HUKUM ISLAM
(Studi Terhadap Masyarakat Bugis Bone)
Oleh: Nenni Rachman
Mahasiswa S2 Prodi al-Ahwal al-SyakhsiyyahSTAIN Watampone
E-mail: nennirachman@gmail.com
ABSTRACT Pendahuluan
There are three traditional marriage
Dalam hukum perkawinan Islam
system, namely: endogamy, exogamy,
and eleuterogami. The Bugis Bone dikenal sebuah asas yang disebut
included into the system of marriage
selektivitas. Artinya, seseorang ketika
endogamy means that a man should
marry a woman who has a relationship hendak melangsungkan perkawinan
with a cousin, both cousins once, twice
terlebih dahulu harus menyeleksi dengan
cousin, and cousin three times.
According to custom Bugis Bone, seseorang yang boleh ia menikah dan
marriage endogamy (Siala
dengan seseorang yang ia terlarang untuk
Massapposiseng) that occurs in the Bugis
Bone is an ideal marriage, marriage menikah. Hal ini untuk menjaga agar
according to Islam while this is not an
perkawinan yang dilangsungkan tidak
ideal marriage. However, marriage is
permissible as long as there is no melanggar aturan-aturan yang ada,
prohibition in the passage, both the
terutama bila perempuan yang hendak
Quran and al-Hadith. This study aims to
determine the factors behind marital dikawini ternyata terlarang untuk
endogamy and the impact of the
dikawini; yang dalam Islam dikenal
marriage. The method used in this
research is a field research dealing dengan istilah mahram (orang yang
directly with the public, in order to obtain
haram dikawini).Dalam hal larangan
clear data and data collection techniques
of interviews and documentation. The perkawinan; al-Qur’an memberikan
results showed that there were several
aturan yang tegas dan terperinci.Dalam
factors behind the retaining endogamous
marriage among others: purity of lineage, QS.al-Nisa (4) ayat 22-24 Allah swt.
wealth care, and spatial orientation
berfirman yang artinya “Dan janganlah
(territorial). In practice, endogamous
marriage have an impact, especially for kamu kawini wanita-wanita yang telah
perpetrators of endogamy itself among
dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada
others: strengthens kinship, wealth
preservation or heritage, and the impact masa yang telah lampau. Sesungguhnya
of physical or mental disability in the
perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah
offspring.
dan seburuk-buruk jalan (yang
Kata Kunci:Endogamy, Siala Massappo-
siseng, Majority Society Bugis Bone. ditempuh).” (23) “Diharamkan atas kamu
keselamatan fisik anak dari penyakit- bagi orang-orang yang berakal. (Yahya,
penyakit yang menular atau cacat secara 2014)
heriditas; juga perkawinan dengan
Pada masyarakat Bugis Bone,
kerabat yang jauh dapat melebarkan
perkawinan ideal terjadi jika seorang
sayap persaudaraan dan kekeluargaan
laki-laki maupun perempuan mendapat
untuk memperkuat ikatan sosial yang
jodohnya dalam lingkungan keluarganya,
lebih baik. Di dalam hal ini, fisik mereka
baik dari pihak ibu maupun dari pihak
akan bertambah kuat, kesatuan mereka
ayah.Perkawinan dalam lingkungan
semakin kokoh dan terjalin, dan
keluarga makin mempererat hubungan
perkenalan mereka bertambah luas.
kekeluargaan (kekerabatan). (Nonci,
Tidaklah aneh bila dalam riwayat Umar
2002:4)Dalam masyarakat Bugis Bone
ra., ini memberikan peringatan, agar
kemungkinan terjadinya suatu
sebaiknya tidak mengawini perempuan
perkawinan endogami karena alasan
yang seketurunan atau sekerabat, agar
harta dan ijbar (pemaksaan). Mereka
anak tidak tumbuh besar dalam keadaan
takut apabila kawin dengan orang lain
lemah atau mewarisi cacat kedua orang
(tidak satu nasab), harta mereka akan
tuanya dan penyakit-penyakit nenek
dikuasai oleh orang lain. Mengenai
moyangnya.
alasan ijbar, mereka berpendapat untuk
Rasulullah saw., memberi mempererat tali silaturahim dan
peringatan kepada umatnya dengan melanggengkan keturunan (biasanya
sabdanya: “Janganlah nikah dengan keturunan priyayi atau bangsawan).
