Anda di halaman 1dari 85

RANGKUMAN MATERI

KELAS X SMK
Tahun Ajaran 2010 / 2011
MATERI 1

OPERASI BILANGAN REAL

Bilangan adalah suatu gagasan, ide, bersifat abstrak yang dapat memberi
keterangan tentang banyaknya anggota suatu himpunan.

 Macam-Macam Bilangan
1. Bilangan Asli : Himpunan semua bilangan asli A={1,2,3,...}
2. Bilangan Cacah : Himpunan semua bilangan cacah C={0,1,2,3,...}
3. Bilangan Bulat : Himpunan semua bilangan bulat B={...,-3,-2,-1, 0,1,2,3,...}
4. Bilangan Rasional : Bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk , dengan
a & b bulat dan b 0. Himpunan bilangan rasional
Q={x= , a, b B, b 0}. Maka, bilangan rasional meliputi semua bilangan
bulat, pecahan sejati, dan pecahan tidak sejati (campuran).
Jika a > b : , , , ... (pecahan tak sebenarnya)
=2 , =1 , = -2 (pecahan campuran)
Jika a < b : , , , ... (pecahan murni)
Jika a = b : , , ... (bilangan bulat)
5. Bilangan Irasional : Bilangan yang lambangnya tidak dapat dinyatakan
sebagai bilangan pecahan atau bukan bilangan rasional dengan notasi I = {x|x
bilangan irasional} , misalnya √ , √ , √ , ... ; √ , √ , ... ; log 2, log 3, log 12,
e =2,7128...,
6. Bilangan Real (nyata) : Gabungan himpunan bilangan rasional dan irasional
yang dilambangkan dengan huruf R. Dapat dinyatakan bahwa bilangan real
meliputi semua bilangan bulat, pecahan, dan semua bilangan irasional dengan
notasi R = {x|x Q I }
7. Bilangan Imaginer (khayal) : Bilangan dari hasil penaksiran akar yang
kemungkinan menghasilkan bilangan yang tidak nyata (imaginasi), misal √ ,
√ , √ , ...dst. dengan notasi i = √ , maka
2 2
i = (√ ) = -1
i3 = i2 x i = -1 x i = -i
i4 = (√ 4
) = 1 ...dst.
8. Bilangan Kompleks : Gabungan bilangan nyata dan bilangan khayal atau
semesta dari dari semua bilangan yang dinyatakan dengan x + yi
x = bilangan nyata dan y = bilangan khayal. Notasi bilangan kompleks yaitu
K={ x + yi | x, y R, i = √ }. Contoh bilangan kompleks :
-3 + 2i dengan -3 sebagai bilangan bulat dan 5i sebagai bilangan khayal
9. Himpunan bilangan lainnya :
 Himpunan bilangan ganjil (bilangan yang tidak habis dibagi dengan 2) =
{1,3,5,...}
 Himpunan bilangan genap (bilangan yang habis dibagi dengan 2) =
{2,4,6,...}
 Himpunan bilangan prima (bilangan yang hanya memiliki 2 faktor, yaitu
angka 1 dan bilangan itu sendiri) = {2,3,5,7,...}
 Himpunan bilangan tersusun (bilangan asli yang bukan bilangan prima) =
{1,4,6,8,9,...}

Rangkuman Kelas X 1
 Himpunan bilangan komposit (bilangan yang memiliki lebih dari 2 faktor) =
{4,6,8,9,...}
 Himpunan bilangan kuadrat (bilangan hasil dari penguadratan suatu
bilangan) = {1,4,9,16,25,...}

 Ikhtiar Bilangan

Kompleks
(K)

Khayal
Nyata (R)
(IM)

Irasional Rasional
(I) (Q)

Pecah (P) Bulat (B)

Negatif
Murni Campuran Cacah (C)
(B - )

Nol Asli (A)

Ganjil Prima

Genap Komposit

Kompleks

Asli

Cacah

Bulat dan
Pecahan

Rasional dan
Irasional

Real

Gambar Diagran Venn Ikhtiar Bilangan

 Operasi hitung bilangan bulat


1. Penjumlahan
Jika a dan b bilangan asli, maka :
 (-a)+(-b) = -(a+b)
(-225.136)+(-751.661) = -(225.136+751.661)
= -976.797

Rangkuman Kelas X 2
 a+(-b) = a-b, dengan a>b
756.220+(-136.112) = 756.220-136.112
= 620.108
 (-a)+b = -(a-b), dengan a>b
(-556.785)+57.461 = -(556.785-57.461)
= -499.324
 a+(-b) = -(b-a), dengan a<b
76.105+(-89.157) = -(89.157-76.105)
= -13.052
 (-a)+b = b-a, dengan a<b
(-796.884)+901.844 = 901.844-796.884
= 104.960
Sifat penjumlahan bilangan bulat :
 Komutatif : a+b = b+a
275.116+(-546.113) = (-546.113)+ 275.116
= -270.997
 Asosiatif : (a+b)+c = a+(b+c)
(116.176+717.221)+(-93.110) = 116.176+[717.221+(-93.110)]
= 740.287
 Unsur Identitas : a+(-a) = 0
54.329+(-54.329) =0

2. Pengurangan
Jika a dan b bilangan asli, maka :
 a-b = a+(-b)
795.012-656.773 = 795.012+(-656.773)
= 138.239
 a-b = (a+c)-(b+c)
931.765-87.164 = (931.765+11.074)-( 87.164+11.074)
= 844.601
 a-(b+c) = (a-b)-c
385.714-(10.213+54.168) = (385.714-10.213)- 54.168
= 321.333
 (a+b)-c = a+(b-c)
[856.771+(-31.249)]-21.200 = 856.771+[(-31.249)-21.200]
= 804.322
Sifat komutatif dan asosiatif pada penjumlahan tidak bisa diterapkan pada
pengurangan. Contoh :
 Komutatif : a-b b-a
56.738-79.150 79.150-56.738
-22.142 22.142
 Asosiatif : (a-b)-c a- (b-c)
(99.109-10.001)-35.765 99.109-(10.001-35.765)
-53.343 53.343
3. Perkalian
Perkalian merupakan penjumlahan yang berganda, dapat dinyatakan
sebagai berikut : axb = b+b+b+... contoh :5x3 = 3+3+3+3+3 = 15. Pada
bentuk axb = c ,notasi perkalian (x) atau ( ) dengan a : pengali, b : bilangan
yang dikalikan, dan c : hasil kali.
Jika a dan b bilangan asli, maka :

Rangkuman Kelas X 3
 axb = bxa  -axb = - (axb)
561x957 = 957x561 -583x736 = -(583x736)
= 486.877 = -429.088
 ax(-b) = -(axb)  -ax(-b) = +(axb)
732x(-915) = -(732x915) -287x(-117)= +(287x117)
= -669.780 = 33.579
Sifat perkalian bilangan bulat :
 Komutatif : axb = bxa
(-751)x516 = 516x(-751)
= -337.516
 Asosiatif : ax(bxc) = (axb)xc
-115x(731x289) = [(-115)x731]x289
= -24.294.785
 Distributif : ax(b+c) = (axb)+(axc)
237x(516+714) = (237x516)+( 237x714)
= 291.510
 Tertutup (anggota perkalian masih dalam satu jenis bilangan) : axb B ,
contoh : (137)x571 = -78.227
 Unsur Identitas : 1xa = ax1 = a dan ax = 1(kebalikan atau invers a
terhadap perkalian)
Bentuk perkalian yang perlu diketahui :
1. (a+b)2 = (a+b)(a+b) = a2+2ab+b2
2
2. (a-b) = (a-b)(a-b) = a2-2ab+b2
3. (a-b)(a+b) = a2-b2
4. a3-b3 = (a-b)(a2+ab+b2)
5. a3+b3 = (a+b)(a2-ab+b2)
4 4
6. a -b = (a2+b2)(a2-b2)
7. (a+b+c)2 = a2+b2+c2+2ab+2ac+2bc
8. (a-b-c)2 = a2+b2+c2-2ab-2ac+2bc
4. Pembagian
Jika a dan b bilangan bulat dengan b 0, maka :
a:b = m dapat ditulis dalam bentuk pecahan = m , maka a = mxb
Sifat pembagian bilangan bulat :
 ax(b:c) = (axb):c
ax =
 (axb):(pxq) = (a:p)x(b:q)
= x
 a:(b:c) = ax(c:b)
= ax

 a:b = (axp):(bxp)
= ,p 0
 a:b = (a:p):(b:p)
= ,p 0
 (a:b):p = (a:b)x(1:p)
= x

Rangkuman Kelas X 4
 (a+b):p = (a:p)+(b:p)
= +
 (a-b):p = (a:p)-(b:p)
= -
 ap:aq = ap-q
= ap-q
 (a:b)p = ap:bp
( )p =
 Operasi Hitung Bilangan Pecahan
1. Penjumlahan dan Pengurangan
 =
+ = =
 =
= = =
sifat penjumlahan dan pengurangan bilangan pecahan sama dengan
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
2. Perkalian dan Pembagian
 x =
x = =
 : = x =
: = x = = =1
sifat perkalian dan pembagian bilangan pecahan sama dengan penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat.
Terdapat 3 cara penulisan pecahan, yaitu :
1. Pecahan Biasa (pecahan murni), dengan a>b
2. Pecahan Desimal, dibagi menjadi 3 bentuk :
 Terbatas : 0,5
 Tidak Terbatas : 0,5876564...
 Berulang (Repeten) : 0,555... atau 0,5
Operasi bilangan pecahan desimal :
1. Penjumalahan

0,8945+0,0835+ 0,65 = 1,628

0,8945
0,0835
0,65 +

1,628 lebih baik memakai cara bersusun, karena lebih cermat, jangan lupa
disejajarkan pada tanda koma.

2. Pengurangan
1-0,09824-0,524 = 0,37776

1
0,09824 -

Rangkuman Kelas X 5
0,90176
0,524 -
0,37776 pada operasi pengurangan bersusun harus dikerjakan per
langkah tidak dianjurkan langsung semua untuk memperkecil kesalahan hitung.
3. Perkalian
6,894x7,03 = 48,46482

6,894
7,03 x
20682
0000
48258 +
48,46482 pada operasi perkalian bersusun, tanda koma hasil
perkalian diletakan sesuai dengan jumlah bilangan dibelakang koma pada
pengali dan bilangan yang dikalikan.
4. Pembagian
86,35 : 0,025 = 3.454
3454
25 86350
75 -
113
100 -
135
125 -
100
100 -
0 pada operasi pembagian bersusun, pembagi harus
dalam bentuk bulat, tidak boleh terdapat koma.

Pemfaktoran aljabar
Contoh :
1. = = (x-2)
x-2
x-3 x2-5x+6
x2-3x -
-2x+6
-2x+6 –
0
2. = x2–7x+28 Harus ditambah 0x
x2–7x+28 untuk melengkapi
X+4 x -3x +0x+112
3 2 urutan pangkat

x3+4x2 -
-7x +0x
2

-7x2-28x -
28x+112
28x+112-
0

Rangkuman Kelas X 6
3. Pecahan Prosen adalah bilangan rasional yang berpenyebut 100.
Lambang dari prosen adalah % . Contoh : = x 100%= 45% ;
= x100% = % =14 % diusahakan dalam membuat bilangan prosen
menggunakan bentuk pecahan.
 Konversi pecahan biasa ke desimal ke prosen
= 0,125 = 0,125 x 100% =12,5 %
0,125
8 10
8–
20
16 –
40
40 –
0
 Konversi pecahan biasa ke prosen ke desimal
= x 100% = 60% = = 0,6
 Konversi desimal ke pecahan biasa
 0,24 =
 0,333... =

x= 0,333...
10x = 3,333... Berulang pada
x= 0,333...- bilangan ke-I ,
9x = 3 jadi dikali 10

x= =
 2,3181818...

x = 2,3181818...
Berulang pada
1000x = 2318,1818... bilangan ke-III , jadi
10x = 23,1818...- dikali 1000
990x = 2295
x = = =2
 Konversi prosen ke pecahan biasa
78% =
 Perbandingan dan Skala
1. Perbandingan (Rasio)
Adalah membandingkan 2 besaran sejenis pada umumnya dinyatakan dengan
bilangan. Misalnya membandingkan ukuran pensil yang masing-masing 20 cm
dan 15 cm. Perbandingannya dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. 20 cm : 15 cm
2. 20 cm lawan 15 cm
3. 20 cm / 15 cm atau = (baca: 4 banding 3, perbandingan pada
umumnya dinyatakan dalam nilai yang terkecil)

Perbandingan ada 2 macam :


a. Perbandingan Senilai : 2 perbandingan yang nilainya sama.

Rangkuman Kelas X 7
Misal : 3 / 7 senilai dengan 24 / 56
Contoh : perbandingan jarak dan waktu. Semakin jauh jarak, semakin lama
pula waktunya.
Jika mobil A dapat menempuh jarak 200 km dengan waktu 120 menit.
Berapa waktu yang mobil B yang butuhkan untuk menempuh jarak 100 km?
Jawab : =

=
Waktu B x 200 km = 100 km x 120 menit
Waktu B =
Waktu B = 60 menit
Berarti rumus perbandingan senilai : =
b. Perbandingan Berbalik Nilai : 2 perbandingan yang nilainnya saling
berbalikan.
Misal : 2/5 dengan 5/2
Contoh : kecepatan dengan waktu. Semakin tinggi kecepatan, maka semakin
singkat waktu.
Jika mobil A dapat menempuh jarak tertentu dengan kecepatan 60km/jam
dengan waktu 120 menit. Berapa kecepatan yang mobil B yang butuhkan
untuk menempuh jarak yang sama dalam waktu 180 menit ?
Jawab : =

=
Kecepatan B x 180 menit = 120 menit x 60 km/jam
Kecepatan B =
Kecepatan B = 40 km/jam
Berarti rumus perbandingan berbalik nilai : =

Contoh variable perbandingan :

 Senilai : banyaknya barang yang dibeli & harganya; lama menabung &
jumlah tabungan; jarak & waktu; gas, kenaikan temperatur (volume
tetap) & tekanannya.
 Berbalik Nilai : gerak beraturan, kecepatan, & waktunya; jumlah seluruh
cicilan, & sisa hutang; kecepatan & waktu; jumlah pekerja & lama selesai
proyek; gas, kenaikan tekanan (suhu tetap) & volumenya.
2. Skala
Adalah perbandingan jarak/panjang pada peta dengan jarak/panjang
sebenarnya.
Ada 2 macam skala, yaitu :
1. Skala Diperbesar (biasanya untuk menggambarkan komponen
mesin/alat-alat elektronika yang berukuran kecil atau sangat kecil.
Misalnya, 20 : 1 artinya 20 satuan mewakili 1 satuan pada ukuran
sebenarnya, atau 1 satuan mewakili mewakili ukuran sebenarnya)
Contoh soal :
Pada gambar sarang semut yang berskala 100:1 memiliki diameter 50cm
pada gambar. Berapa mm diameter sarang semut sesungguhnya!
Jawab :

Rangkuman Kelas X 8
Skala 100:1 artinya 100cm mewakili 1cm ukuran sebenarnya.
Diameter sarang semut sesungguhnya : =0,5cm=5mm
2. Skala Diperkecil (biasanya untuk menggambarkan peta, luas lahan atau
rumah yang berukuran luas. Misalnya, 1 : 1000 artinya 1 cm pada peta
mewakili 1000 cm pada ukuran sebenarnya)
Contoh soal :
Pada gambar yang berskala 1:500 akan dibangun sebuah rumah dengan
ukuran pada gambar panjang 24cm dan lebar 20cm. Berapa meterkah
luas rumah sesungguhnya ?
Jawab :
Skala 1:500 artinya 1cm mewakili 500cm ukuran sebenarnya.
Panjang rumah sesungguhnya : 24cmx500 = 12.000cm
Lebar rumah sesungguhnya : 20cmx500 = 10.000cm
Luas rumah sesungguhnya : 12.000cmx10.000cm
: 120mx100m
: 12.000m2

 Operasi bilangan berpangkat


Operasi bilangan berpangkat berdasarkan perkalian berganda.
Misalnya, 43 = 4x4x4. Secara umum : ap =a x a x a x a x ... dengan a=bilangan
pokok, p=pangkat (eksponen), dan ap=bilangan berpangkat.
Sifat-sifat bilangan berpangkat :
1. ap x aq = ap+q
2 5
2 x2 = 2x2x2x2x2x2x2
= 22+5
= 27
= 128
2. ap:aq = ap-q
= = 37-4 = 33 = 27

3. (ap)q = apq
 3(2p5q4r3)5 = 3(25p25q20r15)
= 3(32p25q20r15)
= 96p25q20r15
 = 210 = 1024 Jika pangkatnya berpangkat, maka pangkatnya
dipangkatkan terlebih dahulu
4. (axb)n = an x b n
(2x5)3 = 23 x 53
= 8 x 125
= 1000
Pangkat 0
a0 = 1 dengan a 0 dan 0p=0 dengan p 0
contoh soal :
30 = 1 , 10000 =1

Pangkat Negatif
a-n =
contoh soal :

Rangkuman Kelas X 9
 (5c-4d5)3 = 53c-12d15 = =

 a4b6 x x a3b2 x a-5b x 4b-4 = a4xb6xa-2xb-5xa3xb2xa-5bx4xb-4


= (a4xa-2xa3xa-5)(b6xb-5xb2bxb-4)4
= a4-2+3-5 x b6-5+2+1-4 x4
= a0 x b0 x4
= 1 x1 x4
= 4

Akar dan pangkat pecahan


Akar adalah kebalikan dari pangkat.
Mencari akar suatu bilangan
Cara yang lebih cermat adalah menjandikan tiap kelompok 2 angka dibelakang
koma, maupun di depan koma.
Contoh soal :
 √ = 4,39

√ = 4,39
4+4

4x4 = 16 -
327
83x3 = 249 -
7821
869x9 = 7821-
0
83+3

 √ = 0,0456

√ = 0,0456
0+0

0x0 = 0 -
00
00x0 = 00 -
00+0

20
04x4 = 16 -
4+4

479
85x5 = 425 -
5436
85+5

906x6 = 5436 –
0

Sifat-sifat akar pangkat :

1. √ =
Contoh soal :
1. √ =
2. √ =

Rangkuman Kelas X 10
2. √ = dengan m, n B dan n 0
Contoh soal :
1. ( √ )3 = √ = =
2. = = 7. .

