Anda di halaman 1dari 103

BacnN XI

Janin dan Bayi I,{eonatus


Robert M. Kliegman

T Ben 18

Pandangan (Imum M ortalitas :(o


ct)
c
dan Morbiditas .o2
o(!
t

Walaupun "periode neonatus" menunjuk pada 4 minggu


pertama kehidupan sesudah lahir, namun bentuk kehidupan
janin maupun neonatus terus berlanjut dalam masa pertumbuh- 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 t988 1989 1990 1991
an dan perkembangan manusia; di mana masa-masa tersebut Tahun
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan intrau-
Gambar 78-2. Rasio kulit hitam-kulit putih pada mortalitas bayi (kematian
terin serta ekstrauterin. Misalnya, toksemia pada ibu dapat me-
pada usia <1 tahun) dan pada frekuensi berat badan lahir rendah (LBW) (berat
ngurangi kecepatan pertumbuhan janin dan menyebabkan <2.500 g [<5 pon, 8 ons] pada saat lahir) dan frekuensi berat badan lahir sa-
kenaikan insidens hipoglikemia pada neonatus. Pengaruh so- ngat rendah (VLBW) (berat <1.500 g [<3 pon,4 ons] pada saat lahir) (per
siat, ekonomi, dan budaya juga mempengaruhi kelanjutan pro- 1.000 kelahiran hidupf Amerika Serikat, tahun 1980-1991. (Dari Perbedaan
pada Mortalitas Bayi antara Kulit Hitam dan Kulit Putih-Amerika Serikat,
ses tadi. Status ekonomi yang rendah seringkali dihubungkan
tahun 1980-1991. MMWR 43:'288, 1994.)
dengan prei'naturitas, yang dapat dikorelasikan dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi; tidak hanya pada masa
neonatus, melainkan juga pada keseluruhan masa bayi. Di
Arnerika Serikat, angka mortalitas neonatus dan bayi kulit hi-
tam secara nyata lebih tinggi daripada angka mortalitas bayi
kulit putih (Gambar 78-l dan 78-2), hal ini menggambarkan
pengaruh dari faktor budaya dan sosial ekonomi. Walaupun
ada pengaruh sosial, misalnya dokter yang dalam masa singkat
berada di daerah yang kurang pelayanan kesehatan, dan mem-
pengaruhi pelayanan perawatan medis pada mereka yang sa-
ngat memerlukannya, namun kegagalan banyak ibu di daerah
o25
!
o) itu untuk menggunakan perawatan medis pranatal dan pence-
c
<20 gahan yang tersedia secara efektif, juga turut menyebabkan
morbiditas dan mortalitas janin dan bayi. Sebagian kegagalan
Semua Ras
ini terjadi akibat ketidakcukupan (rendahnya) pendidikan ke-
sehatan masyarakat, karena kurangnya uang untuk membayar
perawatan, serta terbatasnya akses untuk mencapai fasihtas
dan penyedia pelayanan kesehatan. Faktor sosial yang menun-
1975 1980 1985 1990
juk pada kasus kehamilan di luar nikah dan praktek-praktek
Tahun
budaya, misalnya penggunaan obat-obat terlarang; juga me-
Gambar 78-1,Angka mortalitas bayi menurut ras ibu. Kematian pada umur <l nambah insidens penyakitjanin dan neonatus.
tahun per 1.000 kelahiran hidup pada kelompok yang telah ditentukan. Ter- Mortalitas neonatus telah menurun secara progresif; angka
masuk bayi Hispanik dan non-Hispanik; angka hanya diperuntukkan bagi bayi mortalitas tertinggi terjadi selama 24 jam pertama setelah la-
kulit hitam dan kulit putih karena Kumpulan Data yang Mengaitkan Kelahi- hir, dan secara keseluruhan kira-kira merupakan 65Vo kemati-
ran/Kem'tian Bayi (yang maksudnya digunakan untuk memperkirakan angka
mortalitas bayi pada kelompok ras lain secara lebih tepat) tidak tersedia untuk
an di bawah umur 1 tahun. Penurunan selanjutnya pada
tahun 1990 dan 1991 . (Dari Mortalitas Bayi Serikat, 1991 . MMWR mortalitas serta morbiditas yang terkait, terutama tergantung
-Amerika
42:e26,1993). pada pencegahan kelahiran bayi dengan berat badan lahir ren-
78 I Pandangan Umum Mortalitas dan Morbiditas s33

TABEL 78-1 Sebab-Sebab Utama Mortalitas Perinatal TABEL 78-2 Morbiditas dan Sekuele Penyakit Perinatal dan Neonatal

!.K$11'Llrlr lY;6*hid-iffi 'l=G..P..st$hli iil

Ensefalopati hi poksik-iskemik,
., g.,tikomafasla p,.etivenftik$91, .,,
i.#ffir"ag.tegd yang belit l.:I,
dapat dipasrikan.
Ensefalopaii b,ilirubin (kernikterus)
sbt ppatiifiip lisik.isl<emik,
I'i,&,
infeksi intrauteri trubela. CMVt
Perdarahan intraventrikuler, meni -
ngitis
Enselalopati hipoksik-iskemik,
hipoglikemia
,-Infeksl tgE t ftb$lflr0,[.,f,.Y,i
HIV, toksopltismosis)
,,'Imaturifa$i hipoksjh- tur*osio:
ekonomi rendah
dah (lo*'-birthweight [LBWI), diagnosis pranatal, dan pengo-
batan awal pada penyakit-penyakit akibat faktor-faktor yang
berperan selama kehamilan dan pada persalinan (Tabel 78-1 -:=nr
t fffir*iffiH"
$ipk*.ia -, htpngl ift e,liriffi '['13i $dr.€"x

dan Gambar 18-3). MortaLitas perinatal menggambarkan ke- Retinopari pada piematu ritas-ROP
(keracunan oksigen)
matian janin dan neonatus yang dipengaruhi oleh keadaan pra-
natal dan keadaan di sekitar saat persalinan. Sering dide- Belum dapat dlpastikan
Toksisitas obat ffurosimid, amino-
linisikan sebagai kematian janin dan bayi dari usia kehamilan
glikosid), enselalopati bilirubin
20 minggu sampai hari ke-28 sesudah lahir.
hipoksia + hipervenlilasi
Di Amerika Serikat setiap tahun ada sekitar 6 juta kehamil- Imaturitas, penyakit kronis. hipok-
an, 4 juta bayi lahir hidup, dan 35.000 bayi meninggal dalam sia. intubasi endotrakeal yang
usia l2 bulan pertama. Duabelas persen kelahiran berasal dari Iama. kekurangan pendengaran
ibu berusia antara 15 sampai 19 tahun, dan30Vo berasal dari Trauma kelahiran--?leksus bia-
ibu yang tidak kawin. Kematian janin dihubungkan dengan re- kialiq, saraf"frenikus, medula
tardasi pertumbuhan intrauteri dan keadaan-keadaan, seperti
'.'
sDlnalls
q

insufisiensi plasenta, yang cenderung menyebabkan janin me-


Keracunan okqigen. barotrau ma
ngalami asfiksia. Kematian neonatus diakibatkan oleh penya-
kit-penyakit yang terkait dengan berat badan lahir rendah, dan
akibat anomali kongenital yang mematikan (lihat Tabel 78-1). pipa.nd:,jS.-ul
Angka mortalitas bayi (kematian yang terjadi dari saat lejas , .,
Premanrritas, BPD, bayjibu peng-
lahir-12 bular/l.000 kalahiran hidup) bervariasi pada tiap-tiap guna obat terlarang ' '
negara; angka mortalitas terendah pada tahun 1991 terdapat di Intubasi nasotrakea
Jepang (4,411.000 kelahiran) dan Skandinavia (5,6-6,2/1.000);
angka mortalitas sedang di Amerika Serikat (8,9/1.000); dan
angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang ber-

o6
!c5

E4 c"reffiuaa,
o
fllii
t,:;:;:,, ,=ll I

ff.d'.l,lf,if|,tcina=,
o
cl Sindrom u$us;ttndek

1 1982 1983 1984 1985 1986 1987 ',1988 1989 1990 1991

l,4alformas
t
I m lmalullas fl Asfiksia N Eksternal
Penyakit hati kolestasis (sirosis.
Kongenital
gagal hati)
D lnfeksr I Spesiiik lain I SIDS & Sisanya
Gagal tumbuh
'::r::::=::r :::tt:,:,:: ':.::=,: I

Garnbar 78-3. Kecenderungan kelompok penyebab kematian neonatus di Ing-


gris dan Wales pada tahun 198 I - I99l . Eksterna merujuk pada malnutrisi, aspi-
rasi, pneumonia, hipotermia, jejas, atau keracunan. (Dari Alberman E, Botting
B, Blatchley N, et al: A new hierarchical classihcation of causes of infant
deaths in England and Wales. Arch Dis Child 70:403, 1994.)
534 BAGIAN X A Janin dan Bayi Neonatus

Tabel 78-2. (lanjutan)


Penyebab bayi LBW yang menonjol di Amerika Serikat
adalah kelahiran prematur; sedangkan di negara dan bangsa_
bangsa yang sedang berkembang, yang angka LBWnya lebih
tinggi; hal ini sering disebabkan oleh adanya retardasi per_
tumbuhan intraureri. Bayi VLBW adalah bayi yang paiing
sering prematur (<37 minggu kehamilan), walaupun retardasi
pertumbuhan intrauteri itu sendiri dapat mempersulit kejadian
persalinan awal/prematurnya. Bayi VLBW mewakili sebagian
besar kematian bayi, dan anak yang perkembangan sarafnya
cacat (handicaps). Etiologi kelahiran prematur adalah infeksi
membran (cairan) amnion oleh bakteri saluran genitourinaria
(Chlamydia trachomatis, (Jreaplasma ureolyticum, Myco-
plasma hominis, Streptokokus grup
kembang (30-150/1.000). Walaupun faktor-faktor sosioeko_ F, Gardnerella vaginalis),
robekan membran sebelum waktunya [prematur], kelainan
nomi, -udaya, dan mungkin geografi mempengaruhi mortali_
uterus, perdarahan plasenta (solusio plasenta, plasenta previa),
tas perinatal; variabel-variabel preventif seperti pendidikan ke_
kehamilan ganda, penyalahgunaan obat, iUu Uerp"nyutit
sehatan, perawatan pranatal, nutrisi, dukungan sosial, risiko
kronik, gawat janin, dan pielonefritis ibu. Meskipun demikian,
identifikasi, dan perawatan obstetris dapat mengurangi mor_
ada banyak penyebab kasus persalinan kurang bulan (preterm)
talitas perinatal secara efektif. Jumlah bayi dengan berat badan
yang belum diketahui.
lahir rendah merupakan penentu utama angka mortalitas neo_
natus dan, bersama dengan anomali kongenital yang mema_ Walaupun 99Vo kelahiran terjadi di rumah sakir, namun
tikan (misalnya, jantung, sistem saraf pusat, dan pernapasan), hanya ada J5Vo wanita hamil yang mendapat perawcttan pra_
angka mortalitas bayi, secara nyata berperan pada morbiditas natal pada trimester pertama. Kebanyakan, wanita yang pera_
masa kanak-kanak. Angka LBW secara langsung terkait de_ watan pranatalnya inadekuat berisiko mengalami komplikasi
ngan varian angka mortalitas bayi pada berbagai negara. Di perinatal. Perawatan pranatal adalah penting, karena wanita
Amerika Serikat, angka LBW naik dari 6,6Vo sampai 1,l%o yang mendapat nasihat tentang perilaku kesehatan mempunyai
antara tahun 198 I dan 1991. Kenaikan ini paling menonjol insidens kelahiran LBW yang lebih rendah. Hambatan peia_
pada bayi kulit hitam. watan pranatal antara lain: tidak mempunyai uang atau uang
Angka bayi dengan berat badan lahir rendah (LBW, bayi tidak cukup; atau tidak mempunyai asuransi untuk membayai
dengan berat 2.500 g atau kurang pada saat lahir) pada tahun perawatan; koordinasi pelayanan yang jelek; dan pendidikan
1991 adalah'l,l7o, dan pada tahun-tahun terakhir ini angka efektif yang tidak cukup, yaitu mengenai pentingnya pera_
bayi dengan berat badan lahir sangar rendah (VLBW) (bayi watan pranatal. Keberhasilan dan penyediaan sarana yang cu_
dengar, berat badan 1.500 g atau kurang pada saat lahir) adalah kup untuk melakukan perawatan pranatal dan perinatal yang
1,1-l,2Vo dari semua kelahiran. Angka LBW dan VLBW serta berkualitas tinggi memerlukan tenaga perawatan kesehatan
angka mortalitas bayi adalah 2 kali lebih tinggi pada bayi kulit yang kompeten dan koordinasi pelayanan antara tempat prak_
hitam daripada bayi kulit putih (lihat Gambar 78-2). Walaupun tek dokter, klinik, rumah sakit komunitas, program regionali_
ada kemajuan dalam perawatan perinatal, data ini memberi ke- sasi khusus untuk ibu-ibu dan bayi-bayi yang berisiko tinggi,
san adanya kebutuhan utama untuk program pencegahan. dan pusat perawatan tersier. program perinatal regional harus
mengupayakan pendidikan dan konsultasi yang berkesinam_
bungan, baik pada masyarakat maupun pusat rujukan dan
pengangkutan wanita hamil dan bayi baru lahir ke rumah sakit
o yang tepat; rumah sakit ini juga harus mencakup rumah sakit
4
!
regional yang mempunyai fasilitas, peralatan, dan personel un_
o
-6 3 tuk perawatan obstetri dan neonatus secara intensif.
o
o Peran kematian janin dalam mortalitas perinatal sedikit
o
o
2
melebihi kematian neonatus. Ahli obstetri memegang peranan
o
1 sentral pada penurunan morbiditas dan mortalitas perinatal.
Akhir-akhir ini, junlah kematian janin intrapartum telah lebih
banyak turun daripada jumlah kematian janin antepartum. Hal
ini dapat menggambarkan adanya: kenaikan penggunaan pe_
- Hltwfli":' @ tmaturttas E:] Asfiksia N Eksternat
mantauan janin selama persalinan dan penggunaan seksio se_
El lnfeksi @ Spesifik lain I S|DS @ Sisanya saria yang lebih liberal pada kasus gawat janin dan komplikasi
obstetri lainnya. Hal ini juga menekankan perlunya kemampu_
an untuk meramalkan maturitas dan cadangan fungsional janin
Gambar 78-4. Kecenderungan kelompok penyebab kematian pascaneonatus sebelum persalinan. Agar dapat mengenali janin-janin dan
di Inggris dan Wales pada tahun 1981-1991. Eksterna merujuk pada malnu- bayi-bayi yang berisiko paling besar pada saat yang sedini
trisi, aspirasi, pneumonia, hipotermia, jejas, atau keracunan ( Dari Alberman
E, Botting B, Blatchley N, et al: A new hierarchical classification of cause of mungkin, ahli obstetri dan ahli anak harus berinterakssi secara
infant deaths in England and Wales. Arch Dis Child 70:403, 1994.) efektif untuk mengantisipasi masalah-masalah perinatal dan
segera melakukan pencegahan serta tindakan pengobatan.
79 I Bayi Baru Lahir s35

Mortalitas pascaneonatls menunjuk pada kematian antara fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ekstrauteri. Angka
umur 28 hari dan 1 tahun. Secara historis, kematian bayi ini morbiditas dan mortalitas neonatus yang tinggi menjadi bukti
diakibatkan oleh sebab-sebab di luar masa neonatus, seperti kerapuhan kehidupan pada masa ini; di Amerika Serikat, dari
kematian bayi secara mendadak, infeksi (pernapasan, enterik), semua kematian yang terjadi pada tahun pertama, duapertiga-
dan trauma. Dengan kemajuan yang dicapai pada perawatan nya adalah neonatus. Kematian selama tahun pertama menan-
neonatus moderen, banyak bayi VLWB yang seharusnya akan dai angka tahunan yang tidak sama sampai dekade ke-7.
meninggal pada umur 1 bulan, sekarang dapat bertahan hidup Transisi bayi dari intrauteri ke ekstrauteri memerlukan ba-
pada masa neonatus; dan hanya meninggal akibat sekuele, se- nyak perubahan biokimia dan fisiologi. Bayi tidak lagi tergan-
p"-ti yang tercatat pada Tabel 18-2 dan Gambar 78-4. Perlam- tung pada sirkulasi ibu melalui plasenta, fungsi paru neonatus
batan mortalitas neonatus ini berperan penting pada mortalitas diaktifkan untuk mencukupi pertukaran oksigen dan karbon
pascaneonatus. dioksida melalui pernapasannya sendiri. Bayi baru lahir juga
Bersama dengan faktor lainnya, dalam upaya untuk menu- tergantung pada fungsi saluran cerna untuk mengabsorpsi ma-
runkan angka mortalitas perinatal, maka insidens kecacatan kanan, fungsi ginjal untuk inengekskresikan bahan yang harus
pada bayi berisiko tinggi perlu diturunkan (Tabel 78-2)' Kare- dibuang (waste) dan mempertahankan hemostasis kimia, fung-
na sebagian besar mortalitas ataupun sekuele neurologis yang si hati untuk menetralisir dan mengekskresikan bahan-bahan
permanen disebabkan oleh gangguan yang sama atau serupa, toksik, dan fungsi sistem imunologi untuk melindunginya ter-
maka penelitian dan tindakan kesehatan masyarakat yang di- hadap infeksi. Karena tidak didukung oleh sistem plasenta ibu,
arahkan pada penurunan mortalitas perinatal juga harus me- sistem kardiovaskuler dan endokrin neonatus juga beradaptasi
ngurangi keadaan-keadaan yang turut menyebabkan insidens agar berfungsi mencukupi dirinya. Banyak masalah khusus
kecacatan. Misalnya, penurunan tingginya insidens retardasi pada bayi baru lahir yang terkait dengan adaptasi yang jelek
mental pada bayi-bayi, yang kelahirannya membutuhkan resu- karena asfiksia, kelahiran prematur, anomali kongenital yang
sitasi yang kuat dan lama, mengamanatkan diagnosis dini ter- mengancam jiwa, atau pengaruh-pengargh persalinan yang
hadap terjadinya asfiksia janin, manajemen obstetri yang te- merugikan.
pat, dan resusitasi yang optimal. Namun, beberapa jejas mung-
kin tidak dapat dihindari; kerusakan retina dapat terjadi pada
bayi-bayi yang mengalami pemajanan lama terhadap kadar ok- 79.1. Riwayat pada Pediatri Neonatus
si;en.tinggi (segera pada masa pascanatal), yang diupayakan
untuk mengurangi risiko terjadinya kerusakan otak akibat hi- Riwayat neonatus harus (l) mendeteksi penyakit yang me-
poksia. nimbulkan kecacatan dengan tindakan pencegahan segera atau
pengobatan (misalnya, asfiksia); (2) mengantisipasi keadaan-
keadaan yang nantinya mungkin penting (misalnya, konjung-
Alo CJ, Howe HL, Nelson MR: Birth-weighrspecific infant mortality risks
and leading causes of death. Illinois, 1980- 1989. Am J Dis Child tivitis gonokokus); dan (3) menemukan kemungkinan faktor
147:1085,1993. penyebab yang dapat menjelaskan keadaan patologis, tanpa
Alberman E, Botting B, Blatchley N, et al: A new hierarchical classification of memandang apakah keadaan itu segera 'berarti' pada saat ini
causes of infant deaths in England and Wales. Arch Dis Child 70:403' 1994'
Div of Nutrition, Nat Ctr for Chronic Disease Prevention and Health Promo-
atau baru pada kemudian hari (misalnya, skining kesalahan
tion: Div of Vital Statistics, Nat Ctr for Health Statistics, CDC: Increasing metabolisme bawaan). Riwayat perinatal harus meliputi data
incidence of low birthweight-United States, 1981-1991. MMWR 43:335' demografi dan sosial (status sosio-ekonomi, umur, ras)' penya-
1994. kit medis yang dulu pernah terjadi pada anak dan keluarga
Div of'Reproductive Health, Nat Ctr for Chronic Disease Prevention and
Health Promotion. CDC: Differences in infant mortality between blacks and @4ngguan kardiopulmonal, penyakit infeksi, gangguan gene-
whitesuunited states, I 980- 1 99 l. MMWR 43 :288, 799 4. tik, diabetes melitus), masalah-masalah reproduktif ibu sebe-
Kogan .MD, Alexander GR, Kotelchuck M, et al: Relation of the content of lumnya (kelahiran mati, prematuritas, sensitisasi golongan da-
reports of health be-
frenatal care to the risk of tow bi(h weight. Maternal rah), kejadian-kejadian yang terjadi pada kehamilan (perda-
havior advice and initial prenatal care procedures. I AMA 27 I :1340' 1994'
rahan per vaginam, obat-obatan, penyakit akut, lamanya ketu-
Lettieri L, Vintzileos AM, Rodis JF, et al: Does 'idiopathic' preterm labor re-
sulting in preterm birth exist? Am J Obstet Gynecol 1 68: I 480' 1 993 ' ban pecah), dan uraian mengenai kelahiran (lamanya, presen-
Nhrtendorf R, Herschel M, Williams MA, et al: Reducing the frequency of low tasi janin, gawat janin, demam) dan persalinan (seksio sesaria,
birth weight in the United States. Obstet Gynecol 83:1056' 1994' anestesia atau sedasi, penggunaan forsep, skor Apgar, per-
Wegman ME: Annual summary of vital statisticalnlgg2' Pediatrics 92:743'
.lunya resusitasi).
1 993.

79.2. Pemeriksaun Fisik pada Bayi Buru


Lahir
I Bee 79
Banyak sifat-sifat fisik dan perilaku neonatus normal (dije-
Bayi Baru l-ahir laskan pada Bab 10) yang harus ditinjau kembali sebelum
membaca seksi ini.

Lihat juga Bab 10. Pemeriksaan awal pada bayi baru lahir harus dilakukan se-
Masa neonatus merupakan waktu.yang sangat rentan pada segera mungkin sesudah persalinan untuk mendeteksi kelain
bayi, yang sedang memnyempurnakan banyak penyesuaian an-kelainan dan menegakkan dasar untuk pemeriksaan selan-
536 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

jutnya. Untuk persalinan berisiko tinggi, pemeriksaan ini harus pada bayi yang menangis, yang warnanya dapat sangat gelap
dilakukan di kamar bersalin dan difokuskan pada anomali kon- bila penutupan glotis mendahului tangisan yang kuat; dan oleir
genital dan masalah-masalah patofisiologi yang dapat meng_ sianosis yang tidak berbahaya (akrosianosis) pada tangan dan
ganggu adaptasi kardiopulmonal dan metabolik normal pada kaki, terutama bila tangan dan kaki dingin. Bintik_bintrk, ada_
kehidupan ekstrauteri. Anomali kongenital mungkin terdapat lah contoh lain ketidakstabilan sirkulasi umum, mungkin ber_
pada 3-5Vo bayi. Sesudah perjalanan pemeriksaan di kamar hubungan dengan penyakit yang serius atau berkaitan dengan
bersalin terlihat stabil, pemeriksaan kedua yang lebih rinci ha- fluktuasi suhu kulit yang sifatnya sementara. pembagian luar
rus dilakukan dalarn 24 jam setelah bayi lahir. pada bayi yang biasa tubuh dari dahi ke pubis menjadi setengah merah dan se_
sehat, ibu harus hadir selama pemeriksaan ini dilakukan; wa- tengah pucat merupakan perubahan warna harlequin, suatu ke_
laupun kecil, variasi anatomik yang agaknya tidak berarti ha- adaan sementara dan tidak berbahaya. Sianosis yang punya
rus dijelaskan, karena ia (ibu) bisa menjadi gelisah bila ia atau arti, mungkin tertutup oleh kepucatan akibat kegagalan sirku_
keluarga yang lain menemukannya kemudian hari, atau ibu lasi atau anemia; sebaliknya, kadar hemoglobin yang relatif
akan berpikir bahwa dokter tidak memberikan penjelasan yang tinggi selama beberapa hari pertama dan kulit yang tipis,
cukup. Namun penjelasan seriap masalah mempunyai poi.nr-i mungkin secara bersama-sama akan menampakkan sianosis
untuk'sangat mengejutkan'orang tua yang tidak kuatir, kecu- pada PaO2 yang tinggi daripada anak lain yang umurnya lebih
ali jika penjelasan ini dilakukan secara hari-hati dan dengan tua. Sianosis lokal dibedakan dari ekimosis oleh adanya pe_
keterampilan. Bayi tidak boleh keluar dari rumah sakit tanpa mucatan sementara (pada sianosis) yang terjadi pasca_pene_
pemeriksaan akhir; karena ada kelainan tertentu, terutama bi- kanan. Manuver yang sama juga membantu dalam menun:
sing jantung, yang sering muncul atau hilang segera pada masa jukkan ikterus, mungkin mempunyai arti, tetapi tidak terlihar
neonatus; atau mungkin didapati bukti adanya penyakit yang jika kulit tertutup dengan darah. pucat mungkin menggambar_
baru s"ja didapat. Nadi (normal 120-160 denyut/menit), fre- kan'asfiksia, anemia, syok, atau edema. pengenalan anemia
kuensi pernapasan (normal 30-60 pernapasan/ menit), suhu, secara dini dapat rnenuntun pada diagnosis eritroblastosis fbe_
berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan ukuran-ukuran talis, hematoma subkapsuler hati atau limpa, perdarahan sub_
terhadap sesuatu yang dapat dilihat atau kelainan struktural dural, atau transfusi ibu-janin atau antara kembarannya. Tanpa
yang dapat diraba harus dicatat. Tekanan darah diukur jika menjadi anemia, bayi pascamatur cenderung lebih pucat dan
neonatus tampak sakit. berkulit lebih tebal daripada bayi cukup bulan atau bayi pre_
Untuk memeriksa bayi baru lahir diperlukan kesabaran, ke- matur. Penampakan merah segar atau pletlnra terlihat ber_
lembutan, dan prosedur yang fleksibel. Jadi, bila bayi sangat sama-sama dengan polisitemia.
tenang dan rileks pada permulaan pemeriksaan, yang mula- Verniks dan hemangioma kapiler makular sementara yang
mula harus dilakukan adalah palpasi perut atau auskultasi jan- lazim terjadi pada kelopak mata dan leher diuraikan pada Bab
tung, sebelum manipulasi lain yang lebih mengganggu dila- 597. Hemangioma kavernosa adalah massa biru yang letaknya
kukan. lebih dalam, dan bila ukurannya besar, dapat menjadi perang_
KESAN UMUM. Aktivitas fisik mungkin tidak dijumpai sela- kap bagi trombosit dan menimbulkan koagulasi intravaskuler
ma fase relaksasi tidur normal, atau berkurang karena sakit diseminata atau dapat mengganggu fungsi organ lokal. petekie
atau pengaruh obat-obatan; bayi mungkin berbaring dengan yang tersebar mungkin ditemukan pada kulit kepala atau muka
tungkai yang tidak bergerak untuk menghemat energi dalam sesudah persalinan yang sukar. Gambaran warna biru, daerah
upaya mengatasi pernapasan yang sukar, atau menangis keras pigmentasi yang berbatas tegas ditemukan pada pantat, pung_
bersama-sama dengan aktivitas lengan dan kari. Tonus otot gung, dan kadang-kadang di bagian lain tubuh terjadi pada le_
yang antif maupun pasif dan setiap postur. yang tidak biasa,ha- bih dari 50Vo bayi kulit hitam asli Amerika, atau bayi-bayi
rus dicatat. Gerakan kasar, gerakan tremor, dengan pergelang- Asia dan kadang-kadang pada bayi kulit putih. Gambaran ini
an kaki atau rahang yang mioklonus adalah lazim dan kurang tidak mempunydi arti antropologi walaupun namanya, bercak
berarti pada bayi baru lahir daripada bila terjadi pada umur- mongolia; gambaran ini cenderung menghilang pada tahun
umur lainnya. Gerakan demikian cenderung terjadi ketika pertama. Verniks, kulit, dan terutama talipusat dapat berwarna
bayi aktif, sedangkan gerakan konvulsif berkejat-kejat biasa- kuning kecoklatan jika cairan amnion telah diwarnai oleh me-
nya terjadi pada keadaan diam. Edema dapat menampakan ke- konium selama atau sebelum bayi lahir, hal ini sering terjadi
adaan nutrisi yang baik. Cekungan (pitting) sesudah pene- akibat anoksia intrauteri.
kanan bisa ada atau tidak ada, tetapi kulit pada jari-jari tangan Kulit bayi prematur tipis, sangat halus, dan cenderung ber_
dan kaki akan kehilangan kerutan halus normalnya bila kulit warna merah tua; bayi yang sangat prematur, kulitnya tampak
itu dikembungkan dengan cairan. Edema pada kelopak mata seperti gelatinosa, mudah berdarah, serta mudah mengalami
biasanya akibat iritasi yang disebabkan oleh pemberian perak luka memar. Rambutnya halus, lunak, dan imatur-rambut
nitrat. Edema menyeluruh dapat terjadi pada prematuritas, hi- lanugo-seringkali menutupi kulit kepala dan alis; dan pada
poproteinemia akibat eritroblastosis foetalis berat, hidrops bayi prematur, rambut juga dapat menutup mukanya. pada
nonimun, nefrosis kongenital, sindrom Hurler, atau penyebab bayi cukup bulan, rambut lanugo biasanya hilang atau digan-
yang belum diketahui. Edema lokal memberi kesan malfor- tikan dengan rambut velus. Sekelompok rambut pada spina
masi kongenital sistem limfe; jika terbatas pada satu atau lebih lumbosakral memberi kesan dasar suatu kelainan, misalnya
ekstremitas bayi wanita, edema ini mungkin merupakan tanda spina bifida tersembunyi, saluran sinus, atau tumor. Kuku da.
sindrom Turner (Bab 67 dan 538.1). pat rudimenter pada bayi prematur muda, tetapi kuku dapat
KULIT. Ketidakstabilan vasomotor dan kelambatan sirkulasi melewati ujung jari pada bayi yang dilahirkan lewat bulan.
perifer ditampakkan oleh warna merah tua atau biru keunguan Bayi lewat bulan dapat mempunyai kulit yang terkelupas, se_
79 I Bayi Baru Lahir 537

telah terfiksasi selama beberapa waktu. Tulang parietal cende-


rung menumpangi tulang oksipital dan frontal. Kepala bayi
yang lahir dengan seksio sesaria atau dengan presentasi bo-
kong ditandai dengan kepalanya yang bulat. Garis sutura dan
ukuran serta tekanan fontanela anterior dan posterior harus
ditentukan secara digital. Fusi sutura prematur (kranial st-
nostosis) menampakan bahwa pada sutura terdapat rigi-rigi
keras yang tidak dapat digerakkan dan bentuk kepala bayi ab-
normal. Ada variasi yang besar pada ukuran fontanela saat la-
hir; jika fontanela anterior kecil biasanya cenderung membesa,
selama usia beberapa bulan pertama. Fontanela anterior (nor-
mal: 20 + l0 mm) dan posterior yang besarnya berlebihan
serta menetap, dihubungkan dengan beberapa gangguan (Ta-
bel 79-l). Daerah lunak (kraniotabes) kadang-kadang ditemu-
kan pada verteks tulang parietal dekat sutura sagitalis; lebih
sering pada bayi prematur dan pada bayi yang mengalami
kompresi uterus. Walaupun biasanya tidak bermakna, ke-
mungkinannya untuk menjadi patologis harus diselidiki jika
kelainan ini menetap. Daerah lunak pada oksipital memberi
kesan kalsifikasi tak teratur dan pembentukan tulang wormictn
yang disertai dengan osteogenesis imperfekta, disostosis klei-
dokranial, tengkorak lakunar, kretinisme dan kadang-kadang
sindrom Down. Transiluminasi tengkorak yang abnormal di
dalam suatu kamar gelap atau dengan pemeriksaan ultrasono-
grafi atau scan tomografi terkomputerisasi (CT) akan me-
nyingkirkan diagnosis hidraensefali atau hidrosefali (Bab
542.11). Kepala yang sangat besar (megaensefali) memberi
Gambar 79-1. Bayi yang mengalami retardasi peftumbuhan intrauteri akibat kesan hidrosefali, penyakit pada penyimpanan, akondroplasia.
insufisiensi plasenta. Perhatikan bayi yang tampak panjang dan kurus dengan gigantisme serebral, sindrom neurokutaneus, kesalahan me-
kulit kering mengelupas seperti kertas, ekspresi waspada, kulit diwarnai me- tabolisme bawaan, atau mungkin familial. Tengkorak bayi pre-
konium, dan kuku panjang. (Dari Clifford S: Advances in Pediatrics, Vol 9.
matur mungkin memberi kesan hidrosefali karena tingkar
Chicago. Year Book Medical Publishers, 1962.)
pertumbuhan otak relatif lebih besar dibanding dengan per-
tumbuhan organ lainnya. Depresi tengkorak (lekukan, fraktur-.
deformitas bola ping-pong) biasanya terjadi pada masa prana-
perti kertas (Gambar 79-1), tingkat pengelupasan kulit yang
tal akibat tekanan setempat yang lama oleh tulang pelvis.
berat memberi kesan iktiosis kongenital (Bab 607).
Banyak neonatus yang pada kulitnya timbul papula putih, MUKA. Kesan umum harus dicatat berkenaan dengan
kecil, kadang-kadang vesikulopustular di atas dasar yang eri- tanda-tanda dismorfik, seperti lipatan epikantus, jarak mata
tematosa, 1-3 hari sesudah lahir. Ruam benigna im, eritema yang lebar, mikroftalmia, filtrum yang panjang, dan telinga
toksikum, menetap selama I minggu, mengandung eosinofil, yang letaknya rendah, sering disertai dengan sindrom kongeni-
dan biasanya tersebar pada muka, batang tubuh, dan tungkai tal. Muka mungkin asimetri karena palsi saraf VII, karena hi-
(Bab 597). Melanosis pustular, suatu lesi benigna yang teru- poplasia otot depresor pada sudut mulut, atau karena kelainan
tama ditemukan pada neonatus berkulit hitam, mengandung postur janin (Bab 86); bila selama masa intrauteri mandibula
neutrofil dan dijumpai pada saat lahir berupa erupsi vesikulo- tertahan oleh bahu atau tungkai, mandibula dapat sangat
pustular di sekitar dagu, leher, punggung, ekstremitas, dan menyimpang (berdeviasi) dari garis tengah. Palsi muka yang
telapak tangan atau telapak kaki; berakhir setelah 3-4 hari. simetris memberi kesan akan tidak adanya atau hipoplasia inti
Kedua lesi ini perlu dibedakan dari erupsi vesikular yang lebih saraf VII (sindrom Mobius).
berbahaya, seperti herpes simpleks (Bab 97.2) dan penyakit MATA. Apabila bayi diangkat dan dimiringkan secara per-
stafilokokus kulit (Bab 114.1). lahan ke depan dan ke belakang, matanya sering membuka se-
Pita-pita amnion dapat mengganggu kulit, tungkai (ampu- cara spontan. Manuver ini terjadi akibat refleks labirin dan
tasi, cincin konstriksi, sindaktili), rnuka (celah), atau badan leher, usaha untuk menginspeksi mata dengan cara demiktan
(cacat dinding perut atau dinding dada). Etiologinya belum di- lebih berhasil daripada dengan paksa membuka mata. Perda-
ketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan robekan ketuban rahan konjungtiva dan retina tidak dengan sendirinya berarti
atau gangguan vaskular dengan pembentukan pita fibrosa. Fra- serius. Refleks pupil timbul sesudah 28-30 minggu kehamilan.
gilitas dan ekstensibilitas kulit yang berlebihan disertai dengan Iris harus diinspeksi untuk mencari koloboma dan heterokro-
hipermobilitas sendi memberi kesan sindrom Ehlers-Danlos, mia. Kornea yang berdiameter lebih besar dari 1 cm pada bayi
sindrom Marfan, arakhnodaktili kontraktur kongenital, atau cukup bulan memberi kesan glaukoma kongenital dan memer-
gangguan sintesis kolagen lain. lukan konsultasi oftalmologis yang segera. Adanya refleks
TENGKORAK. Tengkorak mungkin bertumpangan merah bilateral memberi kesan tidak adanya katarak atau ke-
(molded). terutama jika bayi adalah anak pertama dan kepala lainan intraokuler (Bab 578 sampai 581). Leukokoria (refleks
538 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

TABEL 79-1 Gangguan yang Dihubungkan dengan Fonranela Ante- dengan jelas karena mungkin mudah dikelirukan dengan ce-
rior yang Lebar lah palatum atau uvula posterior. Tonsil kecil.
LEHER. Leher relatif tampak pendek. Kelainan leher ridak
lazim terjadi; kelainan itu meliputi gondok, higroma kistik,
sisa celah brankial, dan lesi otot sternokleidomastoideus yang
agaknya terjadi akibat trauma atau akibat fiksasi posisi bayi
sewaktu berada di dalam uterus, yang masing-masing dapat
menimbulkan hematom atau fibrosis . Tortikolis kongenital
menyebabkan kepala berputar ke arah sisi yang terkena; dan
muka bayi berputar menjauhi sisi yang terkena. plagiosefali,
asimetri muka, dan hemihipoplasia dapat rerjadi jika ridak dio-
bati (lihat Bab 629.1). Kulit atau jaringan yang berlebihan
pada bayi wanita memberi kesan sindrom Turner (Bab 67).
pupil putih) memberi kesan katarak, tumor, korioretinitis, re-
Kedua klavikula harus diraba untuk mencari adanya fraktur.
tinopati prematuritas, atau korpus vitreum hiperplastik primer
DADA. Hipertrofi buah dada sering diremukan, dan mung_
yang menetap, dan memerlukan konsultasi oftalmologis.
kin air susu dapat dijumpai. Buah dada yang asimetri, eritema,
TELINGA. Kadang-kadang ditemukan deformiras daun teli- indurasi, dan lembek harus dicurigai sebagai abses buah dada.
nga. Kelainan, yaitu adanya ujung kulit preaurikular unilateral Carilah puting tambahan atau puting yang melebar dengan,
atau bilateral sering terjadi; jika bertangkai, ujung ini dapat dada bentuk-perisai; puting-lebar dan dada-perisai ini membe-
diikat kuat pada dasarnya; akan terjadi gangren kering dan ri kesan sindrom Turner.
pengelupasan. Membrana timpani dengan mudah dapat dilihat PARU-PARU, Banyak yang dapar dipelajari dengan menga-
dengan otoskopi melalui kanalis auditorius eksterna yang pen- mati pernapasan. Adanya variasi frekuensi dan irama pada
dek dan lurus, normalnya membran ini tampak abu-abu suram. bayi adalah khas, berfluktuasi sesuai dengan aktivitas fisik,
HIDUNG. Hidung dapat sedikit rersumbar oleh mukus yang keadaan terjaga, atau menangis. Karena fluktuasi yang cepat
terkun^pul dalam lubang hidung yang sempit. Cuping hidung maka frekuensi respirasi bayi harus dihitung selama satu menit
seharusnya simetris. penuh dalam keadaan istirahat, lebih baik pada saat tidur. pada
keadaan tidur frekuensi normal untuk bayi normal cukup bu-
MULUT. Mulut yang normal jarang menunjukkan perkem- lan adalah 30- 4O/menit; untuk bayi prematur frekuensinya le-
bangan gigi yang lebih cepat, dengan gigi natal atau neonatus bih tinggi dan berfluktuasi lebih lebar. Frekuensi yang mene-
pada insisivus bawah atau di tempat yang menyimpang; gigi
tap lebih dari 60/menit pada pernapasan yang teratur biasanya
ini terlepas sebelum gigi desidua tumbuh. Alternatif lainnya menunjukkan penyakit jantung atau paru-paru. Bayi prematur
adalah, gigi neonatus timbul pada sindrom Ellis-van Creveld, mungkin bernapas dengan irama Cheyne-Stokes, dikenal seba-
Hallermann-Streiff, dan sindrom lain. Pencabutan biasanya gai respirasi periodik, atau dengan ketidakteraturan total. per-
bukan merupakan indikasi. Pertumbuhan gigi desidua prema- napasan periodik jarang ditemui pada usia 24 jam pertama.
tur bahkan lebih jarang. Palatum lunak dan keras harus diin- Napas terengah-engah yang tidak teratur, kadang-kadang di-
speksi untuk menemukan celah komplit atau celah submukosa, sertai dengan gerakan spasmodik pada mulut dan dagu, meru-
dan memperhatikan konturnya jika lengkungan palatum sangat pakan indikasi kuat adanya gangguan pusat pernapasan yang
tinggi atau uvulanya bifida. Pada palatum keras, di salah satu serius.
sisi lipatan (rafe) mungkin dapat dijumpai pengelompokan sel- Pernapasan bayi baru lahir hampir seluruhnya diafragma-
sel epitel yang sifatnya sementara, disebut mutiara Epstein. tis, sehingga selama inspirasi bagian depan dada yang lunak
Kista retensi yang serupa mungkin juga ditemukan pada gusi. biasanya tertarik ke dalam, sementara itu perutnya menggem-
Keduanya menghilang secara spontan, biasanya dalam bebera- bung. Jika bayi tenang, rileks, dan warnanya normal, ,,gerakan
pa minggu setelah lahir. Kelompok folikel berwarna putih ke- paradoks" ini tidak perlu diartikan bahwa ventilasi tidak cu-
cil atau kuning, atau ulkus di atas dasar eritematosa mungkin kup. Sebaliknya, pernapasan yang lambat dan dalam merupa-
ditemukan pada penopang tonsil anterior, paling sering pada kan bukti penting adanya sindrom kegawatan pernapasan, pneu-
umur hari ke-2 - ke-3. Dengan penyebab yang belum diketa- monia, anomali, atau gangguan mekanis pada paru. Tangisan
hui, mereka hilang tanpa pengobatan dalam 2-4 hari. merintih yang lemah, atau mendengkur selama ekspirasi ber-
Tidak ada proses salivasi aktif. Lidah relatif tampak besar; arti ada penyakit kardiopulmonal potensial yang serius. pele-
frenulum mungkin pendek, tetapi jarang ditemukan. Jika dite- baran cuping hidung dan retraksi otot interkostal dan sternum
mukan merupakan suatu alasan untuk memotongnya. Kadang- merupakan tanda yang lazim adanya kelainan pada paru.
kadang membran mukosa sublingual membentuk lipatan yang Pada keadaan normal, suara pernapasan bayi adalah bron-
mencolok. Pipi pada sisi bukal maupun sisi eksterna tampak kovesikular. Adanya kelainan pada paru yang dicurigai, yaitu
per.lh karena adanya akumulasi lemak, dan menciptakan ban- dengan suara pernapasan yang berkurang, ionki, atau perkusi
talan pengisap. Bantalan ini sama seperti tuberkel labialis yang redup harus selalu ditindak-lanjuti dengan pemeriksaan
pada bibir atas (kalus lkulit tebal] pengisapan) menghilang roentgen dada.
ketika berhenti menyusu. Massa bukal sebesar kelereng biasa- JANTUNG. Ukuran jantung sukar diperkirakan, bergantung
nya disebabkan karena nekrosis lemak. pada variasi normal ukuran dan bentuk dada. Lokasi jantung
Tenggorokan bayi baru lahir sukar dilihat karena faktor harus ditentukan untuk mendeteksi adanya dekstrokardia. Bisa
lengkungan palatum; namun, tenggorok ini seharusnya terlihat ada bising sementara. Pada mulanya, penyakit jantung kon-
79 I Bayi Baru Lahir 539

Mean
(tor)

Gambar 79-2. Regresi linier (garls putus-putus) dan batas ke-


percayaan 95Vo (garis lurus) tekanan darah sistolik (atas) dan
diastolik (bawah) aorta berdasarkan berat badan lahir pada 61
bayi sehat yang baru lahir selama 12 jam pertama sesudah lahir.
Regresi linier (garis putus-putzs) dan batas kepercayaan 95Vo
(garis lurus) tekanan rata-rata (atas) dan tekanan nadi (ampli-
Diastolik Denyut Nadi
tudo tekanan sistolik- diastolik) (bawah) berdasarkan berat ba- (tor) (torr)
dan lahir pada 61 bayi sehat yang baru lahir sehat selama 12jam
pertama sesudah lahir. (Dari Versmold HT, Kitterman JA,
Phibbs RH, et al: Aortic blood pressure during the first 12 hours
of life in infants with birth weight 610 to 4,220 grams. Pediat-
rics 67:607-613, 1981.)

Berat lahir Beret lahir


(tor) (tor)

genital dapat tidak menimbulkan bising; dan bising baru akan ABDOMEN. Hati biasanya teraba, kadang-kadang sebesar 2
muncul kemudian; hanya ada peluang sebesar l:12 bahwa bi- cm di bawah tepi kosta. Ujung limpa jarang dapat diraba. pra-
sing jantung yang terdengar pada saat lahir menggambarkan kiraan ukuran dan lokasi masing-masing ginjal biasanya dapat
penyakit jantung kongenital. Evaluasi jantung secara roentge- ditentukan dengan melakukan palpasi dalam. Variasi yang be-
nografis, ekokardiografis dan elektrokardiografis sangat pen- sar pada jumlah udara dalam saluran cerna tidak dijumpai pa-
ting bila diperkirakan ada lesi yang berarti. Denyut nadi mung- da periode lain dalam kehidupan, yang biasanya dalam kea-
kin bervariasi normal dari 9O/menit pada saat tidur rileks sam- daan normal tidak begitu besar. Normalnya, gas harus ada di
pai 1S0/menit selama melakukan aktivitas. Frekuensi takikar- dalam rektum sewaktu dilakukan pemeriksaan roentgen pada
dia supraventrikular yang masih tinggi lebih baik dihitung umur 24 jam. Dinding perut pada keadaan normal lemah (teru-
pada elektrokardiogram daripada dengan telinga. Bayi pre- tama pada bayi prematur), dan diastasis rekti serta hernia um-
matur yang biasanya frekuensi jantung waktu istirahatnya 140- bilikalis lazim dijumpai, terutama pada bayi-bayi kulit hitam.
150/menit, dapat mengalami serangan mendadak bradikardia Massa yang seharusnya tidak dijumpai harus segera dia-
sinus. Denyut nadi harus dipalpasi pada tungkai atas dan ba- mati dengan ultrasonografi. Massa kistik pada abdomen meli-
wah untuk mendeteksi adanya koarktasio aorta pada waktu puti hidronefrosis, ginjal multikistik-displastik, perdarahan
bayi masuk ataupun keluar dari ruang perawatan. adrenal, hidrometrokolpos, duplikasi usus, dan kista koledo-
Pengukuran tekanan darah mungkin merupakan pem- kus, ova-rium, omentum, atau pankreas. Massa padat meliputi
barrtu diagnostik yang bermanfaat pada bayi yang sakit (Bab neuro-blastoma, nefroma mesoblastik kongenital, hepatoblas-
380). Metode auskultasi sering memuaskan asalkan corong toma, dan teratoma. Massa padat pada panggul dapat diakibat-
stetoskop cukup kecil. Metode Doppler menggunakan trans- kan oleh trombosis vena renalis, yang kemudian bermani-
duser dalam manset, memancarkan dan menerima gelombang festasi dengan hematuria, hipertensi dan trombositopenia.
suara ultra. Dengan mendeteksi gerakan dinding.arteri, pengu- Trombosis vena renalis pada bayi dihubungkan dengan poli-
kuran tekanan sistolik dan diastolik dapat dilakukan lebih te- sitemia, dehidrasi, ibu menderita diabetes, utfik*iu, sepsis, dan
pat. Saat ini, metode ossilometrik merupakan metode non- koagulopati seperti defisiensi antitrombin III atau protein C.
invasif yang paling mudah dan paling tepat. Pada metode pal- Kembung perut pada waktu atau segera sesudah lahir
pasi, tekanan darah sistolik diketahui pada saat di mana nadi memberi kesan adanya obstruksi atau perforasi saluran cerna,
sebelah distal manset menjadi teraba selama pengosongan (de- sering diakibatkan ileus mekonium; kembung perut yang lebih
flasi); pada metode flush, tungkai mula-mula dikompresi, hal lambat memberi kesan obstruksi usus bagian bawah, sepsis
ini membuat daerah di bawah (distal) manset relatif pucat, ke- atau peritonitis. Perut yang cekung (scaphoid) pada bayi baru
mudian, sementara manset dikosongkan, tekanan rata-rata lahir memberi kesan hernia diafragmatika. Defek pada din-
terekam padatempat di mana kemerahan (flush) muncul pada ding perut yang terjadi melalui umbilikus menyebabkan orn-
lengan atau tangan di bagian bawah manset. Baik metode pal- falokel (Bab 91), dan bila defek itu terjadi di sebelah lateral
pasi maupun metodeflush ini memiliki kelemahan yaitu tekan- linea mediana disebut gastroskisis (celah lambung). Omfalokel
an nadi tidak diperoleh, dan pembacaan tekanan yang dila- dihubungkan dengan anomali dan sindrom lain seperti sin-
kukan melalui kedua metode ini terletak di antara tekanan sis- drom Beckwith-Wiedemann, kembar siam, trisomi 18, meni-
touk dan diastolik yang diperoleh melalui metode auskultasi. ngomielokel, anus tidak berlubang (imperforata). Omfalitis
Pengukuran langsung tekanan darah secara terus-menerus atau adalah radang akut jaringan periumbilikus yang dapat meluas
intermiten dengan menggunakan kateter arteri umbilikalis ke dalam vena porta, menimbulkan pioflebitis akut dan lebih
mungkin diindikasikan pada keadaan khusus yaitu untuk bayi- lanjut dapat terjadi hipertensi portal kronik.
bayi yang berada di bawah pengamatan ketat dalam unit pera- GENITALIA. Pada keadaan normal, genitalia dan kelenjar
watan intensif (Gambar 79-2). payudara memberi respons terhadap hormon yang diperoleh
540 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

dari ibu secara transplasental; hormon itu menimbulkan pem- PEMERIKSAAN NEUROLOGI. Lihat Bab 7 dan 541. penya,
besaran dan sekesi buah dada pada kedua jenis kelamin, dan kit neuromuskular dalam rahim dihubungkan dengan gerakan
penonjolan genitalia wanita yang sering disertai dengan penge: janin yang terbatas, menghasilkan susunan tanda-tanda dan
luaran cairan nonpurulen yang banyak. Manifestasi transisi ini gejala-gejala yang tidak tergantung penyakit spesifik. Defor-
memerlukan pengamatan, dan bukan tindakan. masi posisi dan kontraktur yang berat menyebabkan artrogri-
Himen yang tidak berlubang (imperforata) dapat mengaki- posis. Manifestasi lain penyakit neuromuskular janin adalah
batkan hidrometrokolpos dan suatu massa pada perut bagian presentasi bokong, gagal bernapas saat lahir, hipopiasia paru,
bawah. Ukuran skrotum normal relatif besar-; ukurannya bisa dislokasi pangkal paha, testis yang tidak turun, kosta tipis, dan
bertambah pada trauma persalinan letak bokong atau pada hi- cacat kaki (clubfoot).
drokel sementara, yang dibedakan dari hernia melalui palpasi
dan transiluminasi. Testis harus berada dalam skrotum atau da-
pat diraba dalam kanalnya. Bayi laki-laki kulit hitam biasanya Perawatan Biasa pada Bayi Baru Lahir
mempunyai pigmentasi skrotum yang gelap sebelum kulit
yang lain mendapatkan warna perrnanennya. Kebutuhan dasar bayi baru lahir adalah dibantu segera pa-
Prepusium norrnal pada bayi baru lahir ketat dan melekat. da saat lahir bila diperlukan, terutama untuk membuka perna-
Hipospadia atau epispadia yang berat harus selalu menuntun
pasan; dan selanjutnya dibantu dalam mempercleh nutrisi
kita untuk mencurigai apakah ada kelainan kromosom yang cukup, dalam mempertahankan suhu tubuh nr,trmal, clan
seks
(Bab 67), atau apakah bayi tersebut sebenarnya wanita yang dalam menghindari kontak dengan infeksi. Lingkungan yang
mengalami maskulinisasi dengan klitoris yang membesar, ka- memenuhi persyaratan ini juga harus menyediakan perawat
rene hal ini dapat merupakan bukti pertama adanya sindrom dan staf medis yang memberikan perawatan terus-menerus dan
adrenogenital (Bab 529). Ereksi penis biasa terjadi dan ridak waspada terhadap setiap tanda-tanda penyakit spesifik, serta
memberi arti apapun. Urin biasanya keluar selama atau segera harus menjaga waktu pemisahan antara ibu dan bayi yang se-
sesudah lahir; dan secara normal dapat disertai suatu masa tan- minimum mungkin. Perawatan bayi yang cukup bulan dan
pa pengeluaran kencing. Namun, kira-kira 95Vo bayi pre-term bayi prematur hanya berbeda pada tingkat penekanan yang
dan cukup bulan sudah kencing dalam 24 jam. ditempatkan pada setiap persyaratan ini. Masalah yang harus
ANUS. Pada beberapa bayi, pengeluaran mekonium biasa- diantisipasi sesudah persalinan janin normal meliputi apnea_
nya terjadi dalam l2jam pertama sesudah lahir;99V0 bayi cu- hipoventilasi, perdarahan, hipoksia, bradikardia, hipotermr.
kup bulan dan 95Va bayi prematur mengeluarkan mekonium hipoglikemi, hipovolemi, hipotensi dan anomali yang ridak
dalam 48 jam dari lahir. Anus imperforata tidak selalu dapat diharapkan.
dilihat dan mungkin memerlukan bukti yang diperoleh dengan
memasukan jari kecil atau pipa rektum secara perlahan. Diper-
lukan pemeriksaan rontgenografi. Normalnya, lesung pipit
atau ketidakteraturan lipatan kulit sering dijumpai pada linea 79.3 Perawatan Rutin di Kumar Bersalin
media sakrokoksigeus yang dapat terkelirukan dengan sinus
neuro-kutan yang sebenarnya atau yang potensial. Bayi berisiko rendah harus ditempatkan.dengan kepala ke
TUNGKAI. Pada pemeriksaan tungkai, pemgaruh postur tu- bawah segera sesudah persalinan supaya mulut,,faring, dan
buh janin (Bab 624) harus diperharikan sehingga penyebab, hidungnya bersih dari cairan, mukus, darah dan puing-puing
dai, sifat sementara yang bersifat alami, dapat drlelaskan pada amnion melalui gravitasi; pengisapan secara halus dengan ba_
ibunya. Hal ini penting dilakukan terutama sesudah presentasi lon pengisap atau kateter karet yang lunak juga dapat mem_
bokong. Kecurigaan fraktur atau jejas saraf yang berkaitan de- bantu dalam mengeluarkan bahan-bahan ini. Tindakan me
ngan proses persalinan lebih lazim didapatkan dengan penga- ngusap palatum dan faring dengan kain kasa dapat menyebab_
matan tungkai pada waktu bayi beraktivitas spontan atau di_ kan abrasi dan timbulnya sariawan, ulkus pterigoid (Bednar
rangsang daripada dengan cara-cara lain apapun. Tangan dan aphthae), atau yang jarang, infeksi tunas gigi disertai dengan
kaki harus diperiksa untuk melihat adanya polidaktiti, sindak- osteomielitis maksilaris dan pembentukan abses retrobulbar.
tili dan pola kelainan dermatoglifik seperti lipatan simian. Jika bayi tampak berada dalam keadaan yang memuaskan,
Panqkal paha semua bayi harus diperiksa untuk menge- .bayi dapat diberikan pada ibunya untuk dirawat-gabung dan
sampingkan dislokasi kongeniral (Bab 627.1). disusui. Jika ada kekuatiran mengenai kegawatan napas, bayi

TABEL 79-2 Evaluasi Apgar pada Bayi Baru Lahir*

Dirrataddffl
,paik1 Hendngis,,l-,
Gerakan aktif
Batuk atau bersin
79 I Bayi Baru Lahir 541

harus ditempatkan di dalam alat penghangat dengan kepala ter- yang diperkirakan pada bayi baru lahir sekitar 4 kali angka
gantung. orang dewasa. Pada keadaan kamar bersalin biasa (20-25"C),
suhu kulit bayi turun sekitar 0,3'Clmenit, dan suhu tubuh ba-
Skor Apgar merupakan metode praktis yang secara sis- gian dalam sekitar 0,1oC/menit pada masa segera sesudah per-
tematis digunakan untuk menilai bayi baru lahir segera sesu- salinan, yang biasanya mengakibatkan kehilangan suhu tubuh
dah lahir, untuk membantu mengidentifikasi bayi yang me- bagian dalam (secara kumulatif) sebesar 2-3"C (sesuai dengan
merlukan resusitasi akibat asidosis hipoksik (Tabel 79-2). Skor kehilangan panas sekitar 200 kcal/kg). Kehilangan panas ter-
yang rendah tidak selalu berarti janin mengalami hipoksia- jadi melalui konveksi energi panas ke udara sekitarnya yang
asidosis; faktor-faktor tambahan dapat mengurangi skor (Tabel lebih dingin, melalui konduksi panas ke materi yang lebih
79-3). Skor Apgar juga tidak meramalkan mortalitas neonatus dingin yang ada di tempat bayi ditidurkan, melalui radiasi dari
atau palsi serebral selanjutnya. Sebenarnya, kebanyakan pen- bayi ke objek-objek padat lain didekatnya, dan melalui evapo-
derita yang selanjutnya berkembang menjadi palsi serebral, rasi dari kulit dan paru-paru yang lembab (fungsi ventilasi al-
skor Apgarnya normal, sedangkan insidens palsi serebral sa- veolar).
ngat rendah pada bayi yang skor Apgarnya 0-3 pada menit-5.
Bayi cukup-bulan yang terpajan dingin sesudah lahir dapat
Apgar skor menit-1 mengisyaratkan perlunya tindakan resusi-
mengalami asidosis metabolik, hipoksemia, hipoglikemia, dan
tasi segera; dan skor menit-5, -10, -15, dan -20 menunjukkan
peningkatan ekskresi air dan bahan-bahan terlarut melalui gin-
kemungkinan keberhasilan dalam melakukan resusitasi bayi.
jal dalam upaya untuk mengkompensasi kehilangan panas.
Skor Apgar 0-3 pada menit-20 meramalkan tingginya mortali-
Bayi memperbesar produksi panas dengan cara meningkatkan
tas dan morbiditas.
kecepatan metabolisme dan pemakaian oksigen, dan dengan
Bayi dengan prolaps tali pusat atau persalinaq lama dan melepaskan norepinefrin, yang mengakibatkan termogenesis
adanya bukti asfiksia intrauteri harus mendapat resusitasi se- yang tidak menggigil melalui oksidasi lemak, terutama lemak
gera, dan selanjutnya, pengamatan yang ketat (Bab 84). Lam- coklat. di samping itu, aktivitas otot dapar bertambah. Bayi
bung bayi-bayi yang dilahirkan dengan seksio sesaria dapat yang hipoglikemik atau hipoksik tidak dapat meningkatkan
berisi cairan lebih banyak daripada bayi-bayi yang dilahirkan pemakaian oksigennya bila terpajan pada lingkungan yang
per vaginam. Lambung bayi-bayi itu harus dikosongkan de- dingin, dan suhu pusatnya menurun. Sesudah iahir dan per-
ngan pipa gastrik untuk mencegah aspirasi isi lambung. salinan per vaginam, banyak bayi baru lahir menderita asidosis
metabolik ringan sampai sedang, dan mereka dapat mengkom-
MEMPERTAHANKAN PANAS TUBUH. Bila dibandingkan se- pensasinya dengan hiperventilasi; yang lebih sukar adalah bayi
cara relatif terhadap berat badan, permukaan tubuh bayi baru yang depresi dan bayi yang terpajan stres dingin di dalam ka-
lahir kira-kira 3 kali permukaan tubuh orang dewasa, dan bayi mar bersalin. Oleh karena itu lebih baik memastikan bahwa
dengan berat badan lahir rendah memiliki lapisam pembung- bayi kering dan terbungkus dalam selimut atau ditempatkan
kus lemak subkutan yang lebih tipis. Angka kehilangan panas pada tempat yang lebih panas sambil mendapat kontak kulit
dari ibunya. Karena sukarnya melaksanakan resusitasi pada
bayi yang terbungkus atau bayi yang dimasukkan dalam inku-
bator, suatu sumber panas yang menybbar harus segera digu-
nakan untuk menangani bayi.

TABEL 79-3 Faktor-taktor yang Mempengaruhi Skor Apgar ANTISEPTIK KULIT DAN PERAWATAN TALIPUSAT. Untuk
Positif-Palsu (Tidak Ada Asido- :r
' ," i"
sis atau Hipoksia Janiu; Apg4r Negatif-Palsu (Asidosis;
mengurangi insidens infeksi kulit dan periumbilikus (omfali-
tis), seluruh kulit dan talipusat harus dibersihkan dalam ka,
mar bersalin atau pada saat bayi masuk ke dalam ruang pera-
fiYratufita$ ..iiiil ,l i.,.,:
Darillb,u y,F'."Ilgi,f$ $ls:riii1'i , ',' 1i watan, yaitu menggunakan kapas steril yang direndam dalam
Analsetik. narkotik. sedatif: Kadar katekolamin janin tinggi air hangat atau larutan sabun ringan. Bayi dapat dibilas dengan
Magnesium'srtlfat Beberapa bayi cukup-bulan ' air yang sesuai dengan suhu tubuh, jika perawatan dilakukan
Trauma serebral akut 't ir'll' untuk menghindari menggigil. Bayi kemudian dikeringkan dan
Persalinan yang sangat cepat
v.i; dibungkus dalam selimut steril dan dibawa ke ruang perawat-
Neuropati kongeni.tal
an. Untuk memperkecil peluang membawa organisme infeksi
Anomali SSP
Miopati konlenital ke dalam ruang perawatan, selimut luar dilepaskan di depan
Trauma medula spinalis pintu kamar perawatan. Untuk mengurangi kolonisasi dengan
Anomali paru (hernia diafrag- Staphylococcus (rureus dan bakteri patogen lainnya, setiap hari
marika) - ':i: -ir,,. talipusat diobati dengan bahan pewarna tiga kali, yaitu agen
, -

gb" lsiljlila ftap.e!,(atfesia...' ',,i ll',liffi I.| l,it titit;'tiililiiiiiiiifiu,,ii bakterisida. Cara lain, yaitu tali pusat dicuci dengan klorhek-
,*oana), ,r , t t::, t:,Eltt tttti iiiii: tir.'r,r;ii:;ijii:iiiii
i i

sidin atau, pada kesempatan yang jarang selama epidemi S.


p.iieurl1onla koflSp,Ei ii i',, ,ii;..,'' ... !I*j"+sf1 'r l
aureus, dilakukan mandi dengan heksaklorofen satu kali. Pe-
Episode sebelum a$fiksia janin
majanan-berulang seluruh tubuh dengan heksaklorofen mung-
(sembuh) ,.:.:::..:a:::a.:.:. a.:a::::::::::::::-.::::.:::.:....:::..:: . :: .:..
kin neurotoksik, terutama pada bayi dengan berat badan lahir
'l'utrptt rendah, dan hal ini tidak direkomendasikan. Petugas ruang
nertundung etrologittyu, .skor Apgar yang rendah akibat a.rfikia junin,
rrnaturitas, depresi saraf pusut, atau obstruksi jalan napas menunjukkan bah- perawatan secara rutin harus menggunakan klorheksidin atau
,tt htrt metnbutuhkun re.su.sita.rt segeru. sabun antiseptik yang mengandung-iodofor untuk mencuci ta-
542 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

ngannya sebelum merawat setiap bayi. Keharusan untuk men_ harus diukur satu kali pada rektum dan sesudahnya pada ak-
cuci tangan sampai siku sglama 2 menit pada pencucian awal sila; walaupun interval antara pengambilan suhu tergantung
dan 15-30 detik pada pencucian ke-2 direkomendasikan pada pada banyak keadaan; pengambilan tidak perlu kurang dari 4
staf dan pengunjung yang masuk ruang perawatan. pencucian jam selama 2-3 hari pertama, dan 8 jam untuk saat setelahnya.
yang waktunya lebih singkat, tetapi sama menyeluruhnya, di Suhu aksilar 36,4-31,0'C (97,0-98,5.F) ada dalam baras-batas
antara penanganan bayi yang satu dengan bayi lainnya juga normal. Penimbangan yang dilakukan pada saat lahir dan
harus diwajibkan. setiap hari sesudahnya sudah mencukupi.
CARA-CARA LAIN. Mata semua bayi harus dilindungi rer- Verniks secara spontan mengelupas dalam 2_3 hari, banyak
hadap infeksi gonore dengan meneteskan perak nitrat tetes yang melekat pada pakaian, sehingga harus diganti setiap hari.
7Vo, yang telah terbukti sebagai terapi paling baik; salep mata Popok harus diperiksa sebelum dan sesudah makan, dan bila
steril eritromisin (0,57o) dan tetrasiklin (lTo) merupakan al_ bayi menangis; popok harus diganti bila basah atau kotor. Me_
telrnatif yang mungkin efektif terhadap konjungtiviti s Chlamy_ konium atau tinja harus dibersihkan dari pantat dengan kapas
dia. P-vidon-iodin (larutan 2,5%) juga efektif sebagai agen steril yang dibasahi dengan air steril. Kulup (prepusium) pada
profilaksis sesaat. Prosedur ini dapat ditunda selama masa bayi laki-laki jangan diretraksi.
waspada-pendek pascalahir untuk menaikkan ikatan, tetapi
bila telah direteskan, reresan tidak boleh dibilas. Lihat juga
Bab 179 dan l9l.
Walaupun perdarahan pada bayi baru lahir dapat terjadi ka_
rena faktor-faktor lain selain dari defisiensi yitamin K sunti_
79.5 lkatan Orang Tua-Bayi
kan intramuskular I mg larutan vitamin Kl dalam air (phyto_
Lihat juga Bab 10.
na-dione) dianjurkan untuk semua bayi segera sesudah lahir
untuk mencegah penyakit perdarahan pada bayi baru lahir (li_ , Perkembangan bayi normal sebagian tergantung pada se_
deretan pertukaran respons penuh kasih sayang antara ibu
hat Bab 89.4). Pemberian vitamin K ulangan secara oral, de_ dan
bayi yang baru dilahirkannya, bersatu ,""u.u psikologis dan
ngan dosis yang lebih tinggi, mungkin juga berguna, tetapi
fisiologis. Ikatan ini dipermudah dan diperkuat oleh dutungan
pengobatan ini sekarang belum ditentukan. Dosis intravena
emosional kecintaan dari suami dan keluarga. proses pendeka_
yang lebih besar mengakibatkan kecenderungan terjadinya
hiperbilirubinemia dan kernikterus serta harus dihindari. pem_
tan ini mungkin penting untuk mema*pukun bebeiapa ibu
merawat anaknya dengan cinta kasih selama masa neonatus,
berian vitamin K pada ibu selama bersalin tidak dianjurkan,
dan selanjutnya, selama masa kanak-kanak. proses ini dimulai
karena perpindahannya melalui plasenta tidak dapat diramal-
sejak anak belum lahir dengan perencanaan dan konfirmasi
kan.
kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai indi_
Sk.ining neonatus tersedia untuk berbagai penyakit gene-
vidu. Sesudah persalinan dan selama minggu_ minggu berikut_
tik, metabolik, hematologik, dan endokrin. Uji skrining yang
nya, kontak visual dan fisik antara ibu dan bayinya memicu
lazim dilakukan berupa sampel darah yang diambil dari pungsi
berbagai penghargaan satu sama lain, dan interaksi yang me_
tumil bayi. Uji ini meliputi uji untuk hiporiroidisme, anemia
nyenangkan seperti sentuhan ibu pada tungkai dan muka bayi
sel sabit, fenilketonuria, hemosistinuria, galaktosemia, sin_
dengan ujung-ujung jari dan memeluk serta memijat badan ba_
drom adrenogenital, kistik fibrosis, kemungkinan infeksi HIV,
yi secara halus dengan tangannya. Sentuhan pada pipi bayi
penyakit urin maple syrup dan asidopati oraganik atau asido-
menimbulkan putaran responsif ke arah muka ibunya atau ke
pati amino lainnya. Biaya skrining dapat efektif bila penyakit
arah payudara dan mengusap-usapnya menggunakan hidung
dapat diidentifikasi secara dini dan terapi yang sesuai dapat
serta menjilat putingnya, rangsangan yang kuat untuk sekresi
mengurangi morbiditas penyakit. Lihat Bab 5.
pro-laktin. Keadaan bayi yang waspada dan renang pada mu_
lanya memberikan kesempatan untuk kontak mata_dengan_
mata, yang terutama penting dalam merangsang rasa cinta dan
79.4 Perawatan Kamar Perawatan perasaan memiliki banyak orang tua pada bayinya. Tangisan
bayi mendatangkan respons sentuhan ibu untuk bayinya dan
Sesudah pemeriksaan dalam kamar bersalin, bayi yang ti- berbicara dengan nada yang lebih tinggi, suara yang lembut,
dak berisiko-tinggi dapat dibawa ke kamar perawatan .,re- dan menenangkan. Kontak awal antara ibu dan bayinya harus
guler" untuk bayi baru lahir, atau ditempatkan di kamar ibu sudah terjadi di kamar bersalin, dan kesempatair untuk mem_
jika rumah sakit melakukan rawat-gabung (rooming-in). perluas kontak intim harus diberikan dalam jam-jam pertama
Ayunan bayi (bassiner) lebih disukai yang dibuat dari plas- sesudah lahir. Ikatan antara bayi dan ibu yang t-ertunda atau
tik transparan sehingga memudahkan pengawasan dan pera- abnormal, terjadi karena prematuritas, bayi atau ibu sakit, ca_
watan bayi. Ayunan ini harus dibersihkan secara teratur. Se- cat lahir, atau stres keluarga, dapat membahayakan perkem-
mua perawatan profesional harus dilakukan dalam ayunan bangan bayi dan kemampuan ibu untuk mengurus bayinya.
bayi, termasuk pemeriksaan fisik, penggantian pakaian, pengu- Kerutinan rumah sakit harus dirancang untuk menunjang kon_
kuran suhu, pembersihan kulit, dan prosedur-prosedur lain, tak antara orangtua-bayi.
yang jika dilakukan, di mana-mana, akan membuka titik kon- MENYUSUI DAN AIR SUSU lBU. Lihat Bab 44 unruk pemba_
tak yang lazim dan mungkin memberikan peluang untuk ter- hasan ASI dan makanan formula secara menyeluruh. ianyak
jadinya infeksi silang. Pakaian dan selimut harus minimal, praktek-praktek rumah sakit turut menimbulkan kesukaran
har,;a yang diperlukan untuk kenyamanan bayi; suhu ruang menyusui dengan memaksakan skema makan tiap 4_jam,
perawatan harus dipertahankan sekitar 24C (j5"F). Suhu bayi membatasi waktu menyusui, hanya meggunakan satu payudara
80 I Kehamilan Berisiko-Tinggi 543

TABEL 79-4 Cibar.-obat dan Air Susu Ibu besar, yang terikat plasma, atau yang kurang diserap dari usus
ibu atau usus neonatus mungkin kurang mempengaruhi neona-
tus. Bila ASI segar diberikan melalui pipa atau botol, evaluasi
bakteriologis dari susu yang disimpan harus dilakukan dalam
24 jam.
Kontraindikasi medis untuk menyusui adalah ibu yang ter-
infeksi HIV (kecuali pada bangsa yang sedang berkembang),
CMV primer, dan virus hepatitis B (sampai bayi mendapat
imunoglobulin dan vaksin hepatitis B) (lihat TabelTg-4).

American Academy of Pediatrics, American College of Obstetricians and Gy_


necologists: Guidelines for Perinatal Care, 3rd ed. American Academy of
Pediatrics, Elk Grove Village, IL, 1992.
Catlin EA, Carpenter MW, Brann BS IV, et al: The Apgar score revisited: in_
fluence ofgestational age. J Pediatr 109:865, 1986.
Cheng TL, Patridge JC: Effect of bundling and high environmenral tempera_
ture on neonatal body temperature. Pediatrics 92:238,1993.
Committee on Drugs: The transfer of drugs and other chemicals into human
milk. Pediatrics 93:137, 1994.
Committee on Fetus and Newborn: Use and abuse of the Apgar score. pediat
rics 78:1148, 1986.
Committee on Fetus and Newborn: Routine evaluation of blood pressure, he_
matocrit, and glucose in newborns. Pediatrics 92:4j4,1993.
Fenichel GM: Neurological examination of the newbom. Int pediatr 9:77,
1994.
Isenberg S, Apt L, Wood M: A controlled trial of povidone-iodine as prophy-
laxis against ophthalmia neonatorum. N Engl J Med 332:562, 1995.
Ito S, Blajchman A, Stephenson M, et al: Prospective follow-up of adverse re-
actions in breast-fed infants exposed to maternal medication. Am J Obstet
Gynecol 168: 1393, 1993.
Lawrence R: Breastfeeding and medical disease. Med Clin North Am 73:5g3,
1 989.

*Awas berefek sedasi


I Bae 80
Kehamilan B erisiko -Ting gi
waktu menyusui, mencuci puting susu dengan bahan-bahan se-
lain air, menunda ASI pertama, memberikan tambahan susu
formula, dan menggunakan obat sedasi intrapartum yang berat. Kehamilan yang disertai dengan faktor-faktor yang me-
Praktek-praktek rumah sakit yang menunjang keberhasilan naikkan kemungkinan terjadinya keguguran, kematian janin,
ASI adalah kontak segera ibu-bayi pascalahir dengan cara persalinan prematur, retardasi pertumbuhan intrauterin, penya-
menyusui, rawat-gabung, menyusui menurut kebutuhan, me- kit janin atau neonatus, malformasi kongenital, retardasi men-
ngikutsertakan ayah pada edukasi ASI pranatal, dan dukungan tal, atau kecacatan (handicaps) lain, disebut kehamilan beri-
dari wanita yang berpengalaman. Menyusui sekurang-kurang- siko-tinggi (Tabel 80-1; lihat juga Bab 81). Beberapa faktor
nya 5 menit pada setiap payudara adalah hal yang beralasan, seperti penelanan obat teratogenik pada trimester pertama, me-
dan memungkinkan bayi memperoleh sebagian besar isi buah rupakan penyebab.yang berkaitan dengan risiko tersebut; yang
ciada yang tersedia, serta memberikan rangsangan efektif untuk lain, seperti hidramnion, adalah hubungan yang harus mewas-
menambah produksi air susu. Selanjutnya, episode menyusui padakan dokter terhadap adanya risiko atau beberapa risiko.
harus diperpanjang sesuai dengan kenyamanan dan keinginan Didasarkan pada riwayat mereka, l0-20V0 penderita hamil da-
ibu serla bayi. Ibu yang penuh keyakinan dan rileks, didukung pat diidentifikasi sebagai "berisiko-tinggi"; dan kurang dari
oleh lingkungan rumah dan rumah sakit yang menunjang, ke- setengah dari semua kasus mortalitas dan morbiditas perinatal
mungkinan akan menyusui dengan baik. dihubungkan dengan kehamilan ini. Walaupun penilaian risiko
0BAT DAN AIR SUSU lBU. Pengobatan ibu dapat mempe- antepartum penting dalam mengurangi mortalitas dan morbi-
ngaruhi produksi dan keamanan ASI (Tabel 79-4). Obat-obat ditas perinatal, beberapa wanita menjadi berisiko tinggi hanya
yang paling sering digunakan seperti, agen-agen antihiper- selama saat melahirkan dan persalinan; oleh karena itu penting
tensi, adalah aman, tetapi masing-masing obat harus diamati untuk melakukan pemantauan yang cermat selama perjalanan
jika digunakan selama menyusui. Sedatif yang diminum ibu intrapartum.
daoat mengakibatkan sedasi pada bayi. Obatobat ibu yang Usaha untuk mengidentifikasi kehamilan berisiko-tinggi
merupakan asam lemah, yang tersusun dari molekul-molekul penting dilakukan' bukan hanya karena merupakan langkah
544 BAGIAN Xl t Janin dan Bayi Neonatus

TABEL 80-1 Faktor-Faktor yang Dihubungkan dengan Kehamilan Penyakit ibu (Tabel 80-2); kehamilan multipel, reruramir
Berisiko-Tinggi
mereka yang mempunyai kembar monokorionik; infeksi (Ta-
bel 80-3), dan obat-obat rertenru (Bab 81) menambah risiko
Kbmiski an Reproduktif pada janin.
Pernah menjalani seksio sesana
Prcrnah mengalami infertilitas
P o li hidramn i o n dan o li g o hid ramnion menunj ukkan keha
Tidak diasuransitanj. asuransi
iiesehatan yang rendah Kehamilan yang lama milan berisiko-tinggi. Walaupun ada kecepatan perubahan
Jalan n$s uk,,kgrp...9'.rarv+!E$ p,r Waktu persalinan memanjang yang cepat, namun selama proses kehamilan yang normal, vct_
tal jelek Pernah mempunyai bayi yang
lume cairan amnion sedikit demi sedikit'bertambah dengan ke-
Perilaku-Budaya mengalami palsi serebral, retar-
dasi mental, trauma lahir, cepatan kurang dari l0 ml/hari sampai sekitar minggu ke-34
Sratus pendidikan rendah
Sikap perawatan keaehatan rendah anomali kongenital kehamilan, sesudah waktu itu cairan amnion berkurang sedikit
fidak ada peftlwatan atau pera- kelainan letak tbokong; demi sedikit. Volume cairan amnion bervariasi cukup besar;
watan pranatal ridak adekuat Kehanrilan multipel
pada bayi cukup bulan volumenya mungkin berkisar 500-2000
Penyalahgunaan mkok, ilkohol, Ketuban pecah dinr* ,.
obar Infeksi (sistemik, ariiniotik. mL. Volume yang diperkrrakan lebih besar dari 2.000 mL
Umur kurang dari 16 Ctau lebih e*.st raamniot ik, servikal ) pada trimester ke-3 menunjukkan polihidramnion, dan volume
dari 35 tahun Predllmsia atau eklamsia yang diperkirakan kurang dari 500 mL menunjukkan oligohi-
Tid*k,lt$in Perdarahan utelus (solusio
dramnion. Komplikasi kehamilan pada polihidramnion 1-3Vo,
Interval Mtar hamiJ pendek .' plasenta, plasenta-previa)
.
Paritas (0 atau lebih dari:5). sedan gkan pada oli gohidramnion l - 5 % . Kriteria ultrasono grafi
Kurang dukungan kelUrnpok tsua-
mi, keluarga- gereja) Anomali uterus atau serviki untuk mendiagnosis hal ini didasarkan pada indeks cairan ant
Sttes (fi sik. psikologis) - Penyakitjanin nion, yang ditentukan dengan mengukur diameter vertikal
Raskulit hirarn
.-!ry
l:'1: t!|{!,,
.
Kelainan penumbuhhir' janin
kantong-kantong cairan pada ke-4 kuadran; indeks >24 cm
Biolo'gis-Genetik Kelahiriir premarur idiopitilr',:
" memberi kesan polihidramnion, sedang indeks <5 cm membe_
Pemah punya bayi dengan tierat Prematuritas iatrogenik
badan lahir ren{ah
Kadar -fettiprotrin serum ibu ri kesan oligohidramnion.
Berat hadan ibu rendah pada saat
tinggi atau rendafr. Polihidramnion akut jarang terjadi, dan biasanya disertai
melahirkan Medis ' dengan kelahiran prematur dan persalinan sebelum kehamilan
Berar badan menuru{-tinggi rendah biabetes melitus
Hipertensi
28 minggu. Polihidramnion kronik didiagnosis pada trimester
Penambahan berat badan jelek se
lama kehamilan Penyakit jantung kongenital ke-3 karena adanya ketidakcocokan antara ukuran uterus dan
Badan pendek ,P.enyal4t autoimunt umur kehamilan; kadang-kadang dapat berlangsung tanpa ter_
.

