Anda di halaman 1dari 25

PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN

HUKUM ISLAM
(Studi Terhadap Masyarakat Bugis Bone)
Oleh: Nenni Rachman
Mahasiswa S2 Prodi al-Ahwal al-SyakhsiyyahSTAIN Watampone
E-mail: nennirachman@gmail.com

ABSTRACT Pendahuluan
There are three traditional marriage
Dalam hukum perkawinan Islam
system, namely: endogamy, exogamy,
and eleuterogami. The Bugis Bone dikenal sebuah asas yang disebut
included into the system of marriage
selektivitas. Artinya, seseorang ketika
endogamy means that a man should
marry a woman who has a relationship hendak melangsungkan perkawinan
with a cousin, both cousins once, twice
terlebih dahulu harus menyeleksi dengan
cousin, and cousin three times.
According to custom Bugis Bone, seseorang yang boleh ia menikah dan
marriage endogamy (Siala
dengan seseorang yang ia terlarang untuk
Massapposiseng) that occurs in the Bugis
Bone is an ideal marriage, marriage menikah. Hal ini untuk menjaga agar
according to Islam while this is not an
perkawinan yang dilangsungkan tidak
ideal marriage. However, marriage is
permissible as long as there is no melanggar aturan-aturan yang ada,
prohibition in the passage, both the
terutama bila perempuan yang hendak
Quran and al-Hadith. This study aims to
determine the factors behind marital dikawini ternyata terlarang untuk
endogamy and the impact of the
dikawini; yang dalam Islam dikenal
marriage. The method used in this
research is a field research dealing dengan istilah mahram (orang yang
directly with the public, in order to obtain
haram dikawini).Dalam hal larangan
clear data and data collection techniques
of interviews and documentation. The perkawinan; al-Qur’an memberikan
results showed that there were several
aturan yang tegas dan terperinci.Dalam
factors behind the retaining endogamous
marriage among others: purity of lineage, QS.al-Nisa (4) ayat 22-24 Allah swt.
wealth care, and spatial orientation
berfirman yang artinya “Dan janganlah
(territorial). In practice, endogamous
marriage have an impact, especially for kamu kawini wanita-wanita yang telah
perpetrators of endogamy itself among
dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada
others: strengthens kinship, wealth
preservation or heritage, and the impact masa yang telah lampau. Sesungguhnya
of physical or mental disability in the
perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah
offspring.
dan seburuk-buruk jalan (yang
Kata Kunci:Endogamy, Siala Massappo-
siseng, Majority Society Bugis Bone. ditempuh).” (23) “Diharamkan atas kamu

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|39

(mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu mereka, berikanlah kepada mereka


yang perempuan; saudara-saudaramu maharnya (dengan sempurna) sebagai
yang perempuan, saudara-saudara suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa
bapakmu yang perempuan; saudara- bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
saudara ibumu yang perempuan; anak- telah saling merelakannya, sesudah
anak perempuan dari saudara-saudaramu menentukan mahar itu.Sesungguhnya
yang laki-laki; anak-anak perempuan dari Allah Maha Mengetahui lagi Maha
saudara-saudaramu yang perempuan; Bijaksana.” (Departemen Agama RI,
ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara 1418 H:81-82)
perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu
Ayat ini dengan tegas
(mertua); anak-anak istrimu yang dalam
menjelaskan golongan perempuan-
pemeliharaanmu dari istri yang telah
perempuan yang haram untuk dikawini.
kamu campuri, tetapi jika kamu belum
Perempuan itu adalah: ibu tiri, ibu
campur dengan istrimu itu (dan sudah
kandung, anak kandung, saudara
kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kandung, seayah atau seibu, bibi dari
kamu mengawininya; (dan diharamkan
ayah, bibi dari ibu, keponakan dari
bagimu) istri-istri anak kandungmu
saudara laki-laki, keponakan dari saudara
(menantu); dan menghimpunkan (dalam
perempuan, ibu yang menyusui, saudara
perkawinan) dua perempuan yang
sesusuan, mertua, anak tiri dari istri yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi
sudah diajak berhubungan intim,
pada masa lampau; Sesungguhnya Allah
menantu, ipar (untuk dimadu), dan
Maha Pengampun lagi Maha
perempuan yang bersuami.
Penyayang.” (24) “Dan (diharamkan juga
kamu mengawini) wanita yang bersuami, Berdasarkan ayat ini dapat
kecuali budak-budak yang kamu miliki dipahami bahwa ada empat kategori
(Allah telah menetapkan hukum itu) perempuan yang haram untuk dikawini;
sebagai ketetapan-Nya atas kamu; dan 1) karena ada hubungan darah;2) karena
dihalalkan bagi kamu selain yang hubungan persusuan;3)karena ada
demikian (yaitu) mencari istri-istri hubungan perkawinan, baik yang
dengan hartamu untuk dikawini bukan dilakukan oleh ayah, diri sendiri, atau
untuk berzina. Maka istri-istri yang telah anak; 4)karena status perempuan yang
kamu nikmati (campuri) di antara sudah kawin.Oleh karena itu, selain dari

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


40|Nenni Rahman

perempuan-perempuan yang haram untuk yang agak jauh); 4)Silariangadalah sama-


dikawini seperti yang dijelaskan dalam sama lari atas dasar kehendak bersama
QS.al-Nisa (4) ayat 22-24, maka boleh setelah mengadakan mufakat untuk lari
untuk dikawini. secara rahasia; 5)Rilariang (dilarikan)
adalah si laki-laki memaksa si
Upacara perkawinan masyarakat
perempuan ke rumah penghulu adat
Bugis Bone yang dalam bahasa Bugis
untuk minta dilindungi dan selanjutnya
disebut Tudang Botting (duduk
minta dikawinkan. (Nonci, 2002:4-6)
pengantin) bukan hanya menyatukan dua
orang menjadi sepasang suami istri, Perkawinan endogami adalah
tetapi juga menyatukan dua rumpun suatu sistem perkawinan yang
keluarga yang lebih besar yaitu keluarga mengharuskan kawin dengan pasangan
dari pihak mempelai laki-laki dan hidup yang seklan (satu suku atau
keluarga dari pihak mempelai wanita. keturunan) dengannya atau melarang
Penyatuan kedua keluarga besar tersebut seseorang melangsungkan perkawinan
“silorongeng” (saling mengulurkan dengan orang yang berasal dari klan atau
tangan) atau “mappasideppe mabelae” suku lain. (Hadikusuma,
(Lamallongeng, 2007:2) (mendekatkan 1990)Perkawinan endogami (antar
yang jauh). Adapun bentuk-bentuk sepupu) tidak termasuk salah satu dari
perkawinan dalam Masyarakat Bugis perkawinan yang diharamkan. Oleh
Bone, yakni: 1)Siala Massapposiseng karena itu, sesama anak paman atau anak
adalah kawin antarsepupu sekali. bibi; boleh kawin satu sama lain dan
Perkawinan ini juga disebut perkawinan perkawinannya sah. Lain halnya, dalam
Assialang Marola;2)Siala sebuah riwayat Sayyidina Umar ra.,
Massappokadua adalah kawin َ ‫ﺿ َﻮﯾْـﺘ ُ ْﻢ ﻓَﺎ ْﻧ ِﻜ ُﺤ ْﻮا ْاﻟﻐ ََﺮاﺋ‬
berkata:‫ِـﺐ‬ َ ْ‫ﻗَـﺪ‬
antarsepupu dua kali. Perkawinan ini
Sungguh engkau lemah, maka nikahilah
biasa disebut Assiparewesenna (kembali
wanita jauh.
ke kekerabatan); 3)Siala
Massappokatellu adalah kawin Islam mengarahkan secara bijak
antarsepupu ketiga kali. Perkawinan ini di dalam memilih istri adalah
disebut juga perkawinan Ripasilosengngi mengutamakan perempuan yang jauh
atau Ripaddeppe mabelae atas perempuan yang seketurunan atau
(menghubungkan kembali kekerabatan kaum kerabat.Hal ini dimaksudkan demi