3. √ = √ x √
Contoh soal :
1. √ x √ x √ = √
= √
= √ x √
= 2√
2. √ x √ = √ = √ = √ =3

4. √ =

Contoh soal :


= √ = √ = √ =3

5. √ = √
Contoh soal :
√ = √
= ab2c √
6. = =

Contoh soal :
= =

7. √ =a
Contoh soal :
√ = = 31 = 3
8. √√ = √ =
Contoh soal :
1. √√ = √ = √ = √ =2

2. √ √ √ √ =x

X2 = 3√ √ √ √

X
2
X = 3x
X2-3x = 0
X(x-3) =0

x1 = 0 V x-3= 0
X2 = 3 Jadi yang berlaku x=3 karena x 0

3. √ √ √ √ =p

Rangkuman Kelas X 11
p2 = 6+√ √ √ √

p2 = 6+p
2
p -p-6 =0
(p-3)(p+2) = 0

(p-3) (p+2)
p-3=0 V p+2=0
p1 =3 p2 = -2 Jadi yang berlaku p = 3 karena termasuk
bilang positif bukan negatif
Menyederhanakan Bentuk Akar

Menggunakan sifat : √ = √ x √ atau √ = √ x √ dengan a dan b harus


dinyatakan dalam bentuk kuadrat murni.

Contoh soal :

1. √ = √ x √
= 4√
2. √ = √ x √ x √ x √
= 4a √

Operasi Aljabar Dalam Bentuk Akar


1. Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar
Berlaku aturan :
a√ + b√ = (a+b) √
a√ - b√ = (a-b) √ , dengan a,b, c R dan

Contoh soal :

1. 3√ +5√ -2√ =
(3+5-2)√ = 6√
2. √ +√ -√ -√ +√ =√ +√ -√ -√ +√
= 3√ + 6√ - 2√ - 5√ + 3√
= 3√ + 6√ - 5√ - 2√ + 3√
= 4√ + √
2. Perkalian Bentuk Akar
Berlaku aturan :
√ x√ =a
√ x√ =√
c x d√ = cd√
Perlu diingat !
1. (a+b)(a-b) = a2 – b 2
Perkalian sekawan
2. (a+b)2 = a2 + 2ab + b2
3. (a-b)2 = a2 - 2ab + b2
Contoh soal :
1. 2√ x 4√ = 8√

Rangkuman Kelas X 12
= 8√
= 8x3√
= 24√
2
2. (3√ -4√ ) = (3√ )2 – 2(3√ )(4√ ) + (4√ )2
= 9x2 - 24√ + 16x5
= 18 - 24√ + 80
= 62 - 24√
Merarasionalkan Penyebut Pecahan
a. Pecahan berbentuk , jika a dan b B dan b 0 , maka berlaku

√ √ √
 = x = , jadi =
√ √ √ √
 = x

=

= √ , jadi = √
√ √ √ √
Contoh soal :
√ √
 = x =
√ √ √
√ √
 = x = = √
√ √ √
b. Pecahan berbentuk

Cara penyelesaiannya adalah dengan mengalikan dengan pecahan sekawan
dari penyebut.
√ √
 = x =
√ √ √
√ √
 = x =
√ √ √
Contoh soal :
√ √
= x = = √
√ √ √
c. Pecahan berbentuk
√ √
Cara penyelesaiannya adalah dengan mengalikan dengan pecahan sekawan
dari penyebut.
√ √ √ √
 = x =
√ √ √ √ √ √
√ √ √ √
 = x =
√ √ √ √ √ √
Contoh soal :
√ √ √ √ √ √
= x sekawan dari penyebut soal
√ √ √ √ √ √
( √ √ ) ( √ √ ) ( √ √ ) ( √ √ )
=
√ √
√ √
=
√ √
=

=
= 2√ - 5
Menarik akar kuadrat
Berlaku aturan :

1. √ √ =√ +√

Contoh soal :

Rangkuman Kelas X 13
√ √ =√ √

=√ √
=√ +√ lebih baik didahulukan akar yang besar
dalam penulisan hasil.

2. √ √ =√ -√

Contoh soal :
√ √ =√ √

=√ √
=√ –√

Persamaan Pangkat (Persamaan Eksponen) dan Persamaan Penarikan Akar

Untuk membentuk nilai x yang memenuhi persamaan pangkat (eksponen) dengan


bilangan pokok yang sama menggunakan sifat :
Jika a R (a 0) dan berlaku =ap ,maka f(x)=p
Contoh soal :
 2x-1 =1
2 x-1
= 20 Jika mencari nilai x pada pangkat, maka disamakan
bilangan pokoknya
x-1 =0
x =1
 (x-3)5 = 32
Jika mencari nilai x pada bilangan pokok , maka
(x-3)5 = 25 disamakan pangkatnya
x-3 = 2
x = 5
 (-5)20 x = (-5)(20-30)
= (-5)-10 Karena pangkatnya genap,
= negatifnya (-) hilang

 √ = 2√
= 21
=
=
=
X =8
 √ = ( )2-x

= ( )2-x

= 2-5(2-x)
= 2-10+5x
x+2 = -10+5x
-4x = -12
x = 3

 Logaritma (Logaritma Biasa = Logaritma Briggs)

Rangkuman Kelas X 14
Penarikan Logaritma
Operasi logaritma adalah operasi mencari pangkat eksponen.
a... = c dapat ditulis alog c
2... = 8 operasi penarikan logaritma, ditulis 2log8 = 3

Apabila nilai alog c = b ,didapat nilai ekivalen yaitu :

a
log c=b <=> ab=c

Keterangan :

 a : bilangan pokok logaritma a>1 dan a>0, untuk bilangan pokok 10 (a=10)
tidak perlu ditulis.
 c : hasil numerus (bilangan yang dilogaritmakan, dengan c>0)
 b : hasil logaritma dengan b R

Perlu diingat !
a
 log 1=0 (karena a0=1)
a
 log a=1 (karena a1=a)
 log 1 = 0
 log 10=1

Sifat-sifat Logaritma :

1. untuk ekuivalensi ab=ab <=> alog ab=b


2. untuk ekuivalensi alog b= alog b <=> =b
3. a
log p n
= n x log p a

4. a
log (pxq) = alog p + alog q
5. a
log ( ) = alog p - alog q
6. = a
log p
7. = alog p
8. alog p x plog q = alog q
9. alog p =

10. =

Contoh soal :

 43 = 64 <=> 4log 64 = 3
 2-5 = <=> 2log = -5
 log 0,0001 = log 10-4 sifat ke-1
10

= -4
8
 log 16 = sifat ke-10
=
 √ = 2√ sifat ke-2
 √ = √ sifat ke-3
= (2√ )2
= 4x3
= 12

Rangkuman Kelas X 15
2
 log4+2log8 = 2
log(4x8) sifat ke-4
2
= log 32
2
= log 25
= 5
2
 log80-2log10 = 2log( ) sifat ke-5
2
= log8
= 2log23
=3
4
 log5x log64 = 4log64
5
sifat ke-8
= 4log43
=3
9
 log64 = sifat ke-6
3
= log2
3
= 3 log2
= 3log23
= 3log8
 x = x sifat ke-9

= x
= 15
4
 log81 = sifat ke-7
2
= log9
 Jika log a=p, log b=q, maka :
o log a3 + log b2 = 3 log a + 2 log b
= 3p + 3 q
o log b x a = log b + log a3
3

= log b + 3 log a
= q + 3p

o log √ = log √ – log √

= log – log
= log a - log b
=
2 2
o log a x b = log a2 + log b2
= 2 log a + 2 log b
= 2p+2q
a
o log b2 =

Penggunaan Daftar Logaritma


Dengan bilangan pokok 10 (logaritma biasa / logaritma briggs). Dalam buku daftar
logaritma memuat 5 daftar yaitu :

1. Daftar I = Daftar Logaritma Biasa (logaritma bil.)


2. Daftar II = Daftar Logaritma Sinus
3. Daftar III = Daftar Sinus
4. Daftar IV = Daftar Bunga
5. Daftar V = Daftar Akar dan Pangkat

Rangkuman Kelas X 16
Di dalam logaritma biasa, terdapat istilah yaitu :

o Karakteristik = Banyaknya angka bulat di depan koma dikurangi 1


o Mantise = Bilangan desimal dari hasil pengambilan logaritma

Log 5 = 0,6990

Karakteristik Mantise

Mencari Hasil Logaritma

Contoh soal :

 Log 50 = 1,6990
 Log 0,5 = 0,6990 – 1
= -0,3010
 Log 2,345 = 0,3701
 Log 23,45 = 1,3701

5 Cara mencari log pada daftar log

234 3701

 Log 0,00564 = 0,7513 – 3 Jika numerus 0,00... maka hasil log


= -2,2487 dikurangi banyaknya 0 di depan bilangan
asli
Mencari Hasil Anti Logaritma

Contoh soal :

 Log x = 0,3786
X = antilog 0,3786
X = 2,391

1 Cara mencari antilog pada daftar log

239 3786

 Log x = 3,5912
X = antilog 3,5912 = 3901
 Log x = 4,3707
X = antilog 4,3707
X = 23.480 jika lebih dari 4 digit ditambah 0
 Log x = 0,2391 – 1
X = antilog 0,2390 – 1 dibulatkan ke yang terdekat
X = 0,1734 bilangan negatif merupakan banyaknya 0 di depan bilangan asli
 Log x = 0,4792 – 2
X = antilog 0,4793 – 2 dibulatkan ke yang terbesar
X = 0,03015
 Log x = -3,1037
X = 0,8963 – 4
X = 0,0007875

Rangkuman Kelas X 17
Penggunaan Daftar Log Untuk Mencari Nilai x

 X =
Log x = log 8,476 + log 25,43 – log 124,6

log 8,476 = 0,9282


log 25,43 = 1,4053 +
2,3335
Log 124,6 = 2,0955 +
Log x = 0,2380

X = antilog 0,2380
= 1,730

 X = √
Log x =
Log x = x log 3745
= x 3,8290
= 1,2763
X = antilog 1,2763
= antilog 1,2762 dibulat ke yang terdekat
= 18,89

 P =√

P =

Log p = (log 47,32 – log 0,00156)

log 47,32 = = 1,6750


log 0,00156 = 0,1913 – 3 = -2,8069 –
4, 4819

Log p = x 4,4819
= 2,24095
= 2,240 dibulatkan ke 3 desimal agar menjadi 4 digit
P = antilog 2,240
= 174,2

 Logaritma Napier (Logaritma Alam/Logaritma Naturalis)


adalah logaritma dengan bilangan pokok /basis e (epsilon) dengan e=2,7182...

e 2,7182
log x = log x = ln x

Rangkuman Kelas X 18
Sifat-sifat Logaritma Napier

1. ln axb = ln a + ln b
2. ln = ln a – ln b
3. ln ap = p x ln
4. ln a =

5. ln e = 1, sebab elog e = 1
6. ln √ = ln == x ln a

Hubungan Antara Log Biasa Dan Log Napier

ln x = elog x
= 2,7182log x
=

= log x

= log x

ln x = 2,303 log x

Contoh soal :

 ln 89,75 = 2,303 x log 89,75


x = 2,303 x 1,9530
log x = log 2,303 + log 1,9630
log 2,303 = 0,3623
log 1,9530 = 0,2907 +
log x = 0,6530
x = antilog 0,6530
= 4,498

 ln 4 – ln 9 = 2,303 log 4 – 2,303 log 9


= 2,303(log 4 – log 9)
= 2,303(0,6021-0,9542)
= 2,303(-0,3521)
-x = 2,303 x 0,3521
-log x = log 2,303 + log 0,3521

log 2,303 = 0,3623


log 0,3521 = 0,5467 -1 = -0,4533 +
-log x = -0,0910
log x = 0,0910
x = antilog 0,0910
= 1,233

 ln3,5460,75 + ln5,6780,75 = (0,75 x ln x log3,546)+( 0,75 x ln x log5,678)


= 0,75 x 2,303 x log3,546+ 0,75 x 2,303 x log5,678
= (0,75 x 2,303) (log3,546+log5,678)
= (0,75 x 2,303) (0,5497+0,7542)
X = 0,75 x 2,303 x 1,3039

Rangkuman Kelas X 19
log x = log 0,75 + log 2,303 + log 1,3039

log 0,75 = 0,8751 – 1


log 2,303 = 0,3623 +
1,2374 -1
log 1,3039 = 0,1153 +
log x = 1,3527 -1
log x = 0,3527
x = antilog 0,3527
= antilog 0,3528
= 2,253

Persamaan Logaritma

Contoh Soal :
3
 log(x+1) + 3log(x-1) = 2
3
log(x+1) + 3log(x-1) = 3
log 9 dijadikan sama bilangan pokoknya
3 3
log(x+1)(x-1) = log 9
X2 – 1 = 9
X2 = 10
X = √
= 3,1623 lihat daftar IV logaritma
5
 log (x+10) - 5log (x-2) = 1
5
log (x+10) - 5log (x-2) = 5
log 5
5
log = 5log 5

=5
X+10 = 5x-10
-4x = -20
X =5
x
 log (x-3) + =1
x x x
log (x-3) + log 2 = log x
x x
log (x-3)2 = log x
2x – 6 = x
X = 6

Rangkuman Kelas X 20
MATERI 2

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

 Persamaan

Adalah kalimat terbuka yang menyatakan hubungan “sama dengan”.

Kalimat matematika terbuka merupakan kalimat matematika yang tidak dapat


ditentukan nilai benar atau salahnya.