Nutriii jelek Anemia sel sabil diagnosis sampai penderita melahirkan dengan kelainan fungsi
Perkawinan anrar keluarga dekat Infeksi TORCH ' . (disfungsional) atau jumlah cairan amnion luar biasa banyak-
(autosom resesill) Pembedahan atau trauma di'anra-
Pen garuh antargeneras i
fr.nyJ. (inlercuten!) nya yang dilaporkan selama persalinan. Polihidramnion dihu_
Penyakit herediler (kesalahan me. Peny^4j yang dilu,tarkan secara bungkan dengan kelahiran prematur, plasenta lepas secara
tabolisme bawaan finbom error seksrinl .
mendadak (abruptio placentae), dan disfungsi neuromusku-
of netabolismll. Iar, atau obstruksi saluran cerna yang mengganggu reabsorpsi
cairan amnion yang ditelan oleh janin (Tabel 80-4). Bertam-
bahnya urinasi janin atau pembentukan edema juga dihubung-
kan dengan volume cairan amnion yang berlebihan. Ultra_
sonografi memperlihatkan penambahan cairan amnion di seke-
pertama ke arah pencegahan tetapi juga karena merupakan
liling janin dan juga mendeteksi anomali janin, hidrops, efusi
langkah terapeutik yang sering diambil untuk mengurangi ri-
pleura atau asites yang menyertai. pacla 60% penderita, eti-
siko pada janin atau neonatus, bila dokter mengetahui adanya
ologinya tidak ditemukan.
kemungkinan untuk terjadi kesukaran. Perawatan pranatal
Oligohidramnion dihubungkan dengan anomali kongenital,
yang baik akan mengurangi insidens bayi berat badan lahir
retardasi pertumbuhan intrauteri, anomali berat pada ginjal.
rendah.
dan obat-obat yang mempengaruhi urinasi janin (lihat Tabel
FAKTOR GENETIK. Kejadian kelainan kromosom, anomali 80-4). Hal ini menjadi paling nyata sesudah kehamilan 20
kongenital, kesalahan metabolisme bawaan, retardasi mental, minggu, ketika urinasi janin merupakan sumber utama cairan
atau penyakit familial apapun pada sanak keluarga yang ma- amnion. Oligohidramnion menyebabkan deformasi kompresi
sih berhubungan darah menambah risiko bayi untuk menderita pada janin seperti kaki menyerupai tongkat (ctubfoot) dan hi-
keadaan yang sama. Karena banyak orang tua hanya menge- poplasia paru berta kompresi talipusat selama kelahiran dan
nali manifestasi klinis yang jelas dari penyakit yang ditu- persalinan, yang dapat diringankan dengan infus-amino salin.
runkan secara genetik, pemeriksaan spesifik harus dilakukan, Ultrasonografi dapat menunjukkan kantong-kantong kecil
yaitu terhadap setiap penyakit yang mengenai salah seorang, cairan (1-2 cm) di samping retardasi atau anomali pertumbuh-
atau lebih, sanak keluarga yang masih berhubungan darah. an yang menyertai. Oligohidramnion bersama dengan kenaik_
FAKTOR lBU. Angka mortalitas neonatus yang terendah rer- an kadar a-fetoprotein, perdarahan uterus atau retardasi per-
dapat pada bayi dari ibu yang mendapat perawatan pranatal tumbuhan intrauteri mengakibatkan peningkatan risiko terjadi-
yang cukup dan berumur antara 20-30 tahun. Baik kehamilan nya kematian janin intrauteri.
yang terdapat pada anak belasan tahun maupun wanita-wanita Skrining kadar -fetoportein serum ibu (MSAFP) pada tri-
yang melebihi umur 35 tahun, terutama wanita primipara; ke- mester kedua membantu mengidentifikasi kehamilan risiko
duanya menambah risiko terjadinya retardasi pertumbuhan in- tinggi. Kenaikan MSAFP dihubungkan dengan kehamilan
trauteri, gawat janin, dan kematian intrauteri. multijanin, tanggal kelahiran lebih maju daripada yang di-
80 I Kehamilan Berisiko-Tinggi 545

TABEL 80-2 Penyakit Ibu yang Mengenai Janin atau Neonatus

harapkan, cacat pipa saraf terbuka, tanda-tanda terjadinya rakan adanya janin multipel, hidramnion, atau bayi besar seca-
aborsi, hidrops dengan asites, higroma kistik, gastroskisis, om- ra berlebihan; uterus yang kecil dan tidak sesuai, memberi
falokel, nefrosis kongenital, penyakit ginjal polikistik, epider- kesan oligohidramnion atau retardasi pertumbuhan intrauteri.
molisis bulosum, pita amnion, ektopia kordis, hemangioma Robekan ketuban yang lebih dini dari 24 1am sebelum per-
plasenta, perdarahan retroplasenta, sensitisasi Kell atau Rh, salinan membawa risiko infeksi janin. Robekan ketuban yang
dan penyakit ibu seperti kanker hati, tumor kantong kuning te- terjadi prematur juga menambah risiko melahiran prematur;
lur, hepatitis virus, dan antikoagulan lupus; kadar yang tinggi dan jika robekan menyebabkan oligohidramnion yang berke-
kadang-kadang mungkin menjadi normal. MSAFP yang rerx- panjangan (>7 hari), janin dapat mengalami kontraktur dan hi-
dah drhobongkan dengan perkiraan umur kehamilan yang poplasia paru. Persalinan yang sukar dan lama meningkatkan
tidak benar, trisomi-18 ataLt -27, dan retardasi pertumbuhan risiko terjadinya cedera rnekanik dan hipoksik. Persalinan
intaruteri. Kombinasi antara MSAFP yang rendah, penurunan pendek yang menggemparkan, dengan kelahiran presipitatus,
estriol tak terkonjugasi pada serum ibu, dan kenaikan kadar menaikkan risiko terjadinya asfiksia dan perdarahan intrakra-
gonadotropin korionik manusia (HCG) ibu antara kehamilan nial pada saat lahir. Terjadinya pemisahan plasenta sebelum
1l-15 minggu sangat mengesankan adanya trisomi 21. saat persalinan, dan adanya kelainan implantasi atau kompresi
Kondisi-kondisi obsteti penting untr,rk dimengerli karena tali-pusat meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera otak
berat janin yang lebih dari 2.500 g membuat proporsi kemati- akibat anoksia janin; cairan amnion yang coklat atau kerr"rtr
an janin total amat tinggi, dan mortalitas neonatus terbesar ter- memberi kesan bahwa mekonium telah keluar, mungkin, sela-
jadi selama 24 jan pertama sesudah persalinan. Kehamilan ma episode anoksia janin.
harus dianggap berisiko tinggi bila ukuran uterus tidak sesuai, Walaupun keamanan setiap jenis persalinan bergantung
besar atau kecil. Uterus besar pada stadium kehamilan diperki- pada keterampilan ahli obstetri, risiko tambahannya bergan-
546 BAGIAN XI I Janin dan Bayi Neonatus

TABEL 80-3 Infeksi Ibu yang Mengenai Janin atau Neonarus

TABEL 80-4 Berbagai Keadaan yang Terkait dengan Gangguan Vo- tung pada metode-metode tertentu yang dipakai, dan juga aki-
lume Cairan Amnion bat dari lingkungan yang mempengaruhinya. Kematian neo-
natus pascapersalinan yang dilakLrkan dengan tindakan forsep
sedang atau tinggi, ekstraksi bokong, dan versi agaknya dihLr-
bungkan dengan jejas traumatik intrakranial.
Bayi yang dilahirkan dengan seksio sesaria mempunyai
masalah, yang mungkin diakibatkan oleh lingkungan obstetrik
yang tidak menyenangkan namun perlu dilakukan dalam ope-
rasi; atau akibat anestesi yang lama pada ibunya. pada keha-
milan normal yang cukup bulan, bila tidak ada indikasi gawat
janin, persalinan melalui abdomen membawa risiko yang lebih
besar daripada persalinan melalui jalan lahir. Meskipun demi-
kian, ada pertentangan (kontroversi) berkenaan dengan jenis
persalinan yang paling aman untuk janin imatur nondistresserJ
yang dapat hidup, terutama pada presentasi bokong; seksio
sesaria mungkin kurang berisiko daripada "stres" persalinan
dan kemungkinan anoksia akibat kontraksi uterus selama per-
salinan per vaginam. Sebagian kecil bayi matllr yang clilahir-
kan dengan seksio sesaria mengalami berbagai tingkat kesu-
81 I Janin 547

karan pernapasan selama l-2 hari. Walaupun takipnea semen- terapi janin yang efektif, intervensi selama gawat janin, dan
tara merupakan masalah terkait yang paling sering, penyakit perbaikan adaptasi bayi baru lahir, terutama bayi prematur,
membran hialin dapat terjadi, terutama pada bayi yang dila- sampai ke kehidupan ekstrauteri. Beberapa segi pertumbuhan
hirkan dari ibu penderita diabetes atau pascaasfiksia. dan perkembangan janin manusia diringkas dalam Bab 9.
Anestesia dan analgesia mengenai janin sama seperti pada
ibunya; hipoksia ringan pada ibu karena hipoventilasi, atau
hi-potensi karena anestesi epidural, dapat mengakibatkan hi- 81.1 Pertumbuhan dan Maturitas Janin
poksia berat pada janin dan syok. Keterampilan dokter dal.am
menggunakan obat-obatan dapat menghindarkan narkosis Pertumbuhan janin dapat dinilai dengan ultrasonografi, se-
yang berat pada janin, dalam perannya mendukung persaiinan dini-dininya pada minggu ke-12, tetapi penilaian ini mungkin
se-tahap demi setahap dan tidak terburu-buru. Walaupun de- lebih diperlukan antara minggu ke-18 dan ke-20. Pengukuran
mikian pemberian obat yang terampil pun sering mengakibat- diameter biparietalis yang dilakukan secara seri sangat mem-
kan bayi mengalami depresi ringan, dan tangisan serta bantu; rasio lingkaran kepala terhadap abdomen juga dapat
pernapasan bayi tertunda 1,-2 menit; dan mungkin, bayi agak berguna. Pengukuran panjang femur dan volume intrauteri to-
inaktif selama beberapa jam. Bila anestesi dan analgesia tidak tal kadang-kadang diindikasikan. Perkiraan umur kehamilan
digunakan secara hati-hati, atau bila efek ringannya ditambah- dari masa menstruasi terakhir juga harus dilakukan. Dua pola
kan pada lingkungan janin yang sudah kurang menyenangkan retardasi pertumbuhan janin telah diidentifikasi: pertumbuhan
seperti prematuritas, anoksia, atau trauma, hasilnya berupa janin yang terus-menerus berada 2 simpang baku di bawah
malapetaka. umur kehamilan rata-rata (mean), dan adanya kurva pertum-
buhan janin yang normal pada suatu kehamilan, namun selan-
jutnya melambat secara mendadak atau mendatar (Cambar 81-l).
Blair E, Stanley FJ: Intrapartum asphyxia: A rare cause of cerebral palsy. J Pe-
diatr 1 12:515. 1988. Maturitas janin biasanya diperkirakan dengan cara menen-
Cheng M, Hannah M: Breech delivery at term: A critical review of the litera-
ture. Obstet Gynecol 82:605, 1993.
tukan kandungan surfaktan cairan amnion (Bab 81.5 dan 87).
Crandall BF, Hanson FW, Keener S, et al: Maternal serum screening for a-fet- Penentuan luas kalsifikasi dengan ultrasonografi (indeks
oprotein, unconjugated estriol, and human chorionic gonadotropin between matu-ritas plasenta), pendeteksian suara jantung janin per-
11 and 15 weeks of pregnancy to detect fetal chromosome abnormalities. tama yang dapat didengar (16-18 minggu), dan pengamatan
Am J obstet Gynecol 168:1864, 1993.
gerakan awal janin (18-20 minggu) juga dapat membantu da-
Kinsella SM, Lohmann G: Supine hypotensive syndrome. Obstet Gynecol
83:714,1994. lam mengevaluasi maturitas janin.
Morales WJ, Talley T: Premature rupture of membranes at <25 weeks: A man-
agement dilemma. Am J Obstet Gynecol 168:503, 1993.
McCurdy CM, Seeds JW: Oligohydramnios: Problems and treatment. Semin
Perinatol 17:183, 1993, 81.2 Gawat Janin
Moise KJ: Polyhydramnios: Problems and treatment. Semin Perinatol 17:197,
1993.
Gangguan pada janin dapat terjadi pada masa antepartum
Terje Lie R, Wilcox AJ, Skjaerven R: A population-based study of the risk of
recurrence ofbirth defects. N Engl J Med 331:1, 1994.
atau intrapartum. Kegawatan janin antepartum menjadi nyata
dalam beintuk retardasi pertumbuhan intrauteri, hipoksia janin,
peningkatan tahanan vaskular pada pembuluh darah janin
(Gambar 81-2 dan 81-3), dan bila berat, terjadi asidosis respi-
ratorik dan metabolik (laktat) secara bersamaan. penyebab
f Bae 81 utama kegawatan janin antepartum adalah insufisiensi utero-
plasenta. Tanda-tanda kegawatan janin antepartum (hipoksia-
asidosis) tidak selalu menghasilkan perubahan pola denyut
Janin jantung janin yang nyata. Tanda-tanda gangguan janin awal
dapat dinilai dengan pengambilan sampel darah vena um-
bilikalis per kutan (percutaneous umbilical venous blood sam-
p/ing [PUBS]) untuk mendeteksi hipoksia dan asidosis (Tabel
Kehidupan janin dimulai dengan penyempurnaan organo- 81-1); dan dengan ultrasonografi Doppler untuk mendeteksi
genesis pada sekitar minggu ke-12 kehamilan. Pengaruh gene- bentuk-.gelombang kecepatan aliran darah diastolik yang me-
tik dan lingkungan dapat mempengaruhi embrio dan janin nurun, tidak ada, atau terbalik di dalam aorta atau arteria um-
pada setiap waktu selama masa perkembangan; genom janin bilikalis janin (Gambar 81-3; lihat Tabel 81-1).
sendiri memainkan peran dalam perkembangan dan ketahanan Uji non-stres (NST) memantau adanya percepatan frekuen-
hidup janin. si denyut jantung janin,yang menyertai gerakan janin. Hasil
Penekanan utama pada kedokteran janin adalah (1) menilai NST reaktif (normal) memperlihatkan percepatan frekuensi
pertumbuhan dan maturitas; (2) mengevaluasi kesehatan janin denyut jantung janin sekurang-kurangnya 15 denyuVmenit
atau gawat janin; (3) menilai pengaruh penyakit ibu pada yang bertahan selama 15 detik. Hasil NST nonreaktif memberj
janin; (4) mengevaluasi pengaruh obat pada janin, yaitu obat- kesan adanya gangguan pada janiri dan memerlukan penilaian
obat yang diberikan pada ibunya; dan (5) mengidentifikasi dan lebih lanjut dengan uji stres kontraksi (contraction stress test
mengobati penyakit atau anomali janin. Bertambahnya penge- ICST]) atau profil biofisik (biophysical profile [BPP]). CST
tahuan mengenai fisiologi janin telah membuka jalan bagi mengamati respons frekuensi denyut jantung janin terhadap
548 BAGIAN Xl f Janin dan Bayi Neonatus

Nn A.M. PARA O*" Umur 24


Ny. M,T. PARA O'o Umur 20

E E
E E 65
J J
F
L! uJ
E, t
I I
co m
t E
L!
F TU
F
tl.l uJ

o o
AMNIOTONII + SYNTOCINON PERSALINAN SPONTAN
PERSALINAN NORMAL GAWAT JANIN (L,lEKONlUM, dips tipe Il)
BERAT LAHIR 1,89 Kg PERSALINAN FORSEPS
SKOR APGAR 7 BERAT LAHIR 1,57 Kg
SKOR APGAR 1

MINGGU KEHAMILAN MINGGU KEHAN4ILAN

Gambar 81-1' A, contoh pola retardasi pertumbuhan "profil rendah". Kehamilan dan kelahiran yang
tidak banyak peristiwanya (arang). Bayi menangis pada
menit pertama dan tidak terjadi hipoglikemia Berat badan lahir di bawah persentil ke-5 berat
badan menurut umui kehamilan. B, contoh pola retardasi per'umbu-
han "mendatar di bagian akhir". Riwayat khas pre-eklamsia, gawat janin intraparrum,
skor Apgar rendah, dan tripogfit"*ia pur"."i.io. iiJ.", o"j^"
sentil ke-5 berat badan menurut umur kehamilan (Dari Campbell S: Clin Obstet Gynecol I:41,19j4). ;i;ff1';"":-

kontraksi uterus; yang terjadi secara spontan, atau karena hitung frekuensi jantung janin denyut-ke-denyut dari sinyal
rangsangan pada puting susu, atau akibat rangsangan oksito_ elektrokardiografi janin. sinyal tersebut berasal dari elektroda
sin. Kesan adanya gangguan janin adalah bila terdapat 3 kon- yang dilekatkan pada bagian janin yang mewakili; dari trans_
traksi dalam 10 menit diikuti dengan perlambaran-akhir. CST duser ultrasonik yang ditempatkan pada dinding abdomen ibu
merupakan kontraindikasi pada wanita dalam persalinan pre_ unfuk mendeteksi gelombang ultrasonik yang dipantulkan dari
term dan pada kehamilan multipel, serviks inkompeten, polihi_ kontraksi jantung; atau dari fonotransduser yang ditempatkan
dramnion, atau plasenta previa. Tujuan pemantauan janin pada abdomen ibu. Kontraksi uterus secara simultan direkam
adalah untuk mencegah kematian janin intrauteri dan jejas dari kateter cairan amnion dan transduser tekanan atau dari
otak hipoksik. Walaupun CST dan NST mempunyai nilai toko-transduser yang dipasang pada dinding abdomen ibu
negatif-palsu yang rendah, keduanya mempunyai nilai positif- yang menutupi uterus.
palsu yang tinggi. Metode tambahan untuk menilai kesehatan Pola frekuensi denyutjantung janin menunjukkan berbagai
janin telah dikombinasikan dalam profil biofisik untuk me- sifat, beberapa di antaranya memberikan kesan keadaan gawat
ningkatkan ketepatan dan kea-manan identifikasi gangguan janin. Frekuensi dasar denyut jantung janin adalah frekuensi
janin (Tabel 81-2). Indikasi untuk melakukan BPp adalah pada rata-rata antara kontraksi uterus, yang sedikit demi sedikit ber_
retardasi pertumbuhan intrauteri, kehamilan lewat bulan, dia- kurang dari sekitar 155 denyut/menit pada saat awal kehamil-
betes melitus pada ibu, kehamilan sensitisasi-rhesus, riwayat an sampai 135 denyut/menit pada saat matur; angka normal
lahir mati sebelumnya, dan hipertensi ibu. Janin berisiko- pada saat matur berkisar antara 120-160 denyut/menit. Taki-
tinggi sering memperlihatkan kombinasi kelainan seperti oli- kardia (di atas 160 denyut/menit) berkaitan dengan hipciksia
gohidramnioni pada pemeriksaan Doppler, dijumpai terbali- janin yang masih dini, demam pada ibu, hipertiroidisme ibu,
knya kecepatan aliran darah arteri umbilikalis pada waktu terapi B-simpatomimetik atau atropin ibu, anemia janin, dan
diastolik: dan profil biolisik yang rendah. beberapa aritmia janin. Aritmia janin ini biasanya tidak terjadi
Kegawatan janin selama persalinan dapat dideteksi dengan pada penyakit jantung kongenital dan cenderung sembuh
pemantauan frekuensi denyut jantung janin, tekanan uterus, spontan pada saat lahir. Bradikardia janin (< 120 denyut/me-
dan pH darah kulit kepala janin (Gambar 8l -4). nit) terjadi pada hipoksia janin, pemindahan (melalui plasenta)
Pemantauan frekuensi denyut jantung janin yang dilaku- agen anestesi lokal dan agen blokade p-adrenergik, dan ka-
kan secara terus-menerus berguna untuk mendeteksi pola ke- dang-kadang blokade jantung, dengan atau tanpa penyakit jan-
lainan jantung. Pemantauannya menggunakan alat yang meng- tung kongenital.
81 I Janin 549

Gambar 81-3. Kelainan velosintetri Doppler. Suatu bentuk-gelombang kece-


patan aliran arteri umbilikalis pada Doppler, dimana penglialang umbilikalis-
plasenta begitu tinggi sehingga komponen diastolik menunjukkan bahwa alir-
an daralr berbalik arah, lni merupakan petanda ada-nya hipoksia intrauteri dan
retardasi pertumbuhan intrauteri yang berat. (Dari Tludinger B: Doppler ultra-
sound assessment of blood flow. Dalan'. Creasy RK, Resnik R (eds):
Maternal-Fetal Meclicine: Principles and Practice 3rd ed, Philadelphia. WB
Saunders, 1994).

bentuk, kejadian mendadak dan timbulnya kontraksi-kontraksi


secara berurutan, dan kembali ke garis dasar sewaktu atau
sesudah akhir kontraksi. Deselerasi akhir (penurr.rnan tipe II),
dihubungkan dengan hipoksemia janin yang terjadi secara ber-
ulang sesudah kontraksi uterus terbentuk dengan baik, sebanding
dengan amplitudonya, dan menetap sampai ke interval pasca-
kontraksi. Pola deselerasi akhir biasanya dihubungkan dengan
Gambar 81-2. Velosimetri Doppler normal. Rangkaian pemeriksaan Doppler hipotensi ibu atau aktifitas uterus yang berlebihan, tetapi hal ini
tentang bentuk-gelombang kecepatan aliran arteri umbilikalis janin, dari suatu mungkin merupakan suatu respons terhadap salah satu faktor,
kehamilan yang normal. Perhatikanlah puncak aliran sistolik selama diastole,
yaitu alirannya lebih rendah tetapi konstan. Rasio sistolik-diastolik dapat yaitu faktor dari ibu, plasenta, talipusat, atau janin yang mem-
ditentukan, dan pada kehamilan normal besarnya <3 sesudah minggu ke-30 batasi oksigenasi efektif pada janin. Refleks deselerasi akhir
kehamilan. Angka-angka pada gambar menunjukkan minggu kehamilan (Dari dengan variabilitas denyut-ke-denyut yang norrnal, dihubungkan
Trudinger B: Doppler ultrasound assessment of blood flow. Dalam: Creasy dengan hipoksia janin terkompensasi yang telah kronis dan
RK, Resnik R (eds): Maternal-Fetal Medicine: Principles and Practice, 3rd ed.
Philadelphia, WB Saunders, 1994).
terjadi selama kontraksi uterus yang mengganggu transportasi
oksigen ke jantung dalam waktu yang sementara. Deselerasi
akhir nonrefleks lebih tidak menyenang-kan, dan menunjukkan
hipoksia dengan depresi berat pada fungsi miokardir.rm. Dese-
lerasi akhir nonrefleks ini, bersama-sama dengan pengurangan
variabilitas denyut-ke-denyut atau deselerasi spontan sewaktu
tidak ada kontraksi uterus, memerlukan penilaian lebih lanjut
Secara normal, frekuensi dasar denyut jantung janin ber- dengan pengambilan sampel darah janin atau merupakan indikasi
variasi, dengan perubahan jangk-lama 3-6 siklus/menit, yang untuk persalinan.
sama seperti variasi denyut-ke-denyut jangka-pendek. janin selama per-
,Pengam.bilan sampel darah kulit kepala
Varia-bilitas ini dapat berkurang atau hilang dengan adanya salinan melalui serviks yang sedikit dilatasi dapat membantu
hipoksemia janin atau adanya pemindahan obat melalui konfirmasi distres janin yang dicurigai berdasarkan adanya
plasenta seperti atropin, diazepam, prometazin, magnesium variasi pada frekuensi jantung janin atau adanya mekonium
sulfat, dan sebagian besar agen sedatif dan narkotik. Prema- dalam cairan amnion. Penggunaan yang tepat teknik ini dapat
turitas, keadaan tidur, dan takikardia janin juga dapat mengu- mengakibatkan persalinan bayi depresi lebih awal sehingga
rangi variabilitas denyut-ke-denyut. dengan demikian mempunyai peluang yang lebih baik dalam
Akselerasi atau deselerasi frekuensi jantung janin yang keberhasilan resr.rsitasi, menambah ketahanan hidup, dan mor-
periodik dalam memberikan respons terhadap kontraksi uterus biditas berkurang. Cara lain, bila pemantauan frekuensi jan-
juga dapat dipantau (lihat Gambar 8l-4). Deselerasi awal tung atau evaluasi klinik terus menerus memberi kesan bahwa
(penurunan tipe I) yang dihubungkan dengan kompresi kepala janin berisiko, sampel darah kulit kepala janrn yang normal
merupakan pola perlambatan berulang, sinkron dan sebanding dapat membantu dalam mencegah intervensi obstetrik.
dengan amplitudo kontraksi uterus. Variabel deselerasi (dihu- Wanita yang selama persalian dan melahirkan merasa nya-
bungkan dengan kompresi talipusat) ditandai oleh berbagai man dan tidak merasa nyeri biasanya menunjukkan alkalosis
550 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

TABEL 81-1 Diagnosis dan penilaian Janin

Komeh*ir:dan{ndikiiii,l

.;,..Gawa1
j4ninirtiipoksia.,,l,lll .

Gawat janin, hipoksia ilii


i" GawarJaluq.hipo(idtl :,.
. t'
,.(LifarGambrar . !:.r.
*IUGR
= retardasi pertumbuhan intrauteri

lunya biopsi jaringan janin direk jiku gen atal4 penonde genetik terserlia ( nisalnya, gen yntuk (lisyoJi
muskular Ducltenne ).

respiratorik awal yang ringan akibat hiperventilasi, dan sesaat dari 7,25 sangat memberi kesan keadaan gawat janin, dan pH
sebelum persalinan, terjadi asidosis metabolik ringan akibat kurang dari1,20 merupakan indikasi untuk persalinan awal.
penimbunan asam laktat yang terjadi menjelang akhir persali_ Harga pH darah kulit kepala normal, disertai dengan pola
nan. Namun, nyeri atau stres dapat menyebabkan hiperventi_ frekuensi denyut jantung janin normal, terus_menerus, dan
lasi berat, yang secara mencolok menurunkan pCOz ibu dan akurat menunjukkan tidak adanya hipoksia sedang sampai be_
selanjutnya janin; penurunan demikian dapat menutupi asido_ rat yang baru. Sebaliknya, harga pH darah kulit kepala yang
sis janin. Kadar pH dan PCOz darah kLrlit kepala janin turun rendah seringkali berhubungan dengan: berbagai deselerasi
antara nilai yang diukur dalam vena dan arleri umbilikalis, berat atau deselerasi akhir saja, dan dengan hilangnya varia_
yang pada kebanyakan keadaan dapat memberikan prakiraan bilitas denyut-ke-denyut arau takikardia dasar yang disertai
nilai asam-basa sistemik janin. Pada persalinan normal, pH da- dengan pola-pola deselerasi ini. Namun, ditemukan kisaran
rah kulit kepala janin turun dari sekitar 7,33 pada awal kelahir- pH yang lebar pada pola ini. Karenanya, pemantauan frekuen_
an sampai sekitar 7,25 pada saat persalinan per vaginam; de_ si jantung-kontraksi uterus harus digunakan sebagai teknik
fisit basa sekitar 4-6 mEq/L. perubahan pada bufer basa teru- skrining, dan analisis asam-basa darah kulit kepala janin dan
tama dapat membantu dalam menilai status janin, karena peru_ darah ibu harus dilakukan untuk mengevaluasi beberapa tipe
bahan ini sesuai dengan penimbunan asam laktat janin dan ti- kelainan frekuensi jantung janin dengai tepat.
dak terjadi secepat perubahan pCO2 janin, yang mungkin Komplikasi dari pengambilan sampel darah kulit kepala
dipengaruhi oleh ventilasi ibu dan oleh proses difusi plasenta. ja-nin dan dari alat pemantauan interna relatif jarang te4aAl,
Hipoksia janin dan insufisiensi sirkulasi sering mengaki_ tetapi di antaranya meliputi perdarahan (biasanya akibat
batkan asidosis campuran, yaitu asidosis respiratorik dan me- adanya defek koagulasi), kebocoran fontanela, dan abses kulit
tabolik plasenta, walaupun tidak selalu dapat dideteksi mela- kepala dengan atau tanpa osteomielitis di dekatnya. Abses da_
lpi perren:uan pH, defisit basa, dan tekanan karbondioksida pa- pat diakibatkan oleh Staphylococcus aureus atau batang
cla ,Jaiah yang diambil dari kulit kepala janin. pH yang kurang gram-negatif; seringkali, abses-abses itu sreril.
81 LJanin 551

BENTUK SERAGAM
r80--- .

FHR

roo--.J 'I "l


Onset DlNl Onset DlNl Onset DlNl

KOMPRESI KEPALA
;"J\-/\-r,^\=
DESELEMSIDINI (HC)

BENTUK SERAGAM

J:""--f-r t
lO0 Onset LANJUT onset LANJUT

KOMPRESI
PEMBULUH DARAH

I NSU FISI ENS I UTEROPLASE NTA


DESELERASI DINI (UPI)
Gambar 81-4. Pola deselerasi frekuensi DE-
NYUT jantung janin yang penodik. Reka-
man pada A menunjukkan deselerasi awal
BENTUK VARIABEL yang terjadi selama puncak kontraksi uterus
EO dan akibat tekanan pada kepala janin. B, De-

FHR *fflv,.flnT11*-ilTfu selerasi akhir akibat insufisiensi utero-


plasenta. C, De- selerasi bervariasi akibat
roo kompresi talipusat. Panah menunjukkan hu-
bungan waktu antara mulainya perubahan
Onset VARIABEL
Onset VARIABEL FDJJ dan kontraksi uterus (Dari Hon EH: An
Atlas of Fetal Heart Rate Paftems, New Ha-
ven, CT, Harty Press, 1968.)

;"_/\__/\*
KOMPRESI TALI PUSAT DESELERASI VARIABEL (CC)

kehamilan, hipertensi kronis, dan penyakit ginjal mengakibar


81.3 Penyakit lbu dan Janin
kan ukuran janin kecil menurut umur kehamilan, prema-
turitas, dan kematian intrauteri. Semua ini mungkin diakibat-
PENYAKIT INFEKSI (lihat Tabel 80-3). Hampir setiap in-
kan oleh berkurangnya perfusi uteroplasenta. Hipotiroidisme
feksi ibu yang disertai manifestasi sistemik yang berat dapat
atau hipertiroidisme lbt yang tidak terkontrol menyebabkan
mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau kelahiran prematur.
infertilitas relatif, atau kecenderungan untuk mengalami kegu-
Apakah hal ini diakibatkan karena infeksi janin atau akibat se-
guran, kelahiran prematur, dan kematian janin. Penyakit imu-
kunder dari stres, penyebabnya tidak selalu jelas. Hipertermia
nologis ibu, seperti purpura trombositopenia idiopatik, lupus
ibu selama infeksi bisa disertai dengan kenaikan insidens ano-
sistemik, miastenia gravis dan penyakit Graves, semuanya
mali kongenital. Tanpa memandang keparahan infeksi ibu,
diperantarai oleh autoantibodi igG yang melewati plasenta,
agen-agen tertentu seringkali menginfeksi janin dengan me-
seringkali menimbulkan penyakit yang bersifat sementara
ninggalkan sekuble yang serius. Beberapajanin yang terinfeksi
pada bayi baru lahir. Fenilketonuria yang tidak diobati dapat
agen demikian, seringkali kecil menurut umur kehamilan. Be-
mengakibatkan keguguran, malformasi kongenital, dan jejas
berapa infeksi seperti rubela, dapatjuga menyebabkan malfor-
pada otak janin yang nonfenilketonurik.
masi kongenital jika infeksi tersebut terjadi selama masa
organogenesis.
PENYAKIT NoNINFEKSI (lihat Tabel 80-2). Diabetes pada
ibu dapat mengakibatkan organomegali, hipertrofi dan hiper- 81.4 Obat-obatan Ibu dan Janin
plasia sel-sel pankreas janin, dan kekacauan metabolik pada
neonatus (Bab 93.1). Insidens kematian intrauterin yang tinggi Pengaruh obat-obatan yang diminum oleh ibu sangat ber-
terjadi sesudah minggu ke-36 kehamilan pada ibu yang tidak macam-macam, terutama dalam kaitasnya dengan waktu ke-
memantau dan kurang memeriksakan kehamilannya. Toksemia hamilan ketika mereka meminumnya. Keguguran atau malfor-
552 BAGIAN XI 1 Janin dan Bayi Neonatus

TABEL 81-2 Pembuatan Skor Profll Biofisik: Teknik clan Interpretasi dibuktikan dalarn kamar bersalin atau mungkin dapat tertunrla,
sepefti pada perkembangan adenokarsinoma vagina, dan lesi
genital pada wanita remaja keturunan dari wanita yang terpa_
jan dietilstilbestrol selarna kehamilan, atau tumor masa
kanak-kanak pasca-pemajanan alkohol atau fenitoin waktLl
janin. Konsumsi obat-obatan pacla kehamilan adalah sering;
survai menunjLrkkan bahwa 90Vo penrlerita hamil telah minum
sekurang-kurangnya satu obat. Rata-rata ibu telah minum em_
pat obat selain vitarnin atau besi selama kehamilan; ibu yang
telah minum 10 obat ataLr lebih ada 4Vo. Mengingat bahwa
sekarang ini pengetahuan tentang pengaruh obat_obatan ibu
terhadap janin masih terbatas, maka dokter tidak boleh mere_
sepkan obat-obatan selama kehamilan tanpa mempertimbang-
kan kebutr-rhan ibu dan risiko cedera janin.

81.5 ldentifikasi Penyakit Janin


(Diagnosis lntrauteri) (lihat Tabel 81-1)

Lihat 81.2 untuk pembahasan gawat.janin.


Prosedur diagnostik digunakan r.rntuk mengidendfikasi pe_
nyakit janin bila aborsi sedang dipertimbangkan, bila pengo_
batan langsung pada janin memungkinkan, atau bila keputLrsan
dibuat untuk melahirkan bayi hidup tetapi prematur untuk
menghindari kematian janin intrauteri. penilaian janin juga cli_
indikasikan dalam keadaan yang lebih luas bila riwayat keh.r_
arga, medis, atau reproduktif ibLr rnemberi kesan adanya keha_
milan risiko-tinggi arau janin risiko-tinggi (Bab g0 dan gl).
Ada berbagai rnetode untuk mengidentifikasi penyakit
janin (lihat Tabel 81-l). Pencitraan r.rltrasonografi janin dapat
mendeteksi kelainan pefiumbuhan janin (clengan pengukuran
biometrik diameter biparietal, panjang femur, atau lingkaran
kepala atau perut) atau malformasi janin. Nleskipun 95Vo janin
yang diameter biparietalnya 9,5 cm atau lebih ada pacla seku_
rang-kurangnya kehan-rilan 37 minggu, parLl-parll janin ini
mungkin belum matur. Penentuan kecepatan pertumbLrhan se_
cara seri dan rasio lingkaran kepala dengan perr.rt memperbe_
sar kemampuan untuk mendeteksi retardasi pertumbuhan
intra-uteri. Ultrasonografi real time dapat mengiclentifikasi ke-
*GPJ
lainan plasenta (solLrsio plasenta, plasenta previa) dan anomali
= gerakan pernapasan janin; FDJJ = tiekuensi denyut jantung janin; janin seperti hidrosefalus, anensefalus, spina bificla, atresia
VCA = volume cairan amnion; CA = cairan amnion.
fModifikasi kriteria untuk mengurangi cairan amnion dari < 1 cm sampai < 2 duodenum, hemia diafragmatika, agenesis ginjal, obstruksi ja-
cm agaknya beralasan. Penilaian biofisik janin melalui ultrasonografi (Dari lan keluar kandung kencing, penyakit jantung kongenital, ke-
Creasy RK, Resnik R [eds]: Maternal- Fetal Medicine: Principles and practice,
lainan tungkai, teratoma sakrokoksigeus, higroma kistik,
3rd ed. Philadelphia, WB Saunders, 1994.)
omfalokel, gastroskisis, dan hidrops.
Ultrasonogra{t real time juga mempermudah daya-guna
kordo.sentesis (PUBS) dan profil biofisik dengan pencirraan
pernapasan janin, gerakan tubuh, tonus, dan volume cairan
masi kongenital adalah akibat ibu menelan obat-obat terato- amnion (lihat Tabel 81-2). Velosimetri Doppler menilai aliran
genik selama masa organogenesis. Obat-obat yang diminum
darah arteri janin (tahanan vaskular) (lihat Gambar gl-2 dan
ibu di kemudian hari, terutama pada beberapa minggu terakhir 81-3). Pemeriksaan roentgen janin telah diganti dengan ultra-
dari kehamilannya atau selama persalinan, cenderung menge- sonografi real time dan fetoskopi.
nai fungsi organ spesifik atau sistem enzim, dan lebih merugi-
Amniosentesls, pengambilan cairan amnion transabComen
kan neonatus bukannyajanin (Tabel 8l-3 dan 8l-4). Susunan selama kehamilan untuk tujuan diagnostik (lihat Tabel gl-i),
genetik individu dapat menentukan kerentanan terhadap bebe-
seringkali dilakukan untuk menentukan waktu persalinan pada
rapa obat. Misalnya, teratogenesis lenitoin dapat diperantarai janin dengan eritroblastosis fetalis, atau pada kebutuhan untuk
oleh produksi enzimatik metabolit epoksida yang ditentukan transfusi janin. Cara ini juga dilakukan untuk indikasi genetik,
oleh pewarisan. Lagipula, pengaruh obat-obatan dapat segera biasanya antara kehamilan minggu ke-16 dan ke-1g. Cairan
81 I Janin 553

TABEL 81-3 Agen-Agen yang Berperan pada Ibu Hamil yang Dapat Menimbulkan Pengaruh Merugikan pada Janin

Metiltestosteron
I 7- -etinil-l 9-nortestosteron (Norlutin)
Penisiiarnin
f,*ilitb'iii..-(D.iiantjd' ''. .,,:,,,'',,r1..
Progesteron
Pi^g'anolol ., ,.i -t l
=,,,
Propiltiourasil
Kina
II
Jodium radioaktif il | )
I 7- -etiniltestosteron (Progestoral)
Stilbesrrol (dietilsrilbestrol
. : ::.:t :
tDESI)
:::jti: :i..:::r:
Streptomisin
Agen simpatomimetik (tokoliljkt
T:etrasiktria:::..,'r,;i :,

Valproat
Viurfltrr D

*IUGR = retardasi pertumbuhan intrauterin.

amnion dapat langsung menganalisis asam amino, enzim, dan telah dapat memberikan sel janin, tapi hal ini sedikit
kelainan produk-produk metabolik; dan sel cairan amnion da- meningkatkan risiko kehilangan janin, defek reduksi tungkai,
pat ditanam untuk memungkinkan analisis sitologi secara rinci dan hipogenesis oromandibular.
untuk mendeteksi kelainan kromosom dan gen-DNA pranatal, Indeks kimia maturitas janin yang paling baik adalah de-
atau analisis enzimatis untuk mendeteksi kesalahan metabolik ngan penentuan kreatinin dan lesitin cairan amnion, yang
bawaan. Analisis cairan amnion juga dapat membantu mengi- menggambarkah maturitas ginjal dan paru-paru janin. Lesitin
dentifikasi cacat pipa saraf (kenaikan a-fetoprotein), sindrom (L) dihasilkan di paru-paru oleh sel alveolus tipe II dan
adrenogenital (kenaikan 17-ketosteroid dan pregnanetriol), dan akhirnya mencapai cairan amnion melalui aliran keluar trakea.
disfungsi tiroid, Biopsi vilus korionik (transvaginal atau Sampai pertengahan trimester ke-3, kadarnya hampir sama de-
transabdominal) yang dilakukan pada trimester pertama juga ngan kadar sfingomielin (S); sesudahnya, S tetap konstan da-
554 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

lam cairan amnion sedangkan L naik. Pada rata-rata minggu TABEL 81-4 Agen-agen yang Berperan pacla Wanita Hamil yang
ke-35, rasio L/S sekitar 2:1, angka ini menunjukkan maturitas Dapat Menirnbulkan Pengaruh Merugikan pada Bayi Baru Lahir
paru. {lkohol-Kel ainan perkemban gan pada masa krrn ak*aruik
1
Maturasi paru yang lebih awal dapat terjadi bila ada pemi- r,
Agen'aneste giil (yol ati l)-depre-si sistem saraf pusar
sahan plasenta prematur yang berat, ketuban pecah prematur, Kofi i kitsteroid adrenal:kegagal an adrenokorte(i g a ran g)
ketagihan (adiksi) narkotik, atau penyakit hipertensi dan vas- ,.'Amqnium klorida-asidosis (tidak tampak secara,klinis)j, :: .' :.,,''
:. Aspirin*perdarahan neonatus, kehamilan
kular ginjal pada ibu' Penundaan maturasi paru rnungkin ber- memanjang
kaitan dengan hidrops fetalis atau diabetes ibu yang tidak di-
'r Bromida:*ruam, depresi SSP i
''. .. '.1'.''...,,...... :...:,r:',
Rokok:kemungkinan girngguan perkembangan'saiaf pada.masa
sertai penyakit vaskular, Kemungkinan penyakit membran hi- :.I,. .'
kunak-kanak il': .rlr..
alin sangat berkurang bila rasio LIS 2:1 atau lebih, walaupun , Kaptopril-ketidakstabilan kaidiovaskuiiir, gagA ginjal sementara
hipoksia, asidosis, dan hipotermia dapat menambah risiko ra- Karbamazgpin*kelainan perkembangan saraf , i ,
sio L/S "matur" ini. Namun, 20-25o/o bayi dengan rasio LiS Anestesi kaudal dengan rneplvakain (memasukan anestesi ke da-
kurang dari2:I tidak menderita penyakit membran hialin. Da- liim kulit kepala bayi secara tidak sengaja)-bradipnea. ap-
rah ibu dan janin mempunyai rasio L/S l:4; dengan demikian nea;bradiknrdia, konvulsi .-i. .: ,,,., . .,,, )': ...
.
kontaminasi tidak akan mengubah arti rasio 2:1 atau lebih. Dgpiesan SSP (narkotik, barbiturat; tranqulizer),seiama persali-
Kontaminasi dengan mekonium, penyimpanan, dan sentrifu- . . .Ilpr-!':-dqpresi sistem laraf pusat.: :... ,':.. ... 'r ''

gasi, semuanya dapat mengurangi reliabilitas rasio L/S. 'SefqJolin:;reaksi uji Coombs direk:positif '
Penentuan fosfatidilkolin jenuh (L), benda-benda osmo- ' Kokainl c ra cft-mi kro sefalu s, retardasi pertumbuh 4n, gan g gu an
:'Perilaku ':,
filik, atau kadar fosfatigliserol (PG) dalam cairan amnion Derivat ku.rnarin-mortalitas perinatal tinggi, anomuli
mungkin lebih spesifik dan merupakan prediktor spesifik rna- Dilantin _:diatesis perdtuahan (defisiensivir.imin K) kelainan per-
turitas paru, terutama pada kehamilan berisiko-tinggi seperti . :..r.. kemb4ngan saraf . ,l
kehamilan pada wanita dengan diabetes (lihat Bab 87). Fluoksitin-:-kemungkinan rre onatal w ithdrctwal, hipertonisitas
,'Heksametonium bromida--ileus paraiitik :, -
Walaupun amniosentesis dapat dilakukan dengan mengu- ,

sahakan agar ketidaknyamanan yang dirasakan ibu sedikit Cairal intavenalselama persalinan (misalnya; larutan bcbas ga-
saja, bahkan oleh tangan yang berpengalaman, namun ada se- ,.,pm):Bangguan elektrolit, hipgnatremia; hipogl ikemia
Yodium-go!dok.neon4tus:'','''''............:.......:..l
dikit risiko untuk terjadinya cedera langsung pada janin, yaitu ::' Indometasin-oliguria, enterokoiiiis nekrotikans, displasia bron -
akibat pLrngsi plasenta dan perdarahan dengan cedera sekunder kopulmonal
pada janin, akibat stimulasi kontraksi uterus clan persalinan I9o\q,qprin-:-iteus, hipokatsemia; tripogtiie;ia, hiporensi
Timah hitam-fungsi intelektual berkurangl : :
,
prematur, amnionitis, dan sensitisasi darah janin oleh ibLr.
Makin awal dilakukan pungsi amnion pada kehamilan, makin - Maglesium sulfat-depresi pernapasan,, penyumbat mekonium;','
besar risikonya pada janin. Risiko dapat dikurangi dengan hipotoni
menggunakan ultrasonografi untuk menentukan lokasi pla- Morfin dan derivatnya (adiksi)+gejala withdrawal (tidak mau ''
makan, muntah, diare, gelisah, menguap dan menggeliat,
senta. Prosedur ini harus dibatasi pada kasus-kasus yang, ke-
dispnea dan sianosis. demam dan berkeiinglt. pucli, tremor.
mungkinan, manfaat penemuannya lebih berharga daripada
konvu lsi.1
risikonya. Naftalen*anernia hemolitik (bayi dengan defrsiensi enzim
Kordosentesi,r, atau pengambilan sampel darah umbilikus glukose:6.fosfat dehidrogenase [G.6-PD]) : .: :: : : . .

perkutan (PUBS); digunakan untuk mendiagnosis kelainan Nitrofurantoin-anemia hemol i ti k (pada bayi dengan defisiensi
hematologis janin, gangguan genetik, infeksi, dan hipoksia G-6-PD)
janin (lihat Tabel 81-1). Di bawah visualisasi ultrasonografi ,OkiitoSin-:-rupeibililubjnemia,tttipoiattemir . i,
Fenobarbital-:diatesis perdarahnn {defisiensi viiarnin K) : , ' :'
langsung, jarum panjang ditusukkan ke dalam vena umbilika-
Bf fenil poliklorinasi-perkembangan neurologis ielek
lis pada tempat masuk vena itu ke plasenta atau dinding abdo-
men janin. Darah dapat diambil untLlk menentukan
hemoglobin, kadar trombosit, DNA limfosit, atau paO2, pH, Propianolol-hipoglikeriria,: bradikardia, apn"u, :'' .11,1
""'
PCOz, dan kadar laktat janin. Transfusi atau pemberian obat- Rgqerpin lnengar-ltuk, kongesti hidung, stabiliias Suhu jele(', 1

obatan dapat diberikan melalui vena umbilikalis (Tabel 81-5). ,,lu]fon amida ( an gka' I ama)-;. gangguan peiigi katan protei n bi I iru
"
,ir,t:, :,,,r-bin;r keinikterus pada kadar bilirubin serum yang rendah
:Sulfonilurea-hipoglikemia refraktei r,, , ', ': ' ,

,Tiazid*xombositopenia ireoaatuE (jarang) "' ,,. ,.;


81.6 Pengobatun dan Pencegqhan ,,,1 ,:
,

I Tqluen (padq penyalahguna'peliuu11..1q.1uhiran piematur, janin


Penyakit Janin ' : -, , :;:dengan sindrom seperti-alkqhol;'dismorfologi i

Vitamin K (i umlah berlebihan)*hiperbilirubinemi a

Manajemen penyakit janin secara terus-menerus bergan-


tung pada kemajuan ketepatan diagnosis yang terkoordinasi;
pengertian tentang nutrisi, farmakologi, imunologi dan patofi- lnsidens sensitisasi wanita Rh negarif oleh janin Rh positif
siologi janin; ketersediaan obat-obat antirnikroba dan antivi- telah menurun seiring dengan pemberian profilaksis imuno-
rus; dan prosedur terapeutik. Ken-rajuan dalam memberikan globulin Rh(D) pada ibu di awal masa kehamilan dan sesudal.r
pengobatan spesifik untuk penyakit yang didiagnosis secara tiap persalinan atau aborsi, dengan demikian mengnrangi fre-
tepat telah membaik dengan penemuan ultrasonografi real kuensi penyakit hemolitik pada keturunan berikutnya. Eri-
time dan kordosentesis (lihat Tabel 81-1 dan 8l-5). troblastosis janin (Bab 89) sekarang dapat dengan tepat didi-
81 I Janin 555

agnosis dengan analisis cairan amnion, dan diobati dengan McDonnell M, Serra-Serra V, Gaffney G, et al: Neonatal outcome after preg-
nancy complicated by abnormal velocity waveforms in the umbilical artery.
transfusi intrauteri dan intraperitoneal atau transfusi intravena
Arch Dis Child 70:F84, 1994.
sel darah Rh negatif untuk memperlahankan janin sampai ia Morrow R, R.itchie K: Doppler ultrasound fetal velocimetry and its role in ob-
cukup dewasa dan mempunyai kesempatan berjuang untuk stetrics. Clin Perinatol 16:'17 1, 1989,
hidup. Pearson MA, Hoyme HE, Seaver LH, et al: Toluene embryopathy: Delinea-
tion of the phenotype and comparison with fetal alcohol syndrome. Pediat-
Hipoksia atau gawat janin, sekarang dapat cukup berhasil
rics 93:211, 1994.
didiagnosis. Namun, pengobatannya tetap terbatas pada pe- Pleet H, Graham J, Smith D: Central nervous system and facial defects associ-
nyediaan oksigen kadar tinggi pada ibu, memperbaiki posisi ated with maternal hyperthermia at 4-14 wk gestation. Pediarrics 67:785,
uterus untuk menghindari kompresi vaskular, dan memulai 1981.
Reece EA, Copel JA, Scioscia AL, et al: Diagnostic fetal umbilical blood
persalinan operatif sebelum terjadi beberapa jejas janin.
sampling in the rnanagenrent of isoimmunization. Am J Obstet Gynecol
Pendekatan farmakologis pada in-raturitas janin (misal, 159:1057,1988.
pemberian steroid pada ibu untuk mempercepat maturasi paru Sharony R, Browne C, Lachman RS, et al: Prenatal diagnosis of the skeletal
janin dan menurunkan insidens sindrom distres respirasi [Bab dysplasias. Anl J Obstet Gynecol 169:668, 1993.
Simpson JL, Elias S: Isolating f'etal cells from maternal blood. Advances in
871 pada bayi yang lahir prematur) memberikan harapan.
prenatal diagnosis through molecu lar rechnology. J AM A 27 0:2357, 1993,
Menghambat kelahiran dengan agen tokolitik B-simpatorni- Simpson LL, Marx GR: Diagnosis ancl treatment of structural fetal cardiac ab-
metik sayangnya tidak berhasil pada kebanyakan penderita normality and dysrhythmia. Semin Perinatol 18215,1994.
yang melahiran prematur. Pengobatan penyakit genetik janin Tejani N, Maran LI, Bhakthavathsalan A, et al: Correlation of fetal heart rate
atau anomali kongenital yang didiagnosis secara pasti terdiri uterine contraction patterns with f'etal scalp blood pH. Obstet Gynecol
46:392,1975.
dari memberi nasehat kepada orang tua atau aborsi; jarang, de- Tyrrell S, Obaid AH, Lilford RJ: Umbilical artery Doppler velocimetry as a
ngan terapi vitamin dosis tinggi untuk kesalahan metabolisme predictor of f'etal hypoxia and acidosis at birth. Obstet Gynecol 74:332,
bawaan responsif (misal, gangguan ketergantungan-biotin) l 989.
Weiner CP, Williamson RA: Evaluation of severe growth retardation using
atau transfusi janin (dengan sel darah merah atau trombosit)
cordocentesis-hematologic and metabolic alterations by etiology. Obstet
mungkin diindikasikan. Pembedahan janin (lihat Tabel 81-5) Gynecol 73225,1989.
tetap merupakan pendekatan eksperimen terhadap terapi dan Workshop on Chorionic Villus Sampling. Report of national institute of child
hanya tersedia pada beberapa pusat perinatal khusus. Sifat health and human development workshop on chorionic villus sampling and
defek dan akibatnya serta implikasi etik untuk janin dan orang limb and other def'ects, October 20, 1992. Am J Obster Gynecol 169:1,
1 993.
tua harus dipertimbangkan.

Adzick NS, Hanison MR: Fetal surgical therapy. Lancet 343:897,1994. 81.7 Teratogen*
Arduini D, Rizzo G, Romanini C: The development of abnormal heart rate
patterns after absent end-diastolic velocity in unbilical artery: Analysis of
risk factors. Am J Obstet Gynecol 168:43, 1993.
Bila bayi atau anak mengalami malformasi atau retardasi
Benebi A, Kobuch WE, Bessieres MH, et al: Termination of plegnancy tbr mental, orang tua sering menyalahkan dirinya sendiri dan
maternal toxoplasmosis, Lancet 344:36, 1994. mengaitkan masalah anaknya pada kejadian yang terjadi sela-
CLASP Collaborative Group. CLASP: a randomised trial of low-dose aspirin ma kehamilan.
fbr the prevention and treatment of pre-eclampsia among 9364 pregnant
women. Lancet 343:619, 1994.
Karena terjadi infeksi, dan beberapa obat sering diminurn
Committee on Genetics: Folic acid for the prevention of neural tube defects. selama kehamilaq pada beberapa kehamilan, dokter spesialis
Pediatrics 92:493, 1993. anak harus mengevaluasi dugaan adanya rnfeksi virr.rs dan
Creasy RK: Preterm birth prevention: Where are we? Am J Obstet Gynecol obat-obat yang diminum untuk membantu orang tua mengefii
168:1223,1993.
cacat lahir anaknya. Penyebab sekitar 40Vo malformasi kon-
D'Alton ME: Prenatal diagnostic procedures. Semin Perinaiol 18:140, i994.
Elias S, Emerson DS, Simpson JL, et al: Ultrasound-guided fetal skin sam- genital belum diketahui. Sementara itu, relatif hanya ada be-
pling for prenatal diagnosis of genodermatoses. Obstet Gynecol 83:337, berapa agen yang dikenali bersifat teratogenik pada manusia
1994. (lihat Tabel 80-2, 80-3, 81-3, dan 81-4), agen-agen baru terus
Ewigman BG, Crane JP, Frigoletto FD, et al: Effect of prenatal ultrasound
diidentifikasi. Dari keseluruhan, hanya 107o anomali yang pe-
screening on perinatal outcome. N Engl J Med329:821,1993.
Firth HV, Boyd PA, Chamberlain PF, et al: Analysis of limb reduction defects nyebab teratogennya dapat dikenali. Waktu pemajanan biasa-
in babies exposed to chorionic villus sampling. Lancet 343:1069, 1994. nya <60 hari kehamilan selama organogenesis. Agen tertentll
Garmel SH, D'Alton ME: Diagnostic ultrasound in pregnancy: An overview. menimbulkan lesi yang ridak dapat diramalkan. Beberapa agen
Semin Pelinatol 18:117, 1994.
Ghidini A, Sepulveda W, Lockwood CJ, et al: Complications of fetal blood
di antaranya memiliki pengaruh yang bergantung pada dosis
sampling. Am J Obstet Gynecol 168:1339, 1993. atau nilai ambang; di bawah nilai ambang tersebut tidak ada
Guinn DA, Wigton TR, James JA, et al: Mammary stimulation test predicts perubahan pertumbuhan, fungsi, atau struktur. Pengarr.rh agen
preterm birth in nulliparous women. Am J Obstet Gynecol 170:1809, 1994, dapat bersifat spesifik-spesies. Variabel genetik, seperti ada-
Heffner LJ, Sherman CB, Speizer FE, et al: Clinical and environmental pre-
nya enzim spesifik, dapat memetabolisasi agen benigna men-
dictors ofpreterm labor. Obstet Gynecol 81:750, 1993.
Lockwood CJ, Wein R, Lapinski R, et al: The presence of cervical and vaginal jadi bentuk yang lebih toksik-teratogenik (konversi fenitoin
fetal fibronectin predicts preterm delivery in an inner-city obstetric popula- menjadi epoksida). Pada banyak keadaan, agen dan dosis yang
tion. Am J Obstet Gynecol 169:798, 1993. sama tidak dapat secara konsisten menimbulkan lesi.
Lynch-A, Marlar R, Murphy J, et al: Antiphospholipid antibodies in predicting
adverse pregnancy outcome. A prospective study. Ann Intern Med
120:470,1994.
Manning FA, Snijders R, Harman CR, et al: Fetal biophysical profile score.
VI. Conelation with antepartum umbilical venous fetal pH. Am J Obstet
*sebagian dali aslinya dimodifikasi oleh L. B. Holmes pada edisi ke-14
Gynecol 169:'7 55, 1993.
556 BAGIAN XI f Janin dan Bayi Neonatus

TABEL 81-5 Terapi Janin

Hematologi , '
Anemi a dengan hidrops (eritroblatosis foetalis.l
Trombositopenia
Isoimun 1l

itiPj
,qutoimun
Metailiilik-Endokrin
PKU lbu
Calaktosernia janin
Defi siensi karboksi Iase muLtipel
Asidemia metilmalonat
-hidroksilaie
Defi siensi 2 l
Hipotiroidiime y1,tlr,'.,rl1ii:'=;;ii!!#
Diabetes melitus ibu
-
Cawal Janin
Hipoksia ,

Retardas i pertu mbuhan intrauteri


Oligohidramnion, ketuban pecah prematur dengan
berbagai deselerasi
Takikardia supraventri kular
Lupus anrikoggulan
Pie:eklarnsia
Kelaiiran piematur
Pirnapasan
tmiiuntas paru
Anomplj KongCliiiiql ,

eacar:piiid:i ltfi ,r ;,:


Hernia diafragmatika
Hidiosefalus
b1]t
xnidl0ngf;!.b.s
li'k$Uile' hs)ltii;
'.,::.: :::, ;

a:iiL| a
:.1iiii:,J;;
::rl
:

::.:::-:a::a::a::1\ |

Kehamilan multipel
Kilotoraks,bilareral .:

Cairan,mekonium keruh
Blokade jantung kongenital

(?) Menunjukktn kemungkinan tetdpi tidak terbukti manjur.


* Ottat pilihan (mungkin memerlukan PUBS dan pemberian
melalui vena umbiliknlis jika ada hidrops).
81 t Janin 557

TABEL 81-6 Pemaparan Radiasi Janin* mil diberi informasi tentang pengarLrh alkohol yang merugikan
Jenil,Penelitian MillirAdt pada bayinya yang belunr lahir, ia dapat dir-notivasi Lrntuk n.re-
ngendalikan masalah ini selama dirinya hamil. Wanita clengan
Roentggnogran
Dada
-dari..1..1.,;,1,1;:.,,,,,:r'
I
diabetes melitlls bergantung-insulin dapat secara bermakna
Spina torakalis menrtrunkan risiko untuk mempr-rnyai anak dengan cacat lahir
r:1,1',.'llrr
Abdomen ..?21,'::
melalr.ri pengontrolan penyakit yang baik sebelunt konsepsi.
Pelvis :2-10,
Pinggul .;ll2- ,.
Pemeriksaan roen tgen-kontras Ardinger HH, Atkin JF, Blackston RD, et al: Verification of the fetal val_
Seri saluran cerna atas ','
proate syndrome phenotype. Am J Med Genet 29r171, 1988.
171',
Beckman DA, Brent RL: Mechanism of known environntental tel.atogens:
Barium enema , 901 ,,
Drugs andchemicals. Clin perinatol l3:649, 19g6.
Kolangiogram :,'78 ,, Brent RL: Evaluating the alleged teratogenicity of envil.onmental agents, Clin
Pielogram intravena r,'588': Perinatol 13:609, 1986,
Brent RL: Tlie cornplexities of solving the problem of human malformations.
*Dari US DHEW: Gonad Doses and Cenetically SigniJicant Dose Clirr Perinatol l3:4q I , I986,
Jrom Diag
tn.ttic Radiology; US, 1964 dan 1970, Washingtott DC, IJS Government Print Chervenak FA, Isaacson G: Diagnosing congenital malfil.rnation in rjtero: Ul_
ing Ofiice, 1976, trasound. Clin Pelinatol 13:593, 1986.
f Karenct terdapat berbagai-macam teknik, perkirctun ini dctpat dilebihi. Czeizel AE, Elek C, Gundy S, et al: Envir.onmental trichlorfbn ancl cluster of
congenital abnormalities. Lancet 341:539, 1993.
Czeizel AE, Intody Z, Moclell B: What proportion of congenital abnormalities
can be prevented? Br Med J 306:499, 1993.
Jacobson SJ, Jones K, Johnson K, et al: Prospective multicentre stucly ol'preg-
Mekanisme teratogenesis meliputi kematian sel tanpa nancy outcome al'ter lithium exposure during first trimester. Lancet
regenerasi reparatif; penLlndaan mitosis; proses diferensiasi 339:530. 1992.
Jones KJ, Lacro RV, Johnson KA, et al: patter.n ol malfbrmatious in the chil-
tertunda; penekanan fisik atar.r vasklllar; pengurangan histo- dren ol women treated with carbamazepine cluring pregnancy N Engl J
genesis sekunder akibat pengosongan sel, nekrosis, kalsifikasi, Med 320:1661. i989.
atau parut; migrasi seluler terhambat; dan radang. Banyak me- Lammer EJ, Chen CT, Hoar RM. et al: Retinoic acid emblyopatlry. N Engl J
kanisme yang terjadi akibat adanya cedera kromosom atau Med 313:837, I985.
Litsey SE, Noonan JA, O'Connor WN, et al: Maternal connective tissue clis-
DNA, dan perbaikan molekul yang jelek. ease and congenital heart block. N Engl J Med 312:98, 1985.
FDA mengklasifikasikan obat dalam lima kelompok yang Newman CGH: The thalidomide syndrome: Risks of exposure ancl spectrum
berisiko pada kehamilan: Kelompok A, memberi kesan tidak of n.raltbrmations. Clin Perinatol l3:555. 1986.
Oakley GP: Frecluency of human congenital nralfbrmations. Clin per.inatol
ada risiko berdasarkan bukti dari percobaan-terkendali pada 13:545,1986,
manusia. Kelompok B, memberi kesan tidak ada risiko dari Olds DL, Henderson CR, Tatelbaurn R: Intellecrual impair.ment in chilch.en of
penelitian-binatang namun tidak ada penelitian yang cukLrp wor.nen rvl.ro smoke cigarettes cluring pregn::ncy. pediatrics 93:221,1994.
Pauli RM, Lian JB, Mosher DF, et al: Assocration of congenital deficiency of
pada manusia, atau ada beberapa risiko pada penelitian bina-
multiple vitan.rin K-depenclent coagulation lactors ancl the phenotype of the
tang yang tidak dikonfirmasi dengan penelitian manusia. warfarin embryopathy: Clues to the mechanism of teratogenicity of counra-
Kelompok C, pasti berisiko dari penelitian-binatang tetapi ti- rin derivatives. Ant J Hum Genet 41:566. 1987.
dak ada penelitian yang cukup pada manusia, atau tidak terse- Shepard TH: Catalog of Teratogenic Agents, 6th ed. Baltin.rore, The Johns
Hopkins University Press, 1989.
dia data untuk binatang atau manusia. Kelompok D meliputi
Stickler SM, Dansky LV, Miller MA, er al: Genetic predisposition to
obat-obat dengan beberapa risiko, tetapi untuk pengobatan phenytoin-induced birth def'ects. Lancet ii:746. 1985.
pada keadaan yang mengancam jiwa, manfaat yang didapat
melebihi risiko tersebllt, contohnya streptomisin untuk tu-
berkulosis. Kelompok X adalah untuk obat-obat yang menjadi
81.8 Radiasi
kontraindikasi pada kehamilan, didasarkan bukti dari binatang
dan manusia yang risikonya melebihi manfaatnya.
Pemajanan wanita hamil terhadap radiasi yang terjacli se-
Mekanisme kerja spesifik yang diketahui atau dirumr.rskan cara tak sengaja merupakan penyebab yang lazim menimbul-
untuk teratogen amat sedikit. Warfarin, suatu antikoagulan ka- kan kecemasan pada wanita, keluarganya, dan dokternya,
rena merupakan antagonis vitamin K, mencegah karboksilasi biasanya rnengenai apakah janinnya akan mempunyai cacatla-
asam y-karboksiglutamat (GLA), yang merupakan komponen hir atau kelainan genetik. Tidak mLrngkin bahwa pemajanan
osteokalsin dan protein tLrlang lain yang bergantung-vitamin terhadap radiasi diagnostik akan menyebabkan mntasi gen; ti-
K. Pengaruh teratogenik pada kartilago yang sedang berkem- dak menambah kelainan genetik yang telah diidentifikasi pada
bang, terutama kartilago hidung, dapat dihindarkan jika peng- anak-anak yang terpajan ketika janin belum dilahirkan pada
obatan wanita hamil antara minggu kehamilan ke-6 sampai ledakan bom atom di Jepang pada rahun I 945.
ke-12 ditukar dari warfarin menjadi heparin. Hipotiroidisme Kecemasan yang lebih realistik adalah apakah janin rnanusia
pada janin dapat disebabkan oleh ibu yang menelan sejLrmlah yang teryajan akan memberikan cacat lahir atau insidens
yodium atau propiltiourasil secara berlebihan; masing-masing keganasan yang lebih tinggi. Dari semua sumber, batas pema-
mengganggu konversi yodium anorganik menjadi yodium or- janan-pekerjaan pada ibu terhadap radiasi yang dianjurkan
ganik. Fenitoin dapat teratogenik karena akumulasi metabolit adalah 500 millirad (rnrad) selama keseluruhan 40 minggu
akibat defisiensi epoksida hidrolase. kehamilan. Perkiraan pemajanan gonad untr-rk ibu dan pemajanan
Pengenalan teratogen memberi kesempatan untuk melakr-r- seluruh tubuh janin dari beberapa pemeriksaan roentgen ditun-
kan pencegahan defek-lahir-terkait. Misalnya, jika wanita ha- jukkan pada Tabel 81-6. Data yang rerbatas pada janin manu-
558 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

sia menunjukkan bahwa dosis radiasi yang besar (20.000- TABEL 82-1 Bayi Berisiko-Tinggi
50.000 mrad) berbahaya untuk sistem saraf pusat, hal ini
dibuktikan dengan adanya mikrosefalus, retardasi mental, dan
retardasi pertumbuhan intrauteri.
Aborsi terapeutik sering dianjurkan bila pemajanan mele-
bihi 10.000 mrad. Janin manusia mungkin akan tahan bila ter- Tidak kawin
,,,,:,..Stres.emosi itau frsik . .',11 .,.1 I,,.;.; 1r.i '..,:, , ' ,:.r'-
pajan pada 1.000-3.000 mrad, suatu jumlah yang tidak menye-
babkan malformasi. Ada perlentangan berkenaan dengan apa- RiwaySt Mgdis yang Sebelumnya:ri ;:r;'r ':,,:, -::r:::i , ,

Diabetus melitus
kah kadar pemajanan janin ini berhubungan dengan kenaikan
Hipenensi
risiko perkembangan kanker pada masa kanak-kanak atau leu-
kemia.
Pengobatan lama (lihatTabel 8l-3 dan 8l-4)
.Kehamilan Sebelumnya
Brent R: The eff'ects of embryonic anci f'etal exposure to x-ray, microwaves
Kematian janin intrauteri
and ultrasound. Clin Perinatol l3:615, 1986.
The Ettects on Populations of Exposure to Low Levels of Ionizing Radiation Kematian neonalus
(BEIR Reporr). Washington DC, National Acaclemy of Sciences. National Prematuritas
Research Council, November, 1972. ' Retaxdasi pertumbuhan intrauteri '; ''; . :: I

Griem ML, Meier P, Dobben GD: Analysis of the morbidity and mortality of Malformasi kongenital
children irradiated in fetal life. Radiology 88:347,1967. Serviks inkompeten
US Departn.rent of Health, Education, and Welfare: Gonad Doses and Geneti-
. ,, Sensitisasi golongan darah; ikterus neonatorum ',
cally Signiticant Dose from Diagnostic Radiology: US., 1964 and 1970,
,t..,.r Trombosifopelia neonatorum . . .,' :,. ', :,..,..
Washington, DC, US Government Printing Ofl-ice, 1976. 'rir,.. :HidrOpS, .':'1,-", .. ,, ;:.' ' '. - "' I .l
Webster EW: On the question of cancer induction by small X-ray doses. Am
:.,"iKesalahan.mdtabolisme bawaan .., ' .': .' ' -'.,. , '. "' :.":
J Roentgenol 137:641 , 1981.
Kehamilan Sekarang "

Penyakit yang ditularkan secarc seksual (kolonisasi: herpes


,'. ::,,': si6o1"1rr streptokokus grup B):-. .. ,...,',..... ,
t Bae 82 Keharnilan multipel
:,t...

Ketuban pecah prematur


Bayi Berisiko-Tinggi Waktu antara kehamilan pendek
Poli-oligohidramnion
, ,Sakit mectb atau bedah akui ,,.:,;:':,::',, ' .:: ...:'.: . : .t' . :...'

Perawatan pranatal tidak memadai


Lupus antikoagulan
Bayi yang terutama berisiko selama masa neonatus harus Kelahiran dan Persalinan , . :',:, - r, : .

diidentifikasi seawal mungkin agar dapat menurunkan morbi- Kelahiran premarur (<37 minggu)
ditas dan mortalitas neonatus (lihat juga Bab 79). Istilah bayi Lew4tbulan (>42 minggu)' : , ' . '' ,,, .

berisiko-tinggi mengarah pada bayi yang harus berada di ba- , Gqwaljanin , ,,,' ,

wah pengamatan ketat oleh dokter dan perawat yang berpen- ,. Rasio L/S'ima!ur: 1!da! ada fosfatidilglisprol | ' :
bokong. '..,' '
galaman. Sekitar 9Vo dari semua kelahiran memerlukan ',.', Prg,sbntaii
Caiian mekoOium keruh ,:' . : i .:.. :,. . . ..:. :., :.. :"
perawatan khusus atau perawatan neonatus intensif. Biasanya ::,,,Lilitantali'pugatdi:leher' :' i . .,,,,,:,
perawatan ini hanya diperlukan selama beberapa hari, penga- Seksio sesaria
matan demikian dapat berakhir dari beberapa jam sampai be- :: rPerealinan:meriggunakan,forsep ,:,'':,.. .. .':; , : :'r ,
berapa minggu. Beberapa institusi berpendapat bahwa adalah Skor Apgar <4 pada menit- I
bermanfaat menyediakan kamar perawatan anak khusus atau Neonatus
transisi untLrk bayi berisiko-tinggi, seringkali dalam kamar ke- :.:,Berat,badan lahir <2.500.atau>{.000 g ,, .
lahiran dan bersalin. Fasilitas ini harus dilengkapi dan diberi ,r,iLahfuiebelum minggu.ko3l alau sesudah minggu ker4d :

staf serupa dengan daerah perawatan intensif neonatus, dimana kehamilan


bayi cukup bulan yang baik namun berisiko-tinggi dapat dia- SGA+, status Peftumbuhan LGAf
Takipnea, sianosis
mati dan dirawat segera sesudah lahir tanpa dipisahkan dari
ibunya. Bayi-bayi dalam kelompok risiko-tinggi tercantum da-
lam Tabel 82- l.
:'r:P.,ucat;:pletora;.petekie,... .... . : ..,,, . t', r':i,

Pemeriksaan plasenta, talipusat, dan selaput ketuban yang ESLE Lupus eritentatosns sistenik.
=
baru saja dilahirkan dapat mewaspadakan dokter terhadap bayi ISGA = Kecil menurut untur kehaniLan.
baru lahir yang berisiko-tinggi. Kehilangan darah janin dapat +LGA = Besar menurut umur kehamilan,
ditunjukkan oleh kepucatan plasenta, hematoma retro-
plasenta, dan robekan talipusat seperti selaput atau pembuluh
darah korionik yang memasok lobus suksenturia. Edema tal, hidrops fetalis, nefrosis kongenital, ataLr penyakit hati.
plasenta dan kemudian defisiensi imunoglobulin G pada bayi Amnion nodosum (granula pada amnion) dan oligohidrarn-
baru lahir dapat dihubungkan dengan sindrom transfusi fetofe- nion dihubungkan dengan hipoplasia paru dan agenesis ginjal,
82 t Bayi Berisiko-Tinggi 559

yang beratnya di atas 4.000 g pada saat lahir dan untuk mere-
ka yang masa kehamilannya 42 minggu atau lebih. Karena
-E 2500 mortalitas neonatlls sebagian besar bergantung pada berat ba-
g
dan lahir dan umur kehamilan, Gambar 82-1 membantu meng-
.9 zooo
.=
E
identifikasi bayi berisiko-tinggi dengan cepat. Namun, analisis
-5 rsoo ini didasarkan pada kelahiran hidup total. dan karenanya
6 hanya menggambarkan risiko mortalitas pada saat lahir. Ka-
$ rooo
rena kebanyakan mortalitas neonatus terjadi dalam jam-jam
dan hari-hari pertama sesudah lahir, harapan hidup neonatus
semakin membaik secara dramatis dengan bertambahnya keta-
^ hanan hidup pascalahi r.
20 21 22 2g 2a 25 25 27 28 29 30 31 32 33 3a 35 36
Usia Kehamilan (minggu)
Amini SB, Catalano PM, Hirsch V, et al: An analysis of birth weight by gesra-
Gambar 82.1. Persentase mortalitas.neonatus yang diramalkan pada interval tional age using a computerized perinatal data base, 1975-1992. Obstet
berat badan 250 g (aksis y), pada interval umur kehamilan 1 minggu (aksis x), Gynecol 83:342,1994.
dan kombinasi interval berat badan lahir 250 g dan umur kehamilan mingguan Bateman DA, O'Bryan L, Nicholas SW, et al: Outcome of unattendecl out-of
(kotak-kotak di tengah) berasal dari model regresi multipel. (O), persentil ke- hospital births in Harlem. Arch Pediatr Adolesc Med 14g:147 , 1994.
90; (I), persentil ke-10; tanda bintang, kurang dari 5 bayi dalam kotak. (Dari Behrman RE: Prevention of low birthweight: A pediatric perspective. J pedi_
Copper RL, Goldenberg RL, Creasy RK, dkk: A multicenter study of preterm atr 107:842,1985.
birth weight and gestational age-specific neopatal mortality. Am J Obstet Gy- Brett KM, Schoendorf KC, Kiely JL: Difl'erences between black and white
necol 168:78,1993.) women in the use of prenatal care technologies. Am J Obstet Gynecol
17041, 1994,
Howell EM, Vert P: Neonatal intensive care and birth weight- specific perina-
tal mortality in Michigan and Lorraine. pediatrics 9l:464,1993.
Nelson MD: Socioeconomic sratus and childhood mor.tality in North Carolina.
Am J Public Healrh 82:1 131, 1992.
Strong TH, Finberg HJ, Mattox JH: Antepartum diagnosis of noncoiled um_
sedangkan nodul kecil keputihan pada talipusat memberi ke- bilical cords. Am J Obstet Gynecol l1-0:1j29, 1994.
san infeksi kandida. Talipusat pendek dap talipusat tidak ber- Wariyar U, Richmond S, Hey E: Pregnancy outcome at24-31 weeks, gesta-
tion: Mortality. Arch Dis Child 64:670, i989.
kelok-kelok terjadi pada kelainan kromosom dan omfalokel.
Whitby C, DeCates C, Robertson N: Infanrs weighing t.8-2.S tg: Should they
Korioangioma dihubungkan dengan prematuritas, abrupsio, be cared for in neonatal units or postnatal wards? Lancet l:322, lgg2.
polihidramnion, dan retardasi pertumbuhan intrauteri (IUGR). Wigton TR, Tamura RK, Wickstrom E, et al: Neonatal morbidity after. pre-
Mekonium berwarna memberi kesan asfiksia dan risiko pneu- term delivery in the presence of documented lung maturity. Am J Obstet
Gynecol 169:951, 1993.
monia, dan kekeruhan permukaan plasenta janin memberi ke-
Wolf EJ, Vintzileos AM, Rosenkrantz TS, et al: Do survival and morbidity of
san infeksi. Arteri umbilikalis tunggal dihubungkan dengan very-low-birth-weight infants vary according to the primary pregnxncy
kenaikan insidens kelainan kongenital. complication that results in preterm delivery? Am J Obstet Gynecol
Banyak bayi berisiko-tinggi dilahirkan secara prematur, 169:1233,1993.
persalinan bokong, mempunyai berat badan rendah menurut
umur kehamilan, menderita asfiksia perinatal yang bermakna,
aiau dilahirkan dengan anomali kongenital yang mengancam 82. 1 Kehamilan Multipel
jiwa tanpa menunjukkan faktor-faktor risiko yang dapat di-
identifikasi sebelumnya. Pada umumnya, untuk setiap lama INSIDENS. Laporan insidens kembar rertinggi terdapar pada
kehamilan tertentu, semakin rendah berat badan lahir, mortali- ras kulit hitam dan India Timur, diikuti dengan ras kulit putih
tas neonatus semakin tinggi; dan untuk setiap berat badan ter- Eropa Utara, dan paling rendah pada ras Asia. Angka-angka
tentu, semakin pendek lama kehamilan, mortalitas neonatus spesifik meliputi: Belgia, 1:56; kulit hitam Amerika, l:'10;
semakin tinggi (Gambar 82-1). Risiko mortalitas neonatus Itali, 1:86; kulit putih Amerika, 1:88; Yunani, 1:130; Jepang,
tertinggi terladi pada bayi yang beratnya kurang dari 1.000 g 1:150, Cina, l:300. Perbedaan pada insidens kembar terutama
pada saat la-hir dan yang umur kehamilannya kurang dari 30 melibatkan kembar dizigot fraternal (poliovular). Kembar tiga
minggu. Risiko mofialitas neonatus terendah terdapat pada diperkirakan terjadi pada 1 dari 862 kehamilan dan kembar
bayi dengan berat badan lahir 3.000-4.000 g yang umur keha- empat pada 1 dari 863 kehamilan di Amerika Serikat. Insidens
milannya 38-42 minggu. Ketika berat badan lahir bertambah kembar monozigot tidak dipengaruhi oleh ras atau faktor fa-
dari 500 sampai ke 3.000 g, terjadi penurunan yang logaritmik milial (3-5:1.000). Insidens kembar yang dideteksi dengan ul-
pada mortalitas neonatus; untuk penambahan yang terjadi trasonografi pada kehamilan 72 minggu (3-5Vo) jauh lebih
setiap minggu pada umur kehamilan antara minggu ke-25 tinggi daripada yang terjadi kemudian pada kehamilan; sin-
sampai minggu ke-37, angka mortalitas neonatus turun sekitar drom kembar menghilang mengakibatkan janin tunggal (sin-
setengahnya. Meskipun demikian sekitar 40Vo dafi semua ke- gleton). MeskipLrn insidens kehamilan multijanin spontan ada-
matian perinatal yang terjadi sesudah minggu ke-37 kehamilan lah stabil, insidens keseluruhannya bertambah karena pengo-
terdapat pada bayi dengan berat 2.500 g atau lebih; banyak batan infertilitas dengan stimulan ovarium (klomifen, gona-
dari kematian ini terjadi pada masa segera sebelum lahir, dan dotropin) dan fertilisasi in vitro.
pada golongan ini kasus kematian dapat lebih mudah dicegah ET|OLOGI. Kejadian kembar monovular tampak tidak ber-
daripada bayi-bayi yang lebih kecil dan lebih imatur. Lagipula gantung pada pengaruh genetik. Kehamilan poliovular lebih
angka mortalitas neonatus naik dengan tajam pada bayi-bayi sering terjadi sesudah kehamilan kedua, pada wanita yang le-
560 BAGIAN Xl J Janin dan Bayi Neonatus

bih tua, dan dalam keluarga dengan riwayat kembar polio- TABEL 82-2 Perubahan-Perubahan Khas pada Kembar Mono-
vular. Kembar ini mungkin akibat dari maturasi simultan ba- korionik dengan Shuttt Arteriovenosus Plasenta yang Tak Terkom-
pensasi
nyak folikel ovarium, tetapi folikel yang mengandung dua ova
telah diuraikan sebagai sifat genetik yang menyebabkan keha- ...:;:1.......l....l.....:...:.::'',....Kembar.Dada',.-.]]...'.':-'
r,:,.:,.,:l..,t..,,r.. SisiVerra-Resipien
milan kembar. Wanita yang berkecenderungan hamil kembar -r',.,.1:.:SifiArteri---Donor
mempunyai kadar gonadotropin yang lebih tinggi. Kehamilan Oligohidramnion: .'- ::.r,,:,,::,, Polihidramnio!.,:. .

poliovular terjadi pada banyak wanita yang diobati untuk in- Prematur kecil Prematur'besa
',,
lerti I i tasnya. Malnutrisi Nuirisi baik, ':r i'r'
Kembar dampit (kembar Siarn-insidensnya 1:50.000) Pucat p1g161i(.,.r"', ,,, ,,: , ,
r'r'
mungkin akbat dari pemisahan monovular yang relatif lambat, Anemia Polisitimia l.:r::.:l r:'.:. r

seperti adanya dua embrio yang terpisah dalam satu kantong Hipovolcmia Hipgtvolemia' ,':
Hipoglikemia Gagal jan1ung,i,,, i ,, ,i
amnion. Keadaan yang terakhir ini mempunyai angka fatalitas i

Mikrokardia Hipertrofi jantlng :,r'.


tinggi yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi sekunder aki-
Glomerulus kecil atau normal Glomerulus besar :'....'.
bat hubungan talipusat antarkembar. Prognosis kembar darnpit Dinding arteriol tipis. Dinding,,ale1ie1 1.661
bergantung pada kemungkinan pemisahan secara bedah. Keba-
nyakan kembar dampit adalah wanita.
Superfekundasl, adalah ferlilisasi ovum melalui suatu in-
seminasi yang dilakukan sesudah satLr ovunl telah difertilisasi,
dan superfetasi, adalah fertilisasi dan perkembangan ovum se-
lanjutnya ketikajanin telah berada di dalam uterus, hal ini te- kelainan presentasi (bokong), dan kelahiran prematlrr. Diban-
lah diusulkan sebagai penjelasan yang tidak lazim terhadap dingkan dengan kembarannya yang dilahirkan pertama, kem-
adanya perbedaan ukuran dan penampakan janin tertentu pada bar kedua atau kembar B, bertambah risikonya r-rntr,rk meng-
saat lahir. alami sindrom gawat pernapasan dan asfiksia. Janin kembar
Diagnosis kembar prancttal terkesan dari ukuran uterus berisiko mengalami IUGR, transfusi kembar-kembar, dan
yang lebih besar daripada yang diharapkan untuk umur keha- anomali kongenital yang terjadi terutama pada kembar rrono-
milan, auskultasi 2 jantung janin, dan kenaikan kadar ct-feto- zigot. Anomali yang disebabkan oleh deformasi kompresi
-protein serum ibu atau kadar gonadotropin korionik manusia uterus karena kesesakan (dislokasi pinggLrl); komunikasi vas-
(HCG), serta dikonfirmasi dengan uhrasonografi. Sembilan kular dengan embolisasi (atresia ileum, porensefalus, aplasia
puluh persen kembar dideteksi sebeh,rm persalinan. kulit) atau tanpa ernbolisasi (kernbar akardiak); dan faktor-
KEMBAR M0NOZ|GOT VERSUS D|Z|GOT. Mengidentifikasi faktor yang belurn diketahui yang menyebabkan kembar
kembar monozigot atau dizigot (monovular atau poliovular) (kembar dampit, anensefalus, meningomielokel).
adalah penting, karena meneliti kembar monozigot berguna Frekuensi anastomosis vaskular plasenta yang tinggi
dalam menentukan pengaruh relatif heriditer dan lingkungan hanya terjadi pada kembar monokorionik. Pada plasenta
pada perkembangan manusia dan penyakit. Kembar yang tidak monokorionik, vaskularisasi janin biasanya tergabr-rng,
berkelamin sama adalah dizigot. Pada kernbar berkelamin kadang-kadang amat kompleks. Anastomosis vaskular pada
sama, zigositas harus ditentukan dan direkam pada saat lahir plasenta monokorionik dapat dari arteri-ke-arteri, vena-ke-
melalui pemeriksaan plasenta yang cermat atau kemudian me- vena, atau arteria-ke-vena. Biasanya cukLrp berimbang dengan
lalur perbandingan sifat-sifat fisik, penggolongan darah terinci, baik sehingga tidak ada salah satu kembar yang menderita.
DNA cap jari, atau penggolongan jaringan (HLA). Komunikasi arteri-ke-arteri menyilang di atas vena plasenta,
Pemeriksaan Plasenta. Jika plasenta terpisah, kembar terse- dan bila ada anastomosis, darah dapat dengan mudah digerak-
but selalu dikorionik (ada pada 15Vo), tetapi kembarnya tidek kan dari satu bantalan vaskular janin ke yang lain. Komunika-
perlu dizigotik, karena permulaan kembar monovular pada pem- si vena-ke-vena dapat dikenali serLrpc arteli-ke-arteri, hanya
belahan sel pertama atau saat stadium morula dapat mengha- insidens/kejadiannya kurang lazim. Korrbinasi anastomosis
silkan dua amnion, dua korion, dan bahkan dua plasenta. arteri-ke-arteri dan vena-ke-vena dihLrbungkan dengan janin
Seperliga kembar monozigot adalah dikononik dan diamniotik. akardia. Anomali yang mematikan ini jarang terjadi
Plasenta yang tampaknya tLrnggal mungkin ada pada kem- (1:35.000), dan merupakan akibat sekunder dari rangkaian
bar monovular atau poliovular. Sampai sekarang pemeriksaan TRAP-Perfusi Arteri Kembar Terbalik (Twin Reversed Arte-
plasenta poliovular biasanya menunjukkan korion tersendiri ricil Perfusion). Ablasi anastomosis dengan laser neocli-
untuk setiap janin yang menyilangi plasenta antara perlekatan mium:YAG, dalam uterus, dapat menangani gagal jantung
talipusat dan dua amnion. Plasenta dikorionik yang terpisah pada kembar yang bertahan hidup. Pada kasus yang jarang,
atau berfusi mungkin ukurannya tidak sama. Janin yang mele- satu talipusat dapat berasal dari tali pusat lainnya sesudah me-
kat pada plasenta atau bagian plasenta yang lebih kecil biasa- ninggalkan plasenta (seperti bercabang). Pada kasr,rs demikian
nya lebih kecil daripada kembarannya atau mengalami malfor- janin kembarannya yang melekat pada talipusat sekunder bia-
masi. Kembar monokorion dapat didr"rga sebagai monovular. sanya mengalami malformasi dan mati di dalam uterus. Tabel
Mereka biasanya diamniotik, dan hampir selalu, plasentanya 82-2 mendaftar perubahan-perubahan yang lebih sering di-
merupakan massa tunggal. hubungkan dengan shunt afieriovenosus yang besar dan tidak
Masalah-masalah kehamilan kembar meliputi polihi- terkompensasi dari plasenta kembaran yang satu ke plasenta
dramnion, hiperemesis gravidarum, pre-eklamsia, ketuban kembaran yang lain; kembar dengan uknran yang sangat ber-
yang lama pecah, vasa previa, insersi seperti selaput talipusat, beda biasanya mono-korionik.
82 I Bayi Berisiko-Tinggi s61

