BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dimana
dengan Pendidikan manusia dapat menjadi manusia yang seutuhnya dan Pendidikan juga
merupakan faktor utama dalam menjaga bangsa yang telah merdeka ini dan mengisi
kemerdekaan yang telah tercipta ini dengan prestasi-prestasi dunia yang dapat
mengharumkan nama bangsa ini, dalam Pendidikan pasti tidak lepas dari yang namanya
komunikasi antar pendidik dan peserta didik dalam komunikasi tersebut pula pasti adanya
interaksi dan bergaulan sesama peserta didik maupun sama pendidik tersebut.
Di era modern ini pergaulan hampir sudah tidak terkendali lagi, ada beberapa kasus
akibat dari pergaulan bebas seperti narkoba, minuman keras, seks bebas dan lainnya.
Disinilah peran pendidik agar bisa mengarhkan peserta didiknya dalam pergaulan yang
positif tapi tidak hanya peran pendidik melainkan peran orang tua lah yang paling penting
karena orang tua merupakan guru pertama bagi seorang anak.
Maka dari itu, makalah ini kami susun untuk memberikan pengetahuan seputar
pergaulan dan Pendidikan kepada pendidik maupun orang tua agar dapat mengarahkan
peserta didiknya maupun anaknya ke pergaulan yang positif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas mengenai latar belakang Pendidikan dan
pergaulan, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud pergaulan sebagai tempat fenomena pendidikan dan situasi
Pendidikan?
2. Jelaskan fenomena pendidikan berlangsung dalam pergaulan orang dewasa dengan
anak ?
3. Jelaskan sifat-sifat pergaulan Pendidikan ?
4. Bagaimana kemungkinan dan sifat perubahan situasi pergaulan biasa menjadi situasi
Pendidikan ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah ini secara
jelas yaitu:
1. Untuk mengetahui pergaulan sebagai tempat fenomena pendidikan dan situasi
Pendidikan
2. Untuk mengetahui fenomena pendidikan berlangsung dalam pergaulan orang
dewasa dengan anak
3. Untuk mengetahui sifat-sifat pergaulan Pendidikan
4. Untuk mengetahui kemungkinan dan sifat perubahan situasi pergaulan biasa
menjadi situasi Pendidikan
5. Untuk mengetahui sifat Pendidikan
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini disusun, yakni:
1. Memberikan pengetahuan kepada pendidik maupun orang tua mengenai Pendidikan
dan pergaulan
2. Dapat meminimalisir pergaulan bebas
3. Dapat mengetahui sifat pergaulan dan dapat menanggulangi pergaulan bebas
BAB II
PEMBAHASAN
D. Kemungkinan dan Sifat Perubahan situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan
Situasi pergaulan biasa antara orang dewasa dengan anak dapat berubah atau diubah
menjadi situasi pendidikan jika terpenuhi dua sifat pergaulan pendidikan,yaitu jika orang
dewasa sengaja mempengaruhi anak mencapai kedewasaaan, mempunyai maksud pengaruh
itu diberikan dengan dan dan telah memiliki tujuan tertentu,untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan metode-metode yang tepat bagi anak didiknya sehingga perlunya wawasan
penddik dalam mengaruhi anak. Implikasi dari itu maka tanggung jawab pendidikan berada
pihak orang dewasa yang harus memberikan pengaruh positif kepada anak dalam pencapaian
kedewasaan.