A. Persamaan Linear
Contoh macam-macam persamaan linear:
1. 4x-4 = 2x-7 persamaan linear dengan 1 variable
2. 2x-y = 4 persamaan linear dengan 2 variable
3. 3x-5y-2z = 6 persamaan linear dengan 3 variable

Macam-macam persamaan linear :

1. Persamaan Linear Dengan 1 Variable

Bentuk umum : Ax + B = 0 , dengan A, B R, A 0

Contoh soal :

(5x-7) = (2x+8)

X6 Dikali kedua ruas agar membentuk persamaan


baru, namun hanya untuk bilangan di depan
3(5x-7) = 2(2x+8) tanda kurung
15x – 21 = 4x + 16
11x = 37
x =
=3 Hp {3 } harus disertai himpunan penyelesaian

2. Persamaan Linear Dengan 2 Variable

Bentuk umum :
Ax + By = P
Cx + Dy = Q , dengan A, B, C, D, P, Q R

Contoh soal :
2x-5y = 16 ... (1)
3x+2y = 5 ... (2) , x, y R

Cara menyelesaikan persamaan linear 2 varible :

a. Cara Eliminasi (menghilangkan salah satu variable)

Eliminasi x : 2x-5y = 16 x3
3x+2y = 5 x2

Rangkuman Kelas X 21
6x-15y = 48
6x+4y = 10 -
-19y = 38
y = -2

Eliminasi x : 2x-5y = 16 x2
3x+2y = 5 x5

4x-10y = 32
15x+10y = 25 -
19x = 57
x =3 Hp {3,-2}

b. Cara Substitusi (mengganti salah satu varible satu dengan varible lain)

Memanipulasi persamaan ke-2 : 3x + 2y =5


2y = 5-3x
y =

Substitusikan ke persamaan 1 : y =

2x - 5y = 16 =
2x - 5( ) = 16 =
2x - + = 16 =
= -2
X2
Hp {3, -2}
4x – 25 + 15x = 32
19x = 57
x =3

c. Cara Campuran (gabungan cara substitusi dan eliminasi)

Eliminasi x : 2x-5y = 16 x3
3x+2y = 5 x2

6x-15y = 48
6x+4y = 10 -
-19y = 38
y = -2

Substitusi ke persamaan 2 :
3x + 2y =5
3x + 2(-2) =5
3x - 4 =5
3x =9
x =3

d. Cara Determinan

Pada persamaan ax + by =p
cx + dy =q

Rangkuman Kelas X 22
Bentuk persamaan matriksnya yaitu :

* +* + =* +

Determinan (det) = D =

=D=| | = (axd)-(bxc)

x = Dx = | | = (pxd)-(bxq)

y = Dy = | | = (axq)-(pxc)

X= ,y=

2x-5y = 16 3x+2y = 5

D= =| | (2x2)-(-5x3) = 4 + 15
= 19

Dx = x = | | (16x2)-(-5x5) = 32 + 25
= 57

Dy = y = | | (2x5)-(16x3) = 10 – 48
= -38

X= = =3
y= = = -2 Hp {3,-2}

Contoh soal :

 Selisih dua bilangan bulat adalah 6, sedang jumlah kedua bilangan tersebut
adala 8. Tentukan bialangan tersebut!
Jawab :
a-b = 6 a-b = 6
a+b = 8 + 7-b = 6
2a = 14 -b = -1
a =7 b =1
jadi, bilangan tersebut adalah 7 dan 1

Jika menggunakan soal cerita, himpunan penyelesaian dapat menggunakan kalimat


„Jadi, ...‟

 Enam tahun lalu umur Doni adalah lima kali umur Dina, sedangkan tiga tahun
yang akan datang umur Doni adalah dua kali umur Dina. Berapakah umur Doni
sekarang ?
Jawab :
Dimisalkan : x = umur Doni sekarang
Y = umur Dina sekarang

Rangkuman Kelas X 23
6 tahun lalu, 3 tahun mendatang,
X –6 = 5(y - 6) X +3 = 2(y+3)
X –6 = 5y – 30 X +3 = 2y + 6
X – 5y = -24 ...(1) X – 2y =3 ...(2)

x – 5y = -24 x2 2x – 10y = -48


x – 2y =3 x5 5x – 10y = 15 -
-3x = -63
x = 21
jadi, umur Doni sekarang adalah 21 tahun

 - = ...(1)

+ = ...(2)
Eliminasi y :
- = x4 - =

+ = x1 + = +

=6
=
13x = 26
X =2
Substitusi ke persamaan kedua :
- =

- =

- =
- =
y = -6 Hp {2,-6}

 + =2 ...(1)
- =1 ...(2)
+ =2 x6 2x-2+y+2 = 12
2x+y = 12 ...(1)
- =1 x4 x+4-4y-2 =4
x-4y+2 =4
x-4y =2 ...(2)
Eliminasi x :
2x+y = 12 x1 2x+y = 12
x-4y =2 x2 2x-8y = 4 -
9y =8
Y =
Substitusi ke persamaan kedua :
x-4y =2
x-4 =2

Rangkuman Kelas X 24
x- =2
x =
x =
x =5 Hp {5 , }

3. Persamaan Linear Dengan 3 Variable


Bentuk umum :
ax + by + cz =d
px + qy + rz =s
kx + ly + mz =n

dengan a, b, c, d, p, q, r, s, k, l, m, n R
cara menyelesaikan persamaan linear 3 variable :
a. Cara Campuran
Contoh soal :
3x+2y-6z = 12 ...(1)
5x-4y+2z = 0 ...(2)
6x+z = 26 ...(3)

Eliminasi y :
3x+2y-6z = 12 x2 6x+4y-12z = 24
5x-4y+2z = 0 x1 5x-4y+2z =0 +
11x-10z = 24
Eliminasi z :
11x-10z = 24 x1 11x-10z = 24
6x+z = 26 x10 60x+10z = 260 +
71x =284
X =4
Substitusi ke persamaan 3 : Substitusi ke persamaan 1 :
6x+z = 26 3x+2y-6z = 12
6 4+z = 26 3 4+2y-6 2 = 12
24+z = 26 12+2y-12 = 12
Z =2 2y = 12
Y =6
Hp {4,6,2}

b. Cara Determinan
Pada persamaan :
ax + by + cz =d
px + qy + rz =s
kx + ly + mz =n
bentuk persamaan matriksnya yaitu :

| || |=| |

D =| | = (aqm+brk+cpl) – (cqk+arl+bpm)

Rangkuman Kelas X 25
Dx = | | = (dqm+brn+csl) – (cqn+drl+bsm)

Dy = | | = (asm+drk+cpn) – (csk+arn+dpm)

Dz = | | = (aqn+bsk+dpl) – (dqk+asl+dpn)

X= Y= Z=
Contoh soal :
-x+2y+z = 6
3x+3y+2z = 23
4x-y+2z = 10

D =| | = (-6+16-3)–(12+2+12)= 7 – 26 = -19

Dx = | | = (36+40-23) – (30-12+92) =53–110

=-57

Dy = | | = (-46+48+30)–(92-20+36) = 32 – 108

= -76

Dz = | | =(-30+184-18)–(72+23+60)=136-155

= -19
X= = =3
Y= = =4
Z= = =1 Hp {3,4,1}

Contoh soal :

 Fungsi y = a + bx + c, melalui titik (0,6),(1,4), dan (2,0). Tentukan


persamaan fungsi tersebut !
(0,6)
-6 =a +b(0)+c
-6 =c
C = -6 ...(1)
(1,4)
4 =a +b(1)+c
4 = a+b+c
a+b+c = 4 ...(2)
(2,0)
0 =a +b(2)+c
0 = 4a+2b+c
4a+2b+c = 0 ...(3)
Eliminasi b :
a+b+c = 4 x2 2a+2b+2c =8
4a+2b+c =0 x1 4a+2b+c =0-
-2a+c =8

Rangkuman Kelas X 26
Substitusi :
-2a+c = 8 a+b+c = 4
-2a+(-6) = 8 -7+b+(-6) =4
-2a = 14 b-13 =4
a = -7 b = 17

y = ax2 + bx + c
f(x) = -7x2 + 17x -6
jadi, persamaan fungsinya adalah f(x) = -7x2 + 17x -6
 Tiga bilangan jumlahnya 33. Bilangan pertama adalah dari bilangan ketiga
dan bilangan kedua dari bilangan ketiga. Tentukan ketiga bilangan
tersebut!
Jawab :
Misalnya : Bilangan I a
Bilangan II b
Bilangan III c
Persamaan :
a+b+c = 33 ...(1)
a = c ...(2)
b = c ...(3)
substitusi :
a+b+c = 33 a = c
c+ c+c = 33 = x 18
= 33 =6
11c = 198
c = 18 b = c
= x 18
=9
Jadi, bilangan I = 6
Bilangan II = 9
Bilangan III = 18

 Tiga bilangan diketahui bilangan pertama dibanding bilangan kedua adalah


1:5, bilangan kedua dibanding bilangan ketiga adalah 5:7, dan 2 kali
bilangan pertama ditambah 3 kali bilangan kedua adalah 130 lebihnya dari
bilangan ketiga. Tentukan jumlah ketiga bilangan tersebut!
Jawab :
Misalnya : Bilangan I x
Bilangan II y
Bilangan III  z
Persamaan :
x:y =1:5 y:z =5:7 2x + 3y = 130 + z
= = 2x + 3y – z =130...(3)

5x =y 7y = 5z
5x-y = 0...(1) 7y-5z = 0...(2)

Rangkuman Kelas X 27
Substitusi y :
5x-y = 0 7y-5z = 0
5x =y -5z = -7y
x = z =
= y

2x + 3y – z = 130
2( )+3y - = 130
= 130
10y = 650
Y = 65

X = Z = y
= = x 65
= 13 = 91

X+y+z = 13 + 65 + 91
= 169
Jadi, jumlah ketiga bilangan tersebut adalah 169

B. Persamaan Kuadrat
Adalah persamaan dimana pangkat tertinggi adalah pangkat 2.
Bentuk umum : ax2 + bx + c = 0 , dengan a, b, c R dan a 0.
Macam-macam persamaan kuadrat :
1. ax2 + bx + c = 0 (persamaan kuadrat sempurna)
2
2. jika b=0, maka ax + c = 0 (persamaan kuadrat sejati / murni)
3. jika c=0, maka ax2 + bx = 0 (persamaan kuadrat tidak lengkap)

Dasar penyelesaian persamaan kuadrat adalah jika p dan q dua bilangan


Real dan pxq = 0, maka ada 2 kemungkinan harga 0, yaitu p=0 atau q=0.

Ada 3 cara penyelesaian persamaan kuadrat :


a. memfaktorkan / menguraikan
contoh soal :
 x2-2x-8 = 0 persamaan kuadrat sempurna
pxq = -2
p+q = -8
p = -4
q=2

hasil faktor (x+p)(x+q)=0

v
(x-4)(x+2)=0
X–4 =0 x+2 =0
x1 =4 x2 = -2 Hp {4,-2}

 x2 – 9 = 0 persamaan kuadrat sejati / murni


x2 – 32 = 0 ingat sifat a2-b2 = (a+b)(a-b)
(x+3)(x-3)

Rangkuman Kelas X 28
X+3
X1
Atau
x2 – 9
=0
= -3

=0
v x-3
x2
=0
=3 Hp {-3,3}

x2 =9
x =√
= 3 Hp {-3,3}

 x2+4x = 0 persamaan kuadrat tidak lengkap

v
x(x+4) = 0
x1 = 0 x+4=0
x2 = -4 Hp {0,-4}

b. melengkapi kuadrat sempurna


langkah-langkah penyelesaian :
1. jadikan koefisien x2 menjadi 1
2. pindahkan bilangan konstan ke ruas kanan
3. ruas kiri diubah menjadi bentuk kuadrat sempurna yaitu x2+2px+p2
diubah menjadi (x+p)2

contoh soal :

6x2-x-2 =0

:6

X2 - x - =0 ...langkah 1

X2 - x = ...langkah 2

X2 - x + 2
= + 2
...langkah 3  ( )2

(X - )2 = +

(X - )2 =

(X - )2 =

X- =√

X- =

X- = X- =

X1 =

=
v x2 =

= = Hp { , }

Rangkuman Kelas X 29
c. menggunakan rumus ABC


jika x1 =


x2 = dengan Diskriminan, D = b2 – 4ac


jadi, x1, 2 =

contoh soal :

4x2 – 5x – 6 = 0
Jika a=4, b=-5, c=-6,
maka D = b2 – 4ac
= (-5)2 – 4 4 (-6)
= 25 + 96
= 121

√ √
x1 = X2 =

√ √
= =

= =

= =

=2 =

Hp {2, - }

Jenis dan sifat-sifat akar-akar persamaan kuadrat :

 Jenis-jenis akar persamaan kuadrat ax2+bx+c=0 ditentukan dengan D=b2-4ac


 Jika D>0 , maka akar persamaan kuadrat real dan berlainan (x1 x2)
 Jika D=0 , maka akar persamaan kuadrat real dan kembar (x1=x2)
 Jika D<0 , maka akar persamaan kuadrat khayal dan imaginer

 Sifat-sifat akar persamaan kuadrat


Jika x1 dan x2 akar-akar persamaan kuadrat ax2+bx+c=0, maka :
1. x1 + x2 =
2. x1 x2 =

3. x1 - x2 =
4. jika akar berlawanan tanda dengan syarat <0
5. jika akar bertanda sama dengan syarat >0
6. akarnya saling berkebalikan dengan syarat a=c

Rangkuman Kelas X 30
 Bentuk simetris akar-akar persamaan kuadrat
1. x1 + x2 = , x1 x2 =
2. x12 + x2 = (x1 + x2)2 – 2x1x2
2

3. + =

4. + =
5. x13 + x23 = (x1 + x2)2 – 3x1x2(x1 + x2)

contoh soal :

 Tentukan p , sehingga x2-px+16=0 memiliki akar kembar, tentukan akar-


akar tersebut !
Jawab :
x2-px+16=0 , a=1, b=-p, c=16
syarat D=0 untuk akar kembar
D: b2 – 4ac =0
2
(-p) – 4(1)(16) =0
P2 – 64 =0
2
P = 64
P =√
P = 8 Hp {8, -8}
2
Lalu dimasukan dalam persamaan x -px+16=0 :
P=8 P=-8
2
x -8x+16 =0 x2+8x+16 =0
(x-4)(x-4) =0 (x+4)(x+4) = 0
x-4=0

x1,2 = 4
vx-4=0

Hp {4}
x+4=0

x1,2 =-4
v
x+4=0

Hp {-4}

 Tentukan nilai m sehingga persamaan 2x2-5x+m=0 saling berkebalikan !


Jawab :
2x2-5x+m=0, a=2, b=-5, c=m
Syarat a=c  2=m
2x2-5x+2 =0

v
(2x-1)(x-2) = 0
2x-1 = 0 x-2 =0
2x =1 x2 =2
X1 = Hp { ,2}  saling berkebalikan

 Salah satu akar 3x2-(p+1)x+p=2 adalah 0, tentukan nilai p dan akar yang
kedua!
X1 = 0  3x2 - (p+1)x+p =2
3(0)2 – (p+1)0+p =2
0–0+p =2
P =2
Lalu dimasukan dalam persamaan 3x2-(p+1)x+p=2 :
P=2
3x2 - (2+1)x+2 =2

Rangkuman Kelas X 31
3x2 - 3x =0x
2
x –x = 0
x(x-1) = 0
x1 = 0
v x-1
x2
=
=
0
1 , jadi akar yang kedua adalah x2 = 1

 Jika x dan y akar-akar persamaan 2x2-3x+4=0, tentukan :


a. x + y , x y , x – y
b. x2 + y2
c. x2 – y2
d. +

e. +

dengan a=2 ,b=-3 ,c=4,


dan D : b2-4ac = (-3)2 – 4(2)(4)
= -23
Jawab :
a. x + y = =
x y= = =2
√ √
x–y = =
b. x2 + y2 = (x+y)2 – 2xy
= ( )2 – 2(2) dimasukkan dari hasil perhitungan bagian a
= –4
=
=-
2 2
c. x – y = (x+y)(x-y)

= ( )( )

=
d. + =

=
=

e. + =

=
=-

Menyusun persamaan kuadrat baru


Jika persamaan kuadrat diketahui akar-akarnya x1 dan x2 , maka persamaan
kuadrat dapat ditentukan dengan rumus :

1. (x-x1)(x-x2) = 0
2. x2 – (x1+x2)x + (x1x2) = 0

Rangkuman Kelas X 32
contoh soal :

 Tentukan persamaan kuadrat baru, jika akar-akarnya -2 dan !


