Anda di halaman 1dari 45

BacnN VII

Patofisiolo gi Cairan Tubuh


dan Terapi Cairan*
Raymond D. Adelman, Michael J. Solhung

Penting untuk mengerti fisiologi normal cairan tubuh untuk dapat nyak energi untuk mempertahankan ekuilibrum mantap berbagai zat.
mengelola kelainan yang mengganggu kondisi normal. Diskusi fisiologi Konsentrasi solut tergantung pada jumlah relatif solut dan pelarut
cairan tubuh normal meliputi tiga topik utama. (misalnya air) pada ruang tersebut.
Pertama, jumlah total air dan bahan larut (solut) dalam tubuh seba' Keliga, pengaturan ruang-ruang cairan yang mempertahankan ke-
gai suatu keseluruhan hasil keseimbangan antara masukan dan ke- seimbangan fisiologis dengan mencegah perubahan besar konsentrasi
luaran yang diatur dengan sangat teliti. Banyak mekanisme kontrol, solut yang dapat menggangg'u fungsi luga dibahas pada bagian ini.
terutama pada zat-zat yang secara fisiologis penting, yang sangat Perubahan fisiologis cairan tubuh normal akibat penyakit atau proses
kompleks. Yang penting untuk klinikus akan dibahas secara terperinci lain bisa dengan baik diatasi bila respon fisiologis yang diharapkan di'
pada bagian ini. ketahui, sedangkan pengaruh fisiologis terapi koreksi sepenuhnya
Kedua, distribusi air dan konsentrasi bahan larut (solut) pada dipahami.
berbagai ruang tubuh sangatlah penting karena diperlukan cukup ba-

gemuk, hubungan linier yang erat dipertahankan antara ATT


I Bns 46 dan berat badan. ATT dapat dihitung dengan menggunakan
berat badan saja. ATT (L) = 0,61 x berat badan (kg) + 0,251.

Air

AtR TUBUH TOTAL. Air adalah pelarut (solven) terpenting


dalam komposisi cairan makhluk hidup. Metabolisme air tu- l,Air Tubuh Toial (ATT) i
buh total dipertahankan oleh berbagai mekanisme yang me-
ngontrol masukan dan keluaran air, tetapi terutama diseim-
bangkan melalui ekskresi air oleh ginjal.
Persentase air tubuh total (ATT)(Zotal Body Water) terha-
dap berat badan berubah sesuai umur, menurun cepat pada
awal kehidupan (Gb. 46- 1). Pada masa prenatal, A1*I turun se-
lama kehamilan. Pada saat lahir, ATf 78Vo berat badan. Pada
beberapa bulan pertama kehidupan, ATT turun cepat mende-
kati kadar dewasa 55-60Vo berat badan pada saat usia satu ta-
hun. Pada masa pubertas, terjadi perubahan ATT selanjutnya. 12369t215Dewasa
Karena lemak mempunyai kadar air yang lebih rendah, persen-
:rahun
tase ATT terhadap berat badan lebih rendah pada wanita de- Bulan
wasa yang mempunyai lebih banyak lemak tubuh (55Vo)' ,MUR
daripada laki-laki, yang mempunyai lebih sedikit lemak. Pe-
ningkatan lemak tubuh pada anak gemuk usia berapapun
Gambar 46-1. Air tubuh total, cairan intraseluler dan ekstraseluler dalam per-
mempunyai efek yang serupa terhadap ATT' Pada anak tidak
sentase berat badan dan fungsi umur ( Dari Winters RW : Water and elektro-
lyte regulation). ( Dalam: Winters RW [ed]: The Body Fluids in Pediatrics,
*Modifikasi dari edisi ke - 14 yang ditulis oleh Alan Robson Boston, Little, Brown & Company, 1973 ).
234 BAGIAN VII Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan
'

Ekstras6luler

,':J
Osmolalitas ,m"ft-;;l lntraseluler

fll
Transeluler
mQsm
""I 2o/o Gambar 46 - 2. Distribusi air
tubuh total dalam persentase
berat badan anak besar (Dia-
Jaringan ikat daptasi dari Edelman IS, leid-
tulang man J: Am J Med 27:256,
[ 8o'-l 1959.)

t_{
lambat
dipertukarkan

RUANG CAIRAN. ATT terdiri dari komponen cairan intra- pada dasarnya adalah reservoir ruang CES. Komponen cairan
seluler (CIS) (intacellular fluid) dan cairan ekstraseluler (ex- transeluler yang secara kuantitas penting adalah sekresi traktus
tacellular flatd) (CES). Pada janin, volume CES lebih besar di ginjal dan traktus urinarius ba-
gastrointestinal, serta urin
daripada volume CIS. CES turun dengan bertambahnya usia. wah. Cairan transeluler juga berada dalam cairan sere-
Volume CES turun cepat setelah kelahiran, sebagian besar ka- brospinal, intraokular, pleural, peritoneal dan sinovial. Volu-
rena diuresis pasca natal. Sementara volume CES turun pada me ruang transeluler, terutama komponen gastrointestinal, sa-
tahun pertama kehidupan, volume CIS naik untuk mencapai ngat bervariasi dan tergantung pada aktivitas sekresi dan
rasio CIS terhadap CES mendekati nilai dewasa setelah usia absorpsi tiap individu. pada keadaan puasa, kandungannya se-
satu tahun. Kehilangan relatif cairan ekstraseluler melebihi kitar l-3Eo berat badan.
diuresis pasca natal dini terjadi akibat peningkatan pertumbuh- PENGATURAN AIR TUBUH. Osmolalitas plasma yang meru-
an jaringan seluler dan penurunan relatif laju pertumbuhan ko- pakan konsentrasi partikel solut dalam plasma mempunyai ni-
lagen dibanding otot pada bulan-bulan pertama kehidupan. lai yang hampir konstan 285-295 mOsm/kg H2O, bagaimana-
Pada anak besar, volume CES menghasilkan garis yang cu- pun fluktuasi masukan solut dan air harian (lihat Gb. 46-2).
kup lurus terhadap berat dan air tubuh total pada bayi dan anak Kemantapan ini terutama diakibatkan oleh kontrol teliti jum-
normal ICES (L) = 0,239 x berat badan (kg) + O,3251. Pada ke- lah air dalam tubuh melalui sistem umpan balik yang diatur
adaan hidrasi normal pada anak besar, CES yang dapat diper- sempurna. Untuk mempertahankan keadaan konstan ini, jum-
tukarkan meliputi 20-25Vo berat badan dan terdiri dari air lah air tubuh yang diperoleh dari masukan dan dari oksidasi
plasma (SVo berat badan) dan air interstitial (l5%o berat badan) karbohidrat, lemak dan protein eksogen maupun endogen ha-
(lihat Gb. 46-2).Pada saat pubertas, volume CES berbeda se- rus sama dengan jumlah kehilangan melalui ginjal, paru-paru,
dikit antara pria dan wanita. karena penurunan ATT pada usia kulit dan traktus gastrointestinal. Keseimbangan air dikontrol
ini, anak perempuan mempunyai volume CIS yang lebih ren- dengan pengaturan masukan dan ekskresi, namun ekskresi me-
dah daripada anak laki-laki. rupakan mekanisme pengaturan yang lebih penting.
Volume CIS diliputi oleh membran sel jaringan lunak. Vo- Masukan. Masukan air secara normal dirangsang oleh pera-
lume CIS yang merupakan selisih antara air tubuh total dan saan haus, meskipun belum sepenuhnya dimengerti, mekanis-
ekstraseluler, adalah sekitar 3O-40Vo berat badan. Meskipun me ini merupakan pertahanan utama terhadap kekurangan
sering dianggap sebagai cairan homogen, CIS merupakan pen- cairan duin hipertonisitas. Perasaan haus, yang didefisinikan
jumlahan cairan berbagai sel dari berbagai tempat yang mem- sebagai keinginan yang sadar untuk minum air, diatur oleh
punyai berbagai fungsi dan perbedaan komposisi intraseluler. suatu pusat di midhipotalamus. Banyak faktor yang mengin-
Dua ruang air tubuh yang lain adalah ruang transeluler dan duksi atau menekan rasa haus. Stimulus utama adalah kenai-
ruang yang lambat bertukar. Meskipun sebendrnya termasuk kan osmola-litas plasma sebesar I - 2 Vo atau kekurangan vo-
ekstraseluler, tetapi karena sifatnya yang unik, pada keadaan lume cairan ekstraseluler lUVo atau lebih yang terjadi pada
normal ruang-ruang ini tidak dianggap sepenting CIS dan perdarahan dan kehilangan natrium. Perubahan osmolalitas
CES. Namun, pada keadaan klinis tertentu, terutama pada trak- plasma dimonitor oleh osmoreseptor di hipotalamus dan yang
tus gastrointestinal, ruang transeluler ini dapat menjadi tempat mungkin ada juga di pankreas dan vena porta hepatik. Meka-
penyimpanan air tubuh yang penting. Ruqng cairan yang lnm- nisme bagaimana kekurangan cairan menginduksi haus masih
bat bertukar meliputi 8-lOVo berat badan dan terdiri dari tu- kurang dipahami, tetapi kekurangan ini dapat dimonitor oleh
lang, jaringan ikat padat dan kartilago (lihat Gb. 46-2). Karcna baroreseptor di atrium dan pada tempat-tempat lain pada ja-
sifatnya yang sulit bertukar, ruang ini tidak terjangkau oleh ringan vaskuler. Cukup banyak bukti-bukti tak langsung yang
mekanisme pengaturan cairan tubuh. Namun, cairan yang di- menunjukkan bahwa peningkatan kadar angiotensin II plasma
masukkan ke ruang tulang dapat mencapai volume plasma, merangsang minum dan dapat menimbulkan terjadinya hzius
suatu hubungan fisiologis penting pada situasi-situasi yang pada keadaan hipovolernik dan hipotensif.
memerlukan resusitasi cairan interosseus. Dalam situasi klinis yang membingungkan seperti penu-
Ruang air transeluler dipengaruhi oleh transpor transepite- runan osmolalitas plasma dan penurdnan volume intra vasku-
lial dan dalam keadaan normal lebih akurat dianggap sebagai ler, perubahan volume cairan ekstraseluler akan berpengaruh
ekstrakorporal. Komponen-komponen ruang cairan transeluler besar dan hasilnya adalah stimulus haus untuk meningkatkan
45 I Air 235

masukan air, mengembalikan volume dengan mengorbankan lai normal. Sebaliknya, bila osmolalitas plasma naik diatas
tonisitas. normal, volume urin turun, dan osmolalitasnya naik diatas os-
Mekanisme haus dan pelepasan hormon antidiuretik molalitas plasma. Pengaturan volume dan konsentrasi urin ini
(ADH) (Antidiuretik hormon, yaitu arginine vasopresin) terutama tergantung pada sumbu neurohipofisis-ginjal, dengan
mungkin saling berhubungan. Namun, setidak-tidaknya se- hormon anti diuretik sebagai efektornya. Namun, karena volu-
bagian dari pusat haus secara fungsional dan fisik terpisah dari me urin dapat diturunkan sampai yang diperlukan untuk
bagian yang berhubungan dengan pelepasan anti diuretik hor- mengekskresi beban solut, volumenya juga dipengaruhi oleh
mon. diet. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluaran air ada-
Kelainan mekanisme haus dapat terjadi pada kelainan psi- lah laju filtrasi glomerulus (LFG), keadaan epitel tubulus gin-
kologis, penyakit sistem saraf pusat,-defisiensi kalium, malnu- jal dan konsentrasi steroid adrenal plasma.
trisi dan perubahan sistem renin-angiotensin. Keadaan-keada- ' Ekskresi air urin diatur oleh dua mekanisme yang saling
an tersebut dapat meningkatkan minum meskipun kandungan melengkapi: produksi, penyimpanan dan pelepasan hormon
air tubuh lebih besar daripada biasanya dan osmolalitas plasma anti diuretik ke sirkulasi, dan oleh respon sel epitel tubulus
furun, atau dapat menurunkan minum, seperti pada adipsia. ginjal terhadap hormon anti diuretik yang terutama ditentu-
Ekskresi, Kehilangan air tubuh dapat terjadi melalui paru- kan oleh aktivitas reseptor hormon anti diuretik di sel-sel duk-
paru, kulit, traktus gastrointestinal dan ginjal. Kehilangan air tus koligentes dan pemeliharaan gradien konsentrasi medula
wajib merupakan volume cairan minimum yang harus dicerna untuk menimbulkan reabsorpsi air pasif. Hormon anti diuretik
tiap harinya untuk mempertahankan keseimbangan cairan. Se- manusia, suatu oktapeptida siklik, disintesis di nukleus supra-
telah pengeluaran energi, kehilangan air wajib meliputi kehi- optik. Substansi neurosekretorik ini ditransportasikan ke ba-
langan air insensibel yang terutama terdiri dari kehilangan air wah melalui akson yang menuruni tangkai infundibulum untuk
akibat penguapan dari paru-paru dan kulit, ekskresi air urin, disimpan di percabangan (arborisasi) terminal pars nervosa pi-
yang merupakan jumlah air yang diperlukan untuk mengeks- tuitari posterior. Pelepasan hormon anti diuretik ke aliran da-
kresi beban solut oleh ginjal; dan kehilangan air tinja, yang rah terjadi melalui eksositosis, berespon terhadap stimulus dari
dalam keadaan normal hanya sedikit tetapi dapat menjadi ke- hipotalamus. Kekurangan hormon anti diuretik di pituitari pos-
hilangan air yang bermakna pada penyakit usus. terior terjadi pada hewan yang tidak diberi air, penyimpanan
Tidak seperti ekskresi air oleh ginjal yang berespon terha- akan terjadi bila hewan tersebur diberi air (Bab 56).
dap kandungan air dan solut tubuh, kehilangan air insensibel Sekresi hormon anti diuretik diatur oleh tekanan osmotik
diatur oleh faktor-faktor yang tidak dipengaruhi oleh air tubuh. efektif cairan ekstraseluler. Tekanan dihasilkan oleh solut
Karena kehilangan air ini melalui penguapan, maka jumlahnya (terutama natrium dan klorida) yang tidak dengan mudah me-
sebanding dengan luas permukaan tubuh dan dipengaruhi oleh nembus membran sel. Proses ini di monitor oleh vesikel-
suhu tubuh dan lingkungan, oleh kecepatan respirasi dan oleh vesikel di nukleus supraoptik yang bekerja sebagai osmo-re-
tekanan parsial uap air lingkungan. Kehilangan air melalui septor. Vesikel-vesikel tersebut menggelembung bila osmo-
penguapan tidak dapat digunakan untuk mengatur kehilangan lalitas cairan ekstraseluler kurang daripada cairan intraseluler
air yang terjadi karena perubahan kandungan air tubuh. Jumlah dan mengempis bila osmolalitas cairan ekstraseluler melebihi
kehilangan melalui keringat berbeda-beda dipengaruhi oleh cairan intraseluler. Pemberian urea, yang dengan mudah melc-
suhu tubuh dan sebagian dikontrol oleh sistem saraf autonom. wati membran sel meningkatkan osmolalitas cairan ekstrase-
Pada stres panas jumlahnya dapat berkurang akibat defisit vo- luler dan intraseluler, hanya mengakibatkan sedikit pergerakan
lume cairan iatblh berat atau peningkatan konsentrasi elek- air antara sel dan cairan interstisial, serta tidak menimbulkan
trolit, tetapi hal ini tidak menunjukkan mekanisme pengaturan antidiuresis yang konsisten. Meskipun demikian, infus larutan
air tubuh yang utama. Karena luas permukaan tubuhnya relatif salin hipertonis intravena menimbulkan antidiuresis intensif;
lebih luas, bayi baru lahir prematur mengalami kehilangan air natrium tetap terutama berada dalam cairan ekstraseluler, me-
melalui penguapan lebih besar daripada bayi baru lahir cukup ningkatkan osmolalitasnya terhadap cairan intraseluler. Seba-
bulan atau bayi dan anak yang lebih besar. Peningkatan kehi- liknya, pemberian air menghambat pelepasan hormon anti
langan air insensibel ini harus diperhitungkan dalam menyu- diuretik.
sun rencana penatalaksanaan cairan bayi-bayi ini (lihat Bab Dalam keadaan normal, batas pelepasan hormon anti diu-
82). retik adalah 280 mOsm/ kg HzO. Pelepasan vasopressin dapat
Ekskresi air urin bersifat wajib, dan karena fungsi penting ditimbulkan atau dihambat oleh perubahan osmolalitas plasma
ginjal adalah untuk mempertahankan homeo5tasis tubuh, sekecil I-2Vo . Responnya bertahap, memungkinkan volume
ekskresi air urin dengan ketat mengatur volume dan komposisi urin dan osmolalitas cairan ekstraseluler terus-menerus diatur,
cairan ekstraseluler. Setiap harinya timbunan sejumlah besar mencegah fluktuasi' osmolalitas yang dapat terjadi akibat
urea, hasil akhir pemecahan protein, dan garam-garam mi- variasi normal masukan solut dan cairan. Kadar hormon anti
neral, terutama natrium diet, diekskresikan dalam urin. Hasil diuretik juga meningkat bermakna setelah dehidrasi BVo atau
beban solut urin memerlukan volume urin untuk ekskresi. Pe- lebih, dan akan meningkat secara eksponensial dengan makin
rubahan osmolalitas cairan ekstraseluler juga memerlukan beratnya dehidrasi.
pengaturan melalui ekskesi air urin. Penurunan osmolalitas Kerja utama hormon anti diuretik adalah meningkatkan
plasma, yang menunjukkan kelebihan air relatif, dikoreksi de- permeabilitas duktus koligentes ginjal pada air. pada kondisi
ngan ekskresi melalui peningkatan volume urin encer yang anti diuresis, interstisium medula ginjal mempunyai osmo-
mempunyai osmolalitas dibawah osmolalitas plasma. Kehi- lalitas sampai 1.200 mOsm/kg H2O pada tingkat papila.
langan air bebas ini mengembalikan osmolalitas plasma ke ni- Osmolalitas setinggi ini dicapai oleh kerja countercument mul-
236 BAGIAN Vll a Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

tiplier (yaitu lengkung Henle) dan sistem pertukaran (yaitu yang dapat berdifusi ke medula yang hipertonik dan memba-
pembuluh darah vasa rekta medularis). Aktivasi hormon anti tasi kemampuan hormon anti diuretik untuk menghemat air.
diuretik pada reseptor spesifik di membran sel duktus koligen- Kondisi ginjal intrinsik, seperti obstruksi traktus urinarius,
tes memicu terjadinya reaksi intraseluler yang mengakibatkan terutama bila terjadi dalam uterus, kerusakkan tubulus akibat
peningkatan permeabilitas membran sel terhadap air. Dengan nefrotoksin atau nekrosis tubulus, dan penyakit ginjal lanjut,
adanya hormon anti diuretik, urin lumen yang mencapai duk- dapat menurunkan respon ginjal terhadap hormon anti diure-
tus koligentes mempunyai osmolalitas sekitar 285 mOsm/kg rik.
HzO dan makin lama makin pekat sepanjang melewati duktus MEKANISME DISTRIBUSI CAIRAN DALAM TUBUH. Distribu-
koligentes karena air berdifusi keluar dari urin menuju inter- si antara cairan intraseluler dan ekstraseluler ditentukan oleh
stisium medularis yang hipertonis dengan cara difusi osmotik faktor-faktor fisik. Pemeliharaan volume cairan intraseluler
pasif. Pada saat urin mencapai kaliks, konsentrasinya telah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mengatur konsentrasi so-
sama dengan konsentrasi cairan di papila medula yang hiper- lut dalam sel dan oleh cairan ekstraseluler. Volume cairan in-
tonik. Reabsorpsi terus menerus natrium dalam tubulus distalis traseluler dipertahankan relatif konstan oleh daya osmotik
dan duktus koligentes makin mengencerkan urin. Tanpa ada- yang bekerja menembus membran sel yang bebas dilewati air.
'
nya hormon anti diuretik, segmen nefron ini tidak dapat ditem- Pemeliharaan daya-daya ini tergantung pada transpor aktif ka-
bus air sehingga difusi ke medula hipertonik tidak dapat terjadi lium ke dalam sel dan natrium ke luar sel dengan suatu proses
dan terbentuklah urin yang encer. yang memerlukan energi, meskipun tidak ada bukti yang me-
KONDISI PATOFISIOLO GlS. D iab ete s ins ipidus adalah suatu nunjukkan adanya.transpor aktif atau sekresi air. Peningkatan
penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengkonsen- osmolalitas ekstraseluler (misalnya akibat beban natrium)
trasikan air urin dengan efektif. Akibat klinis kehilangan air mengakibatkan penurunan air sel. Sebaliknya, intoksikasi air
urin berlebihan adalah peningkatan konsentrasi solut cairan menurunkan osmolalitas ekstraseluler dan mengakibatkan pe-
ekstraseluler, terutama natrium, atau hipernatremia. Kedua je- ningkatan volume sel. Gangguan fungsi sel juga dapat me-
nis diabetes insipidus diberi nama menurut tempat kelainan ningkatkan kandungan cairan sel.
fungsi: sentral dan nefrogenik. Diabetes insipidus sentral ter- . Pemeliharaan volume cairan ekstraseluler sangat penting
jadi bila tidak ada hormon anti diuretik yang dilepaskan ke sir- untuk mempertahankan volume plasma normal. Jumlah cairan
kulasi. Kelainan ini diakibatkan oleh gangguan sumbu supra- dalam volume plasma (yaitu air plasma) dipertahankan dalam
optik-osmoreseptor-hipofisis, yang menghalangi dilepasnya keadaan konstan oleh keseimbangan antara regulasi ginjal ter-
hormon anti diuretik ke sirkulasi meskipun ada stimulus fisio- hadap ekskresi solut dan air, dengan daya-daya onkotik pada
logis yang sesuai, seperti peningkatan osmolalitas plasma. tingkat kapiler. Tekanan onkotik (yaitu tekanan osmotik ko-
Pada diabetes insipidus nefrogenik, hormon anti diuretik seca- loid) hanya menunjukkan fraksi kecil dari tekanan osmotik to-
ra normal dilepaskan sebagai reaksi terhadap perubahan osmo- tal,tetapi tekanan osmotiknya dilakukan oleh molekul yang ti-
lalitas plasma, tetapi duktus.koligentes ginjal gagal berespon dak dengan mudah menembus pori-pori kapiler, terutama
terhadap hormon anti diuretik, sering karena defek reseptor albumin. Tekanan osmotik koloid menimbulkan gradien os-
hormon anti diuretik di sel epitel membran. motik efektif pada dinding kapiler.
Faktor-faktor yang mengubah pelepasan hormon anti diu- pada ujung arteriolar kapiler, efek utama tekanan hidrosta_
retik mengganggu mekanisme normal yang mengatur pelepas- tik kapiler mengakibatkan kehilangan ultrafiltrat plasma. pada
an hormon anti diuretik. Pelepasan hormon anti diuretik dapat keadaan normal, pada ujung vena kapiler, tekanan onkotik
distimulasi atau dihambat oleh faktor-faktor emosional. Sti- akan mengembalikan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang
mulus yang menekan seperti rasa nyeri atau pelepasan besar- lebih sedikit. Sisanya kembali ke ruang vaskuler melalui sis_
besaran reseptor perifer akibat trauma, luka bakar atau pembe- tem limfatik.
dahan akan meningkatkan pelepasan hormon anti diuretikdan D
merupakan bahan pertimbangan yang penring;"il,,],:;;!":
sun terapi cairan. Nikotin, prostaglandin, obat-obat
,,",,ti"1'.ix?"Jftx,T:["t"'"il'l;.Ll;l"",li:,1*JT,1""#
kolinereik _^_:.
ff;
vang ekivaren' Perubahan ini
dan p-adrenergik merupakan peranssang kuar ffi;"#:;: ::::lt":,T:: :!::":::.':'::ial
dapat cukup mengganggu volume intravaskuler' sehingga me-
mon anti diurerik. Demerot, morfin aun uu.uiiJrli;;il"
bersifat antidiuretik dengan cara ini, meskipun efeknya menu-
runkan laju filtrasi. glomerulus mungkin juga berpengaruh
menurunkan aliran urin. Alkohol merupakan inhibitor kuat pe-
lepasan hormon anti diuretik, dengan hubungan respon dosis
yang konsisten. Difenilhidantoin dan mungkin glukokortikoid
juga menghambat pelepasan hormon anti diuretik.
Faktor-faktor yang mengubah respon ginjal terhadap hor- *Koloid penting
dalam plasma adalah protein plasma dengan tekanan osmotik
mon anti diuretik menimbulkan peningkatan ekskresi air urin kira-kira 28 mm Hg, bandingkan dengan tekanan osmotik larutan kristaloid
meskipun kadar hormon anti diuretiknya tepat. Anestesi plasma 5.100 mm Hg.Bagaimanapun, dinding kapiler sangat permeabel terha-
menurunkan jumlah urin, mungkin dengan mengubah hemodi- dap larutan kristaloid, dengan tanpa tekanan osmotik melewati dinding kap-
namik ginjal. Adanya solut yang secara osmotik aktif dan ti- iler. Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dan satu-satunya
yang mempunyai berat molekul yang paling rendah. Albumin mempunyai per-
dak dapat diabsorbsi di lumen tubulus ginjal (misalnya anan penting terhadap iekanan osmotik koloid dan pengaturan pergerakan air
glukosa pada diabetes mellitus) akan mengurangi jumlah air jaringan melewati dinding kapiler.
'46 I Air 237

Ekstraseluler lntraseluler
Plasma lnterstisial

Mg
Gambar 46-3. Konsentrasi kation-
K kation dan anion-anion utama dalam
30h cairan ekstraseluler (yaitu cairan in-
terstisial dan plasma) dan cairan intra-
seluler dalam persentase komposisi
elektrolit total. Na = natrium; K = ka-
lium; Ca = kalsium; Mg = magne-
sium; HCOg = bikarbonat; POy'Org.
Prot. = fosfor dan anion organik; Prot =
Prot.
protein.
10016 1oh
POa/Org alOrg'
5o/o 6a/o

cl HCO3
2o/o 5o/o

nurunkan laju filtrasi glomerulus dan aliran darah ke organ- traseluler dapat diperoleh dengan menggandakan konsentrasi
organ vital lainnya. Karena volume plasma hanya sepertiga natrium plasma. Misalnya, bila konsentrasi natrium plasma
volume cairan interstisial, penurunan volume plasma akibat normal 140 mEq/L, maka perkiraan osmolalitas plasma adalah
perpindahan air ke ruang interstitial mungkin secara klinis ti- 280 mOsm/L. Ada dua pengecualian penting untuk keadaan
dak terdeteksi sebagai udem. Peningkatan permeabilitas ka- ini, yaitu keadaan hiperglikemia dan hiperlipidemia.
piler terhadap protein, seperti pada udem angioneurotik dan Di antara non-elektrolit plasma, yang paling berpengaruh
sindroma kebocoran kapiler difus, menimbulkan peningkatan terhadap osmolalitas adalah glukosa, yang tidak dengan bebas
konsentrasi protein cairan interstitial. Peningkatan ini menu- menembus membran sel. Pada konsentrasi glukosa plasma
runkan tekanan onkotik plasma, mengakibatkan perpindahan normal, glukosa mempengaruhi 3-5 mOsm/L osmolalitas plas-
cairan ke interstisium. Peningkatan ini dapat terjadi menye- ma. Namun, konsentrasi glukosa plasma yang tinggi pada dia-
luruh atau terlokalisasi, tampak sebagai bilur atau urtikaria. betes ketoasidosis dapat meningkatkan osmolalitas plasma,
Volume cairan interstisial juga dapat meningkat akibat pe- serta memindahkan air dari ruang cairan intraseluler ke ekstra-
ningkatan tekanan hidrostatik pada ujung vena kapiler, seperti seluler. Penurunan konsentrasi natrium plasma akibat aliran
yang terjadi pada. peningkatan tekanan vena pada gagal jan- air masuk ke volume cairan ekstraseluler menimbulkan kesala-
tung atau retensi natrium dan resultan hipervolemia pada han pengukuran osmolalitas plasma. Dalam pengobatan pen-
glomerulonefritis. derita diabetes, pemahaman pengaruh perubahan konsentrasi
Ruang cairan transeluler dapat meningkat hebat pada pe- glukosa plasma pada osmolalitas cairan ekstraseluler dan pada
nyakit radang usus, pada diare berat dini, atau pada ileus de- perpindahan air antar ruang cairan sangatlah penting.
ngan tingkat cairan multipel. Kondisi kedua yang mengakibatkan tidak dapat digunakan-
OSMOLALITAS CAIRAN TUBUH. Konsentrasi masing-ma- nya natrium plasma untuk menghitung osmolalitas plasma ter-
sing solut dalam cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler jadi bersama peningkatan zat padat serum. Misalnya, bila zat
bervariasi (Gb. 46-3), tetapi konsentrasi ion total dalam ruang padat serum seperti protein dan lipid meningkat, kandungan
seimbang antara kation dan anion. Osmolalitas ruang-ruang air serum sangatlah turun (dinyatakan per liter serum) karena
cairan ekstraseluler dan intraseluler juga seimbang (lihat Gb. penggeseran volume air oleh lipid. Karena elektrolit terlarut
46-2). Kecuali pada perubahan-perubahan sementara, ruang pada fase cair serum, konsentrasi elektrolit seperti natrium
cairan ekstraseluler dan intraseluler berada dalam keadaan yang ditentukan oleh fotometri api dan dinyatakan dalam mi-
ekuilibrium osmotik. Karena membran sel sangat permeabel liekuivalen per liter serum tampak menurun walaupun kadar
terhadap air, perubahan osmolalitas salah satu ruang cairan per liter air serum normal. Pengobatan pseudohiponatremia ini
menimbulkan pergerakaqn cepat air untuk mencapai keseim- tidak diperlukan dan mungkin akan merugikan penderita. Ke-
bangan osmolalitas. Karena jumlahnya yang banyak pada jadian ini dapat dideteksi dengan mengukur osmolalitas serum
plasma dan cairan interstisial (lihat Gb. 46-3), natrium meru- dengan cara penekanan titik beku, suatu metoda pengukuran
pakan kation terpenting yang mempengaruhi osmolalitas cair- konsentrasi solut pada fraksi air serum dan dengan lebih aku-
an ekstraseluler. Karena natrium dan anion yang menyertai, rat menggambarkan konsentrasi natrium serum. Masalah pseu-
klorida dan bitarbonat berperan 90Va atau lebih terhadap os- dohiponatremia dihindari dengan metoda pengukuran konsen-
molalitas plasma, maka perkiraan kasar osmolalitas cairan eks- trasi natrium dengan elektroda ion spesifik.
238 BAGIAN VII I Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

Cairan
Natrium yang dapat dipertukarkan 71ol.
I Bne 4l
transeluler
Cairan
inlraseluler

Natrium

KANDUNGAN DAN DISTRIBUSI NATRIUM TUBUH. Natrium,


kation terbesar cairan ekstraseluler, adalah solut utama yang
secara osmotik aktif bertanggung jawab mempertahankan vo-
lume intravaskuler dan interstisial. Dari seluruh natrium dalam
tubuh, lebih dat'' 3}Vo-nya tidak dapat dipertukarkan atau ha-
nya dapat dipertukarkan perlahan, karena terikat padajaringan
yang sulit dimobilisasi (Gb. 47-1). Dari seluruh natrium tubuh,
ll%o berada dalam kelompok natrium plasma, 29Vo pada cair-
an limfe interstisial, dan 2,5Vo pada cairan intraseluler. Sekitar
43Vo dari keseluruhan natrium tubuh berada dalam tulang, teta-
pi hanya sepertiga natrium dalam tulang yang dapat dipertu-
karkan. Jaringan ikat padat dan kartilago mengandung l2Vo
natrium tubuh, dua pertiga di antaranya dapat dipertukarkan
(lihat Gb. 47 - 1). Kandungan natriumjaninyang dapat diper-
tukarkan adalah rata-rata 85 mEq/kg, dibandingkan dengan ni-
Jaringan
lainya pada orang dewasa, 40 mEq/kg, sebab janin mengan- 'd:
ikat
Natrium yang tidak dapat dipertukarkan 29%
dung relatif lebih banyak kartilago, jaringan ikat, dan cairan
ekstraseluler yang semuanya mengandung sejumlah besar na- Garnbar 47-1, Distribusi natrium tubuh dalam persentase total. Natrium yang
trium, dan hanya memiliki relatif sedikit massa sel otot, yang dapat dipertukarkan (putih) dan yang tidak dapat dipertukarkan (arslr)
hanya mengandung sedikit natrium. ditunjukkan. (Dari Frohnert PP: Body composition. In: Knox FG (ed): Text-
book of Renal Pathophysiology. Hagerstown, MD, Harper & Row, 1978.)
Meskipun membran sel relatif permeabel terhadap natrium,
natrium terutama terdistribusi dalam ruang ekstraseluler. Kon- .
sentrasi intraseluler dipertahankan sekitar l0 mEq/L, sedang-
mekanisme pengaturan masukan natrium belum begitu ber-
kan konsentrasi ekstraseluler sekitar 140 rnBqlI-. Rendahnya
kembang, tetapi mungkin berespon terhadap perubahan yang
konsentrasi intraseluler dicapai dengan dorongan keluar aktif
besar. Misalnya, kecanduan garam yang dapat terjadi pada be-
natrium dari dalam sel oleh sistem ATPase yang diaktivasi na-
berapa penderita sindrom pemborosan garam. Meskipun demi-
trium-kalium dan magnesium. Kalsium menghambat ATPase,
kian, masukan natrium biasanya tergantung pada kebiasaan
seperti juga ouabain dan glikosida jantung lainnya.
kultural. Di Amerika Serikat, orang dewasa rata-rata meng-
Meskipun konsentrasi natrium intraseluler rendah dan me-
konsumsi l7O mBql24 jam, setara dengan l0 gram garam.
rupakan sebagian kecil dari seluruh natrium tubuh, tetapi
Anak-anak mengkonsumsi lebih sedikit, sebanding dengan
mungkin penting untuk memodifikasi aktivitas enzim intra-
masukan makanan yang lebih sedikit, tetapi masih jauh lebih
selule" tertentu. Kandungan natrium intraseluler biasanya tetap
banyak daripada kebutuhan rumatan. Bayi biasanya memakan
relatif konstan. Perubahan natrium tubuh total terutama digam-
lebih banyak natrium karena tingginya kandungan natrium
barkan oleh perubahan natrium ekstraseluler. Meskipun demi-
susu sapi (21 mEq/l). Kandungan natrium kebanyakan formula
kian, pendistribusian kembali natrium antara ruang intraseluler
bayi juga lebih tinggi daripada ASI (7 mEq/L). Konsumsi na-
dan ekstraseluler dapat terjadi tanpa adanya perubahan ber-
trium diet anak yang lebih besar dan remaja bervariasi, tetapi
makna air tubuh total. Perubahan tersebut, misalnya pening-
biasanya relatif lebih tinggi karena makan makanan cepat (fasi
katan natrium intraseluler, dapat dijumpai pada "sindrom sel
sakit". Natrium intraseluler juga dapat meningkat pada bebera- food) dan makanan rongsokan Qunkfood).
pajenis hipertensi. Absorpsi. Terjadi diseluruh saluran pencernaan, paling se-
Karena distribusi Donnan protein anion, konsentrasi na- dikit di lambung dan paling banyak di jejunum. Absorpsi
trium cairan interstisial adalah sekitar 97Vo kadar natrium se- mungkin berlangsung dengan sistem adenosin trifosfatase
rum. Perubahan konsentrasi natrium dalam serum diikuti peru- (ATPase) yang diaktivasi natrium-kalium. Sistem ini memu-
bahan sebanding konsentrasi natrium dalam cairan interstisial. dahkan gerakan natrium oleh protein transpor yang merangkai
Konsentrasi natrium cairan transeluler sangat bervariasi, kare- natrium dengan glukosa. Mekanisme transpor natrium di usirs
na cairan terpebut tidak dalam keseimbangan diffusi sederhana ditingkatkan oleh aldosteron atau desoksikortikosteron asetat.
dengan plasma. Perubahan tidak terduga komposisi cairan ini Ekskresi. Ekskresi natrium terjadi melalui urin, keringat
dapat terjadi dan mungkin memerlukan perubahan regimen dan tinja. Ginjal merupakan organ utama untuk pengaturan fa-
terapi untuk mengganti kehilangan tidak normal. kultatif keluaran natrium. Dalam keadaan norrnal, konsentrasi
PENGATURAN MASUKAN NATRIUM. Jumlah natrium dalam natrium dalam keringat berkisar antara 5-40 mEq/L. Kadar
,
tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara masukan dan yang lebih tinggi dapat dijumpai pada kistik fibrosis, yang da-
ekskresi. Dibandingkan dengan mekanisme haus terhadap air, pat berperan untuk terjadinya kehilangan natrium tubuh, dan
47 I Natrium 239

pada penyakit Addison. Sedangkan kadar yang lebih rendah


dapat dijumpai pada kekurangan natrium dan hiperaldos- Tubulus distal
teronisme. Hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa
perubahan kadar natrium keringat adalah merupakan bagian
dari mekanisme ekskresi untuk mengatur kandungan natrium Duktus
tubuh dalam keadaan normal. Tanpa adanya diare, konsentrasi Tubulus koligentes korteks
proksimalis
natrium tinja rendah.
Peucltunm Gtru;el reRnlDAp EKsKREst Narntum. Pengaruran
natrium ginjal tergantung pada keseimbangan antara filtrasi
glomerulus dan reabsorpsi tubulus. Dalam keadaan ,normal,
Tubulus distal pars
jumlah natrium yamg difiltrasi ginjal tiap hari, lebih dari sera- ascendens bagian t€bal
tus kali yang dimakan dan lebih dari lima kali jumlah natrium
total tubuh. Meskipun demikian, dari seluruh natrium yang di-
filtrasi ginjal tiap harinya (25.200 mEq/24 jam), kurang dari
7Vo atau 5O mBql24jam yang diekskresi melalui urin, Sisanya
yang99Vo diabsorbsi kembali sepanjang tubulus ginjal. Hal ini
menunjukkan adanya proses pengaturan yang sangat efisien.
Gambar 47-2. Reabsorpsi natrium di beberapa bagian sepanjang nephron da-
Filtrasi Natrium Glomerulus. Pada keadaan normal, peru-
lam persentase beban filtrasi sodium. (Dari Koeppen BM, Stanton BA: Renal
bahan laju filtrasi glomerulus (LFG) tidak mempengaruhi ho- Physiology. St. Louis, Mosby Year Book, 1992.)
meostasis natrium. Fraksi tertentu beban filtrasi natrium akan
diabsorbsi kembali di tubulus proksimalis, meskipun ada
variasi spontan laju filtrasi glomerulus, yang bersifat sementa-
ra. Keseimbangan filtrasi dan reabsorpsi, yang disebut balans
glomerulus-tubulus, mengurangi pengaruh perubahan spontan ion, seperti glukosa dan klorida, serta dipermudah oleh protein
laju filtrasi glomerulus pada jumlah ekskresi natrium ginjal. transpor membran tertentu. Natrium yang direabsorbsi, secara
Lagi-pula, bhlans natrium masih dapat dicapai bila laju filtrasi aktif dikeluarkan dari sel membran basolateral, untuk menim-
glomerulus tetap stabil meskipun masukan natrium bervariasi. bulkan gradien osmotik yang mengakibatkan perpindahan se-
jumlah ekuivalen air. Tekanan hidrostatik ruang interseluler
Meskipun demikian, laju filtrasi glomerulus juga dapat mem-
pengaruhi ekskresi natrium pada keadaan yang merangsang dan cairan interstisial yang dihasilkan, disertai dengan tekanan
mekanisme pengaturan natrium melalui perubahan volume ek- onkotik protein plasma kapiler peritubulus mengakibatkan
straseluler. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glo-
kembalinya natrium dan air ke kapiler peritubulus, dan akhir-
merulus dan merangsang reabsorpsi natrium dan berespon ter- nya ke sirkulasi sistemik.
hadap penurunan volume ekstraseluler, seperti perdarahan atau Reabsorpsi natrium yang bermakna (sekitar 20Vo) terjadi di
dehidrasi, adalah aktivasi sistem saraf simpatis ginjal dan sti- Iengkung Henle (lihat Gb. 47-2) dan merupakan pusat counter
mulasi sistem renin-angiotensin. Bila terjadi peningkatan volu- current multiplier yang sangat perlu untuk keseimbangan cair-
me ekstraseluler, peptida natriuretik atrium (PNA) dilepaskan an dan pemekatan urin. Reabsorpsi air terjadi di cabang desen-
dari atrium jantung ke sirkulasi. Peptida ini akan menimbulkan den lengkung Henle, sedangkan reabsorpsi natrium terjadi di
peningkatan kehilangan natrium, sebagian sebagai respon ter- cabang asenden. Transpor natrium pada cabang asenden tebal
hadap peningkatan laju filtrasi glomerulus. bersifat aktif, dan mungkin akibat proses transpor aktif klo-
Reabsorpsi Natrium di T0bulus. Kerja terintegrasi. semua rida, bukannya primer seperti pada kebanyakan tempat lain-
nya. Meskipun lengkung Henle berperan penting untuk penga-
segmen nefron mengatur ekskresi natrium ginjal (Gb. 47-2).
Pengelolaan natrium ginjal ditandai oleh dua proses tubulus turan keseluruhan reabsorpsi natrium, belum ada gambaran
yang terkoordinasi. Pertama, reabsorpsi natrium di tubulus mekanisme regulasi yang pasti. Begitu pula laju transpor na-
proksimalis dan lengkung Henle menghantarkan proporsi ter- trium maksimum pada tempat tersebut. Bila beban natrium
tentu beban filtrasi natrium ke nefron distal. Kedua, reabsorpsi yang sampai ke lengkung Henle meningkat akibat perubahan
natrium di tubulus distalis dan duktus koligentes merupakan laju filtrasi glomerulus atau reabsorpsi natrium di tubulus
pengatur jumlah natrium yang diekskresi, yang jumlahnya proksimalis, sebagian besar kelebihan beban tersebut akan di-
mendekati jumlah natrium yang dimakan. Pada keadaan nor- reabsorbsi di lengkung Henle, memberikan mekanisme pro-
mal, sekitar dua pertiga natrium yang difiltrasi direabsorbsi teksi lebih lanjut dan membatasi besarnya perubahan aliran
oleh tubulus kontortus proksimalis (lihat Gb. 47 -2). natrium ke tubulus kontortus distalis.
Karena persentase natrium yang difiltrasi dan air yang dire- Pengaturan terperinci keseimbangan natrium mungkin ter
absorbsi di tubulus proksimalis sebanding, cairan yang tersisa jadi sepanjang nefron distal, yaitu pada tubulus kontortus dis-
pada akhir tubulus kontortus proksimalis mempunyai konsen- talis dan duktus koligentes. Tubulus kontortus distalis me-
trasi natrium seperti dalam plasma. Pergerakan keluar natrium reabsorbsi 7Vo dan duktus koligentes 5Vo beban filtrasi natrium
dari tubulus proksimalis menggambarkan keseimbangan antara (lihat Gb. 47-2).Dengan reabsorpsi natrium di tubulus proksi-
natrium yang direabsorbsi dari cairan lumen (yaitu transeluler malis dan lengkung Henle, dihasilkan aliran natrium yang se-
dan paraselular) dan yang kembali melalui ruang interselular. banding dan teratur ke bagian nefron ini, sehingga hanya
Gerakan reabsorpsi natrium transeluler menyebrangi membran diperlukan sedikit reabsorpsi penyesuaian di tubulus kontortus
sel tubulus bersamaan dengan reabsorpsi solut organik dan an- distalis dan duktus koligentes untuk menyeimbangkan
240 BAGIAN VII I Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

