Anda di halaman 1dari 32

Sentra Peternakan Domba

Di Kabupaten Deli Serdang

Provinsi Sumatera Utara

i
KATA PENGANTAR

Puji sukur tim penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulisan proposal sentra peternakan domba di Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara ini terselesaikan.
Proposal ini memuat gambaran tentang pengembangan sentra peternakan domba di
Kabupaten Deli Serdang. Pengembangan suatu wilayah menjadi sentra peternakan harus
memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal terkait kelayakan lokasi yang jauh dari
pemukiman warga, ketersediaan pakan, air, pos kesehatan hewan, Rumah Potong Hewan
(RPH), rumah produksi, gudang pakan/ pabrik pakan, dan sebagainya. Selain itu, rencana
pengembangan peternakan juga harus dapat memenuhi keberadaan SDM yang mumpuni
dalam bidang peternakan khususnya, agar program yang direncanakan dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan proyeksi usaha beberapa tahun kedepan.
Proposal ini dibuat untuk melihat gambaran kelayakan pengembangan peternakan di
Kabupaten Deli Serdang khususnya ternak domba yang dapat diintegrasikan dengan
keberadaan tanaman pertanian ataupun perkebunan di sekitar lokasi. Proposal ini diharapkan
dapat menjadi panduan pengembangan sentra peternakan di beberapa daerah Provinsi
Sumatera Utara. Proposal ini masih membutuhkan masukan dan saran agar dapat menjadi
panduan yang lebih baik sehingga dapat diimplementasikan di lapangan.

Terima Kasih

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii
BAB I . PENDAHULUAN 1
1.1 Kondisi Umum 2
1.2 Latar Belakang 5
1.3 Landasan Hukum 9
1.4 Maksud 9
1.5 Tujuan 9
1.6 Sasaran 10

BAB II. SENTRA PETERNAKAN DOMBA 11


2.1 Konsep 11
2.2 Sistem Peternakan Inti 13
2.2.1 Penyediaan Bibit 13
2.2.2 Penyediaan Pakan 14
2.2.3 Pendampingan Peternakan 15
2.3 Peternakan Plasma 15
2.3.1 Pola Kemitraan 16
2.3.2 Tujuan Kemitraan 16
2.3.3 Manfaat Kemitraan 17
2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Kemitraan 18
2.3.5 Monitoring dan Evaluasi 18

BAB III. SARANA SENTRA PETERNAKAN DOMBA 21


3.1 Lahan 21
3.2 Kandang Ternak 21
3.2.1 Kandang Isolasi dan Karantina  21
3.2.2 Kandang Pembibitan 22
3.2.3 Kandang Beranak 22
3.2.4 Kandang Pembesaran 22
3.2.5 Kandang Pejantan 22
3.3 Kantor 22
3.4 Ruang Pertemuan 23
3.5 Ruang Penyimpanan (Gudang) 24
3.6 Ruang pabrik pakan 24
3.7 Ruang untuk perawatan ternak (Poskeswan) 24
3.8 Ruang Rumah Potong Hewan (RPH) 25
3.9 Areal Tanaman Hijauan Pakan Ternak (HPT) 25

BAB IV. ANALISA BIAYA DAN PENERIMAAN 26

BAB V. PENUTUP 32

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum


Pemahaman terhadap kondisi fisik dasar wilayah perencanaan yang akan
dikemukakan adalah meliputi letak geografis dan batas administrasi, aspek
topografi/kemiringan lahan, kondisi geologi/jenis tanah, klimatologi dan hidrologi. Aspek
tersebut akan menentukan daya dukung lahan serta daya tampung ruang fisik lahan terhadap
arah pengembangan wilayah pada masa mendatang. Sejarah Kabupaten Deli Serdang
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Kabupaten Deli Serdang yang
dikenal sekarang ini dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (Kesultanan) yaitu
Kesultanan Deli yang berpusat di Kota Medan dan Kesultanan Serdang berpusat di
Perbaungan. Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi DaerahOtonom sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1984 tentang Undang-Undang Pokok-Pokok Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 7 Darurat Tahun 1965. Hari jadi Kabupaten Deli
Serdang ditetapkan tanggal 1 Juli 1946.Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam
dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera
Utara tanggal 23 Desember 1986.Sesuai dengan dikeluarkan UU Nomor36 Tahun 2003
tanggal 18 Desember 2003, Kabupaten Deli Serdang telah dimekarkan menjadi dua wilayah
yakni Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai, secara administratif
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang kini terdiri atas 22 kecamatan yang di dalamnya terdapat
14 Kelurahan dan 380 desa.
Gambaran Geografis Dan Administrasi Wilayah Kabupaten Deli Serdang merupakan
salah satu dari 33 (tiga puluh tiga) Kabupaten/Kota yang ada saat ini di Provinsi Sumatera
Utara. Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Deli Serdang berada pada Kawasan Pantai
Timur Sumatera Utaray ang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Secara geografis
Kabupaten Deli Serdang terletak diantara koordinat 2º57’’sampai dengan 3º16’’Lintang
Utara, dan 98º 33’’sampai dengan 99º 27’’BujurTimur. Secara administratif Kabupaten Deli
Serdang terdiri dari 22 (Dua Puluh Dua) Kecamatan, 14 Kelurahan dan 380 Desa, dengan
luas wilayah 249.772 Ha (2.497,72 Km2). Kecamat an yang paling luas wilayahnya adalah
Kecamatan Hamparan Perak yaitu seluas 23.015 Ha atau sebesar 9,21% dari luas total
Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan kecamatan yang memiliki luas paling kecil adalah
Kecamatan Deli Tua yaitu hanya seluas 936 Ha atau sebesar 0,37% dari luas Kabupaten Deli
Serdang.Adapun mengenai batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang, dapat
1
diuraikan sebagai berikut :Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat
Malaka Sebelah Selatan:berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun
Sebelah Barat:berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo Sebelah Timur:
berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