karabat yang dekat karena bisa
Adapun tujuan perkawinan bagi
menyebabkan anak yang dilahirkan
masyarakat hukum adat yang bersifat
cacat, yakni: kurus serta lemah jasmani
kekerabatan adalah untuk
dan otaknya”. Rasulullah kembali
mempertahankan dan meneruskan
bersabda: “Carilah yang jauh, jangan
keturunan menurut garis kebapakan atau
karabat yang dekat”.Kebenaran ini telah
keibuan atau keibu-bapakan, untuk
ditetapkan oleh Rasulullah saw., sejak
kebahagiaan rumah tangga keluarga
empat belas abad yang lalu, sebelum
(kerabat), untuk memperoleh nilai-nilai
ilmu pengetahuan datang
adat budaya dan kedamaian, dan untuk
mengungkapkan teorinya dan
mempertahankan kewarisan. Oleh karena
menjelaskan kebenaran-kebenarannya
LANDASAN HUKUM
digunakan dalam penelitian ini adalah kepercayaan itu mereka pegang teguh
penelitian lapangan yang berhadapan sampai anak cucu mereka, sehingga tidak
diperoleh data yang jelas dan teknik endogami yang disebabkan oleh adanya
yakni dengan menilai realita yang terjadi mereka, sehingga para orang tua
langsung, tetapi secara implisit dijelaskan dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada
dalam ayat yang dimaksud, yakni dalam masa yang telah lampau. Sesungguhnya
QS.al-Nisa (4) ayat 22-24. perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah
dan seburuk-buruk jalan (yang
ditempuh).” (23) “Diharamkan atas kamu
(mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
Perjodohan yang terjadi karena orang tua 2015) bahwasanya perkawinan endogami
cepat-cepat mengawinkan anaknya di (Siala Massapposiseng) memang didasari
usia muda dengan keluarga terdekat perjodohan yang kebayakan dilakukan
mereka sendiri karena pada dasarnya orang tua perempuan. Alasannya, tidak
mereka khawatir anak mereka akan jadi lain karena mereka tidak menginginkan
perawan tua. Mereka lebih bangga anak perempuan mereka akan jadi
dengan sebutan ‘janda muda’ daripada perawan tua. Olehnya itu, mereka segera
nanti anaknya akan menjadi perawan menjodohkan anak perempuan mereka
tua.”(Latif, 2015) dengan sepupu anaknya (anak laki-laki
dari saudara orang tua perempuan).
Menurut H. Abd. Azis D., S.Ag.,
M.Si., yang menyatakan bahwa:“Semua Lain halnya yang disampaikan
perkawinan adalah sah jika tidak terdapat oleh H. Abustang, S.Ag., M.Si., yang
larangan dalam Islam (al-Qur’an). menyatakan bahwa:“Perkawinan
Perkawinan endogami dapat dikatakan endogami (Siala Massapposiseng) ini
perkawinan yang ideal selama tidak ada memang tidak dilarang dalam Islam.
masalah yang ditimbulkan dari Akan tetapi, kebanyakan orang yang
perkawinan tersebut. Perkawinan yang tidak menyetujui dan tidak mau
dilakukan secara sah dan perkawinan melakukan perkawinan ini dikarenakan
yang menghasilkan keturunan yang baik mereka masih merasakan ikatan
merupakan perkawinan yang ideal. persaudaraan yang sangat dekat dan
Perkawinan Siala Massapposiseng ini perkawinan ini kebanyakan berdasar
kebanyakan didasari perjodohan karena pada perjodohan. Perjodohan identik
terjadi atas kemauan orang tua. Pada dengan paksaan dan sesuatu yang
dasarnya, orang tua perempuan khawatir dipaksa tidaklah baik.(Abustang, 2015)
anaknya akan jadi perawan tua. Oleh
Dengan demikian, dapat
karena itu, mereka menjodohkan anak
disimpulkan bahwa perkawinan
mereka di usia muda.(Azis D., 2015)
endogami adalah perkawinan yang sah
Pendapat-pendapat tersebut juga karena tidak terdapat larangan dalam
disepakati oleh Drs. H. Sudirman D, Islam. Indikatornya, lima informan
M.Ag.,(H. Sudirman D., 2015.) dan H. mengatakan perkawinan endogami
Muh. Sabran, S.Ag., M.Pd.I.(Sabran, adalah perkawinan yang sah karena tidak
terdapat larangan dalam Islam (al- penyakit genetik dengan sifat autosomal