EKSBESI VOLUME
KALIUM
GINJAL

PELEPASAN APARATUS
( ALDOSTERONE JUKSTAGLOMERULAR

KESEIMBANGAN
KALIUM
\
ll
I
nrueroreNsrr.rocEN PELEPASAN

\lF==\-
ANGIOTENSIN
? lC Serum
? K* intraseluler

,:trJtr^^/ |,
ANGIOTENSIN I
'-*il'Ti;H-'

Garnbar 47-3. Hubungan volume dan siklus umpan balik kalium dengan sekresi aldosteron. Tanda penghubung setiap siklus menentu-
kan tingkat sekesi aldosteron. (Dari Williams GH, Dluhy RG: Aldosterone biosynthesis: intenelationship of regulating factors. Am J
Med 53:595, 1972.)

ekskresi natrium urin dengan masukannya, guna memperta- menglrambat sekresi renin, bekerja sebagai pengatur umpan
hankan homeostasis. balik negatif pelepasan renin. Sistem renin,angiotensin meng-
Reabsorpsi natrium di tempat ini diatur oleh aldosteron, atur reabsorpsi natrium tubulus dengan perangsangan lang-
yang sekresinya ditentukan oleh sistem renin-angiotensin dan sung reabsorpsi natrium di tubulus proksimalis.oleh angio-
sedikit dipengaruhi oleh keseimbangan kalium (Gb. 47-3). Se- tensin II dan oleh stimulasi sekresi aldosteron oleh angiotensin
panjang tubulus distalis dan koligentes, natrium direabsorbsi IL Aldosteron, suatu mineralokortikoid yang diproduksi oleh
melalui gradien konsentrasi yang tinggi dari lumen ke plasma. kelenjar adrenal merupakan promotor penting reabsorpsi na-
Namun, bila dibandingkan dengan pada tubulus proksimalis trium pada tubulus kontortus distalis akhir dan duktus koligen-
dan lengkung Henle, kapasitas total reabsorpsi natrium lebih tes. Dengan meningkatkan reabsorpsi natrium, aldosteron juga
terbatas. Bila beban natrium yang mencapai tubulus distalis meningkatkan sekesi kalium dan kehilangan kalium dari urin.
meningkat bermakna, reabsorpsi tidak meningkat sebanding, Secara umum, aktivasi sistem renin-angiotensin meningkatkan
sehingga beban tambahan akan diekskresi dalam urin. reabsorpsi natrium di tubulus, dan mengakibatkan penurunan
Pada keadaan sehat, kurang da:.i lVo natrium yang difiltrasi ekskresi natrium urin. Dalam keadaan perluasan volume ek-
secara normal akan diekskresi dalam urin. Meskipun demiki- straseluler atau kelebihan natrium plasma, sistem renin-angio-
an, untuk mempertahankan keseimbangan natrium, jumlah ini tensin ditekan dan ekskresi natrium urin meningkat.
dapat ineningkat sampai lOVo atau lebih sebagai reaksi terha- Peptida natriuretik atrium (PNA) (Atrial natriuretic pep-
dap masukan natrium yang tinggi, dan turun sampai sangat tide), adalah suatu hormon peptida diuretik dan natriuretik
rendah sebagai reaksi.terhadap pengurangan natrium dari ma- kuat yang diproduksi dan disimpan dalam miosit atrium. Or-
kanan. Fleksibilitas yang cukup besar ini mencegah terjadinya gan sasaran PNA adalah ginjal, yaitu dengan meningkatkan
keseimbangan natrium positif atau negatif pada keadaan ber- ekskresi air dan natrium. Peptida natriuretik atrium dilepaskan
fluktuasinya masukan natrium. Meskipun demikian, diperlu- ke sirkulasi dari tempat asalnya di jantung pada keadaan
kan waktu sekitar tiga hari untuk mencapai keadaan keseim- ekspansi volume cairan ekstraseluler dan akibat peregangan
bangan baru setelah ada perubahan besar dalam masukan na- atrium jantung. Kerja peptida natriuretik atrium terhadap
trium. ekskresi natrium dan air urin secara umum adalah mengan-
FAKTOR.FAKTOR YANG MENGATUR EKSKRESI NATRIUM. tagonis mekanisme penyimpanan air sistem renin-angiotensin.
Faktor penting yang mengatur pengelolaan natrium ginjal ada- Peptida natriuretik atrium merupakan pengatur penting peru-
lah sistem renin-angiotensin (lihat Gambar 47-3). Enzim pro- bahan vulume cairan ekstraseluler akut atau jangka pendek.
teolitik renin dilepaskan dari aparatus jukstaglomerular, yang Namun, peran peptida natriuretik atrium dalam pengaturan ho-
secara anatomis terdiri dari sel-sel khusus pada arteriola aferen meostasis natrium jangka panjang masih kurang jelas.
dan pada segmen tubulus distalis yang bersentuhan dengan ku- 'Gaya Starling pada ruang
interselular sel-sel tubulus prok-
tub vaskuler glomerulus, yang disebut makula densa. Sti- simalis dan ruang interstisial antara sel-sel tubulus dan kapiler
mulus pelepasan renin meliputi penurunan tekanan perfusi gin- peritubulus mempengaruhi gerakan solut dan air yang direab-
jal yang terdeteksi di arteriole aferen dan penurunan konsen- sorbsi ke kapiler peritubulus. Dalam keadaan normal, jumlah
trasi natrium khlorida atau pengalirannya ke makula densa. gaya Starling mendukung perpindahan solut dan air dari ruang
Angiotensin I dibentuk dari pemecahan substrat angioten- interstisial ke kapiler peritubulus. Solut dan air direabsorbsi
sinogen oleh renin. Angiotensin I diubah menjadi angiotensin kembali ke lumen tubulus melalui jalur paraselular bila ada
II oleh enzim pengubah spesifik. Angiotensin II, dengan gangguan keseimbangan normal gaya-gaya ini. Ekspansi cepat
47 I Natrium 241

volume cairan ekstraseluler meningkatkan tekanan hidrostatik Tabel 47-1 Penyebab Hipernatremia pediatrik
interstisial, mencegah reabsorpsi natrium dan meningkatkan
ekskresi naLrium urin.
KOND|S| PATOFISIOLOGIS, Perubahan patofisiologis kon-
sentrasi natrium serum tanpa kelebihan solid serum, seperti
hiperlipidemia atau hiperglikemia, biasanya diakibatkan peru-
bahan natrium atau air tubuh, atau kombinasi keduanya. Kon-
sentrasi natrium serum tidak selalu menggambarkan kandung-
an natrium tubuh total, seperti yang telah dijelaskan sebelum-
nya. Kelainan konsentrasi natrium serum tertentu harus di-
pahami dalam konteks pengaturan natrium dan air.
Hipernatremia. Hipernarremia (natrium serum 150 mEq/L)
disebabkan oleh kondisi-kondisi yang mengakibatkan masu-
kan natrium berlebihan, atau sebagai akibat kehilangan air tu-
buh yang lebih besar'dari kehilangan natrium. Hipernatremia
akibat masukan natrium berlebihan, atau kelebihan natrium
primer (Tabel 47-l), biasanya berhubungan dengan penyebab
iatrogenik seperti penggantian glukosa dengan NaCl untuk for-
mula bayi yang dipersiapkan sesuai dengan resep dasar, peng-
gunaan enema salin berlebihan, pemberian larutan salin
hipertonik intravena yang tidak tepat, dan NaCl yang diguna-
kan untuk merangsang muntah. Penyebab hipernatremia yang
lebih sering terjadi adalah yang disebabkan oleh defisit air
rentan terhadap hipernatremia jenis ini, yaitu individu dengan
primer (lihat Tabel 47-l), yaitu kehilangan air tubuh total me-
kelainan neurologi tidak dapat mengungkapkan rasa haus atau
lebihi kehilangan natrium.
mendapatkan air dan anak yang disiksa berat. Hambatan untuk
Diabetes insipidus (lihat Bab 46) disebabkan oleh salah
mendapatkan air terjadi pada anak-anak yang karena usia atau
satu dari dua kelainan mendasar pengaturan cairan ginjal. Dia-
keadaan cacat tidak dapat mendapatkan air sendiri.
betes insipidus sentral disebabkan oleh kelainan pelepasan
Hiponatremia. Hiponatremia (natrium serum <130 mEq/ L)
hormon antidiuretik ke sirkulasi. Kelainan pada diabetes in-
disebabkan oleh keadaan-keadaan yang menimbulkan defisit
sipidus sentral dapat terjadi pada produksi, transportasi, natrium primer mengakibatkan kehabisan natrium, peningkat-
penyimpanan atau pelepasan hormon antidiuretik. Setiap kon-
an air tubuh total dan kombinasi kelainan air dan natrium (Ta-
disi yang mengganggu sumbu osmoreseptor-hipotalamus- bel47-27.
hipofisis, seperti trauma, neoplasma atau kelainan sistem saraf
Defisit natrium primer menyangkut gangguan pengelolaan
pusat kongenital, mengakibatkan gangguan pelepasan hormon
natrium ginjal. Kehilangan natrium ginjal terjadi pada kea-
antidiuretik dan kehilangan air urin berlebihan. Diabetes insip-
daan-keadaan defek intrinsik pengaturan natrium ginjal. Bayi
idus nefrogenrt adalah suatu kelainan resesif terpaut seks yang
prematur dapat kehilangan natrium dari urin akibat imaturitas
drsebabkan oleh kelainan reseptor hormon antidiuretik di
kapasitas reabsorpsi natrium. Pembuangan garam ginjat aki-
membran sel tubulus. Pelepasan hormon antidiuretik pada pen-
bat anomali traktus urinarius kongenital, obstruksi, hipoplasi,
derita-penderita ini normal, tetapi sel-sel tubulus tidak dapat
displasi atau penyakit ginjal kongenital lainnya, seperti spons
berespon terhadap hormon antidiuretik. Kondisi ini telah tim-
medularis ginjal, mengakibatkan kehilangan natrium urin yang
bul pada waktu lahir, dan bila tidak diketahui dapat memba-
bermakna meskipun kadar natrium serum rendah. Insuffisiensi
hayakan jiwa atau mengakibatkan komplikasi serius. Episode
adrenal yang mengakibatkan defisiensi mineralokortikoid pa-
berulang hipernatremia berat dapat menimbulkan kerusakan
ling sering dijumpai pada anak-anak yang hiperplasi adrenal
sistem saraf pusat permanen.
kongenital. Kehilangan natrium dari ginjal juga terjadi pada
Gastroenteritis, biasanya terutama diare yang menyebab-
fase penyembuhan nekrosis tubulus akut dengan penggunaan
kan kehilangan sejumlah besar air tinja yang lebih besar dari-
diuretik jangka panjang dan akibat dari diuresis osmotik yang
pada jumlah kehilangan solut, merupakan penyebab hiperna-
menyertai diabetes melitus.
tremia yang paling sering terjadi pada anak-anak.
Kehilangan natrium dari luar ginjal sering menyertai kehi-
Ketidakade kuatan meny us ul harus dipikirkan bila dijumpai langan cairan gastrointestinal melalui kehilangan cairan naso-
neonatus dengan hipernatremia. Pada sebagian besar kasus, gastrik yang tidak diganti atau gastroenteritis. Gastroenteritis
konsentrasi natrium ASI tidak meningkat. Tetapi ada beberapa jenis ini, yang berhubungan dengan kehilangan cairan intesti-
laporan kasus hipernatremia yang berhubungan dengan pe- nal dan kehilangan natrium bermakna, biasanya meliputi mun-
ningkatan konsentrasi natrium ASI. Pada bayi yang sepe- tah dan diare. Hiponatremia yang diakibatkan oleh kehilangan
nuhnya normal, penurunan masukan air dari pasokan ASI yang natrium yang lebih besar daripada air akan lebih diperberat de-
tidak adekuat dan tidak'dapat mengimbangi kehilangan air ngan masukan minuman rendah solut.
mutlak akan mengakibatkan terjadinya hipernatremia. Penyebab tersering hiponatremia yang disebabkan oleh pe_
Membatasi masukan air dapat menimbulkan hipernatremia nurunan masukan natrium dari nutrisi adalah sindrom WIC.
bila masukan air dibatasi sampai sedemikian sehingga dilam- Intoksikasi air jenis ini dijumpai pada bayi kecil yang men_
paui oleh kehilangan air mutlak. Ada dua kelompok anak yang dapatkan sejumlah besar cairan yang mengandung natrium
242 BAGIAN VII I Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

Tabel 47-2 Penyebab Hiponatremia Pediatrik indeks terbaik massa seluler pada umur-umur yang berbeda.
Pada orang dewasa, 90% kalium tubuh total dapat dipertu-
karkan. Komponen-komponen yang dapat dipertukarkan meli-
puti kalium intraseluler (89,6V0) dan kalium ekstiaseluler:
plasma (0,4Vo) dan limfa interstisial (l,}Vo). Sisa (107o) ka-
lium tubuh total tidak dapat dipertukarkan dan berada padaja-
ringan ikat padat dan tulang rawan (0,4Vo), tulang (7,6V0) dan
sedikit sebagai kalium intraseluler (27o),
Konsentrasi kalium intraseluler sekitar 150 mEq/L air sel.
Konsentrasi kalium ekstraseluler (4 mEq/L) menimbulkan per-
bedaan konsentrasi yang tinggi antara kedua sisi membran sel.
Perbedaan kalium intraseluler dan ekstraseluler yang diperta-
hankan oleh aktivasi Na, K. ATPase, sangat penting untuk
mempertahankan perbedaan potensial membran istirahat antar
sisi membran sel. Kalium sangat penting untuk eksitabilitas
sel-sel sarafdan otot, dan untuk kontraktilitas otot polos, rang-
ka dan jantung. Karena kontribusi osmotik intraselulernya, ka-
lium juga penting untuk mempertahankan volume sel.
PENGATURAN KALIUM. Kalium ada dalam jumlah yang
konstan pada hampir semua jaringan binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Konsumsi kalium harian yang disarankan adalah l-
2 mEqikg berat badan, tetapi masukan dapat sangat bervariasi.
Kalium diabsorbsi relatif lengkap di saluran pencernaan bagi-
an atas. Disebelah distalnya, kalium tubuh ditukar dengan na-
trium dari lumen usus sebelah bawah.
Ada dua jenis mekanisrne yang berperan dalam homeosta-
sis kalium. Kedua mekanisme ini mempertahankan diferensial
konsentrasi kalium intraseluler dan menyesuaikan dengan ma-
sukan kalium harian, terutama dengan mengatur ekskresi ka-
lium ginjal. Beban kalium akut memerlukan mekanisme eks-
trarenal yang berkembang baik untuk mencegah terjadinya
hiperkalemia berat dan untuk menghindari toksisitas kalium.
Pada 4'6 jam pertama setelah pemberian beban kalium, hanya
setengahnya yang diekskresi di ginjal. Sebagian kalium disek-
resi ke traktus intestinal. Lebih dari 40Vo ditranslokasikan ke-
saude,rr seperti sindroma nefrotik dan sirosis. Pada keadaan dalam sel, terutama sel hati dan otot. Proses ini merupakan
ini, air berpindah dari plasma ke ruang interstisial, sehingga mekanisme perlindungan penting dan diatur oleh insulin dan
merangsang haus dan pelepasan ADH, mengakibatkan retensi
epinefrin, yang meningkatkan masukan kalium kedalam sel.
air dan natrium. Retensi air yang dihasilkan lebih besar dari- Efek katekolamin tampaknya ditengahi oleh reseptor p. Rang-
pada retensi natriumnya, sehingga terjadi hiponatremia. Gagal
sangan terhadap reseptor cr-adrenergik mengganggu pem-
jantung mengaktivasi mekanisme penyimpanan air dan na-
buangan beban kalium akut ekstrarenal.
trium yang serupa, tetapi tekanan on-kotik plasma tetap nor- Aldosteron memegang peranan kunci pada pengelolaan ka-
mal. lium di ginjal dan diluar ginjal. Tempat aksi utama diluar gin-
jal mungkin adalah traktus gastrointestinal, meskipun aldos-
teron juga mempengaruhi transpor kalium otot. Glukokorti-
koid mungkin juga berperan penting terhadap homestasis ka-
t Bne 48 lium di luar ginjal. Infus glukagon menyebabkan hiperkalemia
sementara, tetapi perannya dalam pengaturan kalium tidakjelas.
Keseimbangan asam-basa mempengaruhi pergerakan ka-
Kalium lium intraseluler. Asidosis sistemik mengakibatkan gerakan
kalium keluar dari sel; alkalosis memberi efek yang berlawan-
an. Untuk setiap 0,1 unit perubahan pH darah, konsentrasi ka-
lium plasma berubah 0,3-1,3 mEq/L ke arah yang berla-
wanan. Perubahan ini tergantung pada berbagai faktor. Misal-
KANDUNGAN DAN DISTRIBUSI KALIUM TUBUH. Kandungan nya, peningkatan kalium serum yang menyertai asidosis respi-
kalium tubuh, kation intraseluler utama, berhubungan erat de- ratorik jauh lebih sedikit daripada pada asidosis metabolik.
ngan massa tubuh tanpa lemak. Karena kalium terutama terle- Keseimbangan kalium kronis terutama diatur oleh ginjal,
tak intraseluler (lihat Gb.46-3), perubahan kandungan kalium yang dapat mengatur jumlah kalium yang diekskresi dalam
tubuh yang terjadi bersama dengan pertumbuhan meru- pakan rentang yang lebar. Dalam keadaan normal, laju ekskresi ka-
48 I Kalium 243

lium dalam urin sekitar l0-lS%o dari yang difiltrasi. Dengan Kandungan kalium keringat yang dalam keadaan normal
pemberian sejumlah besar kalium, ekskresi dalam urin mung- adalah 10-25 mEq/L, ditingkatkan oleh mineralokortikoid dan
kin lebih dari dua kali lipat jumlah yang difiltrasi di glome- dapat meningkat pada kasus-kasus hiperaldosteronisme dan
rulus. Sebaliknya, konsentrasi dalam urin dapat diturunkan pada kistik fibrosis. Kehilangan kalium dengan cara ini biasa-
menjadi sangat rendah bila diperlukan penyimpanan kalium. nya tidak bermakna, bahkan pada keadaan sakit .sekalipun.
Pada orang dewasa, laju ekskresi kalium urin dapat berkisar KONDISI PATOFISIOLOGI. Konsekuensi hiperkalemia. Kon-
antara kurang dari 5 mEq sampai 1.000 mEq/24 jam, tergan- sekuensi utama hiperkalemia berasal dari efek neuromusku-
tung jumlah masukan kalium. larnya. Hiperkalemia menurunkan potensial transmembran ke
Kalium difiltrasi bebas di glomerulus. Konsentrasinya se- nilai ambang, menyebabkan tertundanya depolarisasi, diperce-
panjang tubulus kontortus proksimalis sama dengan pada patnya repolarisasi dan perlambatan kecepatan konduksi.
plasma, menunjukkan bahwa reabsorpsi kalium pada segmen Akan terjadi parastesia diikuti kelemahan dan akhirnya para-
nefron ini bebanding dengan pada air, yaitu 60Vo atau lebih ka- lisis flaksid bila tidak segera diberikan pengobatan. Jantung
lium yang difiltrasi diabsorbsi kembali. Konsentrasi kalium me- terutama sangat peka terhadap hiperkalemia. Elektrokardio-
ningkat di lengkung Henle. Namun, saat cairan tubulus menca- gram secara khas menunjukkan gambaran gelombang T tinggi.
pai pangkal tubulus kontortus distalis, konsentrasi kaliumnya Pemanjangan interval PR dan pelebaran kompleks QRS timbul
lebih rendah daripadaplasma. Dan jumlah kalium yang dihan- kemudian dan merupakan petanda tak menyenangkan karena
tarkan ke segmen nefron sebelah distalnya kurang dari l)Vo sering mendahului terjadinya fibrilasi ventrikel. Karena rang-
beban filtrasi. Tubulus distalis dan duktus koligentes mempu- kaian kejadian kardiotoksik sering dengan cepat menjelek,
nyai kemampuan ganda mensekresi dan mereabsorbsi kalium. hiperkalemia harus diperlakukan sebagai kegawatdaruratan.
Dalam kondisi konservasi kalium maksimum, reabsorpsi medis (Bab 388).
terus menerus terjadi di tubulus distalis. Bila masukan dari Penyebab Hiperkalemia, Hiperknlemia dengan kadar ka-
makanan normal atau bila ekskresi meningkat karena alasan lium serum 5,5 mEq/L atau lebih (harga normal kalium serum
lain, sekresi kalium terjadi di tubulus distalis dan mungkin di bervariasi menurut umur), dapat disebabkan oleh peningkatan
duktus koligentes. Mekanisme utama yang mengatur kontrol yang sangat ringan kalium total tubuh. Peningkatan akut ma-
ginjal terhadap homeostasis kalium adalah sekresi kalium pada sukan kalium biasanya melalui pemberian parenteral, dapat
segmen nefron ini. Mekanisme seluler sekesi kalium di nefron mengakibatkan hiperkalemia, meskipun biasanya bersifat se-
distal diatur oleh beberapa faktor yang secara klinis berhu- mentara. Karena ginjal mempunyai kapasitas besar untuk
bungan. Peningkatan kalium plasma merangsang sekresi ka- mengekskresi kelebihan kalium dan mencegah hiperkalemia,
lium di sel tubulus, sedangkan penurunan kalium plasma kelainan elektrolit ini paling banyak dijumpai bila ada ganggu-
menghambat sekresi tubulus. an mekanisme ekskresi ginjal. Hal ini dapat terjadi pada gagal
Aldosteron merangsang sekresi kalium dalam tubulus me- ginjal akut maupun kronis,'pada insufisiensi adrenal, pada hi-
lalui suatu seri kegiatan intraseluler dalam sel tubulus, ter- poaldosteronisme hiporeninemik, dan pada penggunaan diu-
masuk peningkatan permeabilitas membran lumen terhadap retik hemat kalium.
kalium. Sekresi aldosteron dirangsang oleh peningkatan ka- Sumber kalium meliputi penggunaan garam kalium peni-
lium dan angiotensin II plasma (lihat Gb. 47-3). Peptida na- silin (1,7 mEq/L juta unit) dan pengganti garam pada penderi-
triuretik atrium (PNA) dan kalium plasma yang rendah meng- ta dengan diet rendah garam. Kerusakan jaringan akut, seperti
hambat sekrcsi aldosteron. Peningkatan kecepatan aliran tubu- akibat trauma, pembedahan besar, luka bakar dan lisis sel aki-
lus melalui. segmen nefron pensekresi kalium akibat pema- bat pemakaian khemoterapi, dapat melepaskan sejumlah ka-
kaian diuretik atau peningkatan volume ekstraseluler, me- lium ke cairan ekstraseluler cukup untuk menyebabkan hiper-
rangsang sekresi kalium. kalemia. Peningkatan kalium serum juga dapat rerjadi akibat
Status asam-basa, yang mempengaruhi konsentrasi kalium redistribusi kalium transeluler, yang dapat dilihat pada asido-
seluler, juga mengatur pengelolaan kalium tubulus. Alkalosis sis metabolik dan menjelang kematian atau pada penderita
merangsang dan asidosis menghambat sekreii. Penirigkatan yang sakit sangat berat. Obat-obat tertentu dapat meningkat-
konsentrasi natrium cairan, seperti yang diakibatkan oleh diu- kan ka-dar kalium serum dengan mekanisme yang serupa.
retik, merangsang sekresi kalium. Diuretik dapat merangsang Suksinil-kolin menghambat repolarisasi membran yang me-
sekresi kalium ginjal dan kehilangan kalium urin dengan me- merlukan masukan kalium seluler. Kelebihan dosis digitalis
ningkatkan kecepatan aliran cairan tubulus dan dengan me- berat dapat menyebabkan hiperkalemia berat, mungkin dengan
ningkatkan konsentrasi natrium tubulus. Sebagian besar menghambat pertukaran natrium-kalium oleh membran sel.
kalium pada hasil akhir urin mungkin berasal dari sekresi tu- Karena kadar kalium intraseluler 30 kali lebih tinggi dari-
bulus dan bukannya dari filtrasi glomerulus. pada pada cairan ekstraseluler, lisis sel-sel darah merah selama
Kalium juga dibuang di tinja dan keringat. Pertukaran ka- pengambilan atau pengelolaan sampel darah atau lepasnya ka-
lium plasma dengan natrium di lumen kolon membantu kon- lium dari ffombosit pada proses pengentalan dapat mengaki-
scrvasi natrium dan membuat kolon berperan dalam homeosta- batkan pseudohiperkalemia, yaitu terdeteksinya peningkatan
sis kalium. Namun, walaupun pada keadaan beban kalium kro- kadar kalium serum oleh laboratorium.
nis, kalium tinja hanya menyusun sebagian kecil jumlah total Konsekuensi Hipokalemia. Meskipun tidak mungkin mem-
kalium yang diekskresi. Kolon manusia berespon terhadap perkirakan derajat kehilangan kalium tubuh secara akurat de-
mineralokortikoid dengan menurunkan kandungan natriirm ngan cara mengukur kalium serum, penurunan konsentrasi ka-
dan meningkatkan kandungan kalium tinja. Glukokortikoid lium serum 1 mEq/L akibat kehilangan kalium biasanya se-
mempunyai efek yang serupa. banding dengan kehilangan sekitar l0-30Vo kalium tubuh. Ba-
244 BAGIAN VII a Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

nyak penderita yang dapat mentoleransi kehilangan sebesar ini krinopati seperti sindrom Cushing, aldosteronisme primer dan
tanpa gejala. Kecepatan perubahan kadar kalium dan besarnya tirotoksikosis, serta pada ketoasidosis diabetes, sindrom Bart-
kehilangan mungkin mempengaruhi beratnya gejala yang timbul. ter dan defisiensi magnesium.
Hubungan antara konsentrasi kalium intraseluler dan eks- Kehilangan diluar ginjal dapat berasal dari usus (misalnya
traseluler sangat menentukan fungsi sel. Depolarisasi mem- diare, katarsis kronis, enema berulang, muntah-muntah berke-
bran, suatu proses yang bertanggung jawab untuk memulai panjangan, drainase biliaris, fistula enterokutan, atau dari ku-
kontraksi otot, memerlukan'aliran cepat natrium kedalam sel, lit, bila berkeringat berlebihan. Pergerakan kalium kedalam sel
diikuti aliran keluar kalium yang sebanding. Proses ini dibalik pada saat koreksi asidosis metabolik, misalnya, dapat menga-
pada saat repolarisasi. Pada hipokalemia, rasio konsentrasi ka- kibatkan hipokalemia. Begitu pula pada paralisis periodik hi-
lium intraseluler dan ekstraseluler akan meningkat. Gradien pokalemik familial, suatu kelainan yang jarang didapatkan,
elektris potensial transmembran akan meningkat sehingga ada yang mana episode paralisis biasanya disertai hipokalemia be-
pelebaran diferensial antara potensial istirahat dan eksitasi, rat dan mendadak, disebabkan oleh pergerakan kalium ke ru-
yang akan mengganggu formasi impuls, penyebaran (propa- ang tubuh ekstravaskuler (lihat Bab 562.1).
gasi) dan kontraksi otot. Hipokalemia mengakibatkan perubah- Bila asal kehilangan kalium tidakjelas, pengukuran kalium
an fungsional otot rangka, otot polos dan jantung. Manifestasi urin dapat membantu. Konsentrasi dalam urin 15 mEq/L atau
jantung hipokalemia yang paling mudah dilihat adalah peru- kurang, menunjukkan bahwa ginjal mengkonservasi kalium
bahan elektrokardiografi, termasuk pemanjangan interval QT dan kehilangan diperkirakan berasal dari sumber di luar ginjal.
dan perataan gelombang T.
Hipokalemia juga dapat mengakibatkan gejala neurologis
berat, termasuk insufisiensi autonomik, yang bermanifestasi
sebagai hipotensi ortostatik, tetani dan penurunan eksitabilitas
neuromuskuler, Yang terakhir ini akan mengakibatkan kele-
mahan dan penurunan motilitas usus. Kelemahan merupakan
I Bes 49
manifestasi dini, biasanya dijumpai pertamakali pada otot-otot
ekstremitas sebelum timbul pada otot-otot tubuh dan respirasi.
Klori.da
Dapat terjadi arefleksia, paralisis dan kematian akibat kegagal-
an otot-otot pernafasan.
Ileus paralitik dan dilatasi lambung menunjukkan adanya KANDUNGAN DAN DISTRIBUSI KLORIDA TUBUH. Klorida
disfungsi otot polos. Hipokalemia mempengaruhi metabolisme merupakan anion utama cairan ekstraseluler (Gb. 46-3). Se-
protein dan menurunkan pelepasan hormon pertumbuhan, bagian besar klorida tubuh total terletak ekstraseluler, klorida
memperberat terjadinya gangguafl pertumbuhan pada anak plasma I 3,6Vo, limfa intersti sial 37,3 Vo, j arin gan ikat padat dan
penderita hipokalemia kronis, terutama pada sindrom Bartter. kartilago l7Vo, tulang 15,2Vo dan cairan transeluler 4,5%. Se-
Rhabdomiolisis merupakan komplikasi dramatik hipokalemia. bagian kecll (l2,4%o) berada intraseluler. Klorida dapat diper-
Pada ginjal, defisiensi kalium mengakibatkan perubahan tukarkan relatif konstan tiap kilogram berat badan pada
vakuolar epitel tubulus. Bila berlangsung lama, akan mengaki- berbagai usia. Rendahnya konsentrasi klorida dalam sel diatur
batkan nefrosklerosis dan fibrosis interstitial, suatu lesi pato- oleh dua mekanisme membran sel aktif. Pertukaran bikar-
logis yang tidak dapat dibedakan dari pielonefritis kronis. Ke- bonat-klorida timbal balik (resiprokal) sensitif terhadap peru-
mampuan ginjal mengkonsentrasi atau mengencerkan urin ber- bahan pH intraseluler. Bila pH intraseluler meningkat, bikar-
kurang, menimbulkan poliuria dan polidipsia. Peningkatan bonat sel bertukar dengan klorida ekstraseluler, mengem-
reabsorpsi bikarbonat dan sekresi ion hidrogen mengakibatkan balikan pH ke normal. Pengeluaran klorida dari sel terutama
alkalosis sistemik. Kehilangan kalium eksternal juga akan dicapai dengan tingginya gradien kalium antar kedua belah
mengakibatkan pergerakan kalium cairan intraseluler ke cairan sisi membran sel. Potensial membran, yang ditimbulkan oleh
ekstraseluler. Kalium intraseluler digantikan sebagian oleh na- tingginya konsentrasi kalium intraseluler, juga mengeluarkan
trium, ion hidrogen, dan asam amino dua basa. Bila perubahan klorida dari sel secara pasif melalui kanal transpor selektif an-
tersebut berat, asidosis intraseluler sel-sel tubulus ginjal dapat ion atau ko-transpor kalium-klorida aktif.
mengakibatkan pertukaran besar-besaran hidrogen intraseluler PENGATURAN KLORIDA. Masukan dan keluaran klorida
dengan natrium cairan tubulus distalis, mengakibatkan asi- biasanya paralel dengan natrium, tetapi masukan klorida, kehi-
duria, dengan peningkatan ekskresi ammonia urin dan alkalo- langan abnormal di luar ginjal serta ekskresi ginjal dapat ter-
sis sistemik. jadi tanpa tergantung pada natrium. Pergantian harian klorida
Penyebab Hipokalemia. Kalium tubuh total yang sangat ren- tinggi, konservasi klorida ginjal sangatlah baik akibat regulasi
dah terjadi pada berbagai keadaan sakit, seperti distrofi otot, ginjal yang efisien. Di tubulus proksimal, sebagian tertentu
yang cutandai dengan penurunan massa otot. Kelainan ini tidak (60-70Vo) beban filtrasi klorida diabsorbsi kembali, berkaitan
selalu harus disertai hipokalemia. Kadar kalium serum yang erat dengan reabsorpsi natrium (lihat Gb. 47-2). Reabsorpsi
rendah dapat disebabkan oleh masukan rendah berkepanjang- klorida di tubulus proksimal berpasangan dengan natrium, dan
an, oleh peningkatan ekskesi di ginjal atau oleh peningkatan pada bagian berikutnya, klorida merupakan anion yang lebih
kehilangan ekstra renal. Kehilangan dari ginjal dapat mening- diutamakan untuk kotranspor natrium. Karena adanya meka-
kat akibat penggunaan diuretik, termasuk diuretik osmotik dan nisme kotranspor ini, setiap perubahan reabsorpsi natrium di
inhibitor karbonat anhidrase, akibat defek tubulus seperti asi- tubulus proksimalis mempengaruhi pengelolaan klorida di tu-
dosis tubulus ginjal, akibat gangguan asam-basa, akibat endo- bulus proksimalis.
49 I Klorida 245