Sifat yang harus dipenuhi dalam mengubah situasi pergaulan biasa menjadi pergaulan
pendidikan menurut M.J.Langeveld (1980:30-31) ada dua sifat yang harus diperhatikan yaitu
Kewajaran (wajar) dan ketegasan (tegas)
Perlunya kewajaran dalam mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi
pendidikan hendaknya dilakukan secara wajar sehingga tidak tampak jelas dan tidak
dirasakan kesengajaannya oleh anak didik walaupun itu secara sengaja diciptakan oleh
pendidik. anak biasanya tidak menyadari bahwa situasi pergaulan yang berlangsung telah
berubah menjadi situasi pendidikan sehingga demikian anak menerima pengaruh pendidik
secara wajar pula.conto seorang ibu dan anak sedang menonton tv diacara tersebut adanya
tindakan pencurian dan temannya meingatkan untuk tidak mencuri,sehingga ibu tersebut
langsung mengubah situasi biasa menjadi situasi pergaulan pendidikan dengan cara
memberikan pernyataan bahwa mencuri itu salah perbuatan tidak baik, sampai akhirnya anak
mengerti bahwa dalam kehidupan ada aturan-aturan yang harus ditaati, salah satunya tidak
boleh mencuri. Serta selalu bersyukur atas apa yang dimiliki.Pengalaman membuktikan
bahwa kesengajaan yang terlalu nyata biasanya dianggap oleh anak didik sebagai
pelanggaran atas hak dan kebesannya untuk menentukan sikapnya sendiri keadaan seperti ini
akan mengakibatkan anak didik memberikan perlawanan, protes atau menjauhkan
diri”menghindar dari pendidiknya.
Perlunya ketegasan dalam mengubah situasi biasa menjadi situasi pergaulan pendidikan
alasannya bahwa sifat pengubahan situasi seperti ini akan memberikan kejelasan bagi anak
tentang hal positif atau negatif, mana yang baik atau tidak baik serta menyadari apa yang
boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan tegas dalam hal ini bukan berarti keras atau
kekerasan melainkan menunjukkan kejelasan perbedaan antara pengetahuan ,sikap , nilai-
nilai dan perbuatan benar atau baik dengan salah atau tidak baik.
Contoh seorang guru melhat muridnya dalam kasus peminjaman barang tanpa izin semasa
temannya dan terjadi percekcokan antar murid,ibu guru berusaha untuk menghentikan
percekcokan tersebut dengan cara menegur tetapi tidak dengan cara keras.
Kepercayaan sebagai syarat teknik pendidikan. Ketika hal yang baik dan berguna bagi
anak dapat dimasukkan kedalam pergaulan oleh pendidik. Sebaliknya hal yang tidak baik
tidak berguna dan berbahaya bagi anak didik dikeluarkan oleh anak didik dikeluarkan dalam
rangka itu semua pendidik perlu mengawasi segala sesuatu yang terjadi dalam pergaulan
perlu diperhatikan bahwa pengawasan berlebihan dari pendidik akan mengakibatkan anak
didik melarikan diri dari sifat-sifat pergaulan yang dilaksanakan dengan hati terbuka ,ia
mungkin orang yang suka menyembunyikan isi hatinya suka berbohong dan sebagainya
bahkan mungkn menunci diri terhadap pendidik apabila tekanan yang ditimbulkan oleh
pengawasan terlalu besar dirasakan anak didik. Sehubungan denga itu M.J Langeveld
(1980:33) menyatakan bahwa “perhubungan yang berdasarkan percaya mempercayai
merupakan syarat tehnik bagi pendidikan”.
