Anda di halaman 1dari 12

DIKLAT KEPALA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Sebagai Kepala Perpustakaan


Sekolah
 
Oleh: Agus Supriana
 
 

Pelatihan merupakan bagian dari suatu organisasi merupakan upaya peningkatan


proses pendidikan, yang tujuannya untuk kemampuan pegawai dalam rangka mencapai
meningkatan kemampuan atau keterampilan tujuan organisasi secara efisien dan efektif.
khusus seseorang atau kelompok orang atau Sejalan dengan yang dikemukakan oleh
peningkatan keterampilan pegawai yang sudah Govil, S. K.; Usha, Kumar (2014), dalam
menduduki suatu pekerjaan atau tugas tertentu. tulisannya “The Importance of Training in an
sebagian besar tenaga perpustakaan sekolah Organization” bahwa program pelatihan yang
di Indonesia 94% mempunyai kualifikasi sangat baik sangat penting untuk keberhasilan
pendidikan non-ilmu perpustakaan. Karenanya bisnis apa pun, tetapi secara mengejutkan hal
penting untuk ditingkatkan kompetensi ini sering diabaikan. Pelatihan sangat penting
kepustakawanannya agar dapat mengelola untuk pengembangan dan keberhasilan
perpustakaan lebih baik. Diklat Kepala organisasi. Ini bermanfaat bagi pengusaha
Perpustakaan Sekolah (KPS) keberadaannya maupun karyawan dalam suatu organisasi.
menjadi sangat penting untuk meningkatkan Jika karyawan dilatih dengan baik, ia akan
kompetensi yang dibutuhkan sebagai kepala menjadi lebih efisien dan produktif
perpustakaan sekolah. Kepala Perpustakaan A very good training program is vital to the
Sekolah/ Madrasah dituntut untuk memiliki 6 success of any business but surprisingly it
dimensi kepemimpinan yang kemudian terbagi is most often overlooked. Training is very
dalam 18 kompetensi dan 80 sub kompetensi important for organizational development
sesuai dengan Permendiknas No. 25 Tahun and success. It is fruitful for the employers as
2008. Keberhasilan Diklat KPS akan menjadi well as the employees in an organization. If
langkah awal keberhasilan untuk mengelola employee is trained well, he will become more
perpustakaan lebih profesional dan lebih efficient and productive (Govil, 2014, et al.)
baik. Untuk mengetahui keberhasilan tersebut Pelatihan merupakan bagian dari suatu
diperlukan evaluasi pasca diklat sebagai proses pendidikan, yang tujuannya untuk
kegiatan untuk mengetahui sejauhmana meningkatan kemampuan atau keterampilan
dampak langsung dari hasil Diklat KPS. khusus seseorang atau kelompok orang.
Kata kunci: Pendidikan, Pelatihan, Kompetensi, Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan
Diklat KPS. mempersiapkan calon tenaga kerja yang
  diperlukan oleh suatu organisasi atau instansi,
Latar Belakang sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan
Pendidikan dan pelatihan merupakan salah peningkatan atau keterampilan pegawai yang
satu faktor penting dalam pengembangan sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas
sumber daya manusia. Pendidikan dan tertentu. Dalam suatu pelatihan, orientasi atau
pelatihan tidak saja menambah pengetahuan, penekanannya terfokus pada tugas yang harus
akan tetapi juga meningkatkan keterampilan dilaksanakan (job orientation), sedangkan
kerja, dan meningkatkan produktifitas kerja. pendidikan lebih pada pengembangan
Pengembangan sumber daya manusia berupa kemampuan umum.
pendidikan dan pelatihan (Diklat) dalam suatu  