Pada cabang asendens tebal lengkung Henle, 20-30Vo be- untuk reabsorpsi natrium. Makin sedikit klorida yang tersedia
ban klorida direabsorbsi, terkait erat dengan natrium melalui di cabang asenden tebal menurunkan jumlah natrium yang di-
suatu mekanisme khusus. Pergerakan keluar natrium dan klo- reabsorbsi. Makin tingginya natrium yang sampai ke nefron
rida dari lumen ke sel-sel tubulus didorong oleh transpor aktif, distal meningkatkan pertukaran ion hidrogen dan kalium. Me-
Reabsorpsi pada segmen ini ditengahi oleh sistem transpor kanisme yang serupa membuat klorida mempertahankan kon-
membran protein "symport" yang memasangkan gerakan satu disi alkalosis metabolik.
ion natrium, dua ion klorida dan satu ion kalium. Diuretik Pemberian klorida diperlukan untuk mengkoreksi sebagian
lengkung, seperti furosemide, menghambat protein "symporf, besar kasus alkalosis metabolik tanpa memperhatikan ada ti-
ini meniadakan reabsorpsi natrium dan klorida di cabang asen- daknya defisiensi kalium yang menyertai. Pada kasus-kasus
dens tebal. defisiensi kalium, harus diberikan kalium dan klorida sebelum
Hampir semua sisa beban filtrasi klorida direabsorbsi di tu- defisiensi kalium dapat dikoreksi, Pengelolaan penderita al-
bulus distalis dan duktus koligentes. Klorida mempunyai pe- kalosis metabolik dengan kalium atau natrium klorida, tergan-
ran yang sangat penting dalam pengelolaan ion natrium, ka- tung mana yang sesuai, mengakibatkan ekskresi cepat bikar-
lium dan hidrogen tubulus di segmen ini karena merupakan bonat ke urin dan mengkoreksi alkalosis.
satu-satunya anion yang dapat direabsorbsi pada keadaan nor- Hipokloremia juga dapar disebabkan oleh masukan klorida
mal. Reabsorpsi klorida pada bagian nefron ini melibatkan tidak adekuat yang berkepanjangan. Bayi yang diberi formula
kombinasi kompleks pasangan natrium-klorida oleh suatu pro- PASI kurang klorida selama beberapa bulan mengalami keku-
tein "symporter", suatu protein "antiporter" yang mempermu- rangan klorida tubuh secara kronis, hipokloremia berat (kadar
dah pertukaran klorida-bikarbonat dan sejumlah besar transpor natrium serum biasanya tetap normal), alkalosis metabolik hi-
transeluler klorida melalui niekanisme yang belum sepenuh- pokalemik berat, kurang nafsu makan, kegagalan pertumbuh-
nya dimengerti. Gambaran klinis yang relevan dengan penge- an, kelemahan otot dan lethargi. Meskipun penambahan klo-
lolaan klorida di tubulus distalis dan duktus koligentes meli- rida pada diet dengan cepat mengembalikan kelainan elektrolit
puti perlunya reabsorpsi natrium bersifat elektroneutral, se- menjadi normal kembali, sekuele jangka panjang mungkin te-
hingga natrium harus ditukarkan dengan kalium atau ion hi- lah terjadi, termasuk gangguan pola perilaku.
drogen atau dikotransportasi dengan klorida. Hiperkloremia. Hiperkloremia dapar rerjadi bila klorida di-
Pentingnya partisipasi pengelolaan klorida setelah tubulus konservasi di ginjal melebihi natrium dan kalium atau terben-
proksimal ditunjukkan pada keadaan defisiensi klorida, yang tuknya urin basa selama ginjal mengkoreksi alkalosis. pe-
paling sering disebabkan oleh diet yang terlalu membatasi ma- ningkatan reabsorpsi fraksional klorida di tubulus ginjal prok-
sukan natrium klorida dan penggunaan diuretik berkepanjang- simal pada asidosis tubulus ginjal distal juga mengakibatkan
an. Klorida dalam jumlah dibawah normal dari tubulus proksi- hiperkloremia. Larutan asam amino dini yang digunakan un-
mal mencapai cabang asenden tebal. Karena sifat khusus tuk alimentasi parenteral jug.a mengandung klorida berlebihan,
protein kotranspor, lebih sedikit klorida dalam segmen tubulus sehingga pemberiannya mengakibatkan asidosis hiperklore-
mengakibatkan lebih sedikit reabsorpsi natrium. Lebih banyak mik. Penggantian dengan asetat secara umum dapat mengatasi
natrium yang sampai ke tubulus distalis dan duktus koligentes masalah ini. Hiperkloremia juga dapat terjadi bila sejumlah
akan meningkatkan reabsorpsi natrium, yang kemudian akan besar cairan parenteral yang mengandung klorida, seperti ga-
meningkatkan pertukaran kalium dan ion hidrogen, mengaki- ram fisiologis (saline) normal dan larutan Ringer laktat, diberi-
batkan peningkatan kehilangan melalui kencing dan menim- kan pada saat resusitasi cairan akut.
bulkan hipokalemia dan alkalosis dengan hipokloremia. Kesenjangan (Gap) Anion. Pengukuran kadar klorida serum
KONDISI PATOFISIOLOGI. Pada sebagian besar situasi kli- perlu untuk menentukan kesenjangan anion penderita. Kon-
nis, pertukaran konsentrasi klorida dalam darah paralel dengan sentrasi kation serum terbanyak (yaitu natrium) lebih besar da-
natrium. Hipokloremia dan hiperkloremia biasanya disertai de- ripada jumlah kedua anion serum terbanyak (yaitu klorida dan
ngan hiponatremia dan hipernatremiayang sebanding. Hal ini bikarbonat). Perbedaannya disebut kesenjangan anioni kesen-
paling sering terjadi pada penderita dehidrasi akibat diare. Ka. jangan anion = [Na] - ([HCOr] + [ Cl]). Harga normalnya se-
dang-kadang, perubahan konsentrasi klorida tidak disertai oleh kitar 12 mEq/L (berkisar antara 8-16 mEq/L). Kesenjangan
perubahan konsentrasi natrium yang sebanding. anion berasal dari efek konsentrasi kombinasi anion tidak diu-
Hipokloremia. Hipokloremia sering dijumpai pada alkalosis kur, seperti fosfat, sulfat, protein dan asam organik, yang me-
metabolik. Meskipun klorida tidak secara langsung terlibat da- lebihi kation tidak diukur, rerutama kalium, kalsium dan
lam pengaturan konsentrasi ion hidrogen bebas, tetapi dia ber- magnesium. Menghitung kesenjangan anion memungkinkan
peran penting dalam menimbulkan dan mempertahankan deteksi konsentrasi abnormal anion atau kation tidak diukur.
alkalosis metabolik. Kekurangan klorida sebagai penyebab al- Kondisi abnormal dengan kesenjangan anion normal ter-
k.losis metabolik terjadi bila kehilangan klorida tubuh me- jadi pada asidosis metabolik akibat asidosis tubulus ginjal atau
lebihi kehilangan natrium. Contohnya adalah kehilangan dari kehilangan bikarbonat dari tinja. Reabsorpsi fraksional klorida
usus akibat muntah atau drainase lambung, dan pada diare meningkat karena dia menjadi anion dominan yang tersedia
klorida, suatu kelainan kongenital yang jarang terjadi, dimana untuk menyertai reabsorpsi natrium tubulus bila konsentrasi
terjadi defek transpor klorida usus, serta kistik fibrosis. Kehi- bikarbonat plasma turun. Dalam plasma, dengan penurunan bi-
langan klorida urin dapat melebihi natrium pada saat koreksi karbonat pada asidosis jenis ini, klorida akan meningkat, se-
asidosis metabolik dan pada defisiensi kalium. hingga jumlah anion plasma tetap normal.
Penurunan beban filtrasi klorida meningkatkan reabsorpsi Peningkatan kesenjangan anion pada gagal ginjal adalah
di tubulus proksimal, karena dia menjadi anion yang dominan akibat peningkatan konsentrasi fosfat dan sulfat, peningkatan
246 BAGIAN Vll a Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

B-hidroksibutirat dan asetoasetat pada ketoasidosis diabetes, dapat dipakai di klinis bila status asam basa penderita diketa-
peningkatan laktat pada asidosis laktat; peningkatan asam or- hui dan dengan mengasumsikan bahwa setiap penurunan lgl
ganik belum teridentifikasi pada koma hiperglikemia nonketo- dL konsentrasi albumin serum menurunkan ikatan, dan kare-
tik dan peningkatan berbagai asam organik pada kelainan nanya menurunkan kalsium serum total I mg/dl-.
metabolisme asam amino. Peningkatan kesenjangan anion juga
PENGATURAN KALSIUM. Pengaturan homeosrasis kalsium
dapat terjadi setelah pemberian sejumlah besar penisilin. Pe-
keseluruhan ditentukan oleh suatu sistem kompleks meliputi
ningkatan kesenjangan anion disebabkan oleh produksi gliko-
absorpsi intestinal, ekskesi ginjal dan pengaturan hormonal
lat setelah menelan etilen glikol, oleh produksi formiat setelah
proses-proses tersebut. Ada dua variabel penting untuk mem-
menelan metanol dan oleh anion salisilat setelah keracunan
pertahankan homeostasis kalsium: kalsium tubuh total, yang
salisilat, serta oleh berbagai anion organik akibat tidak menga-
terutama ditentukan oleh jumlah kalsium yang diabsorbsi di
lami fosforilasi oksidatif.
traktus intestinal dan jumlah kalsium yang diekskresi di ginjal,
Penurunan kesenjangan anion lebih jarang terjadi. Keadaan
serta distribusi kalsium antara tulang dan kompartemen ekstra-
ini dapat dijumpai pada sindroma nefrotik yang disebabkan
seluler yang terutama ditentukan oleh keseimbangan pengatur-
oleh penurunan konsentrasi albumin yang bersifat anionik
an hormonal.
pada pH 7,4, setelah menelan lithium, dengan lithium sebagai
kation tidak diukur; dan pada mieloma multipel, akibat adanya Kandungan kalsium tubuh terutama diatur oleh absorpsi
protein kationik. kalsium di traktus intestinal. Masukan harian dari makanan
yang disarankan adalah 360 mg pada 6 bulan pertama kehi-
dupan, 540 mg pada 6 bulan berikutnya, 800 mg usia l-10 ta-
hun, dan 1.200 mg pada usia 11-18 tahun. Produk susu meru-
pakan sumber utama terpenting. Kalsium diet diabsorbsi se-
I Bee 50 panjang usus halus, terutama di duodenum dan pangkal jeju-
num oleh suatu mekanisme transpor aktif yang diperantarai
penyandang dan dirangsang oleh 1,25-dihidroksivitamin D3.
Kalsium Dipostulasikan bahwa hipokalsemia merangsang pelepasan
hormon paratiroid (HPT), yang meningkatkan perubahan 25-
hidroksivitamin D3 ke bentuk yang secara biologis lebih aktif,
KALSIUM TUBUH. Pada semua tahap kehidupan, gg%o kal- yaitu derivat 1,25.
sium tubuh terdapat di tulang. Karena tulang bayi lebih reng- Efisiensi absorpsi kalsium makanan dalam usus meningkat
gang mineralisasinya daripada tulang dewasa, kandungan pada keadaan masukan rendah kalsium pada anak yang sedang
kalsium tubuh bayi dan dewasa s4ngatlah berbeda, sekitar 400 tumbuh, kehamilan dan selama kekurangan simpanan kalsium
mEq/kg berat badan pada bayi, dan 950 mEqlkg berat badan tubuh. Mekanisme yang bertanggung jawab terhadap adaptasi
pada dewasa (lihat Bab 43, 44 dan 45). ini tidak diketahui. Pemberian vitamin D dan HPT juga me-
Pada keadaan normal, kandungan kalsium ekstraseluler ningkatkan absorpsi kalsium; HPT mungkin bekerja dengan
berada dalam kondisi yang relatif tetap meskipun dapat de- pengaruhnya terhadap metabolisme vitamin D.
ngan bebas bertukar dengan cadangan di tulang yang sangat Peningkatan absorpsi yang mengakibatkan hiperkalsemia
besar. Konsentrasi kalsium serum juga dipertahankan dalam terjadi pada sarkoidosis, karsinomatosis, dan mieloma multi-
batas-batas yang sempit, sekitar 2,5 mM/I- (l0mg/dl-). Sekitar pel. Penurqnan absorpsi kalsium terjadi pada adanya fitat, ok-
40Vo terlkat protein, dan sisa 60Vo lainnya dalam bentuk salat dan sitrat saluran cerna yang membentuk kompleks
ultrafiltrasi (Tabel 50- I ). Karena 1 g albumin mengikat 0,8 mg kalsium makanan; pada peningkatan motilitas lambung dan
kalsium, sedangkan I g globulin hanya mengikat 0,16 mg, pada pengurangan panjang usus; serta pada kekurangan prote-
maka 80-90Vo kalsium terikat berikatan dengan albumin, Pe- in, yang dapat mengakibatkan defisiensi protein pengikat kal-
nurunan konsentrasi albumin serum menurunkan penurunan sium di mukosa usus. Sebagian kalsium rJisekesi ke lumen
kadar kalsium serum total. Dari kalsium yang berbentuk usus, tetapi proses ini mungkin tidak berhubungan dengan rne-
ultrafiltrasi, l4Vo.dalam bentuk kompleks dengan anion, seper- kanisme pengaturan.
ti fosfat dan sitrat, sedangkan 46Vo sisanya (1,2 mM/I- atau 4,8 Ekskresi kalsium ginjal menyesuaikan dengan absorpsi in-
mg/dl-) dalam bentuk ion kalsium bebas (lihat Tabel 50-1). testinum untuk mempertahankan keseimbangan kalsium ke-
Kalsium terionisasi berada dalam keseimbangan dengan seluruhan. Kalsium plasma tidak terikat protein (yaitu kalsium
bentuk terikat protein. Perubahan aktivitas ion hidrogen dalam yang dapat berdifusi dan berultrafiltrasi), difiltrasi di glome-
plasma mengubah persentase kalsium yang terionisasi; misal-
rulus. Dalam keadaan normal, 99% kalsium yang difiltrasi di
nya, perubahan pH 0,1 unit mengubah konsentrasi kalsium ter- absorpsi kembali di tubulus, bentuk yang terionisasi lebih mu-
ionisasi 10%. Asidosis meningkatkan dan alkalosis menu-. dah ditransportasi daripada bentuk kompleks. Reabsorpsi ter-
runkan proporsi yang terionisasi. Bentuk kalsium terionisasi jadi sepanjang nelron, Reabsorpsi yang terjadi di tubulus
mempunyai arti fisiologis terpenting. Ion kalsium berperan proksimal (50-55V0) dan lengkung Henle (20-30V0), tampak-
penting dalam banyak proses biologi fundamental, termasuk nya setara dengan reabsorpsi natrium; faktor-faktor yang
pembentukan tulang, pembelahan dan pertumbuhan sel, koa-
mempengaruhi transpor salah satu kation ini juga mernpenga-
gulasi, kopel hormon respon, kopel respon stimulus listrik ruhi lainnya. Transpor kalsium di tubulus kontortus distalis
pada kontraksi otot dan pelepasan neurotransmitter. Meskipun (10-l5Eo) dan duktus koligentes (2-S%) dapat dipisahkan dari
konsentrasi kalsium terionisasi dapat diukur, perkiraan tertentu transpor natriurn, disinilah mungkin terjadi mekanisme yang
51 I Magnesium 247

TABEL 50-L Kadar Kalsium, Magnesium dan Fosfor keseimbangan antara deposisi dan mobilisasi kalsium tulang,
mengobati hipernatremia dengan cairan rendah kalium dapat
mengakibatkan hipokalsemia.
KONDISI PATOFISIOLO GlS. H ip okal s emia ber gejala dapat
disebabkan oleh rendahnya konsentrasi kalsium terionisasi
akibat defisiensi vitamin D, yang disebabkan oleh defisiensi
gizi, malabsorpsi atau metabolisme abnormal vitamin D.
Hipokalsemia juga bisa disebabkan oleh hipoparatiroidisme,
xpada
pseudohipoparatiroidisme, hiperfosfatemia, defisiensi magne-
pH 7 ,40 = 68Vo sebagai HPO+2-, l77o sebagai HPOa-
sium, dan pankreatitis akut. Karena asidosis meningkatkan dan
alkalosis menurunkan proporsi ion kalsium, hipokalsemia ber-
gejala dapat terjadi pada saat koreksi cepat atau koreksi berle-
bihan asidosis, atau pada alkalosis.
spesifik kalsiurik. Misalnya, diuretik thiazide menurunkan re-
Neonatus terutama rentan terhadap hipokalsemia yang me-
absorpsi natrium tubulus, menimbulkan natriuresis, namun
nyertai hipoparatiroidisme, metabolisme abnormal vitamin D,
bila diberikan dalamjangka panjang, diuretik ini akan mening-
masukan rendah kalsium atau masukan tinggi fosfat (lihat Bab
katkan reabsorpsi kalsium dan menurunkan ekskresi kalsium
82.2, 92, dan 527). Mineralisasi tulang sering tidak adekuat
urin. Reabsorpsi kalsium secara spesifik dirangsang oleh 1,25-
pada bayi berat badan lahir sangat rendah pada masa neonatus,
dihi-droksivitamin D3 di tubulus distalis.
meningkatkan insiden rakhitis radiologis dan fraktur. Lesi ini.
Hormon terpenting yang mengatur ekskresi kalsium ginjal
mungkin diakibatkan oleh ketidak cukupan masukan kalsium
adalah HPT. HPT dengan dramatis merangsang reabsorpsi kal-
dan fosfor pada masa pertumbuhan cepat pasca natal, dan
sium di cabang asenden tebal lengkung Henle dan di tubulus
mungkin tidak berespon pada metabolit vitamin D.
distalis. Bila HPT meningkat, kalsium urin turun, efek sebalik-
Penyebab hiperkalsemia meliputi hiperparatiroidisme pri-
nya terjadi bila kadar HPT turun. Penurunan volume ekstrase-
mer atau tersier, hipertiroidisme, intoksikasi vitamin D, immo-
luler dan alkalosis metabolik juga merangsang reabsorpsi
bilisasi, keganasan (terutama yang metastase ke tulang), peng-
kalsium tubulus dan menurunkan ekskresi kalsium urin.
gunaan diuretik thiazide, kelebihan kalsium dalam cairan nu-
Ekskresi kalsium urin juga ditingkatkan oleh banyak meka-
trisi parenteral total, sindroma alkali-susu dan sarkoidosis.
nisme tidak spesifik. Termasuk diantaranya adalah peningkat-
Bentuk idiopatik dapat terjadi pada bayi yang mempunyai
an. volume cairan ekstraseluler, pemberian diuretik osmotik,
bentuk muka khas "elfin" dan stenosis aorta supravalvular;
furosemide, hormon pertumbuhan, hormon tiroid, atau glu-
sindroma ini disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap vita-
kagon, asidosis metabolik; puasa berkepanjangan dan pening-
min D. Jika masukan fosfor dari makanannya tidak cukup,
katan kadar fosfat serum.
bayi berat badan lahir rendah dapat menderita hiperkalsemia
Ada variasi diurnal ekskresi kalsium yang memuncak pada
akibat rqsorbsi kalsium dan fosfor dari tulang.
tengah hari. Perubahan kalsium makanan hanya menimbulkan
Beban kalsium meningkatkan ekskresi natrium dan kalium
sedikit perubahan ekskresi kalsium urin. Hal ini mungkin me- ginjal, serta sangat menurunkan kemampuan memekatkan
nunjukkan perubahan adaptif absorpsi kalsium intestinal. Inak-
urin. Efek ini dapat menjelaskar terjadinya poliuria dan po-
tivitas fisik juga mengakibatkan peningkatan ekskresi kalsium
lidipsia penderita hiperkalsemia akibat hipervitaminosis D,
urin, dan bila berkepanjangan, dapat mengakibatkan pemben- yang mungkin menyertai nefropati tubulointerstisial. Larutan
tukan batu ginjal.
kalsium pekat harus selalu diberikan dengan sangat hati-hati,
Keseimbangan antara deposisi dan mobilisasi kalsium da-
bila mungkin menggunakan monitor elektrokardiografi untuk
lam tulang terutama menentukan konsentrasi kalsium terioni-
meminimalkan terjadinya aritmia jantung (lihat Bab 388).
sasi dalam darah. Distribusi kalsium antara tulang dan cairan
ekstraseluler terutama ditentukan oleh pengaturan hormonal.
HPT dan l,25-dihidroksivitamin D3 bekerja meningkatkan
kalsium plasma. Pelepasan HPT dirangsang oleh hipokalsemia
atau peningkatan fosfor plasma. HPT meningkatkan kalsium
plasma dengan merangsang pelepasan kalsium tulang dan de-
I Bns 51
ngan merangsang produksi 1,25- dihidroksivitamin D3 yang
meningkatkan absorpsi kalsium intestinal dan merangsang pe- Magnesium
lepasan kalsium tulang. HPT juga meningkatkan reabsorpsi
kalsium ginjal.
Tirokalsitonin, yang dihasilkan oleh sel-sel parafolikuler di
kelenjar tiroid, dilepaskan pada keadaan hiperkalsemia. Efek
Magnesium adalah kation terbanyak keempat dalam tubuh,
utama tirokalsitonin adalah menurunkan kalsium plasma de-
ngan menghambat resorbsi tulang. Hormon ini juga mening-
dan elektrolit intraseluler terbanyak kedua (lihat Gb. 46-3).
Karena relatif sangat banyak intraseluler, magnesium berperan
katkan ekskresi kalsium urin.
pH plasma mempengaruhi konsentrasi kalsium terionisasi penting pada aktivitas enzimatik seluler, terutama pada gli-
plasma, seperti juga jumlah kalsium yang diabsorbsi dari cair-
kolisis stimulasi ATPase.
an tubulus ginjal dan usus, meskipun tidak terlalu besar. Kare- KANDUNGAN DAN DISTRIBUSI MAGNESIUM TUBUH. Kon-
na konsentrasi natrium dan kalsium serum juga mempengaruhi sentrasi magnesium tubuh bayi sekitar 22 mEqkg. Konsen-
248 BAGIAN VII a Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

trasinya meningkat pada dewasa menjadi 28 m qkg. Tulang nesium yang difiltrasi dapat hampir sempurna. Meskipun
dan sel-sel otot merupakan cadangan magnesium intraseluler demikian, traktus gastrointestinal terus mensekresi sedikit
utama. Enam puluh persen magnesjum tubuh berada dalam tu- magnesium, sehingga dapat terjadi kekurangan. Konsentrasi
lang, sepertiga diantaranya dapat bebas dipertukarkan. Seba- magnesium serum tergatung pada masukan dan keluaran, serta
gian besar dari 40Vo sisanya terletak intraseluler; lebih dari pada mobilisasi magnesium tulang dan jaringan lunak. Kadar
50Vo dalam otot dan kebanyakan sisanya dalam hati. Hanya dalam serum tidak selalu merupakan indikator keseimbangan
20-30V0 magnesium intraseluler yang dapat dipertukarkan, si- magnesium yang dapat diandalkan, dan dapat tetap normal
sanya terikat protein, RNA dan adenosin trifosfat. meskipun ada kekurangan magnesium berat. pada defisiensi
Magnesium ekstraseluler hanya meliputi l%o magnesium nutrisi berat seperti kwashiorkor, kadar magnesium serum da-
tubuh. Meskipun dapat bebas dipertukarkan dengan cadangan pat normal meskipun kandungan magnesium otot rendah. Se-
besar yang dapat dipertukarkan di tulang dan sel, konsentrasi baliknya, dapat dijumpai kadar yang rendah tanpa kehilangan
ekstraseluler dipertahankan pada kadar rendah dengan kisaran yang berarti.
normal yang relatif sempit. Kisaran magnesium serum normal KONDISI PATOFISIOLOGIS. Hipomagnesemia. Hipomagne-
adalah 1,5-1,8 mEq/L meskipun telah dilaporkan kisaran nor- semia terjadi pada berbagai keadaan klinis, termasuk sindrom
mal yang lebih luas. Sekitar 80Vo dapat berultrafiltrasi; terdiri malabsorpsi, hipoparatiroidisme, terapi diuretik, hiperkalse-
dan 55Vo magnesium terionisasi dan 25Vo magnesium kom- mia, asidosis tubulus ginjal, aldosteronisme primer, alkohol-
pleks.20Vo sisanya terikat protein (lihat Tabel 50-l). isme, dan terapi cairan intravenajangka panjang dengan cairan
PENGATURAN MAGNESIUM. Masukan. Kisaran masukan bebas magnesium. Yang terutama berisiko adalah bayi yang
magnesium anak adalah 10-25 mBq/24 jam, tergantung pada mengalami pembedahan dan mendapatkan cairan tersebut un-
umur; masukan terbanyak diperlukan pada masa pertumbuhan tuk jangka lama. Zat-zat nefrotoksik juga dapat menimbulkan
cepat. Sayuran hijau dan banyak jenis makanan lain mengan- hipomagnesemia dengan meningkatkan kehilangan magne-
dung konsentrasi tinggi magnesium, masukan pada kebanyak- sium lewat urin. Bayi penderita tetanus neonatorum dini atau
an individu melebihi kebutuhan minimum 3,6 mgkg/24 jam lambat juga sering menderita hipomagnesemia (lihat Bab 56).
(yaitu 12 mg magnesium ekuivalen dengan I mEq atau 0,5 Pada tetanus nbonatorum dini, hipomagnesemia cenderung ri-
mM). Absorpsi magnesium diet terutama terjadi di traktus gas- ngan dan sementara dan mungkin tidak memerlukan terapi
trointestinal atas melalui mekanisme yang belum sepenuhnya magnesium. Pada tetanus neonatorum lambat, hipokalsemia
dapat digambarkan. Vitamin D, hormon paratiroid (HPT) dan mungkin gagal berespon terhadap pengobatan sampai kadar
peningkatan absorpsi natrium meningkatkan absorpsi magne- magnesium kembali normal.
sium, kalsium, fosfor, dan peningkatan motilitas usus me- Gejala hipomagnesemia terutama adalah peningkatan iri-
nurunkannya. Absorpsi jauh dari sempurna; sejumlah magne- tabilitas neuromuskular, termasuk tetani, kejang berat dan tre-
sium sekitar dua pertiga masukan diekskresi di tinja. Sebagian mor. Dapat juga dijumpai perubahan kepribadian, nausea,
kecil magnesium ini disekresi di usus. anoreksia, irama jantung abnormal dan perubahan elektrokar-
Ekskresi Ginjal. Pemeliharaan keseimbangan magnesium diografi. Gejala tidak selalu berhubungan dengan kadar mag-
terutama tergantung pada ekskresi di urin. Normalnya, kurang hesium serum, mungkin karena kadar serum tidak selalu
dari 5Vo beban filtrasi magnesium terdapat di urin, dan20-30Vo menggambarkan kandungan magnesium tubuh, sebagai kation
di reabsorpsi di tubulus proksimalis dan sebagian besar si- yang terutama berada intraseluler. Disamping itu, gejala hipo-
sanya di lengkung Henle, terutama di cabang asendens tebal magnesemia mungkin relatif tidak berarti dibanding gejala pe_
yang merupakan tempat utama modifikasi magnesium ginjal. nyakit primer yang mengakibatkan hipomagnesemia. Ke-
Pada berbagai kondisi, reabsorpsi magnesium setara dengan mungkinan ketiga adalah gejala mungkin menggambarkan
kalsium dan natrium. Transpor magnesium berkompetisi de- hipomagnesemia dengan komplikasi hipokalsemia. Hipomag_
ngan kalsium. Ekskresi magnesium urin dengan efisien me- nesemia berai mempengaruhi pelepasan HpT dan mengin-
nyesuaikan dengan absorpsi intestinal. Reabsorpsi magnesium duksi resistensi rangka terhadap kerja HpT. Hipomagnesemia
ginjal dihambat, berakibat peningkatan magnesium urin de- ilan hipokalsemia sering terjadi bersamaan.
ngan peningkatan volume cairan ekstraseluler; diuretik osmo- Hipermagnes emia. Hipermagnesemia, yaitu peningkatan
tik, thiazid, merkuri dan diuretik lengkung, glukagon; beban magnesium tubuh total jarang terjadi tanpa penurunan fungsi
kalsium dan periurunan kadar HPT. Sebaliknya, penurunan vo- ginjal. Dalam keadaan normal, ginjal mencegah peningkatan
lume, defisiensi magnesium, tirokalsitonin dan peningkatan magnesium serum ke tingkat berbahaya bahkan ketika dibe_
kadar HPT meningkatkan reabsorpsi magnesium ginjal, me- rikan beban magnesium tinggi. Namun, hipermagneqemia de_
nurunkan ekskresi urin. Asidosis meningkatkan ekskresi mag- ngan kadar serum melebihi 5 mEq/L dapat terjadi. Sumber
nesium urin, tetapi alkalosis menurunkan magnesium urin. magnesium yang sering dijumpai adalah laksan mengandung
Pemeliharaan keseimbangan dan konsentrasi magnesium magnesium, enema, cairan intravena dan antasida yang me_
serum memerlukan interaksi kompleks faktor-faktor ginjal dan ngandung magnesium untuk pengikat fosfat pada penderita ga_
bukan ginjal. Misalnya diet rendah magnesium berakibat pe. gal ginjal konis. Hipermagnesemia berat dapat terjadi pada
nurunan magnesium urin. Penurunan ini dapat disebabkan oleh neonatus yang dilahirkan ibu penderita hipertensi preeklamsia
penurunan ringan konsentrasi magnesium serum, yang telah yang diobati dengan injeksi intramuskular magnesium sulfat.
dibuktikan meningkatkan pelepasan HPT. Pelepasan HpT me- Yang berisiko khusus adalah neonatus prematur dengan asfik_
nurunkan kehilangan magnesium urin dan juga mengakibatkan sia atau higotonia, meskipun masih perlu ditentukan apakah
pelepasan magnesium dan kalsium ke cairan ekstraseluler, me- peningkatan magnesium merupakan penyebab atau akibat ke_
ningkatkan konsentrasi kedua kation. Reabsorpsi tubulus mag- lainan ini. Kadar magnesium serum cenderung kembali nor_
52 I Fosfor 249

mal spontan dalam 72 jam. Juga ada peningkatan insidens Fosfor anorganik merupakan buffer urin utama yang difiltrasi
hipermagnesemia pada penderita penyakit Addison. di glomerulus dan berperan penting dalam pengaturan ion hi-
Gejala hipermagnesemia timbul bila kadar magnesium me- drogen bebas (lihat Bab 53).
lebihi 5 mgdL. Hiporefleksia mendahului depresi pernafasan, PENGATURAN FOSFOR. Masukan dan Absorpsi. Sumber
mengantuk dan koma. Manifestasi ini dapat dengan cepat dihi- utama fosfor makanan adalah susu, produk susu dan daging.
langkan dengan pemberian kalsium intravena. Koma dan ke- Masukan harian yang disarankan adalah 880 mg/24 iam paJa
matian biasanya terjadi bila kadar magnesium serum mening- anak berusia l-10 tahun, dan 1.200 mg untuk anak yang lebih
kat diatas 15 mg/dl. besar. Bayi yang menyusui menelan 25-30 mg fosforkgl24
jam. Sekitar dua pertiga fosfat makanan diabsorbsi di usus,
terutama jejunum. Absorbsinya dirangsang oleh vitamin D dan
metabolitnya, dan oleh hormon paratiroid (HpT). Absorpsi di-

I Ban 52
turunkan oleh tirokalsitonin, oleh pengikat seperti aluminium
hidroksida dan karbonat dalam usus, dan, setidak-tidaknya
pada binatang, oleh masukan kalsium makanan tinggi.
Fosfor Ekskresi Ginjal. Meskipun fosfar ditransportasi aktif me-
lewati dinding usus, ginjal yang berperan paling penting dalam
pengaturan fosfat tubuh. Pengelolaan fosfat ginjal terdiri dari
filtrasi glomerulus dengan reabsorpsi fakultatif di tubulus.
Fosfor ultrafiltrasi dapat secara bebas difiltrasi di glomerulus,
' Dapat terjadi kebingungan dalam memahami fisiologi fos- 90Vo beban filtrasi ini dalam keadaan normal direabsorpsi.
for karena istilah "fosfor" dan "fosfat" sering terbalik-balik 80Vo beban filtrasi mengalami reabsorpsi di tubulus proksi-
penggunaannya. Pengukuran fosfat dari suatu contoh bahan malis, sedangkan sisanya terjadi pada segmen yang lebih dis-
biologis selalu dilakukan dan dinyatakan dalam istilah konsen- tal. Pada keadaan tertentu, fosfat juga dapat disekresi di
trasi fosfor elemental total. Karena berat atom fosfor 30,98, tubulus distal. Laju reabsorpsi fosfor tubulus maksimal (Tm)
konsentrasi 3,1 mg/dL (3 I mg/L) fosfor ekuivalen dengan I ada di tubulus proksimal. Karena transpor maksimum ini
mM fosfor/L. Kebanyakan fosfor plasma yang diukur berada hanya sedikit diatas beban filtrasi normal, sedikit peningkatan
dalam bentuk ortofosfat monovalen atau divalen dan bersifat fosfor plasma meningkatkan beban filtrasi di atas transpor
seakan-akan mempunyai valensi 1,8 pada pH7,40 (lihat Tabel maksimum dan meningkatkan ekskresi fosfor urin. Ekskresi
50-l). Akibatnya pada pH 7,0,1 mM fosfat ekuivalen dengan urin fosfat menunjukkan irama sirkadian, dengan tingkat
i,8 mEq fosfat (mM x valensi = mEq). terendah pada pagi hari.dan tertinggi pada sore hari.
KANDUNGAN DAN DISTRIBUSI FOSFAT TUBUH. Bayi mu- Reabsorpsi fosfat tubulus diatur oleh HpT, yang efeknya
dah sekali menyimpan fosfor. Bayi dengan berat badan 3 kg, diperantarai oleh sistem adenilat siklase. Hormon ini menu-
menyimpan 40-80 mg/24 jam, lebih dari 50Vo masukan biasa. runkan reabsorpsi fosfor tubulus terutama di tubulus proksimal
Akibatnya, fosfor tubuh total tiap unit berat badan bebas le- dan berhubungan dengan fosfaturia. Sebaliknya, vitamin D do-
mak (fat-free body weight, FFBW meningkat selama masa sis tinggi merangsang reabsorpsi fosfat di tubulus proksimal,
kanak-kanak; jumlahnya berlipat ganda sejak anak sampai de- seperti juga hormon pertumbuhan. Pada banyak keadaan,
wasa, yang nilainya sekitar 12 gkg FFBW. Penggandaan itu transpor fosfat di tubulus ginjal setara dengan natrium. pe-
terutama akibat peningkatan kandungan fosfor rangka; lebih ningkatan cairan ekstraseluler mengakibatkan fosfaturia, begi-
dari 80Vo fosfor tubuh berada intraseluler (lihat Gb.46-3), teru-
tupula pemberian diuretik, terutama yang menghambat
tama di tulang, sedangkan sisanya didistribusikan pada semua
karbonik anhidrase. Transpor fosfatjuga terkait dengan gluko-
jaringan lunak. sa dan perubahan pH; hiperglikemia menurunkan Tm fosfor
Dalam plasma, dua pertiga fosfor berada dalam bentuk fos- dan mengakibatkan fosfaturia. Kondisi yang menimbulkan
folipid. Senyawa ini tidak larut dalam asam dan tidak diukur urin basajuga menurunkan reabsorpsi fosfat.
dalam penentuan fosfor plasma rutin. Bagian fosfor plasma Fosfat Plasma. Disamping fakror-faktor yang telah dibahas,
yang diukur bersifat larut asam dan terdiri dari fosfor anor- konsentrasi fosfat plasma juga dipengaruhi oleh pertukaran
ganik, terutama ortofosfat, 70Vo diantaranya terikat protein (li- fosfat berkesinambungan antara tempat penyimpanan terba-
hat Tabel 50-l). 90Vo sisanya dapat berultrafiltrasi, 5Vo di- nyak di tulang dan cairan ekstraseluler. Pelepasan fosfor dari
antaranya membentuk kompleks sebagai kalsium, magnesium tempat penyimpanannya di tulang dirangsang oleh hormon
dan natrium fosfat, sedangkan 85Vo sisanya adalah fosfat be- pengatur yang sama dengan yang merangsang pelepasan kal-
bas. Yang terakhir, 807o membentuk anion divalen (HCO4 'z ), sium. Reabsorpsi fosfat dari tulang dirangsang oleh 1,25- dihi-
dan 20Vo membentuk anion monovalen (HCO, 2 ) 1lihat Tabel droksivitamin D3 dan HPT tetapi dihambat oleh tirokalsitonin.
50-l). Konsentrasi fosfor di cairan interstisial rendah. Fosfat juga dengan mudah ditransportasi melewati membran
Fosfor seluler berada di membran sel dan organella subse- sel. Pemberian glukosa atau insulin menurunkan konsentrasi
luler dalam bentuk fosfogliserida organik dan sfingolipid. Ba- fosfat plasma, mungkin akibat fosforilase glukosa. Hiperventi-
gian yang larut asam fosfor intraselUler meliputi adenosin lasi, alkalosis dan pemberian epinefrin juga menurunkan kon-
trifosfat (ATP) dan nukleotida lainnya, berbagai senyawa glu- sentrasi fosfat plasma. Peningkatan konsentrasi fosfat plasma
kosa fosfat, kreatinin fosfat dan sedikit fosfat anorganik sitoso- yang akut dan cukup bermakna menimbulkan hipokalsemia.
lik, Fosfat intraseluler berperan penting dalam pembentukan Namun, perubahan konsentrasi kalsium, tidak selalu secara
dan pelepasan energi maupun aktivitas enzim intra-seluler. timbal balik mengubah konsentrasi fosfat plasma.
250 BAGIAN VII a Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

