Dokumen - Tips Buku Panduan Praktikum Mikro 2012ok Edit Finish
Dokumen - Tips Buku Panduan Praktikum Mikro 2012ok Edit Finish
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Mikropaleontologi
Laboratorium Mikropaleontologi 1
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
c. Korelasi stratigrafi dari suatu daerah dengan daerah lain, baik korelasi
permukaan atau bawah peimukaan.
d. Membantu menentukan batas-batas suatu transgresi dan regresi,
misalnya dengan menggunakan foraminifera bentos Rotalia beccarii
(fosil penciri daerah transgresi), Gyroidina soldanii (fosil penciri batial
atas) dan lain-lain.
e. Untuk penyusunan satuan biostratigrafi.
Fosil yang digunakan sebagai penunjuk umur. Pada umumnya jenis fosil ini
mempunyai penyebaran vertikal yang pendek dan penyebaran lateral luas
serta mudah dikenal.
4. Fosil Lingkungan
5. Fosil Iklim
Laboratorium Mikropaleontologi 3
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Seorang sarjana Swedia, Carl Von Line (1707 - 1778) yang kemudian
melahirkan namanya menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang
dikenal sebagai LAW OF PRIORITY (1958), yang pada pokoknya
menyebutkan bahwa nama yang telah dipergunakan pada suatu individu
tidak dipergunakan untuk nama individu yang lain.
Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata, sedangkan
tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkatan subspesies terdiri dari tiga kata.
Nama - nama kehidupan selalu diikuti oleh orang yang menemukannya.
Atau
Laboratorium Mikropaleontologi 4
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
atau
Laboratorium Mikropaleontologi 5
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Laboratorium Mikropaleontologi 6
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
1.6.2 Penguraian/Pencucian
Laboratorium Mikropaleontologi 7
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
- Mikroskop
- Cawan untuk tempat hasil pencucian fosil yang siap untuk dianalisis
- Jarum untuk mengambil fosil
- Kuas bulu halus
- Cawan tempat air
- Lem untuk merekatkan fosil
- Tempat fosil
Laboratorium Mikropaleontologi 8
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Laboratorium Mikropaleontologi 9
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
BAB II
PENGENALAN CANGKANG FORAMINIFERA PLANKTON
Laboratorium Mikropaleontologi 10
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Pada Umbilicus
Pada Aperture
Keel Spine
Pada Suture
b. Trochospiral, sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar
terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama.
Contoh: Globigerina
Septa adalah bidang yang merupakan batas antara kamar satu dengan
yang lainnya, biasanya terdapat lubang-lubang halus yang disebut dengan
foramen. Septa tidak dapat dilihat dari luar test, sedangkan yang tampak
pada dinding luar test hanya berupa garis yang disebut suture.
Suture merupakan garis yang terlihat pada dinding luar test, merupakan
perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting dalam
pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki suture
yang khas.
Pada susunan kamar trochospiral jumlah putaran dapat diamati pada sisi
dorsal, sedangkan pada planispiral jumlah putaran pada sisi ventral dan
dorsal mempunyai kenampakan yang sama.
Gambar :
Trochospiral
Planispiral
2.4 Aperture
Aperture adalah lubang utama dari test foraminifera yang terletak pada
kamar terakhir. Khusus foraminifera plankton bentuk aperture maupun
variasinya lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama
interiomarginal yang terletak pada dasar (tepi) kamar akhir ( septal
face) dan melekuk kedalam, terlihat pada bagian ventral (perut).
c. Accessory Aperture
Merupakan aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory
atau aperture tambahan.
Contoh : Catapsydrax
1. Dinding Chitin/tektin
Dinding tersebut terbuat dari zat tanduk yang disebut chitin, namun
foraminifera dengan dinding seperti ini jarang dijumpai sebagai fosil.