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|41

keselamatan fisik anak dari penyakit- bagi orang-orang yang berakal. (Yahya,
penyakit yang menular atau cacat secara 2014)
heriditas; juga perkawinan dengan
Pada masyarakat Bugis Bone,
kerabat yang jauh dapat melebarkan
perkawinan ideal terjadi jika seorang
sayap persaudaraan dan kekeluargaan
laki-laki maupun perempuan mendapat
untuk memperkuat ikatan sosial yang
jodohnya dalam lingkungan keluarganya,
lebih baik. Di dalam hal ini, fisik mereka
baik dari pihak ibu maupun dari pihak
akan bertambah kuat, kesatuan mereka
ayah.Perkawinan dalam lingkungan
semakin kokoh dan terjalin, dan
keluarga makin mempererat hubungan
perkenalan mereka bertambah luas.
kekeluargaan (kekerabatan). (Nonci,
Tidaklah aneh bila dalam riwayat Umar
2002:4)Dalam masyarakat Bugis Bone
ra., ini memberikan peringatan, agar
kemungkinan terjadinya suatu
sebaiknya tidak mengawini perempuan
perkawinan endogami karena alasan
yang seketurunan atau sekerabat, agar
harta dan ijbar (pemaksaan). Mereka
anak tidak tumbuh besar dalam keadaan
takut apabila kawin dengan orang lain
lemah atau mewarisi cacat kedua orang
(tidak satu nasab), harta mereka akan
tuanya dan penyakit-penyakit nenek
dikuasai oleh orang lain. Mengenai
moyangnya.
alasan ijbar, mereka berpendapat untuk
Rasulullah saw., memberi mempererat tali silaturahim dan
peringatan kepada umatnya dengan melanggengkan keturunan (biasanya
sabdanya: “Janganlah nikah dengan keturunan priyayi atau bangsawan).
karabat yang dekat karena bisa
Adapun tujuan perkawinan bagi
menyebabkan anak yang dilahirkan
masyarakat hukum adat yang bersifat
cacat, yakni: kurus serta lemah jasmani
kekerabatan adalah untuk
dan otaknya”. Rasulullah kembali
mempertahankan dan meneruskan
bersabda: “Carilah yang jauh, jangan
keturunan menurut garis kebapakan atau
karabat yang dekat”.Kebenaran ini telah
keibuan atau keibu-bapakan, untuk
ditetapkan oleh Rasulullah saw., sejak
kebahagiaan rumah tangga keluarga
empat belas abad yang lalu, sebelum
(kerabat), untuk memperoleh nilai-nilai
ilmu pengetahuan datang
adat budaya dan kedamaian, dan untuk
mengungkapkan teorinya dan
mempertahankan kewarisan. Oleh karena
menjelaskan kebenaran-kebenarannya

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


42|Nenni Rahman

sistem keturunan dan kekerabatan antara mengarahkan penulis untuk memperoleh


suku bangsa Indonesia yang satu dan lain data dan informasi yang diperlukan guna
berbeda-beda, termasuk lingkungan memecahkan penelitian secara ilmiah.
hidup dan agama yang dianut berbeda-
Praktik perkawinan endogami
beda, maka tujuan perkawinan adat bagi
menurut pandangan hukum Adat dan
masyarakat adat juga berbeda antara suku
hukum Islam diambil berdasarkan
bangsa yang satu dan daerah yang lain,
penilaian landasan hukum yang telah
begitu juga dengan akibat hukum dan
ditentukan, baik melalui hukum Adat
upacara perkawinannya. (Hadikusuma,
maupun hukum Islam itu sendiri. Dengan
1990:23)
adanya praktik perkawinan endogami;
Kerangka Teori nantinya akan terlihat bagaimana dampak
positif dan negatif dari perkawinan ini
Pada bagian ini diuraikan
yang terjadi pada masyarakat Bugis Bone
kerangka teori yang dijadikan penulis
yang dikaitkan berdasarkan dengan
sebagai pedoman dan landasan berpikir
landasan hukum yang berlaku.Kerangka
dalam melaksanakan penelitian ini.Hal
teori tersebut dapat dibuat dalam bentuk
ini perlu dikembangkan karena berfungsi
skema sebagai berikut :

PRAKTIK PERKAWINAN ENDOGAMI

PANDANGAN HUKUM ADAT PANDANGAN HUKUM ISLAM

LANDASAN HUKUM

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF

MASYARAKAT BUGIS BONE

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|43

Metode Penelitian Bone mencari jodoh akan lebih baik jika

Metode penelitian yang di dalam lingkup wilayah sendiri dan

digunakan dalam penelitian ini adalah kepercayaan itu mereka pegang teguh

penelitian lapangan yang berhadapan sampai anak cucu mereka, sehingga tidak

langsung dengan masyarakat, sehingga heran banyak ditemui perkawinan

diperoleh data yang jelas dan teknik endogami yang disebabkan oleh adanya

pengumpulan data yang bersifat perjodohan. Hal tersebut terjadi karena

wawancara dan dokumentasi.Data yang banyak orang tua yang merasakan

terkumpul kemudian dianalisis dengan kekhawatiran ketika anak mereka

menggunakan pendekatan Usūl al-Fiqh, mencari jodoh selain dari keluarga

yakni dengan menilai realita yang terjadi mereka, sehingga para orang tua

dalam masyarakat; sesuai atau tidaknya mengambil tindakan sendiri dengan

ketentuan masyarakat tersebut dalam mencarikan jodoh anaknya di lingkup

pandangan hukum Islam. keluarga tanpa sepengetahuan anak.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Keduafaktor kemurnian


keturunan, hasil penelitian menunjukkan
Praktik Perkawinan Endogami Pada
bahwasalah satu faktor yang
Masyarakat Bugis Bone
melatarbelakangi perkawinan endogami
Adapun faktor pendorong
yang terjadi pada masyarakat Bugis Bone
pelaksanaan perkawinan endogami pada
masih memperhatikan dalam mencari
Masyarakat Bugis Bone, meliputi:
jodoh dilihat dari keturunan keluarga.
Pertamafaktor perjodohan, berdasarkan
Masyarakat berharap dengan menikahkan
hasil penelitian yang penulis dapatkan di
anaknya dengan saudara sepupu yang
lapangan pada umumnya praktik
sudah mereka kenal latar belakang, sifat
perkawinan endogami yang dilakukan
dan watak,akan menghasilkan keturunan
masyarakat Bugis Bone lebih dominan
yang baik nantinya. Perkawinan dengan
didasarkan atas dasar perjodohan,
saudara sepupu akan lebih jelas
meskipun ada perkawinan ini terjadi
keturunan yang dihasilkan daripada
didasarkan suka sama suka, tapi faktor
kawin dengan seseorang di luar
‘perjodohan’ yang mendominasi
hubungan saudara yang belum pasti sifat
terjadinya perkawinan endogami ini.
dan wataknya.
Menurut sebagian masyarakat Bugis

