Anda di halaman 1dari 157

BOOKLET

“PROSES PENILAIAN DAN PENTINGNYA PENILAIAN


DILAKUKAN DALAM PENDIDIKAN”
“KENDALA PENILAIAN SIKAP SISWA SELAMA PROSES
PEMBELAJARAN DARING”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 1 :
1. Lia Shafira (A1D018042)
2. Ananda Putri Gita (A1D018044)
3. Anjaly Dewi Puspita (A1D018048)
4. Sintia Eunike (A1D018050)
5. Septia Noparis Fadhila (A1D018056)
6. Johannes Anju Simamora (A1D018067)

Dosen Pengampu :
Neni Murniati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

Halaman i
PROFIL PENULIS

No Nama NPM Foto

1. Lia Shafira A1D018042

2. Ananda Putri A1D018044


Gita

3. Anjaly Dewi A1D018048


Puspitasari

Halaman ii
4. Sintia Eunike A1D018050

5. Septia A1D018056
Noparis
Fadhila

6. Johannes A1D018067
Anju

Halaman iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


yang telah memberikan kami nikmat iman, kesehatan, serta
keselamatan sehingga kamidapat menyelesaikan Booklet yang
berjudul ‘Proses Penilaian dan Pentingnya Penilaian Dilakukan
Dalam Pendidikan” dengan Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
dan Dosen pengampu yaitu ibu Neni Murniati, M.Pd.
Booklet ini berisi 3 Bab yakni Bab I berupa pendahuluan
yang merupakan latar belakang dan rumusan masalah. Bab II
berupa pembahasan dan Bab III berupa kesimpulan yang berupa
ringkasan dari pembahasan.
Harapan kami semoga booklet ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Namun
kami menyadari bahwa booklet ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan. Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan dalam penyusunannya.

Bengkulu, 22 Maret 2021

Kelompok 1

DAFTAR ISI

Halaman iv
HALAMAN COVER i
PROFIL PENULIAS ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 6
BAB II PEMBAHASAN 7
2.1 Strategi Penilaian Sikap Terhadap Siswa Pada
Sistem Pembelajaran Daring 7
2.2 Proses Penilaian Sikap yang Dilakukan Guru
Selama Pembelajaran Daring 9
2.3 Kendala Penilaian Sikap yang dihadapi Guru
Saat Pembelajaran Daring 10
2.4 Proses Penilaian Daring Dinilai Akurat
Atau Tidak 12
BAB III PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16

Halaman v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut: Objektif, berarti penilaian berbasis
pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas
penilai. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan
secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran,
dan berkesinambungan. Ekonomis, berarti penilaian yang
efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporannya. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses
oleh semua pihak. Akuntabel, berarti penilaian dapat
dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah
maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan
guru (Kemendikbud, 2013).
Penilaian yang diadakan guru bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik telah belajar dan
mencapai apa yang diinginkan guru untuk dipelajari peserta
didik mereka. Sementara pembelajaran menjamin bahwa
peserta didik mereka tersebut mempelajarinya. Untuk
terjadinya hal ini, penilaian-penilaian, tujuan-tujuan belajar,
dan strategi-strategi butuh untuk dirancang secara
berhubungan/memenuhi satu sama lain sehingga ketiga
komponen tersebut saling menguatkan satu sama lain.
Penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang
saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran
dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem
penilaian.Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan
kualitas belajar yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat
dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem penilaian
yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan
strategi mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik
untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya
peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem
penilaian yang diterapkan (Mardapi, 2004).
Penilaian hasil belajar merupakan komponen penting
dalam kegiatan pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas
sistem penilaiannya. Instrumen pencapaian hasil belajar harus
memperhatikan perkembangan dan kemampuan siswa.
Kebanyakan guru menggunakan Penilaian berupa tes tulis.
Dengan penggunaan tes, berakibat tidak berkesan oleh siswa,
sehingga hasil belajar siswa rendah (Noor, 2020).
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara
nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan pengajaran (Jihad, 2008). Penilaian hasil
belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil
belajar siswa. Pada hakikatnya hasil belajar siswa adalah
perubahan tingkahlaku, sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotoris (Sudjana, 2010).
Indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh
guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan
setiap peserta didik. Setiap kompetensi dasar dapat
dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian
hasil belajar, hal ini sesuai dengan keluasan dan kedalaman
kompetensi dasar tersebut.Indikator-indikator pencapaian
hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan
yang digunakan untuk melakukan penilaian (Suwandi, 2011).
Dengan menggunakan bentuk instrumen penilaian yang
berbeda pada pengajar dapat mempengaruhi hasil belajar
(nilai) seorang siswa. Dengan demikian, guru sepatut nya
menggunakan penilaian yang sesuai dengan kurikulum dan
metode sehingga pencapaian hasil belajar sesuai dengan
indikator.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa
diperhatikan dan dipegangi dalam rangka evaluasi hasil
belajar adalah prinsip kebualatan, dengan prinsip mana
evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut
untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadapa peserta
didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau
bahan pelajaran yang diberikan (aspek kognitif),maupun dari
segi penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek
psikomotorik). Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif, yaitu Pengetahuan (knowledge), Pemahaman
(comprehension), Penerapan (application), Analisis
(analysis), Sintesis (synthesis), dan Evaluasi (evaluation).
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan
nilai, sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila
ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri
belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai
tingkah laku, seperti pehatiannya terhadap pelajaran fisika
maka ia akan meningkatkan kedisiplinannya terhadap bidang
fisika dan sains di sekolah. Ranah afektif berupa, Penerimaan
(receiving), Partisipasi (responding), Penilaian atau
penentuan sikap (valuing), Organisasi (organization),
Pembentukan pola hidup (characterization by a value or
value complex).Ranah Psikomotorik (psychomotoric
domain)merupakan ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas
fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul,
dan sebagainya.
Proses penilaian memiliki peran penting dalam
pendidikan, proses penilaian tersebut juga memiliki peran
penting bagi siswa, guru dan sekolah. Pentingnya penilaian
terhadap siswa yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
Apakah siswa merasa puas atau tidak puas atas hasil yang
diperolehnya. Bila hasilnya memuaskan akan menyenangkan
dan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi
sementara bila hasil tidak memuaskan maka ia akan berusaha
agar penilaian berikutnya memperoleh hasil yang
memuaskan. Pentingnya penilaian terhadap guru yaitu agar
dapat mengetahui siswa mana yang sudah berhak melanjutkan
pelajarannya dan siswa mana yang belum berhasil menguasai
bahan, guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan
sudah tepat bagi siswa atau belum, apabila materi tepat maka
diwaktu akan datang tidak perlu diadakan perubahan, guru
akan mengetahui metode yang digunakan sudah tepat atau
belum. Jika hasil yang diperoleh sebagian besar siswa
mendapatkan nilai bagus maka metode sudah tepat sebaliknya
bila sebagian besar hasil yang diperleh siswa buruk maka
metode yang digunakan harus dipertimbangkan kembali dan
kalau perlu diganti.Pentingnya penilaian terhdap sekolah
yaitu untuk mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh
sekolah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar
merupakan cermin kualitas suatu sekolah, untuk mengetahui
tepat tidaknya kurikulum yang dipakai, untuk dapat
mengetahui kemajuan perkembangan penilaian dari tahun ke
tahun sehingga menjadi pedoman bagi sekolah untuk tindakan
selanjutnya (Setiadi, 2016).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana strategi guru untuk melakukan penilaian
sikap terhadap siswa pada sistem pembelajaran daring?
2. Bagaimana proses penilaian sikap yang dilakukan guru
selama pembelajaran daring?
3. Apa kendala penilaian sikap yang dihadapi guru saat
pembelajaran
daring?
4. Apakah proses penilaian sikap pada pembelajaran daring
dinilai akurat atau tidak?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Strategi Penilaian Sikap Terhadap Siswa Pada Sistem


Pembelajaran Daring
Penilaian sikap meliputi penilaian sikap spiritual dan
sikap sosial. Sikap spiritual adalah sikap kepada Tuhan, yang
tentu saja berisikan penilaian dalam hal ibadah. Sikap sosial
adalah sikap kepada sesamanya, yang tentu saja berisikan
sikap dalam berinteraksi sosial. Jadi dapat disimpulkan
penilaian sikap adalah kegiatan yang dilakukan pendidik
untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku
peserta didik.
Penilaian sikap berhubungan dengan sikap siswa
terhadap materi pelajaran, sikap siswa terhadap
guru/pengajar, sikap siswa terhadap proses pembelajaran,
dan sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang
berhubungan dengan materi pemebelajaran (Fadlillah, 2014).
Jadi dapat disimpulkan penilaian sikap adalah kegiatan yang
dilakukan pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif
mengenai perilaku peserta didik.
Selama proses pembelajaran daring penilaian sikap
dilakukan guru melalui beberapa strategi. Berdasarkan hasil
penelitian terhadap beberapa responden, yaitu 5 orang guru
Biologi SMA/MA di Sumbawa bahwa proses penilaian
sikap dilihat dari cara siswa merespon tugas yang telah
diberikan oleh guru melalui media online, sikap jujur serta
motivasi siswa dalam belajar. Motivasi sangat berperan
dalam menunjukkan sikap yang dimunculkan siswa dalam
proses pembelajaran. Selain motivasi cara siswa merespon
tugas yang diberikan guru dapat menjadi patokan gurudalam
menilai sikapsiswa. Dengan memberikan tugas pada siswa
dapat meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan
pengalaman belajarnya. Misalnya sikap jujur,
bertanggungjawab, disiplin, gigih,dan kepercayaan diri.
Guru dalam menilai sikap siswa tentunya dilihat dari
adanya sikap yang ditunjukkan oleh siswa selama kegiatan
pembelajaran hal ini dilihat dari hasil responden penelitian
pada 5 orang guru Biologi SMA/MA dimana ada2 responden
menjawab sangat setuju dan 3 respon den menjawab setuju
bahwa sikap yang muncul dari seorang siswa merupakan
salah satu cara untuk membantu para guru dalam proses
penilaian sikap dalam pembelajaran daring. Hasil ini juga
diperkua tdengan pernnyataan bahwa siswa yang
mengerjakan tugas dengan jujur dan mengumpulkan
tugasnya dengan tepat waktu dapat membantu guru dalam
proses penilaian sikap selama pembelajaran daring dimana 2
respon den menjawab setuju dan 3 respon den yang
menjawab sangat setuju. Namun dalam hal ini guru
menemukan masalah dalam hal membentuk sikap siswa
dalam pembelajaran daring karena sulitnya mengkondisikan
siswa dalam memunculkan sikap yang ingin dinilai oleh guru
(Ramdhayani, 2020).

2.2 Proses Penilaian Sikap Yang Dilakukan Guru Selama


Pembelajaran Daring
Penilaian sikap di dunia pendidik kurang diperhatikan,
padahal sikap sosial yang muncul dianggap tidak biasa.
Dalam proses pembelajaran daring yang dirasa sulit oleh guru
adalah tahap penilaian terutama penilaian sikap. Hal ini
disebabkan karena proses penilaian sikap seyongyanya
dilakukan dengan observasi secara langsung oleh guru selama
proses pembelajaraan. Berdasarkan hasil penelitian dari
semua responden menyatakan bahwa “Penilaian sikap yang
dilakukan secara daring merupakan suatu hal yang sangat
sulit dilakukan oleh seorang guru” (Setiawan,2018).
Guru melakukan proses penilaian sikap melalui
observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat siswa dan
jurnal. Penilaian antar teman atau teman sejawat dilakukan
untuk mengetahui objektivitas siswa. Penilaian antar teman
atau teman sejawat dan penilaian diri dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu semester (Puspita, 2019).Guru
dalam menilai sikap siswa tentunya dilihat dari adanya sikap
yang ditunjukkan oleh siswa selama kegiatan pembelajaran.
Sikap yang muncul dari seorang siswa merupakan salah satu
cara untuk membantu para guru dalam proses penilaian sikap
dalam pembelajaran daring. Siswa yang mengerjakan tugas
dengan jujur dan mengumpulkan tugasnya dengan tepat
waktu dapat membantu guru dalam proses penilaian sikap
selama pembelajaran daring.
2.3 Kendala Penilaian Sikap yang dihadapi Guru Saat
Pembelajaran Daring
Kendala dalam melakukan penilaian sikap siswa pada
proses pembelajaran daring bahwa guru mengalami kesulitan
dalam menumbuhkan sikap mandiri dan gemar membaca
dalam diri siswa. Saat guru mengarahkan siswa untuk belajar
mandiri, terdapat beberapa siswa yang tidak membaca atau
belajar, melainkan bersikap acuh pada ruang pembelajaran
daring seperti zoom atau google meet. Hal ini dikarenakan
guru tidak lagi memperhatikan aktivitasnya. Sehingga,
penilaian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan sikap
siswa.
Kendala lainnya dalam melakukan penilaian sikap siswa
pada pembelajaran daring adalah mengembangkan
kepedulian lingkungan dan kerjasama. Guru tidak dapat
mengamati sikap siswa yang berkaitan dengan kepedulian
siswa terhadap lingkungan dengan baik, hal ini dikarenakan
sikap ini harus diamati oleh guru saat siswa berada di luar
kelas. Hal ini menjadi kendala bagi guru dikarenakan jumlah
siswa yang lebih banyak, membutuhkan waktu yang lama
serta terbatasnya akses atau lingkup dalam pembelajaran
daring.
Selain itu, sikap yang paling sulit dinilai adalah kejujuran
dan menghargai orang lain. Hal ini dikarenakan pada saat
siswa belajar dan diamati oleh guru, siswa akan bersikap
sangat baik. Akan tetapi, jika guru tidak mengamati, maka
siswa akan bersikap berbeda bahkan tidak memperdulikan
teman lainnya. Selanjutnya guru mengalami kesulitan dalam
melakukan penilaian sikap disiplin dan tanggung jawab. Hal
ini sulit diamati. Apalagi proses pengamatannya dilakukan
secara individu. Masalah kejujuran dan tanggung jawab juga
menjadi kendala di SMA Riyadhul Jannah Jalancagak
Subang yang mana banyak ditemukan siswanya melakukan
plagiarisme baik pagiarisme antar teman maupun
plagiarisme dari internet sehingga guru sulit dalam
memberikan nilai untuk penilaian sikap siswa (Saefulmilah,
2020).
Guru terkendala dalam menentukan secara tepat siswa
yang memiliki displin yang tinggi dan siswa yang tidak
memiliki disiplin yang tinggi.Untuk mengatasi kendala yang
dihadapi guru melakukan beberapa tindakan, yaitu guru
melakukan konsultasi dengan guru lainnya (guru di kelas
sebelumnya) yang sudah mengetahui banyak tentang siswa.
Sehingga, guru mendapatkan informasi yang rinci mengenai
sikap siswa. Selain itu, guru juga melakukan kerjasama
dengan orang tua. Khususnya siswa yang memiliki sikap
yang belum sesuai dengan tujuan pembelajaran. Siswa yang
lebih tertutup dan tidak aktif di kelas. Kerjasama dengan
orang tua dilakukan agar anak bisa mendapatkan bimbingan
langsung dari kedua belah pihak, baik guru maupun orang tua
(Zuhera,2017).

2.4 Proses Penilaian Sikap Pada Pembelajaran Daring


Dinilai Akurat Atau Tidak
Penerapan pembelajaran daring tentunya diiringi oleh
permasalahan baru dalam proses pembelajaran maupun dalam
mengevaluasi siswa. Permasalahan pembelajaran daring yang
diterapkan dalam era tatanan baru tentunya muncul terkait
kesulitan guru dalam mengevaluasi siswa terutama dalam
menilai sikap siswa selama pembelajaran daring.Penilaian
sikap menjadi hal yang perlu untuk dibenahi selama
pembelajaran daring di era new normal ini. Baik dari segi
kesiapan guru dalam hal menyiapkan instrument yang cocok
dalam pembelajaran daring.Kemampuan dan keterampilan
serta keahlian guru untuk mengotomatiskan
pengajaran,seperti penilaian digital dapat memantau
kemajuan siswa dengan platform yang ada di sekolah
(Mardiana, 2020). Guru harus mampu mengkondisikan siswa
agar dapat belajar menyenangkan dan mengembangkan
karakter mereka meskipun dilakukan melalui pembelajaran
daring sehingga munculnya karakter kepercayaan diri dan
tentunya berdampak pada munculnya karakter yang
lainnya.Makadariitu proses penilaian sikap yang dilakukan
secara daring tidak akurat karena guru tidak bisa melihat
secara langsung sikap yang muncul selama proses
pembelajaran, karena penilaian sikap yang dilakukan secara
daring merupakan suatu hal yang sangat sulit dilakukan oleh
seorang guru. Dengan adanya kesulitan ini tentu penilaian
yang dilakukan secara daring kurang akurat.Hal ini
disebabkan karena proses penilaian sikap biasanya dilakukan
dengan observasi secara langsung oleh guru selama proses
pembelajaraan.
Dalam pembelajaran daring ini penilaian sikapdapat
dilakukanoleh guru dengan beberapa strategi. Salah satu cara
guru dalam menilai sikap siswa yaitu dengan melihat cara
siswa merespon tugas yang telah diberikan oleh guru melalui
media online, sikap jujur serta motivasi siswa dalam belajar.
Memberikan tugas pada siswa daapat meningkatkan sikap
positif terhadap belajar dan pengalaman belajarnya. Misalnya
sikap jujur, bertanggungjawab, disiplin, gigih, dan
kepercayaan diri (Rahmadhayani, 2020).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Guru dalam menilai sikap siswa tentunya dilihat dari
adanya sikap yang ditunjukkan oleh siswa selama
kegiatan pembelajaran hal ini dilihat dengan
memberikan tugas pada siswa dapat meningkatkan
sikap positif terhadap belajar dan pengalaman
belajarnya. Misalnya sikap jujur, bertanggungjawab,
disiplin, gigih, dan kepercayaan diri.
2. Guru dalam menilai sikap siswa tentunya dilihat dari
adanya sikap yang ditunjukkan oleh siswa selama
kegiatan pembelajaran. Sikap yang muncul dari
seorang siswa merupakan salah satu cara untuk
membantu para guru dalam proses penilaian sikap
dalam pembelajaran daring. Seperti siswa yang
mengerjakan tugas dengan jujur dan mengumpulkan
tugasnya dengan tepat waktu.
3. Kendala dalam melakukan penilaian sikap siswa
pada proses pembelajaran daring bahwa guru
mengalami kesulitan dalam menumbuhkan sikap
mandiri dan gemar membaca dalam diri siswa,
mengembangkan kepedulian lingkungan dan
kerjasama, kejujuran dan menghargai orang lain, dan
penilaian sikap disiplin dan tanggung jawab.
4. Proses penilaian sikap yang dilakukan secara daring
tidak akurat karena guru tidak bisa melihat secara
langsung sikap yang muncul selama proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran daring ini penilaian
sikap dapat dilakukan oleh guru dengan beberapa
strategi salah satunya dengan melihat cara siswa
merespon tugas yang telah diberikan oleh guru melalui
media online, sikap jujur serta motivasi siswa dalam
belajar.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah diuraikan, pengkondisian belajar siswa ketika
pembelajaran daring berlangsung harus lebih
diperhatikan karena kesulitan dalam menilai sikap siswa
menagalami kesulitan maka dari itu penilaian sikap
siswa dilakukan dengan beberapa strategi salah satunya
seperti melihat cara siswa merespon tugas yang diberikan,
sikap jujur dan mengumpulkan tugas tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Fadlillah.2014. ImplementasiKurikulum2013. Yogyakarta: Arr-


Ruzz Media.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2008. Penilaian Pembelajaran.
Yogyakarta: Multi Pressindo
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Dokumen
Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud
Mardapi,D.2004. Penyusunan Tes Hasil Belajar.
Yogyakarta:Program Pascasarjana Universitas Negeri
Yogyakarta
Mardiana.2020. Evaluasi Dan Penilaian Dalam Pembelajaran.
Yogyakarta: Deepublish
Noor, Sugian. 2020. Penggunaan Quizizz Dalam Penilaian
Pembelajaran Pada Materi Ruang Lingkup Biologi
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X.6
SMA 7 Banjarmasin. Jurnal Pendidikan Hayati Vol 6 (1)
(Diakses Pada Tanggal 20 Februari 2021)
Ramdhayani, E., Noviati, W., Deniati, L., & Kurniati, E. 2020.
Analisis Penilaian Sikap Siswa Biologi Selama
Pembelajaran Daring Pada Era Tatanan Baru. JURNAL
PENDIDIKAN MIPA, 10(2), 107-110.
Saefulmilah, R. M. I., & Saway, M. H. M.2020. Hambatan-
hambatan pada Pelaksanaan Pembelajaran Daring di
SMA Riyadhul Jannah Jalancagak
Subang. NUSANTARA, 2(3), 393-404 (Diakses Pada
Tanggal 15 Maret 2021)
Setiadi, H.2016. Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum
2013. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20(2),
166-178
Setiawan, Ari, and Siti Partini Suardiman. 2018. Assessment of
the Social Attitude of Primary School Students. Research
and Evaluation in Education. doi:
10.21831/reid.v4i1.19284 (Diakses pada tanggal 08
maret 2021)
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Suwandi, Sarwiji. 2011. Model-model Asesmen Dalam
Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pressindo
Puspita Sari, Ni Putu Nanik, and I. Ketut Sudiana. 2019.
Penilaian Sikap Sebagai Dampak Pengiring
Pembelajaran Praktikum Kimia. Jurnal Pendidikan
Kimia Undiksha. doi: 10.23887/jjpk.v3i2.21143
(Diakses pada tanggal 08 maret 2021)
Zuhera, Yuni dkk. 2017. Kendala Guru Dalam Memberikan
Penilaian Terhadap Sikap Siswa Dalam
Prosespembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Sd
Negeri 14 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Sekolah DasarVol 2(1) (Diakses pada tanggal 15 maret
2021)

Jurnal
Pendidikan
MIPA
Volume 10. Nomor 2, Desember 2020
ISSN: 2088-0294

Analisis Penilaian Sikap Siswa Biologi Selama


Pembelajaran Daring Pada Era
Tatanan Baru

Eryuni Ramdhayani1), Wiwi Noviati1)*, Syafruddin1), Linda


Deniati1), Erna Kurniati1)
1)
Universitas Samawa, Sumbawa Besar

*wiwinoviati15@gmail.com

Abstrak : Penerapan pembelajaran daring tentunya diiringi


oleh permasalahan baru dalam proses pembelajaran
maupun dalam mengevaluasi siswa. Permasalahan
pembelajaran daring yang diterapkan dalam era
tatanan baru tentunya muncul terkait kesulitan guru
dalam mengevaluasi siswa terutama dalam menilai
sikap siswa selama pembelajaran daring. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara guru
dalam mengakses penilaian sikap siswa selama proses
pembelajaran agar dapat menjadi refrensi terhadap
guru yang kesulitan dalam memberikan penilaian
sikap terhadap siswa. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif melalui pendekatan deskritif. Teknik
pengambilan sampel menggunakan Teknik purposive
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
kuisioner terkait mengenai analisis teknik penilaian
sikap siswa selama pembelajaran daring pada era
tatanan baru yang diisi oleh responden. Keabsahan
data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi
data. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan diperoleh bahwa penilaian sikap dalam
pembelajaran daring sulit dilakukan dan hasilnya
kurang akurat, Penilaian sikap selama pembelajaran
daring masih sebatas guru melihat respon siswa dalam
hal mengerjakan tugas yang diberikan., dan penilaian
sikap menjadi hal yang perlu untuk dibenahi selama
pembelajaran daring di era new normal dari segi
kesiapan guru menyiapkan instrument dan
mengkondisikan siswa agar mengembangkan karakter
selama pembelajaran daring.
Kata Kunci: Penilaian Sikap, Pembelajaran Daring