Pada transfusi janin, arteri dari satu kembaran mengalirkan PENGOBATAN. Diagnosis pranatal memungkinkan dokter
darah yang dialirkan ke dalam vena dari kembaran lainnya. spesialis obstetri dan dokter spesialis anak mengantisipasi
Yang kedua menjadi pletorik dan besar sedang yang pertama kelahiran bayi berisiko-tinggi karena kembar. Pengamatan ke-
anemis dan kecil. Menurut ketentuan, ada perbedaan 5 g/dl he- tat merupakan indikasi selama kelahiran dan segera pada masa
moglobin dan 20Vo berat badan pada sindrom ini. Hidramnion neonatus sehingga pengobatan yang tepat terhadap asfiksia
ibu pada kehamilan kembar memberi kesan sindrom transfusi atau sindrom transfusi janin dapat dimulai. Keputusan untuk
janin. Antisipasi kemungkinan ini dengan mempersiapkan melakukan transfusi darah segera pada l'kembar donor" yang
transfusi untuk kembar donor atau mendarahi kembar resipien menderita anemia berat, atau melakukan transfusi tukar seba-
dapat menyelamatkan jiwa. Kematian kembar donor dalam gian pada "kembar resipien" harus didasarkan pada pertim-
uterus dapat mengakibatkati trombus fibrin di seluruh arteriol bangan klinis.
yang lebih kecil kepunyaan kembar resipien, hal ini kemung-
kinan diakibatkan oleh transfusi darah yang kaya tromboplas-
Bruner JP, Rosemond RL: Twin-to{win transfusion syndrome: A subset of
tin dari janin donor yang mengalami maserasi. Kembar yang the twin oligohydramnios-polyhydramnios sequence. Am J Obstet Gyne-
bertahan hidup dapat mengalami koagulasi intravaskular col 769:925,1993,
diseminata. Pengobatan terhadap masalah yang sangat mema- Cragan JD, Martin ML, Waters GD, et al: Increased risk of small intestinal
atresia among twins in the United States. Arch Pediatr Adolesc Med
tikan ini adalah dengan cara memberikan digoksin pada ibu,
mengakhiri (terminasi) kembar secara selektif, atau ablasi an- M, wapner Rr, et al: Etlicacy or transabdominal
astomosis dengan laser Nd:YAG. ""li:'i;i'fi,l..,r".,
multifetal pregnancy reduction: Collaborative experience among the
world's largest centers. Obstet Gynecol 82:61,1993.
ldentilikasi Pascalahir. Kriteria lslk . untuk menentukan
Luke B: The changing pattern of multiple births in the United States: Maternal
kembar monovular adalah sebagai berikut: (1) keduanya harus and.infant characteristics, 1913 and,1990. Obstet Gynecol 84:101, 1994.
berkelamin sama; (2) gambaran mereka termasuk telinga dan Powers WF, Kiely JL: The risks confionting twins: A national perspective.
gigi, harus jelas-jelas serupa (tetapi mereka tidak perlu serupa Am J Obstet Gynecol 170:456,1994.
Prins RP: The second-born twin: Can we improve outcomes? Am J Obstet
satu sama lain pada lebih dari separuh lateral di satu individu);
Gynecol 1'7 0:1649, 1994.
(3) rambutnya harus identik dalam warna, struktur, ikal
alamiah, dan distribusinya; (4) matanya harus sama warna dan
bentuknya; (5) kulitnya harus berstruktur dan berwarna sama
(nevus mungkin terbagi dan tersebar secara adil); (6) tangan 82.2 Prematuritas dan Retardusi Per-
dan kakinya harus berbentuk sama dan berukuran serupa; dan tumbuhan Intrauteri
(7) harga-harga antropometriknya harus menunjukkan kese-
suaian. DEFlNlSl. Bayi lahir hidup* yang dilahirkan sebelum 37
PROGNOSIS. Sebagian besar kembar dilahirkan prematur, minggu dari hari pertama menstruasi terakhir disebut pre-
dan komplikasi pada ibu akibat kehamilan ini lebih sering matur oleh Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO). "Prematur"
daripada kehamilan tunggal. Walaupun ada kenaikan yang
juga sering digunakan untuk menunjukkan imaturitas. Bayi
'dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu, ku-
bermakna pada mortalitas perinatal kembar monokorionik, na-
mun tidak ada perbedaan yang bermakna antara angka mortali- rang dari 1.000 gjuga disebut sebagai neonatus imatur. Secara
tas neonatus kelahiran kembar dan tunggal pada kelompok historis, prematur didefinisikan dengan berat badan lahir 2.500
berat badan yang seimbang. Tetapi karena kebanyakan kembar
g atau kurang, tetapi sekarang bayi yang beratnya 2.500 g atau
adalah prematur menurut beratnya, mortalitas keseluruhannya kurang pada saat lahir, "bayi dengan berat badan lahir rendah
menjadi lebih tinggi daripada mortalitas kelahiran tunggal. (BBLR)," dianggap prematur dengan masa kehamilan pendek;
Mortalitas perinatal kembar sekitar 4 kali lipat mortalitas anak menurut umur kehamilannya, mereka mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri (disebut juga sebagai kecil untuk umur
tunggal. Kembar monoamniotik mempunyai kemungkinan le-
bih tinggi untuk terjerat talipusat, yang dapat menyebabkan as- kehamilannya (SGA), atau keduanya. Prematuritas dan retar-
fiksia. Jika salah satu janin mengalami maserasi, kembaran dasi pertumbuhan intrauterl (IUGR) dihubungkan dengan ke-
yang hidup biasanya dilahirkan terlebih dulu. Secara teoritis naikan morbiditas dan mortalitas neonatus. Idealnya, definisi
kembaran yang kedua lebih mungkin menjadi sasaran anoksia berat badan lahir rendah untuk populasi individu harus dida-
daripada yang pertama karena plasenta dapat terlepas sesudah sarkan pada data yang sehomogen mungkin, baik secara gene-
kelahiran kembar pertama dan sebelum kembar kedua lahir. tikmaupun lingkungan. Gambar 82-1 menyajikan variasi
Lagipula persalinan kembar kedua bisa sukar karena ia mung- mortalitas neonatus yang didasarkan pada berat badan lahir
kin berada dalam presentasi abnormal (bokong, terjerat), berkenaan dengan umur kehamilan.
mungkin tonus uterus menurun, atau serviks mulai menutup INSIDENS. Selama tahun 1991, 7,17o kelahkan hidup di
pasca-kelahiran kembar pertama. Kembar dengan retardasi Amerika Serikat yang beratnya kurang dari 2.500 g; frekuensi
pertumbuhan berisiko-tinggi untuk mengalami hipoglikemia.
Perbedaan ukuran pada kembar monovular, yang dapat dilihat xKelahiran hidup didefinisikan oleh Badan Legislatif Kesehatan Sedunia
pada saat lahirnya, biasanya menghilang pada saat bayi ber- (1950) sebagai "pengeluaran atau ekstraksi total produk konsepsi dari
umur 6 bulan. Mortaiitas untuk kehamilan multipel dengan 4-5 ibunya..... yang mana sesudah terjadi pemisahan secara demikian, bernapas
janin lebih tinggi untuk masing-masing janin. Karena progno- atau menunjukkan suatu bukti kehidupan lainnya seperti denyut jantung'
pulsasi talipusat, atau gerakan otot-otot volunter, tanpa memandang apakah
sis yang jelek ini, pengurangan janin selektif menjadi 2-3 janin talipusat telah dipotong atau plasenta masih melekat atau tidak." Definisi ini
telah diusulkan. disetujui oleh Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika.
552 BAGIAN Xl I Jarrte edn 6fyi Newatus

untuk bayi kulit hitam dua kali lebih tinggi dari fiekuensi un- TABEL 82.3 Penyebab Kelahiran Prererm yang Dapat Diidentifikasi
tuk bayi kulit putih. Sejak tahun l98l frekuensi BBLR telah
naik terutama karena adanya kenaikan jumlah kelahiran pre-
term. Sekitar 30Vo bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami
IUGR, dan dilahirkan sesudah 37 minggu. Pada angka BBLR
yang lebih besar dari 107o, kontribusi IUGR bertambah dan
kontribusi prematuritas berkurang. Di negara-negara yang se-
dang berkembang sekitar 707o bayi BBLR adalah IUGR. Bayi
dengan IUGR mempunyai morbiditas dan mortalitas lebih be-
sar daripada bayi dengan pertumbuhan umur yang tepat (lihat
Gambar 82-1).
BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR SANGAT HENDAH
(BBLSH). Bayi BBLSR adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 1.500 g dan kebanyakan adalah prematur. Di Arnerika Se-
rikat pada tahun 1991 angka BBLSR mendekati sekitar l,2%o'.
2,6Vo pada bayi kulit hitam dan 0,9%o pada bayi kulit putih.
Angka BBLSR merupakan peramal yang tepat untuk mem-
perkirakan angka mortalitas bayi (risiko relatif 93). Bayi
BBLSR mencakup lebih dari 5070 kematian neonatus dan 50Vo
bayi yang cacat; ketahanan hidupnya terkait langsung dengan
berat badannya, sekitar 20Vo dari mereka yang bertahan hidup
beratnya antara 500 dan 600 g dan 85-90Vo dari mereka berat-
nya antara L250 g dan 1.500 g. Angka BBLSR telah menurun
ke arah minimal pada bayi kulit putih, namun pada bayi kulit
hitam, angkanya bertambah. Perawatan perinatal telah mem-
perbaiki angka ketahanan hidup bayi BBLR. Dibandingkan
dengan bayi cukup bulan, neonatus BBLSR mempunyai in- pasan plasenta prematur, rangsangan tidak pasti yang menim-
sidens rawat-inap di rumah sakit lebih tinggi selama satu tahun bulkan kontraksi efektif pada uterus sebelum kehamilan men-
pertama hidupnya, yang disebabkan oleh sekuele prematuritas, capai umur cukup bulan (Tabel 82-3).
infeksi, sekuele neurologis, dan gangguan psikologis (lihat Infeksi bakteri bergejala (streptokokr.rs grup B, Listeria
pembahasan lanjut seksi ini di bagian prognosis). monocytogene.r) atau tidak bergejala (Ureaplasma ureolyti-
cum, Mycoplasma hominis, Chlamydia, Gardnerella vagina-
FAKTOR.FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN KELAHIRAN
/is) pada cairan amnion dan ketuban (korioamnionitis) dapat
PREMATUR DAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR REN.
memicu mulainya kelahiran preterm. Produk-produk bakteri
DAH. Adalah sukar untuk memisahkan secara sempurna
dapat merangsang produksi sitokinin lokal (interleLrkin-6,
faktor-faktor yang terkait dengan prematuritas dari faktor-
prostaglandin), yang dapat menimbulkan kontraksi uterus pre-
faktor yang terkait dengan IUGR. (Lihat juga Bab 79 dan 80.)
matur atau respons peradangan lokal dengan akibat ketuban
Ada korelasi yang positif kuat antara kelahiran prematur mau-
pecah setempat. Terapi antibiotik yang tepat mengurangi
pun IUGR dengan status sosioekonomi yang rendah. Pada ke-
risiko infeksi pada janin dan dapat memperpanjang kehamilan.
luarga yang status sosioekonominya rendah, kasus-kasus
Penggunaan agonis reseptor b-simpatomirretik (ritodrin, ter-
kurang gizi, ane-mia, dan penyakit pada ibu; perawatan prana-
butalin) tidak dapat mencegah kelahiran prematur. Agen lain-
tal yang tidak adekuat, adiksi obat; komplikasi obstetrik; dan
nya (indometasin) memiliki komplikasi neonatus yang ber-
riwayat inefisiensi reproduktif ibu (infertilitas relatif, aborsi,
makna (enterokolitis nekrotikans), sedangkan antagonis oksi-
lahir mati, bayi prematur atau berat badan lahir rendah); in-
tosin masih berada dalam stadium perkembangan eksperimen-
sidensnya relatif tinggi. Faktor-faktor terkait lainnya seperti
tal.
keluarga dengan orang tua tunggal, kehamilan pada umur be-
IUGR dihubungkan dengan keadaan medik yang meng-
lasan tahun, jarak waktu kehamilan yang dekat, dan ibu-ibu
ganggu: sirkulasi dan efisiensi plasenta, perkembangan atau
yang sebelumnya telah melahirkan lebih dari 4 anak juga lebih
pertumbuhan janin, atau kesehatan umum dan nutrisi ibu (Ta-
sering ditemukan. Perbedaan sistematik pada pertumbuhan
bel 82-4). Banyak faktor yang lazim, baik pada bayi yang
janin juga telah diu-raikan dalam kaitannya dengan ukuran
dila-hirkan secara prematur maupun yang dilahirkan dengan
ibu, urut-urutan kela-hiran, berat badan saudara-saudari kand-
berat badan lahir rendah, dihubungkan dengan IUGR.
ungnya, kelas sosial, kebiasaan merokok ibu, dan faktor-faktor
IUGR mungkin merupakan respons janin normal terhadap
lainnya. Tingkat perbedaan berat badan pada berbagai popu-
kehilangan nutrisi atau oksigen. Karenanya, masalahnya bu-
lasi lebih disebabkan oleh lingkungan (ekstrajanin); bukan aki-
kan pada IUGRnya, tetapi agaknya pada risiko malnutrisi atau
bat perbedaan genetik dalam kemampuan untuk bertumbuh,
hipoksia yang terus-menerus. Serupa halnya dengan beberapa
yang penentuannya sukar.
kelahiran preterm yang menandakan perlunya persalinan awal
Bayi lahir prematur yang BBLRnya sesuai menurut umur karena lingkungan intrauteri berpotensi merugikan. IUGR
kehamilan pretermnya, biasanya dihubungkan dengan keadaan sering diklasifikasikan sebagai pertumbuhan yang kurang na-
medis dimana terdapat ketidakmampuan uterus untuk mem- mun simetris (lingkaran kepala, panjang dan berat badan
pertahankan janin, gangguan pada perjalanan kehamilan, pele- sama-sama terkena) atau asimetris (dengan menyelamatkan
82 I Bayi Berisiko-Tinggi 563

TABEL 82-4 Faktor-Faktor yang sering Dihubungkan dengan Retar- kasi terapi, clan penyakit tertentu yang menyebabkan terja-
dasi Perrumbuhan Intrxuteri dinya kelahiran prematur sampai dengan morbiditas dan mor-
Janin talitas neonatus berkaitan dengan bayi BBLR yang prematur
Gangguan kromosom (misalnya. trisomi autosom) (Tabel 82-6). Masalah-masalah yang terkait dengan bayi
Infgksi janiq'yang koni{(misalnya; penyakit inklusi sitomegali, BBLR yang mengalami IUGR dilaporkan pada Tabel 82-5;
;,,':,..rubelakongenitalrsifilis)1.'.,i.,.....,:',,,.' .,'r,, . .'. masalah-masalah tambahan sering ditumpangkan pada ma-
Anomali krjngenital-kompleks sindrom
salah-masalah yang dilaporkan pada Tabel 82-6 jika bayi yang
Jejas radiasi
Kehamilan multipel
IUCR itu juga premut"ur.
Aplasia pankreas PERAWATAN KAMAR ANAK-ANAK. Pada saar tahir, cara-
cara yang diperlukan untuk membersihkan jalan napas, me-
,r Berat plaserita ataul$lulariras berkurang. atau keduanya ' l .'l'' mulai pernapasan, merawat talipusat dan mata, dan memberi
Luas permukaan berkurang vitamin K pada bayi imatur adalah sama seperti pada bayi-
Plasentitis vilosa (bakteri;,virus, .
parasit) ' . bayi dengan berat badan dan rnaturitas yang normal (Bab 79).
Infark Perawatan khusus diperlukan untLrk mempertahankan terbr.r-
Tumor (korioangioma, mola hidatidosa) kanya jalan napas dan menghindari kemungkinan aspirasi isi
Pelepasan plasenta
lambung. Pertirnbangan tarnbahan adalah (1) perlunya pera-
Sindrom transfusi kembar (sindrom parabiotik)
watan inkubator, dan pemantauan frekuensi jantung sefia per-
Ibu
napasan, (2) perlunya penambahan oksigen, dan (3) perlunya
Toksemia
perhatian khusus dalam merinci pemberian makanan. Perlin-
,,: Penyakit hlpertens! atau pgnyakit ginjal, atau keduanya
Hipoksemia (tempat tinggi, penyakit jantung sianosis atau dungan terhadap inf'eksi tidak boleh dikendorkan, Setiap orang
penyakit paru) yang terlibat hams menyadari bahwa prosedur rutin yang
Malnutrisi atau penyakit kroniki , , ' .:' ", mengganggu bayi ini dapat mengakibatkan hipoksia. Akhir-
Anemia sel sabit nya, diperlukan peran serta orang tua yang teratur dan aktif
Obat'obatan (narkolik; alkohol, rokok, kokain, antimetabolit) pada perawatan bayi di kamar perawatan anak, perlu memberi
instruksi pada ibu dalam merawat bayinya di rumah, clan ma-
salah prognosis pada pertumbuhan dan perkembangan di ke-
mudian hari memerlukan pertirnbangan khusus.
Perawatan lnkubator. Inkubator modern rnenghernat panas
pertumbuhan relatif kepala) (lihat Gambar 81-1). IUGR yang tubuh melalui penyediaan lingkungan atmosfer yang hangat
simetris sering terjadi lebih awal dan dihubungkan dengan pe- dan kondisi kelembaban yang baku. Apabila inkubator diber-
nyakit yang secara serius mengenai jumlah sel janin, yaitu ke- sihkan secara cermat, alat ini juga dapat mengurangi kbntarni-
adaan yang etiologinya krornosom, genetik, malformasi, tera- nasi atmosfer. Ketahanan hidup BBLR dan bayi yang sakit
togenik, atau hipertensi berat pada ibr.r. IUGR yang rsimetris
sering terjadi secara lambat, diperlihatkan dengan menetapnya
kecepatan bentr"rk gelombang Doppler pada pembuluh darah TABEL 82-5 Berbagai Masalah Bayi IUGR (SGA)
karotis, dan dihubungkan dengan nutrisi ibu yang jelek atau
eksaserbasi penyakit vaskular ibu (pre-eklamsia, hipertensi
Kematian j anin intrauteri Hipoksia, asidosis, infeksi,
kronik). Masalah bayi IUGR dijelaskan dalam Tabel 82-5.
ano-mali yang mematikan
PENILAIAN UMUR KEHAMILAN PADA SAAT LAHIR. Diban- Aifiksia perinatal : .. Perfusi uteroplasenta J selama
dingkan bayi prematur dengan berat yang sesuai, bayi dengan persalinan + hipoksia-asidosis
retardasi pertumbuhan intrauteri mempunyai berat badan lahir janin yang kronis; sindrom
kr-rrang dan agaknya memiliki proporsi kepala yang relatif le- aspirasi mekonium
Hipoglikemia Simpanan glikogen jaringan J;
bih besar, tidak sebqnding dengan ukuran tubuhnya; bayi
gl ukoneogencsis .!. hiperinsu-
pada kedua kelompok tersebut tidak mempunyai lernak subku-
linisme, kebutuhan glukosa
tan. Pada umumnya maturitas ner,rrologis (misalnya, kecepatan padu hipoksia t. hipotcrmia,
hantaran sarat) berkorelasi dengan umur kehamilan walaupun otak besar
berat badan janin kurang. Polisi temia-hiperviskositas Hipoksiajanin dengan t pro-
Tanda-tanda fisik mungkin berguna dalam memperkirakan duksi eritropoeitin
umur kehamilan pada saat lahir. Sistem skoring Dubowitz, Konsumsi oksigen berkura4g/ Hipoksia, hipoglikemia, penga-
hipotermia
sistem yang biasa digunakan, akurat sampai + 2 minggu ruh kelaparan, sirnpanan le-
.mak subkutan kurang
(Gambar 82-2 sampai 82-4). Bayi harus dianggap rnempunyai ' 1,
Dismorfologi ' Sindrorn anomalad, gangguan
risiko mortalitas atau morbiditas tinggi jika terdapat perbedaan komosom-genetik, deformasi
antara perkiraan umur kehamilan melalui pemeriksaan fisik; nkibat oligohidramnion, in-
tanggal perkiraan persalinan yang ditentukan dari tanggal
menstruasi terakhir ibu; dan evaluasi ultrasonik janin.
Masaluh-ntasalah lain neli1:uti perdarahan parLr tlart masaluh-ntasalah vang
SPEKTRUM PENYAKIT PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN
Iazim pada umur kehamilan akibat risiko prematuritas jiku lahir <37 ninggu
LAHIR RENDAH. Imaturitas cenderung menambah keparahan (lihat Tabel 82-6).
tetapi mengurangi kejelasan manifestasi klinik pada sebagian I UCR, rttartlusi perttttttl,trltun inlruutcri.

besar penyakit neonatus. Fungsi organ yang imatur, kompli- SGA, kecil menurut umur keharnilan
564 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

$Ko-$iill
L. rl: i::l 5 itii|4
trA,ilfDA EX(EilrenN:A
Edema yang tidak jelas
pada tangan dan kaki;
!t
lesung pa-da tibia
:.;.:1.;i:,1;1.,1;
!"!;r;:;-;; ;;;.irtt;i,
.l

Tiois ddn halus rUUg; ,LrcJe_b r $.p..,,1 Sedikil rnenebilf pei-


a.im-#:$ ir I p.c5ll mukian kulit pecah-r
mukCan kulii pelah dan mengeiupas;
lupas i€ ,:Xm pada tangan,
ry!.4, hF{iii Merah muda pucat; Pucatl 'hanya. lmerah
,lervd{asi pailaSnbuh muda $ada :teljlga,
;;i1i,!iiut
bibir. telapak tanitan, I
i11,ri
;
'Bantak vena dan ve- Veni oan cabang-ca-
=
=ii1?llli,,,
Sedikit pembuluh da-
den felbbak
SeOit<it pemfuluh da-
kaki
'
Tidak bda neifibuluh
nula yang rcrlihat de- bangnyaterlihit iah besar pada abdo- ratr beiar pada abdo: *frineg;nn*-;
nean i;ias. ierutama I
men yang terlihat de- rhgn yang samar-samar
ooao uUAo*.n ngon i"ias , ieititrar
,Tid*k ad $t*ah Aaniat; pan;ang Oan Sekurang-kurangrlya
iCbCl pada seluruh separuh punggung tan"
pungguns : pa ianueo ,

t-ipatan tetipa:< tati tialak ada lioaian kulit


:::: : , T$d+-f.ulddriFig-i3!+ TanOa-ianAi merahl je..1 Lekultan yang aAarn
.i\Y
dak jeiaa pada'separuh ias plda tebih dan se": &in jelas pada "lebih
l
anterior telapak kaki parrrh anteriort lekuk- Aari sipertl ga anterioi
pqda tuiang dffi :i:.::::t,
fn r=:.: tit:t!::,
Ii.:::=:i,lr
i,.,,,,.,=,.l,,,-, l,_,,:
:31+breiiitaianieii6i.i rrrrL aj:i:!:.::a:;ilil::=
Pu ng t mpak j.gias, Areola beibintik, tepi- Areola berbintik, tepi- :

areola halus diii datarl nya tidak timbut; dia" diamiier


diameter <0,25 cm meter<OJs cm :ii;r#"'
Iari tg bufi Uad; Jaring4r:'6uahala* at jaringan buah dada di
Flda satu auu kedua kedua sisi; $ttu atau kedua sisi; satu atau
sisi berdiameter. .<0,5 lsauanya b"idia.et". berdiamerer:
,'Cnil
ci:i':':fi 0,5-l,Ocm I:$H, |i€ir= iiltii
.,q tslins$ ipl$ i*i1 ua1ai,,['uir
",11,,1;:;.:::::;:1;1Y.,,;1,1

Melengkun$ pada ba" l-engkgngan jelas pgda


;,tid* be $edikii, gran tepi daun ielinga seluiuh daun telinsa
,ffi rii1$*"
Lc,
1::::.:a:-:, ii:,| '. : , -
tj:t:,
nagran aras
j::r:t:::::;..i:.irll:: il
.
:.,.:ll

LKrektx.*iiiitUiiqga : ft$n inea lru$tt; Dauni tehngii lunak, K.4ff la$p,;.:..P.a$, iep.i Daufl telinga keias,
mgdah dilipa! tidak nqddh dilipat, rneg;, daun telmga, teaapi lu- kartilago sampai tqpi;
.imUatit u*,lllllff :
nak pada berbagai tem- membalik seC:ra ,,t"
pat. mudah membal!k I

geriitatia.l6l+i':ia*i' Sekurang-kglarrghya Sekurang-kurangnya ;

;d" restis terletak satu tesiis terletak ren,


.^,
..::..::::.: ' :

tnggi aatam skotum l dtili'amH i;il :


Genitalia wanita (de; Labiurn mayus terpisah Labiurn mayu+ hampii
ng+h prnggul setengah, iFba; la61o* **;, #;ulupi labium *i'
abdukii) menonibl '

Gambar 82'2. Karakteristik eksterna pemeriksaan Dubowitz. Kriteria fisik direkam dan skor akhir diambil sesudah penambahan setiap skor kelompok. (Dari
Dubowitz L, Dubowitz V: Gestational Age of the Newbom. Reading, MA, Addison-Wesley. 1977.)

lebih besar bila mereka dirawat dalam atau dekat dengan /rng- bayi pada 36,5-31 ,0'C. Hal ini tergantung pada besar dan
kungan panas netralnya. Ini merupakan kesatuan kondisi maturitas bayi; semakin kecil dan semakin imatur bayi itu, se-
panas, meliputi udara dan radiasi suhu permukaan, kelemba- makin tinggi suhu lingkungan yang diperlukan. pelindung
ban relatif, dan aliran udara, yang produksi panasnya (diukur panas plexigld.rs atau topi kepala dan pakaian badan mungkin
sebagai konsumsi oksigen) minimal dan suhu tubuh (bagian diperlukan bila perawatan inkubator saja tidak cukup untuk
dalam) bayi ada dalam kisaran normal. Ini merupakan fungsi mempertahankan bayi prematur kecil tetap hangat, pemanas
dari besar dan umur bayi pascalahir; bayi yang lebih besar, dan radian merupakan alternatif untuk inkubator, terutama pada
lebih tua memerlukan suhu lingkungan yang lebih rendah dari- neonatus yang sakitnya serius.
pada bayi yang lebih kecil dan lebih muda. Suhu inkubator Mempertahankan kelembaban relatif sebesar 40-60V0
yang optimal untuk kehilangan panas dan konsumsi oksigen membantu menstabilkan suhu tubuh dengan jalan mengurangi
yang minimal untuk bayi yang tidak berpakaian, adalah suhu kehilangan panas pada suhu lingkungan yang lebih rendah; de-
inkubator yang mempertahankan suhu tubuh (bagian dalam) ngan mencegah pengeringan dan iritasi lapisan saluran perna-
82 I Bayi Berisiko-Tinggi 565

y=0.2642x+24.595
TANDA SKOR
NEURO
LOGIS olll2l3l4l5
POSTUR
+ <d <C <c 4n
JENDELA
PERSEGI
l':. h l),. h,., l|".
DORSI-
FLEKSI 9oo ,so a50 2oo e
GELANG
KAKI

++
lSoo 90-rBoo <9oo
REKOIL
LENGAN
r0-
REKOIL
TUNGKAI oG+ tEoo
oa o5
9o-ttoo <90o

Ioo 90"

a
tBoo t6oo t3oo <9oo
SUDUT
POPLITEI € .5 "5 "A
J
- 't0203010506070
Skor Total
TUMIT
KE
TELINGA
CE3 ce> Ci-' oae oe Gambar 82-4. Skor kriteria fisik eksterna maupun skor untuk kiteria neurolo-
gis ditambahkan bersama, dan umur kehamilan (+ 2 minggu) dapat dibaca di
luar grafik ini. (Dari Dubowitz L, Dubowitz V: Gestational Age of the New-
TANDA
iELENDA .p' &' &" &"
born. Reading, MA, Addison-Wesley, 1977.)

KETING-
GALAN
KEPALA
"<"
v\4 v^ u hiperoksia tidak dapat diminimalkan tanpa memonitor tekanan
oksigen (POz) darah arteri. didasarkan pada analisis laborato-
JUSPENS
VENTRAL drit af( ot-& }.L rium, dan'secara terus-menerus kadar oksigen yang diberikan
"t^( disesuaikan kembali. Perkembangan elektroda oksigen trans-
kutan dan oksimetri pulsa untuk manajemen klinis rutin pada
bayi ini telah memperbaiki efektifitas pemantauan oksigen se-
Gambar 82-3. Karakteristik neurologis pemeriksaan Dubowitz. Kriteria neu-
rologis direkam dan ditambahkan pada skor akhir seperti yang dilakukan pada cara bermakna. Gas darah kapiler tidak cukup untuk memper-
penilaian fisik. (Dari Dubowitz L, Dubowitz V: Gestational Age of the New- kirakan kadar oksigen arteri.
born. Reading, MA, Addison- Wesley, 1977.) Jika inkubator tidak tersedia, keadaan umum pengendalian
suhu dan kelembaban yang digambarkan di atas dapat dicapai
dengan menggunakan pemanas radian yang canggih, selimut,
lampu pemanas, bantalan pemanas, dan botol air panas serta
pasan, terutama selama pemberian oksigen dan pasca atau se- mengendalikan suhu dan kelembaban kamar. Keadaan ini
lama intubasi endotrakea atau nasotrakea; dan dengan peng- mungkin diperlukan untuk memberikan oksigen sementara de-
enceran sekresi yang kental serta mengurangi kehilangan air ngan penutup (masker) muka atau melalui pipa intubasi.
yang insensible dari paru-paru. Bayi harus disapih dan, selanjutnya, diambil dari inkubator
Pemberian oksigen untuk mengurangi risiko jejas hipoksia hanya bila perubahan yang sedikit demi sedikit pada atmosfer
dan insufisiensi sirkulasi harus diseimbangkan terhadap risiko ruang perawatan anak tidak mengakibatkan perubahan yang
hiperoksia pada'mata (retinopati prematuritas) dan jejas oksi- berarti pada suhu, warna, aktivitas atau tanda-tanda vital bayi.
gen pada paru. Bila mungkin, oksigen harus diberikan melalui Pemberian Makanan. Cara pemberian makanan setiap bayi
kerudung kepala, alat penghasil tekanan jalan napas positif BBLR harus secara sendiri-sendiri. Adalah penting untuk
yang terus-menerus, atau pipa endotrakea untuk mempertahan- menghindari kelelahan dan aspirasi makanan karena regr.rrgi-
kan kadar oksigen inspirasi yang stabil dan aman. Walaupun tasi atau karena proses pemberian makanan. Tidak ada metode
sianosis, takipnea, dan apnea merupakan indikasi klinis yang pemberian makanan yang dapat menghindari masalah-masalah
pasti, yang pengobatannya harus hanya meliputi sejumlah ok- ini kecuali bila orang yang memberi makan bayi telah dilatih
sigen yang diperlukan untuk melenyapkan tanda-tanda ini, na- metode ini dengan baik. Pemberian makanan oral (melalui
mun kemungkinan adanya bahaya akibat hipoksia atau puting) tidak boleh dimulai atau harus dihentikan pada bayi
566 BAGIAH Xl I Janin dan Bayi Neonatus

TABEL 82-6 Masalah-Masalah yang Terkait dengan Bayi Prematur parenteral atau melalui sonde Llntuk memasok kalori, cairan,
dan elektrolit
Bayi prematur yang besar sering dapat diberi makanan
me-lalui botol atau payudara. Karena upaya pengisapan biasa-
nya merupakan faktor yang membatasi, menyusui (dari payu-
dara) mungkin tidak begitu berhasil sampai bayi mencapai
usia matur. Pemberian susu botol dari ASI yang diperas dapat
merupakan altematif sementara. Pada pemberian susu botol,
upaya tersebut dapat dikurangi dengan penggunaan poting
khusr.rs yang kecil, lunak dan berlubang besar. Di samping
pengisapan yang kuat, proses pemberian makanan oral me-
merlukan koordinasi antara penelanan, penutupan laring dan
saluran hidung oleh epiglotis dan uvula, clan motilitas esof'a-
Bradikardia (dengan apnea)t '- ,r ,',r : .1: ,, , 'i '
gus normal; suatu proses sinkronisasi yang biasanya tidak ada
Mallormasi kongenital
sebelum kehamilan mencapai umur. 34 minggu.
Hematologis
Ar;emia (qufai awal atau lambat)': :
' ,:::1. .
Bayi yang lebih kecil atan kurang knat harus cliberi makan
tliperbililubinemia;indirekt,:. :::. : : : t'::: melalui sonde: Lebih disukai rnenggunakan sebuah pipa plas-
Hiperbilirubinemid-direk tik eksterna yang lLrnak (French No.5) yang berdiameter in-.
terna sekitar 0,05 cm dengan ujung atraumatis yang bulat dan
'Perd#ahan sdUtutan, organ (haii,, 4drenal)*r
: Koagulopali intravaskular.
leiSebar ,r , , ' t,,.
' "r . -
dua lubang pada sisi sebelah-menyebelah lebih disukai. pipa
:Defisiensivitadin K''' dimasukkan melah,ri hidung sampai, sekitar 2,5 cm (l inci)
Hidrops-i mun atau nonimun ujung bagian bawahnya, berada di dalam lambr-rng. Kemudian,
Saluran Pencernaan ujung bebas pipa ditempatkan di dalam air; jika muncul
Fungqi:salurq pencemaan jelek-motilitas jelgkx " gelembung-gelembung pada setiap ekspirasi, berarti kateter
:,pntemkoliti$,nekqlikary' "-,,,:, ada di dalam trakea dan harus dimasukkan kembali ke posisi
Adomali,kongenital yang menghasilkan
Nletabolik-Endokrin yang tepat. Ujr,rng-bebas pipa rnempunyai alat penghubr-rng
Ilipokaliemi-at' :'r::"r', r: i (adapter) yang dihubLrngkan dengan Lrjung tabung-suntik isy-
HipOglikgpi6x. ;',11;::." .,'..:' ringe) yang pas, dan jumlah makanan yang terukur dapat me-
Hiperglikemia* ngalir perlahan-lahan akibat gaya gravitasi. pipa demikian
:Asidosis metabolik lanjul dapat dibiarkan di tempatnya selama 3-7 hari sebelum cliganti
Hipotermia* dengan pipa yang sama melalui lubang hidung lainnya.
:Eutiioid tetapi italuq T4 rendah .. -, . , ,,
Kadang-kadang bayi mengalami cukLrp iritasi lokal akibat pe-
Sistem Saraf Pusat
masangan pipa ulang sehingga dapat menyebabkan sesak atau
Perdarahan i ntraventrikular+
menimbulkan sekresi mengganggLl yang mengelornpok cli se-
Leukomalasi a periventrikular
Ensefalopati hipoksik-iskemi k kitar pipa dalam nasofarings. Pada kasus demikian kateter cla-
Kejang-kejang pat dilewatkan melalui rnulut oleh orang yang terarnpil cian
tRe(inopali.pada piematuritas dilepas pada akhir setiap pemberian makanan. Perubahan pada
,Kbtfiiian',t'..,1,,,' . :. ..:..)'::.: .. .. .
:,' :.:
susu botol atau ASI dapat dilakukan sedikit demi seclikit se-
Hipotonia* gera setelah bayi memperlihatkan kekuatan umum yang cukup
rua[offnasl kongenital
Malformasi Kongerutat untuk menerima pernberian makanan-oral tanpa menimbulkan
Iftrnikterus (easefalopaii bilirubin; ', ,,", '' kelelahan.
P e m b e ri an maket n cm mel al ui n as o g a s t rik da r r t r ct s oj t'j u n u n t

,\ecora terus-menerus juga telah berhasil diterapkan pada bayi


BBLR yang tidak mampu menelan kalori yang cukup melah.ri
botol atau sonde interntiten karena daya pengisapan jelek, pe-
nelanan tidak terkoordinasi, dan pengosongan lambr.rng ter-
lambat. Perforasi usus telah terjadi selama pemberian
makanan nasojej r-rnum.
Pemberian makanan melalni gasftostomi merupakctn kon-
traindiknsi pada bayi-baf i prematur krtretta dapat disertai cle-
ngan kenaikan mortalitas, kecuali sebagai tambahan pacla
*Lazint terjatli manajemen bedah keadaan ,saluran cerna spesiJik. Makanan
(alimentasi) intravena parsial atau total untLrk bayi prematllr
tidak boleh digunakan secara rutir.r sebagai pengganti makanan
oral atau sonde tetapi hanya r"rntuk keadaan-keadaan di mana
dengan kegawatan pernapasan, hipoksia, insufisiensi sirkulasi, cara yang kedua merupakan kontraindikasi karena keadaan
sekresi yang berlebihan, penyumbatan mulllt, sepsis, depresi bayinya.
sistem saraf pusat, imaturitas, atau tanda-tanda penyakit serius. PeRuumnlt PeMgeRtnN Mnrnru. Prinsip uiama dalam pembe-
Bayi-bayi ini akan mer:rerh.rkan pemberlan makanan secara rian makanan bayi prematur adalah memasukkan secara hati-
82 I Bayi Berisiko-Tinggi s67

hati dan sedikit demi sedikit. Pemberian makanan glukosa atau sar dari 107o pemberian makanan sebelumnya, dianjurkan un-
formula awal yang dilakukan secara hati-hati cenderung me- tuk mengurangi jumlah makanan dan selanjutnya, meneruskan
ngurangi risiko hipoglikemia, dehidrasi, dan hiperbilirubine- penambahan makanan secara lebih perlahan-lahan.
mia; tanpa risiko tambahan aspirasi, asalkan adanya kega- Sistem enzim pencernaan pada bayi yang umur kehamilan-
watan pernapasan atau gangguan lain tidak memunculkan in- nya lebih dari 28 minggu cukup matur untuk memungkinkan
dikasi untuk menghentikan makanan oral, dan melakukan pencernaan dan penyerapan protein serta karbohidrat yang cu-
pemberian elektrolit, cairan, dan kalori secara intravena. kup adekuat. Lemak kurang baik diabsorpsi, terutama karena
Jika bayi sehat, timbul gerakan pengisapan, dan tidak da- jumlah garam empedu tidak mencukupi; lemak tidak jenuh
lam keadaan distress, pemberian makanan oral dapat diupa- dan lemak ASI diserap lebih baik daripada lemak sLrsu sapi.
yakan; meskipun sebagian besar bayi yang beratnya kurang Penambahan berat badan bayi yang beratnya di bawah 2.000 g
dari 1.500 g memerlukan pemberian makanan dengan pipa ka- pada saat lahir seharusnya cukup adekuat bila diberi ASI atar.r
rena mereka tidak mampu mengkoordinasi pernapasan, pengi- susu yang "dihumanisasi" (4OVo kasein dan 60Vo whey) de-
sapan, dan penelanan. Kesiapan saluran usus untuk mene- ngan masrrkan protein yang dimakan 2,25-2,75 glkgl24 jam.
rima makanan mungkin dapat ditentukan oleh suara usus yang Kedua alternatif ini harus menyediakan semua asam amino
aktif, keluarnya mekonium, tidak adanya kembung atau esensial untuk bayi prematur, termasuk tirosin, sistin dan histi-
tanda-tanda peritonitis, dan tidak ada aspirasi atau muntah din. Masukan protein yang lebih tinggi mungkin dapat ditole-
empedu. Untuk bayi yang beratnya kurang dari 1.000 g, ransi dengan baik dan biasanya aman, terutama untuk bayi
pemberian makanan yang mula-mula dapat diberikan adalah I lebih tua yang tumbuh dengan cepat. Namun, masukan protein
mL dekstrosa 57o atav 10 kal/ons formula prematur. Jika hal setinggi 4,5 glkgl24jam dapat membahayakan. Walaupr.rn per-
ini berhasil makanan berikutnya diberikan setiap 2 jam, dan tumbuhan linier dapat dinaikkan, formula protein yang tinggi
kekuatan (kekentalan) formula ditambah dari 10 menjadi 15 dapat menyebabkan kelainan aminogram plasma; kenaikan ka-
sampai 20 kal/ons. Sesudahnya, penambahan volume susu 1 dar urea-nitrogen, amonia, dan natrium dalam darah; asidosis
ml sesudah 12 kali pemberian makanan pada volume metabolik (formula susu sapi); dan pengaruh yang berbahaya
sebelumnya berhasil. Tambahan volume susu harian harus pada perkembangan neurologis. Lebih lanjut, tingginya kan-
tidak melebihi 20 ml/ kg/24 jam. Bila volume 1,50 m1/kg/24 dungan protein dan mineral dari formula susu sapi seimbang
jam telah dicapai, kandungan kalori dapat ditambah sampai 24 yang mengandung kalori tinggi menjadi beban solute (zat ter-
atau 27 kkal/ons. Dengan densitas kalori yang tinggi, bayi larut) yang besar untuk ginjal; hal ini merupakan kenyataan
mempunyai risiko untuk mengalami dehidrasi, edema, intole- yang penting dalam mempertahankan keseimbangan air, teru-
ransi laktosa, diare, kentut (Jlatus), dan pengosongan lambung tama pada bayi dengan diare atau demam.
yang terlambat disertai muntah. Protokol pemberian makanan ASI tidak selalu optimal untuk bayi yang beratnya kurang
bayi prematur yang beratnya lebih dari 1.500 g dimulai dari 1.000 g, karena bayi ini memerllikan lebih banyak kal-
dengan menambah kadar susu, mulai dengan 4 ml untuk 3 sium, fosfor, natrium, dan protein daripada yang ada dalam
kali makan yang diberikan setiap 3 jam sampai. kadar telah kumpulan bank ASI. Susu bayi prematur yang diperoleh dari
bertambah dari 10 menjadi 2A kal/ons. Selanjutnya, ibu bayi mungkin lebih cocok; pengayaan (fortifier) ASI dapat
penambahan volume susu formula harian total tidak boleh menambah ASI dengan protein, kalsium, dan fosfor atau dapat
melebihi 20 mllkgl24 jam. Penambahan berat badan yang digunakan formula prematur khusus. Formula prematur tidak
diharapkan untuk bayi prematur dengan berbagai berat boleh dilanjutkan pada saat pulang atau pada umur kehamilan
badan diproyeksikan dari Gambar 82-5. Bayi dengan IUGR mencapai sekitar 34-36 minggu, karena hiperkalsemia dapat
mungkin tidak memperlihatkan kehilangan berat badan awal berkembang sebagai akibat dari formula dengan kadar kalsium
seperti yang dilaporkan pada bayi prematur. dan vitamin D yang lebih tinggi.
Walaupun sejumlah formula yang diperlukan untuk per-
Regurgitasi, muntah, kembung perut, atau sisa dari makan-
tumbuhan adekuat mengandung semua vitamin dalam jumlah
an yang telah diberikan pada stadium awal skema pemberian yang cukup, volume susu yang cukup untuk memenuhi kebu-
makanan sebelumnya harus menimbulkan kecurigaan akan
tuhan mungkin tidak akan tercerna selama beberapa minggu.
adanya sepsis, enterokolitis nekrotikans, atau obstruksi usus;
Karenanya, bayi BBLR harus diberi tambahan vitamin. Karena
keadaan ini merupakan indikasi untuk mundur dari skema dan
kebutuhan untuk bayi ini tidak dapat ditentukan secara tepat,
selanjutnya, menaikkan makanan perlahan-lahan atau meng-
maka harus diberikan cadangan harian seperti yang dianjurkan
ganti dengan makanan intravena serta mengevaluasi masalah-
untuk bayi cukup bulan (lihat Bab 43). Terlebih lagi, bayi ini
masalah yang lebih serius. Penambahan berat mungkin tidak
mungkin mempunyai kebutuhan vitamin tertentu. Metabolisme
dapat dicapai selama 10-12 hari, dan masukan harian 130-150
fenilalanin dan tirosin sebagian bergantung pada vitamin C.
ml/kg atau lebih tinggi mungkin diperlukan untuk beberapa Pada bayi-bayi prematur, p€ngurangan absorpsi lemak dengan
bayi. Cara lainnya, pada bayi yang kuat, yang skema makan- penambahan kehilangan lemak melalui tinja dapat disertai
nya berhasil menunjukkan kemajuan dalam penerimaan kalori
dengan pengurangan absorpsi vitamin D, vitamin-vitamin
atau volume, penambahan berat badan dapat tampak dalam be-
lainnya yang larut dalam lemak, sefta kalsium. Bayi-bayi
berapa hari.
BBLSR, terutama cenderung menderita rakitis; namun masukan
Bila digunakan pipa makanan, isi lambung harus diaspirasi vitamin D totalnya tidak boleh melebihi 1.5001U124 jam. Asam
sebelum setiap pemberian makanan. Apabila hanya mem- folat adalah esensial bagi pembentukan DNA dan produksi sel
peroleh udara atau mukus yang sedikit, makanan diberikan se- baru; kadar folat dalam serum dan eritrosit berkurang pada
perti yang direncanakan. Jika aspirat yang diperoleh lebih be- bayi-bayi preterm selama usia minggu-minggu pertama
568 BAGIAN XI I Janin dan Bayi Neonatus

Kisaran
Berat
Lahir
251-r500

3.5 mt - 1250

751-ro00
UD?
t0l-750

1, r.t
4
Gambar 82-5. Rata-rata berat badan
harian (gram) dibanding dengan . umur d'2 1 1
pascalahir (hari) untuk bayi-bayi dengan F-r
4 4'
kisaran berat badan lahir 501-750 g,751- rl l.S L] )
1000 g, 1001-1250'g, dan 1251- 1500 g
(garis titik-titik), digambarkan dengan
kurva Dancis dkk. untuk bayi dengan be- I
rat badan 750 g, 1000 g, 1250 9, dan 1500
g (garis lurus). (Dai Wright K, Dawson
JP, Fallis D, et al: New postnatal growth 0.5
grids for very low birth weight infants.
Pediatrics 9 1 :922, 1993.)

l0 t5 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70'75 80 85 90 95 l0ol05
UMUR PASCALAHIR (hari)

dan tetap rendah selama 2-3 bulan. Karenanya, dianjurkan un- mata atau kasat mata, atau perubahan konsistensi (menjadi
tuk memberikan tambahan, meskipun penambahan ini tidak cair) lebih pantas dikuatirkan daripada waktu yang sering
mengakibatkan perbaikan pertumbuhan atau menambah kadar berubah-ubah.
hemoglobin. Pada bayi prematur, defisiensi vitamin E disertai Bayi prematur seharusnya tidak muntah atau mengalami
dengan peningkatan hemolisis, dan jika berat, disertai dengan regurgitasi. Ia harus senang dan rileks sdsudah makan, tetapi
anemia. Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan untuk normalnya ia dapat segera menunjukkan aktivitas lapar sebe-
mencegah peroksidasi asam lemak polyunsaturated dalam lum pemberian makanan berikutnya.
membran sel darah merah; kebutuhannya mungkin bertambah KEBUTUHAN CAIRAN. Kebutuhan cairan ini bervariasi me-
karena kandungan asam lemak di dalam membran ini mening- nurut umur kehamilan, keadaan lingkungan, dan status penya-
kat. Defisiensi vitamin K dibahas pada Bab 89.4. kit. Dapat dianggap bahwa kehilangan air minimal dalam tinja
pada bayi-bayi yang tidak mendapat cairan oral, kebutuhan
Pada bayi BBLR, keadaan anemia fisiologis akibat supresi
airnya sama dengan kehilangan air yang tidak terasa (insensi-
eritropoesis pascalahir diperjelek oleh; simpanan besi janin
Dle), ekskresi zat terlarut oleh ginjal, dan setiap kehilangan
yang lebih sedikit dan penambahan volume darah yang lebih
terus-menerus yang tidak biasa. Kehilangan air insensible.se-
besar akibat pertumbuhan yang lebih cepat dibanding dengan
cara tidak langsung terkait dengan umur kehamilan; bayi pre-
pertumbuhan bayi cukup birlan; karenanya anemia terjadi lebih
term yang amat imatur (<1.000 g) mungkin memerlukan
awal dan mencapai kadar akhir yang lebih rendah. Kehilangan
sebanyak 2-3 mLkg jam, sebagian karena kulitnya yang tipis,
darah janin atau neonatus memperkuat masalah ini. Simpanan
kurangnya jaringan subkutan, dan luasnya daerah permukaan
besi, bahkan pada neonatus BBLSR, biasanya cukup adekuat
tubuh yang terpajan. Kehilangan cairan yang insensible ber-
sampai berat badan lahir bayi berlipat dua kali atau bayi di-
tambah bila berada di bawah pemanas radian, selama fo-
obati dengan eritropoetin (Bab 39.1). Lagipula. penambahan
toterapi, dan pada bayi yang demam. Kehilangan ini ber-
besi di saat bayi berisiko mengalami defisiensi vitamin E (ku-
kurang bila bayi diberi pakaian, ditutup dengan penyekat
rang dari umur 34 minggu pascakonsepsi) dapat memperbesar
panas dalamplexyglass, bernapas dalam udara yang dilembab-
hemolisis dan mengurangi absorbsi vitamin E. Karenanya, pe-
kan, atau mendekati usia cukup bulan. Bayi prematur yang le-
nambahan vitamin E dapat dihentikan bila berat badan lahir te-
bih [esar (2.000-2.500 g) dan dirawat dalam inkubator me-
lah berlipat dua, pada saat tersebut penambahan besi (2mgl
ngalami kehilangan air insensible sekitar 0,6-0,'7 ml/kg/jam.
kgl24 jam) harus dimulai. Penambahan besi harus dimulai ka-
Cairan juga perlu diberikan untuk memungkinkan ekskresi
pan saja bila bayi mendapat eritropoetin.
beban solute (zat terlarut) dalam urin, misalnya, urea, elek-
Bayi prematur yang diberi makan dengan tepat, setiap ha- trolit, fosfat. Jumlahnya bervariasi menurut masukan diet dan
rinya dapat buang air besar sebanyak 1-6 kali dengan tinja status anabolik atau katabolik nutrisi. Formula dengan beban
yang berkonsistensi. setengah-padat; perubahan yang menda- solute yang tinggi, masukan dan katabolisme protein yang
dak: bertambah jumlahnya, munculnya darah yang tidak kasat tinggi, menambah produk-produk akhir yang memerlukan
82 I Bayi Berisiko-Tinggi 569

ekskresi melalui urin dan dengan demikian, menambah keper- rus ditentukan sesudah melakukan penilaian secara cermat ter-
luan air. Beb?n solute ginjal dapat bervariasi antara 7,5 dan 30 hadap status klinis dan biokimia bayi. Dianjurkan untuk mem-
mOsm/kg. Bayi baru lahir, terutama bayi-bayi yang berat ba-' berikan infus secAra lambat dan tenrs-menerus. Ahli farmasi
dan lahirnya amat rendah, jugh kurang mampu mengkonsen- yang terlatih-baik yang menggunakan penutup aliran berlapis
trasi urin; dengan demikian masukan cairan yang diperlukan harus mencampur semua larutan.
untuk ekskresi solute bertambah. Sesudah masukan kalori lebih besar dari 100 kkal/kg/24
Masukan air pada bayi cukup bulan biasanya mulai dari jam dicapai melalui nutrisi intravena parenteral total, bayi
60-70 ml/kg pada hari pertama dan dinaikkan sampai 100- BBLR dapat diharapkan bertambah sekirar 15 g/kgl24 jam,
I20 mLkg pada hari ke-2 dan ke-3. Bayi yang lebih prematur, dengan keseimbangan nitrogen positif 150-200 mglkgl?4 jam,
dan lebih kecil, mungkin perlu dimulai dengan 70-100 ml/kg jika tidak ada prosedur operatif multipel, episode sepsis atau
pada hari pertama dan dilanjutkan sampai 150 ml/kg atau le- stres berat lainnya. Tujuan ini biasanya dapat dicapai dan se-
bih pada hari ke-3 dan ke-4. Volume cairan harus dititrasi se- lanjutnya, kecenderungan-katabolik selama usia 1 minggu per-
cara individual, walaupun volume yang melebihi 150 tama menjadi terbalik dengan adanya penambahan berat badan
mLlkgl24 jam adalah hal yang tidak lazim. Penimbangan ba- melalui infus vena perifer 2,5 g/kgl24 jam campr.rran asam
dan setiap hari, pengeluaran urin dan berat jenis, serla urea ni- amino, 10 gidl glukosa, dan2-3 g/kgl24 jam lntralipid.
trogen serum dengan elektrolit harus dipantau secara cermat Komplikasi makanan intravena terkait dengan kateter
untuk mendeteksi kelainan status hidrasi, karena pengamatan maupun metabolisme infus. Sepsis adalah masalah yang pa-
klinis dan pemeriksaan fisik merupakan indikator yang jelek ling penting pada infus vena sentral dan dapat diminimalkan
terhadap status hidrasi bayi prematur. Keadaan yang menam- dengan perawatan kateter yang cermat dan preparat infus
bah kehilangan cairan, seperti glikosuria, fase poliurik nekro- aseptik. Staphylococcus aureus, S. epidermidis dan Candidrt
sis tubular akut, dan diare, dapat menyebabkan kelelahan albicans adalah organisme penyebab infeksi yang lazim. Pe-
tambahan pada ginjal yang belum mengembangkan kapasitas ngobatannya meliputi antibiotik yang tepat. Jika infeksi mene-
maksimumnya untuk memelihara air dan elektrolit, akibatnya tap, selang infus harus dilepas. Trombosis, ekstravasasi cairan,
mungkin dehidrasi berat. Alternatifnya, beban cairan yang ber- dan pelepasan kateter yang tidak disengaja juga dapat terjadi.
lebihan dapat menimbulkan edema, gagal jantung kongestif, Sepsis jarang dianggap berasal dari infus vena perifer, tetapi
duktus arteriosus paten, dan displasia bronkopulmonal. flebitis, pengelupasan kulit, dan infeksi superfisial kadang-
NUTRISI PARENTERAL T0TAL. Bila pemberian makanan kadang terjadi. Komplikasi metabolik meliputi hiperglikemia
oral untuk masa waktu yang lama tidak memungkinkan, ma- yang berasal dari kadar glukosa infus yang tinggi, yang dapat
kanan intravena total dapat memberikan cairan yang cukup, menyebabkan diuresis osmotik dan dehidrasi; azotemia;
kalori, asam amino, elektrolit dan vitamin untuk memperla- mungkin, kenaikan risiko nefrokalsinosis; hipoglikemia akibat
hankan pertumbuhan pada bayi BBLR. Teknik ini telah me- penghentian infus secara mendadak; hiperlipidemia dan ke-
nyelamatkan jiwa bayi yang menderita sindrom diare berke- mungkinan, hipoksemia akibat inftrs lipid intravena; akumu-
panjangan atau yang menjalani reseksi usus yang luas. Infus lasi aluminium pada jaringan; dan hiperarronemia yang
dapat diberikan melalui kateter-tetap vena sentral atau melalui mungkin terjadi karena kadar asam amino terlentu yang ting-
vena perifer. gi. Ikterus kolestatik juga telah dilaporkan. Asidosis hiperklo-
Tujuan dari makanan parenteral adalah memasukkan kalori remia terjadi pada bayi yang mendapat asam amino sintetis,
nonprotein yang cukup sehingga memungkinkan bayi meng- kecuali kalaLr ada keseimbangan antara'asam amino dan garam
gunakan sebagian terbesar proteinnya untuk pertumbuhan. In- kation dan anion. Kenaikan kadar asam amino darah merupa-
fus harus mengandung asam amino sintetik 2,5-3 gldL dan kan kemungkinan bahaya tambahan. Walaupun emulsi lemak
glukosa hipertonik pada kisaian antarc L0-25 g/dl- sebagai intravena tidak digunakan, defisiensi asam lemak esensial juga
tambahan di samping kuantitas elektrolit, mineral renik, dan dapat terjadi. Bila inftrs diberikan rnelah.ri vena perif'er, osmo-
vitamin yang cukup. Infus-awal harian harus memasukkan lalitas larutan dapat membatasi lamanya penggunaan tempat
10-15 g/kg/ 24 jam glukosa dan menambah sedikit demi sedi- infus, sementara pada saat yang sama, bayi tersebut mungkin
kit sampai 25-30 g/kgl24 jam bila hanya glukosa saja yang di- memerlukan volume cairan lebih besar yang masih dapat dito-
gunakan untuk memenuhi kebutuhan penuh nonprotein leransinya. Pemantauan kimiawi dan fisiologis secara terus-
100-120 kkallkgl24jam. Jika yang digunakan vena perifer, di- menerus pada bayi yang sedang menerima makanan intravena
anjurkan agar mempeftahankan kadar glukosa di bawah 12,5 merupakan suatu indikasi, karena begitu seringnya dan seri-
g/dl. Emulsi lemak intravena seperti 207o Intralipid (2,2 usnya komplikasi yang terjadi.
kkal/ml) dapat digunakan untuk memberikan kalori tanpa be- Penambahan Makanan Oral yang Ditoleransi secara lntra-
ban osmotik yang nyata, sehingga dapat mengurangi kebutu- vena. Kombinasi makanan intravena dan sonde merupakan
han akan infus, dengan kadar glukosa yang lebih tinggi, metode yang biasa diterapkan pada pemberian makanan bayi
melalui vena sentral atau perifer; dan biasanya mencegah per- preterm. Bila bayi stabil (umLrr 2-3 hari), pemberian sedikit
kembangan defisiensi asam lemak esensial. Intralipid dapat di- makanan (susu) melalui selang nasogastrik ditambahkan pada
mulai pada 0,5 glkgl24 jam dan selanjutnya diberikan sampai larutan makanan perifer. Pemberian makanan enterik dapat di-
3 glkgl24 jam, jika kadar trigliserid tetap normal; dosis 0,5 lakukan bila ada pipa endotrakea dan kateter arteri r.rmbilika-
glkgl24 jam adalah cukup untuk mencegah defisiensi asam le- lis. Glukosa, campuran asam amino, dan emr.rlsi lipid dapat
mak esensial. Elektrolit, mineral renik, dan aditif vitamin di- diinfuskan ke dalam vena perifer bila kalori yang cukup tidak
masukkan dalam jumlah yang mendekati kebutuhan rumatan dapat diberikan pada bayi BBLR dengan makanan oral saja.
intravena yang ditentukan. Kandungan setiap infus harian ha- Penambahan berat, panjang, dan lingkaran kepala yang men-
570 BAGTAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

dekati berat, panjang dan lingkaran kepala seperti yang di- TABEL 82-7 Reaksi Merr.rgikan terhadap Obat-Obat yang Diberikan
harapkan dalam uterus dicapai dengan campuran asam amino, pada Bayi Prematur
glukosa, dan Intralipid. Walaupun komplikasi dari kedua tek-
nik ini dapat terjadi, kombinasi metode pemberian nutrisi me-
mungkinkan volume makanan yang melalui enteral lebih kecil,
dengan demikian mengurangi risiko aspirasi. Pemberian kalori
enteral mengurangi insidens ikterus kolestatik dan rakitis pre-
maturitas.
PENCEGAHAN INFEKSI. Bayi prematur mengalami kenaik-
an kerentanan terhadap infeksi, sehingga rnengharuskan pe-
tugas perawatan untuk meneuci tangannya dengan sungguh-
sungguh sampai ke siku, sebelum dan sesudah penanganan
bayi; memakai cara-cara lain untuk mengurangi kontaminasi
makanan dan benda-benda yang berkontak dengan bayi; men-
cegah kontaminasi udara; menghindari kepenuhsesakan ( oyer-
crowding); dan membatasi kontak langsung serta tidak
langsung dengan dirinya dan bayi-bayi lainnya. Tidak seorang
pun yang terinfeksi dibolehkan masuk ke dalam ruang pera-
watan. Namun, risiko infeksi harus diseimbangkan dengan ke-
rugian akibat keterbatasan kontak bayi dengan keluarganya,
yang mungkin merugikan perkembangan bayi pada akhirnya;
peran serta orang tua yang seawal dan sesering mungkin da-
lam perawatan bayinya di kamar bayi tidak menambah risiko
secara bermakna bila tindakan pencegahan yang cermat tetap
dipertahankan, Pemberian gama globulin sebagai profilaksis
pada bayi prematur tidak mengurangi risiko infeksi noso-
komial.
Pencegahan penularan infeksi dari bayi ke bayi sukar dila-
kukan, karena bayi baru lahir yang cukup bulan atau prematur
sering tidak menampakkan bukti-bukti klinis adanya infeksi pada
awal perjalanan penyakitnya. Bila epidemi terjadi dalam ruang
perawatan anak, kelompok ruang perawatan dan ruang isolasi
harus dipergunakan, di samping perawatan antiseptik rutin.
Faktor keberhasilan perawatan bayi prematur yang paling
penting adalah keterampilan, pengalaman, dan jumlah staJ
perawat. Hal ini merupakan tanggungjawab dokter untuk me-
minta dengan tegas jtrmlah perawat ahli yang optimal.
IMATURITAS METABOLISME 0BAT. Klirens ginjal untuk Banyak obat yang tampaknya aman untuk orang dewasa,
hampir semua bahan-bahan yang diekskresikan ke dalam urin namun bila didasarkan pada pemeriksaan toksisitasnya, mung-
berkurang pada bayi baru lahir, tetapi klirens pada bayi pre- kin dapat membahayakan bayi baru lahir, terutama bayi pre-
rnatur lebih berkurang lagi. Karenanya, interval antara dosis matur. Oksigen dan sejumlah obat-obatan telah terbukti toksik
mungkin perlu diperlebar, terutama bila obat yang diberikan terhadap bayi prematur, yang bila diberikan pada bayi cr.rkup
diekskresikan oleh ginjal. Misalnya penisilin, gentamisin, dan bulan, jumlah tersebut tidak berbahaya (T'abel 82-7). Dengan
kanamisin dipertahankan pada kadar yang sangat tinggi de- demikian pemberian setiap obat tanpa uji farmakologis pada
ngan dosis yang diberikan dalam interval 12 jam. Obat-obat bayi-bayi prematur, terutama dalam dosis besar, harus dilaku-
yang didetoksifikasi di dalam hati, atau yang memerlukan kan dengan hati-hati sesudah mempertimbangkan antara risiko
konjugasi kimia sebelum diekskresi ke ginjal, juga harus dibe- dan manfaatnya.
rikan dengan hati-hati dan dalam dosis yang lebih kecil dari PR0GNOSIS. Sekarang ada 95o/o atau lebih peluang berta-
biasanya. Bila mungkin, untuk obat-obat yang mempunyai ke- han hidup pada bayi yang dilahirkan dengan berat badan
mungkinan toksik, kadamya di dalam darah harus diperiksa, antara 1,501 dan 2.500 g, tetapi bayi-bayi dengan berat badan
terutama jika ada disfungsi ginjal atau hati. Keputusan menge- kurang masih mempunyai mofialitas yang lebih tinggi secara
nai pemilihan dan dosis agen antibakteri dan rute pemberian- bermakna (lihat Gambar 82-1). Perawatan intensif telah mem-
nya harus dibuat berdasarkan individunya, bukannya secara perpanjang kehidupan yang, sebenarnya, pada masa-rnasa rer-
rutin; karena adanya bahaya (1) perkembangan infeksi dengan sebut bayi BBLSR dapat meninggal akibat komplikasi pe-
organisme yang resisten terhadap agen antibakteri, (2) peng- nyakit perinatal, seperti displasia bronkopulmonal, enterokoli-
hancuran atau penghambatan bakteri usus yang fungsinya tis nekrotikans, atau infeksi sekunder (Tabel 82-8). Angka
membuat sejumlah vitamin esensial bermakna (misalnya, vita- mortalitas bayi BBLR yang bertahan hidup sampai drpulang-
min K dan tiamin), dan (3) gangguan yang membahayakan kan dari rumah sakit lebih tinggi daripada angka mortalitas
proses metabolik yang penting. bayi cukup bulan selama umur 2 tahun pertama. Karena ba-
82 I Bayi Berisiko-Tinggi 571

TABEL S2-8 Sekuele pada Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLSR berkisar clari 10-207o, termasuk palsi serebral (3-6Vo),
Lambat cacat sedang sampai berat pada pendengaran dan penglihatan
(l-47o), dan kesukaran belajar (207o).. Rata-rata lQ global
adalah 90-97, dan760/o mernpunyai kemampuan sekolah yang
normal. Bayi BBLR sebelnm umur 8 bulan yang terkoreksi
dan dapat bertahan hidup banyak yang menderita hipotoni, ke-
adaan ini membaik pada waktu rnereka berumur 8 bulan - 1 ta-
hun. Hipotoni sementara ini bukan merupakan tanda
prognostik yang jelek.
Ibu-ibu dari status sosioekonomi yang rendah lebih mung-
kin mempunyai bayi BBLR yang cenderung berkembang ku-
rang baik daripada mereka yang mempunyai lingkungan pas-
calahir yang lebih baik. Cacat ner.rrologis besar jarang diternu-
kan dalam penelitian-prospektif pada bayi cukr.rp bulan yang
kecil mennrut umur kehamilan (IUGR), walaupun dibanding-
-kan dengan bayi cukup bulan yang sesuai menurut umur ke-
hamilan, mereka rremiliki peningkatan insidens disfungsi
serebral minimal (hiperaktivitas, jangka perhatian pendek,
kesukaran belajar), kelainan elektroensefalografi, dan cacat
wicara.
MERAMALKAN MORTALITAS NEONATUS. Secara tradi-
sional, berat badan telah digunakan sebagai indikator yang
kr.rat atas risiko kematiiln neonatus. Sebenarnya ketahanan hi-
dup pada minggu ke-22 keharnilan mendekati 07o; ketahanan
hidup bertambah dengan semakin bertambahnya urnur keha-
milan sampai mendekati 75Vo pada minggu ke-23, 56Vo pada
minggn ke-24, dan 797o pada rninggu ke-25. Lagipula penya-
kit spesifik neonatus yang berhubungan dengan berat badan,
seperli perdarahan intraventrikular derajat IV, pneumonia be-
rat dari streptokokr"rs grup B, dan hipoplasia paru, juga turut
nyak kematian bayi-bayi ini dianggap disebabkan oleh infeksr,
rnenyebabkan hasil yang jelek. Sistem pembuatan skor telah
rnaka menurut teorinya, sedikit-dikitnya, kematian ini dapat
dikembangkan dengan merrpertimbangkan kelainan fisiologi
dicegah. Ada juga kenaikan insidens kegagalan untuk tumbuh,
(hipo-hipertensi, asidosis, hipoksia, hiperkarbia, anemia, neu-
sindrorn kematian bayi rnendadak, penyiksaan anak, dan tidak
tropenia) pada Skor untuk Fisiologi Neonatus Akut (Score Jbr
adekuatnya ikatan antara ibu-bayi prematur. Risiko biologis
Neonatal Acute Physiology ISNAP/) atau parameter klinis
dari pengaturan kardiorespiratorius yang jelek diakibatkan (umur kehamilan, berat badan lahir, anomali, asidosis, FIO2)
oleh imaturitas atau komplikasi penyakit perinatal yang men-
pada Indeks Risiko Klinis untuk Bayi (Clinical Risk lndex .for
dasarinya; risiko sosial yang dihLrbungkan dengan kemiskinan
Babies tCRIBI), CRIB meliputi 6 parameter yang dikLrmpul-
juga menyokong tingginya mortalitas dan morbiditas bayi ini.
kan dalam 12 jam pertama sesudah lahir, sedang SNAP rrem-
Anomali anatomi kongenital kira-kira ada pada 3-7Vo bayi
punyai 26 variabel yang dikumpulkan pada 24 jam pertama.
BBLR.
Walaupun sistem pembuatan skor risiko ini dapat memberikan
Bila tidak ada kelainan kongenital, jejas sistem saraf pu- infbrmasi tentang prognostik mortalitas, sistem ini mungkin
sat, dan BBLSR atau IUGR yang mencolok; pertumbuhan
tidak bergr.rna untuk neramalkan motbiditas pada yang berta-
fisik bayi BBLR selama 2 tahun pertama cendenrng mendekati
han hidup. Lagipr"rla, bila dibandingkan dengan penilaian kli-
pertumbuhan fisik bayi cukup bulan; hal ini terjadi lebih awal
nis ahli neonatologi yang berpengalaman (didasarkan pada be-
pada bayi prematur yang ukuran lahirnya lebih besar. Tetapi
rat badan, keparahan penyakit, skor Apgar yang rendah,
bayi-bayi BBLSR tidak dapat mengejar pertumbuhan fisiknya,
IUGR, kebutuhan terapeLrtik), skor risiko objektif memberikan
terutama jika mereka rnengalami sekuele kronis yang berat (li-
ramalan yang serupa. Gabungan penilaian dokter clan skor ob-
hat Tabel 82-8), rnendapat masukan nr.rtrisi yang tidak men- jektif dapat menghasilkan peniiaian yang lebih tepat terhadap
cukLrpi, atau lingkungan perawatan yang tidak adekuat.
risiko morlalitas.
Kelahiran prematLlr itu sendiri dapat merugikan perkembangan
PEMULANGAN DARI RUMAH SAKIT. Sebelum pemulangan,
selanjutnya. Pada umumnya, semakin hebat tingkat
prematuritasnya dan semakin rendahnya berat badan lahir bayi prematur harus dapat minum semua nutrisi melalui
bayi, semakin besar pula kemr.rngkinan timbulnya defisit in- puting, botol atau buah dada. Pertnmbuhan harus terjadi de-
telektual dan neurologis; sebanyak 507o bayi dengan berat ngan penambahan yang stabil sekitar 10-30 g/hari. Suhr.r harr.rs
500-750 g mempunyai cacat perkembangan saraf yang berarti stabil dalarn tempat tidr"rr terbuka. Tidak terdapat apnea atall
(kebutaan, ketLrlian, retardasi mental, palsi serebral). Kecilnya bradikardia yang baru dan pemberian obat parenteral harus su-
lingkaran kepala bayi pada saat lahir dapat serupa atau terkait dah dihentikan. Bayi stabil yang sembuh dari displasia
dengan prognosis perilaku saraf yang jelek. Insidens bronkopumonal dapat dipulangkan clengan oksigen yang di-
keseluruhan cacat neurologis dan perkembangan pada bayi berikan melalui kanula hidung, selama pemantauan yang cer-
572 BAGIAN Xl f Janin dan Bayi Neonatus

mat disiapkan, yaitu melalui pemantauan oksimetri pulsa dan yang abnormal; bayi dapat mengalami retardasi pertumbuhan.
kunjungan rawat-jalan yang sering. Bayi-bayi yang sebelum- Walaupun sindrom ini seringkali terancukan dengan pasca-
nya mendapat pengobatan dengan oksigen harus menjalani pe- maturitas, hanya sekitar 20Vo bayi dengan sindrom insufisi-
meriksaan mata untuk menentukan apakah ada retinopati ensi plasenta adalah bayi lewat-bulan. Sebagian besar bayi
prematuritas atau tidak, dan bila ada, sampai stadium berapa; yang terkena adalah bayi cukup bulan dan preterm, terutama
sementara itu, semua bayi BBLR harus menjalani uji pende- bayi yang kecil menurut umur kehamilan dari ibu yang meng-
ngaran; dan pada mereka yang menjalani kateterisasi arteri alami toksemia, primigravida tua, dan wanita dengan hiper-
umbilikalis, tekanan darahnya harus diukur untuk meneliti tensi kronik. Plasentanya sering kali kecil atau mempunyai
adanya hipertensi vaSkular ginjal. Kadar hemoglobin atau he- perlekatan yang jelek. Sindrom ini telah dirumuskan sebagai
matokrit harus ditentukan untuk mengevaluasi kemungkinan akibat perubahan degeneratif pada plasenta, yang secara pro-
adanya anemia. Jika semua masalah medis yang besar telah di- gresif mengurangi oksigen dan nutrisi janin.
atasi, dan persiapan di rumah telah cukup, selanjutnya bayi Bayi yang dilahirkan lewat-bulan dalam kaitannya dengan
prematur dapat dipulangkan bila berat badannya mendekati dugaan insufisiensi plasenta dapat mempunyai berbagai tanda
1.800-2.100 g; pemantauan yang ketat dan mudahnya akses ke fisik: deskuamasi; kuku panjang; rambut lebat; kulit pucat;
pemberi perawatan kesehatan sangat penting untuk protokol muka waspada; dan kulit longgar, terutama sekitar paha dan
pemulangan yang awal. Sebagai alternatif, jika lingkungan bokong, memberikan gambaran bahwa mereka baru saja kehi-
medis atau sosial tidak ideal, neonatus berisiko-tinggi diangkut langan berat badan. Kuku, kulit, verniks, tali pusat, dan mem-
ke unit intensif neonatus, dan jika penyakit utamanya telah bran plasenta diwarnai oleh mekonium (lihat Gambar 1.g-I).
sembuh neonatus tadi dapat dikembalikan ke rumah sakit tem-
PROGNOSIS. Bila persalinan rerrunda 3 minggu atau lebih
pat ia dilahirkan untuk menjalani masa rawat-inap tambahan.
sesudah cukup bulan, maka ada peningkatan mortalitas secara
Vaksinasi standar dengan dosis penuh harus dimulai sesudah
bermakna, yang pada beberapa seri telah mendekati 3 kali
bayi dipulangkan ataujika di rumah sakit, dengan vaksin yang
mortalitas kelompok-kontrol bayi yang dilahirkan cukup bu-
tidak mengandung virus hidup.
lan. Mortalitas menurun secara mencolok melalui perbaikan
PERAWATAN Dl RUMAH. Semenrara bayi berada di rumah manajemen obstetrik.
sakit, ibu harus dinstruksikan mengenai bagaimana merawat
PENGOBATAN. Pemantauan obstetrik yang cermar, terma-
bayinya sesudah pulang. Program ini harus mencakup seku-
suk uji nonstres, profil biofisik, atau velosimetri Doppler, bia-
rang-kurangnya satu kali kunjungan ke rumahnya oleh sese-
sanya memberikan dasar yang rasional untuk memilih cara
orang yang mampu m.engevaluasi pengaturan program rumah
tangga dan memberi nasihat mengenai setiap perbaikan yang nonintervensi, induksi kelahiran, atau seksio sesarea. Induksi
kelahiran atau seksio sesaria dapat diindikasikan pada prirni-
diperlukan.
gravida tua yang kehamilannya berlanjut lebih dari 2-4
minggu sesudah cukup bulan, terutama jika ada bukti kega-
watan janin. Pneumonia aspirasi mekonium atau ensefalopati
82.3 Bayi Lewat-Bulan hipoksik diobati secara simtomatis.