Konsentrasi fosfor plasma tinggi selama masa bayi dan ka- alimentas i intrav ena b erkep anj an gan tanp a tam-
p en g gunaan
nak-kanak. Kisaran nilai pada saat lahir adalah 1,4-2,8 mM/L, bahan fosfat. Keadaan ini dapat menimbulkan sindrom yang
yang meningkat progresif pada minggu pertama kehidupan nyata dan sangat berat. Konsentrasi 2,3-difosfogliserat dan
sampai 2,0-3,3 mM/L sebelum turun perlahan-lahan selama ATP turun. Hal ini mengakibatkan penurunan pelepasan oksi-
masa anak. Kadarnya turun mencapai kadar dewasa (1,0-1,3 gen oleh sel-sel darah merah dan menimbulkan anoksia jaring-
mM/L) pada saat selesainya pertumbuhan. Bayi prematur juga an. Dapat terjadi peningkatan hemolisis serta disfungsi lekosit
mempunyai kadar fosfor plasma 2,5-3,0 mM/L bila masukan dan trombosit. Beberapa penderita menunjukkan gejala ense-
fosfornya cukup. falopati metabolik, termasuk iritabilitas, parestesia, kebi-
KONDISI PATOF|S|OLOG|S. Hiperfosfatemia. H ip e rfo sfate - ngungan, kejang dan koma, serta kelainan-kelainan yang tim-
mia merupakan ciri hipoparatiroidisme tetapi jarang terjadi bul pada elektroensefalogram. Telah dilaporkan pula hiperkal-
tanpa gangguan fungsi ginjal. Meskipun sedikit perubahan laju semia, mungkin akibat peningkatan pelepasan kalsium dari tu-
filtrasi glomerulus (LFG) hanya sedikit berpengaruh pada lang, rhadomiolisis, kardiopati dan mungkin disfungsi hepa-
ekskresi fosfat orang sehat, penurunan LFG sampai di bawah toseluler. Dapat terjadi defek tubulus ginjal, dengan gangguan
25Vo normal akan mengakibatkan peningkatan kadar fosfat kemampuan ginjal mengekskresi ion hidrogen. Diagnosis dan
anorganik serum, disertai perubahan timbal balik kadar kal- penatalaksanaan cepat sindrom ini, lebih baik dengan pembe-
sium serum, mengakibatkan hiperparatiroidisme sekunder. rian garam fosfat peroral yang sangat menguntungkan, tetapi
Proses ini dimulai dengan sedikit penurunan LFG tetapi biasa- dapat timbul kerusakan permanen. Pencegahan hipofosfa-
nya tidak menimbulkan gejala klinis sampai LFG turun cukup temia berat harus selalu menjadi tujuan utama.
rendah. Pada bayi kecil,LFG relatif rendah bila dihubungkan
dengan massa sel aktif, sedangkan masukan fosfor makanan
tinggi; akibatnya kadar fosfor anorganik tinggi. Penurunan
LFG atau hipoparatiroidisr.ne relatif pada bayi dengan cepat
meningkatkan kadar fosfat serum bayi ke tingkat yang sangat I oar: 55
tinggi, mengakibatkan penurunan konsentrasi kalsium dan tim-
bulnya tetani laten atau manifes (lihat Bab 45 dan 56). Ion Hidrogen
Hiperfosfatemia dapat juga ditimbulkan oleh pemberian
(Keseimbangan Asam-Basa)
fosfat berlebihan secara peroral atau intravena atau enema
yang mengandung fosfat. Penggunaan obat-obat sitotoksik un-
tuk mengobati keganasan, terutama limfoma atau leukemia,
mengakibatkan sitolisis yang disertai hiperfosfatemia akibat
TERM|NOLOG|. Dalam sejarahnya, kerancuan terminologi
pelepasan fosfat ke sirkulasi. Akibat klinis utama hiperfos-
sempat membuat keseimbangan asam-basa menjadi rumit.
fatemia adalah gejala hipokalsemia yang ditimbulkannya.
Pendekatan terbaru memberi tekanan pada ion hidrogen atau
Hipofosfatemia. Hipofosfatemia dapat terjadi pada defisi-
proton, suatu atom hidrogen tanpa elektron penetralnya. pH
ensi fosfat akibat kelaparan, kekurangan kalori-protein, dan
adalah logaritma negatif konsentrasi ion hidrogen bebas.
sindrom malabsorpsi. Keadaan ini juga dapat disebabkan oleh
Asam adalah suatu donor proton (ion hidrogen). Asam hi-
perpindahan fosfat ke intraseluler, seperti pada alkalosis meta-
droklorat, sulfat, fosfat dan karbonat adalah asam-asam kon-
bolik atau respiratorik, selama pengelolaan ketoasidosis dia-
vensional yang berdisosiasi untuk melepaskan proton. Asam
betik (biasanya pada 24 jam pertama), dan setelah pemberian
kuat adalah asam yang tingkat disosiasinya tinggi sehingga
kortikosteroid. Peningkatan kehilangan fosfat urin dapat cukup
menghasilkan konsentrasi tinggi ion hidrogen, asam lemah
berat untuk menurunkan konsentrasi dalam plasma; penurunan
adalah asam yang tidak begitu baik berdisosiasi. Basa adalah
ini dapat dijumpai pada hiperparatiroidisme primer atau ter-
suatu akseptor ion hidrogen. Basa mengikat ion hidrogen be-
sier, pada defek tubulus ginjal, setelah peningkatan volume
bas, mengurangi konsentrasinya. Contohnya adalah ion hi-
cairan ekstraseluler, atau setelah pemberian diuretik. Kombi-
droksil, amonia dan anion asam lemah.
nasi mekanisme patofisiologis sering bertanggung jawab untuk
Buffer adalah suatu substansi yang mengurangi perubahan
terjadinya hipofosfatemia. Misalnya defisiensi vitamin D (lihat
konsentrasi ion hidrogen bebas suatu larutan akibat penamba-
Bab 45) dan rakhitis resisten vitamin D (lihat Bab 649).
han asam atau basa. Adanya buffer dalam larutan meningkat-
Bavi berat badan lahir sangat rendah memerlukan masukan kan jumlah asam atau basa yang harus ditambahkan untuk
tinggi fosfor pada masa pertumbuhan cepat pasca natal. Ma- dapat menimbulkan perubahan pH. Penambahan asam kuat
sukan tidak adekuat mengakibatkan kekurangan fosfor aan ni- pada setiap sistem buffer ini akan menghasilkan garam netral
pofosfatemia. Kekurangan masukan fosfor terutama terjadi dan asam lemah. Dengan menghasilkan asam yang tidak mu-
pada penderita yang menerima nutrisi parenteral total, dimana dah terdisosiasi, buffer bermakna menurunkan peningkatan
dokter lupa memperhatikan lebih tingginya kebutuhan kadar konsentrasi ion hidrogen bebas bila dibandingkan dengan
fosfor serum bayi-bayi prematur. Dapat terjadi demineralisasi reaksi tanpa buffer.
tulang, hiperkalsemia, dan kalsiuria, mungkin akibat mobi- Aprotes adalah suatu kation, seperti natrium, kalium, kal-
lisasi fosfor dan kalsium dari tulang. sium dan magnesium yang membawa satu atau lebih muatan
Pada kebanyakan kasus, hipofosfatemia hanya ringan atau positif, tergantung pada valensinya, atau suatu anion seperti
sedang dan tidak bergejala. Kadang-kadang konsentrasi fosfat klorida dan sulfat yang membawa muatan negatif. Karena
plasma dapat turun ke tingkat yang sangat rendah (
0,3 mM/L aprotes tidak dapat memberikan ataupun menerima proton,
[ 1,0 mg/dl-]). Kadar yang rendah ini pernah dijumpai akibat aprotes bukan asam, basa atau buffer.
53 I Fosfor 251

PENGATURAN ASAM-BASA NORMAL. Jumlah ion hidrogen I


potensial dalam tubuh sangatlah besar. Kebanyakan telah
dibuffer, sehingga bukan dalam bentuk bebas. Pada pH normal t
7,4 konsentrasi ion hidrogen bebas dalam darah hanya
0,0000398 m&q/I-atau 3,98 x l0-E Eq/L (sering dinyatakan se-
,t
bagai 40 nEqll,; gb 53-1). C'
ul
pH = - log (H+) - - log (3,98 x 10-8) (1) +
I
=-(0,60 -8,01=7,4 o
o)
o
Dalam keadaan normal, konsentrasi ion hidrogen dalam p
cairan tubuh dipertahankan pada kisaran yang relatif sempit c
oleh buffer. Buffer merupakan pertahanan pertama terhadap .9
perubahan pH, tetapi buffer tidak dapat mempertahankan kese-
imbangan asam-basa. Pada keadaan sakit atau perubahan men-
dadak produksi ion hidrogen, sistem buffer mungkin tidak
mampu mempertahankan pH normal untuk jangka waktu yang 6.9 7.Q 7.1 Z? 7.3 z4 7.5 7.6 7.7
lama, sehingga aksi buffer harus dibantu oleh perubahan fi- pH
siologis kompensasi atau korektif di paru-paru dan ginjal.
Gambar 53-1 Hubungan antara pH dengan konsentrasi ion hidrogen (Dari
Kompensasi kelainan asam-basa primer merupakan suatu Narins RG, Emmet M. Simple and mixed acid-base disorders: a practical ap-
proses yang lebih lambat daripada buffer, tetapi lebih efektif proach. Medicine (Baltimore) 59: 161, 1980.
untuk mengembalikan pH ke normal. Pada kelainan metabolik
primer, sistem pernafasan melakukan mekanisme kompensasi.
Ginjal mengkompensasi kelainan respirasi primer dengan me-
ningkatkan basa atau ekskresi asam. Kompensasi mengurangi Pada sistem bikarbonat-asam karbonat, pH'(suatu kon
perubahan pH, tetapi harus diikuti dengan koreksi yang akan stanta yang ditarik dari disosiasi pasangan asam-basa) adalah
mengembalikan semua ukuran asam-basa menjadi normal. 6,1. Jadi
Stabilisasi terjadi bila kelainan primernya telah diatasi. Ginjal
mengkoreksi kelainan metabolik, paru-paru mengkoreksi ke- pH=6,1 +log [bikarbonat] (5)
la--ran respiratorik. Meskipun dibahas terpisah, sesungguhnya [asamkarbonatl
sistem buffer, ginjal dan paru-paru bekerja saling berkaitan Karena asam karbonat dalam keadaan keseimbangan de-
dan seirama satu dengan lainnya. ngan karbondioksida yang terlarut, pengukuran tekanan parsial
SISTEM BUFFER. Buffer utama cairan ekstraseluler adalah karbon dioksida (PCOz; dapat digunakan untuk estimasi klinis
sistem asam karbonarbikarbonat. Buffer intraseluler meliputi konsentrasi asam karbonat. Dengan menurunkan konsentrasi
berbagai protein dan fosfat organik. Dalam urin, fosfat dalam bikarbonat dan meningkatkan PCO2, penambahan ion hidro-
bentuk monohidrogen dan dihidrogen merupakan buffer uta- gen kedalam plasma akan tetap menyebabkan sedikit penurun-
ma. Hanya mekanisme buffer cairan ekstraseluler yang akan an pH meskipun ada buffer. Namuir, perubahan ini tidak akan
dibahas terperinci pada bab ini. sebesar bila tidak ada mekanisme buffer
Ion hidrogen, bila ditambahkan kedalam plasma, sebagian
HUBUNGAN KLINIS ASAM-BASA. Tiga komponen utama
besar akan dibuffer oleh bikarbonat dan akan menghasilkan
keseimbangan asam-basa klinis adalah pH, yang ditentukan
garam netral dan asam karbonat =
oleh konsentrasi ion hidrogen; tekanan parsial CO2,Prn., yang
HA + NaHCO3 -+ NaA + HzCO: (2) diatur oleh ventilasi paru; dan konsentrasi bikarbonat plasma,
HCO:, pada mulanya suatu buffer ekstraseluler yang kemudi-
Asam karbonat adalah asam lemah yang mempunyai koe- an sebagian besar dan terutama diatur oleh ginjal. Persamaan
fisien kelarutan yang relatif rendah dan dalam keseimbangan Henderson-Hasselbalch yang secara klinis tidak praktis telah
dengan karbondioksida terlarut, sebagai berikut: disusun kembali oleh Kasirer dan Bleich menjddi suatu persa-
maan yang mempunyai kegunaan klinis untuk ketiga kompo-
[H+] . [HCO3-J s HzCo3 s Coz + Hzo (3) nen tersebut:

Penambahan ion hidrogen menggeser persamaan ini ke ka-


lH+l = 2a * !::' (6)
nan, menghasilkan COz dan HzO Jadi, meskipun ada penam- HCO.
bahan ion hidrogen, rnekanisme buffer mengakibatkan relatif Persamaan ini memberi tekanan pada suatu hal penting,
kecilnya perubahan konsentrasi ion hidrogen bebas dan pH. yaitu "konsentrasi ion hidrogen, dan karenanya pH, ditentu-
Meskipun demikian, buffer ini menyebabkan penurunan kon- kan oleh rasio Pro, dan bikarbonat plasma" , dan bukannya ni-
sentrasi bikarbonat, yang dinyatakan sebagai defisit basa, dan lai absolut masing-masing komponen. Menegaskan keseim-
peningkatan kadar' karbondioksida IPCOz). Persamaan bangan asam-basa dalam pengertian rasio penting ini memu-
Henderson- Hasselbalch menunjukkan bahwa perubahan ini dahkan dokter untuk memahami bagaimana keseimbangan
tentu menimbulkan sedikit perubahan pH : asam-basa bekerja dalam situasi klinis. Saling ketergantungan
[A-] antara ketiga faktor penting asam-basa-pH, P.o, dan
oH=oK* lon
" (4) HCO3-sangat penting untuk memahami efek individual
[HA]
252 BAGIAN VII I Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

status asam-basa akibat "perubahan primef' Pco, atau HCO3 plasma. Penurunan sekresi ion hidrogen tubulus menu- runkan
yang disebabkan oleh kelainan klinis, serta untuk memahami jumlah bikarbonat yang masuk kedalam plasma.
resultan kompensasi faktor penyeimbang, P.o, atau HCO:, un- Seperti tampak pada Gb. 53-2, reabsorpsi bikarbonat di tu-
tuk mengembalikan keseimbangan asam-basa menjadi normal. bulus proksimalls tergantung pada sekresi ion hidrogen dari
Mekanisme Paru. Persamaan yang telah disebutkan sebe-
sel ke lumen tubulus, menggantikan natrium melalui protein
lumnya menunjukkan bahwa pH tidak tergantung pada kadar transpor membran antiporter. Di sel-sel tubulus proksimalis,
absolut bikarbonat dan P.o,, tetapi pada rasio kedua konsen- ion hidrogen dan bikarbonat diproduksi dari penghancuran
(dissolusi) asam karbonat yang dikatalisa oleh karbonik anhi-
trasi. Penurunan atau peningkatan konsentrasi bikarbonat tidak
mengubah pH bila P.o, turun atau meningkat dengan proporsi
drase. Bersamaan dengan sekresi ion hidrogen ke lumen tu-
yang sebanding. Dengan mengubah kecepatan ekskresi kar- bulus, bikarbonat keluar dari sel melalui membran baso-lateral
bondioksida, paru-paru dapat mengatur P.o. dan memodifikasi
kedalam kapiler peritubuler. Dalam lumen tubulus, ion hidro-
pH. Meskipun sejumlah besar karbondioksida dihasilkan oleh gen yang disekresi berikatan dengan bikarbonat terfiltrasi un-
aktivitas metabolisme normal, sedikit sekali terjadi perubahan tuk membentuk asam karbonat (HzCOl). Asam karbonat yang
pH akibat sifat-sifat unik sistem buffer asam karbonat-bi- baru terbentuk segera diubah menjadi COz dan H2O oleh en-
karbonat dan tingginya perkembangan mekanisme kontrol res-
zim karbonik anhidrase yang ada dalam membran sel tubulus
pirasi. Peningkatan kecepatan respirasi, yang dirangsang oleh proksimalis dan terpapar pada isi lumen. produk konversi
peningkatan kadar karbondioksida, meningkatkan ekskresi asam karbonat, COz dan HzO, segera berdifusi kedalam sel,
karbondioksida, menurunkan P.o, dan menirigkatkan pH. Se- dan menjadi substrat untuk pembentukan kembali asam kar-
baliknya, penurunan kecepatan respirasi meningkatkan PCOz bonat dalam sel, diperantarai oleh karbonik anhidrase intras6-
dan menurunkan pH.
luler. Mekanisme ini untuk memastikan tidak adanya bikar-
bonat yang lewat ke segmen nefron sebelah distal dan jumlah
Meskipun paru-paru dapat mengubah pH dengan meng-
bikarbonat sama dengan jumlah yang terfiltrasi dapat dikem-
ganti PCO2 dan mengubah rasio asam karbonat terhadap bikar-
balikan ke kapiler peritubuler.
bonat, proses ini tidak dapat menyebabkan kehilangan atau
Beberapa faktor mempengaruhi reabsorpsi bikarbonat pada
diperolehnya ion hidrogen. Paru-paru tidak mampu menghasil-
tubulus proksimalis dengan mengatur sekresi ion hidrogen.
kan bikarbonat untuk mengganti bikarbonat yang hilang untuk
Ada faktor yang meningkatkan kecepatan sekresi ion hidrogen
membuffer ion hidrogen. Pembentukan bikarbonat baru, dan
di tubulus proksimalis dan menyebabkan peningkatan reab-
bila drperlukan, ekskresi bikarbonat adalah tanggung jawab sorpsi bikarbonat sehingga meningkatkan kadar bikarbonat se-
ginjal.
rum. Faktor-faktor ini meliputi peningkatan beban filtrasi
Mekanisme Ginjal. Ginjal merupakan fengatur terpenting bikarbonal (dengan meningkatkan kadar bikarbonat plasma
keseimbangan asam-basa sehari-hari dalam keadaan normal. atau laju filtrasi glomerulus ILFGI), peningkatan pCO2
Pengaturan keseimbangan asam-basa ginjal harus memenuhi plasma, hipokalemia, penurunan volume cairan ekstraseluler
dua persyaratan. Pertama. ginjal harus mencegah kehilangan (misalnya setelah muntah atau perdarahan), dan aktivasi
bikarbonat dari urin. Kedua, untuk mempertahankan keseim- sistem renin-angiotensin terutama melalui angiotensin II. Se-
bangan asam-basa, ginjal harus mengekskresi asam sejumlah baliknya, proses sekresi ion hidrogen dan reabsorpsi bikar-
produksi sehari-hari asam tidak dapat menguap. Pengaturan bonat dapat turun akibat penurunan beban filtrasi, penurunan
ginjal untuk memenuhi kedua persyaratan utama ini dipenuhi PCO2 plasma, peningkatan volume cairan ekstraseluler, akibat
dengan dua proses penting. Pertama, pengambilan kembali se- hambatan karbonik anhidrase (misalnya obat seperti asetazola-
bagian besar bikarbonat yang terfiltrasi di tubulus proksimalis. mide), dan hambatan produksi angiotensin II. Hormon parati-
Disini tidak terjadi ekskresi ion hidrogen, tetapi pada orang roid (HPT) menghambat reabsorpsi bikarbonat tubulus prok-
dewasa, proses ini mampu mengambil sampai 5.000 mEq bi- simalis dengan menurunkan aktivitas protein transpor khusus
karbonat yang setiap hari difiltrasi di glomerulus. Bila bikar- di membran luminal sel. Pada situasi ini dapat terjadi penurun-
bonat ini tidak diambil kembali, kehilangannya akan setara an kadar bikarbonat plasma. Begitu pula, pada penyakit ter-
dengan retensi sejumlah ion hidrogen, yang akan mengakibat- tentu, seperti asidosis tubulus ginjal proksimalis primer, sisti-
kan a"idosis sistemik berat. Kedua, ekskresi asam terjadi di nosis dan keracunan logam berat, atau nefrotoksin yang meng-
segmen distal nefron melalui sekresi ion hidrogen kedalam lu- akibatkan kerusakan struktural atau fungsional tubulus proksi-
men tubulus dan ekskresi selanjutnya dalam kombinasi dengan malis, reabsorpsi bikarbonat di tempat ini dapat dihambat
buffer yang terfiltrasi, seperti fosfat atau amonia. sehingga mengakibatkan asidosis sistemik.
Mekanisme langkah-langkah ini telah sangat berkembang, Pengaturan asam-basa ginjal di bagian distal nefron dica-
memerlukan energi dan proses transport aktif, berbeda dengan pai dengan ekskresi asam di tubulus kontortus distalis dan
ekskresi karbondioksida di paru yang terjadi hanya dengan di- duktus koligentes. Ion hidrogen dihasilkan dalam sel-sel tubu-
fusi pasif sederhana. Kedua proses, reabsorpsi bikarbonat ter- lus ini dengan cara yang sama seperti yang telah diuraikan
filtrasi di tubulus proksimalis dan ekskesi asam di tubulus pada sel-sel tubulus proksimalis. Dalam proses tersebut, bikar-
distalis dicapai dengan sekresi ion hidrogen dari sel-sel tubu- bonat di-tambahkan kedalam darah (lihat Gb. 53-2). Segmen
lus ke lumen tubulus. Untuk setiap ion hidrogen yang disekresi nefron ini mempunyai ATPase pemindah-proton yang secara
ke dalam lumen tubulus, satu ion bikarbonat berpindah dari sel aktif mensekresi ion hidrogen dalam keadaan normal. Trans-
ke kapiler peritubuler dan ke sirkulasi (lihat Gb. 53-2). Pening- por ion hidrogen pada tempat ini tampaknya dibatasi oleh gra-
katan sekresi ion hidrogen meningkatkan perpindahan bikar- dien. Tubulus distalis mampu menciptakan gradien ion
bonat ke plasma, sehingga meningkatkan kadar bikarbonat hidrogen bebas dari lumen tubulus ke sel tubulus sampai se-
53 l| Fosfor 2s3

campuran rata-rata, seorang dewasa di Amerika Serikat harus


LUMEN RUANG mengekskesi sekitar 70 mEq ion hidrogen tiap hari untuk
TUBULUS PERITUBULUS mempertahankan keseimbangan pH. Sekitar sepertiga dieks-
kresi sebagai asam tertitrasi, dan dua pertiga sisanya di-
ekskresi sebagai amonium.
Aldosteron adalah faktor pengatur utama sekresi ion hidro-
gen dan oleh karena itu pembentukan bikarbonat baru di ne-
HCO: fron distal. Aldosteron merangsang sekresi ion hidrogen.
ci:.'i:9 Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sekresi ion hidrogen
distal meliputi PCOz yang berlaku dan jumlah natrium yang
?nX:r.: sampai ke segmen ini. Mekanisme asidifikasi distal dapat ter-
ganggu oleh defek intrinsik tubulus yang menyebabkan asido-
o
Asam tertilrasi
-"rtt sis tubulus ginjal distalis primer, atau oleh berbagai gangguan
seperti nefrokalsinosis, keracunan vitamin D, atau pemberian
(bufter tertiltrasi) H2PO;
amphoterisin B, yang menimbulkan asidosis tubulus ginjal
o
Amonium
+ NH3

\NHf,
distalis bentuk sekunder.
KESEIMBANGAN ASAM-BASA NORMAL. Kebanyakan diet
campuran menghasilkan sejumlah ion hidrogen; vegetarian,
Ekskresi asam bersih murni hanya makan abu netral. Protein adalah sumber terbesar
Garnbar 53-2. Tiga mekanisme utama asidifikasi ginjal, ion hidrogen, metabolismenya mencapai 65Vo dari keseluru-
han, terutama dihasilkan dari oksidasi asam amino yang me-
ngandung sulfur dan menghasilkan asam sulfat serta dari ok-
sidasi dan hidrolisis fosfoprotein yang menghasilkan asam fos-
fat. Ion hidrogen lainnya berasal dari katabolisme tidak leng-
banyak 1.000 : 1. Transpor dipermudah dengan adanya buffer kap karbohidrat, lemak, dan asam organik, seperti asam piru-
pada cairan tubulus yang menurunkan konsentrasi ion hidro- vat, laktat, asetoasetat dan sitrat. Oksidasi lengkap senyawa-
gen bebas dan membantu meningkatkan perpindahan ion hi- senyawa ini tidak menghasilkan kelebihan ion hidrogen karena
drogen dari sel-sel ke cairan tubulus. Buffer penting di tempat hasil reaksi akhirnya adalah air dan karbondioksida. Meta-
ini adalah fosfat dan amonia. bolisme tidak lengkap menimbulkan pembentukan asam or-
Eliminasi ion hidrogen yang disekresi dicapai dengan beri- ganik dan menambah ion hidrogen. Diet susu dan daging
katan dengan 2 jenis buffer di cairan tubulus, karena tidak se- menghasilkan sekitar 70 mEq ion hidrogenl24 jam pada de-
perti di tubulus proksimalis, disini tidak didapatkan karbonik wasa dan ginjal harus mengeluarkan sejumlah itu pula untuk
anhidrase pada membran luminal sel. Buffer terfiltrasi atau dapat mempertahankan pH darah normal 7,35-7,45. Bayi dan
nonbikarbonat, terutama fosfat, yang berikatan dengan ion hi- anak-anak harus mengekskresi sejumlah proporsional ion hi-
drogen untuk mengekskresi asam tertitrasi (lihat Gb. 53-2), drogen. Akibatnya, pergantian harian ion hidrogen sangat be-
menggambarkan jumlah alkali yang diperlukan untuk me- sar, sekitar lebih dari 5OVo ion hidrogen yang biasanya ada
ngembalikan pH urin menjadi normal. Pada kebanyakan kon- pada buffer tubuh dan lOVo dari kapasitas penyimpanan mak-
disi, didapatkan banyak fosfat dalam cairan tubulus distalis. simum buffer. Konsentrasi ion hidrogen ini mula-mula
Dengan adanya konsentrasi tinggi ion hidrogen bebas, fosfat dibuffer oleh buffer cairan intraseluler dan ekstraseluler dan
diubah dari bentuk monohidrogen ke bentuk dihidrogen, kemudian oleh kompensasi respirasi sebelum ginjal mengeks-
menurunkan konsentrasi ion hidrogen bebas dalam cairan tu- kresi ion hidrogen untuk mempertahankan keseimbangan.
bulus. GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA. Definisi. Ke-
Mekanisme buffer penting kedua, amonia (lihat Gb. 53-2), lainan pH darah terjadi bila konsentrasi ion hidrogen mening-
suatu akseptor ion hidrogen, disintesis di sel-sel tubulus dari kat diatas normal, disebut asidemia, atau turun dibawah
deamidasi dan deaminasi glutamin dengan adanya glutamina- normal, disebut alkalemia (lihat Gb. 53-l). Akhiran emia ber-
se. Reaksi ini dirangsang oleh asidosis sistemik. Difusi amonia arti perubahan pH darah. Proses klinis tidak normal yang me-
melalui membran lipid sel ke cairan tubulus kemudian be- nyebabkan penumpukan asam atau basa masing-masing dise-
reaksi dengan ion hidrogen membentuk ion amonium but asidosis dan alkalosis. Akhiran osis digunakan untuk suatu
(NHo ). Kation bermuatan ini tidak dapat berdifusi kembali kondisi klinis yang bisa disertai atau tidak disertai perubahan
dari cairan lumen. pH darah. Misalnya, asidosis metabolik tidak selalu harus di-
Kedua proses ini, dengan menurunkan konsentrasi ion hi- sertai asidemia karena penumpukan asam mungkin telah di-
drogen bebas di cairan tubulus, memungkinkan peningkatan atasi oleh mekanisme pertahanan buffer atau mungkin telah
laju transpor ion hidrogen kedalam cairan tubulus renalis dis- terjadi kompensasi respirasi untuk mengembalikan pH darah
talis dan memungkinkan terbentuknya bikarbonat baru yang ke keadaan normal.
dapat masuk plasma dan menggantikan penurunan kadar bi- Kelainan asam-basa sederhana dapat dilihat pada Gb. 53-3.
karbonat plasma (lihat Gb. 53- 2). Perubahan primer adalah gangguan awal yang mengakibat-
Laju absolut ekskresi ion hidrogen oleh ginjal dihitung da- kan, setidak-tidaknya sementara, perubahan pH darah dengan
lam jumlah laju ekskresi asam tertitrasi dan ion amonium da- cara mengubah PCOz atau HCOr plasma. Asidosis disebabkan
lam urin dikurangi bikarbonat urin. Dengan masukan makanan oleh kondisi yang mengakibatkan penurunan primer HCO3
254 BAGIAN Vll . Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

plasma atau peningkatan PCOz yang menurunkan pH darah di- sistemik dapat disebabkan oleh kelainan metabolik atau respi-
bawah normal (ditetapkan 7,40 dalam Gb. 53-3) dengan me- rasi primer. Penyembuhan spontan hampir tidak mungkin bila
ningkatkan konsentrasi ion hidrogen. Alkalosis terjadi bila pH darah turun dibawah 6,80 atau meningkat diatas 7 ,80. La-
gangguan primer meningkatkan HCOr plasma atau menu- ju respon mekanisme respirasi dan ginjal berbeda. Respon res-
runkan PCO2 yang meningkatkan pH darah diatas normal pirasi terjadi lebih cepatr 50Vo dalam 6 jam dan l00%a dalam
(7,40 pada Gb. 53-3) dengan menurunkan konsentrasi ion hi- 14-16 jam. Mekanisme ginjal lebih lambat, dengan ekskresi
drogen. basa ginjal lebih cepat daripada ekskresi asam. Ekskresi basa
Bila terjadi gangguan primer HCOr atau PCO2 plasma, ginjal 50Vo dalam 8 jam, dan l00Vo dalam 24 jam. Ekskresi
akan terjadi respon kompensasi untuk mengembalikan pH da- asam ginjal 5O7o dalam 36 jam dan l00Vo dalamT2 jam.
rah menjadi nonnal. Sesuai dengan Persamaan 53-6, keseim- Asidosis metabolik, Asidosis metabolik ditimbulkan oleh
bangan asam-basa (yaitu pH darah normal) didefinisikan perubahan keseimbangan antara produksi dan ekskesi asam.
sebagai rasio PCOz terhadap HCO3 plasma. Perubahan pH da- Asidosis sistemik dapat disebabkan oleh peningkatan konsen-
rah yang disebabkan oleh perubahan respirasi dan metabolik trasi ion hidrogen darah akibat akumulasi yang ditimbulkan
primer ditentukan oleh rasio PCOz terhadap HCO3. Respon oleh peningkatan masukan dari sumber-sumber eksogen atau
kompensasi pengimbang akan mengubah kearah yang mengu- peningkatan produksi endogen maupun ketidakadekuatan eks-
sahakan kembalinya rasio, yang berarti menormalkan kembali kresi ion hidrogen atau kehilangan bikarbonat berlebihan dari
pH darah. Garnbar 53-3 menunjuh'kan kompensasi yang di- urin atau tinja. Pengembangan cepat ruang cairan ekstraseluler
harapkan untuk tiap gangguan asam-basa. Kelainan metabolik oleh cairan bebas bikarbonatjuga dapat mengakibatkan asido-
primer merangsang kompensasi respirasi sedangkan kelainan sis metabolik dengan mengencerkan bikarbonat dalam cairan
respirasi primer merangsang kompensasi metabolik. Misalnya, ekstraseluler. Beban ion hidrogen mula-mula dibuffer oleh bi-
penurunan primer konsentrasi HCO3 plasma meningkatkan karbonat dalam cairan ekstraseluler dan oleh buffer intrase-
konsentrasi ion hidrogen darah, sehingga pH darah turun di- luler seperti hemoglobin dan fosfat. Tulang dapat pula menjadi
bawah normal. Asidosis metabolik primer dengan penurunan sumber buffer lainnya. Kadar bikarbonat serum dan pH turun
pH darah ini merangsang pusat pernafasan untuk meningkat- (lebih ringan daripada bila tidak ada mekanisme buffer) dan
kan ventilasi alveolus, yang menurunkan PCOz dan mengem- PCO2 meningkat.
balikan pH darah menjadi normal. Kejadian primer pada asi- Akibat asidosis sistemik dan peningkatan PCOz merang-
dosis metabolik adalah penurunan konsentrasi HCO3 plasma, sang pusat respirasi (dan mungkin pula khemoreseptor perifer
penurunan pH darah, dan mekanisme kompensasinya adalah di arteria karotis dan aorta) untuk meningkatkan kecepatan
penurunan PCO2 yang dapat dicapai dengan meningkatkan respirasi, sehingga akan meningkatkan laju ekskresi karbon-
ventilasi, untuk mengembalikan rasio PCOz/HCOr dan pH da- dioksida. PCO2 plasma dan kadar asam karbonat turun, secara
rah kembali normal. parsial atau hampir total mengoreksi asidosis, tetapi dengan
Kelainan asam-bas a s ederhana didefinisikan sebagai peru- mengakibatkan penurunan bikarbonat plasma dan PCOz. pH
bahan satu arah primer tunggal parameter respirasi IPCOz) darah turun, tetapi jarang turun serendah penurunan kadar bi-
atau metabolik (HCO: plasma), dengan respon kompensasi karbonat plasma
oleh parameter lainnya. Gb. 53-3 menunjukkan metode untuk Asidosis juga merangsang ginjal untuk meningkatkan pro-
menentukan apakah telah terjadi kompensasi yang sesuai sela- duksi amonia dan ekskresi ion hidrogen di urin. Di nefron dis-
ma keadaan menetap. Bila respon kompensasi yang sesung- tal, sekresi ion hidrogen disertai pengembalian bikarbonat ke
guhnya berada diluar nilai yang diharapkan, mungkin telah ter- sirkulasi (lihat Gb. 53-2), meningkatkan pembentukan bikar-
jadi kelainan asam-basa c€unpuran. Asidosis atau alkalosis bonat dan mengembalikan kadar bikarbonat plasma menjadi

Sampel darah arteri

oH < 7.40

Gambar 53-3 Pendekatan ana-


lisis gangguan asam-basa seder-
hana (Dari Koeppen BM, Stanton
BA. Renal Physiology. St. Louis.
Mosby Year Book,1992).
53 . Fosfor 255

nonnal bila proses penyakit primernya telah diatasi. Kecepatan tubuh dan katabolisme protein tubuh disertai produksi sejum
pernafasan akan turun, PCOz kembali normal. Pada titik ini, lah besar asam asetoasetat, B- hidroksibutirat, fosfat dan sulfat.
status asam-basa penderita telah kembali normal seperti sebe- Pada salisilisme, asidosis metabolik ditimbulkan oleh ion hi-
lum masuknya beban ion hidrogen. drogen dari asam salisilat dan dari kegagalan ikatan fosforilase
Gambaran klinis asidosis metabolik sering tidak spesifik. oksidasi oleh salisilat. Pada diare berat, peningkatan kehilang-
Tanda fisik terpenting adalah hiperventilasi yang pada keadaan an bikarbonat dari cairan diare dan mungkin juga pembentuk-
ekstrim berupa pernafasan cepat dan dalam (yaitu, pernafasan an asam organik dari pemecahan karbohidrat dalam tinja yang
Kussmaul), yang diperlukan untuk kompensasi respirasi. Mes- tidak sempurna mengakibatkan asidosis metabolik. Hiper-
kipun demikian, asidosis berat sendiri dapat mengakibatkan alimentasi, asidosis laktat, kelaparan dan keracunan dengan
penurunan resistensi vaskuler perifer dan fungsi ventrikel jan- metilalkohol atau etilen glikol menimbulkan asidosis sistemik
tung, menimbulkan hipotensi, udem paru dan hipoksia jaring- dengan meningkatkan produksi berbagai asam kuat. Asidosis
an. Gambaran laboratorium berupa penurunan pH serum dan metabolik juga dijumpai pada kelainan aminoasiduria here-
penurunan kadar HCOr dan PCOz (lihat Gb. 53-3). diter tefientu (misalnya metilmalonat asiduria), pada hipok-
semia dan pada syok.
Kesenjangan anion merupakan alat penting untuk meng-
Alkalosis Metabolik. Tiga mekanisme dasar dapat
evaluasi asidosis metabolik. Seperti dibahas pada Bab 49, ke-
mengakibatkan alkalosis: kehilangan berlebihan ion hidrogen,
senjangan anion menggambarkan anion tidak terukur, yang
seperti pada aspirasi lambung berkepanjangan atau muntah
bersama dengan bikarbonat dan klorida mengimbangi muatan
terus me-nerus akibat stenosis pilorus; peningkatan penamba-
positif naffium. Kesenjangan anion normal, yang dihitung de-
han bikarbonat ke cairan ekstraseluler, yang mungkin disebab.
ngan rumus [Na] + tKl - (tC! + [HCO:]) adalah 12 rr,EqlI',
kan oleh pemberian berlebihan secara parenteral atau peroral,
dengan kisaran antara 8-16 mEq/L. Penentuan kesenjangan an-
seperti pada sindrom alkali-susu, atau dari peningkatan reab-
ion pada asidosis metabolik merupakan data klinis penting un-
sorpsi bikarbonat ginjal akibat kekurangan kalium berat,
tuk mempersempit kemungkinan penyebab asidosis. Secara
hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing, sindrom Bart-
urnum, asidosis metabolik yang disertai peningkatan kesenjan-
ter, atau masukan kayumanis berlebihan; serta penurunan vo-
gan anion diakibatkan oleh produksi berlebihan asam en-
lume cairan ekstraseluler yang akan meningkatkan konsentrasi
dogen, seperti asam keton pada ketoasidosis diabetes atau
bikarbonat di ruang cairan tersebut dan meningkatkan reab-
asidosis laktat, kurangnya ekskresi asam tetap pada gagal gin-
sorpsi bikarbonat di tubulus proksimalis.
jal lanjut, atau termakan asam eksogen berlebihan, seperti
Sistem buffer meminimalkan perubahan pH, tetapi kadar
asam salisilat. Kesenjangan anion normal (yaitu hiperklo-
bikarbonat plasma dan pH meningkat. Respirasi mungkin di-
remik) terjadi akibat kehilangan bikarbonat dari ginjal (mi-
tekan dengan sedikit peningkatan PCO2 plasma, tetapi respon
salnya asidosis tubulus ginjal, berhubungan dengan nefrotok-
ini dibatasi oleh peningkatan hipoksia sehingga kompensasi
sin) atau dari traktus gasffointestinal, terutama akibat diare.
respiratorik selalu tidak lengkap dan tidak pernah mengem-
Pelveg$ GtH.tlt-. Asidosis metabolik yang disebabkan gin-
balikan pH ke normal. Ambang batas bikarbonat ginjal terle-
jal sangat banyak. Penyakit yang mengenai tubulus proksi-
wati, sehingga didapatkan bikarbonat dalam urin yang pHnya
malis dapat menghambat kemampuan segmen nefron ini untuk
dapat naik mencapai 8,5-9,0. Meskipun demikian, faktor-
mensekresi ion hidrogen dan mengakibatkan tidak lengkapnya
faktor kekurangan volume dan hipokalemia sering terjadi ber-
reabsorpsi bikarbonat. Peningkatan jumlah bikarbonat. yang
samaan, dan keduanya, bersama derigan peningkatan PCO2
mencapai cairan tubulus distalis menimbulkan asidosis tubulus
sendiri, cenderung meningkatkan reabsorpsi bikarbonat di gin-
ginjal bentuk proksimal. Pada asidosis tubulus ginjal distalis,
jal, mempertahankan alkalosis metabolik. Alkalosis metabolik
tubulus distal tidak dapat mempertahankan gradien ion hidro-
akan sukar sekali dikoreksi bila ada hipokalemia atau keku-
gen normal untuk mendorong sekresi ion hidrogen ke lumen
rangan volume cairan ekstraseluler dan sering hanya dapat
tuhulus distalis, sehingga pH urin tetap relatif basa, jarang tu-
diobati setelah defisiensi-defisiensi tersebut dikoreksi.
run dibawah 5,5. Akibatnya terjadi penurunan asam tertitrasi,
penurunan sekresi ion hidrogen dan asidosis sistemik. Pada in- Diagnosis alkolosis metbolik harus selalu dipikirkan pada
sufisiensi ginjal kronis, mekanisme asidifikasi bekerja normal penderita dengan riwayat yang mendukung. Tidak ada mani-
atau dengan kecepatan diatas normal. Namun, penurunan jum- festasi klinis yang patognomonik untuk gangguan elektrolit
lah tubulus membatasi kemampuart ginjal untuk mengeluarkan ini. Penderita mungkin mengalami kram atau merasa lemah
cukup amonia dan untuk mengekskresi sejumlah adekuat ion dan mungkin akan timbul tanda-tanda tetani bila kadar kal-
hidrogen. Laju filtrasi glomerulus yang rendah, seperti pada sium yang terionisasi turun akibat alkatosis.
neonatus, juga membatasi kemampuan ginjal untuk mengeks- Khasnya, ada peningkatan pH, kadar bikarbonat plasma
kresi ion hidrogen. Beban filtrasi fosfat juga turun, sebagian PCOz darah arteri (lihat Gb. 53-3). Biasanya didapatkan hipo-
besar diabsorbsi di tubulus proksimalis, sedikit sekali yang di- kloremia dan hipokalemia, yang terakhir ini terutama akibat
sisakan untuk menjadi buffer tambahan ion hidrogen di tubu- peningkatan kehilangan kalium dari urin. Biasanya, pH urin
lus distalis. Transpor ion hidrogen berkurang karena cepat bersifat basa, tetapi bila ada kekurangan kalium berat, kadar
tercapainya gradien konsentrasi maksimum akibat ketiadaan kalium urin akan rendah dan akan terjadi asiduria paradoksal
buffer. Kadang-kadang, penurunan sintesis amonia, seperti pa- Pada penderita dengan kekurangan volume yang berespon ter-
da sindrom serebro-okulorenal dari Lowe, membatasi kemam- hadap pemberian natrium klorida, konsentrasi klorida urin ha-
puan untuk mensekresi ion hidrogen. rus kurang dari 10 mEq/L. Penderiat dengan alkalosis
PeHYeelg LAIN. Asidosis metabolik juga dapat timbul pada metabolik akibat aktivitas mineralokortikoid berlebihan atau
ke'rusidosis diabetes akibat metabolisme tidak lengkap lemak kekurangan kalium memepunyai kadar klorida urin lebih dari
256 BAGIAN Vll a Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