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


44|Nenni Rahman

Ketiga faktor menjaga harta menikahkan anaknya dengan saudara


keluarga, hasil wawancara menunjukkan sepupu dapat terjalin hubungan
‘menjaga harta keluarga’ merupakan kekeluargaan dan kekerabatan semakin
salah satu faktor yang melatarbelakangi erat dan terjaga.
perkawinan endogami terjadi pada
Berdasarkan hasil penelitian yang
masyarakat Bugis Bone.Sebagian
penulis peroleh di lapangan, terdapat dua
masyarakat Bugis Bone masih
dampak positif dan satu dampak negatif
memperhatikan dalam mencari jodoh
yang ditimbulkan dari perkawinan
dilihat dari kedekatan kekerabatan dalam
endogami (Siala Massapposiseng) pada
keluarga. Masyarakat berharap dengan
masyarakat Bugis Bone, yaitu:
mengawinkan anaknya dengan saudara
1)terjadinya keeratan tali persaudaraan
sepupu dapat menjaga harta kekayaan
(kekeluargaan). Perkawinan endogami
atau harta warisan, agar jatuh pada anak-
merupakan perwujudan kesinambungan
anaknya dan saudaranya sendiri, mereka
relasi antara keluarga. Dengan demikian,
tidak ingin kalau hartanya jatuh pada
perkawinan ini dengan sendirinya akan
orang lain di luar keluarga mereka.
mempererat relasi mereka.
Apalagi jika di dalam keluarga tersebut
masih memiliki kekurangan yang sudah Dampak dari perkawinan
sepatutnya tertutupi dengan hadirnya endogami tidak hanya mempersatukan
pasangan yang mapan dari keluarga dua pasangan, tetapi juga berdampak
sendiri. mengeratkan tali persaudaraan di antara
keluarga keduanya yang masih
Keempat faktor orientasi spasial
mempunyai hubungan ketunggalan
(kewilayahan), hasil penelitian
leluhur, 2)terjaganya harta kekayaan
menunjukkan ‘orientasi spasial
(warisan). Sejarah awal perkawinan
(kewilayahan)’ juga merupakan salah
endogami ini sangat erat kaitannya
satu faktor yang melatarbelakangi
dengan masalah kekayaan.Dahulu, jika
perkawinan endogami terjadi pada
saudara ibu maupun saudara ayah
masyarakat Bugis Bone.Sebagian
memiliki kekayaan, maka mereka
masyarakat Bugis Bone masih
berusaha mempertahankan kekayaan
memperhatikan dalam mencari jodoh
mereka supaya tidak dimiliki oleh pihak
dilihat dari kedekatan kekerabatan dalam
luar, tetapi oleh keluarga dekat.Oleh
keluarga.Masyarakat berharap dengan

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|45

sebab itu, mereka berusaha membujuk Massapposiseng) menurut adat Bugis


bahkan memaksa anak-anak mereka Bone merupakan perkawinan yang ideal
untuk melakukan perkawinan dengan alasan bahwa perkawinan ini
ini.Kekayaan dipandang sebagai penentu menimbulkan banyak dampak positif,
harga diri atau kehormatan dan sesuatu yakni dapat menjalin keeratan
yang sulit didapatkan.Banyak orang yang kekeluargaan, mempertahankan
bekerja keras untuk memperoleh kemurniaan keturunan dan warisan, serta
kekayaan, tetapi tidak semua orang hubungan kekerabatan juga terjalin
berhasil memperolehnya.Menjaga dengan baik. Meskipun pendapat seorang
kemurniaan kekayaan merupakan Tokoh Adat (Andi Baso Bone) berlainan
dampak yang ditimbulkan dari dengan pendapat kedua Tokoh Adat
perkawinan endogami. Harta kekayaan tersebut; pada intinya perkawinan ini
tidak kemana-mana ketika jodoh berasal terjadi dengan tujuan mendapatkan
dari lingkup keluarga sendiri, turunan yang unggul (Wija
3)terjadinya kecacatan fisik atau mental Ampijangeng).Namun demikian,
pada keturunan dari pasangan pelaku perkawinan ini juga pada hakikatnya
endogami. Adanya keturunan yang mendapatkan keturunan bukan berasal
mengalami kecatatan fisik atau mental dari luar keturunan atau keluarga.
yang dihasilkan dari pasangan pelaku
Berdasarkan hasil wawancara
endogami yang terjadi di wilayah Bone
yang telah dilakukan, maka dapat
sangat jarang ditemukan.Inilah yang
disimpulkan bahwa perkawinan
menyebabkan para pelaku endogami
endogami (Siala Massapposiseng)
cenderung mem-pertahankan tradisi
menurut hukum Adat Bugis Bone
perkawinan tersebut karena dampak
memiliki banyak kelebihan daripada
positif yang lebih mendominasi.
kekurangan yang ditimbulkan.
Pandangan Hukum Adat Tentang Kemungkinan timbulnya dampak negatif
Praktik Perkawinan Endogami Pada pada kecacatan fisik atau mental yang
Masyarakat Bugis Bone
terjadi pada keturunan diperkirakan
Dua Tokoh Adat (Drs. Asmat karena pasangan yang dikawinkan belum
Riady Lamallongeng dan Andi mencapai usia dewasa dan
Najamuddin Pt. Ile) menyetujui bahwa mengakibatkan terjadinya hal tersebut.
perkawinan endogami (Siala Akan tetapi, dampak negatif adanya

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


46|Nenni Rahman

kecacatan fisik atau mental sangat jarang



terjadi.Dampak positif dari perkawinan
ini lebih mendominasi dibandingkan 

dampak negatif yang ditimbulkan.



Meskipun mungkin bisa saja terjadi
kecacatan fisik atau mental pada 

keturunan atau dampak negatif lainnya, 


namun hal ini tidak menyurutkan
pendirian sebagian masyarakat Bugis 

Bone untuk tetap melakukan tradisi atau 


adat yang diwariskan para penghulu adat

terdahulu, yakni perkawinan Siala
Massapposiseng. 

Pandangan Hukum Islam Tentang 


Praktik Perkawinan Endogami Pada
Masyarakat Bugis Bone 
Untuk mengetahui lebih lanjut

hukum mengawini saudara sepupu, maka
dalam hal ini penulis akan mengambil 

dasar hukum tentang orang-orang yang



haram dikawini berdasarkan al-Qur’an
dalam QS. al-Nisa (4) ayat 22-24. Suatu 

perkawinan yang tidak dilarang dalam al- 


Qur’an, maka boleh
dilaksanakan.Sebenarnya, perkawinan Terjemahnya:(22) “Dan janganlah kamu

endogami tidak dijelaskan secara kawini wanita-wanita yang telah

langsung, tetapi secara implisit dijelaskan dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada

dalam ayat yang dimaksud, yakni dalam masa yang telah lampau. Sesungguhnya

QS.al-Nisa (4) ayat 22-24. perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah
dan seburuk-buruk jalan (yang
ditempuh).” (23) “Diharamkan atas kamu
(mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|47

yang perempuan; saudara-saudaramu maharnya (dengan sempurna) sebagai


yang perempuan, saudara-saudara suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa
bapakmu yang perempuan; saudara- bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu
saudara ibumu yang perempuan; anak- telah saling merelakannya, sesudah
anak perempuan dari saudara-saudaramu menentukan mahar itu.Sesungguhnya
yang laki-laki; anak-anak perempuan dari Allah Maha Mengetahui lagi Maha
saudara-saudaramu yang perempuan; Bijaksana.”(Departemen Agama RI,
ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara 1418 H:81-82)
perempuan sepersusuan; ibu-ibu istrimu
Ayat di atas menunjukkan
(mertua); anak-anak istrimu yang dalam
perempuan-perempuan yang haram
pemeliharaanmu dari istri yang telah
dikawini yaitu: karena adanya hubungan
kamu campuri, tetapi jika kamu belum
darah (pertalian nasab atau keturunan),
campur dengan istrimu itu (dan sudah
karena adanya hubungan perkawinan,
kamu ceraikan), maka tidak berdosa
baik yang dilakukan oleh ayah, diri
kamu mengawininya; (dan diharamkan
sendiri, atau anak, karena hubungan
bagimu) istri-istri anak kandungmu
persusuan, dan larangan mengawini
(menantu); dan menghimpunkan (dalam
perempuan yang bersuami. Selain karena
perkawinan) dua perempuan yang
hubungan nasab, dalam QS.al-Nisa (4)
bersaudara, kecuali yang telah terjadi
ayat 23 juga melarang melakukan
pada masa lampau; Sesungguhnya Allah
perkawinan karena hubungan musaharah,
Maha Pengampun lagi Maha
yaitu: ibu istri (mertua), anak tiri
Penyayang.” (24) “Dan (diharamkan juga
perempuan yang ibunya sudah
kamu mengawini) wanita yang bersuami,
dicampuri, istri anak kandung atau istri
kecuali budak-budak yang kamu miliki
cucu, istri bapak (ibu tiri), istri kakek,
(Allah telah menetapkan hukum itu)
dan seterusnya ke atas.
sebagai ketetapan-Nya atas kamu; dan
dihalalkan bagi kamu selain yang Selanjutnya, yang dilarang
demikian (yaitu) mencari istri-istri melakukan perkawinan dalam QS.al-Nisa
dengan hartamu untuk dikawini bukan (4) ayat 23, yaitu: adanya hubungan
untuk berzina. Maka istri-istri yang telah persusuan: ibu susuan dan selanjutnya ke
kamu nikmati (campuri) di antara atas, anak perempuan dari ibu susuan,
mereka, berikanlah kepada mereka saudara perempuan sesusuan (yaitu:

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


48|Nenni Rahman

saudara perempuan dari bapak susuan ‫اﻟﺘﱠﺤْ ِﺮﯾ ِْـﻢ‬ ‫ﻋ َﻠـﻰ‬


َ ‫( ِﻟ ْﯿ ُﻞ‬Saebani, 2009:
dan ibu susuan), anak perempuan saudara 223)Namun demikian, tidak secara
laki-laki sesusuan, dan anak perempuan otomatis ‘urf (adat) itu menjadi hukum,
saudara perempuan sesusuan, dan melainkan masih terus pengkajian dalam
seterusnya ke bawah karena nasab berbagai hal. ‘Urf secara harfiah yaitu
maupun karena susuan, anak perempuan suatu keadaan, ucapan, perbuatan, atau
susuan dari istri jika ibunya sudah ketentuan yang telah dikenal manusia
dicampuri. dan telah menjadi tradisi untuk
melaksanakannya atau
Dari uraian tersebut dapat
meninggalkannya.‘Urf sering disebut
diketahui bahwa menurut syariat Islam
sebagai adat.(Syafe'i, 2007:128)Akan
tidak ada halangan bagi laki-laki dan
tetapi, adat lebih umum daripada ‘urf
perempuan yang terikat tali hubungan
karena adat kadang-kadang terdiri dari
persaudaraaan sepupu melangsungkan
adat perorangan atau bagi orang tertentu,
perkawinan. Jadi, perkawinan endogami
sehingga hal ini tidak bisa dinamakan
(Siala Massappo-siseng), baik sesama
‘urf dan kadang-kadang terdiri dari adat
anak paman atau anak bibi; boleh kawin
masyarakat. Inilah yang disebut ‘urf, baik
satu sama lain dan perkawinannya sah.
bersifat umum maupun khusus.(Umam,
Selain itu, penulis mencari dalil- 2000:159)
dalil yang berkaitan dengan perkawinan
Jika dilihat dari segi cakupannya,
endogami dan menurut hadis hanya
perkawinan endogami (Siala Massappo-
dijelaskan tentang nikah mut’ah, nikah
siseng) dalam adat Bugis Bone termasuk
muhallil, dan nikah syighar.Oleh karena
kategori al-‘Urf al-Khas (kebiasaan yang
itu, dapat disimpulkan bahwa perkawinan
bersifat khusus) karena tidak berlaku
endogami adalah perkawinan yang terjadi
univesal.Oleh karena perkawinan
pada sebagian masyarakat Bugis Bone
endogami (Siala Massapposiseng) ini
semata-mata ‘urf atau adat.(Haddise,
tidak terdapat dalam nas, maka untuk
2012: 52)Berkaitan dengan ‘urf terdapat
mengetahui ‘urf tersebut boleh atau tidak,
kaidah fiqhiyah, yang berbunyi: ُ ‫ا َ ْﻟﻌَـﺎدَة‬
maka penulis mencari aspek maslahah
ٌ‫( ُﻣ َﺤ ﱠﻜ َﻤـﺔ‬Saebani, 2009:213)Terdapat pula
dan madarat dengan mempertimbangkan
kaidah yang berkaitan dengan adat, yang
Maqasid al-Syari’ah.
berbunyi: ‫أﻹﺑـَﺎ َﺣﺔُ َﺣﺘﱠـﻰ َﯾﺪُلﱠ اﻟﺪﱠ‬
ِ ْ ِ‫ﺸ ْﻲء‬
‫ِـﻲ اﻟ ﱠ‬ ْ ‫ْاﻷ‬
ْ ‫ﺻ ُﻞ ﻓ‬

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|49

Maqasid al-Syari’ah bermaksud perkawinan ini tidak akan mengakibatkan


mencapai, menjamin, dan melestarikan hancurnya kehidupan masyarakat Bugis
kemaslahatan bagi umat manusia, Bone. Oleh karena itu, perkawinan
khususnya umat Islam. Dalam Maqāṣid endogami (Siala Massappo-siseng) itu
al-Syarī’ah terdapat tiga skala prioritas hukumnya mubah (boleh).
yang berbeda, tetapi saling melengkapi,
Tidak lepas dari tujuan syariah
yaitu: al-Ḍaruriyyat, al-Hajjiyat, dan al-
yaitu kemaslahatan atau kesejahteraan
Tahsiniyyat. Al-Ḍaruriyyat (tujuan-
umat manusia, baik untuk jangka pendek
tujuan primer) yakni tujuan yang harus
maupun jangka panjang.Dalam Islam
ada. Jika tidak, maka akan
dibolehkan melakukan perkawinan
mengakibatkan hancurnya kehidupan
apabila perkawinan itu membawa ke arah
secara total. Al-Ḍaruriyyat ini ada lima,
kebaikan dan perbaikan. Sebagaimana
yaitu: agama, jiwa, akal, harta, dan
َ ‫دَ ْر ُء ْاﻟ َﻤـﻔـَﺎ ِﺳ ِﺪ ُﻣﻘَﺪﱠ ٌم‬
dalam kaidah fiqhiyah: ‫ﻋـﻠَﻰ‬
keturunan. Al-Hajjiyyat (tujuan-tujuan
‫ﺢ‬
ِ ِ‫ﺼـﺎﻟـ‬ ِ ‫( َﺟ ْﻠ‬Rahman, 1983, hal. 75)
َ ‫ﺐ اْﻟ َﻤ‬
sekunder) yakni sesuatu yang dibutuhkan
manusia untuk mempermudah mencapai (Rahman, 1983: 75)‫ﱠـﺮ ُرﯾُـﺰَ ا ُل‬
َ ‫اﻟﻀ‬
kepentingan-kepentingan yang termasuk
Menurut adat, perkawinan
ke dalam kategori al-Ḍaruriyyat.
endogami (Siala Massapposiseng)yang
Selanjutnya, Al-Tahsiniyyat (tujuan-
terjadi pada masyarakat Bugis Bone
tujuan tertier) yakni sesuatu yang
merupakan perkawinan yang ideal,
kehadirannya bukan niscaya atau
sedangkan menurut Islam perkawinan ini
dibutuhkan, tetapi bersifat akan
bukanlah perkawinan yang ideal. Akan
memperindah proses perwujudan
tetapi, perkawinan ini dibolehkan selama
kepentingan al-Ḍaruriyyat dan al-
tidak terdapat larangan dalam nas, baik
Hajjiyyat.(Umam, 2000:160-166)
al-Qur’an maupun al-Hadis.
Perkawinan endogami (Siala
Menurut Prof. Dr. H. Syarifuddin
Massapposiseng) tidak termasuk ke
Latif, M.HI.:“Perkawinan Siala
dalam kategori al-Ḍaruriyyat, tetapi
Massappo-siseng itu boleh-boleh saja;
hanya masuk kategori al-Hajjiyyat
selama tidak ada larangan dalam Islam.
karena dibutuhkan masyarakat Bugis
Perjodohan dalam perkawinan ini
Bone untuk mempermudah kesejahteraan
hanyalah sekedar jalan dalam
rumah tangga. Tidak adanya larangan
menyatukan hubungan kekerabatan.

