Anda di halaman 1dari 6

SITUASI PERGAULAN, SITUASI PENDIDIKAN, DAN ALAT

PENDIDIKAN

Resume

diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pedagogik

Dosen pengampu: Dr. Syarif Hidayat, MA., M.Pd.

Pidi Mohamad Setiadi, M.Pd.

Oleh:

Anita Siti Nuraeni (1802319)

Fiona Ardellea (1801816)

Resa Siti Mardiyah (1806426)

Risna Sri Wahyuni (1808209)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA

2018
A. Situasi Pergaulan dan Situasi Pendidikan
1. Situasi Pergaulan
Dua orang atau lebih bersama-sama mengadakan hubungan antara
sesamanya akan membentuk situasi yang disebut pergaulan. Jika dalam suatu
pergaulan antara orang dewasa dengan anak didasarkan atas niat untuk memuaskan
keinginan orang dewasa, untuk keuntungan orang dewasa, tidak didasarkan untuk
mencapai tujuan pendidikan, maka situasi yang tercipta bukan situsi pendidikan,
melainkan situasi pergaulan.
Misalnya, seorang guru menawarkan buku pelajaran kepada murid-
muridnya dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan buku berupa
komisi dari penerbit, maka tingkatan tersebut tidak bisa digolongkan kepada situasi
pendidikan walaupun terjadi di lingkungan sekolah. Hal tersebut hanyalah
merupakan situasi pergaulan biasa. Situasi yang berisi tindakan bukan pendidikan
tidak akan menciptakan situasi pendidikan, melainkan situasi pergaulan.
Dalam situasi pergaulan anak memperoleh kesempatan untuk menjadi
dirinya. Dalam diri setiap anak ada hasrat untuk menjadi dirinya sendiri. Tidak ada
dua orang anak yang identik sama di dunia ini. Dalam situasi pergaulan, anak
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan apa yang dilatihnya. Anak dapat
mengungkapkan dengan bebas dan spontan semua pikiran, perasaan, maupun
kemauan yang dihayatinya. Dengan adanya kesempatan umtuk bertindak dan
bertingkah laku seperti yang ia inginkan, anak dapat mmengembangkan bentuk
kepribadiannya sendiri.
Situasi pergaulan akan terjadi apabila ada rasa saling mempercayai antara
dua orang atau lebih yang berada dalam satu tempat yang sama. Jadi, kepercayaan
merupakan syarat teknis bagi terjadinya situasi pergaulan. Artinya, situasi
pergaulan tidak akan terjadi apabila tidak ada kepercayaan. Anak dan orang dewasa
akan membentuk situasi pergaulan apabila diantara keduanya saling mempercayai.
2. Situasi Pendidikan
Situasi pendidikan berlangsung dalam situasi pergaulan. Situasi pergaulan
merupakan lading yang subur bagi terjadinya situasi pendidikan. Apabila dalam
suatu pergaulan antara orang dewasa dan anak, didasarkan atas suatu tujuan
pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan, maka situasi pergaulan yang
tercipta adalah situasi pendidikan, bukan situasi pergaulan biasa.
Situasi pendidikan merupakan situasi yang khusus atau istimewa. Karena
situasinya merupakan suatu perubahan dari situasi pergaulan, dimana komponen-
komponennya berubah dari orang dewasa menjadi pendidik, dan anak menjadi anak
didik, kemudian syarat teknisnya dari kepercayaan menjadi kewibawaan, namun
mutlak harus ada.
Situasi pendidikan merupakan situasi pergaulan yang diciptakan dengan
sengaja karena ada suatu tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Misalnya, seorang
ibu menyuruh anak perempuannya mencuci piring didasari oleh suatu tujuan agar
anaknya berdisiplin dan mandiri, hal itu merupakan situasi pendidikan. Jadi, situasi
pendidikan adalah suatu keadaan dimana terjadi komunikasi interkaktif antara
orang dewasa dan anak, secara sengaja dan terencana untuk mencapai tujuan
pendidikan, yaitu manusia dewasa.
Dalam situasi pendidikan terdapat komponen-komponen seperti: pendidik,
anak didik, tindakan pendidikan atau alat pendidikan, dan kewibawaan. Kewibaan
merupakan unsur terpenting yang bisa digolongkan sebagai syarat teknis dalam
situasi pendidikan, seperti halnya kepercayaan yang merupakan syarat teknis dalam
situasi pergaulan.

B. Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan sengaja oleh
pendidik terhadap anak didik dengan maksud untuk mencapai tujuan yang
diharapkan oleh pendidik. Alat pendidikan tidak muncul begitu saja dalam situasi
pendidikan, melainkan berkembang dari situasi pergaulan. Benih alat pendidikan
sudah ada dalam situasi pergaulan, yang dinamakan faktor pendidikan jadi factor
pendidikan adalah semua benih kegiatan yang akan dipergunakan untuk mendidik
yang terdapat dalam situasi pergaulan seperti oleh orang dewasa yang bergaul
dengan anak anak dapat memilih dengan leluasa apakah akan memberi nasihat,
petunjuk, tegurana, sindiran, hukuman, ganjaran, pujian, dan sebagainya. Semua
tindakan tersebut sudah ada dalam situasi pergaulan dan dalam situasi pergaulan
semua tindakan tersebut disebut faktor pendidikan, manakala situasi pergaulan
berubah menjadi situasi pendidikan, sedangkan situasi pendidikan didasari untuk
mencapai tujuan, maka tindakan tersebut disebut alat pendidikan.

C. Jenis Alat Pendidikan


1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali terutama
bagi anak -anak yang masih kecil. Anak-anak kecil belum menyadari apa yang
dikatakan baik dan buruk dalam arti asusila. Oleh karena itu, pembiasaan
merupakan alat satu-satunya.
Anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan
membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga
atau keluarga, di sekolah, dan juga di tempat lain.
2. Pengawasan
Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak. Tanpa pengawasan
berarti membiarkan anak berbuat sekendaknya. Anak tidak akan dapat
membedakan yang baik dan yang buruk, tidak mengetahui mana yang harus
diihindari dan mana yang harus dilaksanakan, mana yang membahayakan dan mana
yang tidak. Pendidik jangan membiarkan tumbuh menurut alamnya tanpa perhatian
dan pengawasan pendidik. Dengan membiarkan anak, kemungkinan besar anak itu
menjadi tidak patuh dan tidak dapat mengetahui kemana arah tujuan hidupnya.
3. Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang yang harus
dikerjakan oleh orang lain. Melainkan dalam hal ini termasuk pula peraturan-
peraturan umum yang harus ditaati oleh anak. Tiap-tiap perintah dan peraturan
dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat memberi
arah atau mengandung tujuan kearah peraturan susila.
Suatu perintah atau peraturan dapat mudah ditaati oleh anak-anak jika
pendidik sendiri juga menaati dan hidup menurut peraturan-peraturan itu. Tidak
mungkin suatu aturan sekolah ditaati oleh murid-muridnya jika guru sendiri tidak
menaati peraturan yang telah dibuatnya itu.
4. Larangan
Disamping memberi perintah, sering pula kita harus melarang perbuatan
anak-anak. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika anak melakukan sesuatu yang
tidak baik, yang merugikan, dan dapat membahayakan dirinya.
5. Hukuman
Menghukum menurut Langeveld (1980), adalah suatu perbuatan yang
dengan sadar, sengaja menyebabkan penderitaan bagi seseorang biasanya yang
lebih lemah, dan dipercayakan kepada pendidik untuk dibimbing dan dilindungi,
dan hukuman tersebut diberikan dengan maksud anak benar-benar merasakan
penderitaan tersebut. Hukuman diberikan sebagai suatu pembinaan bagi anak untuk
menjadi pribadi susila.
Hukuman memang akan menimbulkan penderitaan bagi anak didik, karena
itu hukuman harus didasari oleh motif positif, yaitu untuk memperbaiki pribadi
anak. Hukuman akan berhasil apabila dalam diri anak timbul penyesalan terhadap
kesalahan yang dilakukannya dan ia tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.

Daftar Pustaka
Rijal. (2016). Situasi Pergaulan dan Situasi Pendidikan. [ONLINE] diakses dari
https://www.rijal09.com/2016/03/situasi-pergaulan-dan-situasi.html?m=1
Ngulum, M. (2012). Alat-Alat Pendidikan. [ONLINE] diakses dari
http://ulum-boys.blogspot.com/2012/01/alat-alat-pendidikan.html.
Rizky. (2012). Jenis Alat Pendidikan. [ONLINE] diakses dari
http://rizkynovianis.wordpress.com/2012/11/10/dan-jenis-alat-pendidikan/.

Anda mungkin juga menyukai