Foraminifera yang mempunyai dinding chitin, anatara lain :
Golongan Allogromidae
Golongan Miliolidae
Golongan Lituolidae
Golongan Astrorhizidae
Contoh :
Dinding yang terdiri dari zat-zat gampingan dijumpai pada sebagian besar
foraminifera. Dinding yang gampingan dapat dikelompokam menjadi :
• Gampingan Porselen
Gampingan porselen adalah dinding gampingan yang tidak berpori,
mempunyai kenampakan seperti pada porselen, bila kena sinar langsung
berwarna putih opaque, contoh : Quinqueloculina, Pyrgo
• Gamping Granular
Gamping granular adalah dinding yang terdiri dari kristal-kristal kalsit
yang granular, pada sayatan tipis kelihatan gelap. Dijumpai pada
golongan Endothyra dan beberapa spesies dari Bradyina serta
Hyperammina.
• Gamping Kompleks
Gamping kompleks adalah dinding yang berlapis, kadang-kadang terdiri
dari satu lapis yang homogen, kadang-kadang dua lapis bahkan sampai
empat lapis. Terdapat pada golongan Fussulinidae.
• Gamping Hyaline
Terdiri dari zat-zat gampingan yang transparan dan berpori, Kebanyakan
dari foraminifera plankton mempunyai dinding seperti ini.
BAB 3
FORAMINIFERA PLANKTONIK
b. Trochospiral, sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar
terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama.
Contoh : Globigerina.
3.1.3 Suture
(telah dibahas pada BAB 2)
3.1.5 Aperture
Aperture adalah lubang utama pada test foraminifera yang terletak pada
kamar terakhir. Khusus foraminifera plankton bentuk aperture maupun
variasinya lebih sederhana. Umumnya mempunyai bentuk aperture utama
interiomarginal yang terletak pada dasar (tepi) kamar akhir (septal face) dan
melekuk ke dalam, terIihat pada bagian ventral (perut).
c. Accessory Aperture
Merupakan aperture sekunder yang terletak pada struktur accessory atau
aperture tambahan. Contoh: Catapsydrax.
- Orbulina bilobata
- Orbulina suturalis
3.2.1.2 Genus Globigerina
- Globigerina nepenthes
- Globigerina praebulloides
Ciri khas : kamar menggembung, suture pada bagian spiral radial hingga
sangat melengkung, tertekan, pada bagian umbilical radial, tertekan,
umbilicusnya dalam.
- Globigerina seminulina
Ciri khas : kamar spherical satu yang terakhir elongate. Umbilicus kecil
hingga sangat lebar, sangat dalam. Aperture berbentuk elongate atau
melengkung rendah, interiomarginal umbulical dibatasi oteh lengkungan.
3.2.1.3 Genus Globigerinoides
Ciri morphologinya sama dengan Globigerina tetapi pada
Globigerinoides terdapat supplementary aperture.
Globigerinoides conglobatus
Ciri khas : kamar awalnya subspherical, tiga kamar terakhir
bertambah secara perlahan. Umbilicus sempit, tertutup dan dalam.
Aperture primer interiomarginal umbilical, umbilical panjang,
melengkung dibatasi oleh sebuah lengkungan, serta terdapat aperture
sekunder.
Globigerinoides extremus
Ciri khas : empat kamar terakhir bertambah besar, suture
melengkung oblique pada spiral-spiral dan pada bagian umbilicusnya
tertekan, umbilicusnya sempit, dalam. Semua kamar pada putaran
terakhir yang tertekan, oblique lateral. Terdapat hiasan berupa tooth pada
aperturenya.
Globigerinoides fistulosus
Mempunyai kamar spherical, kamar terakhir bergerigi pada
peri- peri, suture pada bagian spiral melengkung tertekan, umbilicusnya
sangat lebar. Aperture primer interiomarginal umbilical, lebar, terbuka
dengan adanya sebuah lip. Terdapat aperture sekunder pada kamar awalnya.