Lingkungan pendidikan. terjadinya pergaulan dalam rangka pendidikan berlangsung
diberbagai lingkungan. Dibedakan kedalam tiga jenis,yaitu :
1. Lingkungan pendidikan informal (Keluarga)
2. Lingkungan pendidikan formal (Sekolah)
3. Lingkungan pendidikan nonformal (Masyarakat)
E. Sifat Pendidikan
Pergaulan pendidikan harus memenuhi dua sifat yaitu 1)adanya tindakan/pengaruh yang
disengaja dari pendidik kepada anak didik dan 2)Tindakan atau pengaruh bersifat positif
artinya diarahkan anak agar mencapai kedewasaan. Adanya makna dalam pernyataan tersebut
bahwa tindakan/pengaruh dikategorikan sebagai pendidikan hanya apabila diupayakan secara
disengaja dengan cara-cara yang tidak melangar nilai-nilai dan norma-norma yang diakui
didalam masyarakat. Ketika tindakan orang dewasa kepada anak dan tindakan tersebut
bertentangan dengan norma maka tidak termasuk kedalam golongan pendidkan sehingga
dinyatakan sebagai Pendidikan bersifat normatif. Implikasi dari pendidikan normatif bahwa
tujuan,isi,caradan alat pendidikan digunakan pendidik semua harus diarahkan untuk
membimbing anak didik kepada hal-hal yang baik atau kearah kedewasaan masih banyak
yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan aspek pribadi anak didik oleh pendidik. Seperti
halnya Karakter,minat bakat,kemampuan dan sebagainya.Anak didik bukan hanya
berkembang melainkan ketidakmampuan dan ketergantungannya yang menuntut
asuhan,bimbingan, pengajaran dan sebagainya dari pendidik. Menurut M.J.Lengeveld
(1980:34) “Pergaulan yang tidak menghormati keanakan itu menunjukan kekurangan dan
ketidak sempurna pedagogis”.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah dilakukan pengkajian materi pergaulan dan pendidikan ditarik kesimpulan
Pergaulan pendidikan yang tujuan,isi,metode dan alat pendidikannya tidak sesuai dengan
kodrat,martabat dan nilai-nilai kemanusiaan tidak dapat disebut sebagai pendidikan.Dalam
pergaulan pendidikan melibatkan orang dewasa sebagai pendidik untu mendidik anak
mengenai hal positif dalam mencapai kedewasaanya.
B. Saran
Setelah membaca makalah Pergaulan dan pendidikan saling mempengaruhi sehingga
baik dilingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat diharapkan selalu memberikan pengaruh
hal-hal positif agar tercipta lingkungan pendidikan.
C.Implikasi
Selalu berikan hal-hal positif dalam lingkungan hidup dan ketika melihat hal negatif
segera untuk memperbaiki agar selalu tercipta lingkungan yang baik
PERGAULAN DAN PENDIDIKAN
1. Sifat yang harus dipenuhi dalam mengubah situasi pergaulan biasa menjadi pergaulan
pendidikan
Menurut M.J. Langeveld (1980:30-31) ada dua sifat yang harus diperhatikan apabila
pendidik akan mengubah situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan, yaitu:
a. Kewajaran (wajar)
b. Ketegasan (tegas)
Dalam keadaan tertentu, pengubahan situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan
hendaknya dilakukan secara wajar sehingga tidak tampak jelas dan tidak dirasakan
kesengajaannya oleh anak didik, walaupun sesungguhnya pengubahan situasi pergaulan itu
secara sengaja diciptakan oleh pendidik. Dalam keadaan seperti ini anak biasanya hampir
tidak menyadari bahwa situasi pergaulan yang sedang berlangsung telah berubah menjadi
situasi pendidikan, sehingga dengan demikiananak menerima pengaruh pendidik secara wajar
pula.