Bayi lewarbulan adalah bayi yang dilahirkan sesudah ke-


hamilan 42 minggu, dihitung dari masa menstruasi terakhir
ibu, tanpa memandang berat bayi pada saat lahir. Penandaan 82.4 Besar Menurut (Jmur Kehamilan
ini sering digunakan sinonimnya yaitu istilah "pascamatur" (Large for Gestational Age ILGAI)
pada bayi yang masa kehamilannya lebih dari normalnya,280
hari lewat 7 hari atau lebih. Sekitar 257o dari semua kehamilan Lihat juga Bab 92
berakhir pada atau sesudah hari ke 287 kehamilan. T2Vo pada Angka mortalitas neonatus menurun dengan bertambahnya
atau sesudah hari ke 294, dan 5Vo pada atau sesudah hari ke berat badan lahir sampai sekitar 4.000 g, sesudahnya mortali-
301. Penyebab kelahiran Iewat bulan atau pascamatur belum tas meningkat. Bayi-bayi yang berukuran besar ini biasanya
diketahui. Ukuran bayi yang besar berkorelasi jelek dengan dilahirkan cukup bulan, tetapi bayi prererm dengan berat ba-
terlambatnya persalinan, dan ukuran badan bayi ini berkorelasi dan tinggi menurut umur kehamilan mempunyai mortalitas
dengan ukuran besar salah satu orang tuanya, multigraviditas, yang secara bermakna lebih tinggi daripada bayi yang dila-
atau keadaan prediabetik atau diabetik ibunya. hirkan cukup bulan.dengan ukuran yang sama; diabetes dan
MANIFESTASI KLlNlS. Bayi lewat bulan mungkin secara obesitas ibu merupakan faktor predisposisi. Bayi yang amat
klinis tidak dapat dibedakan dari bayi cukup bulan, tetapi be- besar, tanpa memandang umur kehamilannya, mempunyai in-
berapa bayi lewat-bulan mempunyai tanda-tanda pascamatur, sidens jejas lahir yang lebih tinggi, seperri jejas servikal dan
karena penampakan dan perilakunya mengesankan penam- pleksus brakialis, cedera nervus frenikus dengan paralisis dia-
pakan dan perilaku bayi berusia 1-3 minggu. Bayi lewat-bulan fragma, fraktur klavikula, sefalhematoma, hematoma sub-
dan pascamatur berat badan lahirnya sering telah bertambah dural, dan ekimosis kepala serta muka. Insidens anomali
dan ditandai.dengan tidak adanya lanugo, kurangnya atau ti- kongenital, terutama penyakit jantung kongenital, juga lebih
dak adanya vemiks kaseosa, kuku panjang, rambut kulit kepa- tinggi daripada bayi cukup bulan yang berat badannya normal.
la banyak, kulitnya putih sepefti kertas atau mengelupas Menurut statistik, retardasi intelektual serta perkembangan le-
(deskua-masi), dan kewaspadaannya bertambah. Jika terjadi bih lazim terjadi pada bayi cukup bulan dan preterm yang be-
insufisiensi plasenta, cairan amnion serla janin dapat terwarnai rat badan lahirnya tinggi daripada bayi yang berat badannya
oleh mekonium, dan dapat ditemukan frekuensi jantung janin sesuai dengan umur kehamilannya.
82 I Bayi Berisiko-Tinggi 573

PENGANGKUTAN BAYI Dunn L, Hulman S, WeinerJ, et al: Beneflcial effects of early hypocaloric en-
teral feeding on neonatal gastrointestinal function: preliminary report of a
Dengan adanya regionalisasi perawatan neonatus berisiko- randomized trial. J Pediatr 112:622,1988.
tinggi, jumlah bayi sakit yang diangkut ke unit perawatan in- Ens-Dokkum MH, Schreuder AM, Veen S, et al: Evaluation of care tbr the
preterm infant: review of literature on follow-up of preterm and low birth-
tensif, di rumah sakit yang bukan tempat lahirnya, semakin weight infants. Report tiom the collaborative project on preternr and small
bertambah. Idealnya, ibu-ibu yang berisiko-tinggi harus di- for gestational age infants (POPS) in the Netherlantls. paediatr perinatal
angkut dan bersalin di pusat yang memiliki unit spesialis ini. Epidemiol 6:434, 1992.
Pengangkutan neonatus harus meliputi konsultasi mengenai Fanaroff AA, Korones SB, Wright LL, et al: A controlled trial of intr.avenous
immune globulin to reduce nosocomial infections in ver.y-low-birth-weight
masalah bayi dan perawatan sebelum pengangkutan, kemu-
infants. N Engl J Med 330:1 i07, 1994.
dahan akses untuk menemui tim pengangkutan, dan pengang- Hack M, Weissman B, Breslau N, et al: Health of very low birth weig\t chil-
kutan serta stabilisasi oleh tim sebelum memindahkan bayi. dren during their first eight years. J Pediatr 122:88'7, 199j.
Jika ada indikasi, pengamanan jalan napas, pemberian oksi- Heird WC, Gomez MR: Total parenteral nutrition in necrotizing enterocolirii.
Clin Perinatol 2l:389, 1994.
gen, membantu ventilasi bayi, memberikan terapi antimikroba,
Higby K, Xenakis EM-J, Pauerstein CJ: Do tocolytic agents stop preterm la-
merumat sirkulasi, memberi lingkungan yang hangat, dan pe- bor? A critical and comprehensive review of eflicacy and saf'ety. Arn J ob-
nempatan selang intravena atau arteri, atau pipa dada semua- stet Gynecol 168:124'1, 1993.
nya harus dimulai sebelum pengangkutan dilakukan. Laporan Holtrop PC, Ertzbischoff LM, Roberts CL, et al: Survival and short-term out-
come in newborns of 23 to 25 weeks' gestation. Am J Obstet Gynecol
medis bayi dan ibunya, laporan laboratorium, dan tabung ber-
l'70:1266,1994.
isi bekuan darah ibu juga harus disediakan. Jika praktis dilaku- Kashyap S, Schulze KF, Forsyth M, et al: Growth, nutrient retention, and
kan, sebelum keberangkatan ibu harus diyakinkan kembali metabolic response in low bir.th weiglit infants f-ed varying intakes ofprote-
secara singkat dan diberi kesempatan untuk melihat bayi yang in and energy. J Pediatr 1 13:713, 1988.
La Gamma EF, Browne LE: Feeding practices for infants weighing less than
distabilkan; ayah harus menyertai kendaraan pengangkut terse-
1500 g at birth and the pathogenesis of necrotizing enterocolitis. Clin peri-
but ke unit. Staf pengangkutan atau perawat juga harus menel- natol2l:.271,1994.
pon lebih dahulu untuk memberikan informasi kepada unit Lebenthal E, Leung Y: Feeding the premature ancl compromised inlant: Gas-
penerima mengenai sifat penyakit penderita. trointestinal considerations. Pediatr Clin North.Am 35:215, 1988.
Lucas A, Morley R, Cole TJ, et al: A randomised multicentre study of lruman
Kendaraan pengangkut harus diperlengkapi dengan obat-
inilk versus formula and later developnrent in preterm infants. Arch Dis
obatan, cairan, tangki oksigen, kateter, pipa dada, pipa endo- Child 70:Fl41, 1994,
trakea, laringoskopi, dan alat pemanas bayi yang sesuai. Ken- Major CA, Lewis DF, Harding JA, er al; Tocolysis with indomethacin in-
daraan ini harus mempunyai penerangan yang baik dan ruang creases the incidence of necrotizing enterocolitis in the low-bir.th-weight
neonate. Am J Obstet Gynecol l'70 102, 1994.
yang cukup untuk melakukan prosedur tindakan gawat darurat
Modi N. Sodium intake and prererm babies: Arch Dis Chilct 69:87 , 1993,
serta peralatan untuk memonitor. Dengan pengangkutan yang Moreno A, Dominguez C, Ballabriga A: Aluminum in tlre neonate related to
efisien dan perawat serta staf medik yang telah dididik dengan parenteral nutrition. Acta Paediatr 83:25, 1994.
tepat di rumah sakit rujukan, mortalitas neonatus yang "lahir Mortality Statistics Branch, Division of Vital Statistics, National Center for
Health Statistics, CDC. Infant mortalityEUnitecl Stares, 1991. MMWR
di luar" seharusnya tidak lebih tinggi daripada mortalitas bayi
yang dilahirkan pada pusat perawatan tersier. t"11.?'3i1t3l;msart s, Bennett MJ, et ar: use or high-rat rbrmura tbr pre-
mature infants with bronchopulmonary dysplasia:.Metabolib, pulmonary,
and nutritional studies. J Pediatr 124:605, 1994.
Perez-Escamilla R, Pollitt E, Lonnerdal B, et al: Intant f'eeding policies in ma-
Allen MC, Donohue PK, Dusman AE: The limit of viabilitytrneonatal out- ternity wards and their eff'ect on breast-feeding success: An analytical over-
come of infants born at 22 to 25 weeks' gestation. N Engl J Med 329:1597, view. Am J Public Health 84:89, 1994.
Pharoah POD, Stevenson CJ, Cooke RWI, et at: Clinical and subclinical defi-
1993.
American Academy of Pediatrics: Hospital Care of Newborn Infants. Evan- cits at 8 years in a geographicatly defined cohort of low birthweight infants.
ston IL, The Academy, 1993. Arch Dis ChlldTO:264, 1994.
Anonymous: Breast not necessarily the best, Lancet l:624, 1988. Prestridge LL, Schanler RJ, Shulman RJ, et al: Effect of parenteral calcium
Blaymore Bier J, Ferguson A, Anderson L, et al: Breaslfeeding of very low and phosphorus therapy on mineral retenrion and bone mineral content i,n
birth weight infants. J Pediatr 123:7'73,1993. very low birth weight infants. J Pecliatr 122:761,1993.
Bregman J, Kimberlin LVS: Developmental outcome in extremely premature Rautonen J, Makela A, Boyd H, et at: CRIB and SNAp: assessing the risk of
death for preterm neonates. Lancet 343:1272,1994.
infants. Impact of surfactant. Pediatr Clin North Am 40:93'7, 1993.
Richardson DK, Gray JE, McCormick MC, et al: Score for neonatal acute
Chan GM: Growth and bone mineral status of discharged very low birth
physiology: A physiologic severity index tbr neonatal intensive care. pedi-
weight infants f'ed different formulas or human milk. J Pediatr 123:439,
1993. atrics 9l:617, 1991.
Robertson C, Sauve RS, Christianson HE: Province-based study of neurologic
Committee on Nutrition: Nutritional needs of low-birth-weight infants. Pedi-
atrics 75:977, 1985. disability among survivors weighing 500 through 1249 grams at birth. pe-
diatrics 93:636, 1994.
Davey AM, Wagner CL, Cox C, et al: Feeding premature infants while low
Romero R, Sibai B, Caritis S, et al: Antibiotic treatment of preterm labor with
umbilical artery catheters are in place: A prospective, randomized trial. J
Pediatr 124:795, 1994.
intact membranes: A multicenter, randomized, double-blinded, placebo-
controlled trial. Am J Obstet Gynecol 169:164,1993.
Davis DJ: How aggressive should delivery room cardiopulmonary resuscita-
Sauer P, Visser M: The neutral temperature of very low birth weight infants.
tion be for extremely low birth weight neonates? Pediatrics 92447, 1993.
Pediatrics 7 4:7 88, 1984.
Division of Nutrition, National Center for Chronic Disease Prevention and
Health Promotion: Division of Vital Statistics, National Center for Health Schanler R: Human milk fbr preterm intants: Nutritional and immune factors,
Semin Perinatol l3:69, 1989.
Statistics, CDC. Increasing incidence of low birthweightEunited States,
1981-1991. MMWR 43:335,1994, Shiono P, Behrman RE (eds): Low birth weight. The Future of Chilclren
Division of Reproductive Health, National Center for Chronic Disease Pre- 5(l):l-213,1995.
vention and Health Promotion, CDC. Differences in infant mortality be- Stevens SM, Richardson DK, Gray JE, et al: Estimating neonaral rnortality
tween blacks and whitessUnited States, 1980-1991. MMWR 43:288, 1994.
risk: An analysis of cliniciansjudgments. Pediatrics 93:945,1994.
574 BAGIAN Xl l .bnln dan Bayi l,leonatus

The International Neonatal Network: The CRIB (clinical risk index for babies) TABEL 83-1 Diagnosis Banding Sianosis Neonatus
score: a tool for assessing initial neonatal risk ancl con.rparing perfbrmance
ol neonatal intensive care units. Lancet 342:193, 1 993. Sistenr/Penyakit Mekanisme
Whyte HE, Fitzhardinge PM, Shennan AT, et al: Extreme inrmarurity: Out-
Puru-Paru
come of 568 pregnancies of 23-26 weeks' gestation. Obstet Gynecol 82: l,
1993.
Sindrom kegawalan Defisiensi surfaktan
Wright K, Dawson JP, Fallis D, et al: New postnatal growth grids fbl very low pentapasan
birth weight inlants. Pediatrics 9l:922, 1993, Sepsis, pneumonia Radang, hipertensi pulmonal, s/zuiri
/? -+ L*
. Pneumonia aspirasi Obstruksi mekanik, radang. hiper-
mekonium tensi ptrlmonal , shunt R --> L
Sirkulasi janin persisten Hipertensi pulrnonal, sltunt R -+ L
I Bas 83 Hernia diafragmatika Hipoplasia paru, hipertensi pul-
. monal
iakipnea sementara Cairan paru tertahan
Manifustasi Klinis Penyakit pada Kardiovaskular
Pcnyakit janrung sianosis Sftrrnt dari kanan ke kiri seperti padir
Masa Bayi Baru Lahir dengan aliran darah pa- atresia pulmonal, tetralogi Fallot
ru berkurang
Penyakit j:intung sianosis Shunt darikanan ke kiri seperti pacla
dengan aliran dirah paru d-trunsposisi, tl unkus arteriosus
bertarnbah
Dokter anak hartrs menyadari adanya variasi yang lebar Penyakit janrung sianosis Shunt dari kanan ke kiri dengan
dari gangguan yang mungkin dapat berasal dari uterus, saat la- dengan gagaI jantung ede-ma paru dan curuh jarrtung je-
hir atau segera pada masa pascalahir, dan kebutuhan r.rntuk kongestif '
lek seperti pacla hipoplastik jan-
rnembedakannya bergantung pada waktu timbulnya, etiologi tung kiri dan koarktasio uorta
dan tempat asalnya. Gangguan ini dapat rnenggambarkan mu- Gagal jantung saja Edema panr dan kontraktilitas jan-
tasi genetik, penyimpangan (aberasi) kromosom, atau penyakit tungjelek seperti puda sepsis,
miokarditis, takikardia supraven-
dan jejas yang didapat. Mengenali penyakit pada bayi baru la-
trikulrr, atau blokadejanrung to-
hir bergantung pada pengetahuan mengenai gangguan dan , tal. Gagal jalrtirng curah tinggi se-
evaluasi terbatas pada sejumlah tanda-tanda dan gejala-gejala perti pada duktus arteriosus paten
klinis yang relatif nonspesifik. ,. atau vena Galen atau rnallbrmasi
Sianosis sentral biasanya rnenunjukkan insufisiensi perna- aiteriovenosus lainnya
pasan, yang dapat diakibatkan oleh keadaan paru atar"r akibat Sistem Saraf Pusat
depresi sistem saraf pusat karena obat-obatan, perdarahan in- Obat-obal sedatif ibu Hipoventilasi, apnea '

trakranial, atau anoksia (Tabel 83-i). Jika sianosis ini disebab- Asfiksia Depresi SSP
Perdarahan intrakranial Depresi SSP, kejang-kejang
kan oleh keadaan paru, pernapasan cenderung menjadi cepat
Penyakit neuromuskular Palsi saruf frenikusl hiporonia, hi-
dan rnungkin disertai dengan retraksi rongga dada. Jika sia-
poventi lasi, hipoplrsia paru
nosis ini disebabkan oleh depresi SSP akibat obat, pernapasan Hematologik
cenderung menjadi tidak teratur dan lemah, dan sering lambat. Kehilangan darah akut Syok
Sianosis yang menetap selama beberapa hari dan tidak diseltai Kehilangan daruh kronik Gagal jantung kongestif
dengan tanda-tanda kesukaran pernapasan, mengesankan suatu PoliSitemia ,
Hipertensi pulrnonll
penyakit jantung sianotik kongenital atau methemoglobinemia. Methemoglobinernia Afinitas hemoglobin rend:rh utau de-
Namun, sianosis akibat penyakit jantung kongenital dapat su- fek enzim sel darah merah
kar dibedakan secara klinis dengan sianosis yang disebabkan Metabolik
Hipoglikgmia Depresi SSP. gagal janrung konges-
oleh penyakit pernapasan. Episode sianosis juga dapat meru-
pakan tanda-tanda hipoglikemia, bakteremia, meningitis, syok,
rif
Sindrom adienogenital Syok (kehilangan-garam)
atau sirkulasi janin persisten. Akrosianosis perifer lazim ter-
jadi, dan biasanya tidak rnernerlukan perhatian. *R + L, Shunt intrakarclial (lbran.ren ovale), ekstrakardial (duktus arteriosus),
Pucat, di samping menunjukkan adanya anemia atau per- atau intrapulnronal dari kanan ke kiri .
darahan akut, akan memberi kesan hipoksia, hipoglikemia,
sepsis, syok, atau kegagalan adrenal. tonis pada ibu segera sebelum dan selama persalinan, yang se-
Konvulsi (Bab 543.5) biasanya menunjuk pada gangguan lanjirtnya menyebabkan hiponatrernia dan intoksikasi air pada
sistem saraf pusat dan memberi kesan ensefalopati hipoksi- bayi.
kiskemik akibat asfiksia, perdarahan intrakranial, anomali se- Konvulsi (kejang-kejang epilepsi) harus dibedakan clar-i ke-
rebral, efusi subdural, meningitis, hipokalsemia, hipoglikemia, gelisahan yang dapat muncnl pada bayi baru lahir yang nor-
infark, dan yang jarang, ketergantungan piridoksin, hipona- rnal, pada bayi dari ibLr yang menderita diabetes, pada mereka
tremia, hipernatremia, kesalahan metabolisme bawaan, reaksi yang rrengalami asfiksia saat lahir atau reaksi penghentian
penghentian obat, atau kejang-kejang familial. Kejang-ke- obat dan pada polisitemia neonatus. Kegelisahan yang menye-
jang yang mulai dalam kamar bersalin atau segera sesudahnya rupai tremor sederhana dapat dihentikan dengan cara menahan
dapat disebabkan oleh suntikan anestesi lokal pada ibu yang tungkai anak tersebut; kegelisahan ini sering bergantung pada
secara tidak sengaja masuk ke dalamjanin. Konvulsi dapatju- rangsangan sensoris dan tidak terkait dengan kelainan gerakan
-ga diakibatkan karena pemberian sejumlah besar cairan hipo- mata. Kejang-kejang pada bayi prematllr sering tidak kentara
83 I Manifestasi Klinis Penyakit pada Masa Bayi Baru Lahir 575

dan terkait dengan kelainan gerakan mata atau gerakan muka; TABEL 83.2 Anomali Kongenital yang Lazim Mengancam Jiwa
komponen-kompoRen motoris yang sering terlibat adalah eks-
tensi tonik dari tungkai, leher, dan badan. Bayi cukup bulan
dapat mengalami gerakan setempat atau pada beberapa tempat,
klonik atau mioklonik tetapi dapat juga menampakkan aktivi-
tas kejang yang lebih tidak kentara. Apnea mungkin merupa-
kan manifestasi pertama dari aktifitas suatu kejang, terutama
pada bayi prematur.
Pasca-asfiksia lahir yang berat, bayi dapat mengalami
automatisme motorik yang ditandai dengan gerakan oral-
bukal-lingual, aktivitas tungkai yang berputar (mendayung,
mengayuh, berenang), postur tonik, atau mioklonus. Kejang-
kejang motoris ini biasanya tidak disertai dengan gambaran
lantbung. Curigai sindrom VATER
elektroense-falografi (EEG) yang sinkron dengan waktu,
Polihidrarnnion. muntah bercampur em-
mungkin tidak menandakan aktivitas epileptik korleks, mem- pedu, perut kembung. Curigai
punyai respons yang jelek pada terapi antikonvulsan, dan trisomi-2 l, kistik fibrosis, kokain
terkait dengan prognosis jelek. Automatisme tersebut dapat Polihidramnion, obstruksi usus
menggambarkan depresi korteks yang menghasilkan feno- Oligohidramnion, anuria, hipoplasia
rnena-pelepasan batang otak atau kejang-kejang subkorteks. paru, pneumotoraks
Lesu (letargia) dapat merupakan manifestasi infeksi, asfik- Polihidramnion,
'penurunan
kenai kan a-fetoprotein,
sia, hipoglikemia, hiperkarbia, sedasi yang berasal dari analge- aktivitas janin
Sianosis, hipotensi, bising
sia atau anestesia ibu, defek serebral, dan sebenarnya, hampir
setiap penyakit yang berat, termasuk kesalahan metabolisme
bawaan. Letargia yang muncul sesudah hari ke-2, terutama,
memberi kesan infeksi.
Iritabilitas mungkin merupakan tanda ketidaknyamanan
yang menyertai berbagai keadaan intra abdomen, iritasi meni- Ikterus selama umur 24 jam pertanld harus dianggap kare-
ngen, reaksi penghentian obat, infeksi, glaukoma kongenital, na eritroblastosis fbetalis sarnpai terbukti disebabkan oleh hal
atau setiap keadaan yang menimbulkan nyeri. Seperti pada lainnya. Septikemia (terutama pada bayi dengan belat badan
masa bayi akhir, membrana timpani harus selalu diperiksa se- lahir rendah), penyakit inklLrsi sitomegali, sindrom rubela kon-
bagai kemungkinan sumber nyeri. genital, dan toksoplasmosis harus juga dipikirkan, terutama
Hiperaktivita.s, terutama pada bayi prematur, dapat meru- jika ada kenaikan bilirubin bereaksi-direk dalam plasma.
pakan tanda hipoksia, pneumotoraks, emfisema, hipoglikemia, Ikterus sesudah 24 jant pertam(t mungkin "fisiologis" atau
hipokalsemia, cedera sistem saraf pusat, reaksi penghentian mungkin karena septikernia, anemia hemolitik, galaktosemia,
obat, tirotoksikosis, atau ketidaknyamanan karena lingkungan hepatitis, atresia saluran empedu kongenital, sindrom empedr"r
yang dingin. mengental pasca-eritroblastosis foetalis, sifilis, herpes sim-
Gagal makan dengan baik terlihat pada kebanyakan bayi pleks, atau infeksi kongenital (lihat Bab 88).
baru lahir yang sakit dan harus selalu menjadi alasan untuk Muntah selama hari pertama memberi kesan obstrr.rksi sa-
mencari dengan cermat akan adanya infeksi, gangguan sistem luran pencernaan bagian atas atau adanya kenaikan tekanan in-
saraf pusat atau perifer, dan keadaan-keadaan abnormal lain. trakranial. Pemeriksaan roentgenografi merupakan indikasi bi-
Demam dapat merupakan akibat dari terlalu tingginya suhu la diperkirakan ada obstruksi. Muntah juga dapat merupakan
lingkungan karena cuaca, kamar perawatan atau inkubator gejala nonspesifik suatu penyakit, misalnya septikemia. Mun-
yang terlalu panas, atau terlalu banyak pakaian atau selimut. tah merupakan manifestasi yang lazim pada kelebihan makan-
Demam juga ditemukan pada "demam akibat dehidrasi" bayi an atau tidak berpengalaman dalam teknik pernberian makan-
baru lahir. Jika penyebab demam dapat dilenyapkan, maka in- an, stenosis pilorus, alergi susu, ulkus duodeni, ulkus stres,
feksi serius (pneumonia, bakteremia, viremia, meningitis) ha- atau insufisiensi adrenal. Bayi yang ditempatkan dalarn pem-
rus dipikirkan, walaupun infeksi yang demikian sering terjadi balut gips tubuh pada pengobatan ortopedik sering muntah se-
tanpa menimbulkan respons demam pada bayi baru lahir (lihat mentara. Muntah yang mengandung darah hitam biasanya
Bab 91 dan 98). Penurunan suhu badan yang tidak dapat merupakan tanda adanya penyakit yang mengancam jiwa; ke-
dije-laskan dapat menyertai infeksi atau gangguan serius lain mungkinan yang ringan, yaitu akibat tertelannya darah ibu
pada sistem sirkulasi atau sistem saraf pusat. Peningkatan suhu juga harus dipikirkan. Muntah yang bercampur empedu sangat
inkubator terkontrol-servo yang terjadi secara mendadak untuk memberi kesan adanya obstruksi di bawah ampula vateri.
mempertahankan suhu tubuh sering dihubungkan dengan sep- Diare dapat merupakan gejala akibat kelebihan makanan
sis. (terutama formula berdensitas kalori tinggi), gastroenteritis
Periode apnea, terutama pada bayi prematur, dapat disertai akut, malabsorpsi, atau gejala infeksi nonspesifik. Diare ini
dengan berbagai gangguan (lihat Bab 81,2). Bila apnea ber- da-pat ditemukan pada keadaan-keadaan yang disertai dengan
ulang atau bila intervalnya lebih lama dari 20 detik atau diser- gangguan sirkulasi bagian usus atau saluran genital, seperti
tai dengan sianosis atau bradikardia, apnea ini memerlukan trombosis mesenterika, enterokolitis nekrotikans, hernia stran-
evaluasi diagnostik segera. gulasi, intususepsi, dan torsi ovarium atau testis.
576 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

Perut kembung, biasanya merupakan tanda obstruksi usus matif. Pada mula-nya, beberapa jejas mungkin laten; tetapi
atau adanya masa intraabdomen, dapat juga ditemukan pada kernudian mengakibatkan penyakit atau sekuele yang berat.
bayi yang menderita enteritis, enterokolitis nekrotikans, ileus
yang menyertai sepsis, kegawatan pernapasan, atau hipoka-
lemia. 84.1 Jejas Kranium
Gagal menggerakkan tungkai (pseudoparalisis) atau seba-
gian darinya memberi kesan adanya fraktur, dislokasi, atau je-
Kaput suksedaneum adalah pembengkakan yang edema-
jas saraf. Kelainan ini juga ditemukan pada osteomielitis dan
tosa, kadang-kadang ekinrotik, dan difus dari jaringan lunak
infeksi lain yang menyebabkan nyeri pada pergerakan bagian kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan sela-
yang terkena.
ma persalinan verteks. Kaput ini dapat meluas menyilang garis
tengah dan menyilang garis sutura. Edema menghilang pada
beberapa hari pertama. Pernbengkakan yang analog, perubah-
ANOMALI KONGENITAL
an warna, dan distorsi muka terlihat pada presentasi muka. Ti-
Anomali kongenital merupakan penyebab utama lahir mati dak diperlukan pengobatan khusus, tetapi jika terjadi ekimosis
dan kematian neonatus, tetapi mungkin, bahkan lebih penting yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk hiperbili-
sebagai penyebab cacat fisik dan gangguan metabolik. (Ano- rr.rbinemia. Molding kepala dan penumpangan tulang parietalis
mali dibahas secara umum pada Bab 67 dan secara spesifik seringkali dihubungkan dengan kaput suksedaneum dan men-
pada bab-bab tentang berbagai sistem tubuh.) Pengenalan jadi lebih nyata setelah kaput telah menyusut, tetapi akan
ano-mali yang dini penting untuk merencanakan perawatan; menghilang pada satu minggu pertama. Jarang terjadi, kaput
untuk beberapa anomali, seperti fistula trakeoesofagus, hernia hemoragik yang dapat mengakibatkan syok dan memerlukan
dia-fragmatika, atresia koana, dan obstruksi usus, terapi medis transfusi darah.
dan bedah yang segera adalah sangat penting untuk ketahanan Eritema, htka lecet, ekintosis, dan nekrosis lemak subkutan
hidup (Tabel 83-2). Orang tua mungkin merasa bersalah dan jaringan lunak mr.rka atau kulit kepala dapat terlihat sesudah
cemas pada saat mengetahui adanya anomali kongenital dan persalinan forsep. Lokasinya bergantung pada daerah pema-
memerlukan nasihat yang sensitif. sangan forsep. Ekimosis dapat dilihat sesudah persalinan ma-
nipulatif dan kadang-kadang pada bayi prematur, tanpa
adanya alasan yang dapat dilihat.
Perdarahan subkonjungtiva dan retina adalah sering, dan
petekie kulit kepala dan leher lazim dijumpai. Semuanya
mungkin diakibatkan dari kenaikan mendadak tekanan intra-
I Bes 84 toraks selama dada melewati saluran lahir. Orang tua harus di-
yakinkan bahwa kelainan-kelainan ini bersifat sementara dan

Jejas Inhir merupakan risiko yang normal pada persalinan.


Sefalhematoma (Gambar 84-l) adalah perdarahan subpe-
riosteum, karenanya selalu terbatas pada I permr.tkaan tulang
lstilah jejas lahir digunakan untuk menunjukkan trauma kranium, Tidak ada perubahan warna pada kulit kepala yang
mekanik yang dapat dihindari dan tidak dapat dihindari, serta menutupi, dan pembengkakan biasanya tidak terlihat sampai
trauma anoksik yang dialami bayi selama kelahiran dan persa- beberapa jam sesudah lahir, karena perdarahan subperioster.rm
linan. Jejas ini dapat merupakan akibat dari keterampilan atau prosesnya lambat. Fraktur tengkorak yang sudah ada, biasanya
perhatian medis yang tidak tepat atau kurang, atau jejas dapat linier dan tidak depresi, kadang-kadang disertai dengan sefal-
terjadi walaupun terdapat keterampilan dan kemampuan untuk hematoma. Meningokel kranium dapat dibedakan dari sefalhe-
melakukan perawatan obstetrik, tidak bergantung pada suatu matoma melalui pulsasi, kenaikan tekanan pada saat mena-
tindakan atau kelalaian. Agar nantinya terhindar dari salah pe-
ngertian, tuduh-menuduh, atau kesalahan orang tua, karena itu
penting untuk menasihati orang tua, yang anaknya mempunyai
sisa trauma lahir atau anoksia, tentang pgnggunaan istilah'Je-
jas lahir" yang luas ini. Definisi ini tidak meliputi jejas karena
amniosentesis, transfusi intrauteri, pengambilan sampel darah
dari kulit kepala, atau prosedur resusitasi, yang semuanya di-
bahas di tempat lain dalam buku ini.
Insidens jejas lahir diperkirakan 2-7 / 1.000 kelahiran hidup.
Faktor-faktor predisposisinya meliputi makrosomia, prematu-
ritas, disproporsi kepala terhadap panggul, distosia, kelahiran
yang lama, dan presentasi bokong, Secara keseluruhan,
5-8/100.000 bayi meninggal karena trauma lahir, dan
251100.000 meninggal karena jejas anoksik; jejas demikian
mewakili 2-37o kematian bayi. Bahkan jejas sementara yang
mudah dilihat oleh orang tuanya menimbulkan kecemasan
dan pertanyaan yang memerlukan nasihat suportif dan infor- Gambar 84-1. Setalhemaloma tulang parietalis kanan.
84 I Jejas Lahir 577

ngis, dan bukti roentgen yang memperlihatkan adanya cacat fenitoin;. Perdarahan intrakranial sering melibatkan ventrikel
tulang. Kebanyakan sefalhematoma diserap dalam 2 mgg-3 (perdarahan intraventrikular) bayi-bayi prematur yang di-
bln, bergantung pada ukurannya. Sefalhematoma ini dapat mu- lahirkan secara spontan tanpa trauma yangjelas.
lai mengalami kalsifikasi pada akhir minggu kedua. Sensasi PATOGENESIS PERDARAHAN INTRAVENTRIKULAR (PIV).
depresi pusat memberi kesan, tetapi tidak rnenunjukkan, ada- PIV pada bayi prematur terjadi dalam matriks germinal sube-
nya fraktur yang mendasari atau cacat tulang yang biasanya di- pendim gelatinosa. Daerah periventrikular int merupakan tem-
ternukan pada palpasi tepi sefalhematoma yang teratur. Ada pat neuron embrional dan sel glia janin, yang bermigrasi ke
sedikit vang menetap selama bertahun-tahun sebagai protu- korteks. Pembuluh darah imatur pada daerah yang sangar
heransia tulang dan dapat dideteksi melalui roentgen sebagai vaskular ini dapat menjadi sasaran dari berbagai gaya yang,
pelebaran celah diploik; cacat seperti kista dapat menetap sela- bersama dengan dukungan jaringan vaskular yang jelek, me-
ma beberapa bulan ataq beberapa tahun. Meskipun ada si- ngakibatkan bayi prematur cenderung mengalami PIV. pada
sanya, sefalhematoma tidak memerlukan pengobatan, walau- bayi cukup bulan, matriks germinal telah menjadi tipis dan du-
pun fbto-terapi mungkin diperlukan untuk memperbaiki hi- kungan vaskular jaringan telah kuat. Faktor-faktor atau
perbiliru-binemia. Insisi dan drainase merupakan kontraindi- kejadian-kejadian yang merupakan predisposisi pada pIV
kasi karena adanya risiko terkena infeksi pada keadaan yang adalah prematuritas, sindrom kegawatan pernapasan, jejas hi-
benigna. Sefalhematoma masif mungkin jarang mengakibat- poksik iskemik atau hipotensi, reperfusi pembuluh darah yang
kan kehilangan darah cukup berat, yang sampai memerlukan cedera, bertambah atau berkurangnya aliran darah serebral,
transfusi. Sefalhematoma ini dapat juga disertai dengan fraktur berkurangnya integritas vaskular, bertambahnya tekanan vena,
tengkorak, koagulopati, dan perdarahan intrakranial. pneumotoraks, hipervolemia, dan hipertensi. Faktor-faktor ini
Fraktur tengkorak dapat terjadi sebagai akibat tekanan mengakibatkan robeknya matriks germinal pembuluh darah.
l'orsep atau simfisis pubis, promontorium sakralis, atau spina Faktor-faktor jejas yang serupa (hipoksik-iskemik- hipotensrf)
iskiadikus ibu. Fraktur linier adalah yang paling lazim terjadi, dapat menghasilkan ekodensitas intraparenkim korteks (EIp)
tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan. akibat infark perdarahan dan kemudian berkemban g leuko-
Fraktur depresi biasanya merupakan indentasi kalvarium seru- malasia periventrikular (LPY). LPV dengan atau ranpa pIY
pa dengan lekukan pada bola pingpong; biasanya merupakan yang berat adalah akibat dari nekrosis substansia putih (alba)
komplikasi persalinan menggunakan forseps atau kompresi ja- periventrikular dan cedera pada serabut-serabut kortikospinal
nin. Bayi dapat tidak memperlihatkan gejala, kecuali kalau di- pada kapsula interna.
sertai dengan jejas intrakranium; dianjurkan untuk mengang-
MANIFESTASI KLlNlS. Insidens PIV bertambah dengan
k^' depresi yang berat untuk mencegah jejas pada korteks aki-
menurunnya berat badan lahir: 60-70V0 pada bayi 500-750 g
bat tekanan yang terus-menerus. Fraktur tulang oksipital de-
dan 10-20% pada bayi L000- 1,500 g. PIV jarang dijumpai pa-
ngan pemisahan bagian basal dan skuamosa hampir selalu me-
da saat lahir; namun 80-90Vo kasus terjadi antara saar lahir dan
nimbulkan perdarahan yang mematikan akibat pecahnya sinus
3 hari pertama. Duapuluh sampai empatpuluh persen kasus
yang mendasarinya. Fraktur ini dapat terjadi akrbat persalinan
memburuk selama umur 1 minggu pertama. Perdarahan lam,
bokong saat penarikan pada spina bayi yang hiperekstensi de-
bat dapat terjadi pada 10-15% penderita sesudah umur I
ngan kepala terfiksasi pada pelvis ibu.
minggu. PIV yang baru mulai sesudah umur satu buian jarang
terjadi, tanpa memandang berat badan bayi. Gejala-gejala
yang paling lazim adalah berkurangnya atau tidak adanya re-
84.2. Perdurahan Intrakrsnial fleks Moro, tonus otot jelek, letargi, apnea, dan mengantuk
(Intraventrikular) (somnolence). Bayi prematur yang menderita perdarahan intra-
ventiikular sering mengalami kemunduran yang cepat pada
ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI. Perdarahan intrakranial da- umur 2 hari dan 3 hari. Periode apnea. pucat, atau sianosis. ga-
pat merupakan akibat trauma atau asliksia. dan larang diaki- gal mengisap dengan baik, tanda-tanda kelainan mata, me-
batkan oleh gangguan perdarahan primer atau anomali vasku- nangis melengking bernada-tinggi, kedutan otot, konvulsi. dan
lar kongenital. Perdarahan epidural, subdural, atau subarak- menurunnya tonus otot, paralisis, asidosis metabolik, syok,
noid traumatik terutama bisa terjadi apabila ukuran kepala dan menurunnya hematokrit atau hematokrit yang tidak me-
lebih besar dibandingkan jalan keluar pelvis ibu; bila ka- ningkat sesudah pemberian transfusi mungkin merupakan rn-
-1anin
rena alasan-alasan lain kelahiran menjadi lama; bila ada persa- dikasi pertama. Fontanela dapat tegang dan cembung. Depresi
hnan bokong atau persalinan yang cepat; atau bila ada inter- neurologis yang berat memburuk menjadi koma sesudah ter-
vensi mekanik yang tidak bijaksana pada persalinan. Perda- jadinya perdarahan intraventrikular yang lebih berat, dan
rahan subdural masif, sering terjadi akibat adanya robekan da- perdarahannya terkait pada korteks serebri dan dilatasr
lam tentorium serebeli atau, yang kurang sering, dalam falks ventrikular. Pada sebagian kecil kasus mungkin tidak ada
serebri; perdarahan subdural masif ini jarang terjadi, namun manilestasi klinis.
ditemukan lebih sering pada bayi cukup bulan daripada bayi LPV biasanya tidak bergejala sampai sekuele neurologis
yang prematur. Gangguan perdarahan primer dan malformasi yaitu nekrosis substansia putih menjadi nyata pada masa bayi
vaskular jarang terjadi dan biasanya menimbulkan perdarahan akhir sebagai diplegia spastik. Sebagai akibat dari jejas iske-
subaraknoid atau intraserebral. Perdarahan intrakranial dapat mia nonhemoragis, LPV sering ada bersama PIV. LPV dapat
disertai dengan koagulopati intravaskular diseminata, trom- muncul pada saat lahir tetapi biasanya terjadi belakangan se-
bositopenia isoimun, dan defisiensi vitamin K (terutama pada bagai fase echo-clense awal (umur 3-l0 hari) disertai dengan
bavi yang dilahirkan dari ibu yang mendapat fenobarbital atau fase echo-lucenl khas (kistik) (umur l4-20 hari).
578 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

DIAGNOSIS. Perdarahan intrakranial didiagnosis atas dasar PROGNOSIS. Penderita dengan perdarahan masif akibat
riwayat, manifestasi klinis, ultrasonografi atau tomografi ter- robekan tentorium atau falks serebri, keadaannya cepat mem-
kompr,tasi (CT) transfontanela kranium, dan pengetahuan ten- buruk dan dapat mati sesudah lahir. Perdarahan dalam uterus
tang risiko spesifik-berat badan lahir terhadap tipe perda- akibat trombositopenia idiopatik ibu atau, lebih sering, trom-
rahan. Diagnosis perdarahan subdural pada bayi cukup bulan bositopenia alloimun janin dapat menimbulkan perdarahan
yang berat badan lahirnya besar menurut kehamilan (BBLB) serebral berat atau suatu kista porensefalus sesudah penyem-
dengan disproporsi kepala-panggul dapat tertunda 1 bulan buhan perdarahan korteks janin.
sampai volume cairan subdural kronis bertambah, menyebab- Kebanyakan bayi dengan PIV dan distensi ventrikular
kan sefalomegali, dominasi frontal, fontanela cembung, ke- yang akut tidak berkembang menjadi hidrosefalus pasca per-
jang-kejang dan anemia. Alternatif lainnya, neonatus sehat de- darahan, Sepuluh sampai lima belas persen neonarus BBLR
ngan kejang-kejang singkat mungkin menderita perdarahan dengan PIV menderita hidrosefalus yang pada mulanya dapat
subaraknoid ringan. muncul tanpa tanda-tanda klinis seperti pembesaran lingkaran
Walaupun bayi preterm dengan PIV menampakkan syok kepala, apnea, bradikardia, letargi, fontanela cembung, atau
yang cepat, burik, anemia, koma atau fontanela cembung, na- sutura yang melebar. Pada bayi yang menderita gejala hidrose-
mun banyak tanda PIV yang tidak spesifik atau tidak terlihat. falus, tanda-tanda klinis dapat terlamb at 2-4 minggu walaupun
Oleh karenanya, dianjurkan bahwa bayi prematur harus dieva- distensi ventrikular progresif dan kompresi (penipisan) korteks
luasi dengan ultrasonogrctfi serebral real-time melalui fon- serebral. Hidrosefalus pasca perdarahan berhenti atau menyu-
tanela anterior untuk mendeteksi PIV. Bayi dengan berat sut pada 65Vobayi yang terkena
badan di bawah 1.000 g mempunyai risiko tinggi untuk meng- Hidrosefalus progresif memerlukan shunt ventrikular peri-
alami PIV dan harus diperiksa dalam 3-5 hari pertama dan toneum, umur kehamilan kurang dari 30 minggu, ventilasi me-
diperik-a lagi pada minggu berikutnya. Pemeriksaan ultra- kanik yang lama (> 28 hari), perdarahan intraparenkim, dan
sonografi juga akan mendeteksi lesi LPV simetris prakistik LPV yang luas dihubungkan dengan prognosis yang jelek. Ka-
dan kistik, dan lesi ekogenik intraparenkim asimetris dari in- rena perdarahan LPV dan intraparenkim menggambarkan jejas
fark perdarahan korteks. Lebih jauh, perkembangan yang lam- hipoksik iskemik, perdarahan ini tidak bergantung pada faktor
bat dari atrofi korteks; atau porensefali, dan keparahan, pro- risiko untuk menderita diplegia dan defisit motorik lainnya.
gresivitas atau regresi hidrosefalus pasca perdarahan dapat PIV dengan ekodensitas intraparenkim yang lebih besar dari I
ditentukan dengan ultrasonografi. cm dihubungkan dengan mortalitas yang tinggi dan insidens
Empat tingkat bertambahnya keparahan PIV ditentukan de- untuk defisit motorik dan kognitif ringgi. pN ringkar I-II da-
ngan ultrasonografi untuk bayi BBLR: Tingkat I.adalah perda- pat disebabkan oleh faktor-faktor lain selain hipoksia-iskemia
rahan yang terbatas pada matriks germinal daerah subepen- berat, dan pada kasus demikian PIV ini mempunyai risiko se-
dim atau pada kurang dari 10Vo ventrikel; tingkat II adalah kuele neurologis jangka-panjang yang lebih rendah jika tidak
perdarahan intraventrikular dengan pengisian ventrikel l0- berkaitan dengan LPV atau perdarahan intraparenkim.
50%; tingkat IiI keterlibatannya lebih dari 50Vo disertai de- PENCEGAHAN.Insidens perdarahan intrakranial traumarik
ngan dilatasi ventrikel; tingkat IV meliputi tingkat III, dengan dapat dikurangi dengan manajemen yang bijaksana pada dis-
lesi intraparenkim kortikoventrikular yang tidak perlu adanya proporsi kepala panggul dan persalinan operatif (forsep, seksio
perluasan langsung PIV. Tujuh puluh lima persen bayi dengan sesarea). Perdarahan janin atau neonatus karena pulpura trom-
PIV adalah tingkat I-II. PIV berat tidak bergantung pada ima- bositopenia idiopatik (ITP) atau trombositopenia alloimun da-
turitas dan sindrom kegawatan pernapasan (RDS). Bayi imatur pat dicegah dengan mengobati ibu dengan steroid, imuno-
tanpa IDS mempunyai risiko PIV, sedangkan bayi dengan globulin intravena, atau transfusi trombosit pada janin. In-
RDS berat mempunyai risiko lebih besar daripada bayi yang sidens PIV mungkin dapat diturunkan dengan pemberian in-
menderita RDS ringan atau tanpa RDS pada umur kehdmilan dometasin dosis-rendah dan vitamin E pada neonatus.
yang sama. Fluktuasi tekanan darah yang lebar harus dihindari. Vitamin K
CT scan diindikasikan pada bayi cukup bulan bila padanya harus diberikan sebelum persalinan pada wanita yang menda-
terdapat diagnosis yang dicurigai, karena ultrasonografi tidak pat fenobarbital atau fenitoin selama hamil.
dapat menunjukkan perdarahan atau infark intraparenkim. PENGOBATAN. PIV yang disertai dengan ensefalopati hi-
Pungsi lumbal merupakan indikasi bila ada tanda-tanda ke- poksik iskemik seringkali disertai dengan disfungsr sisrem or-
naikan tekanan intrakranial atau penjelekan keadaan klinis un- gan multipel. Kejang-kejang diobati dengan obar-obar anri-
tuk mengidentifikasi perdarahan subaraknoid tersamar atau konvulsan, syok dan anemia memerlukan transfusi dengan sel
untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis bakteri; cairan darah merah atau plasma beku segar, dan asidosis diobati de-
serebrospinal biasanya mempunyai kadar protein yang me- ngan pemberian l-2 mEq/kg natrium bikarbonat secara bijak-
ningkat dengan banyak sel darah merah. Tidakjarang dijumpai sana dan perlahan-lahan. Pungsi lumbal secara seri tidak mem-
hipoglikorakia dan limfositosis ringan. Karena pada perjalanan punyai peran selama perdarahan akut; namun, pungsi lumbal
persalinan normal dan bahkan persalinan sesaria sering terjadi ulangan dapat mengurangi .gejala-gejala hidrosefalus pasca-
sejumlah kecil perdarahan yang masuk ke dalam cairan sere- perdarahan. Pungsi lumbal ulangan dapat menambah risiko
brospinal, maka adanya sejumlah kecil sel darah merah atau untuk mengalami meningitis nosokomial. Penempatan kateter
santokromia ringan pada cairan subaraknoid tidak perlu ventrikulostomi eksterna melalui bedah saraf mungkin diper-
menanrakan suatu perdarahan intrakranial yang berarti. Seba- lukan pada stadium awal hidrosefalus yang gejalanya tidak
liknya, cairan subaraknoid bisa tampak sangat jernih pada terkendali. Sesudah kandungan protein cairan ventrikel menu-
perdarahan subdural atau pada perdarahan intraserebral yang run, shunt ventrikel-peritoneum perrnanen diletakkan pada
berat bila tidak ada hubungan dengan ruang subaraknoid. tempatnya.
84r Jejas Lahir 579

Bayi besar cukup bulan yang memperlihatkan gejala perda- tonus otot, dan spasme. Apnea pada hari ke-1 dan penyembu-
rahan subdural harus diobati dengan.ialan mengeluarkan kum- han motorik yang jelek pada bulan ke-3 merupakan tanda
pulan cairan subdural dengan jarum spinal yang ditempatkan prognosis yangjelek.
melalui tepi lateral fontanela anterior. Di samping trauma la- Diagnosis banding meliputi amiotonia kongenital dan mie-
hir, adanya penyiksaan anak harus dicurigai pada semua bayi lodisplasia yang disertai dengan spina bifida tersembunyi (oc-
dengan efusi subdural. culta). Diagnosis penyakit ini dikonfirmasi dengan ultraso-
nografi atau pencitraan resonansi magnetik (MRI). Pengobatan
terhadap bayi yang bertahan hidup adalah suportif, dan pada
84.3 Kolumnq Vertebralis (Spina) dan mereka sering tetap ada jejas yang perrnanen. Bila ada kom-
presi dari fraktur atau dislokasi, prognosis dihubungkan de-
Medula Spinalis ngan lamanya waktu yang digunakan sebelum kompresi di-
sembuhkan.
Tarikan/traksi yang kuat terjadi bila spina hiperekstensi
atau bila arah penarikan adalah lateral, atau penarikan longitu-
dinal dengan kekuatan penuh pada badan sedangkan kepala
tetap engaged dengan kuat dalam pelvis, terutama bila dikom-
84.4 Jejas Saraf Perifer
binasikan dengan fleksi dan torsi sumbu vertikal, dapat me-
PALSI BRAKIALIS. Jejas pada pleksus brakialis dapat me-
nimbulkan fraktur dan pemisahan vertebra. Jejas demikian,
nyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa paralisis le-
jarang terdiagnosis secara klinis, dan paling .mungkin terladi
ngan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis seluruh le-
ketika timbul kesulitan saat mengeluarkan bahu janin pada
ngan. Jejas ini terjadi pada bayi makrosomik, dan bila pena-
presentasi kepala dan saat mengeluarkan kepala pada presen-
rikan lateral dipaksakan pada kepala dan leher selama per,
tasi bokong. Yang paling sering terjadi adalah jejas setinggi
salinan bahu pada presentasi verteks, bila lengan diekstensikan
vertebra servikalis ke-4 pada presentasi kepala, dan pada ver-
berletrihan di atas kepala pada presentasi bokong, atau bila ada
tebra servikalis bawah serta torakalis atas pada presentasi bo-
penarikan berlebihan pada bahu. Kira-kira, 457o kasus dihu-
kong. Pemotongan melintang talipusat dapat terjadi dengan
bungkan dengan distosia bahu.
atau tanpa fraktur vertebra; perdarahan dan edema dapat me-
Pada paralisis Erb-Duchenne jejas terbatas pada sarat
nimbulkan tanda-tanda neurologis yang tidak dapat dibedakan
servikalis ke-5 dan ke-6. Bayi kehilangan kekuatan untuk
dari pemotongan talipusat, kecuali, bahwa perdarahan dan
mengabduksi lengan dari bahu, merotasi lengan keluar dan
edema tersebut tidak permanen. Ada arefleksia, kehilangan
melakukan supinasi lengan bawah. Posisi yang khas terdiri
sensasi, dan paralisis totai gerakan volunter di bawah jajaran
atas aduksi dan rotasi interna dari lengan, dengan lengan ba-
je;as, walaupun adanya refleks withdrawal melalui perantara
wah dalam posisi pronasi. Kekuatan ekstensi lengan bawah
pusat medula spinalis sebelah distal daerah jejas seringkali
dipertahankan, tetapi refleks bisep tidak ada; refleks Moro ti-
disalahartikan sebagai gambaran gerakan volunter. Jika 1e- dak ada pada sisi yang terkena (Gambar 84-2). Mungkin ada
Jasnya berat, bayr yang selak lahir dalam keadaan jelek akibat beberapa gangguan sensoris pada sisi luar lengan. Kekuatan
depresi pernapasan, syok, atau hipotermia, dapat menjelek de- pada lengan bawah dan genggaman tangan tetap dipertahan-
ngan cepat, sampai meninggal, dalam beberapa jam sebelum kan, kecuali bila bagian bawah pleksus juga terkena jejas;
tanda-tanda neurologis jelas. Alternatifnya, perjalanan penya- adanya gangguan menggenggam pada tangan merupakan tan-
kitnya mungkin berkepanjangan dengan gejala-gejala dan da prognosis yang baik. Bila jejas meliputi saraf frenikus, pe-
tanda-tanda yang muncul saat lahir atau nanti pada minggu rubahan penyimpangan diafragma dapat diamati melalui
pertama; imobilitas, flasiditas, dan disertai jejas pleksus braki- i'luoroskopi.
alis mungkin tidak dikenali selama beberapa hari. Konstipasi Paralisis Klumpke adalah bentuk palsi brakialis yang le-
juga bisa dijumpai. Flasiditas, imobilitas, dan arefleksia pada bih jarang; jejas terjadi pada saraf servikalis ke-7 dan ke-8
beberapa bayi yang dapat bertahan hidup dalam masa yang serta saraf torakalis pertama. Jejas ini menyebabkan tangan
lama, sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan akan di- paralisis, dan ptosis serta miosis ipsilateral (sindrom Horner,
ganti dengan fleksi yang kaku dari ekstremitas, peningkatan jika serabut simpatis akar torakalis pertama juga terkena jejas.

Gambar 84-2. Palsi brakialis lengan kiri


(refleks Moro asimetris).
580 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

Kasus ringan mungkin tidak terdeteksi segera sesudah la- agenesis nukleus saraf fasialis. Paralisis perifer trmbul flasid,
hir. Diferensiasi harus dibuat dari jejas serebral; dari fraktuf, dan bila total, melibatkan seluruh sisi muka, termasuk dahi
dislokasi atau pemisahan epifisis humerus; dan dari lraktur Bila bayi menangis, gerakan hanya terdapat pada sisi muka
klavikula. MRI akan memperlihatkan adanya robekan pada yang tidak paralisis, dan mulut tertarik pada sisi tersebut. Pada
akar saraf atau avulsi. sisi yang terkena dahi halus, mata tidak dapat ditutup, liparan
Prognosisnya bergantung pada apakah saraf hanya semata- nasolabial tidak ada, dan sudut mulut turun. Dahi akan berke-
mata mengalami jejas atau luka lecet. Jika paralisis disebabkan rut pada sisi yang terkena pada paralisis sentral, karena hanya
karena edema dan perdarahan di sekitar serabut saraf, maka dua pertiga bagian bawah muka yang terlibat, Biasanya ada
akan terjadi pengembalian fungsi dalam beberapa buian; jika juga manifestasi lain dari jejas intrakranium, paling sering
disebabkan oleh luka lecet, dapat mengakibatkan cedera yang adalah palsi saraf ke-6. Prognosisnya bergantung pada apakah
perrnanen. Keterlibatan deltoid biasanya merupakan masalah saraf terkena jejas akibat tekanan atau apakah serabut-serabut
yang paling serius dan dapat mengakibatkan kelumpuhan bahu saraf terputus. Pada keadaan yang diakibatkan oleh tekanan,
akibat atrofi otot. Umumnya paralisis lengan atas mempunyai perbaikan terjadi dalam waktu beberapa minggu. Perawatan
prcgnosis yang lebih baik daripada paralisis lengan bawah. pada mata yang terpajan sangat penting. Neuroplasti mungkin
merupakan indikasi bila paralisis menetap. Palsi fasialis dapat
Pengobatan terdiri atas imobilisasi parsial dan penempatan
terancukan dengan tidak adanya otot-otot depresor mulut,
posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.
yang merupakan masalah benigna.
Pada paralisis lengan atas, lengan harus diabduksi 90 derajat
Saraf perifer yang lain jaraig rerkena jejas dalam urerus
dengan rotasi eksterna pada bahu dan supinasi penuh lengan
atau pada saat lahir, kecuali jika saraf'-saraf tersebur terlibat
bawah dan sedikit ekstensi pada pergelangan dengan telapak
dalam fraktur atau perdarahan.
tangan diputar ke arah wajah. Hal ini dapat dilakukan dengan
penahan atau bidai selama 1-2 minggu pertama. Imobilisasi
harus intermiten dalam sehari saat bayi tidur dan antara ma-
kan. Pada paralisis lengan bawah atau tangan, pergelangan ta- 84.5 Visera
ngan harus dibidai pada posisi netral dan bantalan ditempatkan
dalam genggaman. Bila seluruh lengan paralisis, prinsip- Hati merupakan satu-satunya organ interna selain otak
prinsip pengobatan yang sama harus diikuti. Pemijatan dan la- yang sbdikit sering terkena jejas saat lahir. Cedera biasanya
tihan gerakan dalam jangkauan tertentu,yang dilakukan secara terjadi akibat tekanan pada hati selama persalinan kepala pada
lembut dapat dimulai pada umur 7-10 hari. Bayi harus diikuti presentasi tiokong. Ukuran bayi yang besar, asfiksia inrraureri.
secara ketat dengan latihan korektif aktif dan pasif. Jika para- gangguan koagulasi, prematuritas yang ekstrim, dan hepato-
lisis menetap tanpa perbaikan selama 3-6 bulan, neuroplpsti, megali merupakan faktor pendukung. Pemtjatan jantung yang
neurolisis, anastomosis dari ujung ke ujung, atau pencangkok- tidak benar merupakan penyebab yang kurang senng. Hati
an saraf memberi harapan untuk sembuh parsial. terobek bila ada pembentukan hematoma subkapsular, dan d4-
pat menjadi tampon bagi perdarahan selanjutnya. Bayi biasa-
PARALISIS SARAF FRENIKUS. Jejas pada saraf frenikus nya tampak normal selama 1-3 hari pertama. Tanda-tanda non-
(sa-raf servikal ke-3, ke-4, ke-5) yang mengakibatkan paralisis
spesifik yang berhubungan dengan kehilangan darah ke dalam
diafragmatika harus dipikirkan bila terjadi sianosis, dan perna- hematoma dapat tampak pada saat yang dini, dan meliputi ke-
pasan menjadi tidak teratur dan berat. Jejas yang demikian, giatan makan yang jelek, lesu, pucat, ikterus, takipnea, dan
biasanya unilateral, disertai dengan palsi brakialis bagian atas takikardia. Massa dapat teraba pada kuadran kanan atas; abdo-
ipsilateral. Karena pernapasan bayi adalah tipe dada, abdomen men dapat tampak biru. Hematoma dapat berukuran cukup be-
tidak mengembung saat inspirasi. Suara napas berkurang pada sar dan menimbulkan anemia. Syok dan kematian dapat terjadi
sisi yang terkena. Dorongan diafragma, sering dapat diiaba te- jika hematoma pecah melalui kapsul ke dalam rongga perito-
pat di bawah tepi kosta pada sisi normal, dan hal ini tidak di- neum, mengurangi tekanan darah dan memungkinkan teriadr-
jumpai pada sisi yang terkena. Diagnosis ditegakkan dengan nya perdarahan segar. Kecurigaan awal melalui diagnosts
pemeriksaan ultrasonografi atau fluoroskopi, yang menunjuk- ultrasonografi dan terapi dukungan segera dapat mengurangr
kan adanya kenaikan posisi diafragma pada sisi yang paralisis mortalitas gangguan ini. Perbaikan bedah luka lecet mungkin
dan gerakan naik turun pada kedua sisi diafragma selama per- diperlukan.
napasan.
Robekan limpa dapat terjadi secara tersendiri atau ber
Tidak ada pengobatan yang spesifik; bayi harus ditidurkan sama dengan robekan hati. Penyebab, komplikasi, pen-eobatan
pada sisi yang terkena dan diberi oksigen jika diperlukan. Pada dan pencegahannya sama.
mr,ianya, pemberian makan intravena diperlukan; kemudian,
Walaupun perdarahan adrenal sering ter.1adi, rerutarna
pemberian makan melalui sonde atau oral secara progresif da-
sesudah persalinan bokong pada bayi LGA atau ibu diabetes
pat dimulai, bergantung pada keadaan bayi. Infeksi paru meru-
penyebabnya belum dapat ditentukan; mungkin karena trauma.
pakan komplikaSi yang serius. Penyembuhan biasanya terjadi
anoksia, atau stl'es berat, seperti pada infeksi berat. Sembilan
secara spontan dalam l-3 bulan; jarang, namun pelipatan dia-
puluh persen adalah unilateral; 75Vo pada sisi kanan. Hema-
fragma secara bedah dapat diindikasikan.
toma adrenal yang pusatnya mengalami kalsifikabi telah di-
PALSI SARAF FASIALIS. Biasanya, palsi lasialis adalah pa- identifikasi melalui roentgen atau pada oropsi bayi yang lebih
ralisis perifer akibat tekanan pada saraf fasialis dalam uterus, tua dan anak, memberi kesan bahwa tidak semua perdarahan
dan upoya selama kelahiran atau dari forsep selama persalinan. adrenal dapat segera mematikan. Pada kasus yang berat, diag-
Jarang terjadi non-obstetrik, palsi ini dapat merupakan akibat nosis biasanya dibuat pada pemeriksaan pasca-kematian.
84 I Jejas Lahir 581

Gejala-ge.;ala syok dan sianosis berat terlihat dengan jelas. HIDUNG, Jejas hidung yang paling lazim adalah dislokasi
Mungkin ada massa di pinggang dengan perubahan warna ku- kartilago sekat alur vomerin dan kolumela. Bayi dapat mende-
lit di atasnya; ikterus juga dapat terjadi. Jika dicurigai terdapat rita kesukaran dalam perawatan dan beberapa gangguan pada
perdarahan adrenal; pemeriksaan abdomen dengan ultrasono- pernapasan hidung. Pada pemeriksaan fisik, lubang hidung
grafi mungkin dapat membantu, dan pengobatan pada kegagal- tampak asimetris dan hidung tampak rata. Jalan udara melalui
an adrenal akut merupakan indikasi (Bab 528).
mulutjarang diperlukan, dan konsultasi bedah harus dilakukan
untuk penanganan yang pesti.

84.6 Fraktur
84.7 Hipoksia-Iskemia
KLAVIKULA. Tulang ini lebih sering mengalami fraktur se-
(Asfiksia)
lama kelahiran dan persalinan daripada tulang-tulang lainnya;
Anoksia adalah istilah yang digunakan untuk menunlukkan
tulang ini terutama rentan bila ada kesukaran dalam persalinan
akibat dari kekurangan oksigen yang menyeluruh karena se-
banu pada presentasi verteks dan lengan yang terekstensi pada
jumlah sebab primer. Hipoksia merujuk pada kadar oksigen
persalinan bokong. Bayi secara khas tidak menggerakkan le-
arteria yang kurang dari normal, dan iskemia merujuk pada
ngan secara bebas pada sisi yang terkena; krepitasi dan keti-
aliran darah ke sel atau organ tidak mencukupi untuk memper-
dakteraturan tulang dapat dip4lpasi, dan kadang-kadang peru- tahankan fun gsi normalny a. En s efal o p at i hip o ks ik- i s k e mi k me-
bahan warna dapat terlihat pada sisi fraktur. Refleks Moro ti- rupakan penyebab cedera perrnanen yang penting pada sel-sel
dak ada pada sisi yang terkena, dan ada spasme otot sterno- sistem saraf pusat, yang dapat mengakibatkan kematian neo-
kleidomastoideus diserfai dengan hilangnya depresi suprakla- natus atau nantinya, jejas dapat bermanifestasi sebagai palsi
vikular pada tempat fraktur. Pada fraktur greenstick mungkin serebral atau defisiensi mental. Pencegahan dan pengobatan-
tidak dijumpai adanya keterbatasan gerakan, dan refleks Moro nya diarahkan pada keadaan dasar yang menyebabkannya; ke-
pun ada. Fraktur humerus atau palsi brakialis juga dapat me- matian dan ketidakmampuan kadang-kadang dapat dicegah
nyebabkan keterbatasan gerakan lengan dan hilangnya refleks melalui pengobatan terhadap gejala yang timbul dengan mem-
Moro pada sisi yang terkena. Prognosisnya sangat baik. berikan oksigen atau pernapasan buatan dan koreksi disfungsi
Penanganannya, jtka tersedia, terdiri atas imobilisasi lengan sistem multiorgan terkait (Tabel 84-1).
dan bahu pada sisi yang terkena. Derajat perkembangan kalus ET|OLOG|. Hipoksia janin dapat merupakan akibat dari ( l;
oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibar hipoventr-
baik sekali pada sisi tersebut dalam satu minggu dan dapat
lasi selama anestesi, penyakit jantung sianosis, gagal perna-
menjadi bukti pertama adanya fraktur.
pasan, atau keracunan karbon monoksida; (2) tekanan darah
ibu yang rendah akibat hipotensi, yang dapat merupakan kom-
plikasi anestesi spinal atau akibat kompresi vena kava dan
TUNGKAI aorta pada uterus gravida; (3) relaksasi uterus tidak cukup
memberikan pengisian plasenta akibat adanya tetani uterus,
Pada fraktur tulang panjang, gerakan tungkai spontan bia- yang disebabkan oleh pemberian oksitosin berlebih-lebihan;
sanya tidak ada. Refleks Moro juga tidak dijumpai pada tung- (4) pemisahan plasenta prematur, (5) sirkulasi darah melalui
kai yang terlibat. Mungkin juga disertai keterlibatan pada per- talipusat terhalang akibat adanya kompresi atau pembentukan
sarafan. Hasil penanganan yang memuaskan untuk fraktur hu-
merus dicapai dalam 2-4 minggu imobilisasi selama lengan
diikat pada dada, menggunakan bidai segitiga dan pembalut TABEL 84-1 Pengaruh Asfiksia
Velpeau, atau dipasang gips. Untuk fraktur femur, hasil yang
baik diperoleh dengan melakukan traksi-suspensi pada kedua
tungkai bawah, bahkan pada fraktur unilateral; kaki, diimo-
bilisasi pada gips spika, dan diikat pada kerangka di atas kepa-
la. Bidai efektif untuk menangani fraktur lengan bawah atau
kaki. Penyembuhan biasanya disertai dengan pembentukan
kalus yang berlebihan. Prognosis sangat baik untuk fraktur ek-
stremitas. Fraktur pada bayi preterm dihubungkan dengan os-
teopenia (Bab 92).
Dislokasi dan pemisahan epifisis jarang merupakan akibat
dari trauma lahir. Epifisis femur atas dapat terpisah dengan
manipulasi-paksa kaki bayi seperti pada ekstraksi bokong atau
sesudah dilakukan versi. Ada pembengkakan, sedikit pemen-
dekan, keterbatasan gerakan aktif, gerakan pasif yang nyeri,
dan rotasi eksterna pada kaki. Diagnosis ditegakkan melalui
roentgen. Prognosisnya baik untuk jejas yang ringan, tetapi
coxa vara seringkali terjadi akibat perpindahan yang lebar.
582 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

simpul pada talipusat; (6) vasokonstriksi pembuluh darah ure- TABEL 84-2 Ensefalopati Hipoksik-lskemik pada Bayi Cukup Bu-
rus oleh kokain, dan (7) insufisiensi plasenta karena berbagai lan

.T
sebab, termasuk toksemia dan pasca-maturitas.
Insufisiensi plasenta sering kali tetap tak terdeteksi pada
daiil nda. .::l
flldi l Sta'diilm 2 StaHium3

penilaian klinis. Janin yang mengalami hipoksik kronis dapat .dnffil


Txl.rlgli.a.t.:.-! ar Sangat waspqr
:

$a;'ili!per- ,
Le;su
,.=::l iletargi)
.] :i: 'r;$ngsan,$tu'
mengaiami retardasi pertumbuhan intrauteri tanpa tanda-tanda
,.;ruit1=,rl
-; ror);korna
. ::]
tradisional gawat janin (misalnya, bradikardia). Velosimetri lonil,+,,ppot .,NArmAl HipCIlonik F',lasid l:..-:'.
;,. :

bentuk gelombang umbilikalis melalui Doppler (memperlihat- Pn-s'tilr.=,,. l Noimal


,, Ftg,,qi1 ,.,-.',., .,...p€Steieli r
kan kenaikan tahanan vaskular janin, Gambar 8l-3) dan kor- Rentiftsrenaol Hiperaktif . Hiperaktif Tidak ada
dosentesis (memperlihatkan hipoksia janin) dapat mengidenti- kldilu* ::r:i,: ,,:..:.,
,. t.=,.
fikasi bayi hipoksik konis. Selanjutnya, kontraksi uterus me- li4lo..klode ',:rAda,. r Ada '.,:'::-, - -:

ngurangi oksigenasi umbilikalis, menekan kaldiovaskular Reflffi,,Moro KuiF!.. ' l,.ri arl i,- ,,....,.ii'o#a
iTid itda
,'

janin dan sistem saraf pusat, menghasilkan skor Apgar rendah eupit Mioria;1i' laiosiS:-,,: Tidak sama. :

ii;ii::::: r.r .
refleksii:::.:r::::i
, ':':,-i,,""
dan hipoksia pasca-lahir dalam kamar bersalin. ::: ::,::t i::,: :il,it . .::: :::::: i :j::r::
i;ii;:' ::e'thtr.iir:::,:,
, : :. i :.
ll::=,:j i, ..,:1 I
l::,:::=11
Hipoksia yang terjadi sesudah lahir, dapat merupakan
..:::::::::
::i ii] =1.=..,j.
.:l

Kejang-kejang ,ffidffi:;ad'., ldtirriti ya jeiek


akibat dari (1) anemia cukup berat, yang sampai menurunkan Eiektroense- X,Om ',
ren;
kandungan oksigen darah ke tingkat kritis, akibat perdarahan lfiiffi ,.,1''
:
" .t V,oltase
dah berubah
.

.
Deserebrasi
SupresltJ*,
berat atau penyakit hemolitik; (2) syok cukup berat, yang sam- :r.:.;ut64adi
''-: at1t, an sampal :
ril.:::::.. ,,
,i::::.:::::::t ';i .:,
pai mengganggu pengangkutan oksigen ke sel-sel vital, akibat ilvttas,kej#g.: isoetektriii'
''="i.,, .. Sejahg , ..,i,,::l: ::r:
ii,:::::,

perdarahan adrenal, perdarahan intraventrikular, infeksi yang |i]::::j:.:.::. ::;::::


j
.
.,-..
Lamanya i24 jam jika ,'24j:dsampAi
berlebihan, atau kehilangan darah masif; (3) kurangnya satu- :

ada kemaju-
.n,rr+llpl Beberapa hari
rasi oksigen arteria disebabkan gagal. terjadinya pernapasan :

an, yang lalJl


.
,.'::-.,s'Ainpaiib ebe;
yang adekuat pada pasca-lahir, akibat cacat, nekrosis atau jejas ii::. ii!=., i:
.,,.'ryu11glii ..l . rpa'rnin$gu'
pada orak; dan (4) kegagalan oksigenasi sejumlah darah yang ,::.it:ti:=., :t;i
itt,:
1
ii:r::::l:1:6'i4goOt*U-t '

adekuat akibat adanya bentuk penyakit jantung kongenital si-


| :::::.:]::j;1,]:::1..::::::::::

HAsi[:ffiifii: E k::t:rj,,; l.
t:.. 1i ,,1,..i.-;-1,

anosls atau defisiensi fungsi paru yang berat. ::


Bervariasi
::.:: ,:

,," Erdii&
PAT0FISIOLOGI DAN PATOLOGI. Dalam beberapa menir, :...-fisit5iiat
seCara keseluruhan akan terjadi bradikardia hipoksia, hipo-
tensi, curah jantung menurun, dan asidosis metabolik serta Dimodilikasi dari Surnat H, Sarnat M: Neonatul encephuloparhl
folktvrmg.fe.
respiratorik pada janin. Respons-awal sirkulasi janin adalah tal distress; A clinical and electroencephabgraphic stutly,. Arch. Neunil. -13.
656, I576. Cr,1,.yy1g7, I976 Americun |4,tli,aI A.s.t,tti,tri,,tt
menambah shunt melalui duktus venosus, duktus arteriosus,
dan foramen ovale dengan rumatan perfusi sementara ke otak,
jantung dan adrenal lebih diutamakan daripada paru (karena pada beberapa bayi yang menderira ensefalopati hipoksik_
adanya vasokonstriksi pulmonal), hati, ginjal, dan usus. iskemik berat. Perangsang asam amino dapat memainkan per-
Patologi hipoksia-iskemia bergantung pada organ yang ter- anan penting dalam patogenesis asfiksiajejas otak.
kena dan keparahan serangan. Selanjutnya. kongesti awal, ke- MANIFESTASI KLlNlS. Tanda hipoksia pada janin biasanya
bocoran cairan karena kenaikan permeabilitas kapiler, dan ditemukan beberapa menit sampai beberapa hari sebelum per-
pembengkakan sel endotel dapat menimbulkan tanda-tanda salinan. IUGR dengan kenaikan tahanan vaskular mungkin
neklosis koagulasi dan kematian sel. Kongesti dan petekie di- merupakan petunjuk pertama hipoksia janin. Frekuensi denyut
temukan pada perikardium, pleura, timus, jantung, adrenal dan jantung janin yang melambat, dan variabilitas dari denyut ke
meningen. Hipoksia intrauteri yang lama dapat mengakibatkan denyut menurun. Perekaman frekuensi jantung secara terus-
LPV dan hiperplasia otot polos arteriol, membuat bayi cende- menerus dapat menunjukkan pola perlambatan yang bervariasi
rung mengalami hipertensi pulmonal (Bab 87.7). Apabila ke- atau terlambat (penurunan tipe iI) (lihat Gambar 8l-4), dan
gawatan janin menyebabkan janin terengah- engah, kandungan analisis darah kulit kepala janin dapat menunjukkan pH ku-
cairan amnion (mekonium, skuama, rambut lanugo) teraspirasi rang dari 7,20. Asidosis terdiri dari beberapa tingkat kompo_
ke dalam trakea atau paru-paru. nen metabolik atau respiratorik. Terutama pada bayi yang
Sesudah lahir, kombinasi hipoksia janin kronis dan .je.jas mendekati usia cukup bulan, tanda-tanda ini akan mengakibat_
hipoksik-iskemik mengakibatkan neuropatologi spesifik sesu- kan pemberian oksigen kadar-tinggi pada ibu dan melakukan
ai umur kehamilan. Bayi cukup bulan memperlihatkan nekro- persalinan segera untuk menghindarkan kematian janin atau
sis neuron korteks (nantinya, atrofi korteks) dan jejas iskemia cedera sistem saraf pusat.
parasagital. Bayi preterm memperagakan LPV (nantinya, di- Pada persaLinan, adanya cairan amnion yang tercampur
plegia spastik), status marmoratus ganglia basalis, dan pIV. mekonium dan berwarna kuning, merupakan bukti bahwa te-
Bayi cukup bulan, lebih sering daripada bayi preterm, mem- lah terjadi kegawatan janin. Pada saat lahir bayi ini seringkali
perlihatkan infark korteks setempat atau multifokal yang mengalami depresi, dan gagal bernapas secara spontan. Sela-
menghasilkan kejang-kejang setempat (fokal) dan hemiplegia. ma beberapa jam berikutnya mereka dapat tetap hipotonia,
Infark paling baik dilihat melalui CT scan atau MRL Di sam- atau berubah dari hipotonia ke hipertonia ekstrim, atau to-
ping lesi setempat, CT scan dapat memperlihatkan adanya pe- nusnya dapat tampak normal (Tabel 84-2). pucat, sianosis, ap_
nurunan difus pada proses penipisan jaringan. Edema otak nea, frekuensi jrintung lambat dan tidak memberikan ,"rpon,
yang mengakibatkan kenaikan tekanan intrakranial terjadi terhadap rangsangan juga merupakan tanda-tanda ensefalopati
85 I Gawat Daiurat Kamar Bersalin 583

hipoksik-iskemik. Ederr,a otak dapat timbul pada 24 jam Hagberg H, Thornberg E, Blennow M, et al: Excitatory amino acids in the
cerebrospinal fluid of asphyxiated infants: Relationship to hypoxic-
berikutnya dan mengakibatkan depresi batang otak yang berat. ischemic encephalopathy. Acta Paediatr 82925, 7993.
Selama waktu ini dapat terjadi aktivitas kejang yang, mungkin, Jongmans M, Henderson S, de Vries L, et al: Duration of periventricular den-
berat; dan kejang ini refrakter terhadap dosis biasa antikon- sities in preterm infants and neurological outcome at 6 years of age. Arch
vulsi. Lora-zepam (0,05-0,1 mg/kg, IV) dapat digunakan sela- Dis Child 69:9, 1993.
Legido A: Perinatal hypoxic ischemic encephalopathy: Recent advances in di-
ma kejang akut, sedangkan untuk mensupresi kejang secara
agnosis and treatment. Int Pediatr 9:114,1994.
terus-menerus mungkin memerlukan dosis-pembebanan IV MacKinnon JA, Perlman M, Kirpalani H, et al: Spinal cord injury at birth: Di-
20-25 mg/kg fenobarbital atau 20 mg/kg fenitoin. Walaupun agnostic and prognostic data in twenty-two patrents. J Pediatr 122:431.
sebagian besar kejang sering merupakan akibat dari ensefalo- r 993.
Ment LR, Oh W, Ehrenkranz RA, et al: Low-dose indomethacin and preven-
pati hipoksik-iskemik, kejang pada bayi baru lahir yang meng-
tion of intraventricular hemorrhage: A multicenter randomized trial. Pedi
alami asfiksia dapat juga disebabkan hipokalsemia dan atrics 9l:543, I 994.
hipoglikemia. Mizrahi EM: Clinical diagnosis and management of neonatal seizures. lnt Pe-
Di samping disfungsi sistem saraf pusat, gagal jantung ko- dlalr 9:94, 1994.
Nocon JJ, McKenzie DK, Thomas LJ, et al: Shoulder dystocia: An analysis of
ngestif dan syok kardiogenik, hipertensi pulmonal menetap
risks and obstetric maneuvers. Am J Obstet Gynecol 168:I'732,1993.
(sirkulasi janin persisten), sindrom kegawatan pernapasan, Rehan VK, Seshia MMK: Spinal cord birth injury-diagnostic difficulties.
perforasi saluran pencernaan, hematuria, dan nekrosis tubular Arch Dis Child 69:92. 1993.
akut.juga menyertai asfiksia perinatal (lihat Tabel 84-1). Reynolds EOR: Prevention of periventricular hemorrhage. Pediatrics 93:677.
t994.
Hipoksia sesudah persalinan terjadi akibat gagalnya perna-
Rogers B, Msall M, Owens T, et al: Cystic periventricular leukornalacia and
pasan dan insufisiensi sirkulasi (Bab 87). type of cerebral palsy in preterm infants. J Pediatr i25:SI, 1994.
PROGNOSIS. Hasil akhir asfiksia perinatal bergantung pada Roth SC, Baudin J, McCormick DC, et al: Relation between ultrasound ap-
pearance of the brain of very preterm infants and neurodevelopmental im-
apakah komplikasi metabolik dan kardiopulmonalnya (hipok-
pairment at eight years. Dev Med Child Neurol 35755,1993.
sia, hipoglikemia, syok) dapat diobati, pada umur kehamilan Schullinger JN: Birth trauma. Pediatr Clin North Am 40:1351, 1993.
bayi (hasil akhir paling jelek jika bayi preterm), dan pada ting- Ventriculon.regaly Trial Croup: Randomised trial of early tapping in neonatal
kat keparahan ensefalopati hipoksik-iskemik. Ensefalopati be- posthaemorrhagic ventricular dilatation: results at 30 months. Arch Drs
Child 70:F129, 1994.
rat (stadium 3, lihat Tabel 84-2), ditandai dengan koma flasid,
Volpe JJ: Brain injury caused by intraventricular hemorrhage: is indomethacin
apnea, refleks okulosefalik tidak ada, kejang refrakter, dan pe- the silver bullet for prevention? Pediatrics 93:6'73, 1994.
ngurangan penipisan korteks yang nyata pada CT scan, dihu-
bungkan dengan prognosis yang jelek. Skor Apgar rendah pa-
da menit ke-20, tidak ada respirasi spontan pada usia 20 menit,
dan menetapnya tanda-tanda kelainan neurologis pada usia 2
minggu juga meramalkan kematian atau adanya defisit kogni-
tif dan motorik yang berat.
I Bee 85
Kematian otak pasca-ensefalopati hipoksik-iskemik neona- Gawat Darurat Kamar Bersalin
tus didiagnosis dengan penemuan-penemuan klinis, yaitu ko-
ma yang tidak responsif terhadap rangsang nyeri, pendengaran
atau penglihatan; apnea dengan kenaikan PCOz dari 40 sampai
lebih dari 60 mmHg; dan refleks batang otak tidak ada (pupil,
Keadaan gawat darurat yang paling sering dan paling pen-
okulosefalik, okulovestibular, kornea, menyumbat, mengisap).
Keadaan ini harus terjadi bila tidak ada hipotermia, hipotensi,
ting dihubungkan dengan bayi baru lahir dalam kamar bersalin
adalah kegagalan memulai dan mempertahankan pernapasan.
dan kenaikan kadar obat-obat depresan (misalnya, fenobarbi-
Yang kurang sering terjadi, tetapi kepentingannya besar, ada-
tal). Tidak adanya aliran darah serebral pada scan radionuklid
dan aktivitas listrik pada EEG (elektroserebral tenang) diamati
lah syok, anemia berat (Bab 89.1), pletora (Bab 89.4), kon-
secara tidak tetap pada bayi neonatus yang mengalami kemati-
vulsi (Bab 543.5), dan manajemen malformasi kongenital
yang mengancam jiwa (Bab 83).
an otak secara klinis. Menetapnya kriteria klinis selama 2 hari
pada bayi cukup bulan dan 3 hari pada bayi preterm meramal- KEGAWATAN DAN KEGAGALAN PERNAFASAN. Gangguan
kan kematian otak pada kebanyakan bayi baru lahir yang me- pernapasan pada bayi baru lahir dapat dikategorikan, baik se-
ngalami asfiksia. Namun, tidak ada kesesuaian universal me- bagai kegagalan sistem saraf pusat, yang menggambarkan de-
ngenai definisi kematian otak neonatus. Pertimbangan untuk presi atau kegagalan pusat pernapasan; ataupun kesukaran
menghentikan alat-alat pe,ndukung kehidupan harus dibahas pernapasan perifer, yang menunjukkan adanya gangguan
dengan keluarga, tim perawat kesehatan, dan jika ada ketidak- pertukaran oksigen dan karbondioksida di dalam alveolus. Si-
sesuaian, juga dibahas dengan komite etik. Perhatian pada anosis terjadi pada kedua kelompok tersebut (lihat Tabel 83-
bayi yang paling baik meliputi pertimbangan mengenai man- 1). Masalah pernapasan tersering yang ditemukan di kamar
faat dan bahaya rnelanjutkan terapi serta menghindari terapi bersalin adalah masalah obstruksi jalan napas dan depresi
yang sia-sia tanpa memandang adanya mati otak. sistem sarafpusat tanpa adanya upaya pernapasan yang cukup.
Bila pada kegawatan pernapashn ditemui adanya upaya
pernapasan yang baik, hal ini akan segera membawa pemikir-
Cordcs l. Roland EH. Lupton BA. er al: Early predicrion of the development an pada penyebab perifer; kegawatan ini merupakan indikasi
of microcephaly after hypoxic-ischemic encephalopathy in the full+erm
newbom. Pediatrics 93:703, 1994.
untuk melakukan pemeriksaan roentgen dada, jika ini semua
memungkinkan.
584 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

Jika gerakan pernapasan dilakukan dengan mulut tertutup Hipoksia pranatal atau perinatal apapun penyebabnya.
tetapi bayr gagal memindahkan udara ke dalam dan ke luar jika cukup berat, akan menyebabkan depresi batang otak dan
paru, maka harus dicurigai adanya atresia koana bilateral apnea sekunder, yang tidak responsif terhadap rangsangan
tBab 325) atau obstruksi lain pada saluran pernapasan atas. sensoris. Kematian karena apnea dapat dicegah dengan resusi-
Mulut harus dibuka, dan mulut serta faring posterior dibersih- tasi, asalkan penyebab dasar hipoksia dapat dilenyapkan da
kan dari sekret dengan isapan halus. Jalan napas orofaring ha- lam waktu yang rasional selama pernapasan buatan dilakukan.
rus ditelusuri dan sumber obstruksi segera dicari. Jika aliran jika perlu, tetap dilakukan. Pemijatan jantung eksterna, ko-
pernapasan efektif dengan cara membuka mulut dan member- reksi asidosis, dan dukungan sirkulasi dengan obat-obaran da-
sihkan jalan napas tidak berhasil, laringoskopi merupakan in- pat merupakan tambahan penting terhadap ventilasi.
dikasi. Dengan adanya malformasi obstruktif pada epiglotis, RESUSITASI, Tujuan resusitasi pada neonarus adalah
laring, atau trakea; miika pipa endotrakea harus dimasukkan; mencegah morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan.;e-
rntubasi endotrakea atau trakeostomi mungkin diperlukan. Ke- jas jaringan hipoksik-iskemik (otak, jantung, ginjal) dan untuk
gagalan pernapasan akibat depresi atau jejas sistem saraf pusat membina kembali pernapasan yang spontan dan curah jantung
memerlukan ventilasi artifisial terus-menerus dengan inasker yang adekuat. Keadaan risiko-tinggi harus diantisipasi melalui
atau kantong muka atau melalui pipa endotrakea. riwayat kehamilan, kelahiran, dan persalinan, serta dengan
Hipoplasia mandibula (sindrom Pieme Robin) (Bab 257) mengidentifikasi tanda-tanda kegawatan janin. Walaupun skor
dengan perpindahan lidah ke posterior dapat mengakibatkan Apgar membantu dalam mengevaluasi penderita yang membu-
gelala-gejala yang serupa dengan gejala-gejala atresia koana, tuhkan perhatian, bayi yang dilahirkan lemah, sianosis, apnea,
yang untuk sementara dapat dilegakan dengan cara menarik li- atau nadinya tidak teraba memerlukan resusitasi segera sebe-
dah ke depan. Perut skafoid memberi kesan hernia diafrag- lum penilaian skor Apgar I menit. Upaya resusitasi yang cepar
matika atau elevasi diafragma ke dalam toraks, seperti dan tepat mungkin dapat meningkatkan usaha pencegahan ce-
halnya kontur atau gerakan asimetri dada atau pergeseran im- dera otak dan mencapai hasil yang memuaskan.
puls apeks jantung; manifestasi kedua ini sesuai dengan pneu- Segera sesudah lahir bayi neonatus yang mengalami asfik-
motoralis tekanan. sia harus ditempatkan di bawah pemanas radian (untuk
nrenghindari hipotermia), dalam keadaan kering, posisi kepala
Penyebab kesukaran pernapasan perifer dibahas pada Bab
ke bawah dan sedikit ekstensi, jalan napas dibersihkan dengan
81.
pengisapan, dan diberi rangsangan taktil yang lembul (pemu
KEGAGALAN MEMULAI ATAU MEMPERTAHANKAN PERNA.
kulan kaki, penggosokan punggung). Secara bersamaan. war-
PASAN. Biasanya berasal dari sistem saraf pusat akibat asfik-
na, frekuensi jantung, dan upaya pernapasan bayi harus dinilar.
.ia; imaturitas sendiri jarang merupakan faktor penyebab, Langkah-langkah pada resusitasi neonatus mengikuti ABC
kecuali pada bayi yang berat badannya kurang dari 1000 g, di bawah ini: A, mengantisipasi dan membina jalan napas (air
Masalah intrapulmonal, seperti hipoplasia paru yang terkait ways) yang paten (terbuka) dengan pengisapan dan jika perlu,
dengan sindrom Potter dan pneumonia intrauteri berat yang
tercrganisasi, kadang-kadang dapat mengakibatkan ventilasi
melakukan intubasi endotrakea; B, memulai pernapasan
(breathing) dengan rangsangan taktil atau ventilasi tekanan po-
yang jelek terus-menerus. Paru-paru pada bayr ini sangat tidak
sitif dengan kantong dan masker atau melalui pipa endo-
mampu dan upaya untuk memulai pernapasan mungkin tidak
trakea; C, mempertahankan sirkulasi (circulation) dengan
cukup untuk memulai ventilasi yang cukup.
kompresi dada dan obat-obat, jika diperlukan.
Narkosis bayi merupakan akibat dari dosis berat morfin, Jika tidak ada pernapasan atau jika frekuensi jantung di ba-
Demerol, barbiturat, reserpin atau tranquilizer yang diberikan wah 100/menit, ventilasi tekanan positif dengan oksigen 100%
pada ibu segera sebelum persalinan atau dari anestesia ibu
diberikan melalui masker muka yang pas.dan kantong selama
yang diberikan selama stadium kedua kelahiran. Bayi menjadi
15-30 detik. Walaupun pernapasan pertama mungkin memer-
sianosis dan hipotonis pada saat lahir dan lambat untuk mena- lukan tekanan serendah 15-20 cm HzO, tekanan setinggi 30-40
ngis atau bernapas; ketika pernapasan telah berlangsung/berha-
cm HzO bisa diperlukan. Pernapasan selanjutnya diberikan de-
sil, pernapasan ini berlangsung sangat lambat.
ngan frekuensi 40-60/menit, dan tekanan 15-20 cm H2O. paru-
Narkosis harus dihindari dengan menggunakan pemakaian paru yang kaku dan tidak lentur akibat penyakit membran hi-
analgesik dan anestesi yang tepat. Pengobatan meliputi perang- alin, pneumonia kongenital, atau aspirasi mekonium memerlu-
sangan frsik dan menjamin jalan napas tetap terbuka. Jika ven- kan tekanan yang lebih tinggi (20-40 cm H2O). Ventilasi yan,e
tilasi efektif tidak dapat dimulai, pernapasan artifisial dengan berhasil ditentukan oleh pengembangan dada yang baik, suara
masker dan kantong harus dilakukan. Pada saat yang sama, ji- pernapasan simetris, warna merah muda membaik, frekuensi
ka terjadi depresi karena morfin atau derivatnya, Narcan (na- 'jantung lebih besar dari 100/menit, pernapasan spontan, dan
lokson hidrokhlorid), 0,1 mg/kg, harus diberikan secara intra- tonus membaik.
vena, subkutan, intratrakea, atau intramuskular dan diulangi Jika ada riwayat pemberian obat narkotik analgesik pada
setiap 2-3 menit jika diperlukan. Ventilasi sangat penting dila- |bu, IVarcan (nalokson, 0, I mg/kg, diberikan melalui subkutan,
kukan sebelum dan selama pemberian antidotum ini. Jika de- intramuskular, intravena, atau intratrakea) diberikan sementara
presi disebabkan oleh anestesi atau analgesik lainnya, perna- ventilasi yang adekuat dipertahankan. Pernapasan bayi yang
pasan artifisial harus dilanjutkan sampai bayi mampu memper- depresi harus tetap diperlahankan sampai dilaporkan ada res-
tahankan ventilasi. Obat-obat yang menstimulasi sistem saraf pons terhadap Narcan. Pengamatan secara terus-menerus pada
pusat tidak boleh digunakan karena obat-obat ini tidak efektif bayi penting dilakukan karena dosis ulangan Narcan mungkin
dan dapat membahayakan. diperlukan. Jika frekuensi jantung tidak membaik sesudah l5-
85 a Gawat Darurat Kamar Bersalin 585

30 detik dengan kantong dan masker ventilasi (atau endotra- bayi dengan syok berat yang tidak memberikan respons terhi'
kea) dan tetap di bawah 60/menit atau jika frekuensi kurang dap dopamin dan dobutamin.
dari S0/menit dan tidak ada peningkatan, ventilasi diteruskan Tingkat asfiksia yang kur-ang berat biasanya dapat diper-
dan kompresi dada dengan dua jari dimulai pada sepertiga ba- baiki dengan ventilasi kantong dan masker oksigen l00o/o da
wah sternum dengan fiekuensi l2Oimenit. Rasio kompresi ter- lam kurun waktu yang tidak lama. Kompresi dada dan obar-
hadap ventilasi adalah 3:1. Bradikardia pada bayi neonatus obatan tidak diperlukan pada kebanyakan neonatus yang men-
biasanya karena hipoksia akibat dari berhentinya pernapasan derita depresi lahir ringan sampai berat. Tanpa memandang
dan sering responsif terhadap pemberian ventilasi dengan oksi- keparahan asfiksia atau responsnya terhadap resusitasi, bayi
gen I00Vo. Bradikardia yang menetap walaupun diberikan yang mengalami asfiksia harus dipantau dengan ketat akan
ventilasi dengan oksigen 100% memberi kesan adanya gang- adanya tanda-tanda jejas jaringan hipoksik-iskemik multiorgan
guan jantung yang lebih berat atau teknik ventilasi tidak (lihat Tabel 84-1).
adekuat. Respons yang jelek terhadap ventilasi mungkin kare- SYOK. Insufisiensi sirkulasi dapat muncul pada saat lahir
na masker longgar, posisi jalan napas jelek, intubasi intraeso- akibat perdarahan interna; perdarahan janin selama kehamilan,
f'agus, obstruksi jalan napas, tekanan tidak cukup, efusi pleura, kelahiran, atau persalinan (misalnya, sindrom transfusi fetofe-
pneumotoraks, ada udara yang berlebihan di dalam lambung, tal atau fetomaternal); perdarahan dari sirkulasi janin akibat
asistol hipovolemia, hernia diafragmatika, atau asfiksia intra- robekan plasenta saat amniosentesis; perdarahan berlebihan
uteli yang lama. dari talipusat yang putus atau robek; atau anemia hemolitik be-
lntubasi entlotrakea harus dilakukan oleh orang yang ber- rat. Manifestasi klinisnya meliputi tanda-tanda kegawatan per-
pengalaman pada setiap bayi yang tidak memberikan respons napasan, sianosis. pucat, f'lasiditas. kulit dingin berbintik-
terhadap ventilasi kantong dan masker atau yang dilahirkan bintik, takikardia atau bradikardia. hepatosplenomegali, dan
dengan apnea, nadi tidak teraba, sianosis, dan lemah dengan yang jarang, konvulsi. Edema dan hepatosplenomegali dapat
tanda-tanda kegawatan janin.
juga memberi kesan hidrops foetalis atau gagal .lantung kon-
gestif tanpa syok. Syok dari rnfeksi yang berlimpah juga dapar
Obat harus diberikan bila frekuensi jantung kurang dari
dijumpai sesudah lahrr.
80/menit pasca-kombinasi ventilasi dan kompresi dada selama
Pengobatan pendukung dengan darah tipe O, Rh negatif.
30 detik atau selama asistol. Biasanya vena umbilikalis dapat
plasma, atau larutan elektrolit melupakan indikasi pada hipo-
dengan mudah dikanulasi dan harus segera digunakan untuk
volemia. Oksigen harus diberikan dan asidosis metabolik di-
memberikan obat-obatan, glukosa dan volume ekspander sela-
koreksi dengan natrium bikarbonat. Agen p-simpatomimetik.
ma resusitasi neonatus. Epinefrin (0,1-0,3 ml/kg larutan
seperti dopamin atau' dobutamin, mungkin diperlukan untuk
l:10.000, intravena atau intratrakea) diberikan selama asistol
mendukung curah jantung dan tekanan darah. Diagnosis dan
atau saat gagal memberikan respons terhadap resilsitasi kombi-
pengobatan eritroblastosis foetalis dibahas dalam Bab 89.2.
nasi 30 detik. Dosis dapat diulangi setiap 5 menit. Jika tidak
Jika ada infeksi, antibiotik yang tepat harus dimplai sesegera
ada respons, beberapa pakar menganjurkan untuk mengguna-
mungkin.
kan 5 sampai 10 kali dosis epinefrin baku. Sepuluh sampai 20
Sesudah cara-cara pendukung dapat menstabilkan keadaan
ml/kg volume ekspander (salin normal, darah, albumin 5%, bayi, diagnosis spesifik harus ditegakkan dan kesinambungan
Ringer laktat) harus diberikan pada bayi yang hipovolemia,
pengobatan yang tepat harus diberikan.
pucat, disosiasi elektrik mekanik (nadi lemah dengan frekuensi
jantung normal), mempunyai riwayat kehilangan darah, dicuri-
gai mengalami syok septik, hipotensi, atau memberikan res-
pons yang jelek terhadap resusitasi. Natrium bikarbonat (1-2 Aylward GP, Pfeiffer SI, Wright A, et al: Outcome studies of low birth weighr
mEq/kg, 0,5 mEq/ml larutan 4,2Va)harus diberikan perldhan- infants published in the last decade: A meta analysis J Pediatr 115:515.
lahan (1 mEq/kg/meni$ jika dijumpai ada asidosis metabolik I 989
Blair E, Stanley FJ: Intrapartum asphyxia: A rare cause of cerebral palsy. J
dan resusitasinya lama. Natrium bikarbonat harus diberikan Pediatr I l2:515. 1988.
sesudah ventilasi efektif dicapai, karena terapi demikian dapat Catlin EA, Carpenter MW, Brann BS IV, et al: The Apgar score revisited: ln-
menaikkan COz darah, menimbulkan asidosis respiratorik. Pe- fluenca ofgestational age. J Pediatr 109:865, 1986.
Davis DJ: How aggressive should delivery room cardiopulmonary resuscita-
mulihan oksigenasi dan perfusi jaringan merupakan pengobat-
tion be for extremely low birth weight neonates? Pediatrics 92:.44'7 , 7993
.

