Anda di halaman 1dari 34

BacnN XII

Infeksi pada Bayi Baru Inhir


I SnrsI .I

Segi-segi Unik Infeksi

Keunikan infeksi neonatus merupakan akibat dari sejumlah

I Bre 94 faktor. (l) Ada beraneka ragam mode penularan agen penye-
bab infeksi dari ibu ke janin atau ke bayi baru lahir (Gambar
94-1). Penyebaran hematogen transplasenta dapat terjadi pada
Epidemologi, Imunitas, dan berbagai waktu selama kehamilan. Manifestasi infeksi kon-
genital dapat tampak pada saat lahir atau terlambat selama be-
Patogenesis berapa bulan bahkan beberapa tahun. Penularan infeksi secara
vertikal dapat terjadi selama di dalam uterus, tepat sebelum
Samuel P. Gotoff kelahiran, atau selama proses kelahiran. Setelah dilahirkan,
bayi baru lahir dapat terpapar penyakit infeksi dalam ruang
perawatan atau di pemukiman. Sbhubungan dengan makin
kompleksnya perawatan intensif neonatus, bayi baru lahir ku-
Infeksi merupakan penyebab yang paling sering dan paling rang bulan dan yang lahir dengan berat badan kurang akan da-
penting dalam morbiditas serta mortalitas selama periode bayi pat tetap hidup dan dapat bertahan lebih lama dalam
baru lahir (lihat Bab I). Sebanyak 2Vo janin mengalami infeksi lingkungan dengan risiko infeksi yang lebih tinggi. (2) Bayi
in utero, dan lebih dari l}Vo bayi terinfeksi selama proses kela- baru lahir mungkin kurang mampu berespons terhadap infeksi,
hiran atau dalam bulan pertama kehidupan. Lesi radang dite- karena menderita defisiensi satu atau lebih faktor imunologis
mukan pada sekitar 25Vo otopsi bayi baru lahir, lesi-lesi ter- yang melibatkan sistem retikuloendotelial, komplemen, leuko
sebut frekuensinya menduduki tempat kedua sesudah penyakit sit polimorfonuklear, sitokin, antibodi, atau imunitas seluler.
membran hialin. (3) Penyakit penyerta pada bayi baru lahir sering mempersulit

Sirkulasi
Maternal
Gambar 94-1. Janin atau bayi baru lahir
I
I dapat terinfeksi melalui jalan trans-
+ Cairan Sekret plasenta, dari kontaminasi cairan am-
Plasenta--+ nion, atau dari aspirasi atau penelanan
sekresi vagina. Pecahnya kulit atau
penghalang membran mu-kosa meialui
I monitor janin, kateter vaskuler. pengiri-

I \ san tali pusat, pembedahan, dan


enterokolitis nekrotikans merupakan ja-
Sirkulasi Aspirasi Luka lan masuk lain untuk mikroorganisme.
Janin

I I 1

Paru Saluran Gl monitor janin


akses vaskular
umbilikus
bedah
enterokolitis nekrotikans
636 BAGIAN Xll a Infeksi pada Bayi Baru Lahir

diagnosis dan penatalaksanaan infeksi neonatus. Gangguan inokulum, status imun, dan agen etiologi mempengaruhi
respirasi seperti penyakit membran hialin dapat menyertai ekspresi penyakit pada janin atau bayi baru lahir. Berbagai or-
pneumonia bakteri. Asidosis mengganggu fungsi leukosit poli- ganisme termasuk bakteri, virus, jamur, protozoa, dan miko-
morfonuklear. (4) Manifestasi infeksi pada bayi baru lahir sa- plasma merupakan agen penyebab (Tabel 94-1).
ngat beragam. Dapat saja terjadi infeksi subklinis, malformasi Status imunitas ibu, misalnya, terhadap rubella, dan pema-
kongenital, penyakit setempat, dan infeksi sistemik parah yang paran ibu terhadap berbagai mikroorganisme, seperti Zoxo-
bersifat lokal. Lamanya pemaparan dalam uterus, besarnya plasma, menentukan apakah infeksi ibu terjadi selama

$-----,djalafl ilia:Ilfi mb-at

SitomegaloVirus
i.:l

Virus varisela-zoster .
. ,-.:to." l*.:
:

I,:::=': ilili'
: ::r
:''' '
I :i
''))
jr,..i::: lliiiit: iiii,lrli,i,',1 i
,:, lil:t'::=;iir i ''
,,1
'ffi
':itixiiii'\= Liiiiliii;-.tt'l#
Pikornavirus ,.. i

r
Coksaki$irus
,E hovi s
,

i
-9ttf *#=ffi
:uuu: tt I

ii{*,'+if
:::1:,: l

iiri,tiL ,rlii:i]$il -,.


Virus poiio

ffi
Virus herpes simploks
{poisi Paralisis
ADOTSt Defisit neurologis,
1 i:1..itli.

''1: -- u, .l

=
vl*sh-pali{ls E1
,t:, t

;i;iiil iliii-
"l !

Virus imunodenqie";i
Ifl$ffi$l'Fi,:,l:: l: t ; tir iiil
Paf.jriiviru'* BIP

Malaria
,i ,,iil
.il ' Ati6L3ir

!s.i
,, I l:::::t- = :a:a:.::::.:ii:,ii:
: I ::.a::a:a::::=.4::iu, r:.
t ::

: iiL:i::::;;r*it':.]i,',i:l:l:!ll::=
r,
Y,,S, .ni,O
Chaen$l
r{F.iny,akit
ti, b$t'iti=
94 I Epidemologi, Imunitas, dan Patogenesis 637

TABEL 94-2. Pola Infeksi Neonatus

'Nflrlai ItlruhtllLp,adaiminE*Fr:$t Alr

*ffi
:.: :i i:::r lltl: l::i:

*Herpes sitnpleks, enterovit"us, dan sitomegalovirus dapat tampak sebagai sepsis mulai-lambat biakan-negatifyang tidak dapat dibedaknn dari penyakit bakteri
yang berat.
fDosis futn inte^)al u,1tuk pemberian bervariasi menurut berat bafuin kthir dan usia pascalahir (lihat Tabel 95-3)
lAngka mortalitas tertinggi didapati bila penyakit mulai pada saat lahir dan diantara bayi yang berat badan lahirnya sangat rendah (<1.500 g)
SSP = .rjsreru surafpusat; ECMO = oksigenasi membran ekstrakorporal; NICU = unit perowatan intensifneonatus; NEC = enterokolitis nekrotikans

kehamilan atau tidak. Infeksi ibu dapat tampak secara klinis, Sindroma infeksi amnion merupakan invasi bakteri pada
seringkali tanpa gejala-gejala dan tanda-tanda spesifik, atau se- cairan amnion, biasanya sebagai akibat robekan yang lama
cara sub-klinis, yang dikenali secara retrospektif dengan me- pada membran korioamnion. Kadang-kadang, infeksi amnion
tode serologis, sebagai bagian dari evaluasi infeksi neonatus terjadi pada membran yang tampak utuh. Infeksi cairan am-
yang dicurigai. Penularan infeksi secara transplasenta pada nion dapat berjalan asimtomatik, atau dapat mengakibatkan
janin caranya bermacam-macam. Plasenta seringkali berfungsi demam pada ibu dan tanda- tanda korioamnionitis lokal atau
sebagai perintang yang efektif. Infeksi prenatal yang diketahui sistemik. Bukti secara mikroskopik adanya radang membran
dapat ditularkan secara transplasenta termasuk sifllis, Borrelia umumnya baru timbul jika lamanya robekan melebihi 24 jam.
burgdo rfe ri, rubella, sitomegalovirus (CMV), parvovirus B 19, Kelahiran yang sukar atau traumatis serta kelahiran prematur
virus imunodefisiensi manusia (human immunodeficiency vi- juga dihu-bungkan dengan peningkatan frekuensi infeksi neo-
rus [HIV]), varisela-zoster, Listeria monocytogenes, tokso- natus.
plasmosis, dan tuberkulosis. Infeksi yang didapat dalam uterus Pemaparan terhadap bakteri dan aspirasi bakteri dalam
dapat berakibat resorpsi embrio, aborsi, lahir mati, malformasi cairan amnion mengakibatkan pneumonia kongenital atau in-
kongenital, retardasi pertumbuhan intrauterin, lahir prematur, feksi bakteri sistemik dengan manifestasi yang menjadi nyata
penyakit akut selama periode neonatus, atau infeksi menetap pada waktu sebelum kelahiran (gawat janin, takikardia), saat
asrmtomatik dengan gejala sisa neurologis pada kehidupan se- kelahiran (asfiksia perinatal), atau setelah periode laten bebe-
lanjutnya. rapa jam (gawat napas, syok). Aspirasi bakteri selama proses
Infeksi perinatal didapat terjadi tepat sebelum atau selama kelahiran dapat mengakibatkan infeksi setelah interval 1-2
kelahiran dengan cara penularan mikroorganisme secara verti- hari. Meskipun istilah infeksi neonatus mulai-awal telah digu-
kal dari ibu ke bayi baru lahir. Organisme dapat berupa bakteri nakan untuk infeksi neonatus yang terjadi selambat-lambatnya
yang membentuk koloni pada saluran lahir, seperti strep- umur I minggu, istilah ini harus dibatasi pada infeksi-infeksi
tokokus grup B, gonokokus, L. monocytogenes, Escherichia dengan patogenesis perinatal yang biasa mulai dalam 12 jam
coli (terutama strain-strain yang berkapsula Kl), Chlamydia, (Tabel94-2).
Mycoplasma genitalia dan Ureapla,srna. Spesies mikroba lain Faktor neonatus terpenting yang memberi kecenderungan
seperti enterovirus dan herpes simpleks bisa juga didapat de- pada.infeksi adalah prematuritas atau berat badan lahir rendah;
ngan cara yang sama. Transfusi ibu-janin pada saat lahir me- terdapat 3-10 kali lebih tinggi insidens infeksi dan sepsis pada
rupakan mekanisme penularan yang biasa pada virus hepatitis bayi ini daripada bayi cukup bulan dengan berat badan lahir
B dan HIV. normal. Laki-laki memiliki insidens sepsis sekitar 2 kali lebih
638 BAGIAN Xll a lnleksi pada Bayi Baru Lahir

tinggi daripada wanita, mengesankan kemungkinan adanya Epidemi gastroenteritis dan enterokolitis nekrotikans tidak
faktor-terkait seks dan kerentanan hospes. Resusitasi saat lahir, umum terjadi dan dapat dihubungkan dengan suatu agen yang
terutama jika melibatkan intubasi endotrakea, pemasukan ka- dapat diidentifikasi atau patogen yang tidak spesifik.
teter pembuluh darah umbilikus, atau keduanya, dihubungkan Faktor rllfto multipel mempengaruhi kemungkinan infeksi
dengan peningkatan risiko infeksi bakteri, hal ini kemungkin- nosokomial didalam NICU. Ini termasuk berat badan lahir ren-
an berkaitan dengan prematuritas atau infeksi pada saat lahir. dah, lama tinggal, prosedur invasif, kateter vaskular menetap,
Infeksi neonatus pascalahir didapat setelah kelahiran, sela- shunt ventikular, pipa endotrakea, perubahan perintang kulit
ma 28 hari pertama. Namun infeksi serupa juga terlihat pada dan membrana mukosa, serta sering menggunakan antibiotika
bayi, terutama bayi prematur, selama usia beberapa bulan per- spektrum luas. Kolonisasi pada kulit bayi, umbilikus, nasofa-
tama. Istilah infeksi neonatus mulai-lambar digunakan pada ring, dan saluran cerna oleh bakteri patogen atau jamur meru-
infeksi-infeksi ini untuk membedakannya dari infeksi dengan pakan keadaan yang umum mendahului terjadinya infeksi
patogenesis perinatal. Agen etiologi dapat ditularkan dari ber- nosokomial selanjutnya. Antibiotika mengganggu kolonisasi
bagai sumber manusia, seperti ibu, kontak keluarga, dan flora normal dan mempermudah pembentukan koloni kuman
oran"g-orang di rumah sakit, atau dari sumber tidak hidup, se- patogen. Kepadatan pasien dan teknik pengendalian infeksi
perti perlatan yang terkontaminasi. yang tidak memadai (cuci tangan diantara pemeriksaan pende-
INFEKSI NOSOKOMIAL RUANG ANAK. Lihat jusabab 249. rita) juga turut membantu terhadap masalah tersebut.
Infeksi neonatus yang didapat di rumah sakit disebut noso- Pengawasan terhadap infeksi nosokomial didasarkan pada
komial. Karena hampir semua infeksi mulai-awal didapat in- pemantauan tentang infeksi yang sedang berlangsung di ruang
trapartum, maka infeksi yang terjadi lebih lambat dari 48-72 perawatan dan data dari laboratorium mikrobiologi; penga-
jam setelah lahir biasanya dianggap nosokomial. Namun, pe- wasan rutin untuk mendeteksi kolonisasi tidak dianjurkan.
ngecualian meliputi infeksi mula-lambat karena organisme Biakan harus menunjukkan bakteri yang diisolasi serta pola
yang didapat dari saluran kelamin ibunya (misalnya, beberapa sensitivitas antimikrobanya. Pengujian petanda mikroba lain
infeksi streptokokus grup B) dan infeksi nosokomial yang di- (biotipe, serotipe, plasmid, sidik jari Ot'iAy mungkin berman-
dapat dalam ruang bersalin (misalnya dari peralatan yang faat dalam epidemi. Selama epidemi diperlukan penelitian ter-
terkontaminasi), dimana tanda-tandanya berkembang segera hadap reservoir yang mungkin terinfeksi, cara penularan, dan
setelah lahir. Infeksi nosokomial dapat terjadi secara sporadis faktor risiko. Identifikasi bayi dan personil ruang perawatan
atau sebagai epidemi, dan dapat terjadi di rumah sakit atau se- yang dikolonisasi dapat membantu.
telah dipulangkan. IMUNOLOGI DAN PATOGENESIS. Telah banyak penelitian
yang membandingkan fungsi imunologis pada bayi baru lahir
Infeksi nosokomial relatif tidak umum pada bayi normal
dengan pada orang dewasa. Kadar faktor imunologis yang me-
yang cukup bulan; frekuensinya berkisar antara0,5Vo - l,l%o
nurun serta fungsinya yang berkurang seringkali ditemukan.
dari semua bayi cukup bulan. Biasanya melibatkan kulit dan
Walaupun terdapat cacat imunitas ini pada bayi prematur dan
disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Candida (lihat
cukup bulan, angka penyakit infeksi invasif rendah bila tidak
Bab 174 dan 229). Sebaliknya, frekuensi infeksi nosokomial ada faktor risiko obstetri dan neonatus. Adalah penting untuk
pada bayi berat badan lahir rendah di unit perawatan intensif
mempertahankan perspektif ini ketika mengevaluas i cara-cara
neonatus lebih tinggi daripada tempat lain di dalam rumah
profilaksis imunologis seperti penggunaan imunoglobin intra-
sakit dan berkisar antara2O-33Vo; insidens ini meningkat sehu-
vena pada neonatus. Sistem imunologis dibahas pada Bagian
bungan dengan lamanya rawat inap di rumah sakit dan umur
XIV. Bagian ini membandingkan fungsi imunologis pada bayi
kehamilan yang lebih rendah.
baru lahir dengan fungsi imunologis pada anak yang lebih tua
Karena setiap patogen dapat membentuk koloni pada bayi, serta orang dewasa.
pekerja, atau keluarga di unit perawatan intensif neonatus IMUNOGLOBULIN. Terdapar pengangkutan aktif imuno-
(neonatal intensive care unit INICUI) dan dapat ditularkan globin (IgG) melintasi plasenta dengan kadar yang sama
melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui peranta- antara bayi cukup bulan dan ibunya. Kelas Ig lain tidak dapat
raan bahan-bahan yang terkontaminasi (cairan intravena, obat- dipindahkan, meskipun janin dapat mensintesis IgA dan IgM
obatan, desinfektan, peralatan pernapasan, tinja, ASI, darah), 'sebagai
responsnya terhadap infeksi dalam uterus. pada bayi
maka daftar organisme yang menyebabkan infeksi nosokomial prematur, kadar IgG tali pusat secara langsung sebanding de-
menjadi panjang. Penyebab terbanyak adalah stafi-lokus ngan umur kehamilan. Penelitian mengenai antibodi IgG tipe-
koagulase-negatif, basil gram-negatif ( Kleb s iella pneumoniae, spesifik terhadap streptokokus grup B (SGB) menunjukkan
E. coli, Salmonella, Campylobacter, Enterobacter, Citrobac- bahwa rasio kadar serum tali pusat terhadap kadar serum ibu
ter, P s eudomonas aeruginos a,' S erra.tia.), enterokoku s, S, au- masing-masing adalah 1,0, 0,5, dan 0,3 pada saat lahir cukup
reus, dan Candida. Virus yang berperan dalam infeksi bulan, 32 minggu, dan pada 28 minggu kehamilan. Bayi de-
nosbkomial meliputi enterovirus, CMV, virus hepatitis A, ade- ngan berat badan lahir kurang dari 1500 g menjadi sangat
novirus, influensa, virus sinsitial pernapasan, parainfluensa, hipogamaglobulinemi, dengan rata-rata kadar IgG plasma
herpes simpleks, dan rota-viius. Infeksi yang umum terjadi berkisar antara 200-300 mg/dl pada usia minggu pertama.
adalah yang melibatkan kulit, bakteremia yang dikaitkan de- Adanya antibodi IgG spesifik dalam kadar yang cukup
ngan pemakaian kareter, dan pneumonia. Perburukan penyakit memberi perlindungan bayi baru lahir terhadap infeksi-infeksi
pernapasan pada bayi yang sudah mempunyai masalah dengan tersebut, yang mana perlindungan terhadapnya diperantarai
paru-paru sebelumnya, seperti displasia bronkopulmonar, amat oleh antibodi (misalnya, bakteri berkapsul seperti SGB). Bak-
sulit untuk dinilai, namun pneumonia harus dipertimbangkan. terisida spesifik dan antibodi opsonik terhadap basil enterik
95 a Segi-segi Klinis 639

secara mencolok terdapat pada kelas IgM; bayi baru lahir ku- teksi pada sel bayi prematur. Pada bayi cukup bulan, kadar
rang memiliki perlindungan terhadap Escherichia coli dan en- nRNA untuk IL-2R sama dengan kadar orang dewasa.
terobakteria lain. Kadar IL-6 meningkat dalam serum bayi baru lahir yang
KOMPLEMEN. Komplemen memperantarai aktivitas bakte- menderita sepsis neonatus dan enterokolitis nekrotikans
risidal terhadap organisme tertentu seperti E. coli dan ber- (NEC). Respons ini tampaknya merupakan respons sitokin
fungsi sebagai opsonin dengan antibodi pada fagositosis bak- yang paling konsisten pada bayi baru lahir.
teri secara optimal seperti SGB. Pada dasarnya tidak ada
pemindahan komplemen dari sirkulasi ibu. Janin mensintesis
komponen-komponen komplemen sedini mungkin, pada tri- Hill HR: Host defenses in the neonate: Pospects for enhancement. Semin Peri-
natol 9:2, 1985.
mester pertama. Pada bayi baru lahir cukup bulan aktivitas Lassiter HA, Watson SW, Seifring ML, et al: Complement factor 9 deficiency
komplemen jalur klasiknya menurun sedikit dan aktivitas jalur in serum of human neonates. J Pediatr 166:53. 1992.
alternatifnya agak menurun. Ada variasi yang besar pada kadar Wilson CB: Immunologic basis for increased susceptibility of the neonate to
komponen-komponen maupun aktivitas komplemen. Kompo- infection. J Pediatr 108:1, 1986.

nen-komponen jalur alternatif (B dan P) biasanya 35-60Vo dat'l


normal. Bayi prematur memiliki kadar komponen komplemen
yang lebih rendah serta aktivitas komplemen yang lebih ku-
rang daripada bayi lahir cukup bulan. Defisiensi ini turut
membantu menurunkan aktivitas kemotaksis yang berasal dari
I Ban 95
komplemen dan menurunkan kemampuan untuk mengop-
sonisasi organisme tertentu bila tidak ada antibodi. Banyak pe- Segi-segi Klinis
nelitian telah dilakukan dengan menggunakan berbagai strain
mikroorganisme dan keadaan, dalam pengujian jalur klasik
Sqmuel P. Gotoff
maupun alternatif. Secara umum, opsonisasi Staphylococcus
aureus merupakan hal yang normal di dalam serum neonatus,
namun berbagai tingkat gangguan telah dicatat pada SGB dan
E. coli. MANIFESTASI KLlNlS. Infeksi pada bayi baru lahir dapat
NETROFIL, Gerakan kemotaksis pada netrofil neonatus me- hanya terbatas pada organ tunggal atau mungkin melibatkan
nurun, dan terdapat penurunan pelekatan, agregasi, serta de- banyak organ (setempat atau sistemik); mungkin ringan, se-
formabilitas, semuanya dapat memperlambat respons terhadap dang atau berat; akut, sub-akut, atau kronis; atau mungkin
infeksi. Dengan opsonisasi yang cukup, fagositosis dan pem- asimtomatik. Bakteremia yang asimtomatik dapat terjadi pada
bunuhan oleh netrofil bayi sehat baru lahir sama dengan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mempunyai faktor risiko.
orang dewasa. Namun, pada bayi dengan distres pernapasan, Infeksi akibat mikroorganisme yang berbeda dapat memiliki
hipoglikemia, hiperbilirubinemia, dan sepsis, aktivitas pembu- pola yang tumpang tindih; biasanya tidak mungkin membuat
nuhan mikroba menjadi terganggu. diagnosis yang tepat mengenai agen etiologi spesifik hanya
Jumlah netrofil yang beredar meningkat setelah lahir baik dari gambaran klinis saja (lihat Tabel 94-1 dan 94-2). Mani-
pada bayi prematur maupun yang cukup bulan, dengan puncak
pada 12 jam, kembali normal pada jam ke 22. Netrofil yang
berbentuk pita meliputi kurang dari l5%o pada bayi baru lahir TABEL 95-1. Manifestasi Klinis Non-spesifik pada Infeksi Bayi
normal dan dapat meningkat pada bayi baru lahir dengan in- Baru Lahir
feksi, serta pada respons stres lainnya seperti asfiksia.
SISTEM MONOSIT-MAKROFAG. Sistem monosit-makrofag
terdiri dari monosit yang .beredar dan makrofag jaringan
sistem retikuloendotel (SRE). Jumlah monosit yang beredar
dalam darah neonatus normal, namun massa dan fungsi mak-
rofag pada SRE tampak menurun pada bayi baru lahir dan
terutama pada bayi prematur, seperti yang diperkirakan pada
peningkatan relatifjumlah eritrosit yang rusak (sel burik) da-
lam sirkulasi. Baik pada bayi cukup bulan maupun prematur,
kemotaksis monosit terganggu, yang mempengaruhi respons
radang pada jaringan dan uji kulit hipersensitivitas lambat.
Monosit neonatus menelan dan membunuh mikroorganisme
sebagaimana monosit orang dewasa.
SITOKIN, Interferon (INF)- dan - normal, namun sintesis
INF- menurun. Kadar INF- meningkat pada bayi yang
mengalami sepsis neonatus, namun responsnya mungkin lebih
kurang konsisten daripada orang dewasa. Aktivitas Interleukin
(IL)-2 pada darah tali pusat bayi cukup bulan dan bayi pre-
matur dilaporkan lebih tinggi daripada orang dewasa, tetapi
RNA pesuruh (mRNA) pada reseptor IL-2 tidak dapat dide-
640 BAGIAN Xll a Inleksi pada Bayi Baru Lahir

festasi awal infeksi mungkin tidak nyata dan tidak spesifik, se- TABEL 95-2. Evaluasi Bayi Baru Lahir untuk Infeksi atau Sepsis
perti ketidakmampuan mentoleransi makanan, iritabilitas, atau
lesu. Tanda-tanda yang konsisten dengan infeksi pada bayi
baru lahir dapatjuga disebabkan oleh berbagai proses penyakit
non-infeksi yang melibatkan berbagai organ-organ (Tabel 95-1).
Hanya sekitar 50Vo bayi baru lahir yang terinfeksi memiliki
suhu l.bih tinggi dari 37,8 C (aksila), dan demam pada bayi
baru lahir tidak selalu menunjukkan infeksi. Demam dapat di-
sebabkan oleh peningkatan suhu lingkungan, dehidrasi, gang-
guan sistem saraf pusat, hipertiroidisme, disautonomia fami-
lial, atau displasia ektodermal. Suatu peningkatan suhu saja
seringkali tidak dikaitkan dengan infeksi; tetapi demam yang
bertahan lebih dari 1 jam lebih mungkin disebabkan oleh in-
feksi. Kebanyakan bayi yang demam karena terinfeksi memi-
liki tanda-tanda tambahan yang sesuai dengan infeksinya,
meskipun fokus infeksi tidak tampak. Pada bayi prematur, hi-
potermia atau ketidakstabilan suhu lebih mungkin dihubung-
kan dengan infeksi, namun beberapa ketidakstabilan suhu
tidak jarang ditemui pada bayi dengan berat badan lahir ren-
dah.
Manifestasi infeksi kulit memberikan petunjuk yang bergu-
na. Impetigo, selulitis, mastitis, omfalitis, dan abses subkutan
seharusnya dapat dikenali. Ektima gangrenosum merupakan
petunjuk dari infeksi pseudomonas. Adanya papula kecil ber-
warna merah muda-salmon menunjukkan infeksi Listeria
monocytogenes. Ruam vesikuler menandai infeksi virus her-
pes. Lesi mukokutan Candida albicans akan dibahas kemudi-
an. Petekie dan purpura dapat dikarenakan oleh infeksi.
Pneumonia pada neonatus mungkin sulit dibedakan pada
bayi prematur dengan sindroma distres pernafasan atau dengan
displasia bronkopulmonar. Pneumonia harus dipikirkan juga
pada bayi yang diberi pernapasan buatan yang mengalami ke-
gagalan progresif pada sistem respirasinya. Pneumonia mung-
kin terjadi pada bayi cukup bulan dengan distres pernafasan
walaupun tidak mempunyai risiko penyakit membran hialin.
DIAGNOSIS. Riwayat ibu dapat memberikan informasi pen-
ting mengenai infeksi ibu, pemaparan terhadap infeksi pada
mitra seksual, imunitas ibu (alami atau buatan), kolonisasi
bakteri pada ibu, dan faktor risiko obstetrik (prematuritas, se-
laput ketuban pecah lama, korioamnionitis ibu; Tabel 95-2).
Uji skrining serologis dapat dilakukan pada Treponema palli-
dum, rubela, dan virus hepatitis B. Dapat dilakukan biakan ter-
hadap Veisseria gonoruhoeae, SGB, herpes simpleks, atau
Chlamydia pada ibu.
Singkatan TORCH merupakan kependekan dari toksoplas-
mosis, agen lain (other agents), rubela, sitomegalovirus (Cyto-
megalovirus), dan herpes simpleks. Singkatan ini dimodifikasi
menjadi STORCH yang mencakup sifilis. Meskipun istilah ini
berguna untuk mengingat beberapa agen etiologi pada infeksi *Penyakit yang meningkatkan risiko infeksi atau yang dapat tumpang tindih
neonatus, rentetan TORCH pada uji serologis menghasilkan dengan tanda-tanda sepsis.
SGB = streptokokus grup B; HMD - penyakit membran hialin (hyuline mem-
diagnosis yang tidak baik, jadi studi diagnostik yang tepat ha-
brane disease); CSS = cairan serebrospinal; PRC = protein C-reaktif; LED =
rus dipilih pada setiap agen etiologi dengan berbagai pertim- Iaju endap darah; Pcoz.= tekanan parsial CO2; Po2 = 1s1.r^r parsial 02;
bangan. BUN = urea nitrogen darahl SGPT = serum glutamat piruvat transaminase;
Infeksi intrauterin yang disebabkan oleh toksoplasmosis, SGOT = serum glutamat oksaloasetat transaminase; PT = waktu protrombin;
PTT = waktu tromboplastin parsial.
rubela, sitomagalovirus, herpes simpleks, dan sifilis menyaji-
kan dilema diagnostik karena (1) gambaran klinisnya tumpang
tindih dan mungkin pada awalnya tidak dapat dibedakan; (2)
penyakit mungkin tidak nampak; (3) infeksi ibu seringkali diperlukan; dan (5) pengobatan spesifik untuk toksoplasmosis,
asimtomatik; (4) pemeriksaan laboratorium khusus mungkin sifilis, dan herpes simpleks didasarkan pada suatu diagnosis
95 I Segi-segi Klinis 641

