
atau pausiartikuler tipe I (90Vo); tetapi jarang, jika pernah ada,
pada mereka yang dengan penyakit sistemik atau pausiartiku_
ler tipe IL Penemuan ANA tidak berkorelasi dengan keparah_
an penyakit. Faktor reumatoid ditemukan pada sekitar 5Vo
anak JRA dan berkorelasi dengan JRA yang mulai pada umur
yang lebih tua. Hasil uji jarang mengubah dari negarif ke posi_
tif walaupun JRA aktif-lama. Hasil uji positif paling sering
dihubungkan dengan penyakit poliartikuler, yang mulai pada
akhir masa kanak-kanak, artritis destruktif berat, dan nodulus
rheurhatoid; kadang-kadang disertai vaskulitis reumatoid, se-
bagaimana sindrom Sj cigren.
Gambar l4g-9. Ruam aftdtis reumatoid. Cairan sinovia Lihat juga seksi berwar.na pada JRA tam_
pak seperti berawan dan biasanya berisi jumlah protein yang
naik. Jumlah sel dapat bervariasi aari 5.000-gO.ObO seymm{
iridosiklitis kronis pada penderita tipe I dan selanjutnya spon_ sel-sel tersebut terutama neutrofil. Kadar glukosa pada cairari
diloartropati pada penderita tipe IL Hasil akhir tidak dapat di, sendi mungkin rendah; kadar komplemen mungkin normal
ramalkan pada setiap penderita perseorangan. Bahkan pada atau menurun.
keterlibatan sistemik yang berat, penyakit jarang membahaya_ Perubahan-perubahan roentgenografik awal terdiri atas
kan jiwa. Mungkin ada eksaserbasi dan peredaan (remisi), atau pembengkakan jaringan lunak, osteoporosis,.dan periostitis di
gejala-gejala dapat berlangsung selama bertahun-tahun dengan sekitar sendi yang terkena (Gb. l4S-9). penutupan epifisis re-
artritis ringan yang menyebabkan sedikit ketidak mampuan gional dapat dipercepat dan pertumbuhan tulang lokal bertam_
(cacat), atau yang kurang lazim ialah, dengan artritis berat bah atau berkurang. Pada penyakit sendi aktif-yang_lama,
yang menjelek berupa penghancuran sendi dan deformitas per_ erosi subarakhnoid dan penyempitan celah kartilago dapat ter-
manen. Penyakit tidak selalu mereda pada masa puber; bebera_ jadi, seiring dengan bervariasinya tingkat penghancuran dan
pa penderita terus menderita atritis aktif sampai dewasa, dan
beberapa penderita mengalami eksaserbasi sesudah penyakit
yang dalam waktu bertahun-tahun tampak mereda secara sem_
purna. Eksaserbasi dapat disertai dengan penyakit antar waktu
(intercurrent); hepatitis dan bentuk- bentuk penyakit hati lain_
nya mungkin disertai dengan peredaan artritis sementara.
Penderita dengan poliartritis faktor reumatoid-positif dan
penyakit yang mulai secara sistemik mempunyai prognosis
yang paling jelek pada fungsi sendi. Namun, prognosis kese_
luruhan baik. Sekurang-kurangnya l5Vo penderita JRA akhir_
nya mengalami penyembuhan lama tanpa deformitas sisa atau
kehilangan fungsi; sedikit yang tetap dengan cacat deformitas
sendi. Yang terutama bersifat melemahkan adalah penyakit
sendi pinggul berat, sebagaimana hilangnya visus karena iri-
dosiklitis. Amiloidosis sekunder (lihar Bab 164), biasanya di-
tampakkan dengan proteinuria dan didiagnosis dengan adanya
amiloid dalam jaringan, dapat menyebabkan morbiditas lam_
bat. Di Eropa, amiloidosis mengenai sekitar 5Vo penderita
JRA; di Amerika Serikar komplikasi ini amar jarang.
TEMUAN LABORATORIUM. Tidak ada uji diagnostik yang
spesifik. Selama penyakit aktif, LED dan CRp biasanya naik,
walaupun tidak selalu demikian. Anemia umum dijumpai, bia_
sanya dengan angka retikulosit rendah dan uji Coomb negatif.
Defisiensi besi, dalam diet atau akibat kehilangan darah gas-
trointestinal akibat-obat, dapat juga dijumpai. Jumlah sel darah
putih sering naik; reaksi leukemoid dapat terjadi, terutama
pada JRA sistemik, bila angka leukosit setinggi 75.000/mm3.
Trombositosis dapat terjadi terutama pada penyakit yang mu-
lai-secara-sistemik. Analisis urin normal; selama terapi non-
Gambar 148-9. Perubahan radiografik awal (lama 6 bulan) pada artritis reu_
steroid mungkin ditemukan sedikit eritrosit dan sel tubuler matoid juvenil, pembengkakan jaringan lunak dan pembentukan periosteum
ginjal. Kemungkinan terdapat kenaikan fraksi sz-dan gama tulang baru berdekatan dengan sendi interfalangs proksimal ke_2 dan
ke_4.
148 J Artritis Reumatoid,iuvenil 823

fusi tulang. Perubahan roentgenografik akhir, misalnya pada pada SLE. Anlqtlosing spondylitis dapat muncul berupa artritis
pergelangan tangan dan tangan (lihat Gb 148-2) adalah khas. beberapa sendi perifer, yang tidak dapat dibedakan dari JRA
Perubahan khas dapat terjadi pada leher, berupa penyempitan (pausiartikuler tipe II) sebelum keterlibatan spina yang khas
dan akhirnya fusi sendi-sendi arkus saraf (paling sering dite- menjadi nampak; adanya perubahan sendi sakroiliaka yang di-
mukan padaC2 dan C3, Gb i48-10) erosi prosesus odontoid, ni secara rontgenografik yang disertai dengan nyeri punggung
subluksasi atlantoaksiai dan kurangnya perkembangan kotpus bagian bawah dan lingkar tulang panggul adalah mengesan-
vertebra. Sakroiliitis, yang seca.ra roentgenografik menyerupai kan. Sindrom Reiter (artritis, uretritis, konjungtivitis) tidak la
spondilitis ankilosans, sering ditemukan pada anak yang men- zim pada anak tetapi harus dipikirkan pada mereka yang men-
derita penyakit pausi-artritis tipe II. Pemeriksaan khusus derita penyakit pausiartikuler tipe II. Sindrom vaskulitis,
menggunakan ultrasound, computed tomography scanning, dermatomiositis, kolitis ulseratif, psoriasis dan sarkoidosis da-
dan foto resonansi magnetik (MRI) dapat memberikan penjela- pat disertai dengan artritis yang serupa dengan artritis JRA, te-
san lebih lanjut mengenai jaringan lunak dan kelainan tulang. tapi dapat dibedakan atas dasar klinis. Penyakit imunodefisi-
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING. Lihat Tabel 148-3 ensi mungkin jarang disertai dengan artritis kronis yang me-
dan 148-4. Diagnosis adalah klinis dan tergantung pada ada- nyerupai JRA.
nya artritis atau manifestasi sistemik khas selama 3 bulan ber- Berbagai keadaan seperti trauma sendi, penyakit Legg-
turut-turut atau lebih dan tidak terdapatnya penyakit lainnya. Perthes, diskitis, penyakit Osgood-Schlatter, epifisis kaput fe-
Pada awal penyakit dapat dipikirkan: infeksi sendi piogenik moris yang tergelincir, dan sindrom nyeri kongenital pada mu-
atau tuberkulosis, osteomielitis, sepsis, atau artritis yang diser- lanya dapat menyerupai JRA. Sinovitis toksik akut pada ping-
tai dengan penyakit infeksi akut lainnya. Biakan cairan sendi, gul adalah keadaan yang sembuh sendiri, sebabnya belum di-
uji tuberkulin, dan roentgenogram sendi yang terkena mem- ketahui; JRA jarang mulai pada atau hanya mengenai pinggul.
bantu. Penyakit Lyme harus selalu dipikirkan, terutama pada Sinovitis villonoduler berpigmen, berlebihnya pertumbuhan
anak dengan penyakit pausiartikuler. Dapat terjadi artritis yang sinovia yang tidak lazim, biasanya hanya mengenai satu sendi.
lamanya terbatas, yang diakibatkan oleh infeksi parvovirus Biopsi sinovia mungkin berguna, terutama untuk menge-
dan virus lain serta imunisasi rubela. Infeksi gonokokus dapat sampingkan infeksi pada penderita penyakit monartikuler; na-
menimbulkan artritis. Leukemia akut dan keganasan lainnya mun, analis histologis sinovia tidak dapat membedakan ber
kadang-kadang muncul berupa nyeri dan pembengkakan dari bagai subgrup JRA, gangguan reumatik lain, atau bahkan
salah satu sendi atau lebih dan hal ini harus dipikirkan, teru- yang disebut dengan keadaan pasca-infeksi.
tama jika ditemui rasa nyeri yang berat, atau bila terdapat ane- PENGOBATAN. Tujuan pengobatan cepat dan jangka lama
mia, trombositopenia atau kelainan sel darah putih yang berat. ada dua macam: memelihara fungsi sendi dan memberikan pe-
Pada demam reumatik akut, migrasi artritis yang bersifat rawatan yang cukup terhadap manifestasi ekstra-artikuler tan-
sementara dan bukti adanya karditis.membantu dalam membe- pa menyebabkan bahala iatrogenik dan untuk mendukung ke-
dakan dari penyakit lainnya. Lupus eritematosus sistemik luarga dan anak dalam mencapai penyesuaian psikologis yang
(SLE) dan penyakit jaringan ikat campuran yang dapat me- optimal. Hal ini memerlukan perhatian yang tekun terutama
nimbulkan artritis tidak dapat dibedakan dari artritis reuma- dari seorang dokter dan dapat memerlukan konsultasi dengan
toid, tetapi umumnya perubahan pada sendi-sendinya lebih berbagai spesialis. Walaupun JRA mungkin telah lama dan ti-
ringan, dan biasanya terdapat manifestasi klinis SLE lainnya; dak mempunyai obat spesifik, pada kebanyakan penderita
namun, ANA dan kadang- kadang sel LE terjadi pada JRA dan prognosis akhirnya baik, dan kehidupan penderita jarang ter-
ancam. Penanganan anak yang terkena dan keluarganya meru-
pakan ujian simpati, kesabaran, empati dan keterampilan klinis
dokter. Eksaserbasi yang tidak dapat diramalkan mengecilkan
hati dan menyebabkan evaluasi terapi sukar. Ada kecende-
rungan yang tidak dapat dimengerti pada orang-tua, untuk
mencari-cari pertolongan medis dan memakai obat-obat yang
umumnya laris di pasaran atau dukun. Sifat kronis penyakit
dapat menyebabkan kekuatiran keluarga dan menghentikan
upaya yang mendukung, yang dapat memberi peluang terjadi-
nya kecacatan yang tidak perlu.
Ada perubahan sedikit demi sedikit dalam terapi obat un-
tuk JRA. Salisilat menjhdi kurang sering digunakan karena ke-
kuatiran tentang hubungannya dengan sindrom Reye, dan agen
anti radang nonsteroid (NSAID) lebih sering digunakan. Me-
totreksat dosis rendah semakin banyak digunakan pada pende-
rita yang tidak responsif terhadap NSAID, dan terapi dengan
preparat garam emas, antimalaria serta D-penisilamin kurang
sering digunakan.
Asam asetilsalisilat (aspirin) dalam dosis cukup untuk
Gambar 148-L0, Spina servikalis pada artritis reumatoid juvenil aktif-yang- mempertahankan kadar darah 20-30 mg/dl sering meringan-
lama, memperlihatkan fusi arkus saraf antara sendi C2-C3, penyempitan dan kan manifestasi artritis dan sistemik penyakit. Kadar darah de-
erosi sendi arkus sarafsisanya, mengakibatkan lengkungan yang abnormal. mikian dapat dicapai dengan menggunakan dosis sekitar
824 Bagian XVI t Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

TABEL 148-3 Diagnosis Keadaan,Keadaan Nonreumatik

$l$'$* !il ,'s,6rra. Pr, n r. u.,,l n:

u*ilu=== F-i{f i='=jL' 1'**mfiH


liim*t:=*u*rirulLiltfii-. #El$t l'ri,*u-='
i'===.1ru''L.1#'1,'..'ilii',i'.
!li,'" 't'i' anak perem-
puar > anak
.^ ' :lakiJa-Li
Sembarang Nyeri yang (erus
.. berra4bah.

,' , rahun atau lebih


:. .
:'*.11:,::::= ii:::::i:;,:rtli i\ :,tlli:::.=
t
uanifestasi,pe:.
oapersi:haian
#"$t$[:tlt Pausididkuler;
ratane.lai. tp'soail. -Efusi sendi...
'" -;- "#1r
-' tufriris sem.n,u- -';il;;:s
Ny"ri ,ur*g/ dis- Tidlh
:'f;;;;i;":"
Nybri
"ffi""-"" arau ada arau

-3 '*r qnonoarriku-r *nprurang


' ryc:,glr.
, ffiu"oo"5;;,, eolien,kf; ' ;?#or,*, ,{:1jil,*r1;,,
*, HjX,,#,:l lal
'' esd,rgrah *" ,r . daerahin6lsi * i flll"** :ffi1i,'r"#lJ

r'**:'
a{ifeslasi *'ffiHi*.
**"*,,*, *or*rrfy..,-pffi,unao-
l$kgilh",rilLt,,,.,,:,,,,LLtiiia ii llii 'js*q'ry:,."ffi9;g
"Hff;.",-_*- ift*ii.ruri u*i ***ro-,drri ii+;-.-,:* titifu
n,"
THfrffi ".Hr;*#- 'Hllfi'- "'#r.+*t
rulo.iro.,,",

, aniSulei+. * "taoau-1

l#fl:; t ffi;'ffi
N.\;id$iii iri

]31ffi'ff' I
*,r
illl-;Sffi;-$
*'*''d i**iffi:
_t*o:t, ffil;;'
,tr## . mT*." ,,,I*t#i*,{;
".,:T::*"^

men-
{ang
iakrn: dbiah, u,u".r,*,; ' *j;;* rr;;"^ ,.*tff'-;t,"
ill'Eilffiutffi
*tu$pgl tcan
" ilkrrX titerl. ttilogis. te- " an srruktur Normar l

tulang r ";11tipodise1o- lainan radio-* arau kelainan


"#;*+;;;;- i*,*T'u-.
',,x"- ^
_, rr=ix1?'f
iqfeks-i siiiovia " inJptsi rutan! noviar i.3r-
ran!- "S:i'frHd'*
primer lani-
,o,i'o"il3T"*"
' ruar< dir.rrr,ui. ri-
o*'"*3:. "
g;;.,,k q* J" p"r-
..
.tedune-Fu- '
'
o"
,. Iffi:i*,
sendi Hf;ffih=
e{}si ;mgl:;,.i
'.kil;;r nii,i.irJ . $ili;ffit"
'- '] q. H&#QS' ',, .t*o** ' imrin I cun*k;;' u
**o\='
''-";.**ffi:ffi.J..tr**;:'-."'=.*'--+*4:1-:
148 | Artritis Reumatoid Juvenil 825

TABEL 148-4. Diagnosis Banding Penyakit Reumatik

ii€, i., :il:iii. :.

Ruam,',
Kelemahanrotot,
nyeri l

Castroinrestinat, per-
*+i;=7iirfitt

Effifiitqp::E:#
Kelarnan "enzim
, otot," eielciom;o.
gran"r, biopsi.otot

""u*ffi "O-U
**,r0",
,
niignOsis . Klifiis
,;
ioam Ois.rtai *il-
Clss

*,*fu,n"** Biopsiotot
Krorus .., ,

'Dapat
memadkan

fapi. ;l enti.iaOane -.. ;;;";;,";


fordkostcroid' Sit'omkiik_
,"
::...:::::Il

iir:::::,:1t

l}}mglkg/24jam aspirin untuk anak dengan berat badan 25kg paran dengan cacar ah atau influenza. Walaupun keadaan ini
atau kurang dan dosis harian total 2,4-3,6 g untuk anak yang jarang terjadi pada anak dengan JRA yang mendapar salisilat,
lebih tua atau lebih berat. Terdapat variasi individu yang besar agaknya merupakan tindakan yang bijaksana untuk menghen-
dalam kebutuhan dosis, dan penderita harus diawasi dengan te- tikan sementara penggunaan salisilat pada anak yang terpapar
liti terhadap keracunan. Hiperventilasi atau pernapasan berat infeksi ini.
dan mengantuk atau perubahan sistem saraf pusat lainnya se- Beberapa NSAID tersedia untuk terapi artritis orang dewa_
ring merupakan tanda salisilisme paling awal pada anak. Tini- sa. Dari agen-agen NSAID ini, tolmetin, naproksen, dan ibu_
tus, yang merupakan keluhan salisilisme yang lazim pada profen, sekarang penggunaannya pada anak-anak di Amerika
orang dewasa, jarang dilaporkan pada anak. Salisilat harus Serikat telah disetujui; indometasin, walaupun sering diguna-
diberikan bersama makanan karena kemungkinan iritasi lam- kan, masih dilabel 'Jangan diresepkan pada anak berumur ku_
bung; antasid atau preparat buffer salisilat harus ditambahkan rang dari 14 tahun kecuali jika terdapat toksisitas atau kurang
jika anak mengeluh nyeri lambung, dan anak dengan keluhan manjurnya obat-obat yang lain yang risikonya akan lebih ting_
intestinal menetap harus diamati akan adanya gastritis dan pe- gi. NSAID berpotensi serupa dengan aspirin dalam meredakan
nyakit ulkus. Dapat terjadi kenaikan kadar serum enzim hati; radang, nyeri dan demam; diduga bahwa beberapa NSAID
hubungannya dengan penyakit hati yang berarti secara klinis memberi peredaan yang utama pada penderita spondiloartro_
adalah tidak lazim, tetapi salisilat harus dihentikan jika terda- pati. Beberapa agen NSAID ini mempunyai keuntungan yaitu
pat kadar enzim yang tinggi. F'enomena perdarahan dapat ter- hanya memerlukan dua kali sehari pemberian. Semua NSAID
jadi (sekunder) akibat pengaruh pada fungsi trombosit. peme-
mempunyai efek samping yang serupa dengan efek samping
riksaan epidemiologis menunjukkan bahwa penelanan aspirin salisilat; iritasi lambung, dan kemungkinan penyakit ulku;
dihubungkan dengan sindrom Reye pada anak sesudah pema- peptikum, kemungkinan keracunan hati, kemungkinan keracu_
826 Bagian XVI . Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

nan ginjal serta berinterferensi dengan fungsi trombosit. Nyeri darah, fungsi hati dan ginjal secara periodik. Penelitian darurat
kepala dan disfungsi sistem saraf pusat dapat terjadi pada be- anak-anak yang telah mendapat tipe terapi ini selama 5 tahun
berapa anak. Apa yang disebut sindrom pseudoporfiria, de- atau lebih tidak memberi kesan toksisitas yang merugikan
ngan kulit mudah robek merupakan sasaran untuk lesi berja- pada masa yang pendek ini; namun belum ada penelitian pe-
ringan parut, terutama pada anak-anak berkulit-terang yang mantauan yang lama. Suatu proporsi yang berarti pada anak-
terpapar pada matahari, dapat mengganggu terapi nonsteroid $ anak yang diobati dengan metotreksat berespons dalam bebe-
yang cocok, terutama dengan naproksen. rapa minggu atau beberapa bulan berupa peredaan klinis se-
Waktu untuk penentuan kemanjuran NSAID adalah ber- bagian atau seluruhnya. Beberapa anak yang gagal dengan
minggu-minggu sampai berbulan-bulan. Tidak satupun dari terapi metotreksat oral dosis-rendah berespons terhadap terapi
obat ini yang terbukti superior dalam kemanjurannya diban- intramuskuler atau pada terapi metotreksat dosis-tinggi; na-
ding salisilat pada percobaan terkontrol, dan semuanya mem- mun cara kedua ini masih dianggap eksperimental dan harus
punyai bahaya toksik yang potensial. Beberapa penderita me- dipantau dengan hati-hati. Pada beberapa anak itu yang de-
miliki respons yang lebih baik terhadap salah satu agen dari- ngan penyakit seropositif, harus dipikir-kan adanya kemung-
pada agen yang lain, dan adalah beralasan untuk mencoba dua kinan percepatan pembentukan nodul reumatoid selama
atau tiga agen berturut-turut jika terdapat kegagalan respons mendapat terapi metotreksat. Ada sedikit informasi mengenai
yang adekuat terhadap agen pertama yang dipilih. Tidak ada apakah agen nonsteroid harus diberikan bersama dengan me-
bukti bahwa kombinasi dari agen-agen ini manjur, sebaliknya totreksat; kombinasi demikian seringkali digunakan, tetapi
kombinasi demikian dapat menambah toksisitas. hubungannya dengan setiap keracunan obat yang ditemukan
Agen pengubah-penyakit meliputi garam-girram emas (oral harus dipikirkan. Lama terapi metotreksat tetap merupakan
atau intramuskuler), antimalaria, D-penisilamin, sulfasalazin, suatu masalah; terdapat banyak bukti bahwa obat ini supresif
melotreksat, dan imunoglobulin intravena. Garam emas oral, bukannya remitif (pereda) yang sebenarnya, dan penyakit da-
antimalaria dan D-penisillamin tidak terbukti superior terha- pat menghebat lagi sesudah terapi metotreksat dihentikan,
dap plasebo pada penelitian terkontrol. Garam emas intra- bahkan bertahun-tahun sesudah terapi yang tampaknya sukses.
muskurer belum pernah menjadi subjek penelitian JRA terkon- Ada sedikit indikasi untuk penggunaan sistemik kortiko-
trol tetapi juga kurang sering digunakan pada anak-anak. Se- steroid pada JRA. Agen ini secara dramatis menekan gejala-
mua obat ini mempunyai kemungkinan toksisitas yang berarti gejala tetapi tidak mengakibatkan peredaan pennanen ataupun
dan harus dipantau dengan hati-hati. Toksisitas terapi emas mencegah terjadinya kerusakan sendi (lihat Gb 148-2). Lagi-
meliputi ruam, ulkus mukosa, leukopenia, trombositopenia, pula, penghancuran kartilago dan nekrosis tulang aseptik, teru-
anemia dan proteinemia. Penderita yang sedang mendapat tama pada kaput femoris, dapat diakibatkan oleh terapi steroid
terapi emas, harus diawasi secara ketat terhadap efek sam- jangka lama (lihat Gb I48-4). Dosis terapeutik kortikosteroid
pingnya; obat harus dihentikan, sekurang-kurangnya sementa- juga menyebabkan penekanan adrenal, dapat menekan pertum-
ra, jika terdapat salah satu dari tanda toksis tersebut. Hidrok- buhan, dan dapat menimbulkan efek samping lain yang ke-
sikloroquin, bentuk antimalaria yang paling sering digunakan mungkinan berbahaya. Dosis yang diperlukan untuk penekan-
pada reumatologi dapat disertai dengan toksisitas okuler, yang an gejala tidak dapat diramalkan dan sebenarnya dapat me-
harus dipantau juga. D-penisilamin dapat menyebabkan pe- ningkat pada terapi yang lama.
nekanan sumsum tulang, cedera ginjal, ruam dan miastenia indikasi penggunaan kortikosteroid pada JRA meliputi pe-
gravis atau berbagai fenomena autoimun lainnya. nyakit sistemik berat yang tidak responsif terhadap percobaan
Sulfasalazin, yang telah digunakan selama bertahun-tahun dengan salisilat yang adekuat dan iridosiklitis yang tidak ter-
pada anak dengan penyakit radang usus, saat ini sedang digu- kontrol oleh steroid topikal. Pada yang peftama (penyakit sis-
nakan untuk mengobati JRA dan spondiloartropati. Tidak ada temik berat) atau pada keadaan yang jarang melibatkan pita
percobaan terkontrol terhadap obat ini dalam mengobati pe- suara ataupun dekompensasi jantung akibat perikarditis atau
nyakit -eumatik masa kanak-kanak, tetapi beberapa pengamat miokarditis, diindikasikan pemberian prednison dengan dosis
mengira bahwa obat ini dapat membantu. Toksisitasnya kira- awal l-2 mgkgl24 jam. Segera sesudah gejala tertekan, dosis
kira sama dengan toksisitas yang ditemukan pada penyakit ra- harus dikurangi dan obat sedikit demi sedikit dihentikan di ba-
dang usus: efek samping gastrointestinal, nyeri kepala, reaksi wah lindungan salisilat. Pada penurunan dosis sering terdapat
hipersensitivitas dan sistem saraf pusat atau toksisitas ginjal. rebound gejala sementarc, yang harus ditunggu. Karena mani-
Imunoglobulin intravena telah diujikan pada anak dengan pe- festasi JRA sistemik biasanya sembuh sendiri, prednison bia-
nyakit yang mulai-secara-sistemik dan dengan artritis berat; ti- sanya berhasil dihentikan dalam beberapa minggu atau bebe-
dak ada peragaan yang jelas mengenai kemanjuran yang ada rapa bulan. Pada penderita dengan iridosiklitis yang tidak res-
terhadap manifestasi sistemik atau untuk artritis. ponsif terhadap terapi steroid topikal, diindikasikan steroid
Metotreksat sekarang telah terbukti merupakan suatu agen sistemik dalam dosis yang adekuat untuk menekan radang
yang efektif pada banyak anak dengan JRA berat, dan seka- okuler sebagaimana yang telah dipantau melalui pemeriksaan
rang obat ini semakin sering digunakan untuk terapi anak de- lampu celah; diberikan dosis tunggal setiap hari atau selang
ngan penyakit yang tidak responsif terhajap agen-agen non- sehari mungkin cukup. Terapi harus dilakukan bersama-sama
steroid. Dosisnya rendah (10-15 mg/m'/minggu, diberikan dengan ahli mata.
secara oral atau intramuskuler). Efek samping adalah rasa ti- Kortikosteroid seharusnya jarang digunakan untuk mere-
dak enak pada gastrointestinal sesudah pemberian oral me- dakan manifestasi pada persendian saja, karena obat ini tidak
totreksat, kemungkinan penekanan sumsum tulang, dan menyembuhkan artritis atau mencegah kerusakan sendi, dan
hepatotoksisitas. Penderita harus dipantau dengan pemeriksaan efek samping jangka-lamanya bahkan mungkin kurang dapat
149 . Spondilitis Ankilosans dan Spondiloartropati lain 827