an utama asidosis metabolik akibat asfiksia. Emergency Cardiac Care Committee and Subcommittees, American Hearl As-
Asfiksia berat juga dapat menekan fungsi miokardium, me- sociation: Guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency car-
diac care. Neonatal resuscitation. JAMA268:2276. 1992.
nyebabkan syok kardiogenik walaupun frekuensi jantung dan
Lees M, King D: Cyanosis in the newborn. Pediatr Rev 9:36, 1987.
pernapasan pulih kembali. Dopamin atau dobutamin diberikan Marrin M, Paes BA: Birth asphyxia: Does the Apgar score have diagnostic
dalam infus terus-menerus (5-20 pglkgimenit) dan volume ek- value? Obstet Gynecol 72:120, 1988.
spander harus dimulai sesudah upaya resusitasi awal untuk Perlman JM, Tack ED, Martin T, et al: Acute systemic organ injury in term
infants after asphyxia. dm J Dis Child 143617, 1989.
memperbaiki curah jantung pada bayi yang perfusi perifernya Wimmer.IE: Neonatal resuscitation. Pediatr Rev 15:255. 1994.
jelek, nadi 1emah, hipotensi, takikardia dan curah urin jelek.
Epinefrin (0,1 pglkgimenit) dapat diindikasikan untuk bayi-
586 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

Berbeda dengan konsep cacat primer tunggal pada perkem-

T Bne 86 bangan, petunjuk sindrom maformasi multipel digunakan bila


beberapa cacat struktural yang diamati semuanya diketahui
atau diduga mempunyai etiologi yang sama. Cacat biasanya
Dismorfologi meliputi sejumlah kesalahan anatomis dalam morfogenesis.
Sindrom malformasi multipel disebabkan oleh kelainan kro-
mosom, oleh teratogen, dan oleh cacat gen tunggal yang di-
Kenneth Lyons Jones
wariskan dalam pola Mendel. fusiko perulangan berkisar dari
Bidang dismorfblogi telah berkembang secara dramatis ka- 0 pada kasus yang mewakili mutasi gen baru atau yang dise-
rena jumlah pola malfbnnasr yang dapat dikenali telah lebih babkan oleh teratogen, sampai l00Va pada kasus anak dengan
dari tiga kali selama 25 tahun terakhir. Pengertran baru telah sindrom Down yang ibunya adalah karier translokasi 2l/21 se-
ditambahkan pada patogenesis berbagai cacat struktural; pe- imbang (Bab 67).
ngaruh potensial dari berbagai obat-obatan, bahan kimia, dan CACAT PERKEMBANGAN PRIMER TUNGGAL. Cacat ini di-
agen lingkungan terhadap masa pranatal telah dimengerti lebih subkelompokkan sesuai dengan sifat kesalahan morfogenesis
baik; dan jumlah cacat yang mungkin ditemukan pada masa yang menghasilkan cacat struktural yang tampak: malformasi,
pranatal telah meningkat. Karena jumlahnya sangat besar, daf- deformasi, atau gangguan perkembangan struktur. M a$o rmas i
tar dari semua pola malformasi yang diketahui dapat dikenali adalah cacat struktural primer yang berasal dari kesalahan
tidak akan disajikan. Lebih jauh lagi, bab ini memaparkan cara morfogenesis setempat. Defonnasi- adalah perubahan dalarit
pendekatan ke anak yang menderita cacat struktural sejak bentuk dan struktur bagian yang telah berdiferensiasi normal.
masa pranatal. Pendekatan didasarkan pada konsep bahwa sifat Isttlah disrupsl digunakan untuk cacat strukrural akibat
cacat struktural memberi pStun3uk Waktu mulainya, mekanis- penghancuran bagian yang sebelumnya telah terbentuk secara
me jejas dan kemungkinan etiologi masalah, dimana semuanya normal.
rtu menentukan perlu tidaknya evaluasi. Pendekatan ini me- Malformasi. Kebanyakan anak dengan malfonnasi terlo-
mungkinkan penyempitan sistematik diagnosis sehingga seksi kalisasr seperti cacat septum jantung atau stenosis pilorus se-
lain d.ii buku ini atau salah satu.r'ingkasan dasar mengenai cara keseluruhan normal sempurna. Sesudah koreksi pembe-
dismorfologi dapat digunakan untuk membuat diagnosis spesi- dahan, prognosis menjadi sangat baik. Bila sifat pewarisan
fik. dominan atau resesif tidak dipastikan, faktor risiko perulangan
multifaktoral (2-5Vo) berlaku pada orang tua yang ridak
Cacat struktural yang mulai saat pranatal dapat dipisahkan
terke na.
menjadi yang mewakih cacat primer tunggal pada perkem-
Deformasi. Kebanyakan deformasi melibatkan sisrem mus-
bangan dan yang mewakilr sindrom malformasi multipel. Pada
kuloskeleton dan mungkin disebabkan oleh pembentukan (pen-
kebanyakan kasus, cacat hanya melibatkan struktur tunggal,
cetakan) intrauteri. Tekanan yang menghasilkan pencetakan
sedangkan keadaan anak secara keseluruhan normal. Tujuh ca-
demikian bisa bersifat intrinsik, akibat ketidakseimbangan
cat primer tunggal yang paling lazim terjadi pada perkembang-
neuromuskular dalam janin; atau bisa ekstrinsik, akibat janin
an :dalah dislokasi pinggul kongenital (Bab 627.1), talipes berdesakan. Pada salah satu kasus, gangguan pada kemampu-
equinovarus (Bab 623-624), celah bibir dengan atau tanpa ce-
an janin untuk menendang mengakibatkan berkurangnya ge-
lah palatum (Bab 256), celah palatum saja (Bab 256), cacat se-
rakan janin, faktor yang penting pada perkembangan sistem
kat jantung (Bab 286.5), stenosis pilorus (Bab 275.1), dan ca-
muskuloskeleton normal, terutama berkenaan dengan perkem-
cat pada penutupan pipa saraf (Bab 542.1). Sebagian besar eti-
bangan sendi yang normal. Lagipula, deformasi posisi yang
ologinya belum diketahui, dan nasihat mengenai risiko per-
mencolok pada setiap bagian rubuh dapat terjadi ketika janin
ulangan adalah sukar. Namun, kebanyakan cacat primer tung-
tidak mampu mengubah posisi, sehingga akan mengubah arah
gal drjelaskan atas dasar pewarisan multifaktorial (Bab 66),
yang secara potensial dapat menimbulkan tekanan sewaktu pe-
yang membawa risiko perulangan antara 2Vo dan 57o untuk
rubahan itu berlangsung.
anak berikutnya dari orang tua (tidak terkena) yang satu
Secara instrinsik deformasi posisional yang mulai pada
anaknya terkena.
masa pranatal muncul pada gangguan yang melibatkan dege,
Masih belum jelas, sampai seberapa jauh tingkat pewarisan nerasi otot, seperti sindrom distrofi miotonik Steinert; dan
multifbktorial turut menjadi etiologi beberapa cacat tunggal gangguan yang melibatkan neuron motorik, seperti penyakit
yang kurang lazim dalam proses perkembangan. Pada kenya- Wrednig-Hoffmann (Bab 563.2). Cacat awal pada perkem-
taannya, cacat primer tunggal yang etiologinya heterogen me- bangan sistem saraf pusat merupakan penyebab deformasi po-
nunlukkan bahwa beberapa cacat tersebut mempunyai etiologi sisional yang lebih lazim dan harus secara serius dipikirkan
lingkungan, dan cacat lainnya adalah akibat perubahan pada bilamana cacat struktural itu diduga berasal instrinsik.
gen tunggal yang diwariskan secara dominan atau resesif. Kra- Janin yang berdesak-desakan, adalah penyebab deformasi
niosinostosis (Bab 542.12) yang diakibatkan karena ketidakle- ekstrinsik yang lazim terjadi pada pranatal, biasanya akibar
luasaan di dalam uterus merupakan contoh dari yang pertama, berkurangnya volume cairan amnion, suatu situasi yang nor-
sedangkan polidaktili postaksial (Bab 630.7) menggambarkan mal terjadi selama minggu-minggu akhir kehamilan ketika
yang kedua. Sebelum gambaran risiko multifaktorial diguna- janin sedang mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Na-
kan untuk menasihati ketika cacat primer tunggal dikenali, ru- mun, berkurangnya volume cairan amnion ini juga terjadi se_
jukan harus dikonsultasikan untuk menentukan apakah ada cara abnomal pada penurunan curah urin janin dan kebocoran
gambaran risiko lainnya. cairan amnion.
86 I Dismorfologi 587

Faktor-faktor ekstrinsik lain yang dihubungkan dengan


perkembangan deformasi adalah presentasi bokong dan bentuk
rongga amnion. Bila janin ada pada posisi bokong, kaki dapat
terperangkap antara tubuh dan dinding uterus. Pada posisi ter-
sebut, janin tidak mampu menendang secara optimal, menga-
kibatkan penambahan 10 kali lipat insidens deformasi. Bentuk
rongga amnion, yang sangat mempengaruhi bentuk janin di
dalamnya, dipengaruhi oleh banyak faktor, meliputi bentuk
uterus; volume cairan amnion, ukuran dan bentuk janin; ada-
nya janin yang lebih dari satu; tempat plasenta tertanam; ada-
nya tumor uterus; bentuk rongga abdomen yang dipengaruhi
oleh pelvis, promontorium sakrum, dan organ-organ abdomen
di sebelahnya: serta keketatan/kerapatan otot-otot perut.
Berbagai bentuk talipes dan dislokasi pinggul merupakan
deformitas postural kongenital yang paling sering ditemukan.
Kebanyakan anak yang menderita deformitas ini, secara kese-
luruhan tampak normal, dan prognosisnya sangat baik. Ko-
reksi biasanya terjadi secara spontan. Namun, pengetahuan
bahwa cacat struktural mewakili suatu deformasi tidak selalu
menyatakan bahwa desak-desakan janin tersebut "normal",
dan harus menimbulkan pemikiran yang cermat akan adanya
kemungkinan etiologi lain yang, mungkin, mempunyai arti t#

yang jauh lebih besar pada anak. Misalnya, karena berku-


Gambar 86-1 Rangkaian deformasi bokong
rangnya gerakan janin dapat merupakan akibat dari kelainan
neurologis yang serius, kontraktur sendi multipel harus mem-
buat dokter waspada terhadap kemungkinan adanya malfor-
masi perkembangan sistem saraf pusat. Walaupun dislokasi
Faktor genetik memainkan peran kecil pada patogenesis
pinggul dan talipes kongenital mempunyai risiko kejadian pe-
disrupsi; kebanyakan merupakan kejadian-kejadian yang spo-
rulangan 2-5V0, kebanyakan deformasi adalah akibat desakan
radik pada keluarga yang, anggota keluarganya yang lain nor-
lisiologis dan mempunyai risiko kejadian ulang yang lebih
mal. Prognosis cacat disrupsi ditentukan seluruhnya oleh luas
rendah. Deformasi yang disebabkan oleh desakan patologis
dan lokasi hilangnya jaringan. Dengan demikian anak dengan
(misalnya, tumor atau malformasi uterus) mempunyai risiko
amputasi tungkai mempunyai prognosis yang sangat baik un-
perulangan yang lebih tinggi kecuali bila faktor-faktor penye-
tuk berfungsi normal, sedangkan anak dengan porensefalus ti-
bah desakan dihilangkan sebelum kehamilan berikutnya. De-
dak.
formasi yang merupakan akibat dari malformasi yang sudah
Rangkaian (Sequence). Poia anomali multipel yang rerjadi
ada (misalnya, agenesis ginjal) mempunyai risiko perulangan
ketika cacat primer tunggal pada awal proses morfogenesis
serupa dengan malformasi yang mendasarinya.
menimbulkan banyak kelainan melalui proses bertingkat-
DISRUPSI. Cacat ini terladi bila ada penghancuran bagian- tingkat, yaitu kesalahan sekunder dan tersier dalam morfo-
bagian yang sebelumnya telah terbentuk secara norrnal. Seku- genesis, disebut rangkaian. Apabiia mengevaluasi anak yang
rang-kurangnya ada dua mekanisme dasar yang diketahui da- menderita anomali multipel, dokter harus membedakan antara
pat menimbulkan disrupsi. Mekanisme pertama melibatkan be- anomali multipel akibat satu kesalahan setempat dalam morlb-
litan yang disertai dengan robeknya suatu bagian atau ampu- genesis (sequence') dan sindrom malformasi multipel. Pada
tasi dari struktur yang telah berkembang secara normal, bia- yang pertama, nasihat risiko berulangnya anomaii multipel se,
sanya jari, lengan, atau tungkai bawah, dengan helai-helai am- luruhnya bergantung pada risiko berulangnya satu malformasi
nion yang mengambang di dalam cairan amnion (yaitu pita- setempat.
pita amnion) (Bab 81). Mekanisme kedua melibatkan ganggu- Kata-kata malformasi, deformasi, dan rangkaian disrupsi
an suplai darah ke bagian yang sedang berkembang menye- hanya digunakan untuk menggambarkan kesalahan-mula pada
babkan infark, nekrosis, dan/atau resorpsi pada struktur sebe- rangkaian morfogenesis, jika diketahui. Misalnya, rangkaian
lah distal dari bagian yang terkena. Jika gangguan suplai darah malformasi Robin (Bab 257) merupakan pola anomali multi-
terjadi pada awal kehamilan, cacat disrupsi yang ditemukan pel, yang semuanya dihasilkan oleh cacat tunggal pada per-
pada saat lahir cukup bulan biasanya melibatkan atresia atau kembangan yang dimulai pada masa perinatal, yaitu hipoplasia
titrak adanya suatu bagian tertentu. Jika rnfark terjadi bela- mandibula. Karena lidah relatif kecil untuk rongga mulut, li-
kangan, lebih mungkrn terjadr nekrosis. Contoh cacat primer dah jatuh ke belakang (glossoptosis) memblokade penutupan
tunggal disrupsi yang melibatkan mekanisme infark adalah lempeng palatum posterior dan menyebabkan celah palaturn
atresia usus non-duodenal, gastroskisis (Bab 318), dan poren- bentuk-U. Pengenalan bahwa semua cacat yang ditemukan di-
sefalus (Bab 542). Luasnya disrupsi pada struktur yang sedang sebabkan oleh kdi;alahan setempat tunggal memungkinkan
berkembang serta perannya pada dismorfogenesis belum dike- pemberian nasihat mengenai risiko perulangan berdasarkan
tahui, cacat tunggal.
588 BAGIAN Xl ll Janin dan Bayi Neonatus

perkembangan men;adi searah dengan kekuatan yang berpo-


tensi merusak. Risiko perulangan didasarkan pada risiko ber-
ulangnya robekan amnion; dilaporkan bahwa pada orang tua
yang tidak terkena, belum pernah ada yang melahirkan lebih
dari satu anak yang terkena gangguan ini.
SINDROM MALFORMASI MULTIPEL. Kategori ini meliputi
para penderita yang menderita satu atau lebih anomali per-
kembangan pada dua sistem atau lebrh, yang semuanya diduga
karena etiologi yang lazim. Selain sindrom Down. yang in-
sidensnya 1:660, dan sindrom XXY (1:500 anak laki-laki); ti-
dak ada gangguan-gangguan demikian yang terjadi lebih dari
I dalam 3.000 kelahiran hidup.
Sindrom malformasi multipel dapat disebabkan oleh ke-
lainan kromosom dan genetik, dan oleh teratogen. Sejumlah
sindrom ini disertai dengan kelainan kromosom (Bab 67).
Gangguan karena gen mutan tunggal (dominan atau ter-
kait-X pada laki-laki) atau sepasang gen mutan (resesif auto,-
som) juga dapat menimbulkan sejumlah sindrom malformasi
multipel yang dapat dikenali dari sejak masa pranatal. Diagno-
sis yang tepat bergantung pada pengenalan klinis, karena pada
kebanyakan kasus tidak ada uji laboratorium untuk memper'-
kuat diagnosis. Riwayat keluarga individu yang terkena ke-
Gambar 86-2. Rangkaian drsrupsi pita amnion lainan serupa akan sangat membantu. Namun, pada banyak
penderita sindrom malformasi multipel yang etiologinya gene-
tik, kejadiannya adalah sporadik, dan dengan demikian meng-
gambarkan bahwa mutasi gen baru saja terjadi. Pada keadaan
Penderita yang ditun;ukkan pada Garnbar 86-1 menderita
demikian semua anggota keluarga normal. dan diagnosis selu-
batrosefali, tortikolis, asimetri muka, dislokasi pinggul dan ruhnya bergantung pada evaluasi fenotip penderita
anomali valgus kedua kaki karena kompresi perkembangan ba-
gian janin. Pola ini adalah rangkaian deformasi bokong. Ter- Gangguan yang disebabkan oleh terarogen mehputr sin-
jadinya desakan intrauteri pada bayi berukuran besar yang drom malformasl yang disebabkan oleh pengaruh int'eksi spe-
dilahirkan dari posisi bokong oleh ibu primigravida yang ke- sifik, atau agen farmakologis atau kimia yang telah berkontak
dengan embrio atau janin selama kehamilan. Keadaan-keadaan
cil; dapat mengabaikan adanya risiko perulangan. Pengenalan
sif'at deformasi pada suatu kelainan tnembantu menentukan
ini dapat dicegah sebelum konsepsi terutama pada kasus obat-
prognosis. Semua masalah harus diselesaikan secara spontan obatan dan bahan kimia jika ibu menyadari bahwa agen terse-
atau dengan terapi postural.
but dapat mengenai bayinya. Sebaliknya, wanita hamil, sukar
Pada ran.gkaian disrupsi pita antnion, semua cacat yang menghindari kontak dengan semua agen infeksi.
terladi pada kraniofasial dan tungkai adalah akibat konstriksi Riwayat masukan obat (Bab 79. l) dan pemajanan dengan
yang disebabkan oleh pembesaran helaian amnion fibrosa mul- bahan kimia (Bab 643) yang cermat harus ditanyakan pada or-
tipel yang meluas dari insersi talipusat pada plasenta ke per- angtua semua anak yang menderita sindrom malformasi multr-
mukaan korion amnion-gundul atau mengambang bebas dalam pel, terutama bila etiologi gangguannya belum diketahur. A
kantong korion (Gambar 86-2). Helaian amnion, yang terjadr Catalog of Teratogenic Agents oleh T.H. Shepard dan Drugs
akibat 4isrupsi membran yang dibentuk secara normal, dapat in Pregnanct and Lactation oleh Briggs. Freeman dan Yaffe
menyebabkan cacat sekunder melalui beberapa mekanisme. adalah dua rujukan yang sangat baik untuk menentukan apa-
Malformasi terjadi jika helaian amnion mengganggu rangkaian kah agen yang telah terpajan pada ibu terbukti terarogen.
perkembangan norrnal; misalnya helaian amnion dapat meng- Fenotip yang spesifik dan mudah dibedakan tidak dijumpai
ganggu fusi prosesus fasialis sehingga terjadi celah bibir. Dis- pada setiap penyakit infeksi yang biasa disertai dengan peru-
rupsi terjadi (sekunder) akibat robekan yang memisahkan bahan perkembangan janin, tetapi infeksi intrauteri dapat se-
struktur yang sebelumnya telah berkembang secara normall ring dicurigai jika ada pola malformasi menyeluruh (Bab 96).
misalnya, pita amnion dapat memecah daerah-daerah pada Setiap penderita harus dicurigai menderita infeksi intraurerr
kaniofasialis yang sedang berkembang sepanjang garis yang jika bayinya kecil menurut umur kehamilan, perkembangan-
tidak sesuai dengan bidang penutupan muka normal. nya terlambat, atau terkena mikrosefalus atau hidrosefalus, ca-
Deformasi karena kompresi janin terjadi sekunder akibat cat okular termasuk mikroftalmia, korioretinitis, katarak. arau
o I g o hid ramni o n atau p e namb atan b a g ian j anin . Oli gohidram -
i glaukoma, dan hepatosplenomegali serta trombositopenia. In-
nion dapat terjadi akibat robekan amnion dan korion, menye- feksi intrauteri mempunyai spektrum manifestasi klinis yang
babkan kebocoran kronis cairan amnion. Penambatan terjadi luas, dari bayi baru lahir yang manifestasinya berat dengan
bila janin atau salah satu bagian janin menjadi terimobilisasi malformasi multipel, sampai anak tanpa malformasi yang
oleh pengaruh desakan pita amnion sehingga janin tidak mam- manifestasi pertamanya adalah ketidakmampuan menerima
pu n.rengubah posisi, dan dengan demikian mengubah arah pelajaran pada usia sekolah.
87 I Gangguan Saluran Pernapasan 589

Ada .yuga beberapa sindrom malfbrmasi multipel yang di- Tujuan akhir dalam mengevaluasi anak dengan cacai struk
kenali dengan baik dimana sebenarnya semua kasusnya spo- tural adalah membuat diagnosis spesifik yang menyeluruh
radik dan keluarga lainnya normal. Dengan teknik moiekuler Bila hal ini tercapai maka, nasihat yang tepat terhadap risiko
yang lebih baru, sekarang memungkinkan dokter untuk me- perulangan pada orang tua. prognosis yang tepat mengenar
nentukan etiologi dari beberapa gangguan ini. Misalnya, pene- perkembangan anak lebih lanjut, dan lencana yang tepat untuk
lrtian yang menggunakan fluoresens pada hibridisast in situ membantu anak mencapai potensinya, semuanya bisa dicapai.
menunjukkan bahwa sindrom Williams adalah karena kehi Bila diagnosis menyeluruh kurang, yang paling dapat diharap-
langan satu alel elastin yang terletak dalam subunit kromosonr kan adalah pemahaman yang lebih baik mengenai sifat dan
1 ql 1 .23, sedangkan s indrom Rub instein-Tav bi karena mikro- munculnya masalah, yang sering kali dapat membantu orang
delesi pada l6p 13.3 (lihat Bab 67). Pada sindrom Prader' tua serta orang lain dalam menangani anak tersebut.
Witli, gangguan sporadik lazim lainnya, adanya fenotip ber-
gantung pada apakah gen teiah diwariskan dari ibu atau
Breuning MH, Dauwerse HG, Fugazza G, et al: Rubinstein-Taybi syndrome
ayahnya, suatu mekanisme yang dikenal sebagai jejak genetik. caused by submicroscopic deletions within 16p 13.3. Am J Hum Genet
Lebih dari 50Vo anak dengan sindrom Prader-Willi kehilangan 52:249.1993.
kromosom yang melibatkan pita q 11-12 dari lengan panjang Briggs GG, Freeman RK, Yaffe SJ: Drugs in Pregnancy and Lactation, 4th ed
kromosom 15" Pada semua kasus, kromosom yang hilang Baltimore, Williams & Wilkins, 1994.
Dilts CV, Monis CA, Leonard CO: Hypothesis for development of a behav-
berasal dari pihak ayah (lihat Bab 66 dan 67). Walaupun gen ioral phenotype in Williams syndrome. Am J Med Genet (Suppl)6:126.
untyk sindrom Brachmann-de Lange belum dapat dilokalisasi, l 990

kebanyakan kasus diduga karena satu gen diteruskan sebagai Dunn PM: Congenital postural deformities. Br Med Bull 32:7 I lq76
dominan autosom. Risiko perulangan yang rendah merupakan Ewart AK, Morris CA, Atkinson D, et al: Hemizygosity at the elasLrn locus rn
a developmental disorder, Williams syndrome. Nature Genet 5: I l. I 993.
hal yang paling mungkin untuk menjelaskan adanya ketid:rk- Gorlin RJ, Cohen MM, Levin LS: Syndromes of the Head and Neck. 3rd erj
mampuan bereproduksi pada individu-individu yang manifes- New York, Oxford University Press. 1990.
tasi gangguannya lebih berat. Banyaknya pengalaman terhadap Higginbottom MC, Jones KL, Hall BD. et al: The amniotic band drsruptrol
setiap anak yang menderita gangguan ini telah memberikan sa- complex. Timing of amniotic rupture and variable spectra of consequent
defects. J Pediati 95:544, 1979.
ngat banyak informasi yang secara ekstrim dapat membantu Johnson HG, Ekman P, Frieseu W, et al: A behavroral phenotype in the de
orangtua dalam memahami perilaku anaknya dan para pendi- Lange syndrome. Pediatr Res l0:843, 1976.
dik dalam merencanakan kurikulum yang tepat. Misalnya Jones KL: Smith's Recognizable Pattems of Human Malformation. 4th ed.
Philadelphia, WB Saunders, 1988.
f-enotip perilaku spesifik telah digambarkan pada sindrom de
Kalter H. Warkany J: Congenital malformation, etiologic factors and their role
Lange; kesadaran orangtua bahwa perilaku menyimpang in prevention. N Engl J Med 308:424, 1983.
anaknya adalah "normal" untuk sindrom de Lange, dan bukan Kausseff BG, Newkirk P, Root AW: Brachmann-de Lange syndrome 1994
"kesalahan orang tua", dapat sangat membantu dalam meri- update. Arch Pediatr Adolesc Med, 148:'149, 1994.
ngankan kecemasan dan perasaan bersalah orang tua. Pada sin- Kazazian HH Jr: The nature of mutation. Hosp Pract 20:55, 1985.
Lie RT, Wilcox AJ, and Skjaerven R: A population-based study of the risk of'
drom Williams, berbeda tetapi kurang lebih sama, yaitu telah recurrence of birth defects. N Engl J Med 33 1 :1 , 1 994.
dicatat ada fenotip perilaku yang khas meliputi hal-hal berikut McKusick VA: Mendelian inheritance in Man. Catalog of Autosomal Donr
ini: ketidakmampuan perkembangan motorik multipel mempe- nant, Autosomal Recessive and X-linked Phenotypes, lOth ed. Baltimore.
ngaruhi kekuatan, keseimbangam, koordinasi dan rencana mo- The Johns Hopkins University Press, 1992.
Shepard TH: A Catalog of Teratogenic Agents. 7th ed. Baltimore. The Johns
torik; disfungsi integrasi sensoris terutama berhubungan de- Hopkins University Press, 1992.
ngan hipersensitivitas terhadap suara; hiperaktivitas; keteram-
pilan ekspresi dan resepsi bahasa yang lambat bersamaan de-
ngan kemampuan tatabahasa dan artikulasi sesuai-usia; ke-
mampuan membaca lebih baik daripada matematika; dan dis-
fungsi kognitif berkisar dari ketidakmampuan menerima pela-
Jaran sampal retardasi mental. Dengan mengetahui kekuatan I Bes 81
dan kelemahan tertentu yang terdapat pada anak, pendidik da-
pat mengembangkan suatu kurikulum yang, hagi anak yang
rerkena, akan memberikan peluang lehih baik untuk mencapai
Gangguan Saluran P ernepasan
notensinya.
Robert M. Kliegman
,\khrrnya ada asostasi malforrnasi non-acak tertentu yang
rnalformasrnya Delum ditentukan apakah polanya bersifat
Gangguan pernapasan yang terjadi segera pada nrasa pas-
:angkaian (.sequence) atau sindrom. Keadaan ini disebut asosi-
calahir dapat berasal dari dalam uterus, dalam kamar bersahn.
asr. Satu contoh klinrs yang penting adalah asosiasi VATER'
atau dalam kamar perawatan. Ada beraneka rhacam lesi pato-
ya:rg meliputi cacat uertebra, atresia anus, fistula trakeoesofa-
logis yang mungkin bertanggung jawab atas satu atau lebih
gus dengan atresia,. hipoplasia radius tungkai atas, dan cacat
tanda-tanda kegawatan pernapasan (lihat Tabel 83-l dan 83-
renal). Arteri umbilikalis tunggal dan anomali jantung serta
2); sering ada sianosis, dan jika kesukaran pernapasan berat.
genital juga terjadi pada asosiasi ini. Cacat ini mungkin terjadi
mungkin juga ada pucat. Kadang-kadang sukar untuk membe-
bersama-sama pada hampir setiap kombinasi dua atau lebih
dakan gangguan kardiovaskular dari gangguan pernapasan
dan biasanya menggambarkan kejadian sporadik pada keluarga
klinis saja. Tanda-tanda kegawatan per
atas dasar tanda-tanda
yang, anggota keluarganya yang lain normal.
napasan pada bayi baru lahir dapat memberi kesan penyakit
590 BAGIAN Xl ll Janin dan Bayi Neonatus

membran hialin (sindrom kegawatan pernapasan), sindrom as- Dibandingkan dengan bayi cukup bulan, bayi BBLR yang
pirasi, pneumonia, sepsis, penyakit jantung kongenital, gagal mempunyai dinding dada amat lemah mungkin tidak berun-
jantung, atresia koana, hipoglikemia, hipoplasia mandibula de- tung dalam menyelesaikan pernapasan pertamanya. FRC
ngan perpindahan lidah ke posterior, makroglosia, malformasi terendah terdapat pada sebagian besar bayi imatur, hal ini
epiglotis, malformasi atau jejas laring, kista atau neoplasma la- menggambarkan adanya atelektasis. Kelainan pada rasio venti-
ring atau dada, pneumotoraks, emfisema lobaris, agenesis atau lasi-perfusinya lebih besar dan menetap dalam waktu yang le-
hipoplasia paru, limfangiektasia paru kongenital, sindrom Wil- bih lama, karena gas terperangkap. Mungkin ada PaO2 yang
son Mrkity, fistula trakeoesofagus, penarikan (avulsi) nervus rendah (50-60 mmHg) dan peningkatan PaCOz yang meng-
frenikus, hernia atau elevasi diafragma, lesi intrakranial, gang- gambarkan atelektasis, s hunt inlr apulmonal, dan hipoventilas i.
guan neuromuskular, dan gangguan metabolik. Setiap tanda Bayi imatur yang paling kecil mempunyai gangguan yang pa-
ke g a *- atan p e rrLapasa1 pas cctlahir me rupakan indikas i untuk ling berat, yang dapat menyerupai sindrom kegawatan perna-
me lakukan roentgen. dada. pasan.
POLA PERNAPASAN PADA BAYI BARU LAHIR. Selama ti-
dur pada usia bulan pertama, bayi normal cukup bulan mung-
87.1 Peralihan ke Pernapasan Paru kin kadang-kadang mengalami episode, yaitu pernapasan
teratur terganggu dengan jedah-jedarr- (perhentian-perhentian )
Keberhasilan tercapainya fungsi paru yang adekuat pada pendek. Pola pernapasan periodik ini, bergeser dari irama
saat lahir bergantung pada anatomi yang tidak obstruktif dan teratur ke episode apnea intermiten siklik yang singkat, lebih
umur kehamilan atau maturitas. Cairan yang mengisi paru .la- lazim terjadi pada bayi prematur, yang dapat mengalami jedah
nin harus dikeluarkan, kapasitas residu fungsional pengisian selama 5-10 detik diikuti dengan ledakan pernapasan cepat de-
udara (functional residual cctpacity tFRCI) tercapai dan diper- ngan frekuensi 50-60/menit selama l0-15 detik. Jarang diser-
tahankan, dan hubungan ventilasi-perfusi yang berkembang tai perubahan warna atau perubahan frekuensi jantung, dan
akan memberikan kemungkinan pertukaran oksigen dan kar- sering berhenti tanpa alasan yang jelas. pernapasan periodik
bondioksida secara optimal antara alveoli dan darah (Bab 319, intermiten biasanya menetap sampai bayi prematur berumur
320 dan 321). sekitar 36 minggu umur kehamilan. Jika bayi hipoksik, pe-
nambahan kadar oksigen yang diinspirasi akan sering mengu-
PERNAPASAN PERTAMA. Selama persalinan melalui vagi-
bah pernapasan periodik menjadi pernapasan teratur. Transfusi
na, kompresi intermiten toraks mempermudah pengeluaran
sel darah merah atau rangsangan fisik eksterna juga dapat me-
cairan dari paru-paru. Surfaktan dalam cairan memperbesar
ngurangi jumlah episode apnea. Pernapasan periodik tidak
pengisian udara (aerasi) pada paru yang bebas-gas dengan me-
memberikan arti prognostik, hal ini inerupakan suatu karakte-
ngurangi tegangan permukaan, sehingga dapat menurunkan te-
ristik normal pada pernapasan neonatus.
kanan yang diperlukan untuk membuka alveolus. Meskipun
demikian, tekanan yang diperlukan untuk mengembangkan
paru yang tidak mengandung udara lebih tinggi daripada te-
kanan yang diperlukan pada setiap masa kehidupan yang lain; 87.2 Apnea
tekanan ini berkisar dari 10-50 cm HzO selama interval 0,5
sampai i,0 detik dibanding dengan sekitar 4 cm untuk perna- Pernapasan periodik harus dibedakan dari jedah apnea
pasan normal bayi cukup bulan dan orang dewasa. Kebanyak- yang lama, karena yang kedua dappt disertai dengan penyakit
an bayi memerlukan kisaran tekanan pembukaan yang lebih yang serius. Apnea disebabkan oleh beberapa penyakit primer
rendah. Tekanan yang lebih tinggi diperlukan untuk memulai yang mengenai neonatus (lihat Tabel 87- l). Gangguan demiki-
pernapasan dalam mengatasi gaya perlawanan tegangan per- an menirnbulkan depresi langsung pada pengendalian perna-
mukaan (terutama padaJalan napas kecil) serta viskositas cair- pasan di sistem saraf pusat (misalnya hipoglikemia, meni-
an yang tetap berada dalam jalan napas, guna memasukkan ngitis, obat-obatan, perdarahan), gangguan penghantaran oksi-
sekitar j0 mL udara ke dalam paru, dimana 20-30 mL dari vo- gen perfusi (syok, sepsis, anemia) atau defek ventilasi (pneu-
lume tersebut menetap sesudah pernapasan pertama dan men- monia, penyakit membran hialin, sirkulasi janin persisten.
jadi FRC Sebagian besar cairan di dalam paru diambil oleh kelemahan otot ).

sirkulasi paru, yang bertambah beberapa kali lipat pada saat la- Apnea prematuritas idiopatik terjadi bila tidak ada faktor
hir karena semua curah ventrikel kanan menyebar ke bantalan predisposisi penyakit yang dapat diidentifikasi dan mungkin
vaskular paru. Sisa cairan dikeluarkan melalui saluran limfe karena obstruksi saluran pernapasan atas (ketidakstabilan fa-
paru, dihembuskan oleh bayi, ditelan, atau diaspirasi dari oro- ring, fleksi leher, oklusi hidung) yang ditandai oleh tidak
laring; pengeluaran cairan paru ini dapat terganggu pada kea- adanya aliran udara tetapi ada gerakan dinding dada persisten.
daan pasca-seksio sesaria, cedera sel endotel, atau sedasi neo- Kolaps faring dapat menyertai keadaan tekanan .1alan napas
natus. negatif selama rnspirasr, atau mungkin akibat inkoordinasi li-
dah dan otot-otot saluran pernapasan atas lain yang terlibat,
Ada banyak rangsangan untuk menimbulkan pernapasan
dalam menlaga agar 3alan napas tetap terbuka. Apnea prema-
pertama, dan kepentingan relatifnya belum pasti. Rangsangan
turitas dapat juga disebabkan oleh penurunan umur kehamilan
ini meliputi penurunan POz dan pH, serta peningkatan PCO2
yang bergantttng pada pengurangan rangsangan srstem saraf
akibat adanya gangguan pada'sirkulasi plasenta, redistribusi
pusat pada otot-otot pernapasan, ditandai oleh tidak adanya
curah jantung sesudah talipusat diklem, penurunan suhu tubuh,
aliran udara dan gerakan dinding dada (apnea sentral) yang si-
dan berbagai rangsangan taktil.
multan. Imaturitas pusat pernapasan pada batang otak tampak
87 J Gangguan Saluran Pernapasan 591

TABEL ST-1 Penyebab Potensial Apnea dan Bradikardia Neonatus yang mengalami episode ringan dan intermiten. Bayi yang me-
PlV. obal-ijbat. kejdng,k'ejade. jejas hi- ngalami apnea berulang dan lama memerlukan ventilasi kan.
'' "
;;:1'foksi ll i iqli$-fi'gl iio.uro'
::.:::,,::.:,.:,

.
tong dan rnasker segera. Oksigen harus diberikan untuk me-
:: muskular ngobati hipoksia. Apnea prematuritas yang bukan disebabkan
j$$e$mg!.hta,,l$si j4,!.'tih-:::a=:a$esJ$bstnlUtif;, pencetus yang jelas harus diobati dengan teolllin atau kaf'ein.
fetok
a (g
prim.:b...-.ii.as,ifj.,e.,i i l Metilsantin memperbesar ventilasi melalui mekanisme sentral
. '94. ;;fl]!li.
':i.i
ili+i:,lH$l
^*i k;=;;i-sli;iJ
rqfleks Itarin[,-paratlsis i- Alr;ii i
ncrvus frr
atau dengan memperbaiki kekuatan diafi'agma. Dosis pembe-
nikus, distres membran hialin berat.
banan teofilin 5 mg/kg harus diikuti dengan dosis 1-2 mg/kg
I. pneut4otoraks
Sepsis. enterokoliri! nekotikans, meni-
diberikan setrap 8-12 jam melalui oral atau intravena. Dosis
ngitis (bakteri, jamur, virus) pembebanan kafein 10 mg/kg. 24 jam kemudian diikuti de-
i tPffi dri!.1'4;iiialtan !ttal-;:,getal{ad U$u$, re- ngan dosis pemeliharaan 2,5 mglkgl24 jam empat kali sehari
l::ryks'li
rasl usus
esCIf
iR*-; sitisl per oral. Dosis ini harus dipantau dengan pengamatan randa-
tanda vital, respons klinis, dan kadar obat dalam serum (kadar
Giukosa,kalsium',Poz .natrium terapeutik teofilin, 5-10 g/ml; kafein, 8-20 glmL). Truns-
, t= ammo ia ,, a-1*4-. ,-.O'f. k: ,isrlhu
illngkungan, fripofermia fusi sel darah merah atau pengobatan dengan entropoetin
(Bab 89) ju- ga dapat mengurangi insidens apnea idiopatik
ungi
ilfl *p"ofsntEffi $,Fr€rr.!.+=g,E$ft liiianf pada bayi ane-mia.
anemia; hipovolemia, {onus vagus
Tekcman jalan napas po.sitrf 1,ang nteLaLui hidung teru:,
,hsturitas+ Sat pe-ld'apasan, tase,tidur,
menerus (continuous positive airway pressure)(CPAP. 3-5 cm
s:*"rfi ffi .'ran"!.it Feiin,diat H2O) merupakan terapi efektif untuk apnea camput'an atau ob-
struktif. CPAP dapat membantu saluran pernapasan iitus.
mencegah obstruksi. Bila apnea dicetuskan oleh penyakit. sta-
bilitas jalan napas dan oksigen harus dipertahankan dalam
pada respons yang lemah terhadap karbondioksida dan respons rangka mengobatr penyakit dasar.
paradoksal terhadap hipoksia, yaitu mengakibatkan apnea bu-
PROGNOSIS. Jika apnea prematuritas tidak berat, tidak
kannya hiperventilasi. Pola apnea idiopatik yang paling lazini
berulang dan tidak refrakter terhadap terapi, maka tidak akan
pada neonatus preterm mempunyai etiologi campuran, dengan
mengubah prognosis bayi. Masalah perdarahan intraventriku-
apnea obstruktif yang mendahului (biasanya) atau menyertai
lar yang menyertai, dispiasia bronkopulmonal, dan rctinopari
apnea sentral. Apnea pendek biasanya sentral, sedang apnea
prematuritas adalah penting dalam menentukan prognosis bayi
sekitar l5 detik atau lebih biasanya sering campuran.
apnea. Apnea prematuritas biasanya sembuh pada umur 36
Apnea bergantung pada stadium tidur; frekuensinya ber-
rninggu pasca-konsepsi (umur kehamilan pada saat lahir
tambah selama tidur aktif (REM). Gerakan dinding dada para-
ditambah umur pasca-lahir) dan tidak meramalkan episode
doksal (ekspansr perut waktu inspirasi dan gerakan dinding
sindrorn bayi meninggal mendadak di masa yang akan datang.
dada ke dalam) adalah lazim selama tidur aktif dan dapat me-
nyebabkan penurunan PaOz karena cacat ventilasi-perfusi. La-
gipula, kenaikan tekanan negatif selama pernapasan para- Cerhardt T, Bancalari E: Apnea ot premrturity. l: Lung tunctron and rcgula-
doksal dan hambatan tonus otot faring selama tidur aktif dapat tion ofbreathing. Pediatrics 74:58, 1984.
Gerhardt T, Bancalari E: Apnea of prematurity. 2: Respiratory reflexes. Pedi-
turut menyebabkan kolaps saluran pernapasan atas dan apnea
atrics 74:63. 1984.
obstruktif. Martin RJ, Miller MJ, Carlo WA: Pathogenesis of apnea in pretern rnfanrs. J
MANIFESTASI KLlNlS. Insidens apnea prematuritas idiopa- Pediatr I09:731. Iq86
tik bervariasi terbalik dengan umur kehamilan. Pada bayi pre- Miller MJ. Carlo WA. Martin.RJ: Continuous posltive alrway pressurc selec
terrn apnea ini jarang terjadi pada usia hari pertama; apnea tively reduces obstructive apnea in preterm infants. J Pediatr I 06:9 I . I 985
Ruggins NR: Pathophysiology of apnoea in preterrn rnfanrs. Arch Dis Child
segera sesudah lahir menandakan adanya penyakit lain. Mulai- 66:70.1991
nya apnea idiopatik terjadi pada umur 2 sampai 7 hari. Mulai- Southall Richards JM, Rhode-n KJ: Prolonged apnea and cardiac arrhythrnias
nya apnea mendadak pada neonatus yang sebelumnya baik in infants discharged from neonatal intensive care units: Failure to predicr
an increased risk for SIDS. Pediatrics 70844.1982.
sesudah umur 2 minggu merupakan kejadian kritis yang me-
Upton CJ, Milner AD, Stokes GM: Upper airway patency during apnoea ol
merlukan pemeriksaan segera. Pada bayi preterrn, apnea serius prematunty. Arch Dis Child 67:419, 1992.
didefini-sikan sebagai penghentian napas selama lebih dari l5- Yazdani M, Kissling GE. Tran TH, et al: Phcnobarbital increascs the theo.
20 detik atau seberapa pun lamanya jika disertai dengan siano- phylline requirement of premature infants berng treated for irpnea. Ant .l l)r:
sis dan bradikardia. Insidens bradikardia terkait bertambah de- Child 141:97,1987.

ngan lamanya apnea yang mendahului dan berkorelasi dengan


keparahan hipoksia. Apnea pendek (10 detik) jarang disertai
dengan bradikardia, sedang apnea yang lebih lama (>20 detik)
mempunyai insidens bradikardia yang lebih tinggi. Bradikar- 87.3 Penyakit Membran Hialin (PMH)
dia dihubungkan dengan apnea pada lebih dari 95% kasus; Kegawatan Pernapasan IRespiratory Distress Syndrome=RDS])
respons vagus dan, jarang, bahwa blokade jantung merupakan
penyebab bradikardia tanpa apnea. INSIDENS. Keadaan ini merupakan penyebab utama kema-
PENGOBATAN. Bayi yang mempunyai risiko apnea harus tian pada bayi baru lahir. Drperkirakan 30Vc dari semua kema-
dimonitor dengan monitor apnea. Rangsangan kulit yang lem- tian neonatus diakibatkan oleh penyakit membran hialin
(PMH) atau komplikasinya.
but sering merupakan terapi yang adekuat untuk bayi neonatus
592 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

Lrprd netral dan tidak adanya surfhktan. Unsur utanra surfaktan adalah
dipalmitilfbslatidilkolin (lesitin), tbsfatidilgliser-ol, apoprorein
SP.A
(protein surfaktan = PS-A, B, C, D), diin kolesterol (Gambar-
SP-B
87-1). Dengan semakin bertambahnya untur kehamilan. tcr-jacli
penambahan jumlah l'osfblipid yang disintesis. dan disimp:rn
sP-c
di dalam sel alveolar tipe iI (Gambar ii7-2). Agen aktil. inr
Protein lain dilepaskan ke dalam alveoli. untuk mcnsururrgi ttgunrtarr
permukaan dan mentbantu mempert:rhankan stabilitiis alveolar
Fosfatid ilinositol dengan jalan rncncegah kolapsnya ruang uclara kecil pada
Fosfatidilkolin
akhir ckspirasi. Namun, karcna adanya imaturitas, .jurrilah
yang dihasilkan atau clilepaskan rnungkin tidak cukup ntc-
Fosfatid ilg liserol n-renuhi kcbutuhan pasca-lal'rir. Kadar tcrtin ggi surfhktan tercla-
pat dalam paru janin yang dihomogenasi pada urnur. kehlmilln
20 minggu, tetapi belum mencapai permukaan paru'santpzri
(]ambar 87-1. Komposisi surfaktan yang diternukan pada bilasan alveolu.
tiba saatnya. Surfaktan tampak dalant cairan antnion antara 2ll
Jumlah berbagar komponen serupa untuk surfaktan dari paru-paru malnalia
rratur. (Dari Jobe AH: Fetal lung developrnent. tests for maturation. induction
dan 32 minggu. Kadar sulfaktan paru matur biasanya ntuncul
of rilaturation, and treatment. Dtlum. Creasy RK, Resnik R fedsj: Materna] sesudah 35 rninggu.
Fetal Medicine: Principles and Practice. 3rd ed. Philadelphia, WB Saunders. Sintesis surfaklan sebagian bergantung pada pH. suhu. dan
I 994. )
perfusi normal. Asfiksia, hipoksemia, dan iskemia paru, rcru
tama dalam hubungannya dengan hipovolemia, hipotensi, diin
stres dingin, dapat menekan sintesis surfaktan. Lapisan cpitel
palu dapat juga terkena jejas akibat kadar oksigen ytng ringgr
PMH terutama terjadi pada bayi prematur; insidensnya ber- dan pengaruh manajemen oleh operator. respirasi, rnengakibat-
bandin-q terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. kan pengurangan surfaktan yang lebih lanjut.
PMII ini.60-800/o terjadr pada bayi yang umur kehamilannya Atelektasis alveolar, formasi membran hialin, dan edema
kurang dari 28 minggu, 15-30Vc pada bayi anrara 32 dan 36 interstisial membuat paru-paru kuran-e lentur, mcmerlukan te-
mrnggu, sekitar 5Vo pada bayi yang lebih dari 37 minggu. dan kanan yang lebih besar untuk mengembangkan alveolus kecil
.jarang pada bayi cukup bulan. Kenaikan frekuensi dihubung- dan jalan napas. Pada bayi ini, dada bawah tertarik ke dalarn
kan dengan bayi dari ibu diabetes, persalinan sebelum umur ketika diafragma turun dan tekanan intratoraks menjadi nega-
kehamilan 37 minggu, kehamilan multijanin, pel'salinan seksio tif. dengan demikian membatasi jumlah tekanan intratoraks
sesarea, persalinan cepat, asfiksia, stres dingin, dan adanya ri- yang dihasilkan; akibatnya adalah timbul kecenderungan arc-
wayat bahwa bayi sebelurrnya terkena. Insidens tertinggi pada lektasis. Dinding dada bayi prererm yang sangat lemah mern-
bayi preterm laki-laki atau kulit putih. berikan lebih sedikit tekanan daripada dinding dada bayi yang
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI. Kegagalan mengembang- matur terhadap kecenderungan alamiah paru untuk kolaps. De-
kan kapasitas residu fungsi onal (functional resiclual capctcirr ngan demikian pada akhir ekspirasi, volume toraks clan paru
IFRCI) dan kecenderungan paru-paru terkena atelektasis cenderung mendekati volume residu, sehingga menyebabkan
mempunyai korelasi dengan tegangan pemukaan yang tinggr atelektasis.

UDARA
Garnbar 87-2. A, Paru .janin tikus (penrbesa
ran rendah), hari ke-20 (cukup bulan hari ke-
22), menunjukkan perkernbangan sel ripe II.
glikogen tersinrpan (dueruh putut). h,enda
benda lamelar dan mielin tubular yang
dickskresikan (Coultesy of Mar.y Wrlliatls
M.[).. Univcrsrty of California, San Frln
cisco.) B, Kemungkinan jalur untuk
pengangkutan, sekresi, dan pengarnLrilan
kernbali surfaktan. N. nucleusi EIi. rctikulunr
endcrplasrna: GZ. zone Golgr: SLB. benda
lamelar kecil \Stnall Lunellut. Bodl,): MLB
-{_;;;:"4
f/4j:&, benda lameler rnttut (MutLtre LtttneLlut
Body); LMF, garnbaran niielin rtubular) krsr
kisi: MVB. benda multi- vesikular (Ma1
tit'esiculur Borh') {Dari Hansen T, Corbct A:
Lung devclopment and function. Dalrlrr.
Tacuseh HW. Ballard R\. Arqr.r MA le,l.l
Schaffer and Avery's Diseases of the Nerv
born. 6th ed Philadelphia. WB Saunclcrs.
* lqgl r
87 a Gangguan Saluran Pernapasan 593

Gambar 87-3. Faktor-faktor pendukung pada pa-


togenesis penyakit membran hialin, "lingkaran se-
tan" berpotensi mengekalkan hipoksia dan
insufisiensi paru. (Dari Farrell P, Zachman R.
Dalam: Qullligan EJ, Kretchmer N [eds]: Fetal and
Maternal Medicine, 1980. Dicetak kembali de-
ngan izin John Willey & Sons, Inc.)

Takipne sebentar
Asfiksia neonatal
{ocor. f lor.leH Hipotermi
Apne

Hipovolemia

Defisiensi sintesis atau pelepasan surfaktan, bersama de- yang kasar, dan pada inspirasi dalam, ronki halus terutama
ngan unit-unit saluran pernapasan yang kecil dan dinding dada dapat terdengar pada dasar paru posrerior. perjalanan alamiah
yang lemah, menghasilkan atelektasis, mengakibatkan adanya ditandai dengan penjelekan sianosis dan dispnea yang sifatnya
perfusi pada alveolus tetapi tidak ada ventilasi, dan menyebab- progresif. Jika diobati secara tidak adekuat, tekanan darah dan
kan hipoksia. Pengurangan kelenturan paru, volume tidal yang suhu tubuh dapat turun; kelelahan, sianosis, dan pucat bertam_
kecil, kenaikan ruang mati fisiologis, kenaikan kerja pernapas- bah, serta dengkuran berkurang atau menghilang karena kea_
an dan ventilasi alveolar yang tidak cukup akhirnya mengaki- daan menjelek. Apnea dan pernapasan yang tidak teratur
batkan hiperkarbia. Kombinasi hiperkarbia, hipoksia dan terjadi ketika bayi menjadi lelah dan ada tanda_randa tidak
asidosis menghasilkan vasokonstriksi arteri pulmonalis dengan menyenangkan yang memerlukan intervensi segera. Mungkin
kenaikan shunt dari kanan ke kiri melalui foramen ovale, duk- juga ada campuran asidosis respiratorik-metabolik, edema,
tus arteriosus, dan dalam paru-paru itu sendiri. Aliran darah ileus dan oliguria. Akan terlihat tanda-tanda asfiksia akibat ap_
paru berkurang, dan jejas iskemik pada sel menghasilkan sur- nea atau kegagalan pernapasan parsial bila penyakit menjelek
faktan dan terhadap bantalan vaskular mengakibatkan efusi ba- dengan cepat. Pada bayi yang menderita serangan berat, kea_
han proteinaseosa ke dalam ruang alveolar (Gambar 87-3). daan ini jarang menjelek sampai mengakibatkan kematian, re_
PATOLOGI. Paru tampak berwarna merah tua keunguan dan tapi pada kasus yang lebih ringan gejala-gejala dan randa_
berkonsistensi seperti hati. Secara mikroskopis, ada atelektasis tanda dapat mencapai puncaknya dalam 3 hari, sesudahnya
yang luas dengan pelebaran kapiler-kapiler dan saluran limfe terjadi perbaikan secara perlahan-lahan. perbaikan sering di_
intraalveolar. Sejumlah duktus alveolaris, alveolus dan bron- tunjukkan dengan diuresis spontan dan kemampuan oksi_
kiolus pernapasan dilapisi membran yang asidofilik, homogen genasi bayi dengan kadar oksigen inspirasi yang lebih rendah.
atau granular. Puing-puing amnion, perdarahan intraalveolar, Kematian jarang terjadi pada hari pertama sakit, biasanya ter_
dan emfisema interstisial merupakan penemuan tambahan na- jadi antala hari ke- 2 danke-l,, dan disertai dengan kebocoran
mun tidak konstan; emfisema interstisial dapat ditemukan bila udara alveolar (emfisema interstisial, pneumotoraks), dan
bayi telah diventilasi dengan tekanan akhir ekspirasi positif. perdarahan paru atau interventrikular. pada bayi yang mende_
Membran hialin yang khas jarang terlihat pada bayi yang ham- rita penyakit membran hialin berat dan diventilasi secara me-
pir mati (sekarat) lebih awal dari 6-8 jam sesudah lahir. kanis, mortalitasnya bisa tertunda selama beberapa minggu
atau beberapa bulan jika berkembang displasia bronkopul_
MANIFESTASI KLINIS Tanda-randa pMH biasanya tampak monal (DBP,1.
dalam beberapa menit kelahiran, walaupun randa-tanda ini ti- DIAGNOSIS. Perjalanan klinis, roentgen dada, dan nilai gas
dak dapat dikenali selama beberapa jam sampai pernapasan darah serta asam basa membantu menegakkan diagnosis
menjadi cepat, dangkal bertambah sampai 60/menit. Takip- klinis. Secara roentgen, paru-paru dapat mempunyai kekhasan
nea yang mulai lambat akan memberi kesan keadaan lain. Be_ tetapi tidak patognomonis, meliputi granularitas parenkim re_
berapa penderita memerlukan resusitasi pada saat lahir karena tikular halus dan bronkogram udara yang sering lebih menon_
asfiksia intrapartum atau karena adanya kegawatan pernapasan jol pada awal di lobus bawah kiri karena penumpangan
dini yang berat (bila berat badan kurang dari 1.000 g). Secara (superimposisi) bayangan jantung (Gambar g7-4). Kadang_
khas, ditemukan takipnea, mendengkur jelas (sering dapat di- kadang, roentgen awal normal, hanya berkembang gambaran
dengar), retraksi interkostal dan subkostal, pelebaran dan kehi- khas pada 6-12 jam. Mungkin ada banyak variasi pada foro,
taman pada cuping hidung. Ada penambahan sianosis, yang, bergantung pada fase pernapasan dan penggunaan CpAp,
relatif sering tidak responsif dengan pemberian oksigen. Suara sering mengakibatkan korelasi yang jelek antara roentgen dan
pernapasan bisa normal atau berkurang dengan kualitas tubuler perjalanan klinis. Penemuan laboratorium pada mulanya ditan-
594 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

Gambar 87-4.Bayi dengan penyakit membran hialin. Perhatikan paru yang granular, bronkogram udara, dan esofagus bensi udara. Roentgen anteropostenor (A)
dan lateral (8) diperlukan untuk membedakan kateter arteri umbilikalis dari vena umbilikalis dan untuk menentukan tinggi insersi yang tepat. Pandangan lateral
dengan jelas mengidentifikasi kateter yang telah dimasukkan (diinsersikan) ke dalam vena umbilikalis dan terletak dalam sistem porra hati. A, pipa endotrakea; B,
kateter vena umbilikalis pada sambungan vena umbilikalis, duktus venosus, dan vena porta;C, kateter arteri umbilikalis masuk ke aorta sampai T-12 (Courtesy of
Walter E. Bardon, Babies Hospital, New York City.)

dai dengan hipoksemia dan kemudian dengan hipoksemia pro- hiran yang tepat waktu, perkiraan lingkaran kepala janin de-
gresif, hiperkarbia, dan berbagai asidosis metabolik. ngan ultrasonograf dan penentuan kadar lesitin pada cairan
Pada diagnosis banding, sepsis streptokokus grup B mung- amnion dengan rasio lesitin terhadap sfingomielin (L/S) me-
kin tidak dapat dibedakan dari PMH. Pada pneumonia yang ngurangi kemungkinan persalinan bayi prematur. Pemantauan
muncul saat lahir, roentgen dadanya mungkin identik degan intrauteri pada masa antenatal dan pemantauan intrapar-tum se-
roentgen PMH; kokus gram positif dalam lambung atau aspirat rupa dapat menurunkan risiko asfiksia janin, yang dihubung-
trakea dan pulasan buffy coat, uji urin positif untuk antigen kan dengan peningkatan insidens dan keparahan penyakit
streptokokus, dan adanya neutropenia yang mencolok dapat membran hialin.
memberi kesan diagnosis ini. P.enyakit jantung sianosis (mi-
Pemberian deksametason atatJ betametason pada wanita
Solrrlo, anomali total muara vena pulmonalis), sirkulasi janin
48-72 jam sebelum persalinan janin dengan umur kehamilan
persisten, sindrom aspirasi, pneumotoraks spontan, efusi pleu-
32 minggu atau kurang, sangat mengurangi insidens dan mor-
ra, elevasi diafragma, dan anomali kongenital seperti malfor-
talitas serta morbiditas PMH. Adalah tepat memberikan kor-
masi adenomatoid kistik, limfangiektasia, hernia diafragmatika
tikosteroid secara intramuskular pada wanita hamil yang le-
atau emfisema lobaris harus dipikirkan dan memerlukan eva-
sitin dalam cairan amnionnya menunjukkan imaturitas paru
luasi dengan roentgen. Takipnea sementara dapat dibedakan janin, dan yang mempunyai kemungkinan bersalin dalam 1
pada perjalanan klinisnya yang pendek dan ringan. Proteinosis
minggu, atau yang kelahirannya mungkin tertunda 48 jam atau
alveolar kongenital merupakan penyakit familial yang jarang,
lebih. Terapi glukokortikoid pranatal mengurangi keparahan
sering muncul sebagai RDS yang berat dan mematikan (Lihat
RDS dan mengurangi insidens komplikasi prematuritas lain-
Bab 350).
nya, seperti perdarahan intraventrikular, duktus arteriosus pa-
PENCEGAHAN. Yang paling penting adalah pencegahan
ten, pneumotoraks, dan enterokolitis nekrotikans, tanpa mem-
prematuritas, termasuk menghindarkan seksio sesaria yang ti-
pengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan kerja atau per-
dak perlu atau kurang sesuai waktu, manajemen yang tepat ter-
tumbuhan paru neonatus atau insidens infeksi. Glukokortikoid
hadap kehamilan dan kelahiran berisiko-tinggi, dan ramalan
pranatal dapat bekerja sinergis dengan terapi surfaktan ekso-
serta kemungkinan pengobatan imaturitas paru dalam uterus
gen pasca-lahir.
(in utero) (Bab 81). Pada seksio sesaria atau intervensi kela-
87 I Gangguan Saluran Pernapasan 595

Pemberian satu dosis surfaktan ke dalam trakea bayi pre- Tujuan ventilasi mekanis adalah memperbaiki oksigenasi
matur segera sesudah lahir atau selama umur 24 jam mengu- dan mengeliminasi karbondioksida tanpa menyebabkan baro-
rangi mortalitas PMH tetapi tidak mengubah insidens DBP. trauma paru yang berlebihan atau toksisitas oksigen. Kisaran
PENGOBATAN. Cacat dasar yang memerlukan pengobatan nilai gas darah yang dapat diterima, yang menyeimbangkan
adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida paru yang tidak risiko hipoksia dan asidosis dengan risiko ventilasi mekanis,
adekuat; asidosis metabolik dan insufisiensi sirkulasi merupa- adalah PaOz 55-10 mmHg; PCOz 35-55 mmHg"; dan pH 7,25-
kan manifestasi sekunder. Perawatan suportif awal bayi 7,45. Selama ventilasi mekanis, oksigenasi diperbaiki dengan
BBLR, terutama pada pengobatan asidosis, hipoksia, hipo- menambah FIoz atau tekanan rata-rata jalan napas. yang tera-
tensi, dan hipotermia, tampaknya mengurangi keparahan khir ini dapat ditingkatkan dengan menambah tekanan puncak
PMH. Terapi memerlukan pemantauan yang cermat dan inspirasi, aliran udara, rasio inspirasi terhadap ekspirasi, atau
sering terhadap frekuensi jantung dan pernapasan, PO2, PCOz, PEEP. PEEP yang berlebihan dapat menyebabkan pneumo_
pH , bikarbonat, elektrolit arteri, glukosa darah, hematokrit, te- toraks atau menghalangi aliran balik vena, menurunkan curah
kanan darah, dan suhu. Kateterisasi arteri umbilikalis sering- jantung walaupun ada perbaikan PaOz dan dengan demikian
kali diperlukan. Karena kebanyakan kasus PMH sembuh-sen- mengurangi hantaran oksigen. PEEp HzO 4-6 cm biasanya
diri, maka tujuan pengobatannya adalah meminimalkan variasi aman dan efektif. Eliminasi karbondioksida dicapai dengan
kelainan fisiologis dan masalah iatrogenik yang menumpangi. menambah tekanan puncak inspirasi (volume tidal) atau fre_
Manajemen, bayi ini paling baik dilakukan pada unit rumah kuensi ventilator.
sakit yang rhempunyai staf dan peralatan khusus, kamar pera-
Kisaran frekuensi ventilator konvensional adalah 10-60
watan intensif neonatus. pernapasan/menit; ventilasi pancaran frekuensi tinggi (hiSh
Prinsip-prinsip umum perawatan pendukung (suportif) se-
frequency jet ventilation [HFJV]) adalah 150-600lmenir; dan
tiap bayi BBLR harus ditaati, termasuk penanganan dengan le- osilator adalah 300-1.800/menit. HFJV dan osilaror dapar
mah lembut dan gangguan yang minimal sesuai dengan mana- memperbaiki eliminasi karbondioksida, menurunkan tekanan
jemen. Untuk menghindari kedinginan dan konsumsi oksigen
rata-rata jalan napas, dan kadang-kadang memperbaiki oksi-
seminimal mungkin, bayi harus ditempatkan di dalam Isolette genasi para penderita PMH, emfisema interstisial, pneumo-
dan suhu dalam tubuh (core) dipertahankan antara 36,5 dan toraks multipel atau pneumonia aspirasi mekonium yang tidak
37 C (Bab 82). Kalori dan cairan harus diberikan secara intra- memberikan respons terhadap ventilator konvensional. HFJV
vc.;ra. Untuk 24 jam pertama, 107o glukosa dan air harus diin-
dapat menyebabkan cedera trakea nekrotikans, terutarna bila
fuskan melalui vena perifer dengan kecepatan 65-75 mL/kg/24
ada hipotensi atau kelembaban jelek; dan terapi osilator telah
jam. Selanjutnya elektrolit harus ditambahkan dan volume
dihubungkan dengan kenaikan risiko kebocoran udara, perda-
cairan ditambah sedikit demi sedikit sampai 120-150 mLkg/ rahan intraventrikular, dan leukomalasia periventrikular. Ke-
24 jam. Cairan yang berlebihan turut menyebabkan berkem- dua metode ini dapat menyebabkan udara terperangkap.
bangnya duktus arteriosus paten.
Komplikasi intubasi endotrakea (penyumbatan pipa, ekstubasi,
Oksigen hangat yang dilembabkan harus diberikan pada granuloma subglotis, dan stenosis) dan ventilasi mekanis (pneu-
kadar yang cukup, pada mulanya untuk mempertahankan te- motoraks, emfisema interstisial, curah jantung menurun) dapat
kanan arteri antara 55 dan 70 mmHg dengan tanda-tanda vital
diminimalkan dengan intervensi dokter, perawat dan ahli terapi
yang stabil untuk mempertahankan oksigenasi jaringan yang pernapasan yang dilatih khusus dalam unit perawatan intensif.
normal, yang sekaligus juga meminimalkan risiko toksisitas
Pemasukan surfaktan eksogen multidosis ke dalam endo-
oksigen. Jika tekanan oksigen arteri tidak dapat dipertahankan
trakea bayi BBLR memerlukan 40% oksigen, dan ventilasi
di atas 50 mmHg pada kadar oksigen inspirasi 70%, pe-
mekanis untuk pengob atan (rescue terapi) RDS telah memper-
makaian CPAP pada tekanan 6-10 cm HzO melalui lubang
hidung merupakan indikasi, yang biasanya menghasilkari'*e-
baiki ketahanan hidup dan mengurangi insidens kebocoran
udara paru tetapi tidak menurunkan insidens displasia bronko-
naikan tajam tekanan oksigen arteri. Meskipun perjalanannya
pulmonum secara konsisten. Pehgaruh yang terjadi segera,
mungkin berlarut-larut, jumlah tekanan yang diperlukan biasa-
meliputi perbaikan perbedaan tekanan oksigen alveolar arteri,
nya menurun secara mendadak pada sekitar umur 72jam, dan
berkurangnya tekanan rcta-rata jalan napas oleh ventilator, ke-
bayi dapat disapih dari CPAP segera sesudahnya. Jika bayi
lenturan paru bertambah, dan perbaikan gambaran roentgen
pada CPAP yang bernapas dengan oksigen l}OVo tidak dapat
dada. Survanta adalah surfaktan eksogen yang dipersiapkan
mempertahankan tekanan oksigen arteri di atas 50 mmHg,
dari paru sapi yang dicincang halus dengan ekstraksi lipid dan
maka memerlukan ventilasi bantuan.
diperkaya dengan fosfatidilkolin. asam palmitat, dpn trigliseri-
Bayi dengan PMH berat atau yang pada mereka berkem- da. Survanta mengandung PS-B dan PS-C tetapi tidak me-
bang komplikasi akibat apnea terus-menerus memerlukan Dan- ngandung PS-A. Eksosurf adalah surfaktan sintetis yang
tuan ventilasi mekanis. Indikasi yang sesuai untuk mengguna- mengandung dipalmitoilfosfatidilkolin, heksadekanol, dan ti-
kannya adalah (1) pH darah arteri kurang dari 7,20; (2) PCOz loksapol. Dua senyawa organik yang terakhir memperbaiki
darah arteri 60 mmHg atau lebih; (3) POz darah arteri 50 penyebaran surfaktan sepanjang alveolus, karena dipalmitoil-
mmHg atau kurang pada kadar oksigen 70-I00Vo; atau (4) ap- fosfatidilkolin saja mempunyai sifat-sifat permukaan aktif
nea menetap. Bantuan ventilasi dengan tekanan atau respirator yang jelek. Surfaktan tambahan yang sedang mengalami uji
konvensional aliran terbatas melalui pipa endotrakea juga da- coba meliputi Kurosurf dan Infasurf (keduanya alamiah) dan
pat mencakup tekanan akhir respirasi positif Qtositive end ex- ALEC (artificial lung expanding compound; campuran 7:3
piratory pressure IPEEPI) (ihat Bab 60). dipalmitoilfosfatidilkolin dan fosfatidil gli serol).
596 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

Pengobatan (rescue) biasanya dimulai pada usia 24 jam tas untuk menentukan PO2 tetapi mungkin berguna untuk
pertama; terapi diberikan melalui pipa endotrakea setiap 12 mengevaluasi PCOz dan pH.
jam dengan total 4 dosis. Surfaktan eksogen harus diber.ikan Karena kesukaran membedakan beberapa streptokokus
oleh dokter yang berkualitas dalam resusitasi neonatus dan grup B atau infeksi lain dari pMH, pemberian agen antibakteri
manaJemen pernapasan yang mampu merawat bayi sesudah secara rutin merupakan indikasi sampai ada hasil biakan da_
stabilisasi satu jam pertama. Staf pendukung tambahan di tem- rah. Disarankan untuk menggunakan penisilin atau ampisilin
pat yang diperlukan meliputi perawat dan ahli terapi pernapas- bersama dengan kanamisin atau gentamisin; bergantung pada
an yang berpengalaman dalam manajemen ventilasi bayi pola sensitivitas bakteri terbaru di rumah sakit tempat bayi
BBLR. Lagipula peralatan ntonitoripg yang tepat harus terse- diobati (Bab 94 dan 98).
dia (radiologi, laboratorium gas darah dan oksimetri pulsa).
KOMPLIKASI PMH DAN PERAWATAN |NTENS|F. Kompli_
Lebih lanjut, setiap institusi harus mempunyai protokol yang
kasi paling serius intubasi trakea adalah asfiksia karena ob_
disetujui untuk pemberian surfaktan. Komplikasi terapi surfak-
struksi pipa, henti jantung selama intubasi atau pengisapan,
tan adalah hipoksia dan hipotensi sementara, blokade pipa en-
dan perkembangan selanjutnya yaitu stenosis subglotis. Kom_
dotrakea. dan perdarahan paru.
plikasi lain meliputi perdarahan dari trauma selama intubasi,
Asidosis respiratorik mungkin memerlukan ventilasi ban- pseudodivertikula faring posterior, ekstubasi sukar sehingga
tuan jangka-pendek atau -lama. Pada asidosis respiratorik be-
memerlukan trakeostomi, ulserasi lubang hidung akibat tekan_
rat dan hipoksia, pengobatan dengan natrium bikarbonat dapat
an pipa, penyempitan permanen pada lubang hidung karena
memperjelek hiperkarbia.
cedera jaringan dan parut akibat iritasi atau infeksi sekit?rr
Asidosis metabolik pada PMH dapat merupakan akibat as- pipa, erosi palatum, penarikan plika vokalis, ulkus laring, pa_
fiksia dan hipotensi perinatal, dan sering ditemukan pada bayi piloma plika vokalis, dan serak persisten, stridor, atau edema
yang memerlukan resusistasi (Bab 85). Natrium bikarbonat, l- laring.
2 mE(kg, dapat diberikan untuk pengobatan selama 10-15 Cara-cara untuk mengurangi insidens komplikasi
menit melalui vena perifer dengan penentuan kadar asam-basa ini meli_
puti: pengamatan bayi dengan keahlian; penggunaan pipa en_
yang diulang dalam 30 menit, atau obat ini dapat diberikdn se_
dotrakea polivinil yang tidak mengandung timah yang ioksik
lama beberapa jam. Yang sering terjadi, natrium bikarbonat untuk sel; menggunakan pipa berukuran .terkecil yang masih
diberikan berdasarkan keadaan gawat darurat melalui kateter dapat dipakai, untuk mengurangi iskemia lokal dan nekrosis
vena umbilikalis. Terapi alkali dapat mengakibatkan penge_
tekanan; menghindari penggantian pipa yang sering; menghin_
lupasan kulit karena infiltrasi, kenaikan osmolaritas serum,
darkan gerakan pipa pada tempatnya; menghindari pengisapan
hipernatremia, hipokalsemia, hipokalemia, dan jejas hati saat yang terlalu sering atau terlalu kuat; dan menghindarkan in_
larutan yang pekat (concentrated) diberikan dengan cepat me-
feksi melalui pembersihan yang sangat cermat dan sterilisasi
lalui vena umbilikalis. yang seling terhadap semua alat-alat yang melekat atau mele_
Pemantauan !ekanan darah aorra melalui kateter arteri um- wati pipa. Personel yang memasukkan dan merawat pipa en_
bilikalis atau dengan teknik osilometri mungkin berguna da- dotrakea harus berpengalaman dan terampil.
lam penatalaksanaan keadaan seperti syok yang dapat terjadi
Risiko kateterisasi arteri umbilikalis meliputi embolisasi
selama jam pertama atau lebih sesudah kelahiran prematur
vaskular, trombosis, spasme, dan perforasi; nekrosis iskemik
bayi yang telah mengalami asfiksia atau berkembang kega- atau kimia visera abdomen; infeksi; perdarahan-kecelakaan,
watan pernapasan (lihat Gambar 79-2). Hipotensi telah di- dan sirkulasi ke kaki terganggu, dan selanjutnya terjadi gang_
hubungkan dengan kenaikan risiko PIV dan harus diobati ren. Walaupun pada otopsi insidens komplikasi trombosis
dengan dopamin, cairan kristaloid atau koloid, atau yang ku- yang dilaporkan bervariasi dari 1 sampai 23V0, aortografi telah
rang sering, dengan dobutamin. Kadang-kadang hipotensi da- memperlihatkan bahwa bekuan terbentuk di dalam atau di se_
pat memberikan respons terhadap glukokortikoid. Kateter kitar ujung 95Vo kateter yang ditempatkan dalam arteri um_
radio-opak harus selalu digunakan dan sesudah insersinya, bilikalis. Ultrasonografi aorta dapat juga digunakan untuk
posisinya dilihat melalui roenrgen (lihat Gambar g7-4). Ujung
meneliti adanya trombosis. Risiko komplikasi klinis serius
kateter arteri umbilikalis harus terletak tepat di bawah bifurka-
akibat kateterisasi umbilikalis mungkin antara2 dan 5Vo.
sio (percabangan) aorta (L3-L5) atau di atas aksis seliakus
(T6-T10). Penempatan dan pengawasan harus dilakukan oleh Pemucatan kaki sementara dapat terjadi selama kateterisasi
personel yang terampil dan berpengalaman. Kateter harus arteri umbilikalis. Pemucatan ini biasanya karena refleks spas_
diambil sesegera mungkin bila tidak ada indikasi untuk melan- me arteri, insidensnya dikurangi dengan menggunakan kateter
jutkan penggunaannya, yaitu, bila paOz stabil dan FIop2 ku_ terkecil yang tersedia, terutama pada bayi-bayi yang amat ke_
rang dari 40Vo.
cil. Kateter harus diambil segera; selanjutnya, kateterisasi pada
arteri lain dapat dicoba. Spasme yang menetap sesudah pe_
Pemantauan periodik tekanan oksigen dan karbondioksida
ngambilan kateter dapat disembuhkan dengan nitrogliser.in
dalam arteri serta pH merupakan bagian penting dari manaje_
topikal yang dioleskan pada kulit'di atas arteri femoralis, atau
men; jika digunakan bantuan ventilasi, pemantauan ini sangat
yang jarang, dengan memanaskan kaki sebelahnya. pengam_
penting. Darah harus diambil dari arteri umbilikalis atau peri_
bilan sampel darah dari arteri radialis dapat mengakibatkan
fer. Jalur arteri temporalis merupakan kontraindikasi karena
spasme atau trombosis yang serupa, dan pengobatan yang
emboli serebral retrograd. PO2 jaringan juga dapat diukur se_
sama merupakan indikasi. Spasme berat yang intermiten atau
cara terus-menerus dari elektroda transkutan atau oksimetri de_
spasme yang tidak sembuh dapat membeiikan respons terha_
nyutan (saturasi oksigen). Sampel darah kapiler nilainya terba-
dap nitrogliserin topikal yang diberikan secara hati_hati atau
87 I Gangguan Saluran Pernapasan 597

infus lokal tolazolin (Priskolin), l-2 mg yang disuntikkan se- Kateterisasi vena umbilikalis disertai dengan berbagai
cara intra-arterial selama 5 menit. Penempatan kateter yang ti- risiko yang sama seperti kateterisasi arteri. Lagipula, selanjut-
dak disengaja pada arteri yang lebih kecil, akan menimbulkan nya ada hubungan antara hipertensi porta dengan trombosis
blokade total atau menyebabkan spasme vaskular lokal yang vena porta.
tidak dikenali yang dapat mengakibatkan gangren organ atau Oksigen bersifat toksik terhadap paru-paru, terutama jikr
area yang dipasok oleh pembuluh darah tersebut. Untuk diberikan dengan alat respirator tekanan positif, mengakibal
mencegah kompiikasi ini, kateter harus segera diambil jika da- kan displasia bronkopulmonum (DBP) (lihat juga Bab 87.9).
rah tidak dapat diperoleh melaluinya. Faktor-faktor tambahan yang berperan pada DBP adalah al-
Perdarahan serius pada pengambilan kateter jarang terjadi. veolar shear stress, volutrauma, saponifikasi hipokapnea, ate-
Trombus dapat terbentuk di dalam arteri tersebut atau di dalam lektasis absorpsi, dan selanjutnya radang. Berlawanan dengan
kateter; insidensya semakin menurun dengan penggunaan ka- perbaikan keadaan yang ditunjukkan pada hari ke-3 sampai
teter berujung-halus yang hanya mempunyai satu lubang pada ke-4, sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit pada bayi
ujungnya, dengan pembiiasan kateter memakai sedikit larutan yang bertahan hidup, beberapa bayi yang telah berada pada
salin yang mengandung heparin, atau dengan memberikan in- pernapasan tekanan positif intermiten lama dengan mengguna-
fus suatu larutan yang mengandung 1-10 unit/ml heparin se- kan penambahan kadar oksigen secara roenigen menunjukkan
cara terus-menerus. Risiko pembentukan trombus yang berpo- penjelekan keadaan parunya (Gambar 87-54). Kegawatan per-
tensi menimbulkan oklusi vaskuler juga dapat dikurangi de- napasan persisten dan ditandai oleh hipoksia, hiperkarbia,
ngan cara mencabut kateter bila ada tanda-tanda awal trombo- ketergantungan oksigen, dan perkembangan gagal jantung sisi
sis, seperti penyempitan tekanan nadi dan menghilangnya 19- kanan. Roentgen dada digambarkan sebagai perubahan per-
kukan dikrotik. Beberapa pakar lebih suka menggunakan arteri lahan-lahan dari gambaran yang hampir keruh total dengan
umbilikalis hanya untuk mengambil sampel darah, membiar- bronkogram udara dan emfisema interstisial sampai gambaran
kan kateter terisi dengan salin yang diheparinisasi di antara daerah lusen, kecil, bundar, berselang-seling dengan daerah
pengambilan sampel. Hipertensi renovctskular dapat terjadi da- yang densitasnya tidak teratur menyerupai spon (Gambar 87-
lam beberapa hari sampai beberapa minggu pasca-kateterisasi 5,8). Pada gambaran histologi stadium ini (10-20 hari sesudah
arteri pada sejumlah kecil neonatus. terapi oksigen dimulai) terdapat sedikit bukti adanya pemben-

Gambar 8Z-5. Perubahan pada paru bayi yang diobati segera dalam masa pascalahir karena sindrom klinis penyakit membran hialin dengan tekanan pernapasan
positifintermiten yang larna dengan kandungan oksigen dalam udara sebanyak 80 sampai 700Vo. A, Bayi umur 5 hari dengan kekeruhan paru yang hampir total.
B, Bayi umur l3 hari dengan "paru bergelembung" menyerupai gambaran roentgen sindrom Wilson Mikity. C, Bayi umur 7 bulan dengan helai-helai padat yang
tidak teratur di kedua paru, hiperinflasi, dan kardiomegali memberi kesan DBP. D, Ventrikel kanan beser dan dengan paru-paru berisi udara yang tidak teratur se-
pertibatukerikildari bayiyangmeninggalpadausiallbulan.Bayiinijugamenderitaduktusarteriosuspaten(DariNorthwayWHJr.RosanRC,PonerDY: N
Engl J Med 276:35'1 ,1967. Dicetak kembali dengan izin dari The New England Journal of Medicine.)
598 BAGIAN XI I Janin dan Bayi Neonatus

tukan membran hialin, penggabungan alveolar secara progresif kardiomiopati. Bayi yang lebih tua dapat memberikan respons
dengan atelektasis di sekitar alveoli, edema interstisial, pene- terhadap terapi vasodilator dengan penurunan tahanan vasku_
balan kasar membrana basalis setempat, dan metaplasia muko- lar paru.
sa bronkus dan bronkiolus tersebar dan hiperplasia. Gambaran Komplikasi DBP meliputi kegagalan pertumbuhan, retar_
ini sesuai dengan maldistribusi ventilasi berat. Ketergantungan dasi psikomotor sementara, dan stres parenteral, seperti seku_
oksigen selama 1 bulan (selang seling, pada umur kehamilan ele yang dijumpai pada terapi nefrolitiasis (karena diuretik dan
36 minggu) memastikan DBP. Kebanyakan neonatus yang makanan intravena total), osteopenia, dan stenosis subglotis,
bertahan hidup dengan perubahan-perubahan roentgen mene- yang mungkin memerlukan trakeostomi atau prosedur pembe_
tap sembuh pada 6-12 bulan, tetapi ada beberapa yang memer_ lahan krikoid anterior untuk melegakan obstruksijalan napas.
lukan rawat-inap yang lama dan dapat mempunyai gejala_ Penderita DBP sering pulang dengan oksigen, diuretik, dan
gejala pernapasan yang menetap selama masa bayi. Gagal jan_ terapi bronkodilator. Untuk bayi yang telah disapih dari oksi_
tung sisi kanan dan.bronkiolitis virus nekrotikans merupakan gen sebelum keluar dari unit perawatan intensif, prognosis
penyebab kematian utama. Patologi menunjukkan adanya jangka-panjangnya baik. Ventilasi yang lama, perdarahan
in_
pembesaranjantung dan perubahan yang terdiri atas daerah al- tervenffikular, hipertensi pulmonal, kor pulmonal, dan keter_
veoli setempat yang emfisematosa dengan hipertrofi otot polos gantungan pada oksigen sesudah umur I tahun merupakan
cabang-cabang bronkiolus peribronkial, beberapa fibrosis peri_ tanda-tanda prognosis yang jelek. Obstruksi jalan napas dan
mukosa dan metaplasia yang menyebar pada mukosa bron- hiperaktivitas serta hiperinflasi dapat dijumpai pada beberapa
kiolus, penebalan membrana basalis, dan pemisahan kapiler_ remaja.
kapiler dari sel epitel. Ekstravasasi udara ekstrapulmonal merupakan komtrili_
Bayi yang mempunyai risiko DBp menderita kegawatan kasi lain yang sering rerjadi pada manajemen pMH (Bab S7.g).
pernapasan yang berat memerlukan ventilasi mekanis yang Bisa dijumpai adanya shunt yang berarti secara klinis
lama dan terapi oksigen. Hubungan tambahan meliputi adanya melalui duktus arteriosus paten (pDA) pada beberapa neo_
emfisema interstisial paru, umur kehamilan rendah, jenis kela_ natus dengan PMH, tertundanya penutupan disebabkan oleh
min laki-laki, Pco2 rendah pada 48 jam, duktus arteriosus pa- hipoksia terkait, asidosis; kenaikan tekanan pulmonal sekun_
ten, tekanan puncak inspirasi tinggi, kenaikan tahanan jalan der akibat vasokonstriksi, hipotensi sistemik, imaturitas, dan
napas pada umur satu minggu dan kemungkinan ada riwayat pelepasan prostaglandin lokal, yang menimbulkan dilatasi
keluarga asma. Beberapa bayi BBLSR yang tidak menderita duktus. g1111n1ini dapat bersifat dua arah atau dari kanan ke kiri
penyakit membran hialin namun memerlukan ventilasi meka_ melalui duktus arteriosus. Ketika pMH sembuh, tekanan vas_
nis karena adanya apnea mengalami penyakit paru-paru kronis kular pulmonal turun, dan bisa ada shunt dari kiri ke kanan
yang tidak mengikuti pola klasik DBp. yang menyebabkan berlebihnya beban volume pada ventrikel
DBP berat memerlukan ventilasi mekanis yang diteruskan kiri serta edema paru. Manifestasi pDA dapat meliputi (l) ap_
sampai penyapihan dari respirator memungkinkan. Kadar gas nea menetap karena alasan yang tidak jelas pada bayi yang
darah yang dapat diterima untuk penderita dengan DBp adalah sembuh dari PMH; (2) cembungan prekordium aktif, nadi pe_
Pcoz 50-70 mmHg (ika pH >7,30) dan paoz 55-60 mmHg de- rifer melambung, tekanan nadi lebar, dan bising sistolik aiau
ngan saturasi oksigen 9O-95Vo. Kadar Pao2 yang lebih rendah bising to-and-fro,' (3) retensi karbondioksida; (4) kenaikan
dapat memperjelek hipertensi pulmonal, menimbulkan kor ketergantungan oksigen; (5) bukti adanya kardiomegali me_
pulmonale dan menghambat pertumbuhan. Obstruksi jalan na- lalui roentgen dan corak vaskular paru bertambah, dan (6) he_
pas pada DBP dapat disebabkan karena produksi mukus dan patomegali. Diagnosis dikonfirmasi dengan visualisasi eko_
edema, bronkospasme, dan kolaps trakeomalasia didapat. kardiografi PDA dengan bukti adanya aliran Doppler shunt
Kejadian ini Japat turut menyeb abkan "blue spell,,). BIue spell dari kiri ke kanan. Kebanyakan bayi yang memberikan re_
dapat juga disebabkan karena kor pulmonale akut atau iskemia spons pada tindakan-tindakan pendukung umum, termasuk
miokardium akut. diuretik dan restriksi cairan. pada penderita tertentu yang pa_
Pengobatan DBP meliputi penggunaan bronkodilator se- danya tidak terjadi penutupan spontan dan bahkan penl"Gtan
perti agen pz-adrenergik dalam bentuk aerosol dan teofilin, yang bersifat progresif walaupun diberi pengobatan pendu_
diuretik, pembatasan cairan, pengobatan infeksi (U. ureaty- kung dan kardiotonik, indometasin intravena 0,2 mgdg pada
ticum, virus sinsitial respiratorius), formula densitas kalori- interval 12 sampai 24 jam untuk 3 dosis dapat menyebabkan
tinggi, CPAP untuk trakeomalasia, dan deksametason. Deksa- penutupan farmakologis dengan jalan menghambat sintesis
metason, 0,5 mgkg24jam diberikan dalam dua dosis secara prostaglandin. Prorokol alternatifnya adalah 0,1 mglkg/24 jam
intravena, dimulai sesudah 2-6 minggu penyakit jantung kro- selama 6 hari; pemberian ulangan kedua protokol mungkin
nis. Dosis ini diteruskan selama 3 hari dan kemudian diturun- diperlukan. Kontraindikasi terhadap indometasin meliputi
kan menjadi 0.3 mg/kgl2ajam selama 3 hari sebagai tambah- trombositopenia (<50.000/ mm3;, gangguan perdarahun, olig-
an. Sesudahnya, dosis dikurangi lOVo setiap 3 hari sampai ia uria (<1 mLkg/jam), enterokolitis nekrotikans (NEC), dan ke_
mencapai 0,1mgkgl24 jam. Dosis akhir ini diberikan selang naikan kadar kreatinin plasma (>1,8 mg/dl-). Indikasi untuk
sehari selama 1 minggu dan kemudian dihentikan. Beberapa penutupan melalui pembedahan adalah karena gagal menu_
pakar memulai deksametason sesudah 7-I4 harr bergantung tupnya duktus pasca-terapi indometasin dengan adanya kega_
pada ventilator. Penggunaan steroid telah memperbaiki ke- galan jantung yang menetap dan ketergantungan terhadap ven_
mampuan untuk memisahkan penderita dari ventilator, tetapi tilasi.
hal ini menarnbah risiko hipertensi, pertumbuhan jelek, perda- Anemia akibat seringnya mengambil sampel darah juga
rahan saluran cerna, hiperglikemia, infeksi, dan kemungkinan dapat terjadi sebagai komplikasi perawatan intensif. Jumlah
87 a Gangguan Saluran PernaPasan 599

Helbock HJ, Insoft RM, Conte FA: Glucocorticoid-responsive hypotension in


darah relatif yang diambil harus dicatat dengan teliti. Penggan-
extremely iow birth weight newboms. Pediatrics 92:'115' 1993-
tian darah melalui transfusi merupakan indikasi jika diperki- Horbar JD, Wright EC; Onstad L, et al: Decreasing mortality associated with
rakan bahwa volume darah total yang hilang lebih dari 10- the introduction of surfactant therapy: An observational study of neonates
l|Vo atau, yang lebih sering, jika ada penurunan hematokrit weighing 601 to 1300 grams at birth. Pediatrics 92:191, 1993.
Hyde I, English RE, Williams JD: The changing pattern of chronic lung dis-
yang bermakna. Bayi yang bergantung pada oksigen, hema-
ease of prematurity. Arch Dis Child 64:448, 1989.
tokritnya harus dipertahankan mendekati 40Vo. Tetapi eritto- Jobe AH, Mitchell BR, Gunkel JH: Beneficial effects of the combined use o[
poetin dapat mengurangi seringnya kebutuhan transfusi (Bab prenatal corticosteroids and postnatal sudactant on preterm infants. Am J
89. r ). Obstet Gynecol 168:508, 1993.
Kari MA, Hallman M, Eronen M, et al: Prenatal dexamethasone treatment in
PROGNOSIS. Penyediaan awal pengamatan intensif dan pe- conjrinction with rescue therapy of human surfactant: A randomized place-
rawatan bayi baru lahir yang mempunyai risiko-tinggi dapat bocontrolled multicenter study. Pediatrics 93:730, 1994.
secara bermakna mengurangi morbiditas dan mortalitas yang Klan JM, Faix RG, Pryce CJE, et al: Randomized, blind trial of dopamine
versus dobutamine for treatment of hypotension in preterm infants with res-
disebabkan oleh PMH dan penyakit neonatus akut lainnya' Na- ptatory distress syndrome. J Pediatr 125:ll7,1994.
mun, hasil yang baik bergantung pada adanya personel yang Kraybill EN, Runyan DK, Bose CL, et al: Risk factors for chronic lung dis-
berpengalaman dan terampil, unit rumah sakit regional yang ease in infants with birth weights of751 to 1000 grams. J Pediatr 115:115,

dirancang bangun dan diorganisasi secara khusus' peralatan 1 989.