yang akurat dan dapat menurunkan morbiditas jangka panjang akibat kontaminasi urin yang dikumpulkan dalam kantong.
secara bermakna. Gambaran umum yang sama yang akan me- Karena urin merupakan cairan yang paling bagus untuk digu-
ngesankan diagnosis adanya infeksi intrauterin termasuk pre- nakan pada deteksi antigen, uji ini harus dikonfirmasikan de-
maturitas, retardasi pertumbuhan intrauterin, dan keterlibatan ngan spesimen yang dikumpulkan dengan cara aspirasi supra-
hematologis (anernia, netropenia, trombositopenia, petekie, pubik atau menggunakan kateter.
purpura), tanda-tanda okuler (korioretinitis, katarak, kerato- Bila gambaran klinis menunjukkan infeksi dan fokusnya
konjungtivitis, glaukoma, mikroftalmia), gej ala-gejala sistem belum jelas, studi tambahan harus dilakukan. Studi ini menca-
saraf pusat (mikrosefali, hidrosefali, kalsifikasi intrakranial), kup, disamping biakan darah juga pungsi lumbal, pemeriksaan
dan keterlibatan sistem organ lain (pneumonia, miokorditis, dan biakan urin, aspirasi lambung untuk pewarnaan Gram dan
nefritis, hepatitis dengan hepatosplenomegali, ikterus), atau hi- biakan, serta rontgen dada. Urin harus dikumpulkan dengan
drops non-imun. kateter, atau melalui aspirasi suprapubik; pembuatan biakan
Riwayat ibu dan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir urin dapat diabaikan pada infeksi mulai-awal karena infeksi
menambah informasi diagnostik tambahan; namun titer IgG saluran kencing jarang terjadi pada saat tersebut. Penemuan
neonatus seringkali sulit ditafsirkan karena IgG didapat dari bakteri dan sel radang pada hasil aspirasi lambung dengan pe-
ibu lewat aliran transplasenta, sedangkan pengukuran titer IgM warnaan Gram pada umur t hari dapat menandakan adanya
neonatus terhadap patogen spesifik secara teknik sukar dilaku- amnionitis ibu, yang merupakan faktor risiko untuk infeksi
kan dan tidak tersedia secara universal. Titer IgM pada pato- mulai-awal. Pemeriksaan terhadap buffy coat dengan pewar-
gen spesifik memiliki spesifitas yang tinggi namun sensiti- naan Gram atau biru metilen dapat menunjukan kuman pato-
vitasnya tidak begitu tinggi; titer-titer ini dipakai untuk me- gen intraseluler, sedangkan pewamaan serupa pada sekresi
nyingkirkan kemungkinan infeksi. Pasangan titer IgG ibu dan endotrakea bayi dengan pneumonia mulai-awal dapat mem-
janin-neonatus dengan kadar IgG yang lebih tinggi saat lahir perlihatkan kokus SGB gram-positif.
atau peningkatannya selama masa bayi dapat digunakan untuk Jumlah total hitung sel darah putih dan hitung jenis serta
mendiagnosis beberapa infeksi kongenital. Total titer IgM dan. rasio netrofil imatur terhadap netrofil total dapat memberikan
IgA yang diambil dari darah tali pusat (keduanya tidak ditrans- informasi prediktif dengan segera bila dibandingkan dengan
ferkan secara aktif melintasi plasenta ke janin), atau adanya standar umur. Netropenia lebih umum terjadi daripada netro-
faktor IgM-rematoid pada serum neonatus dapat digunakan se- filia pada sepsis neonatus yang parah, namun netropenia juga
bagai suatu alat skrining untuk mengidentifikasi bayi yang berhubungan dengan hipertensi ibu, sensitisasi neonatus,
berisiko infeksi intra-uterin. IgM total memiliki angka hasil NEC, perdarahan'periventrikuler, kejang, pembedahan, dan
.positif-palsu maupun negatif-palsu yang tinggi. kemungkinan heurolisis. Rasio netrofil imatur terhadap netro-
Identifikasi infeksi bakteri atau jamur dapat dilakukan de- fil total sebesar 0,16 atau lebih besar memberi kesan adanya
ngan mengisolasi agen etiologi yang berasal dari cairan tubuh infeksi bakteri,
yang biasanya steril (darah, cairan serebrospinal [CSS], urin, Evaluasi diagnostik dapat diindikasikan pada bayi tidak
cairan sendi), dengan menemukan endotoksin atau antigen menunjukkan gejala karena adanya faktor-faktor risiko ibu.
bakteri pada cairan tubuh (CSS, urin, atau serum), atau dengan Probabilitas infeksi neonatus dan sepsis neonatus_ selanjutnya
cara menemukan infeksi bakteri saat autopsi. Lebih disukai berkorelasi dengan tingkat prematuritas dan kontaminasi bak-
mengambil 2 spesimen dari biakan darah dengan cara pungsi teri pada cairan amnion. Pada bayi cukup bulan asimtomatik
vena dari tempat berbeda untuk menghindari kekacauan yang yang ibunya mengalami korioamniotis, dua biakan darah dan
disebabkan oleh kontaminasi kulit. Sampel yang diperoleh dari hasil aspirasi lambung harus diperiksa untuk memasdkan di-
kateter umbilikus harus diambil hanya pada saat awal penu- agnosis ibu dan mengenali organisme secara dugaan melalui
sukan. Sampel dari vena perifer juga harus dikumpulkan jika pe-warnaan Gram. Pengobatan berdasarkan dugaan harus di-
sampel untuk biakan diambil dari kateter vena sentral. Biakan mulai. Pungsi lumbal tidak diindikasikan karena bayi meningi-
darah yang dilakukan dengan metode radiometri dapat meng- tis menunjukkan gejalanya. Jika biakan darah positif atau bayi
hasilkan pertumbuhan dalam waktu 24-72 jam. Meskipun menunjukkan gejala, pungsi lumbal harus dilakukan. Robekan
biakan darah biasanya menjadi dasar untuk diagnosis infeksi membran lama yang lebih lama dari 18 jarn mengesankan per-
bakteri, fase bakteremia pada keadaan sakit mungkin luput ka- lunya biakan darah pada bayi prematur namun tidak perlu di-
rena waktu pengambilan yang kurang tepat atau jumlah sam- lakukan pada bayi cukup bulan asimtomatik tanpa tanda-tanda
pel darah yang kurang (jumlah sampel sedikitnya 0,2 mL, distres janin.
tetapi optimalnya lebih dari 0,5-1 mL). Infeksi setempat yang PENGOBATAN. Bila telah dicurigai terjadi infeksi dan biak-
menimbulkan manifestasi sistemik seperti meningitis, artritis, an yang memadai telah diperoleh, terapi antibiotika secara
dan infeksi saluran kencing dapat didiagnosis dengan melalui intravena atau intramuskular harus dilakukan secepatnya. Pe-
hasil biakan positif dari tempat spesifik bila tidak ada biakan ngobatan awal pada infeksi neonatus yang dicurigai ditentukan
darah positif. Pneumonia bakteri pernah dilaporkan saat oieh pola penyakit dan organisme yang umum terdapat pada
autopsi pada bayi dengan biakan darah negatif sebelum terapi umur bayi serta flora yang ada di ruang perawatan (lihat Tabel
'antimikoba. 94-2). Pengobatan empiris awal pada infeksi yang didapat di
Aglutinasi partikel lateks dan counterimmunoelectopho- masyarakat, baik mulai-awal maupun lambat, harus terdiri dari
resls digunakan untuk identifikasi polisakarida kapsula SGB ampisilin dan aminoglikosida (biasanya gentamisin). Infeksi
dan E. coli K1 dalam cairan biologi. Perangkat untuk mende- neonatus nosokomial yang didapat pada unit perawatan inten-
teksi antigen secara komersial yang tersedia tidak sesensitif sif neonatus (neonatal intensive care unit [NICU]) lebih
biakan darah, dan hasil positif-palsu dapat terjadi, terutama mungkin disebabkan oleh stafilokokus, berbagai Enterobak-
642 BAGIAN Xll a Inleksi pada Bayi Baru Lahir

TABEL 95-3. Dosis Antibiotika Yang Biasa Digunakan pada Bayi Baru Lahir*
($ffi i raH,ffiidind:I',,r;iii$ iar,;
IJafat<I.zUOg =#ll'n#l$
Beiatl.200-2r000g Berat 2.0009
: :
. ;;;;!::!- rr !ry
ij umur Uri llung. Umur tFl dlArra.q*. . i: 7 hari Umuf 0;7 hari
,.RuE r irrrrrr rri iiiiiiiiiili ii r

,.r,:r":.i Ll* iltil'i#9;i,


7;5 setiap;lzjaili l:am::::=0r,ietiap. Am
rffi $4 iti-? :i::, .. I I "

1-5setiapl2jam
$uiiiat;t:2;;iH 50 setiap Sjam ' 50 setiap 8jam 50 setiap 6jam
25setiap12jam,. 25setlapajam''zss.tiupsju* 25*tj;;;j;;
30setiap f 2 jam 30seriapSjam 30seriapsiam toieriapoiam
]!Setian l?iu* ' 20 setiSp 12 jam
20 setiap 12 jam: zo setiap:t i iam zo setlap r z jum io r"rtup s iu*
50 setiap 12jam
50 ietiap l2jam 50 setiap Sjam 50 setiap l2jam so setiap tJam
50setiapl2jam 50iefiap12jam, 50seriap8jam 50seLiapgjam sos"tiapglam
50 setiap 24 jam 50 setiap 24j?m'" 50 serihp 2+ jam 50 seriap i+jam rs setiap zi iam
20 setiap l2"jam 2"0 setiCp I jam 20 seriap 8 jam io setiap o iam
.20 setiap lz]am
22 setiap Z4jdrfi {Ai setiap l2jam 25 setiap 24iam
.25 setiap Zjam i! seriap ti.1am
5 setiap 12 jam :'5ieriap 12 jam 5 seriap 8 jam :5
seriap giam 5 serjap-6 iim

10:'_.lll1t,1j:T, _ lo.*",1:o t,1jiT,;


' i,i]o-s-euan eiam i0 sedap 12 jam ro s.iiap siam
2,5 setiap tt-2+iam 2,5 setiap tz-tsjam setiip sjam 2,5 setiap r2lam 2,5 ,eri;p 8 i;;
20sefiap lS-24jerir 2.0seriapl2jam 20setiap'lzjam 2osetiap l2jam iosetiapsiam
7,5 setiaprlS-24jam 7,5'setiap tr:ttill
l-,r*luo8-l2jam i'i0setiap t2 jam t0setiap 8 jam
" Mt!ningitlq",,i', r''25_setiapl2ja^
s0
lllan: *f t*i"* " 'Sor.i;ptia?r
__ f9 gilp Ir'jam
iEtLap rzjanr:,--- 59leiiap
soietiap ' 5o setiap a jd?n jam ''sor"rtupo
ilrtap s.lam
50seriap8
so so ,"ruf o;a*iurn
,.P."nryg,t1n --.^^ ,ryiEtiirplziam 25setiap8jam,' .?ssetiap8jam 25setiap6jam
Metroniili?ol ?J setiap4Sjam 7J setiap l?!1d ," ?15'seriaF 12 jam ' 2,5 retiap ti.yu* 15 setiap rijurn
Mezl0Silin lY'L9,
tV, IM'. 75 setlap l2jam ?5 setiap lz,traurn
:"'' ,7'5 ietiiip 8 jam 75 setiap tZ iam lS setiao S iam
9*:".:iil"
Y":".::'', v' rrvr
fry'IM
stifiap tzJam'
zJ sflrap
25
l? j,i* ' ''25
/!,$etlap
seriap l2iam
llJam 30
JU setiap
sehap 8
E jam
jam ,
: siriap 8slam
zs seiiap
25 jam 37,5
rz,s setiap 6 jam
seriapLiam
Nafsilin 25 seriap l2jam 25'setitp lziq 25 setiap Sjam 25 8jam rz.s
^
Netilmiiin$ lY
lV. -.,-
setiap
WI.. ,,t'r.11:o 18 24jam 2,5 setiap.!2-i8lam '.:i,5 setiap 8 lljam 2;5 setiap l)jam z,S siiap'a;am
setiap oiam

ii*sirinC IV, ',


:

Penyakit lain
PenisilinG IM t",
it:iit Srytta1is1ung,) l00o0U(dosistung.j 50.000u(dosisrung) s0.00ourdosistuns)
_.,*oT_1'n
Tikarsilin. ,,. -" - T5setiapl2jarii T5sedapSjam
ly'Y ]5_seti1nl2j1m ?5setiapSjam zi."riapoiam"
Tobramisinf tut Sliuq,l y,U Jan 2J sefiap i z-t iam 2,5 setiap'8- i 2 iam 2.5 setiap ti jam 2,s setiap Blam
,, ?,-5
a
Vankomisin ; IV
I-Yt
15 setiap 24 jam to setiap 12-18 jq{n ,15 segap 8-12 jam t5 setiaj t2.;am rs,setiap sSarn

Rekomendasiuntukbayiyangmemilikiberat l.000gdidasarkanpadaProberetal:PediatrInfectDisJg:111,1990.
*Diadaptasi dari Nelson JD: Pocketbook of Pediatric Antimicrobial
Therapy, IOth ed. Baltimore, Williams & Wilkins, I 993.
fKadar aminoglikosida harus dipantau iika terapi diteruskan 3 hari. Kadar puncak optimal 6-8 g/ml, jangan kurang dai 2 g/rnl,
NKadar serum sangat bervariasi. Kloramfenikol harus diberikcn kepada bayi baru lahir hanya jikn kadar serum dapal dipantau.
f0,5 mg/kg/24 jam dapat ditambah sampai I mg/kg/24 iam jika diperlukan atau diberikan selang sehari. Diberikan hingga dosis kumulattf mencapai l0-30
mg/kg.
Karenaefek.farmakokinetik.yangbervariasi,fuidarvankomi.rinharusdipuntaujikaterapiberlanjut 3hari.Kadarpuncakoptimal 20-30 g/ml-,kadarterendah
kurangdari l0 g/ml.

riaseae, Pseudomonas, atau Candida. Dengan demikian, obat rus dipilih. Bagi kebanyakan bakteri enterik yang bersifat
anti stafilokokus, nafsilin untuk S. aureus atau vankomisin gram-negatif, ampisilin dan aminoglikosida, atau sefalosporin
bagi stafilokokus koagulase-negatif harus diganti dengan generasi ketiga (sefotaksim atau seftasidim) harus digunakan.
ampi-silin. Riwayat terapi antimikroba baru-baru ini, atau ada- Enterokokus harus diobati dengan penisilin (ampisilin atau
nya infeksi yang resisten terhadap antibiotika pada NICU, piperasilin) maupun aminoglikosida, karena sinergismenya te_
menunjukkan perlunya digunakan berbagai agen aminogliko- lah dibuktikan dengan penggunaan kombinasi antibiotika pada
sida (amikasin) dan vankomisin untuk stafilokokus yang resis- banyak strain. Ampisilin saja cukup bagi L. monocytogenes,
tan terhadap metisilin. Dosis antibiotika yang umum diberikan dan penisilin akan cukup bagi SGB. Klindamisin atau metro_
ditunjukkan pada Tabel 95-3. Bila ada riwayar atau terdapat nidazol adalah obat tepat bagi infeksi anaerob.
lesi kulit nekrotik, maka hal ini memberi kesan infeksi psea- Sefalosporin generasi ketiga seperti sefotaksim merupakan
domonas, dan terap.i awal harus berupa tikarsilin atau kar- tambahan yang bernilai untuk mengobati sepsis neonatus yang
benisilin dan gentamisin. tercatat dan meningitis karena (1) konsentrasi penghambatan
Bila kuman patogen telah diidentifikasi dan kepekaan ter- minimal yang diperlukan untuk mengobati kuman enterik
hadap antibiotika telah ditentukan, obat yang paling tepat ha- gram-negatif jauh lebih rendah daripada aminoglikosi d.a; (2)
95 f Segi-segi Klinis 643

adanya penetrasi yang sangat baik kedalam CSS bila ada sela- umum atau reservoir, pengelompokkan bayi dan perawat,
put otak yang meradang; dan (3) dosis yang jauh lebih tinggi penggantian cairan pencuci tangan dan protokolnya, dan profi-
dapat diberikan. Hasil akhir titer bakterisida jauh lebih tinggi laksis antimikrobia. Perawatan tali pusat, sterilisasi peralatan,
dalam serum dan CSS daripada yang dapat dicapai oleh kom- dan pencucian tangan adalah hal yang sangat penting, sedang
binasi ampisilin-aminoglikosida. Namun, sefalosporin tidak jas praktek tidak secara konsisten selalu menunjukkan efekti-
boleh digunakan sendiri sebagai terapi empiris atau secara ti- fitasnya.
dak pandang bulu, karena obat ini hanya memiliki aktifitas
yang sedang terhadap S. aureus dan L. monocytogenes serta
Abzug MJ, Levin MJ: Neonatal adenovirus infection: Four patients and re-
hampir semua enterokokus resisten. Lagipula, cepatnya timbul
view ofthe literature. Pediatrics 87:890, 1991.
organisme yang resisten mungkin terjadi akibat penggunaan Cantwell MF, Shehab ZM, Costello AM, et al: Bnef report: Congenital tuber-
yang sering pada NICU. culosis. N Engl J Med 330:1051, 1994.
Terapi untuk kebanyakan infeksi harus dilanjutkan hingga Decker MD, klwards KM: Central venous catherer infections. Pediatr Clin
Nonh Am 35:579, 1988
7-10 hari atau paling tidak 5-7 hari setelah respon klinis ter-
England JA, Fletcher CV, Balfour HH: Acyclovir therapy in neonates. J Pedi-
jadi. Pengobatan terhadap meningitis yang disebabkan oleh at ll9:129,1997.
SGB biasanya selama 14hari dan sekurang-kurangnya 14 hari Fanaroff AA, Korones SB, Wright LL, et al: A controlled trial of intravenous
setelah tidak ditemukannya kuman di CSS pada meningitis immune globulin to reduce nosocomial infections in veryJow-birth-weight
infants. N Engl J Med 330:1107,1994.
gram-negatif. Hasil biakan darah yang diambil pada24-48 jam
Gladstone IM, Ehrenkranz RA, Edberg SC, et al: A ten-year review of neona-
setelah permulaan terapi akan negatif. Jika hasil biakan positif tal sepsis and comparison with the previous fifty-year experience. Pediatr,
kemungkinan adanya kateter tetap yang terinfeksi, endokardi- Infect Dis J 9:819, 1990.
tis, trombus yang terinfeksi, abses yang tidak tampak, kadar Grose C, Itani O, Weiner CP: Perinatal diagnosis of fetal infections: Advances
from amniocentesis to cordocentesis toxoplasmosis, rubella,
antibiotika subterapeutik, atau organisme yang resisten harus -congenital
cytomegalovirus, varicella virus, parvovirus, and human immunodeficiency
dipertimbangkan. Penggantian jenis antibiotika dan perpan- virus. Pediatr Infect Dis J 8:459, 1989.
jangan lama terapi mungkin harus dipikirkan. Heggie AD, Jacobs MR, Butlei VT, et al: Frequency and significance of isola-
Penatalaksanaan bagi bayi baru lahir yang ibunya menda- tion of Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma hominis ftom cerebrospi-
pat antibiotika selama persalinan adalah harus dipisahkan. Jika nal fluid and tracheal aspirate specimens from low birthweight infants. J
Pediarr 124:956,1994.
infeksi dalam uterus mungkin terjadi, maka pengobatan terha- Ibhanesebhor SE, Okolo AA: Malaria parasitaemia in neonates with predis-
dap bayi harus dilanjutkan hingga nampak nyala bahwa tidak posing risk factors for neonatal sepsis: Report of six cases. Ann Trop Paedi-
ada lagi infeksi (bayi tetap tidak menunjukkan gejala selama at 12:297. 1992.
Jacobs RF: Efficacy and safety of cefotaxime in the management of pediatric
24-72 jam) atau ada kenyataan klinis dan laboratorium yang
infections. Infection 19 (supp1.)6:330, 1991.
r,nenunjukkan penyembuhan. Uji deteksi antigen mungkin ber- ,

Jeisser MF, Patterson JE, Kuritza Ag et al: Emergence of resistance to multi-


guna pada bayi simtomatik namun tidak terindikasi pada bayi ple betalactams rn Enterobacter cloacae during treatment for neonatal
yang asimtomatik. Banyaknya inokulum bakteri yang diperlu- meningitis with cefotaxime. Pediatr Infect Dis J 9:509, 1990.
Kinney JS, Kumer ML: Should we expand the TORCH complex? A descrip
kan untuk menghasilkan uji positif dalam urin seharusnya
tion of clinical and diagnostic aspects of selected old and new agents. Clin
menunjukkan tanda-tanda infeksi. Perinatol 15:727, 1988.
PENCEGAHAN. Penatalaksanaan yang agresif diberikan pa- Kovatch AL, Wald ER: Evaluation of the febrile neonate. Semin perinatol
da ibu yang dicurigai menderita korioamnionitis dengan anti- 9:12,1985.
Leland D, Morris MS, French LV, et al: The use of TORCH titers. Pediatrics
biotika sebelum persalinan, persalinan yang cepat bagi bayi
72:41,1983.
baru lahir, dan kemoprofilaksis intrapartum selektif nampak Mustafa MM, McCracken GH Jr: Perinatal bacterial diseases. /n: Feigin RD.
dapat menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas pada in- Cherry JD (eds): Textbook of Pediatric Infectious Diseases, 3rd ed. Phila-
feksi bakteri neonatus. (Lihat Bab 98 dan 175). delphia. WB Saunders. 1992.
Remington JS, Klein JO: Infecrious Diseases of rhe Fetus and Newbom In-
Pencegahan infeksi nosokomial neonatus ini kompleks dan
fsnt,3rd ed. Philadelphia, WB Saunders, 1990.
meliputi penggosokan tangan selama 2 menit sebelum mema- Singer DB: Infections of fetuses'and neonates. In: Wigglesworth JS, Singer
suki ruang perawatan, 15 detik mencuci tangan selang setiap DB (eds): Textbook of Fetal and Perinatal Pathology. Boston, Blackwell
penderita, penggosokan pakaian untuk perawat dan residen, Scientific Publications, 1994.
jumlah staf perawat yang cukup, penghindaran keadaan yang Spafford PS, Sinkin RA, Cox C, et al: Prevention of central venous carhetene-
lated coagulase-negative staphylococcal sepsis in'neonates. J Pediatr
penuh sesak, dan tindakan pencegahan isolasi spesifik (lihat 125:259,1994.
Bab 249 dan Tabel 249-l dan 249-2). Kontrol wabah tergan- Waites KB, Crouse DT, Cassell GH: Systemic neonatal infection due to Urea-
tung pada patogen dan epidemiologi (lihat Bab 249). Ukuran- plasma urealyticum. Clin Infect Dis 17 (suppl l):S131" 1993.
Webber S, Wilkinson AR, Lindsell D, et al: Neonatal pneumonia. Arch Dis
ukuran yang biasa digunakan termasuk penelitian perluasan
Child 65:207, 1990.
kolonisasi pada bayi dan perawat, pencarian sumber-sumber
644 BAGIAN XII a Infeksi pada Bayi Baru Lahir

t Sercsr 2

S in dro m- s indr o m Klinis

minggu, sekitar 1 mL cairan tiap minggu kehamilan dapat di-


I Ben 96 ambil. Bahkan jumlah cairan yang lebih sedikit relah cukup
untuk mendiagnosis agen infeksi. Komplikasinya minimal,
dan risiko kehilanganjanin kurang dari I 7o.
Infeksi Intrauterus dan Pengambilan sampel darah janin dengan'punksi perkutan
Diagnosis Prenatal pada tali pusat, kordosentesis, telah dikembangkan sebagai
teknik untuk menegakan diagnosis infeksi prenatal (lihat Bab
81). Kordosentesis biasanya dilakukan setelah 15 minggu de-
Charles Grose ngan menggunakan gelombang ultra berresolusi-tinggi. Vena
umbilikalis dipunksi, dan darah janin (1-8 mL) diambil guna
studi diagnostik. Kornplikasi termasuk perdarahan sementara
dari tempat punksi pada vena atau dinding uterus dan bradi-
Penelitian terhadap infeksi janin telah menghasilkan ba- kardia janin sementara. Angka kehilangan janin sedikit lebih
nyak kemajuan pada dasawarsa terakhir ini. Terutama, ke- tinggi daripada amniosentesis namun biasanya kurang dari 2 Vo.
mampuan untuk menggambarkan diagnosis selama awal ke- '
Pengambilan sampel vilus korionift rnemungkinkan diag-
hamilan kini mungkin dilakukan dalam berbagai situasi. Mes-
nosis pranatal seawal 7 minggu kehamilan (lihat Bab 81). Na-
kipun demikian, beberapa dokter masih memilih untuk hanya
mun karena risiko yang berkaitan dengan kematian janin, ke-
menggunakan studi serologis ibu, atau pada kasus lain, me-
lainan tungkai janin selanjutnya, dan hemangioma kavernosus,
nunggu kelahiran untuk menguji darah tali pusat. Pendekatan
prosedur ini sangat jarang dianjurkan guna mendiagnosis in-
ini merupakan masalah karena beberapa alasan. Pertama, janin feksi prenatal yang dicurigai.
dapat mati dalam uterus, dan diagnosis yang benar tidak akan
pernah dibuat. Kedua, respons janin terhadap infeksi virus da-
pat berkurang pada akhir kehamilan sehingga agen infeksi ti- ADANYA INFEKSI LANGSUNG
dak dapat dikenali. Ketiga, diagnosis prenatal yang benar da-
pat mengubah penatalaksanaan baik pada ibu saat akhir keha- SEROLOGI lBU. Bila wanita hamil menderira demam dan
milan maupun pada neonatus pascalahir. Misalnya, pengobat- dicurigai adanya infeksi janin, uji serologi ibu merupakan me-
an agen infeksi dapat dimulai pada periode yang lebih awal. tode tradisional untuk mengevaluasi ibu. Singkatan TORCH
Atau cara lain, diagnosis yang tepat infeksi janin sebagai pe- dibuat untuk mengingatkan dokter pada toksoplasnlosis, ru-
nyebab retardasi pertumbuhan intrauterin dapat mencegah ke- bella, sitomegalovirus (CMV) dan herpes (HSV). Selanjutnya
lahiran lebih awal berdasarkan pemikiran mengenai ketidak- S ditambahkan karena munculnya kembali sifilis sebagai agen
cukupan uteroplasenta. Akhirnya diagnosis infeksi janin janin (STORCH). Singkatan tersebut sekarang juga
infek^si
mengharuskan staf obstetri maupun pediatri untuk memantau melibatkan patogen seperti parvovirus dan virus Varicella-
tindakan pencegahan menyeluruh guna menghindari me- Zoster (VVZ).
luasnya infeksi. Skrining rutin serum ibu pada semua komponen STORCH
kini kurang memuaskan karena sedikitnya informasi yang di-
Titik berat bab ini terletak pada penelitian prenatal tentang
dapat. Lebih baik, dokter berusaha untuk memperoleh riwayat
infeksi janin. Protokol yang kini digunakan untuk mendiagno-
yang tuntas mengenai potensi pemaparan ibu dengan agen
sis janin termasuk prosedur invasif maupun non-invasif (lihat
penginfeksi spesifik dan menguji ibu terhadap patogen yang
Bab 81). Teknik invasif termasuk amniosentesis, kordosentesis
dicari. Pada kebanyakan kasus tersangka infeksi janin, hal ini
(pengambilan sampel darah umbilikus perkutan), dan pengam-
luput dari perhatian sampai wanita hamil ini jatuh sakit selama
bilan sampel vilus korionik. Teknik non-invasif yang umum
beberapa minggu atau bahkan hanya muncul dalam riwayat
adalah ultrasonografi. Pada banyak kasus, kelainan janin yang
gangguan persalinan. Pada saat ini, respons imun ibu terhadap
terdeteksi dengan ultrasonografi merupakan alasan untuk me-
patogen yang dicurigai tidak lagi menunjukkan suatu infeksi
rujuk seorang wanita hamil ke sebuah pusat diagnostik janin.
akut, yaitu respons imunoglobulin (Ig) M spesifik tidak lagi
Pada pembahasan selanjutnya, terdapat garis besar untuk
dapat dideteksi dan respons IgG telah mencapai gais datar (pla-
menge.zaluasi infeksi janin yang dicurigai. Toksoplasmosis
teau). Iuga, banyak pengujian serologis IgM spesifik-patogen
kongenital diambil sebagai contotr. Bab 97 berisi seksi infeksi
yang memerlukan keterampilan teftentu untuk melakukannya
virus kongenital dan perinatal.
dan cenderung lebih kurang handal daripada pengujian IgG yang
TEKNIK UNTUK DIAGNOSIS PRENATAL. Amniosentesis di- lazim. Karena itu, hasil pengujian IgM dapat bersifat negatif-
pantau menggunakan visualisasi gelombang ultra konstan (li- palsu atau positif-palsu.
hat Bab 81). Cairan amnion diaspirasi menggunakan jarum ab- SEROLOGI JANIN. Jika ada kesamaan yang sangat dari in-
domen ukuran kecil yang dimasukkan perkutan. Sebanyak 36 feksi ibu dengan agen teratogenik yang diketahui, ultrasono-
mL cairan amnion dapat diambil dengan aman setelah usia ke- grafi janin sangat dianjurkan. Bila pemeriksaan menunjukkan
hamilan 15 minggu. Bila amniosentesis dilakukan sebelum 15 keterlambatan pertumbuhan pada umur kehamilan atau adanya
96 I lnfeksi lntrauterus dan Diagnosis Prenatal 645

kelainan fisik, pemeriksaan sampel darah janin dapat di- TABEL 96-1.. Keadaan-keadaan yang Menyerupai Infeksi Kongeni-
benarkan. Kordosentesis dapat memberikan sampel yang men- tal
cukupi guna pengujian IgM total maupun spesifik-patogen.
N;lai IgM total penting karena kadar IgM janin normal lebih
rendah dari 5 mg/dl. Setiap kenaikan IgM total dapat menun-
jukkan infeksi janin yang mendasarinya dan telah merangsang
sistem imun janin. Misalnya, janin yang terinfeksi oleh cacar
air pada usia kehamilan 20 minggu memiliki kenaikan yang
sangat pada kadar Ig M total, yaitu 30 mg/dL pada minggu ke
32. Janin yang dilahirkan pada minggu ke 34, dan 2 minggu
pascalahir, memiliki kadar IgM total yang rendah. Demikian
juga, janin yang terinfeksi oleh toksoplasma di dalam uterus ti-
dak lagi memiliki kenaikan kadar IgM total saat lahir. Juga
penting untuk diingat bahwa sampel serum tali pusat dengan
kadar IgM total rendah (< 20 mg/dL) kemungkinan tidak dapat
digunakan untuk mendeteksi IgM patogen-spesifik. Kare-
nanya, uji IgM ini hanya berguna bila hasilnya positif kuat.
Penemuan IgM patogen-spesifik negatif tidak berarti patogen
bukan merupakan penyebab fetopati.
PEMBIAKAN. Bila pemeriksaan terhadap serologi ibu yang
mengarah pada patogen spesifik dilakukan, kadang-kadang
mungkin perlu membiakkan organisme dari cairan amnion.
Misalnya, CMV merupakan hal yang utama, dan uji serologi
ibu seringkali gagal menunjukkan respons IgM yang positif Data dari Bale JF: Conditions mimicking congenital infections. Semin Pedi-
meskipun titer IgG sangat tinggi. Pada keadaan tersebut, dapat atr Neurol 1:66, 1994.