Globigerinoides immaturus
Tiga kamar terakhir bertambah besar tidak begitu cepat. Umbilicus
sempit. Aperture primer interiomarginal umbilical dengan lengkungan yang
rendah sampai sedang, dibatasi oleh sebuah rim. Terdapat aperture
sekunder pada kamar terakhir.
Globigerinoides primordius
Ciri khasnya hampir sama dengan Globigerina praebulloides tetapi
mempunyai aperture sekunder pada sisi dorsal.
Globigerinoides obliquus
Satu kamar terakhir berbentuk oblique. Aperture primer
interiomarginal umbilical, sangat melengkung yang dibatasi oleh sebuah
rim. Sebagian kecil dari kamar terakhir memperlihatkan sebuah
aperture sekunder yang berseberangan dengan aperture primer.
Globigerinoides ruber
Perputaran kamarnya terlihat mulai dari samping. Aperture
interiomarginal umbilical, dengan lengkungan sedang yang terbuka
dibatasi oleh sebuah rim. Pada sisi dorsal terdapat aperture sekunder.
Globoquadrina dehiscens
Kamar subglobular menjadi semakin melingkupi pada saat dewasa.
Tiga kamar terakhir bertambah ukurannya secara cepat. Pada
kenampakan samping sisi dorsal terlihat datar.
Globoquadrina altispira
Empat kamar terakhir bertambah ukurannya secara sedang,
umbilicus sangat lebar, dalam, aperture interiomarginal sangat
lebar terlihat elongate pada bagian atas, terdapat flape.
3.2.1.5 Genus Sphaeroidinella
Bentuk test spherical atau oval, bentuk kamar globular dengan
jumlah kamar tiga buah yang saling berangkuman (embracing). Aperture
terbuka lebar dan memanjang di dasar suture. Pada dorsal terdapat
supplementary aperture. Mempunyai hiasan berupa suture bridge.
Pulleniatina obliqueloculata
3.2.1.8 Genus
Catapsydrax
Mempunyai hiasan pada aperture berupa ”bulla” pada Catapsydrax
dissimilis dan ”tegilla” pada Catapsydrax stainforthi. Juga
mempunyai accessory aperture yaitu ”infralaminal accessory aperture”
pada tepi hiasan aperturenya.
Spesies yang termasuk dalam genus ini:
Catapsydrax dissimillis
3.2.2 Famili
Globorotaliidae
Umumnya mempunyai bentuk test biconvex, bentuk kamar subglobular atau
angular conical, susunan kamar trochospiral. Aperture memanjang dari
umbilicus ke pinggir test dan terletak pada dasar apertural face. Pada pinggir
test ada yang mempunyai keel dan ada pula yang tidak.
Genus yang termasuk dalam famili ini
:
3.2.2.1 Genus
Globorotalia
Berdasarkan ada atau tidaknya keel, maka genus ini dapat dibagi menjadi
2 subgenus, yaitu :
Subgenus
Globorotalia
Subgenus ini mencakup seluruh Globorotalia yang mempunyai keel. Untuk
membedakan subgenus ini dengan subgenus lainnya maka dalam
penulisannya, biasanya diberi kode sebagai berikut :
Contoh : Globorotalia
(G)
Beberapa spesies yang termasuk dalam subgenus ini
:
- Globorotalia
tumida
Test trochospiral rendah sampai sedang, sisi spiral lebih convex daripada
sisi umbilical, permukaannya licin kecuali pada kamar dari putaran akhir dan
umbilical pada kamar akhir yang pustulose. Suture disisi spiral pada mulanya
melengkung halus Ialu melengkung tajam mendekati akhir hampir lurus
hingga radial, pada distal kembali melengkung hampir tangensial ke peri-
peri.
- Globorotalia plesiotumida
• Subgenus turborotalia
Mencakup seluruh Globorotalia yang tidak mempunyai keel. Untuk
penulisannya, biasanya diberi kode sebagai berikut :
- Globorotalia siakensis
Susunan kamar trochospiral lemah, peri-peri equatorial lobulate, kamar
tidak rata, subglobular, kamar ke 5-6 terakhir membesar tidak teratur. Pada
kedua sisi suturenya radial, tertekan, umbilical agak lebar sampai agak
sempit, dalam. Aperture interiomarginal umbilical extra umbilical, agak
rendah, terbuka, melengkung, dibatasi oleh bibir atau rim.