Milner AD, Hoskyns EW: High frequency positive pressure ventilation in
yang tepat, dan tidak adanya komplikasi seperti: asfiksia janin
neonates. Arch Dis Child 64:1, 1989.
atau asfiksia lahir berat, perdarahan intrakranium, atau malfor- Northway WH Jr, Moss RB, Cariisle KB, et al: Late pulmonary sequelae of
masi kongenital yang tidak dapat diperbaiki. Terapi surfaktan bronchopulmonary dysplasia. N Engl J Med 323:1793, 1990.
telah mengurangi mortalitas RDS sekitar 407o; morbiditas Ohls RK, Hunter DD, Christensen RD: A randomized, double-blind, placebo-
controlled trial of recombinant erythropoietin in treatment of anemia of
yang terkena belum dapat diukur.
bronchopulmonary dysplasia. J Pediatr 123 :996, 1993.
Keseluruhan mortalitas bayi BBLR yang dirujuk ke pusat Parilla BV, Dooley SL, Jansen RD, et al: latrogenic respiratory distress syn-
perawatan intensif menurun secara mantap; sekitar 75Vo dari drome following elective repeat cesarean delivery. Obstet Gynecol 81 :392,
993.
mereka yang berada di bawah 1.000 g bertahan hidup, dan
1

Pramanik AK, Holtzmam RB, Merritt TA: Surfactant replacement therapy fc-
mortalitas secara progresif menurun pada berat badan yang le- pulmonary diseases. Pediatr Clin North Am 40:913, 1993.
bih tinggi, dengan lebih dari 95Vo bayi sakit yang bertahan Schwartz RM, Luby AM, Scanlon JW et al: Effect of surfactant on morbidity,
hidup beratnya lebih dari 2.500 g. Walaupun 85-90Vo dari se- mortality, and resource use in newbom infants weighing 500 to 1500 g. N
Engl J Med 330:1476,7994.
mua bayi PMH, yang bertahan hidup setelah mendapat dukun-
Seppanen MP, Kaapa PO, Kero PO, et al: Doppler-derived systolic pulmonary
gan ventilasi dengan respirator adalah normal, harapan yang artery pressure in acute neonatal respiratory distress syndrome. Pediatrics
ada pada mereka yang beratnya di atas 1.500 g adalah jauh le- 93:769,1994.
bih baik; sekitar 80Vo da/' mereka yang beratnya di bawah Survanta Multidose Study Group: Two-year follow-up of infants treated for
neonatal respiratory distress syndrome with bovine surfactant. J Pediatr
1.500 g tidak mengalami sekuele neurologis atau mental. 124:962,7994.
Prognosis jangka-panjang untuk tercapainya fungsi paru yang The HIFI Study Group: High-frequency oscillatory ventilation compared with
normal pada kebanyakan bayi PMH yang bertahan hidup ada- conventional mechanical ventilation in the fteatment of respiratory failure
lah sangat baik. Namun, bayi yang berhasil bertahan hidup in preterm infants. N Engl J Med 320:88, 1989.
Thibeault DW, Emmanoulides GC, Nelson RJ, et al: Patent ductus arteriosus
dari kegagalan pernapasan neonatus yang berat dapat menga- complicating the respiratory distress syndrome in preterm infants. J Pediatr
lami gangguhn paru dan perkembangan saraf yang berarti. 86:120,1975.
Walther FJ, Benders MJ, Leighton JO: Early changes in the neonatai circula-
tory transition. J Pediatr 123:625,1993.
Archer N: Patent ductus arteriosus in the newborn. Arch Dis Child 69:529' Walsh-Sukys MC, Bauer RE, Cornell DJ, et al: Severe respiratory failure in
t993. neonates: Mortality and morbidity rates and neurodevelopmental outcomes.
Carlo W, Martin R: Principles of neonatal assisted ventilation' Pediatr Clin J Pediatr 125:104, 1994.
No(h Am 33:221. 1986.
Clark RH: High-frequency ventilation. J Pediatr 124661,1994'
CummingsJJ,D'UegenioDB,GrossSJ:Acontrolledtria'lofdexamethasone
in preierm infants at high risk for bronchopulmonary dysplasia' N Engl J 87.4 Tukipnea Bayi Baru I'qhir Semen-
Med 320:1055, 1989.
Durand M, Sardesi S, McEvoy C: Effects of early dexamethasone therapy on
tara
pulmonary mechanics and chronic lung disease in very low birth weight in-
tants: A randomized, controlled trial. Pediatrics 95:584' 1995 Takipnea sementara, kadang-kadang disebut sindrom ke-
Egberts J, de Winter JP, Sedin G, et al: Comparison ofprophylaxis and rescue gawatan pernapasan tipe II, biasanya terjadi pada bayibayi
treatment with Curosurf in neonates less than 30 weeks' gestation: A ran-
trial. Pediatrics 92:768, 1993. preterrn (yang keadaannyajarang normal) atau bayi cukup bu-
domized
Fakhoury G, Daikoku NH, Benser J, et al: Lamellar body concentrations and lan pasca-persalinan per vaginam atau operasi sesar. Takipnea
the piediction of fetal pulmonary maturity. Am J Obstet Gynecol 170:72' ini mungkin hanya ditandai dengan takipnea yang bermula
1994. pada saat yang dini, kadang-kadang dengan retraksi, atau men-
Fiascone J, Rhodes T, Grondgeorge S, et al: Bronchopulmonary dysplasia' A
review for pediatricians. Curr Probl Pediatr 29:171, 1989'
dengkur saat ekspirasi, dan kadang-kadang, sianosis yang da-
Gill AB, Weindling AM: Randomised controlled trial of plasma protein frac- pat disembuhkan dengan oksigen minimal. Penderita biasanya
tion versus dopamine in hypotensive very low birthweight infants' Arch sembuh dengan cepat dalam 3 hari walaupun mereka mungkin
Dis Child 69:284,1993. jarang tampak menderita sakit berat dan mempunyai perja-
Halliday HL, Tarnow-Mordi WO, Corcoran JD, et al: Multicentre randomised
trial iomparing high and low dose surfactant regimens for the tfeatment of
lanan yang lebih lama. Paru-paru biasanya bersih tanpa ronki
respiratory disiress syndrome (the Curosurf 4 trial). Arch Dis Child 69:276' halus atau ronki, dan roentgen dada menunjukkan corak vas-
1 993. kular paru yang jelas, garis-garis cairan dalam fisura, aerasi
600 BAGIAN Xl 1 Janin dan Bayi Neonatus

yang mengandung verniks kaseosa, sel epitel, mekonium, atau


benda-benda dari saluran lahir, yang dapat memblokade jalan
napas yang paling kecil serta mengganggu pertukaran oksigen
dan karbondioksida. Bakteri patogen ditemukan menyertai
benda-benda yang teraspirasi, dan dapat terjadi pneumonia,
bahkan pada kasus-kasus yang noninfeksi, kegawatan perna_
pasan yang disertai bukti yang dapat dilihat secara roentgen
akan adanya aspirasi (Gambar 87-6).
Aspirasi benda asing pada paru dapat juga terjadi pada
bayi baru lahir akibat adanya fistula trakeoesofagus, obstiuksi
esofagus dan duodenum, refluks gastroesofagus, praktek_
praktek pemberian makan yang tidak tepat, dan pemberian
obat-obat depresan.
Isi lambung harus diaspirasi melalui kateter lunak tepat se_
belum operasi atau prosedur-prosedur lain yang memerlukan
anestesi atau yang menimbulkan gangguan berarti pada bayi.
Bila aspirasi telah terjadi, pengobatannya terdiri dari memberi_
kan dukungan umum dan pernapasan dan pengobatan pneu_
monia (Bab 87 dan 99).

Goodwin SR, Graves SA, Haberkem CM: Aspiration in intubated premature


infants. Pediatdcs 75;85, 19g5.

87.6 Aspirasi Mekonium


Gambar 87-6. Sindrom aspirasi janin (pneumonia aspirasi). perhatikan gam-
baran granular yang kasar dengan aerasi tidak teratui khas kega_watan jlnin Cairan amnion yang terwarnai-mekonium ditemukan pada
dan aspirasi benda, seperti verniks kaseosa, sel epitel, dan mekonium dalam
5-I5% kelahiran, tetapi sindrom ini biasanya terjadi pada bayi
cairan amnion.
cukup bulan atau lewat bulan. pada 5Vo bayi yang demikian
berkembang pneumonia aspirasi, dimana 30Vo dariny amemer_
lukan ventilasi mekanis dan 5-10 persennya dapat meninggal.
Biasanya, tetapi tidak selalu, kegawatan janin aan hipoksia
berlebihan, diafragma datar, dan kadang-kadang ada cairan terjadi bersama dengan masuknya mekonium ke dalam cairan
pleura. Tidak lazim ada hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis. amnion. Bayi ini tercat mekonium dan bisa mengalami depresi
Untuk membedakan penyakit ini dari penyakit membran hialin serta memerlukan resusitasi pada saat lahir. patofisiologinya
mungkin amat sukar; tanda-tanda khusus takipnea sementara ditulis pada Gambar 87-7.
merupakan penyembuhan bayi mendadak dan tidak ada gam_
MANIFESTASI KLlNlS. Di dalam urerus, arau lebih sering,
baran retikulogranular roentgen pada bronkografi udara. para pada pernapasan pertama, mekonium yang kental teraspirasi
ahli percaya bahwa sindrom ini merupakan akibat dari lambat_
ke dalam paru, mengakibatkan obstruksi jalan napas kecil
nya absorpsi cairan paru janin sehingga mengakibatkan penu_ yang dapat menimbulkan kegawatan pernapasan dalam bebe_
runan kelenturan paru dan volume tidal, serta bertambahnya
rapa jam pertama dengan gejala takipnea, retraksi, mendeng_
ruang mati dead space.
kur, dan sianosis pada bayi yang terkenanya berat. Obstruksi
parsial pada beberapa jalan napas dapat menimbulkan pneu_
Avery ME, Gatewood OB, Brumley G: Transient tachypnea of newborn. pos_ motoraks atau pneumomediastinum, atau keduanya. pengobar
sible delayed reabsorption of fluid at birth. Am J Dis Child I 1 1 :380, 1966. an tepat dapat menunda mulainya kegawatan pernapasan, yang
Gross TL, Sokol RJ, Kwong MS, et al: Transient tachypnea of the newborn: bisa hanya terdiri atas takikardia tanpa retraksi. Distensi dada
The relationship to preterm delivery and signiircant neonatal morbidity.
yang berlebihan dapat menonjol. Keadaan ini biasanya mem_
Am J Obstet Gynecol 146:236, 1983.
Sundell H, Garrott J, Blankenship WJ, et al: Studies on infants with type II baik dalam 72 jam, retapi bila dalam perjalanan penyakitnya
respiratory distress syndrome. J pediatr 78:754, lg7I. bayi memerlukan bantuan ventilasi, keadaan ini dapat beiat
dan kemungkinan mortalitasnya tinggi. Takipnea dapat mene_
tap selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu.
87.5 Aspirasi Benda Asing Roentgen dada bersifat khas ditandai dengan bercak_bercak in_
(Sindrom Aspirasi Janin: pneumonia Aspirasi) filtrat, corakan kedua lapangan paru kasar, diameter antero_
posterior tambah, dan diafragma mendatar. Roentgen dada
Pada kelahiran yang lama dan persalinan yang sukar, bayi normal pada bayi dengan hipoksia berat dan tidak adanya mal_
sering memulai gerakan pernapasan yang kuat di dalam uterus formasi jantung mengesankan diagnosis sirkulasi janin persis_
akibat terganggunya masukan oksigen melalui plasenta. pada ten (Bab 87 .1). POz arreri dapat rendah pada penyakit lain,
dan
keadaan demikian bayi dapat mengaspirasi cairan amnion jika terjadi hipoksia, biasanya ada asidosis merabolik.
87 f Gangguan Saluran Pernapasan 601

Psngeluaran mekonium lisiologis Gangguan janin (hipoksia, kompresi talipu


(lorutama iika lewat bulan)
sal. dan lain-lain) + k€luar m€konium

Gangguan
berk6lanjutan

Asidosis
Hipoksemia Gambar 87-7. Patofisiologi keluarnya mekonium dan sindrom aspirasi me_
Hipeftapnea
konium. (Dari Wiswell TF, Bent RC: Meconiurn staining and meconiurn
aspi_
ration syndrome. Pediatr Clin North Am 40:95-5, 1993.)

PENCEGAHAN. Risiko aspirasi mekonium dapat berkurang Anonymous: Lung function in children after neonatal meconium aspiration.
dengan melakukan perhatian yang ceflnat pada kegawatan ja_ Lancet 2:317, 1988.
nin dan segera memulai persalinan bila ada asidosis janin, per_ Cialone PR, Sherer DM, Ryan RM, et al: Amnioinfusion during labor
compli-
cated by particulate meconium-stained amniotic fluid decreases
lambatan akhir, atau bila variabilitas denyut-ke-denyut jelek. neonatar
morbidity. Am J Obstet Gynecol 170:942, 1994
Infus amnion dan pengisapan Delee orofaring sesudah kepala Cunningham A, Lawson E, Martin R, et al: Tracheal suction and meconium:
dilahirkan mengurangi insidens aspirasi mekonium. A proposed standard of care. J pediatr 1 16: I 53. I 990.
Gregory GA, Gooding CA, phibbs RH, et al: Meconium aspiration infants;
a
PENGOBATAN. Bila tidak ada kegawaran janin, bayi yang prospective study. J pediatr g5:g4g, 1974.
kuat (skor Apgar 8 arau lebih) dapat dilahirkan melalui meko- Hageman JR: Meconium staining of the amniotic fluid: The need fbr
reassess-
nium tipis dan bisa tidak memerlukan pengobatan. Bayi yang ment ofmanagement by obstetricians and pediatricians. Curr probl pediatr
23:396,1993.
mengalami depresi (mereka yang dengan hipotonia, bradikar_ Nathan L, Leveno KJ, Carmody TJ, et al: Meconium: A 1990s perspective
on
dia, atau apnea) dan mereka yang dilahirkan melalui cairan ter- an old obstetric hazard. Obstet Gynecol g3:329,1994.
cat mekonium kental berbutir (sop kacang polong) (terutama Sunno C, Kosasa TS, Hale RW: Meconium aspiration syndrome without
evi-
mereka yang tidak mengalami pengisapan Del-ee) harus men_ dence of fetal distress in early labor before elective ."rar"un delivery.
Ob_
stet Gynecol'13:107, 1989.
jalani intubasi endotrakea, dan alat pengisap harus dimasukkan
Wiswell TE, Bent RC: Meconiun staining and the meconium aspiration
syn-
secara langsung ke dalam pipa endotrakea untuk membuang drome. Pediarr Clin Norrh Am 40:955, 1993.
mekonium dari jalan napas. Risiko laringoskopi dengan intu, Yoder BA: Meconium-stained amniotic fluid and respiratory complications:
basi trakea (bradikardia, laringospasme, hipoksia, luka lecet Impact of selective tracheal suction. Obstet Gynecoi g3:77, I 994.

flaserasi] faring posterior dengan pembentukan pseudodiver-


tikulum) lebih sedikit daripada risiko sindrom aspirasi meko_
nium pada keadaan ini. 87.7 Hipertensi Pulmonal primer-
Pengobatan pneumonia aspirasi-mekonium mencakup pe- Sirkulasi Janin Persisten (SJp)
rawatan pendukung dan manajemen standar untuk kegawatan
pernapasan. Manfaat oksigenasi PEEP harus dipertimbangkan SJP terjadi pada bayi cukup bulan dan lewat bulan pasca
terhadap risiko pneumotoraks. Aspirasi mekonium yang berat asfiksia lahir, pneumonia aspirasi mekonium, sepsis strepioko_
menyerupai sirkulasi janin persisten dan memerlukan pengo- kus grup B, penyakit membran hialin, hipoglikemia, polisi_
batan yang serupa. Penderita yang refrakter terhadap ventilasi temia, dan hipoplasia paru akibat hernia diafragmatika, kebo_
mekanis konvensional atau ventilasi frekuensi-tinggi dapat coran cairan amnion, oligohidramnion, atau efusi pleura. SJp
memperoleh manfaat dari terapi surfaktan (tanpa memandang sering idiopatik. Insidensinya adalah 1:500 sampai 1:700 kela-
umur kehamilan), inhalasi nitrit oksida, atau oksigenasi mem- hiran hidup.
bran ekstrakorporal (ECMO) (lihat Bab 87,7). PATOFIS|OLOG|. Pola sirkulasi persisren pada janin yaitu
PROGNOSIS. Diperkirakan bahwa bayi yang rercar meko- shunt dari kiri ke kanan melalui duktus arteriosus paten dan
nium memiliki mortalitas yang lebih tinggi daripada mortalitas foramen ovale sesudah lahir disebabkan oleh tahanan vaskular
bayi tidak tercat, dan aspirasi mekonium biasanya menyebab- pulmonal yang sangd't tinggi. Tahanan vaskular pulmonal
kan proporsi kematian neonatus yang bermakna. Sisa masalah janin biasanya meningkat relatif terhadap tekanan sistemik
pada paru jarang dijumpai, tetapi meliputi batuk bergejala, me_ atau pulmonal sesudah janin lahir. Keadaan janin ini memung_
ngi, dan hiperinflasi persisten selama 5-10 tahun. prognosis a- kinkan shunt darah vena umbilikalis yang teroksigenasi ke
khir bergantung pada luasnya jejas sistem saraf pusat akibat atrium kiri (dan otak) melalui foramen ovale dan langsung
asfiksia, dan adanya masalah-masalah terkait seperti adanya menuju paru melalui duktus arteriosus ke aorta desendens. Se_
sirkulasi janin. sudah lahir, tahanan vaskular pulmonal secara noffnal menu-
602 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

run dengan cepat sebagai akibat vasodilatasi karena udara gen dada normal; sedangkan pada SJP yang disertai dengan
mengisi paru, kenaikan pada Pao2, pengurangan pada Pcoz, ke- pneumonia dan hernia diafragmatika, masing-masing me-
naikan pH dan pelepasan bahan-bahan vasoaktif. Kenaikan ta- nunjukkan adanya lesi spesifik berupa parenkim yang keruh
hanan vaskular pulmonal pada neonatus dapat berupa (1) salah dan adanya usus di dalam dada. Diagnosis banding SJP meli-
menyesuaikan (maladaptive) knena jejas akut (misalnya, tidak puti penyakit jantung sianosis (terutama anomali total muara
memperlihatkan vasodilatasi yang normal pada respons terha- vena pulmonalis) dan bentuk etiologi terkait yang memberi
dap kenaikan oksigen dan perubahan lain sesudah lahir); (2) kecenderungan SJP (misalnya, hipoglikemia, polisitemia, sep-
akibat dari bertambah tebalnya otot tunika media arteri pul- sis).
monalis dan perluasan lapisan otot polos ke dalam lapisan PENGOBATAN. Terapi diarahkan untuk memperbaiki setiap
yang biasanya nonmuskular, arteriol pulmonalis yang lebih penyakit predisposisi (hipoglikemia, polisitemia) dan memper-
perifer dalam responsnya terhadap hipoksia janin kronis; (3) baikr oksigenasi jaringan yang jelek. Respons-tgrhagap terapi
karena hipoplasia pulmonal (hernia diafragmatika, sindrom sering tidak dapat diramalkan, bersifat sementara, dan dipersu-
Potter); (4) obstruktif karena polisitemia atau anomali total litoleh pengaruh obat atau ventilasi mekanis yang merugikan.
muara vena pulmonalis; atau (5) karena displasia kapiler al- Manajemen awalnya meliputi pemberian oksigen dan koreksi
veolus, gangguan mematikan yang mungkin bersifat familial asidosis, hipotensi, dan hiperkarbia. Hipoksia menetap harus
dengan penipisan septum alveolus dan berkurangnya jumlah ditangani dengan intubasi dan ventilasi mekanis.
arteri pulmonalis kecil dan kapiler. Selain daripada etiologi, Satu pendekatan untuk pengobatan SJP berat terdiri dari
dapat dijumpai adanya hipoksia berat karena shunt darikanan pemasangan ventilasi mekanis tanpa paralisis pankuronium;
ke kiri dan Pco2yang normal atau naik. pengaturan ventilator diatur untuk mencapai paoz 50-70
MANIFESTASI KLlNlS. Bayi menjadi sakit dalam kamar ber- mmHg dan Pcoz 50-55 mmHg. Tolazolin (l mg&g), anrago-
salin atau dalam usia 12 jam pertama. SJP karena polisitemia, nis -adrenergik nonselektif, digunakan sebagai tambahan un-
penyebab idiopatik, hipoglikemia, atau asfiksia dapat menga- tuk menimbulkan vasodilatasi sistem arteri paru, namun juga
kibatkan sianosis berat dengan takipnea, walaupun pada mu- mengakibatkan hipotensi sistemik, yang diobati dengan pe-
lanya mungkin ada tanda-tanda kegawatan pernapasan mini- nambahan volume dan dopamin. Pendekatan lain untuk meng-
mal. Bayi menderita SJP yang disertai dengan aspirasi me- obati SJP berat, menggunakan hiperventilasi untuk mengu-
konium, pneumonia streptokokus grup B, hernia diafragma- rangi vasokontriksi paru dengan menurunkan pcoz (20-25
tika, atau hipoplasia pulmonal biasanya mengalami sianosis, mmHg) dan menaikkan pH (7,50-7,60). Ini memerlukan te-
mendengkur, memerah, retraksi, takikardia dan syok. Dapat kanan inspirasi puncak yang tinggi dan frekuensi pernapasan
dijumpai adanya keterlibatan multiorgan (lihat Tabel 84-l). yang cepat, sering memerlukan penggunaan paralisis panku-
Isk:mia miokardium, disfungsi muskulus papillare dengan re- ronium untuk mengendalikan ventilasi agar mencap at pao2
gurgitasi mitral dan trikuspidal, serta bising jantung mengha- antara 90 dan 100 mmHg. Komplikasi hiperventilasi meliputi
silkan syok kardiogenik dengan berkurangnya aliran darah hiperinflasi dengan pengurangan karbondioksida yang dielimi-
paru, perfusi jaringan, dan penghantaran oksigen. Hipoplasia nasi, pengurangan curah jantung, barotrauma, pneumotoraks,
adalah sangat labiL dan sering tidak sebanding dengan pene- penurunan aliran darah serebral, kenaikan kebutuhan cairan
muan- p e ne muan p adrt ro ent g en dada. dan edema akibat dari paralisis pankuronium. Alkalinisasi de-
DIAGNOSIS. SJP harus dicurigai pada semua bayi cukup ngan natrium bikarbonat juga telah digunakan untuk menaik-
bulan yang mengalami sianosis dengan atau tanpa kegawatan kan pH plasma untuk menimbulkan vasodilatasi arteri paru.
janin, retardasi pertumbuhan intrauteri, cairan amnion bercam- Kedua metode ventilasi mekanis mungkin berhasil, dan indi-
pur mekoniuin, hipoglikemia, polisitemia, hernia diafragmati- kasi spesifik untuk memakai metode yang satu atau yang lain-
ka, efusi pleura, dan asfiksia lahir. Hipoksia adalah universal nya, belum ditegaskan. Penderita yang tidak memberikan
dan tidak memberikan respons terhadap oksigen l00vo yang respons dengan ventilasi konvensional nantinya mungkin
diberikan dengan kap (hood) oksigen, namun dapat memberi- memberi respons terhadap hiperventilasi atau ventilasi fre-
kan respons sementara terhadap tindakan hiperventilasi hi- kuensi tinggi. Syok kardiogenik harus diobati dengan agen
peroksik yang diberikan melalui intubasi endotrakea, atau de- inotropik seperti dopamin dan dobutamin.
ngan memakai kantong atau masker. Gradien Pao2 antara tem- Terapi surfaktan eksogen bermanfaat pada beberapa pen-
pat pengambilan darah praduktus (arteri radialis kanan) dan derita. Inhalasi nitrit oksida, vasodilator pulmonal kuat dan se-
pascaduktus (arteri umbilikalis) yang lebih besar dari 20 lektif (ekuivalen dengan faktor relaksasi yang berasal dari
mnrHg memberi kesan shunt dari kanan ke kiri melalui duktus endotelium), bila diberikan dalam 10-20 ppm (kadang-kadang
arteriosus dan SJP. Pemeriksaan ekokardiografi real time ber- 50) telah memperbaiki oksigenasi pada penderita dengan SJp
sama dengan aliran Doppler mempedihatkan shunt dari kanan dan mengurangi kebutuhan ECMO.
ke kiri melewati foramen ovale dan duktus arteriosus. Deviasi Oksigenasi Membran Ekstrakorporal [ECMO]. pada 5-l0Vo
sekat intraatrium ke dalam atrium kiri ditemukan pada SJP be- penderita SJP (sekitar 1:4000 kelahiran) ada respons yang je-
rat. Insufisiensi trikuspidal atau mitral dapat ditemukan pada lek terhadap oksigen l00%o, ventilasi mekanis, dan obat-obat-
auskultasi sebagai bising holosistolik dan divisualisasikan de- an. Pada penderita yang demikian, gradien oksigen alveolar-
ngan ekokardiografi bersama dengan kontraktilitas yang jelek arteri (secara kasar pada setinggi permukaan laut [j60-4jl -
bila SJP disertai dengan iskemia miokardium. Derajat regurgi- Paco2-Pao2) atau indeks oksigenasi, OI, (rata-rata tekanan ja-
tasi trikuspidal dapat memperkirakan tekanan arteri pulmo- lan napas x Fioz x 100) Pao2 Pascaduktus telah digunakan
nalis. Suara jantung kedua diperkeras dan tidak membelah (not untuk meramalkan mortalitas tebih besar dari 802o. Gradien
split). Pada SJP yang disertai-asfiksia dan SJP idiopatik, roent- AaDoz yang lebih besar dari 620 selama 8-I2 jam dan pada
87 a Gangguan Saluran Pernapasan 603

OI lebih dari 40 yang tidak memberikan respons terhadap in- mungkin memisahkan mereka dari jalan pintas, atau, mereka
halasi nitrit oksida meramalkan mortalitas yang tinggi dan me- meninggal sesudah ECMO dihentikan. Transplantasi paru
rupakan indikasi untuk ECMO. ECMO juga telah digunakan mungkin bermanfat pada bayi ini.
untuk mengobati bayi yang dipilih secara cermat bahwa sakit-
nya berat dan mempunyai penyakit membran hialin, pneu- Abman SH, Kinsella JP, Schaffer MS, et al: Inhaled nitric oxide in the man-
monia-aspirasi mekonium, atau sepsis streptokokus grup B. agement of a premature newborn with severe respiratory distress and pul-
ECMO merupakan indikasi pada penderita hipoksik dengan monary hypertension. Pediatrics 92606, 1993.
Boggs S, Harris MC, Hoffman DJ, et al: Misalignment of pulmonary vein-
hernia diafragmatika, terutama bila indeks ventilasi (frekuensi with alveolar capillary dysplasia: Affected siblings and variable phenotypic
x rata-rata tekanan jalan napas) melebihi 1.000 dan Pcoz mele- expression. J Pediatr 124:125, 1994.
bihi 40 mmHg. Clark RH, Yoder BA, Sell MS: Prospective, randomized compariscin of high
ECMO adalah bentuk jalan pintas (bypass) kardiopulmonal frequency oscillation and conventional ventilation in candidates for extra-
corporeal membrane oxygenation. J pediatr 724:44j,1994.
yang memperkuat perftisi sistemik dan memberikan pertu- Donn SM: Altematives to ECMO. Arch Dis Child 70:F81. 1994.
karan gas. Sebagian besar pengalaman adalah dengan jalan Finer NN, Etches PC, Kamstra B, et al: Inhaled nitric oxide in infants r.eferred
pintas vena-arteri, yang memerlukan tempat untuk kateter be- for extracorporeal membrane oxygenation: Dose response. J pediatr
sar pada vena jugularis interna kanan dan arteri karotis serta 124:3Q2,1994.
Kanto WP: A decade of expenence with neonatal extracorporeal membrane
sering memerlukan pengikatan arteri karotis. (Jalan pintas ve-
oxygenation. J Pediatr 124:335, 1994.
novenosus menghindari pengikatan arteri karotis tadi dan Roberts JD, Shaul PW: Advances in the treatment of persistent pulmonary hy-
memberikan pertukaran gas, namun tidak mendukung curah pertension ofthe newborn. Pediatr Clin North Am 40:9g3, 1993.
jantung). Darah pada mulanya dipompa melalui sirkuit ECMO Schumacher RE: Extracorporeal membrane oxygenation. Will this therapy
continue to be as efficacious in the future? pediatr Clin North Am 40: I 005.
pada kecepatan yang mendekati 80Vo dari curah jantung yang
1993.
diperkirakan 150-200 ml/kg/menit. Darah vena yang kembali Walsh-Sukys MC, Bauer RE, Comell DJ, et al: Severe respiraror.v failure in
melalui oksigenator membran, dipanasi, dan kembali ke dalam neonates: Mortality and morbidity rates and neurodevelopmental outcomes.
arkus aorta. Saturasi oksigen vena digunakan untuk memantau J Pediatr 725:104, t994.

hantaran oksigen jaringan dan selanjutnya ekstraksi. Kece-


Walsh-Sukys M, Stork EK, Martin RJ: Neonatal ECMO: Iron lung of the
1990s? J Pediatr 124:427,t994.
patan aliran ECMO disesuaikan untuk mencapai saturasi oksi- Wilcox DT, Glick PL, Karamanoukian H, et al: pathophysiology of congenital
gen vena yang memuaskan (>65%) dan stabilitas kardiovas- diaphragmatic hernia. V. Effect of exogenous surfactant therapy on gas ex_
kular. Bila bayi dimulai pada ECMO, dukungan ventilator change and mechanics in the lamb congenital diaphragmatic hernia model.
J Pediatr 124:289, 1994.
yang sedang berjalan dilepaskan pada udara kamar dan pada
kecepatan serta tekanan yang rendah untuk mengurangi risiko
tol'sisitas oksigen dan barotrauma, dengan demikian memberi- 87.8 Ekstravasasi (Jdsra Ekstrapulmo-
kan waktu pada paru-paru untuk beristirahat dan sembuh.
num
Karena ECMO memerlukan heparinisasi total untuk men- (Pneumotoraks, Pneumomediastinum, dan Emfisema lnterstisial
cegah pembekuan pada sirkuit, peuderita dengan atau pada Pulmonum)
risiko prv (berat <2 kg, umur kehamilan <35 minggu) bukan
merupakan calon untuk terapi ECMO. Lagipula, bayi yang se- Pneumotoraks yang tidak bergejala, biasanya unilareral, di_
dang dipikirkan akan dilakukan ECMO seharusnya menderita perkirakan terjadi pada l-2Vo dai semua bhyi baru lahir; pneu_
penyakit paru yang reversibel, tidak ada tanda-tanda perdara- motoraks dan pneumomediastinum bergejala adalah kurang la-
han sistemik, dan tidak ada asfiksia berat atau malformasi zim. Pneumotoraks lebih lazim ter;adi pada laki-laki daripada
yang'tnematikan, dan mereka harus telah diventilisasi selama wanita, dan, pada bayi cukup bulan dan bayi lewat bulan dari-
kurang dari 7-10 hari. Komplikasi ECMO meliputi tromboem- pada bayi prematur. Insidensnya bertambah pada bayi-bayi de-
bolisme, embolisasi udara, perdar ahan, stroke, kejang-kejang, ngan penyakit paru, seperti aspirasi mekonium dan penyakit
atelektasis, ikterus kolestatik, trombositopenia, neutropenia, membran hialin; pada mereka yang menerima resusitasi kuat
hemolisis, komplikasi infeksi akibat transfusi darah, pemben- atau yang sedang mendapat bantuan ventilasi, terutama jika te
tukan edema, dan hipertensi sistemik. kanan inspirasi tinggi atau bila menggunakan tekanan akhir
PROGNOSIS. Hasil akhir pada bayi dengan SJP dihubung- ekspirasi yang ditingkatkan terus-menerus; dan pada bayi de-
kan dengan ensefalopati hipoksik'iskemik yang menyertainya ngan anomali saluran kencing.
dan kemampuan untuk mengurangi tahanan vaskular pulmo- ETIOLOGI DAN PATOF|S|OLOG|. penyebab pneumororaks
nal. Prognosis jangka panjang untuk bayi dengan SJp yang yang paling lazim adalah inflasi berlebihan yang mengakibar-
bertahan hidup sesudah pengobatan dengan hiperventilasi sa- kan robekan alveolar. Pneomotoraks dapat terjadi ,,spontan,,
ma dengan prognosis untuk bayi yang menderita penyakit de- atau idiopatik atau sekunder akibat penyakit paru yang sudah
ngan keparahan yang ada sejak lahir (misalnya, asfiksia lahir, ada, seperti emfisema lobaris atau robekan kista kongenital
hipo-glikemia, polisitemia). Hasil akhir untuk bayi yang men- atau pneumonia; akibat trauma; atau akibat obstruksi bronkus
derita SJP yang diobati dengan ECMO juga menyenangkan; atau bronkiolus tipe "katup bola" yang disebabkan aspirasi.
85-90V0 bertahan hidup, dan 70-15% yang bertahan hidup tam- Kebocoran udara terjadi selama 24-36 jarn pertama pada bayi
pak normal pada usia 1 tahun. Bayi yang menderita hernia dia- dengan aspirasi mekonium, pneumonia, dan penyakit mem-
fragmatika yang disertai dengan SJP berat mempunyai progno- bran hialin bila kelenturan paru berkurang, dan kemudian sela_
sis jelek jika Pco2 pra- dan pasca-bedah melebihi 40 mmHg. ma fase penyembuhan penyakit membran hialin jika tekanan
walaupun diberi ventilasi mekanis. Penderita demikian dapat inspirasi dan PEEP tidak dikurangi secara simultan dengan
memberikan respons terhadap ECMO; kadang-kadang, tidak adanya perbaikan fungsi pernapasan.
504 BAGIAN XI a Janin dan Bayi Neonatus

Gambar 87-8. Pneumomediastinum pada bayi


baru lahir. Pandangan anteroposterior memper-
lihalkan kompresi paru dan pandangan lateral
menunjukkan pencembungan stemum. masing-
masing akibat dari distensi mediastinum oleh
udara yang terperangkap.

Pneumotoraks yang disertai dengan hipoplasia paru lazim sampai dispnea berat, takipnea, dan sianosis. Iritabilitas dan
ditemui; terjadi pada umur hari pertama, dan disebabkan kare- gelisah atau apnea dapat merupakan tanda-tanda yang paling
na berkurangnya luas permukaan alveolar dan kelenturan paru awal. Mulainya dapat mendadak atau perlahan-lahan; bayi da-
yang jelek. Pneumotoraks berhubungan dengan gangguan pe- pat dengan cepat menjadi sakit berat. Dada dapat tampak
ngurangan volume cairan amnion (sindrom Potter; agenesis asimetris dengan kenaikan diameter anterior posterior dan
ginjal, displasia ginjal, kebocoran cairan amnion kronis), cembung pada sela interkostal sisi yang terkena, dan mungkin
berkurangnya gerakan pernapasan janin (oligohidramnion, pe- ada suara pernapasan yang hipersonor, berkurang, atau bahkan
nyakit neuromuskular), lesi paru yang menempati ruang (her- tidak ada. Jantung berpindah ke arah sisi yang tidak terkena,
nia diafragmatika, efusi pleura, kilotoraks), dan kelainan dan diafragma berpindah ke bawah, seperti halnya hati, pada
toraks (distrofi toraks asfiksia). pneumotoraks sisi kanan. Karena pada sekitar 70Vc penderita
Udara dari alveolus yang robek masuk ke dalam celah in- kedua sisinya terkena, maka penemuan yang simetris tidak
terstisial paru, dan dapat menyebabkan emfisema interstisial mengesampingkan pneumotoraks. Pada pneumotoraks tekan-
atau dapat menyusup sepanjang selaputjaringan pengikat peri- an, dapat dijumpai tanda-tanda syok, dan apeks jantung ter-
bronkial dan perivaskular pada dasar paru. Jika volume udara dorong menjauhi sisi yang terkena.
yang lolos cukup besar, ia dapat mengikuti selaput vaskular Pneumomediastinum terjadi pada setidak-tidaknya 25Vo
dan menimbulkan emfisema atau robekan mediastinum yang penderita dengan pneumotoraks dan biasanya tidak bergejala.
selanjutnya menimbulkan pneumomediastinum, pneumoto- Tingkat kegawatan pernapasan bergantung pada jumlah.udara
raks, dan emfisema subkutan. Kadang-kadang, penambahan yang terperangkap. Jika jumlah udaranya itu banyak, ada ke-
tekanan mediastinum dapat menekan vena pulmonalis pada hi- cembungan pada daerah tengah toraks, vena-vena leher me-
lus, mbngganggu aliran balik vena ke jantung serta curail jan- ngembang, dan tekanan darah rendah. Penemuan dua hal tera-
tung. Kadang-kadang udara dapat mengembolisasi ke dalam khir tadi adalah akibat blokade sirkulasi karena vena-vena
sirkulasi, menimbulkan pemucatan kulit, udara dalam kateter sistemik dan pulmonal mengalami kompresi. Walaupun mung-
intravaskular, roentgen dada memperlihatkan jantung yang ter- kin ada sedikit tanda-tanda klinis, emfisema subkutan pada
isi udara dan kemudian meninggal. bayi baru lahir hampir patognomonis untuk pneumomediasti-
jika kumpulan udara dalam num.
Pneumotoraks tekanan terjadi
celah pleura cukup banyak untuk menaikkan tekanan intra- Emfisema interstisial paru (EIP) dapat mendahului per'-
pleura di atas tekanan atmosfer. Pneumotorak tekanan unila- kembangan pneumotoraks atau dapat berdiri sendiri, mengaki-
teral mengakibatkan gangguan ventilasi tidak hanya pada pa- batkan bertambahnya kegawatan pernapasan karena berku-
ru-paru yang kolaps tetapi juga pada paru-paru normal dengan rangnya kelenturan paru, hiperkarbia, dan hipoksia. Hipoksia
pergeseran mediastinum ke sisi yang lain. Kompresi vena kava
ini adalah karena kenaikan gradien oksigen arteri alveolar dan
dan torsi pembuluh darah besar dapat mengganggu aliran balik shunt intrapulmonal. Pembesaran gelembung atau udara yang
vena.
progresif dapat mengakibatkan dilatasi kistik dan penjelekan
pernapasan yang menyeruflai pneumotoraks. Pada kasus EIP
MANIFESTASI KLllNlS. Penemuan fisik pada pneumotoraks berat yang mendahului perkembangan displasia bronkopul-
tidak bergejala adalah hipersonor dan suara pernapasan berku- monal (DBP). Penghindaran dari tekanan inspirasi tinggi atau
rang pada sisi dada yang terlibat dengan atau tanpa takipnea. ventilasi rata-rata dapat mencegah perkembangan EIP. Pengo-
Pneumotoraks bergejala ditandai dengan kegawatan perna- batan dapat meliputi bronkoskopi jika ditemui bukti adanya
pasan, bervariasi dari hanya kenaikan frekuensi pernapasan penyumbatan mukus, intubasi selektif pada bronkus yang ti-
87 a Gangguan Saluran Pernapasan 605

dak terlibat, oksigen, perawatan jalan napas umum, dan venti- 87.9 Fibrosis Interstisial Puru
lasi semprotan berfrekuensi-tinggi.
(Sindrom Wilson-Mikity; Displasia Bronkopulmonum; lnsufisiensi
DIAGNOSIS. Pneumotoraks dan pneumomediastinum harus Paru pada Prematur)
dicurigai pada setiap bayi baru lahir yang menunjukkan tanda-
tanda kegawatan pernapasan atau yang menampakkan kege- Lihat juga Bab 87.3 untuk pembahasan displasia bronko-
lisahan atau iritabilitas, atau mengalami perubahan keadaan pulmonum.
yang mendadak. Diagnosis ditegakkan secara roentgen dengan Wilson dan Mikity menggambarkan sindrom bayi prema-
tepi paru yang kolaps terlihat menonjol berhadapan dengan tur, biasanya kurang dari kehamilan 32 minggu dan berat ba-
pneumotoraks (lihat Gambar 366-l), dan pada pneumomedi- dan lahir di bawah 1.500 g, dan tanpa riwayat penyakit mem-
astinum, hiperlusensi di sekitar tepi jantung dan antara ste- bran hialin; sindrom ini ditandai dengan mulainya dispnea,
rnum dan tepi jantung (Gambar 87-8). Transiluminasi toraks se- takipnea, retraksi dan sianosis yang tersembunyi selama umur
ring membantu dalam diagnosis gawat darurat pneumotoraks; bulan pertama. Kasus-kasus yang jarang ditemui telah di-
sisi yang terkena mentransmisikan cahaya yang berlebihan. laporkan pada bayi cukup bulan, biasanya mereka yang mem-
Anomali ginjal yang menyertai dikenali dengan ultraso- no- punyai riwayat aspirasi mekonium atau pemberian oksigen.
grafi. Hipoplasia paru dikesankan oleh tanda-tanda kompresi Infeksi virus juga telah dilibatkan.
uterus (kontraktur tungkai), toraks kecil pada roentgen dada, Beberapa variasi pada presentasi kliriis telah diuraikan de-
hipoksia berat dengan hiperkarbia, dan tanda-tanda penyakit ngan penemuan roentgen yang serupa. Beberapa bayi mende-
primer (hipotonia, hernia diafragmatika, sindrom Potter). rita kegawatan pernapasan pada saat lahir yang kadang-kadang
Pneumoperikardium bisa tidak bergejala, hanya memer- berat, menyerupai penyakit membran hialin, dan memerlukan
lukan pengobatan suportif umum, tetapi biasanya muncul se- oksigen; ini mungkin merupakan kasus displasia bronkopul-
bagai syok mendadak dengan takikardia, suara jantung lemah, monum (DBP). Yang lain menunjukkan perkembangan dis-
dan nadi yang jelek memberi kesan tamponade yang segera pnea dan sianosis yang lebih perlahan-lahan. yang lain tidak
memerlukan evakuasi udara yang terperangkap. Pneumoperi- mempunyai gejala pernapasan awal atau riwayat pemaparan
toneum dari udara yang lewat melalui lubang-lubang dia- terhadap oksigen, dan mulainya gejala-gejala terjadi pada
fragma selama ventilasi mekanis dapat juga terkelirukan de- umur beberapa minggu.
ngan perforasi organ abdomen. Batuk, mengi dan ronki halus dapar timbul, tetapi demam
hanya terjadi bersamaan dengan infeksi. Mungkin ada kolaps
PENGOBATAN. Tanpa kebocoran udara yang terus-mene-
sebuah lobus atau paru; komplikasi lain adalah gagal jantung
rus, pneumotoraks yang tidak bergejala dan yang berge.jala ri-
sebelah-kanan, osteoporosis, dan fraktur kosta. Gejala-gejala
ngan hanya memerlukan observasi yang ketat. Pemberian ma-
'kan yang sering dengan porsi kecil dapat mencegah dilatasi biasanya bertambah selama 2-6 minggu dengan kenaikan ke-
tergantungan oksigen yang terus-menerus selama beberapa bu-
lambung dan meminimalkan bayi menangis, yang dapat meng-
lan, disertai dengan penyembuhan perlahan-lahan atau kega-
ganggu ventilasi lebih lanjut dan memperjelek pneumotoraks.
galan pernapasan dan jantung progresif. Bayi yang sembuh
Pernapasan dengan 1007o oksigen mempercepat resorpsi udara
dari bentuk yang berat dapat mengalami kenaikan jumlah in-
bebas pleura ke dalam darah dan mengurangi tekanan nitrogen
feksi saluran pernapasan bawah pada usia tahun pertama.
dalam darah, menghasilkan gradien resultante tekanan nitro-
Gambaran yang paling khas pada sindrom ini adalah roentgen.
gen dari udara yang terperangkap ke dalam darah, tetapi man-
Pada mulanya, sindrom ini meliputi infiltrat bercorak retikuler
faatnya harus dibandingkan dengan risiko toksisitas oksigen.
kasar pada kedua paru, dan sering kali paru mengalami ek-
Pada gangguan pernapasan atau sirkulasi yang berat, aspirasi
spansi berlebihan dengan daerah emfisema kecil yang berkem-
melalui jarum gawat darurat merupakan indikasi. Jika ada
bang menjadi lesi multikistik. Selanjutnya, kista membesar
waktu yang cukup, pipa dada harus dimasukkan dan dilekat-
dan menyatu memberikan gambaran gelembung yang hiper-
kan pada drainase tertutup di dalam air (underwaterseal).Em-
lusen (lihat Gambar 87-58). Roentgen cenderung bersih sedi-
fisema interstisial setempat yang berat dapat memberikan
kit demi sedikit selama beberapa bulan sampai beberapa ta-
respons terhadap intubasi bronkus selektif. Penggunaan Pavu-
hun. Perubahan roentgen pada sindrom Wilson-Mikity mung-
lon yang bijaksana pada bayi-bayi yang sedang untuk hidup di
kin tidak dapat dibedakan dari perubahan pada roentgen DBP.
dalam ventilator dapat mengurangi insidens pneumotoraks.
Sindrom harus dibedakan dari pneumonia yang disebabkan
oleh sitomegalovirus, P ne umocy stis carinii, lJ re aplas ma urea-
lyticum, atau pneumonia Chlamydia, dan dari kistik fibrosis.
Gonzalez F, Harris T, Black P, et al: Decreased gas flow through pneumo- Insufisiensi paru kronis prematuritas pada mulanya berbeda
thoraces in neonates receiving high-frequency jet versus conventional venti- dari DBP. Biasanya bayi BBLSR tanpa sindrom kegawatan
larion. J Pediarr l10:464,1987c. pernapasan mengalami apnea yang berat pada hari ke-2 sam-
Hall RT, Rhodes PG: Pneumothorax and pneumomediastinum in infants with
idiopathic respiratory distress syndrome receiving CPAP. Pediatrics
pai ke-5. Atelektasis dan penurunan kapasitas residu fungsio-
55:493.1915. nal yang menyertai, memerlukan penanganan dengan CpAp
Primhak RA: Factors associated with pulmonary air leak in premature infants atau ventilasi mekanis. Pada ventilasi yang lama, gambaran
receiving mechanical ventilation. J Pediatr 102:7 64, 1983 DBP tidak relevan.
Ryan CA, Barrington KJ, Phillips HJ, ef al: Contralateral pneumothoraces in
the newborn: incidence and predisposing factors. Pediatri cs Tg:41'7, 1987 .
Pengobatan terdiri atas cara-cara suportif: oksigen untuk
sianosis, bronkodilator, diuretik untuk gagal jantung, koreksi
asam-basa, koreksi anemia dengan transfusi atau eritropoetin,
dan ventilasi bantuan bila ada indikasi. .Penggunaan erirro-
606 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

misin dapat merupakan indikasi untuk mengobati pneumo- Perdarahan paru akut kadang-kadang juga dapat terjadi
nia Chlamydia atau Ureaplasma. pada bayi cukup bulan pasca-neonatus. Etiologinya tidak dike-
tahui. Bayi ini menderita kegawatan pernapasan akut dengan
infiltrat alveolar bilateral dan biasanya memberikan respons
Abman SH, Wolfe RR, Accurso FJ, et al: Pulmonary vascular responsse to
oxygen in infants with severe bronchopulmonary dysplasia. Pediatrics terhadap pengobatan pendukung yang intensif.
75:80. 1985.
Hudak BB, Allen MC, Hudal ML, et al: Home oxygen therapy for chronic
lung disease in extremely low-birth-weighr infants. Am J Dis Child Cole VA, Norman ICS, Reynolds EOR, et al: pathogenesis of hemorrhagic
143:357 , 1989. pulmonary edema and massive pulmonary hemorrhage in the newborn. pe_
Kao LC, Durand DJ, McCrea RC, et al: Randomized trial of long-term diuretic diatrics 5l:t75, I973.
therapy for infants with oxygen-dependent bronchopulmonary dysplasia. J CDC. Acute pulmonary hemonhage among infanrs. MMWR 44..6j, 1995.
P ediatr 124 :'1 7 2, 199 4. Pappin A, Shenker N, Hack M, et al: Extensive intraalveolar pulmonary hem-
Ohis RK, Hunter DD, Christensen RD: A randomized, double-blind, placebo- orrhage in infants dying after surfactant therapy. J pediatr 124:621,1994.
controlled trial of recombinant erythropoietin in treatment of the anemia of
bronchopulmonary dysplasia. J Pediatr 123:996, 1993.
Wilson MG, Mikity VG: A new form of respiratory distress in premature in-
fants. Am J Dis Child 99:489,1960.
Zimmerman JJ, Farrell P$: Advances and issues in bronchopulmonary dys-
plasia. Curr Probl Pediatr 24:159,1994. I Bas 88
Gangguan Sistem Penc ernaan
87.10 Perdaruhan Pqru
Perdarahan paru masif ditemui pada l5Vo neonatus yang
datang untuk otopsi pada umur 2 minggu. Insidens yang dila- MUNTAH. Bayi dapat memunrahkan lendir, kadang-kadang
porkan pada otopsi bervariasi dari 1-4l1.000 kelahiran hidup. bercak-bercak darah, pada beberapa jam pertama sesudah la-
Sekitar tigaperempat penderita perdarahan paru berat badan- hir. Muntah ini jarang menetap sesudah beberapa kali makan
nya kurang dari 2.500 g pada saat lahir. pertama; muntah ini mungkin disebabkan adanya iritasi muko-
sa lambung oleh bahan yang tertelan selama persalinan. Jika
Sebagian besar bayi yang memperlihatkan perdarahan paru
muntah berjalan lama, kuras lambung dengan larutan garam
pada otopsi mempunyai gejala-gejala kegawatan pernapasan
fisiologis dapat melegakannya.
yang tidak dapat dibedakan dari gejala kegawatan penyakit
Muntah merupakan gejala yang relatif sering dalam masa
membran hialin. Kejadiannya dapat mulai pada saat lahir atau,
neonatus. Pada sebagian besar keadaan gejalanya hanya regur_
terlambat beberapa hari. Seperempat sampai setengah bayi ter-
gitasi karena kelebihan makan atau karena kegagalan bayi me_
kena batuk atau meregurgitasikan bahan yang mengandung da-
ngeluarkan udara yang tertelan (lihat Bab 269 tentang pemba_
rah lama atau darah segar dari hidung, mulut, atau pipa endo-
hasan pengosongan lambung dan refluks gastroesofagus). Bila
trakea. Tanda-tanda roentgen bervariasi dan nonspesifik, ber-
muntah terjadi segera sesudah lahir dan menetap, kemungkin_
kisar dari coretan-coretan atau bercak-bercak infiltrat yang ke-
an obstruksi usus dan kenaikan tekanan intrakranial harus di_
cil sampai konsolidasi masif.
pikrrkan. Riwayat hidramnion pada ibu memberi kesan atresia
Penyebab perdarahan paru masif biasanya tidak teridentifi- saluran pencernaan bagian atas (esofagus, duodenum, ileum).
kasi; insidens bertambah dalam hubungannya dengan infeksi Muntah bercampur empedu memberi kesan obstruksi usus
paru akut, asfiksia berat, penyakit membran hialin, terapi sur- di bawah duodenum, tetapi emesis ini dapat juga idiopatik.
faktan, bantuan ventilasi, penyakit jantung kongenital, eri- Roentgen abdomen (ginjal-ureter-kandung kencing [GUKI)
troblastosis foetalis, penyakit perdarahan bayi baru lahir, ker- dan pandangan potongan melintang dari lateral) harus dilaku-
nikterus, kesalahan bawaan metabolisme amonia, dan jejas kan pada neonatus yang muntah terus menerus dan pada se-
dingin. Walaupun pada sebagian besar perdarahan ke dalam mua bayi yang muntahannya bercampur empedu untuk men-
organ-organ lain ditemukan pada otopsi, perdarahan selain deteksi batas udara dengan cairan, lengkung usus yang kem-
me-lalui lubang hidung dan mulut serta perdarahan intraven- bung, pola khas obstruksi (gelembung udara ganda; atresia
trikular relatif jarang terjadi selama kehidupan dan kemung- duodenum), dan pneumoperitoneum (perforasi usus). Roent-
kinan , akan memberi kesan diatesis perdarahan tambahan gen penelanan barium melalui usus halus merupakan indikasi
seplrti koagulasi intraventrikular diseminata. Perdarahan al- bila ada muntah empedu.
veolar dominan pada sekitar duapertiga kasus dan sisanya ada-
Lesi obstruktif saluran cerna terjadi paling sering pada eso-
lah perdarahan interstisial. Pada beberapa bayi perdarahan fagus dan usus (lihat Bab 265,2i5 dan 276). Muntah karena
paru mewakili edema perdarahan paru karena gagal jantung obstruksi esofagus terjadi pada pemberian makanan pertama.
sisi-kiri yang berat akibat hipoksia. Diagnosis atresia esofagus dapat dicurigai jika ada air liur
Sedikitnya informasi yang menerangkan prognosis bayi yang tidak biasa dari mulut dan ada tahanan pada upaya pe_
yang mengeluarkan darah melalui mulut atau lubang hidung masukan kateter ke dalam lambung. Diagnosis harus dibuat
memberi kesan bahwa prognosisnya sangat jelek. Kematian sebelum bayi tersedak pada pemberian makan oral dan terjadi
terjadi nada usia 48 jam pertama pada duapertiga bayi yang risiko pneumonia aspirasi. Akalasia infantil (kardiospasme),
datang untuk otopsi. Pengobatannya meliputi penggantian da- jarang menyebabkan muntah pada bayi baru lahir, dapat dipe_
rah, tekanan akhir ekspirasi positif, dan aerosol epinefrin. ragakan secara roentgen obstruksi pada ujung kardia esofagus,
88 f Gangguan Sistem Pencernaan 607

tanpa stenosis organik. Regurgitasi makanhn karena relaksasi


sfingter esofagusJambung secara terus menerus, kalasia, me-
rupakan penyebab muntah, yang dapat dikendalikan dengan
mempertahankan bayi pada posisi semi tegak.
Muntah karena obstruksi usus halus biasanya mulai pada
usia satu hari dan sering terjadi, persisten, biasanya muntahnya
nonproyektil, banyak sekali, dan bercampur empedu, kecuali
kalau obstruksinya ada di atas ampula vateri; obstruksi ini di-
Gambar 88.1. Sumbatan anorektal, dari anak yang tidak mengeluarkan me-
sertai kembung perut, gelombang peristaltik dalam yang dapat konium sampai 2 hari sesudah lahir, tidak dapat dibedakan hari sumbatan nor-
dilihat, dan gerakan usus berkurang atau tidak ada. Malrotasi mal. Ujung yang pucat lebih dekat ke anus (Dari Emery JL: Arch Dis Child
dengan obstruksi volvulus usus-tengah merupakan keadaan 32:11 , 1957.)
gawat darurat akut yang harus dipikirkan. Foto roentgen abdo-
nrcn posisi tegak akan menunjukkan penyebaran uda- ra dalam
usus dan sering membantu dalam melokalisasi tempat ob-
sanya mempunyai gerakan usus yang sering, sedangkan bayi
struksi; malrotasi dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan
yang minum susu formula dapat mempunyai I-2 gerakan da-
kontras. Normalnya, udara di dalam jejunum dapat dilihat me-
lam satu hari atau selang sehari.
lalui roentgen pada 15-60 menit, dalam ileus pada 2-3 jam,
SUMBATAN MEKONIUM. Sumbatan pada kolon bagian ba-
dan dalam kolon pada 3 jam sesudah lahir. Tidak adanya gas
wah atau anorektal (Gambar 88-1) dengan kandungan air yang
di dalam rektum pada 24 jam sesudah lahir adalah abnormal.
lebih rendah dari normal dapat menyebabkan obstruksi intesti-
Muntah yang terus-menerus dapat terjadi pada hernia dia-
fragma kongenital. Muntah akibat stenosis pilorus dapat mulai
nal. Kadang-kadang massa mekonium yang keras dapat ter-
pada setiap waktu sesudah lahir, tetapi sebelum minggu ke-2 bentuk di mana saja dalam usus, dan menyebabkan obstruksi
usus intrauteri dan peritonitis mekonium yang tidak terkait de-
sampai ke-3, pola khasnya tidak dapat diharapkan. Muntah da-
pat terjadi pada banyak gangguan lain yang tidak meng- ngan fibrosis kistik. Sumbatan anorektal juga dapat menye-
obstruksi saluran pencernaan, seperti penyakit seliak, alergi babkan ulserarsi atau perforasi usus. Sumbatan mekonium
susu, hiperplasia adrenal akibat kehilangan garam yang ber-
berkaitan dengan sindrom kolon kecil pada bayi yang ibunya
variasi, galaktosemia, hiperamonemia, kenaikan tekanan intra- menderita diabetes, fibrosis kistik, aganglionosis rektum, pe-
nyalah-gunaan obat oleh ibu, dan mendapat terapi magnesium
kranial, septikemia, meningitis, dan infeksi saluran kencing.
SARIAWAN (KANDIDOSIS MULUT). Sariawan mulut terjadi
pada bayi yang sehat; nantinya, jarang terjadi kecuali pada
bayi yang lemah, pada mereka yang mendapat terapi antibio-
tika atau imunosupresif, dan pada mereka yang menderita sin-
drom imunodefisiensi didapat (AIDS). Bayi dengan AIDS
juga menampakkan kegagalan untuk tumbuh, retardasi psiko-
motor, hepatosplenomegali, diare, limfadenopati, dan hiper-
gamaglobulinemia (Lihat Bab 223).
Penularan infeksi moniliasis dari vagina ibu ke mukosa
oral bayi merupakan cara infeksi utama pada bayi baru lahir
yang sehat. Kasus sekunder berkembang di ruang perawatan
rumah sakit, agaknya karena kontak dengan bayi yang terin-
feksi dan terkontaminasi dengan pengurus atau perawat.
Sariawan mulut pada bayi sehat biasanya merupakan in-
feksi yang dapat sembuh sendiri, tetapi pengobatan dianjurkan
terutama bila ada ruam kandida akibat popok bayi (candidal
diap er rash)(Bab 98.6:).
DIARE. Lihat Bab 56.1,17t,284, dan286.
KONSTIPASI. Lebih dari 90Vo bayi cukup bulan yang baru
lahir mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, dan ke-
banyakan sisanya juga mengeluarkan mekonium dalam 36
jam; kemungkinan obstruksi usus harus dipertimbangkan pada
setiap bayi yang tidak mengeluarkan mekonium. Atresia atau
stenosis usus, megakolon aganglionik kongenital, obstruksi
akibat bolus susu, ileus mekonium, atau sumbatan mekonium
dapat muncul sebagai konstipasi. Sekitar 20% BBLSR tidak
mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama. Konstipasi
yang tidak ada waktu lahir tetapi muncul saat berusia 1 bulan
memberi kesan megakolon aganglionik kongenital, kretinisme Gambar 88-2. Ileus mekonium. Mekonium yang terjepit dengan sedikit udara-
disela-selanya menyeluruh dalam lengkungan usus pada sisi ka-nan abdomen;
atau stenosis anus. Harus diingat bahwa gerakan usus yang ja-
lengkungan usus di atas jepitan ini sangat menggelembung.
rang tidak perlu berarti konstipasi. Bayi yang minum ASI bia-
608 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

massa seperti adonan atau seperti tali pada usus dengan mela-
kukan palpasi dinding abdomen, dan dengan gambar roentgen.
Secara roentgen, berbeda dengan lengkungan usus yang biasa-
nya menggelembung secara merata di atas atresia, lengkungan
ini lebarnya dapat berbeda-beda dan tidak terisi gas secara
merata. Pada tempat-tempat terkumpulnya mekonium yang
paling banyak, gas yang terinfiltrasi dapat membentuk ge_
lembung-gelembung yang tampak granular (Gambar gg-2 dan
88-3). Uji keringat negatif pada masa neonatus tidak menge_
sampingkan fibrosis kistik.
Angka fatalitas kasus tinggi, kecuali sejumlah bayi yang
bertahan hidup selama masa neonatus; prognosis selanjutnya
bergantung pada gangguan dasar, fibrosis kistik (Bab 363).
Pengobatan adalah dengan enema Gastrografin tinggi se_
perti yang diuraikan pada Sumbatan Mekonium (lihat uraian
sebelumnya). Jika enema tidak berhasil atau jika ada alasan
untuk mencurigai adanya perforasi dinding usus, laparatomi
dilakukan dan ileum dibuka pada titik diameter jepitan yang
Gambar 88-3. lleus mekonium. Kolon digambarkan dengan bahan kontras
kecrl karene mekonium tidak mencapainya.
terbesar. Sekitar 50% bayi dengan atresia usus, stenosis, atau
volvulus tidak memberikan respons terhadap enema kontras
dan memerlukan pembedahan. Mekonium yang mengental di-
sulfat untuk pre-eklamsia. Sumbatan dapat dievakuasi dengan ambil dengan lembut dan penderita diirigasi dengan larutan
cara mengirigasinya menggunakan larutan natrium klorida iso- natrium klorida isotonis atau larutan Mucomyst (asetilsistein)
tonis. Enema dengan medium kontras beryodium Gastrografin hangat yang dimasukkan melalui kateter halus, lewat di antara
biasanya menyebabkan sumbatan dapat lewat, agaknya karena impaksi dan dinding usus.
osmolaritas medium yang tinggi (1,900 mOsm/L) menarik PERITONITIS MEKONIUM, perforasi usus dapar terjadi da_
cairan dengan cepat ke dalam lumen usus dan melunakkan ba- lam uterus atau segera sesudah lahir. Robekan dapat tertutup
han yang mengental. Karena kehilangan cairan yang cepat ke dengan proses alamiah yang relatif lebih cepat dengan hanya
dalam usus dapat menimbulkan dehidrasi akut dan syok, maka sedikit mekonium yang lolos, atau kandungan mekonium se_
dianjurkan agar mengencerkan bahan kontras ini dengan jum- bagian besar dikosongkan ke dalam rongga peritoneum. perfo_
lah air yang sama, mengkoreksi setiap dehidrasi yang ada, dan rasi yang demikian paling sering terjadi sebagai komplikasi
memberikan cairan intravena selama dan untuk beberapa jam ileus mekonium pada bayi yang menderita fibrosis kistik, teta_
sesudah prosedur dilakukan. Sesudah sumbatan mekonium di- pi kadang-kadang, perforasi terjadi karena sumbatan meko_
hilangkan, bayi harus diamati secara ketat terhadap kemung- nium, atau obstruksi usus diakibatkan oleh penyebab lainnya.
kinan adanya me gakolon aganglionik kongenital. Bila perforasi usus secara spontan tertutup dan hanya sedi_
kit mekonium yang lolos, kejadiannya mungkin tidak pernah
terdeteksi; kecuali bila beberapa partikel mekonium berkalsi_
88.1 Ileus Mekoniam pada Fibrosis fikasi dan kemudian secara kebetulan ditemukan pada roent_
gen abdomen. Pilihan lain, gambaran klinis dapat didominasi
Kistik oleh tanda-tanda obstruksi usus atau peritonitis. Khasnya, ada
kembung perut, muntah, dan tidak ada tinja. pengobatan reru_
Pada bayi baru lahir, jepitan mekonium menyebabkan ob-
tama terdiri atas eliminasi obstruksi usus dan drainase rongga
struksi usus yang sering berkaitan dengan fibrosis kistik. Tidak peritoneum.
adanya enzim pankreas membatasi aktivitas pencernaan yang
normal di dalam usus, dan mekonium tertinggal dalam keada-
an kental, dalam keadaan musilaginosa. Mekonium ini melekat
pada dinding usus dan sukar dipindahkan. Mekonium yang
88.2 Enterokolitis N ekrotikans It,i eonatus
mengental dan impak mengisi saluran usus, namun kebanyak- (NEC)
an terkumpul pada ileum bagian bawah.
' Secara klinis, gambarannya adalah gambaran obstruksi Penyakit bayi baru lahir yang serius ini etiologinya belum
usus kongenital dengan atau tanpa perforasi usus. Kembung diketahui dan ditandai oleh berbagai tingkat nekrosis mukosa
perut jelas, dan kemudian muntah terus-menerus terjadi. atau transmural usus. Tidak ada ras atau jenis kelamin tertentu
Kadang-kadang, satu atau lebih tinja mekonium yang kental yang terlalu rentan terhadap penyakit ini. Insidensnya beikisar
dapat keluar segera sesudah lahir. dari 1 sampai 5Vo dari yang masuk ke unit perawatan intensif
Diagnosis bandingnya melibatkan penyebab lain obstruksi neonatus. Karena amat kecil, bayi preterm yang sakit terutama
usus, termasuk pseudo-obstruksi usus dan insufisiensi pankre- rentan terhadap NEC, kenaikan insidens pada tahun terakhir
as; diagnosis yang tepat tidak dapat dibuat kecuali pada la- ini dapat menggambarkan perbaikan ketahanan hidup kelom_
paratomi. Diagnosis dugaan dapat dibuat berdasarkan adanya pok penderita risiko tinggi ini. penyakit ini jarang terjadi pada
riwayat fibrosis kistik pada daudara kandungnya, adanya bayi cukup bulan.
88 t Gangguan Sistem Pencernaan 609

MANIFESTASI KLlNlS. Biasanya mulai terjadi pada 2 ming-


gu pertama, tetapi pada bayi BBLSR selambat-lambatnnya da-
pat terjadi pada usia 2 bulan. Mekonium keluar secara normal,
dan tanda pertamanya adalah kembung perut dengan retensi
lambung. Manifestasi biasanya berkembang sesudah dimulai-
nya makanan enteral. Tinja berdarah yang dapat dilihat jelas
ditemukan pada 25% penderita. Mulainya sering tersembunyi,
dan sepsis dapat dicurigai sebelum lesi usus ditemukan. Ada
spektrum penyakit yang lebar, yaitu dari yang ringan dengan
hanya pemeriksaan tinja yang guaiak-positif hingga yang berat
dengan peritonitis, perforasi usus, syok, dan kematian. penje-
lekan dapat terjadi dengan cepat, tetapi tidak lazim menemu-
kan penyakit yang ringan meryelek menjadi berat sesudah 72
jam.
DIAGNOSIS. Derajat kecurigaan yang sangat tinggi dalam
menangani bayi dengan risiko-tinggi adalah sangat penting.
Roentgen perut sederhana dapat memperlihatkan adanya pneu-
matosis intestinal, penemuan yang merupakan diagnostik NEC
Gambar 88-4. Enterokolitis nekrotikans., KUB memperliharkan adanya kem- pada bayi baru lahir; 50-15% penderita menderita pneumatosis
bung abdomen, gas pada vena porta hepar (panah) dan gambaran gelembung- ketika pengobatan dimulai (Gambar 88-4). Gas vena porta me-
gelembung pneumatosis intestinalis (ujung panah; kuadran knnan bawah).
rupakan tanda bahwa penyakit berat, dan pneumoperitoneum
Dua tanda-tanda yang terakhir ini diduga patognomonis pada NEC.
menunjukkan adanya perforasi (Gambar 88-4 dan 88-5).
Diagnosis banding NEC meliputi infeksi spesifik (sistemik
atau intestinal), obstruksi dan volvulus. Indometasin dapat me-
PATOLOGI DAN PATOGENESIS. Banyak faktor yang dapat
nyebabkan perforasi usus setempat. Beberapa penderita me
turut menyebabkan perkembangan nekrosis segmen usus, pe- nampakkan pneumoperitoneum tetapi biasanya tidak begitu
parah dibandingkan pneumoperitoneum dengan NEC. Biakan
nimbunan gas pada submukosa dinding usus (pneumatosis, in-
testinalis), dan penjelekan nekrosis menimbulkan perforasi, dan roentgen dapat merupakan alat diagnostik. E,nema Gas-
sepsis, dan kematian. Ileum distal dan kolon proksimal adalah
trografin dapat memperlihatkan pneumatosis usus dan harus
yang paling sering terlibat. Berbagai faktor seperti polisitemia, digunakan bila obstruksi kongenital atau volvulus usus-tengah
susu atau obat-obatan hipertonik, atau pemberian makanan merupakan kemungkinan diagnosisnya; ultrasonograafi hati
yang terlalu cepat dapat turut menyebabkan jejas mukosa, dan dapat mendeteksi gas dalam vena porta walaupun pada roent-
gen perut hasilnya, normal.
selanjutnya, infeksi yang menyebabkan nekrosis. NEC juga
terjadi pada bayi prematur tanpa stres, terutama selama epi- PENGOBATAN. Dianjurkan untuk memberikan terapi inten-
demi. Kelompok kasus memberi kesan adanya peran utama sif pada kasus yang dicurigai sama seperti terapi untukkasus
agen infeksi; Clostridium perfringens, Escherichia coli, Sta- yang telah terdiagnosis. Penghentian makan, dekompresi naso-
phylococcus epidermidis, dan rotavirus biasanya ditemukan gastrik, dan pemberian cairan intravena yang cermat terhadap
dari biakan. Meskipun demikian pada kebanyakan keadaan ti- keseimbangan asan basa dan elektrolit adalah amat penring.
dak ditemukan sebab patogen yang dapat diidentifikasi. Bila biakan diambil dari darah, tinja, dan cairan serebrospinal,

Gambar 88-5, Perforasi usus. Potongan melintang roentgen perut


penderita dengan enterokolitis nekrotikans memperlihat-kan kem- .::-=.:: :
t:\i::;:.. a:a:.:.:=,:
:
:
bung berat dan pneumoperitoneum masif, dibukikan oleh adanya , r ..
.*.,.i{ . r

udara bebas di bawah dindiYrg perut anterior. .. : ...