dilakukan amniosentesis dan cairan dikirim untuk pembiakan


virus. Adanya CMV dalam cairan amnion menunjukkan bah-
wa janin terinfeksi dan berisiko tinggi namun tidak selalu ber-
Kalau tidak, laboratorium virologi harus melakukan serang-
arti bahwa janin akan mengalami sekuele yang berat. Tokso-
kaian besar amplifikasi RRP pada sampel janin. RRP terutama
plasma dapat juga dibiakkan dari sampel cairan amnion. Seba-
berguna untuk mendiagnosis infeksi virus imunodefisiensi ma-
liknya, HSV dan YYZ jarung diisolasi dari sampel cairan am-
nusia (human imunodeficiency virus IHIVI) pada sampel darah
nion. Baik CMV maupun Toksoplasma juga dapat diisolasi
yang diambil dari bayi baru lahir (lihat Bab 223). Lagi pula,
dari pengambilan sampel melalui kordosentesis. Pengambilan
teknik RRP yang sama sensitifnya dapat diterapkan untuk
sampel vilus korionik untuk mendapatkan jaringan guna
mendiagnosis infeksi HIV pada sampel kordosentesis.
pembiakan virus biasanya tidak dianjurkan karena memiliki
risiko yang besar. DIAGNOSIS. Bila kemungkinan infeksi janin telah ditegak-
kan, beberapa langkah dapat dilakukan untuk mendiagnosis
MIKROSKOP ELEKTRON. Penggunakan mikroskop elektron
kuman patogennya. Uji serologi ibu saja jarang memberikan
untuk mendiagnosis infeksi prenatal tidak selalu diperlukan,
jawaban, kecuali bila ahli obstetri telah menguji ibu sebelum
n2trun dapat sangat membantu bila parvovirus menjadi diag-
kahamilan untuk antibodi terhadap patogen seperti Iok-
nosis yang paling mungkin. Parvovirus tidak tumbuh pada
soplasma (lihat Bab 244). Praktek ini harus didorong karena
biakan sel yang secara umum tersedia pada laboratorium viro-
wanita yang diketahui imun terhadap suatu agen tidak dapat
logi. Lagi pula, respons IgM tidak selalu dapat dideteksi pada
mengalami infeksi primer dengan patogen tersebut selama ke-
wanita dengan infeksi primer. Bila janin terinfeksi parvovirus,
hamilan. Kebalikannya, seorang wanita yang diketahui sero-
sejumlah besar partikel virus biasanya ada dalam serum, efusi,
negatif terhadap toksoplasmosis dapat berisiko tinggi jika uji
atau cairan amnion janin. Kemungkinan visualisasi virus dapat
serologis ibu ulangan selama kehamilan berikutnya mengha-
ditingkatkan dengan pertama-tama mengagregasi partikel virus
silkan hasil yang positif. Jika data serologi ibu meragukan, da-
dengan antiserum spesifik-parvovirus sebelum meneinpatkan
pat dilakukan amniosentesis dan mungkin kordosentesis.
sampel pada tempat guna pemeriksaan dengan mikroskop
Sampel yang diperoleh oleh satu atau kedua metode tersebut
elektron.
seringkali cukup untuk membuat diagnosis yang benar menge-
REAKSI RANTAI POLIMERASE. Reaksi rantai polimerase nai infeksi janin. Karenanya, orang tua dapat dinasehati me-
(RRP) segera diterima sebagai metode untuk menghasilkan se- ngenai kemungkinan sekuele infeksi janin jauh sebelum kela-
jumlah besar DNA virus dari sampel awal yang sedikit. RRP hiran, dan keputusan penting harus dibuat mengenai kemung-
dapat dikombinasi dengan metode transkriptase-balik untuk kinan intervensi terapeutik selama sisa masa kehamilan.
memproduksi DNA dari genom virus RNA. Namun, untuk Akhirnya, penting untuk mempertimbangkan keadaan-keadaan
setiap hasil pengujian RRP spesifik-patogen dibutuhkan berba- yang dapat menyerupai infeksi janin (tabel 96-1). Lihat bab-
gai pasangan oligonukleotida dasar. Dengan demikian, dokter bab yang relevan untuk pembahasan keadaan ini.
herus pertama-tama memiliki pengetahuan mengenai agen DIAGNOSIS PRENATAL DAN PENGOBATAN TOKSOPLAS.
yang dicurigai bila RRP dipakai untuk mendeteksi teratogen. MOSIS KONGENITAL. (Lihat Bab 244.) Penyakit parasit ini da-
646 BAGIAN Xll I lnfeksi pada Bayi Baru Lahir

pat menyebabkan fetopati jika wanita terinfeksi untuk pertama


kalinya saat kehamilan. Wanita hamil dapat menelan kista
Toksoplasma dengan merirakan daging mentah atau setengah I Ben 97
matang, atau bila mereka berkontak secara tidak sengaja de-
ngan ookista tinja kucing yang terkontaminasi. Dari aliran da- Infeksi Virus Janin dan Bayi
rah bentuk takizoid parasit masuk ke dalam plasenta untuk
mencapai sirkulasi janin, dimana kista jaringan terbentuk da- Baru tr ahir
lam jaringan janin, mengakibatkan dismorfogenesis. Fetopati
meliputi hepatosplenomegalia, korioretinitis, hidrosefali, mik- Charles Grose
rosefali, meningoensefalitis,'dan kalsifikasi serebral. Risiko
penularan parasit ke janin meningkat seiring dengan makin
meningkatnya umur kehamilan; namun, dismorfogenesis pa-
ling parah terdapat bila infeksi ibu primer terjadi selama tiga Bab ini mencakup pembahasan mengenai agen virus
bulan pertama. umum yang menyebabkan penyakit baik pada janin maupun
Di Perancis, program skrining nasional wanita hamil pada bayi. Pada virus yang menginfeksi janin, proses replikasi pada
antibodi terhadap Toksoplasma menunjukkan bahwa mereka wa-nita harus mencakup fase viremik dimana plasenta meru-
yang seropositif sebelum kehamilan tidak memiliki risiko. pakan sasaran yang tidak disengaja. pada banyak kasus, agen
Bagi yang tidak memiliki antibodi, memiliki risiko tinggi sela- virus tidak hanya tumbuh di dalam jaringan janin, namun juga
ma kehamilan muda. Jika uji selanjutnya pada kelompok yang bertindak sebagai teratogen, misalnya rubela. Akibat kema-
berisiko tinggi ini selama kehamilan yang sama menunjukkan juan teknologi sekarang, kebanyakan infeksi tersebut dapat
adanya antibodi spesifik terhadap Toksoplasma, wanita terse- didiagnosis pada rahap intraurerin (lihat Bab 96). Lihat Bab
but mungkin mengalami infeksi akut dengan agen ini. Karena 100 untuk pembahasan hepatitis neonatus.
tidak semua janin mengalami infeksi setelah serangan tok-
soplasmosis pada ibu, janin yang terinfeksi diidentifikasi de-
ngan menggunakan biakan cairan amnion atau darah janin 97.1 Sitomegalovirus
yang diperoleh melalui kordosentesis dan amniosentesis. Anti- (Lihat Bab 214)
bodi IgM serumjanin terhadap Toksoplasma tidak sangat sen-
sitif, mungkin karena kebanyakan janin tidak menghasilkan Karena infeksi biasanya ditularkan pada anak usia belajar
IgM sampai sesudah 20 minggu kehamilan. Pengobatan berjalan dan orang dewasa dalam kelompok perawatan anak,
wanita yang menderita toksoplasmosis akut selama kehamilan sitomegalovirus (CMV) seringkali disebut sebagai virus pe-
menggunakan regimen yang meliputi spiramisin, disertai de- ngasuh anak (lihat Bab 250). Kini CMV merupakan penyebab
ngan pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folinat. (leukovorin) yang paling umum infeksi kongenital karena vaksinasi rubela
menurunkan kemungkinan infeksi janin. Sepiramisin diberikan telah hampir mengeliminasi sindroma rubela kongenital sama
untuk mencegah penularan toksoplasmosis intrauterus. Jika uji sekali.
prenatal menunjukkan bahwa janin telah terinfeksi, regimen EPIDEMIOLOGI. CMV merupakan infeksi yang sering ter-
tersebut tidak mengikutsertakan spiramisin namun mengguna- jadi di dunia. Tergantung pada lokasi geografisnya, seropre-
kan pirimitamin, sulfadiazin, dan asam folinat. Pengobatan ibu valensi CMV pada orang dewasa berkisar dari 40Vo hingga le-
maupun janin menurunkan sekuele pada janin. LihatBab244 bih besar dari 10Vo. Risiko terhadap janin adalah paling besar
guna pembahasan lebih lanjut mengenai dosis obat. Protokol bila wanita hamil mendapatkan infeksi CMV primer; sekitar
pengobatan untuk wanita hamil dengan toksoplasmosis akut 40Vo dan kasus tersebut menjadi infeksi janin. Sebaliknya
masih dibawah penelitian aktif. hanya l%o janin terinfeksi bila wanita hamil mengalami infeksi
CMV yang berulang.
Di Amerika Serikat, sekitar lVo dari semua bayi baru lahir
secara kongenital terinfeksi oleh CMV, dari 30.000 sampai
Bale JF: Conditions mimicking congenital infections. Semin Pediatr Neurol
40.000 bayi dalam setahun. Sekitar S-IOVo kasus menunjukkan
l:63,1994.
Burton BK, Schulz CJ, Burd LI: Spectrum of limb disruption defects associ- gejala pada saat lahir; 9O-95Vo asimtomatik. Makin jelas gejala
ated with chorionic villus sampling. Pediatrics 91989,1993. suatu kasus, makin lebih mungkin bahwa ibunya mengalami
Grose C, Itani O, Weiner CP: Prenatal diagnosis of fetal infection: advances infeksi CMV primer. Adalah sangat menarik, bahwa risiko in-
from amniocentesis to cordocentesis--congenital toxoplasmosis, rubella,
feksi CMV kongenital dapat sangat meningkat jika wanita ha-
cytomcgalovirus, varicella virus, parvovirus and human immunodeficiency
virus. Pediatr Infect Dis J 8:459, 1989. mil tersebut menderita infeksi virus imunodefisiensi manusia
Swisher CN, Boyer K, Mcleod MD, et al: Congenital toxoplasmosis. Semin (HIV) disamping infeksi CMV sebelumnya.
Pediatr Neurol 1:4, 1994. MANIFESTASI KLlNlS. Infeksi CMV kongenital simtomatik
Weiner CP, Grose C, Naides S: Diagnosis of fetal infection in the patient with
pada mulanya disebtx penyakit inklusi sitomegali. penyakit ini
an ultrasonographically detected abnormality but a negative clinical history.
Am J Obstet Gynecol 168:6, 1993. melibatkan banyak organ; tanda-tandanya meliputi retardasi
pertumbuhan intrauterin, hepatosplenomegali, dan ikterus,
trombositopenia dan pu{pura, dan pneumonitis interstisial.
Sistem saraf pusat sering kali terlibat, seperti dibuktikan oleh
mikrosefali dan ventrikulomegali. Kalsifikasi intrakanial da-
pat muncul pada distribusi periventrikuler. Masalah_masalah
97 I lnfeksi Virus Janin dan Bayi Baru Lahir 647

neurologis lain adalah korioretinitis dan tuli sensorineural. PROGNOSIS. Angka mortalitas pada infeksi kongenital
Bayi baru lahir tersebut biasanya mudah diidentifikasi bila ter- simtomatik CMV sekitar l2Vo, dan kebanyakan bayi yang ber-
dapat lesi kulit berwarna ungu yang disebabkan oleh eritro- tahan hidup memiliki sekuele pennanen, yang meliputi defisit
poiesis kulit, lesi ini tampak seperti roti blueberry. Pada be- penglihatan, kehilangan pendengaran, gangguan kejang-ke-
berapa keadaan, noda toksoplasmosis kongenital dapat sangat jang, dan retardasi motorik dan intelektual. Sebenarya semua
menyerupai noda kongenital infeksi CMV kongenital (lihat bayi dengan infeksi kongenital CMV asimtomatik dapat berta-
Bab 96 dan244). han hidup, meskipun hingga 20 Vo, defisit pendengaran dan
Perhatian utama bayi baru lahir yang terinfeksi secara masalah-masalah belajar akhirnya berkembang.
asimtomatik ditujukan pada perkembangan selanjutnya yaitu
kehilangan pendengaran sensorineural pada sebanyak 20Va
bayi. Gangguan proses pendengaran lain yang dapai berkem
tt,lli#*'$,;"n:t;;';1t infections and the nervous svstem Pediatr
bang termasuk persepsi bicara abnormal dan waktu pema- Demmler GJ: Congenital cytomegalovirus infection. Semin pediat Neurol
haman pendengaran lambat. Pada beberapa bayi yang meng- t:36,1994
alami infeksi CMV kongenital asimtomatik dapat dijumpai Grose.C, Meehan T, Weiner CP: Prenatal diagnosis of congenital cytomega-
bv virus isolation after amniocentesis Pediatr Infect Dis J
adanya kelainan pada cr otak, seperti radiolusensi plriuen-
i,:T;,t$;it"
trikuler atau kalsifikasi pungtata.
DIAGNOSIS. Infeksi CMV pada janin dapat didiagnosis de-
ngan biakan cairan amnion yang diperoleh saat amniosentesis.
Meskipun melalui isolasi CMV dengan cara ini infeksi janin
97.2 Virus Herpes Simpleks
(Lihat Bab 21 1)
dapat dicatat, namun tidak menunjukkan apakah bayi baru la-
hir akan mengalami yang simtomatik atau asimtomatik. Ada-
Virus herpas simpleks (HSV) tipe 1 menyebabkam demam
lah tidak diketahui apakah setiap infeksi CMV intrauterin akan
lepu.h (fever blisters) atau cold sores; HSV tipe 2 merupakan
mengandung CMV di dalam cairan amnionnya karena kurang-
penyebab utama herpes genitalis. HSV tipe 1 juga dapat me-
nya pengetahuan mengenai interval antara infeksi ibu dan in-
nyebabkan infeksi genital setelah kontak seksual orogenital.
feksi janin, yaitu, berapa lama setelah diduga terjadi infeksi
Infeksi HIV primer maupun reaktivasinya selama kehamilan,
ibu, temuan pada amniosentesis menjadi positif.
keduanya dikaitkan dengan infeksi janin, namun lebih umum,
Pada pascalahir, CMV dapat dengan mudah diisolasi dari
penyakit neonatus didapat dari saluran genitourinaria ibu sela-
urin atau saliva. bayi yang terinfeksi secara kongenital. Guna
ma persalinan.
diagnosis yang lebih cepat, biakan sel dikombinasikan dengan
EPIDEMIOLOGI, Jumlah orang dewasa di Amerika Serikat
antibodi spesifik-CMV untuk deteksi antigen virus sebelum
yang menderita infeksi herpes genital berkisar antara l6-25V0.
muncul efek sitopatik. Secara umum uji antibodi imunoglo-
Namun, ada variasi geografis yang besar, misalnya, pada be-
bulin (Ig) G spesifik-CMV dapat dipercaya; pengujian IgM
berapa daerah perkotaan, lebih dari 50Vo orang dewasa yang
spesifik-CMV kurang sensitif; dan hasil pengujian IgM negatif
terhadap antibodi CMV tidak menghapus kemungkinan infeksi
aktif secara seksual kemungkinan seropositif HSV-2. Ke-
mungkinan penularan herpes dari wanita hamil ke janinnya
akut. DNA CMV dapat dideteksi dengan teknologi Reaksi
Rantai Polimerases (RRP), namun uji ini biasanya tidak diper- atau bayinya tergantung apakah wanita mengalami infeksi
genital HSV primer selama kehamilan ataukah ia mengalami
lukan karena virus dengan segara diisolasi dalam biakan sel.
kekambuhan. Jika ia mengalami infeksi primer, risiko infeksi
PENG0BATAN. CMV relatif tidak sensitif terhadap asiklo- HSV neonatus adalah 44Vo; wtuk yang kambuh risiko infeksi-
vir. Gansiklovir sedang diuji pada bayi dengan infeksi CMV nya hanya 3Vo. HSY-2 adalah agen yang menyebabkan lebih
kongenital; dosis intravena adalah 6 mg/kg tiap l2jam selama daripada 75Vo dari semua infeksi pada neonatus, meskipun lesi
6 minggu. Hasil awal menunjukkan bahwa pengobatan gansi- genital yang ada pada persalinan kurang dzn l}Vo kasus, dan
klovir akan menurunkan ekskresi virus dan memperingan pe- riwayat infeksi HSV genital pada kehamilan diperoleh dari
nyakit pascalahir. Namun, ekskresi virus seringkali terjadi lagi hanya sebagian kecil ibu yang melahirkan bayi yang terin-
bila pengobatan dihentikan. Hingga kini, tidak ada informasi feksi.
mengenai apakah satu rangkaian pengobatan gansiklovir akan Pascalahir, infeksi HSV mungkin didapat dari kontak erat
mengubah perjalanan penyakit pada CMV kongenital dalam antara bayi baru lahir dan orang dewasa dengan herpes labialis
jangka panjang. Efek samping yang sering dijumpai pada tera- aktif (HSV-I). Dalam keadaaan tersebut, penularan dapat ter-
pi gansiklovir adalah supresi sumsum tulang, dan karenanya, jadi jika bayi dicium pada mulutnya atau matanya oleh penga-
hanya digunakan pada bayi baru lahir sebagai bagian dari pro- suh yang menderita herpes oral kambuhan aktif, walaupun
tokol penelitian yang telah disetujui. orang tersebut asimtomatik.
PECEGAHAN. Wanita hamil dengan CMV seropositif me- MANIFESTASI KLINIS FETOPATI. Infeksi HSV intrauterin
miliki risiko rendah melahirkan bayi yang simtomatik. Jika tidak umum, namun dapat mengakibatkan prematuritas dan
mungkin, wanita hamil harus mengalami uji serologi CMV, kematian. Pada kerjasama penelitian luas mengenai neonatus
terutama jika mereka mengasuh anak kecil yang potensial yang terinfeksi HSV, hanya 5Vo yang tampaknya tertular sejak
mengekskresi CMV. Mereka yang memiliki seronegatif CMV di dalam uterus. Tempat utama yang terkena adalah kulit,
harus dinasehati mengenai cara-cara higienis misalnya men- mata, dan SSP. Keterlibatan kulit sangat umum terjadi dan
cuci tangan dengan baik dan menghindari kontak dengan meliputi ruam vesikuler; parut pada kulit kepala, badan, atau
sekresi oral. Tidak ada vaksin CMV yang manjur. tungkai; dan vesikel sekitar parut, barangkali merupakan tanda
648 BAGIAN XII f Infeksi pada Bayi Baru Lahir

diseminata, biasanya nampak pada sekitar umur 9-11 hari. Ve-


sikel dapat diamati pada bagian yang menonjol, verteks atau
bokong (breech). Jika ada, tanda-tanda pada mata dapat ter-
masuk keratokonjungtivitis. Jika ticlak dikenali dan diobati de-
ngan segera, penyakit kulit dapat berkembang menjadi penya-
kit diseminata. Bentuk ense.falitis herpes neonatus cenderung
terjadi pada usia akhir minggu ke-2 dan ke-3. Manifesrasi da-
pat berupa lesu, iritabilitas, dan kejang-kejang, seringkali tan-
pa adanya lesi kulit.
Selain penularan intrapartum, herpes neonatus dapat terse-
bar pada beberapa hari pertama pascalahir. Dalam hal ini, vi-
rusnya biasanya HSV-I. Sumbernya adalah pengasuh atau
kerabat dengan herpes oral, yang menularkan infeksi melalui
kontak langsung dengan bayi, misalnya, mencium bayi pada
muka atau jari kaki. Konsekuensinya sama dengan yang telah
dijelaskan pada infeksi intrapartum.
DIAGNOSIS. Diagnosis prenaral telah diketahui; DNA HSV
mungkin terdapat pada sampel darah tali pusat, namlln saat
pengujian yang benar sehubungan dengan timbulnya gejala
Gambar 97-1. Tomografi terkomputasi bayi baru lahir dengan inf'eksi herpes ibu belum diketahui. Pascalahir, HSV dengan mudah dapat
kongenital. Tomogram kepala menunjukkan ensefalomalasia di-fus, girus yang diisolasi dalam biakan sel dengan menanamkan cairan vesikel,
kurang berkembang, dan kalsifikasi talamus dalam dan periventrikuler pulasan nasofaring atau konjungtiva, urin, tinja, sekresi trakea
(pamh). Kenyataan terdapatnya kalsifikasi dapat ditunjukkan pada otak bayi
(pneumonia), aspirasi duodenum (hepatitis), dan kadang-
berumur 4 hari membuktikan bahwa inf'eksi sistem saraf pusat berlangsung da-
lam uterus,
kadang cairan serebrospinal (ensefalitis). Untuk diagnosis vi-
rus dengan cepat, sel yang dikerok dari dasar vesikel dan
dioleskan pada kaca obyek dapat diperiksa dengal mengguna-
kan antibodi monoklonal konjugasi-fluoresensi spesifik HSV,
reaktivasi virus. Abnormalitas SSP terjadi sama seringnya dan yang menempel pada antigen virus. Antibodi monoklonal juga
meliputi mikrosefali, seringkali disertai dengan atrofi otak atau dapat membedakan antigen HSV-l dan HSV-2. Uji sitologik
T zanckbersifat nonspesifik dan harus dihentikan.
ensefalomalasia kistis (Gambar 97-1), terkenanya medulla
spinalis, korioretinitis, dan mikroftalmia. Sebagai tambahan, PENGOBATAN. Asiklovir sangat manjur dalam mengobati
telah dilaporkan adanya hepatitis dan kalsifikasi pada paru- infeksi ini. Obat ini secara selektif diaktivasi oleh timidin ki-
paru serta kelenjar adrenal. nase HSV menjadi turunan yang terfosforilasi, yang selanjLrt-
PATOGENESIS FETOPATI. Penyakit janin mungkin didapat nya berperan sebagai penghambat sintesis DNA virus. Pada
dari viremia sesaat ibu, yang bermula dari plasenta. Virus me- neonatus yang terinfeksi tanpa bukti adanya penyakit CNS,
nyebabkan infeksi diseminata pada janin, namun neurotro- asiklovir diberikan dalam dosis intravena sebesar 10 mg/kg
pisme terutama terjadi karena kerusakan pada perkembangan setiap 8 jam, biasanya selama l4 hari. Pengobatan yang lebih
otak dan mata. Infeksinya bersifat menetap, dan virus sering- lama (21 hari atau lebih) harus diberikan pada ensefalitis. B'e-
kali muncul kembali pascalahir, pada tempat-tempat jejas se- berapa ahli secara rutin mengobati semua bentuk herpes neo-
belumnya. Kemampuan mengisolasi HSV-2 dari bayi baru la- natus paling tidak 21 hari; yang lain sekarang menggunakan
hir pada hari-hari pertamanya merupakan kriteria diagnotik dosis yang lebih tinggi yaitu 15 mg/kg setiap 8 jam, khusus-
utama dari infeksi herpes intrauterin. Ada*banyak kesamaan nya bila ada penyakit CNS. Setelah pengobatan berhasil de-
antara infeksi ini dan sindroma varisela kongenital (lihat Bab ngan pemberian asiklovir, pada beberapa bayi, terdapat vesi-
97.3). kel kulit yang berulang; lesi herpes ini biasanya bukan karena
MANIFESTASI KLINIK PENYAKIT PERINATAL. Sekirar 90vo resisten terhadap asiklovir namun kemungkinan karena menu-
kasus herpes pada neonatus ditularkan melalui kontaminasi runnya imunitas spesifik-HSV setelah terapi asiklovir. Kafena
dengan sekresi infeksius dalam saluran genital pada saat per- kadangkadang ada bayi yang hanya dengan penyakit kulit ber-
salinan. Karena virus harus bereplikasi pada hospes yang baru ulang, selanjutnya dapat menunjukkan tanda-tanda ensefalitis
terinfeksi, bayi biasanya tidak menjadi simtomatik hingga ber- lambat, maka beberapa ahli merekomendasikan terapi asiklovir
usia akhir minggu pertama atau permulaan minggu kedua. Pe- oral supresif selama 4-6 bulan peftama setelah lahir. Dosis yang
nyakit sebagian besar dikarenakan HSV-2, meskipun HSV-l dianjurkan untuk asiklovir simp adalah 5 mg&g setiap.8 jam. .
dapat dibiakkan pada I0- 20Vo kasus. Pola penyakit didasarkan Komplikasi utama terapi asiklovir intravena adalah dis-
pada tandanya. Pola diseminata sama dengan yang terlihat fungsi ginjal sebagai akibat pembentukan kristal dalam tubula;
pada penyakit intrauterin, dengan melibatkan multi-organ, ter- karenanya kadar kreatinin serum harus dipantau setiap 3 hari
masuk otak. Jika bayi tidak mendapatkan lesi vesikuler, mani- selama pengobatan. Dosis harus diturunkan jika kadar krea-
festasi awal sama dengan sepsis karena bakteri. Pada beberapa tinin mulai meningkat dua kali dari nilai awal. Pemberian dua
kasus, penyakit herpes diseminata ditandai dengan gambaran obat yang bersifat toksik terhadap ginjal pada waktu yang ber-
radiologis pneumonia interstisial. Penyakit HSV kulit dapat samaan, misalnya, asiklovir dan gentamisin, harus dilakukan
melibatkan kulit, mulut, atau mata. Seperti pada penyakit dengan hati-hati.
97 a Infeksi Virus Janin dan Bayi Baru Lahir 649