3.2.3.1 Genus
Hantkenina
Bentuk test biumbilicate, bentuk kamar tabular spinate dan susunan kamar
planispiral involute, tiap-tiap kamar terdapat spine-spine yang panjang.
Contoh : Hantkenina
alabamensis
3.2.3.2 Genus Cribrohantkenina
Mempunyai ciri hampir sama dengan Hantkenina tetapi kamar akhir
sangat gemuk dan mempunyai “Cribate" yang terletak pada apertural
face.
Uniserial, terdiri dari satu macam susunan kamar dan sebaris kamar,
terdiri dari :
a. Uniformed, terdiri dari :
Uniserial : test yang tersusun oleh satu baris kamar, terdiri
dari :
Biserial, test yang tersusun oleh dua baris kamar yang terletak
berselang-seling Contoh: TextularIa
Triserial, test yang tersusun oleh tiga baris kamar yang terletak
berselang-seling Contoh : Uvigerina, Bulimina
b. Biformed Test
Contoh : Bigerina
c. Triformed Test
Contoh: Vulvulina
d. Multiformed Test,
Golongan bentos memiliki bentuk aperture yang bervariasi. Dan aperture itu
sendiri merupakan bagian penting dari test foraminifera, karena merupakan
lubang tempat protoplasma organisme tersebut bergerak keluar dan masuk.
Famili berbentuk lensa, trochoid, terputar involut, pada ventral terlihat suture
bercabang tak teratur, komposisi test gampingan, berpori halus, aperture
kecil pada bagian ventral
- Genus Bathysiphon Sars
1972
- Genus
Bolivina
APLIKASI FORAMINIFERA
Sedangkan yang dipelajari dalam praktikum ini adalah faktor biologi yang
mempelajari kehidupan organisme masa lampau berdasarkan Iingkungan
hidupnya.
% Ratio
Kedalaman (m)
Plankton
1- 10 0-70
10 - 20 0-'70
20 - 30 60 - 120
30 - 40 100 - 600
40 - 50 100 - 600
50:- 60 550 -700
60 -70 680 - 825
70 - 80 700 - 1100
80 - 90 900 - 1200
90 - 100 1200 - 2000
Linqkunqan Penqendapan Bentos Kedalaman % Ratio
Neritik Tepi .. 0 - 20 0-20
Neritik.Tenqah 20 - 100 20 - 50·
Neritik Atas 100 - 200 20 - 50
Bathyal A tas 200 - 500 30 - 50
Bathyal Bawah 500 - 2000 50- 100
Dibawah ini adalah zona ekologi foraminifera benthos sebagai penciri daerah
intertidal menurut Tispword, dkk (1966) pada daerah Gulf Coast untuk Zaman
Resen.
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Laboratorium Mikropaleontologi 47
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
2.
Laboratorium Mikropaleontologi 48
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Laboratorium Mikropaleontologi 49
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Normal
Laboratorium Mikropaleontologi 50
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Laboratorium Mikropaleontologi 51
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Berdasar foram resen pada sedimen dasar laut, dengan metode matematik-
statistik dengan membandingkan hasil penghitungan fosil Kenozoikum akhir-
Resen.
Laboratorium Mikropaleontologi 52
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Laboratorium Mikropaleontologi 53
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Zonasi Foraminifera Planktonik menurut Banner dan Blow (1965), dan Blow (1969).
(Dikutip dari Kennett dan Srinivasan)
Laboratorium Mikropaleontologi 54
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
Laboratorium Mikropaleontologi 55
Buku Panduan Praktikum Mikropaleontologi 2015 - 2016
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Mikropaleontologi 56