TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN RUMAH SAKIT KARISMA CIMAREME
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan melaksanakan visi
dan misi rumah sakit;
b. Bahwa perlu ada landasan bagi penyelenggaraan seluruh pelayanan di rumah
sakit;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan butir a dan b, Direktur perlu mengeluarkan
Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Karisma
Cimareme.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
ERTAMA : PERATURAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN PELAYANAN RUMAH
SAKIT KARISMA CIMAREME;
EDUA : Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Karisma Cimareme digunakan untuk
mewujudkan penyelenggaraan Rumah Sakit Karisma Cimareme;
ETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam ketetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Bandung Barat
Pada tanggal : 19 Juni 2018
RS. KARISMA CIMAREME
1
RS
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RS KARISMA CIMAREME
NOMOR : 06/PER/DIR/RSKC/VI/2018
TANGGAL : 19 Juni 2018
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran (UUPK) tahun 2004 mengamanatkan perlu
dirumuskannya standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional dalarn pelayanan
kesehatan. Sebagai konsekuensi logis dari mandat tersebut, Departemen Kesehatan harus menetapkan
standar alat, niang dan tenaga serta kompetensi pelayanan pada setiap rumah sakit di Indonesia.
Dengan demikian rumah sakit wajib memiliki sumber daya sarana, prasarana, alat dan sumber daya
manusia yang kompetensinya sesuai dengan kelasnya. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2004
membagi subsistem upaya kesehatan menjadi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP). Rumah Sakit merupakan UKP strata kedua dan ketiga tingkat lanjutan
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
perorangan.
Dalam tiga dekade terakhir ini telah terjadi kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan. Di sisi lain, masyarakat Indonesia menuntut pelayanan yang merata, lebih
berkualitas dan terjangkau. Sesuai dengan ketentuan UUPK maka dokter dan dokter gigi dalam
menjalankan praktiknya diwajibkan mengikuti standar pelayanan kedokteran dan kedokteran gigi yang
sesuai dengan jenis dan strata pelayanan kesehatan yang bersangkutan.
Dalam panduan ini, yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah semua sarana kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik yang dilaksanakan
selama 24 jam melalui upaya kesehatan perorangan.
Tujuan
Pedoman pelayanan rumah sakit ini adalah acuan bagi pemilik dan pengelola Rumah Sakit
untuk menata Rumah Sakit agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, perubahan peraturan perundang-
undangan, dan harapan masyarakat.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pedoman ini yaitu seluruh pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis,
penunjang medis dan non medis, keperawatan dan administrasi umum dan keuangan.
Batasan Operasional
Batasan operasional rumah sakit ini berdasarkan undang – undang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit. Yang meliputi operasional pelayanan medis bersama dengan keperawatan dan
penunjang medis.
2
RS
Landasan Hukum
1. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan;
2. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
3. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691 Tahun 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
4. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit.
3
RS
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Managemen Pelayanan
Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Pelayanan Gawat Darurat
a. Dokter
- S1 profesi dokter
- Bersertifikat ACLS/ ATLS
b. Perawat
- D3 Keperawatan
- S1 profesi Ners
- Bersertifikat BCLS/ BTLS/ PPGDS
2. Pelayanan Rawat Jalan
a. Dokter spesialis
b. Dokter umum
c. Perawat
- Minimal D3 keperawatan
d. Bidan
- D3 kebidanan
3. Pelayanan Rawat Inap
a. Dokter umum
b. Perawat
- Minimal D3 keperawatan
c. Bidan
- D3 Kebidanan
4. Intensive Care Unit (ICU)/ High Care Unit (HCU)
a. Perawat
- Minimal D3 keperawatan
- Bersertifikat Hiperci
5. Pelayanan Kamar Operasi
a. Dokter Sp.An
b. Perawat
- Minimal D3 keperawatan
- Bersertifikat pelatihan OK
c. Perawat anestesi
- Minimal D3 keperawatan dengan terlatih anestesi atau perawat anestesi
6. Pelayanan Hemodialisis
a. Dokter Sp.PD
- Bersertifikat pelatihan hemodialisis
b. Dokter umum
- Bersertifikat pelatihan hemodialisis
c. Perawat
4
RS
- Minimal D3 keperawatan
- Bersetifikat pelatihan hemodialisis
7. Pelayanan Nutrisi dan Dietetik
a. Ahli Gizi
- Minimal D3 gizi
b. Ahli masak
- Minimal SMK tata boga
8. Pelayanan Rekam Medis
a. Rekam medis
- D3 rekam medis
9. Pelayanan Farmasi
a. Apoteker
- S1 profesi apoteker
b. Asisten apoteker
- D3 farmasi
10. Pelayanan Laboratorium
a. Dokter Spesialis Patologi Klinik
b. Analis laboratorium
- D3 analis
11. Pelayanan Radiologi
a. Dokter Sp.Rad