20 mBqlL dan resisten terhadap pengobatan dengan natrium luler. Ekskresi bikarbonat ginjal perlahan-lahan meningkat de-
klorida. ngan mekanisme yang belum sepenuhnya dime-ngerti;
Asrdosis Respiratorik. Ekskresi karbondioksida paru yang menurunkan kadar bikarbonat plasma dan mengkompensasi
tidak adekuat pada keadaan produksi normal gas ini akan me- kehilangan berlebihan karbondioksida serta mengembalikan
nimbulkan asidosis. Keadaan ini dapat timbul akut akibat ke-
pH ke normal. Meskipun demikian, koreksi tak akan terjadi
lainan neuromuskuler, seperti jejas batang otak, sindrom bila kelainan penyebabnya belum diatasi.
Guillain-Ban6, atau kelebihan dosis sedatif; pada obstruksi ja- Maniftstasi kliniknya biasanya sesuai dengan proses pe-
lan napas, seperti yang disebabkan oleh benda asing, bronko- nyakit yang mendasari. Meskipun demikian, hiperkapnea akut
spasme berat, atau udem larings; pada penyakit vaskuler, bisa mengakibatkan iritabilitas neuromuskuler, dan parestesia
seperti emboli paru masif; dan pada keadaan lain, seperti ekstremitas dan perioral akibat penurunan konsentrasi kalsium
pneumotoraks, udem.paru atau pneumonia berat. Asidosis res- terionisasi. pH arteri meningkat, PCOz dan kadar bikarbonat
piratorik kronik dapat menyertai sindrom pickwickian, po- plasma turun (lihat Gb. 53-3). Meskipun terjadi alkalosis
liomielitis; penyakit saluran nafas obstruktif kronis, sistemik, urin biasanya tetap asam.
kifoskoliosis atau pemberian sedatif kronis. Kelainan Campuran. Pada keadaan tertentu, dapat terjadi
kelainan campuran yaitu ada lebih dari satu penyebab utama
Pada keadaan sehat, peningkatan produksi karbondioksida
gangguan keseimbangan asam-basa. Kelainan asam-basa cam-
akan merangsang pembuangannya secara respiratorik untuk
puran. harus dicurigai bila respon kompensasi berada diluar
mempertahankan PCOz dan status asam-basa. Pada semua ke-
rentang yang diharapkan (lihat Gb.53-3). Misalnya, pada sin-
adaan sakit yang mengakibatkan asidosis respiratorik tingkat
drom distres respirasi, asidosis respiratorik dan metabolik
PCOz akan terus meningkat sampai ekskresi karbondioksida
sering terjadi bersamaan. Penyakit respirasi menghalangi pe-
paru sama dengan produksinya. Meskipun telah dicapai kese-
nurunan PCOz untuk kompensasi, sedangkan komponen meta-
imbangan baru, peningkatan PCOz (misalnya hiperkapnea)
bolik menghambat kemampuan untuk meningkatkan kadar
mengakibatkan asidosis sistemik dengan meningkatkan kon-
bikarbonat plasma yang pada keadaan normal akan membuffer
sentrasi asam karbonat serum, dan tentu saja, ion hidrogen.
asidosis respiratorik. Pada keadaan ini, penurunan.pH sering
Karena karbondioksida merupakan komponen penting berat, lebih berat daripada bila hanya ada kelainan tunggal.
sistem buffer cairan ekstraseluler, peningkatan PCOz mula- 'Dapat
pula dijumpai kelainan campuran jenis lain. Penderi-
mula harus dibuffer oleh buffer bukan bikarbonat, yaitu prote- ta gagal jantung kongestif dan asidosis respiratorik kronik da-
in dalam iairan ekstraseluler dan fosfat, hemoglobin, protein pat mempunyai komponen alkalosis metabolik bila dia meng-
lain, dan laktat dalam sel. Asidosis dan peningkatan PCOz gunakan diuretik berlebihan. Kadar bikarbonat plasma dan pH
merangsang ginjal untuk meningkatkan ekskresi ion hidrogen lebih tinggi daripada pada asidosis respiratorik kronis. pH da-
dalam bentuk amonium dan asam tertitrasi dan untuk mengha- pat menjadi normal atau bahkan sedikit meningkat. Penderita
silkan dan mengabsorbsi lebih banyak bikarbonat. Kadar bi- kegagalan faal hati mungkin juga menderita asidosis metabo-
karbonat plasma dapat meningkat diatas normal. Pada keadaan lik dan alkalosis respiratorik. Kadar bikarbonat plasma dan
ini, peningkatan kadar bikarbonat plasma mengkompensasi pe- PCO2 mungkin lebih rendah daripada pada kelainan seder-
ningkatan primer PCO2 sehingga pH dapat kembali normal hana, meskipun pH mungkin hanya sedikit berubah dari nor-
dan asidosis respiratorik telah "dikompensasi" oleh mekanis- mal. Alkalosis metabolik dan respiratorik juga dapat terjadi
me ginjal. Satu-satunya cara untuk mengkoreksi kelainan ini a- bersarna-sama pada situasi tertentu.
dalah dengan memutus kelainan primernya. PENILAIAN KLINIS KELAINAN ASAM-BASA. Untuk tujuan
Peiiyebab asidosis respiratorik akut sering berhubungan de- klinis, status asam-basa ditentukan dari pH, PCOz dan kadar
ngan hipoksemia yang bias,anya mendominasi manifestasi bikarbonat serum.
klinisnya, bersamaan dengan gambaran distres respiratorik. Pengukuran. pH darah dapat diukur dengan akurat dengan
Hiperkapnea mengakibatkan vasodilatasi, peningkatan aliran sedikit contoh darah, harga normalnya 7,35-1 ,45. Konsentrasi
darah ke otak dan kadang-kadang menimbulkan nyeri kepala asam karbonat (HzCOr) dalam cairan biologis secara kuantita-
dan peningkatai tekanan intrakranial pada beberapa penderita. tif dapat diabaikan bila dibandingkan dengan karbondioksida
Hiperkapnea berat dapat mendepresi cerebrum; pH arteri ren- yang terlarut. Yang terakhir ini diukur sebagai tekanan parsial
dah, PCOz meningkat tinggi, dan kadar bikarbonat plasma me- karbondioksida (PCOz) dalam fase gas dalam keadaan keseim-
ningkat sedang (lihat Gb. 53-3). bangan dengan cairan biologik. Nilai normalnya sekitar 40
Alkalosis Respiratorik. Kehilangan karbondioksida berlebi- mmHg.
han dari paru-paru pada keadaan produksi normal mengakibat- Konsentrasi ion bikarbonat dalam plasma dapat diukur
kan penurunan PCOz dan menimbulkan alkalosis respirasi. langsung, tetapi ketepatan pengukurannya tidak terlalu diper-
Proses ini dapat dilihat pada hiperventilasi psikogenik, venti- lukan untuk tujuan klinis. Biasanya, konsentrasi karbondiok-
lasi berlebihan pada penderita dengan bantuan ventilator me- sida total serum dapat digunakan untuk mengira-ngira kadar
kanik, dan pada tahap dini kelebihan dosis salisilat akibat bikarbonat. Nilainya 1-2 mBqlL lebih tinggi daripada kadar bi-
rangsangan pusat respirasi oleh salisilat atau akibat peningkat- karbonat yang sesungguhnya. Hal ini diperoleh dengan titrasi
an sensitivitas pusat respirasi terhadap PCOz. PCOz plasma tu- atau pembentukan karbondioksida dari serum dengan asam
run, dan pH meningkat. Terjadi buffer cepat perubahan pH ini, kuat. Karbondioksida terutama didapat dari bikarbonat, retapi
ion hidrogen dibebaskan oleh buffer tubuh untuk menu-runkan dapat juga dari karbondioksida yang terlarut, asam karbonat,
bikarbonat plasma. Sekitar 99Vo ion hidrogen dibebaskan oleh ion karbonat dan senyawa karbamino. Harga normalnya ada-
buffer intraseluler, sedangkan sisanya l%o dari buffer ekstrasb- lah 25-28 mM/L, kecuali pada usia kurang dari satu tahun,
53 I Fosfor 257

yaitu sekitar 20-23 mM/I-, mungkin karena rendahnya ambang pokapnea atau hiperkapnea. Pada hipokapnea, alkalosis intra-
batas bikarbonat ginjal. seluler sebanding dengan derajat alkalosis ekstraseluler. Pada
Jika hanya dua dari ketiga nilai tersebut diketahui, yang hiperkapnea, karena konsentrasi bikarbonat intraseluler tidak
ketiga dapat diturunkan dari salah satu nomogram yang dapat disesuaikan secepat cairan ekstraseluler, asidosis inffase-
dikembangkan untuk tujuan ini, atau dapat dihitung dengan sa- luler mungkin setingkat lebih berat daripada pada cairan ek-
lah satu dari beberapa metode berdasarkan persamaan straseluler. Berbeda dengan ,pada asidosis respirasi, pada
Henderson-Hasselbach (lihat persamaan 53-6). Jika ketiga asidosis metabolik pH intraseluler mungkin dapat dipertahan-
pengukuran telah ada, formula yang sama dapat digunakan un- kan sampai pH ekstraseluler turun dibawah 7,0.
tuk menguji validitas nilai. Efek asidosis dan alkalosis ekstraseluler pada fungsi sel
lnterpretasi. Relatif mudah untuk mendiagnosis kelainan belum s'epenuhnya dimengerti. pH rendah menimbulkan sedi-
asam-basa. sederhana s.ecara benar, dengan berdasarkan pada kit perubahan distribusi Donnan yang melintasi membran ka-
pH darah, PCOz darah dan kadar bikarbonat, dapatjuga digu- piler. Sedikit penurunan tekanan onkotik mengakibatkan penu-
nakan nomogram asam-basa, seperti pada Gb. 53-4 atau ring- runan volume plasma. pH rendah tampaknya juga menurunkan
kasan hasil laboratorium seperti pada Gb. 53-3. Dengan me- kontraktilitas miokardium dan mengganggu kerja katekhola-
maharni bahwa pH darah dipertahankan dengan rasio PCOz min. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya aritmia,
terhadap HCOf, status asam basa penderita akan dapat segera terutama bila disertai hipoksia. Lagipula, bila konsentrasi ion
ditentukan. Langkah-lengkap berikut memberi pedoman yang hidrogen meningkat cepat, dia dapat menghambat transpor ion
bermanfaat untuk menentukan kelainan asam-basa. Pertama, selanjutnya dalam ginjal. Gangguan metabolik juga meng-.
apakah suatu kondisi asidosis atau alkalosis? Kedua, apakah ganggu pertukaran ion natrium dan kalium dengan ion hidro-
penyebab primernya metabolik atau respiratorik? Ketiga, bila gen. Defisiensi kalium dapat menurunkan pH intraseluler se-
suatu asidosis metabolik, apakah kesenjangan anion normal mentara pH ekstraseluler meningkat.
atau tinggi? Keempat, apakah kompensasi (respiratorik atau Perubahan pH intraseluler mungkin mempengaruhi akti-
metabolik) sesuai ? vitas banyak enzim. Penurunan toleransi karbohidrat dapat
Mendiagnosis kelainan campuran lebih sulit. Pada kelainan dilihat pada asidosis, sedangkan peningkatan iritabilitas neuro-
sederhana, kadar PCOz dan bikarbonat selalu berubah kearah muskuler (yaitu tetani manifes atau laten) terjadi pada alka-
yang sama untuk menstabilkan pH darah dengan memperta- losis. Hipokapnea meningkatkan kadar asam laktat darah, di-
hankan rasio PCOzAICOg. Bila nilai-nilai pada penderira ridak sertai peirurunan konsentrasi bikarbonat dan terjadinya asi-
menunjukkan hubungan ini, atau respon yang diharapkan ber- dosis metabolik.
ada diluar nilai yang sesuai (lihat Gb. 53-3), harus diperrim- pH Cairan Serebrospinal. Bikarbonat dan asam kar-
bangkan adanya kelainan campuran. Demikian pula, hasil- bonat terdapat di hampir semua kapasitas buffer cairan sere-
hasil yang berada diluar salah satu daerah diarsir pada Gb. 53- brospinal. Karbondioksida dapat berdifusi bebas antara darah
4 menunjukkan kemungkinan 95Vo kelainan campuran; yang dan cairan serebrospinal. Peningkatan atau penurunan pCOz
dapat didiagnosis dari situasi klinisnya, seperti yang telah di-
bahas sebelumnya.
Ada perbedaan bermakna nilai asam-basa arteri-vena. Pada DARAH ARTERI [Ht (nmol/liter)
penderita dengan curah jantung normal, pH vena sentral lebih
rendah sekitar 0,03 unit dari pH arteri, dan PCO2 vena lebih
s6
tinggi sekitar 6 mmHg. Perbedaan ini meningkat pada keadaan
gagaljantung sedang dan sangat meningkat pada penderita ke- 52

gagalan sirkulasi berat (yaitu perbedaan pH sekitar 0,1 unit, Eo) 48

perbedaan PCOz sekitar 24 mmHg). Perbedaan arteriovena =o 44


e
yang tinggi (yaitu mencapai 0,35 unit pH dan mencapai 56 E 40
mmHg untuk PCOz) terjadi pada penderita selama henti jan- o 36
tung dengan ventilasi mekanik dan henti kardiorespirasi sete- o
o 32
:E
lah pemberian natrium bikarbonat.
24
Sampel darah arteri dan vena sentral diperlukan untuk me- &.
UJ
F 24 24
nilai status asam-basa dengan optimal penderita dengan gang- (f,
20 20
guan hemodinamik kritis. Sampel arteri memberikan informasi
1€
mengenai pertukaran gas paru, sedangkan sampel vena sentral <t)
16

memberikan informasi yang lebih akurat tentang status asam J 12 12


o-
basajaringan pada kondisi hipoperfusi berat. 8
pH intraseluler. Perkiraan pH intraseluler normal adalah se- {
kitar 6,8. Nilai serendah 6,0 telah diperoleh dengan mengguna-
kan mikroelektroda. pH mitokhondria bahkan dapat lebih
rendah karena pH intraseluler mungkin tidak homogen. ARTERIAL BLOOD pH ,

Karena karbondioksida dapat berdifusi melewati membran


Gambar 53-4 Nomogram asam-basa menunjukkan batas keterpercayaan 95%
sel, nilai PCO2 intraseluler dan ekstraseluler hampir sama. Pe-
kompensasi metabolik dan respiratorik untuk gangguan asam-basa primer
rubahan konsentrasi ion hidrogen intraseluler dapat terjadi se- (Dari Cogan MG, Rector FC: Acid-base disorders. In: Brenner BM, Rector FC
bagai akibat kelainan respirasi primer yang menimbulkan hi- (eds): The Kidney. Philadelphia, WB Saunders, 1991).
258 BAGIAN VII a Patolisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

darah akan diikuti dengan perubahan yang sama dalam cairan lebih berat. Pada neonatus, diare hanya sekitar 3 sendok ma-
serebrospinal, meskipun nilai dalam cairan serebrospinal juga kan tiap 3 jam dapat mengakibatkan penurunan 50% volume
dipengaruhi oleh kecepatan produksi karbondioksida dalam cairan ekstraseluler dalam waktu 36 jam, yang pada orang de-
otak. Sebaliknya, peningkatan atau penurunan konsentrasi bi- wasa sama dengan kehilangan 8 L cairan ekstraseluler. Masa-
karbonat darah hanya secara perlahan sedikit mengubah kadar lah dehidrasi diare mungkin berat pada bayi yang malnutrisi
bikarbonat cairan serebrospinal. Akibatnya, konsentrasi ion hi- yang mungkin menderita defisit kronis elektrolit dan cadangan
drogen di cairan serebrospinal tidak dengan cepat berubah se- kalori yang terbatas,
suai dengan perubahan pH ekstraseluler. pH kedua cairan PENENTUAN KEBUTUHAN. Terapi cairan terdiri dari 3 ka-
tersebut dapat berbeda bermakna pada saat-saat tertentu, teru-
tegori: rumatan, penggantian defisit, dan penggantian tamba-
tama bila telah terjadi kompensasi respiratorik aktif'tgrhadap
hanuntuk kehilangan yang sedang terjadi. Setiap usaha untuk
asidosis atau alkalosis metabolik. Masalah khusus dapat di-
mengelompokkan kategori-kategori ini dalam usaha menye-
jumpai jika asidosis metabolik terkompensasi dikoreksi terlalu
derhanakan akan dapat mengakibatkan kesalahan penghi-
cepat. Koreksi mengakibatkan peningkatan kadar PCOz dan
tungan yang berbahaya. Pengeluaran cairan rumatan adalah
bikarbonat dalam cairan ekstraseluler, tetapi hanya PCO2 yang
fungsi kecepatan metabolisme, sedangkan terapi rumatan di-
meningkat pada cairan serebrospinal. pH cairan ekstraseluler
rancang untuk menggantikan kehilangan rutin cairan dan elek-
kembali normal tetapi pH cairan serebrospinal akan semakin
trolit tubuh. Defisit disebutkan dalam kehilangan perkilogram
turun, sehingga gejala neurologis dan kelainan respirasi dapat
berat badan, dan terapi defisit dirancang untuk menggantikan
terus berlanjut.
kehilangan cairan dan elektrolit secara tidak normal, biasanya
akibat penyakit. Penggantian tambahan didasarkan pada peng-
ukuran atau perkiraan kehilangan tidak normal yang terus
menerus berlangsung; terapi tambahan, bila ada indikasi, di-
I Bee 54 berikan sebagai tambahan pada cairan defisit dan rumatan.
Setiap komponen terapi harus dihitung tersendiri dengan
hati-hati. Anak puasa prabedah stabil yang menunggu pembe-
Terapi Cairan dahan mungkin hanya memerlukan cairan dan elektrolit ru-
matan sebelum dapat mulai makan peroral pasca bedah, tetapi
anak penderita dehidrasi akibat diare mungkin memerlukan
terapi rumatan, defisit dan tambahan. Meskipun telah ada be-
berapa pendekatan sederhana dan telah dimodifikasi untuk
Terapi cairan oral atau parenteral digunakan untuk mem- terapi parenteral, dokter tetap harus mengerti patofisiologi
pertahankan atau mengembalikan volume dan komposisi nor- cairan tubuh, mengenali kebutuhan khusus setiap jenis dari
mal cairan tubuh. Cairan harus diberikan dengan cara yang ketiga jenis terapi cairan dan menghindari pendekatan "resep
efisien dan aman untuk memaksimalkan kemampuan mekanis- masak" untuk perawatan penderita. Yang juga sama pen-
me koreksi fisiologis normal dalam tubuh, terutama melalui tingnya adalah pengetahuan bahwa terapi cairan didasarkan
sistem sirkulasi, respirasi dan ginjal. Tujuannya adalah untuk pada dugaan kasar kebutuhan rumatan, defisit dan kehilangan
menormalkan lingkungan kimiawi intraseluler dan ekstrase- yang terus berlangsung. Penderita selalu menjadi perhatian
luler yang mengoptimalkan fungsi sel dan organ. Meskipun utama intervensi terapeutik dan harus selalu dinilai secara
terapi cairan parenteral telah pertamakali dicoba pada abad ke klinis setiap tahapnya.
19 oleh Latta, dia baru timbul sebagai suatu kesatuan keilmuan
Bila penderita kekurangan atau kelebihan hidrasi setelah
dan terapeutik pada abad ini setelah ditemukannya metode un-
terapi parenteral, terapi harus disesuaikan dan diperhitungkan
tuk mengukur elektrolit, seperti natrium, kalium dan klorida kembali untuk tiap individu agar sesuai dengan keadaan sebe-
dan untuk melakukan penelitian balans yang mencatat kehi- narnya. Monitor dapat dengan mudah dilakukan di tempat ti-
langan elektrolit dan cairan pada dehidrasi akibat diare pada
dur dengan pemeriksaan fisik dan penilaian perubahan-pe- ru-
anak.
bahan masukan, keluaran dan berat badan. Kimia serum dapat
Meskipun di negara-negara maju tidak ada masalah peng-
dikerjakan sesuai indikasi, tetapi penilaian hasilnya tidak da-
gunaan cairan parenteral untuk mengobati anak yang menderi-
pat menggantikan monitor klinis penderita di tempat tidur.
ta dehidrasi akibat gastroenteritis, cairan ini tidak selalu mu-
dah didapatkan di negara berkembang, tempat 4-5 juta anak TERAPI RUMATAN. Kebutuhan cairan dan elektrolit ber-
mati tiap tahunnya akibat dehidrasi yang sering menunggangi hubungan langsung dengan laju metabolisme. Perubahan laju
infeksi dan malnutrisi. Di Amerika Serikat, sekitar 15-30 juta metabolisme mempengaruhi produksi air endogen melalui ok-
kasus diare anak, menghabiskan 2-3 mllyar dollar biaya kese- sidasi karbohidrat, lemak, dan protein. Ekskresi solut urin
hatan, atau sekitar l07o jumlah yang dirawat di fasilitas pedia- yang akan mempengaruhi kehilangan cairan urin, dan pro-
trik (sekitar 200.000 penderita/tahun), dan sekitar 500 kema- duksi panas; yang25Vo diantaranya harus dibuang melalui me-
tian. Dehidrasi akibat kehilangan cairan, terutama muntah dan kanisme kehilangan cairan insensibel. Meskipun berbagai
diare, dapat sangat berbahaya pada bayi karena terbatasnya sistem telah digunakan untuk memperkirakan keoutuhan cair-
cara masukan cairan dan pergantian air tubuh total sekitar l5- an dan elektrolit rumatan, skema Holliday dan Segar yang dis-
20Va per 24 jarn, dibandingkan dengan hanya 5Vo per 24 jam ederhanakan (Tabel 54-1) yang menghubungkan keluaran
pada dewasa. Kehilangan cairan akibat diare mungkin tidak kalori terhadap berat badan penderita mondok, istirahat, relatif
senyata pada orang dewasa, tetapi mungkin akibatnya justru mudah digunakan, sesuai secara fisiologis, dan dapat diguna-
54 I Terapi Cairan 259

kan untuk berbagai variasi berat badan anak-anak atau dewasa. pada suatu keadaan yang disebut diabetes insipidus nefrogenik
Hal ini menguntungkan bila dibandingkan dengan pendekatan (DIN). DIN primer jarang terjadi dan dapat dengan mudah
lain, serta memfokuskan perhatian pada kebutuhan kalori pen- didiagnosis dengan gambaran klinis dan riwayat keluarga.
derita, bukan hanya kebutuhan cairan dan elektroiitnya. Hal ini Meskipun demikian DIN sekunder dapat terjadi pada kondisi-
sangat penting pada penderita dengan katabolisme tinggi atau kondisi seperti penyakit sel sabit, pielonefritis kronis, penyakit
anak yang memerlukan menejemen parenteral jangka panjang. ginjal kistik, uropati obstruktif, nefropati refluks, polidipsi
Perkiraan kebutuhan kalori, bila tidak dipenuhi masukan oral psikogenik, hipokalemia, hiperkalsemia, atau respon terhadap
atau parenteral, didapat dari pembakaran simpanan lemak, pengobatan tertentu.
glikogen dan protein. Kehilangan cairan dari urin berkurang pada kondisi-kon-
Karena kehilangan cairan dari tinja biasanya tak berarti, disi yang berhubungan dengan oligoanuria, seperti sindrom
kebutuhan cairan. 100 mL/100 kalori terutama berasal dari ke- ketidak sesuaian hormon antidiuretik, gagal ginjal akut atau
hilangan cairan ginjal dan insensibel. Sekitar 1/3 bagian kebu- kronis, atau obstruksi traktus urogenitalis. Bila kehilangan
tuhan adalah untuk kehilangan cairan insensibel, sedangkan cairan urin sangat tinggi atau sangat rendah, terapi cairan ru-
2/3 bagian yang lain adalah untuk kehilangan cairan dari gin- matan harus menggantikan kehilangan cairan insensibel di-
jal. Kehilangan cairan insensibel terjadi melalui kulit dan paru- tambah dengan keluaran urin yang dihitung untuk setiap mi-
paru. Dari kulit sekitar 2/3 bagian, sedangkan dari paru-paru liliter air bebas.
sekitar l/3 bagian dari seluruh kehilangan cairan insensibel. Kebutuhan natrium dan kalium mungkin harus dimodifi-
Kondisi yang dapat meningkatkan atau menurunkan kebutuh- kasi pada penderita-penderita tertentu. Kebutuhan natrium
an cairan insensibel berhubungan dengan perubahan keluaran mungkin lebih tinggi pada penderita dengan peningkatan kehi-
kalori, produksi panas, dan kebutuhan untuk mengubah kehi- langan melalui kulit akibat kistik fibrosis; pada penderita de-
langan cairan insensibel untuk memodulasi pembuangan panas ngan peningkatan kehilangan melalui urin pada nefritis pem-
tubuh. Kehilangan cairan insensibel meningkat pada pening- buang garam, uropati obstruktif, pielonefritis kronis, atau
katan aktivitas (230V0), pada demam (yaitu peningkatan 12% terapi diuretik; dan pada penderita dengan peningkatan kehi-
untuk setiap peningkatan l"C suhu tubuh) dan pada penurunan langan melalui saluran cerna, seperti dari fistula, penyimpang-
penguapan lingkungan. Sebaliknya, kehilangan cairan insensi- an, drainase nasogastrik, atau penyakit inflamasi usus. Kehi-
bel turun pada penurunan aktivitas, seperti pada keadaan koma langan dari drainase iambung atau usus, biasanya diganti de-
dan hipotermi, 12Vo tiap 1oC penurunan suhu tubuh. Kehilang- ngan natrium klorida isotonik atau setengah normal. Pada
an cairan insensibel paru-paru meningkat dengan hiperventi- situasi tertetu, mungkin perlu dilakukan pengukuran kompo-
lasi, seperti pada asma atau ketoasidosis diabetes, dan turun sisi elektrolit cairan gastrointestinal untuk membantu memper-
pada atmosfir yang keiembapan tinggi atau sistem ventilasi kirakan penggantian elektrolit. Kebutuhan natrium berkurang
yang lembab. Kehilangan lewat kulit terutama sangat tinggi pada keadaan udem akibat penyakit hati, jantung atau ginjal
pada bayi dengan berat badan lahir rendah atau sangat rendah karena udem menunjukkan kelebihan natrium tubuh. Penderita
karena tingginya luas permukaan tubuh dan rendahnya kete- gagal ginjal kronis mungkin memerlukan natrium lebih sedi-
balan kulit. Pada populasi ini dapat terjadi kehilangan cairan kit, terutama bila mereka juga menderita hipertensi. Penderita
insensibel 100-200 mLlkg/24 jam. Kehilangan cairan insensi- gagal ginjal akut dengan anuria, bila euvolemik, tidak boleh
bel ini akan makin meningkat bila dilakukan fototerapi untuk diberi natrium.
hiperbilirubinemia. Kebutuhan kalium mungkin juga lebih tinggi pada penderi-
Kebutuhan cairan urin dapat meningkat bila kemampuan ta dengan kehilangan cairan gastrointestinal atau genito-
ginjal memekatkan urin berkurang oleh peningkatan beban so- urinarius abnormal yang terus berlangsung. Keadaan kehilang-
lut atau oleh penurunan sekresi atau respon terhadap hormon an kalium biasanya paralel dengan kehilangan natrium dan da-
antidiuretik (ADH). Beban solut dapat meningkat pada diabe- pat terjadi pada penyakit ginjal kronis yang disertai jejas pada
tes mellitus, setelah infus manitol atau kontras radiografi, pada medulla renalis, pada drainase lambung dan intestinal, dan
pembuangan elektrolit atau akibat diet tinggi protein. Defisi- pada penyalahgunaan laksansia dan diuretik kronis. Peningkat-
ensi ADH biasanya berhubungan dengan kondisi-kondisi Sis- an kehilangan kalium ginjal menyertai alkalosis akibat drai-
tem saraf pusat, seperti kraniofaringioma atau neoplasma yang nase lambung atau kehilangan asam hidroklorat. Pada keadaan
lain, displasia septooptik, trauma kepala, granuloma atau in- dengan penurunan kemampuan mengekskresi kalium, seperti
feksi. Penurunan respon tubulus ginjal terhadap ADH terjadi gagal ginjal konis dan insufisiensi adrenal, masukan kalium
mungkin harus disesuaikan. Pada kasus-kasus gagal ginjal
akut anuria, insufisiensi adrenal, atau asidosis berat dengan
TABEL 54-1 Metoda Penghitungan Pemakaian Kalori dari Berat Ba- hiperkalemia, tidak boleh diberikan kalium.
dan yang Disederhanakan Pada situasi klinis tertentu, seperti ruang ketiga, yaitu ter-
jadinya pemindahan cairan ekstraseluler dari ruang plasma ke
tempat lain, seperti ruang interstisial atau transeluler, mungkin
diperlukan persediaan penambahan cairan dan elektrolit. Volu-
me cairan ruang ketiga sulit dinilai, tetapi komposisi elektrolit-
nya biasanya menyerupai cairan ekstraseluler. Penggantian
xCairan cairan harus berdasarkan pada penilaian klinis, termasuk pe-
dan elektrolit rumatan: 100 mL air (35 mL kehilangan cairan insensi-
bel, 65 mL kehilangan cairan urin) dan 2-4 mEq Nadan K tiap 100 kalori yang ngaruh ruang ketiga terhadap volume plasma efektif dan pada
dipakai. status sirkulasi. Peningkatan besar-besaran cairan ekstraseluler
260 BACIAN Vll a Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

akibat pemindahan ke ruang ketiga mungkin memerlukan pe- kin dokter mempunyai berat badan dasar terbaru penderita,
nyesuaian dosis obat-obatan yang didistribusikan pada ruang pada sebagian besar situasi klinis, persentase kehilangan berat
cairan ekstraseluler. badan ditentukan dengan perkiraan berdasarkan anamnesis
Cairan dan elektrolit rumatan dapat diberikan secara per- dan pemeriksaan fisik. Bayi dengan riwayat kehilangan cairan
oral atau parenteral. Meskipun kebutuhan air, natrium dan ka- tanpa gejala klinis dehidrasi dianggap menderita dehidrasi ri-
lium dapat dengan mudah dipenuhi dengan regimen ini, perse- ngan, menggambarkan kehilangan 3-5Va berat badan atau 30-
diaan kalori tidak cukup untuk mempertahankan balans 50ml/kg berat badan. Bayi dengan gejala dehidrasi sedang
nitrogen positif. Larutan dekstrose 5Vo biasanya dapat membe- diduga kehilangan sekitar 7-10Vo berat badan, sedangkan yang
rikan cukup kalori untuk membantu menghindari katabolisme tampak jelas menderita dehidrasi diduga kehilangan 10-l5Vo
protein, tetapi pada penderita-penderita dengan sedikit sim- berat badan atau 100-150 ml/kg. Pada anak yang lebih besar
panan glikogen dan lemak, atau pada penderita-penderita de- atau dewasa, persentase cairan tubuh total terhadap berat ba-
ngan keadaan katabolisme tinggi, dekstrose sejumlah tersebut dan lebih kecil, maka dehidrasi ringan, sedang dan berat
mungkin tidak dapat memberikan cukup kalori, Pada pende- masing-masing menggambarkan kehilangan 5Vo,7Vo dan l\Vo
fita-penderita ini dan penderita-penderita yang mendapatkan penurunan berat badan.
terapi parenteral selama lebih dari beberapa hari, nutrisi tam- Jenis dehidrasi (Tabel 54-4) menggambarkan kehilangan
bahan perlu diberikan dengan alimentasi parenteral dengan la- relatif cairan dan elektrolit dan berdasarkan pada kadar na-
rutan dekstrose 5Vo atau lebih tinggi, dengan atau tanpa pe- trium serum atau osmolalitas plasma. Jenis dehidrasi ini sering
nambahan asam amino, atau dengan penggunaan nutrisi pa- terjadi bergantian, karena osmolalitas ekstraseluler terutama
renteral total (NPT) yang diberikan melalui kateter vena sen- ditentukan oleh konsentrasi natrium, kation ekstraseluler tdr-
tral dalam, jalur arterial, atau fistula arterivenosa. Jalur-jalur banyak, dan klorida, anion ekstraseluler terbanyak yang ber-
tersebut berisiko mendapat infeksi atau trombosis, sehingga hubungan erat dengan natrium. Dehidrasi hipotonik atau hi-
harus diinsersi, dirawat dan diganti oleh petugas-petugas yang ponatremik terjadi bila kadar natrium serum kurang dari 130
terlatih. Yang lebih penting lagi adalah kesadaran bahwa NPT mEq/L, dehidrasi isonatremik atau isotonik terjadi bila kadar
merupakan "obat" yang penting dan potensial menjadi toksik. natrium serum 130-150 mEq/L, dan dehidrasi hipertonik atau
Penggunaan NPT yang kurang berhati-hati akan mengakibat- hipernatremik bila kadar natrium serum lebih dari 150 mEq/L.
kan kelebihan natrium, lialium, magnesium atau osmolaritas Dehidrasi hipertonik dapat terjadi dengan kadar natrium serum
bila diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal; ketidak- kurang dari 150 mEq/L bila ada kadar osmol tidak normal
adekuatan persediaan kation dan anion seperti kalium, magne- lain, seperti glukosa pada ketoasidosis diabetes, atau manitol.
sium dan fosfat pada penderita anabolik tinggi, atau jumlah Pada uremia, peningkatan urea meningkatkan osmolalitas ek-
natrium berlebihan pada penderita trombosis arteri renalis atau straseluler, tetapi karena urea dapat berdifusi dengan baik me-
gagal ginjal yang berisiko menderita hipertensi. Terapi ini da- lewati membran sel ke ruang intraseluler, maka efeknya
pat menimbulkan komplikasi hiperglikemia, hipofosfatemia terhadap osmolalitas ekstraseluler kecil sampai tidak ada.
dan asidosis metabolik berat yang kadang-kadang dapat mem- Jenis dehidrasi mempunyai cabang-cabang penting dari
bahayakan jiwa. Rasio kalsium terhadap fosfor pada NPT yang sudut patofisiologi, terapi dan prognosis. Osmolalitas intra-
diberikan pada bayi berat badan lahir sangat rendah sangat seluler dan ekstraseluler dipertahankan pada kadar yang seim-
penting untuk merangsang retensi kalsium dan fosfor, serta bang dalam tubuh. Perubahan osmolalitas pada satu ruangan
meningkatkan mineralisasi tulang. Dokter harus selalu (kompartemen) mengakibatkan perpindahan air yang berdifusi
memperhatikan dan menyesuaikan kebutuhan jumlah dan bebas melewati membran sel dari satu kompartemen ke kom-
komposisi cairan NPT harian, karena kebutuhan gizi penderita partemen lain untuk mengembalikan keseimbangan osmola-
mungkin berubah-ubah setiap hari. Yang juga perlu diperhati- litas antar kompartemen air tubuh. Pada dehidrasi isotonik
kan adalah kadar elektrolit serum, kalsium, fosfor, magnesium, atau isonatremik, tidak ada perbedaan osmotik antara kedua
glukosa dan urea nitrogen serum, serta masukan dan keluaran sisi dinding sel, sehingga volume cairan intraseluler tidak be-
cairan dan berat badan. rubah. Pada dehidrasi hipotonik atau hiponatremik, cairan ek-
TERAPI DEFISIT. Defisit cairan dan elektrolit (Tabel 54-2)
menggambarkan pengaruh kumulatif masukan makanan oral
atau parenteral, kehilangan cairan tubuh patologis, akibat pro- TABEL 54-2 Perkiraan Defisit Air dan Elektrolit pada Bayi dengan
ses penyakit, atau kehilangan cairan tubuh fisiologis, termasuk Dehidrasi agak Berat
usaha koreksi untuk menyesuaikan volume dan komposisi ke-
hilangan melalui jalur ekskresi normal. Efek akhirnya adalah
defisit yang sering serupa dalam berat dan komposisinya, se-
hingga meskipun penyebabnya berbeda-beda sering dapat dite-
rapi dengan cara yang serupa. Beratnya defisit menggam-
barkan berat dan kecepatan perubahan, tetapi jenis defisit
menggambarkan kehilangan relatif cairan dan elektrolit, teru-
tama natrium.
Beratnya Defisit. Beratnya defisit cairan digambarkan oleh
persentase penurunan berat badan (Tabel 54-3). penurunan xsemua
perkiraan defisit dalam tiap kilogram berat badan.
akut berat badan lebih menggambarkan kehilangan cairan dan
I Dikonversi terhadap kerusakan sel-seljaringan: -t g N = 3 mEq K
elektrolit, daripada massa tubuh tanpa lemak. Meskipun mung- $ Balans negatif klorida menunjukknn kelebihan pada permulaan terapi.
54 I Terapi Cairan 261

TABEL 54-3 Penilaian Klinis Beratnya Dehidrasi

straseluler relatif hipotonik terhadap cairan intraseluler, se- TABEL 54-4 Dehidrasi dan Konsentrasi Natrium Serum
hingga air bergerak dari kompartemen ekstraseluler ke intrase-
Jeni$ rilruhidr*si ii lilir
luler. Kehilangan volume akibat kehilangan eksternal dalam
bentuk dehidrasi ini akan makin diperberat dengan perpinda-
han cairan ekstraseluler ke kompartemen intraseluler. Hasil
akhirnya adalah penurunan volume ekstraseluler berat yang se-
cara. klinis tampak sebagai dehidrasi berat yang mengakibat-
kan kegagalan sirkulasi. Pada penderita dehidrasi hipertonik
atau hiperna-tremik terjadi sebaliknya, air berpindah dari ru-
ang intraseluler ke ruang ekstraseluler untuk mengembalikan adekuat. Sebagian besar bayi dengan dehidrasi berat mempu- -
keseimbangan osmolalitas antar kompartemen. Ini adalah satu- nyai riwayat letargi, lesu, dan penurunan respons; yang dengan
satunya bentuk dehidrasi yang secara bermakna menurunkan dehidrasi hipernatremik cenderung iritabel dan rewel. penu-
volume intraseluler. Gejala kehilangan ekstraseluler tertutupi runan frekuensi dan volume urin biasa terjadi pada dehidrasi
oleh sindrom "pencurian" kdmpartemental ini. berat, tetapi hal ini mungkin dapat tidak terjadi pada anak de-
Anamnesis yang teliti terbukti dapat memberi informasi ngan gangguan kemampuan ginjal mengkonsentrasi urin.
perkiraan jumlah dan jenis defisit. Perhatian harus diberikan Anak ini terus mengekskresi sejumlah besar urin meskipun
pada jenis dan jumlah masukan dan keluaran cairan, perubah- menderita kehilangan volume berat. Hal ini dapat pula terjadi
an berat badan atau frekuensi dan penampilan urin, serta pada pada beberapa bayi dengan berat badan lahir sangat rendah.
keadaan umum dan perilaku anak. Seorang anak yang telah Manifestasi Klinik. Tabel 54-3 meringkaskan gambaran pe-
menderita diare selama beberapa hari dan telah minum cukup meriksaan fisik anak-anak dengan dehidrasi ringan, sedang
air dengan sedikit garam mungkin akan datang dengan hipona- dan berat. Anak-anak dengan dehidrasi ringan mempunyai ri-
tremia. Seorang bayi dengan demam tinggi selama beberapa wayat yang sesuai dengan dehidrasi tetapi hanya mengalami
hari dan hanya minum sedikit air mungkin menderita hiperna- sedikit gejala dehidrasi, sedangkan penderita dehidrasi berat
tremia, demikian pula dengan anak yang minum formula yang menunjukkan gejala-gejala fisik yang jelas. Penderita dehidra-
terlalu kental, yang tidak tepat membuatnya, ataupun larutan si sedang terletak diantaranya.
elektrolit buatan sendiri. Bayi yang mendapatkan diuretik atau Gejala klinis dehidrasi terutama menggambarkan kehilang-
dengan kondisi kehilangan garam melalui ginjal dapat mende- an volume cairan ekstraseluler, dan dengan demikian meliputi
rita hiponatremia bila tidak mendapatkan masukan oral yang perubahan volume plasma, cairan interstisial dan transeluler.
adekuat. Tetapi bayi dengan DIN primer atau sekunder, tanpa Cairan transeluler meliputi cairan kelenjar liur, pankreas,
banyak minum air bebas, sangat mungkin menderita dehidrasi hepar dan traktus biliaris; cairan mukosa traktus respiratorius
hipernatremia. dan gastrointestinal; humor vitreous mata; cairan serebrospi-
Dehidrasi hipernatremik dan hiponatremik masing-masing nal, dan isi intraluminal traktus gastrointestinal. Cairan serupa
terjadi pada 70-15V0 populasi, namun sekitar 707o dehidrasi cairan ekstraseluler lain yang dapat menimbulkan gejala kehi-
pediatrik bersifat isotonik, karena kehilangan cairan feses hi- langan volume meliputi efusi peritoneum, pleura, dan perikar-
potonik, diganti dengan cairan oral hipotonik, meskipun tidak dium.
262 BAGIAN Vll I Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