Contoh: “Ketika pak Pulan dengan seorang anaknya yang berusia sebelas tahunsedang
menyaksikan tayangan pertandingan sepak bola pada salah satu stasiun televisi, pada
tayangan tersebut tiba-tiba terjadi peristiwa keributan dan saling pukul-memukul diantara
pemain karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh salah seorang pemain lawan. Sampai
akhirnya permainan dihentikan sementara oleh wasit (situasi pergaulan biasa/situasi rekreasi
atau hiburan)”. Melihat kejadian itu, pak Pulan menyadari bahwa anaknya mesti mengetahui
sesungguhnya peristiwa keributan dan terjadinyasaling memukul diantara pemaindalam
pertandingan olah raga adalah suatu perbuatan yang tidak baik, sebab tidak terwujudnya
prinsip sportivitas dan fair play yang harus dijunjung tinggi oleh setiap olahragawan atau
atlit. Untuk itu pak Pulan berupaya mengubah situasi pergaulan biasa/situasi rekreasi atau
hiburan itu menjadi situasi pergaulan pendidikan. Pak Pulan berupaya melakukannya dengan
cara yang wajar, misal: dengan maksud agar anaknya mengetahui bahwa peristiwa keributan
itu tidak baik dan agar tidak ditiru oleh anaknya, lalu pak Pulan menyatakan: “Aduh ….. ini
peristiwa yang memalukan dalam persepakbolaan kita. Kapan persepakbolaan kita mau maju
klau dipadukan dengan tinju? Terpancing dengan pernyataan pak Pulan, lalu anaknya
bertanya dan selanjutnya terjadi dialog diantara mereka, sampai akhirnya anaknya mengerti
dalam permainan olah raga ada aturan-aturan yang harus ditaati, tidak boleh bermain curang
dan harus lapang dada menerima kekalahan, serta tidak sombong apabila memperoleh
kemenangan (bermain dengan menjungjung tinggi prinsip sportivitas dan fair play)” (situasi
pendidikan). Dalam konteks ini pengubahan situasi pergaulannya berlangsung wajar sehingga
anaknya todak merasakan bahwa dirinya sedang dididik oleh bapaknya.
Pengubahan situasi pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan yang berlangsung secara
wajar perlu dilakukan, sebab pengalaman membuktikan bahwa kesengajaan yang terlalu
nyata biasanya dianggap oleh anak didik sebagai pelanggaran atas hak dan kebebasannya
untuk menentukan sikapnya sendiri. Keadaan seperti ini akan mengakibatkan anak didik
memberikan perlawanan, proses atau menjauhkan diri (“menghindar”) dari pendidiknya.
Contoh: setelah melihat peristiwa keributan dan saling pukul-memukul diantara pemain sepak
bola seperti dalam contoh yang telah dideskripsikan di muka, lalu pak Pulan mengubah
situasi pergaulan biasa/situasi rekreasi atau hiburan itu menjadi situasi pendidikan dengan
cara yang berbeda dari cara yang relah dikemukakan di muka. Misal: tiba-tiba saja pak Pulan
berdiri dan langsung mematikan pesawat televisinya. Lalu ia berkata: “Nak, duduk yang baik,
perhatikan Bapak! Agar kamu tidak melakukan tindakan seperti yang terjadi dalam peristiwa
pertandingan sepak bola tadi, Bapak ingin mengajarimu tentang prinsip sportivitas dan fair
play, dst”. (situasi pendidikan). Kita bisa membayangkan, anak yang sedang asyik nonton dan
ingin mengertahui kelanjutan pertandingan sepak bola itu, tiba-tiba harus mendengar ceramah
dari bapaknya. Barangkali saja ia menggarutu: Aah Bapak, …. lagi rame-ramemya nonton
bola malah tv-nya dimatikan. Bahkan saking kecewanya, mungkin saja anak langsung pergi
ngeloyor meninggalkan bapaknya.