1. Pendahuluan
Permasalahan dunia sekarang yang sedang dilanda pandemi
Covid-19, sehingga tentunya berdampak bagi segala bidang tidak
terkecuali dalam bidang Pendidikan. Dunia pendidikan pun tidak
lepas dari tatanan kenormalan baru. Sejak awal pandemi ini muncul
dan menghambat pembelajaran tatap muka di ruang-ruang kelas,
model belajar dari rumah (BDR) menjadi kenormalan baru dalam
dunia pendidikan sehingga mengharuskan penggunaan teknologi
informasi khususnya internet. Menurut (Noviati 2020) Teknologi
informasi sangatlah berdampak pada Pendidikan di Indonesia
khususnya, misalnya dalam hal mendapat referensi terbaru dan ter
up to date bagi guru dalam hal materi maupun media pembelajaran.
Penerapan pembelajaran daring tentunya diiringi oleh
permasalahan baru dalam proses pembelajaran maupun dalam
mengevaluasi siswa. Permasalahan pembelajaran daring yang
diterapkan dalam era tatanan baru tentunya muncul terkait kesulitan
guru dalam mengevaluasi siswa terutama dalam menilai sikap siswa
selama pembelajaran daring. Karena pendidikan tidak hanya
mengajarkan pengetahuan saja tetapi juga pada penilaian sikap siswa
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang diharapkan. Hal ini
didukung oleh (Ramdhayani, Ibrahim, and Madlazim 2017) bahwa
pendidikan tidak hanya membelajarkan pengetahuan kognitif dan
keterampilan saja melainkan yang paling penting adalah cara
menanamkan nilai-nilai untuk membentuk sikap positif siswa dan
mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran ranah afektif adanya stimulus-respon
yang dapat membentuk sikap baru yang berorientasi pada nilai-nilai
karakter setiap individu. Penilaian ranah afektif merupakan sisi
kejiwaan siswa yang relative sulit untuk diukur (Alifah 2019). Upaya
penilaiaan sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku siswa yang
meliputi penilaian sikap spiritual dan penilaian sikap sosial. Menurut
hasil penelitian (Zuhera, Habibah, and Mislinawati 2017) faktor
kesulitan yang
Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 10, No. 2, Desember 2020 https://doi.org/1
dialami guru dalam penilaian sikap yaitu keterbatasan waktu yang
dimiliki oleh guru. Didukung juga oleh (Retnawati 2016) bahwa
mayoritas yang dikeluhkan oleh guru adalah penilaian sikap Pada saat
mengajar, guru harus membagi waktu antara penyampaian materi,
pemberian tugas dan proses evaluasi. Hal inilah yang menyulitkan
guru dalam melakukan penilaian sikap siswa. Penilaian sikap siswa
harus dilakukan secara individu dan langsung bertatap muka.
Sehingga, keterbatasan waktu yang dimiliki menjadi penghambat bagi
guru. Apalagi penilaian sikap dengan adanya tatanan baru ini
mengharuskan guru melakukan pembelajaran daring, hal ini tentunya
menjadi kendala baru yang dialami guru dalam hal menilai sikap.
Bertolak dari permasalahan tersebut maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian yaitu menganalisis penilaian sikap siswa
selama pembelajaran daring pada era tatanan baru. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana cara guru dalam mengakses penilaian
sikap siswa selama proses pembelajaran agar dapat menjadi refrensi
terhadap guru yang kesulitan dalam memberikan penilaian sikap
terhadap siswa.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui
pendekatan deskritif. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Teknik purposive sampling yaitu teknik sampling nonrandom
sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan
cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.
Sampel penelitian yaitu 5 Guru Biologi SMA/MA di Sumbawa.
Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner terkait mengenai
analisis penilaian sikap siswa selama pembelajaran daring pada era
tatanan baru yang diisi oleh responden. Keabsahan data dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data sebagai pembanding. Pada penelitian ini penulis
menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan mengecek data dari

beberapa sumber. Sedangkan untuk analisis data dalam


penelitian ini menggunakan analisis data menggunakan model
Jurnal Pendidikan MIPA
analisis
Vol. data2,interaktif
10, No. Desemberyaitu
2020berdasarkan data yang diperoleh
https://doi.org/1
menurut Milles dan Huberman sebagai berikut: 1) Reduksi data,
yang diartikan sebagai pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncil dari catatan
tetulis di lapangan; 2) Penyajian data, sekumpulan informasi
informasi tersusun yang memberi adanya kemungkinan penarikan
kesimpulandean pengambilan Tindakan; 3) Menarik kesimpulan,
sebagaian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi yaitu pemikiran
kembali atau tinjauan ulang dari catatan di lapangan.

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian ini diperoleh melalui kuisioner yang telah disi


oleh guru biologi di SMA/MA, kemudian data tersebut di analisis
secara deskriptif mengenai bagaimana penilain sikap siswa selama
pembelajaran daring pada era tatanan baru. Kriteria responden dalam
penelitian ini adalah guru yang melakukan proses pembelajaran secara
daring pada era tatanan baru. Dalam menganalisis data peneliti
membuat daftar pernyataan dalam bentuk kuisioner terkait bagaimana
penilaian sikap siswa selama pembelajaran daring. Hal ini untuk dapat
merangkum bagaimana guru dalam menilai sikap siswa.
Menurut (Setiawan and Suardiman 2018) penilaian sikap di
dunia pendidik kurang diperhatikan, padahal sikap sosial yang
muncul dianggap tidak biasa. Dalam proses pembelajaran daring yang
dirasa sulit oleh guru adalah tahap penilaian terutama penilaian sikap.
Hal ini disebabkan karena proses penilaian sikap seyongyanya
dilakukan dengan observasi secara langsung oleh guru selama proses
pembelajaraan. Berdasarkan hasil penelitian dari semua responden
menyatakan bahwa “Penilaian sikap yang dilakukan secara daring
merupakan suatu hal yang sangat sulit dilakukan oleh seorang guru”.
Dengan adanya kesulitan ini tentu penilaian yang telah dilakukan
secara daring kurang akurat. Dari pernyataan semua reponden juga
menyatakan bahwa proses penilaian sikap yang d

Dilakukan secara daring tidak akurat karena guru tidak bisa


melihat secara langsung sikap yang muncul selama proses
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat (Audina, Susetyo, and
Arifin 2019) bahwa penilaian sikap dengan Teknik observasi
dilakukan oleh guru saat proses kegiatan belajar mengajar, jika
Jurnal Pendidikan MIPA
muncul
Vol. sikap2,negarif
10, No. guru akan
Desember 2020lansung mencatat. https://doi.org/1
Selama proses pembelajaran daring penilaian sikap dilakukan
guru melalui beberapa strategi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap
beberapa responden menunjukkan sikap setuju dengan melihat cara
siswa merespon tugas yang telah diberikan oleh guru melalui media
online, sikap jujur serta motivasi siswa dalam belajar.
Jurnal Pendidikan MIPA
Vol. 10, No. 2, Desember 2020 https://doi.org/1
Menurut (Arif Rahman 2018) bahwa motivasi berfungsi sebagai
pendorong, penggerak dan pengarah kegiatan siswa dalam dalam
belajar. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku (Mariamah and Susantri 2018). Motivasi
sangat berperan dalam menunjukkan sikap yang dimunculkan siswa
dalam proses pembelajaran. Selain motivasi cara siswa merespon
tugas yang diberikan guru dapat menjadipatokan guru dalam menilai
sikap siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat (Prawati 2016) bahwa
dengan memberikan tugas pada siswa daapat meningkatkan sikap
positif terhadap belajar dan pengalaman belajarnya. Misalnya sikap
jujur, bertanggungjawab, disiplin, gigih, dan kepercayaan diri. Selain
itu responden berinisial “S” dan “T” setuju dengan pernyataan bahwa
penilaian sikap dapat dilakukan melalui teman sejawat. Hai ini sesuai
dengan pendapat (Tiara and Sari 2019) bahwa guru melakukan
penilaian sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman
sejawat siswa dan jurnal. Penilaian antar teman atau teman sejawat
dilakukan untuk mengetahui objektivitas siswa. Penilaian antar teman
atau teman sejawat dan penilaian diri dilakukan sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu semester (Puspita Sari and Sudiana 2019).
Guru dalam menilai sikap siswa tentunya dilihat dari adanya
sikap yang ditunjukkan oleh siswa selama kegiatan pembelajaran hal
ini dilihat dari hasil responden dimana ada 2 responden menjawab
sangat setuju dan
3 responden menjawab setuju bahwa sikap yang muncul dari seorang
siswa merupakan salah satu cara untuk membantu para guru dalam
proses penilaian sikap dalam pembelajaran daring. Hasil ini juga
diperkuat dengan pernnyataan bahwa siswa yang mengerjakan tugas
dengan jujur dan mengumpulkan tugasnya dengan tepat waktu dapat
membantu guru dalam proses penilaian sikap selama pembelajaran
daring dimana 2 responden menjawab setuju dan 3 responden yang
menjawab sangat setuju. Namun dalam hal ini guru menemukan
masalah dalam hal membenetuk sikap siswa dalam pembelajaran
daring karena sulitnya mengkondisikan siswa dalam memunculkan
sikap yang ingin dinilai oleh guru. Hal ini didukung oleh penelitian
(Kusaeri 2019) bahwa untuk memunculkan sikap perlu dilakukan
setting wahana situasi yang dapat dibagi

pelaksanaannya dalam proses pembelajaran dan di luar pembelajaran


maka diperlukan sekolah/madrasah yang menjadi tempat
Jurnal Pendidikan MIPA
menyenangkan
Vol. 10, No. 2, dan kondusif
Desember bagi siswa belajar.
2020 https://doi.org/1
Penilaian sikap menjadi hal yang perlu untuk dibenahi
selama pembelajaran daring di era new normal ini. Baik dari segi
kesiapan guru dalam hal menyiapkan instrument yang cocok dalam
pembelajaran daring. Kemampuan dan keterampilan serta keahlian
guru untuk mengotomatiskan pengajaran, seperti penilaian digital
dapat memantau kemajuan siswa dengan platform yang ada di sekolah
(Mardiana 2020). Guru harus mampu mengkondisikan siswa agar
dapat belajar menyenangkan dan mengembangkan karakter mereka
meskipun dilakukan melalui pembelajaran daring sehingga
munculnya karakter kepercayaan diri dan tentunya berdampak pada
munculnya karakter yang lainnya. Karakter kepercayaan diri siswa
ditentukan oleh kemampuan guru menggunakan pendekatan yang
menstimulus siswa aktif (Ade Mutiarawati 2020).

4. Simpulan

Berdasarklan hasil penelitian ada beberapa kesimpulan yang


dapat diperoleh yaitu: Proses penilaian sikap yang dilakukan secara
daring tidak akurat karena guru tidak bisa melihat secara langsung
sikap yang muncul selama proses pembelajaran. Selain itu, penilaian
sikap menjadi hal yang perlu untuk dibenahi selama pembelajaran
daring di era new normal. Baik dari segi kesiapan guru dalam hal
menyiapkan instrument yang cocok dalam pembelajaran daring dan
mengkondisikan siswa agar dapat belajar menyenangkan sehingga
dapat mengembangkan karakter.

DAFTAR PUSTAKA
Ade Mutiarawati. 2020. “Pengaruh Pendekatan Konstruktivisme
Terhadap Karakter Kepercayaan Diri Siswa
Dalam Pembelajaran Matematika Di SMPN 15 Kota
Bekasi.” JURNAL PENDIDIKAN MIPA. doi:
Jurnal Pendidikan MIPA
10.37630/jpm.v9i2.228.
Vol. 10, No. 2, Desember 2020 https://doi.org/1
Alifah, Fitriani Nur. 2019. “PENGEMBANGAN STRATEGI
PEMBELAJARAN AFEKTIF.” Tadrib: Jurnal
Pendidikan Agama Islam. doi: 10.19109/tadrib.v5i1.2587.
Arif Rahman. 2018. “Hubungan Motivasi Dan Sikap Siswa
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Kelas VIII SMP Negeri
1 Wera.” JURNAL PENDIDIKAN MIPA. doi:
10.37630/jpm.v8i1.60.
Audina, Ise, Susetyo Susetyo, and M. Arifin. 2019. “PENILAIAN
SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA OLEH GURU KELAS VII DI SMP NEGERI 1
KOTA BENGKULU.” Jurnal Ilmiah KORPUS. doi:
10.33369/jik.v2i2.6520.
Kusaeri, Kusaeri. 2019. “PENILAIAN SIKAP DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA.” JPM : Jurnal
Pendidikan Matematika. doi: 10.33474/jpm.v5i2.1588.
Mardiana, Harisa. 2020. “Lecturers’ Attitudes towards Online
Teaching in the Learning Process.” Register
Journal. doi: 10.18326/rgt.v13i1.77-98.
Mariamah, and Susantri. 2018. “Penerapan Model Accelerated
Learning Untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Kelas X4 SMAN 3 Kota Bima.” JURNAL
PENDIDIKAN MIPA. doi: 10.37630/jpm.v8i1.44.
Noviati, Wiwi. 2020. “Kesulitan Pembelajaran Online Mahasiswa
Pendidikan Biologi Di Tengah Pandemi
Covid19.” Jurnal Pendidikan MIPA.
Prawati, Siska. 2016. “Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk M

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam


Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SDN No 1 Pangalasiang.”
Jurnal Kreatif Tadulako Online.
Puspita Sari, Ni Putu Nanik, and I. Ketut Sudiana. 2019.
“PENILAIAN SIKAP SEBAGAI DAMPAK
PENGIRING PEMBELAJARAN PRAKTIKUM
KIMIA.” Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha. doi:
10.23887/jjpk.v3i2.21143.
Jurnal Pendidikan MIPA
Ramdhayani,
Vol. 10, No. 2,Eryuni, Muslimin
Desember 2020Ibrahim, and Madlazim Madlazim.
https://doi.org/1
2017. “PEMBELAJARAN SIKAP MELALU ANALOGI
DALAM MENGAJARKAN BIOLOGI.” JPPS (Jurnal
Penelitian Pendidikan Sains). doi: 10.26740/jpps.v5n1.p874-
884.

MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA


DALAM MENERAPKAN KURIKULUM BARU.”
Jurnal Cakrawala Pendidikan. doi:
10.21831/cp.v3i3.7694.
Setiawan, Ari, and Siti Partini Suardiman. 2018. “Assessment of the
Social Attitude of Primary School
Students.” Research and Evaluation in Education. doi:
10.21831/reid.v4i1.19284.
Tiara, Shintia Kandita, and Eka Yuliana Sari. 2019. “ANALISIS
TEKNIK PENILAIAN SIKAP SOSIAL SISWA DALAM
PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SDN 1
WATULIMO.” EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar
Kampus Cibiru. doi: 10.17509/eh.v11i1.11905.
Zuhera, Yuni, Sy Habibah, and Mislinawati. 2017. “Kendala Guru
Dalam Memberikan Penilaian Terhadap Sikap Siswa Dalam
Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Di SD
Negeri 14 Banda Aceh.” Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
Halaman 1
BOOKLET
EVALUASI PEMBELAJARAN BIOLOGI TUJUAN
ATAU FUNGSI PENILAIAN DAN CIRI-CIRI
PENILAIAN DALAM PENDIDIKAN

“UPAYA GURU DALAM MENGATASI KESULITAN


PEMBERIAN NILAI TERHADAP SISWA”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3B
1. Amabel Reynaldo A (A1D018035)
2. Anggun Tri Septi (A1D018036)
3. Erlince Sinaga (A1D018040)
4. Meliani Harahap (A1D018054)
5. Tulus N.A (A1D018062)
Dosen Pengampu : Neni Murniati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDI DI K AN

UNIVERSITAS BENG K UL U

2021
PROFIL PENULIS
1. Anggota 1
Nama : Amabel Reynaldo A
NPM : A1D018035
Semester/Kelas : VI/B

2. Anggota 2
Nama : Anggun Tri Septi
NPM : A1D018036
Semester/Kelas : VI/B

3. Anggota 3
Nama : Erlince Sinaga
NPM : A1D018040
Semester/Kelas : VI/B

4. Anggota 4
Nama : Meliani Harahap
NPM : A1D018054
Semester/Kelas : VI/B
5. Anggota 5
Nama : Tulus Nuzul Akbar
NPM : A1D018064
Semester/Kelas : VI/B

Halaman i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya booklet ini telah dapat
diselesaikan penyusun. Booklet ini disusun guna melengkapi
tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi, dengan
harapan agar penyusun mengerti dan memahami tentang kajian
Tujuan Atau Fungsi Penilaian Dan Ciri-Ciri Penilaian Dalam
Pendidikan

Booklet ini diharapkan dapat dipelajari secara mandiri


oleh mahasiswa di dalam maupun diluar kegiatan perkuliahan.
Tujuannya agar mahasiswa dapat mengadakan refleksi sejauh
dimana mereka merasa tuntas pada mata kuliah yang telah
diikutinya.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih


kepada dosen pengampuh mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Biologi. Beliaulah yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan Booklet ini. Tanpa bimbingan beliau Booklet ini
tidak dapat terselesaikan dengan baik.

Semoga Booklet ini dapat membantu dan menambah


pengetahuan bagi para pembaca. Dalam Booklet ini penulis
mengakui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
penulis miliki sangat kurang. Oleh kerena itu penulis harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan Booklet ini.

Bengkulu, Maret 2021

Penulis
Halaman ii
DAFTAR ISI

PROFIL PENULIS...............................................................i
Kata Pengantar................................................................... ii
Daftar Isi…..........................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Cara Guru dalam Memberikan Penilaian Terhadap Siswa
dalam Proses Pembelajaran ................. ............... ..............3
2.2 Kesulitan Guru dalam Memberikan Penilaian Terhadap
Siswa dalam Proses Pembelajaran ......................................6
2.3 Upaya yang Dilakukan Guru dalam Mengatasi Kesulitan
Pemberian Nilai Terhadap Siswa Dalam Proses
Pembelajaran....................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................8
3.2Saran...........................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................9
LAMPIRAN............................................................................10

Halaman 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penilaian merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam suatu proses belajar-mengajar. Penilaian
adalah koleksi dari informasi yang valid, reliabel, dan bertujuan
untuk meningkatkan penampilan. Penilaian memerlukan
informasi yang baik dan informasi yang baik itu harus valid
dan reliabel. Penilaian digunakan sebagai usaha untuk melihat
keberhasilan proses belajar mengajar yang ditunjukkan dalam
bentuk nilai dan juga digunakan sebagai penilaian terhadap
usaha dalam rangka perbaikan suatu penampilan. Jadi dalam
penilaian harus dilakukan secara adil, dan harus dihubungkan
dengan tujuan. Langkah-langkah penting dalam proses
penilaian mencakup tujuan, menuangkan kembali tujuan dalam
bagian perilaku, berhasil dalam target dan kriteria,
mengumpulkan baseline data, mencapai tujuan melalui strategi
khusus.

Penilaian dalam pendidikan mempunyai tujuan


mendeskripsikan hasil belajar siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran
tersebut. Selain itu juga dapat mengetahui keberhasilan proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah, di sini dapat terlihat
berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Apabila hasilnya kurang baik maka dapat dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan sehingga
dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak
sekolah. Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk
mengetahui seberapa berhasilkah proses belajar mengajar yang
terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan
proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa.
Halaman 5
Dan juga sebagai laporan kemauan belajar siswa yang
diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil
belajar anaknya dalam bentuk raport yang biasanya diberikan
pada akhir semester.

Kriteria penilaian ada yang dilakukan secara tidak


langsung Maksudnya, jika seorang guru ingin mengetahui
mana dari siswanya yang cerdas atau kurang cerdas maka
dalam evaluasi yang diukur bukanlah kecerdasan atau
kekurangan peserta didik, tetapi indikator atau hal-hal yang
menandai bahwa seseorang itu bisa disebut pandai dan kurang
pandai, Bersifat relative karena nilai seorang siswa tidak selalu
konstan dari waktu ke waktu, tetapi bisa saja berubah-ubah,
Bersifat kuantitatif Dalam evaluasi pembelajaran biasanya
dilakukan pengukuran dengan menggunakan simbol bilangan
(angka) sebagai hasil untuk pengukurannya, Menggunakan
satuan unit-unit seperti sangat memuaskan, memuaskan, cukup
memuaskan, kurang memusakan, dan tidak memuaskan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara guru dalam memberikan penilaian terhadap
siswa dalam proses pembelajaran ?
2. Apakah kesulitan guru dalam memberikan penilaian
terhadap siswa dalam proses pembelajaran ?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi
kesulitan pemberian nilai terhadap siswa dalam proses
pembelajaran ?

1.3 Tujuan
Halaman 6
1. Untuk mengetahui cara guru dalam memberikan penilaian
terhadap siswa dalam proses pembelajaran.
2. Untuk mengaetahui kesulitan guru dalam memberikan
penilaian terhadap siswa dalam proses pembelajaran.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru dalam
mengatasi kesulitan pemberian nilai terhadap siswa dalam
proses pembelajaran ?

Halaman 7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Cara Guru Dalam Memberikan Penilaian Terhadap


Siswa Dalam Proses Pembelajaran

Penilaian adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari


pembelajaran karena penilaian merupakan tempat guru
mengetahui sejauh mana pengetahuan yang siswa dapat, sejauh
mana keterampilan yang siswa punya dan sejauh mana sikap
yang siswa miliki dalam dirinya. Seluruh sekolah di Indonesia
saat ini telah menggunakan kurikulum 2013 dalam
pembelajarannya, hal in tentu membuat guru harus menilai
siswa sesuai dengan kaidah-kaidah yang ditentukan didalam
kurikulum tersebut.

Bermacam-macam bentuk penilaian dalam kurikulum


2013 baik dalam bentuk formal maupun nonformal
dipergunakan pada kegiatan penilaian dalam rangka
mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan
menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan selama
pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah
pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).
Nursobah (2013:83) menjelaskan penilain yang dapat dilakukan
secara rinci yaitu penilaian nonformal/informal dan penilaian
formal.

Penilaian nonformal bisa berupa komentar-komentar


guru yang diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran.
Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru, pada
waktu siswa atau beberapa siswa mengajukan pertanyaan
Halaman 8
kepada guru atau temannya, atau saat seorang siswa
memberikan komentar terhadap jawaban guru atau siswa
lainnya, dengan demikian berarti guru telah melakukan
penilaian nonformal/informal terhadap performansi siswa
tersebut. Sedangkan penilaian proses formal adalah sebaliknya
dari penilaian informal. Penilaian formal adalah teknik
pengumpulan informasi yang didesain untuk mengidentifikasi
dan merekam pengetahuan dan keterampilan siswa. Tidak sama
dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal
merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara
sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan
tentang kemajuan siswa.

Dalam memberikan penilaian, guru memandang dari 3


aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotor (keterampilan). Sikap siswa merupakan salah satu
aspek yang dievaluasi dalam pembelajaran. Suryobroto
(2005:143) menyatakan bahwa penyelenggaraan evaluasi
(penilaian) hasil belajar siswa merupakan salah satu tugas
kegiatan dari tatalaksana kurikulum. Evaluasi berguna dan
bertujuan untuk mendapatkan umpan balik bagi guru tentang
sejauh mana tujuan instruksional (pengajaran) telah tercapai.

Sikap merupakan kecenderungan pola tingkah laku


individu untuk berbuat sesuatu dengan cara tertentu terhadap
orang, benda atau gagasan. Sikap dapat diartikan sekelompok
keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu
dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut
dengan cara tertentu (Calhoun, 1978: 315). Menurut Robert
R.Gabe (dalam Siskandar, 2008:440), Sikap merupakan
kesiapan yang terorganisir yang mengarahkan atau
mempengaruhi tanggapan individu terhadap obyek. Sedangkan
menurut Berkowitz (Azwar, 1995:5) Sikap seseorang terhadap
Halaman 9
suatu objek adalah perasaan mendukung (favorable) atau tidak
mendukung (unfavorable) terhadap objek tersebut.

Dari semua pengertian yang di ungkapan di atas dapat


diambil sebuah pengertian tentang sikap, yaitu sikap adalah
penerimaan, tanggapan, dan penilaian seseorang terhadap suatu
obyek, situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat
hasil dari proses belajar maupun pengalaman di lapangan yang
menyebabkan perasaan senang (positif/sangat positif) atau tidak
senang (negatif/tidak negatif).

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang


pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagaimana yangdisampaikan Oetomo (2014:44)
sebagai berikut.

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan


tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan


secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran,
dan berkesinambungan.

3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam


perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian,


dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua
pihak.

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan


kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk
aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik
dan guru.
Halaman 10
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian
acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian
pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria
ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria
ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan
pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik
kompetensi dasar yang akan dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui


bahwa prinsip-prinsip dalam penilaian sikap terdiri atas enam
prinsip. Keenam prinsip tersebut diharapkan dapat diterapkan
pada proses pembelajaran. Guru perlu melakukan penilaian
yang objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel dan
edukatif. Hal ini akan sangat membantu guru untuk
mendpatkan penilaian yang tepat terhadap sikap siswa.

Terdapat beberapa objek penilaian sikap dalam proses


pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013. Sumarno (2008:29)
menjelaskan beberapa objek penilaian sikap, yaitu:

1. Penilaian Sikap Terhadap Materi Pelajaran


Siswa perlu memiliki penilaian sikap positif terhadap mata
pelajaran. Dengan Penilaian Sikap positif dalam diri siswa akan
tumbuh dan berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi
motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang
diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang Penilaian
Sikap siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.
2. Penilaian Sikap Terhadap Guru/Pengajar
Siswa perlu memiliki Penilaian Sikap positif terhadap guru,
yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa yang memiliki
penilaian sikap yang tidak positif terhadap guru, akan
cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, siswa yang memiliki penilaian sikap negative
Halaman 11
terhadap guru pengajar akan sukr menyerap materi pelajaran
yang diajarkan oleh guru tersebut.
3. Penilaian Sikap Terhadap Proses Pembelajaran
Siswa juga perlu memiliki penilaian sikap positif terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran
disini mencakup: suasana pembelajaran, strategi, metodologi,
dan teknik pembelajaran yang digunakan. Tidak sedikit siswa
yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses
pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak
mempunyai keberanian untuk menyatakan. Akibat mereka
terpaksa mengikuti proses pembelajaran yang belangsung
dengan perasaan yang kurang nyaman. Hal ini dapat
mempengaruhi terhadap penyerapan materi pelajaran

Penilaian sikap berdasarkan Kurikulum 2013 dibagi


menjadi dua, yaitu penilaian sikap spiritual dan penilaian sikap
sosial. Sikap minimal dari siswa yang harus dinilai, baik itu
sikap spiritual maupun sikap sosial sudah tercantum dalam
buku guru pada tabel Kompetensi Inti poin 1 yang disingkat
menjadi KI-1 dan kompetensi inti poin 2 yang disingkat KI-2.
KI-1 adalah sikap spiritual dan KI-2 adalah sikap sosial.
Contoh muatan KI-1 (sikap spiritual) yang dicantumkan dalam
buku guru adalah:
a. Ketaatan beribadah
b. Berperilaku syukur

c. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan


d. Toleransi dalam beribadah.

Contoh muatan KI-2 (sikap sosial) yang dicantumkan dalam


buku guru adalah:

Halaman 12
a. Jujur
b. Disiplin
c. Tanggung Jawab
d. Santun
e. Peduli

f. Percaya Diri
g. Kerjasama
h. Teliti
i. Tekun
j. Bisa ditambahkan lagi dengan sikap-sikap lain yang
sesuai dengan kompetensi pembelajaran.

2.1 Kesulitan Guru Dalam Memberikan Penilaian Terhadap


Siswa Dalam Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis penelitian, maka dapat


diketahui bahwa guru menghadapi berbagai kendala dalam
melakukan penilaian sikap siswa pada pembelajaran tematik
berdasarkan kurikulum 2013. Hasil observasi menunjukkan
bahwa guru mengalami kesulitan dalam menumbuhkan sikap
mandiri dan gemar membaca dalam diri siswa. Saat guru
mengarahkan siswa untuk belajar mandiri, terdapat beberapa
siswa yang tidak membaca atau belajar, melainkan bercerita
bersama teman di sampingnya. Hal ini dikarenakan guru tidak
lagi memperhatikan aktivitasnya. Sehingga, penilaian yang
diberikan oleh guru tidak sesuai dengan sikap siswa.

Halaman 13
Kendala lainnya dalam melakukan penilaian sikap
siswa adalah mengembangkan kepedulian lingkungan dan
kerjasama. Guru tidak dapat mengamati sikap siswa yang
berkaitan dengan kepedulian siswa terhadap lingkungan
dengan baik, hal ini dikarenakan sikap ini harus diamati
oleh guru saat siswa berada di luar kelas. Hal ini menjadi
kendala bagi guru dikarenakan jumlah siswa yang lebih
banyak dan membutuhkan waktu yang lama. Sikap
menghargai dan jujur juga sulit untuk ditetapkan secara
tepat. Hal ini dikarenakan sikap jujur tidak dapat diamati
secara langsung dan hanya dalam beberapa kali pengamatan
saja. Akan tetapi guru harus melakukannya secara rutin dan
konsisten. Guru mengalami kendala dalam mengarahkan
siswa untuk mendengarkan penjelasan dengan baik,
beberapa siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan
guru. Guru juga mengalami kendala dalam mengarahkan
siswa mengidentifikasi masalah, siswa belum dapat
mengidentifikasi permaslaahan yang terdapat pada materi
pelajaran Selain itu, guru juga terkendala dalam
mengarahkan siswa terlibat aktif dalam diskusi.

Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa


terdapat beberapa faktor yang menyebabkan guru
mengalami kesulitan dalam menganalisis hasil belajar siswa
berkaitan dengan sikap. Faktor pertama adalah keterbatasan
waktu yang dimiliki oleh guru. Pada saat mengajar, guru
harus membagi waktu antara penyampaian materi,
pemberian tugas dan proses evaluasi. Hal inilah yang
menyulitkan guru dalam melakukan penilaian sikap
siswa. Sebagaimana diketahui bahwa penilaian sikap
siswa harus dilakukan secara individu dan langsung
bertatap muka. Sehingga, keterbatasan waktu yang
dimiliki menjadi penghambat bagi guru. Faktor kedua
Halaman 14
adalah jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas. Guru
harus mengamati 30 siswa dalam sekali pertemuan.
Sehingga, guru harus benar-benar membagi waktunya.
Guru yang hanya berjumlah satu orang harus mengamati
30 siswa dalam waktu yang bersamaan. Faktor ketiga
adalah guru sulit untuk mengarahkan siswa yang belum
memiliki sikap yang baik. Pada saat proses belajar
berlangsung, siswa yang belum mencapai sikap yang baik
lebih acuh dalam pembelajaran. Sehingga, guru harus lebih
bekerja keras dalam memberikan motivasi kepada siswa
tersebut.

2.3 Upaya Yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Kesulitan


Pemberian Nilai Terhadap Siswa Dalam Proses
Pembelajaran
Untuk mengatasi kendala yang dihadapi guru
melakukan beberapa tindakan, yaitu guru melakukan
konsultasi dengan guru lainnya (guru di kelas sebelumnya)
yang sudah mengetahui banyak tentang siswa. Sehingga,
guru mendapatkan informasi yang rinci mengenai sikap
siswa. Selain itu, guru juga melakukan kerjasama dengan
orang tua. Khususnya siswa yang memiliki sikap yang belum
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Siswa yang lebih
tertutup dan tidak aktif di kelas. Kerjasama dengan orang tua
dilakukan agar anak bisa mendapatkan bimbingan langsung
dari kedua belah pihak, baik guru maupun orang tua

Halaman 15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan penulis
pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan
sebagai berikut:
1.Guru memberikan penilaian terhadap sikap siswa dalam
proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 dengan
cara mengamati atau melakukan observasi secara langsung
terhadap sikap siswa pada saat proses belajar berlangsung.
2. Kesulitan guru dalam memberikan penilaian terhadap
sikap siswa dalam proses pembelajaran adalah keterbatasan
waktu, jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas dan
sulitnya mengarahkan siswa untuk menanamkan sikap yang
baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan
pemberian nilai terhadap sikap siswa dalam proses
pembelajaran adalah dengan melakukan diskusi dengan orang
tua siswa, koordinasi dengan guru lainnya dan juga bertanya
dengan siswa lainnya untuk mendapatkan infromasi yang
rinci.

Halaman 16
3.2 Saran
Sebaiknya pada saat guru melakukan penilaian sikap
siswa harus melakukan kerjasama dengan orang tua.
Khususnya siswa yang memiliki sikap yang belum sesuai
dengan tujuan pembelajaran, Siswa yang lebih tertutup dan
tidak aktif di kelas. Kerjasama dengan orang tua dilakukan
agar anak bisa mendapatkan bimbingan langsung dari kedua
belah pihak, baik guru maupun orangtua.

Halaman 17
DAFTAR
PUSTAKA

Adisusilo. 2012. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter. Jakarta:


Raja Grafindo Persada.
Arifin. 2011. Paradigma Pendidikan Nasional: Rekontruksi dan
Demokratisasi. Jakarta: Kompas.
Arikunto.2010.Prosedur Penelitian Edisi Revisi. Jakarta: Rineka
Cipta
Djamarah. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Fitri., Zaenul Agus. 2012. Pendidikan Karakter. Jakarta: Ar-
Ruzz Media

Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zuhera, Yuni. 2017. Kendala Guru Dalam Memberikan


Penilaian Terhadap Sikap Siswa Dalam Proses
Pembelajaran. Jurnal Pendidikan. Vol 2 No 1
LAMPIRAN
BOOKLET
EVALUASI PEMBELAJARAN BIOLOGI
SUBJEK EVALUASI DALAM PENDIDIKAN
“KESULITAN GURU DALAM MELAKUKAN
PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM
KURIKULUM 2013”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 3B
1. Yunita Yuliansi (A1D018036)
2. Syandhika Miranda P A (A1D018046)
3. Nadila Zakia Eni E P (A1D018052)
4. Alma Fadhila (A1D018053)
5. Susanti (A1D018064)
Dosen Pengampu : Neni Murniati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
PROFIL PENULIS

1. Anggota 1
Nama : Yunita Yuliansi
NPM : A1D018036
Semester/Kelas : VI/B

2. Anggota 2
Nama : Syandhika Miranda P
NPM : A1D018046
Semester/Kelas : VI/B

3. Anggota 3
Nama : Nadila Zakia Eni E P
NPM : A1D018052
Semester/Kelas : VI/B

4. Anggota 4
Nama : Alma Fadhila
NPM : A1D018053
Semester/Kelas : VI/B
5. Anggota 5
Nama : Susanti
NPM : A1D018064
Semester/Kelas : VI/B
Halaman i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


atas segala berkat dan rahmat-Nya yang memberikan kesehatan
dan nikmat sehingga booklet ini dapat diselesaikan dengan baik
sesuai dengan waktu yang direncanakan. Booklet ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah evaluasi pembelajaran
biologi dan juga sebagai bukti telah mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh dosen pengampu. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih kepada Ibu Neni Murniati,
M.Pd sebagai dosen pengampuh mata kuliah yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Dalam booklet ini terdapat tugas kelompok hasil studi
kasus. Sehingga dengan ini, dapat dilihat dan dipelajari kembali
materi yang telah dibahas selama pembelajaran Penulis telah
berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
laporan hasil analisis studi kasus ini, namun penulis menyadari
masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata
bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya
booklet ini. Semoga booklet ini bermanfaat dalam memperkaya
khasanah ilmu pendidikan, Terima kasih.
Bengkulu, 17 Maret 2021

Kelompok 3B
Halaman ii
DAFTAR ISI

PROFIL PENULIS ........................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................... 5
a. Kesulitan guru dalam memberikan penilaian hasil
belajar siswa pada kurikulum 2013 ......................... 5
b. Kesalahan guru yang biasanya terjadi dalam
pemberian nilai hasil belajar siswa pada
kurikulum 2013 ....................................................... 7
c. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi
kesulitan pemberian nilai hasil belajar siswa pada
kurikulum 2013 ....................................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................... 13
A. Kesimpulan .............................................................. 13
B. Saran ........................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 15
LAMPIRAN ........................................................................ 17

Halaman iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Subjek evaluasi pendidikan adalah orang yang melakukan
pekerjaan evaluasi pendidikan (Rahmat, 2019). Selain itu,
subjek evaluasi pendidikan (evaluator) adalah orang atau
pihak yang melakukan penilaian atau evaluasi terhadap hasil
pembelajaran peserta didik yang disesuaikan dengan
merujuk pada tujuan atau ketentuan dari pembelajaran itu
sendiri (Haryanto,2020). Subjek evaluasi untuk setiap tes,
ditentukan oleh aturan pembagian tugas atau ketentuan yang
berlaku.
Syarat untuk seseorang menjadi subjek evaluasi (penilai)
diantaranya yaitu, harus dapat memahami materi tentang
seluk-beluk materi pembelajaran yang akan dievaluasi.
Evaluator harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan
evaluasi yang didukung oleh teori dan keterampilan praktik.
Yang kedua yaitu menguasai teknik atau menguasai cara-
cara digunakan di dalam melaksanakan evaluasi dalam
pembelajaran. Sehingga dalam melaksanakan tugas evaluasi
yang dimulai dari membuat rancangan kegiatan menyusun
instrumen, mengumpulkan data dan membuat laporan
penilaian (Suharsimi Arikunto, 1988).

Halaman 1
Seorang subjek evaluasi harus memiliki sikap objektif
dan cermat. Artinya tidak mudah dipengaruhi oleh keinginan
pribadi tidak memihak kepada satu orang saja, agar dapat
mengumpulkan data sesuai keadaannya yang selanjutnya.
Kemudian dapat mengambil kesimpulan sebagaimana diatur
oleh ketentuan yang harus diikuti serta cermat melihat celah
dan detail dari apa yang akan di evaluasi dalam
pembelajaran.
Sikap jujur dan dapat dipercaya juga harus dimiliki oleh
subjek evaluasi. Hal tersebut karena subjek evaluasi adalah
orang atau individu yang dipasrahkan oleh pembuat
kebijakan untuk menilai orang lain yang nantinya akan
memberikan penilaian kepada orang tersebut. Evaluator
harus jujur dan dapat dipercaya dalam memberikan penilaian
atau evaluasi sehingga nilai yang diberikan bersifat objektif
dan apa adanya. Sikap hati-hati dan bertanggung jawab pun
harus dimiliki oleh seorang subjek evaluasi. Didalam
melaksanakan pekerjaan evaluasi harus dengan penuh
pertimbangan, namun apabila kekeliruan yang diperbuat
berani menanggung resiko atas segala kesalahan dalam
memberikan penilian kepada contonya peserta didik
(Haryanto, 2020).
Subyek evaluasi pendidikan ada beberapa sasaran yang
dituju, yaitu jika sasaran evaluasinya adalah prestasi

Halaman 2
belajar, maka subyek evaluasinya adalah guru atau dosen
yang mengasuh mata pelajaran tertentu. Jika evaluasi yang
dilakukan itu sasarannya adalah sikap peserta didik, maka
subyek evaluasinya adalah guru atau petugas yang sebelum
melaksanakan evaluasi tentang sikap itu, terlebih dahulu
telah memperoleh pendidikan atau latihan megenai caracara
menilai sikap seseorang. Jika sasaran yang dievaluasi
kepribadian peserta didik, di mana pengukuran tentang
kepribadian itu dilakukan dengan menggunakan instrument
berupa tes yang sifatnya baku, maka subyek evaluasinya
adalah seorang psikolog, karena psikolog merupakan
seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga
ahli yang professional di bidang psikologi (Pramana, 2018).
Jenis evaluasi pendidikan berdasarkan subjek evaluasi
ada dua jenis yaitu evaluasi internal dan evaluasi eksternal.
Evaluasi internal adalah evaluasi yang dilakukan oleh
orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya
pengajar/guru untuk melaksanakan evaluasi tentang
prestasi belajar atau pencapaian dalam kelas. Evaluasi
eksternal adalah evaluasi yang dilakukan oleh orang luar
sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat
(Daryanto, 2017).

Halaman 3
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kesulitan guru dalam memberikan penilaian
hasil belajar siswa pada kurikulum 2013 ?
2. Apa saja kesalahan guru yang biasanya terjadi dalam
pemberian nilai hasil belajar siswa pada kurikulum
2013 ?
3. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi
kesulitan pemberian nilai hasil belajar siswa pada
kurikulum 2013 ?

Halaman 4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesulitan guru dalam memberikan penilaian hasil


belajar siswa pada kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran, yang
digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 bertujuan mempersiapkan peserta didik
untuk memiliki kemampuan sebagai pribadi produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif. Karakteristik dan aspek dari
kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada pengembangan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat (Zuhera, 2017).
Terdapat 3 aspek yang terkandung dalam kurikulum
2013 yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek
keterampilan (psikomotorik) dan aspek sikap (afektif).
Aspek pengetahuan yakni penekanan pada tingkat
pemahaman siswa dalam hal pelajaran, nilai dari aspek
pengetahuan bisa diperoleh juga dari ulangan harian, ujian
tengah/akhir semester, dan ujian kenaikan kelas. Pada
kurikulum 2013 tersebut, pengetahuan bukanlah aspek
utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang

Halaman 5
dilaksanakan sebelumnya. Aspek keterampilan merupakan
upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan,
misalnya kemampuan untuk mengemukakan opini
pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat berkas
laporan, serta melakukan presentasi. Aspek sikap
merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian oleh
guru. Sikap meliputi perangai sopan santun, adab dalam
belajar, sosial, absensi, dan agama. Kesulitan penilaian
dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak
setiap saat mampu mengawasi siswa-siswinya. Sehingga
penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif (Kompasiana,
2016).
Subjek evaluasi dalam pendidikan terutama dalam
penilaian hasil belajar siswa dilakukan oleh seorang guru.
Permasalahan guru dalam memberikan penilaian hasil
belajar siswa, salah satunya yaitu guru merasa kesulitan
dalam melaksanakan penilaian pada kurikulum 2013.
Hampir semua guru tingkat SMA mengeluh masalah
penilaian pada kurikulum 2013 karena kebanyakan dari
guru kurang memahami serta kompetensi guru dalam
melakukan penilaian pun masih belum memadai
(Tempo.com, 2015). Guru SMA mengalami kesulitan
melakukan penilaian pada Kurikulum 2013 lantaran ada 4
aspek yang harus dinilai, yaitu aspek spiritualitas, sosial,

Halaman 6
pengetahuan dan keterampilan. Sulit bagi guru untuk
mengawasi siswa yang berjumlah rata-rata 35 orang dalam
satu kelasnya untuk melakukan penilaian. Akhirnya nilai
yang diberikan guru kepada siswa adalah tidak valid dan
tidak sesuai dengan hasil belajar siswa (Radarjambi.co.id,
2016).

B. Kesalahan guru yang biasanya terjadi dalam pemberian


nilai hasil belajar siswa pada kurikulum 2013
Kemampuan guru SMA dalam melakukan penilaian
hasil belajar pada kurikulum 2013 belum memadai. Hal ini
dikarenakan guru belum sepenuhnya menguasai konsep
materi bahan ajar yang diampunya sehingga banyak terjadi
kesalahan konsep dalam penulisan soal. Guru mengalami
kesulitan melakukan penilaian dengan bermacam-macam
instrumen penilaian dan memadukan penilaiannya dalam
laporan hasil belajar siswa. Serta guru pun merasa kerepotan
dalam mendeskripsikan hasil penilaian pada kurikulum 2013
ini dikarenakan pada rapot hasil belajar peserta didik yang
berbentuk uraian.
Sistem penilaian yang rumit pada kurikulum 2013
tidak diimbangi dengan pemahaman guru yang memadai
dalam melakukan penilaian bagi siswa. Studi Pusat Penilaian
Pendidikan menunjukkan bahwa rerata pemahaman guru

Halaman 7
mengenai penilaian kurang dari 60 persen (Puspendik,
2014). Hasil yang sedikit berbeda ditemukan dari penelitian
Pusat Kurikulum dan Pembukuan, bahwa sebagian besar
guru cukup memahami bagaimana melakukan penilaian
hasil belajar siswa, meskipun guru masih mengalami
kesulitan dalam melakukan penilaian sikap khususnya pada
matapelajaran Matematika, Kimia, dan Bahasa Inggris
(Puskurbuk, 2015).
Kemampuan guru yang relatif rendah melakukan
penilaian antara lain disebabkan belum semua guru
mengikuti pelatihan Kurikulum 2013 dan pemerintah pun
mengadakan pelatihan yang hanya berfokus pada
pemahaman konsep kurikulum saja, akhirnya dari segi
penilaian terabaikan. Sebagian dari guru yang telah
mengikuti pelatihan pun menyatakan bahwa mereka masih
kurang paham sepenuhnya bagaimana melakukan penilaian
hasil belajar siswa pada Kurikulum 2013 hingga buku acuan
Kurikulum 2013 sebagai bahan untuk mengajar yang belum
terdistribusi dengan baik.

Halaman 8
Tabel 1. Hasil analisis kemampuan guru SMA
melakukan penilaian hasil belajar
(Mahdiansyah, 2018).
Sejumlah kesulitan guru SMA dalam melakukan
penilaian hasil belajar aspek sikap. Namun pada umumnya
guru tingkat SMA menggunakan waktu yang tersedia untuk
melakukan pengamatan perilaku siswa di dalam kelas yang
sangat terbatas yaitu hanya memiliki alokasi waktu dua jam
pelajaran per minggu. Kesulitan lain yang dihadapi yaitu
jumlah siswa di dalam suatu kelas terlalu banyak untuk
diamati, dan terdapat pula siswa yang tidak hadir di kelas
pada saat dilakukan penilaian sikap.
Guru SMA mengalami kesulitan dalam memberikan
skor yang adil dan representatif, membuat interpretasi sikap
yang akan dinilai, dan melakukan pengamatan dan penilaian
Halaman 9
pada setiap siswa dalam waktu yang bersamaan dengan
proses pembelajaran di kelas. Guru menghadapi kesuiltan
yang berbeda-beda dalam melakukan penilaian atas sikap
siswa dalam belajar. Saat guru mengarahkan siswa untuk
mengembangkan sikap sopan santun. Siswa yang masih
tergolong anak-anak, masih belum mampu memiliki sikap
sopan santun, bahkan terkadang siswa masih sering
membuat ribut di dalam kelas.
Permasalahan atau kesalahan yang sering dilakukan
guru SMA proses penilaian hasil belajar tidak akan berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu kesalahan yang
sering dilakukan oleh guru baik dalam pembelajaran
maupun dalam pemberian nilai berupa sikap tidak adil
(Deskriminatif). Dalam memberikan penilaian, guru harus
melakukannya secara adil, karena ini merupakan cermin dari
perilaku peserta didik yang merupakan wujud penghargaan
sesuai dengan usahanya selama proses pembelajaran
(Mulyasa, 2011). Kesalahan guru dalam penilaian di SMA
bisa terjadi karena belum memahami cara membuat
instrumen penilaian sikap. Ketidak pahaman guru dalam
membuat instrumen penilaian sikap terlihat dari instrument
penilaiannya yang masih salah. Guru mengalami
miskonsepsi antara instrumen penilaian dan rekapitulasi
nilai. Lembar observasi yang dibuatnya merupakan

Halaman 10
rekapitulasi nilai sikap dari semua kompetensi dasar dalam
satu tema (Enggarwati, 2015).

C. Upaya Yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi


Kesulitan Pemberian Nilai Hasil Belajar Siswa Pada
Kurikulum 2013
Mengatasinya beberapa kesulitan guru melakukan
peer review, melaksanakan pengambilan nilai sikap secara
bersamaan dengan pengambilan nilai keterampilan ketika
siswa presentasi, serta menyiapkan instrumen lebih awal.
Pada guru yang lain, subjektivitas dalam melakukan
penilaian sikap diatasi dengan meminta siswa melakukan
penilaian terhadap teman mereka dengan menulis nama tiga
teman paling nakal dan tiga teman paling baik dari sisi
kedisiplinan, ketertiban dan kerapihan. Namun, kebanyakan
guru hanya memperhatikan perilaku yang berbeda atau
menonjol dari siswa pada setiap pertemuan pembelajaran di
kelas, kemudian memberikan penilaian sikap positif atau
kurang baik kepada siswa tertentu (Mahdiansyah,2018).
Mengatasi kendala yang dihadapi guru melakukan
beberapa tindakan, yaitu guru melakukan konsultasi dengan
guru lainnya (guru di kelas sebelumnya) yang sudah
mengetahui banyak tentang siswa. Sehingga, guru
mendapatkan informasi yang rinci mengenai sikap siswa.

Halaman 11
Selain itu, guru juga melakukan kerjasama dengan orang tua.
Khususnya siswa yang memiliki sikap yang belum sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Siswa yang lebih tertutup dan
tidak aktif di kelas. Kerjasama dengan orang tua dilakukan
agar anak bisa mendapatkan bimbingan langsung dari kedua
belah pihak, baik guru maupun orang tua (Zuhera, 2017).
Upaya guru untuk mengatasi kesulitan dalam
penilaian di SMA bisa dengan dengan (1) perencanaan
penilaian yang sesuai dengan kompetensi dan prinsip-prinsip
penilaian, (2) pelaksanaan penilaian yang profesional,
terbuka, edukatif, efektif, efisien dan (3) pelaporan hasil
penilaian yang objektif, akuntabel dan inofatif. Pelaksanaan
penilaian yang dilakukan oleh seorang guru dalam
kurikulum 2013 dapat dilakukan melalui proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
keterlaksanaan kurikulum 2013 melalui beberapa jenis
penilaian baik untuk menilai sikap, keterampilan, dan
pengetahuan dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya
dengan menggunakan penilaian otentik (Permendikbud
Nomor 66 tahun, 2013).

Halaman 12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa kurikulum 2013 memiliki 3 aspek penilaian, yaitu
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan sikap
(afektif).
1. Kesulitan guru dalam memberikan penilaian hasil belajar
siswa pada kurikulum 2013, diantaranya jumlah siswa
yang terlalu banyak dalam satu kelas, guru merasa
kerepotan dalam mendeskripsikan hasil penilaian, waktu
yang tersedia dalam melakukan pengamatan perilaku sangat
terbatas dan memberikan nilai yang adil dan representatif.
2. Kesalahan guru yang biasanya terjadi dalam pemberian
nilai hasil belajar siswa pada kurikulum 2013, Guru
memberikan penilaian yang tidak objektif terhadap siswa,
Kebanyakan dari guru kurang memahami serta kompetensi
guru dalam melakukan penilaian pun masih belum
memadai, dan guru belum memahami cara membuat
instrumen penilaian sikap dan mengalami miskonsepsi
antara instrumen penilaian dan rekapitulasi nilai.
3. Upaya guru dalam mengatasi kesulitan dalam memberikan
penilian, yaitu perencanaan penilaian yang sesuai dengan
kompetensi dan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan

Halaman 13
penilaian yang profesional, terbuka, edukatif, efektif,
efisien, pelaporan hasil penilaian yang objektif, akuntabel
dan inovatif dan melakukan diskusi dengan guru lainnya
(guru di kelas sebelumnya) dan orang tua siswa.
C. Saran
1. Guru sebagai pelaksana kegiatan dalam pembelajaran
seharusnya dapat memahami implementasi penilaiam
hasil belajar pada kurikulum 2013 dengan baik
2. Masih perlunya guru mengikuti pelatihan-pelatihan
kurikulum 2013 yang diadakan pemerintah khususnya
pada standar penilaian kurikulum 2013.
3. Proses penilaian pada kurikulum 2013 yang sudah
berjalan cukup baik sebaiknya dapat menjadi motivasi
bagi sekolah tersebut untuk terus meningkatkan kualitas
pendidikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Halaman 14
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1988. Penilaian Program Pendidikan.


Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Daryanto, Edi. 2017. Evaluasi pendidikan. Solo : Rineka
Cipta
Enggarwati, Nur Sasi. 2015. Kesulitan Guru Sd Negeri
Glagah Dalam Mengimplementasikan Penilaian
Autentik Pada Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Edisi 12 Tahun ke IV Agustus
2015
Haryanto. 2020. Evaluasi Pembelajaran (Konsep dan
Manajemen). Yogyakarta : UNY Press
Kompasiana.com. 2016. Kurikulum 2013
Mahdiansyah. 2018. Evaluasi Pelaksanaan Sistem Penilaian
Hasil Belajar Siswa (Studi Kasusu di Enam Kota).
Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Volume 11,
Nomor 12 Agustus 2018
Mulyasa, E. 2011. Menjadi guru profesional. Bandung :
Remaja Rosdakarya Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian

Halaman 15
Pramana, I Nyoman., Putra, Ngakan Putu., Phalaguna BG,
Komang., Nugraha, Ketut Yogi. 2018. Evaluasi
Pendidikan. Bali : Beta Press
Puskurbuk, Balitbang Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (2015). Penelitian tentang Penilaian
Guru atas Hasil Belajar Siswa Pendidikan Menengah.
Puspendik, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (2014). Studi Implementasi Penilaian
pada Kurikulum 2013
Radajambi.co.id. 2016. Guru Sulit Memahami Penilaian
Kurikulum 2013
Rahmat. 2019. Evaluasi Pembelajaran Pendidika Agama
Islam. Yogyakarta : Bening Pustaka
Tempo.co. 2015. Kurikulum 2013, guru kesulitan beri nilai
murid.https://nasional.tempo.co/read/624118/kurikulu
m-2013-guru-kesulitan-beri-nilai-murid/full&view=ok
Zuhera, Yuni. Dkk. 2017. Kendala Guru Dalam Memberikan
Penilaian Terhadap Sikap Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 di SD
Negeri 14 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. FKIP Universitas Syiah Kuala

Halaman 16
LAMPIRAN

Halaman 17
Halaman 18
BOOKLET
“SASARAN EVALUASI DALAM PENDIDIKAN”
“KENDALA GURU DALAM MEMBERIKAN PENILAIAN SIKAP
DAN APLIKATIF SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN”

DISUSUN OLEH
Kelompok 4:
Intan Okta Delta A1D018037
Gracea Puspa A P A1D018043
Kori Jeselia A1D018047
Anisa Amaliah P A1D018065
Gabriella Manurung A1D018066
Dosen Pengampuh:
Neni Murniati, M.P
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

Halaman 1
PROFIL ANGGOTA KELOMPOK

1. Anggota 1
Nama : Intan Okta Delta
NPM : A1D018037
Kelas :B
Semester : 6 (Enam)

2. Anggota 2
Nama : Gracea Puspa A P
NPM : A1D018043
Kelas :B
Semester : 6 (Enam)

3. Anggota 3
Nama : Kori Jeselia
NPM : A1D018047
Kelas :B
Semester : 6 (Enam)

Halaman 2
4. Anggota 4
Nama : Anisa Amaliah P
NPM : A1D018065
Kelas :B
Semester : 6 (Enam)

5. Anggota 5
Nama : Gabriella Manurung
NPM : A1D018066
Kelas :B
Semester : 6 (Enam)

Halaman 3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Segala puji
dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus Evaluasi
Pembelajaran Biologi ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
studi kasus ini dengan baik. Laporan studi kasus ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Biologi yang
diampu oleh Ibu Neni Murniati, M.Pd. Pada kesempatan kali ini,
penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Neni
Murniati, M.Pd yang telah membimbing serta memberikan banyak
saran kepada penulis.
Penulis tentu menyadari bahwa laporan studi kasus ini masih
jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya laporan studi
kasus ini nantinya dapat menjadi laporan studi kasus yang lebih baik
lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada laporan ini,
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga
laporan studi kasus ini dapat bermanfaat, Terima kasih.
Bengkulu, Maret 2021
Kelompok 4

Halaman 4
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................... 1
PROFIL ANGGOTA KELOMPOK ...................................................... 2
KATA PENGANTAR ............................................................................ 4
DAFTAR ISI .......................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 6
A. Latar Belakang............................................................................. 6
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 10
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 12
A. Kendala Guru dalam Memberikan Penilaian Sikap dan
Aplikatif Siswa pada Proses Pembelajaran ......................................... 13
B. Dampak dari Kendala Guru dalam Memberikan Penilaian
Sikap dan Aplikatif Siswa pada Hasil Belajar Siswa ......................... 15
C. Cara Mengatasi Permasalahan Kendala Guru dalam
Memberikan Penilaian Sikap dan Aplikatif Siswa pada Proses
Pembelajaran ....................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ................................................................................ 18
A. Kesimpulan .................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 20

Halaman 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Objek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu
yang berkaitan dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang
dijadikan titik pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai
(evaluator) ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses
pendidikan tersebut. Sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang
menjadi titik pusat pengamatan karena penilaian (evaluator)
menginginkan infrmasi tentang sesuatu tersebut. Adapun sasaran
evaluasi pendidikan ini terbagi menjadi 3 yaitu input, transformasi
dan out put.
Yang pertama yaitu Input Merupakan suatu bentuk tes yang di
tinjau dari berbagai aspek. pribadi yang utuh dapat ditinjau dari
beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang
digunakan sebagai alat untuk mengukur aspek yang bersifat Rohani
mencakup empat hal (kemampuan, kepribadian, sikap dan
Intelegensi).
Aspek kognitif (kemampuan), Jika sebuah institusi
menginginkan output yang berguna bagi nusa dan bangsa maka
haruslah memperhatikan atau memilah-milah kemampuan dari
beberapa calon murid. Adapun tes yang di gunakan adalah tes
kemampuan. Kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti

Halaman 6
program pendidikan sebagai Taruna Akademi angkatan Laut tentu
harus dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik yang akan
mengikuti program pendidikan pada sebuah perguruan tinggi agama
Islam adapun alat yang biasa digunakan dalam rangka mengevaluasi
kemampuan peserta didik itu adalah tes kemampuan (attitude tes).
Aspek psikomotor (kepribadian), Kepribadian adalah sesuatu
yang terdapat pada diri seseorang yang menampakkan bentuk nya
dari tingkah lakunya sebelum mengikuti program pendidikan tertentu
para calon peserta didik perlu terlebih dahulu di evaluasi
kepribadiannya masing masing sebab baik buruknya kepribadian
mereka secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan
mereka dalam mengikuti program tertentu, evaluasi yang dilakukan
untuk mengetahui atau mengungkap kepribadian seseorang adalah
dengan jalan menggunakan tes kepribadian.
Sikap (attitude), Istilah yang mencerminkan rasa senang,
tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseotrang
terhadap “sesuatu”. “sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang-
orang, atau kelompok. Dari penyataan tersebut, sikap merupakan
sesuatu hal rasa suka atau tidak suka yang muncul karena adanya
objek tertentu. Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga
komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan
komponen konatif. Komponen kognitif berupa keyakinan seseorang
(behavior belief dan group belief), komponen afektif menyangkut

Halaman 7
aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek
kecenderungan bertindak sesuai dengan sikapnya. Komponen afektif
atau aspek emosional biasanya berakar paling dalam sebagai
komponen sikap, yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh
yang mungkin mengubah sikap (Azwar, 2013:17-18).
Intelegensi. Inteligensi (kecerdasan intelektual) adalah salah
satu kemampuan mental, pikiran, atau intelektual dan merupakan
bagian dari proses-proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi.
Dalam proses pendidikan inteligensi diyakini sebagai unsur penting
yang sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Namun
inteligensi merupakan salah satu aspek perbedaan individual yang
perlu dicermati. Setiap peserta didik memiliki inteligensi yang
berlainan. Ada anak yang mempunyai inteligensi tinggi, sedang, dan
rendah (Desmita, 2011: 53).
Yang kedua ada Transformasi. Untuk memperoleh hasil
pendidikan yang diharapkan maka harus ada unsur-unsur
transformasi yang dapat menjadi sasaran atau objek penilaian. Unsur-
unsur transformasi tersebut yaitu bahan pelajaran atau materi
pelajaran, metode mengajar dan teknik penilaian, sarana atau media
pendidikan dan sistem administrasi beserta Guru dan unsur-unsur
personal lainnya.
Bahan pelajaran atau materi pelajaran Bahan pelajaran
merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru atau

Halaman 8
instruktur untuk perencanaan pembelajaran. Bahan ajar juga dapat
diartikan sebagai seperangkat materi yang disusun secara sistematis
baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau
suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Metode mengajar dan teknik penilaian. Metode pengajaran
suatu ilmu pengetahuan tentang motode yang dipergunakan dalam
pekerjaan mendidik. Atau bisa juga yang dimaksud metode mengajar
adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang di
pergunakan oleh seorang guru atau instruktur dan metode mengajar
yang digunakan untuk menyampaikan informasi berbeda dengan cara
yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai materi
pelajaran.
Sarana atau media pendidikan. Segala sesuatu yang dapat
dipakai sebagai alat untuk mencapai maksud atau tujuan dan
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses kegiatan
belajar dan mengajar dan Sistem administrasi. Sistem administrasi
kegiatan untuk mengumpulkan data, pengolahan data dan menyusun
perencanaan dengan administrasi sangat penting dalam transformasi.
Demikian juga dalam melakukan pengorganisasian dalam
menjalankan aktivitas organisasi diperlukan administrasi misalnya
administrasi keuangan, absensi siswa, guru dan kegiatan lainnya.
Guru dan unsur-unsur personal lainnya. Guru berperan untuk
mendidik, mengajar dan melatih/membimbing. Mendidik berarti

Halaman 9
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melatih/Membimbing berarti mengembangkan keterampilan-
keterampilan peserta didik. Itulah sebabnya setiap guru perlu
menatap dirinya dan memahami konsep dirinya. Misalnya dalam
penampilan, guru harus mampu menarik simpati para siswanya,
karena bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik,
maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan
benih pengajarannya kepada para siswanya. Maka guru harus
memahami hal ini dan berusaha mengubah dirinya menjadi simpatik.
Demikian juga dalam hal kepribadian lainya.
Yang ketiga ada Output. Yang dimaksud output di sini adalah
lulusan yang dihasilkan dari sebuah sekolah. Penilain terhadap
lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat pencapain/prestasi belajar mereka selama mengikuti program.
Alat yang digunakan untuk mengukur pencapain ini disebut tes
pencapain atau achievement test.
Kecendrungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah
bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau
kecerdasan saja. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para
lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan
pekerjaan keterampilan juga tidak mampu mengaplikasikan
pengetahuan yang sudah mereka kuasai.

Halaman 10
B. Rumusan Masalah
1. Apa kendala guru dalam memberikan penilaian sikap dan
aplikatif siswa pada proses pembelajaran?
2. Apakah dampak dari kendala guru dalam memberikan
penilaian sikap dan aplikatif siswa pada hasil belajar siswa?
3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan kendala guru dalam
memberikan penilaian sikap dan aplikatif siswa pada proses
pembelajaran?

Halaman 11
BAB II
PEMBAHASAN
Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Penilaian kompetensi sikap
dalam pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari suatu program
pembelajaran. Penilaian sikap juga merupakan aplikasi suatu standar
atau sistem pengambilan keputusan terhadap sikap. Kegunaan utama
penilaian sikap sebagai bagian dari pembelajaran adalah retleksi
(cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap peserta didik secara
individual (Saifudin, 2013).
Penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran sains sering
dikaitkan dengan sikap terhadap sains. Keduanya saling berbubungan
dan keduanya mempengaruhi perbuatan. Pada tingkat sekolah dasar
sikap ilmiah difokuskan pada ketekunan, keterbukaan, ketersediaan,
mempertimbangkan bukti dan ketersediaan membedakan fakta
dengan pendapat (Kartiasa, 1980). Penilaian hasil belajar Sains
dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang
menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan siswa. Tetapi sikap juga
merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Halaman 12
Penilaian aplikatif adalah penilaian yang di lakukan untuk
melihat tingkat fleksibilitas anak. Dalam mengaplikasikan apapun yg
menjadi bidang keilmuan maupun bakat kompetensi, baik itu secara
hard skill maupun soft skill, sampai memiliki result yg jelas. Atau
secara singkatnya, dapat dikatakan bahwa penilaian aplikatif ini,
merupakan penilaian yang di berikan guru untuk melihat apakah
seorang anak tersebut suda mampu mengaplikasikan suatu teori yang
di berikan seorang guru ke dalam kehidupanya sehari-hari dan
trampil dalam pengaplikasian hal yang telah di pelajari (Daniel,
1992).
A. Kendala Guru dalam Memberikan Penilaian Sikap dan
Aplikatif Siswa pada Proses Pembelajaran
Adapun permasalahan ataupun kendala guru yang sering
terjadi dalam dalam memberikan penilaian sikap dan aplikatif siswa
pada proses pembelajaran. Yaitu, bahwa seorang guru tidak pernah
menggunakan jenis penilaian sikap ilmiah dan penilaian aplikatif. ini
karena memang tidak memahami bagaimana cara menyusun
instrumen dan cara penggunaannya dalam pembelajaran. Sikap
ilmiah ini adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh
ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1997).
Permasalahan yang kami sajikan tersebut berdasarkan studi
literatur jurnal yang berjudul “Analisis Pemahaman Dan

Halaman 13
Implementasi Penilaian Ipa Sekolah Dasar Di Kecamatan
Loura”. Adapun data yang di sajikan sebagi berikut:

Diagram 1. Data implementasi penilaian dalam pembelajaran


IPA SD.
(Sumber: Belle, 2017)
Pada data implementasi penilaian dalam pembelajaran ipa
dapat di simpulkan bahwa Penilaian yang tidak pernah dilakukan
adalah jenis penilaian sikap ilmiah dan penilaian aplikatif. Adapun
alasan penilaian sikap ilmiah ini tidak pernah di gunakan karena
terdapat sebagian guru yang tidak memahami bagaimana cara
menyusun instrumen dan cara penggunaannya dalam pembelajaran.
Sedangkan untuk penilaian aplikatif, sebagian guru sudah melakukan
penilaian aplikatif ini dan juga terdapat beberapa guru yang tidak

Halaman 14
memasukkan sebagai bagian dalam penilaian secara keseluruhan.
Beberapa guru telah menerapkan pengetahuan dalam IPA untuk
mengembangkan suatu karya seperti perahu dari kertas, kincir angin,
lup sederhana dari bohlam dan beberapa karya lain, namun tidak
memahami kalau ternyata hal ini sudah merupakan aplikasi dari
pengetahuan yang sudah dipelajari dan perlu dinilai (Bele, 2017).
B. Dampak dari Kendala Guru dalam Memberikan Penilaian
Sikap dan Aplikatif Siswa pada Hasil Belajar Siswa
Adapun dampak dari permasalahan dampak dari kendala guru
dalam memberikan penilaian sikap dan aplikatif siswa pada hasil
belajar siswa tersebut yaitu bahwa para lulusan hanya menguasai
teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga
tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang mereka kuasai.
Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek sikap ilmiah
ini, telah berdampak pada merosotnya akhlak para lulusan yang
selanjutnya berdampak pada merosotnya akhlak bangsa.
Permasalahan ini biasanya terjadi karena seorang guru hanya menilai
prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah
tes tertulis. Aspek keterampilan proses, apalagi aspek sikap ilmiah
dan aplikasi sangat langka dijamah oleh guru. Dalam pembelajaran
sains, sikap ilmiah sangat penting karena tiga faktor yakni bahwa
sikap mempengaruhi kesiapan mental pada anak, sikap bukanlah

Halaman 15
bawaan dari lahir serta sikap merupakan dampak yang dinamis dari
pengalaman (Martin, 2005)
Kenyataan ini juga terjadi dalam pembelajaran Sains di
sekolah dasar. Dalam implementasinya, pembelajaran sains SD masih
terfokus pada aspek produk sains saja yaitu muatan pengetahuan
yang harus dikuasai oleh siswa seperti sejumlah fakta dan konsep.
Aspek proses, sikap dan aplikasi sains belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran
dimana guru hanya berfokus pada pencapaian target ketuntasan
materi pada setiap semester guna memenuhi tuntutan kurikulum.
Selain itu, penilaian yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
siswa masih terbatas pada aspek kognitif saja dan menjadi kriteria
keberhasilan siswa dalam mempelajari sains. Hal ini tentu
bertentangan dengan karakteristik sains yang berorientasi holistik,
baik pada penguasaan konsep sains, proses penemuan konsep sains
dan juga sikap ilmiah. Salah satu alasan yang paling mendasar
mengapa penilaian pada aspek sikap ilmiah dan ketrampilan proses
jarang diimplementasikan oleh para guru adalah masih kesulitan
dalam merumuskan instrumen baik aspek sikap ilmiah maupun aspek
keterampilan proses. Kesulitan ini diakibatkan karena minimnya
pemahaman guru terhadap kedua aspek tersebut.

Halaman 16
C. Cara Mengatasi Permasalahan Kendala Guru dalam
Memberikan Penilaian Sikap dan Aplikatif Siswa pada
Proses Pembelajaran
Pembahasan yang terakhir ini yaitu mengenai cara mengatasi
permasalahan kendala guru dalam memberikan penilaian sikap dan
aplikatif siswa pada proses pembelajaran tersebut, maka kita sebagai
calon guru maupuan sebagai seorang guru harus memahami,
menguasi dan menerapkan mata kuliah evaluasi pembelajaran yang
telah di dapat sebelum memasuki duni kerja sebagai seorang guru.
Calon guru dapat mempelajari dan mengimplementasikan ilmu yang
diperolehnya dalam dunia kerja terutama dalam mengevaluasi hasil
belajar siswa.
Dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa, hendaknya
dilaksanakan secara komprehensif sesuai dengan ruang lingkup
evaluasi pembelajaran. Penilaian yang di lakukan harus secara
menyeluruh, Penilaian secara menyeluruh memiliki arti bahwa
penilaian tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu aspek
tertentu saja, namun meliputi berbagai aspek. Terdapat tiga ranah
perilaku yang dapat dijadikan acuan dalam penilaian, sesuai yaitu
kognitif (cognitive domain), sikap ilmiah (affective domain) dan
keterampilan proses (psychomotor domain), maka penilaian dalam
pembelajaran harus meliputi ketiga aspek tersebut (DEPDIKNAS,
2006).

Halaman 17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat menyimpulkan bahwa:

1. Kendala guru dalam memberikan penilaian sikap dan aplikatif


siswa pada proses pembelajaran ialah, bahwa seorang guru
tidak pernah menggunakan jenis penilaian sikap ilmiah dan
penilaian aplikatif. ini karena memang tidak memahami
bagaimana cara menyusun instrumen dan cara penggunaannya
dalam pembelajaran.
2. Dampak dari kendala guru dalam memberikan penilaian sikap
dan aplikatif aiswa pada hasil belajar siswa ialah, para lulusan
hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan
pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran
dan evaluasi terhadap aspek sikap ilmiah ini, telah berdampak
pada merosotnya akhlak para lulusan yang selanjutnya
berdampak pada merosotnya akhlak bangsa.
3. Cara mengatasi permasalahan kendala guru dalam
memberikan penilaian sikap dan aplikatif siswa pada proses
pembelajaran tersebut, ialah kita sebagai calon guru maupun
sebagai seorang guru dalam melaksanakan penilaian hasil

Halaman 18
belajar siswa, hendaknya dilaksanakan secara komprehensif
sesuai dengan ruang lingkup evaluasi pembelajaran.
B. Saran
Dari pembahasan yang telah dijelaskan, penulis
menyarankan kepada pembaca yang berprofesi sebagai guru
maupun sebagai calon guru agar dapat melakukan penilaian
hasil belajar secara komprehensif sesuai dengan ruang lingkup
evaluasi pembelajaran.

Halaman 19
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Edisi
Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Azwar S. 2013. Sikap Manusia: Teori Dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Belle, Ferdinandus. 2017. Analisis Pemahaman Dan Implementasi
Penilaian Ipa Sekolah Dasar Di Kecamatan Loura. Jurnal
Pedagogika.
Daniel, Mueller. 1992. Mengukur Sikap Sosial Pegangan Untuk
Peneliti Dan Praktisi. Jakarta: Bumi Aksara
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Panduan
Bagi Orang
Tua Dan Guru Dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP,
Dan SMA. Bandung: Remaja Rosdakarya
DEPDIKNAS. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.
Iskandar, S. M. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
BP3GSD Dirjen Dikti
Kartiasa, M. 1980. Sikap Ilmiah Sebagai Wahana Pengetahuan.
Jurnal Dipdiknas.Go.Id
Martin, R. Et Al.2005. Teaching Science For All Children: Inquiry
Method For Contructing Understanding-3 Ed. New York:
Pearson Education.

Halaman 20
Saifuddin, Azwar. 2013. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sari, Dwi Ivayana. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. :E-Book

Halaman 21
ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI PENILAIAN IPA SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN LOURA

Ferdinandus Bele Sole1, a, Desak Made Anggraeni2, b, Heronimus Delu Pingge3, c


1, 3Dosen Program Studi PGSD, 2Dosen Prog. Studi Fisika

e-mail: aferdibs@yahoo.com; bdesak.madeanggraeni@yahoo.com; cpinggeroni@gmail.com

ABSATRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data tentang pemahaman guru terhadap
penilaian pembelajaran IPA secara komprehensif yang meliputi penilaian produk (kognitif),
penilaian ketrampilan proses, penilaian sikap ilmiah dan penilaian aplikatif, serta
implementasinya dalam proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yang menggambarkan pemahaman guru terhadap penilaian pembelajaran IPA dan
implementasinya dalam pembelajaran. Pada tahap pertama, peneliti mengembangkan alat
pengumpul data yaitu berupa angket yang berisikan jenis-jenis penilaian dalam pembelajaran
IPA SD dan penerapannya dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
seluruh responden paling sering menggunakan penilaian produk yakni penilaian yang
mengukur tingkat pemahaman siswa dari aspek kognitif. Penilaian jenis ini paling sering
digunakan karena dianggap mudah dan responden telah terbiasa dalam menyusun instrumen
penilaian ini. Sebagian responden mengungkapkan bahwa kadang-kadang mereka juga
melakukan penilaian ketrampilan proses yakni ketika siswa melakukan kegiatan tertentu dalam
pembelajaran seperti mendemonstrasikan atau melakukan eksperimen. Sedangkan penilaian
sikap ilmiah dan penilaian aplikatif tidak pernah dgunakan responden dalam pembelajaran
IPA. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang kedua jenis penilaian tersebut
serta belum tersedianya instrumen penilaian untuk aspek sikap ilmiah dan aplikasi.

Kata Kunci : Pemahaman, Implementasi, Penilaian IPA.

PENDAHULUAN
Setiap jenjang pendidikan baik jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,
maupun pendidikan tinggi memiliki kurikulum tersendiri. Dalam Permendiknas no. 22 tahun
2006 disebutkan bahwa kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri. Kedelapan mata pelajaran tersebut adalah Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan Ketrampilan (SBK) dan Pendidikan

Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017 | ISBN : 978-602-51434-0-3 60


Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Dengan melaksanakan pembelajaran dengan
struktur kurikulum yang ada ini, diharapkan mampu mewujudkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah adalah Ilmu Pengetahuan Alam. Istilah Ilmu Pengetahuan Alam dikenal juga
dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti
”saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti
”pengetahuan”. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam Bahasa
Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural science yang dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (Sains).
Tujuan pembelajaran sains SD adalah mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu
sikap positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat, mengembangkan ketrampilan
proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan,
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang bermanfaat
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan kesadaran tentang
peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari, mengalihgunakan pengetahuan,
ketrampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lainnya, ikut serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan menghargai berbagai macam bentuk
ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari dan dimanfaatkan lebih jauh.
Tujuan pembelajaran sains di SD menyiratkan bahwa pembelajaran sains mencakup
berbagai aspek dan tidak hanya berorientasi pada pencapaian hasil belajar aspek
kognitif saja. Aspek lain yang juga penting untuk dipahami adalah aspek ketrampilan
proses dalam mempelajari sains dan aspek sikap serta aplikasinya dalam bidang lain atau
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Sulistyorini (2007: 9) yang
mengemukakan bahwa pada hakikatnya sains dapat dipandang dari segi produk, proses
dan segi pengembangan sikap. Artinya, belajar sains memiliki dimensi proses, dimensi hasil
(produk) dan dimensi pengembangan sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling
terkait. Ini berarti bahwa proses belajar mengajar Sains seharusnya mengandung ketiga
dimensi tersebut.
Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah khususnya di kelas, guru adalah pihak
yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, calon guru seharusnya
dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung pelaksanaan tugasnya yakni
mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam hal ini, guru bertugas mengukur apakah siswa
sudah menguasai ilmu yang dipelajari oleh siswa atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan.
Mengakomodasi dan menjawab persoalan di atas, Lembaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (LPTK) telah memasukkan mata kuliah Evaluasi Pembelajaran agar para
calon guru dapat mempelajari dan mengimplementasikan ilmu yang diperolehnya dalam
dunia kerja terutama dalam mengevaluasi hasil belajar siswa. Dalam melaksanakan
penilaian hasil belajar siswa, hendaknya dilaksanakan secara komprehensif sesuai dengan
ruang lingkup evaluasi pembelajaran. Menurut Arifin, ruang lingkup evaluasi pembelajaran
dalam perspektif domain hasil belajar dapat dikategorikan dalam tiga jenis yakni domain
kognitif, domain sikap ilmiah dan domain ketrampilan proses. Ketiga domain hasil belajar
ini seharusnya dievaluasi oleh para guru sehingga out put yang dihasilkan memiliki kualitas

Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017 | ISBN : 978-602-51434-0-3 61


yang komprehensif.
Permendikbud No 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian menyatakan penilaian
otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
masukan (input), proses dan keluaran (output) pembelajaran (Kemendikbud, 2013: 3).
Penilaian secara menyeluruh memiliki arti bahwa penilaian tidak hanya ditujukan pada
penguasaan salah satu aspek tertentu saja, namun meliputi berbagai aspek. Terdapat tiga
ranah perilaku yang dapat dijadikan acuan dalam penilaian, sesuai dengan Bloom dalam
Arikunto (2009: 116) yang mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu
kognitif (cognitive domain), sikap ilmiah (affective domain) dan ketrampilan proses
(psychomotor domain), maka penilaian dalam pembelajaran harus meliputi ketiga aspek
tersebut.
Berdasarkan kenyataan ini, maka dalam penelitian ini, peneliti bermaksud
mengungkapkan data tentang pemahaman dan implementasi penilaian pembelajaran IPA
sekolah dasar di kecamatan Loura Kabupaten Sumba Barat daya.

KAJIAN TEORI
Kata “sains” biasa diterjemah dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal dari
natural science. Naturalartinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science
artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara harafiah sains dapat diartikan sebagai Ilmu
Pengetahuan Alam atau ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam. Penggunaan sains untuk menggantikan IPA ini dilakukan untuk membedakannya dari
pengertian social science, educational science, political science dan penggunaan kata science
lainnya.
Usman Samatowa (2011: 3) memberikan kesimpulan terhadap beberapa
pengertian sains yang dikemukakan para ahli bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang
mempunyai obyek dan menggunakan metode ilmiah. Obyek sains yang dimaksud dapat
berupa gejalah-gejalah alam dan juga kebendaan, sedangkan metode ilmiah merupakan
langkah-langkah sistematis dan teratur dalam upaya memperoleh data atau pengetahuan.
Sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang dalam bahasa indonesia disebut
dengan ilmu pengetahuan alam. Ilmu pengetahuan alam atau yang biasa disebut dengan
IPA dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan alam sebagai
proses, produk dan juga sikap.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat di cermati bahwa terdapat
dua aspek penting dari hakikat sains yaitu proses/langkah-langkah yang ditempuh dalam
memahami alam (proses sains) dan pengetahuan atau produk sains yang dihasilkan berupa
fakta, konsep, prinsip dan teori. Kedua aspek ini harus didukung dengan sikap ilmiah
terutama sikap selama proses memahami alam dan sikap terhadap produk yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Sulistyorini yang mengemukakan bahwa
pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan dari segi
pengembangan sikap. Ketiga dimensi tersebut bersifat saling terkait. ini berarti bahwa
proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi tersebut (2007: 9).
Sebagai produk ilmiah, pengetahuan sains terdiri atas berbagai jenis. Terdapat
banyak klasifikasi jenis pengetahuan sains. Menurut Martin (2005: 21), scientific knowledge
consists primarily of facts, concepts, principles and theories. Ide-ide ini memiliki makna yang

Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017 | ISBN : 978-602-51434-0-3 62


spesifik yang tidak bisa dipahami jika dipisahkan dari proses penyelidikan yang
menghasilkan berbagai jenis pengetahuan tersebut. Sedangkan menurut Chiappetta, fakta,
konsep, prinsip, hukum, hipotesis, teori dan model merupakan isi (content) pengetahuan
(2010: 112).
Sains sebagai disiplin ilmu disebut produk sains karena isinya merupakan kumpulan
hasil kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk fakta-
fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan teori sains (Patta Bundu, 2006: 11).
Hasil belajar sains dari segi proses dapat dibedakan dari produk dengan melihat
proses yang dilakukan siswa dalam belajar. Hasil belajar melalui proses ini akan
menghasilkan kesan yang lama, tidak mudah lupa dan akan digunakan sebagai dasar
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Patta Bundu,
2006: 13). Hal ini sesuai dengan pendapat Ergul yang mengatakan bahwa salah satu
peran ketrampilan proses dalam pembelajaran sains adalah meningkatkan pembelajaran
yang lebih permanen.
Salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan membantu
mereka menjadi lebih pandai dalam memahami dunia sekitar adalah memfokuskan
pembelajaran pada ketrampilan proses sains. Pendekatan ketrampilan proses menekankan
pada pengembangan ketrampilan menyelidiki yang sering dikaitkan dengan penyelidikan
ilmiah. Banyak pendidik berkeyakinan bahwa pengembangan ketrampilan proses mampu
membantu siswa dalam memecahkan masalah, belajar pada diri sendiri dan dan
menghargai ilmu (Chiappetta, 2010: 131).
Secara umum, ketrampilan proses dapat dibedakan atas dua jenis yakni ketrampilan
proses dasar (basic skills) dan ketrampilan proses terpadu (integrated skills). Terdapat
beberapa pendapat tentang jenis-jenis ketrampilan proses dasar sains. Pada tingkat
sekolah dasar, Rezba et al. (2007: 1) menyarankan untuk menguasai ketrampilan dasar
proses sains (basic science process skills) yang meliputi ketrampilan mengamati (observing),
mengelompokkan (clasifying), mengukur (measurement), meng-komunikasikan
(communicating), meramalkan (predicting) dan menyimpulkan (inferring).
Chiappetta menyebutkan bahwa ketrampilan dasar sains mencakup observing,
classifying, space/time relations, using numbers, measuring, infering dan predicting (2010:
132). Sedangkan menurut Martin et al. (2005: 18), ketrampilan proses dasar meliputi
observasi, klasifikasi, komunikasi, mengukur, mengestimasi, memprediksi dan menyimpulkan.
Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan
untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11). Attitudes are mental
predipositions toward people, objects, sujects, events and so on (Martin et al. , 2005: 12).
Sikap diartikan sebagai kecenderungan mental terhadap manusia, obyek, subyek,
kejadian-kejadian dan lainnya.
Dalam pembelajaran sains, sikap ilmiah sangat penting karena tiga faktor yakni
bahwa sikap mempengaruhi kesiapan mental pada anak, sikap bukanlah bawaan dari
lahir serta sikap merupakan dampak yang dinamis dari pengalaman.
Pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli sangat bervariasi. Wynne Harlen dalam
Bundu (1993: 7) menguraikan sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan
pada anak usia sekolah dasar yakni sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu
yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap

Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017 | ISBN : 978-602-51434-0-3 63


mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas dan sikap kedisiplinan.
Menurut Gega (1997: 77), empat sikap pokok yang harus dikembangkan dalam
sains adalah curiosity (ingin tahu), inventiveness (penemuan), critical thinking (berpikir kritis),
and persistence (ketekunan). Ke-empat sikap ini tidak dapat dipisahkan antara satu
dengan lainnya karena saling melengkapi. Sikap ingin tahu mendorong akan suatu
penemuan baru yang dengan berpikir kritis akan meneguhkan pendirian dan berani untuk
berbeda pendapat.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan pemahaman
guru terhadap penilaian pembelajaran IPA dan implementasinya dalam pembelajaran.
Pada tahap pertama, peneliti mengembangkan alat pengumpul data yaitu berupa angket
yang berisikanjenis-jenis penilaian dalam pembelajaran IPA SD dan penerapannya dalam
pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar yang berada pada kecamatan
Loura dan kecamatan Kota Tambolaka. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan
Maret 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Sekolah Dasar yang
mengajar mata pelajaran IPA di kecamatan Loura dan kecamatan Kota Tambolaka.
Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 15 guru sekolah dasar yang
berada di kecamatan Loura dan kecamatan Kota Tambolaka. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket. Teknik ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data tentang jeis penilaian yang paling sering digunakan guru dalam
pembelajaran IPA serta pemahaman guru IPA tentang jenis-jenis penilaian dalam
pembelajaran IPA SD. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu teknik statistik
deskriptif kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan pemahaman guru terhadap
penilaian pembelajaran IPA dan implementasinya dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil
analisis data, implementasi penilaian dalam pembelajaran IPA oleh guru di kecamatan
Loura dapat sajikan dalam diagram sebagai berikut.

DATA IMPLEMENTASI PENILAIAN


DALAM PEMBELAJARAN IPA SD
Jumlah Responden

16 15
14
12
10
8 6
6
4
2 0 0
0
PENILAIAN PENILAIAN PENILAIAN PENILAIAN
PRODUK KETRAMPILAN SIKAP ILMIAH APLIKATIF
(KOGNITIF) PROSES

Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017 | ISBN : 978-602-51434-0-3 64


Berdasarkan diagramdiatas, diketahui bahwa seluruh responden dalam penelitian ini
(100%) telah menerapkan jenis penilaian produk dalam pembelajaran IPA. Jenis penilaian
produk yang mengukur pencapaian aspek kognitif inilah yang paling sering digunakan.
Alasan utama mengapa penilaian ini paling sering digunakan di sekolah adalah karena
responden telah terbiasa menyusun dan menggunakan sehingga dianggap mudah. Selain
itu, instrumen yang digunakan untuk mengukur pencapaian aspek kognitif ini telah banyak
disediakan baik yang terdapat dalam buku-buku IPA maupun dalam bank soal. Beberapa
responden mengungkapkan bahwa mereka paling sering menggunakan penilaian kognitif
karena dalam ulangan harian dan ujian, baik ujian sekolah maupun ujian nasional,
instrumen penilaian yang digunakan hanya mengukur aspek kognitif saja.
Pada penilaian ketrampilan proses, dari total 15 responden hanya 6 responden saja
atau 40 % responden yang pernah menggunakan. 6 responden tersebut mengatakan
bahwa mereka kadang-kadang penggunaan penilaian ketrampilan proses yakni ketika
siswa melaksanakan kegiatan eksperimen baik dalam kelompok maupun kegiatan individu.
Pendekatan ketrampilan proses menekankan pada pengembangan ketrampilan
menyelidiki yang sering dikaitkan dengan penyelidikan ilmiah. Aspek yang dinilai oleh
responden dalam penilaian ini lebih kepada ketepatan melakukan percobaan dan
keaktifan siswa dalam kelompok. Padahal diketahui bahwa penilaian ketrampilan proses
meliputi ketrampilan mengamati (observing), mengelompokkan (clasifying), mengukur
(measurement), meng-komunikasikan (communicating), meramalkan (predicting) dan
menyimpulkan (inferring). Responden mengungkapkan bahwa mereka masih kurang paham
tentang penggunaan penilaian ketrampilan proses. Setelah dikonfirmasi ternyata mereka
belum sepenuhnya memahami tentang penyusunan instrumen penilaian ketrampilan proses.
Penilaian yang tidak pernah dilakukan adalah jenis penilaian sikap ilmiah dan
penilaian aplikatif. Responden mengemukakan alasan bahwa mereka tidak pernah
menggunakan jenis penilaian ini karena memang tidak memahami bagaimana cara
menyusun instrumen dan cara penggunaannya dalam pembelajaran. Ketika dikonfirmasi,
memang benar bahwa mereka tidak pernah mengimplementasikan penilaian sikap. Tetapi
untuk jenis penilaian aplikatif, sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa guru namun
mereka tidak memasukkan sebagai bagian dalam penilaian secara keseluruhan. Beberapa
guru telah menerapkan pengetahuan dalam IPA untuk mengmbangkan suatu karya seperti
perahu dari kertas, kincir angin, lup sederhana dari bohlam dan beberapa karya lain,
namun tidak memahami kalau ternyata hal ini sudah merupakan aplikasi dari pengetahuan
yang sudah dipelajari dan perlu dinilai.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pembelajaran IPA merupakan bagian kehidupan manusia dari sejak manusia itu
mengenal diri dan alam sekitarnya. Manusia dan lingkungan merupakan sumber, obyek
dan subyek IPA. Pendidikan IPA merupakan salah satu aspek pendidikan dengan
menggunakan IPA sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan pada umumnya dan
tujuan pendidikan sains khususnya. Mata pelajaran IPA menekankan pada pemberian
pengalaman langsung sehingga diharapkan dapat mengembangkan kompetensi agar
siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Wardana, 2013).
Menurut Suastra (2009) hakikat IPA memiliki 3 dimensi, yaitu: sikap ilmiah, produk ilmiah

Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017 | ISBN : 978-602-51434-0-3 65


dan proses ilmiah. (1) Sikap ilmiah, artinya pembelajaran IPA menuntut adanya hasrat ingin
tahu, sikap ingin mendapatkan suatu yang baru, sikap kerjasama, sikap tidak putus asa,
sikap tidak purba sangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir
bebas dan sikap kedisiplinan diri; (2) IPA sebagai produk ilmiah, dalam pembelajaran
diharapkan siswa memahami fenomena-fenomena, fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-
teori yang telah dipelajari; (3) IPA sebagai proses ilmiah, artinya siswa
diharapkan mengalami atau menemukan sendiri sesuatu yang dipelajari sehingga
nantinya mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini meliputi keterampilan-
keterampilan yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mengembangkan IPA.
Pada hakekatnya pembelajaran “IPA merupakan suatu pembelajaran yang terkait
dengan fenomena-fenomena alam semesta” (Suma, dkk. , 2001: 1). Lebih lanjut diuraikan,
pembelajaran IPA sering dikatakan ilmu eksperimen. Para ahli mengamati fenomena alam
dan mencoba menemukan kejadian dan prinsip-prinsip yang menghubungkan fenomena-
fenomena tersebut. Pembelajaran IPA bukanlah kumpulan fakta-fakta dan prinsip-prinsip.
Pembelajaran IPA membutuhkan banyak observasi fenomena, pengukuran yang dalam dan
tepat, eksperimen yang luas dan mendalam serta prediksi yang tepat. Sesuai dengan
hakikat IPA tersebut, berarti belajar IPA tidak cukup hanya melalui kumpulan fakta,
prinsip-prinsip, hukum-hukum maupun teori tetapi juga harus menyangkut proses bagaimana
kumpulan pengetahuan itu diperoleh. Ini menunjukkan bahwa kegiatan eksperimen
(penyelidikan) merupakan salah satu bagian integral dari pembelajaran IPA yang dapat
dikatakan sebagai roh dari pembelajaran IPA. Dalam kegiatan eksperimen (penyelidikan),
siswa dapat bekerja dalam sebuah kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik
dari segi kemampuan maupunjenis kelamin.
Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya
menilai prestasi belajar siswa pada aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah
tes tertulis. Aspek ketrampilan proses, apalagi aspek sikap ilmiahdan aplikasi sangat
langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya
menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak
mampu mengaplikasikan pengetahuan yang mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan
evaluasi terhadap aspek sikap ilmiah ini, telah berdampak pada merosotnya akhlak para
lulusan yang selanjutnya berdampak pada merosotnya akhlak bangsa.
Kenyataan ini juga terjadi dalam pembelajaran Sains di sekolah dasar. Dalam
implementasinya, pembelajaran sains SD masih terfokus pada aspek produk sains saja
yaitu muatan pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa seperti sejumlah fakta dan
konsep. Aspek proses, sikap dan aplikasi sains belum sepenuhnya dilaksanakan oleh guru.
Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran dimana guru hanya berfokus pada
pencapaian target ketuntasan materi pada setiap semester guna memenuhi tuntutan
kurikulum. Selain itu, penilaian yang dilakukan untuk mengukur pencapaian siswa masih
terbatas pada aspek kognitif kognitif saja dan menjadi kriteria keberhasilan siswa dalam
mempelajari sains. Hal ini tentu bertentangan dengan karakteristik sains yang berorientasi
holistik, baik pada penguasaan konsep sains, proses penemuan konsep sains dan juga sikap
ilmiah. Salah satu alasan yang paling mendasar mengapa penilaian pada aspek sikap
ilmiah dan ketrampilan proses jarang diimplementasikan oleh para guru adalah masih
kesulitan dalam merumuskan instrumen baik aspek sikap ilmiah maupun aspek ketrampilan

Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017 | ISBN : 978-602-51434-0-3 66


proses. Kesulitan ini diakibatkan karena minimnya pemahaman guru terhadap kedua aspek
tersebut.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
semua responden di yang mengajar mata pelajaran IPA SD di Kecamatan Loura telah
memahami dan menggunakan penilaian untuk aspek kognitif. 40 responden kadang-
kadang menggunakan penilaian ketrampilan proses dalam pembelajaran namun masih
terbatas pada aspek ketepatan melakukan percobaan dan keaktifan dalam kelompok.
Aspek lainnya dari ketrampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasikan, mengukur,
mengkomunikasikan, meramalkan dan menyimpulkan tidak dilakukan penilaian karena
masih kurang memahami cara penyusunan instrumen dan penerapannya dalam proses
pembelajaran. Sedangkan pada aspek sikap ilmiah dan aplikasi, semua responden
mengungkapkan bahwa mereka tidak pernah mengimplementasikan dalam pembelajaran
IPA karena tidak memahami cara penyusunan instrumen dan penerapannya dalam proses
pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Bundu, P. (2006). Penilaian Ketrampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains
SD. Jakarta: Depdiknas.
Chiappetta, E. L. & Thomas R. Koballa, Jr. (2010). Science Instruction in the Middle and
Secondary Schools Developing Fundamental Knowledge and Skills Seventh ed.
USA: Pearson Education Inc
DEPDIKNAS. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi
Gega, P. C. (1997). Science Teaching in Elementary Education. New York. John Wiley &
Son.
Iskandar, S. M. (1997). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: BP3GSD Dirjen Dikti
Kartono. (2012). Pengembangan Model Penilaian Sikap Ilmiah IPA bagi Mahasiswa PGSD.
Diambil pada tanggal 2 April 2016, dari eprints. uns. ac.
id/15202/1/Publikasi_Jurnal_(37). pdf.
Martin, R. et al. . (2005). Teaching Science For All Children: Inquiry Method For Contructing
Understanding-3 Ed. New York: Pearson Education.
Rezba, et al. . (1995). Learning ang Assesing Science Process Skills Third Ed. USA.
Kendal/Hunt Publishing Company.
Suastra, I. W. 2009. Pembelajaran Sains Terkini: Mendekatkan Siswa dengan Lingkungan
Alamiah dan Sosial Budayanya. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja
Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran SAINS Sekolah Dasar dan Penerapannya
dalam KTSP. Semarang: Tiara Wacana.
Suma, dkk. 2001. “Penerapan Eksperimen Terbuka Terbimbing dalam Pembelajaran Fisika
Dasar pada Mahasiswa TPB Jurusan Pendidikan MIPA IKIP Negeri Singaraja”.
Laporan Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Usman Samatowa. (2011). Pembelajaran SAINS di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.

Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017 | ISBN : 978-602-51434-0-3 67


Wardana. I Wayan 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Berbantuan Asesmen Proyek terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V tahun
pelajaran 2012/2013 sekolah dasar di Gugus III Tampaksiring Kabupaten
Gianyar. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja fakultas ilmu pendidikan.
UNDIKSHA.

Prosiding Seminar Nasional HDPGSDI Wilayah IV Tahun 2017 | ISBN : 978-602-51434-0-3 68


BOOKLET

“PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN EVALUASI”

“PRINSIP KOOPERATIF DAN OBJEKTIF ORANG TUA


TERHADAP NILAI KKM SISWA”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
Melly Afdhalia Adha A1D018051
Rinu Fitaloka A1D018057
Gisela Ratna Indriani A1D018058
Jeni Marliyandari A1D018060
Refai A1D018061
Dosen Pengampu:
Neni Murniati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2021

Halaman 1
PROFIL PENULIS

1. Anggota 1
Nama : Melly Afdhalia Adha
NPM : A1D018051
Semester/Kelas: 6 (Enam)/B

2. Anggota 2
Nama : Rinu Fitaloka
NPM : A1D018057
Semester/Kelas: 6 (Enam)/B

3. Anggota 3
Nama : Gisela Ratna Indriani
NPM : A1D018058
Semester/Kelas: 6 (Enam)/B

4. Anggota 4
Nama : Jeni Marliyandari
NPM : A1D018060
Semester/Kelas: 6 (Enam)/B

5. Anggota 5
Nama : Refa’i
NPM : A1D018061
Semester/Kelas: 6 (Enam)/B

Halaman 2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan booklet ini tepat pada
waktunya yang berjudul prinsip kooperatif dan objektif orang
tua terhadap nilai kkm siswa. Dengan selesainya booklet ini
tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terimakasih. Penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dari booklet ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
tercapainya kesempurnaan dari makalah ini.

Bengkulu, 22 Maret 2021

Kelompok 5

Halaman 3
DAFTAR ISI

PROFIL PENULIS 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
BAB I 6
PENDAHULUAN 6
A. Latar Belakang 6
B. Rumusan Masalah 8
BAB II 9
PEMBAHASAN 9
A. Prinsip Objektif Masih Berlaku Jika Ada Penambahan Nilai
Pada Siswa yang Nilainya Dibawah KKM 9
B. Sikap Sebagai Orang Tua Dalam Menghadapi Hasil Ujian
Siswa yang Masih Di Bawah KKM 10
BAB III 14
PENUTUP 14
A. KESIMPULAN 14
B. SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16

Halaman 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prinsip evaluasi pembelajaran adalah panduan
dalam prosedur pengembangan evaluasi dalam usaha
perbaikanpembelajaran ditentukan oleh prinsip
evaluasi.Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan evaluasi
pembelajaran adalah kontinuitas, komprehensif,
kooperatif, objektif, dan praktis (Dirman,2014). Pertama
yaitu prinsip kooperatif merupakan guru bekerja sama
dengan semua pihak seperti orangtua siswa, semua guru,
kepala sekolah dan siswa. Hal ini bertujuan agar
semuapihakmerasapuas dengan hasil evaluasi dan semua
pihak merasa dihargai.
Kedua yaitu prinsip kontinuitas dikenal dengan
istilah prinsip berkesinambungan. Prinsip ini dalam
evaluasi hasil belajar direalisasikan dalam bentuk
pelaksanaan evaluasi secara teratur dan sambung
menyambung dari waktu ke waktu. Keberadaan prinsip
bagi seorang guru atau dosen mempunyai makna yang
penting, karena prinsip evaluasi dapat menjadi petunjuk
bagi dirinya dan bisa merealisasikan evaluasi dengan cara
yang benar (Fitrianti, 2018).

Halaman 5
Evaluasi hasil belajar itu tidak boleh dilakukan
secara terpisah-pisah, melainkan harus dilaksanakan
secara utuh dan menyeluruh. Selanjutnya ketiga yaitu
prinsip keseluruhan atau menyeluruh dikenal dengan
istilah prinsip komprehensif (Sudijono,2006). Oleh
karena itu evaluasi hasil belajar dapat dikatakan
terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut
dilaksanakan secara bulat, utuh atau menyeluruh. Maka
prinsip evaluasi komprehensif merupakan prinsip dengan
penilaian yang dapat mengungkap keseluruhan hasil
belajar peserta didik.
Keempat mengenai prinsip objektif, objektif secara
umum adalah keadaan sebenarnya tanpa dipengaruhi
pendapat atau pandangan pribadi (KBBI, 2016). Prinsip
objektif adalah suatu evaluasi dilakukan secara objektif,
berarti evaluasi didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak di pengaruhi subjektivitas dari penilai
(Sudijono,2006). Artinya evaluasi tersebut benar-benar
dari fakta yang sebenarnya tanpa dipengaruhi opini dari
penilaian orang lain. Prinsip objektif adalah salah satu
jenis pendekatan evaluasi yang memandang bahwa
kebenaran bias ditemukan apabila seseorang bias
menyingkirkan campur tangan manusia saat melakukan

Halaman 6
penelitian. Atau dengan kata lain, bisa mengambil jarak
dari objek yang diteliti.
Kelima yaitu prinsip praktis merupakan prinsip
yang kegiatannya mengarahkan pada hemat biaya, waktu
dan tenaga. Pada prinsip ini sangat menekankan
kemudahan guru untuk menyusun instrument penilaian
yang mudah oleh guru lain. Seiring dengan kepraktisan
tersebut, jangan sampai menghilangkan esensi evaluasi
pembelajaran itu sendiri yakni mencapai keoptimalan dari
tujuan belajar. Kepraktisan suatu evaluasi bermakna
bahwa kemudahan yang ada pada instrument evaluasi
baik dalam mempersiapkan, menggunakan,
menginterpretasi, memperoleh hasil belajar siswa dan
menyimpan data evaluasi(Arikunto,2004).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah prinsip objektif masih berlaku jika ada
penambahan nilai pada siswa yang nilainya dibawah
KKM?
2. Bagaimana sikap sebagai orang tua dalam menghadapi
hasil ujian siswa yang masih di bawah KKM?

Halaman 7
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Objektif Masih Berlaku Jika Ada
Penambahan Nilai Pada Siswa yang Nilainya
Dibawah KKM
Objektif secara umum adalah keadaan sebenarnya tanpa
dipengaruhi pendapat atau pandangan pribadi . Objektivitas
adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota
bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka serta bebas dari benturan kepentingan atau di
bawah pengaruh pihak lain.
pada Di era covid-19 ini sangat mempengaruhi tingkat
kesulitan guru dalam memberikan nilai dari masing-masing
siswanya. Tidak hanya kemampuan kognitif dari guru
melainkan dari sikap siswa yang akan di pertimbangakan pula.
Namun kenyataannya masih ada guru dalam hal ini masih
mempertimbangkan dengan ada embel-embel kasihan.
Dilansir Dalam sumber berita kompas pada Sabtu 20
juni 2020 dinilai seorang guru masi menerapkan rasa iba
terhadap seorang murid saat pemberian nilai rapot. Hal ini
menjadi dilema pendidikan untuk mengukur kemampuan siswa.
Dengan adanya hal tersebut perlulah suatu penilaian secara
Objektif agar keadialan terhadap siswa di sama ratakan.

Halaman 8
Namun, tetap dengan pertimbangan bukan dengan
pertimbangan rasa kasihan melainkan dibantu dengan penilaian
afektif dan psikomotorik.
Menjelang Ujian Nasional (UN) kementerian
pendidikan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020
tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Covid-19
yang membatalkan pelaksanaan UN tahun 2020. Dalam surat
edaran ini pun disampaikan bahwa dalam pelaksanaan Ujian
Akhir Semester (UAS), dalam hal ini adalah Ulangan Kenaikan
Kelas (UKK), tidak perlu mengukur ketuntasan capaian
kurikulum secara menyeluruh. Artinya tidak perlu mengukur
ketuntasan (KKM). Masalah tuntas tidaknya itu tidak perlu lagi.
Sebab belajarnya pun sudah tak menentu. Tapi tidak
menyarankan untuk menggunakan prinsip kasihan di dalamnya.
Hal ini jelas pemerintah memiliki keadilan dengan
mempertimbangan suatu keadaan. KKM tidak menjadi faktor
utama kenaikan kelas dikarenakan keadaan yang tidak
mendukung bukan karena iba terhadap siswa yang stres dengan
adanya keharusan melampaui KKM. Prinsip objektif harus di
terapkan di dalam proses pembelajaran ini demi pendidikan
indonesia yang lebih maju.

Halaman 9
B. Sikap Sebagai Orang Tua Dalam Menghadapi Hasil
Ujian Siswa yang Masih Di Bawah KKM
Kooperatif adalah semua pihak merasa puas dan dengan
hasil evaluasi dan semua pihak merasa di hargai. Pada prinsip
ini memiliki kasus yaitu saat pembagian rapot orangtua tidak
terima jika nilai anaknya dibawah KKM. Maka dari itu guru
dan orangtua harus bekerja sama dan memiliki kewajiban
pertama dalam pendidikan seorang siswa karena prinsip
kooperatif mengarah pada kerjasama guru dan orangtua siswa
mengenai evaluasi hasil belajar siswa
Permasalahan yang lagi marak terjadi adalah masa
pandemi ini kualitas pendidikan mengharuskan berjalan secara
daring. Diambil dari sumber berita Kompas pada Sabtu, 20 Juni
2020 pembagian rapor sekolah telah dilaksanakan dan orangtua
telah menerima laporan hasil belajar untuk semester genap,
sekaligus pernyataan naik atau tidaknya siswa yang
bersangkutan (Togatorop,2020). Maka kasus ini berkaitan
dengan prinsip kooperatif mengarah pada kerjasama guru dan
orangtua siswa mengenai evaluasi hasil belajar siswa dan
prinsip objektif yang didasarkan prosedur penilaian
menggunakan KKM yang tidak boleh bersifat subjektif baik
pengaruh guru ataupun orangtua siswa.

Halaman 10
Berdasarkan data kelas pembelajaran daring pada
pandemi covid19, adanya siswa yang tuntas dan tidak tuntas
KKM sebagai berikut.

Sumber Data Hasil Nilai Belajar Siswa di salahsatu SD


KKM itu singkatan dari Kriteria Ketuntasan Minimum,
artinya nilai terendah yang harus dicapai anak untuk dapat
dikatakan telah menuntaskan pelajaran. Berdasarkan data hasil
belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata
14 siswa adalah 83,85. Siswa yang sudah mampu mencapai
ketuntasan belajar 64% atau 9 siswa dan yang belum tuntas
36% atau 5 siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil

Halaman 11
belajar siswa masih kurang, hal ini disebabkan karena guru
banyak memberikan ceramah sehingga siswa masih kurang
aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian,
makaakandilakukanperbaikandalampelaksanaan proses
pembelajaran padasiklus II agar hasil belajar siswa meningkat.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses
pembelajaran pada siklus berikutnya antara lain dengan cara:

a) Mengajak siswa berdiskusi agar siswa lebih aktif dan


berpikir kritis
b) Merancang media power point yang menarik disertai
animasi-animasi agar siswa lebih tertarik dalam
pembelajaran dengan media aplikasi Zoom Meeting
(Permatasari,2020).
Guru dan orangtua memiliki kewajiban pertama dalam
pendidikan seorang siswa, sebagian besar dari waktu yang ada
dihabiskan di lingkungan keluarga sedangkan sekolah adalah
tempat pembinaan lanjutan dari seorang siswa. Kerjasama guru
dan orang tua sebagai prinsip kooperatif bertujuan agar tidak
ada perbedaan prinsip yang mencolok diantara kedua
lingkungan tersebut yang dapat mengakibatkan keraguan
pendirian dan sikap pada siswa. Ketidakpuasan orangtua
sebagai pihak yang terlibat terhadap penilaian mempengaruhi
prinsip kooperatif.

Halaman 12
Pada masa pandemi ini, orangtua dan siswa berada di
rumah sebaiknya orangtua harus berperan aktif dalam
memberikan semangat kepadapeserta didik agar terus belajar
dan harus memberikan motivasi kepada peserta didik saat
mengerjakan tugas dirumah sehingga ada perkembangan
signifikan pada nilai hasil evaluasi belajar.
Pada kasus ini penting seorang guru menerapkan sikap
kooperatif dalam pemberian nilai. Prinsip kooperatif guru
dalam pemberian nilai harus lah berdasarkan pertimbangan
seperti keadaan sekarang masih dalam masa covid-19. Dimana,
keadaan sekarang siswa tidak dapat belajar secara maksimal
seperti keadaan normal. Keadaan sekarang dalam pembelajaran
siswa dalam proses adaptasi. Wajar bila dalam pembelajaran
mengalami penurunan kualitas pemebelaharaan. Dalam hal ini
solusi tang tepat untuk meminimalisir kasus ini adanya
toleransi yang tepat oleh seorang guru untuk dapat membangun
pemblajran sekondusif mungkin, walaupun keadaan sekarang
yang pembelajran secara online.

Halaman 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa:
1. Sikap orangtua yang kurang kooperatif dengan hasil
belajar siswa yang masih di bawah KKM berkaitan
dengan prinsip kooperatif mengarah pada kerjasama
guru dan orangtua siswa mengenai evaluasi hasil
belajar siswa danprinsip objektif yang didasarkan
prosedur penilaian menggunakan KKM yang tidak
boleh bersifat subjektif baik pengaruh guru ataupun
orangtua siswa.
2. Guru dan orangtua memiliki kewajiban pertama
dalam pendidikan seorang siswa, sebagian besar dari
waktu yang ada dihabiskan di lingkungan keluarga
sedangkan sekolah adalah tempat pembinaan
lanjutan dari seorang siswa. Kerjasama guru dan
orang tua sebagai prinsip kooperatif bertujuan agar
tidak ada perbedaan prinsip yang mencolok diantara
kedua lingkungan tersebut yang dapat
mengakibatkan keraguan pendirian dan sikap pada
siswa. Ketidakpuasan orangtua sebagai pihak yang
terlibat terhadap penilaian mempengaruhi prinsip
kooperatif.

Halaman 14
B. Saran
Dari pembahasan yang telah di jelaskan penulis
memberikan saran kepada pembaca agar melakukan
evaluasi pembelajaran dengan penerapan prinsip
kooperatif dan prinsip objektif guna mendapatkan hasil
pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip
evaluasi.

Halaman 15
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S &Jabar.2004. Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Dirman dan Cicih Juarsih. 2014.Penilaian dan Evaluasi dalam
Rangka Implementasi Standar Proses Pendidikan Siswa.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fitrianti, Leni. 2018. Prinsip Kontinuitas Dalam Evaluasi
Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Vol 10
No.1(Diakses pada tanggal 21 Febuari 2021)
KBBI.2016.KamusBesarBahasa Indonesia (KBBI).
http//kbbi.web.id/pusat (diakses 21 Februari 2021)
Kementerian Pendidikan danKebudayaan. SuratEdaran Nomor
4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam
Masa Darurat Covid19.
Permatasari, Cecillia dan Nafiah. 2020. Peningkatan Hasil
Belajar Melalui Media Aplikasi Zoom Meeting Pada
Siswa Kelas Iv Sdn Mojoroto 4 Kediri.Journal National
Conference For Ummah Vol 1 No 2 (Diakses pada 1
Maret 2021)
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Togatorop, Sarianto. “Rasa Kasihan, Racun Dalam Penilaian
Ujian Siswa.” Kompas. Sabtu, 20 Juni 2020.

Halaman 16
LAMPIRAN KASUS BERITA
https://www.kompasiana.com/sarianto/5eef75a9097f36231536ec22/rasa-kasihan-racun-dalam-
penilaian-ujian-siswa?page=1

Rasa Kasihan, Racun dalam


Penilaian Ujian Siswa
Sabtu, 20 Juni 2020 pembagian rapor sekolah telah dilaksanakan. Ada yang secara
langsung diserahkan kepada siswa atau orang tua, ada juga yang melalui virtual
dan ada juga yang dikirimkan melalui email atau gawai yang memungkinkan.
Siswa dan orang tua telah menerima laporan hasil belajar untuk semester genap,
sekaligus pernyataan naik atau tidaknya siswa yang bersangkutan.

Sontak ramai pula sosial media postingan hasil pencapaian proses belajar selama
semester ini. Tidak hanya siswa, orang tua pun turut meramaikan arus posting
prestasi anak-anaknya. Begitulah masyarakat kita sangat antusias dengan
pembagian rapor.

Terlebih situasi pandemi yang mengharuskan anak-anak belajar dari rumah. Dan
banyak juga orang tua yang turut membantu anak-anaknya belajar dari rumah.
Sehingga mereka pun sangat penasaran dengan hasil belajar yang diberikan guru.
Tampaknya mereka penasaran guru memberi nilai berapa atas usaha mereka
membantu anak-anak mereka belajar dari rumah.

Dari sekian banyak postingan yang saya perhatikan, ada salah satu postingan yang
cukup menarik buat saya. Postingan dari salah seorang guru, mengajar di SMP dan
juga merupakan orang tua. Saya tidak tahu apakah postingannya mengenai guru
anaknya, atau mengenai rekannya guru di sekolah atau bagi guru lain di sekolah
lain. Yang pasti postingannya ditujukan kepada guru. Postingannya kira-kira
seperti ini, "Ya ampun, dalam situasi pandemi seperti ini masih tega ngasi nilai
anak di bawah KKM? Apa gak punya hati? Coba anak anda yang diberi nilai
dibawah KKM, apa bisa terima?" Kira-kira begitu. Saya kira-kira saja, saya tak
mengingat kalimat persisnya.

KKM itu singkatan dari Kriteria Ketuntasan Minimum, artinya nilai terendah yang
harus dicapai anak untuk dapat dikatakan telah menuntaskan pelajaran. KKM ini
disusun oleh guru dengan proses perhitungan yang lumayan panjang, bukan
sebagai angka yang dibuat-buat dan asal jadi.

Kembali ke isi postingan tadi. Cukup menggelitik buat saya. Karena saya banyak
kali menemukan praktek seperti itu dalam penilaian. Menggunakan prinsip
"KASIHAN". Bolehkah? Kalau pertanyaannya boleh atau tidak, maka silahkan
menyimak penjelasananya.

Prinsip Penilaian

Prinsip penilaian pendidikan di Indonesia di atur dalam Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 20 tahun 2007 tentang standar
penilaian pendidikan dan diesmpurnakan kembali lewat Permendikbud nomor 66
tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan.

Menurut Permen ini, bahwa penilaian hasil belajar peserta didik harus
dilaksanakan dengan prinsip: Objektif, Terpadu, Ekonomis, Transparan, Akuntabel
dan Edukatif. Boleh dibaca sekali lagi jika kurang jelas. Sudah? Kalau sudah, maka
pertanyaan saya, adakah KASIHAN di dalamnya? Tidak. Jadi tidak ada prinsip
kasihan, jangan ditambah-tambahin.

Mengapa bisa terjadi kasihan? Banyak faktor. Salah satunya adalah budaya
ketimuran kita yang sangat sosialis. Apa kaitannya? Kita sangat suka tolong
menolong. Tetangga atau oran-orang dekat kita kesusahan pastilah kita bantu.
Orang yang tidak kita kenal saja pun terkadang kita bantu.

Prinsip ini yang dibawakan dalam penilaian. Kasihan, anak sudah capek berusaha.
Kasihan, anak mengalami situasi yang sulit. Kasihan, kasihan dan banyak kasihan
lainnya. Bukan tidak boleh kasihan kepada orang lain, namun melakukan penilaian
dengan berlandaskan pada rasa kasihan jelas-jelas melanggar permendikbud.

Saat teringat pada sebuah penggalan adegan film The Freedom Writers, saat
seorang siswa mendapat nilai F dalam mata pelajarannya. Siswa tersebut mendapat
nilai F karena situasi keluarganya yang sedang kacau, kakaknya masuk penjara
akibat pergaulan yang buruk dan situasi ini membuatnya sulit untuk konsentrasi
belajar. Menarik bagaimana Miss G, wali kelasnya, mengajak siswa tersebut bicara
empat mata dan langsung to the point. Tidak ada prinsip kasihan dalam menilai. F
tetaplah F.

Apakah Miss G tidak kasihan. Tentu dia kasihan. Tapi tidak dengan
menggunakan rasa kasihan untuk menyulap nilai. Tapi memberi kesempatan
kepada siswa tadi melakukan ujian lagi dengan lebih dulu belajar lebih baik, walau
pun situasinya sulit untuk belajar, sampai nilainya menjadi baik. Praktik seperti ini
dinakaman Remidi dalam pendidikan kita.
Miss G mengajarkan bahwa kasihan tidak akan menjadikan siswanya memiliki
karakter yang kuat. Tidak dapat mengandalkan belas kasihan untuk memperoleh
nilai. Belum tentu juga orang lain akan kasihan kepada kita.

Miss G boleh saja dengan rasa kasihan untuk memberikan nilai sebatas tuntas,
namun tidak, ia tetap berpegang bahwa nilai siswa harus menggambarkan
usahanya. Hasil tidak akan menghianati usaha

Surat Edaran Menteri Pendidikan

Menjelang Ujian Nasional (UN) kemeterian pendidikan mengelaurkan Surat


Edaran Nomo 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat
Covid-19 yang membatalkan pelaksanaan UN tahun 2020. Dalam surat edaran ini
pun disampaikan bahwa dalam pelaksanaan Ujian Akhir Semester (UAS), dalam
hal ini adalah Ulangan Kenaikan Kelas (UKK), tidak perlu mengukur ketuntasan
capaian kurikulum secara menyeluruh. Artinya tidak perlu mengukur ketuntasan.
Masalah tuntas tidaknya itu tidak perlu lagi. Sebab belajarnya pun sudah tak
menentu. Tapi tidak menyarankan untuk menggunakan prinsip kasihan di
dalamnya.

Surat edaran ini menjadi patokan bahwa dalam UKK, anak tidak lagi harus tuntas,
sebab untuk remidi pun sudah sulit. Jadi jika nilai anak tidak tuntas pun, menurut
saya tidak jadi masalah.

Mengapa masih ada nilai anak yang belum tuntas? Banyak faktor. Saya mencoba
menganalogikakan. UKK dirancang untuk mendorong kegiatan yang bermakna di
tengah pandemi. Maksudnya, soal UKK lebih diarahkan kepada kegiatan yang
dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan siswa di masa pandemi.

Jadi tidak lagi diarahkan pada menilai pengetahuan dan keterampilan menguasai
materi di dalam kurikulum. Artinya sudah dimudahkan. Lalu ada siswa yang tidak
mengerjakannya, atau mengerjakannya pun tidak dengan baik. Maka kembalilah ke
prinsip penilaian tadi. Tentu hasilnya pun tidak mencapai apa yang diharapkan.
Walau pun sudah dimudahkan.

Menilai sejatinya butuh idealisme. Saya pernah berhadapan dengan siswa yang
minta dikasihani padahal sudah saya permudah ulangannya. Namun tidak mau
berusaha da lebih meminta dikasihani. Menilai dengan rasa kasihan dapat merusak
mentalitas anak. Anak-anak akan mengasihani diri sendiri. Anak-anak akan
mengandalkan rasa kasihan, tidak lagi sungguh-sungguh.
Akan seperti apa generasi ini jika mengandalkan rasa kasihan. Selalu minta
dikasihani. Lama-lama akan seperti pengemis yang mengais rejeki bertarung di
antara rasa kasihan. Guru harus idealis dalam menilai. Sebab dari situ anak-anak
akan terbangun untuk tidak mengandalkan rasa kasihan dalam belajar.
BOOKLET
“ALAT EVALUASI YANG DIGUNAKAN DALAM PENDIDIKAN”
KENDALA KEEFEKTIFAN ALAT EVALUASI PENUGASAN DAN TES DALAM
PEMBELAJARAN DARING ATAU ONLINE

Disusun Oleh:

Nama Anggota Kelompok : 1. Nyimas Ajeng (A1D018041)

2. Diah Suprihatin (A1D018045)

3. Yogi Valfa (A1D018049)

4. Tiya Novita sari (A1D018055)

5. Fadjri Fil Ahli Hady (A1D018059)

Kelompok : 6 (Enam)

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Biologi

Dosen Pengampu : Neni Murniati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021
PROFIL PENULIS

Nyimas Ajeng (A1D018041) Diah Suprihatin (A1D018045)

Yogi Valfa (A1D018049) Tiya Novita sari(A1D018055)

Fadjri Fil Ahli Hady (A1D018059)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya sehingga
kita masih diberikan nikmat dan kesehatan dan ketenangan belajar hingga saat ini, terutama
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Berikut ini, penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Kendala
Keefektifan Alat Evaluasi Penugasan Dan Tes Dalam Pembelajaran Daring Atau Online”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah dengan dosen pengampu Neni
Murniati, M.Pd. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua,
terutama bagi penulis sendiri.
Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada para pembaca.
Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.

Bengkulu, Maret 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

PROFIL PENULIS .................................................................................................................. II

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ III

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... IV

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alat Evaluasi, Fungsi Alat Evaluasi Dan Jenis Alat Evaluasi

Pembelajaran ................................................................................................................ 4

2.2 Kendala Guru Dalam Melakukan Evaluasi Penugasan Saat Pembelajaran Daring

Atau Online .................................................................................................................. 4

2.3 Strategi Guru Dalam Mengembangkan Alat Evaluasi Penugasan Online Berbasis

Aplikasi Pada Pembelajaran Daring ............................................................................. 5

2.4 Keefektifan Alat Evaluasi Berupa Tes Lisan Dan Uraian Untuk Mengetahui

Kemampuan Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Daring ................................ 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 11

3.2 Saran ............................................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Alat evaluasi hasil belajar adalah serangkaian alat yang digunakan untuk melakukan
proses evaluasi hasil belajar. Alat evaluasi yang digunakan meliputi alat ukur beserta
kunci jawaban dan pedoman penskorannya. Alat evaluasi yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah soal tes uraian beserta kunci jawaban dan pedoman penskorannya.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam pembahasan tentang evaluasi yaitu
pengukuran, penilaian, assessment dan appraisal (Arikunto, 2013). Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, Pengukuran bersifat kuantitatif, menilai
adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan buruk. Penilaian
bersifat kualitati, mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah di atas, yang mengukur
dan menilai (Arifin, 2013).
Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baiik
sesuai dengan kenyataan yang di evaluasi. Ada dua teknik yang di evaluasi, yaitu teknik
non tes dan teknik tes. Macam-macam fungsi alat evaluasi pembelajaran yaitu, sebagai
alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran, sebagai alat pengukur tujuan proses
belajar megajar, mengetahui kelemahan siswa dan dapat menyelesaikan kesulitan belajar
siswa, menempatkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya serta kemampuan siswa,
dan untuk guru BP, dapat mendata permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif
bimbingan dan penyuluhannya (Sudiono, 2005). Prinsip-prinsip evaluasi terdiri dari
Komprehensif, Komparatif, Kontinyu, Obyektif, Fungsional dan Diagnostik (Khusnuridlo,
2010)
Jenis Alat Evaluasi Tes, terdiri dari alat tes dan alat non-tes. Tes merupakan alat atau
prosedur yang dipergunakan dengan bentuk tugas atau suruhan yang harus dilaksanakan
dan dapat pula berupa pertnyaan-pertanyaan atau soal yang harus dijawab (Elis,dkk.2014).
Alat evaluasi tes dibagi menjadi : tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan (performace
test). Pada Tes tertulis peserta didik harus memberikanjawaban tertulis. Jenis tes tertulis
secara umum dapat dikelompokkan menjadi tes subjektif berupa tes uraian dan objektif
berupa tes pilihan pilihan ganda.
Kelebihan tes subyektif : Pembuatannya mudah dan cepat, dapat mengetahui seberapa
jauh tingkat kedalaman dan penguasaan siswa dan dapat mendorong siswa berani
mengungkapkan pendapatnya. Serta kekurangan tes subyektif: cara mengoreksinya cukup
sulit/ menyita banyak waktu, Penilaiannya tester dapat bersifat subyektif
1
Kelebihan tes objektif : Mengoreksinya mudah dan dapat minta bantuan orang lain
dan butir-butir soalnya mudah dianalisis, dari segi derajat kesukaran, daya pembeda,
validitas dan relibialitasnya. Serta kelemahan tes objektif : Menyusunnya sulit dan
Kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam
dan Siswa dapat mudah kerjasama sebab jawabannya mudah meniru (A,B,C,D)
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya
jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Secara umum tes lisan
memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan tes lisan adalah sebagai berikut
: Dapat mengetahui langsung kemampuan peserta didik dalam mengemukakan pendapat,
dapat digunakan untuk menilai kepribadian dan kemampuan penguasaan pengetahuan
peserta didik, karena dilakukan secara face to face, dapat tepat untuk mengukur kecakapan
tertentu, seperti kemampuan membaca, menghafal oleh peserta didik dan Pendidik dapat
mengetahui secara langsung hasil tes seketika.
Adapun kelemahan tes lisan adalah sebagai berikut: Jika hubungan antar pengetes dan
yang dites kurang baik, dapat menggangu objektifitas hasil tes, Keadaan emosional
peserta didik sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi pendidik yang di hadapnya, Sifat
penggugup pada yang dites dapat menggangu kelancaran jawaban yang diberikan,
Membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakannya sehingga tidak ekonomis
Jenis Alat Evaluasi Non-Tes. Teknik non tes pada umumnya memegang peranan
penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap
(affective domain) dan ranah keterampilan (Psychomotoric domain). Sedangkan teknik
tes lebih banyak digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi
ranah proses berfikirnya (cognitif domain).
Non tes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji
peserta didik (Mulyadi,2010), tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis.
Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak menggunakan tes.
Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian anak secara menyeluruh
meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain- lain. Yang berhubungan dengan
kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Bentuk-bentuk teknik non-tes, antara lain a) Observasi (Pengamatan) merupakan salah
satu bentuk teknik nontes yang biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui
pengamatan terhadap objeknya secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan
memungkinkan untuk melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan
kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya (Anas, 2007). b) Interview (Wawancara),
adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan cara
2
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan
yang telah ditentukan (Mulyadi,2010). c) Angket (Quistionnire) Angket juga dapat
digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Angket adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Sehingga angket berbeda dengan wawancara (Anas,
2007). Prinsip penulisan angket, yaitu isi dan tujuan pertanyaan jelas, bahasa yang
digunakan mudah dipahami, tipe dan bentuk pertanyaan (terbuka atau tertutup),
pertanyaan tidak mendua, tidak menanyakan yang sudah lupa, panjang pertanyaan (max
30 pertanyaan), urutan pertanyaan (dari mudah ke sulit), prinsip pengukuran, dan
penampilan fisik angket.
Menurut Seftiani (2019) bahwa “Alat evaluasi nontes dapat dilakukan melalui: (a)
pengamatan (observasi), yaitu alat evaluasi yang dilakukan oleh pendidik berdasarkan
pengamatan terhadap perilaku peserta didik, baik secara individu maupun kelompok, di
kelas maupun luar kelas; (b) skala sikap, yaitu alat evaluasi yang digunakan untuk melihat
sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih mengukur nalar
atau pendapat peserta didik; (c) angket, yaitu alat evaluasi yang penyajiannya berupa
tugas-tugas yang dikerjakan secara tertulis; (d) catatan harian, yaitu catatan berupa
perilaku peserta didik secara individu; (e) daftar cek, yaitu catatan yang berisi subjek dan
aspek-aspek yang diamati dari peserta didik dalam tiap- tiap kejadian yang dianggap
penting.”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alat evaluasi, fungsi alat evaluasi dan jenis alat evaluasi
pembelajaran?
2. Apa saja kendala guru dalam melakukan evaluasi penugasan saat pembelajaran
daring atau online?
3. Bagaimana strategi guru dalam mengembangkan alat evaluasi penugasan online
berbasis aplikasi pada pembelajaran daring?
4. Bagaimana keefektifan alat evaluasi berupa tes lisan dan uraian untuk mengetahui
kemampuan belajar peserta didik dalam pembelajaran daring?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Alat Evaluasi, Fungsi Alat Evaluasi, dan Jenis Alat Evaluasi
Alat evaluasi hasil belajar adalah serangkaian alat yang digunakan untuk melakukan
proses evaluasi hasil belajar. Alat evaluasi yang digunakan meliputi alat ukur beserta
kunci jawaban dan pedoman penskorannya. Alat evaluasi yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah soal tes uraian beserta kunci jawaban dan pedoman penskorannya.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam pembahasan tentang evaluasi yaitu
pengukuran, penilaian, assessment dan appraisal (Arikunto, 2013).
Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk memperoleh hasil yang lebih baiik
sesuai dengan kenyataan yang di evaluasi. Ada dua teknik yang di evaluasi, yaitu teknik
non tes dan teknik tes. Macam-macam fungsi alat evaluasi pembelajaran yaitu, sebagai
alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran, sebagai alat pengukur tujuan proses
belajar megajar, mengetahui kelemahan siswa dan dapat menyelesaikan kesulitan belajar
siswa, menempatkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya serta kemampuan siswa,
dan untuk guru BP, dapat mendata permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif
bimbingan dan penyuluhannya (Sudiono,2005).
Jenis Alat Evaluasi Tes, terdiri dari alat tes dan alat non-tes. Tes merupakan alat atau
prosedur yang dipergunakan dengan bentuk tugas atau suruhan yang harus dilaksanakan.
Kemudian dapat pula berupa pertnyaan-pertanyaan atau soal yang harus dijawab
(Elis,dkk.2014). Alat evaluasi tes dibagi menjadi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan
(performace test). Pada Tes tertulis peserta didik harus memberikan jawaban tertulis.
Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi tes subjektif berupa tes
uraian dan objektif berupa tes pilihan pilihan ganda.
2. Kendala Guru Dalam Melakukan Evaluasi Penugasan Saat Pembelajaran Daring
Atau Online
Keterbatasan pemahaman guru terhadap pemanfaatan aplikasi online berbasis tes dan
penugasan menjadi salah satu kendala utama yang dialami guru. Dengan kata lain guru
membutuhkan adanya kegiatan peningkatan kompetensi guru dalam mengevaluasi
pembelajaran daring melalui pemberdayaan aplikasi berbasis tes dan penugasan online
yang efektif, fleksibel dan efisien untuk digunakan. Aplikasi berbasis tes dan penugasan
online yang dipilih berdasarkan analisis kebutuhan ialah quizizz. Oleh sebab itu,
pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat terkait kompetensi guru dalam melakukan

4
evaluasi pembelajaran daring atau online sangat perlu mempertimbangkan kebutuhan dan
manfaatnya (Pagarra, 2020).
Kendala guru saat pemberian penugasan untuk evaluasi pembelajaran, yaitu Pertama,
peserta didik kurang aktif dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran daring meskipun
mereka didukung dengan fasilitas yang memadai dari segi ketersediaan perangkat
komputer, handphone atau gadget, dan jaringan internet. Kurangnya kepedulian akan
pentingnya literasi dan pengumpulan tugas portofolio, sering menghambat jalannya BDR.
Tugas yang seharusnya di kumpulkan dalam tenggang waktu satu minggu sering molor
menjadi dua minggu. Karena tidak semua siswa memiliki gadget, solusi untuk guru
adalah dapat melakukan kunjungan ke rumah-rumah siswa setiap seminggu sekali atau
seminggu sekali.
Kedua, peserta didik tidak memiliki perangkat handphone/gadget yang digunakan
sebagai media belajar daring, kalaupun ada, itu milik orangtua mereka. Jika belajar
daring, mereka harus bergantian menggunakannya dengan orang tua, dan mendapat
giliran setelah orang tua pulang kerja. Ada yang pulang di siang hari, sore hari, bahkan
malam hari. Sementara itu umumnya jadwal pembelajaran daring di sekolah dilakukan
mulai pagi hari hingga siang hari.
Ketiga, sejumlah peserta didik tinggal di wilayah yang tidak memiliki akses internet.
Mereka tidak dapat menerima tugas yang disampaikan oleh guru baik melalui whatsapp
atau kelas maya. Solusi yang dapat ditawarkan wakni dengan siswa diminta datang ke
sekolah untuk menerima materi dan mengerjakan tugas harian. Tugas harian dikerjakan
pada buku tugas yang nantinya dikumpulkan setiap akhir pekan, akhir bulan, maupun
saat pelaksanaan PAS sesuai dengan ketentuan guru kelas. Untuk tugas yang berupa
video presentasi, foto tugas kerajinan tangan dikirimi melalui whatsappbagi siswa
yang tidak memiliki gadget tugas video atau pun foto jawaban dapat dititipkan
kepada teman untuk dikirimkan melalui whatsapp.
Keempat, mengingat perjalanan BDR (Belajar Dari Rumah) sudah berlangsung sekitar
enam bulan sejak pertengahan Maret 2020. Menurut beberapa peserta didik, terlalu lama
BDR membuat mereka malas dan membosankan (Asmuni, 2020). Hal tersebut membua
kendala dalam pembelajaran.
3. Strategi Guru Dalam Mengembangkan Evaluasi Berbasis Tes Dan Penugasan
Online Pada Pembelajaran Daring
Di masa pandemi covid-19, guru ditantang untuk mengupayakan pembelajaran tetap
terlaksana namun dengan menyesuaikan kebijakan yang berlaku yakni belajar dan
berkerja dari rumah. Menurut (Wahyudi, Rufiana & Nurhidayah, 2020) agar tercipta
5
pembelajaran jarak jauh yang efektif, guru perlu perlu melakukan persiapan secara
menyeluruh dari berbagai pihak. Yang paling utama dilakukan adalah bagaimana
mempersiapkan metode pembelajaran dan metode asesmen yang digunakan. Hal ini
sejalan dengan pendapat Junedi et al (2020), bahwa kemampuan guru sangat menunjang
keberhasilan pembelajaran abad 21. Kemampuan guru yang dimaksud ialah mengajar,
membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran serta keterampilan lainnya
yang berkaitan dengan 4 kompetensi guru. Dengan kata lain, pelaksanaan pendidikan
membutuhkan kualitas komponennya yang memadai salah satunya terkait penilaian
(assessment).
Keterbatasan pemahaman guru terhadap pemanfaatan aplikasi online berbasis tes dan
penugasan menjadi salah satu kendala utama yang dialami guru. Dengan kata lain guru
membutuhkan adanya kegiatan peningkatan kompetensi guru dalam mengevaluasi
pembelajaran daring melalui pemberdayaan aplikasi berbasis tes dan penugasan online
yang efektif, fleksibel dan efisien untuk digunakan. Aplikasi berbasis tes dan penugasan
online yang dipilih berdasarkan analisis kebutuhan ialah quizizz. Oleh karena itu,
pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat terkait kompetensi guru dalam
mengevaluasi pembelajaran daring atau online perlu mempertimbangkan kebutuhan dan
manfaatnya (Pagarra, 2020).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 Tahun 2016 tentang
Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan bahwa penilaian Pendidikan pada pendidikan
dasar dan pendidikan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan
pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk
memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar dimulai dengan
merencanakan penilaian, Menyusun instrumen, melaksanakan penilaian, mengolah dan
memanfaatkan, serta melaporkan hasil penilaian (Arikunto, 2013).
Salah satu aplikasi berbasis tes dan penugasan online yang dapat digunakan guru
dalam mengembangkan assessment pembelajaran adalah quizizz. Menurut Noor (2013),
quizizz dapat sebagai stimulan yang bersifat “fun” tapi tetap “learning” yang dapat
menyegarkan ingatan, menarik, dan memberikan kesan yang baik dalam memori otak
siswa. Menurut Basuki & Hidayati (2019), quizizz merupakan salah satu dari berbagai
macam aplikasi yang mengagumkan dalam bentuk kuis berbasis game. Menurut Zuhriyah
& Pratolo (2020), selain meningkatkan minat peserta didik, quizizz juga memfasilitasi
student engagement. Adapun Razali et al (2020) mengemukakan bahwa quizizz dikemas
dalam bentuk gamifikasi. Gamifikasi merupakan salah satu dari 8 kriteria pembelajaran
6
abad 21 dengan pendekatan heutagogy learning. Penggunaan aplikasi quizziz dalam
mengembangkan evaluasi berbasis tes dan penugasan online mampu memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab soal berdasarkan kecepatannya sendiri,
diperkuat dengan strategi pembelajaran/kegiatan instruksional yang tepat, quizizz mampu
meningkatkan belajar aktif, motivasi, dan prestasi akademik.
4. Efektivitas Alat Evaluasi Tes Lisan dan Uraian Pada Kemampuan Belajar Peserta
Didik Dalam Pembelajaran Daring
Efektivitas instrumen tes lisan pada pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran
daring atau online. Penyusunan tes lisan dimasa pandemic covid juga cocok digunakan.
Guru bisa melakukan tatap muka virtual dengan siswa menggunakan teknologi
informasi. Dalam video converence, guru bisa langsung memberikan tes dan siswa
langsung menjawab secara lisan (Arinta,dkk.2020)
Hal tersebut juga terjadi pada mahasiswa semester II. Saat peneliti menawarkan
bentuk tes yang akan dilakuka untuk penilaian hasil belajar, sebagian besar mahasiswa
lebih memilih bentuk tes tertulis karena merasa tidak percaya diri. Akibat dari tidak
percaya diri dapat menyebabkan rasa gugup yang pada akhirnya menghambat kinerja
otak, sehingga semua materi yang telah dipelajari menjadi hilang. Namun, untuk
kalangan mahasiswa lain yang selalu aktif selama proses pembelajaran, mereka lebih
memilih menggunakan bentuk tes lisan. Selain menghindari kecurangan, alasan yang
diberika diantaranya karena mahasiswa merasa ada banyak hal yang ingin diungkapkan
melalui jawaban secara lisan dan sulit untuk dituangkan dalam bentuk tulisan (Itsna,
dkk. 2019)
Tes lisan merupakan suatu bentuk tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam
bentuk bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya
sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah yang diberikan. Dalam sistem evaluasi
yang dilakukan dosen pada mahasiswa ini, ada beberapa guru yang menggunakan model
tes lisan ini, baik digunakan pada waktu UTS maupun UAS. Namun secara umum bentuk
tes lisan ini digunakan pada saat ujian akhir atau UAS. Menurut dosen yang
bersangkutan, menggunakan bentuk ujian lisan ini lebih praktis dan mampu mengukur
kemampuan mahasiswa secara langsung. Selain itu juga mampu meminimalisir
kecurangan dalam ujian. Serta bisa membuat peserta didik benar-benar mempelajari,
memahami atau menghapal materi yang akan di ujikan secara lisan. Teknik tes lisan ini
digunakan secara daring/ online dengan menggunakan zoom meeting agar dosen bisa
melihat kelancaran pengucapan jawaban dari peserta didik tersebut.

7
Secara umum tes lisan memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan tes
lisan adalah sebagai berikut : seorang guru dapat mengetahui langsung kemampuan
peserta didik dalam mengemukakan pendapat, tidak perlu menyusun soal secara terurai,
tetapi cukup mencatat pokokpokok persoalannya saja. kemungkinan peserta didik
menerka-nerka dan berspekulasi dapat dihindari, dapat digunakan untuk menilai
kepribadian dan kemampuan penguasaan pengetahuan peserta didik, karena dilakukan
secara face to face, tepat untuk mengukur kecakapan tertentu, seperti kemampuan
membaca, menghafal oleh peserta didik, pendidik dapat mengatahui secara langsung hasil
tes seketika. Adapun kelemahan tes lisan adalah sebagai berikut: Jika hubungan antar
pengetes dan yang dites kurang baik, dapat menggangu objektifitas hasil tes, keadaan
emosional peserta didik sangat dipengaruhi oleh kehadiran pribadi pendidik yang di
hadapnya, sifat penggugup pada yang dites dapat menggangu kelancaran jawaban yang
diberikan, membutuhkan waktu yang lama untuk melaksanakannya sehingga tidak
ekonomis, kebebasan peserta didik dalam menjawab pertanyaan menjadi berkurang.
(Ngalim Purwanto, 2004).
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, sebaiknya seorang pendidik akan melakukan tes
lisan, perlu dipersiapkan : Pertanyaan banyak dan klasifikasikan menurut urutan pokok
bahasan, tingkat kesukaran soal dan setiap peserta didik diberi waktu yang sama, jumlah
soal sama, tingkat kesukaran sama. Menyiapkan lembar penilaian yang mencakup aspek
yang ditanyakan dan tingkat kesukaran soal. Menggunakan norma atau standar penilaian
yang memperhitungkan faktor tebakan yang bersifat spekulatif. Selain itu, seorang guru
harus membuat situasi yang menyenangkan dan tidak tegang, agar siswa bisa lebih tenang
dan mudah mengingat apa yang telah mereka hafalkan.
Tes uraian menurut Wiersma dan Juers (1999), Essay items provide the students with
an opportunity to organize, analyze, and synthesize ideas. Its potential for measuring
higher – level or complex learning outcomes. Butir tes uraian memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menyusun menganalisis dan mensintesis ide-ide dan
mengembangkan sendiri argumen serta menuliskannya dalam bentuk yang tersusun. Tes
uraian adalah butir soal yang menuntut siswa untuk menyusun, merumuskan, dan
mengemukakan sendiri jawabannya menurut kata-katanya sendiri secara bebas. Tes
uraian adalah bentuk tes dengan pertanyaan atau tugas yang menjawabnya memerlukan
ekspresi pemikiran peserta didik.
Tes uraian merupakan bentuk tes yang butir-butirnya berupa suatu pertanyaan atau
permintaan yang menghendaki jawaban yang berupa uraianuraian yang relatif panjang.
Bentuk-bentuk pertanyaan tersebut berupa berupa menjelaskan, membandingkan,
8
menginterpretasikan dan mencari perbendaan. Tes ini bisa digunakan untuk mengungkap
bagaimana peserta didik mengingat, memahami, mengorganisasikan gagasannya dengan
cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan ke dalam bentuk tulisan dengan
meggunakan katakatanya sendiri.
Tes uraian banyak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi dalam
aspek kognitif, seperti menggunakan, menganalisis, menilai dan berpikir kreatif, sebab
melalui tes tipe ini peserta didik diajak untuk dapat menerangkan, mengungkapkan,
menciptakan, membandingkan, maupun menilai suatu objek evaluasi. tes ini kurang
cukup untuk mengukur aspek materi pelajaran yang pernah disampaikan. Akan tetapi, tes
uraian menyediakan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan responsnya
terhadap materi yang ditanyakan. Peserta didik menyusun, menggunakan bahasanya
sendiri dan pengetahuan yang telah dimilikinya dalam menformulasikan jawaban yang
disusunnya.
Ciri utama tes uraian yaitu : Setiap peserta ujian menyusun jawabannya sendiri dengan
meminimalkan hambatan yang akan timbul, Peserta didik menggunakan bahasa dan kata-
katanya sendiri dalam menjawab pertanyaan (biasanya menggunakan tulisan tangan
sendiri atau mungkin juga ketikan komputer), Pertanyaan yang diajukan lebih bersifat
umum dan sangat sedikit jumlahnya, serta kurang mewakili semua bahan atau materi
belajar, Peserta didik mengemukakan jawabannya dengan bermacam kelengkapan dan
ketelitian, sesuai dengan kondisi masing-masing.
Tes hasil belajar bentuk uraian, memiliki beberapa keelebihan yaitu: Pembuatannya
mudah dan cepat, dapat mencegah timbulnya spekulasi oleh peserta ujian, dapat
mengevaluasi dan mengukur tingkat kedalaman dan penguasaan peserta ujian dalam
memahami materi yang ditanyakan dalam tes tersebut, memacu peserta didik untuk
mengemukakan pendapat, Peserta ujian tidak menerka-nerka, Ketepatan dan kebenaran
testee dapat dilihat dari kalimat-kalimatnya.
Adapun kelemahan dari tes hasil belajar bentuk uraian yaitu: Materi yang dicakup
tidak luas, cara mengoreksi jawaban soal tes uraian cukup sulit dan diperlukan waktu
yang lama, Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai dan Ada kecendurungan guru
untuk memberikan nilai, Jawaban tidak bisa dikoreksi oleh orang lain kecuali
penyusunnya, Daya ketetepatan mengukur (validitas) dan daya kestabilan mengukur
(reliabilitas) yang dimiliki tes uraian rendah. Sehingga kurang dapat diandalkan sebagai
alat pengukuran hasil belajar yang baik, Kurangnya kemampuan peserta didik dalam
memahami isi atau kkurang konsisten dalam menerjemahkan suatu utir, sehingga tes
yang diberikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
9
Seorang guru atau pendidik dalam membuat soal tes uraian harus memperhatikan
beberapa hal yaitu: Setiap soal dalam pembuatannya harus direncanakan dengan baik
serta diarahkan untuk menguji salah satu tujuan pembelajaran. Tapi bukan berarti satu
soal hanya mengarah pada satu tujuan pembelajaran. Setiap pertanyaan dirumuskan
secara tepat, jawabannya singkat dan bukan pertanyaannya yang sangat umum. Hal ini
dapat mengurai daya pembeda dan reliabilitas pertanyaan yang disusun Waktu yang
disediakan sesuai dengan tuntutan yang dikehendaki. Semua pertanyaan harus mewakili
semua materi yang sudah di sampaikan. Oleh karena itu, penyusunan soal dilakukan
sesuai dengan kisi-kisi yang dibuat.
Berdasarkan perbandingan antara alat evaluasi berupa tes lisan dan tes uraian diatas,
masing-masing alat evaluasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Tinggal
bagaimana seorang guru mengimplementasikan alat evaluasi tersebut. Mengenai
kekurangan yang ada pada alat evaluasi diatas, kami juga sudah menuliskan beberapa
cara untuk menghindari kelemahan yang ada pada alat evaluasi tersebut.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Alat evaluasi hasil belajar adalah serangkaian alat yang digunakan untuk melakukan
proses evaluasi hasil belajar. Alat evaluasi yang digunakan meliputi alat ukur beserta kunci
jawaban dan pedoman penskorannya. Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat juga untuk
memperoleh hasil yang lebih baiik sesuai dengan kenyataan yang di evaluasi. Ada dua teknik
yang di evaluasi, yaitu teknik non tes dan teknik tes. Keterbatasan pemahaman guru terhadap
pemanfaatan aplikasi online berbasis tes dan penugasan menjadi salah satu kendala utama
yang dialami guru. Dengan kata lain guru membutuhkan adanya kegiatan peningkatan
kompetensi guru dalam mengevaluasi pembelajaran daring melalui pemberdayaan aplikasi
berbasis tes dan penugasan online yang efektif, fleksibel dan efisien untuk digunakan.

Efektivitas instrumen tes lisan pada pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran
daring atau online. Penyusunan tes lisan dimasa pandemic covid juga cocok digunakan. Guru
bisa melakukan tatap muka virtual dengan siswa menggunakan teknologi informasi. Tes
uraian merupakan bentuk tes yang butir-butirnya berupa suatu pertanyaan atau permintaan
yang menghendaki jawaban yang berupa uraianuraian yang relatif panjang. Bentuk-bentuk
pertanyaan tersebut berupa berupa menjelaskan, membandingkan, menginterpretasikan dan
mencari perbendaan. Tes ini bisa digunakan untuk mengungkap bagaimana peserta didik
mengingat, memahami, mengorganisasikan gagasannya dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan ke dalam bentuk tulisan dengan meggunakan katakatanya sendiri.

3.2 Saran

3.2.1. Dari pengamatan yang sudah dilakukan penulis dan pembahasan yang sudah dijelaskan,
penulis memberikan saran kepada pembaca untuk melakukan evaluasi pembelajaran dengan
menggunakan alat evaluasi penugasan dengan quiz dan tes lisan beserta uraian dalam
pembelajaran daring atau online untuk mengetahui hasil belajar siswa.

3.2.2. Sebaiknya dalam penelitian literatur selanjutnya harus bisa ditambahkan lagi materi dan
permasalahan atau kendala yang lebih banyak lagi agar bisa mendapatkan hasil yang
maksimal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. (2007). Pengantara Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT: Raja Grafindo
Persada

Arifin, Zainal. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S & Safruddin, C. (2013). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arinta, Rara, dkk. (2020). Pelatihanpembuatan instrumen tes pada pembelajaran berbasis
daring pada guru smp negeri 27 bandar lampung. Jurnal Pengabdian dan
Pemberdayaan Masyarakat, Vol.5, No.2 137-14

Asmuni. (2020). Problematika Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 dan Solusi
Pemecahannya. Jurnal Paedagogy Vol. 07 No. 04 (Diakses tanggal 15 Maret 2020)

Basuki, Y., & Hidayati, Y. (2019). Kahoot! or Quizizz: the Students’ Perspectives. January

Elis, Ratna dan. Rusdiana. (2014). Evaluasi pembelajaran. Bandung : Pustaka Setia

Itsna, Oktaviyanti dan Awal Nur (2019) korelasi antara hasil tes lisan dengan hasil tes tertulis
pada mahasiswa pgsdunram. Jurnal Ilmu Pendidikan Vol. 2, No.1 9-19

Junedi, B., Mahuda, I., & Kusuma, J. W. (2020). Optimalisasi Keterampilan Pembelajaran
Abad 21 Dalam Proses Pembelajaran Pada Guru MTs Massaratul Mut’allimin
Banten. Transformasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 16 (1), 63–72 (Diakses 8
Maret 2021)

Khusnuridlo. (2010). Prinsip-prinsip Evaluasi Program Supervisi Pendidikan. Jakarta :


Pustaka Zahra

Mulyadi. (2010). Evaluasi Pendidikan: Pengembangan Model Evaluasi Pendidikan di


Sekolah. Malang: UIN-Maliki Press
12
Ngalim, Purwanto. 2004. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja
Rosdakarya

Noor, S. (2013). Penggunaan Quizizz Dalam Penilaian Pembelajaran Pada Materi Ruang
Lingkup Biologi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X.6 SMA 7
Banjarmasin. Jurnal Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Petani, 53(9), 1689–1699

Pagarra, Hamzah, dkk. (2020). Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Mengevaluasi


Pembelajaran Daring Menggunakan Aplikasi Berbasis Tes Dan Penugasan Online.
Jurnal Publikasi Pendidikan Vol. 10 No. 03 (Diakses 8 Maret 2021).

Razali, N., Nasir, N. A., Ismail, M. E., Sari, N. M., & Salleh, K. M. (2020). Gamification
Elements in Quizizz Applications: Evaluating the Impact on Intrinsic and Extrinsic
Student’s Motivation. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering,
917(1) (Diakses 8 Maret 2021)

Seftiani, Indah. (2019). Alat Evaluasi Pembelajaran Interaktif Kahoot pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Jurnal Bahasa Indonesia Vol. 01 (02) (Diakses 22 Februari 2021)

Sudiono, Anas. (2005). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT. Grafindo Persada

Wahyudi, Rufiana, I.S., & Nurhidayah, D. A. (2020). Quizizz : Alternatif Penilaian di Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan 8(2), 95–108 (Diakses 8 Maret 2021).

Zuhriyah, S., & Pratolo, B. W. (2020). Exploring students’ views in the use of quizizz
as an assessment tool in english as a foreign language (efl) class. Universal Journal of
Educational Research, 8(11), 5312–5317 (Diakses 8 Maret 2021).

13
LAMPIRAN

14
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 10 Nomor 3, 2020| 261

PENDAHULUAN aktif dalam pembelajaran. Proses pembelajaran


Guru adalah tenaga pendidik berpusat pada potensi, perkembangan
professional yang memiliki tugas utama kebutuhan, serta kepentingan peserta didik dan
mendidik, mengajar, membimbing lingkungannya.(Pratiwi et al., 2018)
mengarahkan, melatih, menilai dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur Kebudayaan nomor 23 Tahun 2016 tentang
Pendidikan formal, Pendidikan dasar, dan Standar Penilaian Pendidikan menjelaskan
Pendidikan menengah (UU nomor 14 Tahun bahwa penilaian Pendidikan pada pendidikan
2005). Perkembangan peradaban dunia sejak dasar dan pendidikan menengah terdiri atas
memasuki era revolusi industry 4.0 hingga penilaian hasil belajar oleh pendidik, satuan
beralih ke era 5.0 berbasis society, berdampak pendidikan, dan pemerintah. Penilaian hasil
besar pada upaya peningkatan kualitas belajar oleh pendidik bertujuan untuk
Pendidikan khususnya di Indonesia. Hal ini memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan
berdampak pada pergeseran pradigma belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta
Pendidikan berkualitas yang berdampak pada didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil
kebutuhan peningkatan kualitas guru. belajar dimulai dengan merencanakan
Peningkatan kualitas guru yang dimaksud penilaian, Menyusun instrumen, melaksanakan
berfokus pada peningkatan empat kompetensi penilaian, mengolah dan memanfaatkan, serta
yang harus dimiliki guru yakni kompetensi melaporkan hasil penilaian (Arikunto, 2013).
pedagogik, kompetensi professional, Idealnya sebuah penilaian menurut
kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Kunandar (2013) adalah proses pengumpulan
Oleh karena itu, penyelenggaraan Pendidikan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
tidak telepas dari peran utama guru. perkembangan belajar siswa. Tindakan
Di masa pandemi covid-19, guru penilaian dilakukan untuk memproses hasil,
ditantang untuk mengupayakan pembelajaran menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta
tetap terlaksana namun dengan menyesuaikan serta membuat pertimbangan dasar yang
kebijakan yang berlaku yakni belajar dan profesional untuk mengambil kebijakan
berkerja dari rumah. Menurut (Wahyudi, berdasarkan sekumpulan informasi (Abdullah,
Rufiana & Nurhidayah, 2020) agar tercipta 2014). Dengan kata lain, menurut Daryanto
pembelajaran jarak jauh yang efektif, guru perlu (2014) penilaian berupa rangkaian kegiatan
perlu melakukan persiapan secara menyeluruh untuk memperoleh, menganalisis dan
dari berbagai pihak. Yang paling utama menafsirkan data tentang proses dan hasil
dilakukan adalah bagaimana mempersiapkan belajar peserta didik yang dilakukan secara
metode pembelajaran dan metode asesmen sistematis dan berkesinambungan sehingga
yang digunakan. Hal ini sejalan dengan dapat menjadi informasi yang bermakna dalam
pendapat Junedi et al (2020), bahwa pengambilan keputusan.
kemampuan guru sangat menunjang Pergeseran pradigma Pendidikan di era
keberhasilan pembelajaran abad 21. revolusi industry 4.0 memberikan ruang belajar
Kemampuan guru yang dimaksud ialah baru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
mengajar, membimbing, menilai, menggunakan dikenal dengan “Ruang Belajar Zaman Now”
alat bantu pengajaran serta keterampilan dengan karakteristik pembelajaran synchronous
lainnya yang berkaitan dengan 4 kompetensi dan asynchronous. Adanya pandemi covid-19
guru. Dengan kata lain, pelaksanaan pendidikan memberikan dampak terjadinya disrupsi
membutuhkan kualitas komponennya yang Pendidikan dengan kenormalan baru (new
memadai salah satunya terkait penilaian normal). Pelaksanaan KBM dapat dioptimalkan
(assessment). secara daring dengan pembelajaran
Pengimplementasian Kurikulum 2013 synchronous (tatap maya) dan asynchronous
memfokuskan pada “outcome-based (self-directed learning dan collaborative
curriculum”, yaitu pengembangan kurikulum directed learning). Perubahan pembelajaran
yang mengacu pada pencapaian kompetensi dari tatap muka menjadi daring yang terjadi
yang dirumuskan dari Standar Kompetensi secara mendadak, memunculkan berbagai
Lulusan. Demikian pula penilaian hasil belajar macam respon dan kendala bagi dunia
dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian Pendidikan di Indonesia, tak terkecuali guru
kompetensi melalui sikap, pengetahuan dan yang merupakan ujung tombak pendidikan
keterampilan. Kurikulum 2013 juga yang langsung berhadapan dengan siswa.
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa Sejumlah guru mengalami kendala yang
peserta didik berada pada posisi sentral dan dialami guru ketika melaksanakan
Hamzah Pagarra1, Patta Bundu2, Muhammad Irfan3, Hartoto4, Siti Raihan5. Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Mengevaluasi… ,
halaman 260-265
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 10 Nomor 3, 2020| 262

pembelajaran daring salah satunya dalam hal dikembangkan untuk mempermudah


penilaian/evaluasi. kepentingan manusia di berbagai bidang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan kehidupan. Pengembangan berbagai aplikasi
Teknologi (IPTEK) dapat dimanfaatkan sebagai dalam dunia Pendidikan diharapkan dapat
sarana dan prasarana penunjang dalam mempermudah guru dalam penyelenggaraan
memfasilitasi penyelenggaraan Pendidikan. Pendidikan salah satunya pada aspek penilaian
Menurut Arwanda et al (2020), teknologi berbasis online yang dapat diterapkan pada
pembelajaran daring. Pembelajaran daring yang diketahui bahwasanya guru-guru KKG Gugus I
terkesan seolah-olah dilaksanakan hanya Sekolah Dasar mengalami kendala pelaksanaan
dengan aktivitas pembelajaran berupa evaluasi untuk pembelajaran daring.
pemberian tugas mengakibatkan menurunnya Keterbatasan pemahaman guru terhadap
motivasi peserta didik dalam belajar. Oleh pemanfaatan aplikasi online berbasis tes dan
karena itu, evaluasi pembelajaran daring perlu penugasan menjadi salah satu kendala utama
dikemas semenarik mungkin sehingga dapat yang dialami guru. Dengan kata lain guru
meningkatkan motivasi siswa dalam mencapai membutuhkan adanya kegiatan peningkatan
capaian pembelajar tanpa merasa terbebani oleh kompetensi guru dalam mengevaluasi
persepsi tugas atau ujian oline. Hal ini perlu pembelajaran daring melalui pemberdayaan
menjadi pertimbangan bagi guru dalam aplikasi berbasis tes dan penugasan online yang
memilih dan memanfaatkan aplikasi berbasis efektif, fleksibel dan efisien untuk digunakan.
tes dan penugasan agar tepat guna. Dengan kata Aplikasi berbasis tes dan penugasan online
lain, Guru membutuhkan kemampuan dalam yang dipilih berdasarkan analisis kebutuhan
menguasai berbagai aplikasi tes dan penugasan ialah quizizz. Oleh karena itu, pelaksanaan
online untuk dapat menunjang pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat terkait
evaluasi pembelajaran daring. kompetensi guru dalam mengevaluasi
Salah satu aplikasi berbasis tes dan pembelajaran daring perlu dilakukan dengan
penugasan online yang dapat digunakan guru mempertimbangkan kebutuhan dan
dalam mengembangkan assessment kebermanfaatanny.
pembelajaran adalah quizizz. Menurut Noor
(2013), quizizz dapat sebagai stimulan yang METODE KEGIATAN
bersifat “fun” tapi tetap “learning” yang dapat Pelaksanaan kegiatan pengabdian
menyegarkan ingatan, menarik, dan “Peningkatan Kompetensi Guru dalam
memberikan kesan yang baik dalam memori Mengevaluasi Pembelajaran Daring Melalui
otak siswa. Menurut Basuki & Hidayati (2019), Pemberdayaan Aplikasi Berbasis Tes dan
quizizz merupakan salah satu dari berbagai Penugasan Online” dikemas dalam bentuk
macam aplikasi yang mengagumkan dalam pelatihan dengan metode blended learning.
bentuk kuis berbasis game. Menurut Zuhriyah Pelaksanaan pengabdian dilakukan secara tatap
& Pratolo (2020), selain meningkatkan minat muka pada tanggal 03-04 Juli 2020 dengan
peserta didik, quizizz juga memfasilitasi student Mitra pengabdian 60 orang Guru Sekolah Dasar
engagement. Adapun Razali et al (2020) yang tergabung dalam KKG Gugus I
mengemukakan bahwa quizizz dikemas dalam Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa,
bentuk gamifikasi. Gamifikasi merupakan salah Makassar. Sedangkan pelaksanaan tindaklanjut
satu dari 8 kriteria pembelajaran abad 21 (pendampingan) dilakukan secara online
dengan pendekatan heutagogy learning. melalui aplikasi whatsapp. Hal ini dilakukan
Penggunaan aplikasi quizziz dalam mengingat pelaksanaan kegiatan di masa
mengembangkan evaluasi berbasis tes dan pandemi. Teknis pelaksanaan kegiatan
penugasan online mampu memberikan pelatihan luring dibagi kedalam 4 sesi peserta
kesempatan kepada peserta didik untuk kelompok belajar. Adapun skema kegiatan
menjawab soal berdasarkan kecepatannya pengabdian secara menyeluruh dibagi kedalam
sendiri, diperkuat dengan strategi beberapa tahapan yang digambarkan pada
pembelajaran/kegiatan instruksional yang tepat, bagan berikut:
quizizz mampu meningkatkan belajar aktif,
motivasi, dan prestasi akademik.
Berdasarkan hasil observasi di
Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa

Hamzah Pagarra1, Patta Bundu2, Muhammad Irfan3, Hartoto4, Siti Raihan5. Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Mengevaluasi… ,
halaman 260-265
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 10 Nomor 3, 2020| 263

Pendekatan, & Kerjasama dengan


Pendahuluan
Sosialisasi pihak Sekolah Dasar
& KKG Kab. Gowa

Persiapan Fasilitas penunjang yang dimiliki


SD terkait akses internet

Kegiatan PKM peningkatan


Pelaksanaan kompetensi guru dalam
Treatment mengevaluasi pembelajaran daring Guru-guru SD
melalui pemberdayaan aplikasi di Kab. Gowa
berbasis tes dan penugasan online

Peningkatan Kompetensi Guru


Bagi
Hasil Mitra Pemberdayaan Sarana & Prasarana
untuk optimalisasi

Bagi Tim Pengusul Jurnal Ilmiah

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Pengabdian

HASIL & PEMBAHASAN kegiatan yang akan dilaksanakan untuk


Kegiatan pelatihan peningkatan menjalin kerjasama dengan pihak Sekolah
kompetensi guru dalam mengevaluasi Dasar dan KKG di Kabupaten Gowa. Selain itu,
pembelajaran daring melalui pemberdayaan tim pengusul juga mempersiapkan sarana dan
aplikasi berbasis Tes dan penugasan online prasarana terkait teknis dan non teknis.
dilaksanakan dengan beberapa tahapan. Persiapan teknis meliputi, fasilitas penunjang
Pada tahap pendahuluan, tim pengusul TIK, akses internet, tempat dan jadwal
melakukan pendekatan dan sosialisasi tentang pelaksanaan. Persiapan non teknis, meliputi
materi pelatihan.

Gambar 1. Foto Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian dengan Mitra Guru-guru KKG Gugus I Kec.Pallangga,
Kab.Gowa, Makassar (Lokasi: SD Center Mangali)

Hamzah Pagarra1, Patta Bundu2, Muhammad Irfan3, Hartoto4, Siti Raihan5. Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Mengevaluasi… ,
halaman 260-265
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 10 Nomor 3, 2020| 264

Pemberian treatment (pelatihan) menggunakan aplikasi berbasis tes dan


dilaksanakan pada hari Jum’at sampai Sabtu penugasan online.
tanggal 03-04 Juli 2020 kepada 60 orang guru b. Aplikasi berbasis tes dan penugasan online
di Sekolah Dasar dan KKG Gugus I Kecamatan yang diberdayakan pada PKM ini
Pallangga, Kabupaten Gowa. Pelatihan secara merupakan aplikasi yang dibutuhkan guru
tatap muka dilaksanakan dengan membagi dalam mengevaluasi pembelajaran daring.
peserta kedalam 4 sesi. Setelah itu dilanjutkan c. Kegiatan PKM bermanfaat sebagai solusi
pembimbingan melalui aplikasi whatsapp. bagi guru dalam mengoptimalkan
Pelaksanaan pelatihan secara langsung pelaksanaan evaluasi pembelajaran daring.
dilakukan dengan pemberian materi terkait d. Kegiatan PKM ini dapat dijadikan sarana
evaluasi pembelajaran daring untuk ketiga berinovasi dalam usaha mengembangkan
ranah kompetensi yakni afektif, kognitif, dan kompetensi guru mengevaluasi
psikomotor. Untuk selanjutnya peserta pembelajaran daring.
diarahkan untuk membuat rancangan dan e. Kegiatan PKM ini dapat meningkatkan
mengembangkan evaluasi pembelajaran daring kerjasama lanjutan antara FIP Universitas
menggunakan aplikasi berbasis Tes dan Negeri Makassar dan para guru.
penugasan online yakni quizizz. Pada tahap ini f. Kegiatan PKM ini juga merupakan wahana
peserta mempraktekkan langsung bagaimana dalam mengimplementasikan teori,
membuat contoh soal tes dan penugasan untuk pengetahuan, dan keterampilan secara nyata.
selanjutnya dimuat dalam aplikasi quizizz. Saran Kepada para peserta hendaknya
Selain itu pada kesempatan ini pula peserta mengembangkan sendiri evaluasi pembelajaran
mencoba bagaimana pelaksanaan tes dan daring menggunakan beragam aplikasi berbasis
penugasan online menggunakan aplikasi tes dan penugasan online sehingga bisa
quizizz. menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
Setelah pelaksanaan pelatihan guru dihadapi mitra. Hasil pengabdian hendaknya
diarahkan untuk mengisi form evaluasi yang juga memberikan saran/ kontribusi/ implikasi
memuat tentang peningkatan kompetensi guru terhadap aplikasi dan/atau pengembangan ilmu.
dalam mengevaluasi pembelajaran daring
melalui pemberdayaan aplikasi berbasis tes dan DAFTAR PUSTAKA
penugasan online. Hasil form evaluasi Abdullah, R. S. (2014). Pembelajaran saintifik
mnunjukkan bahwa 90% menyatakan bahwa untuk kurikulum 2013. Bumi Aksara.
aplikasi berbasis tes dan penugasan online yang Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu
diberdayakan pada PKM ini merupakan Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.
aplikasi yang dibutuhkan guru dalam Arwanda, P., Irianto, S., & Andriani, A. (2020).
mengevaluasi pembelajaran daring, 100% Pengembangan Media Pembelajaran
menyatakan setuju bahwa kegiatan PKM Articulate Storyline Kurikulum 2013
bermanfaat sebagai solusi bagi guru dalam Berbasis Kompetensi Peserta Didik Abad
mengoptimalkan pelaksanaan evaluasi 21 Tema 7 Kelas Iv Sekolah Dasar. Al-
pembelajaran daring, dan 100% guru Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah
menyatakan kegiatan PKM ini memberikan Ibtidaiyah, 4(2), 193.
manfaat langsung dalam meningkatkan https://doi.org/10.35931/am.v4i2.331
kompetensi guru mengevaluasi pembelajaran Basuki, Y., & Hidayati, Y. (2019). Kahoot! or
daring melalui peningkatan pemahaman guru Quizizz: the Students’ Perspectives.
menggunakan aplikasi berbasis tes dan January. https://doi.org/10.4108/eai.27-4-
penugasan online. 2019.2285331
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran
KESIMPULAN & SARAN Saintifik Kurikulum 2013. Gaya Media.
Berdasarkan hasil pelaksanaan PKM Junedi, B., Mahuda, I., & Kusuma, J. W.
yang telah dilaksanakan maka bisa disimpulkan (2020). Optimalisasi Keterampilan
hal-hal sebagai berikut: Pembelajaran Abad 21 Dalam Proses
a. Kegiatan PKM ini bisa memberikan manfaat Pembelajaran Pada Guru MTs Massaratul
langsung kepada para guru dalam Mut’allimin Banten. Transformasi:
meningkatkan kompetensi guru Jurnal Pengabdian Masyarakat, 16(1),
mengevaluasi pembelajaran daring melalui 63–72.
peningkatan pemahaman guru https://journal.uinmataram.ac.id/index.ph
Hamzah Pagarra1, Patta Bundu2, Muhammad Irfan3, Hartoto4, Siti Raihan5. Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Mengevaluasi… ,
halaman 260-265
Jurnal Publikasi Pendidikan | Volume 10 Nomor 3, 2020| 265

p/transformasi/article/view/1963
Kunandar. (2013). Penilaian Autentik
(Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013). Suatu
Pendekatan Praktis Disertai Dengan
Contoh. Rajawali Press.
Noor, S. (2013). Penggunaan Quizizz Dalam
Penilaian Pembelajaran Pada Materi
Ruang Lingkup Biologi Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
X.6 SMA 7 Banjarmasin. Analisis
Pendapatan Dan Tingkat Kesejahteraan
Rumah Tangga Petani, 53(9), 1689–1699.
Pratiwi, F., Adrianto, S., & Arianto, A. (2018).
Sistem Pengolahan Data Nilai Siswa
Berstandar Kurikulum 2013 Di SMP
Negeri 2 Dumai. SATIN - Sains Dan
Teknologi Informasi, 4(1), 80.
https://doi.org/10.33372/stn.v4i1.291
Razali, N., Nasir, N. A., Ismail, M. E., Sari, N.
M., & Salleh, K. M. (2020). Gamification
Elements in Quizizz Applications:
Evaluating the Impact on Intrinsic and
Extrinsic Student’s Motivation. IOP
Conference Series: Materials Science and
Engineering, 917(1).
https://doi.org/10.1088/1757-
899X/917/1/012024
Wahyudi, Rufiana, I. S., & Nurhidayah, D. A.
(2020). Quizizz : Alternatif Penilaian di
Masa Pandemi Covid-19. 8(2), 95–108.
Zuhriyah, S., & Pratolo, B. W. (2020).
Exploring students’ views in the use of
quizizz as an assessment tool in english as
a foreign language (efl) class. Universal
Journal of Educational Research, 8(11),
5312–5317.
https://doi.org/10.13189/ujer.2020.08113
2

Hamzah Pagarra1, Patta Bundu2, Muhammad Irfan3, Hartoto4, Siti Raihan5. Peningkatan Kompetensi Guru Dalam Mengevaluasi… ,
halaman 260-265

Anda mungkin juga menyukai