Jawab :
Cara 1
(x-x1)(x-x2) = 0 , dengan x1 = -2 dan x2 =
(x-2)(x- ) = 0
x2 - x – 2x + =0
x4
2
4x – x + 8x – 2 =0
4x2 + 7x – 2 = 0  hasil persamaan kuadrat baru
Cara 2
x2 – (x1+x2)x + (x1x2) = 0, dengan x1 = -2 dan x2 = ,
x1 + x2 = -2 + = -1
x1x2 = (-2)( ) = -
lalu dimasukan dalam rumus :
x2 – (x1+x2)x + (x1x2) =0
x2 – (-1 )x + (- ) = 0
x2 + 1 x - =0
x4
4x2 + 7x – 2 =0
Jadi, persamaan kuadratnya adalah 4x2 + 7x – 2 =0
 Akar persamaan 2x2-3x-4=0 adalah p dan q, tentukan persamaan kuadrat baru
yang akar-akarnya 3p dan 3q !
Jawab :
2x2-3x-4=0
a=2 , b=-3 , c=-4
p+q = =
p q= = - = -2 menggunakan sifat akar persamaan kuadrat
y1 = 3p dan y2 = 3q
y1 + y2 = 3p+3q
= 3 (p+q)
=3( )
=
y1 y2 = 3p 3q
= 9 pq
= 9 (-2)
= -18
lalu dimasukan dalam rumus :
y2 – (y1+y2)y + (y1y2) =0
y2 – ( )y + (-18) = 0
x2
2
2y – 9y -36 =0
Jadi, persamaan kuadratnya adalah 2y2 – 9y -36 =0

Rangkuman Kelas X 33
 Tentukan persamaan kuadrat yang akar-akarnya kebalikan dari akar-akar
persamaan 5x2-3x-6=0
Jawab :
a=5 , b=-3 , c=-6
p+q= =
p q= =
y1 = dan y2 = karena berkebalikan
y1 + y2 = +
=

=-
y1 y2 =
=

=
2
y – (y1+y2)y + (y1y2) =0
2
y – (- )y + ( ) = 0
x6
2
6y + 3y – 5 =0
Jadi, persamaan kuadratnya adalah 6y2 + 3y – 5 =0

 Jika diketahui p dan q akar-akar persamaan 3-4x-x2=0. Tentukan persamaan


kuadrat yang akar-akarnya (4+p) dan (4+q) !
a=-1 , b=-4 , c=3
p+q= = = -4
p q= = = -3
y1 = (4+p) dan y2 = (4+q)
y1 + y2 = (4+p)+(4+q)
=8+p+q
= 8 + (-4)
=4
y1 + y2 = (4+p)(4+q)
= 16 + 4q + 4p + pq
= 16 + 4(p+q) + pq
= 16 + 4(-4) + (-3)
= -3
y2 – (y1+y2)y + (y1y2) =0
2
y – (4)y + (-3) =0
y2 – 4y -3 = 0
jadi persamaan kuadratnya adalah y2 – 4y -3 = 0
# Sistem persamaan dengan 2 peubah satu linear dan satu persamaan
kuadrat
Bentuk umum 1. ax + by + c = 0
2. px2 + qy2 + rxy + sx + ty + u = 0

Rangkuman Kelas X 34
Dengan a, b, c, p, q, r, s, t, u R dengan p dan q 0
Cara menyelesaikannya adalah dengan substitusi
Contoh soal :
2x – y + 3 = 0 dan x2 + y2 -2x -4 =0
jawab :
2x–y+3 =0 ...(1)
-y = -2x -3 x -1
y = 2x + 3 ...(3)
substitusi ke persamaan (2)
x2 + y2 -2x -4 =0 ...(2)
2 2
x + (2x + 3) -2x -4 =0
x2 + 4x2 + 12x + 9 -2x -4 =0
2
5x + 10x + 5 =0
(5x+5)(x+5) =0

5x + 5
5x
x1
=0
= -5
= -1
v
substitusi ke persamaan 3
x+5 =0
x2 = -5

x1 = -1  y1 = 2x + 3 = 2(-1) + 3 = 1
x2 = -5  y2 = 2x + 3 = 2(-5) + 3 = -7

Hp {(x1,y1),(x2,y2)}  Hp {(-1,1),(-5,-7)}

 Pertidaksamaan
Adalah kalimat terbuka yang menyatakan hubungan pertidakasamaan.
Hubungan tidak sama diberi notasi : , > , < , ,
Sifat – sifat pertidaksamaan :
1. Jika kedua ruas ditambah atau dikalikan dengan bilangan positif, tanda
persamaan tidak berubah.
(+) dan (x) bilangan positif  tanda tidak berubah
2. Jika kedua ruas dikalikan atau dibagi dengan bilangan negatif, tanda
pertidaksamaan berubah.
(x) dan ( ) bilangan negatif  tanda berubah
A. Pertidaksamaan Linear
Bentuk umum : ax + b > 0
ax + b < 0
ax + b 0
ax + b 0 , dengan a, b R dan a 0
contoh soal :
 5 – 3x < 17
-3x < 12
X > -4 tanda berubah karena dibagi dengan bilangan negatif
Hp {x|x > -4 , x R}
Hasil dari himpunan dibuat garis bilangan
 arah panah menunjuk ke kanan karena x > -4

Bulatan tidak penuh karena tandanya hanya >


-4

Rangkuman Kelas X 35
 2x – 5
12x – 30 4x – 6
8x 24
X 3 Hp {x|x 3,x R}

Bulatan penuh karena tandanya


3
B. Pertidaksamaan Kuadrat
Bentuk umum : ax2 + bx + c > 0
ax2 + bx + c < 0
ax2 + bx + c 0
ax2 + bx + c 0 , dengan a, b, c R dan a 0
langkah penyelesaiannya adalah :
1. Tentukan dahulu pembuat nol (0) dengan mencari akar-akar persamaan
kuadrat
2. Gambar pembuat nol pada garis bilangan
3. Tentukan tanda pada garis bilangan dengan menggunakan titik uji

Contoh soal :
 6 – x – x2 0
-x2 – x + 6 0 x -1
2
X +x–6 0 tanda berubah karena dikali bilangan negatif
2
X +x–6 =0

v
(x+3)(x-2) =0
X+3 =0 x–2 =0
X1 = -3 x2 =2
Hp {x|-3 x 2, x R}

+ -3 - 2 +
---- ++++ +++
---- ----- +++ bagian yang diarsir adalah daerah hasil

 2x2 + x 6
2x2 + x – 6 0
2x2 + x – 6 =0
(2x-3)(x+2) =0

2x – 3 = 0
2x
X1
=3
=
v x+2=0
x2 = -2
Hp {x| x -2 V x ,x R}

+ -2 - +
---- ++++ +++
---- ----- +++


x -2
- 0 x 4

Rangkuman Kelas X 36
0

0
x (x+2)2(4-x)2
(-8x+2)(x+2)(4-x) 0
(-8x+2)(x+2)(4-x) =0

-8x+2 = 0
-8x
X1
= -2
=
v x+2
x2
=0
= -2
v 4–x
-x
x3
=0
= -4
=4

Hp {x|x <-2 V x < 4, x R}

- -2 + - 4 +
---- ++++ +++ ++++
---- ----- +++ ++++
---- ----- ---- ++++

Rangkuman Kelas X 37
MATERI 3

MATRIKS

A. Pengertian : susunan bilangan yang diatur dalam baris dan kolom berbentuk
persegi panjang yang diletakkan dalam suatu kurung biasa atau kurung siku.
( ) atau * +
B. Notasi matriks dilambangkan dengan huruf besar (kapital)

Contoh : A . / atau B [ ]

Setiap kolom dalam suatu susunan disebut elemen / unsur / entri yang ditunjuk
untuk menyebutkan nomor baris dan nomor kolom.

Baris 1 -5  baris 2 kolom 2


Contoh : A [ ] Baris 2 -1  baris 2 kolom 1
Baris 3

C. Ordo Matriks
Merupakan pernyataan baris kemudian diikuti kolom pada matriks.
Misal :
A* + memiliki 2 baris dan 3 kolom, maka A2x3 =2x3=6 unsur / ordo
D. Macam-macam Matriks
1. Matriks Nol (semua unsur adalah nol)

A2x3 * + B3x2 [ ]

2. Matriks Satu (semua unsur adalah bilangan 1)

A3x1 [ ] B3x3 [ ]

3. Matriks Baris (hanya memiliki 1 baris)


P1x4 [ ] Q1x2 [ ]
4. Matriks Kolom (hanya memiliki 1 kolom)

A4x1 * + B3x1 0 1

5. Matriks Persegi(memiliki banyak baris dan kolom yang sama)


A* + A2x2 = Matriks berordo 2

B[ ] B3x3 = Matriks berordo 3

6. Matriks Segitiga Atas


Adalah matriks persegi yang memiliki kriteria :
Aij , untuk i j
0 , untuk i > j

Rangkuman Kelas X 38
i j

A[ ]A[ ] 0 karena i > j

B* + membentuk segitiga di atas

7. Matriks Segitiga Bawah


Adalah matriks persegi yang memenuhi kriteria :
Aij , untuk i j
0 , untuk i < j

P[ ] membentuk segitiga di bawah

8. Matriks Diagonal
Adalah matriks persegi yang memenuhi kriteria :
Aij , untuk i < j dan i > j
0 , untuk i = j

A[ ] membentuk diagonal utama

9. Matriks Satuan (Identitas)


1 , untuk i < j dan i > j
0 , untuk i = j

I* + II [ ] III * +

Cara penamaan matriks satuan harus menggunakan angka romawi.


Matriks satuan pasti matriks diagonal, matriks diagonal belum tentu matriks satuan.

E. Kesamaan Matriks
Dua matriks dikatakan sama, hanya jika ordo sama dan elemen-elemennya
seletak sama.
Contoh :
1. A * + sama dengan B * +

2. C [ ] sama dengan D

[ ]
3. Tentukan nilai x dan y, jika diketahui :
E[ ]=F* +
Jawab :
Persamaan :
3x + 2y = 12 x1 3x + 2y = 12
x–y =4 x2 2x – 2y = 8 +
5x = 20
x = 4

Rangkuman Kelas X 39
x–y =4
4–y =4
-y =0
y =0 jadi, x = 4 dan y = 0
F. Matriks Transpose
Jika matriks Amxn , transpose matriksnya At = Anxm (dibalik antara baris dan
kolomnya)
Contoh :

1. A2x3 * +  At3x2 [ ]

Baris A menjadi kolom At dan kolom A menjadi baris At


2. Tentukan matriks C, jika diketahui :

A* +,B[ ],C[ ] , dan A = Bt

Jawab :
A* + = Bt [ ]
Persamaan :
2x – 4 =6 2 – 3y = -1
2x = 10 -3y = -3
x =5 y =1
masukkan ke matriks C :

C[ ]C* +=C[ ]

G. Penjumlahan Matriks
Matriks dapat dijumlahkan jika memiliki kesamaan matriks (ordo sama dan
elemen-elemen seletak sama).
Misal : A * + B[ ]

A+B=* ++[ ]=[ ]

Contoh soal:

1. Jika P [ ] dan Q [ ]

Maka,

P+Q=[ ]+[ ]=[ ]

Q+P=[ ]+[ ]=[ ]  P+Q = Q+P , berlaku sifat komutatif

2. Jika A * +,B* + , dan C * +


Maka,
(A+B)+C = ,* + * +- + * +

=* ++* +

=* +

A+(B+C) =* + + ,* + * +-

Rangkuman Kelas X 40
=* ++* +

=* +  (A+B)+C = A+(B+C) , berlaku sifat asosiatif

3. Jika S * + dan T * +
Maka,
S+T =* ++* +=* +

T+S =* ++* +=* +


S+T=T+S=0
T adalah lawan dari S dapat ditulis –S
S + (-S) = (-S) + S = 0  memiliki unsur identitas yaitu matriks nol
H. Pengurangan Matriks
Matriks dapat dikurangkan jika memiliki kesamaan matriks.
Contoh soal :
1. Jika P * + dan Q * +
Maka,
P–Q =* +-* + =* +

P + (-Q) =* ++* += * +
dapat dijumlahkan dengan lawannya {A-B = A+(-B)}
dalam pengurangan matriks tidak berlaku sifat komutatif A-B B-A
2. Tentukan nilai x !
x+* += * +

x =* +-* +

=* +

Jadi, x = * +
I. Perkalian Matriks
1. Perkalian Skalar
Perkalian matriks dengan bilangan skalar.
Misal A * + maka, p A = p * +=[ ]

Contoh soal :
Jika A * + maka, - A= - * +

=0 1

2. Perkalian Matriks Dengan Matriks


Matriks dapat dikalikan jika jumlah kolom matriks kiri sama dengan jumlah
baris matriks kanan.
Misal :

[ ] * +=[ ]

(3x2) (2x1)
Ordo 3x1
harus sama
merupakan ordo dari hasil kali (3x1)

Rangkuman Kelas X 41
contoh soal :

 Jika P * + dan Q [ ]

Maka,

P2x3 x Q3x2 = * +[ ] =* +

=* +

Q3x2 x P2x3 = [ ]* + =[ ]

=[ ]

PxQ QxP , tidak berlaku sifat komutatif


 A* +xB[ ] = A2x2 x B1x2 tidak sama, jadi tidak dapat dikali

3. Perkalian Matriks Satuan


Jika suatu matriks dikalikan dengan matriks satuan, maka hasilnya adalah
matriks itu sendiri.
Contoh :
Jika I * + dan A * +
Maka,
IxA=* +* +=* +

AxI=* +* +=* +IxA=AxI=A

4. Pemangkatan Matriks persegi


Jika A * + , tentukan A2 dan A3 !

A2 = A x A =* +* + =* +

A3 = A x A 2 =* +* + =* +

J. Invers Matriks
Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar yang ordonya sama, maka AxB = BxA = I
Contoh :
Jika A * + dan B * +,

AxB=* +* +=* +

BxA=* +* +=* +
Jadi, matriks A dan B saling berkebalikan / invers.
Menentukan invers matrik ordo 2
Secara umum, jika matriks A * +

det A = | | = (a x d) – (b x c)

Notasi invers adalah A-1 = * +

Jika det A = 0 , maka matriks A matriks singular (tidak memiliki invers)

Rangkuman Kelas X 42
Jika det A 0 , maka matriks A matriks non singular (memiliki invers)
Contoh soal :
Tentukan invers dari A * + dan B * +!

det A = | | = (3x4) – (5x2) = 12 – 10 = 2

A-1 = * +=[ ]

det B = | | = (-4x6) – (8x-3) = -24 + 24 = 0


det B = 0 termasuk matriks singular, jadi tidak memiliki invers.

K. Persamaan Perkalian Matriks


Bentuk umum :
 A x =B  x A =B
-1
A A x = A-1 B x = B A-1
1 x = A-1 B dengan A dan B adalah matriks
x = A-1 B persegi
Contoh soal :
 tentukan nilai x !
* + x =* +

X =* +-1 * +

X = * +* +

X =1* +* +

X =* +

 Jika A * + dan B * + , tentukan {(AB)-1}t !

(,* +* + - ) = {* + }

=, * +-

=, * +-

=[ ]

=[ ]

Sistem Persamaan Linear Menggunakan matriks


Bentuk umum : ax + by =p
cx + dy =q
persamaan matriks :
* +* + =* +

* + =* + * +
Contoh soal :
Tentukan nilai x dan y dari persamaan di bawah menggunakan matriks !

Rangkuman Kelas X 43
X+y=3 ...(1)
2x – y = 0 ...( 2)
Bentuk matriks :
* +* + =* +

* + =* + * +

* + = * +* +

* + = * +

* + = * +

* + =* +
Jadi x = 1 dan y = 2 atau Hp {1,2}

Rangkuman Kelas X 44
MATERI 4

APROKSIMASI

Aproksimasi merupakan operasi pendekatan atau pembulatan.


Macam-macam pembulatan :
1. Pembulatan ke satuan terdekat
Contoh soal :
No. Hasil Pengukuran Pembulatan ke Hasil Pembulatan
Persepuluhan meter
1. 42,5002 m 42,5
terdekat
2. 0,00789 gram Gram terdekat 0
3. 734 Puluhan terdekat 700
4. 648 Perratusan terdekat 648,00
5. 4.556.856 Ribuan terdekat 4.557.000

2. Pembulatan ke banyaknya tempat desimal


Jika bilangan yang akan dibulatkan 5 , maka nilainya ditambah 1 tempat di
depan bilangan tersebut.
Contoh soal :
No. Hasil Pengukuran Pembulatan ke Hasil Pembulatan
1. 89,078565 3 tempat desimal 89,079
2. 0,0925 1 tempat desimal 0,1
3. 0,6863 2 tempat desimal 0,69

3. Pembulatan ke banyaknya angka signifikan


Angka signifikan dalah banyaknya angka yang bermakna dalam suatu bilangan.
Tabel contoh banyaknya angka signifikan
Banyaknya Angka
No. Bilangan keterangan
Signifikan
1. 3,4569 5 Semua angka adalah signifikan
2. 50,043 5 Semua angka adalah signifikan
3. 0783 3 Angka pertama bukan signifikan
4. 0,00628 3 Tiga angka pertama bukan signifikan
5. 0,086070 5 Dua angka pertama bukan signifikan
6. 2800 2 Dua angka terakhir bukan signifikan
7. 8670000 5 Dua angka terakhir bukan signifikan
Aturan pembulatan ke banyaknya angka signifikan :
1. Setiap angka bukan 0 (nol) adalah signifikan
2. Setiap angka 0 diantara dua angka signifikan adalah signifikan
3. Angka 0 terletak di depan angka bukan 0 pada suatu bilangan bukan signifikan
4. Angka 0 di belakang tanda desimal apabila di dahului angka bukan 0 adalah signifikan
5. Angka 0 di depan angka bukan 0 pada suatu bilangan meski di belakang tanda koma
desimal bukan signifikan
6. Angka 0 di belakang angka bukan 0 adalah bukan signifikan, kecuali diberi tanda seperti
garis bawah (_), dll.
Contoh soal :
No. Hasil Pengukuran Pembulatan ke Hasil Pembulatan
1. 72,071 3 angka signifikan 72,1
2. 23,4005 2 angka signifikan 23
3. 0,460 1 angka signifikan 0,5
4. 47778 3 angka signifikan 47700
5. 4508000 6 angka signifikan 4508000

Rangkuman Kelas X 45
# Galat (Salah)
Adalah selisih antara nilai yang tepat (eksak) dengan nilai dengan nilai
hampiran (hasil pengukuran yang tidak tepat) atau,
Besarnya kesalahan / penyimpangan / error dalam pengukuran.
Sumber galat :
1. Alat ukur yang digunakan kurang standar
2. Alat hitung yang kurang teliti
3. Kesalahan manusia (human error) dalam menggunakan alat ukur
4. Penggunaan operasi aritmatika pada hasil pengukuran (pembulatan, dsb.)