ditoleransi daripada penyakit sendinya sendiri. Kemungkinan Arthritis Foundation: Arthritis in Children. Atlanta, Arthriris Foundation,
terapeutik yang beralasan lainnya harus selalu dilakukan terle- t993.
Arthritis Foundation: Juvenile Dermatomyositis. Atlanta, Arthritis Founda-
bih dahulu. Jika digunakan kortikosteroid, harus berupaya tion, 1989.
menggunakannya dengan dosis efektif terendah, digunakan se- Arthritis Foundation: When Your Student Has Arthritis. Atlanta. Arthritis
lang sehari atau dosis tunggal setiap hari kapan saja dimung- Foundation, 1989.
kinkar, dan meminimalkan lamanya pengobatan. Injeksi kor- Brewer EJ, Angel KC: Parenting a Child with Arthritis. Los Angeles, Howell
House, 1992.
tikosteroid intra-artikuler mungkin efektif bagi artritis persis-
Cassidy JT, Levinson JE, Bass JC, et al: A study ofclassification criteria for a
ten pada satu atau beberapa sendi, tetapi jangan dilakukan diagnosis ofjuvenile rheumatoid arthritis. Arthdtis Rheum 29:274, 19g6.
injeksi berulangkali pada satu titik yang sama. Delnocencio J, Giannini EH, Glass DN: Can genetic markers contribute to th"
classification of juvenile rheumatoid arthritis? J Rheumatol 20(Suppl
Terapifisik dan terapi pekerjaan merupakan metode pen- 40):12,1993.
ting untuk memperbaiki gerakan dan kekuatan otot di sekitar Emery HM: Treatment of juvenile rheumatoid arthritis (review). Cun Opin
sendi yang terkena dan memulihkan serta mempertahankan ke- Rheumatol 5:629,1993.
mampuan fungsional penderita. Penderita dan orangtua harus Femandez-Vina M, Fink CW, Stastng p: HLA association in juvenile arthritis.
dunstruksikan pada program latihan fisik yang tepat untuk di- Clin Exp Rheumatol 12:205,1994.
Giannini EH, Brewer EJ, Kuzmina N, et al: Methotrexate in resistant juvenile
lakukan setiap hari di rumah. Aktivitas seperti naik sepeda ro-
rheumatoid arthritis: Results of the USA-USSR double-blind placebo con_
da tiga dan berenang adalah bermanfaat dan harus didorong. trolled trial. N Engl J Med 326:1043, 1992.
Bidai malam hari untuk lutut dan pergelangan tangan dapat Graham L, Myones B, Rivas-Chacon R, et al: Morbidity associated with
membantu mencegah dan mengoreksi deformitas. Pembalut longterm methotrexate therapy in juvenile rheumatoid arthritis. J pediatr
120:468,1992.
gips silinder atau imobilisasi sendi yang lama harus dihindari.
Lindsley CB: Uses ofnonsteroidal anti-inflammatory drugs in paediatrics. Am
Tirah baring mempunyai peran kecil dalam pengobatan. Biasa- J Dis Child 74'1:229,1993.
nya anak dapat mengukur kadar aktivitas dirinya sendiri; Malleson PN, Fung MY, Petty RE, et al: Autoantibodies in chronic arthritis of
umumnya mereka hanya akan menghindari aktivitas-aktivitas childhood: Relations with each other and with histocompatibility antigens.
Ann Rheum Dis 5l:1301, 1992.
yang menyebabkan kelelahan berlebihan dan nyeri sendi.
Prieur AM, Petty RE: Definitions and classrfication of ckonic arthritis in chil-
Pembedahan ortopedik kadang-kadang diperlukan untuk mem- dren. Bailleres Clin Pediatr l:695, 1993.
perbaiki defbrmitas sendi. Sinovektomi sendi tertentu kadang- Pugh MT, Southwood TR, Gaston JSH: The role of infection in juvenile
kadang menolong tetapi tidak mengobati. Pergantian total chronic arthritis. Br J Rheumatol 32:838, 1993.
Schaller.JG: Juvenile rheumatoid arthritis.. pediatr Rev, in press, 1995.
sendi yang hancur, terutama pinggul dan iutut, sekarang di-
Sharples AC, Stebulis JA, Weafer-Hodgins M: Just One of the Kids: A Video
mungkinkan apabila pertumbuhan penuh telah dicapai. Sun- for Teachers and school Personnel. Boston, Affiliated children's Arthritis
tikan kortikosteroid pada sendi tertentu kadang-kadang dapat Centers of New England, I 994.
menolong, tetapi suntikan berulang tidak boleh digunakan. Stebulis JA, DeNardo BA, Tucker LB, Schaller JG: The pediatric Rheurnatol_
ogy Handbook for Families. Baltimore, Johns Hopkins University press. in
Mikrognathia mungkin memerlukan penanganan ortodontik press. [Cunently available as Stebulis JA (ed): The Handbook for Families.
dan pembedahan mulut. Klasifikasi fungsional JRA meliputi Boston Affiliated Children's Arthritis Centers of New England, 19941.
empat kelas: I, melakukan semua aktivitas; II, melakukan se- Stephan JL, Zeller J, Hubert PH, et al: Macrophage activation syndrome and
cara cukup dengan beberapa keterbatasan; III, aktivitas terba- rheumatic disease in childhood: A report of four new cases. Clin Exp Rheu-
matol 11:451, 1993.
tas, hanya merawat diri; dan IV tergantung-kursi roda atau Weatherbee LL, Neil AJ: Educational Rights for Children with Arthritis: A
terbaring di tempat tidur. Manual for Parents. Atlanta, Arthdtis Foundation, 19g9.
Iridosiklitis memerlukan diagnosis dan terapi segera untuk Williams RA, Ansell BM: Radiological findings in seropositive juvenile
memelihara visus. Mata harus diperiksa pada setiap kunjungan chronic arthritis with particular reference to progression. Ann Rheum Dis
44( l0):685. 1985.
ke dokter dan pemeriksaan lampu-celah ofthalmologis harus di-
Yancey C, Gross RD, et al: Guidelines for opthalmologic examinations in
lakukan sekurang-kurangnya sekali setiap tahun pada anak de- children with juvenile rheumatoid arthritis. pediatrics 92:295, 1993.
ngan penyakit sistemik dan poliartikuler, dan empat kali setiap
tahun pada anak dengan penyakit pausiartikuler. Orang-tua ha-
rus diingatkan untuk lapor dengan segera jika timbul suatu ge-
jala mata atau penurunan ketajaman penglihatan. Terapi irido-
siklitis harus diawasi oleh dokter spesialis mata. Pada mula-
nya, terapi ini terdiri atas penggunaan steroid topikal dan agen
pendilatasi. Steroid sistemik atau suntikan steroid sub-konjung-
I Bnn 149
tiva harus digunakan jika penyembuhan radang okuler yang
segera melalui agen topikal tidak dicapai. Pemantauan mata
Sp ondilitis Ankilosans dan
jangka lama yang sering dilakukan adalah penting. Pembedah- Sp o ndilo artr op ati lain
an oftalmologis mungkin diperlukan untuk sekuele kronis.
Anak dengan JRA harus didorong untuk hidup senormal
mungkin. Mereka dan orangtuanya perlu mengetahui apa yang Jq.ne Green Schaller
diharapkan dan diobati dengan optimistis. Anak yang terkena
tidak boleh percaya bahwa mereka tidak mampu (invalid) teta-
pi harus diajari sepercaya diri mungkin. Dengan dorongan, ke- SPONDILITIS ANKILOSANS
banyakan penderita dapat hidup aktif, pergi ke sekolah, dan
berperan serta pada aktivitas biasa kecuali olahraga berat. Ra- Spondilitis ankilosans ditandai secara khas dengan adanya
wat inap yang lama harus dihindari. Anak yang yang mende- kekakuan dan nyeri pada punggung, keterlibatan sendi sakro-
rita cacat sisa perlu bantuan dalam perencanaan kejuruan. iliaka, dan berbagai progresivitas lesi pada sendi dan jaringan
828 Bagian XVI a Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

periartikuler lumbodorsal dan spina servikalis' Sekitar 50%


penderita menderita artritis sendi perifer. Penyakit ini biasanya
merupakan penyakit orang dewasa muda dan setengah tua' te-
tapi dapat dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya pada
anak laki-laki yang berusia lebih dari 8 tahun. Ada hubungan
yang mencolok antara spondilitis ankilosans dan HLA-B27.
Patologi jaringan sinovia pada sendi yang terkena serupa de-
ngan patologi yang digambarkan pada artritis reumatik.
Spondilitis ankilosans berbeda dari artritis reumatoid kare-
na adanya keterlibatan khas dari sendi sakroiliaka dan spina
lumbodorsal, cenderung terjadi (predileksi) pada laki-laki, ku-
rang disertai dengan faktor reumatoid atau nodul reumatoid,
disertai dengan iridosiklitis akut, kejadian aortitis dengan aki-
bat insufisiensi aorta, dan insidens keluarga yang berarti. Gambar 149-2. Sakroiliitis yang berkembang dengan baik pada anak iakilaki
MANIFESTASI KLlNlS. Artritis perifer, sering bersifat se- yang menderita spondilitis ankilosans; kedua sendi sakroiliaka menunjukkan
sklerosis yang meluas, erosi tepi-tepi sendi, dan pelebaran ruang sendi yang je-
mentara, mungkin merupakan manifestasi pertama. Sendi-
las.
sen<li besar, terutama sendi-sendi ekstremitas bawah, adalah
yang paling sering terkena. Nyeri tumit sering dijumpai, seba-
gaimana kejadian nyeri dengan atau tanpa pembengkakan ja-
ringan ikat pada berbagai tempat lainnya yang menjadi tempat
aman. Pengurangan ekspansi dinding dada, akibat keterlibatan
perlekatan tendo dan ligamentum pada tulang (enthesopati).
sendi kostovertebra, dapat terjadi pada saat yang dini. Demam
Pada sejumlah besar penderita, sendi bahu, kaki dan temporo-
ringan, anemia, anoreksia, mudah lelah, dan retardasi pertum-
mandibuler juga terkena. Sendi yang terkena mungkin terasa
buhan dapat terjadi. Riwayat keluarga seringkali positif untuk
hangat, membengkak, nyeri, dan gerakannya terbatas'
artritis yang serupa atau untuk iridosiklitis akut.
Keterlibatan khas dari sendi sakroiliaka dan spina lumbo-
Spondilitis ankilosans dapat berhenti pada stadium apapun,
dorsal dapat dijumpai pada saat mulainya penyakit atau mung-
atau seluruh spina dapat menjadi terlibat dalam beberapa ta-
kin muncul setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun kemu-
hun berupa hilangnya semua mobilitas vertebra yang sebe-
dian. Nyeri pada punggung bawah, tulang lingkar panggul dan
narnya. Prognosis hasil akhir fungsional biasanya baik jika
paha adalah khas. Nyerinya seringkali sementara, lebih berat
sikap badan yang baik dipertahankan. Deformitas sendi-sendi
pada malam hari dan berkurang bila digerakkan. Disertai ke-
perifer tidak lazim; pada beberapa penderita berkembang men-
kakuan pada punggung bawah dengan hilangnya mobilitas spi- jadi penyakit pinggul yang destruktif. Iridosiklitis akut kira-
na normal (Gb. 149-1). Keterlibatan spina secara khasnya di-
kira terjadi pada sekitar 25Vo penderita pada suatu waktu; aor-
mulai pada sendi sakroiliaka dan ke atas, melibatkan spina
titis jarang pada anak tetapi terjadi cukup berarti pada orang
lumbalis, dorsalis, dan akhrirnya servikalis' Pada artritis reu-
dewasa.
matoid.juvenil (JRA), leher terlibat, tetapi spina lumbodorsalis uji laboratorium
TEMUAN LABORATORIUM. Tidak terdapat
yang spesifik. Walaupun HLA-821 dijumpai pada 95Vo pen-
derita, namun hal ini tidak bersifat diagnostik. Laju endap da-
rah mungkin naik. Terjadi anemia yang serupa dengan anemia
ar-tritis reumatoid, tetapi tidak ada faktor rbumatoid atau anti-
bodi antinuklear (ANA) yang ditemukan. Keterlibatan sendi
sakro-iliaka dapat diperlihatkan secara roentgenografis (Gb.
149- 2), biasanya dalam 3-4 tahun; penghancuran bersifat pro-
gresif, dengan hasil akhir kehancuran sendi. Perubahan roent-
genografis yang khas pada spina lumbodorsal terjadi beberapa
tahun kemudian.
DIAGNOSIS BANDING. Spondilitis ankilosans harus dicuri-
gai pada setiap anak dengan nyeri yang terus-menerus pada
pinggul, paha atau punggung bawah, dengan atau tanpa artritis
perifer. Perubahan roentgenografis pada sendi sakroiliaka
perlu untuk diagnosis, tetapi memerlukan waktu beberapa ta-
hun sebelum perubahan roentgenografis ini muncul. Pada di-
agnosis banding, tumor medula spinalis dan keganasan lain
pada masa kanak-kanak, defek anatomis, infeksi vertebra atau
diskus intervertebra (diskitis), penyakit Scheuermann, dan
keadaan-keadaan ortopedis spina lainnya harus dipertimbang-
kan pada setiap anak dengan nyeri punggung yang menetap.
Penyakit Legg-Perthes dan epifisis kaput femoris yang terge-
Gambar 149-1. Kehilangan mobilitas spina lumbodorsal pada anak lakilaki
dengan spondilitis ankilosans; spina bawah tetap lurus ketika penderita mem-
lincir dapat menyebabkan nyeri pinggul dan paha yang mene-
bungkuk ke depan. tap. Kolitis ulseratif, enteritis regional, psoriasis, dan sindrom
149 t Spondilitis Ankilosans dan Spondiloartropati lain 829

Reiter dapat menyertai spondilitis yang menyerupai spondilitis mulainya pada masa kanak-kanak belum diketahui. Kebanyak-
ankilosans. an anak sembuh dalam beberapa bulan. Namun, beberapa indi-
PENGOBATAN. Tujuan terapi adalah meredakan nyeri dan vidu selanjutnya menderita spondilitis ankilosans, beberapa
mempertahankan sikap dan fungsi badan yang baik. Untuk menderita artitis perifer rekurens atau kronis, dan beberapa
meredakan nyeri, salisilat mungkin cukup. Indometazin atau lagi menderita serangan berulang radang mata atau uretra. Di-
agen anti radang nonsteroid lainnya dapat menolong. Garam- agnosisnya adalah klinis. Uretritis yang menular dan penyakit
garam emas tidak dianggap efektif, dan terapi kortikosteroid gonokokus harus disingkirkan. Salisilat atau salah satu agen
jarang terindikasi. Terapi radiasi merupakan kontraindikasi. anti-radang nonsteroidal lainnya diguna.kan untuk pengobatan.
Mempertahankan sikap badan yang baik adalah sangat penting Terapi fisik juga memainkan peran penting pada terapi. Pende-
untuk pemeliharaan fungsi badan yang baik; olahraga dimak- rita harus dipantau terhadap adanya keterlibatan spinal
sudkan untuk memperbaiki sikap badan dan harus dilakukan berikutnya.
penguatan otot-otot paraspinalis. Tidur harus mengggunakan ARTRITIS PENYAKIT RADANG USUS. Baik kolitis ulseratif
kasur yang keras atau tempat tidur papan, dan bantal yang te- maupun enteritis regional Qihat Bab 283) dapat disertai de-
bal harus dihindari. ngan artritis selama masa kanak-kanak; sekitar 10Vo anak de-
ngan penyakit radang usus pada beberapa waktu akan mende-
rita manifestasi sendi. Anak yang terkena biasanya berumur
SPONDILOARTROPATI LAINNYA.
lebih dari 8 tahun. Artritis biasanya mengenai beberapa sendi
Spondiloartropati yang diuraikan pada orang dewasa meli- besar dalam pola pausiartikuler. Artritis biasanya mulai ber-
puti mereka yang bertipe artritis seronegatif yang disertai sa- sama dengan atau sesudah timbulnya penyakit usus yang aktif;
kroiliitis dan artritis spinalis; spondilitis ankilosans, penyakit pada beberapa penderita, artritis mungkin merupakan manifes-
Reiter, artritis psoriasis, artritis penyakit radang usus, dan "ar- tasi pertama penyakit. Artritis penyakit radang usus pada
tritis reaktifl'yersiniosis dan infeksi gastrointestinal lain (Ta- anak-anak mengikuti dua pola, seperti halnya pada orang de-
bel 149-l). Walaupun tipe artritis ini lebih jarang didapati pa- wasa. Kebanyakan anak yang terkena menderita artritis perifer
da anak-anak daripada orang dewasa, beberapa dari mereka, yang timbul dan hilang bersama aktivitas penyakit usus dan ti-
terutama spondilitis ankilosans dan penyakit Reiter, kadang- dak menyebabkan penghancuran'sendi atau deformitas sendi
kadang dapat salah didiagnosis sebagai JRA. Semua spondilo- pennanen. Meskipun demikian, beberapa anak menderita pe-
artropati disertai dengan HLA-B27; tidak ada yang disertai de- nyakit yang tidak dapat dipisahkan dari spondilitis ankilosans
ngan faktor reumatoid atau ANA. Patologi jaringan sinovia dan penderita tersebut dapat menjelek menjadi cacat tanpa me-
yang terkena tidak berbeda dengan patologi jaringan sinovia mandang pengendalian terhadap penyakit usus yang menda-
artritis reumatoid. Beberapa dari spondiloartropati, terutama sari. Karenanya, penting untuk memantau anak yang menderi-
penyakit Reiter dan artritis reaktif, dapat terjadi sesudah keja- ta penyakit radang usus untuk mendapatkan bukti adanya sar-
dian lingkungan yang dapat dikenali seperti infeksi dengan koiliitis atau artritis spinalis. HLA-827 disertai dengan spon-
Shigella atau Yersinia. Spondiloartropati dapat berkelompok dilitis ankilosans tetapi bukan dengan artritis perifer dari pe-
dalam beberapa keluarga, yaitu beberapa anggota keluarga nyakit radang usus. Terapi untuk artritis perifer adalah pengo-
menderita salah satu tipe artritis ini atau lainnya; iridosiklitis batan yang adekuat terhadap penyakit usus yang mendasari-
akut dapat juga disertai spondiloartropati yang demikian. Ke- nya, kadang-kadang menggunakan salisilat sebagai tambahan
cuali artritis psoriasis, spondiloartropati yang mengenai anak atau agen nonsteroid lainnya. Jika terjadi spondilitis ankilo-
laki-laki dan anak-anak perempuan sama banyaknya, atau le- sans, diindikasikan suatu terapi yang tepat untuk keadaan ter-
bih banyak pada anak laki-laki. Diagnosis didasarkan atas da- sebut.
sar klinis. ARTRITIS REAKTIF. Artritis steril dapat menyerrai infeksi
Penyakit pausiartikuler tipe II subgrup JRA mungkin gastrointestinal dengan Yersinia enterocolitis, Shi gella, s almo -
menggambarkan spondiloartropati awal pada kebanyakan kea- nella, atau Campylobacter. Umumnya hanya beberapa sendi
daan. Tidak ada satupun dari ketiga subgrup JRA seronegatif terkena. Hubungan artritis demikian dengan penyakit Reiter
lainnya (poliartritis seronegatif, JRA yang mulai-secara-sis- dan spondiloartropati lainnya tidak pasti. Artritis biasanya se-
temik, dan penyakit pausiartikuler tipe I) yang disertai dengan mentara dan hasil akhirnya baik. Namun beberapa penderita
sakroiliitis, HLA- B21 , atau spondiloartropati selanjutnya. yang terkena selanjutnya dapat menjadi spondiloartropati kro-
PENYAKIT REITER. Dalam bentuk yang sempurna penyakit nis. Setiap anak dengan gastroenteritis maupun artritis harus
Reiter terdiri atas uretritis steril, artritis dan radang mata; menjalani biakan tinja dan pemeriksaan serologis yang repat.
manifestasi lainnya dapat meliputi gastroenteritis dan berbagai ARTRITIS PSORIASIS. Klasifikasi artritis psoriasis dengan
ruam. Yang terkena terutama adalah laki-laki. Pada anak, pe- spondiloartropati mungkin tidak tepat; ada perbedaan dalam
nyakit Reiter dilaporkan telah terjadi sesudah infeksi Shigella, rasio jenis kelamin penderita yang terkena, pada pola artritis
Y ers inia ent ero c olitic a, C ampy lob acter dan Chlamy dia; pada serta hubungan yang kurang kuat dengan HLA-827. Walau-
anak yang lebih tua, seperti pada orang dewasa, penyakit Re- pun psoriasis merupakan keadaan kulit pada anak yang relatif
iter dapat menyertai pemaparan seksual. Penyakit Reiter sa- sering, artritis psoriasis jarang dijumpai selama masa anak.
ngat terkait dengan HLA-827. Artritisnya biasanya pausiarti- Yang terkena terutama adalah anak perempuan, dengan rasio
kuler, terutama mengenai sendi-sendi besar. Tendinitis akhiles 2,5:1. Artritis psoriasis pada masa kanak-kanak.serupa dengan
dan enthesopati lainnya sering dijumpai. Beberapa kasus pe- artritis yang ditemukan pada orang dewasa. Artritis mulai pada
nyakit pausiartikuler tipe II dapat menggambarkan penyakit satu atau beberapa sendi, sering dalam bentuk yang tidak
Reiter "sebagian." Prognosis jangka lama penyakit Reiter yang simetris. Lebih dari 507o penderita yang sendi interfalangs dis-
830 Bagian XVI t Penyakit Beumatik Masa Kanak_Kanak

;{1=::;*,i.:.lj+._;.ffi
Paqqiartil<qier . Pausiartikuler* Pausiartikuier atau
'Kadang-ta[5r$] ta**otut*
,, , poliarrikulei
1{5"iiit $a=!1i '

::::::::::!;ilirl:=
Manifestasi ekstra.
artikuler C*t o"nr*riri, fog Ruam psoriasis :

,
mendasari: lrersi- Kuku berlubang
' ila, Shigetta. Sit- n
l '=iI' -'ttnl'-;'
'.,l,1i.,-:i.i.:l
ionelta. coiii-l , 11t

laboratoriunr
lohactii
--'' ,lll Biakan tinja posirif rtd,k ;;, run* *.-
,

.lir
,:::.l ''i.':::::: HLA.B27 sifik
ea*e;@ n*ut*l iqhuJup ir'- *;mrffi',
,fekii

ffiur-,. ;,'L[1i; C.juru inf.ki gur- iillni1.,ii ..l .,.,,;':;.


troiniestinal ,
,

nrtrlgs yuog r.mbrrt


dengan sendirinya
'**4
T,,eia
fiiapi untut inr*trt hlsar-n .