PENCEGAHAN. Bedah Caesar secara rutin direkomendasi- TABEL 97-1. Stigmata Fetopati Virus Varisela-Zoster
kan pada wanita hamil dengan infeksi herpes primer yang di-
ketahui pada akhir kehamilan, jika terdapat pelepasan virus
yang berlanjut. Pembedahan Caesar masih merupakan cara
yang umum bila herpes dapat dibiakkan dari saluran urogenital
wanita hamil yang mendekati cukup bulan dengan riwayat
adanya herpes genital pada kehamilan sebelumnya. Namun,
penelitian akhir-akhir ini yang menunjukkan risiko infeksi 3%
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan herpes berulang,
menyarankan bahwa pendekatan lain harus dipertimbangkan.
Untuk wanita yang tidak bergejala pada permulaan persalinan,
para ahli menyarankan persalinan melalui vagina, dengan
pilihan melakukan biakan virus dari saluran lahir. Jika biakan
dari jalan lahir positif, dianjurkan melakukan biakan dari kulit,
mata, faring, dan rektum bayi. Orang tua diberi tahu secara
menyeluruh mengenai gejala herpes neonatus. Jika terdapat
ianda-tanda sakit, bayi dikembalikan untuk pemeriksaan ulang
dan kemungkinan pengobatan untuk herpes. Demikian juga,
jika biakan permulaan pada ibu atau bayi positif, bayi
(mes-kipun kondisi keseluruhan baik) dikembalikan guna pe-
meriksaan kedua dan biakan ulangan. Jika biakan ibu positif,
biakan positif bayi saat lahir dapat hanya menunjukkan kon-
taminasi ibu dan bukan infeksi neonatus yang sebenarnya. De-
ngan demikian, biakan kedua pada bayi baru lahir akan
menjelaskan permasalahan. Infeksi herpes intarapafium biasa- 97.3 Virus Vurisela-Zoster
nya menjadi simtomatik sekitar usia awal minggu kedua; lebih (lihat Bab 213)
disukai, pengobatan asiklovir dimulai saat atau segera sebelum
periode ini. Jika ada kekuatiran mengenai infeksi neonatus Virus Varisela-Zoster (YVZ) merupakan salah satu dari 7
pada setiap tahap proses ini, bayi dapat diberikan pengobatan virus herpes manusia. Infeksi primer menimbulkan cacar air,
secara intravena selama menunggu hasil biakan selanjutnya. setelahnya virus menetap dalam bentuk laten di ganglia radiks
Cara lain, beberapa spesialis penyakit infeksi menyarankan dorsalis. Pada reaktivasi, virus menyebabkan penyakit ruam
terapi asiklovir oral supresif (400 mg dua kali sehari) bagi syaraf atau shingles (herpes zoster). Cacar air saat hamil dapat
setiap wanita hamil yang diketahui mengidap herpes genital menyebabkan sindroma intrauterin tersendiri dan penyakit
kambuhan, untuk mengurangi perlunya bedah caesar. Studi neonatus yang serius.
lanjut untuk mengevaluasi keamanan dan kemanjuran terapi EP|DEM|OLOGI INFEKSI JANIN. Sekitar 3 juta kasus cacar
asiklovir pada akhir kehamilan sedang dilakukan. Laporan air terjadi setiap tahr,rn di Amerika Serikat. Meskipun keba-
awal dari Acyclovir in Pregnancy Registry (Burroughs Well- nyakan anak ketularan infeksi ini. sebagian kecil yang tidak
come Company) tidak menemukan peningkatan risiko cacat la- terkena penyakit akan tetap rentan seperti orang dewasa. Bila
hir diantara 601 bayi yang dilahirkan oleh wanita yang wanita hamil ketularan cacar air, mereka juga dapat mengin-
mendapatkan pengobatan asiklovir selama kehamilan. Walau- feksi janin selama fase viremia. Risiko yang pasti terhadap ja-
pun wanita hamil diberi terapi asiklovir supresif, biakan virus nin sulit ditetapkan, tetapi tampaknya sekitar 257o. Namun, ti-
harus diambil dari ibu dan bayi pascalahir. dak setiap janin yang terinfeksi mengalami sindroma varisela
PROGNOSIS. Di samping penemuan terapi asiklovir yang kongenital. Didasarkan pada studi di Jerman terhadap wanita
efektif, infeksi HSV neonatus diseminata dan ensefalitis terlo- hamil yang menderita cacar air, hanya sekitar 3 dari setiap 100
kalisasi mempunyai morbiditas dan mortalitas yang besar. Ha- bayi yang dilahirkan oleh wanita dengan cacar air saat han-ril
sil akhirnya ditingkatkan dengan melakukan identifikasi awal memiliki stigmata infeksi kongenital. Risiko meluas ke sete-
dan memulai pengobatan segera sebelum mulainya penyakit ngah kehamilan pertama.
diseminata, syok, atau koma. Prognosis bagi ensefalitis neona- MANIFESTASI KLINIS FETOPATI Stigmata sindroma vari-
tus yang disebabkan oleh HSV-I tampaknya lebih baik dari- sela kongenital disusun pada Tabel 97-1. Sekuele terutama
pada ensefalitis neonatus yang disebabkan oleh HSV-2. melibatkan kulit, tungkai, mata, dan otak. Lesi kulit khas dise-
but sebagai parut, zig-zag scarcin6, seringkali menyebar me-
nurut dermatomnya. Tanda khas lain sindroma ini adalah
Arvin AM: Management of infants born to women with genital herpes. Pediat-
adanya satu atau lebih pemendekan dan malformasi tungkai
ric Infectious Disease 4:1, 1994.
Hutto C, Arvin A, Jacobs R, et al: Intrauterine herpes simpleks virus infec- (Gambar 97-2). Seringkali tungkai yang atrofi tertutup oleh si-
tions. J Pediatr 1 10:97, 1987. katrik. Badan sisanya mungkin secara keseluruhan tampak
normal. Atau, tidak dijumpai kelainan kulit atau tr.rngkai, na-
mun bayi dapat menLrnjukkan katarak atau bahkan aplasia luas
seluruh otak. Kadang-kadang, terdapat kalsifikasi nyata dalam
kepala yang mikrosefali (Gambar 97-3).
6s0 BAGIAN XII a lnfeksi pada Bayi Baru Lahir

Gambar 97-2.Bayi baru lahir dengan sindroma varisela kongenital. Bayi ini
mengalami malformasi berat pada kedua tungkai bawah dan parut sikatrik di
atas perut kirinya. Lihatjuga Tabel 97-1.

Gambar 97-3. Foto resonansi magnetik bayi baru lahir dengan enselalitis aki-
bat sindroma varisela kongenital. Infeksi iutrauterin terjadi sekitar 3 bulan an-
tepartum, pada saat itu terdapat nekrosis hemisfere serebral yang luas. Foto
PATOGENESIS FETOPATI. Kebanyakan srigmara dapat di- kepala bayi diambil dengan posisi penderita telentang; karenanya ada cair_
an/batas cairan pada oksiput bebas (A). Hidrosefalus (C) dan kalsifikasi pada
kaitkan dengan jejas akibarvirus pada sistem syaraf. Manifes- ganglia basalis (D) dapar terlihat; artefak kranial (B) terlihat akibat jarum
tasi tungkai dan mata tampak disebabkan oleh denervasi akibat vena pada kulit kepala.
dari invasi YYZ pada syaraf janin, seperti medula servikal
atau lumbosakral atau tangkai optik. Namun, tidak ada penje-
lasan yang nyata mengapa daerah tubuh tertentu secara is-
timewa terinfeksi selama infeksi VVZ janin; virus mungkin
memilih jaringan yang berada pada tahap perkembangan ce- Beberapa bayi memiliki anribodi IgM VVZ spesifik yang da-
pat, misalnya: pucuk-pucuk'tungkai. Pemeriksaan histologis pat dideteksi pada sampel darah tali pusat, meskipun titer IgM
otak janin yang terinfeksi menunjukkan adanya lesi serebral turun dengan cepat pascalahir. Diagnosis dapat dibuat sewaktu
nekrosis yang melibatkan leptomenings, korteks, dan substan- antenatal dengan mengambil sampel darah janin untuk titer
sia alba yang berdekatan. Perubahan patologis juga diamati IgM yang spesifik terhadap VVZ. Namun, VVZ belum pernah
pada medula spinalis, dan perubahan ini meliputi kornu poste- dapat dibiakkan dari cairan amnion.
rior serta kolumna lateralis yang menciut dan gliotik. parut si- PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT JANIN. Ke-
katrik khas dapat mengambarkan sisa infeksi VVZ kulit pada
rusakan yang diakibatkan oleh infeksi yyZ padajanin tidak
syaraf sensorik.
memburuk saat pascalahir, suatu petunjuk bahwa tidak ada
Periode risiko paling besar pada janin berkorelasi dengan replikasi virus yang terus menerus. Dengan demikian, pengo-
periode kehamilan ketika terjadi perkembangan utama dan batan antivirus pada bayi dengan sindroma VVZ kongenital ti-
inervasi pucuk tungkai, serta maturasi mata. Janin yang terin- dak diindikasikan. Karena vaksin varisela kini tersedia untuk
feksi pada minggu ke 6-12 kehamilan tampak mengalami digunakan secara luas, fetopati YYZ akan dapat dicegah de-
gangguan paling berat pada perkembangan tungkai; kelainan ngan melakukan imunisasi terhadap wanita muda yang rentan
pada janin yang terinfeksi saat minggu ke 16-20 dapat menca- terhadap VVZ. Vaksinasi terhadap kelompok wanita yang
kup mata dan otak. sebagai tambahan, serangan virus pada se- sama juga diindikasikan karena besarnya angka mordibilitas
rabut simpatis medula servikalis dan lumbosakral dapat dan mortalitas cacar air saat kehamilan.
mengakibatkan pengaruh yang berbeda seperti sindroma Hor-
CACAR AIR NEONATUS. Ada kerancuan mengenai tara-
ner dan disfungsi sfingter uretra dan ani.
nama infeksi janin bila infeksi tersdbut terjadi pada bulan ke-9
DIAGNOSIS. Diagnosis terhadap feropari VVZ didasarkan kehamilan. Meskipun infeksi awal terjadi intrauterin, pada
terutama pada riwayat cacar air saat kehamilan yang bersama bayi seringkali berkembang cacar air klinis pascalahir, yaitu
dengan stigmata yang terlihat pada janin. Virus tidak dapat setelah masa inkubasi l0-14 hari. Misalnya, bila cacar air neo-
dibiakkan dari neonatus yang terkena, namun DNA virus da- natus pertama kali tampak pada usia 5 hari, infeksi ditularkan
pat dideteksi pada sampel jaringan dengan teknik hibridisasi. sekitar 5 hari sebelum kelahiran. Risiko bayi baru lahir rerha-
97 a lnfeksi Virus Janin dan Bayi Baru Lahir 651

dap keadaan ini menggambarkan kemungkinan bahwa janin virus pada ibu rendah. Jika janin lahir hidup memiliki tanda-
telah memperoleh antibodi anti-YYZ dari ibunya. Jika ada in- tanda hidrops nonimun, diagnosis pervovirus tidak mungkin.
terval paling tidak 1 minggu antara cacr air ibu dan persalin-
MANIFESTASI KLINIS INFEKSI JANIN. Infeksi HpV primer
an, adalah mungkin bahwa bayi baru lahir itu mendapatkan an-
pada wanita hamil sama dengan infeksi pada anak-anak, yaitu,
tibodi anti-WZ melalui transplasenta. Jika interval kurang wanita mungkin menderita penyakit subklinis atau ia dapat
dari 1 minggu, bayi mungkin tidak mempunyai antibodi WZ mengeluh nyeri tenggorok dan arthralgia; dapat ditemukan
protektif. Pada keadaan selanjutnya, cacat air neonatus dapat
ruam kulit seperti ruam kulit rubela. Selama viremia, infeksi
sangat berat. Cacar air neonatus dapat juga menyertai pema-
HPV ibu dapat ditularkan kepada janin. Ada beberapa akibat
paran pascalahir. Cacar air yang terjadi pada tahun pertama ke-
infeksi pada janin. Janin mungkin terinfeksi tetapi tidak me-
hidupan lebih serius daripada masa kanak-kanak selanjutnya,
miliki sisa yang tidak menguntungkan. Atau, aborsi spontan
dengan melibatkan hati dan SSP secara lebih jauh. Angka
dapat terjadi pada setengah pertama kehamilan, atau, pada si-
mortalitas adalah sekitar 1:13.000, bagi anak yang lebih tua
sanya, dapat terjadi lahir mati dengan hidrops janin. Kelahiran
kurang dari 1:40.000. Angka mortalitas secara menyolok me-
hidup dapatjuga disertai hidrops, suatu keadaan yang ditandai
ningkat pada wanita hamil dengan cacar air.
oleh edema jaringan janin akibat dari ekstravasasi cairan dari
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN PADA BAYI NEONATUS.
ruangan intravaskuler karena kegagalan kardiovaskuler akibat
Rekomendasi untuk globulin imun varisela-zoster (VZIG)
anemia janin yang berat. Lihat Bab 89.
menggambarkan peningkatan risiko pada bayi yang terpapar.
PATOGENESIS. Penularan parvovirus secara transplasenta
Bayi cukup bulan yang dilahirkan oleh ibu yang menderita ca-
car air kurang dari I minggu sebelum persalinan harus menda- telah dibuktikan dengan melakukan deteksi DNA dan partikel '
patkan satu botol YZIG lewat injeksi inrramuskuler. Setiap virus dalam jaringan janin. Meskipun virus ditemukan pada
bayi prematur yang dilahirkan oleh ibu dengan cacar air aktif semua jaringan, ada kecenderungan yang kuat terdapat sel
(walaupun muncul lebih lama dari 1 minggu) harus menerima prekursor eritroid. Pengaruh sitopatik parvovirus terlihat pada
VZIG. Karena angka mortalitas cacar air pada usia tahun per- eritroblas sumsum tulang dan tempat:tempat hematopoiesis
tama yang lebih tinggi, suspensi asiklovir oral dapat diberikan ekstrameduler dalam hati dan limpa. Diduga, infeksi janin da_
pat terjadi seawal-awalnya pada usia kehamilan 6 minggu, saat
sesegera mungkin saat bayi mulai menderita cacar air. Do-
sisnya 80 mgkg/24 jam, diberikan sebanyak 20 mgkg seriap 6 eritroblas pertamakali ditemukan pada hati janin. Setelah usia
jam. Jika bayi yang menderita cacar air memiliki tanda-tanda kehamilan 4 bulan, hematopoesis berubah dari hati ke sumsum
pneumonia, hepatitis, atau ensefalitis, segara rawat inap ke ru- tulang.
mah sakit dan pengobatan menggunakan asiklovir intravena DIAGNOSIS. Infeksi parvovirus akut kadang-kadang dapar
harus dipertimbangkan. didiagnosis pada wanita hamil dengan melakukan deteksi anti_
PROGNOSIS. Banyak bayi dengan sindroma varisela kon- bodi IgM yang spesifik terhadap virus. Karena penyakit se_
genital mengalami defisiensi neurologis berat. Namun, kelom- ringkali berupa wabah pada komunitas yang luas, dugaan di_
pok lain (mungkin mereka terinfeksi pada akhir kehamilan) agnosis dapat ditegakkan pada mereka yang memiliki gejala_
dapat hanya memiliki stigmata tertentu, seperti katarak, yang gejala dan tanda-tanda yang sesuai. Diagnosis prenatal dapat
dapat ditangani dengan pembedahan. Bayi kelompok kedua ini disempurnakan dengan deteksi DNA virus dalam darah janin
berkembang secara norrnal selama masa kanak-kanak. Bayi atau visualisasi partikel virus menggunakan mikroskop imun
dengan cacar air neonatus mempunyai prognosis sangat baik elektron.
sepanjang mereka mendapatkan pengobatan dengan asiklovir
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN. Karena HpV biasanya
sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
tersebar dengan cepat di dalam masyarakat, ada beberapa hal
penting dalam pencegahannya. Tidak ada vaksin atau
f"ngo_
Grose C: Congenital infections caused by varicella zoster virus and herpes batan antivirus spesifik untuk mengobati infeksi HpV. Janin
simplex virus. Semin Pediatr Neurol 1:43, 1994. yang terinfeksi disertai dengan hidrops dapat ditangani dengan
Scarf A, Scherr O, Enders G: Virus detection in the fetal tissue of a premature transfusi darah tali pusat perkutan.
delivery with congenital varicella syndrome. J perinat Med 1g:317, 1990.
PROGNOSIS. Prognosis infeksi parvovirus kongenital sulit
ditegakkan karena sejumlah infeksi intrauterin tidak bergejala
belum dapat ditentukan. Bila hidrops berat terdiagnosis pada
97.4 Parvovirus janin, ibu harus dirujuk ke pusat terapi jdnin guna evaluasi
(Lihat Bab 210) le_
bih lanjut karena risiko komplikasi serius sangat tinggi.
Parvovirus manusia (human parovirus tHpvl) seringkali
disebut B 19 setelah strain yang ditandai paling baik berhasil
diisolasi pertama kali pada tahun 1975. Grose c, Itani o: Pathogenesis of congenital infection with three diverse
vi-
EPlDEM|OL0Gl, Infeksi parvovirus menyebabkan penyakit ruses: varicella-zoster virus, human parvovirus, and human immunodefi_
kelima, juga dikenal sebagai eritema infeksiosa. Kebanyakan ciency virus. Semin Perinatol lj:2j8, 1989.
Naides SJ, weiner cP: Fetal survival after human parvovirus B l9 infection:
anak-anak tertular infeksi pada masa remajanya, namun mere- spectrum of intrauterine response in a twin pregnancy. Am J perinatol 9:66,
ka yang lolos dari infeksi pada masa kanak-kanak rentan pada 1992.
masa dewasanya. Penularan diduga melalui pernafasan, mung-
kin lewat bersin. Penyakit kehamilan kelima disertai dengan
abortus spontan dan lahir mati. Namun, insidens infeksi parvo-
652 BA,GIAN Xll a lnfeksi pada Bayi Baru Lahir

97.5 Rubela dak ada pengobatan antivirus yang efektif guna mengobati
(lihat Bab 207) sindroma rubela kongenital.
PROGN0SIS. Bayi dengan sindroma rubela spekrrum
Rubela merupakan virus RNA terselubung penyebab pe- komplit mempunyai prognosis yang buruk, terutama bila pe-
nyakit yang kadang-kadang disebut "campak 3 hari" atau nyakit terus memburuk selama masa bayi. Prognosis jelas le-
"campak Jerman". Penyakit ini hampir terberantas dengan di- bih baik pada penderita yang hanya mempunyai sedikit
produksinya vaksin rubela hidup yang dilemahkan. Ini meru- stigmata sindroma, kemungkinan pada mereka terinfeksi pada
pakan satu-satunya virus dimana vaksin telah dibuat terutama akhir kehamilan.
untuk memberantas akibat-akibat infeksi j anin.
EPIDEMIOLOGI FETOPATI, Sebelum dilakukan vaksinasi
Dudgeon JA: Congenital rubela. J Pediatr 87:1078, I 975.
rubela, pandemi rubela'terjadi setiap 10-20 tahun. pada tahun Lee SH, Ewert DP, Frederick PD, et al: Resurgence ofcongenital rubella syn_
1964-1965, terjadi wabah di Amerika Serikat yang menyebab- drome in the 1990s. JAMA267:2616,1992.
kan lebih dari 12 juta kasus rubela dan sebagai tambahannya
ada 20.000 bayi menderita sindroma rubela kongenital. Sete-
lah dimulainya program imunisasi rubela secara nasional pada
tahun 1969, jumlah kasus rubela menurun lebih dari 99 Vo.
97.6 Virus Imunodefisiensi Manusia
Pada awal tahun 1990, ada peningkatan sedang pada kasus ru- (Human Immunodeficiency Virus t HIVI
bela, termasuk sindroma rubela kongenital, karena kegagalan (rihar Bab 223)
dalam usaha mengimunisasi semua anak di Amerika Serikat.
Virus rubela dibedakan oleh kecenderungannya untuk Selama dekade lalu, ada peningkatan yang luar biasa da-
menginfeksi janin. Selama trimester peftama kehamilan, in- lam pengetahuan kita mengenai infeksi HIV dan sindroma
feksi primer rubela pada ibu memiliki 80Va kemungkinan imunodefisiensi didapat (AIDS) pada anak-anak. Bab ini ter-
penularan pada janin, dan kebanyakan janin yang terinfeksi fokuskan pada infeksi HIV intrauterin dan akibat-akibatnya.
menderita fetopati rubela. Penularan dari ibu ke janin juga ter- EP|DEM|OLOG| INFEKSI HIV JANIN. AIDS pada anak-anak
jadi pada awal trimester kedua (50Vo) dan tetap berlangsung hampir selalu didapat dari ibu yang terinfeksi, baik lewar pe-
selama kehamilan. nularan intrauterin atau intrapartum. Ibu menjadi terinfeksi ka-
rena merupakan anggota salah satu kelompok berisiko seperti:
MANIFESTASI KLINIS PADA JANIN. Rubela sebenarnya
pemakai obat intravena yang memakai jarum suntik bersama_
mencakup semua sistem organ. Manifestasi yang paling umum
sama dengan individu yang terinfeksi HIV; pelacur yang men-
adalah retardasi pertumbuhan intrauterin. Tanda umum lain
dapat penyakit dari salah satu mitranya; atau yang kurang
adalah katarak, baik bilateral maupun unilateral. Katarak se-
umum, penerima transfusi darah yang terkontaminasi sebelum
ringkali dikaitkan dengan mikroftalmia. Miokarditis dan defek
tahun 1985; dan wanita yang menikah dengan pria yang sero-
struktur jantung, misalnya, duktus arteriosus paten atau steno-
positif HIV, termasuk penderita hemofilia laki-laki yang di-
sis arteri pulmonalis, adalah lazim. Lesi kulit seperti blueberry
obati dengan faktor VIII mengandung HIV.
mffin, yang serupa dengan lesi kulit pada infeksi CMV, dapat
terjadi. Hilangnya pendengaran akibat ketulian sensorineural Distribusi geografis AIDS perinatal di Amerika Serikat ter-
merupakan cacat lainnya yang lazim terjadi. Bayi dapat men- pusat terutama pada daerah metropolitan pantai, seperti New
derita meningoensefalitis aktif saat lahir; sekuele lambatnya York/New Jersey, Miami, dan Los Angeles, daerah yang men-
meliputi retardasi_motorik dan mental. Infeksi menetap meng- cakup kebanyakan wanita dengan AIDS. Studi epidemiologis
akibatkan pneumonia, hepatitis, lusensi tulang, purpura trom- memberi keterangan bahwa sekitar 7.000 wanita seropositif-
bositopeni, dan anemia pada bayi dengan sindroma rubela HIV di Amerika Serikat akan menjadi hamil pada tiap tahun-
kongenital. nya. Angka penularan pada janin atau bayi baru lahir tergan-
tung pada faktor-faktor ibu, seperti keparahan penyakit dan
DIAGNOSIS. Kebanyakan diagnosis dapat dilakukan sema-
tingkat viremianya. Pada beberapa wanita hamil dengan
ta-mata atas dasar tanda klinis. Diagnosis dapat diperkuat de-
AIDS, angka infeksi janin dan perinatal dapat mendekati j\Vo.
ngan ditemukannya antibodi IgM yang spesifik terhadap virus
Namun, angka penularan janin secara vertikal pada. wanita
pada serum neonatus atau dengan biakan virus rubela dari urin
yang diketahui seropositif-HlV sekitar 25Vo. pada keadaan
atau jaringan janin. Virus dapat dikeluarkan melalui urin sela-
khusus dimana wanita tertular infeksi HIV primer saat awal
ma 1 tahun atau lebih. Diagnosis prenatal infeksi rubela janin kehamilan, risiko bagi penularan janin nampak lebih tinggi
dapat dibuat dengan mengisolasi virus dari cairan amnion atau
daripada25Vo.
dengan indentifikasi IgM yang spesifik terhadap rubela dalam
Banyak contoh infeksi HIV pada trimester kedua yang di-
darah tali pusat.
ketahui melalui isolasi virus jaringan. Ada lebih sedikit
PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN. Pencegahan paling mu- contoh-contoh penularan transplasenta vertikal selama trimes-
dah dari sindroma rubela kongenital adalah dengan imunisasi ter pertama, namun antigen dan asam nukleat HIV telah dite-
menyeluruh terhadap semua anak kecil menggunakan vaksin mukan pada jaringan yang berasal dari tiga janin berumur 8
rubela. Bila infeksi rubela akut ditemukan pada wanita hamil minggu. Telah ditemukan tiga mekanisme penularan HIV in-
selama setengah pertama usia kehamilan, ada kemungkinan trauterin. Pertama, virus di dalam sistem ibu dilepaskan dari
besar terjadi infeksi janin dengan stigmata janin multipel. Oleh sel desidua, selanjutnya difagositosis oleh sinsitiotrofoblas.
karena itu, dianjurkan untuk menegakkan diagnosis prenatal, Kedua, trofoblas yang menginvasi jaringan desidua berkontak
sehingga pengakhiran kehamilan dapat dipertimbangkan. Ti- dengan limfosit CD4 ibu yang terinfeksi-HlV. Ketiga, makro-
98 I Sepsis dan Meningitis Neonatus 653

fag ibu yang terinfeksi menginvasi stroma vilus. Fagositosis TABEL 98-1. Keadaan Sakit Sistemik Serius pada Bayi Baru Lahir
(Diagnosis B anding Sepsis Neonatus)
dapat merupakan mekanisme yang lebih penting pada penu-
laran intrauterin daripada kejadian yang ditengahi-reseptor- Infeksi (Sepsis)
CD4 spesifik karena sel bernukleus yang mengekspresikan
molekul permukaan sel CD4 belum pernah diamati hingga
minggu ke 12-14 kehamilan.
DIAGNOSIS. Baik biakan virus maupun penilaian RRP
HlV-spesifik dapat berhasil dalam diagnosis prenatal infeksi
HiV dari sampel darah janin. Amniosentesis dan kordosentesis
telah dapat dilakukan secara berhasil pada wanita hamil sero-
positif-Hlv, namun cara dan waktu yang tepat untuk melaku-
kan prosedur invasif ini menjadi masalah karena kronologi Jantung
kebanyakan penularan HIV tidak pasti. Adajuga kekhawatiran Sindrom jantung kiri hipoplastik ''
Kongenital: ;
,' :', '

mengenai kemungkinan penttlaran terhadap janin sebagai aki- Didapat: Miokarditis


bat dari prosedur itu sendiri, khususnya kordosentesis. Metabolik ' :

PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN. Pengobatan dengan zi- Hipoglikemia


dovudin selama kehamilan efektif dalam menurunkan risiko Insufi siensi adrenal thiperpl aiia adrenal kongenital)
Asidosis organik
infeksi janin dari wanita hamil yang terinfeksi HIV pada
Gangguan siklus uieal
minggu ke 14-34 kehamilan yang belum mendapat obat ini ka- ,',
rena memiliki limfosit CD4 yang jumlahnya lebih dari 200
tgti'isitass4llsuot.
sel/mm3 tanpa gejala klinis AIDS. Ibu mendapat terapi zido- NeurotOgis,.,, tt't|'., ' :,..
Perdarahan intrakranial
vudin oral (100 mg lima kali sehari) selama sisa masa keha-
milan. Saat persalinan obat diberikan secara intravena; dosis Hematologis
awal 2 mg/kg diberikan selama I jam dan disertai dengan in- Purpura neonatus mendadak (ful minan)
Anemia berat
fus sebanyak 1 mgikg/jam hingga bersalin. Bayi baru lahir
Methemoglobinemia
mendapat terapi antivirus selama 6 minggu (sirup zidovidun
Mdignansi (leukemia kongenital)
dosis 2 mg/kg setiap 6 jam), mulai pada 8-12 jam pascalahir.
Hal ini mengakibatkan penurunan risiko relatif sebesar 6'7 ,5Vo.
PROGNOSIS. Pada tahun 1993, umur median diagnosis
AIDS semua bayi yang terinfeksi HIV adalah 12 bulan,
mes-kipun banyak anak pertamakali menunjukkan gejala pada lahir. Ada sedikit kesepakatan pada penggunaan istilah secara
akhir masa kanak-kanak. tepat, yaitu, apakah harus dibatasi berdasarkan pada infeksi
bakteri, biakan darah positif, atau keparahan sakit. Kini, ada
Brandt CD, Rakusan TA, Sison A, et al: Human imnrunodeficiency virus in- pembahasan yang cukup banyak mengenai definisi sepsis
f'ection in infants during the first 2 months o1' life. Arch Pediatr Adolesc yang tepat dalam kepustakaan perawatan kritis. Hal ini meru-
Med 148:250, 1994. pakan akibat dari ledakan intbrmasi mengenai patogenesis
Centers for Disease Control: Zidovudine lbr the prevention of HIV transmis-
sepsis dan ketersediaannya zat baru untuk terapi potensial,
sion from mother to infant. MMWR Morb Mortal Wkly Rep 43:285,1994.
Lewis SH, Reynolds-Kohler C, Fox HE, et al: HIV-l in trophoblastic and vil- misalnya, antibodi monoklonal terhadap endotoksin dan faktor
lous Hofbauer cells, and haematological precursors in eight-week t'etuses. nekrosis tumor (TNF), yang dapat mengobati sepsis yang me-
Lrncet 335:565. 1990. matikan pada binatang percobaan. Untuk mengevaluasi dan
Pizzo PA, Wilfert CM: Pediatric AIDS, 2nd ed. Baltimore, Williams & Wilk-
memanfaatkan cara terapi baru ini secara tepat, "sepsis" me-
ins,1994.
merlukan definisi yang lebih tepat. Pada orang dewasa, istilah
sindrom respons radang sistemik (SIRS) digunakan untuk
menggambarkan sindrom klinis yang ditandai oleh 2 atau le-
bih hal berikut ini: (1) demam atau hipotermia, (2) takikardia,
I Ba.n 98 (3) takipnea, dan (4) kelainan sel darah putih (leukosit) atau
peningkatan frekuensi bentuk-bentuk imatur. SIRS dapat me-
rupakan akibat dari trauma, syok hemoragik, atau sebab-sebab
Sepsis dan Meningitis Neonatus iskhemia lain, pankreatitis atau jejas imunologis. Bila hal ini
merupakan akibat dari infeksi, keadaan ini disebut sepsis.
Samuel P. Gotoff Kriteria ini belum ditegakkan pada bayi dan anak-anak, dan ti-
dak mungkin dapat.diterapkan pada bayi baru lahir. MeskipLrn
demikian, konsep sepsis sebagai sindrom yang disebabkan
oleh akibat infeksi metabolik dan herlrodinamik terasa masuk
98.1 Sepsis
akal dan penting. Di masa mendatang, definisi sepsis pada
bayi baru lahir dan anak akan menjadi lebih tepat. Saat ini,
Sepsis neonatus, sepsis neonatorum dan septikemia neo-
kriteria sepsis neonatorum harus mencakup adanya infeksi
natus merupakan istilah yang telah digunakan untuk meng-
pada bayi baru lahir yang menderita penyakit sisternik serir-rs
gambarkan respons sistemik terhadap infeksi pada bayi baru
654 BAGIAN Xil a lnfeksi pada Bayi Baru Lahir

yang tidak ada penjelasan non-infeksi dan patofisiologis ab- Semuanya ini mungkin mempr.rnyai penjelasan noninfeksi.
normalnya. Sakit sistemik serius pada bayi baru lahir (Tabel Bila banyak sistem terlibat atau bila tanda-tanda kardiorespi-
98-1) dapat disebabkan oleh asfiksia perinatal, penyaktt salur- rasi menunjukkan sakit berat, maka sepsis harus dipikirkan.
an pernafasan, penyakit jantung, metabolik, neurologis, atau Sepsis dapat ditandai oleh tanda-tanda yang terdapat pada Ta-
hematologis. Sepsis me4empati bagian kecil dari semua in- bel 95-1. Tanda awal mungkin terbatas pada hanya satu
feksi neonatus. Bakteri dan Candida merupakan agen etiologi sistem, seperti apnea, takipnea dengan retraksi, atau takikar-
yang paling sering, namun virus dan kadang-kadang protozoa, dia, namlln pemeriksaan laboratorium dan klinis secara
dapat juga menyebabkan sepsis. Biakan darah mungkin nega- menyeluruh biasanya akan mengungkapkan kelainan lainnya
tif, menambah kesulitan dalam menegakkan infeksi secara eti- (lihat Tabel 95-2). Bayi yang tersangka sepsis seharusnya
ologi. Akhirnya, infeksi dengan atau tanpa sepsis dapat diperiksa untuk mengetahui penyakit sistem multiorgan. Asi-
muncul secara bersamaan dengan penyakit non-infeksius pada dosis metabolik sering terjadi. Hipoksemia dan retensi karbon-
bayi baru lahir, anak, atau orang dewasa. dioksida dapat dikaitkan dengan sindrom distres pernapasan
EPIDEMIOLOG|. Insidens sepsis neonatorum beragam me- kongenital dan dewasa (RDS) atau pneumonia.
nurut definisinya, dari 1-411000 kelahiran hidup di negara Banyak bayi baru lahir yang terinfeksi tidak memiliki ke-
maju dengan fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan tempat lainan fisiologi sistemik yang serius. Banyak bayi dengan
geografis. Keragaman insidens dari rumah sakit ke rumah prleumonia dan bayi dengan NEC stadium II (lihat Bab 88-2)
sakit lainnya dapat dihubungkan dengan angka prematuritas, tidak menderita sepsis. Sebaliknya, NEC stadium III biasanya
perawatan prenatal, pelaksanaan persalinan, dan kondisi ling- disertai oleh gejala sistemik sepsis, dan infeksi saluran
kungan di ruang perawatan. Angka sepsis neonatorum me- kencing (UTI) akibat uropati obstrLrktif, dapat mempunyai ke-
ningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir lainan hematologis dan hepatis yang serupa dengan sepsis.
rendah dan bila ada faktor risiko ibu (obstetrik) atau tanda- Setiap bayi harus dievah,rasi kembali sepanjang waktu untr.rk
tanda korioamnionitis, seperti ketuban pecah lama (> 18 jam), menentukan apakah perubahan fisiologis akibat infeksi telah
demam intrapaftum ibu (> 37,5"), leukositosis ibu (> 18.000), mencapai tingkat sedang hingga berat yang konsisten dengan
pelunakan uterus dan takikardia janin (> 180 kali/menit). sepsi s.
Faktor risiko host meliputi jenis kelamin laki-laki, cacat Manifestasi akhir sepsis meliputi tanda-tanda edema sere-
imun didapat atau kongenital, galaktosemia (Escherichia coli), bral dan/atau trornbosis, gagal napas sebagai akibat sindrom
pemberian besi intramuskuler (E coli), anomali kongenital distres respirasi didapat (ARDS), hipertensi pulmonal, gagal
(saluran kencing, asplenia, myelomeningokel, saluran sinus), jantung, gagal ginjal, penyakit hepatoseluler dengan hiperbili-
omfalitis dan kembar (terutama kembar kedua dari janin yang rubinemia dan peningkatan enzim, waktu protrombin Qtro-
terinfeksi). Prematuritas merupakan faktor risiko baik pada thrombin time IPTD dan waktu tromboplastin parsial (partial
sepsis mulai-awal maupun mulai-akhir. thromboplastin time IPTTI) yang memanjang, syok septik,
ET|0LOG|. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa (arang) da- perdarahan adrenal disertai insufisiensi adrenal, kegagalan
-pat menyebabkan sepsis pada neonatus (lihat Tabel 98-1). Pe- sumsum tulang (trombositopenia, netropenia, anemia), dan
nyebab yang paling sering dari sepsis mulai-awal adalah strep- koagulasi intravaskular diseminata (diseminated intravascular
tokokus group B (SGB) dan bakteri enterik yang didapat dari coagulation tDICI).
saluran kelamin ibu. Sepsis. mulai-akhir dapat disebabkan oleh DIAGNOSIS. Adanya infeksi merupakan kriteria diagnosis
SGB, virus herpes simpleks (HSV), enterovirus dan E.coliKl . pertama yang harus ditemukan (lihat Bagian XII, Seksi 1).
Pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah, Candida Adalah penting untuk diciitat bahwa bayi dengan sepsis bak-
dan stafilokokus koagulase-negatif (CONS), merupakan pa- teri dapat memiliki biakan darah negaiif, sehingga pendekatan
togen yang paling umum pada sepsis mulai-akhir. lain untuk identifikasi harus diambil (lihat Tabel 95-2). Uji un-
PATOGENESIS. Walaupun jarang terjadi, penghirupan cair- tuk menunjukkan respons radang meliputi laju endap darah,
an amnion yang terinfeksi dapat menyebabkan pneumonia dan protein C-reaktif, haptoglobin, fibrinogen, pewarna tetra-
sepsis dalam rahim, ditandai dengan distres janin atau asfiksia zolium nitroblue, dan fbsfatase alkali leukosit. Pada umumnya,
neonatus. Pemaparan terhadap patogen saat persalinan dan da- uji ini memiliki sensitivitas yang terbatas dan tidak membantu.
lam ruang perawatan atau di rnasyarakat meiupakan mekanis- Hanya angka hitung darah lengkap serta hitung jenis dan rasio
me inleksi setelah lahir. neutrofil imatur terhadap neutrofil total yang dapat memberi-
Manifestasi fisiologis respons terdadap peradangan diten- kan informasi prediktif segera dibandingkan dengan standar
gahi oleh berbagai sitokin proradang, terutama TNF, inter- umur. Neutropenia lebih sering terjadi daripada neutrofilia
leukin-1 ([-1), dan IL-6 dan oleh hasil samping aktivasi pada sepsis neonatorum berat, namun neutropenia ini dapat
sistem komplemen dan koagulasi (lihat Bab 168). Walaupun juga terjadi berkaitan dengan hipertensi ibu, sensitisasi neona-
penelitian pada bayi baru lahir terbatas, namun nampak bahwa tus, perdarahan periventrikular, kej ang-kejang, pembedahan,
produksi beberapa sitokin dapat menurun, yang konsisten de- dan mungkin hemolisis. Bila rasio neutrofil imatur dibanding
ngan terganggunya respons radang. Namun peningkatan kadar neutrofil total 0,16 atau lebih besar, hal ini menunjukkan
IL-6, TNF, dan faktor pengaktif trombosit telah dilaporkan adanya infeksi bakteri.
pada bayi baru lahir yang menderita sepsis neonatorum dan Kriteria besarnya perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
enterokolitis nekrotikans (NEC)."IL-6 nampaknya merupakan dengan sepsis kini belum ditentukan, namun harus sesuai de-
sitokin yang paling sering meningkat pada sepsis neonatorum. ngan pengaruh sistemik mediator endogen pada satu atau lebih
MANIFESTASI KLlNlS. Pada bayi baru lahir, infeksi harus sistem organ. Misalnya, pengaruh sepsis pneumonia pada
dipertimbangkan pada diagnosis banding tanda-tanda fisik. fungsi respirasi harus melampui kerusakan lokal pada paru-
98 I Sepsis dan Meningitis Neonatus 655

paru. Dengan demikian, untuk menentukan sepsis harus dila- Dobson SRM, Baker CJ: Enterococcal sepsis in neonates: Features by age at
kukan pemeriksaan laboratorium seperti yang ditunjukkan onset and occurrence of focal inf'ection. pediatrics g5:165, 1990.
Evans ME, Schaffner W, Federspiel CF, et al: Sensitivity, specificity, ancl pre-
pada Tabel 95-2.
dictive value of body surlace cultures in a neonatal intensive care unit.
PENGOBATAN. Pengobatan sepsis neonarorum dapar dibagi JAMA 259:248, 1988.
menjadi terapi antimikrobia pada patogen yang dicurigai atau Friesen CA, Cho CT: Characteristic features of neonatal sepsis due to Haemo_
yang telah diketahui (lihat Tabel 95-3) dan perawaran pendu- philus influenz.ae. Rev Int'ect Dis 8:777, 1986.
Harris MC, Costarino AT, Sullivan JS. et al: Cytokine elevations in critically
kung. Cairan, elektrolit, dan glukosa harus dipantau dengan te-
ill infants with sepsis and necrotizing enterocolitis, J pediatr 124:105,1994.
liti, disertai dengan perbaikan hipovolemia, hiponatremia, Kite P, Millar MR, Gorham P, et al: Comparison of five tests used in diagno_
hipokalsemia, dan hipoglikemia serta pembatasan cairan jika sis of neonatal bacteraemia. Arch Dis Child 63:639, 1988.
sekresi hormon antidiuretik tidak memadai. Syok, hipoksia, Vesikari T, Janas M, Gronroos P, et al: Neonatal septicaemia. Aich Dis Child
60:542, 1985.
dan asidosis metabolik harus dideteksi dan dikelola dengan
pemberian agen inotropik, resusitasi cairan, dan ventilasi me-
kanik. Oksigenasi jaringan yang cukup harus dipertahankan
karena dukungan ventilasi seringkali diperlukan untuk gagal
napas yang disebabkan oleh pneumonia kongenital, sirkulasi
98.2 Meningitis Neonatus
janin menetap, atau RDS dewasa (syok paru-paru). Hipoksia
Meningitis pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh bak-
refrakter dan syok memerlukan oksigenasi membran ekstra-
korporeal, yang telah menurunkan angka mortalitas pada bayi
teri, virus, jamur, atau protozoa. Insidens berkisar antara
0,2-0,411000 kelahiran hidup dan lebih tinggi pada bayi pre-
cukup bulan dengan syok sepsis dan sirkulasi janin persisten.
term. Meningitis dapat dikaitkan dengan sepsis atau muncul
Hiperbilirubinemia harus dipantau dan ditangani dengan tran-
sebagai infeksi lokal. Kini meningitis terjadi pada kurang dari
fusi tukar karena risiko kern ikterik meningkat oleh adanya
20Vo bayi baru lahir dengan infeksi bakteri invansif mulai-
sepsis dan meningitis. Nutrisi parenteral harus dipertimbang-
awal.
kan pada bayi yang tidak dapat makan seiara enteral.
ETIOLOGI. Penyebab paling umum meningitis neonatus
DIC dapat menyertai septikemia neonatus, Angka trombo-
sit, hemoglobin, PT, PTT, dan produk-produk pecahan fibrin
adalah SGB, E. coli Kl, dan Listeria. Streptokokus lain, Hae-
mophilu,s inJluenzae yang tidak dapat digolongkan, stafilo-
harus dipantau. DIC dapat diatasi dengan penatalaksanaan sep-
kokus koagulase-positif maupun koagulase-negatif, Kteb-
sis primer, namun jika pendarahan terjadi, berikan plasma
s iella, Enterobacte r, P s e udomonas, Trep onema p alliclum, dan
beku segar, transfusi trombosit, atau darah lengkap.
Myco-bacterium tuberculosls dapat juga menyebabkan menin-
Karena penurunan jumlah neutrofil dihubungkan dengan
gitis. Citrobacter diversus mdrupakan penyebab abses otak
prognosis yang buruk, telah dilakukan sejumlah percobaan
yang penting. Patogen lainnya meliputi Mycoplasma hominis,
klinis terapi penggantian polimorfonuklear, dengan hasil yang
Urea-plasma urealyticum, Candida albicans, dan jamur lain-
bervariasi. Sepsis yang tidak responsif terhadap anribiotik de-
nya, Toxoplasma gondii, dan virus (enteovirus, HSV tipe 2 le-
ngan neutropenia menetap dapat merupakan indikasi untuk
bih sering dari tipe l, rubela, sitomegalovirus [CMV], virus
transfusi granulosit. Penggunaan faktor perangsang koloni
imunodefisiensi manusia (human immunodeficiency virus
granulosit-makrofag (granulocyt-macrophage colony-stimu-
lating factor [GM-CSFI) sedang diteliti. Pengobatan menggu- tHrvl).
PATOLOGI DAN PATOGENESIS. Kebanyakan kasus meni-
nakan imunoglobulin intravena (IVIG) yang mengandung an-
ngitis akibat dari penyebaran hematogen. Dapat juga. walau-
tibodi spesifik kini sedang diteliti secara klinis. Kini, transfusi
pun tidak sering, meningitis akibat dari penyebaran ke daerah
granulosit, faktor perangsang koloni grinulosit (granulocyte
sekitar pada kontaminasi defek neural tube, salaran sinus kon-
colony-stimulating factor [G-CSF]), dan IVIG merupakan
genital, atau luka tembus waktr-r pengambilan sampel kulit ke-
terapi eksperimental yang nilainya belum jelas.
pala janin atau monitor elektrokardiografi bagian dalam janin.
Penting untuk mengingat bahwa agen non-bakteri yang in-
Radang otak dan infark septik sering terjadi pada meningi-
feksius dapat menyebabkan sindrom sepsis neonatorum. In-
tis bakteri. Pembentukan abses, ventrikulitis, hidrosefalus, dan
feksi herpes simpleks memerlukan penanganan spesifik (Bab
efusi subdural terjadi lebih sering pada bayi baru lahir dari-
97.2), seperti pada infeksi Candida sistemik (Bab 98.6 dan
pada pada anak yang lebih tua.
229). Agen tersebut harus diperlimbangkan pada semua pen-
MANIFESTASI KLlNlS. Tanda-tanda dan gejala-gejala awal
derita yang memiliki hasil biakan negatif namun kondisinya
mungkin tidak dapat dibedakan dari penyakit infeksi dan
terus memburuk meskipun telah diberikan perawatan pendu-
non-infeksi lainya pada bayi baru lahir. Tanda-tanda neurolo-
kung dan penggunaan antibiotik berspektrum luas.
gis mungkin ada atau tidak. Manifestasi neurologis meliputi
lesu (50-907o); fontanela yang cembung atau penuh (20-30ok);
Bennett R, Bergdahl S, Erikson M, et al: The outcome of neonatal septicemia kaku kuduk (10-20Vo); dan, yang jarang pada saat awal, ada-
during fifteen years. Acta Paediatr Scand 78:40, i989. nya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
Bone RC, Balk RA, Cerra FB, et al: Definitions for sepsis and organ failure
DIAGNOSIS. Diagnosis dipastikan dengan pemeriksaan
and guidelines for the use of innovative therapies in sepsis. Chest 101:1644,
1992. cairan serebrospinal (CSS) dan identifikasi bakteri, virus, arau
Buck C, Bundschu J, Gallati H, et al: Interleukin-6: A sensitive parameter fbr jamur dengan biakan atau deteksi antigen. Biakan darah dan
the early diagnosis of neonatal bacterial infection. Pediatt'ics 93:54,1994. penghitungan darah lengkap merupakan bagian dari evaluasi
Cairo MS, Worcester CC, Rucker RW, et al: Randomized trial of granulocyte
awal, karena 10-857o neonatus dengan meningitis memiliki
transfusions versus intravenous immune globulin therapy for neonatal neu-
tropenia and sepsis. J Pediatr 120:281,1992. biakan darah positif. Insidens biakan darah positif, tertinggi
pada sepsis awal dan meningitis (lihat Tabel 94-2).
656 BAGIAN ru a Inbksi pada Bayi Baru Lahir

Pungsi lumbal dapat ditunda pada bayi yang sakit berat negatif mungkin terus tumbuh dari sampel CSS ulangan sela-
jika hal ini akan mengganggu pernapasan. Pada situasi ini, ma 72-96 jam setelah terapi meskipun penggunaan antibiotik
biakan darah dan deteksi antigen harus dilakukan dan pengo- telah tepat. Pengobatan meningitis gram-negatif harus dilan-
batan dimulai pada dugaan meningitis, hingga punksi lumbal jutkan selama 21 hari atau paling tidak 14 hari setelah ber-
dapat dilakukan dengan aman. sihnya CSS dari kuman, yang lebih lama. Meningitis infeksi
Neonatus normal yang tidak terinfeksi seringkali memiliki karena Pseudomonas aeruginosa harus diobati dengan sef-
kenaikan kadar protein CSS (cukup bulan 98 mg/dl [kisaran tazidim. Metrronidazol merupakan pengobatan pilihan infeksi
20-1701, preterm 115 mgidl kisaran 65-150), glukosa reduksi yang disebabkan oleh B. fragilis. Pemberian antibiotik yang
(cukup bulan 52 mg/dl [kisaran 34-119], preterm 50 mg/dl lama, dengan atau tanpa drainase jarum untuk pengobatan dan
[kisaran 24-63D, rasio glukosa reduksi dalam CSS dan dalam diagnosis, diindikasikan pada abses serebral neonatus. CT
darah (5IVo cukup bulan, 75Eo preterm), dan kenaikan angka scan diindikasikan bagi penderita yang dicurigai menderita
leukosit CSS (cukup bulan 7/pL [kisaran 0-32], preterm 8/pL ventrikulitis, hidrosefalus. atau abses serebral (untuk penilaian
[kisaran 0-29]) dengan neutrofil 5'7-6lVo. Lagipula, bayi pre- awal dan pemantauan) dan bagi mereka yang mengalami kom-
term dapat mengalami kenaikan kadar protein CSS dan leu- plikasi yang tidak diharapkan (koma yang berkepanjangan,
kosit serta hipoglikorakhia setelah perdarahan intraventrikular. defisit nerologis setempat, demam terus-menerus atau beru-
Banyak infeksi kongenital nonpiogen juga dapat menyebab- lang). Meningoensefalitis herpes neonatus harus diobati de-
-kan perubahan yang tidak bergejala protein CSS dan leukosit ngan asi-klovir. Meskipun tidak ada penelitian yang pasti,
(toksoplasma, CMV, sifilis, HIV). beberapa kli-nisi menggunakan IVIG untuk mengobati menin-
Pewarnaan Gram CSS positif pada sebanyak 857o penderi- goensefalitis enterovirus. Pengobatan meningitis karena kan-
ta meningitis karena SGB dan 6IVo pada mereka yang mende- dida dibahas padaBab 229.
rita meningitis gram-negatif. Jumlah leukosit seringkali me- Perawatan pendukung meliputi penatalaksanaan sepsis,
ningkat dengan didominasi oleh neutrofil (> 70-90%); yang le- jika ada; anti konvulsan untuk kejang-kejang; dan penanganan
bih dari 1.000 pada penderita meningitis gram-negatif, namun edema serebral, sekresi hormon antidiuretik yang tidak mema-
dapat kurang dari 100 pada yang disebabkan oleh SGB. Mi- dai, dan hidrosefalus. Meskipun pemantauan kadar obat gen-
kroorganisme ditemukan dari kebanyakan penderita yang be- tamsin dan vankomisin kini direkomendasikan, pedoman ini
lum pernah diobati dengan antibiotika sebelumnya. Bakteri masih dapat dimodifikasi.
telah diisolasi dari CSS yang tidak memiliki jumlah sel abnor-
mal (< 25) atau kadar proten abnormal (< 200 mg/dl). Hal ini
Bell WE, McGuinnes GA: Suppurative central nervous system infections in
lebih khas pada meningitis SGB namun penting juga untuk
the neonate. Semin Perinatol 6:1,1982.
melakukan biakan dan pewarnaan Gram pada semua contoh Feldstein TJ, Uden DL, Larson TA: Cefotaxime for treatment of gram-
CSS. Meningitis biakan-negatif akan memberi kesan telah negative bacterial meningitis in infants and children. Pediatr Infect Dis J
mendapat pengobatan sebelumnya dengan antibiotika, infeksi 6:4'11,1987.
Gandy G. Rennie J: Antibiotic treatment of suspected neonatal meningitis.
oleh M. hominis, U. urealyticum, atal Bacteroides fragilis, ab-
Arch Dis Child 65: I, 1990.
ses otak, infeksi karena enterovirus, atau HSV. Klein JO, Feigin RD, McCracken GH: Report of the task force on diagnosis
Ultrasonografi kepala atau sken tomografi terkomputasi and management of meningitis. Pediatrics 78:958, 1986.
(CT scan) dengan peningkatan kontras dapat mambantu men- Kline MW, Mason EO, Kaplan SL: Characterization ol Citrobacter diversus
strains causing neonatal meningitis. J Inf'ect Dis 157:101, 1988
diagnosis ventrikulitis dan abses otak. Meningitis HSV pada
Renier D, Flandin C, Hirsch E, et al: Brain absceses in neonates. J Neurosurg
neonatus dapat dikonfirmasi dengan melakukan isolasi virus 69:877,1988.
dari CSS atau tempat lain (kulit, mata, mulut) atau dengan an- Sarff LD, Platt LH, McCracken GH: Cerebrospinal fluid evaluation in neo-
tigen HSV atau deteksi DNA. nates: Comparison of high risk infants with and without meningitis. J Pedi-
atr 88:473,1976.
PENGOBATAN..(lihat Tabel 95-3). Terapi antimikroba du-
Unhanand M, Mustafa MM, McCracken GH, et al: Gram-negative enteric ba-
gaan pada meningitis bakteri harus terdiri dari ampisilin dan cillary meningitis: A twenty-one-year experience. J Pediatr 122:15,1993.
sefotaksim atau ampisilin dan gentamisin, kecuali kalau ke- Waltes KB, Crouse DT, Nelson KG, et al: Chronic Ureaplasma urealyticum
mungkinannya stafilokokus, yang merupakan indikasi untuk and Mycoplasma hominis infections of central nervous system in preterm
infants. Lancet l:17, 1988.
vankomisin. Uji kerentanan organisme enterik gram-negatif
penting karena telah terjadi resistensi terhadap sefalosporin
dan aminoglikosida. Kebanyakan aminogloikosida yang
diberikan lewat rute parenteral tidak cukup mencapai kadar 98.3 Streptokokus Grup B (SGB)
yang tinggi pada CSS tulang belakang atau ventrikel untuk
menghambat pertumbuhan basil gram-negatif. Meskipun pem- SGB merupakan penyebab utama infeksi sistemik dan se-
berian aminoglikosida intraventrikular telah diusulkan sebagai tempat yang berat pada bayi.baru lahir. Sejak kemunculannya
terapi bagi meningitis bakteri gram-negatif dan ventrikulitis, sebagai patogen dominan pada tahun 1970, riset luas telah
banyak pakar merekomendasikan kombinasi ampisilin dan se- memberikan informasi mengenai epidemiologi, imunitas, dan
falosporin generasi ketiga bagi pengobatan meningitis gram- pencegahannya, serta mengakibatkan penurunan insidens dan
negatif neonatus. Sefalosporin tidak boleh digunakan sebagai angka mortalitas.
mono-terapi empiris karena Listeria monocytogenes resisten ETl0LOGl. Streptococcus agalactiae merupakan spesies
terhadap semua sefalosporin. streptokokus yang termasuk grup B Lancefield. Bersifat fakul-
Meningitis dari SGB biasanya berespons dalam waktu 24- tatif, diplokokus gram-negatif berkapsul yang menghasilkan
48 jam dan harus diobati selama 14-27 hafi. Basil gram- zona sempit hemolisis-B pada agar darah. Strain lain kadang-
98 I Sepsis dan Meningitis Neonatus 657