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


50|Nenni Rahman

Perjodohan yang terjadi karena orang tua 2015) bahwasanya perkawinan endogami
cepat-cepat mengawinkan anaknya di (Siala Massapposiseng) memang didasari
usia muda dengan keluarga terdekat perjodohan yang kebayakan dilakukan
mereka sendiri karena pada dasarnya orang tua perempuan. Alasannya, tidak
mereka khawatir anak mereka akan jadi lain karena mereka tidak menginginkan
perawan tua. Mereka lebih bangga anak perempuan mereka akan jadi
dengan sebutan ‘janda muda’ daripada perawan tua. Olehnya itu, mereka segera
nanti anaknya akan menjadi perawan menjodohkan anak perempuan mereka
tua.”(Latif, 2015) dengan sepupu anaknya (anak laki-laki
dari saudara orang tua perempuan).
Menurut H. Abd. Azis D., S.Ag.,
M.Si., yang menyatakan bahwa:“Semua Lain halnya yang disampaikan
perkawinan adalah sah jika tidak terdapat oleh H. Abustang, S.Ag., M.Si., yang
larangan dalam Islam (al-Qur’an). menyatakan bahwa:“Perkawinan
Perkawinan endogami dapat dikatakan endogami (Siala Massapposiseng) ini
perkawinan yang ideal selama tidak ada memang tidak dilarang dalam Islam.
masalah yang ditimbulkan dari Akan tetapi, kebanyakan orang yang
perkawinan tersebut. Perkawinan yang tidak menyetujui dan tidak mau
dilakukan secara sah dan perkawinan melakukan perkawinan ini dikarenakan
yang menghasilkan keturunan yang baik mereka masih merasakan ikatan
merupakan perkawinan yang ideal. persaudaraan yang sangat dekat dan
Perkawinan Siala Massapposiseng ini perkawinan ini kebanyakan berdasar
kebanyakan didasari perjodohan karena pada perjodohan. Perjodohan identik
terjadi atas kemauan orang tua. Pada dengan paksaan dan sesuatu yang
dasarnya, orang tua perempuan khawatir dipaksa tidaklah baik.(Abustang, 2015)
anaknya akan jadi perawan tua. Oleh
Dengan demikian, dapat
karena itu, mereka menjodohkan anak
disimpulkan bahwa perkawinan
mereka di usia muda.(Azis D., 2015)
endogami adalah perkawinan yang sah
Pendapat-pendapat tersebut juga karena tidak terdapat larangan dalam
disepakati oleh Drs. H. Sudirman D, Islam. Indikatornya, lima informan
M.Ag.,(H. Sudirman D., 2015.) dan H. mengatakan perkawinan endogami
Muh. Sabran, S.Ag., M.Pd.I.(Sabran, adalah perkawinan yang sah karena tidak

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|51

terdapat larangan dalam Islam (al- penyakit genetik dengan sifat autosomal
Qur’an). Di samping itu, kebanyakan recessive adalah orang-orang sehat yang
perkawinan endogami dilakukan tidak menunjukkan gejala-gejala apapun,
didasarkan atas perjodohan yang walaupun dalam gennya terdapat
dilakukan orang tua perempuan untuk kerusakan. Jika orang ini kawin dengan
mencegah kekhawatiran terjadinya orang lain yang gennya tidak rusak, maka
‘perawan tua’ anak perempuan mereka. tidak akan ada diantara keturunannya
Indikatornya, empat informan yang menderita penyakit tersebut. Akan
mengatakan kebanyakan perkawinan tetapi, gen yang rusak tadi akan terus
endogami terjadi karena orang tua diturunkan pada generasi berikutnya
(keluarga) kerap mencarikan jodoh yang juga akan tetap sehat karena hanya
anaknya di dalam lingkup keluarganya akan jadi pembawa (carrier). Jika dua
sendiri. orang dengan gen yang rusak menikah,
barulah terdapat risiko memiliki anak
Di samping itu, selain dari pelaku
yang sakit. Pertemuan kedua orang yang
endogami; sebagian besar masyarakat
memiliki gen yang samadan rusak,
Bugis Bone yang memilih untuk kawin
risikonya sangat besar pada perkawinan
dengan kerabat jauh; memiliki alasan
antarsaudara (sampai sejauh sepupu II -
sendiri. Alasannya, perkawinan
great grandparents yang sama). Hal ini
endogami (Siala Massapposiseng)
disebabkan karena semakin dekat
dikhawatirkan akan menghasilkan
kekerabatan dua orang, maka semakin
keturunan yang lemah, sebagaimana
besar kemungkinannya memiliki urutan
dibenarkan oleh para dokter.
DNA yang mirip termasuk juga semakin
Menurut dr. Teguh Haryo besar kemungkinannya memiliki
Sasongko, PhD.(Sasongko, 2012) kerusakan gen yang sama. Di sini
mengatakan “Yang perlu dipahami sulitnya mendeteksi. Jika dalam sebuah
mengenai ilmu pengetahuan genetik keluarga (dengan great grandparents
dalam kaitan perkawinan antar saudara yang sama) jarang atau tidak pernah
sepupu bahwa risiko terbesar terkait terjadi perkawinan antar-saudara, maka
dengan penyakit-penyakit autosomal akan sangat sulit menemukan
recessivedan risiko yang terkait dengan kemungkinan anggota keluarga yang
gen-gen tertentu.Pembawa (carrier) menderita kerusakan gen, sehingga

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


52|Nenni Rahman

seolah-olah baik-baik saja, padahal



tersembunyi. Terdapat sekitar 25.000-
30.000 gen dalam tubuh manusia. Tidak 

mungkin melakukan scanning


Terjemahnya:“Tidak ada sesuatu
keseluruhan gen itu untuk menyingkirkan
musibahpun yang menimpa seseorang
atau mengidentifikasi semua
kecuali dengan izin Allah; dan
kemungkinan kelainan yang ada.Yang
barangsiapa yang beriman kepada Allah
paling mungkin dilakukan adalah kedua
niscaya Dia akan memberi petunjuk
pasangan sama-sama berusaha meng-
kepada hatinya. Dan Allah Maha
identifikasi jika terdapat diantara anggota
mengetahui segala sesuatu.(Departemen
keluarga yang menderita penyakit
Agama RI, 1418 H: 941)
genetiktertentu.(Sasongko, 2012)
Menurut Prof. DR. H. Syarifuddin
Hal ini sangat erat kaitannya
Latif, M.HI.“Tidak diuraikan secara
mengenai hal buruk yang bisa saja terjadi
langsung dalam QS. al-Nisa (4) ayat 22-
pada pelaku perkawinan endogami dan
24 mengenai pembolehan untuk kawin
keturunannya, seperti: IQ rendah, cacat
antar sepupu (Siala Massapposiseng).
fisik atau mental, mendapat penyakit
Al-Qur’an secara tidak langsung
yang sulit disembuhkan, atau lainnya.
memberi peluang untuk orang-orang
Pada kenyataannya, para pelaku
melakukan perkawinan endogami. Lain
endogami masyarakat Bugis Bone tidak
daripada itu, riwayat Sayyidina Umar
semua perkawinan endogami tersebut
ra., dan pendapat Imam Syafi’i
menghasilkan keturunan cacat fisik atau
menganjurkan untuk kawin dengan
lemah mental, bahkan prosentasinya
kerabat jauh dengan alasan perkawinan
relatif kecil dibandingkan perkawinan
ini bisa saja menghasilkan cacat
endogami yang menghasilkan keturunan
keturunan (keturunan lemah) apabila
normal. Dalam Islam diyakini bahwa
kawin dengan kerabat dekat. Ini
semua hal buruk berupa musibah yang
memerlukan pembuktian lebih lanjut
menimpa seseorang merupakan kehendak
(sebab-sebab apa saja yang menyebabkan
Allah, sebagaimana firman-Nya dalam
munculnya penganjuran tersebut?).
QS.al-Taghabun (64) ayat 11:
Barangkali pada saat itu, sedang terjadi
kondisi lingkungan tempat tumbuh dan