. usus Agen peieda


Terapi fisik i

P.,eru kulit
NSAID = obat anti radang nonsteroid
*lnklusi artritis psoriasis dengan
spondiloartropati mungkin tidak repat, walaupun telah menjadi tradisi

talnya terkena; tendinitis juga umum dijumpai. pada sekitar Burgos-vargas R: Spondyloarthropathies and psoriasis arthritis in
children.
50Vo penderita, psoriasis mendahului artritis berbulan_bulan Cun Opin Rheumatol 5:634, 1993.
atau bertahun-tahun, pada yang lainnya artritis merupakan Hamilton ML, Gladman DD, Shore A, et al: Juvenile psoriatic arthritis
and
HLA antigens. Ann Rheum Dis 49:694, I 990.
manifestasi awal, sedangkan psoriasis baru nampak belakang- Jacobs JC, Berdon WE. Johnston AD: HLA_B27 associated
spondylarthritis
an. Lubang kuku adalah umum. prognosis artritis psoriasis pa_ and enthesopathy in childhood: Clinical, pathologic, and radiographic
ob_
da anak tampaknya baik, walaupun ada sedikit penelitian jang_ servations iin 58 patients. J pediatr 100:521. 1982.
ka-lama. Beberapa penderita dengan artritis psoriasis menjadi Lindsley CB, Schaller'JG: Arthritis associated with inflammatory
bowel dis_
ease in children. J Pediatr 84:16,19i4.
sarkoiliitis dan spondilitis ankilosans yang disertai dengan Mielants S, Veys EM, Cuvelier C, et al: Gut inflammation in children
with
HLA-821 . Terapi artritis psoriasis serupa dengan terapi yang late-onset pauciarticular juvenile chronic arthritis and evolution
to adurt
dilakukan pada orang dewasa; salisilat dan agen anti-radang spondyloarthropathy: A prospective study. J Rheumatol 20:156il 1993.
.
nonste".id lainnya adalah yang biasa digunakan. Ada sedikit Rosenberg AM, Petty RE: A syndrorne of seronegative enthesopathy
and ar_
thropathy in children. Arthriris Rheum 25:1041, 1 9g2.
pengalaman dengan penggunaan agen seperti metotreksat pada Schaller JG, Bitnum S, Wedgwood RJ: Ankylosing spondylitis with
childhood
anak dengan artritis psoriasis. Seperti pada JRA, terapi kerja onset. J Pediatr 74:505. 1969.
dan fisik memainkan peran penting dalam mempertahankan
fungsi yang yang baik.
150 | Lupus Eritematosus Sistemik 831

TABEL 150.I Manifestasi Lupus pada Anak

T Bes 150

Lupus Eritematosus Sistemik


Jane Green Schaller

Penyakit sistemik ini secara khas mengenai banyak sistem E i, #9'


organ dan disertai deng'an berbagai fenomena imun. Riwayat tii'l l ,3E
alamiahnya tidak dapat diramalkan; sering progresif, berakhir
dengan kematian jika tidak diobati, tetapi dapat mereda secara
spontan atau tetap membara selama bertahun-tahun. Lupus eri-
=:+i
iiis.:i:::+ii
l l:l:t::::r:::itji
ffi$iffi
;?li ., In
tematosus sistemik (SLE) pada anak umumnya lebih akut dan
lebih berat daripada SLE pada orang dewasa. Dicetak kembali dari Arthritis and Rheumatism Journal, copyright l97g. Di,
ETIOLOGI DAN EPlDEMl0LOG|. Penyebabnya belum diketa- gunafuin seizin American College of Rheumatology.
hui. Banyak pengamatan mendukung hipotesis bahwa SLE
merupakan penyakit dari pengaturan imun yang berubah,
mungkin ditentukan secara genetik. Virus dan agen lingkung-
an lainnya dapat juga memainkan peran dalam patogenesis. Insidensinya belum diketahui; penyakit ini tidak jarang.
Berbagai fenomena imun terjadi. Kadar imunoglobulin serum Pada 20Vo penderita, SLE dimulai pada masa kanak_kanak,
naik. Antibodi yang ditemukan bereaksi dengan unsur nukleus biasanya pada anak yang berumur di atas 8 tahun. yang terke_
(ANA), asam ribonukleat, gamaglobulin (faktor reumatoid), na terutama adalah anak perempuan (8 : l) pada semua ke_
sel darah merah (uji Coomb positif), trombosit, sel darah pu- lompok umur; namun, pada penderita prapubertas, rasionya 3 :
tih, antigen yang digunakan pada uji serologis untuk sifilis 1. Semua ras dapat terkena, dengan prevalensi yang tampak le_
(positif palsu biologis), faktor koagulasi, dan fosfolipid (anri- bih tinggi pada beberapa kelompok ras berkulit-gelap, ter_
fosfolipid, anti koagulan lupus, antikardiolipin). Ada juga hu- masuk kulit hitam, Amerika Latin, Asia dan beberapa suku
bungan antara radang dan kompleks imun yang bersirkulasi, Asli Amerika.
terutama kompleks imun yang terdiri atas DNA dan antibodi PATOLOG|. Lesi dapat terjadi pada banyak tempar dan me_
yang reaktif terhadap DNA. Kompleks imun yang demikian libatkan banyak sistem organ. Massanya yang khas amorf, dan
diendapkan di jaringan, mengikat komplemen, dan memulai bahan ekstra-seluler yang tercat ungu ditemukan dengan pe-
respons peradangan yang berakibatjejas jaringan seperti nefri- ngecatan hematoksilin. Benda-benda hematoksilin ini mung_
tis. Pada nefritis SLE, imunoglobulin dan komplemen dapat kin menggambarkan sel nukleus yang mengalami degenerasi
dilihat pada jaringan ginjal melalui teknik imunofluoresens yang serupa dengan inklusi sel LE. Fibrinoid, bahan aseluler
dan dengan pencucian langsung DNA dan antibodi anti-DNA yang sangat eosinofilik, ditemukan pada jaringan ikat longgar
dari glomerulus yang terkena; SLE dengan nefritis aktif diser- atau pada dinding pembuluh darah jaringan yang rerkena. Ra_
tai dengan penurunan kadar komplemen serum dan dengan an- dang pembuluh darah (vaskulitis) sering dijumpai. pada limpa,
tibodi yang reaktif terhadap DNA, yang ada dalam sirkulasi fibrosis perivaskuler menghasilkan lesi ,,cincin bawang', yang
t lihat Bab 467), khas mengelilingi pembuluh darah yang terkena. Granuloma
Mulainya eksaserbasi penyakit nampaknya terkait dengan kadang-kadang terdapat padajaringan yang rerkena (lihat Bab
inr:ksi yang timbul di antaranya; mungkin ada penambahan 467 untuk patologi ginjal). Pengendapan kompleks imun, imu_
kerentanan terhadap infeksi, inungkin atas dasar mekanisme noglobulin, dan komplemen dapat dilihat pada jaringan, ter_
imun yang cacat. Bukti, mencakup penelitian yang menunjuk- masuk ginjal, kulit dan pembuluh darah.
kan perubahan pada fungsi limfosit-T dan -B pada penderita MANIFESTASI KLlNlK. SLE, dapat mulai secara tersembunyi
SLE, memberi kesan bahwa keadaan perubahan reaktivitas atau secara akut. Kadang-kadang gejalanya telah timbul ber_
imunologik adalah yang mendasari penyakit ini. Lupus ka- tahun-tahun mendahului diagnosis SLE. Gejala awal yang pa_
dang-kadang bersifat familial dan mengenai kembar identik; ling sering pada anak adalah demam, malaise, artritis atau ar_
hipergamaglobulinemia, penyakit jaringan ikat lainnya, ANA, tralgia, dan ruam (Tabel 150-l). Kadang-kadang pada keba-
defisiensi komponen komplemen, defisiensi IgA selektif, dan nyakan anak yang terkena terjadi demam; mungkin sebentar_
kelainan imun lainnya mungkin terdapat pada penderita dan sebentar atau terus-menerus. Malaise, anoreksia, kehilangan
tingkat-pertama keluarga penderita. berat badan dan kelemahan sering dijumpai.
Penyakit seperti-lupus dapat terjadi sesudah pemajanan Kadang-kadang, pada kebanyakan anak yang terkena, tim_
pada sejumlah obat, terutama hidralazin, sulfonamid, pro- bul manifesrasi kulit. Ruam "kupu-kupu" (Gb.150-1), terdiri
kainamid dan antikonvulsan. Penyakit akibarobat biasanya ri- atas tambalan eritematosa yang bersisik atau kebiru-biruan,
ngan dan reversibel bila obat yang menyebabkannya dihenti- melibatkan daerah pipi dan biasanya meluas di atas jembatan
kan. Manifestasi kulit dari SLE dan kadang-kadang mani- hidung. Ruam dapat fotosensitif dan dapat meluas ke muka,
festasi sistemik dapat diperjelek oleh cahaya matahari. kulit kepala, leher, dada, dan tungkai; ruam ini dapat menjadi
832 Bagian XVI I Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

eksudat (benda-benda sitoid). Kejadian-kejadian trombotik


yang mengenai arteri atau vena dapat te4adi, terutama pada
penderita dengan antibodi anti fosfolipid. Keterlibatan ginjal
secara klinis sering dijumpai pada anak-anak (lihat Bab 467).
MANIFESTASI LABORATORIUM. ANA harus dapat dipera-
gakan pada semua penderita SLE aktif, dan peragaannya
memberi uji skrining terbaik untuk penyakit tersebut; tetapi,
ANA juga terjadi pada banyak keadaan lain (lihat Bab 147).
Uji skrining ANA biasanya dilakukan dengan menggunakan
teknik antibodi fluoresens. Uji untuk tipe ANA spesifik ter-
masuk Ro/ SSA, LalSSB, Sm, dan DNA harus dilakukan juga.
Antibodi terhadap Sm relatif spesifik unruk ST E; antibodi ter-
hadap Ro/SSA dan LalSSB dihubungkan dengan sindrom lu-
pus neonatus. Antibodi terhadap DNA helai-ganda dihubung-
Gambar 150-1 Ruam kupu-kupu lupus eritematosus sistemik. kan dengan penyakit aktif, terutama nefritis; dengan demikian
antibodi DNA berguna untuk menyatakan indeks keparahan
dan aktivitas. Komplemen hemolitik serum dan beberapa
komponennya (C3 yang paling sering diukur) menurun pada
bullosa dan mengalami infeksi sekunder. Lupus diskoid murni penderita dengan SLE aktif berat, terutama pada mereka yang
(hanya manifestasi kulit) tidak lazim pada anak. Erupsi kulit dengan nefritis. Antibodi antikardiolipin (antifosfolipid) dan
lainnya adalah makula eritematosa atau lesi pungtata pada te- antibodi antikoagulan lupus dapat terdeteksi; antibodi-antibodi
lapak tangan, telapak kaki, ujung jari, ekstremitas atau batang ini telah dihubungkan dengan kejadian-kejadian trombosis dan
tubuh; ruam vaskulitis; livedo retikularis (tambalan anyaman berkorelasi dengan uji serologis positif-palsu untuk sifilis. Ka-
hitam); dan perubahan bantalan kuku. Lesi-lesi ulseratif yang dar gamma globulin serum sering naik; kadar z-globulin da-
makular dan seringkali tidak nyeri dapat terjadi pada palatum pat naik dan albumin menurun. Kadar salah satu atau lebih
dan membran mukosa mulut dan hidung. Purpura, kadang- imunoglobulin khusus dapat naik. Kenaikan prevalensi HLA-
kadang disertai dengan trombositopenia, dapat tampak pada B8, -DW3/DR3, dan -DW2/DR2 relah dilaporkan pada bebe-
daerah yang menggantung atau yang terkena trauma. Kadang- rapa seri.
kadang .disertai eritema nodosum dan eritema multiforme. Anemia akibat penyakit radang kronis atau hemolisis imun
Alopesia yang diakibatkan peradangan di sekitar folikel ram- sering dijumpai. Kesukaran dalam penggolongan dan penco-
but dapat berupa tambalan atau menyeluruh, dan rambut dapat cokan-silang darah dapat timbul dari adanya antibodi eritrosit,
menjadi kasar, kering dan rapuh. yang terdeteksi dengan uji Coomb. Trombositopenia dan leu-
Artralgia dan kekakuan sendi biasa dijumpai dan sering kopenia sering terjadi. Antibodi trombosit dapat diperagakan;
terjadi tanpa perubahan objektif. Kadang-kadang sendi yang kemungkinan trombositopenia purpura idiopatik (ITp) meru-
terkena panas dan bengkak, rasa nyerinya mungkin lebih berat pakan manifestasi pertama SLE. Urin dapat berisi sel darah
daripada yang diharapkan untuk tanda-tanda klinis tersebut, te- merah, sel darah putih, protein, dan silinder. Insufisiensi ginjal
tapi perubahan bentuk karena artritis jarang. Nekrosis aseptik dapat menyebabkan kadar urea nitrogen atau kreatinin darah
dapat mengenai tulang pada sejumlah tempat, terutama pada naik dan hasil pemeriksaan fungsi ginjal abnormal.
kaput femoris. Tenosinovitis dan miositis dapat juga terjadi, DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING SLE dapat menye-
seperti halnya fenomena Raynaud. Poliserositis (pleuritis, peri- rupai setiap penyakit reumatik. Diagnosis dibuat atas dasar kli-
karditis dan peritonitis) adalah khas dan menimbulkan nyeri nis (Tabel 150-2) dan diperkuat dengan uji laboratorium. ANA
dada, prekordial, atau perut. Hepatosplenomegali dan limfade- biasanya ada; walaupun antibodi-antibodi ini tidak diagnostik,
nophti generalisata sering dijumpai. Keterlibatan jantung da- namun tidak adanya mereka membuat diagnosis tidak mung-
paf dimanifestasikan dengan berbagai macam bising, bising kin. Antibodi terhadap DNA helai-ganda sebenarnya diagnos-
gesek, kardiomegali, perubahan elektrokardiografi, atau gagal tik tetapi mungkin tidak ada pada penderita dengan penyakit
jantung kongestif, dengan miokarditis, perikarditis, atau endo- ringan. Hipergamaglobulinemia, uji Coomb positif, uji positif-
karditis verukosa (endokarditis Libman Sacks, dikenali me- palsu untuk sifilis, anemia, leukopenia atau trombositopenia
lalui ekokardiogram atau pada pemeriksaan otopsi). Infark dan tanda-tanda nefritis dapat juga membantu secara diagnos-
miokardium. dapat menyebabkan kematian pada penderita tik. Kadar serum komplemen hemolitik dan beberapa kompo-
yang relatif muda, termasuk anak-anak. Infiltrat parenkim paru nennya menurun pada beberapa penderita dengan penyakit ak-
dapat terjadi;. tetapi infeksi harus dikesampingkan, sebelum tif; tidak adanya komplemen hemolitik yang dapat diukur atau
pneumonia dapat dianlgap berasal dari SLE. Pneumonia akut, gagal mencapai kadar normal selama terapi akan memberi ke-
perdarahan paru-paru, atau fibrosis paru yang kronis dapat ter- san kemungkinan defisiensi komplemen kongenital. Biopsi
jadi. Keterlibatan sistem saraf dapat menyebabkan perubahan ginjal atau kulit dapat memperkuat diagnosis SLE, dan peme-
kepribadian, kejang-kejang, kecelakaan serebrovaskuler, kho- riksaan patologi ginjal dapat menunjukkan tipe dan keparahan
rea, dan neuritis perifer. Manifestasi gastrointestinal meliputi keterlibatan ginjal; namun, perubahan histologis tidak selu-
nyeri perut, muntah, diare, melena, dan bahkan infark usus ruhnya spesifik. Purpura trombositopenia dan anemia hemoli-
akibat vaskulitis. Perubahan okuler dapat meliputi episkleritis, tik mungkin merupakan tanda-tanda yang ada; diagnosis
iritis, atau perubahan vaskuler retina dengan perdarahan atau banding keadaan ini harus memasukkan SLE.
150 a Lupus Eritematosus Sistemik 833

IABEL 150-2. Kritena untuk Diagnosrs Lupus bntemarosLis Slste tr.,rpus akibat-obat atau ANA akibar-obat dapat terladt pada
mik yang Direvisi Tahun 1982 irr\r r.r\ rerhadap banyak agen farmakologi yang lazim. tema-
Kriteria Definisi suk agen anti konvulsan. antihipertensif. dan isoniazid. lndr-
Ruam pipi Eritema datar atau'menonjol, yang terfiksasi, di atas
vidu yang paiing sering telkena mempunyai u.1i ANA yang po-
lonjolan pipi, cendelung mengecualikan li patan
sitif tanpa penyakit klinis. Pada lupus akibar-obat. randa-randa
nasol abial klinis umumnya kurang berat daripada t:rnda-randa klinis SLB.
Ruam diskoid. Tambalan eritematosa yang menirnbul dengan sisik Der.nanr. artritis. ruam. dein serositrs adalah vang paling sering
keratosis melekat dan penyumb*tan folikuler; ja-
dilaporkan; manil'cstasi lupu: ber;Ll. sepcrtl ltelrilis dan kctcrli-
ringan parut aroir dapat terjrdi pada lesi yang lebih
lua batan sistem sarzrf sentral tidak lazint. Keadaan ini biasanya
Fotosensitivitas Ruam scbagar hasil dari reaksi yang tidak lazim terha- responsif terhadap terapi simtomatik dan penghentian obat
ilap matahari ldiperoleh dan anamnesa penderira yang mengganggu. Pemeriksaiin laboratorium d:rpar menun-
atau pengrmatan dokter)
Ulkus muluf Ulserasi inulut atau naiofanng;,biasarit* tidak sakit,
jukkan sitopenia dan autoantibodi sepcrti faktor rcumatoiij di
dramati oleh dokter samping uji ANA positif. Uji spesifik seringkali menunjukkan
Arrrilis Ag1ltis nonerosif yang rnelibxkan dua atau iebih antibodi antihiston pada lupus akibat-obat; namun antibodi inr
sendi perifer. ditandai dengan pelernbekan, pem-
juga ditemukan pada sepertiga penderita SLE. Antibodi rcrha-
bengkakan rtau efusi
Serositis Fleuritis=:ri waya{, ny. *rt n,"urttt* y,,an g meyakinkan dap DNA helai-ganda dan kadar komplentcn yang rcndah.ja-
atau gesekrn pleura yang terdengar oleh dokter rang disertzii oleh lupus akibat-obat.
amu bukti adanya efusi pleura,
PENGOBATAN. Terapi harus didasarkan pada luas dan pa
atau
Perikarditis-yang terdokumentasi melal ui EKC, atau rahnya penyakit pada penderita perseorangan. Pender.ita I'rarus
'. gpsekart.9erikardi.u atau bukti:a$dnta.0fui peii-
:
dievaluasi secara menyeluruh, terutama untuk ketet libatan
kardium sistem organ utama seperti ginjal. Tidak ada terapi spesifik
Gangguanglpjal Proteiniria:4lEne$ilyf ang lebili Eaaldari'O;5 gr/hari
attn le!'ih besflrrdan p.,,* jif1a:litlak dilakukan peng- Obarobat yang digunakan untuk mengobati penyakit ber
hitungan iumlah fungsi menekan pcradangan dan reaktivitas imun. Pada
.atau umumnya penderita harus diobati untuk mempertahankan ke-
Silinder$eiUlei ufl$fti
Uaratrmerah,,hernogio.,
sejahteraan klinis dan normalitas serologis (komplemen dan
bin, granuler. atau campuran
Ganggpan neuro* Kejang-kejang-Sila tidak ada bbat"obat yang meng- antibodi terhadap DNA).
logi; '::: ganggu at lang.diketahui menimlrilkan.keka-
,,
Pada penderita yang menderita penyakit ringan tanpa nc-
cauan metabolik (misalnyc. uremia, ketoasidosis. fiitrs, harus menggunakan agen anti-radang nonsteroid untuk
:, [ta,il, tidakseimbiingm ele$-n]itJ-,'
memberikan peredaan ge.;ala artritis dan ketidakenakan lain-
afau
Fsikosis$ila tidak adn 6b'at.olat yang meqgganggu nya. Pemantauan yang teiiti terhadap kemungkinan perkem-
atau yang diketahui menimbulkan kekacauar meta- bangan nefritis atau keterlibaran utama lain adalah sangat
bolik {misrlnya, uremia, ketoasidosis, atau ketidak-
penting. Agen anti malaria hidroksikloroquin digunakan unruk
seimbangan elektrol it)
0angguah hema" Anemia hemolitika-den gan retikulosif osis manifestasi kulit dan diskoid lupus sistemik, tetapi harus hati-
tolo!is ttau hati karena potensi toksisitasnya pada retina. Penggunaan pre-
Leukopenia--kurang dari 4.{XJ0rmm3 total pada dua parat kortikosteroid topikal dapat menekan ruam muka.
kescurpalan 1sh:h
"1* atau
Penggunaan steroid sistemik dalam dosis yang cukup, un-
Lirntblr*rrla-!:uri*g dari L500/inmr pada dua ke' tuk menekan gejala, diperlukan pada kebanyakan penderita.
Sc r:lt;:tl 3.tt *i AU lebih Pada penderita dengan keterlibatan sistemik yang berarti tetapi
.afeu j j :r:,:, 1

Trirmbositopenia-kurang dari 100.0001.mm3;,.'",'."'


tanpa nefritis klinis dan dengan kadar komplemen serum serta
Cangguan Preparat sel LE positif antibodr DNA yang norrnal, terapi dapat juga berupa simtoma
imunologis Itau tik dengan pemantauan yang hati-hati. Kortikosteroid yang cu-
Antibodi anti-DNA rerhadap DNA alpmi pada titel
kup untuk menekan gejala-gejala harus diberikan, dengan do-
abnornral
' atau sis inisial (prednison, l-2 mglkg/24 jam mungkin diperlukan)
Anti-Sm-adanya xnlibodi terhadap antigen nukJear Sm dan kemudian dikurangi sedikit demi sedikit sampai dosis su-
atau presif terendah. Agen antimalaria dapat merupakan tambahan
Hasil uji serologis untuk sifilis yang positif-palsu.
y4lg:.kemudian diketahri, menj{$i np-,,litif,' npfcgrangt yang berguna pada terapi artritis, menghemat steroid. Pada
.:ukurangnyq:.,sElarnX,6,b,u,:l dipCrkuatdengAtr :
penderita dengan SLE dan nefritis atau dengan keterlibaran
, implifis4gi flep-,,bncruu.Fttllidum4t*u-.llii orbs!..-.. sistemik mayor, terapi harus disesuaikan untuk mempertahan-
antibodi treponema fl uoresens.
kan kesejahteraan klinis penderita dan untuk menekan penya-
Antribod-i antinuk. Suatu kelainan titer antibodi antinuklear dengan
lear , r.: ,,,imunoflu-oiebons at1qr$latu?ss.al,ekuital$n pada,r;,,, kit sistemik dan ginjal, seperti yang digambarkan dengair
.. Lug,lul$a!$4nhlla':t ll ap4tolat.yangdikgt4.,. kembalinya kadar komplemen serum sampai normai dan penu
:- hui$erhtiArin$ii,4a.qean lisindrom,fupl;r,akib .- : runan antibodi terhadap DNA daiam sirkulasi. Dosis kortrko-
obtr." l ' steroid besar untuk masa yang lama mungkin diperlukant do-
sis inisial prednison biasanya adalah 1-2 mglkgl24jam. Semua
Dari lin EM, Cohen AS, Fries JF, et al: The 1982 revised criteria for the
cla,s.sification oJ s1,57s*i, lupus erythematosus. Arthriti.s Rheun 25: 127I , 1982. efek samping terapi steroid yang tidak diinginkan dapat terjadi
+KlusrJikasi yang diusulkan didasarkan pada I ) kriteria. Untuk tujuan pen- jika dosis besar diperlukan untuk waktu yang lama. Rencana
genalun penderita pado pemeriksaan kLinis, seseorang afun dikatakan mende- pemberian steroid lainnya dapat digunakan, termasuk dosis-
rira lupus eritemdtosus sistemik jika dijumpai 4 kriteriu arau lebih dari I l
besar intravena setiap hari secara teratur atau, bila gejala telah
kriteria yang ada. secara seri atau bersamaan selama setiap intervul penga'
lt?/tt0n terkendali, dosis selang sehari. Agen seperti sikloslbsfamid
834 Bagian XVI I Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

atau k-iang lazim, azathioprine dapat merupakan agen tamba- penyembuhan spontan yang lama jarang dijumpai pada anak-
han yang efektif dalam menekan SLE berat; namun, terapi de- anak. Terapi dengan.antibiotik, kortikosteroid dan obat-obat
mikian harus digunakan dengan sangat hati-hati. Pengaruh sitotoksik telah memperpanjang ketahanan hidup dan mence-
jangka lama obat-obat tersebut, terutama pada anak, hanya se- rahkan prognosis jangka pendek pada banyak penderita lupus.
dikit yang diketahui. Efek sampingnya adalah kenaikan keren- Walaupun angka ketahanan hidup 5 tahun untuk anak-anak
tanan terhadap infeksi virus dan infeksi lainnya yang berat, melebihi 90%, sejumlah besar penderita masih terus menderita
supresi gonade, dan kemungkinan mengimbas keganasan. penyakit dan tetap berisiko mendapat sekuele yang merugikan
Agen demikian jangan pernah digunakan pada penderita SLE di masa mendatang. Penyebab utama kematian pada penderita
ringan atau pada mereka yang penyakitnya dapat dikendalikan SLE adalah nefritis, komplikasi sistem saraf sentral, infeksi,
dengan memuaskan dengan kortikosteroid saja. Pengalaman lupus paru, dan infark miokardium. Prognosis akhir untuk lu-
menunjukkan bahwa terapi dengan siklosfosfamid (Cytoxan) pus berat yang mulai timbul pada masa kanak-kanak tetap ha-
intravena secara teratur membeii harapan pada penatalak- rus dipastikan.
sanaan lupus berat pada masa kanak-kanak; pengobatan demi-
kian harus dilakukan hanya oleh spesialis yang berpengalaman
dalam n.renggunakannya.
Kejang-kejang dan manifestasi sistem saraf sentral lain bia- Angelini L, Ravelli A, Caporali R, et al: High prevalence of antiphospholipid
antibodies in children with idiopathic cerebral ischemia. pediatrics 94:500,
sanya disertai dengan penyakit aktif yang berat dan perlu pe- 1994.
ngendalian SLE yang sungguh-sungguh. Penyakit sistem saraf Austin HA III, Klippel JH, Balow JE, et al: Therapy of lupus nephritis: Con-
sentral terjadi secara episodik pada penderita SLE dan ke- trolled trial of prednisone and cytotoxic drugs. N Engt J Med 314:614.
mungkinan tidak pernah kambuh jika penderita ditolong sela- 1986.
Barron KS, Silverman ED, Gonzales J, Reveille JD: Clinical, serologic, and
ma episode akut dan penyakit selanjutnya dikendalikan. Lupus 'irnmunogenetic studies in childhood onset systemic lupus erythematosus.
sistem saraf sentral harus selalu dibedakan dari infeksi dan Afthdtis Rheum 63:348, 1993.
psikosis steroid. Cameron JS: Lupus nepkitis in childhood and adolescence. pediatr Nephrol
Karena timbulnya kemungkinan bahwa penyakit 8:230,1994.
ini diaki-
George PM, Tunnessen WW: Childhood discoid lupus eryrhemarosus. Arch
batkan-obat, maka harus diajukan pertanyaan mengenai ke- Dermatol 129:613, 1993.
mungkinan adanya agen-agen pengganggu; obat-obat yang di- Hess E: Drug related lupus. N Engl J Med 318:1460, 198?.
ketahui terkait dengan SLE pada umumnya harus dihindarkan Hughes CRV: The antiphospholipid syndrome: Ten years on. Lancer 342'341.
dari para penderita penyakit ini. 1993.
Kaufman DB, Laxer RM, Silverman ED, et al: Systemic lupus erythematosus
Penderita dengan antibodi antifosfolipid (antikoagulan lu- in childhood and adolescence. The problem, epidemiology, incidence, sus-
pus) dapat memperlihatkan trombosis vena dan arteri, kehi- ceptibility, genetics, and prognosis. Curr Probl pediatr 16:545, 19g6.
langan janin berulang, migrain, stroke, serangan iskemia se- Lacks S, White P: Morbidity associated with childhood systemic lupus erythe_
matosus. J Rheumatol 17:941,1990.
mentara, nekrosis tulang avaskuler, mielitis transversal, hiper-
Laitman RS, Glicklich D, Sablay LB, et al: Effect of long rerm normalization
tensi puimonal, emboli paru, livedo (diskolorisasi) retikularis, of serum complement levels on the course of lupus nephntis. Am J Med
ulkus kaki atau trombositopenia. Terapi steroid atau sitotoksik ' 87:132,1989.
dapat menurunkan kadar antikoagulan lupus, dan pemberian Lang BA, Silverman ED: A clinical overview of systemic lupus erythemato_
agen antitrombosit atau antikoagulan terindikasi. sus in childhood. Pediatr Rev l4:194, 1993.
Lehman TJ, McCurdy DK, Bemstein GH, et al: Systemic lupus erythemarosus
Diansis dan transplantasi ginjal merupakan terapi tambah- in the first decade of life. Pediatrics 83:235, 1989.
an untuk nefritis lupus yang berat (lihat Bab 489 dan 490). Lehman TJ, Sherry DD, Wagner-Weiner L, et al: Intermittent intravenous cy-
Pemantauan yang sangat teliti adalah hal yang amat pen- clophsphamide therapy for lupus nephritis. J pediatr I 14:1055, 19g9.
ting dalam pengobatan semua penderita SLE, meliputi peman- Levy M,.Montes de Oca M, Claude-Banon M: Unfavorable outcomes (end-
stage renal failure/death) in childhood onset systemic lupus erythematosus.
tauan status klinis, ginjal dan serologis penderita. Setiap tanda- A multicenter study in Paris and its environs. Clin Exp Rheumatol
tanda penjelekan penyakit harus segera dikenali dan ditangani l2(Suppl 10):563, 1994.
dengan tepat. Karena tidak ada penyembuhan, penyakit ini Massengill SF, Richard GA, Donnelly WH: Infantile systemic lupus erythe-
berpotensi sampai seumur'hidup. dan penderita harus dipantau matosus with onset simulating congenital nephrotic syndrome. J pediatr.
124:27,1994.
selama bertahun-tahun. Lupus yang aktif harus dipertimbang- Molta C, Meyer O, Dosquet C, et al: Childhood onset systemic lupus erythe,
kan sebagai suatu keadaan gawat-darurat yang memerlukan matosus: Antiphospholipid antibodies in 37 patients and their first degree
evaluasi segera dan terapi sungguh-sungguh untuk mengenda- relatives. Pediatrics 92:849, 1993.
likannya sebelum terjadi keterlibatan sistem organ yang tidak Moore ME, McGrory CH, Rosenthal RS (eds): Learning About Lupus: A
UserFriendly Guide. Ardmore, PA, Lupus Foundation, 1991.
dapat diperbaiki.
Ramirez-Seijas F, Cepero-Akselrad A: Systemic lupus erythematosus in chil-
PROGNOSIS. SLE sebelumnya dipandang berkemungkinan dren. Int Pediatr 8:334, 1993.
atau secara seragam merupakan penyakit masa kanak-kanak Ravelli A, Caporali R, Bianchi E, et al: Anticardiolipin syndrome in child_
yang mematikan. Sekarang, anak-anak yang menderita penya- hood: A report of two cases. Clin Exp Rheumatol g:95, 990.
1

