Anda di halaman 1dari 15

LESSON STUDY DALAM MEMBANGUN LEARNING ORGANISATION

MADRASAH
LESSON STUDY IN DEVELOPING LEARNING ORGANIZATION OF
MADRASAH

Sholikin

Sholihin ABSTRACT
Balai Diklat Keagamaan Being the centre of excellent, madrasahs have to develop their
(BDK) Surabaya Human Resources, due to the increasing of society demands.
Jl. Ketintang Madya 92 They have to improve not only cognitive and skill competence but
Surabaya also their attitude. This article offers madrasah to be a Learning
Naskah : Organization, in which madrasah always promotes Continuouse
diterima : 5 Januari 2017 Professional Development (CPD) for their Human Resource (teachers)
direvisi : 18 Januari 2017 by faciliting their teachers several activities. Lesson Study offers
disetujui : 28 Januari 2017 a lot of activities which enables teachers share their knowledge
and skill through ”Plan, Do and See”. By implementing LS madrasah
the teacher will get a lot of beneficial, such as defining learning goal,
implementing a certain teaching model and how to evaluate the
teaching and learning process. All of those will lead us to what we
called as a Learning Organisation.

Key words: Lesson Study, Learning Organisation, CPD

ABSTRAK
Menjadi pusat sekolah unggulan, madrasah harus mengembangkan
Sumber Daya Manusia mereka, karena meningkatnya tuntutan
masyarakat. Mereka harus memperbaiki tidak hanya kompetensi
kognitif dan keterampilan, tetapi juga sikap mereka. Artikel ini
menawarkan madrasah untuk menjadi Learning Organization, dimana
madrasah selalu mempromosikan Continuouse Professional
Development (CPD) untuk Sumber Daya Manusia mereka (guru)
dengan memfasilitasi beberapa kegiatan guru mereka. Lesson Study
menawarkan banyak kegiatan yang memungkinkan guru berbagi
pengetahuan dan keterampilan mereka melalui ”Plan, Do and See”.
Dengan menerapkan madrasah LS, guru akan mendapatkan banyak
manfaat, seperti menentukan tujuan pembelajaran, menerapkan
model pengajaran tertentu dan bagaimana mengevaluasi proses
belajar mengajar. Semua itu akan membawa kita pada apa yang kita
sebut sebagai Learning Organization.

Kata kunci: Lesson Study, Learning Organization, CPD

83
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

Membangun madrasah yang berkualitas lembaga dalam mengantisipasi lingkungan,


tidak akan terlepas dari konsep membangun baik dari dalam maupun dari luar lembaga
sumber daya manusia (human resource) yang bersangkutan. Fungsi dan orientasi
berkualitas pula. Berbicara masalah SDM tidak pendidikan dan peningkatan kualitas SDM
hanya berunsur jumlah, seperti terkesan telah dibuat dalam suatu kebijakan Depdiknas
dari pengertian tentang penduduk, tetapi dalam tiga strategi pokok pembangunan
juga mutu. Mutu ini tidak hanya ditentukan pendidikan nasional, yaitu: 1) Pemerataan
oleh aspek keterampilan atau kekuatan kesempatan pendidikan, 2) Peningkatan
tenaga fisiknya, tetapi juga pendidikannya relevansi dan kualitas pendidikan dan 3)
atau kadar pengetahuannya, pengalaman Peningkatan kualitas manajemen pendidikan,
atau kematangannya, dan sikapnya atau nilai- (Cut Zahri Harun, 2003). Dari batasan ini dapat
nilai yang dimilikinya. disimpulkan bahwa proses pengembangan
Kemudian apa yang dimaksud dengan sumber daya manusia itu terdiri dari
pengembangan sumber daya manusia ? perencanaan (planning), pendidikan dan
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (1998), pelatihan (education and training), dan
menyimpulkan bahwa yang dimaksud pengelolaan (management).
dengan pengembangan sumber daya manusia Madrasah sebagai sebuah organisasi yang
atau human resources development (HRD) melayani masarakat dalam dunia pendidkan
secara makro adalah suatu proses peningkatan dituntut untuk terus bertahan dan berkembang
kualitas atau kemampuan manusia dalam dalam memenuhi kebutuhan masarakat.
rangka mencapai suatu proses peningkatan Dalam hal ini madrasah harus membangun
kualitas atau kemampuan manusia dalam sebuah Learning Organisation (LO). LO adalah
rangka mencapai suatu tujuan pembangunan organisasi yang mana menuntut para pekerja-
bangsa. Dan secara mikro, dalam arti di nya untuk terus mengembangkan diri, baik
lingkungan suatu unit kerja (madrasah), maka secara kompetensi, skill maupun mental agar
sumber daya yang dimaksud adalah guru, dapat memenuhi kebutuhan users atau
pegawai atau karyawan (employee). comsumers. Para guru adalah salah satu
Ahmad Sanusi (1998), mengemukakan komponen dalam organisasi madrasah yang
jika abad silam disebut abad kualitas produk/ pengetahuan, skill dan mentalnya harus
jasa, maka masa yang akan datang merupakan terus diperbaruhi dan dikembangkan dalam
abad kualitas SDM. Sumber aya manusia yang rangka mencapai tujuan bersamadan
berkualitas dan pengembangan kualitas SDM memenuhi tuntutan masyarakat. Untuk itu
bukan lagi merupakan isu atau tema-tema madrasah perlu membangun organisasi
retorik, melainkan merupakan taruhan atau yang memungkinkan para guru berkesempatan
andalan serta ujian setiap individu, kelompok, untuk mengembangkan dirinya, baik dari segi
golongan masyarakat, dan bahkan setiap kompetensi pengetahuan, ketrampilan
bangsa. maupun aspek sikap.
Pengembangan SDM madrasah adalah Untuk membangun LO perlu ada sebuah
proses sepanjang hayat dalam mengembang- kegiatan yang menfasilitasi mereka, yaitu
kan penguasaan pengetahuan, keterampilan, sebuah wadah dimana guru guru bisa saling
dan teknologi yang dibutuhkan oleh dunia mendukung pengembangannya. Begitu
kerja dalam upaya peningkatan efisiensi dan pentingnya peran guru dalam membangung
efektivitas proses belajar mengajar. sebuah organisasi, termasuk madrasah, maka
Program peningkatan kualitas SDM pada kesemptan ini penulis mencoba menyaji-
melalui pendidikan akan memberikan manfaat kan, essay lesson study (LS) dalam membangun
pada lembaga berupa produktifitas, moral, Learning Organisation Madrasah. Secara
efisiensi kerja, stabilitas, serta fleksibilitas berturut turut akan dibahas, apa itu LS dan

84
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

variannya yang ada di Indonesia, Perkembangan dan hasil pembelajaran siswa secara terus-
LS di Indonesia serta Bagaiman Lesson Study menerus, berdasarkan data. Lesson Study
Dilaksanakan, selanjutnya penulis mencoba merupakan kegiatan yang dapat mendorong
untuk mendefiniskan LO, menjabarkan pilar- terbentuknya sebuah komunitas belajar
pilar dalan LO serta karakteristiknya, selain (learning society) yang secara konsisten dan
itu pentingnya LO bagi Madrasah dan yang sistematis melakukan perbaikan diri, baik
terahir bagaiamana LS membangun LO. pada tataran individual maupun manajerial.
Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan
tentang Lesson Study sebagai salah satu
Apa itu Lesson Study
model pembinaan profesi pendidik melalui
Konsep dan praktik Lesson Study pertama
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif
kali dikembangkan oleh para guru pendidikan
dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-
dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-
psrinsip kolegalitas dan mutual learning
nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo.
untuk membangun komunitas belajar.
Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap
Sementara itu, Catherine Lewis (2002)
berjasa besar dalam mengembangkan
menyebutkan bahwa: ”Lesson Study is a simple
kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang
idea. If you want to improve instruction, what
dalam mengembangkan Lesson Study
could be more obvious than collaborating with
tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa
fellow teachers to plan, observe, and reflect on
negara lain, termasuk di Amerika Serikat
lessons? While it may be a simple idea, Lesson
yang secara gigih dikembangkan dan
Study is a complex process, supported by
dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang
collaborative goal setting, careful data collection
telah melakukan penelitian tentang Lesson
on student learning, and protocols that enable
Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara
productive discussion of difficult issues”.
di Indonesia pun saat ini mulai gencar
disosialisasikan untuk dijadikan sebagai Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan
sebuah model dalam rangka meningkatkan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan
proses pembelajaran siswa, bahkan pada utama, yaitu untuk : (1) memperoleh
beberapa sekolah sudah mulai mem- pemahaman yang lebih baik tentang bagai-
praktikkannya. Meski pada awalnya, Lesson mana siswa belajar dan guru mengajar; (2)
Study dikembangkan pada pendidikan dasar, memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat
namun saat ini ada kecenderungan untuk dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar
diterapkan pula pada pendidikan menengah peserta Lesson Study; (3) meningkatkan
dan bahkan pendidikan tinggi. pembelajaran secara sistematis melalui
Lesson Study bukanlah suatu strategi inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah
atau metode dalam pembelajaran, tetapi pengetahuan pedagogis, dimana seorang
merupakan salah satu upaya pembinaan guru dapat menimba pengetahuan dari guru
untuk meningkatkan proses pembelajaran lainnya.
yang dilakukan oleh sekelompok guru Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis
secara kolaboratif dan berkesinambungan, (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri
dalam merencanakan, melaksanakan, esensial dari Lesson Study, yang diperoleh-
mengobservasi dan melaporkan hasil nya berdasarkan hasil observasi terhadap
pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan 1. Tujuan bersama untuk jangka panjang.
terus menerus yang tiada henti dan Lesson Study didahului adanya kesepakatan
merupakan sebuah upaya untuk meng- dari para guru tentang tujuan bersama yang
aplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka
Management, yakni memperbaiki proses panjang dengan cakupan tujuan yang lebih
85
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

luas, misalnya tentang: pengembangan Bagaiman Lesson Study Dilaksanakan


kemampuan akademik siswa, pengembangan Berkenaan dengan tahapan-tahapan
kemampuan individual siswa, pemenuhan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa
kebutuhan belajar siswa, pengembangan pendapat. Menurut Wikipedia (2007)
pembe l ajara n yang me nye na ngkan, bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat
mengembangkan kerajinan siswa dalam tahapan dengan menggunakan konsep
belajar, dan sebagainya. Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu,
2. Materi pelajaran yang penting. Lesson Study Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga
memfokuskan pada materi atau bahan tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1)
pelajaran yang dianggap penting dan menjadi Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan
titik lemah dalam pembelajaran siswa serta (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin
sangat sulit untuk dipelajari siswa. dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin
3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang mengetengahkan enam tahapan dalam
paling utama dari Lesson Study adalah Lesson Study, yaitu:
pengembangan dan pembelajaran yang 1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6
dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa orang yang terdiri guru yang bersangkutan
menunjukkan minat dan motivasinya dalam dan pihak-pihak lain yang kompeten serta
belajar, bagaimana siswa bekerja dalam memilki kepentingan dengan Lesson Study.
kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan 2. Develop Student Learning Goals: anggota tim
tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal- memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan
hal lainnya yang berkaitan dengan aktivitas, kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa 3. Plan the Research Lesson : guru-guru men-
dalam mengikuti proses pembelajaran. desain pembelajaran guna mencapai tujuan
Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi belajar dan mengantisipasi bagaimana para
hanya tertuju pada bagaimana cara guru siswa akan merespons.
dalam mengajar sebagaimana lazimnya 4. Gather Evidence of Student Learning: salah
dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksana- seorang guru tim melaksanakan pembelajaran,
kan oleh kepala sekolah atau pengawas sementara ya ng lainnya mela kukan
sekolah. pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari
4. Observasi pembelajaran secara langsung. pembelajaran siswa.
Obse rvasi langsung boleh di katakan 5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusi
merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk kan hasil dan menilai kemajuan dalam
meni lai kegiatan pengembangan dan pencapaian tujuan belajar siswa
pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak 6. Repeat the Process : kelompok merevisi
cukup dilakukan hanya dengan cara melihat pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan
(Lesson Plan) atau hanya melihat dari tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di
tayangan video, namun juga harus mengamati atas, dan tim melakukan sharing atas temuan
proses pembelajaran secara langsung. Dengan temuan yang ada.( Bill Cerbin & Bryan Kopp)
melakukan pengamatan langsung, data yang
diperoleh tentang proses pembelajaran akan Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk
jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan
hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini
Penggunaan videotape atau rekaman bisa akan diuraikan secara ringkas tentang empat
saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study
bukan sebagai pengganti. 1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru
yang tergabung dalam Lesson Study ber
86
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

kolaborasi untuk menyusun RPP yang pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
mengacu pada penggunaaan Kurikulum yang
harus digunakan oleh pemerintah. Kegiatan Learning Organisation (LO)
ini diawali dengan menganalisis kompetensi ”Learning Organization are organizations
dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati where people continually expand their capacity
kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan to create the result they truly desire, where
sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai new and expansive patterns of thinking are
kondisi nyata yang akan digunakan untuk nurtured, where collective aspiration is set
kepentingan pembelajaran. free, and where people are continually learning
2. Tahapan Pelaksanaan (Do) to see the whole together” (Senge, 1990). LO
Sedangkan pada tahapan yang kedua, ada adalah organisasi dimana para pekerja terus
dua kegiatan: (1) pelaksanaan pembelajaran mengembangkan kapasitas mereka menuju
yang dilakukan oleh salah seorang guru yang tujaun yang ditetapkan, dimana pola pikir baru
disepakati untuk mempraktikkan RPP yang dan berkembang terus didukung, dimana
telah disusun bersama, dan (2) kegiatan aspirasi berkembang pesat, dan para pekerja
pengamatan atau yang dilakukan oleh terus menerus belajar untuk mencapai tujuan
anggota atau komunitas Lesson Study yang bersama. Sedangkan Garvin (1993)
lainnya. mendefinisikan Learning Orgnaisation sebagai
3. Tahapan Refleksi (Check) ketrampilan dalam menciptakan dan
Pada tahapan ini semua catatan para mentransfer pengetahuan dan memodifikasi
pengamat akan didiskusikan bersama- sama. tingkah laku untuk merefleksikan pengetahuan
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang dan pandangan baru. Sehingga organisasi
sangat penting karena kegiatan ini merupakan tidak hanya dituntut untuk menyesuaikan diri
upaya perbaikan proses pembelajaran terhadap perubahan tetapi juga dituntut
selanjutnya akan bergantung dari ketajaman untuk mampu menciptakan pengetahuan
anal isis para perserta berdasa rkan baru untuk meraih masa depan.
penga matan ter hadap pel ak s anaa n Isti lah Learning Organisation dan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Organisational Learning sering dipakai
Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk bersama, meskipun kedua istilah ini
diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson mempunyai perbedaan. Learning Organization
Study yang dipandu oleh kepala sekolah (Organisasi Pembelajaran) merupakan tempat
atau peserta lainnya yang ditunjuk. dimana orang secara terus menerus
meningkatkan kapasitasnya agar tercipta hasil
Selanjutnya, semua pengamat yang diinginkan dan merupakan tempat
menyampaikan tanggapan atau saran secara dimana pola pikir baru dan pola pikir yang
bijak terhadap proses pembelajaran yang diperluas terus dipertahankan, serta menjadi
telah dilaksanakan (bukan terhadap guru tempat dimana aspirasi kolektif bebas dimiliki
yang bersangkutan). Dalam menyampaikan dan di sana orang-orang secara terus menerus
saran-saranya, pengamat harus didukung oleh belajar untuk melihat realitas secara keseluruhan.
bukti-bukti yang diperoleh dari hasil Lebih lanjut, Senge mengungkapkan bahwa
pengamatan, tidak berdasarkan opininya. secara umum Organisasi Pembelajaran menjadi
Berbagai pembicaraan yang berkembang tempat dimana orang-orang pada semua level/
dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik tingkat, baik secara individu maupun bersama,
bagi seluruh peserta untuk kepentingan melakukan peningkatan kapasitas mereka
perbaikan atau peningkatan proses untuk menghasilkan manfaat yang akan
pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya menjadi perhatian mereka atau sesuai
seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan keinginan mereka. Sedangkan Pembelajaran
Organisasi berbicara tentang bagaimana

87
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

organisasi melakukan proses belajar dan to other people’s actions in patterns of


seringkali mengarah pada berbagai model behaviour and are not merely isolated events”
atau teori. Pembelajaran Organisasi dapat Artinya bahwa berfikir sistematik adalah
dilihat pula sebagai pengujian atas proses sebuah disiplin ilmu yang membuat jelas
dan konsep yang digunakan oleh Organisasi bahwa kegiatan kita adalah berhubungan
Pembelajar. Dua topik yang berbeda namun dengan kegiatan orang lain dalam bentuk
saling terkait. Singkatnya, Organisasi prilaku yang saling berhubungan atau tidak
Pembelajar merupakan tempat, dan berdiri sendiri. Joo Ho Park mengatakan
Pembelajaran Organisasi merupakan proses. ”Teachers understand and manage their own
work in an interrelationship within the school
Jadi Learning Organization adalah organisasi environment that includes processes of
yang: change; they consider the impact of their own
 Memiliki iklim yang mendorong anggotanya work on the entire schoolorganization and
untuk belajar dan mengembangkan potensi the stakeholders’ interests”. Yang artinya
penuh mereka guru-guru memahami dan mengatur tugas
 Memperluas budaya belajar, tidak hanya di mereka sendiri dalam hubungannya dengan
dalam organisasi, namun hingga mencakup lingkungan sekolah termasuk proses
users dan stakeholders lainnya. perubahan; mereka mempertimbangkan
 Menjadikan strategi pengembangan SDM impek pekerjaan pada seluruh organisasi
sebagai pusat dari kebijakan orgnasisai. sekolah dan semua pemangku kepentingan.
 Berada dalam suatu proses transformasi Madarasah (organisasi) pada dasarnya
organisasional yang kontinu terdiri atas unit yang harus bekerja sama
Pilar-pilar dalam Learning Organsation untuk menghasilkan kinerja yang optimal.
Konsep LO pertama menjadi populer Unit-unit itu antara lain staf administrasi,
setelah Senge menyampaikan gagasannya guru, kepala madrasah sampai tukang kebun.
dalam bukunya ”The Fifth Disciplice”. Sejak Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentu-
itulah LO banyak dibicarakan para pakar kan oleh kemampuan organisasi untuk
dan prakktisi manajemen bagaiman melakukan pekerjaan secara sinergis.
implementasinya dalam organisasi. Ada lima Kemampuan untuk membangun hubungan
pilar yang diusulkan oleh Senge agar organisasi yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau
itu menjadi organisasi pembelajar, yaitu: semua anggota unit saling memahami
a. System of Thingking, Kemampuan untuk pekerjaan unit lain dan memahami juga
melihat gambaran besar dan untuk membeda dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja
kan dari pola konseptualisasi perubahan pada unit lainnya, yang saling mempengaruhi.
bukan sebagai peristiwa yang terisolasi. Artinya keberhasilan suatu komponen dalam
Sistem berpikir membutuhkan empat disiplin organisasi tidak terlepas dari komponen yang
lainnya untuk mengak tifkan s ebuah lain begitu juga sebaliknya.
organisasi belajar. Harus ada pergeseran b. Personal Mastery, belajar untuk memper-
paradigma dari yang tidak berhubungan luas kapasitas personal, wawasan atau
dengan saling berhubungan untuk keseluruhan, kemampuan dan skill agar dapat mencapai
dan dari menyalahkan sesuatu karena factor hasil kerja yang telah ditatapkan, disamping
eksternal, untuk merealisasikan bagaimana itu orgasasi juga menciptkan lingkungan kerja
kita beroperasi, tindakan kita, dapat mencipta yang memungkinkan tumbuhnya situasi
kan masalah. Hal yang senada juga disampai belajar bagi anggotanya. Secara operasional
kan oleh Robert Louis Flood (1999) mengata- system of thinking adalah ”At the school,
kan ”Systemic thinking is the discipline which teachers expand personal growth and
makes visible that our actions are interrelated capacity by having a strong desire to improve
88
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

professionally, engaging in continual assumptions about schooling; openly


learning, and focusing on the future vision dialogue, share views and develop knowledge
in order to make choices about their about each other’s assumptions; and engage
development” Joo Ho Park (2008). Artinya in their own work with flexibility. Yang artinya
guru-guru di sekolah mengembangkan di sekolah, guru terus merefleksi tentang
kapasitasnya dengan mempunyai keinginan asumsi tentang sekolah; berdialog secara
kuat untuk mengmebangkan profesionalitas terbuka; membagi pandangan dan mem-
nya, terlibat dalam pmebeljaran yang terus bangun pengetahuan tentang masing-masing
menerus, focus pada visi masa depan agar asumsi; dan meleburkan pekerjaan dengan
mempunyai pilihan dalam pengembangan fleksibel.
diri. Rasa percaya diri memang bagus, akan
Madrasah sebagai organisasi pembelajar, tetapi kalau rasa percaya diri berlebihan dan
maka madrasah tersebut harus mampu men- menganggap apa yang telah ia lakukan dan
ciptakan lingkungan kerja yang bisa men- percaya adalah yang terbaik, akan menjadi
dorong para guru dan staf nya untuk terus penghambat yang potensial bagi guru-guru di
menerus mengembangkan kompetensinya. madrasah untuk terus belajar dan mengem-
Dengan begitu perubahan dan perkembangan bangkan komptensi dan skill mereka dalam
dunia pendidikan yang begitu pesat, tuntutan melaksanakan proses belajar mengajar.
masyarakat dan stakeholder yang lain dapat Mereka tidak mau bercermin terhadap
dipenuhi. perkembangan dunia pendidikan yang begitu
pesat dan mereka sudah puas dengan apa
c. Mental Models, adalah cara pandangan atau yang telah dipunyai dan dilakukan selama ini.
asumsi sesorang dalam melihat dunia luar Kondisi seperti ini harus terus dicairkan
baik yang tampak (eksplisit) maupun yang dengan komunikasi yang terbuka tanpa
tidak tampak (tacit) . Cara pandang ini harus adanya intimidasi dan tekanan, tetapi penuh
dikelola karena mereka mencegah wawasan kesadaran demi tujuan bersama dan
baru dan kuat dalam praktek organisasi yang perubahan yang begitu pesat dalam dunia
akan dilaksanakan. Proses ini dimulai dengan pendidikan.
refleksi diri, struktur kepercayaan dipegang
seseorang dalam menggali dan generalisasi, d. Building Shared Vision, Visi tidak dapat
dan memahami bagaimana mereka secara didikte karena hal itu dimulai dengan visi
dramatis mempengaruhi cara beroperasi pribadi karyawan perorangan yang mungkin
dalam kehidupan kita sendiri. Sampai ada tidak setuju dengan visi pemimpin. Apa yang
realisasi dan fokus pada keterbukaan, dibutuhkan adalah visi asli yang memuncul
perubahan yang nyata yang tidak pernah kan komitmen dalam waktu baik dan buruk,
dapat diimplementasikan yaitu, suatu proses dan memiliki kekuasaan untuk mengikat
menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, organisasi bersama-sama. Seperti Peter Senge
keyakinan, dan prasangka atas rangsangan menyatakan, “building shared vision fosters
yang muncul. Mental model memungkinkan a commitment to the long term building”.
manusia bekerja dengan lebih cepat. Namun, Artinya membangun shared vision mendorong
dalam organisasi yang terus berubah, mental sebuah komitmen pada pembangunan jangka
model ini kadang-kadang tidak berfungsi panjang. Sedangkan opersionalnya, Joo Ho
dengan baik dan menghambat adaptasi yang Park (2008) Vision and goals of school are
dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, planned and created through a process of
mental model ini didiskusikan, dicermati, dan shared commitment, participatory activities,
direvisi pada level individual, kelompok, dan and consensus of all school members
organisasi. Lebih lanjut Joo Ho Park (2008) including students and parents; and a
At the school, teachers continually reflect on teacher’s personal vision is aligned with the
89
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

school vision and goals. Artinya visi dan tujuan karena rancangan organisasi dibuat dalam
sekolah diciptakan melalui proses dan lintas fungsi yang biasanya berbasis tim.
komitmen bersama, aktifitas bersama dan Kemampuan organisasi untuk mensinergi
consensus semua anggota sekolah, murid, kan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya
orang tua murid; dan visi personal guru harus visi bersama dan kemampuan berfikir
selaras dengan visi dan tujuan sekolah. sistemik seperti yang telah diuraikan di atas.
Komitmen u ntuk menggali visi bersama Namun demikian tanpa adanya kebiasaan
tentang masa depan secara murni tanpa berbagi wawasan tentang kesuksesan dan
paksaan. Oleh karena itu madrasah sebagai kegagalan yang terjadi dalam suatu tim,
suatu organsasi terdiri atas berbagai orang maka pembelajaran organisasi akan sangat
yang berbeda latar belakang pendidikan, lambat, dan bahkan berhenti. Pembelajaran
kesukuan, pengalaman serta budayanya, akan dalam organisasi akan semakin cepat kalau
sangat sulit bagi organisasi untuk bekerja guru-guru di madrasah mau berbagi
secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang wawasan dan belajar bersama-sama. Ber-
sama. Selain perbedaan latar belakang bagi wawasan pengetahuan akan menjadi
karyawan, organisasi juga memiliki berbagai sangat penting untuk peningkatan kapasitas
unit yang pekerjaannya berbeda antara satu guru-guru madrasah dalam menambah
unit dengan unit lainnya. Untuk menggerak- modal intelektualnya.
kan organisasi pada tujuan yang sama dengan
aktivitas yang terfokus pada pencapaian Karakteristik LO
tujuan bersama diperlukan adanya visi yang Agar kita dapat mengevaluasi terhadap
dimiliki oleh semua orang dan semua unit pelaksanaan apakah organisasi itu (sekolah)
yang ada dalam organisasi. melakukan Learning Organisationn apakah
tidak, kita perlu menetapkan beberapa
e. Team Learning, Tim Belajar, Hal ini penting kriteria yang dapat digunakan untuk
karena saat ini, organisasi modern berjalan mengevaluasinya. Justifikasi untuk pemilihan
atas dasar kerja sama tim, yang berarti bahwa pendekatan menggunakan seperangkat
organisasi tidak dapat belajar jika anggota tim karakteristik untuk menggambarkan
tidak datang bersama dan belajar bersama. pelaksanaan Learning Organisation yang
Ini adalah proses untuk mengembangkan biasa dilaksanakan dengan melibatkan prilaku
kemampuan untuk menciptakan hasil yang yang komplek dari Learning Organisation.
diinginkan. Semua ini dilakukan agar memiliki Dengan membreakdown organisational
tujuan, pola pikir, dan bekerja sama untuk learning pada unsur pokoknya kita dapat
mencapainya. Joo Ho Park (2008) At the menentukan karakteristik secara utuh.
school, various group or t eam activities are Perlu diketahui bahwa karakteristiknya
encouraged to address schooling issues or adalah saling terhubung satu sama lain
teacher’s professional work; teachers become seperti yang telah disampaikan oleh Dalton
committed to, skilled at, and involved in sebagai berikut: (John Dalton. 1998)
collaborative work. Artinya di sekolah banyak 1. Learning Strategy (Strategi Belajar)
kelompok atau aktifitas team didorong untuk Karakteristik utama dalam LO adalah
membicarakan isu sekolahan atau tugas adanya strategi belajar yang diimplementasi
professional guru; guru menjadi ber- kan atau dipunyai oleh organisasi. Strategi
komitmen, terampil, dan terlibat dalam tersebut menggabungkan pembelajaran dan
pekerjaan kolaboratif. tujuan tertentu yang diharapkan akan dicapai
Dengan kata lain, kemampuan dan oleh pembelajar dan ditetapkan dengan
motivasi untuk belajar secara adaptif, penuh pertimbangan dan kehati-hatian.
generatif, dan berkesinambungan. K ini Dalam hal ini madarasah dalam memilih
makin banyak organisasi berbasis tim, strategi pengembangan profesionalisme

90
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

guru harus mempertimbangkan berbagai dicapai bersama-sama. Visi bersama akan


hal sebelum menentukan strategi belajar memberikan gambaran tentang apa yang
guru, dengan menganalisis daya dukung, akan diperjuangkan untuk dicapai. Tanpa visi
kompetensi awal, serta tujuan pembejaran. yang jelas masa depan organisasi sulit
Pembelajaran akan berlangsung dengan baik digambarkan dan dipahami. Banyak
apabila kegiatan pembelajaran berlangsung organsiasi mempunyai visi, tapi tidak
secara sejajar dengan kebutuhan peningkatan banyak yang mampu memahamkan visi
kemampuan pembelajar dalam melaksana- itu kepada seluruh anggota organisasi. Maka
kan tugas sehari-hari. sekolah sebagai sebuah organisasi harus
mempunyai visi yang jelas dan disebarluas-
2. Flexible Structure (Struktur Fleksibel) kan untuk dipahami dan dicapai bersama-
Struktur yang ramping sangat direkomen- sama. Jika visi telah ditetapkan maka arah
dasikan untuk membantu pembelajaran dan tujuan yang akan dicapai oleh organisasi
dalam organisasi. Unit ini harus biasa keluar akan jelas.
dari kebiasaan tradisional, dimana dalam
melaksanakan kegiatan sangat birokratis, 5. External Awarenessi (Kesadaran Eksternal)
herarkis, dan bertele-tele. Dimana unit Sebuah LO harus menyadari bahwa
pelaksana ini diberi otonomi, dalam lingkungan di luar terus berubah dari
melakukan kreatifitas dalam menjalankan waktu ke waktu sesusai dengan tuntutan
tugasnya. Peran organisasi adalah men- konsumen, perubahan teknologi dan arus
dorong, memberi fasilitas agar kegiatan informs. Akibat dari perubahan yang terus
berjalan dengan baik. meningkat, maka kesadaran eksternal
menjadi sangat penting. Kesadaran eksternal
3. Blame Free Culture (Bebas dari Kebiasaan yang tinggi biasanya memanifestasikan
Menuduh) dirinya sendiri pada tiga cara: organisasi
Sebuah LO harus menciptakan suasan selalu menscan lingkungan lua, memberi
atau kondisi dimana belajar dijunjung tinggi. efek pada lingkungannya dan memilih
Kesalahan bukanlah sebuah lembaran hitam target lingkungannnya. Kunci utama dari
seseorang akan tetapi sebuah proses belajar belajar adalah mengantisipasi sebuah
dan diberi kesempatan untuk memperbaiki perubahan sehingga kita siap meng-
diri. Organisasi harus menciptakan antisipasinya. Jika lingkungan benar-benar
lingkungan yang bebas dari tuduhan dan berubah, maka organisasi harus menscan
memungkinkan anggotanya melakukan lingkungan, bisa berbentuk rencana
eksperimen-eksperimen. Marquadrt dan scenario, yang merupakan aspek penting
Reynold mengatakan bahwa ada empat dari organisational learning. Jika lingkungan
aspek yang memperkuat organsasi untuk terus berubah, maka organisasi harus
belajar yaitu: insentif untuk inovasi; belajar membuat scenario yang berbeda untuk
dari pengalaman; kebiasaan belajar dan menghadapi lingkungan yang baru dan
dukungan korporasi. (Marquadt, 1994) menciptakan suasana nyaman dengan
4. Vision (Visi) perubahan. Memilih target lingkungan
Salah dari lima pilar yang dikembangkan artinya memilih partner dimana kita bisa
oleh Senge adalah ”Shared Vision”, learning berinteraksi yang sudah mempunyai
organisation tidak akan berjalan dengan pengalaman dalam hal sama.
baik untuk mencapai tujuannya apabila Sekolah akan bertahan dan terus
tidak ada visi yang sama diantara anggota berkembang, jika mampu mengantisipasi
organisasi. (senge, 1990). Pembelajaran yang perubahan yang terus menerus, mem-
sukses akan terjadi jika semua anggotanya persiapkan diri dalam menghadapi
mempunyai suatu tujuan yang sama untuk perubahan dengan menyiapkan rencana

91
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

matang dalam menghadapi perubahan itu. LO, karena TQM membutuhkan setiap
Karena perubahan akan membari efek orang yang ada dalan organisasi untuk terus
pada lingkungan, cara kerja, dan juga belajar agar dapat melaksanakan tugas
proses belajar mengajar, jika organisasi secara efektif.
memghadapi kendala dalam menghadapi
peprubahan itu, maka sebaiknya organisasi 8. Supportive Athmosphire (Atmosfir yang
mempunyai teman kerja yang bisa dijadi- Mendukung)
kan model dalam menghadapi situasi LO memahami bahwa hasil kerja
baru tersebut. organisasi yang ekselen dibangun di atas
kerja yang menyenangkan, produktif dan
6. Konwledge Creation and Transfer (Kreasi Ilmu memberdayak setiap individu. LO harus
Pengetahuan dan Transfer) menyadari pentingnya penyeimbangan
Dalam sebuah LO kreasi sebuah ilmu antara kepentingan individu dan kebutuhan
pengetahuan baru harus dilihat sebagai organisasi. Dengan kata lain harus ada
pekerjaan utama dari semua komponen keseimbangan antara produksi di suatu sisi
orgasasi bukan sebuah kepentingan dengan kapasitas prosuksi di sisi lain. Oleh
khusus dari departemen riset dan karena itu, sekolah yang mengharap-
pengembangan. Kemampuan mengambil kan oraganisasinya maju maka harus
pelajaran dari berbagai depertemen dan mempertimbangkan kemampuan sumber
belajar dari apa yang mereka kerjakan daya manusianya, agar mereka dapat
adalah sumber ilmu yang sangat penting. bekerja secara efektif. Guru-guru harus
Drucker, mengatakan bahwa pengetahuan dipersiapkan kemampuannya, dengan
adalah sumber utama individu-individu menyerap berbagai informasi terbaru dari
dan ekonomi keseluruhan. (Drucker, 1992). berbagai sumber.
Lebih jauh Sillince (2005) menambahakan
bahwa ilmu pengetahuan dan pemahaman 9. Teamworking (Kerja Tim)
adalah kunci sukses pada perubahan yang Kerja Tim merupakan bagian sentral dari
strategic, oleh karena itu, kelompok LO. Dengan alasan karena setiap anggota
diskusi, kemajuan tehnologi informasi tim mempunyai kesempatan untuk belajar
adalah cara yang efektif dalam menyampikan dan mendapat informasi dan ilmu dari
informasi. anggota yang lain. Tim bukan hanya sebagai
cara utama untuk menggabungkan
7. Quality (Kwalitas) pengetahuan dari setiap anggota tapi juga
Kwalitas merupakan unsur utama yang akan memunculkan pengetahuan yang
harus diperhatikan dalam sebuah produk baru. Teamworking melibatkan kerja dalam
yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini kelompok dalam organisasi itu sendiri,
jelas bahwa kwalitas merupakan bagian sedangkan networking merupakan
dari sebuag LO. Senge, mengatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan di luar organisasi.
tehnik manajemen yang baik adalah Kerja Tim memberikan keuntungan
enduring (berjalan terus menerus). pada organisasi berupa sinergi internal,
Organisasi yang membei focus pada TQM sedangkan metworking akan membangun
dan berusaha keras pada perbaikan terus sinergi secara eksternal. Jelas manfaatnya
menerus akan ada perubahan yang menuju Teamworking bagi pengembangan SDM
perbaikan. Organisasi yang memungkinkan sekolah, disamping memperkuat ikatan
untuk melakukan ini adalah organsasi yang organisasi itu sendiri secara internal, karena
mempunyai LO. Sejatinya TQM mempunyai guru-guru bisa saling mendiskusikan
persamaan dengan organisational learning, parmasalah dan mencari solusi bersama,
paling tidak satu langkah menuju sebuah sesuai dengan kontek permasalahannya,
92
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

tapi juga mampu mengembangkan jaringan mengajarkannya, (c) memilih subjek


dengan organisasi lain. Membangun terkini, misalnya aspek kebaharuan segi
networking dengan organisasi lain akan isi, teknologi, dan pendekatan pembelajaran,
memberi manfaat besar, karena ketika (d) memusatkan perhatian pada hal
kita mendapatkan suatu permasalahan, kita terpenting yang mendasar yang berpengaruh
bisa meminta bantuan organisasi lain. terhadap pembelajaran lainnya (misal-
Sebagai contoh, kemampuan guru dalam nya bahasa dan matematika).
mengembangkan pembelajaran berbasis
scientific di suatu sekolah lemah, sedangkan 2. LS Memungkinkan Guru Mengkaji dan
sekolah itu tidak mempunyai sumberdaya Mengembangkan Pembelajaran yang Terbaik
yang mampu membantunya, maka bisa yang Dapat Dikembangkan
meminta bantuan pada Lembaga Diklat yang Melalui LS, guru dapat mengkaji dan
ada dengan meminta instruktur untuk mengemangkan pembelajaran yang terbaik,
memberikan bimbinan teksnis. misalnya guru mampu menghasilkan produk
buku. Buku-buku tersebut memuat tujuan
jangka panjang yang ingin dicapai, filosofi
Bagaimana Lesson Study (LS) membangun pembelajaran yang dianut, rancangan
Learning Organisation (LO) pembelajaran dan rancangan seluruh unit,
Seperti yang telah penulis paparkan di contoh hasil kerja siswa, hasil refleksi
atas bahwa LO adalah sebuah kondisi dimana mengenai kekuatan dan kesulitan dalam
para guru mendapat peluang yang basar dalam pembelajaran, serta petunjuk praktis bagi
mengembangkan potensi diri mereka agar guru lain yang ingin mencoba pembelajaran
dapat memenuhi tuntutan stakeholder tersebut. Dalam hal ini, guru yang lain tidak
madrasah. Disini penulis memandang Lesson hanya diharapkan mencoba membelajarkan,
Study mampu memberikan wadah kegiatan tetapi yang lebih penting mereka sedapat
yang dituntut dalam mengembangkan LO. mungkin menambah, menguji, dan
Ada 8 (delapan) peluang yang dapat diper- melaporkan perbaikan yang mereka lakukan.
oleh oleh guru, apabila diamelaksanakan LS Proses tersebut akan bermuara pada
secara berkesinambungan agar kondisi peningkatan kualitas pembelajaran.
sebagai institusi yang mengembangkan
LO tercapai. Ke-8 peluang tersebut sangat 3. LS memungkinkan Guru Memperdalam
erat kaitannya dengan pengembangan Pengetahuan Mengenai Materi Pokok Yang
profesionalisme guru (Lewis, 2002), yaitu Diajarkan
LS juga memperdalam pengetahuan
1. LS memungkinkan Guru Memikirkan Dengan guru mengenai materi pokok yang diajar-
Cermat Mengenai Tujuan Pembelajaran, kan. Dengan melaksanakan LS, guru dapat
Materi Pokok, dan Bidang Studi mengidentifikasi dan mengorganisasi
LS tidak hanya memperhatikan informasi9 apa yang mereka perlukan
pembelajaran untuk satu kali pertemuan untuk memecahkan masalah pembelajaran
atau satu pokok bahasan saja, melainkan yang menjadi fokus kajian dalam LS.
bagaimana membelajarkan satu unit materi Melalui LS guru secara bersama-sama
pokok dan bahkan bidang studi, dan juga berkesempatan untuk memikirkan
memperhatikan perkembangan siswa pengetahuan yang dianggap penting, apa
dalam jangka panjang. Karena itu, ketika saja yang belum mereka ketahui mengenai
memilih bidang kajian akademis dan topik hal itu, dan berusaha mencari informasi
LS, guru sering (a) menargetkan dalam yang mereka perlukan untuk membelajarkan
mengatasi kelemahan siswa dalam belajar, siswa.
(b) memilih topic yang bagi guru sulit

93
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

4. LS Memungkinkan Guru Memikirkan Secara sesungguhnya bukan menyalahkan guru


Mendalam Tujuan Jangka Panjang Yang Akan atau mengkritik kesalahan guru. Di dalam
Dicapai Yang Berkaitan dengan Siswa LS, guru perlu mencari bukti bahwa
LS dapat memberi kesempatan kepada siswa memang belajar, termotivasi, dan
guru untuk mempertimbangkan kualitas berkembang. Berdasarkan data yang
ideal yang ingin dikuasai oleh siswa pada dikumpulkan, guru dapat melihat
saat mereka lulus, kualitas apa yang dimiliki pembelajarannya melalui tanggapan
siswa saat sekarang, dan bagaimana siswa. Untuk memperoleh respon siswa
mengatasi kesenjangan yang ada di tersebut, pertanyaan yang dapat diajukan,
antaranya. Guru sering menerjemah- adalah: bagaimana pemahaman siswa
kan kualitas ideal yang diharapkan dimiliki mengenai materi pembelajarannya ?
oleh para siswa itu adalah dalam bentuk Apakah siswa tertarik untuk belajar ?
kecakapan hidup. Kecakapan-kecakapan Apakah mereka memperhatikan ide siswa
hidup yang dimaksud, misalnya sikap lainnya ? Secara singkat, ada 5 hal penting
menghargai persahabatan, mengembangkan terkait dengan data siswa yang perlu
perspektif, dan cara berpikir dalam dikumpulkan, yaitu hasil belajar akademis,
menikmati sains. motivasi dan persepsi, tingkah laku
sosial, sikap terhadap belajar, dan interaksi
5. LS Memungkinkan Guru Merancang guru-siswa dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran Secara Kolaboratif
LS memberi kesempatan kepada guru 7. LS Memungkinkan Guru Mengembang-
secara kolaboratif merancang pembelajaran. kan Pengetahuan Pedagogis yang Kuat
Menurut Lewis (2002), rata-rata guru di Penuh Daya
Jepang mengamati sekitar 10 pembelajaran
yang diteliti setiap tahun. Guru di Jepang LS dapat memberi peluang kepada guru
mempersepsi bahwa aktivitas kolaboratif untuk mengembangkan pengetahuan
sangat menguntungkan. Aktivitas kolaboratif pedagogis secara optimal. Hal ini disebab-
dapat memberikan kesempatan kepada kan karena melalui LS guru secara terus
guru untuk memikirkan pembelajaran- menerus berupaya untuk mengembangkan
nya sendiri setelah mempertimbangkan- dan meningkatkan strategi pembelajaran
nya dengan pengalaman yang dilakukan yang dapat diterapkan untuk
oleh guru yang lain. Melalui LS guru dapat menerjemahkan kurikulum. Guru dapat
saling membelajarkan melalui aktivitas- secara terus menerus memikirkan
aktivitas shared knowledge. bagaimana kualitas pertanyaan yang
mampu dipecahkan oleh siswa dalam
6. LS Memungkinkan Guru Mengkaji Secara pembelajaran. Pertanyaan tersebut
Cermat Cara dan Proses Belajar Serta diharapkan dapat memotivasi siswa
Tingkah Laku Siswa untuk mempertahankan minat belajarnya
LS memberi kesempatan kepada guru secara konsisten. Guru juga memikirkan
untuk mengkaji secara cermat cara dan bagaimana menggunakan debat agar
proses belajar serta aktivitas siswa. Fokus mampu memaksimalkan partisipasi siswa
LS hendaknya diarahkan pada peningkatan dalam diskusi dan bagaimana mendorong
pembelajaran melalui pengamatan terhadap siswa untuk dapat membuat catatan
aktivitas belajar siswa. Pengamatan tersebut yang baik dan melakukan refleksi diri.
bertujuan untuk menemukan cara-cara
untuk meningkatkan kegiatan belajar dan 8. LS Memungkinkan Guru Melihat Hasil
10 kegiatan berpikir siswa, bukan pada Pembelajaran Sendiri Melalui Respon Siswa
kegiatan guru. Oleh sebab itu, aktivitas LS dan Tanggapan Para Kolega

94
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

LS memberi kesempatan kepada 3. Tidak memngganggu Kegitan Belajar


guru melihat hasil pembelajarannya Mengajar
sendiri melalui respon siswa dan tangapan Dalam pelaksanaan LS berbeda
para kolega. Data yang diberikan oleh dengan kegiatan Bimtek atau Diklat, dimana
kolegamenjadi ”cermin” bagi guru yang para guru dalam mengikuti kegiatan
melaksanakan LS. Kolega dapat membantu tersebut harus meninggalkan kelas untuk
guru mencatat kegiatan diskusi dalam beberapa hari, sehingga siswa sedikit
kelompok kecil, menghitung jumlah banyak akan dirugikan karena ditinggalkan
siswa yang angkat tangan, atau mencatat oleh guru mata pelajarannya. Sedangkan
pertanyaan dan jawaban guru. Guru LS guru tidak harus meninggalkan kelas
pelaksana LS dapat pula meminta mereka, karena kegiatannya dilaksanakan
kepada kolega untuk mencatat interaksi di madrasah itu sendiri dan dalam jam
siswa, misalnya difokuskan pada interaksi belajar sesuai dengan jadwal. Disamping
3 orang siswa yang memiliki kemampuan itu materi yang dijadikan bahan ajar adalah
tinggi, sedang, dan rendah, dan menilai materi yang sedang dipelajari oleh siswa
karya mereka. Dengan cara ini, guru dapat
melihat bagaimana siswa mengalami 4. Berkelanjutan
pembelajaran yang efektip. Kegiatan LS dilaksanakan secara terus
menerus sesuai jadwal. Karena isu-isu di
dunia pendidikan terus berkembang,
Mengapa Lesson Study sebagai alternative sehingga kegiatan LS tidak akan kering
dalam membangun LO dari perkembangan dunia pendidikan.
Penulis mencoba menawarkan LS sebagai Disamping itu model pembelajaran
wahana kegiatan dalam membangun LO juga terus berkembang, sehingga para
karena beberapa alas an sebagai berikut: guru bisa mencoba bagaimana model
1. Mudah dilakasanakan tertentu bisa diimplementsikan di kelas
Pelaksanaan LS tidak membutuhkan sesuai dengan kondisi dan situasi yang
kegiatan yang menyita waktu dan tenaga sebernarnya. Yaitu, daya dukung, intake
yang berlebihan. Kegiatan ini tidak perlu siswa serta lingkungan madrasah.
melibatkan banyak orang dalan kepanitiaan,
cukup dilakukan oleh guru-guru sendiri di 5. Real teaching
madrasah tersebut. Madrasah biasaya sudah LS berbeda dengan micro teaching, LS
membuat jadwal pelaksanakan LS dalam satu dilaksanakan dalam situasin nyata, siswa
tahun pelajaran atau dua semester. Sehingga sedang belajar materi tertentu, dalam
para guru sudah biasa menyiapkan diri sesuai kelas yang nyata, jam belajar sesuai dengan
dengan jadwal yang sudah ditetapkan. jadwal dan siswa dengan kondisi psikologi
yang berbeda dengan micro teaching,
2. Murah dimana guru melaksanakan kegiatan
Dalam pelaksanaannya LS tidak belajar mengajar bukan pada situasi
membutuhkan banyak biaya. madrasah nyata, akan tetapi situasinya direkayasa
tidak perlu mengeluarkan biaya untuk untuk melihat bagaimana guru mencoba
transportasi guru yang mengikuti LS, karena melaksanakan KBM. Dengan demikian
pelaksanaannya ada di madrasahnya sendiri. apabila guru ingin mencoba model
Tidak perlu mengeluarkan biaya akomodasi, pembelajaran baru dapat dilihat apakah
karena kegiatan dilaksanakan di madrasah. bisa berjalan efektif atau tidak atau perlu
Serta tidak membutuhkan snack atau makan adaptasi.
karena LS dilaksanakan pada saat jam belajar
siswa

95
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

6. Refleksi mempunyai kompetensi bagus, baik secara


Kegiatan LS diahiri dengan kegiatan kompetensi pengetahuan, ketrampilan maupun
refleksi. Kegiatan ini sangat penting, karena sikap. Untuk menjamim semua itu berjalan
guru peserta LS, atau observer berkumpul dengan baik madrasah harus menfasilatasi
setelah pelaskasanaan open class guna sebuah kegiatan yang menunjang Continuouse
memberikan pandangan mereka tentang Professional Development (CPD). Lesson
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Study (LS) adalah sebuah model pengembangan
atau open class yang dilaksanakan oleh profesi yang berkelanjutan, sangat murah dan
guru model. Kegiatan iniztidak hanya mudah dilaksanakan. LS tidak membutuhkan
bermanfaat bagi guru model saja akan biaya besar, karena dilaksanakan dimadrasah
tetapi juga menberikan manfaat bagi masing-masing, tidak membutuhkan
observer. Dalam fase ini temuan-temuan transportasi. Mudah karena dilaksanakan di
observer disampaikan dan ditanggapi oleh madrasah sendiri dan di jam mengajar guru,
guru model atau peserta yang lain, untuk atau sesuai dengan jadwal mengajarnya
dicarikan pemecahan. Sehingga kegiatan sendiri. LS dapat dilakukan terus menerus
akan memberikan pengalaman baru baik sepanjang tahun dan bergiliran dari guru satu
bagi guru model maupun observer. ke guru yang lain. Dengan dilaksanakan LS
secara berkelanjutan akan memberikan
dampak yang sangat posistiv terhadap
Simpulan
pengembangan kompetensi pedagogic dan
Secara ringkas, sebuah madrasah agara
professional guru yang terlibat di dalamnya,
bisa tetap bertahan dan berkembang harus
apabila mereka mau mengikuti seluruh
terus membangun sumberdaya manusia agar
tahapan LS, mulai dari Plan, Do dan See. []

Referensi
Joo Ho Park, ”Asia Pacific Education Review” Validation of Senge’s Learning Organization Model with
Robert Louis Flood, Rethinking The Fifth Discipline, Learning Within The Unknowable. (Routledge11
New Fetter Lane, London EC4P 4EE)1999. 2
Ahmad Sanusi, Pendidikan Alternatif, Bandung: Grafindo Media Pratama, 1998, 7
Bill Cerbin & Bryan Kopp. A Brief Introduction to College Lesson Study. Lesson Study Project. online:
http ://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine Lewis (2004) Does Lesson Study Have a Future in the United States?. Online: http://www.
sowi-online.de/journal/20041 /lesson_lewis.htm diakses pada tgl, 22 Desember 2012 Cet. II, 2-3
Cut Zahri Harun, Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan Merupakan Kunci
Keberhasilan Suatu Lembaga di Era Globalisasi dan Otonomi Daerah., dalam Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan, Balitbang Diknas, No. 041, Tahun Ke-9, Maret 2003, 17729.
Dalton, John, Organisational Learnimg and Effectiveness, 1998 by Routledge 11 New Fetter Lane,
London EC4P 4EE, 1998, h. 93
Drucker ‘The new society of organisations’, Harvard Business Review 70(5), September–October. 1992,
h. 95.
Garvin, D A, Buliding Learing Organization, Harvard Bussiness Review, July-August, h. 78-91
http://roebyarto.multiply.com/journal/item/18, di akses pada tgl, 22 Desember 2012
Marquardt, M. J. and Reynolds, A. The Global Learning Organisation: Gaining Competitive Advantage
through Continuous Learning, Burr Ridge: Irwin. 1994
Senge, P. The Fifth Disciplines: The Art and Prctice of the Learning Organisation, (Doubleday, London
1990) h. 209

96
Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 11, no. 1, Januari - Maret 2017

Sillince, Sillince, J. A. A. ‘Extending the cognitive approach to strategic change in organisations: some
theory’, British Journal of Management 6: 59–76. 2005.
Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta,1998),
Teachers of Vocational High Schools at the Seoul Megalopolis, 2008, Vol. 9, No.3, 270-284. P 2.

97

Anda mungkin juga menyukai