kadang non-hemolitik. Kebanyakan strain resisten terhadap Penyakit SGB mulai-awal terjadi dalam usia 5 hari per-
basitrasin dan menunjukkan uji CAMP positif. Strain SGB di- tama. Insidensnya berkisar antara 0,1 - 3,111.000 kelahiran
klasifikasi secara serologis berdasarkan adanya kapsul polisa- hidup atau 0,5 - 2Vo bayi yang dilahirkan oleh ibu yang ter-
karida dan antigen protein, meliputi tipe Ia, Ib, Ialc, II, [I, dan kolonisasi. Dengan meningkatnya penggunaan obat-obat ke-
IV. Ada juga tipe V sementara. Penyakit yang mulai-awal moprofilaksis pada ibu, angka ini menurun. Banyak bay,
mungkin disebabkan oleh semua serotipe, sedangkan penyakit (50Vo) dengan SGB mulai-awal yang bergejala pada saat lahir,
yang mulai-akhir disebabkan oleh tipe III pada90Vo kasus (li- menunjukkan infeksi intrauterin. Angka serangan tertinggi pe-
hat Tabel 94-2). Tipe IV dan V serta strain yang tidak dapat nyakit SGB mulai-awal terjadi pada bayi dengan berht badan
digolongkan jarang dikaitkan dengan penyakit neonatus. SGB lahir sangat rendah, insidensnya lebih dari 8/1.000 pada bayi
menghasilkan substasi ekstraseluler, yang meliputi hemolisin, dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 g dan kurang dari
laktor CAMP, hipurikase, nuklease, protease, neuraminidase, 1/1.000 pada bayi yang berat badannya lebih dari 2.500 g. Na-
dan asam lipoteikoat. Dua faktor terakhir ini dapat dikaitkan mun, bayi cukup bulan mencakup sekitar 50% kasus. Angka
dengan kenaikan virulensi SGB patogen. infeksi neonatus juga dipengaruhi oleh robekan membran am-
EPIDEMIOLOGI. Organisme ini biasa terdapat pada saluran nion yang lama, persalinan lama, dan yang paling penting oleh
genitourinaria dan saluran cerna ibu serta membentuk koioni ibu dengan endometritis-korioamnionitis (demam, perlunakan
pada sekitar 20Vo (kisaran 4-40Vo) wanita hamil. Angka pene- uterus, leukositosis). Penyakit SGB mulai-lambat yang terjadi
muan tertinggi bagi SGB dilaporkan dari penelitian yang setelah umur I minggu pertama dan disebabkan baik oleh se-
menggunakan media selektif, sisi sampel multipel, dan rang- rotipe yang didapat dari ibu ataupun bukan-ibu (karyawan ru-
kaian sampel selama waktu selanjutnya. Wanita hamil biasa- ang perawatan, masyarakat), tidak terkait dengan faktor risiko
nya tidak menunjukkan gejala namun dapat menderita infeksi obstetrik, mempunyai insidens 0,5 - 1,8/1000 kelahiran hidup,
saluran kencing (urinary tract infection [UTI]), korioamnio- dapat da-pat terlihat selambat-lambatnya umur 7 bulan.
nitis, atau endometritis. Bayi yang lahir dari wanita yang Angka penyakit SGB mulai-awal dan akhir juga dihubung-
mempunyai koloni bakteri yang banyak lebih mungkin tertu- kan dengan derajat kolonisasi saat lahir. Bayi yang terkolo-
lar. Dari keseluruhannya, kolonisasi yang terjadi saat lahir ter- nisasi berat memilikt 12 x kemungkinan menderita penyakit
catat pada 40-10Vo bayi yang dilahirkan dari ibu yang dengan mulai-awal daripada bayi yang terkolonisasi ringan.
terkolonisasi. Sekitar 6Vo bayi yang dilahirkan dari ibu dengan Angka fatalitas kasus pada penyakit mulai-awal dan akhir te-
biakan-negatif, akan terkolonisasi oleh SGB dari sumber lain. lah turun dibawah2}Vo.
Angka kolonisasi dipengaruhi oleh faktor-faktor ibu, seperti PATOLOG|. Kemarian inrraurerin dapat terjadi pada seriap
status sosio ekonomi yang rendah, status remaja, dan aktivitas saat selama kehamilan. Pada infeksi intrauterin dan yang
seksual; pemilihan media (media selektif lebih baik daripada mulai-awal, radang paru-paru ditandai oleh eksudat neutrofil
non-selektif, media kaldu lebih baik daripada agar); dan jum- interstisial dan/atau alveoler, kongesti vaskular, edema, dan
lah serta bagian tubuh tempat pengambilan sampel dari ibu berbagai tingkat perdarahan paru-paru. Bayi prematur dan
(serviks, vagina, urin, rektum), bayi baru lahir (saluran telinga yang cukup bulan yang meninggal karena sepsis-mulai-awal
luar > lubang hidung, umbilikus, anorektum), atau neonatus seringkali mengidap penyakit membran hialin. Hal ini terjadi
usia 48 jam (tenggorokan, anorektum, umbilikus). Kolonisasi karena defisiensi surfaktan pada bayi prematur dan ARDS
ibu dapat bersifat kronis. transien, atau intermiten. Wanita pada bayi cukup bulan, dan barangkalijuga pada premarur.
yang terkoloniSasi pada trimester kedua mungkin menjadi ne- Respon radang pada penyakit mulai-awal bervariasi, seba-
gatif pada saat cukup bulan (30Vo), dan wanita dengan hasil gian karena lamanya sakit dan kemampuannya bayi untuk me-
negatif pada trimester kedua mungkin menjadi terkolonisasi ngatasi respons radang. Pada meningitis mulai-awal, keba-
pada saat cukup bulan (87o). Kesesuaian biakan saat prenatal nyakan bayi memiliki sedikit tanda radang. Terdapat bakteri
dan persalinan dikaitkan dengan interval antara biakan prena- dalam jumlah menyolok, dan ada trombosis, perdarahan, dan
.Hampir
tal dan persalinan. 50% mitra seksual wanita yang radang perivaskular. Leukomalasia periventrikular dapat dite-
mempunyai koloni pada alat kelaminnya memiliki biakan posi- mui pada bayi yang bertahan hidup akibat syok sepsis SGB.
tif untuk SGB, yang merupakan buki adanya penularan seksual. Meskipun sepsis mulai-akhir dapat terjadi dengan cepat.
SGB didapat oleh bayi baru lahir setelah penularan verti- dengan gambaran patologis serupa dengan penyakit mulai-
kal, misalnya infeksi asenden melalui robekan membran am- awal, respons radang biasanya serupa dengan gambaran pada
nion atau kontaminasi setelah melewati saluran lahir yang bayi yang lebih tua yang meninggal akibat infeksi piogenik.
terkolonisasi. Infeksi juga terjadi walaupun tidak ada robekan Adanya respons radang yang berat, dan pembentukan abses
membran" Serotipe identik dapat ditemukan pada ibu dan bayi merupakan hal yang umum.
baru lahir. Angka penularan vertikal sekitar 50Vo dan ber- PATOGENESIS. (lihat Bab 98.1 dan 175). Penyakit SGB
variasi menurut jumlah inokulum. Namun, wanita yang ter- mulai-awal dikaitkan dengan mekanisme perlawanan hospes
kolonisasi ringan juga dapat melahirkan bayi terinfeksi. Ada imatur pada bayi berat badan lahir rendah dan pada pemaparan
korelasi langsung antara lamanya robekan membran dan in- terhadap tempat-tempat saluran genitourinaria ibu yang terko-
sidens infeksi SGB yang mulai=awal. Neonatus dapat juga ter- lonisasi berat (penularan vertikal berjalan secara asenden me-
tular SGB secara horizontal di dalam ruang perawatan atau lalui robekan membran amnion). SGB dapat menyebabkan ra-
dari orang dewasa lain selain dari ibunya. Penyebaran dari dang lokal pada membran yang utuh, selanjutnya mengakibat-
bayi ke bayi dan orang dewasa ke bayi menghasilkan kolo- kan kelemahan dan robekan membran cairan amnion, dengan
nisasi, penyakit SGB mulai-lambat, dan, walaupun jarang, epi- demikian persalinan prematur dimulai. Angka serangan adalah
demi SGB dalam ruang perawatan. 0,7/l .000 dengan robekan membran terjadi kurang dari 19 jam
658 BAGIAN Xll I lnfeksi pada Bayi Baru Lahir

dan lE,3/1.000 dengan robekan yang terjadi pada 30 jam atau tap atau ARDS dapat berkembang. Sepsis tanpa lokalisasi ter-
lebih. Infeksi janin dapat juga berkembang melalui membran dapat pada 0-40Vo bayi. Apnea atau hipotensi, dapat merupa-
yang utuh. Cairan amnion mengandung antibodi SGB yang kan tanda-tanda awalnya.
spesifik terhadap tipe tertentu dalam kadar rendah, komple- Meningitis terjadi pada kurang dari l}Vo bayi dengan in-
men, sel fagosit, dan komponen pertahanan nonspesifik lain, feksi mulai-awal. Proses yang melibatkan selaput otak dapat
serta merupakan medium biakan SGB yang baik. Jarang ter- menimbulkan kejang-kejang, lesu, koma, dan ubun-ubun yang
jadi, aspirasi janin dari cairan amnion yang terinfeksi dapat mencembung, namun meningitis dapat juga terjadi tanpa tan-
menyebabkan infeksi janin dan selanjutnya pneumonia neo- da-tanda keterlibatan selaput otak. Penderita-penderita ini ti-
natus, bakteremia, dan syok sepsis. dak dapat dikenali dengan penemuan klinis, karenanya, punksi
Cacat opsonofagosit yang terdapat pada fagosit neonatus lumbal diindikasikan pada setiap penderita dengan sepsis neo-
lebih lanjut mengganggu bayi yang terinfeksi SGB, yang dise- natorum mulai-awal atau mulai-lambat (lihat Bab 98.1).
babkan oleh defisiensi antibodi spesifik terhadap tipe tertentu Tanda-tada setempat yang tidak biasa pada infeksi SGB
yang berasal dari ibu. Kadar serum antibodi IgG yang lebih mulai-awal dicatat pada Tabel 98-2.
tinggi dari 1 sampai 2 1t"g/ml terhadap polisakarida kapsul SGB Infeksi SGB mula-lambat bermanifestasi sebagai meningi-
spesifik-tipe dikaitkan dengan opsonofagositosis efektif dan tis pada 60% penderita dan secara dominan oleh serotipe tipe
pembunuhan SGB serta perlindungan binatang percobaan dari III. Manifestasi tambahan meningitis SGB mulai-lambat fiuga
infeksi. Hanya l0-20%o wanita dewasa memiliki kadar antibodi tipe III) terdapar pada Tabel 98-2. Manifesrasi meningitis SGB
sebesar di atas. Pada bayi prematur, aliran antibodi melalui mulai-lambat tidak dapat dibedakan dari penyebab meningitis
plasenra terganggu. Pada minggu ke 28 dan 32 kehamilan, ka- neonatus lain (lihat Bab 98.2).
dar SGB anti kapsul adalah 33Vo dan 50Vo dari kadar ibu seca- DIAGNOSIS. Diagnosis banding infeksi SGB mulai-awal
ra berturut-turut. Meskipun bayi baru lahir dengan infeksi meliputi penyakit membran hialin; sindrom aspirasi cairan am-
SGB mulai-awal mengalami defisiensi antibodi spesifik terha- nion; sepsis dari infeksi asenden lain yang ditularkan secara
dap tipe tertentu, bayi lain yang dikolonisasi dengan kadar vertikal (E. coli, HSV); dan gangguan merabolik (hipoglike-
yang sama tetap baik. Dengan demikian, faktor-faktor lain mia, hiperamonemia), gangguan anatomi (penyakit jantung
yang menengahi virulensi dan mekanisme pertahanan hospes kongenital, hernia diafragmatika), atau keadaan-keadaan lain
juga mempengaruhi patogenesis. yang menimbulkan manifestasi sepsis. Kemungkinan infeksi
Penyakit SGB mulai-awal biasanya ditandai dengan pneu- meningkat dengan adanya faktor risiko dan kolonisasi pada
monia dan bakteremia yang dikomplikasi dengan hipertensi ibu jika tidak diobati selama persalinan. Diagnosis infeksi
pulmonal. Hal yang terakhir dapat dilemahkan oleh hambatan SGB dibuat di laboratorium.
sintesis trombokinase, memberi kesan peran aktivitas jalur LABORATORIUM. Diagnosis ditegakkan dengan melakukan
siklo-oksigenase paru-paru pada patogenesis hipertensi pul- isolasi dan identifikasi organisme dari tempat yang secara nor-
rnonal yang terkait SGB. Perkembangan hipertensi pulmonal mal steril (darah, kadang-kadang urin, cairan pleura, bahan ab-
pada bayi cukup bulan nampaknya terkait dengan ARDS. ses, aspirat selulitis, aspirat tulang dan sendi). Ditemukannya
Patofisiologi SGB mulai-lambat dapat dikaitkan dengan organisme gram-negatif yang berpasangan atau berbentuk ran-
kolonisasi awal, perubahan sawar mukosa oleh infeksi virus tai pada buffy coat atau cairan yang secara normal steril me-
saluran pernafasan sebelumnya, pengembangan sejumlah besar nunjukkan adanya infeksi, yang paling umum disebabkan oleh
polisakarida kapsul SGB tipe III, dan mungkin penurunan SGB. Kuman kokus gram-positif dalam lambung atau aspirat
jumlah antibodi ibu. Patofisiologi osteomielitis SGB mulai- trakea memberi kesan infeksi namun dapat juga menggambar-
lambat tidak khas dan dapat disebabkan karena bakteremia kan kolonisasi. Isolasi SGB dari kulit atau membran mukosa
asimto-matik mulai-awal, pemasukan ke dalam tulang yang menunjukkan kolonisasi dan bukan infeksi invasif.
mengalami trauma, serta satu tempat osteomielitis mulai- Deteksi antigen SGB dimungkinkan dengan aglutinasi par,
lambat selanjutnya. Bayi ini dapat menunjukkan gejala tikel lateks, namun uji ini lebih kurang sensitif dibandingkan
sistemik ringan. Adanya antibodi IgG yang spesifik terhadap dengan biakan dan paling berguna bila telah ada terapi anribio-
tipe tertentu pada SGB tipe III memberi kesan bahwa bayi tik sebelumnya pada ibu atau bayi, dan juga pada sepsis abak-
membentuk antibodi dan membatasi infeksi terhadap lokasi teremia. Sampel urin mungkin perlu diobati sebelumnya untuk
merafisis. Adanya antibodi IgM yang spesifik terhadap tipe menghilangkan antigen ABO yang bereaksi silang. Sampel
tertentu dapat menjelaskan insidens penyakit SGB yang terjadi urin yang dikumpulkan dengan kantong dapat memberikan ha-
hanya pada usia tertentu. sil yang positif-palsu pada neonatus sehat namun terkoloni-
MANIFESTASI KLlNlS. (lihat Bab 98.1). Spektrum infeksi sasi, akibat kontaminasi organisme SGB yang terdapat di peri-
mulai-awal berkisar dari bakterimia asimtomatik hingga syok neum atau rektum. Dengan demikian, hasil uji lateks urin posi-
sepsis. Penyakit mulai-awal dapat terjadi pada saat lahir, dan tif memberi kesan, namun tidak diagnostik terhadap infeksi
kebanyakan bayi menjadi sakit dalam umur 6 jam. Infeksi da- sistemik. Uji seharusnya tidak dilakukan pada bayi baru lahir
lam uterus dapat menyebabkan asfiksia janin. koma, atau syok. yang tidak menunjukkan gejala; jumlah antigen yang diperlu-
Gejala respirasi menonjol dan meliputi sianosis; apnea, takip- kan untuk uji positif dikaitkan dengan tanda-tanda infeksi. Uji
nea, mendengkur; flqring; napas cuping hidung; retraksi; dan deteksi antigen secara cepat telah digunakan untuk skrining
tanda-tanda rontgenografi yang terdiri dari gambaran retiku- wanita pada saat persalinan. Studi yang baru menunjukkan
logranular (50Vo), bercak infiltrat pneumonia (30Vo), dan yang bahwa hanya40Vo wanita yang terkolonisasi akan terdeteksi.
kurang umum, efusi pleura, edema paru, kardiomegali, dan co- CSS harus diuji pada semua penderita yang dicurigai me-
rakan vaskular paru tampak bertambah. Sirkulasi janin mene- ngalami meningitis atau sepsis. Penemuan lain dapat meliputi
98 I Sepsls dan Meningitis Neonatus 659

TABEL 98-2 Penyakit Fokal Tidak Biasa yang Disebabkan oleh Srreptokokus Grup Bx
Td*Far"t'' Wttr MUt i}.ahg ffinan Keteiriiigau
Abdomen
Abses adrenal t urlutruWul Sebelum hematoma adrenal
Hidrops kandung empedu ' ewal>lambai Nonspesifik
Hiperbiliru'bi nemi a teikon iugasi Nonspesifik
Otak i:,;'ir:,i, t-t'*.i.
, d$s,.r, -: r iii1
Lambat i Terkair meningitis
Eqpiernt$b r Lambauawal Terkait meningltis
Serebritis ,=.L.afiQ{!..,.,,,.:., Terkait meningiris
hariliovaskulai
Endokarditii Lambasawal I Bakteremia berulans
.,Se,riltard :,,,.,ir, Terkair pneumonia
Miok*dtrir
I
i iiiriii*t' af---: :ttj,l,I Syok kardiogenik
OkuH :
:=:Kola,lJllngri!i$..:,. : ul' l*Te
Oftsliiiitis,
Osteoartikuler
ri.i: ,1

.
rep hmt1tan"mulai'uat@t$ ..',t,'
Artritis Lamba>awal Bakteremia awal dengan mulai lambat
Osteomielitis Lambar
Daktilitis i, ,.lllill fi\iffi
: Bakteremia awal dengan mulai lambat
Tidiik umum
Saluran Pernapasan
Etmoiditis . Lamtat ,,'r Dengan atau ranpa selulitis orbita
otitis media l
Ldmba>awal
l::t::::.:::::':.?:
.l'.tt=:i:i\:: Dengan atau ranpa seluliLis fasial ipsilateral
Mastoiditis Lambat Terkait otitis media
Kelenjar ludah Lambat Parotitis supuratif
Supraglotitii ieiul itis retrofarings Lambat Bukan epigloiiris
Empiema pleura ::i:=ir.trl:i\
Awal>lambaf Terkait pneumonia
nqga*gara,gglrgl i$Flt an l$apfI,i...=]iiA#C{$lmu}lLi .l Distres pernat'asan mulai lambat
Kulit, Jaringan Lunak
Abses payudara fiiilili]=- ;; Tidak umum
Selulitis fasial, adeniris ' Lalnbabawal Fasial dan submandibular
Fasiitis LarlUar Jarang
Impetigo Awal Jarang
Purpura fulminan :Keduanya ,,Sy,oti seF.ti[; nipp,Lensi ,,, , .,'.',;
]. . . ,
Omfalitis Awal>lamnat
Awal>lambat

'Dinodtfikasi dari Buker CJ, Edwards MS: InJeLsi Streptokokus Grup B. Dalam: Remington JS, Klein JO Infectious Diseases of the Fetus and Newbom Infanr
1rd ed. Philadelphia. WB Saunders. 1990.

kenaikan jumlah leukosit bentuk batang, rasio leukosit imatur mortalitas SGB-bersama sirkulasi janin menetap telah menu-
dengan jumlah leukosit normal total yang meningkat (>0,20), run secara dramatis karena penggunaan oksigenasi membran
netropenia, trombositopenia, leukositosis, kenaikan kadar pro- ekstra-korporeal. Sekuele nerologis pasca meningitis tergo-
tern C-reaktif, dan pneumonia, atau osteomielitis pada ront- long berat pada20-30V0 kasus yang meliputi retardasi mental,
genogram. Namun, sebelum dilakukan isolasi SGB dari darah kuadriplegia, kejang berulang yang tidak terkontrol, disfungsi
atau CSS, tidak ada manifestasi klinis spesifik atau uji labora- hipotalamus, kebutaan korteks, hidrosefalus, tuli bilateral, dan
torium yang bernilai diagnostik untuk SGB dan tidak dapat hemiplegia. Sekuele perkembangan syaraf lainnya terdapat pa_
membedakan infeksi SGB dari infeksi yang disebabkan oleh da 15-25% penderita yang meliputi retardasi mental ringan,
pa(ogen lain. atrofi korteks ringan, gangguan kejang yang stabil, kelambatan
K0MPLIKASI. Angka mortalitas penyakit SGB mulai-awal perkembangan dalam menangkap dan mengekspresikan bicara
berkisar antara 10-20Vo; angka mortalitas tertinggi pada bayr ' dan bahasa, dan ketidakmampuan belajar lainnya.
dengan berat badan lahir sangat rendah dan pada mereka yang Sekuele infeksi setempar (artritis, osteomielitis) biasanya
dengan syok septik atau yang terlambar diberikan terapi anti- terlokalisasi dan tidak sepenting seperti yang dikaitkan oleh
mikroba. Karena kesadaran meningkat, diagnosis dan pengo- sepsis dan meningitis.
batan lebih awal, dan peningkatan penggunaan kemoprofi- PENCEGAHAN. Komite penyakit Infeksi dari persaruan
laksis intrapartum oleh ahli obstetri, insidens dan angka mor- Ahli Anak Amerika telah merekomendasikan kemoprofilaksis
talitas penyakit SGB mulai-awal tampak menurun. Angka secara selektif pada wanita hamil berisiko tinggi yang terkolo_
660 BAGIAN Xll f Infeksi pada Bayi Baru Lahir

nisasi, dengan persalinan prematur, demam, robekan mem- SGB yang telah dibuktikan. Terapi antimikroba empiris dimu-
bran yang lama (>12 jam), atau yang dicurigai menderita ko- lai dengan penisilin (biasanya ampisilin) dan aminoglikosi a
riamnionitis sebagai metode pencegahan efektif terhadap sampai SGB telah dapat dipisahkan dari bakteri lain. Secara in
infeksi SGB neonatus mulai-awal. Kolonisasi ditentukan pada vitro, kombinasi penisilin dan gentamisin memberikan akti-
26-28 minggu kehamilan. Pemberian ampisilin intravena seca- vitas bakterisidal sinergistik terhadap SGB walaupun SGB re-
ra intrapartum pada wanita yang dikolonisasi dengan satu atau sisten terhadap aminoglikosida. Beberapa pakar merekomen-
lebih faktor risiko menurunkan kebutuhan untuk mengobati se- dasikan untuk melanjutkan ampilisin ditambah gentamisin se-
mua ibu (hanya 4-5Vo yang memenuhi semua kriteria ini). lama beberapa hari hingga ada respons klinis yang baik atau
Ampisilin intravena (2 gpada awal dan kemudian 1 g setiap 4 CSS menjadi steril.
jam) diberikan segera kepada wanita berisiko tinggi saat mulai
SGB menunjukkan konsentrasi hambatan minimum (MIC)
pe"salinan dan diulangi hingga bayi dilahirkan. Protokol ini (0,01 - 0,4 pglml) terhadap penisilin G sebesar 4 sampai 10
menurunkan baik kolonisasi maupun infeksi neonatus. Namun, kali lebih besar daripada MIC srreptokokus grup A. pengaruh
dosis tunggal ampisilin tidak dapat mencegah infeksi mulai- inokulum (koloni SGB per mililiter yang lebih ringgi memer-
awal jika ada korioamnionitis atau tidak cukup waktu terapi lukan penisilin lebih banyak) memiliki makna klinis karena
sebelum melahirkan. Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan CSS dapat mengandung sebanyak t07 - 108 unit pembentuk
bahwa 73Vo wanita yang melahirkan bayi dengan infeksi SGB
koloni per mililiter. Walaupun jarang (4-6Vo), SGB menunjuk-
mulai-awal memenuhi kriteria bagi pemberian kemoprofilaksis kan toleransi (konsentrasi bakterisidal minimum >.16-32 kali
intrapartum. Suatu pendekatan alternatif adalah mengidentifi-
MIC), yang dapat berkorelasi dengan penundaan pembunuhan
kasi wanita berisiko tinggi pada saat persalinan dengan deteksi
dan infeksi berulang. Pentingnya toleransi in vitro pada SGB
antigen cepat SGB vagina. Uji cepat dapat mengidentifikasi tetap spekulatif.
kolonisasi ibu yang berat dalam 5 jam dan dengan demikian
menyeleksi wanita yang berada pada risiko tertinggi untuk me-
SGB juga renran terhadap vankomisin, penisilin semi-
sintetik, sefoktasim, seftriakson, dan imipenem. Agen ini tidak
lahirkan bayi terinfeksi dan yang memerlukan kemopro-
lebih baik daripada penisilin atau ampisilin dan seharusnya ti-
filaksis dengan ampisilin intrapartum. Namun, deteksi antigen
kurang sensitif dibandingkan dengan biakan. Risiko penyakit
dak digunakan untuk mengobati infeksi SGB yang diketahui.
Penisilin harus digunakan dalam dosis tinggi untuk mengobati
SGB mulai-awal adalah rendah pada bayi cukup bulan tanpa
meningiris SGB, yaitu 300.000 unit/kg24 jampenisilin G arau
faktor risiko. Kemoprofilaksis intrapartum non-selektif tidak
300 mglkg/24 jam ampisilin. Dosis yang lebih tinggi daripada
ef'ektif dalam hal biaya. Karena biasanya ada periode laten se-
bel:.:m penyakit terjadi pada bayi tanpa faktor risiko, injeksi
dosis biasanya ini direkomendasikan karena MIC-nya lebih
tunggal penisilin dalam ruang bersalin akan menurunkan ke-
tinggi daripada MIC biasa, besarnya jumlah inokulum CSS,
laporan relapsnya meningitis SGB pada penderita yang diobati
mungkinan penyakit mulai-awal. Wanita tanpa perawatan pre-
dengan 200.000 unit/kgl24jam penisilin G, dan keamanan re-
natal dapat diberi ampisilin selama persalinan atau diskrining
dengan uji antigen. Terapi penisilin dapat dindikasikan pada
latif penisilin pada neonatus. CSS harus diambil dalam 4g jam
setelah terapi meningitis dilakukan untuk menentukan apakah
bayi kembar yang tidak bergejala dari saudara yang terinfeksi.
terdapat infeksi menetap (>90Vo steril dalam 36 jam), karena
Secara teori, penyakit SGB mulai-awal dan mulai-lambat
pengaruh inokulum yang ringgi arau SGB toleran. Jika SGB
dapat dicegah dengan imunoprofilaksis. Karena ibu terkolo-
nisasi dan dengan demikian bayi dengan infeksi SGB sering-
tumbuh terus dari CSS, beberapa pakar meneruskan memberi
kali tidak memiliki antibodi IgG spesifik-ripe, diusulkan unruk kombinasi penisilin (atau ampisilin) dan gentamisin (untuk
sinergisme) selama masa pengobatan (2-3 minggu). Kegagalan
melakukan imunisasi aktif terhadap ibu atau kemungkinan
mendapatkan CSS steril dalam 48 jam terapi dapat juga me-
pemberian IgG pasif pada bayi baru lahir sehingga dapar
nandakan adanya empiema subdural, abses otak, ventrikulitis,
mencegah penyakit SGB. Serum yang mengandung antibodi
trombosis sinus dura supurativa, dosis antibiotika bakterisida
spesifik-tipe mempermudah opsonofagositosis terhadap tipe
yang tidak cukup.
SGB individu bila ada komplemen atau neurrofil. Terapi imun
pasif akan memerlukan perkembangan serum SGB spesifik- Berulang atau relaps adalah tidak biasa, namun jika terjadi,
tipe hiperimun karena preparat IVIG baku komersial yang kini relaps terlihat dalam 2-43 hari rerapi (rara-rata 16 hari). Terapi
tersedia me-miliki berbagai kadar antibodi IgG SGB dan seca- sebelumnya biasanya terlalu singkat (<10 hari bagi baktere-
ra potensial rendah. Imunisasi aktif yang spesifik terhadap tipe mia, <14 hari bagi meningitis) dengan dosis antibiotika yang
tertentu dimungkinkan menggunakan polisakarida kapsul yang terlalu rendah. Pengobatan antibiotika mungkin tidak akan
dimurnikan dari strhin tipe Ia, II, atau III. Ibu hamil yang tanpa menghilangkan kolonisasi SGB dari permukaan mukosa, dan
dapat ditemukan adanya antibodi terhadap SGB pada kehamil- infeksi sebelumnya mungkin tidak menghasilkan antibodi pro-
an 30 minggu berespons terhadap injeksi polisakarida yang tektif. Infeksi ulang dapat merupakan akibat dari mastitis ibu,
spesifik terhadap tipe III dengan peningkatan antibodi secara dan komplikasi lambat abses otak atau endokarditis telah dila-
bermakna, yang dipindahkan ke serum tali pusat dan tetap ber- porkan. Terapi ulangan dengan dosis penisilin yang lebih
tahan selama 1- 2 bulan pada bayi tersebut. Namun, antigen tinggi, untuk waktu yang lebih lama, merupakan terapi efektif
polisakarida tidak cukup imunogenik karena hanya 54Vo wa- bagi infeksi SGB yang berulang.
nita hamil memperlihatkan respons imun, dan vaksin gabung- Perawatan pendukung bagi infeksi SGB dibahas dalam Ta-
an sekarang telah dikembangkan untuk percobaan klinis. bel 94-2 dan Bab 98.1 dan .2. Penanganan hipoksia dan syok,
PENGOBATAN. SGB secara seragam sensitif terhadap pe- DIC, kejang-kejang, peningkatan tekanan intrakanial, dan
nisilin G, yang merupakan pengobatan pilihan terhadap infeksi hormon antidiuretik yang tidak memadai dibahas di lain bab.
98 I Sepsr.s dan Meningitis Neonatus 661