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|53

lingkungan yang buruk (gizi buruk), atau pada kesimpulan bahwa masalah genetik
pemeliharaan kebersihan dan kesehatan pada spesies dan individu-individu
yang kurang terjaga, atau makanan yang manusia dan bahkan pada hewan dan
dikonsumsi ibu pada saat mengandung tumbuhan adalah sesuatu yang tidak
tidak diperhatikan atau bahkan dapat dipungkiri keberadaannya. Hingga
kemungkinan pada saat itu orang yang kini mereka terus melanjutkan penelitian
melakukan perkawinan endogami mereka. Namun demikian, maksud dari
merupakan orang masih berada di bawah perkataan para ilmuwan ini bukan berarti
usia kawin, sehingga tidak diragukan bahwa karakteristik-karakteristik yang
semua itu sangat memberikan pengaruh terdapat pada sperma kedua orang tua
pada munculnya potensi-potensi kelainan adalah satu-satunya sebab bagi berbagai
genetik seorang anak.”(Latif, 2015) sifat dan karakteristik yang ada pada diri
seorang anak; sementara faktor-faktor
Menurut al-Qur’an yang telah
lain, seperti: lingkungan dan pendidikan
dijelaskan sebelumnya, perkawinan
tidak mempunyai pengaruh terhadapnya.
endogami memang tidak dilarang. Akan
Justru sifat-sifat tersebut dapat muncul
tetapi, penting untuk menjadi perhatian
dan berkembang memerlukan lingkungan
setiap Muslim alasan yang menjadi
yang sesuai. Dengan kata lain, pada
penekanan dan atau anjuran untuk kawin
akhirnya lingkunganlah yang
dengan bukan kerabat yang diriwayatkan
menentukan nasib berbagai sifat dan
dari Sayyidina Umar ra., dan didukung
potensi tersebut.
dengan pendapat Imam Syafi’i. Anjuran
ini mungkin dimaksudkan untuk Hukum genetik mengatakan
memperluas tali silaturahim (memperluas bahwa yang menjadi sumber semua sifat
kekeluargaan), atau faktor usia kawin, dan karakter turunan individu manusia
atau menjauhi kemungkinan sesusuan ialah potensi-potensi yang terdapat pada
(ketika kecil disusukan oleh ibu yang gen-gen sperma kedua orangtua, namun
sama), atau faktor lingkungan dan ia tidak mengingkari pengaruh dan peran
kesehatan, dan lain-lain. faktor-faktor lain yang salah satunya
adalah faktor lingkungan. Pada akhirnya,
Para ahli ilmu genetik telah
untuk dapat menampakkan pengaruhgen-
melakukan berbagai penelitian dan
gen tersebut membutuhkan lingkungan
percobaan secara mendalam dan sampai
dan makanan yang sesuai. Dikarenakan

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


54|Nenni Rahman

janin mendapat makanan dari makanan lagi bahwa faktor-faktor ini juga sangat
ibu, maka semua yang dimakan ibu akan memberikan pengaruh pada munculnya
memberikan pengaruh kepada cara dan potensi-potensi genetik seorang anak.
bentuk kemunculan potensi-potensi yang Manusia merupakan produk interaksi
dimilikinya. Sebagai contoh, melalui antara potensi-potensi genetik dengan
sperma kedua orangtua sebuah gen yang kondisi lingkungan tempat ia tumbuh dan
akan menyebabkan rambut berwarna berkembang.
hitam berpindah kepada janin, namun
Di dalam Undang-Undang No. 1
gen tersebut tidak lebih hanya sebuah
Tahun 1974 Tentang Perkawinan Bab II
potensi yang untuk dapat tumbuh aktual;
Syarat-syarat Perkawinan dalam Pasal 7
ia memerlukan lingkungan dan kondisi
Ayat (1) tentang Usia Kawin, disebutkan
yang sesuai. Bukan berarti bahwa dalam
bahwa:“Perkawinan hanya diizinkan bila
semua keadaan gen tersebut memberikan
pihak laki-laki mencapai umur 19
efek yang sama. Bisa jadi disebabkan
(sembilan belas) tahun dan pihak
makanan yang dikonsumsi rambutnya
perempuan sudah mencapai usia 16
menjadi hitam legam atau hanya
(enam belas) tahun.”(Undang-Undang
kehitam-hitaman, atau dapat juga pada
Perkawinan, 2008:462)
beberapa kondisi tertentu menjadi
berwarna hitam kecokelat-cokelatan. Dalam Pasal 8 Undang-Undang
Oleh karena itu, hukum genetik tidak No. 1 Tahun 1974 disebutkan tentang
mengatakan bahwa sifat dan karakter larangan perkawinan untuk
setiap individu telah ditentukan pada dilangsungkan.
sperma kedua orang tua dan sama sekali
Pasal 8:Perkawinan dilarang antara dua
tidak dapat berubah, dan untuk dapat
orang yang: 1)Berhubungan darah dalam
tumbuh dan berkembangnya tidak
garis keturunan lurus ke bawah maupun
memerlukan faktor-faktor lain. (Amini,
keatas; 2)Berhubungan darah dalam garis
2015)
keturunan menyamping yaitu
Pemeliharaan kebersihan dan antarasaudara, antara seorang dengan
kesehatan, makanan yang dikonsumsi ibu saudara orang tua dan antara
pada saat mengandung, pemberian air seorangdengan saudara neneknya;
susu ibu, dan kondisi lingkungan tempat 3)Berhubungan semenda, yaitu mertua,
tumbuh dan berkembang tidak diragukan anak tiri, menantu dan ibu/bapaktiri;

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|55

4)Berhubungan susuan, yaitu orang tua Dengan kata lain, perkawinan ini bisa
susuan, anak susuan, saudara susuandan saja terjadi antar sepupu sekali (Siala
bibi/paman susuan; 5)Berhubungan Massapposiseng), atau perkawinan
saudara dengan istri atau sebagai bibi sepupu dua kali (Siala Massappokadua),
atau kemenakan dariistri, dalam hal atau sepupu tiga kali (Siala
seorang suami beristri lebih dari seorang; Massappokatellu).
6)Mempunyai hubungan yang oleh
Pada dasarnya, dalam QS. al-Nisa
agamanya atau peraturan lain
(4) ayat 22-24 memberikan peluang dan
yangberlaku dilarang kawin.”(Undang-
tidak ada pelarangan untuk dilakukan
Undang Perkawinan, 2008: 462)
perkawinan endogami. Hal ini juga
Hukum perundang-undangan sejalan dengan hukum adat yang berlaku
diperlukan untuk menjaga ketertiban di wilayah Bugis Bone. Hanya saja
dalam kehidupan bernegara, meski di sisi masyarakat Bugis Bone harus melihat
lain hukum berarti dibatasinyahak-hak dan memperhatikan calon mempelai yang
individu dan membuat orang harus menjadi pilihannya. Begitupun dalam
meng-kompromikan kepentingan- Undang-Undang Perkawinan No. 1
kepentingannya.Bisa dikatakan bahwa Tahun 1974 tidak melarang perkawinan
ada reduksi keadilan dalam rumusan antar sepupu. Di dalam undang-undang
hukum.Kepentingan tersebutbisa dalam ini menjelaskan tentang batas usia kawin
bentuk kepentingan ekonomis,politis, yang patut diperhatikan oleh orang-orang
budaya, dan bahkan kepentingan yang akan melangsungkan perkawinan
religius.(Binawan, 2004) dan ini dijelaskan dalam Pasal 7 Undang-
Undang Perkawinan, serta Pasal 8 yang
Masyarakat Bugis Bone
menjelaskan tentang larangan
merupakan masyarakat adat yang
perkawinan.
memiliki sistem perkawinan tertentu
yang berbeda dengan daerah lain. Islam hanya mengharamkan
Mengenai sistem perkawinan masyarakat perkawinan antar keluarga derajat
Bugis Bone, mereka termasuk kategori pertama, seperti: antar saudara
endogami, yaitu perkawinan antar sekandung (seibu sebapak, seibu maupun
seorang laki-laki dengan perempuan yang sebapak), antar bibi dengan keponakan,
sekeluarga atau sesuku dengannya. dan antar paman dengan keponakan.