Operasi Bilangan Pada Aproksimasi :

1. SUK (Satuan Ukur terKecil)


Adalah satuan ukur atau pembanding terkecil dalam yang dipakai oleh
pengukur.
Tabel contoh satuan ukuran terkecil
No. Hasil Pengukuran Satuan Ukuran Terkecil
1. 42 cm 1 cm
2. 43,4 km 0,1 km atau 1 hm
3. 218,394 kg 0,001 kg atau 1 gram
4. 67,70000 ton 0,00001 ton atau 1 dag
5. 63000 km 1000 km atau 1 m

2. SM (Salah Mutlak)
Adalah jumlah kesalahan terbesar dalam pengukuran.
SM = x SUK
3. SR (Salah Relatif)
Adalah jumlah kesalahan dari pengukuran yang dilihat dari besarnya hasil
pengukuran.
SR = ...tanpa menggunakan satuan

4. Presentase Kesalahan
Adalah banyaknya salah relatif yang dinyatakan dalam prosen.
% kesalahan = SR x 100%
5. Batas Atas dan Batas Bawah
Batas atas (BA) adalah batas tertinggi dalam suatu pengukuran yang dapat
diterima.
BA = Hasil pengukuran + SM
Batas bawah (BB) adalah batas terendah dalam suatu pengukuran yang dapat
diterima.
BB = Hasil pengukuran – SM
6. Toleransi
Adalah selisih antara batas atas dan batas bawah yang dapat diterima.
Toleransi = BA – BB
= 2 x SM
7. Jangkauan
Adalah rentan bilangan yang dapat diterima dalam suatu pengukuran.
Jangkauan = SM

Rangkuman Kelas X 46
= toleransi
Contoh soal :
Jika diketahui hasil pengukuran sebuah pensil adalah 25 cm, maka
 HP (Hasil Pengukuran) = 25 cm
 SUK = 1 cm
 SM = x SUK
= x 1 cm
= 0,5 cm
 SR =

=
= 0,02
 % kesalahan = SR x 100 %
= 0,02 x 100 %
=2%
 BA = HP + SM
= 25 cm + 0,5 cm
= 25,5 cm
 BB = HP – SM
= 25 cm – 0,5 cm
= 24,5 cm
 Toleransi = BA – BB
= 25,5 cm – 24,5 cm = 1 cm
atau
Toleransi = 2 x SM
= 2 x 0,5 = 1 cm
 Jangkauan = SM
=( 0,5) cm
= (25 0,5) cm
8. Batas – Batas Jumlah dan Selisih Hasil Pengukuran
Batas – batas jumlah pengukuran :
 Jumlah maksimum = BA1 + BA2
Jumlah minimum = BB1 + BB2
atau
 P1  (Hp1 SM1)
P2  (Hp2 SM2)
+
P1+P2  {Hp1+Hp2 (SM1+SM2)}
Batas – batas selisih pengukuran :
 Selisih maksimum = BA1 – BB2
Selisih minimum = BA2 – BB1

 P1  (Hp1 SM1)
P2  (Hp2 SM2)
+
P1-P2  {Hp1-Hp2 (SM1+SM2)}

Rangkuman Kelas X 47
9. Batas Hasil Kali Pengukuran
Hasil kali maksimum adalah hasil kali kedua batas atas dari hasil pengukuran.
Hasil kali maksimum = BA1 x BA2
Hasil kali minimum adalah hasil kali kedua batas bawah dari hasil pengukuran.
Hasil kali minimum = BB1 x BB2
Contoh soal :
Tentukan batas-batas jumlah, batas-batas selisih, dan hasil kali dari hasil
pengukuran dua buah tiang yaitu 5,6 m dan 6,4 m !
Jawab :
SUK = 0,1 m
SM = x 0,1 m
= 0,05 m

HP2 = 6,4 m
HP1 = 5,6 m BA2 = 6,4 m + 0,05 m
BA1 = 5,6 m + 0,05 m = 6,45 m
= 5,65 m BB2 = 6,4 m - 0,05 m
BB1 = 5,6 m - 0,05 m = 6,35 m
= 5,55 m
Batas-batas jumlah pengukuran :
Jumlah maksimum = BA1 + BA2
= 5,65 m + 6,45 m
= 12,10 m
Jumlah minimum= BB1 + BB2
= 5,55 m + 6,35 m
= 11,90 m
atau
P1  (Hp1 SM1) P1  (5,6 0,05)m
P2  (Hp2 SM2) P2  (6,4 0,05)m
+ +
P1+P2{Hp1+Hp2 (SM1+SM2)} P1+P2  (12,0 0,10)m

Jumlah maksimum = 12,0 + 0,10 = 12,10 m


Jumlah minimum= 12,0 – 0,10 = 11,90 m
Batas-batas selisih pengukuran :
Selisih maksimum = BA2 - BB1
= 6,45 m – 5,55 m
= 0,90 m
Selisih minimum = BA1 – BB2
= 5,65 m - 6,35 m
= 0,70 m
atau
P1  (Hp1 SM1) P1+P2  (0,8 0,10)m
P2  (Hp2 SM2)
-
P1-P2{Hp1-Hp2 (SM1+SM2)}
P1  (6,4 0,05)m
P2  (5,6 0,05)m
-

Rangkuman Kelas X 48
Selisih maksimum = 0,8 + 0,10 = 0,90 m
Selisih minimum = 0,8 – 0,10 = 0,70 m

Hasil kali maksimum = BA1 x BA2


= 5,65 m x 6,45 m
= 36,4425 m2
Hasil kali minimum = BB1 x BB2
= 5,55 m x 6,35 m
= 35,2425 m2

Rangkuman Kelas X 49
MATERI 5

LOGIKA

Logika dalam matematika berfungsi untuk memberikan dasar cara berpikir


yang logis, sistematis, terarah, dan menghindari kesalahpahaman dalam
peninjauan masalah-masalah matematika. Semesta Pembicaraan adalah himpunan
obyek-obyek yang sedang dibicarakan. Kalimat matematika adalah kalimat yang
mengandung lambang-lambang matematika. Kalimat matematika ada yang
memiliki arti dan ada yang tidak memiliki arti.

Kalimat yang memiliki arti dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Kalimat pernyataan (deklarasi): kalimat yang memiliki benar atau salah.


Contoh : 7+3=10 (pernyataan benar) dan ibukota negara Indonesia terletak di
Pulau Kalimantan (pernyataan salah).
2. Kalimat bukan pernyataan : kalimat yang belum dapat ditentukan benar atau
salah. Contoh : kalimat perintah, tanya, terbuka, permohonan.

 Operasi Logika Matematika


Operasi yang dikenakan 1 pernyataan disebut operasi uner.
Operasi yang dikenakan 2 pernyataan disebut operasi biner.
1. Operasi Penyangkalan (Ingkaran / Negasi)
Merupakan operasi uner, dengan notasi “~” atau “ ̅ ”
Misal : ~p dibaca tidak benar bahwa p
~p dibaca non p / dibaca tidak p
Contoh :
 P : Jakarta ibukota negara Republik Indonesia.
~P : Tidak benar bahwa Jakarta ibukota negara Republik Indonesia.
: Jakarta bukan ibukota negara Republik Indonesia.
 Q : 2+9=10
~Q : tidak benar bahwa 2+9=10
: 2+9 10
 R : 3>7
~R : tidak benar bahwa 3>7
:3 7
Jumlah nilai kebenaran 2n  n : jumlah kalimat pernyataan.
Tabel nilai kebenaran 21 = 2
P ~P S : Salah
B S B : Benar
S B

2. Operasi Konjungsi (Dan)


Merupakan operasi biner, dengan notasi “⋀ ” dibaca “dan”
Jumlah nilai kebenaran 22 = 4
p q p q
V
B B B
B S S
S B S
S S S

Rangkuman Kelas X 50
Ditunjukan dengan hubungan seri:

p q
contoh :
 p Semarang ibukota Jawa Timur
q Semarang Kota ATLAS
p⋀q  Semarang ibukota Jawa Timur dan Kota ATLAS
S ⋀ B =S
 p  Bujur sangkar adalah persegi
q  3+4 = 7
p⋀q  Bujur sangkar adalah persegi dan 3+4=7
B ⋀ B =B

3. Operasi Disjungsi (Atau)


Memiliki notasi “V” , misal pVq dibaca p atau q dan kedua-duanya.
p q pVq
B B B
B S B
S B B
S S S
Ditunjukan dengan hubungan paralel :
p

q
Ada 2 jenis disjungsi :
 Disjungsi Inklusif (atau dan kedua-duanya) pVq tabel seperti di atas
 Disjungsi Eksklusif (atau dan tidak kedua-duanya) pVq
Tabel disjungsi eksklusif
p q pVq
B B S
B S B
S B B
S S S

Hubungan Disjungsi Inklusif dan Eksklusif


p q r pVqVr
B B B S
B B S B
B S B S
B S S B
S B B S
S B S B
S S B B
S S S S

Contoh soal :
 Jika p=S
q=B

Rangkuman Kelas X 51
 (p⋀q) V ~p
(S⋀B) V B =SVB
=B
 (~p⋀q) V (pV~q)
(B⋀B) V (sVs) =BVS
=B
 Jika p=B
q=S
 (p⋀~q) V ~(pVq)
(B⋀B) V ~(BVS) = B V ~B
=BVS
=B
 Tabel kebenaran dari (p⋀~q) V ~(pVq)
p q ~q p⋀~q pVq ~(pVq) (p⋀~q) V ~(pVq)
B B S S B S S
B S B B B S B
S B S S B S S
S S B S S B B

4. Operasi Implikasi / Kondisional


Merupakan operasi biner, menggunakan kata penghubung
“Jika ... , maka ...” dengan notasi “”
p q
misal : p  q dibaca “jika p, maka q”
p disebut hipotesa / antesenden / sebab
q disebut knklusi / konsekuen / akibat
sehingga operasi p  q disebut hubungan sebab akibat.
Tabel kebenaran implikasi
p q pq
B B B
B S S
S B B
S S B
Tabel kebenaran negasi dari implikasi
p q ~q pq ̅̅̅̅̅̅̅̅ p⋀~q
B B S B S S
B S B S B B
S B S B S S
S S B B S S
Jadi, ̅̅̅̅̅̅̅̅  p⋀~q
Contoh :
Jika petani menanam padi, maka harga beras turun. = r
~r : jika petani menanam padi dan harga beras tidak turun.

5. Operasi Biimplikasi / Bikondisional


Menggunakan kata penghubung “... jika dan hanya jika ... ” dengan notasi
“ ”
Misal : p ↔ q dibaca : p jika dan hanya jika q
p ekuivalen q
p syarat perlu dan cukup bagi q

Rangkuman Kelas X 52
Tabel kebenaran dari biimplikasi
p q pq qp pq⋀qp p↔q
B B B B B B
B S S B S S
S B B S S S
S S B B B B
Jadi, p↔q  pq⋀qp
Contoh soal :
 Jika p=B dan q=S
(pq)↔(~p⋀q)
(BS)↔(S⋀S) = S ↔ S = B
 Buatlah tabel kebenaran dari (~pV~q)↔(pq)
p q ~p ~q ~pV~q pq (~pV~q)↔(pq)
B B S S S B S
B S S B B S S
S B B S B B B
S S B B B B B

Negasi dari pernyataan majemuk antara lain :


 Negasi konjungsi : ~(p⋀q) = ~pV~q
 Negasi disjungsi : ~(pVq) = ~p⋀~q
 Negasi implikasi : ~(pq) = p⋀~q
 Negasi biimplikasi : ~(p↔q) = (p⋀~q)V(q⋀~p)
Contoh soal :
Tentukan ingkarang dari :
 Adi membawa buku dan pensil.
 Adi tidak membawa buku atau tidak membawa pensil.
 Hari hujan atau jalan tidak becek.
 Hari tidak hujan dan jalan becek.
 Jika 5+5=10 maka 7 adalah bilangan ganjil.
 5+5=10 dan 7 bukan bilangan ganjil.
 Persegi sisinya ada 4 buah jika dan hanya jika segitiga sama sisi sudutnya
masing-masing sama besar.
 Persegi sisinya ada 4 dan segitiga sama sisi sudutnya masing-masing tidak
sama besar atau segitiga sama sisi sudutnya masing-masing sama besar
dan persegi sisinya bukan 4 buah.

a. Konversi, Inversi, dan Kontraposisi


Dari bentuk implikas pq akan dibentuk implikasi baru yaitu :
 Konversi : qp
 Inversi : ~p~q
 Kontraposisi : ~q~p
Bentuk tabel kebenaran :
p q ~p ~q pq qp ~p~q ~q~p
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B
Jadi, implikasi ekuivalen kontraposisi : pq  ~q~p
Konversi ekuivalen inversi : qp  ~p~q

Rangkuman Kelas X 53
Contoh :
 pq : Jika petani menanam padi, maka harga beras turun.
~q~p : Jika harga beras tidak turun, maka petani tidak
menanam padi.
qp : Jika harga beras turun, maka petani tidak menanam
padi.
~p~q : Jika petani tidak menanam padi, maka harga beras
tidak turun.
 Tentukan konvers, invers, kontraposisi dari (~pVq)  (~p⋀q) :
Konvers : qp
: (~p⋀q)  (~pVq)
Invers : ~p~q
: (p⋀~q)  (pV~q)
Kontraposisi : ~q~p
: (pV~q)  (p⋀~q)

b. Kalimat Berkuantor
Adalah kalimat terbuka yang telah dibubuhi dengan variabel sehingga berubah
menjadi kalimat tertutup.

Contoh : Kalimat terbuka dengan variabel x , dapat


 x–1=9 ditulis P(x), Q(x), F(x)
 x2 + x – 6 = 0
 x2 0
Ada 2 macam kuantor :
1. Kuantor Umum  notasi “ x” dibaca “untuk semua x” atau “untuk setiap x”
2. Kuantor Khusus  notasi “ x” dibaca “ada x” atau “beberapa x (sekurang-
kurangnya 1)”

c. Negasi Kalimat Berkuantor


 “semua x” ingkarannya “ada x”
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ = x̅̅̅̅̅̅
 “ada x” ingkarannya “semua x”
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ = x̅̅̅̅̅̅
Contoh :
 Semua korban kecelakaan itu meninggal dunia.
 Beberapa korban kecelakaan itu tidak meninggal dunia.
 Ada siswa yang tertib.
 Semua siswa tidak tertib.

d. Penarikan Kesimpulan
 Bukti Langsung : dipergunakan dasar yang sah dari argumen dengan prinsip
logika.
Ada 3 cara penarikan, yaitu dengan :
a. Modus Ponens
P1 = pq (B) P : Premis
P2 =p (B) : kesimpulan
Kesimpulan = q (B)

Rangkuman Kelas X 54
Tabel tautologi (tabel yang hasilnya benar semua)
pq ⋀ p  q
p q pq pq⋀p pq ⋀ p  q
B B B B B
B S S S B
S B B S B
S S B B B

Contoh :
 Jika Andi minum susu maka Andi akan sehat. Andi minum susu.
 Andi akan sehat.
 P1 = Jika Andi minum susu maka Andi akan sehat
P2 = Andi minum susu
Kesimpulan = Andi akan sehat

b. Modus Tollens
P1 = pq (B)
P2 = ~q (B)
Kesimpulan = ~p (B)

Tabel tautologi
pq ⋀ ~q  ~p
p q ~p ~q pq pq ⋀ ~q pq ⋀ ~q  ~p
B B S S B S B
B S S B S S B
S B B S B S B
S S B B B B B

Contoh :
 Jika Bela belajar giat maka Bela naik kelas. Bela tidak naik kelas.
 Bela tidak belajar.
 P1 = Jika Bela belajar giat maka Bela naik kelas
P2 = Bela tidak naik kelas
Kesimpulan = Bela tidak belajar

c. Prinsip Sillogisme
P1 = pq (B)
P2 = qr (B)
Kesimpulan = pr (B)
Tabel tautologi
pq ⋀ qr  pr
p q r pq qr pr pq ⋀ qr pq ⋀ qr  pr
B B B B B B B B
B B S B S S S B
B S B S B B S B
B S S S B S S B
S B B B B B B B
S B S B S B S B
S S B B B B B B
S S S B B B B B

Rangkuman Kelas X 55
Contoh :
 Jika Cindy pusing maka ia sakit. Jika Cindy sakit maka ia harus periksa ke
dokter.
 Jika Cindy pusing maka ia harus pergi ke dokter
 P1 = Jika Cindy pusing maka ia sakit
P2 = Jika Cindy sakit maka ia harus periksa ke dokter
Kesimpulan = Jika Cindy pusing maka ia harus pergi ke dokter

 Bukti Tak Langsung


Langkah-langkahnya :
1. Dimisalkan yang akan dibuktikan dengan mengingkarinya.
2. Carilah hubungan sehingga diperoleh kontraposisi dari langkah 1.
3. Jika nilai kebenaran antara implikasi dengan kontraposisi sama, maka sudah
terbukti.
Contoh dengan menggunakan lambang :
 Buktikan bahwa p (benar) :
1. Misal ~p
2. ~p ...(metode sah)... p
3. Jadi (~p⋀p), kontradiksi. Kesimpulannya p benar.
 Buktikan bahwa pq (benar) :
1. Misal ~q
2. ~q ...(metode sah)... ~p
3. Jadi (~q~p) tetapi (~q~p) (pq) terbukti

Rangkuman Kelas X 56
MATERI 6

DIMENSI 2 (SUDUT DAN BIDANG)

 Sudut
Adalah kemiringan suatu garis terhadap garis lain yang pangkal-pangkalnya
bertemu di satu titik.