Tucker LB: Antiphospholipid syndrome in childhood: The great unknown.


kit yang lebih ringan dapat dikenali, dan tampak bahwa tidak Lupus (in press).
semua anak mengalami keterlibatan organ utama yang berat.
Walaupun terjadi eksaserbasi dan penyembuhan yang spontan,
151 r Sindrom Vaskulitis 835

Terapi untuk ja-nin dan ibu adalah kortikosteroid dan agen

f Bae 151 imunosupresif; plasmaferesis telah diusulkan dan dicoba pada


beberapa keadaan, tetapi hasilnya tidak pasti. Prognosis pada
blokade jantung kongenital harus diperhatikan; lebih darj 50c/o
Lupus Neonatus anak yang terkena memerlukan pacu jantung, kadang-kadang
daiam bulan-bulan pertama kehidupan, dan informasi dari pe-
mantauan memberi kesan bahwa sebanyak 30Vo anak mening-
Jane Green Schaller
gar.
Penyakit hati dalam bentuk hepatitis kolestatik telah dite-
mukan pada beberapa bayi dengan lupus neonatus. penyakit
Lupus neonatus terjadi pada bayi dari ibu yang mempunyai hati tampak membaik jika bayi bertahan hidup dari setiap
antibodi terhadap Ro/SSA; kebanyakan juga mempunyai anti- manifestasi jantung yang menyertai.
bodi terhadap LalSSB. Ibu ini seringkali tampak baik secara Beberapa laporan telah menjelaskan apa yang tampaknya
klinis. Beberapa menunjukkan tanda-tanda klinis penyakit reu- menjadi SLE yang sebenarnya pada bayi, terutama dalarr
matik, yang paling sering adalah sindrom Sjogren, kadang- hubungannya dengan sindrom nefrotik. Beberapa orang de-
kadang lupus eritematosus sistemik (SLE). Bayi-bayi yang wasa muda yang menderita sindrom lupus neonatus beberapa
terkena dapat menderita ruam, trombositopenia, atau blokade tahun kemudian menderita SLE.
jantung kongenital; penyakit hati, anemia hemolitik, dan leu-
kopenia tidak begitu sering dilaporkan. Sindrom lupus neona-
Buyon JP, Winchesrer RJ, Skade SG, et al: Identification of mothers at risk for
tus dianggap disebabkan oleh pengaruh faktor-faktor marernal congenital heart block and other neonatal lupus syndromes in their children.
pada janin, tetapi patogenesis yang tepat tetap belum pasti. Athritis Rheum 36:1263. 1993.
Blokade jantung kongenital disebabkan karena cedera sistem Buyon JP: Congenital complete heart block. Lupus 2:291, 1993.
Buyon JP, Ben-Chetrit, Karp S, et al: Acquired congenital heart block: pattern
hantaran jantung .janin; keadaan ini tidak reversibel. Manifes-
of maternal antibody response to biochemically defined antigens of th-
tasi sindrom lupus neonatus lainnya ditemukan segera sesudah SSA./Ro-SSB/La sysrem in neonatal lupus. J Clin Invest 84:627, 19g9.
lahir, tetapi manifestasi-manifestasi itu berkurang dalam satu Buyon JP: Neonatal lupus syndromes. Cun Opin Rheumatol 6:523,1994.
tahun pertama kehidupan. Peran yang pasti antibodi Ro/SSA Jackson R, Gulliver M: Neonatal lupus erythematosus progressing rnro sys-
temic lupus erythematosus: A 15 year follow up. Br J Dermatol l0l:gl,
dan LalSSB belum ditentukan; pada saru model eksperimental
1979.
menggunakan kelinci dewasa, blokade jantung terimbas oleh Julkunen H, Kaaja R, Wallbren E, et al: Isolated congenital heart block: Fetal
infus antibodi Ro/SSA. Hanya sebagian kecil ibu dengan anri- and infant outcome and familial incidence of heart block. Obstet Gvnecol
bodi ini yang mempunyai bayi dengan sindrom lupus neo- 82:11,1993.
Julkunen H, Kurki P, Kaaja R. er al: lsolated congeniral heart block: Long
natus, dan ada pertentangan yang tajam mengenai sindrom ini
term outcome of mothers and characterization of the immune response to
pada anak yang dilahirkan dari ibu yang sama dan bahkan SS-A/Ro and to SS-B/La. Arthritis Rheum 36:1588. 1993.
pada kembar dizigot dengan antibodi Ro/SSA atau LalSSB, Laxer RM, Roberts EA. Gross KR, et al: Liver disease in neonatal lupus ery
memberi kesan bahwa faktor genetik atau lingkungan lainnya thenlatosus. J Pediatr i l6:2.18. i990
I-ce LA. Reichlin M. Ruyle SZ. lVesron WL: Neonatal lupus liver disease. Lu_
mungkin penting dalam patogenesis.
pus 2:333. 1993
Kelainan yang paling sering adalah ruam yang secara klinrs Watluck J, Buyon JP: Autoantibody associated congenital heart block: Out-
dan histologis khas lupus kulit. Ruam berkembang dalam usia comc in mothers and children. Ann Intern Med 120:544, 1994.
minggu-minggu pertama dan menghilang selama masa bebera- Watson R, Kang JE, May M, et al: Thrombocytopenia in the neonatal lupus
syndrome. Arch Dermatol 124:560, 1988.
pa bulan. Lesi dapat terjadi pada badan, tungkai atau muka.
Watson RM, Scheel JN, Petri M, et al: Neonatal lupus erythematosir.;: Repon
Mereka sering rnenganggap bentuk sirsinata eritematosa sa- of serological and immunogenetic studies in twins discordant for congenital
ngat menyerupai lesi lupus kulit subakut pada orang dewasa, heart block. Br J Dermatol 130:342,1994.
yaitu keadaan lain yang disertai dengan antibodi terhadap Wolach B, Choc I, Pomeranz A, et al: Aplastic anemia in neonatal lupus ery_
thematosus. Am J Dis Child 147:941- 1993
Ro/SSA dan LalSSB. Trombositopenia pada lupus neonatus
diperantarai antibodi dan berkurang juga dalam bulan-bulan
pertama kehidupan.
Blokade jantung kongenital merupakan keadaan perrnanen
yang biasanya menjadi jelas selama kehidupan janin. Keba-
nyakan bayi dengan blokade jantung kongenital murni,.yang
I Bee I52
kita anggap sebagai suatu bentuk penyakit jantung kongenital
yang jarang, mempunyai ibu dengan antibodi terhadap Ro/ Sindrom Vaskulitis
SSA; banyak dari ibu-ibu ini tidak menderita penyakit reu-
matik yang jelas secara klinis. Terdapat sedikit informasi me- Jane Green Schaller
ngenai patologi sistem konduksi pada penyakit ini, tetapi fi-
brosis, radang, dan pengendapan imunoglobulin telah ditemu-
kan pada beberapa keadaan. Fibroelastosis endokardium telah
dilaporkan, dan miokarditis janin telah digambarkan sebagai Pada sindrom radang pembuluh darah ini, berbagai pola
bagian dari sindrom tersebut. Blokade jantung kongenital ha- penyakit tergantung pada ukuran dan lokasi pembuluh darah
lus dicurigai jika frekuensi jantung janin rendah, dan antibodi yang terkena (Tabel 152-1). Vaskulitis dapat merupakan pe-
terhadap RoiSSA dan LalSSB harus dicari dalam serum ibu. nyakit primer atau dapat merupakan akibat dari gangguan ja-
836 Bagian XVI . Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

IAIII'I,[, 152-1. Vaskulrtis pada Anak-Anak


Sihdrom,-,-], ,,' , :,Peilyakit,'....=r.::::i ?oliArteritis

ringan ikat, infeksi, atau proses lainnya, Radang ini dapat ter- Berbeda dengan kebanyakan penyakit reumatik lain.
batas pada kuiit atau terdapat pada banyak organ. Bila yang vaskulitis Henoch-Schonlein dan poliarteritis nodosa terutama
terlibat pembuluh darah nonmuskuler kecil, penyakit mengam- mengenai anak laki-laki. Pada masa kanak-kanak, vaskulitis
bil benruk vaskulitis Henoch-Schonlein (purpura anafilaktoid). Henoch-Schcinlein dan penyakit Kawasaki adalah tipe yang
Bila yang terlibat arteri-arteri muskuler yang lebih besar, pe- paling sering ditemukan; poliarteritis dan variasinya jarang.
nyakitnya disebut poliarteritis nodosa; varian yang termasuk
granulomatosis Wegener. Pada arteritis Takayasu, aorta dan
pembuluh darah besar lainnya merupakan tempat-tempat pera- 152.I PUfpUrA HenOCh-SChijnlein AIAU
dangan. Terladi beberapa tumpang tindih pada sindrom ini: ka-
dang-kadang, pada penderita yang sama, berbagai ukuran Vaskulitis
pernbuluh darah dapat terkena. Poliarteritis infantil dan penya- (Purpura Anafitaktoid)
krt Kawasaki ditandai oleh vaskulitis arteri-arteri koronaria be-
sar dan sedikit pembuluh darah sentral besar yang lain. Ra- Sindrom khusus ini dikemukakan oleh Heberden sebelum
dang pembuluh darah juga terjadi pada penyakit-penyakit reu- tahun 1800; pada tahun 1830, Schonlein mengemukakan ruam
matik lainnya pada anak, terutama lupus eritematosus, derma- khas dan manifestasi sendi, dan pada tahun 1870, Henoch
tomiositis dan sklerodema; pada hipertensi; dan pada pembu- mengenali manifestasi gastrointestinal dan ginjal, Osler me-
luh daral.r yang terpapar pada infeksi lokal, trauma atau trom- nunjukkan adanya persamaan antara penyakit ini dengan
boemboli. reaksi hipersensitivitas, eritcma multiforme, dan penyakit se-
Penyebab gangguan ini tidak diketahui. Vaskulitis Henoch- rum. Lesi kulit merupakan tanda yang paling jelas: lesi viseral
Schonlein dan poliarteritis dapat menyertai paparan terhadap tidak begitu mudah dikenali tetapi lebih serius. Manifestasi
agen inf'eksi, obat atau alergen. Pada penyakit serum (lihat Bab primer disebabkan oleh vaskulitis pembuluh darah kecil.
l4l), vaskulitis disebabkan oleh pengendapan kompleks imun. Penyebabnya tidak diketahui. Alergi atau sensitivitas obar
Polialteritis nodosa telah dihubungkan dengan hepatitis B, de- memainkan peran pada beberapa penderita. penyakit dapat
ngan cedera vaskuler yang agaknya disebabkan oleh kompleks menyertai infeksi saluran pernapasan atas, kadang-kadang
imun antigen virus dan antibodinya. streptokokus; kelompok kasus tanpa kejadian yang .jelas men-
152 | Sindrom Vaskulitis 837

tampak dalam kelompok, dan mungkin ada suatu variasi pada


setiap saat. Di samping lesi yang khas ini, berbagai pola eri-
tema multiforme dan eritema nodosum mungkin jarang terjadi
dan jarang gatal. Angioedema yang melibatkan kulit kepala,
kelopak mata, bibir, telinga, punggung tangan dan kaki, pung
gung, skrotum, dan perineum adalah umum dan mungkin
mencolok, terutama pada anak-anak kecil. Seluruh segmen
anggota gerak seperti lengan atas, mungkin bengkak dan lunak
sementara.
Artritis ter.ladi pada duapertiga anak yang terkena. Sendi
besar terutama lutut dan sendi kaki, paling sering terlibat.
Sendi yan-e terkena dapat membengkak, lunak dan nyeri pada
gerakan. Bila ada efusi, menunjukkan oairan serosa; cairan rni
Gambar 152-1, Purpura Henoch-Schcinlein (purpura anafilaktoid) (Dari Kon- tidak hemoragis. Gejala-gejala sendi biasanya mereda sesr.rdah
ing GW: Hautkrankheiten bei Kinderen und Jugendlichen, 3rd ed. Stuttgart. beberapa hari tanpa deformitas sisa atau cedera artikuler tetapi
Cermany. FK Schattauer Verlag 1982). Lihatjuga bagian berwarna. dapat kambuh selama masa penyakir aktil.
Gejala gatrointestinal tarnpak pada lebih dari 50% anak
yang terkena. Keluhan yang paling sering adalah nyeri kolik
abdomen, yang mungkin berat dan sering disertai dengan
muntah. Tinja menarnpakkan darah yang banyak atau tersem-
dorong timbulnya penyakit telah dilaporkan. Sindrom dapat bunyi pada iebih dari 507o pegderita, dan dapat ter.ladi hemate-
terjadi pada setiap umur; lebih sering pada anak-anak daripada mesis. Kegagalan untuk mengenali sindqom ini pada anak-
orang dewasa, dengan kebanyakan kasus terjadi pada anak be- anak, yang dimulai dengan nyeri abdomeir akut mendadak, da-
rusia 2-8 tahun. Anak laki-laki yang terkena dua kali lebih ba- pat menyebabkan tindakan laparotomi yang tidak diperlukan.
nyak daripada anak perempuan. Pada kasus demikian,.. eksudat peritoneum, kelenjar getah
PATOLOGI. Pada kulit, pembuluh darah kecil dikelilingi bening mesenterika meinbesa., edema segmental dan mungkrn
oleh suatu reaksi peradangan leukositoklastik akut yang terdiri ada perdarahan ke,dalam dinding usus. Roentgenogram gas-
dari sel polimorfonuklear dan sel bulat; eosinofil dan bisa di- trointestinal dapal menunlukkan pengurangan motiliras dan
danati berbagai jumlah sel darah merah. Endapan IgA kulit te- penyempitan segmental, agaknya terkait dengan edema dan
lah diperagakan. Kapiier adalah yang paling sering terlibat, perdarahan sub'mukosa. Jarang, namun iiapat terjadi intus,
tetapi arteriola dan venula kecil dapat juga terkena. Puing- susepsi,,obstruksi atau infark dehgan perforasi usus.
puing nukleus tersebar, edema, dan pembengkakan serabut- Keterlibatan ginjal terjadi pada 25-50% anak selama fase
serabut kolagen terdapat berdekatan dengan pembuluh darah akut, sebagian frekuensinyavtergantung pada pemeriksaan
yang terkena. TempaGtempat peradangan atau perdarahan yang adekuat. Biasanya bermanifestasi dalam bentuk hematu-
lainnya dapat meliputi sinovium, saluran gastrointestinal, dan ria dengan atau tanpa silinder, atau proteinuria selama bebera-
sistem saraf pusat. Edema dan vaskulitis dinding usus dapat pa minggu pertama penyakit; kadang-kadang permulaan keter-
menyebabkan intussusepsi, jarang sampai perforasi dan dapat libatan ginjal nampak belakangan sesudah manifestasi lainnya
menyerupai penyakit radang usus. Pada ginjal, terdapat pe- menjadi tenang. Sindrom nefrotik, azotemia sedang, hiperrensi.
nambahan fokal dari sel-sel dan matriks mesangial setempat, oliguria dan ensefalopati hipertensif kadang-kadang dapat ter
glomerulitis fokal, dan yang jarang, perubahan difus. Imuno- jadi. Kebanyakan anak dengan.keterlibatan ginjal sembuh. wa-
fluoresens menunjukkan endapan mesangial IgA dan kadang- laupun beberapa anak kemudian berlanjut mengalami kelainan
kadang lgC dan komplemen. sedimen urin, dengan atau tanpa kelainan fungsi gtnJal; bebe
rapa anak akan mengalami penyakit ginjalkronis dalam bebe,
MANIFESTASI KLlNlS. Mirlainya penyakit dapat akut, de-
rapa tahun fase akut purpura Henoch- Schonlein.
ngan penampakan beberapa manifestasi secara simultan, atau
bertahap, dengan penampakbn berbagai manifestasi berurutan Suatu manifestasi yang jarang tetapi berkemungkinan se-

selama masa beberapa minggu. Berbagai kombinasi gejala dan rius adalah keterlibatan sistem saraf sentral, berupa kejang-
tarrda dapat terjadi. Malaise dan demam ringan dijumpai pada kejang, paresis dan koma. Hepatosplenomegali dan limfadeno-
507c penderita. pati dapat juga terjadi selama fase akut penyakit. Jarang ada
Lesi kulit ada pada semua penderita yang dikenali; tidak perdarahan intramuskuler, nodulus seperti-reumatoid, keterli-
diketahui apakah manifestasi terjadi bila tidak ada ruam. Lesi batan jantung, keterlibatan mata, dan pembengkakan testrs
biasanya tampak pada ekstremitas bawah dan ekor tetapi dapat serta perdarahan yang telah dilaporkan.
melibatkan ekstremitas atas, badan,.dan muka (Gb. 152-l). Hasil akhirnya sangat baik bila tidak terdapat penyakit gin-
Manifestasi dermatologis sangat bervariasi. Lesi klasik mulai jal yang berarti. Perjalanannya bervariasi. Penyakitnya sering
sebagai bilur kecil atau makulopapula eritematosa. Lesi pada ringan, berakhir selama beberapa hari, hanya dengan artritis
mulanya pucat pada penekanan, tetapi kemudian kehilangan yang bersifat sementara dan sedikit bintik-bintik purpura. Pada
sifat ini dan biasanya menjadi petekia atau purpura. Daerah anak yang terkena lebih berat, rat^-raIa lamanya adalah 4-6
purpura berkembang dengan cara ekimosis biasa, berubah dari minggu, tetapi selanjutnya dapat terjadi eksaserbasi dan re-
merah ke warna.ungu! menjadi seperti warna karat, dan misi. Kadang-kadang penyakit dapat menetap selama I tahun
akhirnya menghilang. Purpura sering dapat diraba. Lesi kulit atau lebih lama.
838 Bagian XVI I Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

TEMUAN LAB0RATORIUM. Hasil uji laboratorium ridak derita kelainan sedimen urin selama bertahun-tahun; prognosis
diagnostik. Laju endap darah (LED) mungkin naik. Angka sel akhir pada penderita ini tampak baik.
darah putih sering naik, dan mungkin ada eosinofilia. Pemerik-
saan koagulasi normal. Pada keterlibatan ginjal, sel darah
merah, sel darah putih, silinder, dan albumin terdapat dalam 152.2 Penyakit Kawasaki
urin. Mungkin dijumpai darah yang banyak atau tersembunyi (Sindrom Kelenjar Getah Bening Mukokutan, poliarteritis lnfantil)
dalam tinja. Tidak ada faktor reumatoid atau antibodi antinuk-
lear (ANA). Titer komplemen serum nornal atau naik. Kadar Penyakit Kawasaki adalah suatu keadaan demam yang me-
IgA serum naik pada lebih dari 50Vo pendefita. ngenai anak dan terutama karena kaitannya dengan vaskulitis
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING. Gambaran lengkap pembuluh darah koronaria besar dan kumpulan keluhan sis-
adanya ruam, artritis dan manifestasi gastrointestinal serta gin- temik lainnya. Pertama kali dilaporkan pada anak-anak Jepang
jal adalah khas. Kerancuan diagnostik dapat terjadi bila terda- sesudah Perang Dunia II, serupa dengan keadaan yang jarang,
pat satu gejala yang menonjol atau bila tidak mengetahui ada- yang sebelumnya disebut poliarteritis infantil. penyakit Kawa-
nya keterlibatan banyak sisiem. Ruam dapat memberi kesan saki teiah mengungguli demam reumatik sebagai penyebab
diatesis hemoragis atau septikemia; angka trombosit, uji pen- utama penyakit jantung didapat pada anak di Amerika Serikat,
jendalan darah dan biakan dapat menyingkirkan kemungkin-
yang telah dikenali di seluruh dunia dan tampaknya frekuensi-
an-kemungkinan ini. Penderita dengan septikemia kelihatan nya semakin bertambah. Penyakit ini terjadi secara sporadis
sakit lebih akut. Bila manifestasi gastrointestinal menonjol, atau dalam bentuk epidemik. Yang terutama terkena adalah
sindrom dapat memberi kesan sejumlah kedaruratan intra- anak yang berusia 5 tahun atau kurang; keadaan ini sangat ja-
abdomen atau penyakit radang usus. Kemungkinan purpura rang dijumpai pada orang dewasa. Walaupun penyakit Ka-
Henoch-Schonlein harus dipikirkan pada setiap anak dengan wasaki telah diuraikan pada semua kelompok ras, namun tam-
nyeri abdomen yang akut, dan dilakukannya penelitian terha- pak adanya kecenderungan terjadi pada orang Jepang, dan ke-
dap adanya ruam, angioedema, artritis atau nefritis yang me- adaan ini agaknya jarang terjadi pada beberapa daerah geo-
nyertai. Dengan penemuan ginjal yang menonjol, dapat me- grafis seperti Afrika sub-Sahara. Tidak dijumpai bukti adanya
ngesankan suatu glomerulonefritis akut; manifestasi vaskulitis penularan dari orang-ke-orang. Penyebabnya masih belum di-
Henoch-Schonlein lainnya akan memungkinkan diferensiasi. ketahui, tetapi toksin bakteri yang serupa dengan toksin stafi-
Pada anak yang menderita penyakit ginjal kronis, riwayat ada- lokokus dari sindrom syok toksik mungkin terlibat dalam
nya vaskulitis Henoch-Schcinlein akut harus dicari. Diferensi- patogenesisnya. Stafilokokus dan streptokokus hemolitik yang
asi dengan penyakit reumatik lainnya sering mudah dilakukan. menghasilkan toksin demikian telah dibiakkan dari anak-anak
Pada polizrteritis nodosa, perubahan neurologis perifer dan yang menderita penyakit Kawasaki pada suatu penelitian pen-
manifestasi jantung lebih lazim, tetapi untuk membedakan dahuluan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan, untuk
manifestasi klinisnya dari manifestasi klinis purpura Henoch- mencari peran langsung dari agen-agen infeksi seperti retro-
Schonlein mungkin sukar dilakukan. virus atau ricketsiae pada keadaan ini, belum dapat membukti-
PENGOBATAN. Tidak ada terapi yang spesifik. Pada keada- kannya. Tidak ada bukti bahwa autoimunitas memainkan pe-
an yang jarang di mana adanya alergen spesifik dapat dibukti- ran pada patogenesis; penemuan jumlah subset sel-T yang me-
kan, penderita harus menghindari antigen. Bila penyakit me- ningkat (Sel T-positif-Vp2) cocok dengan rangsangan toksin
nyertai infeksi bakteri, terutama penyakit streptokokus, organ- superantigen.
isme harus dilenyapkan dan jika penyakit kambuh, pikirkan MANIFESTASI KLlNlS. Diagnosis didasarkan pada peragaan
pemberian profilaksis. Pengobatan simtomatik terindikasi un- tanda-tanda klinis yang khas (Tabel 152-2). Kasus-kasus ati-
tuk artritis, ruam, edema, demam, dan malaise. Obat-obat anti-
radang non-steroid biasanya meredakan ketidak-enakan yang
sembuh sendiri ini. TABEL 152-2 Kriteria Diagnostik untuk Penyakit Kawasaki
Perdarahan intestinal, obstruksi, intussusepsi atau perforasi
pada fase akut dapat mengancam jiwa; komplikasi ini dapat di-
tangani dengan penggunaan kortikosteroid secara dini. Terapi
dengan prednison, l-2 mgkg24 jam, sering disertai dengan
perbaikan yang dramatis. Terapi kortikosteroid juga diindika-
sikan pad;: sedikit penderita yang disertai manifestasi sistem
saraf sentral atau sindrom nefrotik. Gagal ginjal akut harus di-
tangani dengan cata yafig sama seperti glomerulonefritis akut
(lihat Bab 465). Terapi untuk nefritis berat dengan obat-obat
seperti kortikosteroid, azathioprin, dan siklofosfamid tetap
eksperimental dan jarang dibenarkan.
PROGNOSIS. Jarang, namun'dapat terjadi kematian selama
fase akut, akibar komplikasi gastrointestinal (misalnya, perda- Pernyataan konsensus yang dipersiapkan oleh North American participants of
rahan, intusussepsi, infark usus), gagal ginjal akut, atau keter- the Third Intemational Kawasaki Disease Symposium, To\to, Japan, Decem-
ber 1988. Pediarr Infett. Dis. J. 8:663, 1989 @ by Williams & Wilkins, 1989.
libatan sistem saraf sentral. Di kemudian hari, penyakit ginjal
Banyak pakar )ang percuya bahwa, bila ada tandaianda klasik, diagnosis
kronis dapat menyebabkan morbiditas pada beberapa penderi- penyakit Kawasaki dapat ditegakkan (dan dilakukan pengobatan) sebelum
ta. Sekitar 25Vo anakdengan keterlibatan ginjal yang dini men- hari ke-S demqm oleh iitdividu yang berpengalaman).
152 t Sindrom Vaskulitis 839

TABEL 152-3. Penyakit Kawasaki Fase, Komplikasi dan Tingkat Arteritis pada Penderita yang T'idak Diobari
ilandilrl*ititlil itknr ffibakut I(ofivalesc* Kro s

Lamflpta .,: -,';.:ti Ir tr I hari''::i r;;;i:-:r= n:l l hari 21.60 haii ? tah*il
.:F,atidait6nda l<Iifi ii*

t, bahantimgkai;.irita- par terjadi Dilatasi aneurisma pem-

, ,|,,-...4 "'1*:u*otffii'*u*t;ruffffi *' K ;;uti"ttp*$;,;


Korhptikas,i ' ,.i::: Arrritis dini Aneurisma koronaria Artritjs dapat menetap Dapal terJadi angina peF

.. a:::.:a:. tlt:: ::.:.::


Miokarditis Artritis mulai-lambat Aneuriima koronaria dan
:'
' t$r'l$.;s,tenogis r.korcna:
Perikard itis Insu{isiensi mitral ,,pq1,iter alput *inftap na. atau tnsutlslensl
,,,$u{lsien Bi fii@ -.'."::= Pengumpulan air Noffi alisa$i reaktan fase
.
miolcaid.iultr ,,,, .. ..
Cagal jantung kongestif thydrops'l kandung aKut
.lridosiklitis empedu .i;;',-;, ,=:-.
lvlentnulU-q Peneb-iup.,as'# ftUlit iljung i ,
a;.Lt::.'. :,li,illl:ii
jari-jemari kaki dan

Ftiu*'*-fffitffi tangan
Trombositosis
Trombosis koronaria
)
1:1:11
:-;.;
;:
:.,11,:,::11t,!;l i
;;:'1;t:i;
it,,1i,ltrrltrliiiljfjiifi dengan infark lll:'rl : -::
Berkoiela$ii$.e=iry-! ; Perivaskulitis, vaskulitis Aneurisma, trombus. ste- Psjgllr$ gftil {adangi Pefi.Ihfl kf,niiarlngan
ulerri:= "r:
kapiler, iit"riota"
rlula
""-
nosls artefl uKuran-me-
dium. panvaskulitis,
..r.:i'Vaskulel - patut
Penebalan intima
ci. fi*1. to.ri. :., edema dinding pembu-
'

lat'a
r;=dflns dal}'ifi,.i**,='.' luh darah
Miokarditis kurang me-
j .j:
r noniql'llr
, .:i: i iiirrJl I :

, :-
Penyebab,l{ea$!ig6
:]t ,,rl : ,1f,11i1
Miokarditis
, ii;i,,,i',:.. :. ,i:,-
Infarkmioknrdium i:i,,, Idnrftffii$k#dium'=: Infalkj miokatdium
R;;";;;,;i;;"
''

F#illt j[x1*ne,i;.k#k :::,:,,.

Miokarditis

Dikutip dari Hicks RV, Melish ME; Kawasaki syndrome. Pediatr Clin North Am 3 l : l 1 51 , 1986

pik menampakkan sedikit tanda awal tetapi kemudian dila- Dapat terjadi artritis sementara, terutama pada anak-anak
porkan adanya lesi arteri koronaria khas. Penderita atipik, yang lebih tua; pembengkakan sendi yang nyeri biasanya si-
yang seringkali berusia kurang dari I tahun, dapat mengalami metris dalam penyebarannya, dan dapat mengenai sendi besar
salah diagnosis saat masuk (gastroenteritis, sindrom virus, sep- maupun kecil. Manifestasi akut lainnya adalah diare, munlah,
sis). dan tingkat morbiditas tinggi. nyeri perut, kandung empedu berisi cairan (hidrops), miositis,
Mulainya penyakit biasanya mendadak, ditampakkan de- meatitis dengan piuria steril, timpanitis, stomatitis ulseratif,
ngan timbulnya demam tinggi yang terus-menerus (biasanya batuk (kadang-kadang disertai dengan infiltrat paru), rinorea,
lebih tinggi dari l04oF) yang bertahan selama 1 minggu atau meningitis aseptik, kejang-kejang, kelumpuhan saraf kranial
lebih dan tidak responsif terhadap terapi antibiotik. Tanda- atau perifer, dan hepatosplenomegali. Iridosiklitis mungkin di
tanda khas lainnya adalah konjungtivitis bilateral tanpa koto- temukan pada anak yang menjalani pemeriksaan lampu celah.
ran, bibir pecah-pecah eritematosa kering, lidah stratberry Hampir semua anak yang terkena iritabel, dan banyak yang
(serupa dengan lidah yang tampak pada infeksi streptokokus), mengalami perubahan status mental. Aneurisma arteri perifer
dan mukosa faring oral terinjeksi. Limfadenopati dapat me- besar (aksilaris, poplitea) dan bukti adanya gangguan vaskuler
ng:nai satu atau beberapa kelenjar, biasanya servikal, atau distal kadang-kadang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik.
mungkin jarang menyeluruh; kelenjar tidak bernanah, dapat Keterlibatan jantung merupakan manifestasi paling penting
besar, dan biasanya tidak lunak. Erupsi kulit eritematosa dapat penyakit Kawasaki. Sepuluh sampai empat puluh persen anak
mengenai tubuh, muka, atau tungkai; ruam dapat berbentuk yang tidak diobati mempunyai bukti adanya vaskulitis koro-
makulopapuler, morbiliformis, atau eritema multiformis. Ada naria dalam minggu-minggu pertama penyakit, yang ditam-
erupsi perineum eritematosa, terkelupas pada banyak penderita pakkan oleh dilatasi atau pembentukan aneurisma pada arteria
selama minggu pertama menderita penyakit. Sesudah beberapa koronaria seperti tampak pada ekokardiografi dua-dimensi. Uji
hari sakit, tangan dan kaki menjadi edema, membengkak dan ini harus dilakukan pada semua anak yang diketahui atau
nyeri; terjadi pengelupasan kulit dari ujung jari tangan, ujung diduga menderita penyakit Kawasaki pada saat presentasi dan
jari kaki, telapak tangan, dan telapak kaki, biasanya selama juga selama 2 minggu pertama penyakit. Manifestasi klinis ar-
minggu ke-2-3 penyakit (Tabel 152-3). Penge-lupasan kulit teritis koronaria meliputi tanda-tanda iskemia miokardium
dapat juga melibatkan daerah badan yang 1ain. atau jarang infark miokardium yang jelas atau aneurisma ter-
840 Bagian XVI a Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

obek" Dapat juga terjadi perikarditrs, miokarditis, endokarditis, rikan pada awal penyakit mencegah keterlibatan pembuluh
gagaljantung, dan aritmia (lihar Tabel 152-3). koronaria, sebagaimana yang diperagakan oleh ekokardiograf.
TEMUAN LABORATORIUM, Tidak ada uji diagnostik. Leu- Regimen yang dianjurkan terdiri atas infus intravena 2glkg di_
kosito"is dengan bentuk-bentuk imatur terlihat menonjol dan berikan sebagai dosis tunggal selama 10-12 jam. Terapi-yang
trombositosis (pada minggu ke-2-3) dapat mencolok; sering diberikan dalam 10 hari sejak timbulnya penyakit tampak
luga didapati anemia. Laju endap darah dan kadar protein C- efektif dalam mencegah kerusakan pembuluh koronaria; terapi
reaktif biasanya meningkat tinggi. Hasil uji untuk otoantibodi yang diberikan pada penderira yang bergelala (demam, LED
termasuk ANA dan faktor reumatoid negatif, dan kadar kom- naik) sesudah 10 hari sejak timbulnya manifestasi dapat efek-
plemen hemolitik normal arau tinggi. Mungkin dijumpai pro- tif juga dalam meredakan gejala. Efek samping terapi gamma
teinuria dan piuria ringan, seperti halnya pleositosis dalam globulin intravena jarang, dan meliputi anafilaksis, menggigil,
carran serebrospinal. Kadar serum transaminase hati dan bili- demam, nyeri kepala dan mialgia.
rubin mungkin sedikit meningkat. Terapi salisilat juga terindikasi selama fase demam penya_
Pemeriksaan jantung dalam bentuk roentgenogram dada, kit; kadar terapeutik serum 20-30 mg/dl sangat diperlukan te_
elektrokardiogram, dan ekokardiogram sangat penting untuk tapi mungkin sukar dicapai, walaupun dengan dosis salisilat
evaluasi awal semua penderita; dari pemeriksaan-pemeriksaan setinggi 100 mg/24 jam. Terapi salisilat dosis-tunggal dan ren-
ini, ekokardiogram dua-dimensi paling berguna untuk menge- dah yang terus-menerus, karena pengaruh antitrombositnya
nali penyakit pembuluh koroner dan menunjukkan dilatasi (antiplatelet), dianjurkan diberikan selama 6-g minggu sesu_
pembuluh koroner atau pembentukan aneurisma. pemeriksaan dah periode aktif penyakir mereda. Aspirin dosis rendah de_
ini harus dilakukan sejak dari mulanya dan pada tindak lanjut ngan atau tanpa dipiridamol harus dilanjutkan sampai lesi
semua penderita. Arteriografi pembuluh darah koronaria juga koroner teratasi. Beberapa pakar menambahkan terapi heparin
dapat menunjukkan lesi pada penderita penyakit Kawasaki, te- atau warfarin (Coumadin) untuk penderita dengan aneurisma
tapi prt-rsedur invasif ini tidak rutin diperlukan. Kadang-ka- obstruktif atau nonobstruktif persisten yang Liesar atau banyak.
dang, arteriografi pembuluh darah sentral dapat diperkuat.de- Evaluasi pemantauan yang teliti dan berulang_ulang melalur
ngan penemuan-penemuan klinis. uji stres, ekokardiografi, dan kadang-kadang angiografi, diper_
Perubahan-perubahan histologis pada autopsi penderita de_ lukan pada anak-anak dengan sisa perubahan pembuluh koro_
ngan lesi yang mematikan meliputi infiltrat sel radang yang naria yang jelas. Dampak perubahan pembuluh koronaria yang
berat pada tunika media dan intima pembuluh darah koronaria demikian pada insidens dan keparahan penyakt arteri koro_
besar dan pembuluh darah sentral serta penyumbatan arteri naria aterosklerotik di kemudian hari belum diketahui.
oleh trombus trombosit. Perubahan ini sangat menyerupai pe- " Terapi kortikosteroid jarang digunakan pada penyakit Ka-
rubahan keadaan yang jarang, yang sebelumnya disebut peri- wasaki, dan beberapa pakar memandangnya sebagai kon-
artorrlis nodosa infantil. traindikasi.
DIAGNOSIS. Diagnosis didasarkan atas tanda-randa klinis. Terapi trombolitik dengan agen seperti streprokinase telah
Tidak ada uji laboratorium diagnostik, walaupun gambaran digunakan pada penderita dengan trombosis koionaria akut
keterlibatan arteria koronaria yang ditunjukkan melalui eko- atau iskemia arteri perifer. pembedahan pintas (bypass) arte-
kardiografi sangat memberi kesan keadaan ini. Manifestasi rial mungkin tepat untuk penderita penyumbatan koronaria be_
dan diagnosis penyakit tergantung pada fase penyakit Kawa- rat yang jarang.
saki (lihat Tabel 152-3). Diagnosis banding rermasuk demam
skarlet, sindrom syok tokiik, leptospirosis, infeksi virus
Epstein-Barr, artritis reumatoid juvenil, campak, akrodinia, de- I52.3 Bentuk-Bentuk Vaskulitis yang
mam berbintik Rocky Mountain, reaksi obat, sindrom Stevens_
Johnson, dan sindrom vaskulitis lain. Jarang
PROGNOSIS. Penyembuhan biasanya sempurna pada pende-
rita yang tidak menderita vaikulitis koronaria yang dapat dide- ARTERITIS NODOSA

teksi; serangan kedua jarang sekali terjadi. Kebanyakan anak Arteri berukuran-kecil dan medium merupakan tempat_
dengan keterlibatan jantung juga tampak sehat, walaupun tempat radang pada periarteritis nodosa. Vaskulitis nekroti-
prognosis jangka panjangnya belum diketahui. pada awal seri kans ini jarang dijumpai pada masa kanak-kanak; laki_laki le_
orang Jepang, l-ZVo dari semua anak yang menderita penyakit bih sering terkena daripada perempuan. penyebabnya tidak
Kawasaki meninggal karena komplikasi jantung, biasanya da- diketahui, tetapi telah dilaporkan bahwa penyakit ini menyer_
lam 1-2 bulan sejak timbulnya penyakit. Ada sedikit laporan tai paparan terhadap obat dan terjadi dalam kaitan dengan in_
rinci yang mengatakan bahwa selain aneurisma arteri korona- feksi streptokokus, otitis media serosa, dan infeksi hepatitis B.
ria, di kemudian hari dapat terjadi aneurisma pembuluh darah Radang dengan leukosit polimorfonuklear, eosinofil, dan
besar.
sel bundar dapat melibatkan seluruh dinding pembuluh darah.
PENGOBATAN. Pbnyakit Kawasaki menunjukkan respons Pembentukan nekrosis, trombosis, atau aneurisma dapat ter_
yang dramatis terhadap terapi gamma globulin intravena yang jadi pada pembuluh darah yang terkena dan menimbulkan in-
diberikan selama penyakit dalam masa demam aktif. Demam fark. Pembuluh darah yang menyembuh menjadi jaringan
dan manifestasi sistemik lain yang menyertai sering mereda parut atau terekanalisasi.
dalam 24 jam terapi inisial. Lagipula, penelitian terkendali me, MANIFESTASI KLlNlS. Manifesrasinya bermacam-macam
nunjukkan bahwa terapi gamma globulin inrravena yang dibe- dan tergantung pada tempat-tempat keterlibatan vaskuler.
152 | Sindrom Vaskulitis 841

Tanda-tanda penyakit sistemik seperti demam, anoreksia, le- GANULOMATOSIS WEGENER


targi, lemah, dan kehilangan berat badan mungkin mencolok. (Granuloma Garis tengah yang Mematikan)
Berbagai manifestasi kulit sering ditemui, meliputi ruam eri-
tematosa. lesi nodulus, petekhie, purpura, livido (diskolorisasi) Pada sindrom yang jarang ini, lesi granulomatosa destruk-
retikularis, ulkus kulit, dan edema. Beberapa anak menderita tif pada saluran pernapasan atas dan paru-paru dihubungkan
poliarteritis bentuk terbatas dengan lesi subkutan noduler, de- dengan vaskulitis nekrotikans sistemik yang paling menonjol
marn, malaise, dan artritis atau artralgia, tetapi mereka hanya pada paru-paru dan ginjal. Cranulomatosa saluran pernapasan
mempunyai sedikit, atau tidak mempunyai, keterlibatan sis- atas dan paru-paru mungkin dominan pada beberapa kasus, te

temik tambahan. Poliarteritis nodosa yang berkembang sepe- lah bertahun-tahun lebih dulu dikenali, daripada pengenalan
nuhnya juga ter.ladi pada anak-anak. Artritis dan artralgia la-
vaskulitis sistemik. Lakr-laki lebih mudah rerkena (2 : l). pe-
zim dijumpai dan mialgia serta miositis juga dapat terjadi. Ja- nyebabnya belum diketahui; seperti pada sindrom vaskulitis
rang terjadi gangren ekstremitas. Neuropati perifer (simetris- lainnya, diduga berhubungan dengan sensitivitas obat, alergi
distal atau mononeuritis multipleks), berupa nyeri, mati-rasa, dan inleksi parvovirus.
parestesia dan kelemahan otot akibat keterlibatan saraf perifer Gejala pernapasan merupakan manifestasi klinis yang men-
yang berdekatan dengan pembuluh darah yang terkena. Nyeri colok. Adanya penyumbatan hidung atau kotoran hidung yang
perut, perdarahan, ulserasi, dan infark dapat menyertai keterli- terus-menerus dapat merupakan gejala permulaan, dengan lesi
batan pembuluh darah gastrointestinal. Keterlibatan ginjal da- berkrusta atau bernanah dalam lubang hidung. Lesi secara pr.o
pat menyebabkan gagal ginjal dan kematian. Keterlibatan gresif menghancurkan dan dapat menyebabkan perforasi sekat
pembuluh darah ginjal yang besar berakibat nyeri panggul dan hidung, penyempitan sinus-sinus nasalis, dan ulserasi palatum..
hematuri yang tampak, sedangkan keterlibatan pembuluh da- faring, laring dan trakea. Dapat terjadi batuk atau hemoptisisl
rah kecil dan glomerulus menyebabkan hematuria mikros- umumnya dijumpai demam, penurunan berat,badan, keringat
kopik, proteinuria, dan silinderuria. Adanya hipertensi yang malam, lemah lunglai. Manifestasi lain yang sering terkait
menyertai merupakan hal yang umum. Peradangan pembuluh adalah artritis, neuropati, ruam, splenomegali, dan glomerulitis
darah paru dapat meyebabkan batuk, mengi, infiltrasi paru dan
progresif berat, sering berakhir dengan gagal ginjal. pada ka-
pleuritis. Manifestasi sistem saraf sentral meliputi kejang- sus dengan keterlibatan sistemik yang tidak tampak secara
kejang, gejala ensefalitis, dan stroke. Kelumpuhan saraf kra- klinis, vaskulitis difus dapat ditemukan pada pemeriksaar,
nial dan iridosiklitis dapat terjadi. Keterlibatan pembuluh da- otopsi.
rah koroner dapat menimbulkan takikardia, gagal jantung, dan Tidak ada manifestasi laboratorium spesifik; mungkin ada
infark miokardium; perikarditis juga dapat dijumpai. Orkitis eosinofilia. Antibodi antineutrofil sitoplasmik serum (anrl-
dan epididimitis umum ditemui.
neutrophil cytoplasmic antibody = ANCA) sering positil'.
Roentgenogram dapat memperlihatkan penghancuran tulang
TEMUAN LABORATORIUM. Tidak ada uji laboratorium
dalam hidung dan sinus serta infiltrat paru memberi kesan tu-
yang spesifik. LED mungkin meningkat dan dapat dijumpai
berkulosis atau neoplasma. Analisis urin biasanya menunjuk-
adanya reaktan fase akut. Umumnya dijumpai anemia, kadang-
kan bukti adanya nefritis, dan pemeriksaan fungsi ginjal
kadang ditemukan eosinofilia dan leukositosis. Mungkin ada
mungkin tidak normal.
hematuri yang tampak atau mikroskopik, dan hasil pemeriksa-
Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis dan uji sero-
an f'ungsi ginjal mungkin abnomal. Tidak ada ANA dan fak-
logis dan diperkuat dengan adanya lesi granulomatosa saluran
tor reumatoid. pernapasan dan vaskulitis sistemik, terutama nefritis. Diagno-
DIAGNOSIS. Poliarteritis nodosa mudah dirancukan dengan sis banding meliputi sindrom vaskulitis lain, limfoma, inf'eksi
banyak penyakit lainnya. Untuk melihat perbedaannya dengan jamur lokal atau diseminata, tuberkulosis, alveolitis alergika
penyakit reumatik lain mungkin sangat sukar. Diagnosis pe- dan sindrom Goodpasture.
nyakit terutama didasarkan pada kecurigaan klinis dan adanya Tanpa terapi, prognosisnya jelek. Penderita dengan ben-
perubahan histologis pada biopsi jaringan yang terlibat. Biopsi tuk-bentuk penyakit terbaras dapat bertahan hidup untuk masa
otot, saraf atau kulit dapat gagal mengidentifikasi adanya yang lama, tetapi lesi destruktif saluran pernapasan atas dapar
vaskulitis. Biopsi testis dikatakan membantu, tetapi jarang di- membuatnya menjadi jelek.
lakukan. Arteriografi mesenterika atau renalis dapat memperli- Pengobatan dengan kortikosteroid dapat menekan vaskuli-
hatkan adanya arteritis dan aneurisma; keadaan ini jarang dite- tis sisternik dan mencegah progresivitas lesi yang destruktif
mukan pada lupus eritematosus sistemik. pada saluran pernapasan atas. Siklofosfamid tampaknya efek-
PROGNOSIS. Poliarteritis yang berkembang sepenuhnya tif untuk penanganan penyakit yang berat. Beberapa penderita
dapat menjadi penyakit yang berat, berpotensi mematikan, membaik saat diobati dengan trimetoprim-sulfametoksazol.
yaitu kematian akibat dari gagal ginjal, gagal jantung, atau
keterlibatan gastrointestinal dan sistem saraf pusat yang berat. ARTERITIS TAKAYASU
Vaskulitis subkutan noduler tanpa keterlibatan sistem organ (Penyakit Tanpa Nadi)
besar mempunyai prognosis yang lebih baik.
Keadaan yang tidak biasa ini merupakan proses peradang-
PENGOBATAN. Kortikosteroid (l-2mg/kg/24 jam) dapat an yang melibatkan aorta dan cabang-cabang utamanya. teru-
menekan manifestasi akut dan memperpanjang ketahanan hi- tama terjadi pada wanita muda. Beberapa kasus telah
dup. Agen sitotoksik seperti siklofosfamid oral atau intravena dilaporkan pada awal masa kanak-kanak, sedikit pada bayi.
dapat menjadi agen tambahan yang efektif. Penderita yang paling banyak dilaporkan adalah dari Asia dan
842 Bagian XVI I Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

Afiika. Penyebabnya belum diketahui; teiah tercatat adanya Newburger JW, Takahashi M, Beiser A, et al: A single intravenous infusion of
defek kongenital pembuluh darah besar yang menyertainya. gamma globulin as compared with four infusions in the treatment of acute
Kawasaki syndrome. N Engl J Med 324: 16,33, I qC I .
Patologi yang mendasari adalah pan-arteritis segmen aorta Pelkonen P, Salo E: Epidemiology of Kawasaki disease. Clin Exp Rheumatol
dan ca,l,ang-cabang utamanya. Pembuluh darah yang lebih ke- i2(Suppl 10):S83, 1994.
cil biasanya tidak terkena. Dapat terjadi dilatasi dan robekan Rowley AFl, Gonzalez-Crussi F, Gidding SS, et al: Incomplete Kawasaki dis-
pada aneurisma. Keterlibatan pembuluh-pembuluh darah besar ease with coronary artery involvement. J Pediatr I 10:409, 1987.
Shulman ST, Bass JL, Bierman F, et al: Management of Kawasaki syndrome:
dapat menyebabkan lemahnya atau tidak adanya nadi pada ek-
A consensus statement prepared by North American participants of the
stremitas atas, oleh sebab itu, dinamakan "penyakit tanpa Third International Kawasaki Disease Symposium. Tokyo, Japan, Decem-
nadi." Tekanan darah pada kaki dapat melebihi tekanan darah ber 1988. Pediatr Infect Dis J 8:663, 1989.
pada lengan ("koarktasio terbalik"), berbeda dengan keadaan Special Writing Group of the Comminee on Rheumatic Fever, Endocarditis.
and Kawasaki Disease of the Council on Cardiovascular Disease in the
yang ditemukan pada koarktasio aorta. Keterlibatan arteri gin-
Young of the American Heart Association: Guidelines for the diagnosis of
jaldapat menyebabkan iskemia ginjal, menyebabkan hiper- - rheumaric fever: Jones criteria
[1992 update]. JAMA 26g:2069, 1992.
tensi. Menurunnya aliran darah ke otak dapat menimbulkan Suzuki A, Kamiya T, Arakaki Y, et al: Fate of coronary arterial aneurysms in
gangguan neurologis. Umumnya ditemukan gangguan pengli- Kawasaki disease. Am J Cardiol'/4:822.1994.

hatan. POLIARTERITIS NODOSA


Keluhan reumatik yang menyertai meliputi artritis, mialgia, David J, Ansell BM, Woo P: Polyartentis nodosa associated with Streptococ
pleuritis, perikarditis; demam, dan ruam, kadang-kadang telah cus. Arch Dis Child 69:685, 1993.
Fink CW: Vasculitis. Pediarr Clin North Am 33:1203, 1996.
timbui bertahun-tahun mendahului gejala aortitis. Tidak ada Ozen S, Besbas N, Saatci U, Bakkalogtu A: Diagnostic criteria for polyarteri_
data laboratorium yang spesifik. LED dan kadar gamma glo- tis nodosa in childhood. J Pediatr 120:2O6, 1992.
bulin meningkat. Pemeriksaan angiografi yang tepat akan me-
GRANULOMATOSIS WEGENER
nampakkan adanya perubahan pada pembuluh darah yang Falk RJ, Jennette SC:L Antineutrophil cytoplasmic autoantibodies with speci_
terkeno. ficity for myeloperoxidase in patients with systemic vasculitis and idio_
Keadaan ini harus dipikirkan pada setiap anak yang men- pathic necrotizing and crescentic glomerulonephritis. N Engl J Med
derita hipertensi yang tidak jelas, terutama bila disertai demam 3I8:1652, I988.
Nolle B, Specks U, Ludermann J, et al: Anticytoplasmic autoantibodies: Therr
dan kenaikan LED. Prognosis penyakit ini bervariasi. Bebera-
immunodiagnostic value in Wegener's granulomatosis. Ann Intem Med
pa orang dewasa dapat bertahan hidup; sebagian besar anak I 1 1:28, 1989.
meninggal. Terapi dengan kortikosteroid dan agen sitotoksik Siberry GK, Cohen BA, Johnson B: Cutaneous polyarteritis nodosa. Report
telah dicoba. Mungkin diperlukan endarterektomi. of two cases in children and review of the literature. Arch Dermatol
130:884,1994.
Roftem M, Fauci AS, Hallahan CW, et al: Wegener's granulomatosis in chil_
dren and adolescents: Clinical presentation and outcorne " J pediatr 122:26,
1993.
VASKULITIS HENOCH-SCHoNI,EIN ARTERITIS TAKAYASU
Allen DM. Dismond LK, Howell DA: Anaphylactoid purpura in children Arend WP, Michel BA, Blaoch DA, et al: The Amencan College of Rheuma_
(Schcinlein-Henoch syndrome): Review with follow up of renal complica- tology 1990 criteria for the classification for Takayasu arteritis. Artritis
tions. Am J Dis Child 99:141 ,1960.
Rheum 33:1129, 1990.
Farley TA, Gillespie S, Rasoulpour M, et al: Epidemiology of a cluster of
Danaraj TJ, Wong HO, Thomas MA: Primary arteritis of the aorta causing re-
Henoch-Schonlein purpura. Am J Dis Child 143:798, 1989.
nal artery stenosis and hypeftension. Br Heart J 25:153, 1986.
Ostergaard JR, Storm K: Neurologic manifestaions of Schijnlein-Henoch pur-
Ken GS, Hallahan CW, Giordano J, et al: Takayasu arreritis. Ann Intem Med
pura. Acta Pediatr 80:339, 1991.
120:919,1994.
Rosenblum N, Winter H: Steroid effects on the course of abdominal pain in
children with Schcinlein-Henoch purpura. Pediatrics 79:1018, 1987.
Saulsbury FT: The role of IgAI rheumatoid factor in the fonnation of IgA con-
taining immune complexes in Schcinlein-Henoch purpura. J Clin Lab Im-
rtrunol 2J: I 23. 1987.

PENYAKIT KAWASAKI
American Heart Association Committee on Rheumatic Fever and Kawasaki I Bes 153
Disease: Diagnostic guidelines for Kawasaki disease. Am J Dis Child
144:1218,1990.
Bums JC, Wiggins JW, Toews WH, et al: Clinical spectrum of Kawasaki dis- Dermatomiositis
ease in infants younger than six months of age. J Pediatr 109:759, 1986.
Dajani AS, Taubert KA, Takahashi M, et al: Cuidelines for long-term man-
agement ofpatients with Kawasaki disease. Circulation 89:916, 1994. Jane Green Schaller
Kartuw H, lchinose E, Kawasaki T: Myocardial infarction in Kawasaki dis-
ease: Clinical analysis of i95 cases. J Pediatr 108:923, 1986.
Kawasaki T, Kosaki F, Okawa S, et al: A new infantile acute febrile mucocu-
taneous lymph node syndrome (MLNS): Prevalence in Japan. Pediatrics
54:271.1914. Penyakit multi sistem ini terutama ditandai oleh peradang-
Klassen TP, Rowe PC, Gafni A: Economic evaluation of intravenous immune an tidak bernanah dari otot lurik dan lesi kulit khusus.
globulin therapy for Kawasaki syndrome. J Pediatr 122:538,1992. ET|OLOGI DAN EPlDEMlOLOGl. penyebab dermaromiosiris
Leung DYM, Meissner HC, Fulton DR, et al: Toxic shock syndrome toxin se-
creting Staphylococcus aureus in Kawasaki syndrome. Lancet 342 1385,
belum diketahui. Mekanisme imunitas seluler dapat memain-
1993 kan peran dasar dalam patogenesis. Limfosit penderita der-
Levy M. Korean G: Atypical Kawasaki disease: Analysis of clinical presenta- matomiositis melepaskan limfotoksin yang membunuh sel-sel
tion and diagnostic clues. Pediatr Infect Dis J 9:122, 1990. otot pada biakan jaringan. Pengendapan imunoglobulin dan
komplemen juga terjadi dalam pembuluh-pembuluh darah dari
153 a Dermatomiositis 843

menonjol pada otot proksimal, namun setiap otot dapat ter-


kena, dengan berbagai atrofi di berbagai tempat dan dalam
berbagai tingkat atau pembentukan kontraktur. Keterlibatan
otot-otot palatorespirasi berat dapat menyebabkan kesukaran
bernapas, regurgitasi hidung, suara sengau, aspirasi dan kema-
tian. Keterlibatan otot-otot pernapasan dapat menyebabkan
hipoventilasi, Keterlibatan jantung berupa defek hantaran atau
miokarditis telah dilaporkan.
Lesi pada kulit bersifat khas dan sering mempunyai eri
tema khusus yang berwarna seperti lembayung (heliotrop). Pe-
rubahan warna yang patognomonik pada kelopak mata atas di-
sebabkan oleh sinar matahari (kelopak mata heliotrope) (Gb.
153-1 [seksi berwarna]). Dapat disertai edema pada daerah pe-
riorbita dan muka. Ruam kupu-kupu yang serupa dengan ruam
Gambar 153-1 Ruam muka dermatomiositis. Perhatikan sedikit eritema pada
kupu-kupu SLE dapat dijumpai. Lesi membrana mukosa pada
jernbatan hidung dar daerah pipi dan perubahan wurta (discoktrallon) kulit palatum dan hidung dapat disertai dengan ruam pipi. Kulit
kelopak mata atas karena sinar matahari (heliotropik). I-ihat.iuga seksi ber- pada permukaan ekstensor sendi, terutama ruas-ruas jari,
(papula Gottron), lutut, siku dan maleolus medialis, menjadi
eritematosa, atrofi dan bersisik (Gt. 153-2). Daerah kulit yang'
mengalami perubatran ini selanjutnya mengalami perubahan
otot yang terkena. Pada orang dewasa. tetapi sangat jarang pa- pigmentasi berupa hiperpigmentasi atau vitiligo. Pembuluh
da anak-anak, penyakit disertai dengan keganasan (pada 20Vo kapiler bantalan kuku, seperti yang tampak dalam mikroskopi
penderita). Dermatomiositis pada masa k4nak-kanak disertai kapiler, dapat menjadi berkelok-kelok atau tersumbat. Eritema
dengan HLA-B8/DR3. Para peneliti terus berusaha mencari yang kehitam-hitaman dapat menutupi tubuh bagian atas dan
adanya kaitan dengan infeksi virus, terutama virus Cocksakie. ekstremitas proksimal. Perubahan kulit nonspesifik lainnya
Dermatomiositis kurang sering terjadi daripada artritis reu- juga dapat terjadi. Kulit pada ekstremitas yang terlibat dapat
matoid, lupus eritematosus sistemik (SLE), atau pulpura tampak kencang dan berkilau; pada penyakit yang lama mung-
Henoch-Schonlein. Penyakit ini jarang mulai/timbul pada kin ada atrofi kulit dengan perlekatan kulit pada struktur yang
anak-anak di bawah usia dua tahun; rata-rata bermula pada terletak di bawahnya.
usia 8-9 tahun. Wanita lebih sering terkena daripada pria (3:2), Kalsium dapat diendapkan dalam jaringan subkutan, otot
dan tidak ada kecenderungan yang bersifat familial atau ras. dan fasia yang terkena; endapan ini kadang-kadang pecah dan
PATOLOGI. Lesi pada kulit, jaringan subkutan, saluran gas- menonjol dalam bentuk setengah padat atau.padat. Kalsinosis
trointestinal, dan otot lurik tersebar secara tak teratur; pemili- ini terjadi pada 20- 50Vo anak; yang paling rentan adalah me-
han tempat yang terlibat untuk keperluan biopsi harus dilaku- reka yang penyakitnya berlangsung progresif-lambat. Endapan
kan secara seksama. Lesi yang paling menonjol pada anak- kalsium dapat menyebabkan kontraktur, atrofi otot setempat.
anak adalah vaskulitis oklusiva yang melibatkan arteriola, ve- dan ulkus yang sukar sembuh.
nula, dan kapiler pada jaringan ikat kulit, bantalan kuku, ja- Keterlibatan gastrointestinal dapat terjadi pada setiap ting-
ringan subkutan, dan otot. Pada otot terjadi degenerasi tambal- kat penyakit, ditandai dengan kesukaran menelan, nyeri perut.
an (patchy), atrofi dan regenerasi serabut otot, edema inter- perforasi, melena, atau konstipasi. Mungkin ada demam ri-
stisial, dan proliferasi jaringan ikat. Pada kulit yang terkena ngan. Artritis atau bukti adanya keterlibatan sistemik yang
tampak penipisan epidermis dan edema serta vaskulitis der-
mis. Vaskulitis saluran gastrointestinal dapat menghasilkan
ulserasi mukosa dan infark jaringan. Perubahan glomerulus ri-
ngan juga telah diuraikan.
MANIFESTASI KLlNlS. Mulainya penyakit biasanya tersem-
bunyi, secara perlahan-lahan terjadi kelemahan otot, umumnya
tarnpak untuk pertama kalinya pada otot-otot proksimal eks-
tremitas dan badan. Pada anak dapat dijumpai gaya berjalan
yang kaku dan sedikit demi sedikit mulai kehilangan kemam-
puannya untuk melakukan fungsi seperti menaiki tangga, ber-
anjak dari lantai (untuk berdiri), mengendarai sepeda, menyisir
rambut dan dalam berpakaian. Kelemahan anak dapat diketa-
hui dari pengamatan terhadap ketidakmampuannya dalam
men-gangkat kepala bila tidur telentang (otot fleksor leher le-
mah) atau melakukan gerakan olahraga sit-up (otoI perut le-
mah) atau untuk beraniak dari lantai tanpa dibantu (tanda
Gower, lihat Bab 541). Otot yang terkena cenderung menjadi
kaku dan nyeri serta kadang-kadang kuat, berindurasi dan lu-
nak. Kemungkinan dijumpai edema nonpitting, penebalan ku- Gambar 153-2 Ruam dermatomiositis. Perhatikan perubahan kulit di atas

lit dan jaringan subkutan. Walaupun miositis biasanya paling ruas-ruasjari (kiri) dan di atas lutut (kanan). Lihatjuga seksi berwarna
844 Bagian XVI . Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

lain, seperti limfadenopati dan hepatosplenomegali. dapat banyakan penderita. Penentuan kadar SGOT, CpK atau aldo-
terjadr. Penyakit paru-paru (interstisial, perdarahan, atau pleu- lase serum yang dilakukan secara serial membantu dalam me-
ritis), keterlibatan okuler (iritis, retinitis) dan
manifestasi nilai aktivitas dan respons terapeutik. pr-ednison dengan dosis
sistem saraf sentral (kejang-kejang) merupakan penyakit yang inisial l-2 mglkg24 jam (atau 60mg/m2 luas permukaan ru-
.jarang terjadi bersamaan. buh) biasanya menurunkan kadar enzim ke arah normal dalarn
TEMUAN LABORATORIUM. Radang oror biasanya disertai l-2 minggu; biasanya diikuti perbaikan klinis dengan ber-
dengan kenaikan kadar enzim dalam serum seperti transami- kurangnya nyeri dan pembengkakan pada otot serta penamba-
nase (SGOT), kreatinin kinase (CPK), aldolase, dan laktat de- han kekuatan otot. Terapi inisial dengan pemberian steroicl
hidrogenase (LDH). Elektromiogram otot yang terkena abnor- dosis-tinggi intravena dianjurkan oleh beberapa pakar. Bila
mal, menunjukkan kombinasi perubahan miopati dan neuro- kadar enzim telah turun menladi normal, sedikit demr seclikrr
pati. Hantaran saraf motorik dan sensoris normal. MRI mung- dosis steroid harus dikurangi sambil melakukan pemantauan
kin berguna untuk memperlihatkan kelompok otot yang ter- terus-menerus terhadap kadar enzim serum dan perjalanan
kena. Laju endap darah dapat meningkat atau normal. Uti un- klinis penyakit. Jika dosis steroid dikurangi dengan cepat. re-
tuk faktor reumatoid biasanya negatif; antibodi antinuklear bound dapat terjadi pada kadar enzim; rebound ini disertai de-
mungkin ada, biasanya titernya rendah. Pada saat ini, sejumlah ngan penjelekan keadaan klinis dalam beberapa minggu,
autoantibodi yang disebut autoantibodi spesifik-miositis telah kecuali jika dosis kortikosteroid segera dinaikkan. Dosis stero-
diketahui; autoantibodi ini tidak begitu berguna bagi kedok- id terendah yang cukup untuk menekan gejala klinis dan kadar
teran klinik tetapi mungkin menarik dalam pemahaman klasifi- enzim serum akan ditemukan dan dipertahankan selama bebe_
kasi penyakit. Analisis urin biasanya normal. Pada penderita rapa bulan. Terapi steroid biasanya dapat dihentikan sesudah 2
dengan keterlibatan gastrointestinal, mungkin dijumpai adanya tahun. Preparat steroid seperti triamsinolon dan deksametason.
darah dalam tinja, baik yang tersembunyi ataupun yang tam- yang telah diketahui menyebabkan "miopati steroid', harus
pak. Poentgenogram dapat mengungkapkan adanya endapan dihindari. Untuk penderita yang tidak responsif terfiadap stero-
kalsium pada jaringan lunak. id, agen tambahan seperti metotreksat, azatioprin, atau siklo-
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING. Bentuk dermaro. sporin, dapat bermanfaat. Beberapa keberhasilan dengan terapi
miositis yang khas akan menimbulakan sedikit kesukaran di- imunoglobulin intravena telah dilaporkan.
agnostik. Kombinasi kelemahan otot proksimal dan otot aksial, Terapi fisik sangar penring dilakukan untuk menghindari
ruam yang khas, kenaikan kadar ensim serum, dan kelainan kontraktur dan membangun kekuatan otot lagi. Selima fase
hasil pemeriksaan elektromiografi atau MRI merupakan diag- akut ketika kelemahan otot menonjol, olahraga pasif dapat di-
nostik; biopsi otot dengan bukti adanya vaskulopati dan mio- gunakan untuk mempertahankan kisaran gerakan yang masilt
pati iskemik membantu diagnosis, rerapi biasanya tidak perlu. dapat dilakukan. Apabila keadaan klinis membaik, harus di_
Untuk diagnosis banding, berbagai gangguan neuromuskuler tambahkan olahraga aktif untuk memperkuat oiot. Mun_ekin
seperti poliomielitis, sindrom Guillain-Barr6, distrofi otot, mi- memerlukan bidai untuk mempertahankan posisi tungkai yang
astenia gravis dan miopati endokrin atau miopati metabolik baik. Tirah baring tidak diperlukan, dan kapan sa1a, imobr
harus dipikirkan, sebagaimana hiilnya penyakit yang ditandai lisasi tanpa olahraga harus dihindari. Higiene kulit terutama
oleh lesi otot yang mencolok, seperti trikinosis atau toksoplas- sekeliling leher, lipatan kulit dan aksila adalah penring.
mosis. Rhabdomiolisis sementara dengan mioglobinuria harus DIAGNOSIS. Perjalanan dermatomiositis dapat dimodifikasi
dipikirkan, juga miositis akur yang dihubungkan dengan virus dengan baik melalui pengendalian yang seksama sejak awal
influenza dan dapat terjadi pada infeksi virus lainnya. SLE, pe- penyakit, dan prognosisnya baik pada anak yang diobati seca_
nyakit jaringan ikat campuran, artritis reumatoid juvenilis dan ra adekuat. Pada penderita yang tidak diobati, angka,mortali_
sklerodlrma dapat dibedakan secara klinis dan melalui uji la- tasnya sekitar 40Vo. Sebagian besar kematian diakibatkan oleh
boratorium. Bila mulainya penyakit tersembunyi, maka untuk keterlibatan palatorespiratorik atau komplikasi gastrointestinal
menegakkan diagnosis diperlukan pengamaran dalam suatu seperti perdarahan atau perforasi dan terjadi dalam 2 tahun se_
periode. jak mulai sakit. Kalau tidak, penyakit biasanya menjadi inaktif
PENGOBATAN. Selama fase akut, evaluasi dan penanganan selama masa beberapa tahun. Atau, penyakit dapat tetap mem-
yang tepat mengenai fungsi palatorespirasi dan keadaan otot bara selama beberapa tahun, namun hal ini jarang terjadi. Ke_
pernapasan dapat menyelamatkan jiwa penderita. Jika meka- banyakan penderita yang bertahan hidup mampu hidup aktif,
nisme penelanan terganggu, diet lunak atau cair harus diberi- walaupun mungkin mereka mempunyai kelainan sisa. Bebera_
kan dengan pengawasan yang ketat. penderita harus diawasi pa penderita menderita kontraktur berat dan derformitas beru-
secara seksama, terhadap kemungkinan terjadinya gangguan pa cacat. Kalsinosis berat dapat merupakan cacat utama; tidak
fungsi respirasi, melalui uji fungsi paru. Asuhan keperawatan ada terapi yang memuaskan. Eksisi (bedah) lesi kalsium dapat
harus dilakukan pada setiap anak yang mempunyai keterli- memberikan beberapa keenakan. Kejadian lipo-distrofi dengan
batan palatorespiratorik, dan peralatan untuk pengisapan naso- resistensi terhadap insulin dan hiperandro-genisme telah dike_
f'aring, intubasi endotrakea dan trakeostomi harus tersedia. nali sebagai komplikasi akhir dermato- miositis.
Mungkin memerlukan alat pernapasan (respirator). Kemung-
kinan manifestasi gastrointestinal yang serius selama fase akut
penyakit juga harus dipikirkan. Bowyer SL, Blane CE, Sullivan.DB, Cassidy JT: Childhood dermatomyositis:
Factors predicting functional outcome and development of dystrophic calci_
Penyembuhan fungsional tergantung pada pemeliharaan
fication. J Pediatr 103:882, 1983.
kekuat-,r otot yang cukup dan pencegahan cacat kontraktur. Dalakas M, Illa I, Dambmsia J, et al: A controlled trial of high dose intrave_
Kortikosteroid secara efektif menekan proses radang pada ke- nous immune globulin infusions as treatment for dermatomyositis. N Engl
J
Med 329:1993. 1993
154 r Skleroderma 845

Love LA. Leff RL, Fraser l)D, et al: A new approach to the classification of ruh ini biasanya diserrai dengan keterlibatan sistemik (sklero
idiopathic inflammatory myopathy: rnyositis- specific autoantibodies deflne
sis sistem.ik) dzin biasanya terjadi pada orang dewasa. Sklero-
useful homogenous patient groups. Medicine 70:360, I 99 I .

Miller LC. Sisson BA, Tucker LB. ct al: Methotrexate treatmel')t of recalcilrant derma pada anak-anak biasanya berbentuk morfea atau skle
childhood dermatornyositrs. Arthritis Rheum 35: I 143, 1992. rodema linier: sklerosis sistemik tidak lazim dr.lumpai (Tabel
Pachman LM: lnflammatory myopathy in children. Rheum Dis Clin North r.54- 1).
An. 919. 1994.
Plotz P: Curent concepts in rhe idiopathic'inflammatory myopathies: ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI. Penyakit ini .1arang, clal.rar
Polyrnyositis, dermatomyositis, and related disorders. Ann Intern Med muncul setiap waktu pada masa kanak-kanak. dan mer"upiikan
II l:143. 1989 sasaran penjelekan lambat yang tidak dapat dir"antalk:rn atau
I{oed AM. Pachman LM. Ober C: Molecular genetlc studies of ntajor histo- rernisi. Anak pcrempuan lebih sering rerkena claripada anal
cornpatibility cornplex genes in children rvith juvenile dermatomyosiris: irr-
crease<l nsk associated with HLA-DQAI'O501 Huni hnmunol
laki-laki. Tidak ada kccenderungan familial. Penyebab pen1,a
32:235.
l99l kit ini belum diketahui. Histopatologi sklerosis sistentrk rcr-u
Tr.rckerLB, Sadeghi-Nejad A, Schaller JG: The associarion of acquired gencr lama pada fibrosis jaringan yang terkena, respons peladang-
alized lipodystrophy with juvenile dermatomyositis. Arthntis Ilheum 199:1. annya relatif sedikit. dan vaskulitis oklusiva mengenai kapiler
dan pembuluh darah kecil.
MANIFESTASI KLlNlK. Morfea dan Skteroderma tinier
Tanda-tanda pertama adalah lesi tambalan pada kulit dan 1a-
ringan subkutan. Tanda-tnnda ini sering mempunyai pola lini
I Bee 154 er serupa dengan penyebaran saral perif'er dan terutama dapat
terjiidi pada satu sisi tubuh. Selama tase iiwal, daer-ah yang rer
.

iibat agak eritematosa dan edematosa alau tampak atrofl clan


Skleroderma mengkilap. Anak dapat rnengeluh nyeri atau merasa rertusuk
duri. Semakin berat penyakit, lesi kulit berinclurasi dan bcr-
Jsne Green Schaller warna lembayung, kadang-kadang batasnya meninggi dan pu-
cat, pusatnya tampak seperti lilin. I esi ini mcluas ke per.ifet
dan dapat menyatu dan mclibatkan seluruh tungkai atau se
bagian besar tubuh. Dapat terjadi jaringan parut clan flbrosrs
Skleroderma ("kulit keras"), suatu gangguan jaringan ikat yang luas pada daerah yang terlibat, dengan perlekatan jarin-e
fibrotik kronik, secara klasik mengenai kulit tetapi dapat juga an kulit yang kuat ke struktur-struktur yang ada dibawahnya
mengenai saluraq gastrointestinal, jantung, paru-paru, ginjal ("pengikatan tersembunyi"). Keadaan ini dapat cukup ber-at
dan sinovium. Keterlibatan kulit dapat terladi berupa tam- sehingga membatasi pertumbuhan bagian yang tel"kena dan
brran-tambalan setempat (mofea), dalam suatu penyebaran menimbulkan cacat kontraktur (Gb. 154-l). Dalam proses
yang linier (skleroderma linier), atau dalam penyebaran yang yang kronis, claerah yang terlibal dapar mengalami hiper.pig-
simetris dan generalisata. Bentuk yang simctris serta menyelu, mentasi atau depigmentasi. Penyakit aktif dapat berhenti sela-

TAREL t54-1. Skleroderma pada Anak-Anak

Karakteristik S'kleradef fotd{$C.telppat) Skleroils,sistCffik Fasiitis


:lenis,kelamir!,,',"',:. Ailak,\*'re'mpu{n laki;gkr, Anak perempuan >anak laki-laki Tidak ada predileksi
Umur p,ada saat timbuln$a ? tahun*a{ l$bih 4 tahun atau lebih 4 tahun atau lebih
p.enyakit :l
Manifestasi klinis iiuil*ii tUulitmuaran tmoiruaj Fenometia Raynud Nyeri. radang lasia, terutama
atau linier (sklCroderma): tidak Fibrosis kulit difus: rungkai, mu- pada tungkai
sda keterlibatan sistemik alau. &a, badan; arlritisl fibiosis or- Kontrakrur sendi pada rangan
pun fenonena Raynaud $an dalam lantungl paru,paru" d*n lair-rnya sedikit atau tidak
ada penyakit sisremik
ginjal, saluran gastrointestinal :

hipenensi; kegagalan kardio-


pulmoner
T*ntia.tanda laboratorium Muir$kin mCmpuqyai,AlilA, FR, Mungkin mempunyai ANA. FR, Al{A dan FR ne$atiFeoCinofi-
inuno$y..1,{j$;r*e.nt+ flt.,, imunoglobulin meningkat; pe- lia; darah atau jaringar
,,,.
- t.- 'ii,iii rubahan pembuluh darah kapi-
:]
'lil ,l 't!J.;r$Jil.s ler bantalan kuiu; fibrosis ku-
lit dan sistemik
Diagn0sis Klinis, biopii ='== KIinis Klinis, biopsi fasia
Riwayat alani4h r)apat menjelek atau remisii Dapat menjelek atau remisi Dapat menjelek atau remisi; di-
=ffu*4**r1$at".,'-' Dapat mematikan senai dengan skleroderma fo-
kal
Terapi llllaft ,pAsii ; s teioid,llwik$ll 1r
l Tidak pasri Penisilamin Sito- KonikosteioiO. rerapi tisik
penisilamin loksik Pengen{alian tekanan
darah
ANA = unttbotlt untinuklear; FR = litktor reumatoid
846 Bagian XVI . Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

pulmoner. Pada kasus keterlibatan ginjal, hasil analisis urin


dan pemeriksaan fungsi ginjalnya abnormal.
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BAND|NG. Gambaran klinis
pada morfea maupun sklerosis sistemik progresif adalah khas.
Fasiitis eosinofilik mungkin sukar dibedakan; iokalisasi kerer_
libatan lapisan fasia dengan pengecualian relatif yaitu kulit.
eosinofilia yang mencolok, dan tidak adanya fenomena
Raynaud berperan untuk membedakan dua keadaan tersebul.
Namun, pada beberapa penderita, fasiitis dan skleroderma
. saling berhubungan dan dapat memberikan suatu gambaran
keadaan yang tumpang rindih.
Skleroderma mungkin membawa beberapa persamaan su_
perfisial dengan dermatomiositis, tetapi tidak adanya miositis
yang berat dan ruam dermatomiositis yang khas akan me_
mungkinkan pembedaannya. Nekrosis lemak subkutan dan
panikulitis nonsupuratif Weber-Christian dapat memberi kesan
morfea, tetapi perjalanan dan histologinya berbeda. Sklero-
derma adultorum (.dari Buschkc), suatu pengerasan jaringan
subkutan benigna yang sembuh-sendiri, muncul secara akut.
kadang-kadang menyertai infeksi streptokokus; jaringan sub,
kutan pada leher, badan bagian atas, dan lengan menjacli keras.
tetapi kulitnya tidak ikut mengeras. Beberapa sindrom akibat
peristiwa pada lingkungan yang menyerupai skleroderma lelah
diuraikan, termasuk penelanan triptofan yang diproduksi pa_
brik obat (sindrom eosinofilia-mialgia), penelanan minyak
goreng yang terkontaminasi (sindrom keracunan minyak), pe_
Gambar 154-l Morfea yang luas melibatkan seluruh kaki kiri, menimbulkan maparan terhadap silika, dan penyakit cangkok_lawan_hospes
ju-ingan parut, pemendekan, dan kontraktur fleksi. perhatihan penampakan pasca-transplantasi sumsum tulang (lihat Tabel 154_l).
yang mengkilap, tambalan hiperpigmentasi dan vitiligo kulir yang terkena.
PENGOBATAN. Tidak ada rerapi spesifik yang diketahui.
Banyak agen terapeutik, termasuk kortikosteroid, salisilat,
agen khelasi, kloroquin, radiasi, dimetilsulfoksida, asam para_
aminobenzoat, penisilamin, dan obat-obat imunosupresif, telah
ma masa berbulan-bulan sampai bertahun-tahun atau dapat te- dicoba tanpa manfaat yang jelas. Terapi sistemik dengan peni_
tap membara./aktif. Prognosis untuk hidup baik bila tidak ada silamin atau obat-obat sitotoksik dapat dicoba untuk penyakir
keterlibatan sistemik. sistemik yang berat. Kortikosteroid mungkin bermanfaat sela_
Sklerosis Sistemik. Benruk skleroderma sistemik ini biasa- ma fase edema akut penyakit, tetapi tidak bermanfaat untuk
nya disertai dengan fenomena Raynaud; fenomena Raynaud manifestasi skleroderma yang fibrotik dan dapat mengkom_
sering merupakan manifestasi pertama penyakit (lihat Bab plikasi penyakit dengan eksaserbasi hipertensi. pengendalian
151 .2). Keterlibatan kulit bersifat simetris dan mencakup ta- hipertensi yang sangat cemat dengan agen-agen seperti kapto_
ngan, Leki dan kadang-kadang badan serta mukajuga terkena. pril sangat penting. Kortikosteroid topikal dapat digunakan
Indurasi, perubahan pigmentasi, telangiektasia, dan pengikat- untuk lesi kulit. Eksisi tambalan morfea lokal tidak menghen_
an-tersembunyi jaringan kulit yang terlibat terjadi seperti pada tikan proses. Terapi fisik yang sungguh-sungguh penting:pada
bentuk penyakit setempat. .Ulkus kulit dapat mengenai ujung awal perjalanan skleroderma kulit untuk mencegah atau me-
jari atau daerah lainnya pada tungkai. Sinovitis terutama seki- minimalkan cacat kontraktur. penghindaran terhadap dingin
tar sendi tangan kecil, dapat menyerupai artritis reumatoid; dan memulai terapi fenomena Raynaud dengan teknik biofeect-
tenosinovitis dan nodul aapat terjadi di sekitar selaput tendo. back atau obat-obat seperti nifedipin adalah penting. Dibutuh_
Penyakit ini dapat melibatkan saluran gastrointestinal, jantung, kan perawatan suportif yang baik untuk menangani disfungsi
paru-paru dan ginjal. Manifestasi sistemik, terutama lesi gin- spesifik-organ.
jal, jantung dan paru-paru dapat menyebabkan kematian. Dis-
fungsi esofagus dapat berakibat pneumonia aspirasi konik.
Hipertensi berat dapat terjadi.
Ansell BM, Falcini F, Woo P: Scleroderma in childhood. Clin Dermatol
TEMUAN LABORATORIUM. Tidak ada uji laboratorium yang
12:299,1994.
spesifik. Laju endap darah sering normal. Faktor reumatoid Black CM: Scleroderma and fasciitis. Cun Opin Rheumatol, in press.
dan antibodi antinuklear dapat ditemukan pada bentuk penya- Buckley SL, Skinner S, James P. Ashley RK: Focal scleroderma in children:
kit fokal dan sistemik. Roentgenografi dapat menunjukkan An orthopaedic perspective. J Pediatr Orthop l3:j 94, 1993.
Martinez-Cordero E, Fonseca M, Aguilar Leon DE, padilla A: Juvenile sys_
adanya disfungsi rnotilitas esofagus dan usus, serta erosi fa-
temic sclerosis. J Rheumatol 20:405, 1993.
langs distal. Pemeriksaan fungsi paru, elektrokardiogram dan Spencer-Green G, Schlesinger M, Bove KE, et a: Narlfold capillary abnor,
roenigerrogram dada dapat mengungkap keterlibatan kardio- malities in childhood rheumatic diseases. J pediatr 102:341. 19g3.
155 . Eritema Nodosa 847

Suarez-Almazor ME, Cataggio LJ, Maldonado-Cocco JA, Garcia-Morteo O:


Juveniie progressive systemic sclerosis. Clinical and serologic findings. Ar-
lhritrs Rheum 28:699. 1985. I B,q.n 156
Eritems Nodosa
E B.tn 155 .Iqne Green Schaller

Penyakit Jaringan trkat


Campuran Eritema nodosum ditandai dengan timbulnya nodul ovoid
berdiameter 1-3 cm nyeri, keras, mengkilap, merah, panas dan
menonjol. Nodul-nodul ini paling sering tersebar simetris pada
Jane Green Schaller
bagian depan kaki (dari lurut-kaki) (Gb. 156-1), akan rerapi
dapat juga terjadi pada betis, paha, panrat, dan eksrremiras
atas. Demam, malaise, dan artralgia dapat mendahului atau
Penyakit jaringan ikat campuran (sindrom rumpang-rindih) menyertai ruam, dan adenopati hilus dapat terlihat pada ro_
adalah sindrom yang menggabungkan tanda-tanda lupus erite- entgenogram dada. Lesi kulit ini mengalami perjalanan yang.
matosus sistemik (SLE), artritis reumatoid, dermatomiositis, khas: Dalam waktu beberapa hari, lesi menjadi menonjol dan
dan skleroderma. Penyakit ini ditandai oleh titer bercak-bercak kotor; sesudah 1-2 minggu, ketika indurasi berkurang, terjadi
antigen antinuklear serum yang tinggi (terhadap antigen nuk- perubahan warna yang mencolok menjadi ungu suram, yang
lear yang dapat diekstrak) dan antibodi terhadap ribonukleo- kemudian menghilang dengan memar yang besar, meninggal-
protein (RNP). Sindrom ini mengenai anak perempuan, biasa- kan sisa berwarna coklat tanpa ulserasi atau pembentukan pa-
nya pada mereka yang yang berumur lebih dari 6 tahun. Mani- rut. Lesi kulit ini munculnya berkelompok, biasanya selama 3_
f'estasi kliniknya meliputi artritis, perubahan kulit seperti- 6 minggu. Eritema nodosa jarang terjadi pada anak-anak yang
skleroderma, fenomena Raynaud, demam, keterlibatan jantung berumur di bawah 6 tahun, dan menjadi semakin sering serta
(terutama perikarditis), ruam yang memberi kesan SLE atau progresif sampai mencapai usia tiga puluhan. penyakit ini le-
dermatomiositis, miositis, kelainan esofagus, limfadenopati, bih sering mengenai anak perempuan daripada anak laki-laki.
hepatosplenomegali, penyakit paru, dan trombositopenia. pe- Lesi kulit menggambarkan reaksi terhadap berbagai rang-
nyakit ginjal terjadi pada beberapa penderita, dan telah dite- sangan. Pada penderita penyakit ini, erupsi lesinya dapat diim_
ni--kan pula adanya kelainan neurologis dan par.otitis. bas secara eksperimental dengan suntikan lokal antigen murni
Diagnosis dibuat setelah melakukan pengamatan dalam spesifik bakteri. Secara epidemiologis, penyakit ini dulunya
masa tertentu, dengan mengenali gejala klinis yang tumpang- dikaitkan dengan tuberkulosis, terutama di Eropa. Dl Amerika
tindih dan dengan adanya antibodi serum terhadap RNP. Serikat dan Eropa, infeksi streptokokus lebih sering dilibatkan
Pada mulanya, sindrom ini diduga mempunyai prognosis sebagai pencetus. Erupsi kulit ini dapatjuga menyertai sarkoi-
yang lebih baik dari SLE dan berespons terhadap terapi kor- dosis, leptospirosis, penyakit cakaran-kucing, virus Epstein_
tikosteroid. Walaupun terapi kortikosteroid menghasilkan per- Barr, tularemia, psitakosis, histoplasmosis, koksidioidomiko-
baikan gejala pada banyak penderita dan penyakit yang me- sis dan infeksi Yersinia atau pemberian beberapa obat ter-
ngancam jiwa, namun manifestasi perbaikan ini mungkin ti- masuk sulfonamid dan pil anti hamil. Lesi kulit ini juga dapat
dakiah sering seperti pada SLE, penyakitjaringan ikat campur-
an dapat menimbulkan morbiditas yang berat. Prognosis
akhirnya belum diketahui. Hubungan sindrom ini dengan pe-
nyakit reumatik yang lain juga tidak jelas; banyak pengamat
memandangnya sebagai suatu bentuk SLE. Terapi yang tepat
terdiri atas pengobatan simtomatis menggunakan kortiko-
steroid, kewaspadaan terhadap kemungkinan komplikasi yang
serius seperti nefritis; melakukan terapi fisik dan pengawasan
yang seksama terhadap fungsi sistem muskuloskeletal.

Hoffrnan RW, Cassidy J, Takeda Y, et al: UI-70-kd autoanribodi positive


mixed connective tissue disease in children. Arthdtis Rheum 36:1599,
l 993.
Lazaro M, Maldonado-Cocco J, Catoggio L, et al: Clinical and serologic char-
acteristics of patients with overlap syndrome: Is mixed connective tissue
disease a distinc clinical entity? Medicine (Baltimore) 68:58, 1989.
Singsen BH: Mixed connective tissue disease in childhood. Pediatr Rev 7:309,
I 986.
Tiddens HA, Van Der Net JJ, De Graeff-Meeder ER, et al: Juvenile onset
mixed connective tissue disease: Longitudinal follow-up. J Pediatr 122 191, Gambar 156-1. Eritema nodusum. Lihat juga bagian berwarna
1 993.
848 Bagian XVI f Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

terladi pada penyakit sistemik seperti lupus eritematosus Fibrositis-fibromialgia merupakan suatu gambaran keada-
sistemik (SLE), vaskulitis, enteritis regional, kolitis ulserativa an yang sangat buruk pada orang dewasa, yang juga telah di-
dan sindrom Behcet. jumpai pada anak-anak. Tidak ada peradangan yang jelas.
Pencarian terhadap infeksi-infeksi yang mempercepat tim- yang disertai dengan bentuk reumatisme nonartikuler ini. pe-
bulnya penyakit ini, obat atau penyakit yang mendasari harus ngetahuan yang dicapai mengenai fisiologi atau patologinya
dilakuran. Laju endap darah biasanya meningkat dan bukti pe- baru sedikit saja; pada orang dewasa, terkesan ada hubungan-
nyakit radang nonspesifik lainnya, seperti reaktan fase akut di- nya dengan stres. Penyakit ini terutama mengenai wanita. Ti-
temukan. Bukti dugaan terhadap penyebab penyakit ini dapat dak ada kelainan penemuan laboratorium. Manifestasi kli-
rneliputi: adanya gambaran streptokokus -hemolitikus pada niknya terdiri atas nyeri dan rasa tidak enak pada muskulo-
biakan faring atau kenaikan titer antistrepolisin O; perubahan skeletal yang sukar dijelaskan, terurama pada toraks, yang da-
reaksi kulit terhadap tuberkulin, histoplasmin atau koksidio- pat diulangi lagi dengan menekan sejumlah dtik-tirik pemicu.
idin. yang sebelumnya negatif; bukti roentgenografik adanya Kelelahan, kecemasan, insomnia, dan nyeri kepala sering di-
tuberkulosis paru atau penyakit jamur; atau bukti adanya pe- jumpai, tetapi keadaan ini tidak pr-ogresif dan tidak disertai de-
nyakrt yang rnenyertai seperti SLE, penyakit radang usus, atau ngan defbrmitas kronik. Terapi penyakit adalah dengan meya-
sarl.oidosis" kinkan kembali, penanganan stres dan gangguan ticlur. olah,
Salisilat biasanya cukup meredakan gejala-gejala eritema raga dan mungkin agen-agen anti-radang nonsreroid dapat
nodosa. Lesi kulit dan manifestasi utamanya dapat responsif membantu. Prognosis akhirnya belum diketahui.
terhadap kortikosteroid, tetapi terapi demikian biasanya tidak Pada sindrom refleks distrofi simpatis, tungkai atau bagian
diperlukan pada penyakit yang sembuh sendiri dan dapat me- tungkai terimobilisasi karena nyeri yang berat; hipersensitivi-
lupakan kontraindikasi karena adzrnya infeksi aktif yang men- tas kulit, osteoporosis dan tanda-tanda disfungsi saraf otonom
dasarinya. (perubahan suhu, berkeringat) adalah khas. Tampaknya, sin-
drom ini dapat menyertai jejas muskuloskeletal minor. Terapi
yang berhasil mencakup remobilisasi bagian yang terkena de-
ngan terapi fisik. Intervensi psikososial mungkin diperlukan.
Aetiology oferythema nodosum in children. Lancet 2:14, 1961.
Kirby JR, Kraft GH: Oral contraceptives and erythema nodosum. Obstet Gy- terutama jika keadaannya berulang pada bagian yang sama
rrcrul ,1():409 1972 atau bagian lainnya.

157.1 Fasiitis
I Bnn l5l (Fasiitis Difus, Fasiitis Eosinofitik)

Sindrom Nyeri Gangguan yang tidak umum ini ditandai oleh peradangan
difus jaringan fasia, biasanya disertai dengan eosinofilia ja-
ringan atau eosinofilia darah. Tidak ada penelitian jangka pan-
June Green Schaller jang yang telah menjelaskan riwayat alamiah penyakit. pe-
nyakit ini mungkin merupakan suatu varian dari skleroderma.
Sebagian besar anak yang dirujuk ke klinik reumatologi Walaupun sebagian besar penderitanya adalah orang dewasa,
anak menderita sindrom nyeri muskuloskeletal yang tidak da,
gangguan ini dapat juga terjadi pada anak-anak. peradangan
pat menampakkan penyebab organik. Sindrom ini meliputi jaringan fasia terutama terjadi pada tungkai dan badan; rangan,
nyeri yang semakin berat, sindrom fibromialgia, sindrom hi-
kaki dan muka biasanya tidak terkena. Tidak ada kaitannya
permotrlitas dan sindrom distrofi refleks simpatis. Merupakan
dengan fenomena Raynaud. Kontraktur sendi, termasuk kon-
hal yang penting bagi para klinisi, untuk mengenali anak-anak
traktur jari, dapat terjadi. Dapat rimbul setelah melakukan
yang demikian dan menghindari untuk mencap mereka sebagai
olahraga yang berat dalam satu waktu. Jaringan yang terkena
penderita penyakit kronis, seperti artritis reumatoid .juvenil,
membengkak dan lunak; namun karena kulit terletak di
atau meresepkan terapi yang tidak tepat dan tidak efektif de-
atasnya tidak terkena, jaringan kulit tampak berkerut. Belum
ngan obat-obat antiradang dan imunosupresan. Anak-anak
dijelaskan adanya keterlibatan organ-organ dalam. Tidak ada
mungkin mengalami gangguan akibat sindrom nyeri ini, dan
uji laboratorium yang diagnostik; hasil uji untuk faktor reuma-
mereka harus mendapat penanganan yang tepat dengan diag-
toid dan antibodi antinuklear biasanya negatif. Beberapa pen-
nosis yang tepat, penilaian yang tepat terhadap setiap lembaran
derita mempunyai eosinofilia yang mencolok, dan penam-
psil:clogis, dan terapi fisik untuk mengembalikan fungsi tu-
bahan jumlah eosinofil ini dapat ditemukan pada jaringan
buhnya.
yang terkena. Diagnosisnya berdasarkan tanda-tanda klinis
Nyeri tungkai idiopatik pada masa kanak-kanak, sering di- dan didukung bukti dari biopsi radang fasia. Terapi kortiko-
sebul: nyeri yang semakin berat, mengenai sejdmlah besar steroid dapat membantu, walaupun hasil penelitian peman-
anak-anak normal. Nyeri. tungkai difus, biasanya pada kaki, tauan jangka-lamanya tidak ada. Pada anak-anak, tampaknya
terjadi pada malam hari dan tanpa disertai kecacatan atau pe- penyakit ini disertai dengan morfea, dan agaknya bertumpang-
nemuan-penemuan fisik objektif pada siang hari. Terapinya tindih dengan skleroderma. Fasiitis eosinofilia yang disertai
meliputi usaha-usaha untuk meyakinkan kembali dan mengi- anemia aplastik, trombositopenia, leu-kemia, atau limfoma ja-
kuti pe;alanan waktu. rang sekali terjadi.
158 I Sindrom Nyeri 849

S ind ro m mial g i a - e o s inofi lia, y ang telah dil aporkan banyak


terjadi pada orang dewasa, memperlihatkan kesamaan yang
mencolok dengan kelainan-kelainan pada jaringan ikat seperti I B,ln 158
fa^iitis eosinofilia, skleroderma dan miositis eosinofilia: pe-
nyakit ini dihubungkan dengan penelanan triptofan atau kon- P annikuliti s N o n s up ur atif
taminan dari pabrik. Penyakit ini ditandai dengan edema, ga-
tal, parestesia, mialgia, eosinofilia, radang perivaskuler, dan fi- Noduler Kumat
brosis atau peradangan fasia. Pengobatannya mencakup peng- (Sindroma Weber-Christian)
hentian triptofan. Keadaan seperti ini juga terjadi pada pende-
June Green Schaller
rita yang telah menelan minyak goreng yang terkontaminasi
(sindrom minyak beracun). Penyakit radang subkutan yang jarang ini adalah ditimbul_
kan oleh penyebab yang belum diketahui dan mungkin tidak
menggambarkan satu penyakit saja. Infeksi, reaksi obat (teru_
157.2 Fenomena Raynaud tama terhadap bromida dan yodium), kelainan metabolisme le_
mak, dan hipersensitivitas,. semuanya diduga merupakan fak_
Fenomena Raynaud ditandai dengan pemucatan iskemik tor penyebab penyakit. Nekrosis lemak dihubungkan dengan
falangs distal karena vasospasme, pertama-tama disertai sia- beberapa penyakit reumatik, penyakit pankreas dan pqnghen
nosis dan kemudian hiperemia reaktif. Tangan lebih sering ter- tian kortikosteroid. Terutama mengenai orang dewasa, walau_
kena daripada kaki; semua falangs dapat terkena secara si- pun sindrom ini telah dilaporkan terjadi pada semua kelompok
metris, atau mungkin hanya beberapa yang terkena secara umur. Anak.perempuan lebih sering terkena daripada anak
asimetri. Episode penyakit dapat disertai dengan mati-rasa, laki-laki,
darr rasa geli selama fase iskemik dan nyeri selama fase pe- Secara histologis, ada fokus degenerasi dan peradangan pa_
nyembuhan. Serangan paling sering dipercepat oleh rasa di- da lemak subkutan. Jaringan lemak mesenterika, periviseral
ngin, tetapi dapat juga terjadi sesudah tekanan atau stres. Fe- dan periartikuler mungkin terkena; metamorfosis lemak hati
nomena Raynaud relatifjarang terjadi pada anak-anak. dan hiperplasi retikuloendotelial dapat terjadi. penemuan labo-
Jika fenomena ini terjadi tanpa adanya penyakit yang men- ratoriumnya tidak spesifik. Leukopenia, kenaikan laju endap
dasari, disebut fenomena Raynaud primer. Beberapa individu darah, faktor reumatoid, antibodi antinuklear dan cryogtobutiin
yang menunjukkan gejala Raynaud mempunyai penyebab telah berhasil ditemukan.
yang mendasarinya, seperti skleroderma atau, yang tidak be- Secara klinis, penyakit ditandai dengan munculnya kum_
gitu sering, lupus eritematosus sistemik (SLE) atau penyakit pulan nodulus subkutan pada setiap bagian tubuh; paha, kaki,
jaringan ikat campuran, atau kondisi yang jarang misalnya perut, dada, dan lengan adalah yang paling sering terlibat.
krioglobulinemia. Beberapa individu, tanpa penyakit klinis Ukuran nodul bervariasi dari beberapa milimeter sampai bebe_
yang jelas, mempunyai kelainan laboratorium seperti antibodi rapa sentimeter dan mungkin terasa nyeri; kulit yang menu_
antinuklear atau kelainan pada pembuluh kapiler bantalan tupinya merah dan panas. Nodul mengecil dalam beberapa
kuku; pada individu demikian, kemungkinan akan menderita hari sampai beberapa minggu, biasanya meninggalkan cekung
penyakit reumatik di masa-masa mendatang. Pada kasus skle- an berpigmen. Sering ada demam, dan berbagai keluhan reu-
roderma, dan pada beberapa keadaan SLE dan penyakitjaring- matik dapat dapat terjadi, termasuk artritis, artralgia dan mial_
an ikat campuran, vasopasme dapat menimbulkan ulkus ujung gia. Hepatosplenomegali, nyeri perur dan episkleritis telah di_
jari, distrofi kuku atau kehilangan massa falangs distal (sklero- laporkan. Kumpulan nodul dan gejala sistemik biasanya kam-
daxtili). buh setelah selang waktu yang lama.
Terapi'fenomena Raynaud mencakup terapi untuk penyakit Diagnosis sindrom Weber-Christian didasarkan pada ga.m_
yang mendasarinya. Usaha untuk mempertahankan suhu tubuh baran klinis dan perubahan histologis. Diagnosis bandingnya
sentral dan perifer terhadap lingkungan yang dingin dengan termasuk eritema induratum, sarkoidosis, nekrosis lemak sub_
memakai pakaian hangat dan sarung tangan penting dilakukan. kutan pasca-suntikan, dan vaskulitis. Nekosis lemak dengan
Individu sering dapat diajar untuk mengendalikan episode de- nodul subkutan, artritis, dan keterlibatan viseral dapat terjadi
ngan teknik umpan balik biologis. Agen vasodilatasi seperti sebagai manifestasi dari penyakit pankreas, mungkin akibat
nifedipin mungkin diperlukan, walaupun tidak begitu sering. dari kerja enzim pada sel lemak.
Terapi spesifiknya belum diketahui. peredaan dapat terjadi
sesudah diterapi dengan kortikosteroid, kloroquin atau kol_
Farrington ML, Haas JE, Nazar-Stewart V, Mellins ED: Eosinophillic fasciitis
kisin. Penderita dengan keterlibatan pankreas yang mendasari
in children frequently progresses to ssleroderma like cutaneous fibrosis. J
Rheumatol 20:128, 1993. bisa mendapat manfaat dari pengobatan penyakit pankreasnya.
Grisanti MW, Moore TL, Osborn TG, Haber PL: Eosinophilic fasciitis in chil-
dren. Semin Arthritis Rheum 19;151, 1989.
Miller JJ III: The fasciitis morphea complex in children. Am J Dis Child McAdam LP, O'Hanlan MA, Bluestone R, et al: Relapsing polychondritis:
146:733.1992. Prospective study of 23 patients and a review of the literature. Medicine
(Baltimore) 55:193, t97 6.
Schuvat sJ, Frances A, valdenama E, et al: panniculitis and fever in children.
J Pediatr 122:372, 1993.
850 Bagian XVI a Penyakit Beumatik Masa Kanak-Kanak

fungsi muskuloskeletal tetapi tidak memperlambat majunya


I Bnn 159 perjalanan penyakit. Retardasi mental progresif dan kematian
pada usia 10 sampai 20-an telah dilaporkan, walaupun progno-
sis jangka lama yang sebenarnya tidak diketahui.
Polikondritis Kambuhan
Prieur A, Griscelli C: Arthropathy with rash, chronic meningitis, eye lesions,
.Iane Green Schaller and mental retardation. J Pediatr 99:'79- 1981.

Polikondritis kambuhan, salah satu dari sindrom reumatik


yang paling jarang, telah didapati pada beberapa anak. Penya-
kit ini ditandai dengan nyeri, pembengkakan, penghancuran,
I' Bes 16l
dan deformasi elemen-elemen kartilago eksterna dan interna
teiinga, hidung, mata, sendi, sistem laringotrakeobronkial, jan-
Sindrom Behget
tung dan pembuluh darah besar. Demam, malaise dan mialgia
dapat menyertai. Telah dijumpai adanya glomerulonefritis. Ti- Jane Green Schaller
dak ada ujilaboratorium yang khas. Diagnosis didasarkan
pada gambaran klinik dan adanya peradangan kartilago dari Gangguan ini ditarrdai dengan adanya ulkus oral dan geni-
pemeriksaan hasil biopsi. Keadaan ini kadang-kadang terjadi tal berulang dan radang okuler. Manifestasi kliniknya meliputi
pada penderita yang menderita'penyakit reumatik lainnya se- artritis, tromboflebitis, kelainan neurologis, lesi kulit, demam,
perti vaskulitis, artritis reumatoid, lupus eritematosus sistemik, dan kolitis. Keadaan inijarang terjadi pada anak.
atau sindrom Sjrigren. Kematian dapat merupakan akibat dari Penyebabnya belum diketahui. Vaskulitis arteri ukuran ke-
kererlibatan janfung dan pernapasan. Terapi dengan kortiko- cil dan medium dengan infiltrasi seluler menimbulkan nekro-
steroid dan agen sitotoksik dianjurkan, tetapi manfaat jangka sis fibrinoid dan penyempitan serta obliterasi lumen pembuluh
lamanya belum diketahui. darah.
Perjalanan kliniknya sangat bervariasi, dengan eksaserbasi
berulang dan lamanya interval bebas-penyakit tidak menentu.
Ulkus oral terjadi pada hampir semua penderita, menetap sela-
ma beberapa hari sampai berminggu-minggu, dan kemudian
I B,r.g 160 menyembuh tanpa jaringan parut. Ulkus nekrosis yang nyeri
(2-10 mm), dikelilingi eritema, dapat terjadi secara tunggal
atau dalam suatu kelompok, menutupi rongga mulut-hidung
Sindrom Demam, Ruam dan dan saluran napas atas. Ulkus genitalis terjadi pada sebagian
Artropati pada N e onatus besar penderita dan mengikuti perjalanan paralel. Manifestasi
okuler meliputi uveitis anterior atau posterior dan vaskulitis
retina, yang dapat berlanjut menjadi kebutaan. Seringkali ada
Jane Green Schaller artritis dan biasanya akut; berulang, asimetris, dan poliarti-
kuler, melibatkan sendi-sendi besar. Perjalanan penyakit se-
Keadaan yang jarang ini ditandai dengan demam tinggi
lanjutnya adalah terjadinya kelainan sistem saraf sentral seper-
yang intermiten, ruam makulopapuler dan penyakit. sistemik
ti meningoensefalitis, kelumpuhan saraf kranial serta psikosis,
yang mulai timbul pada minggu-minggu pertama kehidupan.
dan menunjukkan prognosis yang jelek. Kebanyakan penderita
Tanda-tanda lain adalah meningoensefalitis (dengan pleosito-
mengalami manifestasi kulit meliputi eritema nodosa, pseudo-
sis dan kenaikan kadar piotein dalam cairan serebrospinal), re-
folikulitis, lesi papulopustuler dan nodul akneiform. Pene-
tardasi mental progresif, iridosiklitis kronik, hepatospleno-
muan laboratoriumnya tidak diagnostik. Patergi (keadaan
megali dan limfadenopati. Artropati ditampakkan dengan pem-
alergi) kulit, berupa suatu pustula eritematosa steril, timbul se-
bengkakan, nyeri dan panas pada satu sendi atau lebih; roent-
sudah 24-48 jam pada tempat tusukan jarum pada kulit.
genogram sendi menunjukkan periostitis dan penghancuran
Tidak ada satu pun pengobatan yang efektif. Prednison,
ujung tulang panjang. Pembesaran patela mungkin mencolok.
kolkisin, klorambusil, azatioprin dan siklosporin sistemik
Tampaknya anak yang terkena mempunyai muka yang khas
efektif pada beberapa penderita.
dengan dahi menonjol.
Etiologi atau patogenesis sindrom ini belum diketahui.
Walaupun telah terjadi pada satu kelompok saudara kandung, Ammann AJ, Johnson A, Fyfe GA, et al: Behget's syndrome. J Pediatr 107:41,
penyakit ini tidak bersifat familial pada kasus-kasus yang lain. r985.
International Study Group for Behqet's Disease: Criteria for diagnosis of
Keadaan yang secara superfisial mirip artritis reumatoid juve-
Behget's disease. Lancet 335:1078, 1990.
nil yang mulai-sistemik, tetapi mula timbulnya yaitu (pada
masa neonatal) dan hubungannya dengan meningoensefalo-
pati, retardasi mental dan iridosiklitis kronik, juga sifat artro-
patinya berbeda. Pengobatan dengan agen antiradang non-
ste":id dan terapi fisik dapat membantu dalam memperbaiki
162 t Keadaan'Keadaan Nonreumatik yang Menyerupai Penyakit Reumatikpada
Masa Kanak-Kanak 851

TABEL 163-1. Keadaan-Keadaan selain penyakir Reurnarik yang di_


I Bnn 162 sertai Artritis pada Anak

Atidtis Pi.d€eol*'=,r,i
Sindrom Sjiigren Artritii: ruberkulosis
Osteomielitis dengan efusi sendi simparis
Arrritis teikait virus
Jqne Green Schaller Att{iti3 re kiifi,ji=
Penyakit Lyme
Penyakit radang-autoimun kronik ini, jarang terjadi pada Laln-lain (misal nya; arrrifi s Mikoplasma)
anak-anak, ditandai dengan mata kering (keratokonjungtivitis Penyakit.Neoplastik
sikka, seroftalmia), mulut kering (serostomia), dan disertai ' Lbukemia
gangguan jaringan ikat. Kelenjar ludah dan lakrimalis terinfil_ Neuroblqstqma
trasi oleh limfosit dan sel plasma; proses yang serupa dapat Histiosirbsis matigna
mengurangi sekresi dalam saluran pernapasan, vagina, pada
kulit dan kelenjar ludah serta kelenjar lakrimalis.
Manifestasi klinikmeliputi fotofobia, mata panas dan gatal,
ffumor tularr prifiei,,;{4nr
serta pandangan kabur; pembesaran kelenjar parotis unilateral
Ke"adaan-keadaan "ortopedik" (keadaan rulang dan ,*ndi nonru
atau bilateral yang tidak nyeri, rasa pengecapan oleh lidah ber_ d*g)
kurang, karies gigi, disfagia, lidah pecah-pecah, dan keilitis Sildro.m nekrosi avaskuler { mi sal nya. penyaki t Legg-Cal v6_
1
angularis; rasa pembauan berkurang, dan epistaksis; suara se_ Perthes. penyakit Kohler. penyakit Osgood_Schlarrer)
rak, bronkitis berulang, pneumonia dan otitis kronik. Sindrom Sinovitis toksik pinggul
Sjogren dapat terjadi dalam lingkungan artritis reumatoid atau Epifisis kaput lemoris tergeli ncir
lupus eritematosus sistemik. Bentuk-bentuk limfoproliferatif Trauma (fihktur penyiisaan anak. jejas sendi, Iigamenrum dan
,n
juga dapat terjadi, dengan kemungkinan keganasan limfoid. '
;"1J,",'l;;.,om ar asia
Diagnosisnya didasarkan pada tanda-tanda klinik yang didu-
kung oleh biopsi bibir atau kelenjar yang menampakkan infil-
trasi limfosit; mungkin ada hipergamaglobulinemia, krioglo
bulinemia, faktor reumatoid dan antibodi terhadap LalSSB dan
RoiSSA. Sindrom Sjcigren ibu dapat mendahului sindrom lu-
pus neonatus.
Pengobatannya bersifat simtomatik, dengan menggunakan SinOrom nveri
airmata buatan, tablet isap dan cairan untuk membatasi penga- Nyeri tungkai idiopatik (nyeri yang makin berrambah)
ruh yang merusak akibat berkurangnya sekresi. Kortikosteroid Sindrom fibromialgia
mungkin terindikasi pada gangguan fungsional yang berat dan Sindrom refleks distrofi simparis
komplikasi yang mengancam jiwa. Hi steria, reaksi koirversi, "reumat-i sme psikogenik,,*
BerbagaiEnacam keadaan (misalnya. anemia sel sabit, he-
monlia; :-
Fox RI, Saito I: Criteria for diagnosis of Sjcigren's syndrome [Review]. Rheum sindrom sendi hipermobil, arrritis akibat-imunodefi siensi,
Dis Clin North Am 2O:391, t994.
l fij
Hearth-Holmes M, Maethge BA, Abreo F, Wolf RE: Autoimmune exocrino-
pathy presenting as recurrent parotitis of childhood [Review]. Arch Otolar-
yngol Head Neck I 19:347, 1993. aKeadaan ini mungkin menyertai gejala-gejalu
yang nemberi kesan artritis:
St.ulair EW: New developments in Sjdgren's syndrome [Review]. Curr Opin keadaan tersebut tidak menimbulkan atau mewakili penyakit .rendi.
Rheumatol 5:604.1993.

tanpa tanda-tanda yang menyertainya, harus dipertimbangkan

I Bas 163 pada diagnosis banding penyakit reumatik masa kanak-kanak


(Tabel 163-1).
Infeksi bakteri pada tulang dan sendi-sendi dapat menye-
adaan N o nr e umatik
Ke adaan - Ke babkan nyeri dan pembengkakan sekitar satu sendi atau lebih,
yang Meny erupai Penyakit biasanya bersama dengan demam dan keluhan sistemik lain_
nya (lihat Bab 148 dan 172). Diagnosis dapat diperoleh dari
Re umatikp ada Mas a Kanak- biakan, uji kulit, dan teknik foto yang tepat. Infeksi virus dan
mikoplasma dapat disertai dengan artritis sementara, yang ti_
Kanak dak akan terancu dengan penyakit reumatik kronik. penyakit
Lyme perlu dibedakan dari JRA pausiartikuler. Diskitis (lihat
Jane Green Schaller Bab 628.7) atau radang diskus intervertebralis dan lempengan
ujung korpus vertebra dapat dirancukan dengan artritis, walau-
Sejumlah besar keadaan "nonreumatik" yang dapat menye- pun nyeri pada diskitis adalah khas spinal; roentgenogram atau
babkan keluhan muskuloskeletal pada anak-anak, dengan atau scan tulang dapat menunjukkan diagnosisnya.
852 Bagian XVI f Penyakit Reumatik Masa Kanak-Kanak

Sejumlah keganasan masa kanak-kanak dapat mengakibat- Aprin H, Turen C: Pyogenic sacroillitis in children. Clin Orthop 287 98, 1993.
Cabral D, Petty R, Fung M, Malleson P: Persistent antinuclear antibodies in
kan keterlibatan muskuloskeletal yang menyerupai artritis, bia-
children without identihable inflamrnatory rheumatic or autoimmune dis-
sanya melalui mekanisme infiltrasi sel-sel ganas di sekitar ease. Pediatrics 89:441, 1992.
kapsula sendi dan periosteum atau penghancuran tulang. Nyeri Can AJ, Cole WG, Roberton DM, Chow CW: Chronic multifocal osteomyeli-
pada sendi yang terkena sering berat, dan pemeriksaan darah tis. J Bone Joint Surg Br 75:582,1993.
Cassidy JT: Miscellaneous conditions associated with afihritis in children. Pe-
dapat menunjukkan kelainan sel darah putih (leukopenia atau
diatr Clin North Am 33:1033, 1986.
bentuk-bentuk sel yang abnormal), trombositopenia, anemia, Cassidy JT: Progress in diagnosing and understanding chronic pain syndromes
hiperurikemia, atau kenaikan LDH. Roentgenogram tulang da- in children. Cun Opin Rheumatol 6:544, 1994.
pat menunjukkan tingkat kepadatan metafisis yang semakin Cushing AH: Diskitis in children. Clin Infect Dis 17:1, 1993.
Nocton JJ, Miller LC, Tucker LB, Schaller JG: Human pawovirus B 19 associ-
berkurang, periostitis, atau lesi yang bersifat lisis. Kecurigaan
ated arthritis in children- J Pediatr 122186,1993.
adanya keganasan pada anak dengan "arlritis" memerlukan pe- Schuval SJ, Bonagura VR, Ilowite NT: Rheumatologic manifestations of pedi,
ngamatan yang tepat, dengan konsultasi onkologi dan biopsi atric human immunodeficiency virus infection. Rheumatol 20:1578, 1993.
sumsum tulang ataujaringan yang sesuai lainnya. Steere AC, Taylor E, McHugh GL, Logigian EL: The overdiagnosis of Lyme
disease. JAMA 269 :1812, 1 993.
Penyakit kostokondrial (kostokondrlrls) merupakan gang- Szer IS, TaylorE, Steere AC: The long-term course of Lyme arthritis in chil-
guan yang relatif sering, ditandai dengan nyeri yang terloka- dren. N Engl J Med 325:159, 1991.
lisasi pada sambungan kostosternal atau kostokondral. Nyeri Tucker LB: Nonrheumatic conditions including infectious diseases and syn-
dromes in children. Cun Opin Rheumatol, in press.
dapat timbul secara akut, tajam, mendadak dan sebentar, atau Yunus MB, Masi AT: Juvenile primary fibromyalgia syndrome: A clinical
nyeri ini dapat berkembang sedikit demi sedikit sebagai nyeri study of 33 patients and matched normal controls. Arthritis Rheum 28:138.
yang tidak tajam (tidak menusuk) yang berakhir dalam bebera- 1985.
pa jam hingga beberapa hari. Nyeri ini dapat disertai dengan
rasa ketat karena spasme otot dan biasanya tidak dieksaserbasi
oleh gerakan pernapasan atau gerakan ringan lainnya. Sering- 163.1 Nodul Reumatoid Benigna
kali ada perlunakan setempat pada waktu mempalpasi satu kar-
tilago kosta atau lebih, dan riwayat trauma atau pekerjaan fisik Lesi seperti-nodul reumatoid yang tidak disertai penyakit
yarg tidak lazim. Kombinasi nyeri, perlunakan, dan pembeng- reumatik kadang-kadang terjadi pada anak. Pada berbagai
kakan dengan atau tanpa kemerahan disebut sebagai sindrom tempat dapat dijumpai satu atau banyak lesi, termasuk daerah
Tietze. Ketidak-enakan biasanya hanya menetap selama bebe- pretibia, dorsum pedis, kulit kepala, tangan, dan siku; lesi-lesi
rapa hari atau berespons terhadap analgesia ringan dan ini dapat juga muncul pada titik tekanan atau sesudah trauma,
menghindari aktivitas yang berat. sebagaimana nodul reumatoid yang sebenarnya. Secara klinis
Beberapa keadaan nonradang dapat menyerupai penyakit nodul ini terletak subkutan atau melekat padajaringan yang le-
reumatik pada anak. Keadaan ortopedik seperti fraktur tulang, bih dalam dan menyerupai nodul reumatoid. Secara histologis,
jejas jaringan lunak, sindrom nekrosis avaskuler, dan epifisis lesi ini memperlihatkan daerah sentral yang mengalami nekro-
kaput femoris.yang tergelincir dapat menyerupai artritis; roent- sis fibrinoid, dikelilingi histiosit dan sel-sel mononuklear; lesi-
genogram atav scan tulang biasanya diagnostik. Sindrom lesi tersebut sangat menyerupai nodul reumatoid tipe-dewasa
nyeri, nyeri yang makin berat, fibromialgia dan distrofi refleks atau lesi intrakutan yang merupakan ciri khas granuloma anu-
simpatis (lihat Bab 157) juga harus dipikirkan sebagai diagno- lare. Sebenarnya, dapat diikuti granuloma anulare yang khas.
sis banding. Penyebabnya belum diketahui. Anak yang terkena sehat
Keadaan-keadaan yang ditentukan secara genetik atau kon- dan tidak mempunyai keluhan-keluhan yang berkaitan dengan
genital secara superfisial dapat menyerupai penyakit reumatik. reumatik. Uji laboratorium normal; hasil uji untuk faktor reu-
Misalnya, miositis osifikans kongenital (fibrodisplasia osifi- matoid dan antibodi antinuklear negatif. Lesi nodul bertambah
kans kongenital) kadang-kadang terancu dengan dermatomio- besar, mengecil dan dapat berulang, tetapi kekambuhan ini
sitis atau skleroderma, dan keadaan-keadaan seperti osteolisis biasanya berhenti sesudah beberapa bulan atau beberapa ta-
kaiyal-tarsal atau displasid trikorinofalangeal dapat memberi hun. Penyakit ini sifatnya jinak; anak yang terkena tidak
kesan arlritis reumatoid juvenil. Riwayat keluarga positif, ada- mengalami peningkatan risiko untuk menderita penyakit reu-
nya tanda-tanda dismorfik yang berhubungan (misalnya, ano- matik, dan tidak ada terapi yang diperlukan seLain pengem-
mali digital pada miositis osifikans kongenital alau anomali balian keyakinan.
muka khas pada displasia trikorino-falangeal) atau gambaran Nodul-nodul yang terdapat pada penyakit reumatik (artritis
roentgenografik tulang dan sendi yang terkena (misalnya, lisis reumatoid, demam reumatik akut, skleroderma, lupus eritema-
tulang karpal dan tarsal pada osteolisis karpal-tarsal) dapat tosus sistemik) jarang terjadi sebagai satu-satunya manifestasi,
membedakan wujud ini (lihat Bab 634). namun sepertinya tampak bersamaan dengan tanda-tanda lain
Berhagai macam keadaan lainnya dapat menyerupai penya- penyakit reumatik aktif. Nodul reumatoid pada artritis reu-
kit reumatik masa kanak-kanak. Yang perlu diperhatikan ada- matoid biasanya disertai dengan hasil uji faktor reumatoid
lah sindrom tangan-kaki pada anemia sel sabit dan artropati yang positif.
hemofilia. Pada umumnya, keadaan demikian dapat dibedakan
atas dasar riwayat dan penemuan fisik, yang secara keselu-
Burrington JD: "Pseudorheumatoid" nodules in children: Report of ten cases.
ruhan tampaknya tidak konsisten dengan penyakit reumatik
Pedaitrics 45:4'7 3, l9'7 0.
yang manapun. Simons FE, Schaller JG: Benign rheumatoid nodules. Pediatrics 56:29.,1975.
164 t .A,miloidosi.:s 853

penyakit radang usus dan infeksi kronik seperti tuberkulosis.


I Bne 164 Karena prctein AA serum berperan sebagai reaktan fase-akut,
kenaikan jumlah bahan ini akibat radang kronik dapar membe
rikan penjelasan mengenai terjadinya bentuk amiloidosis se-
Amiloidosis kunder. Penyakit radang yang lain, seperti lupus eritematosus
sistemik atau dermatomiositis yang disertai dengan masa pera-
dangan yang lebih pendek, tidak disertai dengan amiloidosis
Jane Green Schqller
sekunder. Anehnya, amiloidosis sekunder pada artritis juvenil
mengenai sebanyak l\Vo anak di beberapa negara Eropa, teta-
pi, pada anak-anak di Amerika Serikat dan Kanada, hal ini ja-
Amiloidosis ditandai dengan pengendapan bahan eosinofil rang Citemukan sebagai komplikasi penyakit yang agaknya
yang tampak-homogen di berbagai jaringan tubuh yang meng- serupa; penjelasan mengenai perbedaan ini belum diketahui.
ikat zat warna merah Kongo. Bahan amiloid terdiri atas se- Amiloidosis sekunder biasanya mulai timbul beberapa tahun
rabut-serabut mikroskopis yang secara biokimia heterogen, de- sesudah terjadinya penyakit radang, dan ditampakkan dengan
ngan sekurang-kurangnya l5 jenis komposisi protein yang ber- hepatospler:omegali atau proteinuria, yang kemudian membu-
beda. Pengendapan bahan amiloid pada akhirnya meng- ruk menjadi sindrom nefrotik dan akhirnya gagal ginjal.
ganggu fungsi organ. Berbagai keadaan penyakit akibat dari DIAGN0SIS. Diagnosis amiloidosis ditegakkan dengan
pengendapan berbagai jenis bahan amiloid, dan berbagai pola memperlihatkan adanya amiloid pada jaringan yang terkena. .

pengendapan jaringan menyebabkan berbagai pola disfungsi Biopsi ginjal dipandang berbahaya bila ada amiloidosis, kare-
organ. na kemungkinan terjadi perdarahan. Limpa sering terkena se-
Klasifikasi protein amiloid dan berbagai penyakit amiloid hingga bukan merupakan tempat yang baik untuk biopsi.
adalah kompleks. Jenis-jenis amiloidosis utama adalah mereka Tempat bi tpsi yang lebih mudah adalah mukosa rektum dan
yang terkait mieloma multipel dan makroglobulinimea (penda- jaringan g,inggiva. Metode sintigrafi dengan menggunakan
hulu amiloid tipe-Al-), amiloidosis yang terjadi pada individu komponer P amiloid serum telah diuraikan sebagai alat diag-
dengan demam Mediteranian familial (pendahuld amiloid tipe- nostik yang berguna dan sebagai alat untuk memonitor sratus
AA). Sekelompok keadaan, termasuk amiloidosis primer, kea- amiloidosis. Penderita dengan artritis juvenil dan amiloidosrs
daan-keadaan amiloid yang berkaitan dengan pe-nuaan (ter- sekunder biasanya menunjukkan peningkatan reaktan-fase
masuk penyakit Alzheimer), dan beberapa tipe amiloidosis fa- akut dan kadar imunoglobulin yang tinggi.
milial yang jarang, disertai dengan pendahulu amiloid lainnya. PENGOBATAN Amiloidosis telah digambarkan sebagai ke-
Hanya amiloidosis yang terjadi bersama dengan demam adaan yang tidak dapat diobati dan ireversibel. Namun amiloi-
Mediteranian familial dan amiloidosis sekunder akibat penya- dosis pada DMF biasanya dapat dicegah dengan memberi
kit radang kronik yang mengenai anak dalam suatu jumlah terapi kolkisin, dan terapi demikian dapat mengembalikan be-
yang cukup besar. ini, seperti yang dapat disaksikan
berapa amiloidosis stadium
Demam Mediteranian Familial (DMF) adalah penyakit dengan adanya penurunan proteinuria. Pada artritis juvenil,
yarig secara genetik terdapat paling sering pada orang-orang amiloidosis sekunder responsif terhadap klorambusil dan
Yahudi Afrika Utara, Arab, Turki dan Armenia. Diagnosisnya berakibat perbaikan tanda-tanda ginjal dan pemanjangan
didasarkan atas tanda-tanda klinik berupa serangan dernam. umur; hanya ada sedikit pengalaman dengan agen-agen sito-
berulang; serositis paling sering ditampakkan oleh nyeri perut; toksik lainnya. Efek samping klorambusil adalah kerusakan
artritis; dan riwayat keluarga positif. Tidak ada uji yang diag- kromosom dan resiko keganasan lain yang belum diketahui.
nostik. Serangan DMF biasanya rnulai timbul selama masa Tidak banyak pengalaman terapi untuk amiloidosis sekunder
kanak-kanak. Pemindahan penyakit bersifat otosorr. resesif. yang disebabkan keadaan-keadaan lainnya.
Pada sepertiga hingga setengah individu penderita DMF di be-
be"apa populasi (Yahudi Sefardik, Turki; berkembang amiloi- Castile R, Shwachman H, Travis W, et al: Amyloidosis as a complication of
dosis sekunder yang tidak tergantung pada f:ekuensi atau be- CF. Am J Dis Child 139;728, 1985.
ratnya serangan DMF. Lokus genetik DI{r terletak pada kro- David J, Vouyiouka O, Ansell BM, et al: Amyloidosis in juvenile chronic ar-
mosom 16 dan berbeda dari kelompcL gen serum AA yang thritis: A morbidity and mortality study. Clin Exp Rheumarol I 1:85, 1993.
Gedalia A, Adar A, Gorodischer R: Familial Mediterranian fever in children. J
terletak pada kromosom 1lp. Amiloidosis yang disertai de- Rheumatoid 19(Suppl 35):1, 1992.
ngan DMF ditampakkan dengan proteinuria, yang semakin Hawkins PN, Richardson S, Vigushin DM, et al: Serum amyloid p component
memburuk menjadi sindrom nefrotik dan gagal ginjal dalam scintigraphy and turn over studies for diagnosis and quantitative monitonng
masa beberapa bulan hingga beberapa tahun; kematian terjadi of AA amyloidoisis in juvenile rheumatoid arthntis. Arthntis Rheum
36:842,1993.
karena infeksi, trcmboembolisme atau uremia. Serangan DMF Pras E, Aksentijevich I, Gruberg L, et al: Mapping of a gene causing familial
dapat dicegah dengan terapi kolkisin. Terapi kolkisin juga sa- Mediterranian fever to the short arm of chromosome 16, N Engl J Med
ngat mengurangi kejadian amiloidosis dan menyebabkan bebe- 326 1509,1992.
rapa regresi pada amiloidosis yang telah mantap. Dikatakan Saatci U, Bakkaloglu A, Ozen S, Besbas N: Familial Mediterranian Fever and
amyloidosis in children. Acta Paediatrica 8 I :705, 1993.
bahwa kolkisin yang diminum ibu-ibu hamil yang menderita Woo P: Amyloidosis in children. Baillieres Clin Rheumatoid 8:691, 1994.
DMF tidak membahayakan dirinya ataupun bayinya. Zemer D, Liunch A, Damon YL. et al: Long-term colchicine treatment in chil
Amiloidosis yang mempunyai komposisi serupa (penda- dren with familial Meditenanian'fever. Arth Rheum 34:9'13,1991.
hulu fibril AA) juga terjadi pada beberapa individu dengan pe-
nyakit radang kronik, termasuk artritis juvenil, fibrosis kistik,

Anda mungkin juga menyukai