Dehidrasi ringan, mungkin hanya tampak sebagai haus dan membantu memperkirakan beratnya dehidrasi dan monitor re-
kadang-kadang perubahan perilaku. Pada dehidrasi sedang spon rehidrasi. Namun, bila hemoglobin dan hematokrit tam-
atau berat, fontanella anterior cekung, menunjukkan penurun- pak normal meskipun penderita mengalami dehidrasi berat,
an volume cairan serebrospinal, membran mukosa kering aki- dokter harus mencurigai bahwa telah terjadi hemokonsentrasi
bat kehilangan cairan transelular, kulit tampak berkerut akibat dan penderita telah menderita anemia, seringkali akibat defisi-
penurunan cairan interstitial dan mata cowong akibat penurun- ensi besi.
an volume humor vitreous. Tampak cekungnya mata sering Nilai elektrolit plasma dan serum sering membantu. Kon-
tampak jelas untuk orangtua tetapi tidak selalu diketahui dok- sentrasi natrium serum menentukan jenis dehidrasi dan meng-
ter; gejala ini merupakan gejala yang pertamakali membaik se- gambarkan kehilangan relatif air dan elektrolit, bukan sim-
telah rehidrasi. Pengkerutan kulit, sering tidak dinilai dengan panan natrium tubuh total. Hipernatremia biasanya bukan di-
benar, harus diperiksa dengan secara lembut mencubit dengan sebabkan oleh kelebihan natrium, tetapi lebih sering akibat de-
sedikit memuntir kulit dinding perut atau dada. Kulit yang fisiensi ringan atau sedang natrium tubuh total.
berkerut tetap berada dalam posisi dicubit dan tidak segera Kalium serum biasanya normal atau meningkat pada dehi-
kembali normal. Kerutan kulit mungkin agak sulit ditentukan drasi diare. Hiperkalemia dapat berhubungan dengan asidosis
pada anak malnutrisi berat dan bayi prematur. Pada penderita atau penurunan fungsi ginjal. Hipokalemia dapat terjadi pada
ini, perkiraan dehidrasi dapat berlebihan. Produksi air mata kehilangan feses bermakna; pada kehilangan cairan lambung
mungkin berkurang pada dehidrasi berat, meskipun kadang- yang disertai alkalosis, seperti pada stenosis pilorus, atau pada
kadang masih ada sedikit air mata. Dengan hipovolemia akibat perpindahan kalium ke intraseluler akut pada pemberian glu-
penurunan volume plasma, mungkin akan timbul hipotensi, kosa dan alkali. Kehabisan kalium tubuh total berat biasany'a
ekstremitas dingin dan aktivasi sistem saraf simpatik disertai terjadi sebelum harga kalium plasma ekstraseluler turun diba-
takhikardi dan berkeringat. Terjadi perubahan postural tekanan wah normal. Hiperkalemia dan hipokalemia harus dimonitor
darah dan denyutjantung, tetapi biasanya tidak dievaluasi. Hal ketat dengan pemeriksaan serum serial dan dengan elektrokar-
ini merugikan karena ossillometri dan tehnik Doppler biasanya diogram atau monitor jantung terus menerus. Hiperkalemia
berhasil untuk mengukur tekanan darah sistolik pada bayi oleh sebab apapun merupakan kontraindikasi pemberian ka-
yang tekanan darahnya sulit diukur dengan auskultasi. lium parenteral, tetapi hipokalemia biasanya ditangani dengan
Pada dehidrasi berat, terjadi kolaps sirkulasi, ditandai de- penggantian secara hati-hati dan konservatif.
ngan ekstremitas dingin, sianotik dan lembab, nadi cepat dan Konsentrasi bikarbonat serum berguna untuk mendeteksi
dangkal, kulit burik dan letargi berat atau koma. Keterlambat- asidosis atau alkalosis metabolik. Asidosis paling sering diser-
an pengisian kapiler kembali sering terjadi pada penderita dehi- tai dengan penyakit diare karena kehilangan bikarbonat tinja
drasi berat. Pengisian kembali kapiler yang dinilai dengan me- dan karena retensi anion hasil katabolisme jaringan serta penu-
nekan bola ibu jari atau ibu jari kaki, dan memperkirakan atau runan fungsi ginjal. Alkalosis terjadi pada muntah-muntah be-
mengukur kembalinya aliran darah atau pemerahan, akan lebih rat atau drainase nasogastrik. Penentuan gas darah akut
dari 3 detik pada kekurangan cairan berat. Pengisian kembali mungkin berguna untuk menentukan beratnya perubahan pH
kapilerjuga dapat tertunda pada lingkungan udara yang dingin. darah dan kontribusi relatif kelainan metabolik dan respirato-
Jenis dehidrasi yang berbeda dapat menimbulkan manifes- rik terhadap perubahan asiditas.
tasi klinis yang berbeda. Penderita dehidrasi hipotonik, karena Karena nilai klorida biasanya paralel dengan natrium,
kehilangan eksternal dan perpindahan cairan interna, dapat hiperkloremia menyertai hipernatremia, sedangkan hipoklore-
mengalami kekurangan volume berat dan syok. Penderita de- mia menyertai hiponatremia. Perbedaan jumlah kation yang
hidrasr hipernatremik cenderung menampakkan lebih sedikit dapat diukur (yaitu natrium dan kalium) dengan anion (yaitu
gejala dehidrasi, meskipun dengan kehilangan cairan yang klorida dan bikarbonat) yang normalnya sekitar 12 + 4 mEqlL,
hampir sama volumenya. Kulit mereka hangat dan teraba disebut kesenjangan anion. Kesenjangan anion meningkat
kenyal. Penderita dehidrasi hipernatremia cenderung letargi, pada kasus-kasus penurunan fungsi ginjal dan retensi sulfat,
tetapi sangat iritabel bila dipegang, dan hipertonik serta hiper- fosfat dan anion tidak diukur lainnya, serta kasus-kasus asido-
refleksik. Penderita asidosis sistemik akibat diare dan kehi- sis keton dan laktat akibat kerusakan jaringan dan penurunan
langan bikarbonat tinja berlebihan mungkin menunjukkan perfusi otot. Penurunan kesenjangan anion dapat terjadi pada
pemafasan Kussmaul, sedangkan yang dengan hipokalemia hipoalbuminemia, tetapi tidak adanya kesenjangan anion ser-
mungkin tampak lemah, distensi perut, ileus dan aritmia jan- ing menunjukkan kesalahan laboratorium.
tung. Penderita hipokalsemia atau hipomagnesemia mungkin Kadar ureahitrogen darah dan kreatinin serum dapat me-
mengalami tetani, kedutan otot dan kelainan gambaran elek- ningkat pada dehidrasi berat karena penurunan laju filtrasi
trokardiografi. glomerulus (LFG). Peningkatan difusi kembali urea dari tubu-
Evaluasi Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium mungkin - lus proksimal akibat penurunan aliran urin dapat mengakibat-
bermanfaat untuk mengevaluasi sifat dan beratnya dehidrasi kan azotemia pada anak dengan oliguria tanpa disertai
dan untuk mengarahkan terapi, tetapi pemeriksaan tersebut ti- peningkatan nilai kreatinin serum. Kadar urea nitrogen serum
dak dapat menggantikan observasi klinis penderita. Penatalak- mungkin rendah pada bayi dengan anabolisme tinggi, sedang-
sanaan dehidrasi memerlukan ketrampilan klinis dokter. Pada kan peningkatan sejati nilai kreatinin serum mungkin tidak
kasus-kasus dehidrasi berat, terapi harus segera dimulai, bah- diperhatikan'dokter karena tidak tahu bahwa nilai kreatinin se-
kan sebelum datangnya hasil pemeriksaan laboratorium. rum normal bayi dan anak kecil biasanya lebih rendah dari-
Mengidentifikasi hemokonsentrasi, ditunjukkan dengan pe- pada pada anak besar dan remaja. Nilai kreatinin serum I
ningkatan hemoglobin, hematokrit dan protein plasma, dapat mg/dl pada remaja mungkin menunjukkan LFG normal, teta-
55 I Prinsip-prinsip Terapi 263

pi nilai yang sama pada bayi berumur 2 bulan dapat berarti dan air biasanya hampir sepenuhnya terkoreksi. Fase akhir
LFG25Vo normal. Seorang anak dapat saja menderita dehidra- adalah mengembalikan penderita ke komposisi normal, yang
s; berat tanpa kelainan urea nitrogen dan kreatinin serum kare- biasanya disertai kembali ke pemberian makanan peroral dan
na penimbunan produk sampah akibat penurunan fungsi ginjal dengan koreksi defisit kalium tubuh total dengan lebih berta-
yang terjadi selama masa yang lama. hap.
Urinalisis yang paling membantu adalah pengukuran berat TERAPI lNlSlAL. Tujuan terapi inisial adalah secara cepat
jenis spesifik urin, yang biasanya meningkat pada kasus-kasus mengembangkan volume cairan ekstraseluler, terutama volu-
dehidrasi bermakna, tetapi akan kembali normal setelah rehi- me plasma, untuk mencegah atau mengobati syok (Tabel 55-
drasi. Meskipun kemampuan bayi mengkonsentrasi urin ku- 3). Harus digunakan larutan elektrolit isotonik yang menyeru-
rang, tetapi bahkan yang baru berusia beberapa minggupun pai komposisi plasma. Salin isotonik (misalnya 0,9% natrium
dapat menunjukkan dengan jelas peningkatan beratjenis spesi- dan klorida, keduanya 154 mEq/L) mengandung glukosa (5 g/
fik pada keadaan dehidrasi bermakna. Berat jenis spesifik ku- dL) sangat bermanfaat, terutama pada penderita dehidrasi de-
rang dari 1,020 menunjukkan dehidrasi ringan atau tanpa ngan alkalosis metabolik. Pada penderita dengan metabolik
dehidrasi, ataupun gangguan konsentrasi urin, seperti pada pe- asidosis berat, asidosis dapat memperburuk akibat penamba-
nyakit ginjal kronis atau pada diabetes insipidus primer atau han beban klorida dan pengenceran kadar bikarbonat serum.
sekunder. Pada dehidrasi, urinalisis dapat menemukan silinder Pada keadaan ini, larutan isotonik dimana sebagian kloridanya
hialin atau granular, sedikit lekosit atau eriffosit, dan 30-100 diganti bikarbonat (misalnya mengandung 140 mEq/L na-
mgldL proteinuria. Penemuan ini biasanya tidak disertai pa- trium, 115 mEq/L klorida, 25 mEqlL bikarbonat) dapat digu-
tologi ginjal yang bermakna dan dapat membaik dengan terapi. nakan. Ringer laktat juga memberikan buffer tambahan tetapi
harus sangat hati-hati digunakan pada penderita dengan asido-
sis atau gangguan kemampuan mengubah laktat menjadi bi-
karbonat.
Pada fase inisial, 20-30 ml/kg berat badan larutan isotonik
I Ban 55 harus diberikan secara bolus dan diulang kedua atau ketiga
kali sampai penderita secara hemodinamik stabil. Pada saat
P rin s ip -p rins ip T e rapi ini, hasil laboratorium biasanya sudah tersedia sehingga dokter
dapat melanjutkan dengan pendekatan yang logis dan teren-
cana baik. Terapi inisial ini digunakan untuk dehidrasi hiper-
natremia, hiponatremia maupun isotonik. Pada kasus-kasus
hipernatremia, mungkin diberikan natrium berlebihan, tetapi
pengaruhnya pada kadar.natrium biasanya minimal. Pada hi-'
Pada beberapa penderita dehidrasi, terutama yang dengan ponatremia, tidak jarang diperlukan lebih dari satu bolus. Hal
dehidrasi berat, kolaps sirkulasi dan syok, cairan intravena ha- ini menunjukkan beratnya kehilangan cairan intravaskuler
rus diberikan secara gawat darurat, bahkan sebelum dilakukan pada kondisi ini, dan diperlukan natrium tambahan untuk
evaluasi le.ngkap terhadap penderita (lihat Bab 60). Pada mengembalikan osmolalitas plasma normal.
situasi yang lebih tidak mendesak, sebelum pemberian cairan, Dokter tidak boleh merehidrasi penderita dengan cairan hi-
penderita harus dievaluasi teliti secara klinis, sedangkan jenis potonis. Pendekatan ini gagal "mempertahankan" cairan rehi-
dan jumlah cairan harus dihitung teliti. Harus dipertimbangkan drasi dalam ruangan ekstraseluler, dan mungkin, lebih berba-
besarnya kehilangan air dan natrium, proyeksi perubahan haya lagi bila mengakibatkan penurunan cepat nilai natrium
komposisi tubuh akibat penyakit, dan pengaruhnya pada kese- serum penderita hipernatremia. Hal ini akan memicu terjadi-
imbangan ion kalium dan hidrogen. Pendekatan terapeutik nya edema otak, suatu konsekuensi buruk penggunaan larutan
yang serupa sering digunakan pada penderita-penderita dehi- inisial yang tidak isotonis.
drasi akibat penyebab yang berlainan. Kalium sebaiknya tidak diberikan dalam cairan intravena
Rehidrasi oral (Tabel 55-1) dapat berhasil digunakan pada kecuali bila penderita sangat hipokalemia atau fungsi ginjal
penderita dengan dehidrasi ringan atau sedang. Terapi tersebut sudah diketahui. Ringer laktat memang mengandung kalium
memerlukan perhatian khusus dan konsisten dari pemberi tetapi jumlahnya minimal dan biasanya tidak perlu diperhati-
perawatan yang berkompeten, memerlukan pengetahuan me- kan bila digunakan sebagai larutan hidrasi inisial. Pada keada-
ngenai formula rehidrasi yang sesuai dan ketaatan penderita.
Terapi parenteral diindikasikan untuk penderita dehidrasi berat
Tabel 55-l Perbandingan Larutan Rehidrasi Oral
dan yang menolak pemberian peroral atau muntah-muntah per-
sisten. Meskipun jalur intravena lebih disukai untuk terapi par-
enteral, cairan dapat diberikan secara'intraperitoneal atau
intraosseus pada keadaan-keadaan tertentu. Terapi parenteral
mempunyai 3 fase. Terapi inisial digunakan untuk secara cepat
mengembangkan volume cairan ekstraseluler dan memper-
baiki sirkulasi serta fungsi ginjal. Terapi selanjutnya ditujukan
untuk mengganti defisit sambil memberikan kebutuhan air dan
elektrolit rumatan, serta kehilangan yang terus menerus ber-
langsung (Tabel 55-2). Selama fase ini, kehilangan natrium
264 BAGIAN VII I Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

Tabel 55-2 Komposisi Kehilangan Cairan Eksternal tidak Normal rita dapat makan peroral, atau dalam nutrisi parenteral pada
kasus terapi parenteral berkepanjangan. Hal ini penting karena
ffi$ t€is?
,i{#du}+:t kalium harus berpindah dari kompartemen cairan ekstraseluler
mencapai kompartemen cairan intraseluler tempat sebagian
besar kalium disimpan. Pemberian kalium parenteral dalam
jumlah besar dapat menyebabkan hiperkalemi, yang dapat
mengakibatkan sequele jantung berat. Kalium biasanya tidak
diberikan sebelum penderita kencing dan menunjukkan keade-
kuatan fungsi ginjal. Beberapa dokter bahkan menunda pem-
berian kalium pada 8-16 jam pertama, namun, ada situasi, se-
perti pada penderita diare berkepanjangan, alkalosis hipo-
kalemik (misalnya stenosis pilorik) atau ketoasidosis diabetes,
yang diasumsikan kehilangan kalium dalam jumlah besar,
penggantian tidak boleh ditunda.
Pemberian cairan yang mengandung glukosa tanpa pembe-
rian kalium dapat memperberat hipokalemia dan mengakibat-
kan penyulit bermakna atau membahayakan jiwa. Secara
an yang tidak ada harapan dimana tidak ada larutan elektrolit, umum, cairan yang digunakan adalah yang mengandung kon-
diperlukan ekspansi plasma murni, dan bila anemia berat sentrasi kalium sekitar 40 mEqil-. Hanya pada kasus-kasus ter-
menyertai keadaan klinis penderita, dapat diberikan darah se- tentu, seperti pada penderita hipokalemia berat atau kehilang-
jumlah 10 ml/kg. Darah harus diberikan dengan sangat hati- an kalium banyak yang terus berlangsung, seperti pada pembe-
hati, karena darah mungkin lambat tersedia, bermasalah dalam rian beberapa obat nefrotoksik tertentu, kadar dalam serum ha-
reaksi-silang (cross-matchlng), risiko trombosis, dan risiko rus diawasi ketat, penderita mungkin memerlukan monitor
transmisi penyakit infeksi tidak terdeteksi. Infus albumin 57o jantung berkesinambungan.
berguna untuk mengembangkan kembali volume plasma tetapi KOREKSI DEFISIT. Dehidrasi lsonatremik. Pada dehidrasi
tidak boleh menggantikan usaha mengembalikan defisit volu- isonatremik, kehilangan cairan isotonik dari tubuh menimbul-
me ekstraseluler dan mungkin hanya bermanfaat sementara kan gejala klinis menonjol akibat kekurangan pada komparte-
pada penderita sindrofiI kebocoran kapiler difus. men cairan ekstraseluler seperti plasma. Karena ada sejumlah
TERAPI SELANJUTNYA. Fase terapi selanjutnya bertujuan besar perpindahan natrium ekstraseluler kedalam sel untuk
untuk melanjutkan penggantian defisit yang masih ada, penye- mengkompensasi kekurangan kalium intraseluler, dianjurkan
diaan cairan dan elektrolit rumatan, dan penggantian kehilang- pengganti hanya dua pertiga dari kehilangan yang tampak.
an yang terus berlangsung. Kebutuhan air dan natrium untuk Pendekatan ini telah divalidasi dengan penelitian keseimbang-
defisit, rumatan dan kehilangan yang terus berlangsung sampai an yang menunjukkan bahwa pada anak-anak dengan dehidra-
volume dan komposisi cairan pengganti yang akan digunakan si berat, kehilangan luar bersih adalah sekitar 10 mEq natrium
dapat dihitung dalam interval 8 jam (lihat Tabel 55-3). Mi- tiap 100 mL air. Yang lain menganjurkan pemberian cairan
salnya, pada dehidrasi isotonik l0%, komposisi akhir cairan isotonik untuk pengembalian segera volume cairan ekstrase-
rehidrasi 8 jam pertama setelah bolus awal diberikan adalah luler karena perpindahan natrium dari ruang intraseluler berta-
sepertiga sampai setengah isotonik, dan untuk 16 jam berikut- hap dan baru sempurna setelah kembali penuhnya kadar ka-
nya, dengan komposisi sepertiga isotonik. Dokter harus mema- lium intraseluler, suatu proses yang mungkin memerlukan
hami proses ini karena penyederhanaan berlebihan terapi waktu beberapa hari. Kelebihan natrium yang diberikan de-
cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan komplikasi berat ngan cara ini jarang mengakibatkan peningkatan kadar na-
pada penderita yang sulit atau tidak terduga. trium serum, dan dalam keadaan fungsi ginjal normal, akan
Kehilangan kalium biasanya diganti secara bertahap, defisit segera dibuang begitu ada natrium yang berpindah dari kom-
kalium tubuh total tidak segera kembali normal sampai pende- partemen intraseluler.

Tabel 55-3 Terapi dehidrasi isotonik pada bayi dengan berat badan 10 kg pada 24 jampertama
E Jaru Fsrtrlifiii #.[ti'ff
#in

irl, L?-;;r:i.*$.1 ill

t'ofl i(i

i:l
i
irl
52&2\' ; ...e.i., riiif'$ ll
oiisoi+:i i
]fi i r ii lilw;; =.,ii*iiffi00d
;t$Ullriii rii il lllriii
*
Perkiraan larutan elektrolit: I jam pertama I sampai I isotonik, sedangkan I 6 jam berikutnya f isotonik.
f nilai dalam kurung menunjukkan de.fisit natrium netto dengan asumsi adanya pelepasan penyimpanan natium intraseluler selama rehidrasi
$ setelqh bolus awal diberikan, nilai dalam kurung menunjukknn defisit natrium.
55 I Prinsip-prinsip TeraPi 265

Tabel 55-3 menuniukkan baik pendekatan maupun per- travena, dengan kecepatan I ml/menit sampai maksimum 12
kiraan kisaran defisit natrium pada anak dengan dehidrasi se- ml/kg berat badan.
dang sampai berat. Penggantian keseluruhan defisit dihitung Dehidrasi Hipernatremik. Terapi cairan untuk dehidrasi hi-
untuk 24 jam, setengah bagian pertama diberikan pada 6-8 jam pernatremi dapat sukar karena hiperosmolalitas berat dapat
pertama terapi. Rehidrasi awal dengan bolus cairan dikurang- mengakibatkan kerusakan serebrum dengan perdarahan dan
kan dari keseluruhan pada jangka 8 jam pertama. Kebutuhan trombosis serebral luas, serta efusi subdural. Jejas serebri ini
rumatan diperhitungkan berdasarkan jam sehingga sepertiga dapat mengakibatkan defisit neurologis menetap. Bahkan tan-
kebutuhan cairan dan elektrolit rumatan diberikan setiap 8 pa adanya lesi patologis yang jelas, kejang sering terjadi pada
jam. Secara umum, kebutuhan rumatan harus diberikan tanpa penderita hipernatremia berat. Diagnosis jejas serebri akibat
melihat defisit dan kehilangan yang terus berlangsung. Bebe- hipernatremia dapat diduga dengan menemukan peningkatan
rapa kondisi yang dapat mempengaruhi kehilangan cairan in- kadar protein dalam cairan serebrospinal. Trombosis dapat ju-
sensibel, kebutuhan cairan ginjal, atau perubahan kebutuhan ga terjadi pada organ lain, seperti vena-vena renalis.
natrium dan kalium rumatan normal mungkin memerlukan pe- Seringkali, kejang terjadi selama pengobatan bersamaan
nyesuaian dari keadaan biasa. Misalnya, penderita uropati ob- dengan kembalinya natrium serum ke. kadar normal. Selama
struktif dan pembuangan garam ginjal memerlukan jumlah masa dehidrasi, kandungan natrium sel-sel otak meningkat, os-
natrium harian yang lebih tinggi daripada kebutuhan rumatan. mol idiogenik intraseluler, terutama taurine, dihasilkan. De-
Demikian juga, penderita hipertermi memerlukan pemberian ngan penurunan cepat osmolalitas cairan ekstraseluler akibat
lebih banyak cairan untuk kehilangan cairan insensibel, demi- perubahan natrium serum, dan k4dang-kadang disertai penu-
kian pula anak dengan defek konsentrasi ginjal memerlukan runan konsentrasi substansi lainnya yang secara osmotik aktif,
lebih banyak cairan untuk mengganti kehilangan air ginjal. misalnya glukosa, dapat terjadi perpindahan berlebihan air ke
Kehilangan yang terus berlangsung menunjukkarl perkiraan dalam sel otak selama rehidrasi dan menimbulkan udem sere-
kehilangan patologis yang terus berlangsung. Pada Tabel 55-3, bri. Pada beberapa penderita, udem otak ini dapat ireversibel
kehilangan tinja yang terus berlangsung menunjukkan perki- dan bersifat mematikan. Hal ini dapat terjadi selama koreksi
raan kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi dalam 24 hipernatremia yang terlalu tergesa-gesa atau dengan penggu-
jam pertama perawatan (lihat Tabel 55-2). Penderita harus naan larutan hidrasi awal yang tidak isotonis. Insiden kom-
diobservasi ketat, karena kehilangan dapat lebih besar atau ku- plikasi ini dapat diturunkan dengan mengkoreksi dehidrasi dan
rang dari yang diharapkan. Kegagalan mengantisipasi hal ini hipernatremia secara bertahap selama beberapa hari. Terapi di-
akan mengakibatkan keterlambatan penting pengembalian vo- sesuaikan untuk mengembalikan kadar natrium serum ke nilai
lume cairan ekstraseluler. Bila perlu, kehilangan ha-rus diukur normal tetapi tidak lebih cepat dari 10 rnEq/I-124 jam.
dan lebih sering diganti daripada tiap 8 jam, mengingat kondi-
Karena defisit natrium dehidrasi hipernatremi relatif kecil,
si klinis penderita.
sedangkan volume cairan ekstraseluler relatif dipertahankan,
Dehidrasi Hiponatremik. Kehilangan natrium yang re- maka jumlah air dan natrium yang harus dimasukkan pada
latif lebih besar daripada air mengakibatkan dehidrasi hipona- fase terapi ini lebih rendah daripada pada dehidrasi hipona-
tremik. Kelebihan kehilangan natrium dapat dihitung dari tremi atau isonatremi. Regimen yang sesuai adalah larutan
rumus, dekstrose 5Vo mengandung 25 mEq/L natrium sebagai kombi-
nasi bikarbonat dan klorida. Ada yang menyarankan penggu-
Defisit natrium (mEq) = (135-SNa) air tubuh total
naan 40 mEq/L natrium dan 40 mEq/L kalium. Ada juga yang
(dalam L) (0,6 x berat badan dalam kg
menyarankan penggunaan cairan dengan konsentrasi natrium
Srua berarti konsentrasi natrium serum yang terukur, sedangkan yang lebih tinggi. Meskipun cairan ini mengakibatkan kelebi-
135 adalah nilai normal rendah natrium serum. Meskipun na- han pemberian natrium pada penderita ini, cairan ini dapat
trium terutama suatu kation ekstraseluler, air tubuh total digu- meringankan terhadap penurunan cepat natrium serum. Sebagi4n
nakan untuk menghitung defisit natrium. Hal ini untuk meng- besar penelitian menunjukkan bahwa komposisi larutan rehidra-
ganti kehilangan natrium dari cairan ekstraseluler, untuk setiap si tidak begitu penting dibanding keharusan untuk mengem-
ekspansi cairan ekstraseluler yang terjadi akibat penggantian, balikan defisit secara perlahan dan bertahap selama 48-72 jwn,
dan untuk penggantian kehilangan natrium dari sumber na- disertai pengembalian perlahan nilai natrium serum ke normal.
trium yang dapat dipertukarkan, seperti tulang (lihat Bab 46). Bila terjadi kejang, biasanya dapat dikontrol dengan anti
Pengobatan dehidrasi hiponatremik serupa dengan pada de- kejang, pemberian 3-5 ml-lkg larutan natrium klorida 3Vo se-
hidrasi isonatremik, kecuali bila kehilangan natrium ekstra ha- cara intravena, atau usaha-usaha untuk menurunkan tekanan
rus diperhitungkan pada saat menghitung pemberian elek- intrakranial yang tinggi, seperti manitol atau hiperventilasi.
tfolit. Pemberian tambahan natrium untuk mengganti kehilang- Pengobatan dehidrasi hipernatremi dengan air dalam jum-
an harus secara bertahap selama 24-48 jam sesuai dengan ek- lah besar, dengan atau tanpa garam, sering mengakibatkan ek-
spansi volume. Konsentrasi natrium serum tidak perlu men- spansi volume cairan ekstraseluler sebelum adanya ekskesi
dadak ditingkatkan dengan pemberian larutan salin hipertonis, klorida yang penting atau koreksi asidosis. Akibatnya, kadang-
kecuali bila timbul gejala, seperti kejang. Timbulnya kejang kadang dapat terjadi udem atau gagal jantung. Hipokalsemia
berhubungan erat dengan kecepatan perubahan natrium serum kadang-kadang terjadi selama pengobatan dehidrasi hiperna-
maupun kadar absolutnya, dan sangatjarang kecuali bila kadar tremi dan mungkin memerlukan pemberian kalsium intra-
natrium turun kurang dari 120 mEq/L. Hiponatremia simtoma- vena. Komplikasi lain adalah jejas tubulus ginjal dengan azo-
tik biasanya diobati dengan pemberian natrium klorida 3% in- temia dan kehilangan kemampuan memekatkan.
266 BAGIAN Vll I Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

Meskipun dehidrasi hipernatremi telah dapat diobati de- kitar'70Eo penderita, kehilangan air dan natrium sebanding se-
ngan baik, penatalaksanaannya sukar dan sering terjadi kejang, hingga terjadi dehidrasi isonatremik. Dehidrasi hiponatremik
bahkan dengan regimen-regimen yang telah dirancang dengan dijumpai pada sekitar l}-l5%o penderita diare. Hal ini terjadi
sangat baik. Sangat perlu ditekankan pentingnya pencegahan bila sejumlah besar elektrolit, terutama natrium, hilang dari
sequele neurologis. Komplikasi dehidrasi hipernatremi, teru- tinja, melebihi kehilangan cairan. Hal ini sering terjadi pada
tama udem otak, seringkali bukan akibat hipernatremianya disentri basilar atau kolera. Hiponatremia dapat diperberat
sendiri, tetapi karena rehidrasi yang agresifdan tidak sesuai. atau ditimbulkan bila selama masa diare, diberikan sejumlah
Defisiensi Gizi. Meskipun terapi cairan parenteral meng- besar masukan cairan rendah atau bebas elektrolit peroral.
akibatkan masukan kalori yang tidak mencukupi kebutuhan Hilangnya sejumlah lebih besar air dibanding kehilangan
penderita, hal inijarang menjadi kekhawatiran karena biasanya elektrolit mengakibatkan dehidrasi hipernatremik. Hal ini da-
jangka waktu terapi pendek. Setelah penderita dapat kembali pat dijumpai pada sekitar 15-20Vo penderita diare dan dapat
ke diet normal, setiap defisit lemak, glikogen dan protein tu- terjadi bila selama diare diberikan larutan elektrolit rumah
buh dapat segera dikoreksi. Bila diperlukan terapi cairan pa- tangga dengan konsentrasi garam tinggi, atau bayi diberi ma-
renteral untuk jangka waktu yang berkepanjangan (misalnya kan susu skim mendidih yang menimbulkan beban solut ginjal
bila penderita tidak dapat makan, atau menderita diare berat yang tinggi dan peningkatan kehilangan air urin. Potensi untuk
segera setelah dimulainya pemberian makanan secara peroral), terjadinya hipernatremia juga meningkat bila ada demam,
penanbahan masukan gizi dan kalori paling baik diberikan se- suhu lingkungan yang tinggi dan hiperventilasi. Semua hal ter-
cara alimentasi intravena dan mungkin diperlukan untuk sebut meningkatkan kehilangan air melalui evaporasi secara
mencegah timbulnya malnutrisi. bermakna, serta penurunan kemampuan mendapatkan air ber,
PENILAIAN RESPON. Banyak faktor yang mempengaruhi sih yang bebas.
jumlah dan jenis cairan yang harus diberikan. Klinikus harus
Pemberian cairan intravena untuk mengobati dehidrasi aki-
memonitor respon pengobatan, yang harus meliputi observasi bat diare berat dibahas pada Bab 55. Dehidrasi akibat berbagai
klinis ketat terhadap anak, termasuk tangisan, penampakan jenis penyebab diare dapat dengan efektif diterapi mengguna-
bola mata, aktivitas, turgor kulit, tekanan darah (termasuk pe- kan larutan glukosa-elektrolit oral sederhana untuk berbagai
ngukuran orthostatik), dan penilaian perfusi perifer. Pengukur- kelompok umur (lihat Tabel 55-l). Rehidrasi oral digunakan
an berat badan yang teliti harus dilakukan berulang-ulang, de- di banyak negara dan dengan bermakna menurunkan morbidi-
mikian pula pencatatan masukan dan keluaran tinja dan urin, tas dan mortalitas diare akut dan menurunkan diare yang ber-
untuk menilai respon terapi. Berat jenis urin harus diukur, ka- hubungan dengan malnutrisi. Penderita yang dalam keadaan
rena hal ini merupakan pengukuran keberhasilan yang berguna syok, yang dengan dehidrasi berat atau muntah tidak terken-
pada tidak adanya penyakit ginjal yang menyertai. Kondisi ter-
dali; yang tidak dapat minum karena kelelahan berat: stupor
tentu memerlukan pemantauan serial kadar elektrolit serum atau koma; ataupun yang disertai komplikasi berat lain seperti
dan urin; monitor osmolalitas, terutama dengan adanya pe- distensi lambung berat harus diberi terapi intravena. Meskipun
ningkatan konsentrasi substansi osmotik aktif bukan elektrolit demikian, rehidrasi oral dapat dicoba pada sebagian besar pen-
seperti glukosa dan manitol, tekanan vena sentral dan elektro- derita dengan dehidrasi akibat diare ringan sampai sedang, bila
kardicgram. Pada penderitayang sakit berat, pencatatan serial dapat dilakukan pengawasan adekuat.
pada lembar alur dengan teliti dan menggunakannya untuk
Komposisi larutan rehidrasi oral yang disarankan oleh Di
menyesuaikan pengobatan dapat menyelamatkan jiwa. Respon
arrhea Disease Control Program dari World Health Organiza-
terapi yang tidak terduga dapat terjadi. Monitor harus cermat,
dan bila ada indikasi, harus segera dilakukan modifikasi regi-
tion dapat dilihat pada Tabel 55-1. Ramuan sudah harus
tersedia dalam bentuk serbuk dalam kemasan yang telah di-
men cairan resusitasi yang tepat.
timbang. Penggunaan sendok atau peralatan rumah tangga lain
untuk mengukur jumlah solut sangat tidak akurat dan tidak di-
sarankan. Di Amerika Serikat, preparat yang sesuai tersedia
dipasaran. Bila tidak ada, dapat dibuat larutan rehidrasi oral
I Bee 56 dengan komposisi yang sesuai dari larutan yang telah tersedia,
sebagai berikut: NaCl (0,9% larutan saline), 390 mL, glukosa
(5Vo dalam air) 400 mL; KCI (2 mEq/ml) l0 mL, NaHCO3 (1
Terapi Cairan dan Elektrolit mEq/ml-) 30 mL, air sampai 1 L. Glukosa merupakan gula
Kelainan Tertentu yang dianjurkan digunakan dalam larutan rehidrasi oral karena
dapat mendorong transpor natrium melewati dinding usus.
Sukrosa juga dapat digunakan, tetapi keberhasilannya sedikit
lebih rendah, mungkin karena harus dihidrolisis untuk meng-
56.1. Diare Akut dsn Rehidrasi Oral hasilkan glukosa. Konsentrasi sukrosa dalam gram per liter ha-
(lihat juga Bab 171 dan 252) rus dua kali lipat glukosa untuk mendapatkan osmolalitas yang
sama, Larutan yang mengandung dekstran beras atau tepung
Diare tetap merupakan masalah serius diberbagai tempat beras dapat juga efektif.
diseluruh dunia, dan sering bertumpang tindih dengan malnu- Sebagai pedoman rehidrasi oral, 50 ml/kg larutan rehi_
trisi. Diare mengakibatkan kehilangan sejumlah besar air dan drasi oral harus diberikan dalam waktu 4 jam untuk penderita
elektrofit, terutama natrium dan kalium (lihat Tabel 55-2), dan dehidrasi ringan, dan 100 ml/kg dalam waktu 6 jam untuk
seringkali dikomplikasi oleh asidosis sistemik berat. Pada se- penderita dehidrasi sedang. Jumlah dan kecepatan pemberian
56 I Terapi Cairan dan Eleffirolit Kelainan Tertentu 267

harus ditingkatkan bila diare terus berlangsung atau bila rehi- dang berkembang, regimen untuk pengobatan diare akut meli-
drasi tampak belum selesai, rehidrasi harus dihentikan bila puti mendorong meneruskan pemberian makanan per oral ka-
penderita tampak telah terhidrasi lebih awal daripada yang di- rena masukan diet yang bebas selama diare akan mengakibar
rencanakan atau menunjukkan tanda udem periorbita. ASI ha- kan peningkatan berat badan yang lebih baik daripada penderi-
rus diberikan secukupnya (ad libitum) setelah dimulainya ta yang mendapatkan batasan masukan makanan, karena puasa
pengobatan pada bayi yang masih menyusui; pada penderita terbukti lebih menurunkan kemampuan usus halus mengab-
lain dapat diberikan air tawar. sorbsi zat gizi, dan karenanya tidak ada landasan fisiologis un-
Dapat terjadi muntah pada 2 jam pertama pemberian larut- tuk "mengistirahatkan" usus selama diare akut. Pendekatan ini
an rehidrasi oral, tetapi biasanya tidak menghalangi keberha- dapat mengakibatkan peningkatan volume tinja pada sebagian
silan rehidrasi oral. Untuk mengurangi muntah, larutan rehi- besar penderita, mengakibatkan berlanjutnya kehilangan cair-
drasi oral harus diberikan pelan-pelan, dalam jumlah kecil an dan elektrolit dalam jumlah besar (lihat Tabel 55-2). Kehi-
tetapi sering. Bila muntah-muntah berat menetap, harus di- langan ini harus diganti dan mungkin memerlukan pemberian
berikan terapi intravena. Perkembangan penderita harus sering atau memperpanjang terapi parenteral untuk beberapa hari.
dinilai, dan bila mungkin perubahan berat badan dimonitor un- Meskipun ada komplikasi yang jarang terjadi ini, penelitian
tuk menentukan derajat rehidrasi. menunjukkan bahwa rehidrasi per oral dan parenteral dapat
Bila rehidrasi telah selesai, terapi rumatan harus dimulai. terjadi sama cepatnya pada sebagian besar penderita.
Penderita dengan diare ringan biasanya dapat diobati di rumah Biasanya, frekuensi dan volume tinja akan berkurang da-
dengan menggunakan 100 mL larutan rehidrasi oral/kg/24 jam lam 48 jam pada penderita yang dipuasakan dan diobati de-
sampai diare berhenti. ASI atau masukan air tambahan harus ngan terapi intravena. Setelah tinja berkurang, pemberian ma-
dipertahankan. Penderita dengan diare yang lebih berat me- kan dengan salah satu campuran karbohidrat dan elektrolit da-
merlukan supervisi selanjutnya. Volume larutan rehidrasi oral pat dimulai bila tidak ada distensi lambung atau muntah. Se-
yang diminum harus seimbang dengan volume tinja yang hi- gera setelah pemberian makanan peroral dapat ditoleransi
lang. Bila volume tinja tidak dapat diukur, masukan 10-15 mL tanpa memperberat diare, masukan kalori dapat ditingkatkan
larutan rehidrasi oral/kgjam sudah tepat. secara bertahap dengan campuran pengganti yang juga me-
Regimen ini belum secara umum diterima. Konsentrasi na- ngandung lemak dan protein sampai masukan makanan seperti
trium larutan rehidrasi oral (90 mM/L) adalah dua sampai tiga biasanya dicapai. Hal ini biasanya dicapai dalam waktu 7-8
kali konsentrasi natrium cairan lain (lihat Tabel 55-1) yang se- hari. Pemberian sejumlah besar kalori dalam bentuk susu yang
belumnya secara tradisional dianjurkan untuk terapi oral pen- terlalu dini dapat memperberat diare. Pada bayi kecil dengan
derita diare. Larutan rendah natrium lebih dianjurkan karena di riwayat keluarga alergi, campuran makanan yang hipoaler-
Amerika Serikat sering dijumpai hipernatremia ketika larutan genik selama masa penyembuhan sangat disarankan karena
elektrolit dengan konsentrasi natrium 50 mEq/L atau lebih di- permeabilitas saluran pencernaan terhadap protein lengkap da-
gunakan untuk mengobati diare pada bayi. Meskipun demikian pat meningkat pada masa ini. Penggunaan rutin formula bebas
penggunaan luas larutan rehidrasi oral pada banyak negara laktosa pada anak dengan diare tidak memperpendek masa
berkembang menunjukkan jarangnya komplikasi hipernatre- penyembuhan.
mia, mungkin karena larutan rehidrasi oral ini terutama hanya
Selain mengganti defisit air dan elektrolit, harus diusaha-
digunakan untuk rehidrasi (sebelumnya, peran utama terapi
kan mendapatkan diagnosis etiologis sehingga terapi antimi-
oral adalah untuk mencegah dehidrasi atau untuk rumatan);
kroba yang spesifik dapat diberikan bila ada indikasi. Pengo-
karena disamping larutan rehidrasi oral diminum pula sejum-
batan ini tidak mengubah terapi cairan. Obat-obat golongan
lah besar air, seringkali sampai rasio larutan rehidrasi oral ter-
opiat yang menghambat aktivitas peristaltik usus, atau absor-
hadap air adalah 2:l; dan karena larutan rehidrasi oral dibe-
ben seperti kaolin atau pektin hanya mempunyai sedikit atau
rikan dengan pengawasan ketat oleh petugas yang terlatih. Re-
hampir tanpa efek dalam perjalanan diare anak sehingga tidak
hidrasi oral juga efektif untuk mengobati penyakit diare akut
disarankan.
pada anak dengan gizi baik di negara maju. Hipernatremia ti-
dak akan terjadi walaupun digunakan larutan yang mengan-
dung natrium 90 mEq/L. Beberapa larutan elektrolit oral yang
beredar di pa-saran telah diformulasi kembali dengan mening- 56.2 Diare pqda Anak dengan ,

katkan konsentrasi natrium sampai 50 mEq/L atau lebih tinggi. Malnutrisi Kronis
Larutan dengan konsentrasi natrium yang lebih rendah seperti
Pedialyte dapat digunakan untuk pengobatan diare tanpa dehi- Malnutrisi berat dengan dehidrasi akibat diare merupakan
drasi, tetapi tidak adekuat sebagai larutan rehidrasi. hal yang umum terjadi di negara-negara tropis dan subtropis,
Kadang-kadang, bayi yang mendapat 2-3 U24jam campu- dan kadang-kadang terjadi pula di daerah iklim sedang. Terapi
ran elektrolit dan karbohidrat peroral tampak mengalami pe- harus diadaptasi supaya memenuhi gangguan spesifik kompo-
ningkatan volume tinja, tetapi kejadian ini cukup jarang se- sisi tubuh khas untuk bayi malnutrisi dengan dehidrasi yang
hingga bukan merupakan kontraindikasi uji awal terapi oral. biasa mengalami ekspansi berlebihan ruang ekstraseluler, di-
Secara tradisional ada kebiasaan menghentikan pemberian sertai hipoosmolalitas ekstraseluler dan mungkin intraseluler.
makanan peroral ketika mengobati bayi yang sedang menderi- Kadar natrium, kalium dan magnesium serum cenderung ren-
ta diare berat. Sebenarnya, bahkan selama diare akut, usus ha- dah, tetani kadang-kadang terjadi akibat defisiensi magnesium
lus dapat mengabsorbsi berbagai zat gizi dan dapat meng- atau kalsium. Kadar protein serum seringkali dibawah 3,6 g/
absorbsi sampai 6OVo makanan yang dimakan. Di negara se- dL, Kandungan natrium otot tinggi; kandungan kalium dan
268 BAGIAN Vll a Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

magnesium rendah. Elektrokardiogram seringkali menunjuk- 56.4. Stenosis Pilorus


kan adanya takhikardi, amplitudo rendah dan gelombang T da-
(lihat juga Bab 275.1)
tar atau terbalik. Kemampuan jantung tampak berkurang,
gagal jantung merupakan komplikasi yang sering terjadi.
Meskipun ada gejala klinis dehidrasi dan penurunan air tu- Kondisi ini merupakan contoh koreksi defisit yang disertai
buh, osmolalitas urin pada anak dengan malnutrisi kronis alkalosis. Terapinya sedikit berbeda dengan yang disebabkan
mungkin rendah. Defek pemekatan ginjal ini mungkin dise- oleh penyebab-penyebab dehidrasi lainnya, kecuali bahwa
babkan oleh relatif tidak adanya urea untuk menimbulkan cair- penggantian kalium harus segera dimulai, segera setelah anak
an hipertonik di papilla ginjal, suatu defek yang menyertai dapat kencing. Disamping itu, relatif lebih banyak natrium dan
masukan protein diet yang rendah dan mengakibatkan kega- kalium dalam bentuk garam klorida yang harus diberikan, di-
galan konservasi air tubulus. Meskipun demikian, laju filtrasi bandingkan jumlah yang biasa untuk mengobati dehidrasi. Hal
glomerulus (LFG) rendah, mengakibatkan lebih sedikit kehi- ini disamping karena lebih banyaknya defisit klorida pada
langan air dari yang diduga, sedangkan kemampuan pemeka- stenosis pilorus, juga karena hal ini menimbulkan sedikit ko-
tan grnjal akan kembali setelah beberapa hari pemberian reksi alkalosis bersamaan dengan penambahan volume. Ko-
makanan tinggi protein. Pada penderita dengan malnutrisi ke- reksi hipokloremia dan alkalosis dengan memberikan amo-
mampuan pengasaman ginjal terbatas. nium klorida tanpa mengkoreksi defisit kalium tidak dianjur-
Kemampuan bertahan hidup bayi malnutrisi lebih banyak kan karena hal ini akan mengakibatkan makin berlanjutnya
terganggu oleh defisit kalori daripada defisit air dan elektrolit, disfungsi tubulus dan sel-sel ginjal lain.
Kalori perbaikan dapat diberikan dengan drip pelan-pelan me- Kekurangan berat kalium intraseluler mengakibatkan pe-
lalui pipa lambung, sedangkan elektrolit dan air diberikan pa- ningkatan pertukaran ion hidrogen dengan natrium di tubulus
renteral. Bila nafsu makan buruk dan tidak ada muntah atau distalis ginjal. Adanya gejala paradoks urin yang asam dengan
distensi lambung, pemberian makanan diberikan lebih dini alkalosis sistemik harus diinterpretasikan menandai defisit ka-
(30-40 kal/kglZ{ jam), diberikan dengan drip pelan melalui lium berat yang memerlukan peningkatan jumlah kalium
pipa lambung. Peningkatan sampai 50-100 kalkg24 jam de- pengganti.
ngan 1-2 g protein/kg/24 jam dilaksanakan dalam beberapa Tidak jarang defisit dapat segera diganti dan kadar elek-
hari. Ma-sukan makanan secukupnya (ad libitum) harus diberi- trolit serum kembali normal dalam 12 jam. Namun, kecuali
kan pada hari-hari dan minggu berikutnya sampai 250-300 pada bayi yang sakit ringan tanpa gejala dehidrasi, sebaiknya
kal/kg/24 jam. Dalam diet harus tersedia sejumlah adekuat pembedahan ditunda sampai setidaknya 36-48 jam untuk men-
besi dan tembaga. capai penyesuaian fungsi-fungsi tubuh seoptimal mungkin. Se-

Terapi parenteral awal ditujukan untuk memperbaiki sirku-


lama masa persiapan ini, terapi cairan adekuat mencegah
dehidrasi, sedangkan lambung dapat didekompresi dengan isa-
lasi dan mengembangkan volume ekstraseluler. Larutan peng-
pan pelan.
ganti menyerupai yang disarankan untuk dehidrasi hiponatre-
mik. Pada penderita dengan edema, jumlah cairan dan ke-
cepatan pemberian harus dikurangkan dari tingkat yang dian-
jurkan untuk menghindari edema paru. Darah harus diberikan 56.5 Puasa dan Kehausan
pada penderita syok, sakit berat atau anemis. Garam kalium
dapat diberikan dini bila keluaran urin baik. Perbaikan klinis Terapi cairan parenteral biasanya diperlukan pada pengo-
dan elektrokardiografis mungkin akan lebih cepat bila diberi- batan awal bayi atau anak yang tidak mendapatkan atau men-
kan terapi magnesium. Kejang yang terjadi selama masa dapatkan sedikit air dan makanan selama 1-5 hari. Bayi-bayi
penyembuhan diare dengan komplikasi malnutrisi berat dapat tersebut kekurangan air dari kehilangan air insensibel danjuga
diobati dengan magnesium. kekurangan elektrolit, terutama natrium dan klorida yang telah
diekskresi dalam urin. Bila puasa dan kehausan berlanjut sam-
pai lebih dari 4-5 hari, keluaran urin turun sampai kadar yang
sangat rendah sehingga berlanjutnya kehilangan elektrolit juga
56.3 Alkalosis Kongenital yang berkurang. Defisiensi air berat akibat kehilangan dari peng-
Berasal dari Saluran Cerna uapan yang terus berlanjut kemudian akan mengakibatkan
hipernatremia.
Kadang-kadang diare kronis dapat disebabkan oleh defek Terapi dimulai dengan larutan isotonik untuk menimbul-
kongenital transpor klorida di usus halus dan besar. Tinja cair kan pengembangan aman volume ekstraseluler dan untuk me-
pendenta ini mengandung sejumlah besar klorida dan alkalosis ningkatkan fungsi ginjal. Terapi selanjutnya dapat dilihat di
terjadi akibat kehabisan volume. Kalium hilang dari tinja dan Bab 55. Kehilangan natrium dan air perkilogram berat badan
urin, kehilangan yang terakhir ini akibat alkalosis. Pengobatan untuk derajat dehidrasi klinis tertentu biasanya lebih besar
defisit cairan dan elektrolit serupa dengan untuk stenosis pilo- pada bayi daripada pada anak. Terapi kehilangan kalium relarif
rus. Terapi jangka panjang harus memberikan masukan ma- sama pa- da bayi, dewasa maupun anak. Air, karbohidrat dan
kanan yang mengandung kalium dan klorida cukup. Dapat elektrolit dapat diberikan peroral pada penderita yang sakit ri-
pula terjadi diare akut dengan kehilangan klorida, tetapi ja- ngan. Karena bayi dalam keadaan dehidrasi dapat muntah,
rang. mungkin diperlukan terapi parenteral.
56 I Terapi Cairan dan Eleffirolit Kelainan Tertentu 269

Untuk diskusi terperinci mengenai terapi cairan padb anak trolit rumatan biasa sudah cukup. Bayi kecil yang tidak mun-
yang menderita ketoasidosis diabetes dan luka bakar, lihat Ba- tah harus mendapatkan campuran karbohidrat dan natrium
gian XXVI, seksi 6 dan Bab 60. klorida lewat mulut sampai 3 hari sebelum operasi. Cairan ter-
sebut dapat dengan mudah diabsorbsi dari traktus gastrointes-
tinal. Mempersiapkan neonatus memerlukan risiko unik ter-
56.6 Gangguan Elektrolit yang tentu. Defisit air dan elektrolit akibat muntah atau stasis akibat
obstruksi usus, harus diganti sebelum operasi. Pada kasus-
Dis ertai dengan Kelainan kasus obstruksi usus, bilirubin terkonjugasi dapat didegluku-
Sistem Saraf Pusat ronidasi oleh enzim-enzim usus; sirkulasi enterohepatik biliru-
bin tidak terkonjugasi kemudian dapat menyebabkan pening-
Penyakit sistem saraf pusat biasanya disertai gangguan katan kadarnya dalam serum dan kernikterus. Hipopro-
kcnsentrasi natrium. Penderita dengan bermacam-macam lesi trombinemia juga harus dicegah dengan memberikan 1 mg vi-
seperti kerusakan otak akibat pembedahan atau trauma, ense- tamin Kl oksid.
falitis, abses otak, tumor otak, sindrom Guillain-Barre, polio- Selama pembedahan, darah, plasma, salin atau pengem-
mielitis bulbar, gangguan serebrovaskuler, tumor ventrikel bang volume lain dapat diberikan bila terjadi kehilangan da-
keempat, hematoma subdural dan meningitis dapat mengalami rah, trauma jaringan, perpindahan cairan'ke ruang ketiga atau
hiponatremia. Kebanyakan hiponatremia dalam hal ini mem- penguapan berlebihan. Besarnya kehilangan ini paling baik
punyai kadar natrium tubuh total normal, dengan keseimbang- ditentukan oleh ahli bedah yang berpengalaman selama dia
an natrium negatif minimal atau tidak terjadi sama sekali. mengoperasi. Kesalahan terbanyak dalam pemberian cairan
Penurunan natrium serum hampir selalu disebabkan oleh re- parenteral selama dan setelah operasi adalah kelebihan pem-
tensi air. berian, terutama dekstrose dalam air. Pada kebanyakan situasi,
Diagnosis sindrom ketidaksesuaian hormon antidiuretik kalium hanya sedikit sekali perlu diberikan, bahkan mungkin
(syndrom of inappropriate [SIADH]) harus dipertimbangkan tidak perlu sama sekali. Hal ini karena trauma jaringan luas
bila tidak dijumpai hipovolemia, udem, disfungsi endokrin atau anoksia dapat mengakibatkan pelepasan sejumlah besar
(termasuk insufisiensi adrenal primer dan sekunder serta hi- kalium intraseluler yang berpotensi mengakibatkan hiperka-
potiroidisme), gagal ginjal atau obat yang mengganggu eks- lemia. Bila terjadi syok, dapat terjadi gagal ginjal akut yang
kresi air. Disamping pada kelainan sistem saraf pusat yang te- menghalangi kemampuan pembuangan kalium yang dilepas
lah disebutkan dan hipoksia neonatal atau hidrosefalus, sin- melalui ginjal.
drom ini juga dijumpai pada penderita kelainan paru, termasuk Pasca bedah, masukan harus dibatasi selama 24 jam. Sete-
pneumonia, tuberkulosis, dan asma. Penderita dalam ventilasi lah itu, terapi rumatan biasa secara bertahap dipulihkan. Ma-
tekanan positif dan penderita karsinoma tertentu. Diagnosis sukan air tidak boleh lebih dari 85 mL/100 kkal yang dime-
ditegakkan dengan mengukur ketidaksesuaian sekresi hormon tabolisme karena antidiuresis akibat trauma, penyesuaian sir-
antidiuretik dalam kondisi hipotonik dan menunjukkan adanya kulasi atau anestesi, kecuali bila kemampuan ginjal meng-
defek osmoregulasi vasopressin. Penderita sindrom ini biasa- konsentrasi urin terbatas, seperti pada penderita anemia sel
nya mempunyai urin yang pekat meskipun mengalami hipona- sabit, pielonefritis kronis, atau uropati obstruktif. Bila masu-
tremia. Konsentrasi natrium urin lebih besar daripada 20 kan air tidak terbatas, baik diberikan secara peroral atau pa-
mEq/L. renteral, dapat terjadi intoksikasi air. Masukan natrium ru-
matan juga dapat rendah karena rendahnya keluaran kalori se-
Pengobatan hiponatremia simtomatik akut harus cepat dan
lama anestesi dan pasca bedah. Terapi cairan pada masa pasca
tepat menggunakan salin hipertonik yang dikombinasi dengan
bedah terutama tergantung pada kompleks meskipun begitu re-
furosemid untuk merangsang ekskresi air bebas. Hiponatremia
kronis tidak bergejala sebaiknya dikelola konservatif dengan spon tubuh diantisipasi terhadap trauma melalui modifikasi
ekskresi air dan natrium, serta kejadian komplikasi bedah yang
restriksi air untuk mencapai peningkatan bertahap natrium se-
rum selama 24-48 jam. Kadang-kadang, penderita lesi sistem sering menyertai atau tidak diantisipasi. Kondisi klinis pende-
saraf pusat mengalami hiponatremia akibat pembuangan ga:
rita menentukan kebutuhan akhir cairan dan elektrolit yang
merupakan pencerminan proses-proses tersebut.
ram sejati. Pada situasi ini ada gejala kehilangan volume, ter-
Beberapa anak pasca bedah mengalami peningkatan kadar
masuk penurunan berat badan, gejala-gejala dehidrasi, hipo-
tensi dan penurunan laju filtrasi glomerulus dengan azotemia. hormon antidiuretik darah akibat SIADH atau akibat respon
sesuai'terhadap restriksi cairan dan kekurangan volume yang
Situasi ini memerlukan pemberian garam secukupnya untuk
mengembalikan status volume. diakibatkannya. Bila penurunan keluaran urin pasca bedah
merupakan akibat SIADH, maka penderita dalam keadaan
euvolemik, mempunyai status sirkulasi normal, berat badan
stabil atau sedikit meningkat, dan mempunyai peningkatan
5 6.7 Cairan P eriop eratif ekskresi natrium urin. Bila anak mengalami oligutia akibat
pergeseran cairan ke ruang ketiga dan kehilangan sejati volu_
Persiapan prabedah penderita yang tidak mengalami defisit
me intravaskuler, maka ada penurunan ekskresi natrium urin
sebelumnya, atau dengan defisit yang telah diperbaiki teru-
yang disertai gejala klinis hipovolemia, seperti penurunan be_
tama terdiri dari memberikan cukup karbohidrat untuk makan-
rat badan, takhikardi, perubahan turgor kulit dan perfusi per-
an dan mencegah pemecahan protein. Kebutuhan air dan elek-
ifer, serta hipotensi.
270 BAGIAN Vll r Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

56.8 Gangguan Tersendiri pH Darah dilakukan untuk mengobati penyebab yang mendasari, seperti
penggunaan glukosa diabetes, perbaikan sirkulasi pada syok,
dan Kons entrasi Elektrolit. membuang salisilat, metanol atau toksin-toksin lain dan me_
ngobati sepsis yang mendasari.
ASIDOSIS. Asidosis respiratorik, dengan pH yang sangar
turun, terutama akibat retensi karbondioksida, dapat dijumpai Asidosis metabolik berat merupakan bagian dari berbagai
pada insufisiensi respiratorik berat, pada sindrom distres per- sebab syok kardiovaskuler (lihat Bab 60). Karena adanya per-
nafasan pada neonatus, dan pada penderita yang menerima bedaan pH dan pCO2 antara arteri dan vena sentral pada
bantuan ventilasi untuk alasan apapun yang disertai ketidak- situasi ini, maka seringkali diperlukan pengambilan contoh da_
cukupan ventilasi atau sumbatan jalan nafas. Asidosis respira- rah dari jalur arteri dan vena sentral.
torik akut dapat juga merupakan manifestasi penyiksaan anak ALKALOSIS Dalam keadaan normal ginjal mempunyai ke_
atau dapat menyertai strangulasi. Asidosis metabolik ringan mampuan yang sangat besar untuk mengekskresi bikarbonat.
dapat menyertai hipoksia yang mengakibatkan akumulasi Peningkatan jumlah bikarbonat dapat dengan cepat diekskresi.
asam laktat dan asam-asam organik lain dalam cairan ekstrase- Namun, pada beberapa kondisi tertentu, dapat terjadi alkalosis
luler (lihat Bab 53). metabolik yang menetap. Biasanya hal ini akibat pemberian
Koreksi asidosis harus dipandu dengan pengukuran pH dan sejumlah besar alkali, baik secara intravena atau peroral, se_
gas darah. Terapi yang paling tepat adalah meningkatkan ven- perti pada sindrom alkali susu; akibat kehilangan ion hidrogen
tilasi dengan bantuan respirasi dan bukannya memberikan na- melalui emesis dari stenosis pilorus atau drainase nasogastrik,
trium bikarbonat yang dapat menimbulkan hiperosmolalitas atau akibat kehilangan volume akut yang disertai kehilangan
dan gagaljantung. sejumlah besar klorida. Hipokalemia berat dapat mengakibat_
kan alkalosis atau mengakibatkan berlanjutnya alkalosis (lihat
Asidosis metabolik, yang dapat disebabkan oleh asidosis
Bab 53).
tubulus ginjal, insufisiensi ginjal atau akumulasi asam-asam
organik, mungkin memerlukan pemberian alkali, terutama bila Bila kadar bikarbonat plasma meningkat, kompensasi res_
gejalanya jelas. Pada asidosis laktat, pada kelainan glikogen pirasi dapat mengakibatkan hipoventilasi dan meningkatkan
atau pada insufisiensi sirkulasi dan hipoksia, natrium laktat pCO2. Kadang-kadang, dapat terjadi depresi nafas berat pada
mungkin tidak dapat dimetabolisme secara adekuat. pada bayi dengan alkalosis hipokloremik berat sehingga oksigenasi
situasi ini, lebih baik diberikan natrium bikarbonat. Dosis awal darah terganggu. Tetani alkalosis beratjuga dapat terjadi. pada
keadaan tersebut, pemberian amonium klorida dapat memper_
yang umum adalah l-2 mBqkg. Meskipun demikian, estimasi
lebih tepat dosis yang diperlukan dapat dilihat pada formula baiki gejala. Dosis dapat dihitung dari rumus umum yang telah
umum: disebutkan dengan k mungkin 0,2-0,3. Terapi sedemikian ha_
nya untuk mengurangi gejala dan tidak boleh menggantikan
(Cd-Ca) x k x berat badan [dalam kg] = mEq yang-diperlukan. koreksi kekurangan volume cairan tubuh atau pemberian ka_
lium klorida untuk memperbaiki defisit intraseluler.
Cd dan Ca masing-masing berarti konsentrasi bikarbonat se-
Alkalosis metabolik yang diakibatkan oleh penurunan vo_
rum yang diharapkan d3n yang terukur, disebutkan dalam sa-
lume akan berespon baik terhadap tindakan-tindakan yang di-
tuan mEq/L; k berarti fraksi berat badan total tempat bahan
tujukan untuk mengembangkan volume dan mengganti defisit
yang dimasukkan yang tampaknya (bukan sesungguhnya) di-
kalium dan klorida. Hal ini terjadi pada penderita gangguan
distribusikan. k bikarbonat atau bikarbonat potensial adalah
asam basa akibat muntah, isap lambung, diare klorida ko_
sekitar 0,5-0,6. Penghitungan ini menunjukkan bahwa 0,5
ngenital, defisiensi klorida diet, atau pemberian diuretik. pada
ml/kg larutan molar natrium bikarbonat akan meningkatkan
keadaan kekurangan klorida ini, konsentrasi klorida urin ren_
konsentrasi bikarbonat serum sekitar I mEq/L. Meskipun de-
dah (( l0 mM/L). Sebagian kecil penderita resisren klorida,
mikian, respon terhadap bikarbonat yang diberikan sangat ber-
dengan konsentrasi klorida urin sama atau lebih besar dari 15
variasi karena dapat disimpan dalam tulang atau otot, hilang
mM/L karena hiperadrenalisme sindrom Bartter, kekurangan
melalui urin, atau mengalami konsumsi sistemik berlebihan.
kalium berat atau ingesti kayu manis. Dalam hal ini diindikasi-
Pada insufisiensi ginjal, koreksi asidosis harus sangat hati-
kan penggantian kalium menggunakan kalium klorida, bukan
hati, karena natrium yang diberikan bersama dengan bikar-
kalium fosfat, dan terapi spesifik yang ditujukan pada keadaan
bonat dapat mengakibatkan pengembangan volume cairan ek-
yang mendasari.
straseluler dan menimbulkan hipertensi atau edema paru.
Penderita biasanya tidak bergejala dan telah "menyesuaikan" Alkalosis respiratorik, terjadi pada intoksikasi salisilat,
diri pada keadaan asidosis. Koreksi asidosis berlebihan dapat pada berbagai penyakit sistem saraf pusat, seperti gangguan
mengakibatkan tetani bila disertai dengan keadaan hipokal- hipoksia berat, infeksi atau tumor; pada kecemasan atau de_
semia akibat defisiensi vitamin D atau retensi fosfat. Sangat mam; pada ventilasi berlebihan dengan respirator; pada gagal
jarang diperlukan peningkatan kadar bikarbonat serum secara jantung kongestif, insufisiensi hati, dan septikemia gru* n"gu_
akut sampai diatas 15 mEq/L kecuali bila penderita bergejala. tif. Pengobatan harus diarahkan untuk menghilangkan p"ny"_
Bila hiperfosfatemia terjadi bersamaan dengan asidosis, maka bab yang mendasari, meskipun tindakan mengembalikan
harus secara bersamaan diterapi dengan diet rendah fosfat dan pCO2 ke normal mungkin diperlukan. Zat pengasam seperti
kalsium karbonat oral. amonium klorida tidak terindikasi.
HIPONATREMIA. Penurunan kadar narrium serum paling
Pengobatan asidosis dengan natrium bikarbonat harus sela-
sering disebabkan oleh kehilangan natrium sejati, intoksikasi
lu dianggap sebagai tindakan sementara. Semua usaha harus
air, ataL kombinasi keduanya (lihat Tabel 47-2). Kadar na_
56 I Terapi Cairan dan Eleftrolit Kelainan Tertentu 271

trium serum yang rendah, yang diduga akibat redistribusi na- fibrosis. Defisiensi natrium dapat juga terjadi pada bayi yang
trium tubuh total, dapat menyertai penyakit berat atau terjadi mendapat natrium parenteral tidak adekuat, seperti bayi de-
pada penderita yang sakit terminal. Hiponatremia yang nam- ngan berat badan lahir sangat rendah yang menderita kehilang-
pak, suatu artefak, dapat terjadi pada ketoasidosis diabetik bila an natrium urin berlebihan. Mungkin penyebab tersering hipo-
kandungan air plasma turun akibat peningkatan kuantitas lipid. natremia akibat masukan natrium diet yang tidak adekuat pada
Kesalahan ini dapat dihindari dengan metode laboratorium populasi yang relatif sehat di Amerika Serikat adalah sindrom
yang mendeteksi aktivitas natriirm dan bukannya konsen- I4z1C. Sindrom yang diberi nama menurut program bantuan pe-
trasinya. merintah untuk wanita, bayi dan anak-anak miskin. Bayi-bayi
Penderita dengan kadar natrium serum kurang dari 120 ini diberi minum formula yang diencerkan atau air bila or-
mEq/L sering bergejala (misalnya kejang, syok, lethargi), mes- angtuanya tidak menerima sejumlah adekuat formula bayi me-
kipun hal ini sebagian tergantung pada laju perubahan natrium lalui program pemberian makanan tambahan WTC. Masalah
serum. Beberapa penderita yang mempunyai nilai natrium se- ini dapat dikoreksi dengan pemberian masukan air dan garam
rum kurang dari 120 mEq/L yang dicapai dalam periode bebe- oral yang adekuat, tetapi kelainan ini harus lebih dahulu
rapa bulan, dapat relatif tidak bergejala. diidentifikasi dokter dengan anamnesis yang teliti. Diperlukan
Pengobatan hiponatremia tidak bergejala tergantung pada keterlibatan petugas sosial. Kondisi intoksikasi air yang tidak
penyebabnya. Bila ada kelebihan beban cairan, maka tindakan disertai kekurangan natrium tubuh total sejati paling sering di-
yang terbaik adalah pembatasan cairan; kadar natrium serum jumpai pada SIADH yang terjadi selama infeksi sistem saraf
dapat segera kembali normal bila fungsi ginjal baik, tetapi pusat, asma, penggunaan ventilator dan masa pasca bedah. Po-
pada penderita dengan SIADH, proses ini memerlukan waktu lidipsia psikogenik yang dapat terjadi pada anak prasekolah,
beberapa minggu atau beberapa hari. Menambahkan ekstra ga- dapat menyerupai hiponatremia.
ram pada diet atau meningkatkan konsentrasi natrium cairan Pengobatan hiponatre mia b e r g ej ala terdiri dari pemberian
parenteral sering dapat mengkoreksi defisit natrium. larutan salin hipertonik, yang dihitung berdasar rumus yang
Pengukuran konsentrasi natrium urin sering membantu me- sama dengan yang digunakan untuk menghitung pada asidosis,
nentukan penyebab hiponatremia. Penderita hiponatremia de- dengan k mewakili natrium serum dan bukannya bikarbonat.
ngan defisit natrium tubuh total sejati akibat kehilangan dari Karena ada keseimbangan osmotik antara sel dan air ekstrase-
ginjal pada kelebihan diuretik, nefritis pembuang-garam, ke- luler, perubahan osmolalitas didistribusikan ke seluruh air tu-
toasidosis metabolik, diuresis osmotik, atau uropati obstruktif, buh total, sehingga nilai k untuk anak dan remaja 0,6-0,7, se-
maupun kehilangan dari luar ginjal pada muntah, diare; per- dangkan uniuk neonatus dan bayi prematur 0,7-0,8. Dosis l2
pindahan ke ruang ketiga, luka bakar atau fistula, mempunyai ml/kg berat badan larutan natrium klorida iVo 16 mBq na-
gejala dan tanda klinis kehilangan volume cairan ekstraseluler. trium/kg) biasanya meningkatkan kadar natrium serum se-
Konsentrasi natrium urin sering lebih besar daripada 20 mmol/ kitar l0 mEq/L. Koreksi hiponatremia yang terlalu cepat dapat
L pada kondisi kehilangan garam dan kurang dari 10 mmol/L mengakibatkan mielinolisis sistem saraf pusat pada orang de-
pada situasi lain. Diperlukan pemberian salin isotonik untuk wasa. Hanya sedikit data mengenai kejadian dan prevalensi
koreksi. Pada penderita hiponatremia yang disebabkan oleh masalah ini pada anak-anak. Terapi peningkatan cepat awal
kelebihan air tubuh total (misalnya hipotiroidisme, nyeri, harus hanya meningkatkan kadar natrium serum sampai seki-
penggunaan obat-obat tertentu, SIADH), konsentrasi natrium tar 725 mEqll dan hanya pada individu yang bergejala. pe-
urin biasanya lebih dari 20 mmol/L, sedangkan terapinya ada- ningkatan konsentrasi natrium serum selanjutnya harus dila-
lah pembatasan air. kukan bertahap selama beberapa jam. Hipernatremia harus
Pada penderita yang kelebihan natrium dan air, dengan ke- dihindari.
adaan sembab seperti pada sindrom nefrotik, sirosis atau gagal HIPERNATREMIA Hipernatremia (lihar Tabel 47-1) dapat
jantung, kadar natrium urin biasanya kurang dari l0 mmol/L. terjadi akibat kesalahan pembuatan formula bayi, seperti peng-
Namun, keadaan sembab pada penderita gagal ginjal akut dan gunaan susu kondensasi dan bukannya evaporasi atau pengu-
kronik, kadar natrium urin dapat melebihi 20 mmol/L. Pengo- kuran tepung susu yang cembung dan bukannya rata. Kesa-
batan hiponatremia yang disertai dengan udem akibat kele- lahan ini meningkatkan relatif beban solut yang harus di-
bihan air dan retensi garam biasanya adalah pembatasan masu- ekskresi ginjal dibanding jumlah air yang tersedia sehingga
kan air dan garam. Pengobatan yang tidak sesuai tidak dapat mengakibatkan diuresis osmotik dan balans air negatif.
mengkoreksi kelainan yang mendasari dan mungkin meng- Keracunan garam dapat terjadi akibat ingesti tidak sengaja
ganggu. Namun, pada beberapa penderita, meskipun ada kele-
sejumlah besar natrium klorida (misalnya garam meja, air laut)
bihan natrium dan air tubuh total, volume plasma efektif turun oleh anak atau ingesti tidak sengaja garam, padahal yang di-
dan dapat makin memburuk akibat terapi agresif untuk meng- maksud adalah gula. Hal ini sering terjadi dalam jumlah yang
koreksi udem. Pada penderita yang lain, pemberian natrium cukup banyak di rumah-rumah dan lembaga-lembaga dalam
dapat makin mengembangkan volume cairan ekstraseluler tanpa
menyesuaikan penggunaan rutin larutan gula untuk makanan
mengkoreksi kadar natrium serum, atau, pada penderita insufisi-
bayi. Hipernatremia juga dapat disebabkan keracunan garam
ensi ginjal, dapat menimbulkan atau memperberat hipertensi. pada anak yang disengaja atau pencegahan pemberian air dan
Pada populasi pediatri, hiponatremia akibat defisiensi na- manifestasi sindrom Miinchausen oleh Wali (Bab 38).
trium paling sering terjadi pada keadaan kehilangan berlebihan Masukan natrium berlebihan akan disertai peningkatan na-
dari gastrointestinal, seperti emesis atau diare, kehilangan ber- trium tubuh total dan volume air ekstraseluler. Asidosis berat
lebihan dari ginjal melalui nefritis pembuang-garam, penggu- mengakibatkan perpindahan asam organik dan ion hidrogen
naan diuretik, atau kehilangan berlebihan dari kulit pada kistik bebas ke cairan ekstraseluler. Dengan perpindahan air dari sel-
272 BAGIAN Vll I Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

sel otak, terjadi distensi pembuluh darah otak, yang akan me- 6,5 mEq/L harus segera diobati, meskipun kadar sedemikian
nimbulkan perdarahan subdural, subarakhnoid, dan intrasere- terbukti dapat dengan baik ditoleransi oleh bayi baru lahir.
bral. Komplikasi dan sisa jejas keracunan garam menyerupai, Adanya atau tiadanya perubahan elektrokardiografi dapat ber-
tetapi dapat juga lebih berat daripadayang dijumpai pada dehi- manfaat untuk menentukan terapi awal (lihat Bab 388). Ke-
drasi hipernatremik. Hipernatremia juga dapat dijumpai pada mungkinan kelebihan pemberian kalium peroral atau paren-
bayi yang menderita demam tinggi, tidak dapat minum air, teral harus dipertimbangkan, serta perlu dihentikannya semua
pemberian natrium berlebihan melalui cairan parenteral, dan masukan kalium. Sumber kalium tersembunyi, seperti antibio-
ketidakcukupan kemampuan memperoleh air. Yang terakhir tik dan nutrisi parenteral total dapat tidak disadari.
ini tidak jarang terjadi pada bayi dengan berat badan lahir sa- Pemberian natrium bikarbonat intravena cepat (1-3 mEq/
ngat rendah yang memerlukan air bebas dalam jumlah besar kg) atau glukosa dan insulin (0,5-l g glukosa/kg dengan 1 unit
karena besarnya kehilangan cairan insensibel. insulin kristal/3 g glukosa) mengakibatkan perpindahan ka-
Hipernatremia mempunyai angka kematian yang tinggi, lium kedalam sel, sehingga menuiunkan kadar kalium serum.
terutama bila konsentrasi natrium serum lebih dari 158 mEq/L. Kalsium glukonat intravena (sampai 0,5 mL larutan l}Volkg
Pengobatan ditujukan untuk segera menghilangkan kelebihan dibe-rikan pelan-pelan dalam beberapa menit) menghalangi
natrium dari tubuh. Cairan intravena terdiri dari glukosa dalam toksisitas jantung terhadap kalium tetapi elektrokardiogram
air, kalium asetat dan kalsium sesuai keperluan. Pada penderi- harus dimonitor selama pemberian. Tidak satupun tindakan ini
ta keracunan garam, dialisis peritoneum dengan larutan gluko- mengeluarkan sejumlah berarti kalium dari penderita. Tindak-
sa dapat menghilangkan sejumlah besar natrium dan memper- an-tindakan tersebut merupakan tindakan sementara sampai
baiki hiperosmolalitas tanpa risiko udem paru dan gagal jan- dicapai keseimbangan kalium negatif dengan penggunaan
tung. Sekitar 30-45 ml/kg larutan dialisis komersial mengan- resin tukar, seperti kayeksalat (l gkg2a jam, dibagi dalam
dung 4,25V0 glukosa dapat diinjeksikan intraperitoneal untuk dosis oral atau rektal tiap 6-l2jam) atau dengan hemodialisis
hipernatremia berat (misalnya konsentrasi natrium serum >200 atau dialisis peritoneal.
mEq/L) dan dikeluarkan I jam kemudian. Setelah konsentrasi HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. Topik ini didiskusi-
natrium serum turun, dialisis selanjutnya dapat dilakukan kan di Bab 43, 50, 56, dan 92.
menggunakan larutan 1,57o glukosa untuk mencegah kehilang-
HIPOMAGNESEMIA. Pentingnya magnesium unruk' re-
an terlalu banyak air dan mengakibatkan dehidrasi. Transfusi
rapi intravena dibahas pada Bab 51 dan 56. Satu-satunya kom-
tukar bukanlah pengganti dialisis, karena sejumlah sangat be-
pleks gejala tertentu yang berhubungan dengan hipomagne-
sar darah diperlukan untuk mendapatkan perubahan osmolali-
semia (kadar magnesium serum < 1,3 mEq/L) adalah tetani
tas air tubuh total. Fenobarbital harus diberikan untuk men-
laten atau manifes. Kejang, kedutan otot, disorientasi, gerakan
cegah atau mengontrol kejang. Digitalisasi mungkin diperlu-
athetoid, spasm karpopedal, dan hiperaktifitas terhadap stimu-
kan untuk mengobati gagal jantung.
lasi mekanis maupun auditoris, dapat dijumpai. Penurunan
HIPOKALEMIA. Gangguan konsentrasi kalium tanpa peru-
konsentrasi serum dan defisit magnesium tubuh total dijumpai
bahan volume cairan tubuh terjadi pada hiperaldosteronisme
pada diare konis atau muntah-muntah, sariawan, penyakit se-
primer dan pada sindrom Bartter dan Gitelman. Sejumlah be-
liak, terapi cairan parenteral berkepanjangan dengan kompo-
sar kalium hilang dari urin, mengakibatkan konsentrasi kalium
sisi rendah magnesium, hiperaldosteronisme, sindrom Gitel-
serum rendah, sedangkan konsentrasi bikarbonat serum tinggi.
man dan peningkatan kehilangan urin magnesium dari pengo-
Pada alkalosis kongenital yang berpangkal dari gastrointesti-
batan nefrotoksik. Kadar mdgnesium serum rendah dijumpai
nal, sejumlah besar kalium dan klorida hilang dari tinja. Peng-
pada tetani infantil, mungkin karena hipoparatiroidisme se-
gunaan thiazide dan diuretik lengkung (misalnya: asam etha-
mentara.
krinat, furosemide) mengakibatkan kaliuresis dan natriuresis.
Injeksi intramuskuler 0,1 mL larutan 24Vo MgSO . 7 HZO
Penggunaan yang lama akan mengakibatkan kehilangan ber-
(0,2 mEq/kg) yang diulang tiap 6 jam untuk 3 sampai 4 dosis
makna kalium, sehingga terjadi hipokalemia.
menimbulkan perbaikan gejala dan biokimiawi. Menambah-
Hipokalemia berat dapat mengakibatkan kelemahan otot
kan 3 mEq/L magnesium dalam cairan rumatan penderita da-
rangka, penurunan peristaltik, ileus, dan ketidak mampuan
lam terapi jangka panjang dapat menurunkan kemungkinan
ginjal mengkonsentrasi urin. Pada penderita dapat terjadi
defisiensi berat (lihat Bab 51 dan 56). Sindrom Gitelman, yang
paralisis total dan kesulitan bernafas yang berarti (lihat Bab
sering sekali dikacaukan dengan sindrom Bartter, sering di-
388 untuk perubahan elektrokardiografi). Hipokalemia yang
jumpai pada anak yang lebih besar dan dewasa muda. Gamba-
lama mengakibatkan perubahan patologis khas ginjal dan pe-
ran karakteristiknya adalah hipokalemia, kadang-kadang te-
nurunan fungsi, yang mungkin akan menetap setelah koreksi
tani, hipomagnesemia, hipokalsiuria dan pertumbuhan normal.
kalium.
HIPERMAGNESEMIA. Kadar magnesium serum lebih dari
Pengobatan terdiri dari pemberiari sejumlah kalium yang 10 mEq/L disertai dengan mengantuk dan kadang-kadang
cukup (sampai dengan 3 mEqkg/24jam); pada sindrom Bart- mengakibatkan koma. Kadar yang sangat tinggi tersebut ja-
ter atau penyebab lain hipokalemia yang disertai kehilangan rang terjadi tanpa gagal ginjal. Refleks tendon dalam mungkin
besar-besaran dari urin, mungkin diperlukan pemberian 10 hilang, sedangkan depresi nafas dapat terjadi pada konsentrasi
mEq/kg atau lebih secara peroral. Indomethasin terbukti ber- yang lebih tinggi.. Gangguan konduksi atrioventrikuler dan
manfaat untuk sindrom. Bartter. Sindrom Gitelman hanya dio- intra-ventrikuler dapat dideteksi pada kadar 5 mEq/L. Gagal
bati dehgan MgCl2. ginjal akut dan penyakit Addison disertai peningkatan ber-
HIPERKALEMIA. Peningkatan tinggi kadar kalium serum makna kadar magnesium serum. Keracunan iatrogenik dapat
mengakibatkan fibrilasi ventrikel dan kematian. Kadar diatas terjadi pada penggunaan magnesium untuk mengobati hiper-
56 I Terapi Cairan dan Elektrolit Kelainan Tertentu 273

tensi atau toksemia gravidarum; telah dlaporkan kematian aki- peningkatan K+ dapat memicu tetani pada penderita dengan
bat penggunaan magnesium sulfat untuk enema pada mega- kadar Ca"- rendah. Tetani hipomagnesemia dapat terjadi mes-
kolon dan dari pemberian peroral untuk obat cuci perut. kipun ada penurunan konsentrasi K+. Ada kisaran konsentrasi
Pemberian kalsium glukonat intravena cepat dapat mem- ionik yang dapat menentukan laten dan manifesnya tetani.
balikkan efek depresi hipermagnesemia dan kelainan jantung Kadar kalsium serum. yang biasa diukur, meliputi kalsium
yang menyertai. terionisasi 1Ca2+; dan kalsium proteinat yang tidak terdisosi-
asi. Albumin merupakan protein serum utama yang memben-
AAP Committee on Nutrition: Use of oral fluid therapy and posttreatment tuk kompleks dengan kalsium. Kalsium terionisasi dapat
feeding following enteritis in children in a developed country. Pediatrics .diukur, tetapi prosedurnya tidak dapat dilakukan disemua la-
75:358,1985. boratorium klinis. Pada konsentrasi albumin serum normal, se-
Brenner BM,. Rector FC Jr (eds):The Kidney. Philadelphia, WB Saunders, kitar 40-50Vo kalsium total berada dalam bentuk terionisasi
l99l .

Darrow DC, Pran EL: Fluid therapy: relation to tissue composition and expen-
(4,0-5,2 mg/dl). Bila kadar albumin serum turun, kalsium se-
diture of water and electrolyte. JAMA 154:365, 1950. rum total turun tanpa selalu menurunkan Ca2+. Cara yang
European Society of Paediatric Gastroenterology and Nutrition Working praktis mengatakan bahwa untuk setiap penurunan 1gldl- albu-
Group: Recommendation for composition of oral rehydration for the Chil-
min, terjadi penurunan 0,8 mg/dl kalsium. Penderita nefrosis
dren ofEurope. J Pediatr Castroenterol Nutr 14:113, 1992,
Finberg L, Kravath R, Hellerstein S, Saenger P (eds): Water and Electrolytes dengan kadar alburnin serum I gldL mungkin mempunyai
in Pediatrics. Philadelphia, WB Saunders, 1993. konsentrasi kalsium serum total 7,5-8,0 mg/dl tanpa penurun-
Furth S, Oski FA: Hyponatremia and water intoxication. AM J Dis Child an caz+.
147:932.1993.
Pada konsentrasi fisiologis H+ dan K+, tetani dapat terjadi
Core SM, Fontaine O, Pierce NF: Impact of rice based oral rehydration solu-
tion on stool and duration ofdiarrhea: meta- analysis of 13 clinical trials, Br
pada konsentrasi Ca2+ kurgng dari 3,0 mg/dl. Tetani biasanya
Med, J 304:287, 1992. terjadi bila konsentrasi Ca"'kurang dari 2,5 mg/dl-. pada kon-
Hellerstein S: Fluid and electrolytes: clinical aspects. Pediatr Rev 14:103, sentrasi norrnal albumin serum, kadar ini setara dengan kon-
1993.
sentiasi kalsium serum total masing-masing sekitar 7 mgldL
Holliday MA, Segar WE. The maintenance need for water in parenteral fluid
therapy. Pediatrics l9:823, 1957. dan 5 mg/dl.
Keating JP, Schears GH, Dodge PR: Oral water intoxication in infants:an Kisaran norrnal magnesium serum adalah 1,6-2,6 mg/dl,
American epidemic. AM J Dis Child 145:985, 1991. yang 75Vo diantaranya adalah Mg'-. Magnesium serum total
Levine MM, Pizarro D: Advances in therapy of diarrhea dehydration: oral re-
turun sampai kurang dari 1,0 mg/dl dapat disertai hipereksita-
hydration. Adv Pediatr 3 1:207, 1984.
Lipschitz CH, CartazzaF:Effect of formula carbohydrate concentration on tol- bilitas sistem saraf.
erance and macronutrient absorption in infants with severe chronic diarrhea. TETANI MANIFES. Gejala klasik hipereksitabiliras perifer
J Pediatr ll7 :378, 1990. saraf motorik adalah spasme otot-otot pergelangan tangan dan
Maxwell MH, Kleeman CR, Narins RG (eds): Clinical Disorders of Fluid and pergelangan kaki (yaitu spasme karpopedal) dan pita suara
Electrolyte Metabolism. New York, McGraw-Hill, 1987.
Meyers A: Fluid and electrolyte therapy for children, Cun Opinion Pediatr
(yaitu laringospasme). Pada spasme karpopedal, pergelangan
6:303,1994. tangan fleksi, jari-jari ekstensi, ibu jari adduksi diaras telapak
Pizarro D, Posada G, Sandi L, et al:Rice-based oral electrolyte solutions for tangan, sedangkan kaki ekstensi dan adduksi. Spasme otot ini
the management of infantile diarrhea. N Engl J Med 324:577, 1991.
dapat sangat nyeri. Laringospasme menimbulkan obstruksi in-
Prestridge LL, Schanler RJ, Shulman RJ, et al: Effect of parenteral calcium
and phosphorous therapy on mineral retention and bone mineral content in spirasi dan disertai dengan mengi (ngorok) inspiratoir bernada
very low birthweight infants. J Pediatr 122761,1993. tinggi yang dapat menyerupai asma atau laringotrakheitis in-
Santosham M, Daum RS, Dillman L, et al: Oral rehydration therapy of infan- feksi. Dapat terjadi apnea. Croup berulang pada anak tanpa
tile dianhea: a controlled study of well-nourished children hospitalized in
demam tanpa infeksi saluran pernafasan atas harus membuat
the United States and Panama. N engl J Med 306:1070, 1982.
Sharifi J, Ghavami F, Nowrouzi Z, et al: OraJ versus intravenbus rehydration dokter waspada akan kemungkinan tetani. Manifestasi senso-
therapy in severe gastroenteritis. Arch Dis Child 60:856, 1985. risnya adalah parestesia, terutama mati rasa dan rasa geli kaki
Schriel RW (ed): Renal and Electrolyte Disorders. Boston, Little, Brown & dan tangan. Eksitabilitas sistem saraf pusat dapat ditandai de-
Company.1992.
ngan kejang sebentar berulang. Kejang biasanya umum na-
Stefano JL, Norman ME, Morales MC, et al: Decreased erythocyte NA+, K+
ATPase activity associated with cellular potassium loss in extremely low mun dapat pula lokal pada salah satu sisi tubuh. Antara kejang
birthweight infants with nonoliguric hyperkalemia. J Pediatr 122:276,1993. penderita mungkin tampak sadar, tetapi setelah kejang ber-
Vesikari T, Isolauri E, Baer M:A comparative trial of rapid oral and intrave- ulang berkepanjangan, dapat terjadi keadaan pasca stres. pada
nous rehydration in acute diarrhoea. Acta Paediatr Scand 76:300, 1987.
bayi kecil, kejang biasanya merupakan satu-satunya tanda
hipereksitabilitas sistem saraf.
TETANI LATEN. Ini merupakan kondisi diperlukannya sti-
56.9 Tetani mulasi iskemia, mekanik atau elektrik untuk menimbulkan
respon motorik yang sesuai dengan retani. Spasme karpopedal
Tetani, keadaan hipereksitabilitas sistem saraf sentral dan dapat terimbas pada tetani laten dengan menimbulkan iskemia
perifer, terjadi akibat kelainan konsentrasi ion dalam cairan saraf motorik dengan cara menurunkan pasokan darah arterial
yang merendam sel saraf.
-Kelainan-kelainan ini meliputi penu- dengan tourniquette (yait:u tanda Trousseau). Manset tekanan
runan H+ (alkalosis), Ca2*, atau Mg2*. penurunan H+ iaoat darah pada lengan atas dikembangkan diatas tekanan darah
memicu tetani bila konsentrasi Ca2i atau Mg2* berada pada sistolik selama 3 menit. Impuls saraf motorik dapat diperoleh
ambang batas terjadinya tetani. Penurunan K+ dapat mencegah dengan ketokan mekanik, tetapi dalam kondisi fisiologis nor-
tetani meskipun konsentrasi Ca2+ rendah, peninjkatan X.* ia- mal hal ini tidak mungkin. Saraf fasialis dapat dirangsang de-
pat memicu tetani pada penderita dengan kadar Car+ rendah; ngan mengetok sebelah anterior meatus auditorius eksterna.
274 BAGIAN Vll J Patolisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

Kon-traksi orbikularis oris terjadi dengan menyentakkan bibir nar matahari juga mempunyai konsentrasi 25-hidroksivitamin
atas atau seluruh mulut (yaitu tanda Chvostek). Sanf per- D plasma yang rendah. Defisiensi ini berhubungan dengan re-
onealis dapat dirangsang dengan mengetok tempatnya saat ia frakter relatif hormon paratiroid.
melalui kaput fibula. Tanda peroneal positif adalah dorso- Hipoparatiroidisme relatif neonatus telah dianggap berasal
fleksi dan abduksi kaki. dari peningkatan kadar kalsium serum janin, yang menggam-
Saraf motorikjuga dapat dirangsang secara elektris. Tanda barkan gradien kalsium antar sisi plasenta. Inhibisi paratiroid
Erb adalah respon positif saraf motorik terhadap stimulai elek- janin terhadap ion kalsium ini dapat diperjelas oleh hiperpara-
tris dengan arus galvanik beramper kurang daripada yang tiroidisme ibu ringan. Hiperparatiroidisme fisiologis, yang di-
diperlukan untuk merangsangnya dalam kondisi fisiologis nor- tunjukkan dengan peningkatan hormon paratiroid selama
mal. kehamilan, dapat terjadi lebih jelas pada wanita diabetes.
Manifestasi lain penurunan konsentrasi Ca2+ adalah pe- Kasus-kasus tertentu hipoparatiroidisme bayi sementara terkait
manjangan interval QT pada elektrokardiogram untuk denyut dengan hiperparatiroidisme klinis ibu.
jantung tertentu. Interval QT normal, dihitung dengan Htpornlseun Dtrut. Bayi yang berisiko terbesar adalah bayi
QC terukur (detik ) dengan berat badan lahir rendah, terutama yang dengan retar-
QTc = dasi pertumbuhan dalam rahim, bayi ibu diabetes, dan bayi
./lntewal RR (detik ) yang mengalami persalinan sukar dan lama (lihat Bab 92 dan
adalah <0,45 pada bayi dan <0,425 pada remaja. QTc adalah 93). Hipokalsemia dini kadang-kadang dijumpai pada bayi ibu
interval QT yang sudah dikoreksi. dengan adenoma atau dengan hipoparatiroidisme familial. Ma-
TETANI ALKALOSIS. Meskipun jarang terjadi pada bayi dan sukan kalsium dapat berkurang akibat kecilnya ukuran anak
anak kecil, tetani alkalosis dapat diimbas oleh overventilasi atau penyakit. Kadar fosfat endogen dapat meningkat akibat
spontan yang mengakibatkan alkalosis respiratorik hiperventi- katabolisma. Insiden hipokalsemia pada bayi-bayi prematur
lasi demikian paling banyak bersifat psikogenik. Pengobatan sangat tinggi, terutarira pada yang dengan distres pernafasan
tetani alkalosis akibat hiperventilasi spontan adalah meminta maupun yang menerima natrium bikarbonat intravena. Penilai-
penderita untuk bernafas melalui kantong atau balon untuk an peran hipokalsemia dalam morbiditas dan mortalitas bayi-
meningkatkan PCOz. Pada penderita dengan konsentrasi Ca2+ bayi tersebut sangat sulit. Meskipun hipokalsemia harus dicu-
rendah, tetani dapat dipicu oleh overventilasi atau oleh alkalo- rigai sebagai salah satu penyebab kejang, dia hanya dapat di-
sis metabolik setelah pemberian natrium bikarbonat. Alkalosis diagnosis dengan menentukan konsentrasi ion kalsium serum.
metabolik akibat kehilangan asam lambung akibat obstruksi Hipokalsemia tidak bergejala pada bayi-bayi prematur bia-
pilorus jarang disertai tetani. .Tetani alkalosis terjadi pada pen- sanya membaik dengan sendirinya. Namun, bila mungkin, se-
derita penyakit ginjal yang telah dilindungi dengan bersama harusnya diberikan kalsium glukonat oral, karena hal ini
asidosis metabolik atau hipokalemia dari konsekuensi konsen- biasanya menghindari kebutuhan untuk terapi intravena selan-
trasi Ca2+ yang rendah. Koreksi asidosis dapat mengakibatkan jutnya dan komplikasi perawatannya.
tetani dan kejang; hal ini dapat tidak sengaja terjadi bila pen-
Pengobatan manifestasi klinik memerlukan injeksi intra-
derita yang tidak taat diberi obat-obat rumah sakit yang diduga
vena larutan kalsium glukonas lOVo dalam dosis sekitar 2 mL/
untuk dibawa pulang dan ditoleransi dengan baik.
kg (18 mg Cultg), yang harus diberikan perlahan-lahan sambil
TETANI HIPOKALSEMIA. Gangguan Fungsi Paratiroid. Gang- memonitor fiekuensi jantung untuk bradikardia; darah yang
guan fungsi paratiroid yang paling sering terjadi adalah hipo- mengandung kadar kalsium yang berlebihan yang mencapai
paratiroidisme fisiologis neonatus sementara, kadang-kadang atrium kanan dapat menghambat aktivitas listrik ritmik nodus
disebut hipokalsemia neonatus. Secara klinis, bayi-bayi ini da- sinus, sehingga menyebabkan henti jantung. Nekrosis jaringan
pat dikelompokkan menjadi 2, satu kelompok mengalami hi- dan kalsifikasi dapat terjadi jika larutan ini ekstravasasi atau
pokalsemia pada72 jam pertama kehidupan, biasanya sebelum diberikan secara intramuskuler. Tempat-tempat intravena ha-
mendapatkan masukan susu oral, sedangkan kelompok yang rus diamati dengan teliti. Dosis intravena kalsium glukonat da-
lain mengalami hipokalsemia akibdt beban fosfat yang tinggi, pat diulangi pada interval 6 sampai 8 jam sampai homeostasis
yang hanya timbul setelah mendapatkan susu sapi selama be- kalsium menjadi stabil, atau kalsium glukonar (50-75 mg ele-
berapa hari. Mulainya gejala pada kelompok kedua ini paling men Calkg/Z4 jam) dapat ditambahkan pada infus intravena
sering terjadi pada umur 5-10 hari pertama manifestasi klinis yang konstan. Kalsium parenteral harus diberikan secara hati-
kadang-kadang baru timbul setelah usia 6 minggu. Keduanya hati, sambil memonitor kadar kalsium serum terionisasi dan
mungkin disebabkan oleh kelenjar paratiroid yang kurang aktif kadar kalsium urin. Karena penurunan kalsium yang terikat
dan gagal berespon normal terhadap konsentrasi kalsium yang protein pada bayi hipoalbumenemia, kalsium pa- renteral da-
rendah. Nilai kalsium serum berhubungan langsung dengan pat menyebabkan kenaikan CaL+ dan hiperkalsiuri akibat ne-
usia kehamilan, sehingga bayi yang lebih kurang matur mem- frokalsinosis.
punyai risiko yang lebih besar mengalami hipokalsemia.
Pemberian 1,25-dihidroksivitamin D:, selama usia hari
Disamping relatif rendahnya, keluaran hormon paratiroid pertama pada bayi yang dilahirkan secara prematur yang beri-
pada masa neonatus, mungkin ada refrakter parsial sel sasaran siko hipokalsemia telah mencegah atau mengurangi secara
terhadap hormon paratiroid. Lagipula, sekresi berlebihan tiro- berhasil keparahan dan lama hipokalsemia, tetapi tidak dian-
kalsitonin merupakan faktor pendukung utama hipokalsemia jurkan untuk pencegahan rutin. Bila hipomagnesemia terjadi
persisten pada bayi prematur, terutama yang mengalami anok- bersama dengan tetani neonatus dini, biasanya ringan dan se-
sia. Bayi berat badan lahir sangat rendah yang ibunya tidak mentara; kadang-kadang hipomagnesemia ini memerlukan
mengkonsumsi vitamin D cukup dan hanya sedikit terpapar si- pengobatan sebelum hipokalsemia berespon terhadap terapi.
56 I, Terapi Cairan dan Elekrolit Kelainan Tertentu 275

Kalsium glukonas atau kalsium laktat juga dapat ditambahkan dramatis. Setelah itu, pengobatan spesifik hipokalsemia ter-
pada makanan pada waktu yang sama, seperti akan diuraikan tunda adalah menurunkan kadar fosfat serum. Karena ASI
nanti. Mungkin ada pengembalian secara perlahan-lahan kadar mempunyai kadar fosfor yang rendah, bayi-bayi yang diberi
kalsium ke normal sesudah 1-3 hari. Kalsium oral harus dilan- ASI jarang mengalami hipokalsemia. Beberapa susu formula
.iutkan selama sekitar I minggu. bayr yang dibuat dari dialisis w/rey susu sapi masih mengan-
dung lebih besar fosfat daripada ASI.
Htpoxalseun Larilgnr. Sesudah minum susu dengan fosfat
Absorbsi fosfat dari makanan dapat ditekan dengan me-
tinggi, tetani dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan cukup bu-
nambahkan sejumlah besar kalsium kedalam formula yang
lan dan prematur dan pada bayi-bayi yang riwayat klinisnya
akan mengendapkan kalsium fosfat pada lumen usus (mi-
benigna. Masukan makanan berfosfat tinggi, seperti susu sapi,
salnya menambahkan kalsium laktat atau glukonas ke dalam
pada volume yang relatif besar menyebabkan kenaikan kadar
susu untuk mehcapai rasio kalsium terhadap fosfor 4:l). Puyer
fosfat serum akibat relatif tingginya reabsorbsi fosfat tubulus
kalsium laktat lebih baik, penambahannya kedalam susu tidak
dan rendahnya laju filtrasi glomerulus fisiologis neonatus. Pe-
mengakibatkan gangguan bermakna sistem gastrointestinal.
ningkatan kadar fosfat serum menurunkan kadar kalsium se-
Karena kalsium laktat mengandung l37o kalsium, 770 mg ga-
rum melalui deposisi kalsium fosfat dalam tulang dan mung-
ram ini memberi 100 mg kalsium. Kalsium glukonat mengan-
kin pada jaringan lain. Respon fisiologis normal adalah pe-
dunggVo kalsium, sehingga 1100 mg garam ini memberi 100
ningkatan hormon paratiroid. yang meningkatkan kelarutan
mg kalsium. Larutan kalsium glukonat (misalnya sirup Neo-
mineral tulang dan ekskresi fosfat urin. Hal ini akan mengem-
Calglucon) mengandung 92 mg Calsendok teh, merupakan ca-'
balikan kadar serum notmal kalsium dan fosfat. Bila kelenjar
ra penambahan kalsium yang kurang menguntungkan karena'
paratiroid bayi belum dapat berespon pada peningkatkan hor-
jumlah yang diperlukan dapat mengakibatkan diare. Kalsium
mon paratiroid, kadar kalsium serum akan turun secara progre-
klorida dapat menimbulkan iritasi lambung dan asidosis hi-
sif, sehingga terjadi hipokalsemia simtomatik.
perkloremia. Karena garam harus"larut dalam susu, tablet kal-
Manifestasi Klinis. Ge1ala klinis terpenting hipokalsemia sium laktat tidak boleh digunakan. Tablet terkompresi tidak
pada bayi adalah kejang, biasanya menyeluruh, sebentar dan dapat larut bahkan setelah dibelah-belah^
tanpa kehilangan kesadaran. Spasme karpopedal jarang di-
Setelah penurunan kadar fosfor serum, kadar kalsium se-
jumpai, dan karena tanda Chvostek sering dijumpai pada bayi
rum akan kembali normal, bahkan dapat meningkat sampai ka-
baru lahir maka tanda ini tidak dapat diinterpretasikan sebagai
dar hiperkalsemik. Pada saat ini, tambahan kalsium harus ditu-
tanda tetani. Dapat terjadi spasme larings dengan sianosis dan
runkan bertahap, tidak boleh dihentikan tiba-tiba karena kadar
episoda apnea. Manifestasi klinis lain yang umum terjadi pada
fosfor serum dapat meningkat cepat, dan konsentrasi kalsium
bayi baru lahir adalah iritabilitas, sentakan-sentakan otot, ke-
dapat turun lagi sampai ke kadar tetanik. Pada kebanyakan
cemasan dan tremor. Disamping tanda-tanda karakteristik pe-
bayi, pengembalian homeostasis kalsium normal dan mungkin
ningkatan eksitabilitas sistem saraf, dapat pula dijumpai ge-
juga respon paratiroid normal terjadi dalam l-2 minggu. Pada
jala-gejala tidak spesifik yang secara klinis menyerupai sepsis
bayi dengan hipomagnesemia yang menyertai, kadar magne-
seperti tidak mau makan, muntah dan letargi, bukannya irita-
sium plasma biasanya kembali normal.
bilitas. Penentuan kalsium serum dan perasat diagnostik lain
harus dilakukan untuk bayi yang dicurigai menderita sepsis. Kadang-kadang diperlukan masa penambahan kalsium
yang lebih lama, dimana kasus pengobatan harus diindivi-
Bradikardi dengan blokade jantung jarang dijumpai. Inter-
dualisasi dengan pengukuran konsentrasi kalsium dan fosfat
val QT yang memanjang menunjukkan adanya hipokalsemia.
s'ecara seri. Jika bayi berespon jelek terhadap pengobatan, per-
Konsentrasi kalsium serum kurang dari 7 mg/dL menegakkan
hitungan harus di cek untuk menentukan apakah kalsium yang
diagnosis, sedangkan kadar kurang dari 7,5 mg dL merupakan
ditambahkan cukup, dan makanan harus diperiksa untuk me-
kemungkinan besar. Kadar fosfat serum meningkat, kadang-
kadang sampai 10-12 mgldL. Kadar nitrogen urea darah atau
lihat apakah kalsium laktat atau glukonat telah larut secara
sempurna. Jika tidak ditemukan kesalahan dan respon tera-
kreatinin serum tidak meningkat, membedakan kondisi ini de-
peutik tidak cukup, diagnosis hipoparatiroidisme kongenital,
ngan hiperfosfatemia pada disfungsi ginjal berat. Neonatus
atau pada bayi yang lebih tua, defisiensi vitamin D atau ke-
normal yang diberi minum susu sapi mempunyai konsentrasi
lainan penyerapan atau metabolik vitamin D harus dipikirkan.
fosfat serum 6-8 mg/dl-. Bayi prematur notmal mungkin mem-
Prognosis hipokalsemi awal dengan kejang-kejang tergan-
punyai konsentrasi yang lebih besar. Hipomagnesemia juga
dapat terladi.
tung pada penyakit primer; bayi dengan tetani akhir mempu-
nyai prognosis yang sangat baik.
Respon positif terhadap pemberian kalsium tidak dengan
sendirinya cukup untuk menegakkan diagnosis karena kalsium Tidakadanya Paratiroid Kongenital. Tidak adanya kelenjar
dapat bekerja tidak spesifik selama kejang. Gejala-gejalanya paratiroid dapat terjadi dalam hubungannya dengan aplasia ti-
seperti irritabilitas dan tremor dapat menghilang secara spon- mus (yaitu, sindrom DiGeorge), bersama dengan kelainan
tan, dan konvulsi akibat dari udem otak, anoksia, atau jejas da- pembuluh-pembuluh darah besar jantung, atau selagai aplasia
pat kumat selama masa neonatus. Pemeriksaan cairan spinal paratiroid murni (lihat Bab 525). Penderita demikian datang
terindikasi karena kemungkinan konvulsi yang disebabkan dengan gejala yang sama seperti gejala bayi dengan hipo-
oleh infeksi atau perdarahan pada sistem saraf sentral. paratiroidisme fisiologis sementara tetapi berespon secara ti-
Pengobatan. Pengobatan awal bayi kejang adalah injeksi in- dak sempurna pada pengobatan sederhana yang dijelaskan se-
travena larutan l07o kalsium glukonat (2 mLlkg), dengan ke- belumnya dan mengalami hipokalsemia berulang, yang me
waspadaan yang telah disebutkan didepan. Responnya dapat merlukan pengobatan yang lebih pasti.
276 BAGIAN Vll I Patofisiologi Cairan Tubuh Dan Terapi Cairan

Pada defisiensi paratiroid total, diperlukan penambahan se- Pada mulanya, penderita dengan tetani akibat dari defisi-
jumlah vitamin D fannakologis, vitamin D metabolit, atau vi- ensi vitamin D atau kegagalan metabolisme vitamin D normal
tamin D analog hormon paratiroid. Dihidrotakhisterol adalah dapat secara simtomatis disembuhkan dengan injeksi intravena
lebih poten daripada vitamin D dalam mengkoreksi hipo- 2 mLkg larutan kalsium glukonat lU%o, dengan memonitor
kalsemia. Ia dengan lebih cepat diinaktifkan dalam tubuh, ti- frekuensi jantung sebagai tindakan pencegahan biasa untuk
dak disimpan, dan tidak toksik kumulatif sebagaimana vitamin mencegah injeksi yang rerlalu cepat. Pengobatan defisiensi vi-
D. Pada bayi muda,0,05-0,1 mg dihidrotakhisterol harus dibe- tamin D dicapai dengan viramin D (2.000-4.000 unit atau 50-
rikan setiap hari dan dosis disesuaikan dengan penentuan kon- 100 pg setiap hari). Rakhiris ripe-I tergantung-vitamin D dio-
sentrasi kalsium serum, yang akan dikembalikan ke kadar se- bati dengan 2-81s"g/24 jam la-hidroksivitamin D3 atau l-4 Stgl
kitar 9-10 mg/dL. Metabolit vitamin D yang sangat aktif, 1,25- 24 jam l,25-dihidroksi vitamin D3. Dosis harian adalah se-
dihidroksi yitamin D3 juga tersedia, dan dalam dosis 0,25-0,5 tengahnya sesudah penyembuhan yang dikonfirmasi secara ra-
mg/24 jam, ia adalah efektif dalam mengobati hipopara- diologis. Rakhitis tipe-Il terganrung vitamin D diobati dengan
thiroidisme. Penambahan kalsium oral seperti sirup kalsium vitamin D dosis tinggi (0,5-5,0 1tg/24 jam) atau ta-hidroksi-
glubionat (misalnya Neo-Calglucon) atau tablet kalsium kar. vitamin D3 atau l,25-hidroksivitamin Dl (5-50 1tgl24 jam)t.
bonat (misalnya Tums, Rolaid) juga merupakan terapi tamba- Terapi alternatif untuk defisiensi vitamin D sejati adalah vita-
han yang berguna. Ketika anak tumbuh, dosis dari salah satu min D 10.000 unit setiap hari selama 3 minggu atau preparat
steroid harus ditambah, seperti ditunjukkan oleh kadar kalsium vitamin D konsentrasi tinggi, diberikan dalam jumlah yang cu-
.serum. Rasio kalsium urin dengan kreatinin harus dimonitor kup untuk mencapai pengaruh fisiologis yang cepar (misal,
untuk mencegah hiperkalsiuria (rasio >0,2). Hipoparatiroidis- 600.000 unit vitamin D dalam dosis tunggal) atau terbagi men-
-

me pada anak yang lebih tua dibahas pada Bab 525. .jadi beberapa dosis selama masa 24-jam. propilen glikol (Dris-
Hipckalsemidan Tetani yang Disebabkan oleh Defisiensi Vi- dol) tidak cocok untuk terapi tipe ini, karena volume yang
tamin D atau Abnormalitas Metabolisme Vitamin D. Mulainya besar irropilen glikol adalah depressan. Hipokalsemi gungguun

fetani defisiensi vitamin D biasanya terjadi pada umur 3-6 bu- hati berespon terhadap dosis vitamin D yang lebih besar;
lan, karena pengosongan simpanan vitamin D bayi memerlu- pengobatan yang lebih tepat dengan 25-hidroksiviramin D3
kan sejumlah waktu ini. Namun bayi yang dilahirkan oleh ibu atau 1,25-dihidroksivitamin D dimungkinkan. pengobaran ha-
yang kekurangan vitamin D dapat berkembang hipokalsemia rus secara perseorangan dan penderita dimonitor secara ketat
dari defisiensi vitamin D dalam usia minggu pertama. Tetani untuk mencegah intoksikasi viramin D (lihat Bab 45).
dan defisiensi vitamin D nutrisi sekarang jarang, tetapi yang TETANI HIPOMAGNESEMI. Hipomagnesemia telah dilapor-
kedua ini kadang-kadang berkembang pada bayi ASI yang kan menyebabkan tetani yang disertai dengan konsentrasi kal-
ibunya tidak menyadari adanya defisiensi vitamin D pada ASI- sium serum rendah atau nornal. Pada hipoparatiroidisme fi-
nya, sehingga tidak memberikan tambahan vitamin D (lihat siologis neonatus sementara, konsentrasi magnesium serum
Bab 45). rendah dapat menyertai hiperfosfatemia dan hipokalsemia. Hi_
pomagnesemia ini biasanya berespon terhadap pengobatan
Hipokalsemia mungkin juga merupakan akibat kegagalan
yang diarahkan pada pengurangan kadar fosfat serum. Ka-
metabolisme normal vitamin D, yang mengalami dua langkah
dang-kadang bayi neonatus dengan hipomagnesemia memer-
hidrosilasi, pertama didalam hati dan kemudian dalam ginjal,
lukan terapi magnesium spesifik: injeksi intramuskuler dengan
sebelum menjadi 1,25-dihidroksivitamin D3 yang aktif secara
0,2 mLkg larutan 507o MgSO+ . j HzO (yaitu 25Vo laruran
metabolik. Bayi dengan penyakit hati, seperti hepatitis neo-
MgSOa. Pengobatan ini menaikkan kadar magnesium serum
natus, penyakit inklusi sitomegalik, atau atresia saluran empe-
kedalam kisaran normal dalam I jam dan akan mempertahan-
du, dapat menunjukkan manifestasi defisiensi vitamin D de-
kan kadar yang cukup selama beberapa jam. Seringkali tidak
ngpn hipokalsemia karena kegagalan hati memetabolisme vita-
diperlukan terapi selanjutnya. Mekanisme hipomagnesemia
min D. Pada atresia saluran empedu, malabsorpsi vitamin D
sementara ini belum dimengerti.
mungkin mempersulit masalah. Defisiensi vitamin D dapat
Tetani hipomagnesemia dan kejang-kejdng diluar masa
juga akibat dari steatorrea yang disebabkan defisiensi lipase
neonatus dapat akibat dari nutrisi parenteral yang lama dengan
pankreas atau oleh gangguan mukosa usus intrinsik. Rakhitis
larutan bebas magnesium atau gangguan transpor magnesium
dan osteomalasia disertai dengan pengobatan gangguan kon-
kongenital, sehingga menyebabkan kegagalan absorbsi diet
vulsif dengan dosis besar obat-obat antikonvulsan kombinasi,
magnesium atau kegagalan reabsorbsi tubuler magnesium de-
terutama fenobarbital, difenilhidantoin, dan primidon, yang
ngan kehilangan urin yang berlebihan. pada sindrom Bartter
mengubah metabolisme vitamin D hati. Difenilhidantoin juga
dan Gitelman, hipomagnesemia, hipokalemia. dan tetani dapat
menghambat transpor kalsiunr usus, dan penderita dapat da-
terjadi akibat disfungsi tubuler ginjal. Malabsorpsi magnesium
tang dengan hipokalsemia dan perubahan-perubahan rangka.
intestinal dapat akibat dari jejas intestinum didapat, seperti pe-
Rakhitis tipe-I tergantung vitamin D disebabkan oleh defisi-
nyakit radang usus atau pemotongan usus halus, dan kadang-
ensi lo-hidroksilase, yang mengubah 25-hidroksivitamin D
kadang pada bayi laki-laki, disebabkan oleh malabsorpsi mag-
menjadi l,25-dihidroksivitamin Dr. Kadar yang terakhir ini
nesium. Kehilangan magnesium ginjal dapat akibat nefropati
rendah. Rakhitis tipe II tergantung-vitamin D adalah keadaan
yang disebabkan oleh aminoglikosid atau sisplatin. pengo-
resesif autosom dimana ada resistensi organ sasaran terhadap
songan magnesium, apapun patogenesisnya, dapat disertai de-
I,25-dihidroksivitamin D3 dan serangan awal rakhitis serta hi-
ngan hipokalsemia, karena magnesium diperlukan untuk sek-
pokalsemia. Rakhitis ini disertai dengan kenaikan kadar hor-
resi hormon paratiroid dan ketanggapan jaringan sasaran
mon paratiroid dan 1,2S-dihidroksivitamin D3.
terhadap hormon. Pengobatan memerlukan magnesium yang
56 I Terapi Cairan dan Elektrolit Kelainan Teftentu 277

diberikan secara intramuskuler (diuraikan sebelumnya), secara Colletti RP, Pan MW, Smith EWP, et al: Detection of hypocalcemia in sus-
ceptible neonates. The Q-oTc interval. N Engl J Med 290:931, 19'14.
intravena (2-10 ml/kg larutan magnesium sulfat l7o) dengan
David L, Glorieux FM, Salle BL, et al:Human Neonatal Hypocalcemia. In:
infus lambat, atau secara oral dalam bentuk garam magnesium, Holick MF, Anast CS, Gray TK (eds): Perinatal Calcium and Phosphorus
seperti bentuk klorida, glukonat, atau sitrat (24-48 mglkgl24 Metabolism. Amsterdam, Elsevier Science Publishers, 1983, p.351.
jam; lihat Bab 51). Ezzedeen F, Adelman RD, Ahlfors CE: Renal calcification in preterm in-
fants:pathophysiology and long-term sequelae. J Pediatr I 13:532, 1988.
Fraher LJ, Karmali R, Hinde FRJ, et al: Vitamin D-dependent rickets type II:
extreme end organ resistance to 1,25- dihydroxyvitamin D3 in a patient
Aarskog D, Harrison H: Disorders of calcium. phosphate, PTH and vitamin D.
without alopecia. Eur J Pediatr 145:389, 1986.
In:Kappy M, Blizzard R, Migeon C (eds): The.Diagnosi-s and Treatment of
Harrison l{E, Harrison HC: Disorders of Calcium and Phosphate Metabolism
Endocrine Disorders in Childhood and Adolescence. Springfield, IL, Char-
in Childhood and Adolescence. Philadelphia, WB Saunders, 1979.
les C Thomas, 1994.
Markestad T, Halvorsen S, Halvorsen K, et al: Plasma concentration of vita-
Booth BE, Johanson A: Hypomagnesemia due to renal tubular defect in reab-
min D metabolites before and during treatment of vitamin D deficiency
sorption of magnesium, J Pediatr 84:350, 1974.
rickets in children. Acta Paediatr Scand'73:225,1984.
Broner CW, Stidham GL, Westenkirchner DF, et al: A prospective, random-
Paunier L, Raddle IC, Kooh SW, et al: Primary hypomagnesemia with secon-
ized, double blind comparison of calcium chloride and calcium gluconate
dary hypocalcemia in an infant. Pediatrics 4l:385, 1968.
therapies for hypocalcemia in critically ill children. J Pediatr I l7:986, 1990.
Tsang RC, Light U, Sutherland JM, et al: Possible pathogenetic factors in neo-
Brown DR, Steranka BH, Taylor FH: Treatment of early-onset neonatal hy-
natal hypocalcemia of prematurity . J Pediatr 82:423, 1973.
pocalcemia. Am J Dis Child 135:24, I 981 .

Anda mungkin juga menyukai