P : titik pangkal / titik sudut


a
a & b : kaki sudut
Notasi “∠”

P cara memberi nama sudut menggunakan huruf kapital,


b seperti ∠Q atau ∠PQR
Satuan sudut ada 3 macam :

1. Satuan Derajat (...o)


Adalah besar sudut satu derajat ditulis 1o adalah sudut yang berhadapan
dengan panjang busur = bagian keliling lingkaran.
A
B
OAB = bagian keliling lingkaran

1o = bagian keliling lingkaran


o
Keliling lingkaran = 360o

Satuan derajat yang lebih kecil adalah satuan menit (...’) dan detik (...”)
1o = 60’  1’ =
1’ = 60”  1” =

1o = 60’ = 3600”  1” =
Contoh soal :
 Ubahlah ke detik dan menit !
110,8745o = 110o + (0,8745 x 60’)
= 110o + 52,47’
= 110o + 52’ + (0,47 x 60”)
= 110o + 52’ + 28,2”
= 110o + 52’ + 28”
 Ubahlah ke derajat desimal
76o48’50” = 76o + ( )+( )
= 76 + 0,8 + 0,0138...o
o o

= 76,8o + 0,0138o
= 76,8138o
2. Satuan Radian (...rad)
Adalah besarnya sudut satu radian ditulis 1 rad adalah jika panjang OAB
yang berhadapan sama dengan jari-jari (r)

Rangkuman Kelas X 57
A B
gambar 1 gambar 2
B
r
r C A
o O

1 rad = 180o

Gambar 1 = = =1 maka, ∠AOB = 1 radian

Gambar 2 = = =π maka, ∠AOC = π rad = 180o

1 π rad = 360o Keliling lingkaran = 2π rad = 360o

3. Satuan Grade / Gon (...g atau ...g)


Adalah besar sudut 1 grade ditulis 1g, jika panjang busur AB yang
berhadapan sama dengan bagian keliling lingkaran.
A
B
1g = keliling lingkaran

Keliling lingkaran = 400g


o
Satuan grade yang lebih kecil adalah cg dan ccg

Dengan : 1g = 100 cg
1 cg = 100 ccg
1g = 100 cg = 10.000 ccg
# Konversi Satuan Sudut
1. Konversi Satuan Derajat dan 2. Konversi Satuan Radian dan
Radian Grade
1 rad = 57,3o 1 rad = 63,9g
1o = 0,01744 rad 1g = 0,0157 rad
Contoh soal : Contoh soal :
 196o = ...rad  510g = ...rad
= 196 x 0,01744 = 510 x 0,0157
= 3,41824 rad = 8,007 rad
 rad = ...o  rad = ...g
= x 180o = x 200
= 60 o
= 150g
 12 rad = ...o  9,45 rad = ...g
= 12 x 57,3 = 9,45 x 63,9
= 338,07o = 603,855g
3. Konversi Satuan Derajat dan Grade
1o = 1,11g  1’ = 0,0185g
1” = 0,0003086g (satuan centisimal)

Rangkuman Kelas X 58
1g = 0,9o  1cg = 0,009o
1ccg = 0,00009o (satuan sexagesimal)
Contoh soal :
 75o = ...g
= 75 x 1,11
= 83,25g
g
 130 = ...o
= 130 x 0,9
= 117o
 Ubah ke bentuk satuan sexagesimal !
175g 45cg 27ccg = (175x0,9o)+(45x0,009o)+(27x0,00009o)
= 157,5o + 0,405o + 0,00243o
= 157,90743o

157,90743o = 157o + (0,90743x60’)


= 157o + 54,4458’
= 157o + 54’ + (0,4458x60”)
= 157o + 54’ + 26,748”
= 157o 54’ 27”
 Ubah ke bentuk satuan centisimal !
150o26’43” = (150x1,11g)+(26x0,0185g)+(43x0,0003086g)
= 166,5g + 0,481g + 0,0132698g
= 166,9942698g
= 166,9943g
= 166g 99cg 43ccg

 Bangun Datar Beraturan


# Theorema Phytagoras
“Kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi siku-sikunya”
Ada 4 teori phytagoras :
B
1. c =√
c
a b =√
L a =√
C b A
Pada ABC, CD adalah garis tinggi dan CD ┴ AB
B
2. a2 = c1 x c
c 3. b2 = c2 x c
1 4. h2 = c1 x c 2
c

a D
h c
2
L
C b A

Rangkuman Kelas X 59
# Rumus – Rumus Luas dan Keliling Bangun Datar Beraturan
1. Segitiga 5. Belah Ketupat

s
d1
c b
t d2

a d = diagonal
s = kell L=
a = alas Kell = 4 ∙ s
t = tinggi 6. Layang-Layang
a = sisi a b
b = sisi b
c = sisi c d2
L = ∙a∙t d1
=√ a
Kell = a+b+c
2. Persegi Panjang L =
Kell = 2(a+b)
||
7. Trapesium d
|

l
|

p
|| a t c
p = panjang
l = lebar b
L = p∙l L = ∙
Kell = 2 (p+l)
Kell = a+b+c+d
3. Persegi
8. Lingkaran
|
r
s
|
|

|
π = = 3,14
s = sisi
L = s ∙ s = s2 r =jari-jari O
Kell =4∙s d = diameter O

4. Jajar Genjang L = ∙ π ∙ r2

|| = ∙ π ∙ d2
Kell = 2πr
|

b
|

t = 4π
a 9. Ellips
||
L =a∙t a
Kell = 2(a+b) b

Rangkuman Kelas X 60
L = π a∙b
Kell = π (a+b) n = jumlah sisi
10.Segi-n Beraturan L = cotg
|
=n∙L
= ∙ s2 ∙ √
Kell = n∙s

|
Contoh soal :
- Hitung luas dan kell segi 6 dibawah ini!
s = 10cm
L = ∙ s2 ∙ √
10cm
= ∙ (10cm)2 ∙ √
= ∙ 100cm2 ∙ √
= 150√ cm2
Kell = n∙s
= 6 ∙ 10cm =60cm

- Hitung luas layang-layang dibawah ini!


D
EC =√ DE2 = EC ∙ AE
13cm =√ (12)2 = 5 ∙ AE
12cm =√ 144 = 5 AE
E =√ AE = 28,8cm
A C
= 5cm Rumus phytagoras
5cm
d1 = DB = DE+EB
= 12cm+5cm
B
= 17cm
d2 = AC = AE+EC L =
= 28,8cm+5cm
=
= 33,8cm
= 287,3cm2
# jika diketahui koordinatnya

L= [xn(y(n+1)-y(titik yg berhadapan n+1))+xn+1(y(n+2)-y(titik yg berhadapan n+2))+ ...]

Contoh soal:
D (5,4)

E (-1,6)
C (6,1) Hitung luas bangun disamping!

A (-3,-1)
B (3,-2)
L = [xA(yB-yE)+ xB(yC-yA)+ xC(yD-yB)+ xD(yE-yC)+ xE(yA-yD)]
= [-3(-2-6)+ 3(1-(-1))+ 6(4-(-2))+ 5(6-1)+ (-1)(-1-4)]
= (24+6+36+25+5)
= ∙ 96 = 48 satuan

Rangkuman Kelas X 61
 Bangun Datar Tak Beraturan
Ada 4 cara menghitung luas bangun datar tak beraturan :
1. Aturan Trapesioda
d = Luas Pias

O = ordinat

6 5,8 8,8 9 Contoh soal : hitung luas bangun diatas!


7 6 7
O3 O4 O5 O6 O7 𝒐𝟏 𝒐𝟕
O1 O2 L = d{( )+o2+o3+o4+o5+o6}
𝟐
= 2{( )+7+6+5,8+7+8,8}
d=2 = 2{7,5+7+6+5,8+7+8,8}
= 2 ∙ 42,1
9
8,8 = 84,2 satuan luas
2. Aturan Mid Ordinat
7 7
6 6
5,8
Y = ordinat tengah =

y4 y5 y6
Y1 = = 6,5 Y4 = = 6,4
y1 y2 y3
Y2 = = 6,5 Y5 = = 7,9
Y3 = = 5,9 Y6 = = 8,9

Contoh soal : hitung luas bangun diatas!


L = d (y1+ y2+ y3+ y4+ y5+ y6)
= 2 (6,5+6,5+5,9+6,4+7,9+8,9)
= 2 ∙ 42,1
= 84,2 satuan luas
3. Aturan Simpson
Contoh soal : hitung luas bangun diatas! Lihat gambar trapesioda

L = {(oawal+oakhir)+4(ogenap)+2(oganjil)}

= {(o1+o7)+4(o2+ o4+ o6)+2(o3+ o5)}


= {(6+9)+4(7+5,8+8,8)+2(6+7)}
= (15+86,4+26)
= 84,9 satuan luas
4. Dengan Luas Persegi
m = kotak utuh
n = kotak tidak utuh

𝟏
L = m+ n
𝟐

Contoh soal : hitung luas bangun diatas!


m = 9 , n = 16
L =9+ ∙ 16
= 17 satuan luas
 Transformasi
Transformasi adalah cara untuk memindahkan suatu titik pada suatu bidang.

Rangkuman Kelas X 62
 Refleksi (Pencerminan)
adalah pencerminan suatu titik, garis, atau bangun yang bayangannya ~ dengan
asli. Sifat :
 Bangun asal ~ bayangan
 Jarak bangun asal terhadap cermin = jarak bayangan terhadap cermin
 Garis yang menghadap titik asal dan bayangannya ┴ terhadap cermin

Pencerminan pada bidang koordinat : Matriks : ( ) = ( )( )


P(x,y) P’(x,-y)
P(x,y) ( )
P(x,y) P’(-x,y)
P(x,y) → P’(2k-x,y) P(x,y) ( )

P(x,y) → P’(-x,-y) P(x,y) → ( )


P(x,y) → P’(x,2k-y) P(x,y) → ( )
P(x,y) → P’(y,x)
P(x,y) → ( )
P(x,y) → P’(-y,-x)

Titik pencerminan ke matriks :


Contoh soal :
1. Tentukan bayangan titik A(2,5); B(4,8); C(1,2) dicerminkan oleh sumbu x!

( )=( )( )=( )
Jadi, A’(2,-3); B(4,-8); C(1,-2)
2. Pada bayangan titik P(8,-5) yang dicerminkan terhadap sumbu x dilanjutkan
terhadap sumbu y!
P(x,y) P’(x,-y)
P(x,y) P”(-x,y)
P”(-x,-y)
P(x,y)  P”(-x,-y)
P(8,-5)  P”(-8,5) jadi, bayangan akhirnya adalah P”(-8,5)
3. Jika A(a,b) dicerminkan terhadap garis y=- menghasilkan bayangan A’(2,-4),
tentukan nilai a dan b!
P(x,y) → P’(x,2k-y) 2k – b =-4
2∙ – b =-4
A(a,b) → A’(2,-4)
b =3

a= 2
 Translasi (Pergeseran)
adalah pergeseran titik, garis, atau bangun menurut arah dan jarak tertentu.

⃗⃗⃗⃗⃗ B 𝒂
( ) 𝑻* +
𝒃
P(x,y) → P’(x+a, y+b)
𝒂 𝒄
𝒂 𝒄 𝑻𝟐 𝒐𝑻𝟏 * +
𝒃 𝒅
T1* +  T2* + = →
𝒃 𝒅
A

Contoh soal:

Rangkuman Kelas X 63
Translasi ( ) dilanjutkan translasi ( ) mentraslasikan titik M ke M’(2,-7), maka
koordinat M adalah...
T1 ( ) ;T2 ( )
* +
M(x,y) → M’(2,-7)
* +
M(x,y) → M’(2,-7)
Persamaan linear :
X x+2 =2
X =0
Y y – 1 = -7
Y = -6 M(0,-6)
Jadi, koordinat M adalah (0,-6)

 Rotasi (Perputaran)
adalah pemindahan titik, bangun, atau garis sepanjang busur O dengan arah,
titik pusat, dan ∠ tertentu.
Pada titik pusat (0,0)
[ ]
P(x,y) → P’(-y,x)
[ ]
P(x,y) → P’(y,-x)
[ ]
P(x,y) → P’(-x,-y)
R1  R2 = R2OR1
Contoh soal :
Titik P(0,4) dirotasikan oleh rotasi R1(0,-90°) dilanjutkan oleh R2(0,180°)
menghasilkan P”, tentukan P”!
R2OR1= -90° + 180°
= 90°
[ ]
P(x,y) → P”(-y,x)
[ ]
P(0,4) → P”(-4,0) jadi, P” adalah (-4,0)

Bentuk Matriks : ( ) = ( )( )

X’ = x ∙ cos α – y ∙ sin α
Y’ = x ∙ sin α + y ∙ cos α
Contoh soal :
Tentukan bayangan titik P(4,6) yang dirotasikan oleh R(0,60°)!
( ) =( )( )


=( )( )

=( √ )

Jadi, P’ adalah (2-3√ , 2√ +3)
Pada titik pusat (a,b)
X’ – a = (x-a)cos α – (y-b)sin α
Y’ – b = (x-a)sin α + (y-b)cos α
Contoh soal :

Rangkuman Kelas X 64
 Tentukan bayangan titik P(6,4) karena rotasi yang berpusat di A(2,1) sebesar
= -90°!
P(6,4)  (x,y)
X’ – a = (x-a)cos α – (y-b)sin α A(2,1)  (a,b)
X’ – 2 = (6-2)cos -90° – (4-1)sin -90°
X’ – 2 = 4 ∙ 0 – 3 ∙ -1
X’ – 2 =3
X’ =5
Y’ – b = (x-a)sin α + (y-b)cos α
Y’ – 1 = (6-2)sin -90° + (4-1)cos -90°
Y’ – 1 = 4 ∙ -1 + 3 ∙ 0
Y’ – 1 = -4
Y’ = -3
Jadi, titik P’ adalah (5,-3)
 Dilatasi (Perkalian)
adalah perkalian bangun yang berupa pembesaran / pengecilan dengan titik
pusat dan faktor skala (k) tertentu.
Macam=macam dilatasi :
K>1  bayangan sepihak dengan bangun asal dan diperbesar
0<K<1  bayangan sepihak dengan bangun asal dan diperkecil
-1<k<0  bayangan berlawanan pihak dan diperkecil
K<-1  bayangan berlawanan pihak dan diperbesar
Dilatasi dengan pusat (0,0)
[ ]
P(x,y) → P’(kx,ky) Matriks : ( ) = ( )( )
K=
Contoh soal :
Titik P(1,2) didilatasi [0,2] menghasilkan bayangan P’, tentukan P’!
[ ]
P(x,y) → P’(kx,ky)
[ ]
P(1,2) → P’(2∙1, 2∙2)
P’(2,4)
Dilatasi dengan pusat (a,b)
X’ – a = k(x-a)
Matriks :( ) = ( )( )+( )
Y’ – b = k(y-b)
Contoh soal :
Tentukan bayangan titik P(3,6) karena didilatasi [A,2] terhadap titik A(1,2)!
P(3,6)  (x,y) [A,2]  [titik pusat A, k]
A(1,2)  (a,b)
X’ – a = k(x-a) Y’ – b = k(y-b)
X’ – 1 = 2(3-1) Y’ – 2 = 2(6-2)
X’ – 1 = 4 Y’ – 2 = 8
X’ =5 Y’ = 10
Jadi, P’(5,10)

Rangkuman Kelas X 65
MATERI 7

PERBANDINGAN TRIGONOMETRI

Perbandingan trigonometri suatu sudut  perbandingan sisi suatu segitiga siku-


siku.
y
P P (x,y) PQO siku-siku di Q dengan melihat ∠ α, maka :

r OP = r = sisi miring ∠ α (proyektrum)


PQ = y = sisi depan ∠ α (proyektor)
OQ = x = sisi samping ∠ α (proyeksi)
α x
L

O x Q

Sinus α = = (demi) Cosecan α = = (mide)

Cosinus α = = (sami) Secan α = = (misa)

Tangen α = = (desa) Cotangen α = = (sade)

Nilai sudut istimewa Trigonometri :

0o 30o 45o 60o 90o


Sin 0 √ √ 1

Cos 1 √ √ 0

Tan 0 √ 1 ~

Cosec ~ 2 √ √ 1

Secan 1 √ √ 2 ~

Cotg ~ √ 1 √ 0
Menghitung sisi segitiga siku-siku istimewa :

C
AB =x∙√
60o BC =x∙2
AC =x

30o
L
B Sudutnya harus 90o, 60o, dan 30o
A

R
PQ =x
PR =x
45o QR =x∙√

L 45o Sudutnya harus 90o, 45o, dan 45o


P Q
Rangkuman Kelas X 66
Contoh soal :
C

8 cm β Tentukan panjang AB, BC, dan sinβ, cosβ ,tanβ, sinα,


cosα, tanα dengan ∠α = ∠β = 45o !