Oksigenasi membran ekstra korporeal dapat merupakan terapi ,EP|DEM|OLOGl. E. coli merupakan penghuni norrnal usus
tambahan yang efektif bagi bayi cukup bulan atau bayi pre- dan flora vagina. E. coli strain K1 diisolasi dart20-40% pulas-
term besar dengan hipoksia yang tidak responsif terhadap ven- an dubur pada individu dari semua umur. Penularan secara
tilasi mekanis konvensional. vertikal terdapat pada bayi sehat dan mereka yang menderita
Terapi tambahan dengan IVIG kini belum efektif karena meningitis E-coli. Angka yang tinggi pada perawat ruangan
kadar antibodi protektif yang rendah. IVIG hiperimun atau an- memungkinkan penularan nosokomial pada beberapa kasus in
tibodi monoklonal manusia dapat mengatasi keterbatasan ini. feksi mulai-lambat. Prevalensi E. coli strain Kl pada meningi-
Meskipun transfusi granulosit dapat bermanfaat pada bayi tis E. coli sebesar 88%. Sebaliknya, sekitar 33Vo bayi dengan
netropenia dengan pengurangan kumpulan simpanan neutrofil, bakteremia E. coli memiliki strain Kl.
ada risiko yang menyertainya (infeksi virus, sekuestrasi paru- Faktor-faktor risiko obstetrik dan/atau neonarus sering ter-
paru, graft versus host disease dan masalah logistik. Penggu- dapat pada bayi dengan infeksi E. coli. Ini meliputi radang sa-
naan GCSF masih sedang dipelajari. Adalah penting untuk luran kencing (urinary tract infections [UTI]) selama bulan
mengingat bahwa antibodi, komplemen, dan fagosit diperlu- terakhir kehamilan, demam intrapartum, robekan membran
kan bagi pembunuhan optimal. yang lama, endometritis pascalahir, persalinan yang dibantu,
prematuritas, kelahiran multipel, pascamaturitas, dan kelainan
kongenital. Cacat kongenital meliputi spina bifida, teratoma
Baker CJ: Immunization to prevent group B streptococcal disease: Victories
sakrokosigeal, gastroskisis, atresia duodenum pada sindroma
and vexations. J Infect Dis 16l:917, 1990.
Boyer KM, Gotoff SP: Prevention of early-onset neonatal group B streptococ- Down, galaktosemia, dan defisiensi piruvat kinase.
cal disease with selective intrapartum chemoprophylaxis. N Engl J Med Bakteremia E. coli, dan yang kurang umum, meningitis,
3 l4: 1665, 1986. dapat menyertai NEC. Sebaliknya dengan infeksi SGB, infeksi
Boyer KM, Gotoff SP: Antimicrobial prophylaxis of neonatal group B strepto_
E. coli pada bayi baru lahir terjadi paling sering antara umur
coccal sepsis. Clin Perinatol l5:831, 1988.
Boyer KM, Klegerman ME, Cotoff SP: Development of IgM antibody to tiga hari dan 2 minggu.
group B streptococcus type III in human infants. J Infect Dis 165:1049. ETIOLOG|. Dinding sel bakteri E. coli mengandung poli_
1992. sakarida yang terikat lemak arau antigen O. Banyak strain
Cabal LA, Siasi B, Cristofani C, et al: Cardiovascular changes in infants with
menghasilkan polisakarida berkapsul atau antigen K, yang di_
Bhemolytic streptococcus sepsis. Crit Care Med l8:715, 1990.
Dillon HC, Khare S, Gray BM: Group B streptococcal carriage and disease: A kaitkan dengan virqlensi dan kemampuan menginvasi. Ada le-
6-year prospective study. J Pediatr I 10:31, 1987. bih dari 150 antigen O dan 100 anrigen K. Antigen Kl, K2,
Givner LB: Human immunoglobulins for intravenous use: Comparison of K3, K5, K12, dan Kl3 ada pada kebanyakan isolar dari salur_
available preparations for group B streptococcal antibody levels, opsonic an kencing. E. coli strain Kl menyebabkan kebanyakan kasus
activity, and efficacy in animal models. Pediatrics 86:955, 1990.
Gray BM,-Pritchard DG, Dillon HC: Seroepidemiology of group B streptococ- bakteremia neonatus, meningitis neonatus, dan pielonefritis
cus type III colonization at delivery. J Infect Dis 159:l 139, 1989. masa kanak-kanak. Polisakarida Kl merupakan u-2 g-terkait
Martin TR, Rubens CE, Wilson CB: Lung antibacterial defense mechanisms homopolimer asam N-asetil neuraminik, yang identik dengan
rn infant and adult rats: Implications for the pathogenesis of group B strep-
polisakarida meningokokus grup B. Ada juga kesamaan itruk_
tococcal infections in the neonatal lung. J Infect Dis 157:91, 1.9gg.
Payne NR, Burke BA, Day DL, et al: Correlation of clinical and pathologic tural dengan bentuk embrional molekul adhesi sel saraf (neu_
findings in early onset neonatal group B streptococcal infection with dis- ral cell adhesion molecule IN-CAMI).
ease severity and prediction of outcome. Pediatr Infect Dis J 7:836, l9gg. PATOGENESIS DAN PATOLOGI. polisakarida K1 merupa_
Sanchez PJ, Siegel JD, Cushion NB, et al: Significance of a positive urine
kan faktor virulensi yang unik. Karena kesamaan struktural
group B streptococcal latex agglutination test in neonates. J pediatr
I l6:601. 1990. dengan N-CAM, antigen K1 kilrang dikenali oleh sistem imun
Siegel JD, McCracken GHJ, Threlkeld N, et al: Single dose penicillin prophy_ bayi baru lahir, dan sering rampak toleransinya. Antibodi se_
laxis against neonatal group B streptococcal infections: A controlled trial in rum terhadap kapsula Kl, bila ada, didominasi kelas IgM dan
I 8,738 newborn infants. N Engl J Med 303:769, 1980.
tidak dapat melewati plasenta. Kapsuli memberikan pengha_
Walker CK, Crombleholme WR, Ohm-Smith MJ, et al: Comparison of rapid
tests for detection of group B streptococcal colonization. Am J perinatol lang antifagosit untuk aktivasi jalur komplemen alternatif. De_
9:304. 1992. ngan demikian, opsonisasi oleh antibodi dan mekanisme yang
Weisman LE, Stoll BJ, Crues DF, et al: Early-onset group B streptococcal sep- ditengahi komplemen sangat terganggu.
sis: A current asesment. J Pediatr 121:428,1992.
Sebaliknya, rasio antara bayi baru lahir yang terkolonisasi
Yagupsky P, Menegus MS, Powell KR: The changing spectrum of group B
-treptococcal disease in infants: An eleven-year experience E. coli Kl dengan mereka yang terinfeksi adalah tinggi. Kare_
in a tertiary care
hospital. Pediatr Infect Dis J I 0:801. I 991 nanya, mekanisme pertahanan hospes, faktor risiko lingkung_
an, atau faktor virulensi lain dapat berperan. E. coli meng_
hasilkan meningitis purulen dengan ventrikulitis sebagai kom_
98.4 Escherichia Coli plikasi umum.
MANIFESTAST KLlNlS. E. coli biasanya mengakibatkan bak_
(Lihat Bab 184)
teremia, sepsis, dan.meningitis pada bayi baru lahir. Infeksi
lain meliputi pneumonia, abses jaringan lunak, UTI, artritis,
E. coli merupakan penyebab utama bakteremia basiler osteomielitis, dan kolangitis asendens. Tanda-tandanya khas
gram-negatif dan meningitis pada bayi baru lahir. Selama 2 untuk infeksi ini.
dekade, telah ditemukan bahwa lebih dari 807o srrain yang me- DIAGNOSIS. E. coli ditentukan dengan melakukan isolasi
nyebabkan meningitis pada neonatus, mensintesis antigen kap- cairan tubuh yang secara normal steril. Strain K1 dengan mu-
sula Kl. Pemahaman kita mengenai patogenesis dan imunitas dah diidentifikasi dengan uji aglutinasi lateks dengan menggu_
telah maju, dan agen antimikroba yang lebih baik kini tersedia. nakan antisera meningokokus grup B.
662 BA,GIAN XII I Infeksi pada Bayi Baru Lahir

PENGOBATAN. E. coli bervariasi dalam kerentanannya ter- PATOGENESIS. Rusaknya sawar mukokutan merupakan ra-
hadap antibiotik. Pemilihan agen antimikroba harus disesuai- hap awal yang sering terjadi. CONS mampu melekat pada
kan dengan tempat infeksi, data sensitivitas antibiotika, respon alat-alat prostetik, pemindahan secara menjalar kesebelahnya
klinis, dan pemantauan hasil biakan. atau lewat bakteremia. Meskipun tidak nampak merupakan
suatu fenotip khas CONS yang menimbulkan virulenst, S. epi-
dermidis merupakan spesies yang paling umum mengkolo-
Robbins JB, McCracken GH Jr, Cotschlich EC, et al: Escherichia coll Kl cap-
sular polysaccharide associated with neonatal meningitis. N Engl J Med
nisasi bayi dan dikaitkan dengan penyakit neonatus. S. epider-
290:1216,1974 midis dan S. hemolyticas lebih virulen terhadap binatang
Sarff LD, McCracken GH Jr, Schiffer MS, et al: Epidemiology of Escherichia model. Kolonisasi dan infeksi dipacu oleh produksi substansi
coli Kl in healthy and diseased newborns. Lancet l:1099, 1975. yang menyerupai lendir, eksopolisakarida. Strain CONS peng-
Schiffer MS, Oliveira E, Glode M, et al: A reviewt Relation between invasive-
ness and the Kl capsular polysaccharide of Escherichia coli. Pediatr Res
hasil lendir sering dikaitkan dengan penyakit neonatus.
lO:82. 1976. Lendir meningkatkan pelekatan terhadap kateter, meng-
Silver RP, Aaronson W, Vann WF: The K1 capsular polysaccharide of hambat kemotaksis neutrofil dan fagositosis, dan dapat mem-
Escherichia coli. Rev Infect Dis l0 (Suppl.):282, 1988 pengaruhi resistensi terhadap antibiorik glikopeptida. Tidak
adanya opsonofagositosis yang optimal merupakan cacat imu-
nologis yang paling penting pada pertahanan bayi baru lahir
9 8. 5 Stafilokokus Ko agulas e- N e gatif terhadap infeksi CONS. Aktivitas opsonik pada CONS pada
(Lihat Bab 174.2) bayi prematur sebanding dengan umur kehamilan. Faktor virU-
lensi lain yang mungkin meliputi sitotoksin, hemolisin, dan
Stafilokokus koagulase-negatif (coagulase-negative sta- proteinase.
phylococci ICONSI) kini merupakan organisme yang paling CONS dihubungkan dengan NEC pada bayi baru lahir. Se-
sering dikaitkan dengan infeksi mulai-lambat pada unir pera- perti S. aureus, strain CONS menghasilkan toksin delta, yang
watan neonatus intensif. Infeksi sering dikaitkan dengan peng- terdapat pada tinja bayi dengan NEC. Toksin delta menghasil-
gunaan benda-benda asing pada bayi dengan berat lahir sangat kan lesi yang menyerupai NEC pada lengkungan usus kelinci
rendah dan bayi yang dirawat inap lama. dan dapat berperan dalam patogenesis NEC.
ETIOLOGI. Stafilokokus termasuk famili Mikrokokasea dan MANIFESTASI KLlNlS. Manifestasi kebanyakan infeksi
nampak secara mikroskopik sebagai kokus gram,negatif dalam CONS pada neonatus adalah tidak spesifik. Bakteremia tanpa
kelompok. CONS dibedakan dari Staphylococcus aureus ber- kerusakan jaringan setempat dikaitkan dengan berbagai tanda,
dasarkan kemampuannya dalam menghasilkan koagulase pada berkisar dari yang ringan hingga berat. Distres pernafasan, ap-
yang kedua. Ada21 spesies CONS; 11 diantaranya ditemukan nea, bradikardia, abnormalitas saluran cerna, masalah termo-
pada flora manusia. Patogen manusia yang sangat umum ada- regulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi serebral
lah S. epidermidis, S. saprophyticu,s, dan S. hemolyticus. Pe- merupakan hal umum. Infeksi spesifik yang disebabkan oleh
rangkat yang tersedia di pasaran memungkinkan penentuan CONS meliputi pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokar-
spesies dengan penentuan biokimia, namun hal ini tidak digu- ditis, NEC, omfalitis, abses, dan osteomielitis.
nakan secara luas. Laboratorium secara umum melaporkan iso-
DIAGNOSIS. Pemisahan CONS pada cairan biologi yang
lat sebagai CONS. Pola kerentanan antibiotik, produksi lapisan
normalnya steril dari organisme pengkontaminasi terus-mene-
lendir, pembentukan biotipe, penggolongan serologis, peng- rus merupakan masalah bagi para klinisi. Pengumpulan spe-
golongan faga, dan DNA polipeptida, serta analisis plasmid
simen secara teliti untuk keperluan biakan dan penggunaan
merupakan teknik yang telah diterapkan dalam penelitian epi-
biakan multipel akan memperbaiki validitas hasil biakan. Be-
demiologi. Semua teknik ini memiliki keterbatasan. berapa penulis telah merekomendasikan penggunaan biakan
. EPIDEMIOL0GI. CONS ada dimana-mana dan didapat kuantitatif; namun, jumlah koloni yang dapat terjadi pada in-
pada masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau
feksi di darah dan CSS hanya sedikit. Tanda-randa spesifik
di dalam ruang perawatan. Kulit, saluran pernapasan, dan sa- CONS tidak membantu dalam membedakan patogen dari kon-
luran cerna terkolonisasi. CONS merupakan penyebab bak- taminan pada tiap kasus.
teremia yang paling sering pada bayi dengan berat badan lahir
rendah. Sekitar 50Vo bayi yang mengalami bakteremia meng- PENGOBATAN. Penatalaksanaan infeksi CONS termasuk
gunakan kateter vena sentral di tempat. Pintas sistem syaraf terapi antimikroba dan, seringkali, meliputi keputusan untuk
pusat juga merupakan faktor risiko ventrikulitis CONS. Angka melepaskan benda asing. Karena kebanyakan isolat CONS
moitalitas infeksi CONS lebih rendah daripada angka mortali- yang berasal dari rumah sakit resisten terhadap penisilin, pe-
tas infeksr SGB dan infeksi enterik gram-negatif. nisilin penghasil penisilinase, dan gentamisin; tetapi jarang re-
Prevalensi rnf'eksi CONS yang meningkat pada unit pera- sisten terhadap vankomisin, maka vankomisin merupakan pi-
watan intensif neonatus telah dikaitkan dengan peningkatan lihan bagi terapi awal dugaan infeksi CONS arau infeksi yang
ketahanan hidup bayi dengan berat badan bayi lahir amat ren- ' telah terbukti. Jika organisme ini rentan terhadap penisiiin atau
dah, yang dikaitkan dengan rawat inap yang lama, pemaparan sefalosporin, agen ini harus digunakan untuk mengurangi efek
berat l"-rhadap antibiotik berspektrum luas, dan penggunaan buruk dan perkembangan resistensi terhadap vankomisin.
prosedur invasif untuk memantau dan mengobati bayi yang ti- Vankomisin bersifat neurotoksik dan ototoksik, angka terting-
dak stabil. Akhir-akhir ini, penggunaan emulsi lipid secara in- gi dan terendah masing-masing harus dipertahankan antara 25
travena telah dikaitkan dengan peningkatan risiko bakteremia dan 40 mg/ml dan kurang dari 10 mg/ml. Pemberian dosis di-
CONS. dasarkan pada berat dan usia pascalahir.
98 I Sepsls dan Meningitis Neonatus 663

Meskipun pelepasan kateter tetap atau alat-alat prostetik Kandidiasis kongenital jarang dilaporkan. Kandidiasis ini
sangat memperbaiki respon terhadap terapi antimikrobia, bia- merupakan infeksi asenden dan dihubungkan dengan benda
sanya ada percobaan terapi antimikroba tanpa menghilangkan asing dalam saluran genital. Infeksi pascalahir yang paling
benda asingnya. Infeksi oleh CONS penghasil lendir kurang umum berupa sariawan pada sekitar umur I minggu. Dermati-
menunjukkan respon, dan endokarditis lebih sulit untuk dita- tis popok akibat monilia rerjadi agak lebih lambat dengan in-
ngani bila tanpa menghilangkan kateter vena umbilikus. Jika sidens puncak pada 3-4 bulan.
infeksi tetap berlangsung walaupun dengan penggunaan agen Kandisiasis sistemik adalah infeksi yang mendominasi
yang aktivitas in vitro-nya baik, terapi sinergistik dengan ri- bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Angka serangan
fampin dan vankomisin dapat dipertimbangkan. di- perkirakan 2-5V0. Bayi cukup bulan yang menjalani pem-
bedahan perut atau yang mendapat bantuan ventilasi yang
lama juga berisiko. Kateterisasi intravena yang lama, penggu-
Freeman J, Goldmann DA, Srruth NE, et al: Association of intravenous lipid
emulsion and coagulase-negative staphylococcal bacteremia in neonatal in- naan alimentasi intravena, dan pemberian antibiotik berspek-
tensive care units. N Engl J Med 323:301, 1990. trum luas merupakan faktor risiko.
Hall SL: Coagulase -negative staphylococcal infections in neonates. pediatr PATOGENESIS. Pertumbuhan berleblhan Candid.a pada
Infect Dis l0:51, 1991.
permukaan mukokutan dan pada ujung kateter intravena me_
Noel GJ, O'Loughlin JE, Edelson PJ: Neonatal Staphylococcus epidermidis
righrsided endocarditis: Description of five catheterized infants. pediatrics mungkinkannya untuk masuk dan melakukan penetrasi. In_
82:234.1988. feksi klinis berhubungan dengan ukuran inokulum. NEC dapat
Patrick CC: Coagulase-negativ€ staphylococci: pathogens with increasing menjadi jalan penyebaran. Ketidakmampuan bayi baru lahir
clinical signifi cance. J Pediarr 1 1 6:49'7, 1990.
St. Geme JW III, Harris MC; Coagulase-negative staphyloccocal infection in
untuk melokalisasi, mengontrol, dan menghilangkan infeksi
the neonate. Clin Perinatol l8:281, 1991. Candida tampak berhubungan dengan gangguan relatif meka_
Tan TQ, Musser JM, Shulman RJ, et al: Molecular epidemiology of nisme pertahanan hospes spesifik dan non spesifik. penyebar_
coagulase-negative Staphylococcu.s blood isolates from neonates with per_ an hematogen mengakibatkan vaskulitis dan nodulus kecil_
sistent bacteremia and children with central venous catheter infections. J In-
kecil pada banyak organ. Paru-paru, ginjal, saluran cerna, jan-
fect Dis.l 69: 1393, 1994.
tung, dan meningen biasanya terinfeksi. Sel ragi dan filamen
mudah dikenali.
MANIFESTASI KLlNlS. Sariawan muncul pada mukosa oro_
98.6 Kandidiasis farings berupa plak seperti dadih susu, berwarna putih. plak
(Lihat Bab 229.1) melekat pada mukosa dan agak sukar dilepaskan, meninggal_
kan dasar eritematosa. Dermatitis Candida merupakan ruam
Spesies Candida merupakan penyebab umum infeksi mem- bersisik eritematosa, paling banyak terdapat pada daerah inter-
bran mukosa (sariawan) mulut dan kulit perineum (dermatitis triginosa, dengan pembentukan pustula serta lesi satelit sepan_
popok ldiaper dermatitisl) pada bayi baru lahir. Dengan se- jang tepinya.
makin baiknya ketahanan hidup bayi yang lahir dengan berat Kandidiasis kongenital muncul sebagai, erupsi eritematosa
amat rendah, infeksi jamur menyebar terjadi lebih sering pada jelas, menyeluruh, pada usia 12 jam pertama. Ruam dapat me_
ruang perawatan khusus. Insidensnya sebanyak 5Vo padabayi ngelupas dan menjadi pustula. pustula ini mengandung jamur
dengan berat badan lahir sangat rendah. dan dikaitkan dengan "koloni" jamur, yang nampak sebagai
ET|OLOG|. Kandidiasis disebabkan oleh anggota genus lesi kecil, berwarna putih-kuning pada plasenta dan tali pusat.
Candida, yang meliputi 80 spesies berbeda. C. albicans ment- Bayi preterm sering menderita penyakit sistemik yang ditandai
pakan 80-907o infeksi pada manusia. C. tropicalis, C. parapsi- dengan pneumonia, leukositosis, syok, dan angka mortalitas
losis, C. Iusitaniae, dan C. glabrata tidak umum dikaitkan de- yang tinggi. Bayi cukup bulan biasanya menderita penyakit
ngan infeksi pada bayi baru lahir. yang terbaras pada kulit.
Candida memiliki 3 bentuk morfologis utama. Sel ragi Manifestasi infeksi sistemik bervariasi dalam hal keakutan
(blastospora) memiliki diameter 1,5-5 pm, tunas aseksual, da- dan keparahannya. Fungemia mungkin tidak bergejala atau da_
pat tumbuh pada permukaan tubuh dan cairan, mengawali lesi pat dikaitkan dengan sepsis dan syok septik. Tanda-tanda
invasif, dan dapat menyebabkan toksik atau reaksi radang. gangguan saluran pernapasan atau saluran cerna dapat di_
Klamidospora berukuran lebih besar (7-17 1tm) dan jarang me- jumpai. Apnea dan bradikardia berat, ketidakstabilan suhu,
nimbulkan penyakit sistemik. Bentuk hifa (pseudomiselia) eritema umum, dan hiperglikemia dapat ditemukan.
adalah fase jaringan Candida, bukan kontaminasi, dan meru- - Penyakit vaskuler berkisar dari vaskulitis aorta atau vena
pakan sulur-sulur filamentosa yang memanjang dari sel ragi. kava hingga endokarditis. Trombus yang terinfeksi pada pem_
Candida tumbuh secara aerobik pada media laboratorium rutin buluh darah dan atrium kanan sering terdapat. Terkenanya gin_
namun dapat memakan waktu inkubasi beberapa hari. jal mungkin berjalan secara subklinis atau dapat terjadi ber_
EPIDEMIOLOGI,. C. albicans biasanya diisolasi dari flora samaan dengan terkenanya saluran kencing bagian atas atau
saluran cerna dan vagina orang dewasa. Kehamilan mening- bawah. Infeksi saluran kencing bagian atas ditandai dengan
katkan angka kolonisasi vagina dari'kurang daripada 20Vo adanya massa di pinggang, hipertensi, gagal ginjal, abses gin_
hingga 33Vo. Sekitar 10Vo bayi cukup bulan terkolonisasi pada jal, nekrosis papiler, dan bola-bola jamur (fungal ballfl
[ada
umur 5 hari pertama, namun pada bayi yang lebih kecil dari sistem kolektivus dengan obstruksi dan hidronefrosis.
1.500 g, angka kolonisasi jamur sekitar 30%. Kolonisasi awal Kandidiasis sistem saraf pusat dapat melibatkan meningen,
terjadi pada saluran cerna dan pernafasan. Setelah 2 minggu, ventrikel, atau korteks serebri dengan pembentukan abses.
kolonisasi biasanya menyebar ke kulit. Manifestasi klinis penyakit sistem saraf pusat dapat tersem_
664 BAGIAN Xll I lnfeksi pada Bayi Baru Lahir

bunyi atau tidak nampak. Endoftalmitis dapat terjadi pada Ie- Baley JE: Neonatal candidiasis: The current challenge. Clin Pennatol l8:263.
199t.
bih da^, 50Va bayi dengan berat badan lahir amat rendah yang
futler KM, Baker CJ: Cand.icla: An rncreasingly lmportant pathogen in the
rnend,erita kandidiasis sistemik. Gangguan ini bermula dari ko- nursery. Pediatr Clin North Am 35:543, 1 998.
rioretinitis, yang dapat meluas ke korpus vitrum. Yang khas Eppes SC, Troutman JL, Gutman LT: Outcome of treatment of candidemia in
adalah eksudat bola kapas pada kelainan retina. children whose central catheters were removed or retained. Pediatr Infect
Dis I 8:99, 1989.
DIAGNOSIS. Isolasi jamur dari biakan cairan tubuh yang
Weese-Mayer DE, Fondriest DW, Brouilette RT, et al: Risk factors associared
normalnya steril merupakan dasar diagnosis kandidiasis inva- with candidemia in the neonatal intensive care unit: A case-control studr
sif. Kadang-kadang, pulasan lapisan buffi coat darah dapat Pediatr Infect Dis J 6:190. 1987
memperlihatkan sel ragi, memungkinkan diagnosis awal. Ke-
rokan ruam kulit menyeluruh pada bayi dengan berat badan la-
hir sangat rendah dengan dicurigai kandidiasis sistemik harus
diperiksa secara mikroskopis. Karena biakan darah dan CSS
sering positif secara intermitten, sampel harus diambil berkali- I B,q.n 99
kalr. Biakan CSS positif pada 33% bayi dengan infeksi sis-
temik. Biakan harus diambil dari vena perifer untuk membeda- Pnewmonia pada N eonatus
kan biakan positif sesungguhnya dari positif karena kateter
yang terkontaminasi. Spesimen urin untuk biakan harus juga
diambil dengan hati-hati untuk membedakan kolonisasi pada Charles G. Prober
perineum. Tidak ada uji deteksi antigen yang memuaskan un-
tuk pc,rggunaan klinis. Uji serologis sedang diteliti, namun
kini belum tersedia.
Adalah penting untuk membedakan antara kandidemia se- ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI. Pneumonia sebagai akibat
mentara karena kateter dan kandidiasis yang tersebar" Yang infeksi mungkin didapat secara transplasenta, perinatal, atau
pertama ditandai oleh biakan darah positif, disebabkan oleh pascalahir" Bila ditularkan secara transplasenta, infeksi paru-
kontaminasi kateter intra-vaskuler di tempat semula, namun ti- paru biasanya mewakili satu komponen dari suatu prbses kon-
dak ada bukti adanya penyakit setempat atau tersebar, dan da- genital yang lebih umum. Misalnya, infeksi konginetal yang
pat ditangani dengan pelepasan kateter. Kandidiasis tersebar disebabkan oleh sitomegalovirus (CMV), virus rubela, dan
ditandai oleh keterlibatan satu atau lebih sistem organ. Treponema pallidum dapat dikaitkan dengan pneumonitis, me-
Ultrasonografi berguna untuk melokalisir infeksi Candida skipun manifestasi lain proses kongenital seperti prematuritas,
pada kardiovaskuler, ginjal, dan sistem saraf pusat. Radiografi retardasi pertumbuhan intrauterin, ukuran kepala abnormal.
dada memperiihatkan bola-bola jamur. Analisis biokimia da- dan/atau viseromegali juga akan nyata tidak berubah.
rah seharusnya dilakukan pada penderita tersangka sepsis un- Infeksi paru yang didapat saat perinatal adalah akibat dari
tuk rnenilai keadaan ginjal dan hati. aspirasi cairan amnion atau sekresi saluran cerna atau geni-
PENGOBATAN" Amfoterisin B merupakan obat pilihan bagi tourinaria ibu yang terinfeksi saat kelahiran. Mikroorganisme
kandidiasis sistemik. Obat ini berkhasiat baik terhadap bentuk yang ditularkan dengan cara ini meliputi stieptokokus grup B
sel ragi rnaupun miselia. Dosis permulaan berkisar antara 0,5- (SGB), kuman aerob enterik gram-negatif, Listeria monocyto-
1,0 mg/kglT4 jam secara intravena. Karena keragaman indivi- genes, Mycoplasma genitalia, Chlamydia trachomatis, dan vi-
du, sebaiknya lakukan penentuan kadar serum untuk menghin- rus termasuk CMV serta virus herpes simpleks. Faktor-faktor
dari akumulasi obat. Amfoterisin B harus diencerkan dalam yang dikaitkan dengan suatu peningkatan risiko,penularan
57o dekstrosa dalam air tanpa elektrolit hingga konsentrasinya pneumonia perinatal meliputi prematuritas, robekan membran
kurang dari 0,2 mg/ml dan diberikan selama 4-6 jam.'Lama yang lama, korioamniotis, dan distres janin.
terapi bervariasi luas tergantung dengan respons klinis dan Penularan organisme pascanatal dapat terjadi di lingliung-
toksisitas obat. Totai dosis yang dianjurkan adalah 20-30 mg/ an rumah sakit (infeksi nosokomial) atau setelah puiang dari
kg. Nefrotoksisitas sangat sering terjadi pada bayi baru lahir rumah sakit (infeksi yang didapat dari koiirunitas). Bakteri me-
dan biasanya ditandai dengan oliguria, azotemia, dan hiperka- rupakan patogen nosokomial yang paling sering, dengan agen
lemia. Beberapa ahli klinis menambahkan flusitosin secara spesifik yang tergantung pada kontaminan iingkungan lokal.
oraf dalam dosis 100-150 mg/kg/24 jam dibagi tiap 6 jam. Flu- Diperkirakan, rneskipun jarang dibuktikan, bahwa bakteri
sitosin menunjukkan sinergisme dengan amfoterisin B dan yang terdapat pada kebanyakan kasus bakteremia yang dipero-
berada pada kadar yang cukup dalam CSS. Jamur dapat men- leh dari ruang perawatan nampaknya bertanggung jawab ter-
jadi resisten bila fiusitosin digunakan secara tunggal. Periksa- hadap kebanyakan kasus pneumonia nosokominal. Bakteri ini
lah sumsum tulang, saluran cerna penderita dan kemungkinan khu-susnya meliputi aerob enterik gram-negatif dan spesies
hepatotoksisitas" stafi-lokokus. Jamur bertanggung jawab terhadap peningkatan
Kateter tetap harus dilepaskan jika mungkin. Trombus in- jumlah infeksi sistemik yang diperoleh neonatus selama dira-
rakardial dan intravaskuler yang terinfeksi biasanya harus wat inap di rumah sakit yang lama, meskipun peran etiologi-
direseksi, retapi telah dibahas penyembuhan tanpa pembedah- nya pada pneumonia nosokomial sukar dibuktikan. Akhirnya,
an. virus respirasi menyebabkan kasus terpisah dan wabah pneu-
monia,nosokomial" Virus ini biasanya menjadi endemik sela-
ma bu-lan-bulan musim dingin dan berasal dari staf rumah
*Dimodifikasi dari seksi dalam edisi ke-14 oleh Samuel P. Gotoff. sakit atau pengunjung ke ruang perawatan yang terinfeksi, me.
liputi virus sinsitial pernapasan, virus parainfluenza, virus in-
99 t Pneumonia pada Neonatus 665

fluenza, dan adenovirus. Virus pernapasan merupakan pe- bab, penafsiran biakan tersebut tidak dapat dipercaya. Sering-
nyebab tunggal pneumonitis yang paling penting yang didapat kali, biakan ini secara sederhana menunjukkan adanya organ-
dari masyarakat dan biasanya ditularkan dari saudara atau or- isme komensal saluran pernapasan bagian atas, atau tidak
ang tua yang terinfeksi. Penyebab lain pneumonia yang datang memiliki arti etiologis. Bahkan biakan yang diperoleh dari
selama usia minggu pertama meliputi C. trachomatis, Myco- pencucian bronkoalveolar pada neonatus juga tidak dapat
plasma geni-talia (terutama Ureaplasma urealyticum), dan dipercaya karena bronkoskop kecil yang digunakan pada neo-
kadang-kadang bakteri seperti spesies Haemophylu,r, strep- natus tidak dapat dilindungi dari kontaminasi karena mereka
tokokus, dan Bordetella pe rtussis. dimasukkan ke dalamjalan napas sebelah distal. Jaringan yang
MANIFESTASI KLlNlS. Adalah benar bahwa semua infeksi diperoleh dari biopsi paru, biakan bakteriologi yang dapar
srstemik terjadi selama umur beberapa hari atau beberapa dipercaya hanya yang diperoleh dari darah atau cairan pleura.
minggu pertama, tanda'tanda dan gejala-gejala sering nonspe- Sayangnya, biakan darah biasanya negatif, dan biakan cairan
sifik, meliputi nafsu makan yang buruk, lesu, iritabilitas, pleura jarang ada. Penafsiran biakan jamur dikaitkan dengan
'* arna kulit yang tidak sehat, suhu tidak stabil, perut kembung,
masalah yang sama seperti biakan trakteri. Biakan sekesi sa-
dan secara keseluruhan keadaan umum bayi terkesan lebih ku- luran pernapasan untuk U. urealyticum dan Mycoplasma geni-
rang baik daripada sebeiumnya. Karena tingkat gangguan res- talia lain kurang bermakna karena neonatus normal seringkali
pirasi semakin meningkat, dapat terjadi takipnea, takikardia, terkolonisasi dengan agen ini sebagai akibat kontaminasi de-
napas cuping hidung, mendengkur, retraksi, sianosis, apnea, ngan sekresi dari saluran genitalia ibu. Biakan virus saluran
dan kegagalan respirasi progresif. Jika bayi prematur, tanda- pernapasan dan C. trachomatis dapat bermakna; virus-virus ini .

tanda distres respirasi progresif dapat ditumpangi penyakit tidak pernah merupakan flora normal, dan karenanya isolasi-
membran hialin (hyaline membran disease [HMD]) atau dis- nya lebih lanjut memberi kesan peran etiologis.
plasia bronkopulmonar (bronchopulomonary dysplasia Uji serologis dapat membantu dalam mengevaluasi neo-
natus dengan pneumonia yang dicurigai. Meskipun tidak ada
IBPDI). Jika bayi sedang mendapatkan bantuan napas saat in-
feksi, perubahan yang paling nyata mungkin berupa kebutuhan uji serologis yang berguna bagi bakteri atau jamur, uji yang
peningkatan jumlah dukungan ventilasi. dapat dipercaya bagi virus saluran pernapasan dan C. tra-
' Tanda-tanda fisik pneumonia, seperti redup pada perkusi, chomatis tersedia. Uji serologis bagi U. urealyticum adalah ru_
perubahan pada suara pernapasan, dan adanya ronkhi sebe- mit dan memerlukan ketrampilan teknik dan karenanya secara
narnya tidak mungkin dijumpai pada neonatus. Rontgenogram klinis tidak berguna pada saat ini.
dada dapat mengungkapkan adanya infiltrat atau suatu efusi Uji lain yang mungkin bernilai dalam mengevaluasi neo-
baru, namun jika neonatus sedang menderita HMD atau BpD, natus yang tersangka infeksi pneumonitis meiiputi hitung da_
biasanya tidak mungkin untuk menentukan apakah perubahan rah lengkap dan hemogram serta laju endap darah (LED) atau
rz..iiografi menunjukkan suatu proses baru atau memburuknya protein C-reaktif (CRp). pada infeksi, jumlah sel darah putih
proses yang sedang berlangsung. (leukosit) dan reaktan fase akut seperti LED dan CRp cende_
Perjalanan pneumonia neonatus dapat bervariasi. Infeksi rung meningkat. Pada umumnya, tingkat kenaikan lebih tinggi
fulminan paling sering terkait dengan septikemia SGB pada pada infeksi bakteri dan jamur daripada infeksi oleh penyebab
bayi cukup bulan atau prematur. Mulainya dapat pada usia be- lain. Disamping lebih meningkat, angka leukosit cenderung
berapa jam atau hari pertama, dan bayi sering mengalami ko- berubah ke arah bentuk lebih muda pada infeksi bakteri.
laps sirkulasi yang progresif dan kegagalan respirasi. perjala- Eosinofilia dapat nyata pada infeksi yang disebabkan oleh C.
nan klinis dan radiografi dada mungkin tidak dapat dibedakan trachomatis. Sampel urin yang tidak terkontaminasi dalam
dari HMD berat, meskipun gejala infeksi sistemik-nya cende- mendeteksi antigen SGB dapat berguna, meskipun sensitivitas
rung lebih berat dan tekanan mekanis kurang begitu diperlu- dan spesifitasnya dalam diagnosis pneumonia neonatus kurang
kan bagi ventilasi yang efektif. pasti.
Berbeda dengan perjalanan penyakit pneumonia yang cepat Diagnosis banding pneumonitis pada neonatus sangat luas
oleh infeksi SGB mulai-awal, perjalanan penyakit pada bayi dan meliputi I{MD, sindroma aspirasi mekonium, takipnea se-
yang lebih tua dengan infeksi yang didapat dari lingkungan se- mentara pada bayi baru lahir, hernia diafragmatika, penyaki'
cara khas berjalan lamban. Mulainya biasanya didahului oleh jantung kongenital, sirkulasi janin persisten, dan BpD.
gejala saluran pernapasan bagian atas dan/atau konjungtivitis. PENGOBATAN. Karena penyebab pneumonia bakteri dan
Terjadi batuk non-produktif dan tingkat gangguan respirasi infeksi sistemik lain pada neonatus tumpang tindih, secara em-
yang bervariasi. Demam biasanya tidak ada, dan pemeriksaan piris antibiotik terpilih adalah sama dengan yang digunakan
ra.iografi dada menunjukkan pneumonitis interstitial setempat pada sepsis dan meningitis yang dicurigai, Untuk infeksi yang
atau difus. Infeksi ini disebut "sindroma pneumonia afebril" terjadi pada usia 7-10 hari pertama, kombinasi ampisilin dan
dan biasanya disebabkan oleh C. trachomatis, CMY, U. urea- aminoglikosida sudah cukup. Infeksi nosokomial, biasanya
lyticum, atau salah satu dari virus respirasi. Meskipun Pnea- nampak setelah saat ini, dapat diobati secara empiris dengan
mocystis carinii dilibatkan pada uraian awal, peran etiologinya vankomisin dan sefalosporin generasi ketiga. pneumonia yang
kini masih dipertanyakan. disebabkan oleh C. trachomatis diobati dengan eritromisin
DIAGNOSIS. Diagnosis pneumonia pada neonatus biasanya atau trimetoprim-sulfametoksasol; infeksi IJ. urealyticum dio-
dugaan; bukti infeksi mikrobiologi secara umum tidak ada ka- bati dengan eritromisin. Pireumonia virus yang disebabkan
rena jaringan paru-paru dapat dibiakkan dengan mudah. Mes- oleh virus sinsitial saluran napas dapat berespon terhadap
kipun beberapa ahli mendasarkan pada hasil biakan bakteri pengobatan dengan ribavirin aerosol, dan infeksi virus influ_
dari materi yang diperoleh dari trakea sebagai "bukti" penye- enza dapat diobati dengan amantadin.
666 BAGIAN XII I lnfeksi pada Bayi Baru Lahir

Disamping terapi antimikroba, pemberian oksigen dan/atau festasi' penyakit primernya, memainkan peran terbatas pada
bantuan ventilator dapat diperlukan jika ada manifesrasi hipok- hepatitis klinis neonatus (lihat Bab 221). HAV jarang dirular-
sia atau apnea. Bagi kebanyakan neonatus yang menderita kan melintasi plasenta dan didapat oleh neonatus melalui
peumenitis berat, oksigenasi membran ekstrakorporal dapat transfusi atau lewat kontaminasi tinja-oral, walaupun hal ini ti-
hermamfaat. dak umum. Infeksi HBV pada neonatus jauh lebih sering, tera-
pi kebanyakan infeksi tidak menunjukkan gejala klinis yang
nyata. Kebanyakan infeksi HBV timbul pada saat persalinan
Abzug MJ, Beam AC, Gyorkos EA, et al: Viral pneumonia in the hrst month
of life. Pediatr lnfect Dis J 9:881. 1990. atau pada awal periode pascalahir; penularan secara trans-
Brasfield DM. Stagno S, Whitley RJ, et al: Infant pneumonitis associated with plasenta dapat terjadi, tetapi tidak lazim. Infeksi biasanya dise-
cytomegalovirus, ChLamydia, .Pneumocystis, and ureaplasma: Follow-up. babkan oleh satu dari 3 mekanisme. yang paling umum terjadi
Pediatrics 79:76. 1987.
bila ibunya merupakan pengidap kronis, kelompok ini telah
Chirgwin K, Hammerschlag MR: Chlamydia pneumonia. ,ln: Feigin RD,
Cherry JD (eds): Textbook of Pediatric Infectious Diseases. Philadelphia, mengalami pengingkatan secara dramatis di Amerika Serikat
WB Saunders, 1992, p 265. pada tahun-tahun terakhir ini akibat peningkatan masuknya
Haney N, Bohlman M, Sun CJ: Radiographic findings in neonatal pneumonia.. imigran yang berasal dari Asia dan Asia Tenggara. Hampir se-
AJR Am J Roentgenol 143:23. 1984.
mua bayi yang terinfeksi oleh pengidap ibu yang kronis tidak
Mustafa MM, McCracken GH Jr: Perinatal bacterial diseases. 1n: Feigin RD,
Cherry JD (eds): Textbook of Pediatric Infectious Diseases. philadelphia, bergejala namun menjadi pengidap penyakit kronis jika bayi
WB Saunders. 1992. p 891. tidak diobati (lihat Bab 221). Jlka Serum ibu positif rerhadap
Ocerall JC Jr: Viral infections of the fetus and neonate. /n: Feigin RD, Cheny antigen hepatitis Be (HBeAg), risiko terjadinya infeksi men-
JD (eds): Textbook of Pediatric Infectious Diseases. philadelphia, WB dekati 90Vo. Mekanisme kedua adalah infeksi yang didapai
Saunders, 1992,p924.
Singh-Naz N, Willy M, Riggs N: Outbreak of parainfluenza virus type 3 in a dari ibu yang terinfeksi HBV akut. Jika hepatiris berkembang
neonatal nursery. Pediatr Infect Dis J 9:31, 1990. selama trimester ketiga atau segera setelah lahir, risiko hepati-
Thureer, ?J, Moreland S, Rodden, DJ, et al: Failure of tracheal aspirate cul- tis klinis pada bayi mendekati 80Vo.Iika infeksi ibu berkem-
tures to define the cause of respiratory deteriorations in neonates. pediatr
bang selama 2 trimester pertama, risiko infeksi pada neonatus
Infect Dis J 12:560,1993.
Walsh WF. Stanley S, Lally KP, et al.. Ureaplasma urealyticum demonstrated adalah sekitar l0-157o. Mekanisme akhir adalah untuk infeksi
by open lung biopsy in newboms with chronic lung disease. pediatr Infect yang ditularkan dari ibu dengan hepatitis aktif kronis pada
Dis J l0:823. I991. bayinya. Karena hal ini paling tidak umum dari tiga tipe, dara
resiko infeksi jarang.
Infeksi HCV dapat ditularkan dari ibu ke bayi, namun efi-
siensi penularan perinatal nampak rendah pada populasi
umum. Namun risiko nampak sangat meningkat bila ibu pada
T Bnn 100 saat bersamaan juga terinfeksi dengan virus
HIV, atau bila ibu
memiliki titer RNA HCV yang tinggi. Srudi pendahuluan me_
H epatitis pada N e onatus nunjukkan bahwa infeksi terutama didapat secara pasif dalam
uterus, dan penularan HCV vertikal tidak lazim.
Infeksi virus hepatitis D hanya terjadi bersama dengan in-
John D. Snyder dan l-arry K. Pickering feksi HBV dan tidak diuraikan pada masa neonatus. Virus he-
patitis E, yang penularannya serupa dengan HAV, hanya ter-
dapat di daerah endemik atau pada wisatawan ke daerah terse-
but, khususnya di daerah Timur Tengah dan Asia, dan belum
Serhagai agen infeksi terlibat pada radang hati pada neo-
pernah dilaporkan sebagai suatu penyebab hepatitis neonarus.
natus, meliputi bakteri patogen dan virus. Hepatitis pada neo-
Sejumlah virus lain, termasuk enterovirus, sitomegalovi_
natus disebabkan oleh faktor etiologi spesifik yang biasanya
rus, virus herpes simpleks, dan HIV, harus dipertimbangkan
dibedakan dari istilah hepatitis neonatus, yang telah digunakan
bila hepatitis terjadi. Hepatitis yang dikaitkan dengan virus-
untuk radang hati dengan penyebab yang belum diketahui.
virus ini ditemukan sebagai bagian dari penyakit multisistem
ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI. Sepsis yang disebabkan yang difus. Penyebab hepatitis non-virus pada neonatus meli_
oleh infeksi bakteri dan virus sistemik dan ekstrahepatis harus puti sifilis kongenital dan toksoplasmosis kongenital.
selalu dipertimbangkan bila hepatitis muncul pada bayi baru MANIFESTASI KLlNlS. Hepatitis pada neonarus dapat ditan_
lahir. Infeksi bakteri gram-negatif terutama merupakan penye- dai dengan ikterus, muntah, sulit makan, dan peningkatan ka_
bab penting pada bayi baru lahir dan memerlukan terapi yang dar enzim hati. Bila infeksi tidak disebabkan oleh satu dari
memadai dengan segera. Patogenesis belum secara lengkap di- lima virus hepatitis, biasanya terdapat penyakit difus yang me_
pahami, namun pengaruh kolestatik enterotoksin tampak me- libatkan kulit atau sistem saraf pusat, sistem kardiorespirasi,
mainkan peran penting. Sepsis yang disebabkan oleh organis- dan muskuloskeletal. Spektrum keadaan sakit, berkisar dari
me dan virus gram-positif juga dapat dikaitkan dengan hepa- yang ringan hingga penyakit berat mendadak (fulminan), da_
titis. Pada kebanyakan kasus, kenaikan bilirubin, terutama pat terlihat sesuai dengan agen infeksinya. Hepatitis fulminan
yang terkonjungasi, adalah ukuran yang jauh lebih besar dari- ditandai oleh pemburukan penyakit yang cepat hingga kadar
pada kadar aminotransferase atau fosfatase alkali.
enzim hati sangat tinggi, penurunan produksi protein koagu_
Banyak agen virus dapat menyebabkan hepatitis pada neo- lasi, kenaikan kadar amonia serum, syok, koma, atau mening_
natus. I-ima virus hepatotrofi, hepatitis A (HAV), B(HBV), C gal. Tingginya kadar bilirubin dan aminotransferase serum
(HCV), D, dan E, yang menyebabkan hepatitis karena mani-
merupakan peramal buruk mengenai hasil akhir. Karena sing_
101 I lnfeksi Saluran Kencing, 667

katnya masa-paruh protein koagulasi, waktu protrombin meru-


pakan pertunjuk prognosis terbaik.
HBV, virus hepatitis yang. paling lazim yang menginfeksi
I Bae 101
neonatus, biasanya menyebabkan penyakit asimtomatik. Rang-
kaian kejadian yang paling umum adalah bayi tidak memiliki Infeksi Sqluran Kencing*
pertanda klinis penyakit dan menjadi positif antigen hepatitis
B (HBsAg) permukaan. Anak-anak ini sering memiliki nilai (Lihat Bab 492)
enzim hati normal atau hanya abnormal ringan pada evaluasi Ricardo Gonailes
laboratorium. Biopsi hati dapat normal pada awalnya, namun
infeksi kronis dapat menyebabkan sirosis, biasanya pada de-
kade ketiga atau keempat kehidupan, sangat meningkatkan
risiko perkembangan karsinoma hepatosoluler primer. Infeksi saluran kencing terjadi pada O,lVo bayi baru lahir.
Diagnosis banding hepatitis pada neonatus harus mencakup dan infeksi ini berbeda dari infeksi pada anak yang berumur
penyebab-penyabab infeksi yang dibahas di sini karena sejum- lebih dari I tahun, dalam hal infeksi lebih sering terjadi pada
lah diantaranya dapat diobati. Penyebab-penyebab lain yang laki-laki daripada wanita, manifestasi klinisnya kabur dan ti_
seharusnya dipertimbangkan meliputi gangguan anatomi (atre- dak spesifik, dan infeksi pada kelompok umur ini cenderung
sia biliaris intra- dan ekstrahepatika, kista koledokus), metabo- lebih parah. Faktor-faktor yang memberi kecenderungan terha_
lik (kistik fibrosis, gangguan metabolisme asam empedu, ga- dap infeksi adalah status sekretor kelompok darah p, refluks
laktosemia, tirosinosis, defisiensi cU-antitripsin) dan toksik vesi-kouretral, uropati obstruktif, berat badan lahir rendah.
(obat, hiperalimentasi).
mielo-meningokele, kateterisasi kandung kencing, dan, untuk
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN. Meyakinkan bahwa laki- laki, tidak disirkumsisi. Resiko infeksi saluran kencing
wanita mendapatkan bantuan-bantuan perawatan prenatal se- pada laki-laki yang tidak disirkumsisi pada umur tahun per_
cara rutin untuk mengenali dan dapat membantu pencegahan tama adalah 0,041 dan kemungkinan
banyak penyebab hepatitis infeksiosa. Disamping terapi an-
ini menurun hingga
0,002 pada yang telah disirkumsisi saar neonatus. Tujuh_pulutt
timikroba yang efektif terhadap hepatitis akibat bakteri, obat lima persen infeksi disebabkan oleh Escherichia coli, enrero-
antivirus terus dikembangkan. Asiklovir efektif melawan virus bakter dan kokus gram-positif lain tidak lazim menimbulkan
herpes simpleks dan varisela, dan gansiklovir serta foskarnet infeksi. Rute infeksi pada kebanyakan kasus bersifat asenden
dapat digunakan untuk mengobati infeksi sitomegalovirus. dan jarang secara hematogen. Disamping parut ginjal, infeksi
Agen yang dapat secara efektif melawan infeksi HIV adalah bayi baru lahir dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan gin_
zalsitabin dan zidovudin. jal, walaupun tidak ada refluks. Rerardasi pertumbuhan ginjal
Wanita seharusnya menjalani uji HB5Ag selama perawatan ini dapat reversibel setelah pubertas pada anak tanpa refluks.
prenatal rutin dan bayi yang dilahirkan dari wanita yang me-
MANIFESTAST KLtNtS DAN DtAcNOStS. Manifestasi yang paling
miliki serum positif harus mendapatkan imunoglobulin hepa- sering adalah kegagalan pertumbuhan, menurunnya be-rat ba_
titis B dan vaksinasi hepatitis B (lihat Tabel24'l-1, Bab 247) dan, tidak napsu makan, ikterus, diare, dan demam. De_mam
dalam 12 jam setelah lahir. Dosis vaksin tambahan diberikan biasanya ringan, namun pada beberapa bayi dapat men_ jadi
pada umur 1 dan 6 bulan. Ikatan Dokter Ahli Anak Amerika sepsis. Massa perut yang dapat diraba atau aliran kencing yang
dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan penyakit mere- lemah memberi kesan adanya uropati obstruktif. Mungkin ada
komendasikan pemberian vaksin hepatitis B pada semua bayi leukositosis, kenaikan kadar kreatinin serum, dan asidosis. Di_
pada saat lahir. Skema 3 dosis vaksinasi hepatitis B yang agnosis diperkuat oleh biakan positif urin yang diperoleh de-
direko-mendasikan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang ngan kateterisasi atau aspirasi suprapubik. .panduan
memiliki HBsAg negatif adalah dosis 1 saat lahir, dosis 2 satu gelombang ultra untuk aspirasi suprapubik direkomendasikan.
bulan setelah dosis 1, dan dosis 3 pada umur 6-18 bulan. peng- Biakan urin yang dikumpulkan menggunakan kanrung yang
ujian rutin pada bayi untuk menentukan adanya anti-HB5Ag ti- melekat hanya berguna bila bernilai negatif untuk me_
dak dianjurkan. niadakan kemungkinan infeksi. Sejumlah bakteri gram-negarif
pada aspirat suprapubik urin menunj'ukkan adanya infeksi. Se-
jumlah kecil kuman kokus gram-positif mungkin dikarenakan
Lin H-H, Kao J-H, Hsu H-Y, et al: Possible role of high+iter maternal viremia
in perinatal transmission ofhepatitis C virus. J Infect Dis 169:63g,1994. kontaminan dari kulit. Analisis urin mengungkapkan terdapa,
Ohto H, Terazawa S, Saski N, et al: Transmission of hepatitis C virus from lebih dari 10 leukosit pada setiap bidang pembesaran kuar
mothers to infants. N Engl J Med 330744, 1994 pada lebih dari 50% bayi dengan infeksi saluran kencing, na_
Pickering LK: Management of the infant of a mother with viral hepatitis. pedi-
atr Rev 9:315, 1988.
mun tidak adanya piuria tidak menyingkirkan inf'eksi. Biakan
Proceedings of a Symposium: Hepatitis B today. Storch GA, Koff RS, Halsey darah positif pada 33Vo bayi dengan infeksi saluran kencing
,.iA. et al: New guidelines for the pediatrician. pediatr Infect Dis J 12:427, dan meningitis dapat terjadi pada beberapa bayi.
993
EVALUASI. Pemeriksaan ultrasonografi ginjal dan kandung
r

The liver in infancy and childhood.1a: Sherlock S, Dooley J (eds): Disease of


the Liver and Biliary System, 9th ed. London, Blackwell Scientific, 1993,
kencing harus diambil segera setelah cliagnosis ditegakkan pa-
pp 434-459. da semua bayi yang terinfeksi. Sepsis lebih umum pada bayi
Zimmerman HJ, Fang M, Utill R, et al: Clinical conference: jaundice due to dengan saluran kencing melebar. Ultrasonografi juga sensitif
bacterial infection. Gastroenterology 77 :362. 1979. untuk mengesampingkan kemungkinan pionefrosis dan abses
ginjal. Setelah peneyembuhan episode akut,. sistourerrogram
kosong dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan refluks.
668 BAGIAN XII I Infeksi pada Bayi Baru Lahir

Evaluasi lebih lanjut pada bayi baru lahir dengan refluks atau dan pionefrosis dicurigai, pertimbangkanlah drainase renal
obstruksi dibahas pada Bab 493. Pada kasus yang tidak jelas. perkutan (nefrostomi ).
sken ginjal menggunakan asam dimerkaptosuksinat (dime rcapt, - Meskipun beberapa penulis merekomendasikan sirkumsisi
ruccinit acid IDMSAI) membantu menegakkan diagnosis pie- bayi secara rutin untuk menurunkan risiko infeksi saluran
lone lritis. kencing, mungkin lebih masuk akal dan efektif untuk meng-
. PENGOBATAN, Antibiotik parenteral, biasanya termasuk
evaluasi dan mengobati segera semua bayi dengan riwayat ke-
aminoglikosida dan ampisilin atau sefalosporin, harus mulai lainan ginjal pada ultrasonografi prenatal.
diberil.an bahkan sebelum hasil tes sensitivitas organisme di-
ketahui. Jika dari pemeriksaan ultrasonografi dicurigai adanya
obstruksi jalan keluar kandung kencing (biasanya katup uretra Alari U, Prey M, Davidai G, et al: Ultrasonography in the evaluation of chil-
dren with urinary tract infection. Pediatrics 78:58, 1986.
posterior pada laki-laki atau uretorokele ektopik pada wanita),
Chessare JB: Circumcision: is the risk ofurinary tract infection the pivotal is-
penggunaan kateter kandung kencing sangat penting untuk sue? Clin Pediatr 3l: 100, 1992.
menghilangkan obstruksi. Demikian juga, lika obstruksi ureter Hellstrom M, Jacobsson B, Jodal U, et al: Renal growth after neonatal urinarv
tract infection. Pediatr Nophol l:269,1987.

Anda mungkin juga menyukai