1.2 Latar Belakang


Domba memiliki potensi untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan daya dukung
yang berlimpah seperti pakan dan iklim yang mendukung. Usaha penggemukan ternak domba
merupakan usaha yang potensial dalam rangka memenuhi kebutuhan akan daging ternak
domba dan dapat diharapkan mengurangi ketergantungan akan daging sapi.
Tingkat kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi pangan yang bergizi akan mengubah
pola konsumsi mereka dari konsumsi karbohidrat ke rah konsumsi protein hewani.
Berdasarkan hasil Survei Konsumsi Bahan Pokok (VKBP) tahun 2017 dan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2019 yang dilaksanakan BPS RI, konsumsi daging ayam
ras adalah sebesar 12,79 kg/kapita/tahun. Kebutuhan daging ayam ras sampai bulan Mei 2020
diperkirakan sebesar 1.450.715 Ton. Sementara berdasarkan potensi produksi daging ayam
ras sampai bulan Mei 2020, diperkirakan sebesar 1.721.609 Ton dan konsumsi daging
sapi/kerbau adalah sebesar 2,66 kg/kapita/tahun. Kebutuhan daging sapi/kerbau sampai bulan
Mei 2020 diperkirakan sebesar 302.300 Ton. Adapun ketersediaan daging sapi/kerbau sampai
Mei 2020 berdasarkan produksi dalam negeri sebesar 165.478 Ton.
Kondisi tersebut memungkinkan untuk pengembangan ternak domba baik untuk
mencukupi kebutuhan domestic maupun untuk ekspor.Ketidakseimbangan antara produksi
dengan konsumsi daging sapi merupakan peluang ternak domba untuk memenuhi permintaan
akan daging ternak.Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa populasi ternak domba di
Kabupaten Deli Serdang tahun 2019 sebesar 134.267 ekor
Usaha ternak domba merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembangunan
pertanian karena dilihat dari sisi ekonomi merupakan kegiatan yang memiliki prospek untuk
dikembangkan.
Salah satu upaya pengembangan dan pembangunan sektor peternakan di Kabupaten
Deli Serdang dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan seluruh sumberdaya yang dimiliki.
Adapun sumberdaya yang tersedia dan dapat dimanfaatkan mencakup sumberdaya alam,
manusia dan (modal). Keberadaan populasi ternak di suatu wilayah diyakini merupakan
resultan dari interkasi beberapa dimensi yang terdapat di dalam wilayah tersebut. Beberapa
dimensi tersebut mencakup teknologi (moda produksi), ekonomi dan kondisi sosial
2
masyarakat. Ketiga dimensi ini berinteraksi membentuk suatu lingkungan kondusif (enabling
environment) yang memungkinkan populasi ternak dapat berkembang (Steinfeldet al., 1997).
Maka dengan itu, optimasi pengelolaan beragam sumberdaya yang tersedia untuk menjamin
keberlanjutan lingkungan tersebut merupakan langkah awal yang dapat diambil dalam usaha
pengembangan sub sektor peternakan di wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Sumberdaya alam tetap menjadi basis utama berlangsungnya kegiatan usahaternak,
terutama untuk ternak ruminansia. Sebagai penyedia pakan, keterkaitan antara wilayah
produksi tanaman pangan dan produksi ternak menjadi sebuah kebutuhan dalam proses
pengembangan peternakan. Bahwa secara spasial populasi ternak ruminansia menyebar
mengikuti wilayah produksi tanaman pangan berlahan sempit di berbagai wilayah di
Indonesia. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa wilayah pertanian tanaman pangan
memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap terciptanya lingkungan yang kondusif
bagi sektor peternakan, terutama di dalam konteks penyediaan sumber pakan.Pola spasial
penyebaran dan konsentrasi populasi ternak tersebut memberikan setidaknya dua indikasi.
Pertama, pemeliharaan ternak tampaknya terkonsentrasi pada rumah tangga pertanian
berlahan sempit. Indikasi ini menunjukkan bahwa kunci pengembangan peternakan –terutama
di dalam konteks peningkatan populasi –berada pada rumahtangga tersebut. Hal ini juga
dapat menjustifikasi usahaternak yang faktanya memang merupakan kegiatan komplementer
dari usahatani sebagai residu dari sumberdaya yang digunakan (Upton, 2004). Indikasi ke
dua, dengan semakin cepatnya laju konversi lahan pertanian peluang pengembangan
peternakan tentunya akan semakin kecil jika tidak terdapat upaya-upaya untuk mengantisipasi
dinamika tersebut. Pada masa depan, Davendra (2002) menyatakan bahwa keberlanjutan
peternakan akan sangat bergantung pada terbentuknya “area wide integration”. Konsep ini,
selain dari keterpaduan antara produksi ternak dan tanaman pangan, juga merujuk pada
integrasi wilayah antara sektor pertanian secara umum dengan sektor non pertanian (industri
dan jasa).
Berdasarkan temuan empiris, Ellis dan Schumberg (1998) dapat menyatakan bahwa di
dalam jangka panjang setiap kegiatan produksi yang membutuhkan lahan sebagai
sumberdaya utamanya (seperti pada produksi ternak) akan berada di dalam lingkaran wilayah
urban. Kondisi ini diperkuat dengan temuan Drescheret al(2000) yang menunjukkan bahwa di
dalam tataran perencanaan wilayah, kegiatan pertanian di wilayah urban menjadi salah satu
komponen utama di dalam perencanaan. Di dalam konteks pengembangan peternakan di
Kabupaten Deli Serdang, beberapa temuan empiris tersebut tentunya dapat menjustifikasi
pentingnya wilayah spesifik yang diperuntukkan bagi pengembangan kegiatan-kegiatan
3
peternakan. Secara historis, wilayah Deli serdang merupakan penopang dari lalulintas
perdagangan ternak di propinsi Sumatera Utara. Berkaitan dengan kondisi tersebut,
identifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk menjadi basis pengembangan ternak
tampaknya menjadi salah satu komponen di dalam perencanaan secara keseluruhan.
Berdasarkan kerangka konsep sebelumnya, maka terminologi potensi wilayah pengembangan
peternakan akan merujuk kepada indikator ketersediaan lahan pertanian, spesialisasi
rumahtangga pertanian dan ketersediaan infrastruktur yang berkaitan dengan sektor
peternakan.
Secara prospek serta, di berfokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, bagaimana
kondisi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan saat ini, kemana tujuan pergi atau apa yang
akan dicari dan bagaimana cara mencapainya. Selanjutnya action plan ini harus juga dapat
menjawab pertanyaan a) apa yang ingin kita lakukan yang tentunya dapat diketahui dengan
memahami visi dan misi, b) apa yang diharapkan oleh stakeholder yang berarti harus dapat
mengetahui standar pelayanan prima, c) apa yang dapat kita lakukan yaitu pemanfaatan
kekuatan dan perbaikan kelemahan sehingga sehingga semuanya menjadi optimal dan d) apa
yang mungkin kita lakukan yaitu dalam memanfaatkan peluang yang ada dengan
mempertimbangkan ancaman yang mungkin terjadi.

Tabel 1. Tabel Data Populasi Domba Di Kabupaten Deli Serdang

N KECAMATAN DOMBA (EKOR)


O
1 GUNUNG MERIAH 84
2 S.T.M. HULU 866
3 SIBOLANGIT 7.888
4 KUTALIMBARI 675
5 PANCUR BATU 4.780
6 NAMO RAMBE 2.725
7 BIRU-BIRU 1.525
8 S.T.M HILIR 6.576
9 BANGUN PURBA 7.445
10 GALANG 11.293
11 TANJUNG MORAWA 9.587
12 PATUMBAK 10.820
13 DELI TUA 1.071
14 SUNGGAL 6.271
15 HAMPARAN PERAK 24.090
16 LABUHAN DELI 4.828
17 PERCUT SEI.TUAN 13.862
18 BATANG KUIS 7.553
19 PANTAI LABU 4.363

4
20 BERINGIN 3.324
21 LUBUK PAKAM 273
22 PAGAR MERBAU 4.368
TOTAL 134.267
Sumber : BPS Deli Serdang (Deli Serdang Dalam Angka 2020)

Variabel yang diamati di dalam potensi pengembangan ternak domba ini meliputi
variabel (1) populasi ternak yang merupakan jumlah ternak yang terdapat di suatu
wilayah(kecamatan)dengan menggunakan unit perhitungan Satuan Ternak (ST). Populasi
ternak terdiri dari sembilan jenis ternak yaitu ternak ruminansia besar (sapi perah, sapi potong
dan kerbau) dan ternak ruminansia kecil (domba dan kambing).(2) Lahan pertanian sebagai
proksi ketersediaan sumber pakan ternak (hektar per tahun); mencakup jagung, padi, kacang
tanah, kacang kedele, ketela rambat, ketela pohon, pucuk tebu. (3) Rumah tangga pertanian
yang memiliki lahan (unit). (4) Fasilitas pelayanan peternakanyang merupakan satuan unit
usaha yang menyediakan dan memberikan pelayanan, baik berupa jasa maupun barang-
barang kebutuhan pokok usaha peternakan (SAPRONAK); meliputi unit pembibitan ternak,
Pos Kesehatan Hewan, Pos Inseminasi Buatan beserta inseminatornya, Petugas Penyuluh
Lapangan dan Rumah Potong Hewan serta Rumah Potong Ayam. (5) Variabel pendukung
yang meliputi Rencana Tata Umum Tata Ruang (RUTR) Pemerintah Daerah dan Rencana
Strategis Pembangunan Daerah Kabupaten Deli Serdang.
Model Perhitungan Location Quotient (LQ). Model ini digunakan untuk
membandingkan kegiatan basis di dalam suatu wilayah secara relatif terhadap wilayah yang
lebih besar secara hirarkikal. Berdasarkan perhitungan Location Quotien ada beberapa
parameter yang menjadi indicator yang dapat dipertimbangkan untuk di hitung agar jelas
bagaimana gambaran potensi untuk peternakan domba di Kabupaten di Kabupaten Deli
Serdang.

1.3 Landasan Hukum


Tahapan dan tata cara penyusunan Action Plan Pembangunan Peternakan Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2020-2025 didasarkan dan mempedomani peraturan dan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 472/Kpts/RC.040/6/2018
tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional.
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
18/PERMENTAN/RC.040/4/2018 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian
Berbasis Korporasi Petani.
5
Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2019.
Landasan hukum yang berkaitan dengan sisinya mengacu dan mempedomani
berbagai peraturan, dokumen dan berbagai literature yang terkait denngan perencanaan,
penganggaran maupun inovasi teknologi peternakan ekonomi dan sosial, antara lain:
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700).
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomo 4725).
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor
4925).
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5015) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5619).
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068).
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5170).

6
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679).
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor
5613).
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833).
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan
dan Perbibitan Ternak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 5260).
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2012 tentang Alat dan Mesin Peternakan
dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5296).
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6056).
Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85).
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/ RC.020/3/2016 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pertanian tahun 2015-2019 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 42/Permentan/RC.020/11/2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/RC.020/3/2016 tentang Rencana
Strategis Kementerian pertanian Tahun 2015-2019.

7
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/RC.040/4/2018 tentang Pedoman
Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani (berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 559).

Ternak Kambing dan Domba. Pertumbuhan ternak kambing di Kabupaten Deli


Serdang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada Tahun 2016 terjadi peningkatan
sebanyak 8,8% dari tahun 2015 yaitu 141.833 ekor dari 130.260 ekor. Peningkatan kembali
terjadi pada tahun 2017 walaupun tidak terlalu tinggi yaitu 144.669 ekor. Jumlah populasi
ternak kambing berbeda dengan ternak domba. Pertumbuhan ternak domba di daerah ini
mengalami peningkatan yang drastic pada tahun 2016 yaitu 110.602 ekor dengan persentase
peningkatan sekitar 47% dari tahun 2015 yang berjumlah 61.395 ekor. Peningkatan kembali
terjadi pada tahun 2017 yaitu 121.662 ekor (Gambar 5).
Berbeda dengan populasi ternak kambing dan domba, pemotongan kedua ternak di
kabupaten ini mengalami penurunan dan peningkatan drastis terutama ternak domba.
Pemotongan ternak kambing pada tahun 2015 berjumlah 4.579 ekor dan mengalami
peningkatan sekitar 75% pada tahun 2016 yaitu 7.566 ekor. Penurunan jumlah pemotongan
kembali terjadi pada tahun 2017 menjadi 2.832 ekor. Pemotongan ternak domba yang sangat
drastis terjadi pada tahun 2016 yaitu 28.467 ekor dari 6.154 ekor pada tahun 2015. Hal ini
diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat yang tidak terlalu membedakan antara ternak
kambing dan domba, terutama dalam pemanfaatannya sebagai ternak aqiqah ataupun qurban.
Hal ini terlihat dari tidak adanya perbedaan antara harga jual kambing dan domba dipasaran
(Gambar 6).

160.000
140.000
120.000
100.000
80.000 Kambing
60.000 Domba
40.000
20.000 8
0
2015 2016 2017
Gambar 1. Jumlah Populasi Ternak Kambing dan Domba Kabupaten Deli Serdang Tahun
2015-2017 (Sumber:
Deli Serdang
Dalam 30.000 Angka
2018)
25.000

20.000

15.000 Kambing
Domba
10.000

5.000

0
2015 2016 2017

Gambar 2. Jumlah Pemotongan Ternak Kambing dan Domba Kabupaten Deli Serdang Tahun
2015-2017 (Sumber: Deli Serdang Dalam Angka 2018)

1.4 Maksud

Maksud Pembentukan dan pelaksanaan sentra peternakan domba di kabupaten deli


serdang ini adalah sebagai wadah untuk mengembangkan ternak domba untuk
memaksimalkan potensi wilayah kabupaten deli serdang sebagai sentra peternakan domba,
untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan kebutuhan pasar internasional serta
menwujudkan kabupaten deli serdang sebagai sentra produksi ternak domba nasional

1.5 Tujuan
Tujuan Pembentukan dan pelaksanaan sentra peternakan domba di kabupaten deli
serdang ini adalah:
a. Mewujudkan usaha peternakan rakyat dalam suatu perusahaan kolektif yang
dikelola dalam satu manajemen;
b. Meningkatkan daya saing usaha peternakan rakyat melalui peningkatan
pengetahuan, kesadaran, dan penguatan keterampilan peternakan rakyat;
c. Membangun sistem informasi sebagai basis data untuk menyusun populasi ternak
9
berencana;
d. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak rakyat; dan
e. Meningkatkan kemudahan pelayanan teknis dan ekonomis bagi peternakan
rakyat.

1.6 Sasaran
Adapun sasaran pada program ini adalah:

a. Terbentuknya Inti Sentra Peternakan Domba di Kabuopaten Deli Serdang pada


tahun 2021
b. Terwujudnya sentra peternakan domba di kabupaten deli serdang yang mencakup
plasma setiap kecamatan di kabupaten deli serdang
c. peningkatan populasi ternak domba
d. peningkatan kualitas ternak domba di kabupaten deli serdang yang tergabung
dengan sentra peternakan domba di kabupaten deli serdang
e. peningkatan Nilai Tukar Peternak (NTP) per tahun
f. peningkatan kesejahteraan peternak

BAB II. SENTRA PETERNAKAN DOMBA

2.1 Konsep
Sentra Peternakan Domba berangkat dari filosofi bahwa pembangunan peternakan
dan kesehatan hewan yang mensejahterakan peternak rakyat hanya dapat diperoleh apabila

10
pemerintah dan para pihak melakukan berbagai upaya yang memperhatikan prinsip satu
manajemen, pengorganisasian (konsolidasi) pelaku, dan pemberdayaan peternak dalam
rangka terwujudnya populasi ternak berencana.
Sentra Peternakan Domba adalah pusat pertumbuhan komoditas peternakan dalam
suatu kawasan peternakan sebagai media pembangunan peternakan dan kesehatan hewan
yang di dalamnya terdapat satu populasi ternak tertentu yang dimiliki oleh sebagian besar
peternak yang bermukim di satu desa atau lebih, dan sumber daya alam untuk kebutuhan
hidup ternak (air dan bahan pakan).
Sentra Peternakan Domba berupaya mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya dari
semua pihak, yaitu dari: 1) Dewan Riset Daerah Provinsi Sumatera Utara; 2) Dinas Pertanian
bidang Peternakan Kabupaten Deli Serdang ; 3) Akademisi, Perguruan tinggi berupa
pengawalan dan pendampingan SDM; 4) Kelompok Tani dan gapoktan di kabupaten deli
sertang.
Pola pikir konsepsi Sentra Peternakan Domba Kabupaten Deli Serdang disajikan pada
Gambar 3.

Gambar 3. Pola Pikir Konsepsi Pengembangan Sentra Peternakan Domba Deli Serdang
Sentra Peternakan Domba ini merupakan pengungkit dan agen perubahan dalam
pengelolaan kelembagaan dan SDM peternakan menuju terbentuknya usaha peternakan
kolektif yang mandiri dan berorientasi bisnis profit melalui pendampingan, pengawalan,
aplikasi teknologi dan informasi, transfer ilmu pengetahuan. Kehadiran kegiatan ini menjadi
penting sebagai wadah transfer pengetahuan untuk menciptakan kesadaran meningkatkan

11
keterampilan beternak secara baik dan benar. Secara garis besar prinsip pengembangan
Sentra Peternakan Domba ini adalah sebagai berikut:
a. Satu manajemen
Pengelolaan usaha peternakan secara kolektif dalam satu aturan menyangkut pelayanan
teknis, pendampingan/ pengawalan, ekonomis, dan pemasaran.
b. Penguatan pelayanan
Pemenuhan pelayanan teknis minimal dan kebutuhan pelayanan lainnya untuk
meningkatkan produksi ternak dan daya saing peternakan..
c. Penguatan kelembagaan
Membentuk organisasi untuk mewujudkan usaha peternakan yang berorientasi bisnis dan
berbadan hukum.
d. Peningkatan SDM
Meningkatkan kemampuan pengurus dalam pengelolaan organisasi dan kewirausahaan.
Disamping itu, juga meningkatkan kemampuan peternak dalam mengakses informasi,
ilmu pengetahuan, teknologi, serta penguatan kendali produksi dan pasca produksi ternak.
e. Memenuhi Skala Usaha
Mengelola peternak skala kecil dengan kriteria populasi tertentu sebagai produsen yang
diorganisasi berorientasi bisnis.
f. Kemandirian usaha
Mendorong usaha peternakan menjadi usaha utama sebagai usaha pokok untuk
kesejahteraan peternak.
g. Integrasi kewenangan
Dalam membangun peternakan dan kesehatan hewan diperlukan sinergi fungsi dan
kewenangan dari pemangku kepentingan. Dalam hal pengelolaan, diperlukan sinergi
instansi pusat, daerah, perguruan tinggi/litbang, sektor dan sub sektor lainnya.
h. Pendampingan dan pengawalan
Pendampingan dan pengawalan diperlukan untuk transfer informasi dan teknologi secara
efektif dan efisien sesuai kondisi spesifik daerah baik oleh perguruan tinggi setempat.
i. Multi produk dan komoditas
Produk yang dikembangkan dalam kegiatan ini tidak hanya komoditas utama peternakan
saja melainkan bisa juga produk hasil samping peternakan untuk jangka panjang
kedepanya.

2.2 Sistem Peternakan Inti


12
2.2.1 Penyediaan Bibit
Breeding memegang peranan utama dalam menyediakan bibit baik kuantitas
maupun kualitas. Pekerjaan ini sangat menjemukan dan margin keuntungan yang tidak
banyak dibanding fattening dan pengolahan hasil. Ungkapan “Breeding is bleeding” sudah
bukan asing lagi, harus berdarah-darah untuk mengelola kegiatan Breeding. Tetapi dengan
pengelolaan yang tersistem, Breeding menjadi usaha yang sangat menguntungkan.
Pembibitan atau pembiakan harus ada campur tangan dari pemerintah berupa insentif berupa
lahan dan permodalan yang disesuaikan dengan masa atau waktu panen.
Dalam hal ini sentra peternakan domba yang melakukan usaha penyediaan bibit dan
melaksanakan pengawasan atas bibit yang telah disalurkan. Untuk mendapatkan domba yang
dikehendaki dengan kualitas baik maka bibit menjadi hal yang penting untuk mendapatkan
capaian bobot badan yang lebih cepat. Menurut Sudarmono & Sugeng (2007), di Indonesia
terdapat berbagai tipe domba yaitu:
(1) Domba asli Indonesia atau disebut dengan domba kampung atau lokal. Ciri-
cirinya, berbadan kecil, lambat dewasa, warna bulu tidak seragam dan karkasnya rendah;
(2) Dimba priangan atau disebut domba garut yang merupakan persilangan antara
domba asli, merino dan ekor gemuk dari Afrika Selatan. Domba garut banyak terdapat di
Garut sebagai domba laga dengan ciri-ciri mempunyai tubuh besar dan lebar (60 kg untuk
jantan dan 35 kg untuk betina); jantan bertanduk dan melengkung kebelakang daun
telinga ramping; warna bulu kombinasi putih, hitam dan coklat atau campuran;
(3) Domba ekor gemuk banyak terdapat di Jawa Timur, Madura, Sulawesi dan
Lombok. Ciri-cirinya, bentuk badan besar (50 kg untuk jantan dan 40 kg untuk betina),
bertanduk pada yang jantan dan berekor panjang (pada bagian pangkalnya besar dan
menimbun lemak banyak, ujung ekornya kecil dan tidak berlemak).
Beberapa jenis domba yang terdapat di Indonesia terbukti mempunyai kemampuan
adapatasi yang tinggi terhadap lingkungan, tahan terhadap ektoparasit maupun pakan
berkualitas rendah. Keunggulan daerah asal ini yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan
perbaikan genetik dengan cara disilangkan dengan domba-domba yang memiliki
pertumbuhan yang lebih baik (domba unggul). Perbaikan genetik akan mempercepat proses
fattening dan tidak kesulitan dalam memenuhi stardard berat adan yang diinginkan pasar
ekspor,. Untuk mendapatkan berat badan tersebut, bila menggunakan domba lokal
membutuhkan waktu 2 (dua) kali lebih lama dibanding dengan domba yang memiliki genetik
pertumbuhan yang baik.

13
2.2.2 Penyediaan Pakan
Pakan memberi kontribusi biaya terbesar dalam budidaya, memformulasikan pakan
yang tepat merupakan hal yang mutlak dalam berbudidaya. Pakan yang baik adalah pakan
yang mampu menyediakan seluruh kebutuhan nutrisi ditinjau dari kualitas maupun kuantitas.
Sumber pakan dari limbah pertanian sangat melimpah di indonesia, sumber bahan pakan
tersebut bisa digunakan dan dijadikan pakan komplit setelah melalui proses giling/teknologi
menjadi partikel lebih kecil.
Bahan baku pakan yang bersumber dari limbah pertanian maupun limbah pengolahan
hasil pertanian diantaranya adalah rendeng kedelai, rendeng kangkung, tongkol jagung, tebon
jagung, tumpi, limbah daun serai, bungkil kopra, bungkil sawit, dan banyak lagi yang bisa
dimanfaatkan dari limbah pertanian lainnya. Disamping mendapatkan biaya pakan yang
murah, juga membantu petani mengatasi limbah pertanian yang dulunya hanya dibuang dan
dibakar, menjadi limbah pertanian yang bernilai ekonomi. Peternak dalam memberikan
pakan masih sangat bervariasi dan belum memperhitungkan jumlah asupan nutrisi dan biaya
pakan yang dikeluarkan. Perlu adanya edukasi kepada peternak tradisional agar pola
pemberian pakan menjadi lebih baik dan berkualitas, sehingga meningkatkan produktifitas
domba. Dalam hal ini efisiensi pakan penting artinya, tetapi dengan tidak mengesampingkan
kualitas nutrisi dari formulasi pakan tersebut. Hasil produksi atau budidaya akan lebih
kompetitif dengan pakan yang efisien dan murah, hal ini akan meningkatkan kualitas ternak
yang dimiliki
Pemberian pakan berkualitas (pakan konsesntrat) merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan nilai nutrisi yang dikonsumsi oleh ternak, dimana kebutuhan nutrisi yang
diperoleh melalui hijauan yang diberikan tidak mampu meningkatkan pertumbuha secara
optimal. Maka perlu di berikan tambahan pakan (Konsentrat) guna memenuhi kebutuhan
tubuh ternak untuk tumbuh maksimal.

2.2.3 Pendampingan Peternakan


Dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak dengan memperkuat sistem
pemeliharaan dan manajemen peternakan secara umum. Berbagai aspek menjadi titik
pengendalian program, diantaranya adalah peningkatan kulitas pakan, bibit, kesehatan
hewan, pengendalian pemotongan betina produktif dan pasca panen dan pengolahan produk
asal hewan seta manajemen usaha.
Kegiatan Pendamping Usaha Peternakan ini bertujuan untuk melakukan
pendampingan dan pembinaan kepada kelompok peternak dalam membangun bisnis kolektif
14
dengan kelompok binaan. Selain itu, juga untuk menumbuhkan wirausaha muda di bidang
peternakan. Bisnis kolektif yang dikelola dalam satu manajemen bisnis di suatu kawasan ini
diharapkan menjadi embrio terwujudnya korporasi peternak.
Pendamping usaha peternakan harus mencetak dirinya sendiri menjadi peternak atau
pengusaha milenial yang mandiri, sekaligus menjadi agen perubahan bagi peternak dalam
kelompok binaannya dan berperan dalam menumbuhkan peternak muda milenial lainnya
Pendampingan usaha ternak domba bersifat edukatif dan kontroling, dimana dilaksanakn
kegiatan pendmpongan dengan edukasi tentang pemeliharaan ternak domba yang baik mulai
dari edukasi pembangunan kandang, pemilihan bibit ternak, penanganan penyakit, pemberian
pakan ternak yang baik sampai pemasaran ternak yang baik.

2.3 Peternakan Plasma


Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman
Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah
kerjasama usaha antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra dibidang usaha
pertanian.kemitraan usaha pertanian berdasarkan asas persamaan kedudukan, peningkatan
keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra dengan sifat hubungan; a) Saling
memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan kelompok
mitra memerlukan penampungan hasil dan bimbingan. b) Saling memperkuat dalam arti baik
kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral
dan etika bisnis, sehingga akan memperkuat kedudukan masing-masing dalam meningkatkan
daya saing usahanya. c) Saling menguntungkan, yaitu baik kelompok mitra maupun
perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan, dan kesinambungan usaha.

2.3.1 Pola Kemitraan


Pola Inti - plasma merupakan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan
mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra (petani/peternak) bertindak sebagai plasma.
Usaha besar atau usaha menengah sebagai inti dalam pola inti plasma membina dan
mengembangkan usaha kecil menjadi plasmanya dalam hal sebagai berikut.
a. Penyediaan dan penyiapan lahan.
b. Penyediaan sarana produksi.
c. Pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi.
d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang dilakukan.
15
e. Pembiayaan.
f. Pemberian bantuan lainnya yang diberikanbagi peningkatan efisiensi dan
produktivitas usaha

2.3.2 Tujuan Kemitraan


Kemitraan usaha bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha,
kuantitas produksi, kualitas produksi, meningkatkan kualitas kelompok mitra, peningkatan
usaha dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra
mandiri (Martodireso dan Widada, 2001). Menurut Hafsah (2000) tujuan yang ingin dicapai
dalam pelaksanaan kemitraan yang pertama adalah meningkatkan pendapatan usaha kecil dan
masyarakat. Kedua adalah meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan.
Ketiga adalah meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil.
Keempat adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional.
Kelima adalah memperluas kesempatan kerja. Terakhir adalah untuk meningkatkan
ketahanan ekonomi nasional.
Tujuan utama kemitraan adalah membangun hubungan sosial yang mantap antara
pelaku kemitraan, dimana hubungan sosial tersebut harus memliki unsur-unsur sebagai
berikut.
a. Adanya hubungan komunikasi dua arah yang interaktif
b. Kedua belah pihak saling memberdayakan (empowering) dan mengayomi,
sehingga pihak yang melakukan kemitraan secara bertahap akan semakin mampu
merealisasikan tujuan hidupnya.
c. Kemitraan dilakukan tanpa paksaan terhadap salah satu pihak, terutama golongan
yang lemah.
d. Adanya sistem nilai (value system) yang dianut bersama yaitu sikap jujur, taat
pada aturan, saling mempercayai dan berorientasi ke depan;

Tujuan kemitraan yang kedua adalah membangun hubungan bisnis yang sehat
dicirikan dengan unsur-unsur sebagai berikut.
a. Kemitraan yang memungkinkan kedua belah pihak melakukan bisnis bersih,
transparan dan profesional yang akan memjadi dasar ketentraman usaha semua
pihak.
b. Kemitraan harus saling menguntungkan bisnis yang dijalankan sehingga adanya
kepastian untuk memperoleh kesejahteraan
16
c. Mempunyai tujuan bisnis jangka panjang (long term orientation) dan melakukan
monitoring serta evaluasi atas nilai-nilai finansial ataupun material, unsur ini
sangat penting bagi kelangsungan berusaha bagi semua pihak.

Secara umum, hubungan sosial dengan empat unsur di atas dapat dikatakan sebagai
faktor kepercayaan (trust) yang menjadi tiang utama sistem kemitraan usaha bersama. Hasil
hubungan yang kuat akan menumbuhkan upaya kesanggupan (commitment) antara pihak
yang bermitra untuk melakukan hubungan suatu usaha yang sehat sehingga apa yang
diharapkan bersama akan tercapai

2.3.3 Manfaat Kemitraan


Menurut Hafsah (2000) manfaat dari kemitraan adalah
(1) peningkatan produktivitas,
(2) efisiensi tenaga kerja, waktu dan biaya produksi,
(3) jaminan kualitas, kuantitas dan kontinuitas,
(4) risiko dapat ditanggung bersama secara proposional sesuai dengan besarnya modal dan
keuntungan yang akan diperoleh.

Manfaat lain dari kemitraan adalah memberikan dampak sosial, sehingga dapat
menghasilkan persaudaraan antar pelaku kemitraan, serta meningkatnya ketahanan ekonomi
secara nasional dengan adanya peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat kesejahteraan
pelaku kemitraan.
Menurut Saptana dan Ashari (2007) kemitraan usaha agribisnis mampu memberikan
manfaat, antara lain: pertama, meningkatkan produksi pertanian secara moderat, stabil, dan
berkesinambungan. Kedua, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Ketiga,
mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran di pedesaan. Keempat,
meningkatkan pemerataan dan keadilan sosial. Kelima, menciptakan kerja dan lapangan
berusaha. Keenam, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam dan lingkungan.
Ketujuh, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan petani dan pelaku agribisnis.
Kedelapan, melestarikan kualitas lingkungan untuk mendukung kegiatan pembangunan
berkelanjutan.

2.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Kemitraan


Beberapa kelebihan atau keuntungan kerjasama usaha dalam kemitraan sebagai berikut.
1. Terjadinya sinergi kekuatan sebagai hasil penggabungan kekuatankekuatan dari
17
masing-masing perusahaan.
2. Mempercepat sistem operasi, terutama bila perusahaan kecil bergabung dengan
perusahaan besar.
3. Pengurangan resiko, segala resiko usaha akan ditangung bersama.
4. Terjadi pengayaan teknologi karena terjadinya transfer teknologi antara perusahaan
yang bermitra.
5. Mampu memasuki pasar perusahaan sehingga pemasok lain akan mengeluarkan
banyak biaya untuk bersaing.
6. Mampu memperluas jangkauan pasar dengan saluran distribusi yang baru,
7. Memudahkan penyesuaian terhadap perubahan teknologi baru, karena adanya akses
pemasaran yang semakin luas

2.3.5 Monitoring dan Evaluasi


Monitoring sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program
dan pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar,
melihat dan mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut
Tujuan utama monitoring adalah untuk menyajikan informasi tentang pelaksanaan
program sebagai umpan balik bagi para pengelola dan pelaksana program. Informasi ini
hendaknya dapat menjadi masukan bagi pihak yang berwenang untuk:
a. memeriksa kembali strategi pelaksanaan program sebagaimana sudah direncanakan
setelah membandingkan dengan kenyataan di lapangan,
b. menemukan permasalahan yang berkaitan dengan penyelenggaraan program,
c. mengetahui faktor-faktor pendungkung dan penghambat penyelenggaraan program.

Evaluasi adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen, evaluasi dilakukan
terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur program serta terhadap pelaksanaan program.
Evaluasi dapat dilakukan secara terus menerus, berkala dan atau sewaktu-waktu pada saat
sebelum, sedang dan atau setelah program dilaksanakan. Evaluasi merupakan kegiatan
penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, apakah program
sesuai dengan rencana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.

a. Maksud Monitoring dan Evaluasi


1) Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
2) Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi

18
3) Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat
untuk mencapai tujuan proyek.
4) Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran
kemajuan,
5) Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari
tujuan.

b. Tujuan Monitoring dan Evaluasi


Monitoring bertujuan mendapatkan umpan balik bagi kebutuhan program yang
sedang berjalan, untuk mengetahui kesenjangan antara perencanaan dan terget. Dengan
mengetahui kebutuhan ini pelaksanaan program dapat membuat penyesuaian dengan
memanfaatkan umpan balik tersebut. Kesenjangan yang menjadi kebutuhan itu bisa jadi
mencakup faktor biaya, waktu, personel, dan alat, dan sebagainya.
Secara umum tujuan pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi, adalah;
1) Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana
2) Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi
3) Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat
untuk mencapai tujuan proyek.
4) Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran
kemajuan,
5) Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari
tujuan.
Secara lebih terperinci Monitoring bertujuan untuk:
1) Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan;
2) Memberikan masukan tentang kebutuhan dalam melaksanakan program;
3) Mendapatkan gambaran ketercapaian tujuan setelah adanya kegiatan;
4) Memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk melaksanakan kegiatan;
5) Mendapatkan informasi tentang adanya kesulitan-kesulitan dan hambatan-hambatan
selama kegiatan;
6) Memberikan umpan balik bagi sistem penilaian program;
7) Memberikan pernyataan yang bersifat penandaan berupa fakta dan nilai.

c. Fungsi/Manfaat Monitoring dan Evaluasi


Monitoring mempunyai empat fungsi, yaitu:
19
1. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan administrator, staf, dan
semua yang terlibat mengikuti standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
2. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan layanan yang
diperuntukkan bagi pihak tertentu (target) telah mencapai mereka.
3. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu
“menghitung” hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai akibat implementasi
kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu.
4. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu
menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa antara perencanaan dan
pelaksanaannya tidak cocok

20
BAB III. SARANA SENTRA PETERNAKAN DOMBA

3.1 Lahan
Lahan merupakan unsur yang penting dalam melaksanakan suatu usaha
peternakan.Lahan sangat menentukan dalam ukuran kapasitas peternakan yang akan
dilaksankan , dalam usaha peternakan domba ini dibutuhkan lahan yang cukup luas untuk
mendukung beberpa kebutuhan diantaraya :

3.2 Kandang Ternak


Kandang Ternak yang akan dibangun harus disesuaikan dengan kebutuhan. Kandang
merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan dalam budidaya ternak termasuk ternak.
Kandang digunakan sebagai tempat tinggal bagi ternak dan menjalankan kelangsungan
hidupnya. Manajemen kandang yang baik merupakan salah satu faktor yang mendukung 
bagi ternak untuk dapat berproduksi dengan baik.
Adapun fungsi kandang bagi ternak yaitu :
1. Untuk melindungi ternak dari pemangsa dan kondisi lingkungan yang ekstrim
2. Tempat untuk berproduksi (kawin dan beranak)
3. Tempat untuk makan, minum dan istirahat bagi
4. Mencegah ternak kambing agar tidak merusak tanaman
5. Tempat untuk merawat ternak yang sakit
6. Untuk memudahkan pengontrolan ternak
Tipe kandang yang digunakan dalam kegiatan ini adalah tipe kandang panggung karena
Kandang  tipe panggung merupakan tipe kandang yang banyak digunakan oleh peternak,
Kandang lebih bersih dan kering karena kotoran dan air kencing langsung jatuh kebawah
Kandang lebih mudah dibersihkan, Sirkulasi udara lebih baik serta Ternak lebih aman dari
gangguan hewan buas.
jenis kandang berdasarkan fungsinya yang dibuthkan dalam usaha peternakan domba, antara
lain:

3.2.1 Kandang Isolasi dan Karantina 


Kandang karantina yaitu kandang yang dipergunakan untuk mengkarantina ternak
yang baru masuk dengan tujuan pemeriksaan kondisi ternak yang baru datang tersebut,
sedangkan kandang isolasi hanya digunakan untuk memisahkan ternak yang sedang sakit
agar tidak menular ke ternak yang lainnya.

21
3.2.2 Kandang pembibitan
Kandang pembibitan yaitu kandang yang digunakan untuk pemeliharan induk/calon
induk dengan tujuan untuk menghasilkan anak. Tipe kandang yang digunakan untuk
program pembibitan ternak berdasarkan program perkawinanya, yaitu dengan
menggunakan kandang individu atau kandang kelompok.

3.2.3 Kandang beranak


Kandang beranak atau kandang menyusui yaitu kandang yang digunakan untuk
pemeliharaan khusus induk atau calon induk yang telah bunting tua sampai disapih
dengan tujuan untuk menjaga keselamatan dan keberlangsungan hidup anakan ternak.

3.2.4 Kandang Pembesaran


Kandang pembesaran yaitu kandang yang digunakan untuk pemeliharaan ternak lepas
sapih sampai dewasa. Tipe kandang ini merupakan kandang kelompok yang memiliki
umbaran. Kontruksi kandang pembesaran untuk ternak lepas sapih harus menjamin ternak
tidak bisa keluar pagar serta mampu mencapai pakan di dalam palungan.

3.2.5. Kandang Penggemukan


Kandang penggemukan yaitu kandang yang digunakan memelihara untuk ternak
hingga mencapai bobot tertentu. Lamanya pemeliharaan ternak pada kandang
penggemukan sekitar 3-5 bulan. Hal itu tergantung pada kondisi awal ternak (umur dan
bobot badan) dan ransum yang diberikan.

3.2.6 Kandang Pejantan


Kandang pejantan yaitu kandang yang digunakan untuk pemeliharan ternak jantan
yang khusus digunakan sebagai pemacek. Tipe kandang pejantan adalah individu yang
dilengkapi dengan palungan (sisi depan) dan saluran pembuangan kotoran pada sisi
belakang.
Kontruksi kandang pejantan harus kuat dan bisa untuk menahan benturan dan dorongan
serta memberikan kenyamanan dan keleluasaan bagi ternak.

3.3 Kantor
Kantor secara dinamis yaitu merupakan proses-proses dalam penyelenggaraan
kegiatan seperti pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyimpanan maupun
pendistribusian data. Jadi dalam arti sempit merupakan tempat untuk menyelenggarakan

22
kegiatan-kegiatan administrasi atau tata usaha.
Tujuan kantor ialah untuk memberikan sistem pelayanan yang berupa komunikasi dan
penyimpanan data serta berkumpulnya orang-orang mengerjakan sesuatu untuk mencapai
target atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Tujuan kantor didefinisikan sebagai pemberi pelayanan komunikasi dan perekaman.
1. Menerima informasi. Informasi yang dimaksud dapat berupa surat, panggilan telepon,
pesanan, faktur, dan laporan mengenai berbagai kegiatan bisnis.
2. Merekam dan menyimpan data-data serta informasi. Tujuannya pembuatan rekaman
adalah menyiapkan informasi sesegera mungkin apabila manajemen meminta
informasi tersebut.
3. Mengatur informasi. Informasi yang diakumulasi oleh kantor biasanya tidak
berbentuk seperti pada saat baru diberikan, kantor mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber untuk kemudian dibuat perhitungan atau pembukuannya, karena
kantor bertanggung jawab memberikan informasi dalam bentuk terbaik dalam
melayani manajemen.
4. Memberi informasi. Bila manajemen meminta informasi, kantor memberikan
informasi dari rekaman yang ada.
5. Melindungi aset. Selain keempat fungsi yang telah disebutkan, kantor juga berfungsi
untuk mengamati secara cermat berbagai bentuk kegiatan dalam perusahaan seperti
diperlihatkan dalam rekaman dan mengantisipasi segala hal yang tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi.

3.4 Ruang Pertemuan (Aula)


Ruang pertemuan bermanfaat untuk melaksanakan :
a) Diskusi adalah hal mendasar dalam membangun dan menjaga hubungan antar rekan
kerja. Diskusi mengharuskan individu-individu dalam sebuah tim membuka diri dengan
yang lainnya. Hasilnya individu dalam tim kerja tersebut akan lebih peduli satu dengan
lainnya, mengurangi depresi individu, dan lebih produktif dalam bekerja. 
b) Dalam hal ini, workshop bermaksud untuk memberikan tambahan kemampuan lewat
aktivitas dan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama. Workshop bisa memberikan
kemampuan secara hard skill atau soft skill. Hal ini berdampak mengurangi kejenuhan
rekan-rekan kerja atas rutinitas kerjanya serta menambah wawasan dan kemampuan
setiap orang.
c) Brainstorming dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan ide yang solutif, tepat, dan
23
bermanfaat dalam menghadapi sebuah permasalahan. Dalam menghasilkan ide tersebut
perlu pemikiran-pemikiran yang diutarakan oleh tiap individu dalam sebuah cara
pandang baru dalam memandang sebuah persoalan atau permasalahan. Ruang rapat yang
nyaman akan mendukung proses brainstorming tersebut terjadi dengan efektif. 

3.5 Ruang Penyimpanan (Gudang)


Gudang memiliki pengertian sebagai fasilitas khusus, yang bersifat tetap yang
direncanakan untuk membantu mencapai target tingkat pelayanan yang baik dengan total
biaya yang paling rendah. Atau suatu sistem logistik dari sebuah perusahaan yang berfungsi,
untuk menyimpan produk dan menyediakan informasi mengenai status serta kondisi
material/produk yang disimpan dalam gudang sampai barang tersebut diminta sesuai jadwal
produksi.
Dalam memfasilitasi proses dan aktivitas pengelolaan barang, fungsi utama gudang adalah
Penyimpanan (storage). Adalah suatu bentuk fisik dari barang-barang yang disimpan sebelum
digunakan, seperti bahan baku konsentrat, peralatan dan mesin serta kendaraan.

3.6 Ruang pabrik pakan


Ruangan pabrik pakan yang akan di buat merupakan jenis feedmill skala kecil,
dimana dibutuhkan ruangan khusus dalam memproduksi pakan tambahan/konsentrat sebagai
pakan ternak domba. Dalam ruangan feedmiil ini terdiri atas peralatan dan mesin pembuatan
pakan ternak. Ruangan ini membutuhkan lokasi khusus biasanya tidak terlalu jauh dari
kandang untuk mempermudah akses pemberian pakan ke kandang, dan juga ruangan ini
dibuat khusus untuk memaksimalkan sirkulasi udara dalam pembuatan pakan ternak tersebut.

3.7 Ruang untuk perawatan ternak (Poskeswan)


Poskeswan merupakan suatu ruangan yang dibutuhkan dalam suatu usaha peternakan,
manfaat dari poskeswan ini adalah untuk menangani ternak yang sakit serta melakukan
pengobatan kepada ternak. Ukuran ruangan untuk poskeswan ini tidak membutuhkan ukuran
yang luas namun, memilik fasilitas yang lengkap sesuai kebutuhan seperti kelengkapan obat-
obatan, peralatan kesehatan serta ruangan karantina khusus untuk ternak yang terserang
penyakit menular yang cukup berbahaya.

3.8 Ruang Rumah Potong Hewan (RPH)


Rumah potong hewan dibuat dengan kekhususan untuk p[emotongan domba,
24
kemudian dibutuhkan sertifikasi halal untuk RPH guna melegalkan hasil pemotongan yang
dilaksanakan pada RPH tersebut. Ukuran RPH ini disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat
menampung peralatan kelengkapan standar RPH, seperti adanya ruang penyembelihan, ruang
karkas, ruang pendingin dan kelengkapan peralatan seperti kandang jepit dan lainya.

3.9 Areal Tanaman Hijauan Pakan Ternak (HPT)


Dalam mendukung suatau usaha peternakan , sektor pendukung penyedia pakan
ternak sangat berpengaruh, seperti diketahu bahwasanya dalam usaha peternakan sekitar 70%
biaya dari usaha peternakan berada pada sektor pakan. Pakan ternak yang berkualitas
dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ternak yang maksimal, dalam upaya pemenuhan
pakan ternak yang berkualitas dibutuhkan hijaun khusus yang memiliki nilai nutrisi yang
baik pula. Sehingga dalam pembentukan sentra peternakan domba ini dibutuhkan lahan
hijauan pakan ternak (HPT) yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan ternak.

25
BAB IV. ANALISA BIAYA DAN PENERIMAAN

Dalam pembentukan sentra peternakan domba di kabupaten deli serdang dibutuhkan


kelengkapan fasilitas dengan rincian berikut:

Rincian Biaya Pengeluaran


Biaya Bibit
Jenis Jumlah Harga Jumlah
Jantan 100 Rp. 2.500.000 Rp. 250.000.000
Betina 900 Rp. 900.000 Rp. 810.000.000
Total Rp. 1.060.000.000
Biaya Kandang
Janis Kandang Luas (Meter) Biaya /M2 Jumlah
Kandang Breeding 600 Rp. 500.000 Rp. 300.000.000
Kandang Beranak 60 Rp. 500.000 Rp. 30.000.000
Kandang Anakan 120 Rp. 500.000 Rp. 60.000.000
Kandang Karantina 30 Rp. 500.000 Rp. 15.000.000
Total Rp. 405.000.000
Biaya Bangunan
Luas Biaya /M2
Bangunan
Jenis Bangunan (Meter) Jumlah
Gudang (12x10 M) 120 Rp. 1.000.000 Rp. 120.000.000
Perumahan 3 Unit (6x6 M) 108 Rp. 1.000.000 Rp. 108.000.000
Perkantoran (6x6M) 36 Rp. 1.000.000 Rp. 36.000.000
Aula Pertemuan (15 x20 M) 300 Rp. 1.000.000 Rp. 300.000.000
Pabrik Pakan (6x10M) 60 Rp. 1.000.000 Rp. 60.000.000
Rumah Potong Hewan (10x Rp. 1.000.000
20M) 200 Rp. 200.000.000
Pagar areal peternakan 1.000 Rp. 400.000
M 1.000 Rp. 400.000.000
Total Rp. 1.224.000.000
Kelengkapan Peralatan
Keterangan Biaya Jumlah
Instalasi Kelengkapan Listrik dan air Rp. 50.000.000 Rp. 50.000.000
kelangkapan Feedmill mesin mesin pengolahan Rp. 70.000.000 Rp. 70.000.000
pakan
Kelangkapan Keswan Alat pemeriksaan Rp. 30.000.000 Rp. 30.000.000
kesehatan
Kelengkapan RPH Peralatan RPH Rp. 150.000.000 Rp. 150.000.000
Kelengkapan Ruang Aula (Kursi, AC, Meja, Rp. 70.000.000 Rp. 70.000.000
Proyektor, Screen)

Kelengkapan Ruang Kantor ATK, Printer, Rp. 20.000.000 Rp. 20.000.000

26
Komputer, Meja, Kursi
Kelengkapan sarana Transportasi 2 Unit pick Up Rp. 200.000.000 Rp. 200.000.000
Total Rp. 590.000.000
Pakan dan Obat
Penyiapan Lahan Hijauan seluas 3 Hektar Rp. 60.000.000 Rp. 60.000.000
Bahan baku Konsentrat 200Gr/hari selama 1 Rp. 220.000.000 Rp. 220.000.000
tahun
Vitamin dan Obat-obatan Rp. 20.000.000 Rp. 20.000.000
Total Rp. 300.000.000
Tenaga Kerja
Anak kandang Rp. 3.000.000 Rp. 108.000.000
Staff Andministrasi Rp. 3.000.000 Rp. 36.000.000
Pendamping 3 Orang dalam 1 minggu selama 1 Rp. 12.000.000
tahun Rp.144.000.000
Total Rp. 288.000.000

TOTAL KEBUTUHAN KESELURUHAN Rp. 3.867.000.000

Rincian Biaya Penerimaan

Penerimaan Jumlah Harga/Ekor Jumlah

Penjualan Anak Jantan Lepas Sapih 450 Rp. 1.200.000 Rp. 540.000.000

Penjualan Betina Lepas Sapih 450 Rp. 900.000 Rp. 405.000.000

Total Penerimaan Penjualan Ternak Lepas Sapih Rp. 945.000.000

27
Proyeksi perkembangan ternak sederhana sampai tahun pertama

BULAN
Ternak
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Populasi Jantan 100 Ternak 100 100
Populasi Betina 900 Kawin 900 Melahirkan 900
Populasi Anak
Jantan   450 450
Populasi Anak
Betina   450 450

Keterangan:
Jumlah Populasi Ternak sebanyak 1.000 ekor
Perkawinan Menggunakan sistem kawin alam
Perbandingan jantan dan betina 1:9
Kelahiran domba 100% dengan perbandingan jantan:betina = 50% :50%

28
BAB V. PENUTUP

Pengembangan ternak domba di Kabupaten Deli Serdang memperhitungkan analisis


potensi wilayah sebagai daya dukung sumber pakan dan daya dukung SDM yang dimiliki.
Sentra peternakan domba di Kabupaten Deli Serdang ini diharapkan dapat menjadi acuan
bagi penentu kebijakan, para perencana, penyelenggara program dan pelaksana kegiatan
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan di kabupaten deli serdang. Disamping itu,
diharapkan menjadi instrumen bagi perencana pembangunan pertanian yang dapat
terintegrasi antara bidang peternakan dan bidang pertanian maupun perkebunan, khususnya
pembangunan peternakan dalam menjabarkan dan mengukur konsistensi arah kebijakan,
tujuan program, sasaran kegiatan pembangunan peternakan di daerah secara bertahap dan
berkesinambungan di Kabupaten Deli Serdang. Keberhasilan kegiatan ini akan meningkatkan
pendapatan masyarakat petani peternak yang secara tidak langsung akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat petani dan peternak di Kabupaten Deli Serdang.

29

Anda mungkin juga menyukai