L
A B

Jawab :


a. AB = e. Tanβ = = =1
√ √

= x f. Sinα = =

= √
√ √
= 4√ cm √
g. Cosα = = = √
b. BC = AB = 4√ cm

c. Sinβ = =

= √ h. Tanα = = =1


d. Cosβ = = = √
 Daftar III (Daftar Sinus)

Digunakan untuk mencari nilai sin, cos, tan, dan cotg dari suatu sudut atau
sebaliknya. Contoh soal :

- Berapakah nilai sin 38o14’ ?


38o M = kolom menit
M sin tan cotg cos
... ...
10 0,6180 50
... ... ...
14 89 46
... ...
cos cotg tan sin M
51o
Cara : pada daftar III logaritma cari sudut 38o, lanjut mencari 14‟ pada kolom M,
urutkan pada kolom sin, dan lihat nilainya. Jika hanya 2 digit, lihat 3 digit awalannya
di atasnya.
Jadi, nilai sin 38o14’ = 0,6189
- Tentukan ∠ β dari cos β = !
Jawab :
cos β =
cos β = 0,6667
∠β = arc cos 0,6667
∠β = 48o11’
41o
M sin tan cotg cos
... ...
49 67 11
50 0,6670 10
... ...
cos cotg tan sin M
48o

Rangkuman Kelas X 67
Cara : pada daftar III logaritma cari nilai 0,6667 pada kolom cos, lanjut melihat menit
pada kolom M dan sudut pada bawah tabel.

 Daftar II (Daftar Log Sinus)

Digunakan untuk mencari nilai log sin, log cos, log tan, dan log cotg dari suatu
sudut atau sebaliknya. Contoh soal :
cara mirip daftar II, hanya saja bilangan yang tertera pada daftar harus dikurangi 10

1. Log cotg 75o46’ = 9,4042 – 10 (daftar II)


= -0,3958
2. Log sin A = -0,1761
Log sin A = 9,8239 – 10  dibuat bentuk ... - 10
∠A = antilog sin 9,8239
= 40o49’
3. Sin β =
Log sin β = log 23,71+ log sin 69o17’ – log 27,18

Log 23,71 = 1,3749 = 1,3749 (daftar I)


Log sin 69o17’ = 9,9710 – 10 = -0,0290 + (daftar II)
1,3459
Log 27,18 = 1,4342 = 1,4342 – (daftar I)
-0,0983
Log sin β = -0,0983
= 9,9117 – 10
∠β = antilog sin 9,9117 (daftar II)
= 54o41’

 Sudut-Sudut Berelasi

Sudut dibagi dalam beberapa kuadran :


y
90o
PII (-x,y) PI (x,y)

II I

180o x 360o

III IV

PIV (x,-y)
PIII (-x,-y)

270o
 Rumus di kuadran I {(90o – α) atau ( )}
o
1. Sin (90 – α) = cos α 4. Cotg (90o – α) = tan α
o
2. Cos (90 – α) = sin α 5. Sec (90o – α) = cosec α
3. Tan (90o – α) = cotg α 6. Cosec (90o – α) = sec α
Contoh soal :
Tentukan sudut komplemennya!

Rangkuman Kelas X 68
 Cos 40o = sin (90o – 40o) = sin 50o
 Cosec 57o = sec (90o – 57o) = sec 33o

 Rumus di kuadran II {(180o – α) atau ( )}


o
1. Sin (180 – α) = +sin α 4. Cotg (180o – α) = -cotg α
2. Cos (180o – α) = -cos α 5. Sec (180o – α) = -sec α
o o
3. Tan (180 – α) = -tan α 6. Cosec (180 – α) = +cosec α
Contoh soal :
Tentukan nilai dari :
 Cos 125o = - cos (180o – 125o) = -cos 55o = -0,5736 (daftar III)
 Cotg = - cotg (π - ) = -cotg = -√

 Rumus di kuadran III {(180o + α) atau ( )}


o
1. Sin (180 + α)= -sin α 4. Cotg (180o + α) = +cotg α
o o
2. Cos (180 + α) = -cos α 5. Sec (180 + α) = -sec α
3. Tan (180o + α) = +tan α 6. Cosec (180o + α)= -cosec α
Contoh soal :
Tentukan nilai dari :
 Tan 240o = tan (180o + 60o) = tan 60o = √
 Cos 269o35’ = cos (180o + 89o35’) = -cos 89o35’ = -0,0073 (daftar III)

 Rumus di kuadran IV {(360o – α) atau ( )}


o
1. Sin (360 – α) = -sin α 4. Cotg (360o – α) = -cotg α
2. Cos (360o – α) = +cos α 5. Sec (360o – α) = +sec α
o
3. Tan (360 – α) = -tan α 6. Cosec (360o – α) = -cosec α
Contoh soal :
Tentukan nilai dari :
 Cos 300o = cos (360o – 60o) = cos 60o =
 Sin 1 = sin (2π - ) = -sin =-

Relasi ∠ α dengan ∠ (-α)


∠ (-α)  sudut negatif yang diputar searah jarum jam dari sumbu + sehingga
berada di kuadran IV , maka didapat :

1. Sin (-α) = -sin α 4. Cotg (-α) = -cotg α


2. Cos (-α) = +cos α 5. Sec (-α) = +sec α
3. Tan (-α) = -tan α 6. Cosec (-α) = -cosec α
Contoh soal :
Tentukan nilai dari :
 Cos (-110o) = = - cos 70o = - 0,3420
 Tan (-315) = = tan 45o = 1
Sudut-sudut periodik
∠ periodik  ∠ yang besarnya > 360o

1. Sin (360o ∙ k + α) = sin α 3. Tan (180o ∙ k + α) = tan α


2. Cos (360o ∙ k + α) = cos α 4. Cotg (180o ∙ k + α) = cotg
, dengan k R

Rangkuman Kelas X 69
Contoh soal :
Tentukan nilai dari :
 Sin 960o = sin (360o∙2 + 240o)
= sin 240o kuadran II
o
= -sin 60 = - √
 Tan (-5 ) = -tan 5
= -tan (π∙5 + )

= =- √

 Koordinat cartesius (x,y)


y
X disebut absis
A (x,y) Y disebut ordinat

X = r ∙ cos α
Y = r ∙ sin α

α
x
0
 Koordinat kutub (polar) (r, α)

y
A (α,r) r disebut jari-jari kutub
Y disebut sudut kutub
r
r = √𝒙𝟐 𝒚𝟐
𝒚
α α = arc tan
𝒙
x
O
Contoh soal :

 Ubahlah koordinat titik B(4,3) menjadi koordinat kutub!


B(4,3) = B(x,y)  B(r,α)
r =√ α = arc tan α
=√ = arc tan
=√ = arc tan 0,7500 (daftar III)
=√ = 36o52’
=5 Saat akan menentukan α jangan lupa perhatikan letak koordinat
B(4,3)  B(5, 36o52’) titik terletak pada kuadran berapa

 Ubahlah koordinat kutub P(6,300o) ke dalam koordinat cartesius!


P(6,300o) = P(r, α)  B(x,y)
X = r ∙ cos α Y = r ∙ sin α
= 6 ∙ cos 300o (kuadran IV) = 6 ∙ sin 300o (kuadran IV)
o
= 6 ∙ cos 60 = 6 ∙ -sin 60o
=6∙ =3 = 6 ∙ - √ = -3√
o
P(6,300 )  P(3, -3√ )
 Aturan Sinus
bisanya digunakan untuk mencari besar sudut atau panjang salah satu sisi yang
diketahui dua sisi depan dan samping.

Rangkuman Kelas X 70
= = = 2R R = jari-jari lingkaran luar

Contoh soal :

Diketahui ABC dengan BC=20cm, AC=10cm, dan besar ∠B=25o. Hitung :

a. ∠A? Sisi di depan ∠ A = sisi a


Sisi di depan ∠ B = sisi b
b. ∠C? C
Sisi di depan ∠ C = sisi c
c. Panjang AB? a
dst.
Jawab : b 20cm
a. = 10cm
=
10 ∙ sinA = 20 ∙ sin 25° 25 °
A B
Sin A =
c
Sin A = 2 sin 25° (daftar III)
Sin A = 2 ∙ 0,4226
Sin A = 0,8452
∠A = arc sin 0,8452 (daftar III)
∠A = 57°42’
b. ∠C = 180 ° - (25 ° + 57 °42’)
= 180 ° - 82 ° 42’
= 97 ° 18’
c. =
=
C ∙ sin 25 ° = 10 ∙ sin 97 °18’
C =

Log c = log 10 + log sin 97 °18’ – log sin 25 °

Log 10 = 1,0000
log sin 97 °18’ = 9,9965 – 10 +
10,9965 – 10
log sin 25 ° = 9,6259 – 10 –
1,3706

Log c = 1,3706
C = antilog 1,3706
C = 23,48 cm

 Aturan Cosinus

a2 = b2+c2-2bc cosA cosA =


b2 = a2+c2-2ac cosB
c2 = a2+b2-2ab cosC cosB =

cosC =

Rangkuman Kelas X 71
contoh soal :
10cm
D C

8cm
8cm

60 ° 120 °
Hitunglah panjang AC dan BD!
A B
Jawab : 10cm

 Perhatikan ABC
b2 = a2+c2-2ac cosB
C
b2 = 82+102-2 ∙ 8 ∙ 10 ∙ cos120 °
b2 = 64+100 – 160 ∙ (-cos60 °) b
b2 = 164 – 160 ∙ (- )
8cm
b2 = 164 + 80
b =√ 120 ° a
b =√
A B
b =2∙√ (daftar V) 10cm c
b = 2 ∙ 7,8102
b = 15,6204 cm

AC= b = 15,62 cm

 Perhatikan ABD
a2 = b2+d2-2bd cosA D
a2 = 82 + 102 - 2 ∙ 8 ∙ 10 cos60 °
a2 = 64 + 100 - 160 ∙
8cm a
a2 = 164 – 80 b
a =√ (daftar V)
a = 9,1652 60 °
A B
BD = a = 9,17cm d 10cm

 Rumus Luas
1. L =
3. L =√
2. L = ∙ a ∙ b ∙ sin c
4. L = 2R2 ∙ sin A ∙ sinB ∙ sinC
= ∙ a ∙ c ∙ sin b
= ∙ b∙ c ∙ sin a
Contoh soal :
Tentukan luas dibawah ini!

Rangkuman Kelas X 72
- Jika diketahui 2 sisi dan 1 sudut
C L ABC = ∙ a ∙ c ∙ sinB
= ∙ 16cm ∙ 15cm ∙ sin30o
16 cm = 120cm2 ∙
a = 60cm2
b

30 °
A B
c
15 cm

- Jika diketahui 3 sisinya


C S = kell
= (15+14+13)cm
15 cm = 42cm
14 cm
a
b = 21cm

A B
13 cm c
L ABC = √
=√ cm2
= √ cm2
= √ cm2
= 3∙2∙7∙2 cm2
= 84 cm2

- Jika diketahui 3 sudut dan 1 sisinya


= 2R aturan sinus
C
= 2R

15cm 60° √
= 2R
a
b √
=R

A 75° 45° B
R =

cm

c
L ABC = 2R2 ∙ sinA ∙ sinB ∙ sinC
= 2( )2 ∙ sin75° ∙ sin45° ∙ sin60°

= 2( )2 ∙ 0,9659 ∙ 0,7071 ∙ 0,8660


= 225 cm2 ∙ 0,9659 ∙ 0,7071 ∙ 0,8660
= 133,08 cm2

Rangkuman Kelas X 73
 Rumus Jumlah dan Selisih 2 Sudut
 sin (α+β) = sinα ∙ cosβ + cosα ∙ sinβ
 sin (α–β) = sinα ∙ cosβ – cosα ∙ sinβ
 cos (α+β) = cosα ∙ cosβ – sinα ∙ sinβ
 cos (α–β) = cosα ∙ cosβ + sinα ∙ sinβ
 tan (α+β) =

 tan (α–β) =

contoh soal :
tan 15 ° = tan (60 ° -45 °)
=

=

=

√ √
= x
√ √
√ √
=

=

=
= 2-√
 Rumus Sudut Rangkap
 Sin 2α = 2 ∙ sinα ∙ cosα  Sin 3α = 3sinα - 4sin3α
 Cos 2α = cos2α – sin2α  Cos 3α = 4cos3α – 3cosα
= 1 – 2sin2α  Tan 3α =
= 2cos2α – 1
 Tan 2α =
Contoh soal :
Tentukan Cos 22 ° , misal α = 22 ° !
Jawab:
Cos 2α = 2 cos2 22 ° - 1
Cos 2(22 °) = 2 cos2 22 ° - 1
cos 45 ° = 2 cos2 22 ° - 1
√ +1 = 2 cos2 22 °

cos2 22 ° =

Cos 22 ° =√ √

=√ √

= ± √√
 Rumus Perkalian Fungsi Trigonometri
 2 ∙ cosA ∙ cosB = cos(A+B) + cos(A-B)
 2 ∙ sinA ∙ sinB = cos(A+B) – cos(A-B)
 2 ∙ sinA ∙ cosB = sin(A+B) + sin(A-B)
 2 ∙ cosA ∙ sinB = sin(A+B) – sin(A-B)

Rangkuman Kelas X 74
Contoh soal :
8 ∙ cos 75 ° ∙ sin 15 ° = 4sin(75 °+15 °) – 4sin(75 °-15 °)
= 4sin90 °– 4sin60 °
=4∙1–4∙ √
= 4 - 2√
= 2(2-√ )

 Rumus Penjumlahan Fungsi Trighonometri


 cosA + cosB = 2 ∙ cos (A+B) ∙ cos (A-B)
 cosA – cosB = -2 ∙ sin (A+B) ∙ sin (A-B)
 sinA + sinB = 2 ∙ sin (A+B) ∙ cos (A-B)
 sinA – sinB = 2 ∙ sin (A+B) ∙ cos (A-B)
Contoh soal :
Sin 75 ° - sin 15 ° = 2 ∙ cos (75 °+15 °) ∙ sin (75 °-15 °)
= 2 ∙ cos 45° ∙ sin 30°
=2∙ √ ∙
= √

 Unsur Identitas Sudut Dalam Trigonometri


1. sin2α + cos2α = 1 4. sinα =
2. sin2α = 1 - cos2α
cosα =
cos2α = 1 - sin2α
tan2α = sec2α – 1 tanα =
2 2
cotg α = cosec α – 1 5. sinα ∙ cosecα = 1
3. = tanα cosα ∙ secα =1
= cotgα tanα ∙ cotgα =1

contoh soal :
1. = tan2A

= ruas kanan
2
tan A = terbukti sama dengan ruas kanan
2. (sinB+cosB)(sinB-cosB) = 2cos2B – 1
2 2
Sin B – cos B = ruas kanan
2 2
1 - cos B – cos B = ruas kanan
1 - 2cos2B terbukti tidak sama dengan ruas kanan

 Persamaan Trigonometri
 Persamaan Bentuk Sederhana
1. Sin x = sin a X2 = -a + k ∙ 360o
X1 = a + k ∙ 360o = -a + k ∙ 2π
= a + k ∙ 2π 3. Tan x = tan a
X2 = (180o -a) + k ∙ 360o X1 = a + k ∙ 180o
= (2π -a) + k ∙ 2π = a+k∙π
2. Cos x = cos a X2 = (180o +a) + k ∙ 180o
X1 = a + k ∙ 360o = (π +a) + k ∙ π
= a + k ∙ 2π

Rangkuman Kelas X 75
Contoh soal :
Tentukan nilai x yang memenuhi 0° x 360°
 2 cos (2x- ) = 1
Cos (2x- ) =
Cos (2x- ) = cos cos x = cos a

2x- = + k ∙ 2π a + k ∙ 2π
2x = + k ∙ 2π
X1 = +k∙π

2x- =- + k ∙ 2π - a + k ∙ 2π
2x = k ∙ 2π
𝜋
X2 =k∙π Hp {0π , , π 1 𝜋, 2π }

K 0 1 2
X1 1 X < 360 °
X2 0π π 2π

 4tanx + 3 =0
4tanx = -3
Tan x =-
= -0,7500
Tan x = -tan 36o52’ (daftar III)
Tan x = tan (180° - 36°52’ ) kuadran II
Tan x = tan 143°08’ Tan x = tan a
X1 = 143°08’ + k ∙ 180° (khusus tan, x bisa ditulis salah satu saja)
Hp {143°08’, 323°08’ }
 Persamaan yang mengandung jumlah sinus dan cosinus
Cara : diubah dalam bentuk perkalian p ∙ q=0 didapat p=0 V q=0
Contoh soal :
Tentukan nilai x yang memenuhi 0° x 360°
Sin4x + sin2x =0
2 ∙ sin (6x) ∙ cos (2x) =0 ingat sifat sinα +sinβ
2∙⏟ ∙ ⏟ =0
P q =0
Sin3x = 0 V cosx = 0

Sin3x =0
Sin3x = sin 0°

Rangkuman Kelas X 76
3x = 0° + k ∙ 360° Cos x = 0
X1 = 0° + k ∙ 120° Cos x = cos 90°
3x = 180° + k ∙ 360° X1 = 90° + k ∙ 360°
X2 = 60° + k ∙ 120° X2 = -90° + k ∙ 360°

Hp {0, 60°, 90°, 120°, 180°, 240°, 360° }

 Persamaan Kuadrat Dalam sin x dan cos x


Cara : diubah dengan dengan sudut yang sama
Contoh soal :
Tentukan nilai x yang memenuhi 0° x 360°
2sin2x – 7sinx + 3 =0
Misal sin x =p , maka didapat persamaan
2p2 – 7p + 3 =0
(2p-1)(p-3) =0

2p-1 = 0 V p-3 =0 X1 = 30 ° + k ∙ 360 °


2p =1 p =3 X2 = 150 ° + k ∙ 360 °
P = Sin x = 3
X3 = {}

Sinx =
Hp {30°, 150°}
Sinx = sin 30°

Bentuk asinx + bcosx = c dengan a2 + b2 c2


1. a ∙ sinx ± b ∙ cosx = k ∙ sin(x ± Q)
2. a ∙ cosx ± b ∙ sinx = k ∙ cos(x ∓ Q)
contoh soal :

Tentukan nilai x yang memenuhi 0° ≤ x ≤ 360°


a2 + b2 ≥ c2
Cos3x -√ sin3x = √
12 + (- √ )2 ≥ (√ )2
cos3x - √ sin3x = k ∙ cos(3x+Q) 1+3 2


k =√ √ Q = arc tan
= 60°
=√
=√
=2

2 ∙ cos(3x+60°) =√
cos(3x+60°) = √
cos(3x+60°) = cos 45°

3x+60° = 45 °+k ∙ 360 ° 3x+60° = -45 °+k ∙ 360 °


3x = -15 ° + k ∙ 360 ° 3x = -105 ° + k ∙ 360 °
x1 = -5 ° + k ∙ 120 ° x2 = -35 ° + k ∙ 120

Hp {85°, 115°, 205°, 235°, 325°, 355°}

Rangkuman Kelas X 77
MATERI 8

BARISAN DAN DERET

 Pengertian Barisan Bilangan


Barisan bilangan adalah urutan bilangan dengan aturan tertentu.
Secara umum dapat ditulis U1, U2, U3, U4, ..., Un

 Notasi Sigma
notasi sigma yaitu kapital Yunani yang berarti penjumlahan. Dalam barisan
dan deret dapat ditulis :

Dibaca “jumlah ak untuk k sama dengan 1 sampai n atau jumlah ak untuk k


=1 sampai dengan k = n”
ket :
ak = Peubah variable berindeks
k = indeks (penunjuk penjumlahan) dari batas bawah sampai batas atas
1 = batas bawah
n = batas atas

Contoh soal :
1. Hitung nilai hasil penjumlahan notasi dibawah ini dalam bentuk lengkap!
6
  2p
p 3
2
 5  [2(3)2  2(4)2  2(5)2  2(6)2 ]  5

= [18+32+50+72]+5
= 177
5
 i
i 1
2
 2i  (12  2  1)  (22  2  2)  (32  2  3)  (42  2  4)  (52  2  5)

= 3+8+15+24+35
= 85
2. Tulis dalam bentuk notasi sigma : 4+6+8+10+12+14+16+18
U1 = 4  2∙1+2
U2 = 6  2∙2+2
...
U8 = 18  2∙8+2
8
Un = 2n+2   2n  2
n 1

Sifat – Sifat Notasi Sigma


n n n
1.  a k = a1 + a 2 + a 3 + … + a n  
k 1 3. k m cak = c k m ak
n n n n

    n p
2. k m (ak + bk) = k m ak + k m bk 4. k m ak = 
k m p
ak – p

Rangkuman Kelas X 78
n n n

  
5. k m c = (n – m + 1)c 8. k m (ak + bk)2 = k m a k2 + 2
p 1 n n n

 n   
6. k m ak + 
k p
ak = k m ak k m ak b k + k m b k2

m 1


7. k m ak = 0

Contoh soal :
Tulis dalam bentuk monomial (k=1) notasi sigma dibawah ini :

8 8 3

 
k 4 (8+4k-2k2) = k  4 3 (8+4(k+3)-2(k+3)2)
5 Karena k=n-3, maka
Dibuat  pada peubah n+3
k=1 = k 1 (8+4k+12-2 (k2+6k+9))
5


= k 1 (8+4k+12-2(k2+6k+9))
5


= k 1 -2k2-12k-18+4k+20
5


= k 1 -2k2-8k+2
5 5 5

 2
  Sifat notasi
sigma
= -2 k  1 k -8 k  1 k+ k  1 2
5 5

 
= 2 k  1 k2 -8 k  1 k+10

 Barisan Aritmatika

Misalkan suatu barisan bilangan adalah U1, U2, U3, U4, …, Un-1, Un adalah barisan
aritmetika, selisih yang konstan dari setiap suku disebut beda (b). Rumus suku
ke-n pada bilangan aritmatika :

Un = a+ (n -1)b ket : Un = suku ke-n


a = suku pertama
b = beda
n = banyaknya suku

Contoh soal :

1. Tentukan suku pertama, beda dan suku ke tujuh pada barisan 6,9,12,15,...
Suku pertama a = 6, beda b = 9-6 = 12-9 = 3
Suku ke-7 Un = a+(n-1)b
U7 = 6+(7-1)3 = 6+18 = 24

Rangkuman Kelas X 79
2. Sebuah barisan aritmatika memiliki suku ke-3 adalah 9, sedangkan suku ke-7
adalah 21. Tentukan suku ke-10!
U3 = 9 9 =a+(3-1)b ...(1) 9 = a+2b
U7 = 21  21 =a+(7-1)b ...(2) 9 = a+2∙3
a =3
9 = a+2b ...(1)
21 = a+6b - ...(2) U10 = a+(10-1)b
-12 = -4b = 3+9∙3
b =3 = 30

3. Diketahui barisan aritmatika dengan suku pertama adalah 20 dan bedanya


adalah 5. Suku ke berapakah pada barisan itu yang nilainya 140?
a = 20, b = 5, Un = 140

Un = a+(n-1)b
140 = 20+(n-1)5
140 = 20+5n-5
5n = 125
n = 25  U25 =140
4. Suku ke-3 pada barisan aritmatika adalah 2, jumlah suku ke-4 dan ke-6 adalah
16. Hitung suku ke-16!
Un = a+(n-1)b Persamaan (1) dan (2)
U3 = a+(3-1)b 2 = a+2b x2 4 = 2a+4b
2 = a+2b ...(1) 16 = 2a+8b x1 16 = 2a+8b –
-12 = -4b
U4 = a+(4-1)b b = 3
= a+3b 2 = a+2b
U6 = a+(6-1)b 2 = a+2∙3
= a+5b a = -4

U4+U6 = (a+3b)+(a+5b) Un = a+(n-1)b


16 = 2a+8b ...(2) U15 = -4+(15-1)3
= -4+42
= 38

5. Pada barisan 7,9,11,...,47 . tentukan banyaknya suku!


a=7, b=2

Un = a+(n-1)b
47 = 7+(n-1)2
40 = (n-1)2
20 = n-1
n = 21  U21 = 47

 Deret Aritmatika
Deret Aritmatika adalah bentuk penjumlahaan barisan aritmatika dengan pola U1
+ U2 + U3 + …,Un merupakan deret aritmatika. Jumlah n suku pertama
disimbolkan dengan Sn. Sn = U1 + U2 + U3 + … +Un . Rumus jumlah n suku
pertama adalah :

Rangkuman Kelas X 80
ket : Sn = jumlah n suku pertama
Sn =
n = banyaknya suku
a = suku pertama
Sn =
b = beda
Un = suku ke-n

contoh soal :

1. Diketahui deret aritmatika 2+5+8+11+..., tentukanlah :


a. Rumus jumlah n suku pertama b. Jumlah 15 suku pertama
a=2, b=3 Sn =
Sn = {2a+(n-1)b}
S15 =
= {2∙2+(n-1)3}
=
= {4+3n-3}
=
= (3n+1)
=
=
= 425

2. Tentukan jumlah bilangan asli antara 1 dan 200 yang habis dibagi 3!
Deret aritmatikanya : 3+6+9+...+198
a=3, b=3, Un=198
Sn = (a+Un)
Un = a+(n-1)b
S66 = (3+198)
198 = 3+(n-1)3
= 33(201)
198 = 3+3n-3
= 6633
198 = 3n
n = 66
3. Suku ke-5 dari suatu bilangan aritmatika adalah 40 dan suku yang ke-8 adalah
25. Tentukan :
a. Suku pertama dan beda dari barisan aritmatika ini
U5 = 40  a+(5-1)b=40 ...(1)
U8 = 25  a+(8-1)b=25 ...(2)

a+4b = 40 ...(1)
a+7b = 25 - ...(2)
-3b = 15
b = -5

a+4b = 40
a+4∙-5= 40
a = 60

b. Jumlah 10 suku yang pertama dari deret yang bersesuaian


Sn = {2a+(n-1)b}
S10 = {2∙60+(10-1)-5}
= 5{120-45}
= 5∙75
= 375

Rangkuman Kelas X 81
4. Deret aritmatika dengan rumus jumlah n suku yang pertama adalah Sn = n+ n2
tentukan :
a. Suku pertama deret tersebut
b. Beda deret tersebut
c. Suku ke-8

Sn = n+ n2 S1 = ∙1+ (1)2
Un = Sn – Sn-1
= +
U 1 = S1 – S 0
S0 = ∙0+ (0)2 =5 =5–0=5
=0 U 2 = S2 – S 1
S2 = ∙2+ (2)2 = 13 – 5 = 8
= 7+6
= 13

a. U1 = a = 5
b. b = U1 - U2 = 8-5 = 3
c. U8 = a+(8-1)b
= 5+7∙3
= 24
 Barisan Geometri
barisan bilangan U1, U2, U3, U4, …, Un-1, Un disebut barisan geometri. Nilai
perbandingan konstan pada setiap suku disebut rasio ( r ), ditulis :

Un U
r=  2 Dimana r ≠ 0 atau r ≠ 1 Un = ar n-1
U n 1 U1

ket Un = suku ke-n barisan geometri


a = suku pertama
r = rasio
n = banyaknya suku

contoh soal :

Diketahui suku ke-3 dan suku ke-5 dari suatu barisan geometri adalah 27. Dan
3, rasio barisan geometri ini adalah positif. Tentukan :

a. Rasio dan suku pertama


U3 = 27  ar(3-1) = 27
r =√
ar2 = 27
(5-1)
U5 = 3  ar =3 =
ar4 =3
4
ar =3 ar2 = 27
ar2∙r2 = 3 a( ) 2
= 27
27∙ r2= 3
a∙ = 27
r2 =
a = 243

Rangkuman Kelas X 82
b. Rumus untuk suku ke-n c. Suku ke-9
Un = arn-1 Un = 36-n
= 243∙( ) U9 = 36-9
= 3-3
= 35∙(3-1)n-1
=
= 35∙ 3-n+1
= 35+-n+1 =
Un = 36-n
d. Suku ke-berapakah dari barisan ini yang sama dengan ?
6-n
Un =3
= 36-n
= 36-n
3-6 = 36-n
-6 = 6-n
n = 12

 Deret Geometri

Deret geometri adalah bentuk penjumlahan suku – suku barisan geometri dengan
pola U1 + U2 + U3 + …,Un. Jumlah n suku pertama disimbolkan dengan Sn

Sn = U1 + U2 + …, Un-1 + Un

Rumus jumlah n suku pertama adalah :

Contoh soal :

1. Diketahui deret geometri 2+4+8+... Tentukan jumlah 7 suku pertama!


a=2, r= = 2
Sn =

S7 =
=
= 2∙191
= 382
2. Diketahui deret geometri 2+22+23+...+2n=254. Hitunglah n!
a=2 , r= =2
Sn =
254 =
254 = 2(2n-1)
127 = 2n-1
2n = 128
2n = 27
n =7
3. Diketahui suku ke-n barisan geometri adalah Un=3n, tentukan jumlah n suku
pertamanya!
U n = 3n

Rangkuman Kelas X 83
U 1 = 31 =3a
U 2 = 32 =9
r = =3

Sn =
=
= (3n-1)
4. Jumlah n suku pertama barisan geometri adalah Sn=3n-1. Tentukanlah :
a. Rumus suku ke-n b. Suku pertama dan rasio
n
Sn =3 -1 Un = ∙3n
Un = Sn – Sn-1
U1 = ∙31 = 2  a
= (3n-1) – (3n-1-1)
= 3n-1 – 3n-1+1 U2 = ∙32 = 6
= 3n - r = =3
= ∙3n
 Deret Geometri Tak Terhingga
deret geometri Sn = U1 + U2 + …, Un-1 + Un dengan n mendekati tak terhingga,
disebut deret geometri tak terhingga dengan pola S∞ = U1 + U2 + …, Un-1 + …
Rumus jumlah deret geometri tak terhingga untuk |r|<1 atau -1<r<1 yaitu :

a
S 
1 r

Contoh soal :

1. Hitunglah jumlah sampai tak berhingga dari deret geometri 1+ + +...

a=1 , r= =
S∞ =
=

=2
2. Suku ke-n dari deret geometri adalah Un = 6-n. Tentukanlah jumlah sampai tak
berhingga dari deret geometri tersebut!
Un = 6-n U2 = 6-2 S∞ =
=
U1 = 6-1 = = ∙ =
=
= a
r = = ∙6=

3. Pendapatan ayah pertahun bertambah Rp 750.000,00. Jika pendapatan ayah


tahun ini per tahun Rp 8.000.000,00. Hitung pendapatn ayah per tahun setelah
10 tahun.
a=8.000.000, b=750.000
Un = a+(n-1)b
U10 = 8.000.000+(10-1)750.000
= 8.000.000+6.750.000 = 14.750.000

Rangkuman Kelas X 84

Anda mungkin juga menyukai