Qur’an). Di samping itu, kebanyakan recessive adalah orang-orang sehat yang
perkawinan endogami dilakukan tidak menunjukkan gejala-gejala apapun,
didasarkan atas perjodohan yang walaupun dalam gennya terdapat
dilakukan orang tua perempuan untuk kerusakan. Jika orang ini kawin dengan
mencegah kekhawatiran terjadinya orang lain yang gennya tidak rusak, maka
‘perawan tua’ anak perempuan mereka. tidak akan ada diantara keturunannya
Indikatornya, empat informan yang menderita penyakit tersebut. Akan
mengatakan kebanyakan perkawinan tetapi, gen yang rusak tadi akan terus
endogami terjadi karena orang tua diturunkan pada generasi berikutnya
(keluarga) kerap mencarikan jodoh yang juga akan tetap sehat karena hanya
anaknya di dalam lingkup keluarganya akan jadi pembawa (carrier). Jika dua
sendiri. orang dengan gen yang rusak menikah,
barulah terdapat risiko memiliki anak
Di samping itu, selain dari pelaku
yang sakit. Pertemuan kedua orang yang
endogami; sebagian besar masyarakat
memiliki gen yang samadan rusak,
Bugis Bone yang memilih untuk kawin
risikonya sangat besar pada perkawinan
dengan kerabat jauh; memiliki alasan
antarsaudara (sampai sejauh sepupu II -
sendiri. Alasannya, perkawinan
great grandparents yang sama). Hal ini
endogami (Siala Massapposiseng)
disebabkan karena semakin dekat
dikhawatirkan akan menghasilkan
kekerabatan dua orang, maka semakin
keturunan yang lemah, sebagaimana
besar kemungkinannya memiliki urutan
dibenarkan oleh para dokter.
DNA yang mirip termasuk juga semakin
Menurut dr. Teguh Haryo besar kemungkinannya memiliki
Sasongko, PhD.(Sasongko, 2012) kerusakan gen yang sama. Di sini
mengatakan “Yang perlu dipahami sulitnya mendeteksi. Jika dalam sebuah
mengenai ilmu pengetahuan genetik keluarga (dengan great grandparents
dalam kaitan perkawinan antar saudara yang sama) jarang atau tidak pernah
sepupu bahwa risiko terbesar terkait terjadi perkawinan antar-saudara, maka
dengan penyakit-penyakit autosomal akan sangat sulit menemukan
recessivedan risiko yang terkait dengan kemungkinan anggota keluarga yang
gen-gen tertentu.Pembawa (carrier) menderita kerusakan gen, sehingga
lingkungan yang buruk (gizi buruk), atau pada kesimpulan bahwa masalah genetik
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan pada spesies dan individu-individu
yang kurang terjaga, atau makanan yang manusia dan bahkan pada hewan dan
dikonsumsi ibu pada saat mengandung tumbuhan adalah sesuatu yang tidak
tidak diperhatikan atau bahkan dapat dipungkiri keberadaannya. Hingga
kemungkinan pada saat itu orang yang kini mereka terus melanjutkan penelitian
melakukan perkawinan endogami mereka. Namun demikian, maksud dari
merupakan orang masih berada di bawah perkataan para ilmuwan ini bukan berarti
usia kawin, sehingga tidak diragukan bahwa karakteristik-karakteristik yang
semua itu sangat memberikan pengaruh terdapat pada sperma kedua orang tua
pada munculnya potensi-potensi kelainan adalah satu-satunya sebab bagi berbagai
genetik seorang anak.”(Latif, 2015) sifat dan karakteristik yang ada pada diri
seorang anak; sementara faktor-faktor
Menurut al-Qur’an yang telah
lain, seperti: lingkungan dan pendidikan
dijelaskan sebelumnya, perkawinan
tidak mempunyai pengaruh terhadapnya.
endogami memang tidak dilarang. Akan
Justru sifat-sifat tersebut dapat muncul
tetapi, penting untuk menjadi perhatian
dan berkembang memerlukan lingkungan
setiap Muslim alasan yang menjadi
yang sesuai. Dengan kata lain, pada
penekanan dan atau anjuran untuk kawin
akhirnya lingkunganlah yang
dengan bukan kerabat yang diriwayatkan
menentukan nasib berbagai sifat dan
dari Sayyidina Umar ra., dan didukung
potensi tersebut.