;';"j*1" ,
610 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

antibiotik sistemik (penisilin antipseudomonas [misalnya, ti- biasanya akrbat di dalam kulit rerjadi akumulasi pigmen bili-
karsilinl dan aminoglikosida [misalnya, gentamisin]) harus di- rubin yang larut-lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi-
mulai pemberiannya. Bila ada, kateter umbilikus harus dile- indirek) yang dibentuk dari hemoglobin oleh kerja heme oksi-
paskan dan ventilasi harus diberikan jika kembung turut me- genase, biliverdin reduktase, dan agen pereduksi nonenzimatik
nyebabkan hipoksia dan hiperkapnea. Jika terjadi hipotensi, dalam sel retikuloendotelial; dapat juga sebagian disebabkan
pertolongan dengan darah, plasma, klistaloid, dan dopamin sa- oleh endapan pigmen sesudah pigmen ini di dalam mikrosom
ngat penting. sel hati diubah oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat (uri-
Perjalanan penderita harus dipantau dengan roentgen po- dine dipho spho g luc uronic acid [ {J D PGA/) glukuronil rransfe-
tongan melintang perut lateral untuk mencari perforasi dan de- rase menjadi bilirubin ester glukuronida yang polar. larut da-
ngan penentuan hematokrit, trombosit, elektrolit, serta asam- lam air (bereaksi-direk). Bentuk tak terkonjugasi ini bersifat
basa. Isolasi jas dan sarung tangan, dan pengelompokan bayi neurotoksik bagi bayi pada kadar tertentu dan pada berbagai
yang mempunyai risiko yang sama untuk mengalami pening- keadaan. Bilirubin terkonjugasi tidak neurotoksik tetapi me-
katan menjadi kelompok kohort yang dipisahkan dari bayi lain nunjukkan kemungkinan terjadi gangguan yang serius. Ke-
harus dilakukan untuk menahan epidemi. naikan bilirubin ringan dapat mempunyai sifat antioksidan.
Ahli bedah harus dimintai pendapatnya pada awal pembe- ETIOLOGI. Metabolisme bilirubin bayi baru lahir berada
rian pengobatan. Bukti adanya perforasi biasanya merupakan dalam transisi dari stadium janin yang, selama waktu tersebut
indikasi untuk mereseksi usus yang nekrosis. Pneumoperito- plasenta merupakan tempat utama eliminasi bilirubin yang la-
neum dan cairan parasentesis yang berwarna coklat memberi rut-lemak, ke stadium dewasa, yang selama waktu tersebut
kesan adanya perforasi. Kegagalan responsi terhadap manaje-
bentuk bilirubin terkonjugasi yang larur-air diekskresikan dari
men medis, satu lengkungan usus terfiksasi, eritema dinding
sel hati ke dalam sistem biliaris dan kemudian ke dalam salur-
abdomen, atau adanya massa merupakan indikasi tambahan an pencernaan. Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi dapat dise-
untuk melakukan laparotomi eksplorasi, reseksi usus yang babkan atau diperberat oleh setiap faktor yang (l) menambah
nekrosis dan diversi ostomi eksterna. Drainase peritoneum da-
beban bilirubin untuk dimetabolisasi oleh hati (anemia hemo-
pat membantu penderita peritonitis berat yang tidak mampu
litik, waktu hidup sel darah menjadi pendek akibat imaturitas
menjalani reseksi usus.
atau akibat sel yang ditransfusikan, penambahan sirkulasi en_
PROGNOSIS. Manajemen medis mengalami kegagalan pa- terohepatik, infeksi); (2) dapat mencederai arau mengurangi
da sekitar 20Vo penderita yang didiagnosis pneumatosis intes- aktivitas enzim transferase (hipoksia, infeksi, kemungkinan hi-
tinalis; dari kegagalan ini sekurang-kurangnya 25Vo mening- potermia dan defisiensi tiroid); (3) dapat berkompetisi dengan
gal. Terjadi striktur pada tempat lesi nekrotikans pada sekitar atau memblokade enzim transferase (obat-obat dan bahan_
l07o penderita. Reseksi striktur adalah pengobatan kuratif. bahan lain yang memerlukan konjugasi asam glukuronat untuk
Komplikasi NEC pasca reseksi usus masif meliputi sindrom ekskresi); atau (4) menyebabkan tidak adanya atau berkurang_
usus pendek (malabsorbsi, kegagalan pertumbuhan, malnu- nya jumlah enzim yang diambil atau menyebabkan pengurang_
trisi), komplikasi makanan parenteral total karena kateter vena an reduksi bilirubin oleh sel hepar (cacat genetik, prematuri_
sentral (sepsis, trombosis), dan ikterus kolestasis yang dapat tas). Risiko pengaruh toksik dari meningkainya kadar bilirubin
menjelek menjadi sirosis. Pencegahan dapat dilakukan dengan tak terkonjugasi dalam serum menjadi bertambah dengan ada_
protokol pemberian makan yang bijaksana (penambahan lam- nya faktor-faktor yang mengurangi rerensi bilirubin dalam sir-
bat tidak melebihi 15-20 ml/kg/24 jam) dan pemberiaan ASI. kulasi (hipoproteinemia, perpindahan bilirubin dari tempar
:
ikatannya pada albumin karena ikatan kompetitif obat-obatan
seperti sulfisoksazol dan moksalaktam, asidosis, kenaikan se-
Buchheit JQ, Stewart DL: Clinical comparison of localized intestinal perfora-
tion and necrotizing enterocolitis in neonates. Pediatrics 93:32,1994. kunder kadar asam lemak bebas akibat hipoglikemia, kelapar-
Kanto WP, Hunter JE, Stoll BJ: Recognition and medical management of ne- an, atau hipotermia), atau oleh faktor-faktor yang meningkat-
crotizing enterocolitis. Clin Perinatol 21:335, 1994. kan permeabilitas sawar darah otak atau membran sel saraf
Kliegman RM, Walker WA, Yolken RH: Necrotizing enterocolitis: Research
terhadap bilirubin atau kerentanan sel orak terhadap toksisi-
agenda for a disease of unknown etiology and pathogenesis. Clin perinatol
2l:437. 1994. tasnya seperti asfiksia, prematuritas, hiperosmolalitas, dan in_
Ricketts RR: Surgical treatment of necrotizing enterocolitis and the shorr feksi. Pemberian makan yang awal menurunkan kadar bili-
bowel syndrome. Clin Perinatol 2l:365,1994. rubin serum, sedangkan ASI dan dehidrasi menaikkan kadar
StHnger MD, Spitz L: .Surgical nvrnagement of neonatal necrotising enteroco-
bilirubin serum. Mekonium mengandung I mg bilirubin/dl
litis. Arch Dis Child 69:269,1993.
Wang P, Huang F: Time of the first defaecation and urination in very low birth dan dapat turut menyebabkan ikterus melalui sirkulasi entero-
weight infants. Eur J Pediatr 153:279, 1994. hepatik pasca-dekonjugasi oleh glukuronidase usus. Obat-obat
Wilcox DT, Borowitz DS, Stovroff MC, et al: Chronic intestinal pseudo- seperti oksitosin dan bahan kimia yang diberikan dalam ruang
obstruction with meconium ileus at onset. J Pediatr 123:751.1993.
perawatan seperti deterjen f'enol dapat juga menimbulkan
hiperbilirubinemia tak terkonjugasi.
MANIFESTASI KLlNlS. Ikterus dapat ada pada saar lahir atau
dapat muncul pada setiap saat selama masa neonatus, bergan_
lkterus dan Hiperbilirubinemia
88.3
tung pada keadaan yang menyebabkannya. Ikterus biasanya
pade Bayi Baru Lahir mulai pada muka dan, ketika kadar serum bertambah. turun ke
abdomen dan kemudian kaki. Tekanan kulit dapat menampak-
Ikterus diamati selama usia minggu pertama pada sekitar kan kemajuan anaromi ikterus (muka - 5mg/dl, tengah_
60Vo bayi cukup bulan dan 80% bayi preterm. Warna kuning abdomen- 15 mg/dl-, telapak kaki - 20 mgldL) tetapi tidak
88 I Gangguan Sisfern Pencernaan 611

dapat drjadikan tumpuan untuk memperkirakan kadarnya di longan darah, uji Coombs, dan pemeriksaan pulasan darah
dalam darah. Ikterus pada bagian tengah-abdomen, tanda- perifer (Tabel 88-1). Bilirubinemia yang bereaksi indirek, reti-
tanda dan gejala-gejalanya merupakan faktor risiko-tinggi kulositosis, dan pulasan memperlihatkan bukti adanya peng-
yang memberi kesan ikterus nonfisiologis, atau hemolisis yang hancuran sel darah merah yang memberi kesan hemolisis; bila
harus dievaluasi lebih lanjut. Ikterometer atau ikterus transku- tidak ada ketidakcocokan (inkompatibilitas) golongan darah,
tanmeter dapat digunakan untuk menskrining bayi, tetapi ka- hemolisis akibat nonimunologis harus dipikirkan. Jika ada hi-
dar bilirubin serum diindikasikan pada penderita-penderita perbilirubinemia yang bereaksi direk, hepatitis, kolestasis, ke-
yang ikterusnya progresif, bergejala, atau berisiko untuk salahan metabolisme bawaan, fibrosis kistik dan sepsis meru-
mengalami hemolisis atau sepsis. Ikterus akibat pengendapan pakan kemungkinan diagnosisnya. Jika hitung retikulosit, uji
bilirubin indirek pada kulit cenderung tampak kuning-terang Coombs, dan bilirubin direk normal, hiperbilirubinemia indi
atau oranye, ikterus pada tipe obstruktif (bilirubin direk) kulit rek fisiologis atau patologis mungkin bisa dijumpai (Gambar
tampak berwarna kuning kehijauan atau keruh. Perbedaan ini 88-6).
biasanya hanya terlihat pada ikterus yang berat. Bayi dapat IKTERUS FlSlOLOclS (IKTERUS NEONATORUM). pada ling-
menjadi lesu dan nafsu makan jelek. Tanda-tanda kernikterus kungan normal, kadar bilirubin dalam serum talipusat yang be-
ja.ang muncul pada hari peftama ikterus (Bab 88.4). reaksi-indirek adalah 1-3 mg/dl dan naik dengan kecepatan
DIAGNOSIS BANDING, Ikterus, yang terdiri atas bilirubin kurang dari 5 mg/dl 124 jam; dengan demikian, ikterus dapat
indirek atau direk, yang ada pada saat lahir atau muncul dalam dilihat pada hari ke-2 sampai ke-3, biasanya berpuncak anrara
umur 24 jam pertama mungkin karena eritroblastosis foetalis, hari ke-2 dan ke,4 dengan kadar 5-6 mg/dl dan menurun sam-
perdarahan yang tersembunyi, sepsis, penyakit inklusi sitome- pai di bawah 2 mg/dL antara umur hari ke-5 dan ke-7. Ikterus
gali, rubela, atau toksoplasmosis kongenital. Ikterus pada bayi yang disertai dengan perubahan-perubahan ini disebut ,,fisio-
yang mendapat transfusi-intrauteri ditandai dengan proporsi logis" dan diduga akibat kenaikan produksi bili-rubin pasca-
bilirubin reaksi direk yang luar biasa tinggi. Ikterus yang pemecahan sel darah merah janin dikombinasi dengan keterba-
mula-mula rnuncul pada hari ke-2 atau ke-3 biasanya "fisiolo- tasan sementara konjugasi bilirubin oleh hati.
gis" tetapi dapat menggambarkan bentuk yang lebih berat Secara keseluruhan, 6-7Vo bayi cukup bulan mempunyai
yang disebut hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir. Ikterus kadar bilirubin indirek lebih besar dari 72,9 mg/dl dan kurang
nonhemolitik familial (sindrom Crigler-Najjar) mulai terlihat dari 3Vo mempunyai kadar yang lebih besar dari 15 mg/dl-.
pada hari ke-2 atau ke-3. Ikterus yang muncul sesudah hari ke- Faktor risiko untuk mengalami hiperbilirubinemia indirek me-
3 dan dalam minggu pertama akan memberi kesan septikemia; liputi: diabetes pada ibu, ras (Cina, Jepang, Korea, dan Ame
hal ini dapat karena infeksi lain, terutama sifilis, toksoplasmo- rika Asli), prematuritas, obat-obatan (vitamin K3, novobiosin).
sis, dan penyakit inklusi sitomegalovirus. Ikterus sekunder aki- tempat yang tinggi, polisitemia, jenis kelamin laki-laki, triso-
bat ekimosis yang luas atau hematoma dapat terjadi selama mi-21, memar kulit, sefalhematom, induksi oksitosin, pembe-
hari pertama atau di kemudian hari, terutama pada bayi prema- rian ASI, kehilangan berat badan (dehidrasi atau kehabisan
tur. Polisitemia dapat menyebabkan ikterus awal. kalori), pembentukan tinja lambat, dan ada saudara yang me-
ngalami ikterus fisiologis. Bayi-bayi tanpa variabel ini jarang
Ikterus yang mulai terlihat sesudah usia satu minggu mem-
mempunyai kadar bilirubin indirek di atas 12 mg dL, sedang-
beri kesan ikterus karena ASI, septikemia, atresia kongenital
kan bayi yang mempunyai banyak risiko lebih mungkin mem-
saluran empedu, hepatitis, rubela, hepatitis herpes, galakto-
punyai kadar bilirubin yang lebih tinggi. Kadar bilirubin in-
semia, hipotiroidisme, anemia hemolitik kongenital (sferosi-
direk pada bayi cukup bulan menurun sampai menjadi kadar
tosis), atau kemungkinan kegawatan anemia hemolitik lainnya
orang dewasa (1 mg/dl) pada umur 10-14 hari. Hiperbiliru-
(seperti defisiensi piruvat kinase dan enzim glikolitik lain atau
binemia indirek persisten sesudah 2 minggu memberi kesan
anemia nonsferositik heriditer), atau anemia hemolitik karena
hemolisis, defisiensi glukuronil transferase herediter, ikterus
obat-obatan (seperti pada defisiensi kongenital enzim glukosa-
ASI, hipotiroidisme, atau obstruksi usus. Ikterus yang disertai
6-fosfat dehidrogenase, glutation sintetase, reduktase, atau
dengan stenosis pilorus mungkin karena kehabisan kalori, de-
peroksidase) (Gambar 88-6).
fisiensi UDP-glukuronil transferase hati, atau kenaikan sirku-
Ikterus persisten selama umur satu bulan memberi kesan lasi bilirubin enterohepatik akibar ileus.
apa yang disebut sindrom empedu mengental (yang dapat me- Pada bayi prematur kenaikan bilirubin serum cenderung
nyertai penyakit hemolitik bayi baru lahir), kolestasis terkait- sama atau sedikit lebih lambat daripada kenaikan bilirubin pa-
hiperalimentasi, hepatitis, penyakit inklusi sitomegali, sifilis, da bayi cukup bulan tetapi jangka waktunya lebih'lama, yang
toksoplasmosis, ikterus nonhemolitik familial, atresia kongeni- biasanya mengakibatkan kadar yang lebih tinggi; puncaknya
tal saluran empedu, atau gaiaktosemia. Kadang-kadang ikterus dicapai antara hari ke-4 dan ke-7; gambarannya bergantung pa-
fi",ologis dapat memanjang selama beberapa minggu, seperti da waktu yang diperlukan bayi preterrn untuk mencapai meka-
pada bayi dengan hipotiroidisme atau stenosis pilorus. nisme matur dalam metabolisme dan ekskresi bilirubin. Biasa-
Bayi berisiko-rendah yang ikterus, cukup bulan, serta tidak nya kadar puncak 8-12 mg/dL tidak dicapai sebelum hari ke-5
bergejala dapat dievaluasi dengan pemantauan kadar bilirubin sampai ke-7, dan ikterus jarang diamati sesudah hari ke- 10.
serum total. Tanpa memandang umur kehamilan, atau waktu Diagnosis ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan atau
munculnya ikterus, hiperbilirubinemia bermakna dan semua preterm dapat ditegakkan hanya dengan mengesampingkan
penderita dengan gejala-gejala atau tanda-tanda memerlukan sebab-sebab ikterus yang diketahui berdasarkan riwayat dan
evaluasi diagnostik yang lengkap, meliputi penentuan fraksi tanda-tanda klinis serta laboratorium (lihat Tabel 88-l). pada
bilirubin direk dan indirek, hemoglobin, hitung retikulosit, go- umumnya, penelitian untuk menentukan penyebab ikterus ha-
612 BAGIAN XI f Janin dan Bayi Neonatus

Kenaikan bilirubin
Kenaikan bilirubin direk indirek --..---___
-__---
Uji Coom5s positif Uji Coombs negatif
SepsisI
lnfeksiintrauteri r*in.,unij".i H"rogi6l;
Toksoplasmosis Rh ---r.\
Sitomegalovirus ABO Normal ataf-,'t
rendah Tinggi
Rubgla Aara-^-^ t
Golongan i---h
darah r^
lain
I

Herpes t
sifilis --t Transfusi kembar
- rriiilulosit
Hitung Transfusi ibu-janin
Penyakit hemolitik berat 2 ,
Atresia biliaris Pengikatan tali pusat
-/' \
Hepatitis sel raksasa Menin-gkat \ terlambat
Kista koledokus \ Bayi kecil menurut umur
Fibrosis kistik .r' -r- \ kehamilan
Galaktosemia Morfologi sel darah merah-_=_,_
-------__----\ \
li:iii3;i:il,-antitripsin ..t
xarartiistit< Nonspdsifik
\. \ Normot
Perdarahan terselubung
Sferositosis
Eliptositosis
Defisiensi
Derisiensi pKlain
G6pD
Defisiensi enzim
tIJ,l'f:l,"Jffl",TiiX,'"T,iitX*ilnr
Stomatositosis obstruksi usus
Piknositosis Koagulasi intravaskular Masukan kalori tidak cukup
diseminata Asfiksia neonatorum
t
Hiperbilirubinemia lama
I

I
Sindrom Down
Hipotiroidisme
Pemberian ASI
Sindrom Crigler-Najjar
Penyakit jantung sianosis

Gambar 88'6. Pendekatan skematis terhadap diagnosis ikterus neonatorum. (Dari Oski FA: Differential diagnosis of jaundice. In..Taeusch HW, tsallard RA.
Avery MA [eds]: Schafferand Avery's Diseases of the Newborn,6th ed. Philadelphia, WB Saunders, 1991.

rus dibuat jika (1) ikterus muncul pada usia 24 jam pertama; kin adalah defisiensi atau inaktivitas glukuronil transferase,
(2) bilirubin serum naik dengan kecepatan lebih besar dari 5 bukannya beban bilirubin yang berlebihan untuk diekskresikan.
mgldL/24 jam; (3) bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dL Risiko hiperbilirubinemia dihubungkan dengan perkem-
pada bayi cukup bulan (terutama bila tidak ada faktor risiko) bangan kernikterus (ensefalopati bilirubin) pada kadar biliru-
atau 10-14 mg/dL/24 jam pada bayi preterrn; (4) ikterus mene- bin indirek serum yang tinggi (Bab 88.4). Kadar bilirubin se-
tap sesudah usia 2 minggu; atau (5) bilirubin yang bereaksi- rum yang disertai dengan kernikterus sebagian bergantung
direk lebih besar dari I mg/dl pada setiap saat. Di antara pada etiologi ikterus. Kernikterus berkembang pada kadar bili-
faktor-faktor lain yang memberi kesan penyebab ikterus non-
fisiologis adalah adanya riwayat keluarga yang menderita pe-
nyakit hemolitik, pucat, hepatomegali, splenomegali, kegagal-
an fototerapi untuk menurunkan kadar bilirubin, muntah, lesu,
pemberian makan jelek, kehilangan berat badan berlebihan,
apnea, bradikardia, kelainan tanda-tanda vital termasuk hipo-
termia" tinja berwarna-pucat, urin berwarna gelap positif untuk
bilirubin, dan tanda-tanda kernikterus (Bab 88.4).
'F
HIPERBILIRUBINEMIA PATOLOGIS. Ikterus dan hiperbili- eo

rubinemia yang mendasarinya dianggap patologis bila waktu l!


E
pemunculannya, lamanya. atau pola kadar bilirubin serum ;60
yang ditentukan secara seri berbeda secara bermakna dari pola
ikterus fisiologis; atau jika perjalanannya sesuai dengan ikte-
rus fisiologis namun ada alasan lain untuk mencurigai bahwa
bayi mempunyai risiko khusus terhadap neurotoksisitas dari
bilirubin yang tak terkonjugasi. Tidak mungkin untuk menen-
tukan dengan tepat etiologi kenaikan abnormal bilirubin yang 468101214
Konsentasi bilirubin serum total maksimum (mg/dL)
tak terkonjugasi. Banyak bayi demikian yang memplnyai fak-
tor risiko terkait seperti ras Asia, prematuritas, minum ASI,
Gambar 88-7. Distribusi kadar bilirubin maksimum selama umur 1 minggu
atau kehilangan berat badan; karenanya istilah ikterus fisiolo- pada bayi kulit putih yang minum ASI dan yang mrnum susu formula >2.500
gis yang berlebihan dan hiperbilirubinemia pada bayi baru la- g. (Dari Maisels J, Giffort K: Pediatrics 7883j,1986. Copyright t986. Dire-
hir digunakan untuk bayi-bayi yang masalah primernya mung- produksi dengan izin Pediatrics).
88 . Gangguan Sisfem Pencernaan 613

.Biasanya" berhubun
gail
" d.ng*ti*gkailema-
'<5
tarrgan ',
:.
i

. inJir.t' ,,
?:3-h4ri
3-4 hari
4r:5 hafil
<J-)
Premauf : Indirek 7;9 hari
Aipeiuiti*oin"mia i

akibat faltofrneta-; , ;iirjii:rr, rri#

rffi
U"Uf , ;;r'lfil,lli1ii,
ii:::r :r : :, :ar::::1:;i!j:t_:r::::=t::;i:rit:::

Cltupbnlm i#".?5,ii*i*:

ffi
,

.:: i

Prematur
"l
, ,1.11:: . l; i..';'i=::,:i:;l*t:=:

:1rr,i1i..'::" . ,

't;
i. I

Biasanya >5
:

:. ::. I l,t! : i:Lllitj;l:.:::=

Faktor-faktor qampu iBiasanya;5


ran tremotitkCaiit

rubin yang lebih rendah pada bayi preterm dan pada keadaan penyakit lain, dan kernikterus belum pernah dilaporkan. ASI
asfiksia, PIV, hemolisis, atau obat-obatan yang memisahkan dari beberapa ibu ini mengandung 5-B-pregnane-3cx, 20-B-diol
bilirubin dari albumin. Kernikterus tidak biasa terjadi pada atau asam lemak rantai panjang nonesterifikasi, yang secara
penderita ikterus karena ASL kornpetitif menghambat aktifitas konjugasi glukuronil transfe-
IKTERUS YANG TERKAIT DENGAN PEMBERIAN ASl. Sekitar rase. Pada ibu lain ASInya mengandung glukuronidase yang
I dari 200 bayi cukup bulan yang menyusu ASI terdapat ke- dapat menyebabkan ikterus.
naikan bermakna dari billrubin tak terkonjugasi antara umur 4 Sindrom ini harus dibedakan dari hiperbilirubinemia tak
dan 7 hari, mencapai kadar maksimal setinggi 10-30 mg/dl terkonjugasi yang menonjol dan mulainya dini pada umur satu
selama minggu ke-2 sampai ke-3' Jika pemberian ASI dilan- minggu, bila bayi yang minum ASI mempunyai kadar biliru-
jutkan, hiperbilirubinemia secara bertahap menurun dan kemu- bin yang lebih tinggi daripada bayi yang minum susu formula
dian dapat menetap selama 3-10 minggu pada kadar yang lebih (Gambar 88-7). Pengamatan ini mungkin disebabkan kurang-
rendah. Jika pemberian ASI dihentikan' kadar bilirubin serum nya pemasukan susu disertai dehidrasi atau kurang pemasukan
turun dengan cepat, biasanya mencapai normal dalam bebera- kalori. Memberi tambahan air gula pada bayi yang minum ASI
pa hari. Penghentian ASI selama 1-2nhan dan penggantian ASI dihubungkan dengan kadar bilirubin yang lebih tinggi, seba-
dengan susu formula mengakibatkan penurunan bilirubin se- gian disebabkan oleh menurunnya masukan densitas ASI yang
rum yang cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi tinggi kalori. Frekuensi menyusu yang sering (>10124 jam),
dan hiperbilirubinemia tidak kembali ke kadar yang tinggi se- rooming ln menyusui pada malam hari, dan menghindari pe-
perti sebelumnya. Jika ada indikasi, fototerapi mungkin ber- nambahan dekstrose 5Va atau air dapat mengurangi insidens
manfaat (Bab 8S.4). Bayi ini tidak mempunyai tanda-tanda ikterus awal karena ASI.
614 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

Hiperbilirubinemia Neonatus Familial Sementara. Hiperbili- dan spasme, kekakuan pada bayi dengan lengan yang terek-
rubinemia tak terkonjugasi berat yang menyebabkan kernik- stensi dan berotasi ke dalam serta tangannya menggenggam.
terus jarang terjadi pada umur 2 hari karena faktor penghambat Rigiditas jarang terjadi pada stadium lanjut.
glukuronil transferase ada dalam serum ibu dan bayi. Banyak bayi yang menjelek ke tanda-tanda neurologis be-
HEPATITIS NEONATUS. Lihat Bab 302.1. rat ini meninggal; yang bertahan hidup biasanya mengalami ce-
TRESIA KONGENITAL SALURAN EMPEDU. Lihat Bab 302.l. dera berat tetapi agaknya dapat sembuh dan 2-3 bulan kemudi-
Ikterus yang menetap selama lebih dari 2 minggu atau disertai an timbul beberapa kelainan. Selanjutnya pada usia I tahun,
dengan tinja akolik dan urin berwarna tua memberi kesan opistotonus, rigiditas otot, gerakan yang tidak teratur, dan kon-
atresia biliaris. Semua bayi demikian harus menjalani penen- vulsi cenderung kambuh. Pada tahun ke-2 opistotonus dan
tuan bilirubin direk. kejang mereda, tetapi gerakan-gerakan yang tidak teratur dan ti-
SINDROM EMPEDU MENGENTAL. Lihat Komplikasi Lanjut dak disadari, rigiditas otot, atau, pada beberapa bayi, hipoto- nia
pada Bab 89. bertambah secara teratur. Pada umur 3 tahun sering tampak sin-
drom neurologis yang lengkap, terdiri atas koreoatetosis dengan
spasme otot involunter, tanda-tanda ekstrapira- midal, kejang,
88.4 l{.ernikterus defisiensi mental, wicara disartrik, kehilangan pendengaran ter-
hadap frekuensi tinggi, strabismus, dan gerakan mata ke atas ti-
Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan dak sempurna. Tanda-tanda piramidal, hipotonia, dan ataksia
bilirubin tak terkonjugasi di dalam sel-sel otak. Risiko pada terjadi pada beberapa bayi. Pada bayi yang terkenanya ringan
bayi dengan eritroblastosis foetalis secara langsung berkaitan sindrom ini hanya dapat ditandai melalui inkoordinasi neuio-
dengan kadar bilirubin serum; hubungan antara kadar bilirubin muskular ringan sampai sedang, ketulian parsial, atau "dis-
serum dan kernikterus pada bayi cukup bulan yang sehat ma- fungsi otak minimal" yang terjadi sendiri atau bersamaan.
sih belum pasti. Bilirubin indirek yang larut dalam lemak da- masalah ini mungkin tidak tampak sampai anak masuk sekolah.
pat melewati sawar darah otak dan masuk ke otak dengan cara PATOL0G|. Permukaan otak biasanya berwarna kuning pu-
difusi apabila kapasitas albumin untuk mengikat bilirubin dan cat. Pada pemotongan, daerah-daerah tertentu secara khas ber-
protein plasma lainnya terlampaui, dan kadar bilirubin bebas warna kuning akibat bilirubin tak terkonjugasi, terutama pada
dalam piasma bertambah. Cara lain, bilirubin dapat memasuki korpus subtalamikus, hipokampus dan daerah olfaktorius yang
otak pasca-kerusakan sawar darah otak karena asfiksia atau berdekatan, korpus striata, talamus, globus palidus, putamen,
hiperosmolalitas. klivus inferior, nukleus serebelum, dan nukleus saraf kranial.
Pada setiap bayi, nilai persis kadar bilirubin yang bereaksi- Daerah yang tak berpigmen juga dapat cedera. Hilangnya neu-
indirek atau kadar bilirubin bebas dalam darah yang kalau ron, gliosis reaktif, dan atrofi sistem serabut yang terlibat dite-
dilebihi akan bersifat toksik, tidak dapat diramalkan; tetapi mukan pada penyakit yang telah lanjut. Pola jejas dihubung-
kernikterus jarang terjadi pada bayi cukup bulan yang sehat kan dengan perkembangan sistem enzim oksidatif pada berba-
dan pada tidak adanya hemolisis, yaitu bila kadar serum gai daerah otak dan bertumpang-tindih dengan yang terdapat
berada di bawah 25 mg/dL. Lamanya waktu pemajanan yang pada cedera otak hipoksik. Bukti yang mendukung hipotesis
diperlukan untuk menimbulkan pengaruh toksik juga belum bahwa bilirubin mengganggu penggunaan oksigen oleh jaring-
diketahui. Ada sedikit bukti yang memberi kesan bahwa kadar an otak, mungkin dengan menimbulkan jejas pada membran
bilirubin indirek mempengaruhi IQ bayi cukup bulan yang se- sel; jejas hipoksia yang telah terjadi sebelumnya meningkat-
hat dan tanpa penyakit hemolitik. Namun bayi yang kurang kan kerentanan sel otak terhadap jejas. Pewarnaan bilirubin
matur, lebih rentan terhadap kernikteras. Faktor-faktor yang yang jelas tanpa hiperbilirubinemia atau perubahan mikros-
me.nperkuat perpindahan bilirubin ke dalam sel otak dan pe- kopik yang spesifik kernikterus mungkin ridak merupakan ke-
ngaruh merugikan yang ditimbulkannya pada otak dibahas da- satuan yang sama.
lam Bab 88.3. Kecuali pada keadaan, kernikterus pada bayi INSIDENS AND PROGNOSIS. Dengan menggunakan kriteria
BBLSR dengan kadar bilirubin serum serendah 8-12 mg/dL patologis, sepertiga bayi (semua umur kehamilan) yang penya-
dihubungkan dengan pengaruh kumulatif yang tampak dari se- kit hemolitiknya tidak diobati dan kadar bilirubinnya lebih
jumlah laktor ini. dari 20 mg/dl, akan mengalami kernikterus. Insiddns pada
MANIFESTASI KLlNlS. Tanda-tanda dan gejala-gejala ker- otopsi bayi prematur dengan hiperbilirubinemia adalah 2-16Va
nikterus biasanya munctil 2-5 hari sesudah lahir pada bayi cu- dan terkait dengan faktor-faktor risiko yang dibahas pada Bab
kup bulan dan paling lambat hari ke-7 pada bayi prematur, te- 88.3. Perkiraan frekuensi sindrom klinis tidak dapat dipercaya
tapi hiperbilirubinemia dapat menyebabkan sindrom setiap karena luasnya spektrum rnanifestasi penyakit. Tanda-tanda
saat selama masa neonatus. Tanda-tanda awal bisa tidak ken- neurologis yang jelas mempunyai prognosis yang jelek; ada
tara dan tidak dapat dibedakan dengan sepsis, asfiksia, hipo- 75Vo atau lebih bayi-bayi yang demikian meninggal, dan 80%
glikemia, perdarahan intrakranial, dan penyakit sistemik akut yang bertahan hidup menderita koreoatetosis bilateral dengan
lainnya pada bayi neonatirs. Lesu, napsu makan jelek, dan hi- spasme otot involunter. Retardasi mental, ketulian, dan kua-
langnya refleks Moro merupakan tanda-tanda awal yang lazim. driplegia spastis lazim terj.adi. Bayi yang berisiko harus men-
Selanjutnya, bayi dapat tampak sangat sakit, tidak berdaya di- jalani skrining pendengaran.
sertai refleks tendo yang menjadi negatif dan kegawatan per- PENGOBATAN HIPERBILIRUBINEMIA. Tanpa memandang
napasan. Opistotonus, dengan fontanela yang mencembung, etiologi, tujuan terapi adalah mencegah kadar bilirubin indirek
mt i.a dan tungkai berkedut, dan tangisan melengking bernada- dalam darah mencapai kadar yang memungkinkan terjadinya
tinggi dapat menyertai.. Pada kasus yang lanjut terjadi konvulsi neurotoksisitas; dianjurkan agar fototerapi, dan jika tidak ber-
88 I Gangguan Sistem Pencernaan 615

hasil, transfusi tukar dilakukan untuk mempertahankan kadar TABEL 88-2 Kadar Bilirubin Serum Indirek Maksimum yang Dis-
maksimum bilirubin total dalam serum di bawah kadar yang arankan pada Bayi Preterm
ditunjukkan pada Tabel 88-2 (untuk preterm) dan 88-3 (untuk
bayi cukup bulan yang sehat). Pada setiap bayi, risiko jejas
bilirubin terhadap sistem saraf pusat harus dipertimbangkan
dengan risiko yang ditimbulkan oleh pengobatan. Belum ada
persetujuan yang umum mengenai kriteria untuk memulai
foto-terapi. Karena fototerapi mungkin memerlukan 6-12 jam
untuk mempunyai pengaruh yang dapat diukur, maka fo-
toterapi ini harus dimulai saat kadar bilirubin masih berada di
*Komplikasi meliputi asfiksia perinatal, asidosis, hipoksia, hipotermia, hi-
bawah kadar yang diindikasikan untuk transfusi tukar. Bila te-'
poalbuminemia, meningitis, PIV, hemolisis, hipoglikemia, atau tanda-tanda
ridentifikasi, penyebab dasar ikterus harus diobati, misalnya, kernikterus.
antibiotik un-tuk septikemia. Faktor-faktor fisiologis yang me-
nambah risiko cedera neurologis harus diobati juga (misalnya,
koreksi terhadap asidosis).
Fototerapi biasanya dimulai pada 50-70Vo dari kadar mak- hari ketika kenaikan yang lebih lanjut diantisipasi, tetapi bukan
srmum bilirubin indirek. Jika nilai sangat melebihi kadar ini, pada hari ke-4 pada bayi cukup bulan atau pada hari ke-7 pada
jika fototerapi tidak berhasil mengurangi kadar bilirubin mak- bayi prematur, ketika penurunan yang terjadi segera bisa dian-
simum, atau jika ada tanda-tanda kernikterus, transfusi tukar tisipasi saat mekanisme konjugasi hati menjadi lebih efektif.
merupakan indikasi. Fototerapi. Ikterus klinis dan hiperbilirubinemia indirek
Translusi Tukar. Pengobatan yang diterima secara luas ini berkurang pada pajanan cahaya berintensitas-tinggi pada spek-
harus diulangi sesering yang diperlukan untuk mempertahan- trum yang dapat dilihat. Bilirubin menyerap cahaya secara
kan kadar bilirubin indirek dalam serum di bawah kadar yang maksimal pada kisaran biru (dari 420 sampai 470 nm). Mes-
tercatat pada Tabel 88-2 dan 88-3 (Lihat Transfusi Tukar pada kipun demikian, cahaya putih berspektrum luas dan biru, biru
Bab 89.) Ada berbagai faktor yang dapat mengubah kriteria ini (super) berspektrum sempit khusus, dan hijau efektif menu-
ke arah yang sebaliknya, namun bergantung pada individu pen- runkan kadar bilirubin. Walaupun cahaya biru memberikan
derita. Munculnya tanda-tanda klinis yang memberi kesan ker- panjang gelombang yang tepat untuk fotoaktivasi bilirubin be-
nikterus merupakan indikasi untuk melakukan transfusi tukar bas, cahaya hijau dapat mempengaruhi fotoreaksi bilirubin
pada kadar bilirubin serum berapapun. Bayi cukup bulan yang yang terikat albumin. Bilirubin dalam kulit menyerap energi
sehat dengan ikterus fisiologis, atau akibat ASI, dapat mentole- cahaya, yang dengan fotoisomerisasi mengubah bilirubin-4Z, -
ransi kadar bilirubin sedikit lebih tinggi dari 25 mg/dl tanpa l5Z tak terkonjugasi alamiah yang bersifat toksik menjadi iso-
tampak sakit, sedangkan bayi prematur yang sakit dapat meng- mer konfigurasi terkonjugasi yaitu bilirubin-4Z, -15E. Yang
alami ikterus pada kadar bilirubin yang sangat rendah. Kadar terakhir ini adalah produk reaksi reversibel dan diekskresi ke
yang mendekati perkiraan kritis pada setiap bayi dapat meru- dalam empedu tanpa perlu konjugasi. Fototerapi juga mengu-
pakan indikasi untuk transfusi tukar semasa usia satu atau dua bah bilirubin alamiah, melalui suatu reaksi yang ireversibel,

TABEL 88-3 Pendekatan terhadap Hiperbilirubinemia Indirek pada Bayi Cukup Bulan yang Sehat Tanpa Hemolisis3

j " ,Tbansfusi Tukar


,:; Ififfi"frr1iffi6thig.r=A
"i;;:j,i;jj, I:r::f iij',riS

*Jika bilirubin awal yang terpresentasi tinggi,


fonterapi yang intensif harus dimulai dan persiapan untuk transfusi tukar diktkufuin. Jika fototerapi gagal me-
ngurangi kadar bilirubin sampai ke kndar yang tercatat pada kolom sebelah kanan, mulailah trdnsfusi tuknr.
**lkterus pada umur 24 jam tidak tampak pada bayi " sehat" (lihat Bab 88.3).
***lkterus mendadak muncul pada umur 2 minggu atau berlanjut sesudah umur 2 minggu dengan kadar hiperbilirubinemia yang berarti; untuk membenarkan
pemberian terapi maka harus diamati secara rinci, knrena ikterus ini paling mungkin disebabkan etiologi yang sudah ada seperti atresia biliaris, galaknsemia,
hipotiroidisme, atau hepatitis neonatus.
1
Fototerapi intensif biasanya mengurangi kadar bilirubin serum I -2 mg/dL daktm 4-6 jam; ini sering disertai dengan pemberian cairarr intravena pada rumatan
I -1,5 kttli; pemberian makanan oral juga harus dilanjutkan.
2
HiperbiLirubinemia pada tingkat ini dalam 48 jam kelahiran tidak lazim dan akan memberi kesan hemolisis, perdarahan tersembunyi; atau menyebabkot,
hip e r b iLirub ine mia te r konj u gtLs i ( di re k).
1
Hemr.tlisis transfusi tukar dimuLai pada bilirubin indirek 20, pada setiap umur,
Kadar yang tepat dari bilirubin tak terktnyugasi, pada bayi cukup bulan yang sehat dan minum ASI yang memerluknn terapi, belum diketahui. Pilihan pengobat-
an meliputi observasi, pemberian ASI diteruskan, dan mulai dilakukan fototerapi, atau, ASI diganti (menggunakan susu formula) dengan atau tanpa fototerapi.
Jika ada tanda-tanda kernikterus selama evaluasi atau pengobatan seperti yang disarankan dalam tabel atau pada kadar
bitLrubin berapapun, maka transfusi tukar darurat harus dilakukan.
616 BACIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

pada isomer lumirubin struktural, yang diekskresi oleh ginjal bayi dapat membuka matanya di bawah balutan). Suhu tubuh
pada keadaan tak terkonjugasi. harus dipantau, dan bayi harus dilindungi dari pecahan bola
Penggunaan fototerapi dengan bola lampu fluoresens telah lampu. Jika mudah dilakukan, radiaSi harus diukur secara
menurunkan perlunya transfusi tukar pada bayi-bayi BBLR langsung, dan rincian pemajanan harus direkam (enis dan
yang tanpa penyakit hemolitik dan pada bayi BBLR dengan umur bola lampu, lama pemajanan, jarak bayi dari sumber ca-
hemolisis, juga untuk transfusi tukar ulangan pada bayi-bayi haya, dan sebagainya). Pada bayi dengan penyakit hemolitik,
yang menderita penyakit hemolitik. Namun bila ada indikasi perawatan harus dilakukan secara hati-hati dan tidak menga-
untuk transfusi tukar, fototerapi tidak boleh digunakan sebagai baikan timbulnya anemia yang memerlukan transfusi.
pengganti.
Komplikasi fototerapi pada bayi meliputi tinja lembek,
Fototerapi hanya merupakan indikasi sesudah hiperbiliru- ruam makular eritematosa, kepanasan dan dehidrasi (pening-
binemia yang patologis ditegakkan. Penyebab dasar ikterus ha- katan kehilangan air yang tidak terasa linsensible water lossf,
rus diobati bersama-sama. Fototerapi dapat dimulai pada kadar diare), menggigil karena pemajanan, dan "sindrom bayi pe-
bilirubin yang tercatat pada Tabel 88-2 dan 88-3. Fototerapi runggu". Fototerapi merupakan kontraindikasi bila ada por-
profilaksis pada bayi BBLSR dapat mencegah hiperbilirubine- firia. Jejas mata atau oklusi hidung karena pembalut tidak la-
mia dan mengurangi insidens transfusi tukar. zim terjadi.
Bayi normal yang mendapat fototerapi selama 1-3 hari Istilah sindrom bayi perunggu merujuk pada perubahan
mempunyai kadar puncak bilirubin serum sekitar setengah dari warna kulit yang coklat keabu-abuan dan gelap, kadang dite-
bayi yang tidak diobati. Bayi prematur yang tanpa hemolisis mukan pada bayi yang menjalani fototerapi. Hampir semua
berarti biasanya bilirubin serumnya turun 1-3 mg/dL sesudah bayi yang diamati pada sindrom ini menderita hiperbilirubi-
12-24 jam menjalani fototerapi konvensional, dan kadar pun- nemia tipe campuran dengan kenaikan bilirubin direk yang
cak yang dicapai dapat diturunkan 3-6 mg/dl. Pengaruh tera- bermakna dan sering ada penyakit hati obstrukrif lain. peru-
peutik bergantung pada energi cahayayang dipancarkan pada bahan warna ini dapat berlangsung selama beberapa bulan.
kisaran panjang gelombang yang efektif, jarak antara cahaya
Pengalaman klinis yang luas mengesankan bahwa penga-
dan bayi, dan jumlah kulit yang terpajan seperti juga kece-
ruh biologis yang merugikan dari fototerapi untuk jangka-lama
patan hemolisis dan metabolisme in vivo serta ekskresi biliru-
tidak ada, minimal atau tidak dikenali. Namun, mereka yang
bin. Tidak diketahui apakah fototerapi mencegah kernikterus menggunakan fototerapi harus waspada terhadap kemungkin-
atau meringankan bentuk-bentuk jeias otat< akibat toksisitas
an ini dan menghindari penggunaan yang tidak perlu, karena
biliru-bin. Unit fototerapi yang tersedia di pasaran sangat ber- in vitro telah dijumpai adanya pengaruh yang tidak mengun-
variasi dalam curah-spektrum dan intensitas radiasi yang di- tungkan pada DNA.
pancarkan; sehingga dosisnya hanya dapat diukur secara tepat
pada permukaan kulit. Kulit berwarna gelap (hitam) tidak me- Fenobarbital, Fenobarbital memperbesar konjugasi dan
ngurangi kemanjuran fototerapi. ekskresi bilirubin. Pemberiannya akan membatasi perkem-
Fol-terapi intensif-maksimum harus digunakan bila kadar bangan ikterus fisiologis pada bayi baru lahir bila diberikan
bilirubin indirek mendekati kadar yang tercatat pada Tabel 88- pada ibu dengan dosis 90 mg/24 jam sebelum persalinan arau
2 dan 88-3. Terapi demikian meliputi tabung fluoresens "biru pada bayi saat lahir dengan dosis l0 mgkg/24jam. Meskipun
spesial", rnenempatkan lampu pada jarak 15-20 cm dari bayi, demikian, fenobarbital tidak secara rutin dianjurkan untuk
dan menggunakan selimut fototerapi serabut optik yang ditem- mengobati ikterus pada bayi neonatus, (1) karena pengaruhnya
patkan di bawah punggung bayi, dengan demikian menambah pada metabolisme bilirubin biasanya tidak terlihat sebelum
daerah permukaan yang terpajan cahaya. mencapai beberapa hari pemberi an, (2) karena efektivitas obat
Fototerapi konvensional dipakai secara terus-menerus, dan ini lebih kecil daripada fototerapi dalam menurunkan kadar
bayi sering dibolak-balik untuk mendapatkan pemajanan kulit bilirubin, dan (3) karena dapat mempunyai pengaruh sedatif
yang maksimal. Segera sesudah kadar bilirubin indirek turun yang tidak menguntungkan serta, (4) tidak menambah respons
pada kadar yang dianggap aman berdasarkan umur dan keada- terhadap fototerapi.
an bayi, pemajanan harus dihentikan. Kadar bilirubin serum Pemberian Timah ( Sn) -p rotop orfirin (atau timah-mesopor-
dan hematokrit harus dipantau setiap 4-8 jam pada bayi de- firin) juga telah diusulkan untuk mengurangi kadar bilirubin.
ngan penyakit hemolitik atau pada bayi yang kadar bilirubin- Timah tersebut dapat menghambat konversi biliverdin menjadi
nya mendekati kisaran yang dianggap toksik untuk setiap bayi. bilirubin melalui heme oksigenase. Walaupun kadar bilirubin
Yang lain, terutama bayi-bayi yang lebih tua, dapat dipantau dapat turun, pengaruhnya tidak lebih besar daripada yang dica-
pada interval 12-24 jam. Pemantauan harus dilanjutkan untuk pai dengan fototerapi. Komplikasinya meliputi eritema semen-
sekurang-kurangnya 24 jam sesudah penghentian fototerapi tara jika bayi sedang menjalani fototerapi. Diperlukan lebih
pada p-nderita dengan penyakit hemolitik, karena kadang- banyak data mengenai kemanjuran dan toksisitasnya sebelum
kadang terjadi kenaikan bilirubin serum yang tidak diharapkan senyawa ini dapat dianjurkan sebagai terapi hiperbilirubine-
dan memerlukan pengobatan lebih lanjut. Warna kulit tidak mia.
dapat dipercaya sebagai evaluasi efektivitas fototerapi, karena
kulit bayi yang terpajan cahaya dapat kelihatan hampir tanpa
Ahlfors CE: criteria for exchange transfusion in jaundiced newborns. pediat-
ikterus walaupun ada hiperbilirubinemia berat. Mata bayi ha-
rics 93:488, 1994.
rus ditutup untuk mencegah pemajanan terhadap cahaya (te- Aono S, Yamada Y, Keino H, et al: A new type of defect in the gene for bili_
kanan berlebihan pada mata yang dibalut dapat menimbulkan rubin uridine 5'-diphosphate-glucuronosyltransferase in a patient with
jejas pada mata yang tertutup, atau, kornea dapat tergores jika Crigler-Najjar syndrome type I. pediatr Res35:629,1994.
89 I Gangguan Darah 617

Funato M, Tamai H, Shimada S, et al: Vigintiphobia, unbound bilirubin, and 18


auditory brainstem responses. Pediatrics 93:50, 1994.
Newman TB, Klebanoff MA: Neonatal hyperbilirubinemia and longterm out- 16

come: Another look at the collaborative perinatal project. Pediatrics 92:651,


t4
r 993.
Newman TB, Maisels MJ: Evaluation and treatment of jaundice in the term 3
newbom: A kinder, gentler approach. Pediatrics 89:809, 1992. 5t.
z
Provisional Cornmittee for Quality improvement and Subcommittee on Hyper-
<10
bilirubinemia: Practice parameter: Management of hyperbilirubinemia in z
the healthy term newborn. Pediatrics 94:558,1994. 68
o
Valaes T, Petmezaki S, Henschke C, etal: Control ofjaundice in preterm new- J
o
boms by an inhibitor of bilirubin production: Studies with tinmeso- o6
u
porphyrin. Pediatrics 93 :1, 1994. T4
Watchko JF, Claassen D: Kernicterus in premature infants: Cunent prevalence
and relationship to NICHD phototherapy study exchange criteria. Pediatrics 2
93:996,1994.
Yao AC, Martinussen M, Johansen OJ, et al: Phototherapy-associated changes 0
in mesenteric blood flow response to feeding in term neonates- J Pediatr 16 r8 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
124:309,1994. UMUR KEHAMILAN (MINGGU)

Gambar 89-1. Kisaran (rata-rata dan batas kepercayaan 95Vo)kadarhemoglo-


bin janin dari umur kehamilan l6-40 minggu padajanin normal (zone I) yang
diperoleh melalui kordosentesis (sampel darah umbilikus perkutan fttercutrute-

I Ban 89
ous umbilical blood sample-PUBSI) 0) menggambarkan isoimunisasi sel da-
rah merah ibu, (m) adalah kadar hemoglobin pada janin dengan bukti hidrops
secara ultrasonografik (zone IID. (Dari Soothill P: Clin Perinatol 16:755.
1989.)
Gangguan Darah

yang mulainya dini. Sebaliknya, kehilangan darah yang kronis


89.1 Anemia pada Bayi Baru Inhir menimbulkan kepucatan yang mencolok, kurang mengakibat-
kan kegawatan, kadar hemoglobin rendah dengan indeks mi-
Hemoglobin janin bertambah dengan bertambahnya umur
krositik, dan jika berat terjadi gagal jantung kongestif.
kehamilan: pada masa cukup bulan, hemoglobin darah tali-
pusat 16,8 gldL (14-20 g/dl); kadar hemoglobin pada bayi Anemia yang tampak padn hari-hari pertama sesudah la-
BBLSR adalah l-2 gldL di bawah kadar hemoglobin bayi cu- hir juga paling sering disebabkan oleh penyakit hemolitik bayi
kup bulan (Gambar 89-1). Penentuan kadar yang kurang dari baru lahir. Penyebab lain adalah penyakit darah pada bayi baru
kisaran nonnal menurut berat badan dan usia pascalahir dide- lahir, perdarahan akibat pengikatan atau peng-kldm-an tali-
finisikan sebagai anemia (lihat Tabel 405-1). Penurunan "fi- pusat yang tidak benar, sefal-hematom yang,besar, perdarahan
siologis" kadar hemoglobin terlihat pada bayti cukup bulan intrakranium, atau perdarahan subkapsular karena robekan
pada minggu ke-8 sampai ke-12 (hemoglobin 11 g/dl) dan hati, limpa, adrenal, atau ginjal. Penurunan yang cepat dari ni-
kira-kira pada minggu ke-6 pada bayi prematur (7-10 gldL). lai hemoglobin atau hematokrit selama usia beberapa hari per-
Anemia pada saat lahir memberikan gejala pucat, gagal tama dapat menjadi kunci awal keadaan ini.
jantung kongenital, atau syok (Gambar 89-2). Biasanya dise- Anemia tertunda pada masa neonatus akhir karena penya-
babkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir tetapi da- kit hemolitik bayi baru lahir, dengan atau tanpa transfusi tukar
pat juga akibat dari perobekan atau pemotongan talipusat atau fototerapi, bisa ditemukan. Vitamin K (sebagai Synkay-
selama persalinan, kelainan insersi tali pusat, pengaliran pem- vite) dalam dosis besar dapat menyebabkan anemia pada bayi
buluh darah plasenta, plasenta previa atau solusio plasenta, tali prematur, yang ditandai dengan adanya badan-badan inklusi
pusat yang melilit leher, insisi yang sampai ke plasenta, perda- (badan Heinz) dalam eritrosit. Anemia hemolitik kongenital
rahan interna (hati, limpa, atau intrakranial), thalasemia- , in- (sferositosis) kadang-kadang muncul selama usia satu bulan,
feksi parvovirus kongenital, atau anemia hipoplastik, dan dan anemia hemolitik nonsferotik herediter telah dijelaskan
transfusi kembar-ke-kembar monozigot dengan sambungan ar- terjadi selama masa neonatus akibat defisiensi enzim seperti
teriovenosa pada plasenta (Bab 82). G-6-PD dan piruvat kinase. Perdarahan dari hemangioma sa-
Perdarahan transplesenta, berupa perdarahan dari janin ke luran pencernaan bagian atas atau dari ulkus mukosa lambung
dalam sirkulasi ibu, mungkin lebih lazim daripada yang biasa- yang menyimpang pada divertikulum Meckeli atau duplikasi
nya dikenali, dan jika tidak berat, biasanya tidak cukup untuk merupakan sumber anemia yang j'arang pada bayi baru lahir.
menyebabkan anemia secara klinis pada saat lahir. Penyebab Pengambilan sampel darah berulang-ulang pada bayi yang ser-
perdarahan transplasenta belum jelas, tetapi kejadiannya telah ing memerlukan pemantauan gas dan kimia darah juga dapat
dibuktikan dengan adanya hemoglobin dan sel darah merah menyebabkan anemia. Defisiensi mineral seperti tembaga da-
janin yang terdapat dalam jumlah bermakna pada darah ibu di pat menyebabkan anemia pada bayi yang sedang mendapat
hari persalinan dengan uji Kleihaur-Betke. nutrisi parenteral total.
Kehilangan darah secara akut biasanya mengakibatkan ke- Anemia prematuritos terjadi pada bayi BBLR l-3 bulan se-
gawatan pada saat lahir, yang pada mulanya dengan kadar he- sudah lahir, disertai dengan kadar hemoglobin di bawah 7-10
moglobin norrnal, tidak ada hepatosplenomegali, dan syok g/dl, dan muncul dengan manifestasi klinis seperti apnea, pe-
618 BAGIAN XI J Janin dan Bayi Neonatus

Posilt

Anemaa Hemolilik lmun


- A80
- Rh l-tnkompatbrttas
- Golongan darah mrnor eq KellJ

Nomal abu Tinggi

Gambar 89-2. Pendekatan diagnostik anemia pada bayi baru


lahir. (Dari Blanchette V, Zipursky A: Clin perinatol l l:489.
Penyebab-penyebab lain yang jarang Darah
Kehilangan lnfeksi r 984.)
mi6alnya. Defisi€nsi Heksokinas€ (pengembitan e9. C wetch,, Sferositosis
a) iatrogenik
Herediter
ii,pi""i;;l; H;;i;;
sampel) Defisensi piruvat Kinase
b) Fetomatemal/Feloplasenta Defisiensi c-6-pD
Kembar-ke-Kembar DtC
Perdarahan lnterna

nambahan berat badan yang jelek, pucat, aktivitas berkurang, cepatan 2-3 mLkg/jam untuk menaikkan kadar hemoglobin; 2
takipnea, takikardia, dan masalah dalam makan. Flebotomi ml/kg menaikkan kadar hemoglobin 0,5-l g/dl-. perdarahan
ulang untuk uji darah, pendeknya masa ketahanan hidup sel harus diobati dengan darah segarjika tersedia; pilihan lainnya,
darah merah, pertumbuhan yang cepat, dan pengaruh transisi resusitasi cairan dimulai dan dilanjutkan dengan transfusi sel
fisiologis dari kehidupan janin (rendahnya Paoz dan saturasi darah merah.
hemoglobin) sampai kehidupan neonatus (tingginya paoz dan Eritropoetin manusia rekombinan (rHuEpo) telah diguna_
saturasi hemoglobin) turut menyebabkan anemia prematuritas. kan untuk mencegah atau mengobati anemia kronis akibat pre,
Oksigen yang tersedia pada jaringan neonatus lebih rendah maturitas dan displasia bronkopulmonal. Anemia prematuriras
daripada yang tersedia pada jaringan orang dewasa, tetapi res- disertai dengan kadar eritropoetin endogen serum yang sangar
pons eritropoetin neonatus diperlemah karena derajat anemia, rendah tetapi dengan sel pendahulu (progenitor) eritrosit yang
mengal-ibatkan kadar hemoglobin rendah dengan retikulosi- responsif-rHuEpo. Terapi dengan rHuEpo diberikan secara in_
topenia. travena atau subkutan dan harus ditambah dengan besi oral
Pengobatan anemia neonatus dengan transfusi darah ber- dan mungkin vitamin E. Dosis dan aturan pakai bervariasi dari
gantung pada keparahan gejala, kadar hemoglobin, dan adanya 100-200 U/kg/dosis selama 5 hari/minggu sampai 400 Ulkgl
penyakit komorbid (displasia bronkopulmonal, penyakit mem- dosis selama 3 hari/minggu dan 150-200 U/kg/dosis setiap 3
bran hialin) yang mengganggu hantaran oksigen. pengobatan hari. Neutropenia sementara merupakan kemungkinan efek
dengan darah harus diimbangi dengan kewaspadaan mengenai samping yang tidak konsisten.
infeksi yang didapat melalui transfusi (CMV, HIV, hepatitis B
dan C). Risiko infeksi CMV hampir dapat dilenyapkan dengan
penggunaan darah yang antibodi CMV-nya negatif, sedangkan
89.2 Penyakit Hemotitik padq Bayi Baru
risiko untuk HIV dan virus hepatitis B dan C dapat dikurangi I-ahir
tetapi bukan dilenyapkan, melalui skining antibodi darah (Eritroblatosis Foetalis)
yang didonorkan. Teknik bank darah, yang membatasi agar re-
sipien tidak terpajan oleh banyak donor, harus didorong. Eritroblastosis foetalis teqadi akibat anribodi aktif ibu me_
Bayi cukup bulan yang tidak bergejala dengan kadar hemo- lewati plasenta dan melawan antigen sel darah merah bayi,
globin 10 gldL, dapat diobservasi, sedangkan neonatus berge- yang menyebabkan kenaikan angka penghancuran sel eritrosit.
jala yang dilahirkan pasca-solusio plasenta atau bayi baru lahir Penyakit ini berlanjut menjadi penyebab penting anemia dan
dengan penyakit hemolitik berat memerlukan transfusi segera. ikterus pada bayi baru lahir walaupun metode pencegahan iso-
Bayi p,eterm yang mengalami episode apnea dan bradikardia imunisasi oleh ibu dengan antigen Rh telah dikembangkan.
berulang walaupun dengan terapi teofillin dan kadar hemoglo- Walaupun telah diidentifikasi bahwa ada lebih dari 60 macam
bin kurang dari l0 gldL dapat mendapat manfaat dari transfusi antigen sel darah merah yang mampu mendatangkan respons
sel darah merah. Lagipula bayi dengan penyakit membran hia- antibodi pada resipien yang sesuai, penyakit yang berarti teru-
lin atau displasia bronkopulmonal berat memerlukan kadar he- tama dihubungkan dengan antigen D grup Rh dan dengan in-
moglobin 12-14 gdL untuk memperbaiki hantaran oksigen. kompatibilitas fakror ABO. Kadang-kadang penyakit hemo_
Transfusi sel darah merah (10-15 ml/kg) diberikan dengan ke- litik dapat disebabkan oleh antigen C atau E atau oleh antigen
89 I Gangguan Darah 619

sel darah merah lainnya, seperti Cw, Cx, Du, K (Kell), M, (IgG); yang terakhir dengan mudah melewari plasenra dan me-
Duffy, S, P, MNS, Xg, Lutheran, Diego, dan Kidd. Antibodi nyebabkan manifestasi hemolitik.
anti-Lewis tidak menyebabkan penyakit hemolitik. Penyakit hemolitik jarang terjadi pada kehamilan pertama,
karena transfusi darah janin yang Rh positif ke dalam ibu yang
Rh negatif cenderung terjadi dekat waktu persalinan, dan su
PENYAKIT HEMOLITIK BAYI BARU LAHIR KARENA
dah terlambat bagi ibu untuk menjadi tersensitisasi serta
INKOMPATIBILITAS RH
memindahkan antibodinya kepada bayi sebelum persalinan.
Kenyataannya 55Vo ayah Rh positif adalah heterozigot (D/d)
Penentu (determinan) antigen Rh dipindahkan secara gene-
dan dapat mempunyai anak Rh negatif, dan hanya 50Vc keha-
tik dari setiap orang tua dan menentukan tipe Rh serta lang-
sung memproduksi sejumlah faktor golongan darah (C, c, D, d,
milan yang mengalami transfusi janin-ibu sehingga mengu-
E, dan e). Setiap faktor dapat mendatangkan respons antibodi rangi peluang sensitisasi; seperti pada keluarga kecil, kesem-
patan untuk terjadinya hal ini adalah lebih kecil. Akhirnya, ka-
spesifik pada keadaan-keadaan yang sesuai; 90Vo adalahkare-
pasitas wanita Rh negatif untuk membentuk antibodi be-
na antigen D, sisanya karena antigen C atau E.
ragam, beberapa wanita menghasilkan titer rendah walaupun
PATOGENESIS. Penyakit hemolitik isoimun dari antigen D
sudah kemasukan antigen yang adekuat. Jadi, keseluruhan in-
sekitar tiga kali lebih sering pada orang kulit putih daripada
sidens isoimunisasi ibu Rh negatif yang berisiko adalah ren-
orang kulit hitam. Bila darah Rh positif dimasukkan pada wa-
nita Rh negatif karena kesalahan atau bila sejumlah kecil (bia- dah, dengan antibodi terhadap antigen D yang terdeteksi
sanya lebih dari 1 mL) darah janin Rh positif yang mengan-
kurang dari 10Vo dari mereka yang diteliti, bahkan sesudah,
dung antigen D yang diwariskan ayah Rh positif masuk ke da- lima kehamilan atau lebih; hanya sekitar 5Vo yang pernah
lam sirkulasi ibu selama kehamilan, lewat abortus spontan atau mempunyai bayi dengan penyakit hemolitik.
buatan, atau pada persalinan, pembentukan antibodi terhadap Bila ibu dan janin juga tidak cocok, berkenaan dengan go_
antigen D dapat dipacu pada ibu resipien Rh negatif yang be- longan A atau B, ibu sebagian diproteksi terhadap sensitisasi
lum disensitisasi. Bila imunisasi telah terjadi, dosis antigen dengan jalan menyingkirkan sel-sel Rh positif secara cepar
yang jauh lebih kecil dapat merangsang kenaikan titer anti- dari sirkulasi ibu yaitu melalui anti-A atau anti-Bnya, yang
bodi. Pada mulanya terjadi kenaikan antibodi pada fraksi gama merupakan antibodi IgM dan tidak melewati plasenta. Bila ibu
globulin l95, yang kemudian digantikan dengan antibodi 75 telah tersensitisasi, bayi mungkin menderita penyakit hemoli_
tik. Ada kecenderungan bahwa tingkat keparahan penyakit Rh
menjadi lebih jelek dengan adanya kehamilan yang berturut_
turut. Adanya kemungkinan bahwa bayi pertama yang terkena
TABEL 89-1 Etiologi Hidrops Foetalis sesudah sensitisasi dapat menjadi petanda terakhir bagi ibu un_
tuk dapat melahirkan bayi yang Rh positif, telah menghasilkan
usulan untuk segera melakukan pencegahan sensitisasi apabila
hal ini memungkinkan. Pencegahan demikian terdiri atas in-
jeksi gama globulin anti-D (RhoGam) pada ibu segera sesudah
persalinan setiap bayi dengan Rh positif (lihat di bawah).
MANIFESTASI KLlNlS. Spekrrum penyakit hemolitik yang
luas terdapat pada bayi yang terkena dan dilahirkan dari ibu
yang tersensitisasi, bergantung pada sifat respons imun setiap
bayi. Keparahan penyakit dapat berkisar dari adanya bukti
hemolisis ringan secara laboratoris saja (15% kasus) sampai
anemia berat dengan hiperplasia kompensatoir jaringan eri-
tropoetik yang menyebabkan pembesaran masif pada hati dan
limpa. Biia kapasitas kompensatoir sistem hematopetik dile-
bihi, anemia berat mengakibatkan pucat, tanda-tanda dekom-
pensasi jantung (kardiomegali, kegawatan pernapasan), ana-
sarka masif, dan kolaps sirkulasi. Gambaran klinis ini disebur
hidrops foetalis, dan seringkali mengakibatkan kematian da-
lam rahim atau segera sesudah lahir; hal ini juga dapat di-
akibatkan oleh penyebab nonimun lainnya (Tabel 89-l). Ke-
parahan hidrops dihubungkan dengan kadar anemia dan dera-
lltarf,butik jat penurunan albumin serum (tekanan onkotik), yang se-
bagian disebabkan oleh disfungsi hati. Cara lain, gagal jantung
dapat menaikkan tekanan jantung kanan dengan berkem-
bangnya edema dan asites. Kegagalan untuk memulai ventilasi
efektif spontan akibat adanya edema paru atau efusi pleura bi-
lateral menimbulkan asfiksia lahir; kegawatan pernapasan
yang berat dapat ter;adi pasca-resusitasi yang berhasil. pete-
kie, purpura dan trombositopenia juga dapat ditemui pada
+
I ns ide ns hidrop s .fo e taLis rut nimu n adalah I ; 2 000 - I : 3 5 00 ke lahiran kasus yang berat, menggambarkan penurunan produksi trom-
620 BAGIAN Xl f Janin dan Bayi Neonatus

bosit atau adanya koagulasi intravaskular tersebar (diseminata) kompatibilitas) dan ikatan antibodi yang sesuai pada sel darah
yang bcrsamaan. merah bayi.
Ikterus biasanya tidak ada pada saat lahir karena pembersi- Diagnosis Antenatal. Wanita Rh negatif yang sebelumnya
han plasenta dari bilirubin tak terkonjugasi yang larut-lemak, mempunyai riwayat transfusi, aborsi, atau kehamilan memberi
tetapi pada kasus-kasus yang berat, pigmen bilirubin mewarnai kesan bahwa kemungkinan ia telah mengalami sensitisasi.
cairan amnion, talipusat, dan verniks kaseosa menjadi kuning. Penderita yang mengharapkan kelahiran bayi, jenis darahnya
Ikterus biasanya jelas pada usia satu hari karena bayi meng- harus diuji terhadap kemungkinan inkompatibilitas, dan titer
konjugasi bilirubin dan sistem ekskresi tidak mampu menga- antibodi IgG ibu terhadap antigen D harus diperiksa pada
tasi beban dari hemolisis yang masif. Karenanya, bilirubin minggu ke-12-16, minggu ke-28-32 dan minggu ke-36. Ada-
yang bereaksi-indirek terakumulasi pascalahir dan dapat de- nya titer antibodi yang dapat diukur pada permulaan tehamil-
ngan cepat mencapai kadar yang sangat tinggi, menunjukkan an, kenaikan titer yang cepat, atau perbandingan titer 1:64 atau
risiko ensefalopati bilirubin yang berarti. Mungkin ada risiko lebih besar memberi kesan penyakit hemolitik yang berarti,
yang lebih begar dengan berkembangnya kernikterus dari pe- walaupun titer yang tepat berkorelasi jelek dengan keparahan,
nyakit hemolitik daripada hiperbilirubinemia nonhemolitik penyakit. Jika ibu ditemukan mempunyai antibodi terhad4p
yang sebanding, walaupun risiko pada seorang penderita dapat antigen D dengan perbandingan titer l:16 atau lebih bedar
hanya merupakan fungsi dari keparahan penyakit (anoksia, asi pada setiap waktu selama kehamilan berikutnya, keparahan
dosis, dan sebagainya). Hipoglikemia sering terjadi pada bayi penyakit janin harus dipantau melalui amniosenresis, pengam-
dengan penyakit hemolitik isoimun yang berat dan dapat ter- bilan sampel darah umbilikus perkutan (PUBS), dan ulrra-
kait dengan hiperinsulinisme dan hipertrofi sel-sel pulau pan- sonografi. Bila sebelumnya ada riwayat bayi yang terkena atau
kreas pada bayi ini. lahir mati, maka bayi yang Rh positf biasanya terkena sama
Bayi yang dilahirkan sesudah transfusi intrauteri karena berat atau lebih berat daripada bayi sebelumnya, dan kepara-
eritroblastosis yang didiagnosis saat prenatal dapat terkena han penyakit padajanin harus terus diikuti.
berat, karena indikasi untuk transfusi adalah bukti adanya pe- Penilaian janin mungkin memerlukan informasi yang di-
nyakit yang sudah berat dalam rahim (misalnya, hidrcps, ane- peroleh dari ultrasonografi, dan amniosentesis serta pUBS. Ul-
mia janin). Bayi demikian biasanya mempunyai kadar bili- trasonografi real time digunakan untuk mendeteksi penje-
rubin talipusat yang amat tinggi (tetapi sangat beragam), yang lekan hemolisis dari yang ringan sampai yang berat, dengan
menggambarkan keparahan hemolisis dan pengaruhnya pada hidrops yang ditentukan sebagai edema kulit atau kulit kepala,
fungsi hati. Bayi yang diobati dengan transfusi vena intraum- efusi pleura atau perikardium, dan asites. Tanda-tanda ultra-
bilikalis dalam rahim dapat mengalami perjalanan penyakit sonografi awal hidrops meliputi organomegali (hati, limpa,
pascalahir yang ringan, jika anemia dan hidrops sembuh sebe- jantung), tanda usus berdinding ganda (edema usus) dan pene-
lum lahir. Anemia akibat hemolisis yang terus-menerus dapat balan plasenta. Mungkin selanjutnya dapat menjelek menjadi
tertutupi oleh transfusi intrauteri sebelumnya, dan manifestasi polihidramnion, asites, efusi pleura atau perikardium, dan ede-
klinis eritroblastosis mungkin tertumpang-tindih pada berbagai ma kulit atau kulit kepala. Jika efusi pleura mendahului asites
tingkat imaturitas akibat dari persalinan prematur yang spon- dan hidrops dengan masa waktu yang bermakna, penyebab
tan atau buatan. lain selain anemia janin harus dicurigai (lihat Tabel 89-l).
DATA LABORATORIUM. Sebelum pengobatan, uji Coombs Hematopoesis ekstramedular, dan yang lebih sedikit, kongesti
direk biasanya positif. Anemia biasa dijumpai. Hemoglobin hati menekan pembuluh darah intrahepatik serta menghasilkan
darah talipusat beragam, biasanya sebanding dengan kepara- stasis vena dengan hipertensi portal, disfungsi hepatoselular,
han penyakit; pada hidrops foetalis, hemoglobinnya mungkin dan penurunan sintesis albumin. Hidrops dipastikan terjadi
serendah 3-4 gldL (30-40 g/L). Alternatifnya, walaupun ada bila hemoglobin janin kurang da-ri 5 g/dl-, sering teriadi bila
hemolisis, hemoglobin bisa berada dalam kisaran normal kare- di bawah 7 gldL, dan bervariasi bila antara 7 dan 9 g/dl. Ul-
na kompensasi hematopoesis sumsum tulang dan ekstramedu- trasonografi real time meramalkan janin sehat dengan gamba-
lar. Pulasan darah biasanya menunjukkan polikromasi dan ke- ran (profil) biofisik (lihat Tabel 8l-2), sedangkan ulrraso-
naikan yang mencolok pada sel darah merah berinti. Hitung nografi Doppler menilai kegawatan janin dengan memperli-
retikulosit naik. Angka sel darah putih biasanya normal tetapi hatkan kenaikan tahanan vaskular. Jika ultrasonografi mem-
dapat naik, dan mungkin ada trombositopenia pada kasus yang buktikan adanya hemolisis (hepatosple-nomegali), hidrops
ber"t. Bilirubin talipusat biasanya antara 3 dan 5 mg/dl (51-86 awal atau lambat, atau kegawatan janin, maka harus dilakukan
molll); hanya kadang-kadang ada peningkatan yang besar amniosentesis atau PUBS.
dari bilirubin yang bereaksi-direk (terkonjugasi). Bilirubin Amniosentesls digunakan untuk menilai hemolisis janin.
yang bereaksi-indirek naik dengan cepat ke kadar yang tinggi Hemolisis eritrosit janin menimbulkan hiperbilirubinemia se-
pada usia 6 jam pertama. belum terjadi anemia berat. Bilirubin dibersihkan oleh pla-
Sesudah transfusi intrauteri, darah talipusat dapat menun- senta, tetapi sebagian yang berarti masuk dalam cairan amnion
jukkan kadar hemoglobin yang normal, uji Coombs direk ne- dan dapat diukur dengan spektrofotometri. Amniosentesis di-
gatif, didominasi sel darah merah dewasa tipe O Rh negatif, lakukan jika ada bukti sensitisasi pada ibu (titer l:16), jika
dan apusan darah relatif normal. Kenaikan yang mencolok ka- ayahnya Rh positif, atau jika pada ultrasonografi ada tanda-
dar bilirubin yang bereaksi-direk maupun -indirek telah dila- tanda hemolisis, hidrops, atau kegawatan. Aspirasi cairan am-
porkan pada bayi ini. nion intraabdominal yang dibimbing ultrasonografi dapat dila-
DIAGNOSIS. Diagnosis pasti eritroblastosis foetalis memer- kukan seawal-awalnya pada minggu ke-18-20 kehamilan.
lukan peragaan adanya golongan darah yang tidik cocok (in- Panjang gelombang pembaca4n spektrofotometri cairan am-
89 I Gangguan Darah 621

nion menunjukkan deviasi absorpsi densitas optik (DO) bili- lamatkan beberapa bayi yang terkena berat. Terapi demikian
rubin normal pada 450 nm. DO 450 merupakan refleksi kadar harus meliputi koreksi asidosis dengan 1-2 mEq/kg natrium
bilirubin janin, juga hemolisis, dan menunjukkan keparahan bikarbonat; sejumlah kecil transfusi sel darah merah yang co-
anemia dan risiko kematian intrauteri. Pada maturitas, kadar cok untuk memperbaiki anemia; penambahan volume untuk
bilirubin cairan amnion secara normal turun; dengan demikian hipotensi, terutama pada mereka yang menderita hidrops; dan
risiko janin yang dinilai selama kehamilan berkenaan dengan penyediaan ventilasi bantuan untuk kegagalan pernapasan.
tiga zone adalah relatif kecuali penurunan zone DO 450, de- Transfusi Tukar. Bila keadaan klinis bayi pada saat lahir ri-
ngan zone III yang menggambarkan risiko paling tinggi. Na- dak segera memerlukan transfusi tukar penuh atau parsial, ke-
mun beberapa janin dalam zone III tidak mengalami anemia putusan untuk melakukan transfusi harus didasarkan pada per-
janin yang mengancam jiwa dan dengan demikian tidak me- timbangan bahwa ada risiko-tinggi akan perkembangan yang
merlukan transfusi intrauteri. Jika DO 450 ada pada zone III, cepat ke tingkat anemia atau hiperbilirubinemia yang memba-
atau jika hidrops atau tanda-tanda lain memberi kesan adanya hayakan. Hemoglobin tali pusat 10 g/dl- atau kurang dan bili-
anemia janin, maka PUBS harus dilakukan untuk menentukan rubin 5 mg/dl atau lebih memberi kesan hemolisis berat tetapi
kadar hemoglobin janin, dan sel darah merah harus ditrans- tidak secara konsisten meramalkan kebutuhan untuk melaku-
fusikan jika timbul anemia yang serius (hematokrit 25-30Vo). kan transfusi tukar segera. Beberapa dokter mempertimbang-
Diagnosis Pascalahir. Segera setelah setiap kelahiran bayi kan adanya kernikterus atau eritroblastosis berat yang sebe-
oleh wanita Rh yang negatif, darah dari talipusat atau dari bayi lumnya pernah terjadi pada saudara kandungnya, jumlah re-
harus diperiksa untuk golongan darah ABO, tipe Rh, hema- tikulosit lebih besar dari l5Vo, dan prematuritas merupakan
tokrit dan hemoglobin, dan reaksi uji Coombs direk. Jika uji faktor pendukung keputusan lebih lanjut untuk transfusi tukar
Coombs positif, serum bilirubin dasar harus diukur, dan yang dini.
kelompok sel darah merah yang tersedia di pasaran harus digu- Hemoglobin, hematokrit, dan kadar bilirubin serum harus
nakan untuk mengidentifikasi antibodi sel darah merah yang diukur dengan interval 4 sampai 6 jam pada mulanya, dan se-
ada pada serum ibu, kedua uji yang dilakukan tidak hanya un- lanjutnya intervalnya diperpanjang jika, dan pada saar, kece-
tuk menegakkan diagnosis melainkan juga untuk memastikan patan perubahan menyusut. Keputusan untuk melakukan trans-
pemilihan darah yang paling cocok untuk transfusi tukar sean- fusi tukar didasarkan pada kemungkinan adanya kecenderung-
dainya diperlukan. Uji Coombs direk biasanya positif kuat an yaitu kadar bilirubin yang diukur setiap jam menunjukkan
pada bayi yang terkena secara klinis dan dapat menetap selama bahwa bilirubin serum akan mencapai kadar yang ditunjukkan
beberapa hari sampai beberapa bulan. pada tabel 88-2 dan 88-3, di atas angka tersebut ada pening-
katan risiko kernikterus. Transfusi biasa dengan sel darah
PENGOBATAN. Tujuan utama terapi adalah (1) untuk men-
merah Rh negatif yang cocok mungkin diperlukan untuk
cegah kematian intrauteri atau ekstrauteri akibat anemia dan mengkoreksi anemia pada setiap stadium penyakit sampai usia
hipoksia berat dan (2) untuk menghindari neurotoksisitas dari 6-8 minggu, ketika mekanisme pembentukan-darah bayi itu
hiperbilirubinemia. sendiri diharapkan dapat mengambil alih. Penentuan hemoglo-
Pengobatan Bayi yang Belum Dilahirkan. Ketahanan hidup bin atau hematokrit mingguan harus dilakukan sampai pening-
janin yang terkena telah diperbaiki dengan penggunaan ultra-
katan spontan terlihat.
sonografi dan analisis cairan amnion untuk mengidentifikasi
Bila tidak ada fototerapi, pemantauan yang cermat terha-
kebutuhan transfusi dalam rahim. Transfusi intra-uteri ke da-
dap kadar bilirubin serum sangat penting dilakukan sampai ke-
lam rongga peritoneum janin diganti dengan transfusi intra-
cenderungan yang menurun telah nampak (Bab 88.4). Wa-
vaskular sel darah merah. Hidrops atau anemia janin (hema-
laupun kemudian, kadang-kadang bayi tertentu, terutama jika
tok,rit <30Vo) merupakan indikasi untuk transfusi melalui vena
prematur, dapat mengalami kenaikan bilirubin serum ber-
umbilikalis pada bayi dengan imaturitas paru (lihat Gambar
makna yang tidak teramalkan, selambat-lambatnya umur 7
89- 1). Transfusi intravaskular dipermudah dengan pemberian
hari. Upaya untuk meramalkan pencapaian kadar bilirubin se
sedasi pada ibu dan demikian pula pada janin dengan diaze-
rum yang tinggi dan membahayakan. yang didasarkan pada
pam dan dengan pemberian paralisis janin dengan panku-
kadar yang diamati, yaitu melebihi 6 mg/dl pada umur 6 jam
ronium. Sel darah merah diberikan dengan infus perlahan se-
pertama atau l0 mg/dL pada umur 6 jam kedua atau pada ke-
sudah uji silang dengan serum ibu. Eritrosit harus diambil dari
naikan angka yang melebihi 0,5-1,0 mg/dlljam, mungkin ri-
donor.negatif-CMv dan diradiasi untuk membunuh limfosit
dak dapat dipercaya. Indeks bilirubin bebas dan bilirubin
untuk menghindari penyakit hospes melawan cangkokan.
terikat belum terbukti merupakan bantuan rutin yang dapat
Transfusi harus mencapai hematokrit pasca transfusi 45-55V0
dipercaya dalam mengevaluasi risiko yang terkait dengan
dan dapat diulang setiap 3-5 minggu. Indikasi untuk persalinan
hiperbilirubinemia.
meliputi kematangan paru, distres janin, komplikasi PUBS,
atau umur kehamilan 35-37 minggu. Darah untuk transfusi tukar harus sesegar mungkin. He-
Pengobatan Bayi yang Lahir Hidup. Kelahiran harus dihadiri parin atau adenosin-sitrat-fosfardekstrose dapat digunakan se-
oleh dokter yang nantinya akan merawat bayi yang terkena. bagai antikoagulan. Jika darah diambil sebelum persalinan, da-
Darah Rh negatif, golongan O, segar, bertiter rendah, dan rah seharusnya diambil dari donor golongan O, Rh negatif
diuji-silang terhadap serum ibu, harus segera disediakan. Jika dengan titer anti-A dan anti-B yang rendah serta harus cocok
jelas terdapat tanda-tanda klinis anemia hemolitik berat (pucat, dengan serum ibu dengan uji Coombs indirek. Sesudah per-
hepatosplenomegali, edema, petekie, atau asites) pada saat la- salinan, darah harus diambil dari donor Rh negatif yang sel-
hir, maka segera dilakukan terapi suportif, stabilisasi suhu, dan selnya cocok dengan serum bayi maupun ibu; bila mungkin,
pemantauan sebelum melakukan transfusi tukar, dapat menye- biasanya digunakan sel donor golongan O, tetapi sel-sel go-
622 BAGIAN Xl I Janin dan Bayi Neonatus

longan darah ABO bayi dapat digunakan bila ibu mempunyai terapi yang sudah umum dan karena sensitisasi telah dicegah,
golongan yang sama. Uji-silang yang lengkap, meliputi uji tingkat kemampuan dokter umumnya menurun. Dengan demi-
Cooml.s indirek, harus dilakukan sebelum transfusi kedua dan kian, kemungkinan paling baik adalah mengkonsentrasikan
selanjutnya. Darah harus dipanasi secara bertahap sampai, dan cara pengobatan ini pada pusat rujukan neonatus.
dipertahankan, pada suhu antara 35' sampai 37'C selama Komplikasi Lambat. Bayi yang menderira penyakit hemo-
transfusi tukar. Darah harus dipertahankan tercampur dengan litik atau yang telah mengalami transfusi tukar atau yang men-
meremas atau menggoyang kantong secara perlahan untuk dapatkan transfusi intrauteri harus diamati secara cermat ter-
mencegah pengendapan; kalau tidak penggunaan apungan (su- hadap perkembangan anemia dan kolestasis. Anemia lambat
pernatan) serum dengan angka sel darah merah yang rendah mungkin hemolitik atau hiporegeneratif. Pengobatan dengan
pada akhir transfusi tukar akan tetap menyebabkan bayi ane- tambahan besi, eritropoietin, atau transfusi darah dapat meru-
mia. Darah lengkap aJau sel darah merah packed yang dicam- pakan indikasi. Reaksi hospes versus cangkokan yang ringan
pur kembali dengan plasma beku segar sampai hematokrit dapat tampak sebagai diare, ruam, hepatitis, dan eosinofilia.
40!o,harus digunakan. Sebelum transfusi lambung bayi harus Sindrom pengentalan empedu merujuk pada kejadian
dikosongkan untuk mencegah aspirasi, dan suhu tubuh harus ikterus persisten yang jarang dalam hubungannya dengan ke-
dipertahankan serta tanda-tanda vital dipantau. Harus ada asis- naikan bilirubin direk serra indirek yang bermakna pada bayi
ten yang kompeten untuk membantu memantau, mencatat vo- dengan penyakit hemolitik. Penyebabnya belum jelas, namun
lume darah yang ditukar, dan melakukan prosedur gawat ikterus hilang secara spontan dalam beberapa minggu atau bu-
darurat. lan.
Vena umbilikalis dikanulasi menggunakan teknik yang be- Trombosis vend portq dapat teryadi pada anak yang relah
nar-benar aseptik dengan kateter polivinil, sampai jarak yang menjalani transfusi tukar ketika masih bayi baru lahir. Trom-
tidak lcbih besar dari 7 cm pada bayi cukup bulan. Bila aliran bosis ini mungkin terkait dengan kateterisasi vena umbilikalis
darah bebas dicapai, kateter biasanya berada dalam vena hepa- yang lama. trauma, dan sepsis.
tika besar atau vena kava inferior. Transfusi tukar harus dila- Pencegahan Sensitisasi Rh. Risiko sensirisasi awal ibu Rh
kukan selama masa 45 sampai 60 menit, diselang-seling negatif telah menurun dari antara 10 sampai 20Vo hinggaku-
dengan aspirasi 20 ml darah bayi dan infus 20 ml darah donor.
rang dari lVo dengan dilakukannya injeksi intramuskular 300
Jumlah yang lebih kecil (5-10 ml) mungkin diindikasikan un- g anti-D globulin manusia (1 mL RhoGAM) dalam 72 1am
tuk bayi yang sakit dan prematur. Tujuannya mengganti seki- persalinan atau aborsi. Jumlah ini cukup untuk mengeliminasi
tar 2 volume darah bayi (2 x 85 ml-/kg). Jika menggunakan sekitar 10 mL sel janin yang mungkin bersifat antigenik dari
darah yang diberi heparin, 0,45 ml (4,5 mg) laruran protamin
sirkulasi darah ibu. Pemindahan darah janin-ke-ibu yang besar
sulfat 7Vo dapat diinjeksikan secara intravena pada akhir trans- mungkin memerlukan RhoGAM yang lebih proporsional.
fusi untuk setiap desiliter darah yang ditukar. RhoGAM diberikan pada kehamilan 28-32 minggu dan juga
Bayi dengan asidosis dan hipoksia karena kegawatan per- pada saat lahir (40 minggu), dapat lebih efektif dari dosis
napasan, sepsis, atau syok dapat dikompromikan lebih lanjut tunggal. Penggunaan teknik ini, digabung dengan metode sen-
dengan adanya kandungan asam akut dalam darah sitrat, yang sitisasi ibu yang diperbaiki dan menghitung besarnya transfusi
biasanya mempunyai pH antara 7 sampai 7,2. Iika yang digu- janin-ke-ibu, ditambah penggunaan prosedur obstetrik yang le-
nakan adalah darah sitrat, selanjutnya, metabolisme sitrat da- bih sedikit yang dapat menambah risiko perdarahan janin-ke-
pat mengakibatkan alkalosis metabolik di kemudian waktu. ibu (versi, pelepasan plasenta manual, dan sebagainya), selan-
Darah yang baru diheparinisasi mencegah masalah ini. Selama jutnya akan mengurangi insidens eritroblastosis foetalis.
transfusi tukar, pH darah dan PaOz harus dipantau secara seri
karena bayi sering menjadi asidosis dan hipoksia selama trans-
fusi tukar. Hipoglikemia yang bergejala dapat terjadi sebelum PENYAKIT HEMOLITIK BAYI BARU LAHIR KARENA
atau selama transfusi tukar pada bayi yang terkena sedang KETTDAKCOCoKAN 0NKOMpATtBtL|TAS) A DAN B
sampai berat; hipoglikemia juga dapat terjadi l-3 jam sesudah
Inkompatibilitas golongan darah utama anrara ibu dan
transfusi tukar. Komplikasi akut tercatar pada S-lOVo bayi, ter-
janin biasanya mengakibatkan penyakit yang lebih ringan dari-
masuk bradikardia sementara dengan atau tanpa infus kalsium,
pada penyakit inkompatibilitas Rh. Anribodi ibu akan diben-
sianosis, vasospasme sementara, trombosis, dan apnea dengan
tuk melawan sel B jika ibu adalah golongan A atau melawan
bradikardia yang memerlukan resusitasi. Risiko infeksi meli-
sel A jika ibu adalah golongan B. Namun biasanya ibu adalah
put; CMV, HIV, dan hepatitis. Enterokolitis nekrorikans meru-
golongan O dan bayi adalah golongan A atau B. Walaupun in-
pakan komplikasi transfusi tukar yangjarang terjadi.
kompatibilitas ABO terjadi pada 20-25Vo kehamilan, penyakit
Sesudah transfusi tukar kadar bilirubin harus sering diten- hemolitik hanya berkembang pada l\Vo dari bayi-bayi ini, dan
tukan (setiap 4-8 jam), karena bilirubin dapat berbalik kembali
biasanya bayinya adalah golongan A1, yang sifatnya lebih an-
40-50Vo dalam beberapajam. Transfusi tukar ulangan harus di-
tigenik daripada 42. Antigenisitas faktor ABO yang rendah
lakukan untuk mempertahankan fraksi indirek dari kelebihan padajanin dan bayi baru lahir dapat menyebabkan insidens pe-
kadar yang ditunjukkan pada Tabel 88-2 dan 88-3. Gejala- nyakit hemolitik ABO berar yang relatif rendah dibandingkan
gejala yang memberi kesan kernikterus merupakan indikasi insidens inkompatibilitas antara golongan darah ibu dan anak.
mutlak'rntuk transfusi tukar setiap waktu. Walaupun antibodi terhadap faktor A dan B terjadi tanpa imu_
Risiko kematian transfusi tukar yang dilakukan oleh dokter nisasi sebelumnya (antibodi "alamiah"), faktor-faktor ini bia_
yang berpengalaman adalah 0,3/100 prosedur. Namun, dengan
sanya terdapat pada fraksi 195 (IgM) gama globulin, dan tidak
menurunnya penggunaan prosedur ini akibat penggunaan foto-
89 I Gangguan Darah 623

melewati plasenta; namun, antibodi terhadap antigen A herediter (Bab al5) dan jika tidak diobati dapat mengakibat-
univalen inkomplit (albumin aktif) yang terdapat pada fraksi kan kernikterus. Anemia hemolitik yang menimbulkan ikterus
75 (IgG), dapat melewati plasenta, sehingga penyakit hemoli- pada usia satu minggu pertama dapat juga diakibatkan oleh de-
tik isoimun A-O dapat ditemukan pada bayi pertama yang fisiensi kongenital enzim sel darah merah seperti piruvat ki-
dila-hirkan. Ibu yang telah menjadi imun terhadap faktor A nase atau G-6- PD.
atau B dari kehamilan inkompatibel sebelumnya juga menun-
lukkan antibodi dalam fraksi gama globulin 75. Antibodi 89.3 Plethora pada Bayi Baru Lahir
"imun" ini terutama merupakan mediator penyakit isoimun (Polisitemia)
ABO,
MANIFESTASI KLlNlS. Sebagian besar kasusnya ringan, de-
Lihat juga Bagian XX: seksi 4.
ngan ikterus sebagai satu-satunya manifestasi klinis. Bayi bia-
Pletora, penampakannya berwarna merah (ruddy), merah-
sanya tidak terkena secara menyeluruh pada saat lahir; tidak
ungu tua disertai dengan hematokrit yang tinggi, sering karena
ada pircat, dan hidrops foetalis sangat jarang. Hati dan limpa
polisitemia, ditentukan ketika hematokrit sentral 65Vo atau le-
tidak sangat membesar, jika ditemukan. Ikterus biasanya mun-
bih. Hematokrit perifer (tusukan pada tumit) lebih tinggi dari-
cuf dalam 24 jam pertama. Kadang-kadang penyakit ini men-
jadi berat, dan gejala-gejala serta tanda-tanda kernikterus
pada nilai hematokrit sentral, sedangkan alat penghitung
Coulter menghasilkan nilai hematokrit yang lebih rendah dari-
berkembang dengan cepat.
pada nilai hematokrit yang ditentukan dengan microcentrifu-
DIAGNOSIS. Diagnosis dugaap didasarkan pada adanya in-
gation. Insidens polisitemia neonatus meningkat pada tempat
kompatibilitas ABO, uji Coombs direk positif lemah sampai
yang tinggi (Denver 57o vs Texas 1,6Vo), pada bayi lewat bu-
sedang, dan adanya sferosit pada pulasan darah, yang kadang-
lan (3Vo) vs bayi cukup bulan (1-2Vo), pada bayi SGA (87o) vs
kadang memberi kesan adanya sferositosis herediter. Hiper-
bayi LGA (3Vo) vs bayi AGA (l-2Vo), saat umur hari pertama
bilirubinemia sering merupakan satu-satunya kelainan labora-
(puncak 2-3 jam), pada bayi resipien yang mengalami trans-
torium. Kadar hemoglobin biasanya normal tetapi dapat se-
rendah 10-12 gldL (100-120 g/L). Retikulosit dapat naik sam-
fusi kembar-ke-kembar, sesudah pengkleman talipusat yang
tertunda, pada bayi dari ibu diabetes, pada trisorni-13, -18.
pai l}-l5%o, dengan polikromasia yang luas dan kenaikan jum-
atau -27, pada sindrom adrenogenital, pada penyakit Graves
lah sel darah merah berinti. Pada l0-20Vo bayi yang terkena,
neonatus, pada hipotiroidisme, dan pada sindrom Beckwith-
kadar serum bilirubin tak terkonjugasinya dapat mencapai 20
Wiedemann. Pada bayi dari ibu diabetes dan bayi dengan re-
mg/dl atau lebih jika tidak dilakukan fototerapi.
tardasi pertumbuhan yang mungkin telah terpajan hipoksia
PENGOBATAN. Fototerapi dapat efektif dalam menurunkan
janin yang kronis, yang merangsang produksi eritropoetin dan
ka.lar bilirubin serum (Bab 88,4). Kalau tidak, pengobatan dia-
menaikkan produksi sel darah merah.
rahkan pada koreksi tingkat anemia atau hiperbilirubinemia
Manifestasi k/lnls meliputi anoreksia, lesu, serangan ke-
yang membahayakan dengan jalan melakukan transfusi tukar
jang, sianosis (sirkulasi janin persisten), takipnea, kegawatan
memakai darah yang golongannya sama seperti golongan da-
pernapasan, gangguan makan, enterokolitis nekrotikans, hiper-
rah ibu (tipe Rh harus diuji-silang dengan darah bayi). Indikasi
bilirubinemia, gagal ginjal, hipoglikemia, dan trombositope-
untuk prosedur ini sama dengan indikasi yang diuraikan sebe-
nia. Banyak bayi yang terkena tidak bergejala. Hiperviskositas
lumnya pada penyakit hemolitik karena inkompatibilitas Rh.
ada pada kebanyakan bayi dengan hematokrit sentral 65Vo atau
lebih dan merupakan gejala-gejala polisitemia. Hiperviskositas
BENTUK PENYAKIT HEMOLITIK LAIN. yang ditentukan pada angka pemotongan konstan (misalnya,
11,5 detik-t) ada bila viskositas darah penuh ada di atas 18
Inkompatibilitas golongan darah selain Rh atau ABO (c, E, siklus/detik (18 spd). Hiperviskositas diperbesar karena eri-
Kell [K], dan sebagainya) menyebabkan kurang dari 5Vo pe- trosit neonatus mempunyai deformabilitas dan filterabilitas
nyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Uji Coombs direk selalu yang menurun, memberi kecenderungan untuk stasis pada
positif, dan transfusi tukar mungkin merupakan indikasi pada mikro-sirkulasi.
hiperbilirubinemia dan anemia. Penyakit hemolitik dan anemia Terapi pletora bergejala pada bayi baru lahir adalah fle-
yang disebabkan oleh antibodi anti-Kell tidak dapat diramal- botomi dan penggantian dengan garam fisiologis atau albu-
kan dari riwayat obstetrik sebelumnya, determinan bilirubin min. Transfusi trikar parsial untuk mengurangi hematokrit
cairan amnion OD+so, atau titer antibodi ibu. Supresi eritroid sampai S}Vonya merupakan pendekatan yang secara teknik le-
dapat turut menyebabkan anemia; PUBS sebenarnya berman- bih sederhana dan secara terapeutik lebih efektif. Volume
faat pada pengukuran hematokrit janin. yang ditransfusi-tukarkan dihitung dari rumus:
Infeksi kongenital seperti penyakit inklusi sitomegali, tok-
Volume transfusi tukar (mL) =
soplasmosis, rubela, dan sifilis, dapat ditandai dengan anemia
hemolitik, ikterus, hepatosplenomegali, dan trombositopenia, HCT yang diamati HCT yang diinginkan
Volume darah
tetapi uji Coombs direknya negatif, dan biasanya ada tanda- HCT yang diamati
tanda klinis lain yang membedakan. Thalasemia- homozigot
dapat ditandai dengan anemia hemolitik yang berat dan gam-
baran klinisnya menyerupai hidrops foetalis; penyakit ini dapat Jangka panjang bayi polisitemia meliputi defisit dalam bicara,
dibedakan melalui uji Coombs direk yang negatif dan tanda- kelainan pengendalian motorik halus, IQ berkurang, dan ke-
tanda klinis serta laboratorium yang khas (Bab 419.9). Anemia lainan neurologis lain. Transfusi tukar parsial mengurangi risi-
dan ikterus dapat terjadi pada masa bayi karena sferositosis ko masalah neurologis, kemampuan sekolah yang jelek, dan
624 BAGIAN XI f Janin dan Bayi Neonatus

defisit motorik halus, tetapi disertai dengan gangguan makan beku segar atau darah penuh. Angka mortalitas rendah pada
dan dapat menaikkan risiko enterokolitis nekrotikans. penderita yang diobati.
Bentuk defisiensi faktor koagulasi yang tergantung-vi-
tamin K, terutama yang berat, dilaporkan telah dijumpai pada
89.4 Perdarahqn peda Bayi Baru Lahir bayi yang dilahirkan dari ibu yang mendapat pengobatan an-
tikonvulsi (fenobarbital dan fenitoin) selama kehamilannya.
PENYAKIT DARAH PADA BAYI BARU LAHIR. Penurunan Mungkin ada perdarahan berat yang mulai dalam usia 24 jam
faktor II, VII, X. dan X dalam tingkat yang sedang, secara pertama yang biasanya dikoreksi dengan vitamin K1, walau-
normal terjadi padasemua bayi baru lahir pada 48-72jam se- pun pada beberapa penderita responsnya jelek atau tertunda.
sudah lahir, dengan pengembalian bertahap ke kadar saat lahir Waktu protrombin (PT) harus diambil dari darah tali pusat dan
pada umui 7-10 hari..Defisiensi sementara faktor yang ber- bayi diberi l-2 mg vitamin K secara intravena. Jika PT sangat
gantung-vitamin K ini mungkin disebabkan oleh kekurangan memanjang dan gagal untuk membaik, harus diberi 10 ml/kg
vitamin K bebas pada ibu dan tidak adanya flora bakteri usus plasma beku segar.
normal yang bertanggungjawab terhadap sintesis vitamin K. Obat yang dianjurkan dan dosis vitamin K (IM) di
Jarang sekali pada bayi cukup bulan, dan lebih sering pada Amerika Serikat aman dan tidak disertai dengan kenaikan
bayi prematur, ada penekanan dan perpanjangan defisiensi ini risiko kanker. Walaupun vitamin K oral (saat lahir, saaf pu-
antara usia hari ke-2 dan ke-7, mengakibatkan perdarahan lang, umur 3-4 minggu: l-2 mg) telah disarankan sebagai al-
yang spontan dan lama. ASI merupakan sumber vitamin K ternatif walaupun tidak diterima secara umum, rute IM tetap.
yang jelek, dan komplikasi perdarahan lebih sering muncul merupakan cara pilihan.
pada bayi yang minum ASI daripada pada bayi yang minum Secara klinis, bentuk-bentuk perdarahan lainnya mungkin
susu formula. Bentuk klasik penyakit perdarahan bayi baru la- tidak dapat dibedakan dari penyakit perdarahan bayi baru lahir
hir ini, yang memberikan respons pada terapi vitamin K, harus yang responsif terhadap vitamin K, dan vitamin K tidak
dibedakan dari koagulopati intravaskular tersebar, dan yang le- mencegah atau berhasil mengobatinya. Pola klinis yang iden-
bih jarang, dari defisiensi kongenital karena satu faktor lain tik terhadap pola klinis penyakit perdarahan bayi baru lahir
atau lebih yang tidak responsif terhadap vitamin K (Bab 431). juga dapat diakibatkan oleh suatu defek kongenital pada ko-
Defisiensi vitamin K yang mulainya-awal dan mengancam- agulasi darah (Bab 432, 433, dan 434). Hemaroma, melena
jiwa serta mengimbas perdarahan (mulai sejak lahir - usia 24 dan pasca sirkumsisi serta perdarahan tali pusat bisa dijumpai;
jam) juga ditemukan jika ibu telah diobati dengan obat-obatan hanya 5-35Vo defisiensi faktor VIII dan IX yang secara klinis
(fenobarbital, fenitoin) yang mengganggu fungsi vitamin K. tampak pada masa baru lahir. Pengobatan defisiensi kongeni-
Defisiensi vitamin K mulai-lambat (>l minggu) sering di- tal faktor-faktor koagulasi yang jarang terjadi memerlukan
huhungkan dengan malabsorpsi vitamin K seperti yang dite- plasma beku segar atau penggantian faktor spesifik.
mukan pada hepatitis neonatus atau atresia biliaris.
Koagulopati intravaskular tersebar pada bayi baru lahir
Penyakit perdarahan bayi baru lahir akibat adanya defisi-
mengakibatkan konsumsi faktor-faktor koagulasi dan perda-
ensi sementan yang berat dari faktor-faktor yang tergantung-
rahan. Bayi biasanya prematur; perjalanan klinisnya sering di-
vitamin K ditandai dengan perdarahan yang cenderung terjadi
tandai oleh hipoksia, asidosis, syok, hemangioma, atau infeksi.
pada saluran pencernaan, hidung, subgalea, intrakranium, atau
Pengobatan diarahkan pada masalah klinis primer, seperti in-
akibat sirkumsisi. Tanda-tanda prodromal atau peringatan
feksi, pada penggangguan konsumsi dan penggantian faktor-
(perdarahan ringan) dapat terjadi sebelum perdarahan intrakra-
faktor pembekuan. Prognosisnya jelek tanpa memandang te-
nium yang serius. Waktu protrombin, waktu koagulasi darah,
rapi (Bab 438).
dan waktu tromboplastin parsial memanjang, dan kadar pro-
trombin (II) serta faktor-faktor VII, IX, dan X menurun secara Bayi dengan perdarahan sistem sarafpusat atau perdarahan
bermakna. Vitamin K mempermudah karboksilasi pasca-trans- lain yang segera mengancam kehidupan harus mendapat sedi-
kripsi faktor-faktor II, V[, IX, dan X. Bila tidak ada karboksi- kit transfusi darah lengkap yang cocok atau plasma segar, juga
lasi, faktor-faktor tersebut membentuk PIVKA (protein yang vitamin K, sesegera mungkin sesudah darah diambil untuk pe-
terimbas bila tidak ada vitamin K lprotein induced in vitamin meriksaan koagulasi, yang harus meliputi penentuan jumlah
K absencel), yang merupakan penanda sensitif untuk status vi- trombosit.
tamin K. Waktu perdarahan, fibrinogen, faktor V dan VII, Yang disebut sindrom darah tertelan, dimana darah atau
trombosit, fragilitas kapiler, dan retraksi bekuan adalah normal tinja berdarah keluar, biasanya pada umur hari ke-2 atau hari
pade maturitas. ke-3, mungkin dikacaukan dengan perdarahan dari saluran
Pemberian 1 mg vitamin K alamiah yang larut dalam le- pencernaan. Darah dapat tertelan selama persalinan atau dari
mak secara intramuskular (filokUinon) pada saat lahir mence- fisura puting susu ibu. Perbedaannya, perdarahan dari saluran
gah turunnya faktor-faktor yang tergantung-vitamin K pada pencernaan didasarkan pada kenyataan bahwa darah bayi teru-
bayi cukup bulan tetapi keefektifannya tidak seragam dalam tama mengandung hemoglobin janin yang resisten alkali, se-
memprofilaksis penyakit perdarahan bayi baru lahir pada bayi- dangkan darah yang tbrtelan dari sumber ibu mengandung
bayi prematur. Penyakit dapat secara efektif diobati dengan in- hemoglobin dewasa yang segera diubah menjadi hematin al-
fus intravena 1-5 mg vitamin K1, dengan perbaikan defek koa- kali pada penambahan alkali. Cenderung pikirkan uji berikut
gulasi dan penghentian perdarahan dalam beberapa jam. Na- ini untuk membedakannya:
mun perdarahan serius, terutama pada bayi prematur atau bayi (l) Bilas popok yang ternoda darah atau tinja yang tampak
dengan penyakit hati, mungkin memerlukan transfusi plasma berdarah dengan sejumlah air yang cukup sampai diperoleh
90 I Sistern Genitourinaria 625

supernatan larutan hemoglobin berwarna merah muda yang je-


las. (2) Sentrifugasi campuran ini. Tuang larutan supernatan
ini. (3) Pada 5 bagian cairan supernatan tambahkan I bagian Ben 90
0,25 (l%o) natrium hidroksida normal. Dalam 1-2 menit reaksi
warna terjadi: warna kuning-coklat menunjukkan bahwa darah Sistem Genitourinaria
berasal dari ibu; warna yang tetap merah muda menunjukkan
bahwa darah dari bayi. Uji kontrol dengan darah orang dewasa
atau darah bayi yang telah diketahui, atau keduanya, dianjur-
kan.
Lihat juga Bagian XXIIL
Ekimosis subkutan yang menyebar pada bayi-bayi prema- Satu atau kedua ginjal pada bayi baru lahir seringkali mu-
tur, pada saat lahir atau segera sesudah lahir, tampaknya meru- dah dipalpasi. Bila keduanya dapat diraba dan besarnya sama,
pakan akibat dari pembuluh darah superfisial yang rapuh, bu- biasanya tidak ada masalah diagnostik tertentu, tetapi bila
kannya akibat defek koagulasi. Pemberian vitamin K1 pada ibu hanya satu ginjal yang dapat diraba, kesannya ginjal tersebut
selama melahirkan tidak mempunyai pengaruh pada insidens- lebih besar dari normal atau tergeser oleh massa intrinsik atau
nya. Kadang-kadang bayi yang dilahirkan dengan petekie atau ekstrinsik yang seringkali muncul. Lobulasi janin dapat turut
peronaan keabu-abuan menyeluruh yang terbatas pada muka, mendukung kesan ini. Biasanya masalahnya teratasi sendiri
kepala dan leher, mungkin terjadi akibat obstruksi vena yang ketika ginjal secara progresif menjadi kurang mudah diraba
disebabkan oleh lilitan tali pusat atau kenaikan tekanan intra- se-lama usia bulan- bulan pertama. Karena pembesaran atau
toraks secara mendadak selama persalinan. Mungkin perlu perpindahan ginjal yang dapat diraba pada bayi baru lahir bisa
waktu 2-3 minggu untuk hilangnya peronaan ini. disebabkan oleh hidronefrosis, neuroblastoma, nefroma meso-
PURPURA TROMBOSITOPENIA NE0NATUS. Lihat Bab 439. blastik, atau malformasi kistik, maka pemeriksaan ultrasono-
grafi merupakan indikasi.
TROMBOSIS VENA RENALIS. Lihat Bab 93.

Anonymous: Anaemia in premature infants. Lancet l:1317, 198'7.


Bechensteen AG, Haga P, Halvorsen S, et al: Erythropoietin, protein, and iron
supplementation and the prevention of anaemia of prematurity. Arch Dis
Child 69:19, 1993.
Burrows RF, Kelton JG: Fetal thrombocytopenia and its relation to maternal
thrombocytopenia. N Engl J Med 329:1463. 1993.
I Ban 9l
Chaou W, Chou M, Eitzman DV: Intracranial hemorrhage and vitamin K defr-
ciency in early infancy. J Pediatr 105:880, 1984. Umbilikus
Deraney-Black V, Camp BW, Lubchenco LO, et al: Neonatal hyperviscosity
association with lower achievement and IQ scores at school age. Pediatrics
83:662, 1989.
DeMaio JG, Harris MC, Deuber C, et al: Effect of blood transfusion on apnea
frequency in growing premature infants. J Pediatr 114:1039, 1989.
TALI PUSAT. Tali pusat berisi dua arteri umbilikalis, vena,
Desjardins L, Blaychman M, Chintu C, et al: The spectrum of ABO hemolytic
disease of the newborn infant. J Pediatr 95:447 , 1979. alantois rudimenter, sisa duktus omfalomesenterika, dan bahan
de Almeida V, Bowman JM: Massive fetomaternal hemorrhage: Manitoba ex- gelatin yang disebut jeli Wharton. Selaput tali pusat berasal
perience. Obstet Gynecol 83 :323, 1994. dari amnion. Arterinya mempunyai kapasitas kontraksi yang
Draper G, McNinch A: Vitamin K for neonates: the controversy. A definitive
kuat; sedangkan kontraksi venanya kurang kuat. Vena mem-
conclusion is still not possible. Br Med J 308:867,1994.
Doyle LW, Kelly EA, Rickards AL, et al: Sensorineural outcome at 2 years punyai lumen yang cukup besar sesudah lahir. Tali pusat pen-
for survivors of erythroblastosis treated with fetal intravascular transfu- dek yang abnormal berkaitan dengan hipotonia janin; tali
sions. Obstet Gynecol 8l:931, 1993. pusat panjang mempunyai risiko untuk mengikat dengan kuat
Gibson B: Neonatal haemostasis. Arch Dis Child 64:503, 1989.
atau melilit sekeliling bagian-bagian janin (kuduk, lengan);
Liu EA, Mannino FL, Lane TA: Prospective, randomized trial of the safety
and efhcacy of a limited donor exposure transfusion program for premature dan tali pusat yang lurus tidak terpuntir berkaitan dengan ke-
neonates. J Pediatr 125:92,1994. gawatan janin, anomali, dan kematian janin intrauteri.
Lynch L, Bussel JB, McFarland JG, et al: Antenatal treatment of alloimmune Bila tali pusat lepas, bagian-bagian dari struktur-struktur
thrombocytopenia. Obstet Gynecol 80:6'1, 1992.
Maier RF, Obladen M, Scigalla P, et al: The effect of epoetin beta (recombi-
ini tetap pada dasarnya. Pembuluh darah secara fungsional
nant human erythropoietin) on the need for transfusion in veryJow-birth- tertutup tetapi secara anatomik terbuka selama 10-20 hari.
veight infants. N Engl J Med 330:l173, 1994. Arteri-arteri menjadi ligamentum umbilikalis lateralis; vena
Meyer MP, Meyer JH, Commerford A, et al: Recombinant human erythro- menjadi ligamentum teres; dan duktus venosus menjadi liga-
poietin in the treatment of the anemia of prematurity: Results of a double-
mentum venosus. Selama interval ini pembuluh darah um-
blind, placebo-controlled study. Pediatrics 93:918, 1994.
Reece EA, Cole SW, Romero R, et al: Ultrasonography versus amniotic fluid bilikalis berpotensi menjadi tempat masuk infeksi. Tali pusar
spectral analysis: Are they sensitive enough to predict neonatal complica- biasanya lepas dalam 2 minggu. Penundaan pelepasan tali pu-
tions associated with isoimmunization? Obstet Gynecol 74:357, 1989. sat yang lebih lama dari I bulan, dihubungkan dengan cacat
Rennie JM, Kelsall AWR: Vitamin K prophylaxis in the newborn-again.
kemotaktik neutrofil dan infeksi bakteri yang berar (Bab 125).
Arch Dis Child T 0:248. 1994.
Stephenson T, Zuccollo J, Mohajer M: Diagnosis and management of nonim- Arteri umbilikalis turlggal ada pada sekirar 5-10/1.000 keta-
mune hydrops in the newborn. Arch Dis Child 70:F151, 1994. hiran; frekuensinya sekitar 35-70i1.000 kelahiran kembar. Se-
Vitamin K Ad Hoc Task Force. Controversies conceming vitamin K and the kitar sepertiga tiayi dengan arteri umbilikalis tunggal mem-
newborn. Pediatrics 91 :1001, 1993.
punyai kelainan kongenital, biasanya lebih dari satu, dan bebe-
626 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

rapa dari bayi tersebut lahir mati atau meninggal segera sesu- Terdapatnya banyak sekali jaringan granulasi pada dasar
dah lahir. Trisomi-I8 merupakan salah satu kelainan yang umbilikus adalah lazim. Jaringannya lunak, vaskular dan gra-
sering terjadi. Karena banyak kelainan yang tidak tampak pada nular, dan berwarna merah yang memudar atau merah muda,
pemeriksaan fisik kasar, maka pada setiap persalinan, penting dan mungkin bersekresi seropurulen. Pengobatannya adalah
untuk melakukan pemeriksaan pada potongan tali pusat serta kauterisasi dengan perak nitrat; harus diulang pada interval be-
permukaan plasenta ibu dan janin. Jumlah arteri yang ada ha- berapa hari sampai dasarnya kering.
rus dicatat sebagai bantuan untuk kecurigaan awal dan identi- Granuloma umbilikalis harus dibedakan dari polip umbi-
fikasi kelainan pada bayi tersebut. likalis, anomali jarang yang diakibatkan karena menetapnya
Terbukanya duktus omfalomes enterika (vitelina) dapat rle- semua atau sebagian duktus omfalomisenterika atau urakus.
nyebabkan fistula usus; prolaps usus, polip (kista), atau diver- Jaringan polip kuat dan lentur, berwarna merah terang, dan
tikulum Meckel (Bab 277). bersekresi mukoid. Jika ada hubungan dengan ileum atau kan-
Urakus yang menetap (kista urakus) disebabkan oleh ga- dung kencing, sejumlah kecil bahan dari tinja atau urin akan
galnya penutupan duktus alantois dan dihubungkan dengan ob- dikeluarkan secara berulang-ulang. Secara histologis, polip
stiuksi jalan keluar kandung kencing. Harus dicurigai adanya terdiri atas mukosa saluran usus atau saluran kencing. pena-
keterbukaan duktus alantois apabila didapati cairan seperti nganannya adalah eksisi secara bedah pada seluruh sisa omfa-
urin, kuning muda, jernih yang berasal dari umbilikus. lomesenterika atau urakus.
OMFALOKEL KONGENITAL. Omfalokel adalah herniasi arau INFEKSI. Radang pada daerah umbilikus, yang mungkin di-
penonjolan (protrusi) isi abdomen ke dasar tali pusat. Berbeda sebabkan oleh suatu bakteri piogen, serius terutama karena
dengan hernia umbilikalis yang lebih lazim, kantongnya tertu- adanya bahaya penyebaran hematogen atau perluasan ke hati
tup oleh peritoneum tanpa penumpangan kulit. Besarnya kan- atau peritoneum, Flebitis vena porta dapat terjadi, yang nanti-
tong yang terletak di luar rongga abdomen bergantung pada nya mengakibatkan hipertensi porta ekstrahepatik. Manifestasi
isinya. Herniasi usus ke dalam tali pusat dijumpai pada sekitar umum penyakit mungkin minimal (eritema periumbilikalis),
I dari 5.000 kelahiran, dan herniasi hati serta usus pada I dari walaupun telah terjadi septikemia atau hepatitis. Mandi atau
10.000 kelahiran. Rongga abdomen secara proporsional kecil pemakaian triple dye setiap hari pada pangkal tali pusat dan
karena dorongan untuk bertumbuh dan berkembang kurang. kulit sekitarnya dapat mengurangi insidens infeksi umbilikus.
Perbaikan segera melalui pembedahan, sebelum infeksi terjadi Pengobatan meliputi terapi antibakteri segera, dan jika ada
dan sebelum jaringan cedera karena pengeringan atau karena pembentukan abses dilakukan irisan dan drainase bedah.
robekan kantong, sangat penting untuk dapat bertahan hidup. HERNIA UMBILIKALIS. Sering disertai dengan diasrasis
Mersilen atau bahan sintetis yang serupa dapat digunakan un- rekti, hernia u-Eilikulir karena penutupan yang ridak sempur-
tuk menutup viscera jika kantong telah robek, atau jika mobi- na atau kelemahan cincin umbilikus. Terutama lazim terjadi
lisasi kulit yang berlebihan diperlukan untuk menutup massa pada bayi dengan berat lahir rendah, wanita, dan bayi kulit hi-
dan kantongnya yang utuh. Omfalokel, makrosomia, dan hipo- tam; hernia ini muncul sebagai pembengkakan lunak yang ter-
glikemia memberi kesan sindrom Beckwith (Bab 93). tutup oleh kulit yang menonjol selama menangis, batuk atau
TUMOR. Tumor umbilikus adalah jarang; tumor meliputi tegang dan dapat dikurangi dengan mudah menggunakaan cin-
angioma, enteroteratoma, kista dermoid, miksosarkoma, dan cin fibrosa pada umbilikus. Hernia berisi omentum atau ba-
kista urakus atau sisa duktus omfalomisenterikus. gian-bagian usus halus. Ukuran defek bervariasi dari yang ber-
PERDARAHAN. Perdarahan dari tali pusat dapat disebabkan diameter kurang dari 1 cm sampai sebesar 5 cm, tetapi hernia
karena trauma, pengikatan tali pusat yang tidak adekuat, atau yang besar jarang terjadi.
kegagalan pembentukan trombus yang normal. Perdarahan da- Penanganan Sebagian besar hernia umbilikalis yang tam-
pat juga menunjukkan adanya penyakit perdarahan bayi baru pak sebelum usia 6 bulan akan menghilang secara spontan pa-
lahir, septikemia, atau infeksi lokal. Bayi harus sering diamati da umur 1 tahun. Bahkan hernia yang besar (5-6 cm pada se-
selama usia beberapa hari pertama, sehingga jika perdarahan mua dimensi) diketahui menghilang secara spontan pada umur
terjadi, akan segera dapat dideteksi. 5-6 tahun. Strangulasi sangatjarang terjadi. Ada banyak penda-
GRANULOMA. Tali pusat biasanya mengering dan lepas da- pat yang mengatakan bahwa "ikat pinggang" tidak efektif.
lam 6-8 hari sesudah lahir. Permukaan yang kasar tertutup de- Pembedahan tidak dianjurkan kecuali bila hernia menetap
ngan lapisan kulit tipis, terbentukjaringan parut, dan luka bia- sampai umur 3-4 tahun, menimbulkan gejala-gejala, terjadi
sanya sembuh dalam 12-15 hari. Adanya organisme saprofit strangulasi, atau membesar secara progresif sesudah umur l-2
menunda pelepasan tali pusat dan menambah kemungkinan in- tahun. Defek yang >2 cm kurang mungkin menutup secara
vasi organisme patogen. Infeksi ringan dapat menyebabkan spontan.
daerah granulasi basah pada dasar tali pusat dengan sedikit
seket mukoid atau mukopurulen. Hasil yang baik biasanya di-
peroleh dengan membersihkan tali pusat menggunakan alko-
hol beberapa kali setiap hari.
92 I Gangguan Metabolik 627

kamar yang biasa atau pencelupan pada air hangat-hangat

t Bes 92
kuku biasanya cukup untuk mengembalikan suhu ke tingkat
normal. Bayi yang lebih tua mungkin memerlukan pendingin-
an untuk waktu yang lama dengan pencelupan berulang-ulang
Gangguan Metabolik atau dengan menggunakan kasur air dingin atau alat induksi
hipotermia lain. Sangat penting untuk memperhatikan ke-
mungkinan adanya gangguan cairan dan elektrolit.

HIPERTERMIA PADA BAYI BARU LAHIR JEJAS DINGIN PADA NEONATUS


(Demam Sementara pada Bayi Baru Lahir; Demam Dehidrasi).
Jejas dingin pada neonatus biasanya terjadi pada bayi di
Kenaikan suhu (38-39"C atau 100-103"F) kadang-kadang
dalam rumah yang pemanasannya tidak cukup selama musim
ditemukan pada umur hari ke-2-ke-3, sekalipun pada bayi dingin yang berkabut bila suhu di luar rumah ada pada kisaran
yang perjalanan klinisnya memuaskan. Gangguan ini beku. Tanda-tanda yang muncul adalah apati, menolak makan,
khususnya bisa terjadi pada bayi minum-ASl yang masukdn
oliguria, dan dingin pada sentuhan. Suhu tubuh biasanya an-
cairannya sangat rendah, atau pada bayi yang terpajan suhu
tna29,5-35'C (85-95"F), dan immobilitas, edema, dan keme-
lingkungan yang tinggi, juga pada bayi-bayi yang berada di rahan pada ekstremitas, terutama bila diamati pada tangan, ka-
dalam inkubator atau keranjang bayi (buaian) yang dekat ke ki, dan muka. Dapat juga terjadi bradikardia dan apnea. Erite-
pemancar panas (radiator) atau di bawah sinar matahari.
ma muka seringkali memberikan kesan kesehatan yang palsu,
Bayi itu bisa gelisah dan dapat mengalami penurunan berat memperlambat kita untuk mengetahui bahwa bayi sakit. Penge-
badan yang cepat. Namun, mungkin tidak ada hubungan yang
rasan lokal pada daerah edema dapat dirancukan dengan skle-
konsisten antara demam dengan besarnya penurunan berat ba- redema. Rhinitis lazim dijumpai, begitu juga gangguan meta-
dan atau dengan tidak cukupnya masukan cairan. Curah urin bolik yang serius, terutama hipoglikemia dan asidosis. Mani-
d-an frekuensi berkemih (kencing) menurun. Kulit dapat kehi-
festasi perdarahan sering ada; perdarahan paru masif sering
langan elastisitasnya, dan ubun-ubunnya dapat cekung. Bayi ditemukan pada autopsi. Pengobatannya terdiri atas pemana-
nampak tidak gembira dan minum cairan dengan lahap. Tam- san dan menaruh perhatian yang cermat dalam mengenali dan
pak kegiatan bayi sangat berbeda dengan penampakannya ke- mengkoreksi hipotensi serta ketidakseimbangan metabolik,
tika "sedang sakit" bila ada infeksi. Mungkin jarang tampak terutama hipoglikemia. Pencegahan terdiri atas penyediaan
adanya takipnea dan takikardia yang mencolok karena bayi lingkungan yang cukup hangat. Angka mortalitas sekitar 25Vo;
berupaya untuk mengurangi panas melalui saluran pernapasan sekitar l}Vo dari yang bertahan hidup mempunyai bukti ada-
untuk mengkompensasi kenaikan suhu lingkungan yang men- nya cedera otak.
dadak. Kenaikan suhu dapat disertai dengan kenaikan protein
dan natrium dalam serum, serta hematokrit. Kemungkinan in-
feksi lokal atau sistemik harus dievaluasi. Pemberian cairan EDEMA
oral atau parenteral atau menurunkan suhu lingkungan menye-
babkan penurunan demam yang segera dan pengurangan gejala. Edema menyeluruh (generalisata) terjadi dalam kaitannya
Bentuk hipertermia neonatus y.ang lebih berat te4adi pada dengan hidrops fetalis dan pada anak dari ibu diabetes. Edema
bayi baru lahir maupun bayi lebih tua yang diberi pakaian ha- pada bayi prematur sering disebabkan karena berkurangnya
ngat untuk suhu rendah di luar rumah, yang segera tidak di- kemampuan untuk mengekskresi air dan natrium, walaupun
jumpainya pada lingkungan di dalam rumah. Penurunan ka- ada beberapa penderita edema berat yang tidak menunjukkan
pasitas berkeringat bayi baru lahir merupakan faktor pendu- sebab-sebab yang dapat diidentifikasi. Bayi dengan penyakit
kung. Bayi yang diberi pakaian hangat dan diletakkan dekat membran hialin menjadi edema tanpa gagal jantung kongestif.
perapian atau radiator, yang bepergian dalam mobil yang di- Edema muka dan kulit kepala dapat merupakan akibat tekanan
beri penghangat, atau yang diletakkan pada tempat di mana dari talipusat di sekeliling leher, dan pembengkakan sementara
matahari bersinar langsung padanya melalui jendela kamar yang lokasinya di tangan atau kakijuga dapat disebabkan oleh
yang tertutup atau mobil bisa menjadi korban. Pakaian berle- tekanan intrauteri. Edema dapat muncul bersama gagal jan-
bih-lebihan pada cuaca yang panas, terutama bila bayi ditem- tung akibat lesi jantung kongenital; lambatnya ekskresi elek-
patkan pada tempat dengan sinar matahari, kurang lazim meru- trolit dan air di dalam ginjal dapat mengakibatkan edema bila
pakan penyebab. Suhu tubuh sering setinggi 4l-44'C (106- ada kenaikan masukan elektrolit dalam jumlah besar dan
111'F). Kulitnya panas dan kering, dan pada mulanya, bayi mendadak, terutama pada pemberian makan dengan formula
biasanya tampak ke-merah-merahan dan apatis. Stadium ini susu sapi yang kental. Formula yang tinggi protein juga dapat
dapat diikuti oleh pingsan (stupor), pucat keabu-abuan, koma, menyebabkan edema karena beban zat terlarut berlebihan,
dan konvulsi. Hipernatremia dapat turut menyebabkan kon- terutama pada bayi prematur. Sukar ditunjukkan hubungan
vulsi. Angka mortalitas dan morbiditas (cedera otak) tinggi. antara protein serum yang rendah atau hemoglobin yang ren-
Hipernatremia telah dihubungkan dengan kematian mendadak dah dengan kejadian edema pada bayi pre-matur yang lebih
pada bayi dan syok hemorhagik serta sindrom ensefalopati tua. Edema juga terjadi dalam kaitannya dengan anemia dan
(Bab 548.3). Keadaan ini dicegah dengan cara mengenakan defisiensi vitamin E pada bayi prematur. Kadang-kadang, hi'
pakaian pada anak yang sesuai dengan suhu lingkungan seki- poproteinemia idiopatik dengan edema yang bertahan selama
tarnya. Pada bayi baru lahir, pemajanan tubuh bayi pada suhu berminggu-minggu atau berbulan-bulan dijumpai pada bayi
628 BAGIAN XI a Janin dan Bayi Neonatus

cukup bulan. Penyebabnya tidakjelas, dan gangguannya bersi- setiap penderita tetani yang tidak memberikan respons dengan
at benigna. Edema yang menetap pada satu ekstremitas atau terapi kalsium.
lebih dapat menggambarkan limfedema kongenital (penyakit Pengobatan segera terdiri atas injeksi intramuskular mag-
Milroy) atau pada wanita, sindrom Turner. Edema generalisata nesium sulfat. Untuk bayi baru lahir 0,25 ml-&g larutan mag-
dengan hipoproteinemia dapat ditemukan pada masa neonatus nesium sulfat 507o setiap hari biasanya cukup. Hipokalsemia
yang disertai nefrosis kongenital dan, yang jarang yaitu sin- yang menyertai biasanya terkoreksi sendiri ketika hipomagne-
drom Hurler, atau sesudah minum susu formula hipoalergen semia telah sembuh. Dosis harian yang sama dapat diberikan
pada bayi dengan pankreas yang mengalami fibrosis kistik. untuk terapi rumatan oral. Dosis empat sampai lima kali lebih
Sklerema diuraikan pada Bab 597. tinggi mungkin diperlukan pada keadaan malabsorbsi. pada
kebanyakan kasus, cacal metabolik bersifat sementara dan
pengobatan dapat dihentikan sesudah 1-2 minggu. Beberapa
HIPOKALSEMIA
pasien menderita bentuk penyakit perrnanen yang memerlukan
(Tetani)
tambahan magnesium oral terus-menerus untuk mencegah
Lihat Bab 50 dan 56.9. hipo-magnesemia berulang.* Tidak terdapat bukti adanya ce-
dera sisa pada sistem saraf sentral setelah pengobatan yang te-
OSTEOPENIA PREMATURITAS. Pada bayi premarur yang
pat.
sangat kecil dengan penyakit kronis, sering timbul gejala-ge-
jala seperti-rakitis berupa fraktur patologis dan demineralisasi
tulang. Mungkin ada kaitannya dengan kolestasis dan malab- HIPERMAGNESEMIA
sorbsi vitamin D atau kalsium; kehilangan kalsium urin karena
diuretik; dan masukan kalsium, fosfor, atau vitamin D yang je_ Hipermagnesemia dapat terjadi pada bayi baru lahir dari
lek, atau toksisitas aluminium. penanganan fraktur memerlu_ ibu yang diobati dengan magnesium sulfat untuk penyakit ek_
kan imobilisasi dan pemberian kalsium, fosfor dan vitamin D. lamsia. Pada kadar serum yang tinggi sistem saraf sentral
Formula yang cocok untuk bayi prematur harus memberikan tertekan dan mengalami paralisis total sehingga memerlukan
masukan kalsium, fosfor, dan vitamin D yang lebih optimal per- napasan buatan. Toksisitasjuga dapat diakibatkan dari en_
dan menaikkan mineralisasi tulang. Lihat juga Bab 50, 56.9, ema magnesium sulfat. Kadar yang rendah dapat mengakibat-
525 dan 649. kan hipoventilasi, hipotensi, lesu, flaksiditas, dan hiporeflek-
sia. Batas atas magnesium normal 2.8 mg/dl (1,15 mmol/L),
tetapi gejalanya yang serius terjadi pada kadar di atas 5 mg/dl
HIPOMAGNESEMIA (2,1 mmolll). Hipermagnesemia dapat disertai dengan kega_
galan mengeluarkan mekonium (sindrom sumbatan meko_
Kadang-kadang, hipomagnesemia yang etiologinya tidak
nium). Transfusi tukar telah digunakan sebagai cara yang ce_
diketahui dapat terjadi pada bayi baru lahir, biasanya dalam
pat untuk membuang ion magnesium dari darah. Garam kal_
kaitannya dengan hipokalsemia. Mungkin juga disertai dengan
sium dan diuretik juga telah digunakan. penyembuhan tam_
penyimpanan sekunder magnesium dalam otot yang tidak cu-
paknya sempurna.
kup akibat defisiensi transfer melalui plasenta, penurunan ab_
sorbsi usus, hipoparatiroidisme neonatus, hiperfosfatemia, ke_
hilangan melalui ginjal, defek pada homeostasis magnesium PENYAKIT METABOLIK LAIN
dan kalsium, atau defisiensi iatrogenik karena kehilangan yang
terjadi selama transfusi tukar atau penggantian yang tidak cu- Sejumlah kesalahan metabolisme bawaan dapat timbul se_
kup selama pemberian-makanan intravena total. Bayi dari ibu lama masa neonatus; meliputi fenilketonuria, galaktosemia,
diabetes dapat mempunyai kadar magnesium serum yang lebih defek siklus urea, asidemia metilmalonat, penyakit urin sirup
rendah dari normalnya. Manifestasi klinis hipomagnesemia ti- maple (llhat Bab 70 dan 7l). Defisiensi dan ketergantungun
dak dapat dibedakan dari manifestasi klinis hipokalsemia dan piridoksin dipertimbangkan di Bab 43.7.
tetani dan kemungkinan, pada kenyataannya, turut serta me-
nyebabkan hipokalsemia.
PENYALAHGUNAAN DAN GEJALA PUTUS OBAT
Hipomagnesemia terjadi bila kadar magnesium serum tu-
(wTTHDRAWAL)
run di bawah 1,5 mg/dl (0,62 mmoltL), namun, tanda-tanda
klinis biasanya tidak berkembang sampai kadar magnesium se-
Adiksi fisiologis rerhadap narkotik atau pengaruh toksik
rum turun di bawah 1,2 mg dL. Selama transfusi tukar dengan
terjadi pada sebagian besar bayi yang dilahirkan ibu yang
darah yang diberi sitrat, yaitu darah yang ion magnesiumnya
mengalami adiksi aktif karena opiat melewati plasenta. Gejala
rendah karena terikat oleh sitrat, magnesium serum turun se-
putus obat mungkin timbul bahkan sebelum lahir dengan men_
kitar 0,5 mg/dl (0,2 mmol/L); diperlukan waktu sekitar l0 ha-
ingkatnya aktifitas janin bila ibu merasa butuh obat arau ber_
ri untuk kembali normal. Pada hipomagnesemia noniatrogenik,
kembang gejala-gejala putus obat. Heroin dan metadon adalah
magnesium serum dapat kurang dari 0,5 mg/dl. Kalsium se-
rum pada keadaan ini biasanya juga terdapat pada kadar yang
ditemukan pada tetani hipokalsemia, tetapi kadar fosfor serum * Empat mWgl}4 jam larutan berikut:
normal atau tinggi. Karena hipokalsemia yang menyertai hipo- Magnesium klorida (MgCI2 x 6 HzO) ag (39,6 mEq)
magnesemia tidak cukup hanya dikoreksi dengan pemberian Magnesium sirrat (MgHCrHsOz x 5 Hz0) 6g (39,6 mEq)
kalsium saja, maka hipomagnesemia juga harus dicurigai pada Air sampai 100 mL
Larutan memberikan sekitar 0,8 mEq magnesium/ml.
92 a Gangguan Metabolik 529

obat yang paling sering disertai dengan sindrom gejala putus daripada rata-rata berat badan bayi yang dilahirkan ibu yang
obat, tetapi sindrom ini dapat juga terjadi dengan alkohol, fe- ketagihan heroin; manifestasi klinisnya serupa, kecuali kelom-
nobarbital, pentazosin, kodein, propoksifen, dan diazepam. pok pertama mempunyai insidens kejang-kejang yang tinggi
Kehamilan pada wanita yang menggunakan obat-obatan (10-20Vo) dan gejala-gejala serta tanda- tandanya mulai lambat
ilegal atau alkohol, menurut definisinya, mempunyai risiko (usia 2-6 minggu).
tinggi. Perawatan prenatal biasanya tidak adekuat dan insidens Gejala putus alkoholjarang terjadi. Bayi dari wanita yang
penyakit yang ditularkan secara seksual lebih tinggi termasuk minum alkohol segera sebelum lahir, napasnya dapat berbau
AIDS dan hepatitis, toksemia, ketuban pecah prematur, pre- alkohol selama beberapa jam, karena alkohol cepat melewati
sentasi bokong, prolaps tali pusat dan tungkai, bayi preterm plasenta, dan kadarnya dalam darah bayi serupa dengan kadar
dan kecil menurut umur kehamilan, dan morbiditas serta mor- dalam darah ibunya. Hipoglikemia dan asidosis mungkin ada.
talitas prenatal. Seringkali, lebih dari satu obat yang disalahgu- Bayi yang menderita gejala putus alkohol sering menjadi tidak
nakan pada kehamilan. tenang dan hiperaktif dengan tremor yang bertahan 72 1am, di-
Adiksi heroin mengakibatkan 50Vo insidens bayi dengan be- lanjutkan dengan kelesuan sekitar 48 jam sebelum kembali ke
rat badan lahir rendah, separuh dari mereka adalah kecil aktifitas normal. Dapat timbul kejang- kejang.
menurut umur kehamilan. Infeksi, malnutrisi ibu, dan penga- Geiala putus lenobarbital biasanya terjadi pada bayi cukup
ruh hambatan terhadap pertumbuhan janin secara langsung bulan, sesuai umur kehamilan dari ibu yang adiksi. Gejala-
adalah kelainan yang menyertai. Frekuensi lahir mati naik, te- gejala mulai pada median umur 7 hari (berkisar antara 2-74
tapi anomali kongenital tidak. Manifestasi klinis gejala putus hari). Mungkin ada stadium akut singkat yang terdiri atas irita-
obat terjadi pada 5O-75Vo bayi, biasanya mulai dalam 48 jam bilitas, menangis terus-menerus, kurang tidur, cekukan (hic-
pertama tergantung pada dosis harian ibu (<6 mg/24jam tanpa cup), dan gerakan-gerakan mulut, diikuti dengan sradium
gejala atau disertai gejala ringan); lama adiksi (>l tahun mem- subakut yang dapat berakhir 2-4 bulan, terdiri atas nafsu ma-
punyai insidens gejala putus obat lebih besar dari 70Vo) dan kan rakus, sering regurgitasi dan tercekik, iritabilitas episodik,
waktu dosis terakhir diminum ibu (insidens lebih tinggi jika hiperakusis, berkeringat dan pola tidur terganggu.
dosis yang terakhir diminum dalam24jam kelahiran). Gejala- Adiksi Kokain pada wanita hamil telah bertambah, tetapi
gejala jarang tampak lebih lambat dari umur 4-6 minggu. Insi- gejala putus obat pada bayinya tidak lazim terjadi; kehamilan
dens penyakit membran hialin dan hiperbilirubinemia mung- dapat mempunyai komplikasi kelahiran prematur, solusio pla-
kin berkurang pada bayi dengan berat badan lahir rendah dari senta, dan asfiksia janin. Bayi dapat menampakkan retardas,
ibu yang adiksi heroin; hiperventilasi yang menimbulkan alka- pertumbuhan intrauteri, mikrosefali, perdarahan intrakanial,
losis respiratorik atau produksi surfaktan yang dipercepat da- kemungkinan anomali saluran pencernaan dan traktus renalis,
pat menjelaskan yang pertama (hal penyakit membran hialin), sindrom bayi mati mendadak (sudden infant death syndrome
dan induksi enzim glukuronil transferase menjelaskan yang
[SIDS]), dan defisit status neurologik yang ditandai dengan
kedua (hal bilirubinemia). kekakuan, pengaturan status terganggu, perkembangan terlam-
Tremor dan hiperiritabilitas adalah gejala-gejala yang pa- bat, dan tidak mampu belajar. Penyiksaan anak, penelantaran
ling menonjol. Tremornya bisa halus atau terlihat jelas,"dan ti- anak, dan AIDS lazim dijumpai pada keluarga ini.
dak dapat dibedakan dari tremor hipoglikemia, tetapi lebih ser- Pengobatan gejala putus heroin dan metadon berhasil de-
ing kasar, "menggelepak" dan bilateral; tungkai sering ka- ku, ngan baik menggunakan berbagai kombinasi narkotik, sedatif,
hiperrefleksi, dan resisten terhadap fleksi dan ekstensi. Irita- dan hipnotik. Terapi diindikasikan pada kejang-kejang, pada
bilitas dan hiperaktivitas biasanya jelas dan dapat menyebab- diare, atau pada iritabilitas yang sedemikian rupa sehingga po-
kan luka lecet pada kulit. Tanda-tanda lain meliputi takipnea, la normal tidur dan makan terganggu dan penambahan berat
diare, muntah, menangis dengan nada tinggi, mengisap jari, badan jelek. Gejala putus metadon mungkin memerlukan jum-
napsu makan buruk, dan demam. Bersin, mulut menga- nga, lah pengobatan yang lebih besar selama waktu yang lebih
sentakan-sentakan mioklonik, konvulsi, siklus tidur abnormal, lama daripada gejala putus heroin untuk mengendalikan mani-
hidung serasa tersumbat, apnea, kemerahan yang dengan cepat festasi klinis. Fenobarbital 8-10 mg/kgl24 jam dalam 4 dosis
berselang-seling dengan pucat, dan lakrimasi, kurang lazim terbagi dapat secara efektif mengurangi iritabilitas dan mence-
terjadi. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan riwayat penya- gah kejang. Obat ini sama efektif dengan klorpromazin 2,2
kit dan tanda klinis. Pemeriksaan opiat dalam urin hanya dapat mglkg/24 jam, terbagi dalam 3-4 dosis. Biasanya tidak perlu
menunjukkan adanya kadar yang rendah selama putus obat, te- memberikan suatu obat selama lebih dari 5 hari, tetapi kadang-
tapi kinin, zat yang sering dicampur dengan heroin, kadarnya kadang obat ini mungkin diperlukan untuk mengobati bayi se-
bisa didapati lebih tinggi. Hipoglikemia dan hipokalsemia ha- lama 6 minggu. Penderita dengan gejala otonom yang berat
rus disingkirkan. mungkin memerlukan pengurangan dosis metadon atau pare-
Adiksi metadon disertai dengan gejala putus obat yang be- gorik secara bertahap selama 2-10 minggu. Dosis permulaan
rat, insidensnya bervariasi dari 20 sampai 90Vo. Pada paregorik adalah 3-5 tetes diberikan setiap 3-6 jam, ditambah
umumnya ibu-ibu yang minum metadon menjalani perawatan 5-10 tetes setiap 4 jam jika diperlukan, tergantung pada besar
prenatal yang lebih baik daripada ibu-ibu yang minum heroin; dan respons bayi, akan menghilangkan sebagian besar gejala
narnun ada insidens penyalahgunaan obat multipel yang tinggi, putus obat, terutama diare. Dosis dan lama terapi dapat disesu-
termasuk alkohol, barbiturat serta obat penenang, dan ibu-ibu aikan dengan respons klinis. Pemberian cairan parenteral
ini sering merupakan perokok berat. Tidak ada kenaikan in- mungkin diperlukan untuk mencegah aspirasi atau dehidrasi
sidens anomali kongenital. Rata-rata berat badan bayi yang di- sampai gejala-gejala terkendali. Gejala putus narkotik dan fe-
lahirkan oleh ibu-ibu yang minum metadon adalah lebih tinggi nobarbital memerlukan pembedungan (swaddling), pemberian
630 BAGIAN XI a Janin dan Bayi Neonatus

makan yang sering, dan proteksi dari rangsangan luar yang sapi formula dengan kandungan protein'dan kasein yang tinggi
beracun. dan menderita keterlambatan dalam mu-lainya penarnbahan
Sekarang mortalitas gejala putus obat tidak melebihi 57o, berat badan pasca-lahir. Nilai kelebihan basa darah berkisar
dan dengan pengenalan serta pengobatan awal, mortalitas dari -10 sampai -16 mEq/I-, dan nilai PCOz biasanya kurang
mungkin dapat diabaikan. Prognosls perkembangan normal dari 40 mmHg. Keadaan ini mungkin meng- gambarkan kece-
dipengaruhi oleh keadaan kehamilan dan persalinan berisiko- patan pembentukan asam endogen abnormal yang tinggi.
tinggi yang merugikan, lingkungan tempat bayi dipulangkan Pengobatan meliputi pemberian NaHCO:, dan mengganti ke
sesudah sembuh, juga oleh pengaruh obat tertentu pada janin susu formula yang kandungan proteinnya rendah dengan rasio
serta perkembangan neonatus selanjutnya. w hey :kasein sebesar 60 :40.

SINDROM ALKOHOL PADA JANIN. Minum alkohol kadar


tinggi selama kehamilan dapat mencederai perkembangan em- Broekhuizen FF, Utrie J, Van Mullem CV: Drug use or inadequate prenatal
brio dan janin. Pola malformasi spesifik yang diidentifikasi se- care? Adverse pregnancy outcome in an urban setting. Am J Obstet Gyne-
col 166:1747, 1992.
bagai sindrom alkohol pada janin telah didokumentasikan, dan
Doberczak TM, Kandall SR, Friedmann P: Relationships between maternal
komponen mayor dan minor sindrom diekspresikan pada l-2 methadone dosage, maternal-neonatal methadone levels, and neonatal with-
bayil1.000 kelahiran hidup. Masukan alkohol kadar sedang . drawal. Obstet Gynecol 81:936, 1993.
dan tinggi selama kehamilan awal dapat mengakibatkan peru- Dreher MC, Nugent K, Hudgins R: Prenatal marijuana exposure and neonatal
outcomes in Jamaica: An ethnographic study. Pediatrics 93:254,1994.
bahan pada pertumbuhan dan morfogenesis ianin; makin besar
Horsman A, Ryan SW, Congdon PJ, et al: Bone mineral accretion rate and'
masukan, makin berat tanda- tandanya. Bayi yang dilahirkan calcium intake in preterm infants. Arch Dis Child 64:910, 1989.
oleh peminum berat mempunyai risiko dua kali lipat untuk Horsman A, Ryan SW, Congdon PJ, et al: Osteopenia in extremely low birth-
menderita kelainan dibanding dengan bayi yang dilahirkan weight infants. Arch Dis Child 64:485, 1989.
Kildeberg P: Late metabolic acidosis of premature infants. 7n Winters RW
dari peminum sedang; 32Vo bayi yang dilahirkan dari pemi- (ed): The Body Fluids in Pediatrics. Boston, Little, Brown, 1973.
num he.rat memperlihatkan adanya anomali kongenital berat Kliegman RM, Madura D, Kiwi R, et al: Relation of maternal cocaine use to
dibanding dengan 9Vo pada kelompok yang bukan peminum the risks ofprematurity and low birth weight. J Pediatr 124:751,1994.
dan l4%o pada kelompok peminum sedang. Nervez CT, Shott RJ, Bergstrom WH, et al: Prophylaxis against hypocalcemia
in low birth weight infants receiving bicarbonate infusion. J pediatr 87:439,
Kekhasan sindrom alkohol pada janin adalah (1) mulainya t975.
prenatal dan ada persistensi defisiensi pertumbuhan panjang, Neuman L, Cohen S: The neonatal narcotic withdrawal syndrome. Clin peri-
berat, dan lingkaran kepala; (2) kelainan pada muka, meliputi natol2:99,1975.
Singer LT, Yamashita TS, Hawkins S, et al: Increased incidence of intraven-
fisura palpebra pendek, lipatan epikantus, hipoplasia maksila,
tricular hemorrhage and developmental delay in cocaine- exposed, very low
mikrognatia, dan bibir atas tipis; (3) cacat pada jantung, defek birth weight infants. J Pediat 124:765,1994.
sekat primer; (4) kelainan sendi dan tungkai minor, termasuk Streissguth AP, Herman CS, Smith DW: Intelligence, behavior and dysmor-
beberapa pembatasan gerakan dan gambaran garis telapak ta- phogenesis in the fetal alcohol syndrome: A report of 20 patients. J pediatr
92363, 1978.
ngan yang berubah; dan (5) perkembangan terlambat dan de- Vega WA, Kolody B, Hwang J, et al: Prevalence and magnitude of perinatal
fisiensi mental bermacam-macam dari perbatasan (b o rd e rli n e) substince exposures in California. N Engl J Med 329:850, 1993.
sampai berat. Sindrom alkohol pada janin merupakan penye-
bab retardasi mental yang lazim. Keparahan dismorfogenesis
dapat berkisar dari bayi yang terkena berat dengan manifestasi
penuh sindrom alkohol janin sampai bayi yang terkena ringan
dengan hanya sedikit manifestasi.
Pengaruh yang merusak mungkin dapat disebabkan oleh I Bee 93
alkohol itu sendiri atau oleh produk-produk pecahannya. Be-
berapa bukti memberi kesan bahwa alkohol dapat mengganggu
pemindahan asam amino esensial dan seng melalui plasenta,
Sistem Eniokrin
keduanya diperlukan untuk sintesis protein, yang menyebab-
kan retardasi pertumbuhan.
Penatalaksanaan bayi-bayi ini mungkin sukar, karena ti-
Endokrinopati dibahas pada Bagian XXVI. Tujuan dari
dak ada terapi yang spesifik. Di samping meogantuk, bayi da-
pat tetap hipotoni dan gemetar, dan prognosisnya jelek. seksi ini adalah untuk meminta perhatian pada gangguan-
gangguan endokrin yang dapat diidentifikasi pada saat lahir
Konsultasi mengenai kekambuhan (rekurensi) penting dilaku-
atau selama usia satu bulan pertama.
kan. Pencegahan dicapai dengan menghentikan minum alko-
hol pasca-konsepsi.
Kekerdilan akibat kelainan kelenjar hipofisis biasanya ri-
dak nampak pada saat lahir, walaupun bayi laki-laki dengan
panhipopituitaria dapat datang dengan hipoglikemia neonatus
ASIDOSIS METABOLIK LAMBAT dan mikropenis. Sebaliknya, kerdil yang bersifat mendasar
biasanya memperlihatkan panjang dan berat yang sesuai de-
Antara 5 sampai l}Vo bayi preterrn dengan berat badan la- ngan prematuritas ketika dilahirkan sesudah masa kehamilan
hir rendah berkembang asidosis metabolik selama usia minggu yang normal; walaupun penampakan fisik lainnya normal.
ke-2 atau ke-3. Biasanya tidak ada riwayat asfiksia, kegawatan Defisiensi tiroid saat lahir dapat terlihat jelas pada kreti-
pernapasan, atau masalah lain, dan bayi tampak bersemangat. nisme genetik atau pada bayi-bayi dari ibu-ibu yang diobati
Namun, segera sesudah lahir, mereka sering mendapat susu dengan tiourasil atau derivatnya selama kehamilan. Konsti-
93 I Sistem Endokin 631

pasi, ikterus yang lama, lesu, atau sirkulasi perifer yang jelek
seperti yang diperlihatkan oleh burik kulit yang menetap atau
tungkai dingin akan memberi kesan kretinisme. Diagnosis dan
pengobatan dini defisiensi hormon tiroid kongenital sangat
dipermudah dengan melakukan skrining semua bayi neonatus
untuk mencari defisiensi ini.
Hipertiroidisme sementara pada saat lahir dapat terjadi pa-
da bayi dari ibu dengan hipertiroidisme atau yang sedang men-
dapat pengobatan tiroid.
Hipoparatiroidisme sementara dapat bermanifestasi seba-
gai tetani pada bayi baru lahir.
Kelenjar adrenal merupakan sasaran dari banyak ganggu-
an, yang dapat menjadi nyata dan memerlukan pengobatan un-
tuk menyelamatkan jiwa selama masa neonatus. Perdarahan
dan kegagalan adrenal akut dapat ditemukan sesudah persali-
nan bokong atau keadaan traumatis lain atau dalam kaitannya
dengan infeksi yang berat. Hiperplasia adrenokortikal terke-
san dari muntah, diare, dehidrasi, hiperkalemia, hiponatremia,
syok, atau pembesaran klitoris. Karena kondisinya ditentukan b

secara genetik, saudara-saudari kandung penderita dari bayi


baru lahir yang kehilangan-garam dengan berbagai ragam hi- Gambar 93-1. Bayi besar, montok, berwarna kemerahan dari ibu yang men-
perplasia adrenokortikal harus diamati secara ketat terhadap derita diabetes selama masa kehamilan. Bayi dilahirkan pada umur kehamilan
manifestasi insufisiensi adrenal. 38 minggu dengan berat 9 pon 11 ons (4.408 g). Kegawatan pernapasan ri-
ngan adalah satu-satunya gejala lain yang dapat dilihat.
Kelenjar adrenal hipoplastik kongenital jluga dapat menim-
bulkan insufisiensi adrenal selama usia beberapa minggu per-
tama.
Bayi wanita dengan leher berselaput (webbing neck), ede-
ma limfangiektasia, hipoplasia puting susu, kulit longgar (cutis mua umur kehamilan dan pada setiap berat badan lahir me
Iaxa), batas rambut-tengkuk rendah, telinga letak-rendah, ar- nurut kategori umur kehamilan.
kus palatum tinggi, deformitas kuku, lengan bawah bengkok PATOF|S|OLOG!. Rangkaian patogenik yang mungkin ada-
(cubitus valgus), dan anomali lain, harus dicurigai menderita
lah hiperglikemia ibu yang menyebabkan hiperglikemia janin,
disgenesis gonad. dan respons pankreas janin menimbulkan hiperinsulinemia ja-
Diabetes melitus sementara (Bagian XXVI, Seksi 6) jarang nin; kemudian hiperinsulinemia dan hiperglikemia menyebab-
terjadi dan hanya ditemukan pada bayi baru lahir. Diabetes ini kan kenaikan ambilan glukosa hepatik dan sintesis glikogen,
biasanya muncul sebagai dehidrasi, kehilangan berat badan, lipogenesis dipercepat dan sintesis protein diperbesar. Tanda-
atau asidosis pada bayi yang kecil menurut umur kehamilan. tanda patologis yang ditemukan adalah hipertrofi dan hiperpla-
sia pulau-pulau pankreas dengan penambahan jumlah sel p
yang tidak seimbang; penambahan berat plasenta dan organ
93.1 Bayi dari lbu Diabetes bayi kecuali otak; hipertrofi miokardium; penambahan jumlah
sitoplasma dalam sel hati; dan hematopoesis ekstramedular.
Pengendalian diabetes melitus dengan insulin menyebab- Hiperinsulinisme menimbulkan asidosis janin yang, dapat
kan kenaikan jumlah wanita diabetes yang bertahan hidup dan mengakibatkan kenaikan angka lahir mati. Pelepasan plasenta
melahirkan anak. Bayi mereka dan bayi dari wanita yang di pada saat lahir secara mendadak mengganggu pemasukan glu-
kemudian hari menderita diabetes sama-sama mempunyai ka- kosa ke neonatus tanpa pengaruh hiperinsulinisme yang pro-
rakteristik morfologis tertentu yang berbeda, termasuk ukuran porsional, mengakibatkan berkurangnya hipoglikemia dan
badan yang besar, makrosomia, dan risiko morbiditas yang lipolisis selama jam-jam pertama sesudah lahir.
tinggi. Ibu diabetes mempunyai insidens polihidramnion, pre- Hiperinsulinemia telah dibuktikan terdapat pada bayi yang
eklamsia, pielonefritis, kelahiran preterm, dan hipertensi kro- ibunya menderita diabetes selama hamil dan pada bayi yang
nis yang tinggi; angka mortalitas janinnya, yang tinggi pada ibunya menderita diabetes tergantung-insulin tanpa antibodi
semua umur kehamilan terutama sesudah 32 minggu, lebih be- insulin. Kelompok pertama juga mernpunyai kadar insulin
sar dari angka mortalitas janin dari ibu non-diabetes. Buangan plasma sewaktu puasa yang lebih tinggi secara bermakna dari-
janin selama kehamilan berhubungan dengan diabetes ibu pada bayi baru lahir normal, walaupun kadar glukosa mereka
yang kurang terkendali, terutama ketoasidosis dan anomali sama; mereka responsif terhadap glukosa yaitu, dengan segera
kongenital. Ibu diabetes melahirkan bayi dengan berat badan me-naikkan insulin plasma dan mengasimilasi beban glukosa
yang sangat berat paCa semua umur kehamilan dan, jika ada lebih cepat. Setelah pemberian arginin, mereka juga memper-
kompli- kasi dengan penyakit vaskular, melahirkan bayi de- besar respons insulin dan meningkatkan kecepatan pelenyapan
ngan berat badan lahir rendah pada kehamilan 37 sampai 40 glukosa, dibandingkan dengan bayi normal. Sebaliknya, kece-
minggu. Angka mortalitas neonatus melebihi 5 kali angka patan perftgunaan glukosa puasa berkurang. Kadar asam le-
mortalitas bayi dari ibu non-diabetes dan lebih tinggi pada se- mak bebas yang lebih rendah pada bayi yang ibunya menderita
632 BAGIAN XI a Janin dan Bayi Neonatus

diabetes tergantung-insulin mungkin juga mencerminkan kea-


daan hiperinsulinemia: Dengan pengendalian diabetes prOnatal
yang baik, insidens makrosomia dan hipoglikemia menurun.
Walaupun hiperinsulinisme mungkin merupakan penyebab
utama hipoglikemia, penurunan respons epinefrin dan glu-
kagon yang terjadi dapat merupakan faktor pendukung. Kadar 5"/"
12 /aol
kortisol dan horrnon pertumbuhan rRanusia normal. Anomali
kongenital berkorelasi dengan pengendalian metabolik yang
jelek dan dapat disebabkan teratogenesis akibat-hiperglikemia.
r8%
l?Alt
MANIFESTASI KLlNlS. Bayi dari ibu diabetes dan bayi dari
ibu yang menderita diabetes selama kehamilan sering memiliki
kesamaan yang mengherankan satu sama lain (Gambar 93-1).
Mereka cenderung besar dan montok akibat bertambahnya le-
mak tubuh dan merhbesarnya organ dalam, mukanya sembab
dan kemerahan Qtlethoric) seperti bayi yang sedang mendapat
kortikosteroid. Namun, bayi ini berat badannnya bisa normal 34 38

atau rendah, terutama jika mereka dilahirkan sebelum cukup


bulan ataujika ibu rnenderita penyakit vaskular. Gambar 93-2. Insidens hipoglikemia menurut berat badan lahir, umur keha:
milan, dan pertumbfhan intrauteri. (Dari Lubchenco LO [ed]: Incidence of hi-
Bayi cenderung "gelisah"; gemetar, dan mudah terangsang poglycemia in newbom infants classified by birth weight and gestational age.
selama usia 3 hari pertama, walaupun hipotonia, lesu, dan da- Pediatrics 47:832,1971. Copyright 19?1. Dicetak ulang dengan izin pedia_
ya isap jelek dapat juga terjadi. Mereka mungkin menderita sa- trics.)
lah satu dari berbagai manifestasi hipoglikemia. Pemunculan
dini tanda-tanda ini lebih mungkin dihubungkan dengan hipo-
glikemia dan pemunculannya yang lambat (belakangan) tam-
paknya diakibatkan hipokalsemia; kelainan-kelainan ini juga Insidens anomali kongenital bertambah 3 kali pada bayi
dapat terjadi bersamaan. Asfiksia perinatal atau hiperbilirubi- yang ibunya menderita diabetes; malformasi jantung (VSD,
nemia dapat memperlihatkan tanda-tanda yang sama. Kadang- ASD, transposisi pembuluh darah besar, koarktasio aorta) dan
kadang, hipomagnesemia dapat disertai hipokalsemia. agenesis lumbosakral adalah yang paling lazim terjadi. Ano-
Sekitar 75Vo bayi dari ibu diabetes dan 25Vo bayi dari ibu mali tambahan meliputi cacat pipa saraf, hidronefrosis, age-
yang menderita diabetes selama kehamilan menderita hipogli- nesis ginjal, atresia duodenum atau anorektum, dan holopro-
kemia (Bab 77), tetapi hanya sebagian kecil yang simtomarik. sensefali. Pada bayi ini dapat juga timbul kembung perut yang
Kemungkinan bayi menderita hipoglikemia menjadi lebih be- disebabkan oleh pelambatan sementara pada perkembangan
sar dan kadar glukosa mungkin lebih rendah pada tali pusat sisi kiri kolon, sindrom kolon kiri kecit.
yang lebih dekat ke plasenta atau kadar glukosa darah ibu se- PROGNOSIS. Di kemudian hari, insidens diabetes melirus
waktu puasa. Biasanya, titik terendah kadar glukosa darah bayi pada bayi dari ibu yang menderita diabetes berrambah diban-
dicapai antara 1 sampai 3 jam; penyembuhan spontan mulai dingkan dengan insidens pada populasi umum. perkembangan
pada umur 4-6 jam. fisik normal, tetapi bayi yang besar cenderung mengalami
obesitas pada masa kanak-kanak yang dapat berlanjut ke kehi-
Banyak bayi dari ibu yang diabetes menderita takipnea se-
dupan dewasa. Ada ketidaksepakatan yang terus berlanjut me-
lama usia 5"hari, yang d4pat merupakan manifestasi sementara
ngenai, apakah terjadinya sedikit peningkatan risiko untuk
dari hipoglikemia, hipotermia, polisitemia, gagal jantung, ta-
menderita gangguan perkembangan intelektual tidak berkaitan
kipnea sementara, atau edema otak karena trauma lahir atau
dengan hipoglikemia, atau sebaliknya; hipoglikemia yang sim-
asfiksia Bayi dari ibu yang diabetes memperlihatkan insidens
tomatis mungkin meningkatkan risiko.
sindrom kegawatan pernapasan yang lebih besar daripada bayi
PENGOBATAN. Penatalaksanaan bayi ini harus dimulai se-
ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama; insidens
belum lahir dengan sering melakukan evaluasi prenatal pada
yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis
semua wanita penderita diabetes yang hamil atau yang mende-
antara kortisol dan insulin pada sintesis surfaktan.
rita diabetes selama kehamilan yaitu, mengevaluasi maturitas
Kardiomegali lazim ada (30Vo), dan gagal jantung terjadi janin, profil biofisik, velosimetri Doppler, dan dengan meren-
pada 5-l0Vo bayi dari ibu diabetes. Hipertrofi sekat asimetris canakan persalinan bayi ini di rumah sakit yang para pakar
dapat terjadi, manifestasinya serupa dengan stenosis subaorta perawatan obstetri dan pediatri-nya siap setiap saat. Tanpa me-
hipertrofi idiopatik. Trauma lahir juga terjadi akibat makro- mandang besarnya, semua bayi dari ibu diabetes sejak semula
somia janin. harus mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif. Ka-
Perkembangan neurologis dan pusat osifikasi cenderung dar gula darah pada bayi asimtomatik harus ditentukan pada I
menjadi imatur dan berhubungan dengan besar otak (yang ti- jam sesudah dilahirkan dan kemudian setiap jam sampai 6-g
dak bertambah) darr umur kehamilan bukan dengan berat ba- jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar gula darah-
dan total. Ada juga kenaikan insidens hiperbilirubinemia, nya normal, mula-mula diberikan makanan oral atau sonde air
polisitemia, dan trombosis vena renalis; trombosis vena renalis glukosa 57o, dilanjutkan dengan ASI atau susu formula yang
harus dicurigai bila ada massa di panggul, hematuria dan trom- dimulai pada umur 2-3 jam dan diteruskan dengan interval 3
bositopenia. jam. Jika timbul masalah mengenai kemampuan bayi mento-
93 I Sistem Endokrin 633

leransi makanan oral, pemberian makan harus dihentikan dan atau bayi-bayi preterm mungkin mengalami malnutrisi in-
glukosa diberikan dengan infus intravena perifer pada kece- trauteri sehingga mengakibatkan penurunan penyimpanan
patan 4-8 mg/kg/menii. Hipoglikemia harus diobati, bahkan glikogen hati dan lemak tubuh total; bayi kembar discordant
pada bayi yang asimtomatik, dengan infus glukosa intravena yang lebih kecil (terutama jika discordant 25Vo atau lebih de-
yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah tetap ngan berat badan kurang dari 2,0 kg), bayi polisitemia, bayi
berada di atas kadar normal. Injeksi bolus glukosa yang hiper- dari ibu toksemia, dan bayi dengan kelainan plasenta adalah
tonis harus dihindarkan karena lebih lanjut dapat menyebab- yang terutama rentan hipoglikemia. (Faktor-faktor lain yang
kan hiperinsulinemia dan berpotensi menimbulkan rebound menimbulkan hipoglikemia pada kelompok ini melipuri glu-
hipoglikemia. Menangani hipoglikemia pada bayi yang sakit koneogenesis terganggu, berkurangnya oksidasi asam lemak
atau asimtomatik dibahas pada seksi berikutnya. Untuk pengo- bebas, kecepatan produksi kortisol rendah, dan kemungkinan
batan hipokalsemia dan hipomagnesemie, lihat Bab 92; untuk kenaikan kadar insulin dan penurunan curah epinefrin dalam
pengobatan penyakit membran hialin, lihat Bab 87.3; untuk responsnya terhadap hipoglikemia). (3) Bayi yang amar imarur
pengobatan p o lis itemia, lihat Bab 89.3. atau sakit berat dapat menderita hipoglikemia karena kenaikar.
kebutuhan metabolik yang.tidak seimbang dalam menyimpan
substrat dan kalori yang tersedia; bayi dengan berat badan la-
93.2 Hipoglikemia hir rendah yang menderita sindrom kegawatan pernapasan, as-
fiksia perinatal, polisitemia, hipotermia, dan infeksi sistemik,
Lihat juga Bab 71 juga bayi gagaljantung dengan penyakitjantung kongenital si-
Hipoglikemia timbul bila kadar glukosa serum secara ber- anosis, berada pada risiko tinggi. Infus intravena yang ter-
makna lebih rendah daripada kisaran bayi normal sesuai usia ganggu, terutama pada mereka yang kadar glukosanya tinggi,
pasca lahir. Walaupun hipoglikemia dapat didefinisikan karena juga dapat mengakibatkan terjadinya hipoglikemia yang sa-
adanya manifestasi neurologis (lesu, koma, apnea, kejang-ke- ngat cepat. (4) Kadang-kadang bayi dengan defek metabolik
jang) atau manifestasi simpatomimetik (pucat, palpitasi, diafo- genetik atau primer, seperti galaktosemia, penyakit penyim-
resis) yang responsif terhadap glukosa, banyak neonatus de- panan glikogen, intoleransi fruktosa, asidemia propionat, asi-
ngan kadar glukosa serum rendah yang asimtomatik, sedang- demia metilmalonat, tirosinemia, penyakit urin sirup maple,
kan bayi yang kadar glukosanya normal dapat memperlihat- dan defisiensi asetil-CoA dehidrogenase rantai-panjang atau -
kan tanda-tanda hipoglikemia nonspesifik. medium juga mungkin terjadi.
Insidens hipoglikemia bervariasi menurut definisi, popu- MANIFESTASI KLlNlS. Berbeda dengan kekerapan rerjadi-
lasi, metode dan waktu pemberian makan, dan tipe pemeriksa- nya hipoglikemia kimia, insidens hipoglikemia simromatik pa-
an glukosa (kadar dalam serum lebih tinggi daripada kadar ling tinggi pada bayi kecil menurut umur kehamilan (lihat
dalam darah lengkap) (Gambar 93-2). Pemberian makan lebih Gambar 93- 2). Bayi ini biasanya dimasukkan dalam kategori
awal menurunkan insidens; sedangkan prematuritas, hipoter- 2 atau 3 dari kelompok patofisiologi yang dulu, dan beberapa
mia, hipoksia, diabetes ibu, infus glukosa pada ibu dalam per- di antaranya dianggap menderita hipoglikemia neonatus idio-
salinan, dan retardasi pertumbuhan intrauteri menambah insi- patik simtomatik yang sementara. Karena banyak dari gejala
dens hipoglikemia. Kadar glukosa serum menurun sesudah la- tersebutjuga terjadi bersamaan dengan keadaan lain seperti in-
hir sampai usia 1-3 jam, ketika kadar glukosa secara spontan feksi-terutama sepsis dan meningitis; anomali sistem saraf
naik pada bayi normal. Pada bayi cukup bulan yang sehat ka- sentral, perdarahan, atau edema; hipokalsemia dan hipomag-
dar glukosa serumnya jarang kurang dari 35 mg/dl (1,9 nesemia; asfiksia; gejala putus obat; apnea prematuritas; pe-
mmol/L) antara usia I sampai 3 jam, kurang dari 40 mg/dl nyakit jantung kongenital; atau polisitemia-dan karena be-
(2,2 mmol/I-) dari usia 3 sampai 24 jam, dan kurang dari 45 berapa keadaan tersebut dapat ditemukan pada bayi sehat nor-
mg/dl (2,5 mmol/L) sesudah 24 jam. Walaupun penelitian se- moglikemia, insidens hipoglikemia yang pasti sukar ditegak-
belumnya, menyatakan bahwa ketika bayi prematur dipua- kan. Hipogli-kemia ini mungkin bervariasi antara I sampai 3
sakan pada usia I hari, secara statistik memberi kesan bayi per 1.000 kela-hiran hidup dan mengenai sekitar 5-l5%o bayi
prematur mempunyai kadar glukosa yang lebih rendah dari- mengalami re- tardasi pertumbuhan.
pada bayi cukup bulan, dan bahwa bayi preterm mungkin tidak Mulainya gejala bervariasi dari beberapa jam sampai bebe-
terpengaruh oleh kadar glukosa yang rendah. Data yang rapa minggu setelah lahir. Perkiraan urutan kekerapan adalah
diperoleh baru-baru ini tidak mendukung kesimpulan ini. Baik kecemasan atau tremor, apati, episode sianosis, konvulsi, se-
bayi prematur maupun bayi cukup bulan mempunyai risiko rangan apnea intermiten atau takipnea, menangis lemah atat:
yang sama untuk mengalami defisit perkembangan saraf yang dengan frekuensi tinggi, lemas atau lesu, sukar makan, dan
serius karena kadar glukosa yang rendah. Risiko ini terkait de- mata berputar. Episode berkeringat, pucat mendadak, hipoter-
ngan berat dan lamanya hipoglikemia. mia, dan henti serta gagal jantung juga terjadi. Sering ada se-
Empat kelompok patofisiologi bayi neonatus yang berisi- kelompok gejala episodik. Karena manifesrasi klinis ini dapat
ko tinggi untuk menderita hipoglikemia adalah: (1) Bayi-bayi disebabkan oleh berbagai penyebab maka penting untuk
dari ibu yang menderita diabetes melitus atau diabetes selama mengukur kadar glukosa serum dan menentukan apakah hipo-
kehamilan, bayi dengan eritroblastosis foetalis berat, insuli- glikemia menghilang dengan pemberian glukosa yang cukup
noma, nesidioblastosis sel p, hiperplasia sel B fungsional, mu- untuk menaikkan kadar gula darah menjadi normal;jika tidak,
tasi gen reseptor sulfonilurea, sindrom Beckwith (lihat bawah), diagnosis lain harus dipikirkan.
dan panhipopituitarisme yang tampaknya menderita hiperinsu- PENGOBATAN. Bila tidak ada serangan kejang, bolus glu-
linisme, (2) Bayi-bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauteri kosa 107o intravena 200 mg/kg (2 mLkg) efektif unruk me-
534 BAGIAN Xl a Janin dan Bayi Neonatus

naikkan kadar glukosa darah. Bila ada kejang, 4 mLkg injeksi Hipoglikemia dengan Makroglosia
bolus glukosa l07o terindikasi. (Sindrom Beckwith)
Pasca terapi pertama harus diberi infus glukosaa 8 mglkg/
menit. Jika hipoglikemia terjadi lagi, kecepatan infus harus Beckwith menguraikan sindrom hipoglikemia neonatus
ditambah sampai menggunakan glukosa l5-207o. Jika infus berkepanjangan yang terjadi pada bayi dengan makroglosia,
glukosa 20Vo in:lavena tidak cukup untuk melenyapkan gejala ukuran besar, viseromegali, mikosefali ringan, omfalokel, ne-
dan mempertahankan kadar glukosa serum normal, hidrokorti- vus yang berwarna merah pada muka, lipatan kulit lobus teli-
son (2,5 mg/kg/6 jam) atau prednison (l mgkg/24jam) harus nga khas, risiko tumor bertambah (Wilms, hepatoblastoma,
juga diberikan. Glukosa serum harus diukur setiap 2 jam sete- gonadoblastoma) dan displasia medularis ginjal. Viseromegali
lah terapi dimulai sampai beberapa pengukuran berada di atas melibatkan terutama hati dan ginjal, berupa hiperplasia non-
40 mgldL. Selanjutnya, kadar harus diperiksa setiap 4-6 jam kistik. Beberapa bayi juga menderita polisitemia. Hiperin-
dan pengobatan secara bertahap dikurangi dan akhirnya dihen- sulinemia telah dibuktikan. Beberapa bayi dengan sindrom
tikan bila glukosa serum telah berada pada kisaran normal dan Beckwith mempunyai duplikasi sebagian kromosom llp,
bayi tidak menampakkan gejala selama 24-48 jam. Pengobatan daerah yang mengkode gen pertumbuhan faktor II sepefii-
biasanya diperlukan selama beberapa hari sampai satu minggu, insulin. Walaupun biasanya sporadik, pewarisan familial telah
kadang-kadang selama beberapa minggu. Jika ada hiperinsu- ditemukan. Pengobatannya adalah pengobatan hipoglikemia;
linisme neonatus, seperti pada nesidioblastosis, dan bayi tidak pada sindrom ini hipoglikemia mungkin berat dan menetap se-
memberikan respons terhadap steroid dan glukosa yang diberi- lama beberapa bulan. Prognosisnya jelek.
kan selama waktu yang cukup, diazoksid atau somatostatin de- Hipoglikemia berat juga telah dibuktikan pada bayi dengan
ngan masa kerja panjang dapat digunakan. berat badan lahir sangat tinggi yang tidak mempunyai anomali
Pembedahan merupakan pengobatan definitif untuk nesi- seperti yang ada pada sindrom Beckwith. Bayi raksasa ini be-
dioblastosis dan adenoma sel pulau; glukagon ditambah soma- ratnya dari 3,8 sampai 5,3 kg dan, pada beberapa bayi, hiper-
statin merupakan tambahan yang membantu pada beberapa plasia pankreas telah dijelaskan.
kasus.
Bayi yang risikonya untuk mengalami hipoglikemia ber-
Anonymous: Brain damage by neonatal hypoglycemia. Lancet 2:gg2, 19g9.
tambah harus diukur glukosa serumnya dalam l jam kelahiran
Berk MA, Minouni F, Miodovnik M, et at: Macrosomia in infants oi insulin
dan selanjutnya setiap l-2 jam selama 6-8 jam pertama, kemu- dependent diabetic mothers. Pediatrics 83:1029, 1989.
dian setiap 4-6 jam sampai usia24 jam. Bayi normoglikemik Buchanan TA, Kitzmiller JL: Metabolic interactions of diabetes and preg_
yang.mempunyai risiko tinggi harus mendapat makanan oral nancy. Annu Rev Med 45:245, 1994.
Daneman D, Ehrlich RM: The enigma of persistent hyperinsulinemic hypo_
atau melalui sonde susu formula yang dimulai pada umur 1-3
glycemia of infancy. J Pediatr 123:573, 1993.
jam dan dilanjutkan dengan interval 2-3 jam seTama 24-48 Demarini S, Mimouni F, Tsang RC, et al: Impact of metabolic control of dia-
jam. Infus glukosa intravena 4 mgkg/menit harus diberikan betes during pregnancy on neonatal hypocalcemia: A randomized study.
jika pemberian makanan oral kurang ditoleransi atau jika ter- Obstet Gynecol 83:918, 1994.
Koh THHG, Aynsley-Green A, Tarbit M, et al: Neural dysfunction during hy_
jadi hipoglikemia neonatus sementara yang asimtomatik.
poglycaemia. Arch Dis Child 63:1353, 1988.
PROGNOSIS. Prognosis untuk hidup baik. Hipoglikemia Langer 0, Rodriguez DA, Xenakis EMJ, et al: Intensified versus conventional
kambuh pada l}-l1Vo bayi sesudah pengobatan adekuat. Be- management of gestational diabetes. Am J Obstet Gynecol 170:1036,
1994.
berapa bayi telah dilaporkan selambatnya timbul pada usia 8 Lilien L, Pildes R, Srinivasan G, et al: Treatment of neonatal hypoglycemia
bulan. Kumat lebih sering terjadi jika cairan intravena keluar with minibolus and intravenous glucose infusion. J pediatr 97:295, 19g0.
dari pembuluh atau jika cairan dihentikan terlalu cepat sebe- Lucas A, Morley R, Cole TJ: Adverse neurodevelopmental outcome of mod_
lum makanan oral ditoleransi dengan baik. Anak yang di ke- erate neonatal hypoglycaemia. Br Med J 297:1304, 1989.
Mehta A: Prevention and management of neonatal hypoglycaemia. Arch Dis
mudian hari menderita hipoglikemia ketotik mengalami Child 70:F54, 1994.
peningkatan insidens hipoglikemia neonatus. Prognosis untuk Sacks DA: Fetal macrosomia and gestational diabetes: What,s the problem?
fungsi intelektual yang normal harus ditentukan dengan hati- Obstet Gynecol 8l77 5, 1993.
hati, karena hipoglikemia yang lama dan berat dapat disertai Sells CJ, Robinson NM, Brown Z, et al: Long-term developmental follow-up
ofinfants ofdiabetic morhers. J pediatr 125:59, 1994.
dengan sekuele neurologis. Bayi hipoglikemik yang simtoma- Swenne I: The fetus of the diabetic mother: Growth and malformations. Arch
tik, terutama bayi dengan berat badan lahir rendah dan bayi Dis Child 63:l ll9, 1988.
dari ibu diabetes, mempunyai prognosis yang lebih jelek untuk Thomas PM, Cate GJ, Wohll KN, et al: Mutations in the sulfonylurea receptor
gene in familial persistent hyperinsulinemic hypoglycemia ofinfancy. Sci-
kelanjutan perkembangan intelektual yang normal daripada
ence 268:426, 1995.
prognosis bayi yang asimtomatik. Wilcken B, Carpenter KH, Hammond J: Neonatal symptoms in medium chain
acyl coenzyme A dehydrogenase deficiency. Arch Dis Child 69:292, 1993.

Anda mungkin juga menyukai