88
Pengelolaan sumber daya manusia menjadi pemimpin sekolah transformasional dan mitra
penting karena organisasi dapat mencapai pengajaran. Pustakawan sekolah pra sekolah
kinerja yang diharapkan serta memiliki dapat diubah menjadi pemimpin dan agen
keunggulan kompetitif. Kinerja pegawai perubahan yang berdampak pada seluruh
merupakan dasar bagi pencapaian kinerja komunitas sekolah .
dan prestasi organisasi, sehingga pengelolaan Dari sumber data menyebutkan sebagian besar
pegawai sebagai sumber daya yang potensial tenaga perpustakaan sekolah di Indonesia
merupakan tugas utama manajemen. 94% mempunyai kualifikasi pendidikan
Tingginya kinerja seseorang erat kaitannya non-ilmu perpustakaan. mereka berasal dari
dengan tingkat produktifitas. Salah satu cara disiplin ilmu lain (Muhamad Ihsanudin,
untuk meningkatkan produktifitas pegawai Ketua Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah
yaitu dengan mengadakan pendidikan dan Indonesia “Kompetensi Tenaga Perpustakaan
pelatihan (Diklat). Namun demikian sebuah Sekolah dalam Pembelajaran Abad 21”, dalam
pelatihan yang sukses adalah pelatihan yang Handayani, 2017). Hanya 6% yang berlatar
bukan hanya baik dalam pelaksanaannya saja belakang pendidikan ilmu perpustakaan.
tetapi juga mampu memenuhi tujuannya yaitu Kekurangan tenaga perpustakaan tersebut
memperbaiki atau meningkatkan performansi kemudian diberikan kepada guru yang
kerja pesertanya (Anggoro & Karinka, 2016, mengajar di sekolah yang bersangkutan yang
p.37). diperbantukan sebagai kepala perpustakaan
Pusdiklat Perpustakaan Nasional, memiliki sekolah. Karenanya keberadaan Diklat KPS
Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah (KPS) yang diselenggarakan dengan baik menjadi
yang sudah sering dilaksanakan baik oleh penting untuk dapat meningkatkan kompetensi
Perpustakaan Nasional sendiri maupun yang kepala perpustakaan sekolah yang ada.
diselenggarakan oleh pihak lain bekerjasama Permendiknas No 25 Tahun 2008 tentang
dengan Perpustakaan Nasional. Diklat KPS Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/
ini sangat diminati oleh guru-guru di sekolah Madrasah mengatur kompetensi yang
salah satu sebabnya adalah karena sertifikat diperlukan oleh kepala perpustakaan sekolah dan
yang didapat dari Diklat KPS ini akan tenaga perpustakaan sekolah diantaranya adalah:
memiliki nilai sama dengan 12 jam tatap kompetensi manajerial, kompetensi pengelolaan
muka. Sehingga dapat menggenapkan jumlah informasi, kompetensi kependidikan, kompetensi
tatap muka minimal 24 jam sebagai salah satu kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
syarat untuk mendapatkan tunjangan profesi pengembangan profesi. Dengan munculnya
guru. Diklat KPS muncul dalam rangka Permendiknas tersebut maka penyelenggara
mengakomodir keinginan untuk meningkatkan sekolah/madrasah wajib menerapkan standar
kompetensi Kepala Perpustakaan sekolah yang tenaga perpustakaan Sekolah/Madrasah
kebanyakan berasal dari guru yang diberikan sebagaimana diatur dalam peraturan menteri
tugas tambahan, yang kompetensinya dalam tersebut, selambat-lambatnya 5 (lima)
bidang perpustakaan masih kurang, karenanya tahun setelah peraturan menteri ditetapkan.
dipandang perlu untuk meningkatkan Kompetensi sebagai tenaga perpustakaan
kompetensi bidang kepustakawanan dalam sekolah tersebut harus dimiliki dan salah satu
melaksanakan tugasnya sebagai kepala cara untuk memperolehnya adalah dengan
perpustakaan sekolah. mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait
Bahkan Sheila Baker (2016, p. 143) dari dengan bidang perpustakaan. Diklat Kepala
University of Houston menyatakan Untuk Perpustakaan Sekolah (KPS) diselenggarakan
mengimbangi dunia digital saat ini dibutuhkan oleh Pusdiklat Perpustakaan Nasional untuk
perubahan dramatis dalam struktur, budaya, menjawab kebutuhan standar kompetensi
dan arah sekolah. Program persiapan tersebut (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Pustakawan Sekolah harus membekali Republik Indonesia, Nomor 25 Tahun 2008).
guru dengan keterampilan untuk menjadi

89
B. Konsep Pendidikan dan Pelatihan Hamalik (1999, h. 2) berpendapat pendidikan
Kepala Perpustakaan Sekolah adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik
Pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan terhadap peserta didik dalam perkembangan
dua terminologi yang hampir sama baik dari jasmani dan rohani menuju terbentuknya
makna maupun pelaksanaannya. Namun kepribadian utama. Pengertian tersebut
secara ruang lingkup, karakteristik dan tujuan dapat pula diartikan sebagai usaha yang
pelaksanaannya dapat dibedakan. dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk
mendorong, membantu serta membimbing
seseorang dalam mengembangkan segala
1. Pendidikan
potensinya dan kualitas yang satu ke kualitas
Istilah pendidikan menurut Poerwadarminta yang lebih tinggi.
( 2007, h. 507) berasal dari kata ‘didik,
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
mendidik’, yakni memelihara dan memberi
Nasional Nomor 20 Tahun 2003, dikemukakan
latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak
bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan
dan kecerdasan fikiran. Pendidikan itu sendiri
terencana untuk mewujudkan suasana belajar
berarti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya).
dan proses pembelajaran agar peserta didik
Dalam bahasa Inggris (Meriam-Webster,
secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Dictionary) Pendidikan diartikan dengan
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
“Education” yang berasal dari kata “Educate”
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
yang berarti to develop mentally, morally, or
akhlak mulia, serta keterampilan yang
aesthetically especially by instruction (proses
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
pengembangan secara mental, moral dan
negara.
estetika melalui seperangkat instruksi).
Dari beberapa pengertian di atas dapat
Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994, hh. 34-
dikemukakan bahwa pendidikan mengubah
37) mengemukakan beberapa batasan istilah
sikap dan tata laku seseorang sehingga ia dapat
pendidikan yang dibedakan berdasarkan
meningkatan dan mengembangkan potensi
fungsinya yakni:
yang ada dalam dirinya baik secara mental,
A. Pendidikan sebagai proses transformasi moral dan estetika untuk memberi manfaat
budaya, dalam hal ini pendidikan baik bagi dirinya, masyarakat serta bangsa dan
menyiapkan peserta didik untuk hari esok, negara. Dari kesimpulan ini diharapkan peserta
B. Pendidikan sebagai proses pembentukan didik memilki kemampuan berfikir, bertindak
pribadi, yakni suatu kegiatan yang sistematis secara rasional, memiliki kepercayaan diri,
dan sistemik terarah kepada terbentuknya dapat menjalankan sesuatu pekerjaan dengan
kepribadian peserta didik. Sistematis oleh penuh rasa tanggung jawab, mampu menjaga
karena proses pendidikan berlangsung diri dalam setiap kesempatan dan tindakan, dan
melalui tahap berkesinambungan berprilaku yang mencerminkan sebagai seorang
(procedural), dan sistemik oleh karena yang berpendidikan yang diimplementasikan
berlangsung dalam semua situasi dan dalam kehidupan sehari-hari.
kondisi di semua lingkungan yang saling
mengisi (lingkungan rumah, sekolah dan
2. Pelatihan
masyarakat).
“In simplistic terms training can be defined as
C. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga
an activity that changes people’s behaviour” (
negara, yakni sebagai suatu kegiatan yang
Ghosh, Piyali, Jagdamba Prasad Joshi, Rachita
terencana untuk membekali peserta didik
Satyawadi, Udita Mukherjee and Rashmi
agar menjadi warga negara yang baik.
Ranjan, 2011, h. 247), istilah pelatihan secara
D. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga sederhana dapat diartikan sebagai upaya
kerja, yakni suatu kegiatan membimbing yang dilakukan untuk merubah prilaku atau
peserta didik sehingga memiliki bekal kebiasaan. Istilah pelatihan (Kamil, Mustofa,
untuk bekerja.