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


56|Nenni Rahman

Kemudian, kepada orangtua yang telah perintah ataupun larangan untuk


menghasilkan anak yang cacat; mereka melakukan perkawinan endogami yang
dianjurkan supaya sebelum mempunyai ditetapkan dalam QS. al-Nisa (4) ayat 22-
anak lagi hendaknya terlebih dahulu 24. Selain itu, dalam hadiṡ hanya
berkonsultasi kepada seorang ahli dijelaskan tentang nikah mut’ah, nikah
genetik, mengemukakan masalah muhallil, dan nikah syighar. Oleh karena
mereka, dan melaksanakan nasihat- itu, dapat disimpulkan bahwa perkawinan
nasihat yang diberikansupaya tidak endogami adalah perkawinan yang terjadi
terjadi lagi kelahiran keturunan cacat dari pada sebagian masyarakat Bugis Bone
mereka. semata-mata ‘urf atau adat. Menurut
Islam, perkawinan ini dibolehkan atau
Menurut adat Bugis Bone, sanksi
merupakan perkawinan yang sah, namun
dari pelanggaran terhadap penolakan
dianjurkan untuk melakukan perkawinan
perkawinan endogami, seperti: pelaku
dengan seseorang yang tidak ada ikatan
diusir dan tidak diakui oleh keluarga
keluarga, agar tali silaturahim menjadi
karena enggan untuk mengikuti kemauan
lebih luas. Adapun berkaitan dengan
orang tua, pihak laki-laki ataupun pihak
penyakit genetik (jika teori itu benar),
perempuan bisa saja dibunuh apabila
sebaiknya seseorang tidak kawin dengan
kawin dengan orang bukan pilihan
sepupu atau yang masih ada keluarga.
keluarga. Perkawinan endogami dahulu
Jika ada yang kawin antar sepupu, tetap
membuat masyarakat tidak berkembang,
sah apapun dan bagaimana pun akibatnya
namun saat ini masyarakat sudah
secara kesehatan karena tidak ada nas
berkembang, sehingga masyarakat sudah
yang melarang perkawinan antar sepupu.
bertambah banyak dan sulit membedakan
sesuku atau tidak. Seiring perkembangan Pada dasarnya, dalam QS.al-Nisa
zaman, tradisi demikian telah banyak (4) ayat 22-24 memberikan peluang dan
bergeser. Selain itu, persoalan perdata tidak ada pelarangan untuk dilakukan
dan pidanakini telah diatur berdasarkan perkawinan endogami. Hal ini juga
undang-undang yang berlaku di sejalan dengan hukum adat yang berlaku
Indonesia. di wilayah Bugis Bone.Hanya saja
masyarakat Bugis Bone harus melihat
Dengan demikian, keterangan di
dan memperhatikan calon mempelai yang
atas menunjukkan bahwa tidak ada
menjadi pilihannya.Begitupun dalam

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|57

Undang-Undang Perkawinan No. 1 kawin dengan orang bukan pilihan


Tahun 1974 tidak melarang perkawinan keluarga. Perkawinan endogami dahulu
antar sepupu. Di dalam undang-undang membuat masyarakat tidak berkembang,
ini menjelaskan tentang batas usia kawin namun saat ini masyarakat sudah
yang patut diperhatikan oleh orang-orang berkembang, sehingga masyarakat sudah
yang akan melangsungkan perkawinan bertambah banyak dan sulit membedakan
dan ini dijelaskan dalam Pasal 7 Undang- sesuku atau tidak.Seiring perkembangan
Undang Perkawinan, serta Pasal 8 yang zaman, tradisi demikian telah banyak
menjelaskan tentang larangan bergeser.Selain itu, persoalan perdata dan
perkawinan.Islam hanya mengharamkan pidana kini telah diatur berdasarkan
perkawinan antar keluarga derajat undang-undang yang berlaku di
pertama, seperti: antar saudara Indonesia.
sekandung (seibu sebapak, seibu maupun
Dengan demikian, keterangan di
sebapak), antar bibi dengan keponakan,
atas menunjukkan bahwa tidak ada
dan antar paman dengan keponakan.
perintah ataupun larangan untuk
Kemudian, kepada orang tua yang telah
melakukan perkawinan endogami yang
menghasilkan anak yang cacat; mereka
ditetapkan dalam QS.al-Nisa (4) ayat 22-
dianjurkan supaya sebelum mempunyai
24. Selain itu, dalam hadiṡ hanya
anak lagi hendaknya terlebih dahulu
dijelaskan tentang nikah mut’ah, nikah
berkonsultasi kepada seorang ahli
muhallil, dan nikah syighar.Oleh karena
genetik, mengemukakan masalah
itu, dapat disimpulkan bahwa perkawinan
mereka, dan melaksanakan nasihat-
endogami adalah perkawinan yang terjadi
nasihat yang diberikan supaya tidak
pada sebagian masyarakat Bugis Bone
terjadi lagi kelahiran keturunan cacat dari
semata-mata ‘urf atau adat. Menurut
mereka.
Islam, perkawinan ini dibolehkan atau
Menurut adat Bugis Bone, sanksi merupakan perkawinan yang sah, namun
dari pelanggaran terhadap penolakan dianjurkan untuk melakukan perkawinan
perkawinan endogami, seperti: pelaku dengan seseorang yang tidak ada ikatan
diusir dan tidak diakui oleh keluarga keluarga, agar tali silaturahim menjadi
karena enggan untuk mengikuti kemauan lebih luas. Adapun berkaitan dengan
orang tua, pihak laki-laki ataupun pihak penyakit genetik (jika teori itu benar),
perempuan bisa saja dibunuh apabila sebaiknya seseorang tidak kawin dengan

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


58|Nenni Rahman

sepupu atau yang masih ada perkawinan endogami akan


keluarga.Jika ada yang kawin antar menimbulkan efek yang baik dan anak-
sepupu, tetap sah apapun dan bagaimana anak mereka juga tidak mencari
pun akibatnya secara kesehatan karena pasangan di luar wilayah Bone. Selain
tidak ada nas yang melarang perkawinan faktor perjodohan; faktor yang
antar sepupu. melatarbelakangi terjadinya perkawinan
endogami ini, di antaranya: faktor
Simpulan
kemurniaan keturunan, faktor menjaga
Berdasarkan hasil penelitian, kemurniaan harta warisan, dan faktor
maka penulis dapat menyimpulkan kewilayahan. Dengan demikian, dari
beberapa intisari penting sesuai yang beberapa faktor yang melatarbelakangi
telah penulis dapatkan di lapangan pada terjadinya perkawinan endogami itu,
masyarakat Bugis Bone mengenai maka muncullah beberapa dampak yang
perkawinan endogami (Siala ditimbulkan, baik dampak positif
Massapposiseng), yaitu:Pertama,adanya maupun dampak negatif, namun dampak
praktik perkawinan endogami yang positif lebih mendominasi dibandingkan
terjadi pada masyarakat Bugis Bone dengan dampak negatif yang jarang
merupakan kebiasaan yang diturunkan terjadi. Dampak positif yang ditimbulkan
pada zaman dahulu hingga sekarang dari perkawinan ini, di antaranya:
masih ada sebagian masyarakat Bugis mempererat tali persaudaraan (hubungan
Bone yang masih menerapkan kekerabatan akan lestari), menjaga harta
perkawinan tersebut. Perkawinan kekayaan (harta kekayaan ataupun harta
endogami yang terjadi pada masyarakat warisan tetap dikelola oleh keluarga). Di
Bugis Bone merupakan perkawinan yang samping itu, dampak negatif yang
dilakukan oleh masyarakat yang masih ditimbulkan dari perkawinan ini adalah
mempunyai hubungan saudara dan masih lahirnya cacat keturunan, namun dari
tinggal dalam satu wilayah Bugis Bone. sekian banyak sampel pelaku endogami
Pada dasarnya, perkawinan endogami hanya satu pasangan pelaku endogami
yang terjadi pada masyarakat Bugis Bone yang terbukti melahirkan cacat
disebabkan adanya perjodohan yang keturunan.Asumsinya, hal ini terjadi
dilakukan oleh para orang tua. Mereka karena tidak adanya persilangan gen.
berpendapat dengan dilakukan