dengan pendapat Imam Syafi’i. Anjuran
ini mungkin dimaksudkan untuk Hukum genetik mengatakan
memperluas tali silaturahim (memperluas bahwa yang menjadi sumber semua sifat
kekeluargaan), atau faktor usia kawin, dan karakter turunan individu manusia
atau menjauhi kemungkinan sesusuan ialah potensi-potensi yang terdapat pada
(ketika kecil disusukan oleh ibu yang gen-gen sperma kedua orangtua, namun
sama), atau faktor lingkungan dan ia tidak mengingkari pengaruh dan peran
kesehatan, dan lain-lain. faktor-faktor lain yang salah satunya
adalah faktor lingkungan. Pada akhirnya,
Para ahli ilmu genetik telah
untuk dapat menampakkan pengaruhgen-
melakukan berbagai penelitian dan
gen tersebut membutuhkan lingkungan
percobaan secara mendalam dan sampai
dan makanan yang sesuai. Dikarenakan
janin mendapat makanan dari makanan lagi bahwa faktor-faktor ini juga sangat
ibu, maka semua yang dimakan ibu akan memberikan pengaruh pada munculnya
memberikan pengaruh kepada cara dan potensi-potensi genetik seorang anak.
bentuk kemunculan potensi-potensi yang Manusia merupakan produk interaksi
dimilikinya. Sebagai contoh, melalui antara potensi-potensi genetik dengan
sperma kedua orangtua sebuah gen yang kondisi lingkungan tempat ia tumbuh dan
akan menyebabkan rambut berwarna berkembang.
hitam berpindah kepada janin, namun
Di dalam Undang-Undang No. 1
gen tersebut tidak lebih hanya sebuah
Tahun 1974 Tentang Perkawinan Bab II
potensi yang untuk dapat tumbuh aktual;
Syarat-syarat Perkawinan dalam Pasal 7
ia memerlukan lingkungan dan kondisi
Ayat (1) tentang Usia Kawin, disebutkan
yang sesuai. Bukan berarti bahwa dalam
bahwa:“Perkawinan hanya diizinkan bila
semua keadaan gen tersebut memberikan
pihak laki-laki mencapai umur 19
efek yang sama. Bisa jadi disebabkan
(sembilan belas) tahun dan pihak
makanan yang dikonsumsi rambutnya
perempuan sudah mencapai usia 16
menjadi hitam legam atau hanya
(enam belas) tahun.”(Undang-Undang
kehitam-hitaman, atau dapat juga pada
Perkawinan, 2008:462)
beberapa kondisi tertentu menjadi
berwarna hitam kecokelat-cokelatan. Dalam Pasal 8 Undang-Undang
Oleh karena itu, hukum genetik tidak No. 1 Tahun 1974 disebutkan tentang
mengatakan bahwa sifat dan karakter larangan perkawinan untuk
setiap individu telah ditentukan pada dilangsungkan.
sperma kedua orang tua dan sama sekali
Pasal 8:Perkawinan dilarang antara dua
tidak dapat berubah, dan untuk dapat
orang yang: 1)Berhubungan darah dalam
tumbuh dan berkembangnya tidak
garis keturunan lurus ke bawah maupun
memerlukan faktor-faktor lain. (Amini,
keatas; 2)Berhubungan darah dalam garis
2015)
keturunan menyamping yaitu
Pemeliharaan kebersihan dan antarasaudara, antara seorang dengan
kesehatan, makanan yang dikonsumsi ibu saudara orang tua dan antara
pada saat mengandung, pemberian air seorangdengan saudara neneknya;
susu ibu, dan kondisi lingkungan tempat 3)Berhubungan semenda, yaitu mertua,
tumbuh dan berkembang tidak diragukan anak tiri, menantu dan ibu/bapaktiri;
4)Berhubungan susuan, yaitu orang tua Dengan kata lain, perkawinan ini bisa
susuan, anak susuan, saudara susuandan saja terjadi antar sepupu sekali (Siala
bibi/paman susuan; 5)Berhubungan Massapposiseng), atau perkawinan
saudara dengan istri atau sebagai bibi sepupu dua kali (Siala Massappokadua),
atau kemenakan dariistri, dalam hal atau sepupu tiga kali (Siala
seorang suami beristri lebih dari seorang; Massappokatellu).
6)Mempunyai hubungan yang oleh
Pada dasarnya, dalam QS. al-Nisa
agamanya atau peraturan lain
(4) ayat 22-24 memberikan peluang dan
yangberlaku dilarang kawin.”(Undang-
tidak ada pelarangan untuk dilakukan
Undang Perkawinan, 2008: 462)
perkawinan endogami. Hal ini juga
Hukum perundang-undangan sejalan dengan hukum adat yang berlaku
diperlukan untuk menjaga ketertiban di wilayah Bugis Bone. Hanya saja
dalam kehidupan bernegara, meski di sisi masyarakat Bugis Bone harus melihat
lain hukum berarti dibatasinyahak-hak dan memperhatikan calon mempelai yang
individu dan membuat orang harus menjadi pilihannya. Begitupun dalam
meng-kompromikan kepentingan- Undang-Undang Perkawinan No. 1
kepentingannya.Bisa dikatakan bahwa Tahun 1974 tidak melarang perkawinan
ada reduksi keadilan dalam rumusan antar sepupu. Di dalam undang-undang
hukum.Kepentingan tersebutbisa dalam ini menjelaskan tentang batas usia kawin
bentuk kepentingan ekonomis,politis, yang patut diperhatikan oleh orang-orang
budaya, dan bahkan kepentingan yang akan melangsungkan perkawinan
religius.(Binawan, 2004) dan ini dijelaskan dalam Pasal 7 Undang-
Undang Perkawinan, serta Pasal 8 yang
Masyarakat Bugis Bone
menjelaskan tentang larangan
merupakan masyarakat adat yang
perkawinan.
memiliki sistem perkawinan tertentu
yang berbeda dengan daerah lain. Islam hanya mengharamkan
Mengenai sistem perkawinan masyarakat perkawinan antar keluarga derajat
Bugis Bone, mereka termasuk kategori pertama, seperti: antar saudara
endogami, yaitu perkawinan antar sekandung (seibu sebapak, seibu maupun
seorang laki-laki dengan perempuan yang sebapak), antar bibi dengan keponakan,
sekeluarga atau sesuku dengannya. dan antar paman dengan keponakan.
haram untuk dikawini. Dalam surah ini Bugis Bone semata-mata ‘urf atau adat.
tidak terdapat perintah atau pelarangan Menurut Islam, perkawinan ini
perkawinan endogami.Oleh karena itu, dibolehkan atau merupakan perkawinan
QS.al-Nisa (4) ayat 22-24 memberikan yang sah, namun dianjurkan untuk
peluang untuk dilakukannya perkawinan melakukan perkawinan dengan seseorang
endogami. Di sisi lain, terdapat riwayat yang tidak ada ikatan keluarga, agar tali
dari Sayyidina Umar ra., dan didukung silaturahim menjadi lebih luas. Adapun
oleh pendapat Imam Syafi’i tentang berkaitan dengan penyakit genetik (jika
penganjuran kawin dengan bukan kerabat teori itu benar), sebaiknya seseorang
dengan alasan jika kawin dengan kerabat tidak kawin dengan sepupu atau yang
dekat dapat menyebabkan cacat masih ada keluarga.Jika ada yang kawin
keturunan. Dalam hal ini, para pelaku antar sepupu, tetap sah apapun dan
endogami cenderung lebih berhati-hati bagaimana pun akibatnya secara
sebelum melakukan perkawinan antar kesehatan karena tidak ada nas yang
sepupu.Selain itu, perkawinan endogami melarang perkawinan tersebut.
yang terjadi pada sebagian masyarakat
Daftar Pustaka
Al-Usmani, M. Saleh dan A. Aziz Ibnu Muhammad Daud.Pernikahan Islami: Dasar Hukum
Hidup Berumah Tangga. t.tp.: Risalah Gusti. 1991.
Haddise, H. Uṣūl al-Fiqh: Wahyu dan Akal sebagai Sumber Hukum Islam. Watampone: Luqman
al-Hakim Press. 2012.
Hadikusuma, Hilman. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju. 2003.
Nonci.Upacara Adat Istiadat Masyarakat Bugis. Makassar: CV. Karya Mandiri Jaya. 2002.
Saebani, Beni Ahmad.Fiqh Munakahat (Buku II). Bandung: Pustaka Setia. 2001.
Setiady, Tolib. Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan). Bandung: Alfabeta.
2013.
Suriyaman Mustari Pide, A. Hukum Adat Dahulu, Kini, dan Akan Datang. Jakarta: Kencana.
2014.
Syarifuddin, Amir.Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
Undang Perkawinan. Jakarta. 2006.
Syarifuddin Latif, H. Hukum Perkawinan di Indonesia (Buku I).t.tp.: CV. Berkah Utami. 2010.
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Bab I Pasal 1. Surabaya: Arkola. t.th.
Van Dijk, R. Pengantar Hukum Adat Indonesia. Terj. Mr. A. Soehardi. Bandung: Mandar Maju.
2006.
Daftar Wawancara
Prof. DR. H. Syarifuddin Latif, M.HI., Guru Besar STAIN Watampone, “Wawancara”
oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 31 Mei 2015.
H. Abd. Azis D., S.Ag., M.Si, Kepala KUA Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone,
“Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 28 Mei 2015.
H. Muh. Sabran, S.Ag., M.Pd.I., Kepala KUA Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone,
“Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 28 Mei 2015.
H. Abustang, S.Ag., M.Si., Kepala KUA Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone,
“Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 27 Mei 2015.