90
2007, h. 3), merupakan terjemahan dari kata meningkatkan mutu pengawasan dari para
“training” dalam bahasa Inggris. Secara pimpinan, dan menambah keterampilan
harfiah akar kata “training”adalah “train”, pengawasan dari para peserta pelatihan
yang berarti: (1) memberi pelajaran dan praktik (Manullang, 2001, h. 75).
(give teaching and practice), (2) menjadikan Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan
berkembang dalam arah yang dikehendaki bahwa dilakukannya pelatihan ditujukan
(cause to grow in a required direction), (3) agar individu atau pegawai/ karyawan akan
persiapan (preparation), dan (4) praktik bertambah kompetensi atau kemampuannya
(practice). baik berupa pengetahuan, keterampilan dan
Adapun secara umum tujuan pelatihan sikapnya dalam meningkatkan prestasi yang
adalah memfasilitasi karyawan atau pegawai pada akhirnya akan berimbas pada peningkatan
menguasai pengetahuan, keterampilan dan kualitas organisasi.
sikap. Pelatihan biasa dihubungkan dengan
The goal of training is to enable employees to pendidikan. Ini terutama karena secara
master the knowledge, skills and behaviours konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan
emphasised in training programmes and to dari pendidikan. Meskipun secara khusus
apply them to their day-to-day activities. pelatihan dapat dibedakan dari pendidikan.
Training serves to improve the performance Pelatihan adalah salah satu bentuk edukasi
of employees, which, in turn, provides dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Langkah-
a competitive edge to the organisation langkah berikut dapat diterapkan dalam
(Schraeder, 2009, dalam Ghosh, et al. 248). pelatihan: (a). Pihak yang diberi pelatihan
 Selaras dengan pendapat di atas, Veithzal Rivai (trainee) harus dapat dimotivasi untuk belajar;
menyatakan bahwa pelatihan adalah proses (2). Trainee harus mempunyai kemampuan
secara sistematis mengubah tingkah laku untuk belajar; (c). Proses pembelajaran harus
pegawai untuk mencapai tujuan organisasi. dapat dipaksakan atau diperkuat; (d). Pelatihan
Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan harus menyediakan bahan-bahan yang dapat
kemampuan pegawai untuk melaksanakan dipraktekan atau diterapkan; (e). Bahan-bahan
pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi yang dipresentasikan harus memliki arti yang
saat ini dan membantu pegawai untuk lengkap dan memenuhi kebutuhan (Rivai,
mencapai keahlian dan kemampuan tertentu 2004, et al. 226).
agar berhasil melaksanakan pekerjaannya Pada dasarnya pendidikan dan pelatihan
(Rivai, 2004, h. 226). Hani T. Handoko mempunyai sasaran pengembangan sumber
mengemukakan bahwa latihan diperlukan daya manusia terhadap tugas pekerjaan yang
untuk mengurangi atau menghilangkan sementara digeluti dan untuk menghadapi
kebiasaan-kebiasaan kerja yang jelek atau tantangan-tantangan yang bakal terjadi pada
untuk mempelajari keterampilan-keterampilan tuntutan perubahan dan perkembangan dimasa
baru yang akan meningkatkan prestasi kerja yang akan datang.
mereka (Handoko, 2001, h. 107).
Program latihan sebagaimana yang 3. Kepala
dikemukakan oleh Reksohadiprojo, S dan Hani Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
T. Handoko (2001, h. 349) bertujuan untuk “Kepala” sama dengan kata “Pemimpin”.
menambah pengetahuan, mengembangkan Pemimpin adalah seseorang yang mampu
sikap, mengembangkan keterampilan mempengaruhi orang lain untuk melakukan
para anggota terutama untuk menghadapi atau tidak melakukan sesuatu sesuai dengan
perubahan, menimbulkan motivasi, dukungan, yang diinginkan. Sedangkan kepemimpinan
umpan balik, dan memadukan penerapan adalah proses mempengaruhi orang lain
teori dan praktik secara psikomotorik. agar mau atau tidak melakukan sesuatu yang
Menurut Manullang, tujuan pelatihan diinginkan, kepemimpinan bisa juga diartikan
adalah memperbaiki moral pegawai dengan

91
sebagai hubungan interaksi antara pengikut komunikasi di perpustakaan berlangsung
dan pemimpin dalam mencapai tujuan bersama dalam 3 format berbeda, yaitu tertulis,
(KBBI, Kamus dalam jaringan). verbal dan nonverbal. Komunikasi
Dalam buku Leadership in Libraries: A focus on tertulis di antaranya yaitu melalui email,
ethnic-minority, librarians, (Kumaran, 2012, memo, laporan meeting, laporan, rencana
h. 63) menyatakan beberapa kompetensi utama dan surat. Komunikasi verbal bisa terjadi
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin melalui telepon ataupun face-to-face,
dalam perpustakaan, kompetensi tersebut di antaranya yaitu, melalui pertemuan
mencakup 5 bidang yang harus dikuasai yang formal dan informal, informasi tidak
terdiri atas: resmi dan berita organisasi. Sedangkan
1)  Keterampilan motivasi komunikasi nonverbal menggunakan
ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan
Seorang pemimpin harus bisa memotivasi gerak tubuh (Kumaran, 2012, h. 114).
diri sendiri dan juga orang lain. Seorang Organisasi berkomunikasi karena tiga
pemimpin yang baik tidak hanya alasan, yaitu untuk menginformasikan,
memotivasi orang lain untuk melakukan membujuk atau meminta, dan untuk
pekerjaan mereka secara efisien, tetapi membangun goodwill (Kumaran,
juga memotivasi mereka untuk menjadi 2012, h. 115). Setiap orang memiliki
seorang pemimpin. Memotivasi dalam budaya yang berbeda-beda, sehingga
kepemimpinan tidak hanya tentang cara berkomunikasi dan makna yang
karir, tetapi juga bagaimana mendorong ditangkap dalam sebuah komunikasi
seseorang agar berhasil dalam sebuah dapat berbeda, tergantung budaya
organisasi. masing-masing. Seorang pemimpin
2) Keterampilan manajemen waktu. harus tahu bagaimana berkomunikasi
Menurut Kumaran, manajemen secara baik sehingga informasi dapat
waktu merupakan penggunaan waktu tersampaikan secara benar, lengkap,
secara efektif untuk setiap kegiatan. tepat, dan efiesien sehingga menghasilkan
Dalam manajemen waktu ada kalanya efek yang diharapkan (Kumaran, 2012,
memerlukan bantuan dari luar untuk h. 120).
menyelesaikan tugas (Kumaran, 2012, 4) Keterampilan konseptual dan membuat
h. 110). Dalam hal ini diperlukan keputusan
perencanaan, organisasi, prioritas, dan Seorang pemimpin sering berada pada
penyelesaian tugas secara tepat waktu kondisi dimana mereka diharuskan
serta fleksibel untuk mengakomodasi membuat suatu keputusan tanpa ada
perubahan di saat-saat terakhir agar hal yang mendasari keputusan tersebut.
manajemen waktu lebih efektif. Keaktifan Dengan demikian, seorang pemimpin
dalam mencari dan menggunakan alat harus memiliki kemampuan untuk
modern atau gadget dapat membantu melakukan analisis konsep dan membuat
manajemen waktu. sebuah keputusan yang dianggap paling
Berbagai gadget dan teknologi online baik (Kumaran, 2012, h. 122). Seorang
bisa digunakan sebagai pengingat, pemimpin dapat dipastikan akan sangat
seperti microsoft outlook calendars, ipad banyak menerima informasi, baik
calendars, cell phones, iphones. Semakin informasi yang dapat dipercaya maupun
sering mempraktekkannya, semakin tidak. Oleh karena itulah seorang
baik keterampilan seseorang dalam pemimpin harus mampu berfikir kritis,
memanajemen waktu (Kumaran, 2012, mengevaluasi dan memilih berbagai
h. 111). informasi yang ada untuk menggali
3) Kemampuan berkomunikasi makna dan akibat yang dapat ditimbulkan
Dalam berbagai organisasi lainnya, jika menggunakan informasi tersebut.

92
5) Keterampilan fiskal Dalam hubungannya dengan status kepala
Seorang pemimpin harus tahu tentang yang dimiliki oleh guru yang juga sebagai
kegiatan organisasi dan modal kepala perpustakaan sekolah memiliki
anggarannya. Sebagai contoh, di kewajiban dapat melaksanakan tugas dan
perpustakaan seorang direktur belum fungsinya untuk dapat menggerakan seluruh
tentu terlibat dalam anggaran yang sumber daya perpustakaan agar perpustakaan
digunakan sehari-hari maupun jangka sekolah dapat berkontribusi pada pencapaian
panjang yang dilakukan perpustakaan visi sekolah bersangkutan. Diklat KPS yang
(Kumaran, 2012, h. 124). Perencanaan diselenggarakan oleh Pusdiklat Perpustakaan
keuangan merupakan hal penting dalam Nasional diselenggarakan dalam menjawab
perpustakaan. Pemimpin tidak akan kebutuhan dimaksud.
dapat mengambil keputusan yang tepat
tanpa ada perencanaan keuangan dari C. Kurikulum Diklat Kepala Perpustakaan
organisasi (Kumaran, 2012, h. 125). Sekolah
Sumber lain yang diperoleh mengenai
kompetensi kepala perpustakaan adalah Dasar penyelenggaraan Diklat KPS dilakukan
kompetensi yang tertuang dalam PP no. melalui Peraturan Kepala Perpustakaan
24 Tahun 2014 pasal 39 ayat 3. Dalam Nasional Republik Indonesia No. 3 Tahun
Peraturan Pemerintah tersebut berisi 2013 tentang Kurikulum dan Garis-garis
standar kompetensi sebagai berikut: Besar Program Pembelajaran Pendidikan dan
kompetensi profesional Pelatihan Kepala Perpustakaan Sekolah yang
1) kompetensi personal diselenggarakan selama 120 jam pelatihan.
2) kompetensi manajerial Diklat KPS adalah salah satu dari jenis
3) kompetensi kewirausahaan Diklat Teknis Kepustakawanan yang
(Peraturan Pemerintah No. 24, 2014, diselenggarakan mulai tahun 2014 bersamaan
pasal 39) dengan diklat teknis dan fungsional
Kompetensi tersebut berlaku untuk semua kepustakawanan lainnya dengan tujuan
jenis perpustakaan baik perpustakaan sebagaimana tertulis dalam Kurikulum Diklat
sekolah, perguruan tinggi, perpustakaan Kepala Perpustakaan Sekolah adalah agar
Nasional, perpustakaan pemerintah provinsi peserta diklat 1). Memiliki pengetahuan,
maupun kabupaten/daerah dan perpustakaan sikap, dan keterampilan berkaitan dengan
khusus. Dalam PP tersebut belum dijelaskan UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan
secara detail mengenai isi dalam tiap aspek dan Permendiknas No. 25/2008 tentang
kompetensi. Standar kompetensi Kepala Standar Kualifikasi dan Kompetensi Kepala/
Perpustakaan justru secara spesifik dijelaskan Tenaga Perpustakaan Sekolah/madrasah,
dalam Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 2). Memahami standar kualifikasi Kepala
tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/ Perpustakaan Sekolah/Madrasah, dan 3).
Madrasah. Kepala Perpustakaan Sekolah/ Memahami standar kompetensi Kepala
Madrasah dituntut untuk memiliki 6 dimensi Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Dengan
kepemimpinan yang kemudian terbagi dalam begitu maka implementasi dan keinginan
18 kompetensi dan 80 sub kompetensi. Permendiknas Nomor 25/2008 tentang
standar kualifikasi dan kompetensi kepala
Dari beberapa penjelasan di atas dapat
perpustakaan sekolah/madrasah diharapkan
disimpulkan bahwa kata kepala yang berarti
dapat dipenuhi oleh penyelenggaraan diklat
juga pemimpin adalah seseorang yang mampu
ini.
mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa
yang diinginkannya melalui kompetensi dan Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah
keterampilan yang dimiliki untuk mencapai dapat diangkat melalui Jalur Pendidik dan
tujuan bersama. kependidikan (Menteri Pendidikan Nasional,

93
et. Al., 2008). Kepala Perpustakaan Sekolah/ pada ayat (4) huruf c dapat diperoleh dari
Madrasah yang melalui Jalur Tenaga ekuivalensi beban kerja tugas tambahan Guru
Kependidikan harus memenuhi salah satu yang memiliki nilai sama dengan 12 jam
syarat berikut: a. Berkualifikasi diploma dua tatap muka. Secara implisit bermakna bahwa
(D2) Ilmu Perpustakaan dan Informasi bagi guru yang kekurangan jam mengajarlah
pustakawan dengan masa kerja minimal 4 yang sesuai menjadi peserta Dklat KPS
tahun. Sedangkan yang melalui jalur tenaga dari sisi waktu untuk dapat dioptimalkan
pendidikan/ guru Kepala perpustakaan mengelola perpustakaan dengan waktu yang
sekolah/madrasah harus memenuhi syarat: cukup banyak, sehingga perpustakaan dapat
a. Berkualifikasi serendah-rendahnya beroperasi secara maksimal dalam melayani
diploma empat (D4) atau sarjana (S1); b. pemustaka.
Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan Diklat KPS merupakan salah satu jenis diklat
perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga teknis substantif yang dimiliki oleh Pusdiklat
yang ditetapkan oleh pemerintah; c. Masa Perpustakaan Nasional yang diperlukan
kerja minimal 3 (tiga) tahun. Kenyataan di dalam pembentukan kompetensi PNS untuk
lapangan menunjukan bahwa kebanyakan yang jabatan Kepala Perpustakaan sekolah. Hal
diangkat sebagai kepala perpustakaan sekolah ini sesuai dengan Peraturan Kepala Lembaga
berasal dari tenaga pendidikan yang belum Administrasi Negara Nomor 13 tahun
memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan 2011 tentang Pedoman Umum Pembinaan
perpustakaan sekolah/ madrasah yang Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
diperoleh dari lembaga yang ditetapkan oleh Teknis, Pasal 7 ayat (1) Diklat Teknis
pemerintah dalam hal ini adalah Perpustakaan Substantif sebagaimana dimaksud dalam pasal
Nasional. 6 huruf a adalah Diklat yang diselenggarakan
Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa untuk memberikan pengetahuan dan
guru yang diberikan tugas tambahan untuk ketrampilan yang bersifat substantif dalam
menjadi kepala perpustakaan sekolah harus rangka pencapaian kompetensi PNS yang
mengikuti diklat KPS agar kompetensinya terkait dengan pekerjaan Pegawai Negeri
dapat ditingkatkan sesuai standar yang Sipil (PNS) yang bersangkutan, sehingga
diinginkan dalam mengelola perpustaaan mampu melaksanakan tugas dan tanggung
sekolah. Tugas tambahan sebagai kepala jawabnya secara profesional. Diklat KPS
perpustakaan sekolah utamanya diberikan juga diselenggarakan sebagai upaya untuk
kepada guru-guru yang kekurangan jam Pemenuhan kebutuhan tenaga perpustakaan
mengajar minimal 24 jam tatap muka dalam sekolah sebagai implementasi UU no 43
seminggu dimaksudkan agar ada kecukupan tahun 2007 tentang perpustakaan disamping
waktu untuk mengelola perpustakaan sekolah juga karena belum tersedianya kurikulum
yang dipimpinnya. dan GBPP Diklat Kepala Perpustakaan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2017 Sekolah yang sesuai dengan standar nasional
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah perpustakaan.
Tentang Guru, sebagaimana dimaksud Selain itu juga Diklat KPS dilaksanakan
pada Pasal 15 ayat (2) huruf c bahwa tugas untuk mengakomodir Permendiknas No
tambahan guru yang jam mengajarnya kurang 25 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
dari 24 jam tatap muka ( Pasal 52 ayat (2) dan Kompetensi Tenaga Perpustakaan
mengatur bahwa beban kerja guru paling Sekolah yang terdiri atas kompetensi
sedikit memenuhi 24 (dua puluh empat) jam Kepala Perpustakaan Sekolah dan Tenaga
tatap muka dan  paling banyak 40 (empat Perpustakaan Sekolah. Sehingga Pendidikan
puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu dan Pelatihan yang akan dilaksanakan oleh
termasuk di dalamya adalah menjadi Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan
Perpustakaan Sekolah yang dapat memenuhi Nasional RI yaitu Diklat Kepala Perpustakaan
beban kerja Guru sebagaimana dimaksud Sekolah untuk kepala perpustakaan sekolah

94
dan Diklat Tenaga Pengelola Perpustakaan Kompetensi Manajerial, (2). Kompetensi
Sekolah untuk tenaga perpustakaan sekolah. Pengelolaan Informasi, (3). Kompetensi
  Kependidikan, (4). Kompetensi
A. Tujuan dan sasaran Diklat KPS Kepribadian, (5). Kompetensi sosial, dan
(6). Kompetensi Pengembangan Profesi.
Sesuai dengan Peraturan Kepala Kompetensi yang dibangun dalam Diklat
Lembaga Administrasi Negara Nomor KPS sesuai dengan jabatannya sebagai
13 tahun 2011 tentang Pedoman Umum kepala atau pimpinan perpustakaan
Pembinaan Penyelenggaraan Pendidikan sekolah ada dalam dimensi kompetensi
dan Pelatihan Teknis, pada Bab II tentang manajerial yaitu kemampuan memimpin
Tujuan dan sasaran Diklat Teknis, Pasal tenaga perpustakaan sekolah yang
2 (dua) dinyatakan bahwa Diklat Teknis dipimpinnya, kemampuan merencanakan
diselenggarakan dengan tujuan untuk: (1). program perpustakaan sekolah/ madrasah,
Meningkatkan pengetahuan, keahlian, kemampuan melaksanakan program
keterampilan, sikap dan perilaku untuk perpustakaan sekolah, kemampuan
dapat melaksanakan tugas teknis secara memantau pelaksanaan program
profesional dengan dilandasi kepribadian perpustakaan sekolah/ madrasah, dan
dan etika PNS sesuai dengan kompetensi dapat mengevaluasi program perpustakaan
teknis jabatannya. (2). Memantapkan sikap, sekolah/ madrasah.
perilaku dan semangat pengabdian yang
kemampuan memimpin adalah kemampuan
berorientasi pada pelayanan, pengayoman,
mempengaruhi dan mengajak seluruh
dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan
stakeholder stratejik dan jajarannya melalui
sasarannya terdapat dalam pasal 3 (tiga)
kompetensi kepemimpinan operasional,
menyatakan bahwa sasaran Diklat Teknis
yaitu kemampuan mensinergikan kualitas
adalah terwujudnya PNS yang memiliki
karakter kepemimpinan dan kemampuan
kompotensi teknis sesuai dengan persyaratan
manajemen strategik, manajerial serta
jabatan masing-masing.
pemberdayaan secara padu dalam
Selain itu disebutkan juga dalam Peraturan merumuskan dan menetapkan kegiatan
Kepala Perpustakaan Nasional Nomor organisasi serta memimpin pelaksanaannya.
3 Tahun 2013 tentang Kurikulum dan
Garis-garis Besar Program Pembelajaran
Pendidikan dan Pelatihan Bagi Kepala B. Kurikulum Diklat Kepala
Perpustakaan Sekolah/ Madrasah Bab Perpustakaan Sekolah
I, Point C dinyatakan tujuannya adalah Kurikulum dan Garis-Garis Besar Program
agar peserta (1). memiliki pengetahuan, Pembelajaran Diklat Kepala Perpustakaan
sikap, dan keterampilan berkaitan dengan Sekolah sebagai implementasi bagi kepala
UU 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan perpustakaan sekolah didasarkan pada
dan Permendiknas No. 25 tahun 2008 landasan yuridis sebagai berikut:
tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/ Madrasah (2). Memahami standar 1) Undang-Undang No. 20 tahun 2003
kualifikasi Kepala perpustakaan sekolah dan tentang Sistem Pendidikan Nasional
(3). Memahami standar kompetensi Kepala 2) Undang-Undang No. 43 tahun 2007
perpustakaan sekolah/ madrasah. tentang Perpustakaan,
Sedangkan kompetensi kepala perpustakaan A) Bab III Pasal 11 ayat 1 huruf d tentang
sekolah itu sendiri menurut Peraturan standar tenaga perpustakaan.
Menteri Pendidikan Nasional Nomor B) Bab VIII Pasal 33 tentang
25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Pendidikan
Perpustakaan Sekolah/ madrasah meliputi 3) PP No. 19 th 2005 tentang Standar
beberapa dimensi kompetensi yaitu: (1). Nasional Pendidikan, PP No. 39/2000

95
sebagai Perubahan atas PP No. 38/1992 Perpustakaan Sekolah.
tentang Tenaga Kependidikan 7) Manifesto Perpustakaan Sekolah
4) Kep Menpan No. 132/KEP/M. (School Library Manifesto) IFLA/
PAN/12/2002 tentang Jabatan UNESCO tahun 2000 yang menyatakan:
Fungsional Pustakawan “Setiap pemerintah melalui kementerian
5) Kep Mendiknas No. 8/2005 tentang yang bertanggungjawab atas bidang
Organisasi dan Tata Kerja Direktorat pendidikan harus mengembangkan
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik strategi, kebijakan, dan perencanaan
dan Tenaga Kependidikan Depdiknas. yang berkaitan dengan pelaksanaan
6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional prinsip-prinsip manifesto ini.”
No. 25 Tahun 2008 tentang Standar Adapun rincian mata ajar Diklat KPS adalah
Kualifikasi dan Kompetensi Tenaga seperti matriks di bawah ini:

 
Tabel Mata Ajar Diklat KPS
 
No Mata Ajar JP

1. Manajemen Strategis Pengembangan Perpustakaan Sekolah 6


2. Wawasan Pendidikan 6
3. Kepemimpinan dan Kewirausahaan (Entrepreneurship) Bidang Perpustakaan 8
4. Pengembangan Koleksi Perpustakaan Sekolah 8
5. Pengorganisasian Informasi 14
6. Layanan, Jasa dan Sumber Informasi 6
7. Teknologi Informasi untuk Perpustakaan Sekolah 6
8. Manajemen Pemasaran Perpustakaan Sekolah 6
9. Literasi Informasi 6
10. Komunikasi Interpersonal 6
11. Pelestarian Bahan Perpustakaan 6
12. Kompetensi Tenaga Perpustakaan dan Etika Profesi Kepustakawanan 6
13. Peningkatan Minat dan Gemar Membaca 6
14. Praktik Kerja Perpustakaan Sekolah 12
15. Studi Banding Perpustakaan 8
16. Seminar Pengelolaan Perpustakaan sekolah 6
17. Evaluasi 4
JUMLAH
TOTAL JAM 120
PELATIHAN
 
 

96
C. Peserta Diklat F. Pendanaan Diklat
Berdasarkan PP Nomor 101 Tahun 2000 Sumber pendanaan diklat berasal dari:
Tentang Pendidikan Dan Pelatihan 1) Pemerintah (APBN, APBD, dll)
Jabatan Pegawai Negeri Sipil menyatakan 2) Swasta
bahwa Peserta Diklat Teknis bidang
Kepustakawanan adalah Pegawai 3) Campuran
yang dipersiapkan dalam rangka
memenuhi persyaratan kompetensi untuk G. Mekanisme Penyelenggaraan Diklat
memantapkan tugas-tugas pekerjaan teknis 1) Pusdiklat melaksanakan perencanaan
di bidang kepustakawanan, sehingga diklat berdasarkan program
mampu melaksanakan tugas dan tanggung pengembangan SDM perpustakaan
jawabnya secara profesional. sesuai dengan hasil analisis kebutuhan
Penetapan peserta Diklat Teknis Bidang diklat (AKD).
Kepustakawanan bersifat selektif dan 2) Penentuan jenis diklat ditetapkan
merupakan penugasan dari lembaga pada pertengahan tahun yang akan
pengirim peserta dengan memperhatikan dilaksanakan tahun berikutnya.
rencana pengembangan karier pegawai dan 3) Pusdiklat menyebarkan informasi jenis
formasi yang tersedia. diklat yang akan diselenggarakan.
4) Pendaftaran peserta dilakukan secara
D. Tenaga kediklatan langsung dan/atau tertulis melalui surat
Setiap lembaga yang menyelenggarakan tercetak atau elektronik (pendaftaran
Diklat Teknis Bidang Kepustakawanan agar online).
mendayagunakan tenaga kediklatan yang 5) Seleksi calon peserta dan calon pengajar
terdiri dari Pengajar atau Widyaiswara, dilaksanakan oleh tim seleksi yang terdiri
pengelola lembaga pemerintah dan tenaga dari unsur-unsur pejabat di lingkungan
kediklatan lainnya yang mempunyai pusdiklat dan fungsional widyaiswara
kompetensi di bidangnya, dari dalam dan/ dengan berdasarkan pada kurikulum
atau dari luar lingkungan lembaga yang yang telah ditentukan oleh Perpustakaan
bersangkutan. Nasional R.I.
Persyaratan Tenaga Kediklatan dan Tenaga 6) Pemanggilan peserta dapat dilakukan
Kediklatan Lainnya untuk Diklat Teknis melalui faks, telepon dan email.
Bidang Kepustakawanan disesuaikan 7) Pelaksanaan diklat mengacu pada
dengan jenis Diklat Teknis Bidang kurikulum, GBPP dan bahan ajar serta
Kepustakawanan sebagaimana yang pedoman penyelenggaraan Diklat Teknis
diatur dalam kurikulum diklat yang telah Bidang Kepustakawanan.
ditetapkan oleh Perpustakaan Nasional RI.
8) Evaluasi pelaksanaan diklat mencakup
evaluasi terhadap peserta, pengajar dan
E. Model Pembelajaran penyelenggaraan.
Model pembelajaran menggunakan 9) Pusdiklat membuat laporan
kegiatan pembelajaran tatap muka. Metode penyelenggaraan diklat.
yang digunakan adalah ceramah interaktif,
presentasi, diskusi, partisipatif, simulasi,
H. Evaluasi Pasca Diklat
eksperimen, dan lain-lain. Pendekatan
Perka LAN No. 13 Tahun 2011
dalam penyampaian materi menggunakan
tentang Pedoman Umum Pembinaan
pendekatan andragogi (pembelajaran bagi
Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
orang dewasa).
Teknis, pasal 20 yang menyatakan bahwa
institusi pengelola Diklat melakukan

97
pemantauan dan evaluasi baik dilakukan mengirimnya, apakah berkontribusi pada
terhadap program dan alumni diklat peningkatan kinerja peserta diklat yang
dimaksud. pada akhirnya berimbas pada kinerja
Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan organisasi dalam mencapai visi yang telah
yang dilakukan dengan sengaja dan ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan.
secara cermat untuk mengetahui tingkat  
keterlaksanaan atau keberhasilan suatu D. Penutup
program dengan cara mengetahui efektifitas Kemajuan perpustakaan sekolah sangat
masing-masing komponennya baik dipengaruhi oleh kompetensi kepala
terhadap program yang sedang berjalan perpustakaan sekolah, faktanya banyak
maupun program yang telah berlalu kepala perpustakaan sekolah yang
(Sukardi, 2015, p. 5). Evaluasi pelatihan masih belum memiliki kompetensi yang
memiliki fungsi sebagai pengendali proses cukup dibidang ilmu perpustakaan.
dan hasil program pelatihan sehingga akan disela kesibukannya sebagai pengajar,
dapat dijamin suatu   program pelatihan kepala perpustakaan sekolah harus juga
yang sistematis, efektif dan efisien. mendalami keilmuan kepustakawanan
Evaluasi pelatihan merupakan suatu  proses agar dapat mengelola perpustakaan dengan
untuk mengumpulkan data dan informasi baik. Dengan adanya program peningkatan
yang diperlukan dalam program pelatihan. kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah,
Evaluasi pelatihan lebih difokuskan pada guru yang mempunyai tugas tambahan
peninjauan kembali proses pelatihan dan sebagai kepala perpustakaan dapat bekerja
menilai hasil   pelatihan serta dampak sesuai dengan standar kompetensi yang
pelatihan yang dikaitkan dengan kinerja telah ditetapkan oleh Pemendiknas Nomor
SDM. 25 Tahun 2008. Perilaku kompeten menjadi
Stufflebeam dan Shinkfield (dalam S. Eko salah satu cara untuk meningkatkan
Putro Widodo, 2011, p. 5) menyatakan: produktivitas kerja untuk memberikan
Evaluation is process of delineating, manfaat bagi orang lain. Evaluasi atau
obtaining, and providing descriptive and penilain terhadap penyelenggaraan Diklat
judgmental information about the worth KPS harus dilakukan agar diketahui
and merit of some object’c goals, design, keberhasilan atau kebermanfaatan sesuai
implementation, and impact in order to dengan tujuan penyelenggaraannya dapat
guide decision making, serve needd for tercapai. hal ini penting untuk memastikan
accountability, and promote understanding bahwa hasil diklat yang diperoleh
of the involved phenomena” dapat dimanfaatkan setelah kembali ke
Dari beberapa pernyataan di atas terlihat perpustakaan sekolahnya masing-masing
jelas bahwa evaluasi menduduki peranan dengan jabatan kepala perpustakaan
strategis untuk menilai apakah suatu sekolahnya yang melekat.
Diklat dikatakan berhasil atau tidak, harus
dilanjutkan atau tidak. Salah satu yang Daftar Bacaan
dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui Anggoro Prasetyo Utomo, Karinka Priskila
dampak yang dihasilkan oleh Diklat KPS Tehupeiory, Evaluasi Pelatihan dengan Metoda
adalah dengan melakukan Evaluasi Pasca Kirkpatrick Analysis, Jurnal Telematika, Vol.
Diklat terhadap penyelenggaraan Diklat 9 no. 2, Institut Teknologi Harapan Bangsa,
Bandung 2016), rerieved from https://www.
yang telah dilaksanakan, setidaknya setelah
academia.edu/35103127/ Evaluasi_Pelatihan_
6 (enam) bulan Diklat selesai dilaksanakan. dengan_Metode_Kirkpatrick_Analysis
Evaluasi pasca diklat dimaksudkan untuk Ghosh, Piyali, Jagdamba Prasad Joshi, Rachita
mengetahui sampai sejauhmana manfaat Satyawadi, Udita Mukherjee and Rashmi
yang dirasakan oleh instansi pengirim Ranjan, “Evaluating effectiveness of a training
programme with trainee reaction”, Industrial
peserta diklat, dalam hal ini sekolah yang

98
and Commercial Training, Vol. 43, fetrieved
from (https://www.emeraldinsight.com/doi/
abs/10.1108/00197851111137861, 2011).
Govil, S. K.; Usha, Kumar, The Importance
of Training in an Organization, Advances
in Management, Academic journal article,
2014, Retrieved from: https:// www.questia.
com/library/ journal/1P3-3189492491/the-
importance-of-training-in-an-organization
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Handayani, Keni Hesti, Analisis Kompetensi
Kepala Perpustakaan Sekolah (Studi
Kasus Pada Pemenang Juara Satu Lomba
Perpustakaan Sekolah Tingkat Kabupaten
Klaten Tahun 2016), UIN Sunan Kalijaga,
Program Studi Interdisciplinary Islamic
Studies Konsentrasi Ilmu Perpustakaan Dan
Informasi, 2017, retrieved from: http://digilib.
uin-suka.ac.id/27531/1/1520011036_BAB-I_
IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf.
Kamil, Mustofa, Model Pendidikan dan Pelatihan:
Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta, 2007)
Kumaran, Maha, Leadership in Libraries, A focus
on ethnic-minority librarians, (Cambridge:
Chandos Publishing, 2012),
Sheila Baker (2016), From Teacher to School
Librarian Leader and Instructional Partner:
A Proposed Transformation Framework for
Educators of preservice School Librarians,
School Libraries Worldwide, Volume 22
Number 1, 2016
Sukardi, Evaluasi Program Pendidikan dan
Kepelatihan. Jakarta: Cetakan ke 2, Bumi
Aksara, 2015.
Widoyoko, Eko Putro, Evaluasi Program
Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik
dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pusat Pelajar,
2009.
Dll.

99

Anda mungkin juga menyukai