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|59

Kedua,pandangan hukum adat terjadi perselisihan paham sebab antara


mengenai perkawinan endogami (Siala yang satu dengan yang lain memegang
Massapposiseng) merupakan perkawinan prinsip kekeluargaan, dan (d) pembagian
yang ideal.Alasannya, perkawinan harta warisan tidak keluar dari keluarga
dianggap ideal yang dilakukan pada karena masih memiliki satu nenek.
masyarakat Bugis Bone terjadi jika Selanjutnya, kemungkinan timbul
seorang laki-laki maupun perempuan dampak negatif dari perkawinan ini bisa
mendapat jodohnya dalam lingkungan saja terjadi, namun jarang terjadi.Akan
keluarganya, baik dari pihak ibu maupun tetapi, tidak menutup kemungkinan bisa
dari pihak ayah.Perkawinan ideal terjadi karena adanya sesuatu yang di
menurut adat Bugis Bone, di antaranya: luar dugaan; biasanya terjadinya
a)Siala Massapposiseng, b)Siala kerenggangan antara orang tua dan atau
Massappo-kadua, c)Siala terjadi perceraian karena terdapat alasan
Massappokatellu. Para Tokoh Adat tertentu, sehingga pihak keluarga
memiliki kesamaan pendapat bahwa cenderung tidak akur. Namun demikian,
perkawinan endogami cenderung identik hal ini sebisa mungkin tidak terjadi
dengan perjodohan.Kebanyakan orang karena adanya prinsip yang selalu
tua yang memilihkan jodoh anaknya dipegang di antara kedua keluarga, yakni:
bukan anaknya yang memilih jodoh ‘prinsip kekeluargaan’, sehingga tidak
sendiri.Perkawinan endogami merupakan mudah terjadi perselisihan paham.
perkawinan yang sejak dahulu diterapkan Dengan demikian, dampak positif lebih
hingga sekarang masih diterapkan oleh banyak dibandingkan dampak negatif
sebagian masyarakat Bugis Bone.Selain yang ditimbulkan dari perkawinan Siala
itu, perkawinan dalam lingkungan Massapposiseng.
keluarga didasarkan atas menjaga
Ketiga, tidak ada nas dan
kemurniaan keturunan dan menjaga harta
perundang-undangan yang mengatakan
keluarga. Dengan demikian, dampak
bahwa perkawinan endogami itu haram
yang ditimbulkan, di antaranya: (a)
atau halal.Dengan demikian, pada
hubungan keluarga semakin dekat, (b)
dasarnya aturan tersebut adalah mubah
antara kedua belah pihak sudah saling
dan boleh dilakukan siapapun.Dalam
mengenal (suami-istri, keluarga suami
QS.al-Nisa (4) ayat 22-24 hanya
dan keluarga istri), (c) tidak mudah
menjelaskan perempuan-perempuan yang

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


60|Nenni Rahman

haram untuk dikawini. Dalam surah ini Bugis Bone semata-mata ‘urf atau adat.
tidak terdapat perintah atau pelarangan Menurut Islam, perkawinan ini
perkawinan endogami.Oleh karena itu, dibolehkan atau merupakan perkawinan
QS.al-Nisa (4) ayat 22-24 memberikan yang sah, namun dianjurkan untuk
peluang untuk dilakukannya perkawinan melakukan perkawinan dengan seseorang
endogami. Di sisi lain, terdapat riwayat yang tidak ada ikatan keluarga, agar tali
dari Sayyidina Umar ra., dan didukung silaturahim menjadi lebih luas. Adapun
oleh pendapat Imam Syafi’i tentang berkaitan dengan penyakit genetik (jika
penganjuran kawin dengan bukan kerabat teori itu benar), sebaiknya seseorang
dengan alasan jika kawin dengan kerabat tidak kawin dengan sepupu atau yang
dekat dapat menyebabkan cacat masih ada keluarga.Jika ada yang kawin
keturunan. Dalam hal ini, para pelaku antar sepupu, tetap sah apapun dan
endogami cenderung lebih berhati-hati bagaimana pun akibatnya secara
sebelum melakukan perkawinan antar kesehatan karena tidak ada nas yang
sepupu.Selain itu, perkawinan endogami melarang perkawinan tersebut.
yang terjadi pada sebagian masyarakat

Daftar Pustaka

Al-Usmani, M. Saleh dan A. Aziz Ibnu Muhammad Daud.Pernikahan Islami: Dasar Hukum
Hidup Berumah Tangga. t.tp.: Risalah Gusti. 1991.

A. Rahman, Asmuni. Qaidah-qaidah Fiqh (Qawӑidul Fiqhiyyah).Jakarta: Bulan Bintang. 1983.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya.Madinah al-Munawwarah: Mu’jma’ al-


Malik Fahd li Thiba al-Mushhaf asy-Syarif.1418 H.

Ghazali, Abd. Rahman.Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana. 2010.

Haddise, H. Uṣūl al-Fiqh: Wahyu dan Akal sebagai Sumber Hukum Islam. Watampone: Luqman
al-Hakim Press. 2012.

Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Indonesia, Menurut Perundangan, Hukum Adat,


Hukum Agama. Bandung: Mandar Maju. 1990.

Hadikusuma, Hilman. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju. 2003.

Hakim, Rahmat. Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 1999.

Hamid, Warno. Merajut Perkawinan Harmonis. Surabaya: Insan Cendekia. 1999.

Ibnu Mas’ud. Fiqih Mazhab Syafi’i. Bandung: Pustaka Setia. 2007.

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016


PERKAWINAN ENDOGAMI PERSPEKTIF HUKUM ADAT DAN HUKUM ISLAM ...|61

Ibrahim Amini, Ayatollah. “Pendidikan dan Faktor Genetik”, dalam


http://www.ibrahimamini.com/en/node/2081.27 Juli 2015.

Lamallongeng, Asmat Riady. Dinamika Perkawinan Adat Dalam Masyarakat Bugis


Bone.Penanggung Jawab Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab.Bone. 2007.

Nonci.Upacara Adat Istiadat Masyarakat Bugis. Makassar: CV. Karya Mandiri Jaya. 2002.

Saebani, Beni Ahmad.Fiqh Munakahat (Buku II). Bandung: Pustaka Setia. 2001.

Saebani, Beni Ahmad.Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia. 2009.

Sasongko, dr. Teguh Haryo. “Konsultasi Genetika”, dalam


http://health.detik.com/read/2012/03/22/114656/1874259/869/bolehkah-menikah-
dengan-sepupu. 10 Oktober 2015.

Setiady, Tolib. Intisari Hukum Adat Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan). Bandung: Alfabeta.
2013.

Sijaribu. “Perkawinan Sedarah”, dalam http://sijaribu.wordpress.com/2008/09/08/ perkawinan-


sedarah. 27 Juli 2015.

Soekanto.Meninjau Hukum Adat Indonesia.Jakarta: CV. Rajawali. 1985.

Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2012.

Suriyaman Mustari Pide, A. Hukum Adat Dahulu, Kini, dan Akan Datang. Jakarta: Kencana.
2014.

Syafe’i, Rachmat. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia. 2007.

Syarifuddin, Amir.Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Antara Fiqh Munakahat dan Undang-
Undang Perkawinan. Jakarta. 2006.

Syarifuddin Latif, H. Hukum Perkawinan di Indonesia (Buku I).t.tp.: CV. Berkah Utami. 2010.

Uman, Chaerul., dkk.. Ushul Fiqih I. Bandung: Pustaka Setia. 2000.

Undang-Undang Perkawinan, Kitab Undang-Undang Hukum PerdataBurgerlijk Wetboek.t.tp.:


Rhedbook Publisher. 2008.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Bab I Pasal 1. Surabaya: Arkola. t.th.

Van Dijk, R. Pengantar Hukum Adat Indonesia. Terj. Mr. A. Soehardi. Bandung: Mandar Maju.
2006.

Yahya, Syamsuddin. “Keserasian dan Pilihan” dalam


http://syamsuddinddi.blogspot.com/2014/11/makalah-kafaah-keserasian-dan-
pilihan_11.html, 16 Juli 2015.

Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II | No. 1


62|Nenni Rahman

Daftar Wawancara

Prof. DR. H. Syarifuddin Latif, M.HI., Guru Besar STAIN Watampone, “Wawancara”
oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 31 Mei 2015.

H. Abd. Azis D., S.Ag., M.Si, Kepala KUA Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone,
“Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 28 Mei 2015.

Drs. H. Sudirman D, M.Ag., Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bone, “Wawancara”


oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 28 Mei 2015.

H. Muh. Sabran, S.Ag., M.Pd.I., Kepala KUA Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone,
“Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 28 Mei 2015.

H. Abustang, S.Ag., M.Si., Kepala KUA Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone,
“Wawancara” oleh Penulis di Watampone, Kabupaten Bone, 27 Mei 2015.

AL-RISALAH| Januari -Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai