Anda di halaman 1dari 5

Korelasi antar variabel

Dalam penelitian kuantitatif, hubungan antar variabel penelitian tidak hanya


diperlihatkan dalam analisis, tetapi juga memiliki arti yang sangat penting dalam
analisis masalah penlitian. Dalam penelitian kuantitatif, hubungan yang terjadi
antar variabel diuji untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel terikat
(variabel terpengaruh), [ CITATION Abd15 \l 1033 ] menjelaskan hubungan variabel
yang diketahui adalah:
a. Hubungan simetris
Suatu variabel disebut variabel dengan hubungan simetris, jika
perubahan variabel tersebut tidak disebabkan oleh variabel lain, tetapi
antara dua variabel mempunyai kecenderungan atau arah yang sama.
Misalnya pendapatan bulanan seorang tukang becak bersaudara tidak ada
hubungannya dengan curah hujan bulan tersebut. Sebaliknya, curah hujan
tidak ada hubungannya dengan pendapatan bulanan tukang becak
bersaudara, dan pendapatan nelayan tidak ada hubungannya dengan
besarnya ombak. Begitu pula sebaliknya, besarnya ombak tidak ada
hubungannya dengan pendapatan para nelayan. Hubungan simetris itu
terjadi antara dua variabel, dan menurut [ CITATION Abd15 \l 1033 ] dikenal
ada empat kelompok yaitu:
a) Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep yang sama.
Misalnya pada suatu saat orang bersuara sendu, kemudian
mengeluarkan air mata, tandanya ia menangis. Tetapi tidak dapat
dikatakan bahwa seseorang mengeluarkan air mata menyebabkan ia
bersuara sendu atau sebaliknya. Jumlah buku/literature yang
dimiliki dan jumlah waktu yang dipakai untuk belajar. Keduanya
tidak ada hubungan sebab akibat atau variabel yang lain tidak
berpengaruh kepada yang lain, tetapi keduanya merupakan indikator
tentang kerajinan murid dalam belajar [ CITATION Nas17 \l 1033 ].
b) Kedua variabel merupakan akibat dari faktor yang sama. Kebijakan
pemerintah membebaskan pajak impor barang mewah, berakibat
meningkatnya permintaan barang impor dalam negeri, kebijakan
kemudahan pemberian kredit sepeda engine berakibat terhadap
pertumbuhan angkutan ojek di masyarakat. Contohnya variabel
prestasi belajar dan prestasi dalam olahraga. Meningkatnya prestasi
dalam belajar dibarengi dengan meningkatnya prestasi dalam
olahraga. Sebenarnya, kedua variabel tersebut tidak ada hubungan
atau pengaruh tetapi kedua variabel tersebut disebabkan oleh faktor
yang sama yaitu tingkat kualitas fisik atau keadaan ekonomi orang
tua [ CITATION Nas17 \l 1033 ].
c) Kedua variabel berkaitan secara fungsional. Bertambahnya
angkutan ojek secara fungsional mematikan fungsi angkutan lain
seperti becak. Berkembangnya hypermarket disuatu wilayah, secara
fungsional mematikan toko-toko kecil disekitar hypermarket itu.
Kebijakan motorisasi perahu angkutan antar pulau, secara
fungsional mematikan angkutan tradisional yang menggunakan
tenaga angin atau tenaga manusia. Umpamanya semakin banyak
murid semakin banyak guru atau terdapat hubungan antara bidang
studi dengan buku bacaan [ CITATION Nas17 \l 1033 ]. Dimana yang
satu berada yang lainnya pun pasti di sana. Di mana ada majikan di
sana ada buruh, di mana ada komandan di sana ada prajurit, di mana
ada guru di sana ada murid [ CITATION Sya14 \l 1033 ].
d) Kedua variabel mempunyai hubungan yang kebetulan semata.
Seorang ibu menumpang pesawat Lion air, kebetulan sebulan
kemudian ibu itu mendapat hadiah jutaan rupiah yang
menjadikannya seorang millioner. Hubungan antar naik pesawat
dan hadiah jutaan rupiah hanyalah kebetulan karena maskapai Lion
Air sedang menyelenggarakan program hadiah jutaan rupiah.
Umpamanya murid-murid yang orang tuanya guru di sekolah
tersebut memiliki prestasi yang baik. Sebenarnya bukan karena
orang tuanya menjadi guru lantas prestasi murid tersebut baik, tetapi
karena murid itu rajin dan pintar. Contoh lain seorang anak yang
didaftar pada suatu sekolah meninggal keesokan harinya,
sebenarnya meninggalnya bukan karena didaftarkan disekolah itu.
(Haqul: 1989: 52) dalam [ CITATION Nas17 \l 1033 ]. Contoh lain
misalnya secara kebetulan semua mahasiswa berkacamata gemar
membaca. Hubungan antara variabel mahasiswa berkacamata dan
gemar membaca adalah hubungan simetris [ CITATION Kur16 \l 1033 ].
b. Hubungan timbal balik
Hubungan timbal balik disini maksudnya, suatu variabel dapat menjadi
sebab sekaligus juga dapat menjadi akibat dan bukan dimaksud perubahan
variabel tertentu diakibatkan oleh variabel yang lain. Hubungan timbal
balik dapat diberikan, misalnya: kebiasaan menabung diwaktu muda akan
beruntung dihari tua, kebiasaan menabung yang dimulai di waktu muda ini
juga mengajarkan kepada generasi muda kita tidak hanya bisa menjadi
orang yang hemat, tetapi juga mengajarkan bagaimana bisa menjadi orang
yang bisa memikirkan dan menyiapkan masa depan yang lebih baik.
Misalnya diusia yang sudah lanjut kita sudah mempunyai cadangan dana
untuk persiapan memenuhi kebutuhan kita, sehingga kita dalam kondisi
yang sudah tua tidak perlu lagi harus bekerja keras [ CITATION Abd15 \l 1033
].
Contoh lainnya, pengaruh tingkat pendidikan. Apabila tingkat
pendidikan ekonomi meningkat, maka akan meningkat pula tingkat
pendidikan. Pada gilirannya dengan meningkatnya tingkat pendidikan
akan meningkat pula tingkat pertumbuhan ekonomi. Dengan contoh di
atas, dapa memperjelas pula bahwa hubungan timbal balik dimaksudkan
bukan hubungan yang kacau. Maksudnya dalam waktu yang sama kedua
variabel saling mempengaruhi, tetapi yang dimaksud adalah bahwa pada
suatu waktu pendidikan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Tetapi
pada waktu yang lain tingkat pertumbuhan dapat menyebabkan
peningkatan pendidikan. Dengan konsep hubungan yang demikian
hubungan timbal balik ini pada waktu tertentu tidak lebih juga merupakan
hubungan asimetris [ CITATION Nas17 \l 1033 ].
Perlu diketahui bahwa hubungan timbal balik bukanlah hubungan, di
mana tidak dapat ditentukan variabel menjadi sebab dan variabel yang
menjadi akibat. Yang dimaksudkan ialah apabila pada suatu waktu,
variabel X mempengaruhi variabel Y, pada waktu lainnya variabel Y
mempengaruhi variabel X. misalnya penanaman modal medatangkan
keuntungan dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan
penanaman modal. Dengan demikian, variabel terpengaruh dapat pula
menjadi variabel pengaruh pada waktu lain [ CITATION Sya14 \l 1033 ]. Jadi
variabel terpengaruh dapat berubah menjadi variabel pengaruh di waktu
lain, demikian pula sebaliknya [ CITATION Kur16 \l 1033 ].
c. Hubungan asimetris
Hubungan asimetris adalah hubungan antara variabel, yakni suatu
variabel mempengaruhi variabel lain, namun sifatnya tidak timbal-balik.
Pada dasarnya, inti pokok analisisanalisis sosial terletak pada hubungan
asimetris ini. Misalnya:hubungan antara keamanan suatu negara dan
penanaman modular asing. Keamanan suatu negara akan mempengaruhi
tingkat penanaman modular (investasi) asing di negara tersebut;gaya
kepemimpinan situasional dapat mempengaruhi prestasi kerja karyawan;
pemberian kompensasi dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan;
tingkat pendapatan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat, dan
sebagainya [ CITATION Kur16 \l 1033 ].
Bungin dalam [ CITATION Abd15 \l 1033 ] menyebutkan ada enam tipe
hubungan asimetris, masing-masing: hubungan antara stimulus dengan
respon, hubungan antara disposisi dengan respon, hubungan antara ciri
individu dengan respon, hubungan antara prakondisi yang perlu dengan
akibat tertentu, hubungan yang imanen antara dua variabel, dan hubungan
antara variabel tujuan dengan variabel cara.
Menurut [ CITATION Nas17 \l 1033 ] hubungan asimetris yaitu suatu
hubungan yang menunjukkan adanya antara satu variabel dengan yang lain
atau suatu variabel dipengaruhi oleh variabel yang lain. Hubungan ini
memepunyai beberapa tipe yakni:
a. Hubungan stimulus denga response, seperti hubungan metode mengajar
dengan prestasi belajar dan pengaruh protein dan mineral (gizi)
terhadap semangat belajar.
b. Hubungan antara disposisi (kecenderungan) dan response, seperti
hubungan minat dengan prestasi belajar atau hubungan motivasi dengan
prestasi belajar. Perlu dipertegas di sini bahwa disposisi dimaksudkan
adalah kecenderungan untuk memberikan response tertentu dalam
situasi tertentu.
c. Hubungan ciri individu dengan disposisi atau tingkah laku seperti
hubungan jenis kelamin dengan jenis olahraga atau keterampilan yang
digemari, hubungan tingkat pendidikan dengan prilaku beragama.
d. Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu, seperti
hubungan antara pembebasan SPP di SD dengan meningkat angka
milek huruf atau hubungan antara penerapan peraturan yang ketat
dengan disiplin murid.
e. Hubungan antara dua variabel secara immanent (tetap ada), seperti
hubungan antara banyak anak-anak dengan ramainya suasana (ribut).
Keributan (ramai) bekan disebabkan oleh banyak anak-anak, tetapi
ramai itu merupakan ciri dari anak-anak yang banyak. Contoh lain
hubungan antara besarnya organisasi dengan rumitnya peraturan,
peraturan yang rumit sebenarnya bukan akibat dari besarnya oragnisasi
tetapi ciri-ciri dari organisasi yang besar.
f. Hubungan antara tujuan dan cara, seperti jumlah jam belajar dengan
nilai ujian yang diperoleh, karena untuk mendapatkan nilai yang baik
(tujuan) harus dengan belajar yang banyak (cara). (Haqul: 1989: 53)
dalam [ CITATION Nas17 \l 1033 ].

Daftar Pustaka
Abdullah, M. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo.
Kurniawan, A. W., & Puspitaningtyas, Z. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif.
Yogyakarta: Pandiva Buku.
Nasution, S. (2017). Variabel Penelitian. Jurnal Raudhah, 4-6.
Syahrum, & Salim. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Citapustaka Media.

Anda mungkin juga menyukai