Selain harus dilakukan secara wajar, dalam rangka mengubah situasi pergaulan biasa
menjadi situasi pendidikan juga harus dilakukan secara tegas. Alasannya, bahwa sifat
pengubahan situasi seperti ini akan memberikan kejelasan bagi anak apa yang positif atau
negative, mana yang baik atau tidak baik, serta menyadari apa ynag boleh dilakukan atau
tidak boleh dilakukan. Perlu diperhatikan, istilah tegas atau ketegasan dalam kalimat diatas
bukan berarti keras atau kekerasan. Tegas disini maksudnya harus menunjukkan kejelasan
perbedaan antara pengetahuan, sikap, nilai-nilai dan perbuatan yang benar atau baik dengan
yang salah atau tidak baik. Contoh: Ibu guru kelas 2 SD melihat salah seoranng siswanya
bernama X mengambil karet penghapus milik temannya bernama Y tanpa izin untuk
digunakan karena iaingin menghapus tulisannya yang salah. Anak pemilik karet penghapus
karet penghapus (Y) tidak terima perlakuan temannya bernama X itu, maka terjadilah
percekcokan diantara mereka. Dengan senyuman yang manis dan suara dengan nada yang
lemah lembut, ibu guru berkata:”Sudahlah Nak jangan ribut. Ibu tahu X bersalah tidak minta
ijin terlebih dulu kepada Y untuk meminjam karet penghapus. Tapi, Y juga mau kan
meminjamkan karet penghapus kepada X? Baiklah, sekarang X minta maaf kepada Y, ayo
kalian saling bermaafan, dan lanjutkan lagi belajarnya”. Dalam contoh ini, walaupun dengan
cara wajar dan tidak dengan cara yang keras, ibu guru berupaya menunjukkan secara jelas
bahwa perbuatan X salah atau tidak baik, tetapi tidak dengan cara-cara yang keras. Selain itu
agar tidak terus terjadi percekcokan ibu guru pun berupaya mendamaikan kedua siswanya itu.
5. Lingkungan pendidikan
C. Sifat Pendidikan
Telah kita pahami bahwa pergaulan pendidikan itu harus memenuhi dua sifat, yaitu:
1. Adanya tindakan/pengaruh yang disengaja dari pendidik kepada anak didik,
2. Tindakan/pengaruh itu bersifat positif, artinya diarahkan agar anak mencapai kedewasaan.
Apabila kita kaji lebih teliti, di dalam pernyataan di atas terkandung makna bahwa
tindakan/pengaruh yang diberikan pendidik kepada anak didik dapat dikategorikan sebagai
pendidikan hanya apabila diupayakan secara disengaja dengan cara-cara yang tidak
melanggar nilai-nilai dan norma-norma yang diakui di dalam masyarakat, selain itu bahwa
tindakan/pengaruh itu diarahkan sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang diakui di
dalam masyarakat. Siapapun (orang dewasa) yang melakukan tindakan atau memberikan
pengaruh kepada anak, tetapi apabila tindakan atau pengaruhnya itu melanggar norma dan
bertentangan nilai-nilai yang baik yang diakui masyarakat (tidak mengarah kepada pencapai
kedewasaan pada diri anak), maka perbuatan demikian tidak tergolong ke dalam pendidikan.
Sebab itu, dinyatakan bahwa pendidikan bersifat normatif.
Pendidikan bersifat normatif, maka implikasinya bahwa bahwa tujuan, isi, cara dan alat
pendidikan yang digunakan pendidik semuanya harus diarahkan untuk membimbing anak
didik kepada hal-hal yang baik atau ke arah kedewasaan. Selain itu, bahwa dalam rangka
bertindak di dalam pergaulan pendidikan, pendidik harus memperhatikan dan
mempertimbangkan aspek pribadi anak didik. Apakah karakteristik anak didik berkenaan
dengan keanakannya, minat, bakat, kemampuan, dsb. Pendidik juga harus
mempertimbangkan bahwa anak didik bukan hanya tumbuh dan berkembang sehingga
memiliki kecenderungan untuk menjadi “besar”, melainkan juga “ketidakmampuan dan
ketergantungannya” yang menuntut asuhan, bimbingan, pengajaran dsb. dari pendidik. Selain
itu, pendidik pun harus sadar bahwa anak didik pada dasarnya memiliki kebebasan dan
keinginan untuk menjadi dirinya sendiri. Semua itu benar-benar perlu diperhatikan, sebab
“pergaulan yang tidak menghormati keanakan itu menunjukkan kekurangan dan
ketidaksempurnaan pedagogis (M.J. Langeveld, 1980:34). Pergaulan pendidikan yang tujuan,
isi, metode, dan alat pendidikannya tidak sesuai dengan kodrat, martabat dan nilai-nilai
kemanusiaan tidak dapat disebut sebagai pendidikan.
KESIMPULAN