b. Radiografer
- D3 radiografer
c. Petugas protek radiologi
- D3 radiografer
12. Pelayanan Rehabilitasi Medis
a. Dokter Sp.RM
b. Fisioterapi
- D3 fisioterapi
Distribusi Ketenagaan
1. Pelayanan Gawat Darurat
a. Dokter umum = 5 orang
b. Perawat = 10 – 15 orang
2. Pelayanan Rawat Jalan
a. Dokter spesialis = disesuaikan
b. Dokter umum = 2 orang, dapat merangkap sebagai dokter jaga ruangan
c. Perawat = 5 – 15 orang
d. Bidan = 2 – 3 orang, dapat merangkap di pelayanan raat inap dan
instalasi kebidanan dan kandungan
3. Pelayanan Rawat Inap
a. Dokter umum = 5 orang
b. Perawat = 10 – 15 orang/ ruangan
c. Bidan = 10 – 15 orang
5
RS
Pengaturan Jaga
1. Dokter spesialis = disesuaikan
2. Kepala instalasi dan kepala ruangan = 08.00 – 16.00 (jam kerja) hari libur dan minggu
libur
3. Staf pelaksana non shift = 08.00 – 16.00 (jam kerja) hari libur dan minggu libur
4. Staf pelaksana shift
a. Shift 1 = 07.00 – 14.00
b. Shift 2 = 14.00 – 21.00
c. Shift 3 = 21.00 – 07.00
6
RS
BAB III
STANDAR FASILITAS
Denah Ruang
Rumah sakit dirancang dengan sistem zonasi (zoning). Zonasi rumah sakit disarankan
mempunyai pengelompokkan sebagai berikut :
1. Zona Publik
Area yang mempunyai akses cepat dan langsung terhadap lingkungan luar misalnya unit gawat
darurat, klinik rawat jalan, administrasi, apotik, rekam medik, dan kamar mayat.
2. Zona Semi Publik
Area yang menerima beban kerja dari zona publik tetapi tidaklangsung berhubungan dengan
lingkungan luar, misalnyalaboratorium, radiologi, dan rehabilitasi medik.
3. Zona Privasi
Area yang menyediakan perawatan dan pengelolaan pasien, misalnya gedung operasi, karnar
bersalin, ICU/ ICCU, dan ruang perawatan.
4. Zona Penunjang
Area yang menyediakan dukungan terhadap aktivitas rumah sakit, misalnya ruang cuci, dapur,
bengkel, dan CSSD.
7
RS
Standar Fasilitas
Pelayanan berdasarkan lantai di rumah sakit :
Basement = parkir
Lantai dasar = Rekam Medis, IGD, VK, radiologi, dan laboratorium
Lantai 1 = Poli, medis, farmasi, gudang farmasi
Lantai 2 = Rawat inap
Lantai 3 = ICU, OK, Hemodialisis
Lantai 4 = Rawat inap
Lantai 5 = kantor managemen, CSSD, Laundry, gizi
8
RS
BAB IV
KEBIJAKAN
9
RS
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
10
RS
BAB V
LOGISTIK
11
RS
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Rumah Sakit adalah tempat yang sangat kompleks, terdapat ratusan macam obat, ratusan test
dan prosedur, banyak terdapat alat dan teknologi, bermacam profesi dan non profesi yang memberikan
pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak
dikelola dengan baik dapat terjadi Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse event).
Keselamatan pasien telah menjadi isu global dan merupakan prioritas utama untuk rumah sakit
dan keslematan pasien merupakan prioritas utama karena terkait tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang mereka terima dan terkait dengan mutu dan citra rumah sakit, disamping itu
keselamatan pasienjuga dapat mengurangi KTD di Rumah Sakit.
Pengertian dari Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk mencegah meminimalkan timbulnya
resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksananakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Keselamatan pasien dilaksanakan melalui penerapan 7 standar dan 7 langkah menuju
keselamatan pasien yaitu :
Standar Keselamatan Pasien terdiri dari :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi untuk mencapai keselamatan pasien
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf anda
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
12
RS
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian/kesengajaan.
Tujuan :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan.
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain
yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
6. Memberi perlindungan pada pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis, keracunan,
infeksi dan penularan.
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
11. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
14. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
15. Mencegah terkena aliran listrik.
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi.
13
RS
5. Maintenance (Perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam kondisi
yang layak pakai.
6. Adanya pendidikan mengenai kesalamatan kerja bagi pegawai.
7. Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang cukup.
8. Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja
14
RS
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengertian
Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan dalam mengendalikan mutu pelayanan rumah
sakit untuk menjamin hasil yang diharapkan sesuai dengan standar. Metode-metode yang sering
digunakan dalam pengendalian mutu adalah 1) menilai mutu akhir 2) evaluasi terhadap output 3) kontrol
mutu 4) monitoring terhadap kegiatan sehari-hari.
Tujuan
Pengendalian mutu bertujuan agar semua kegian dapat tercapai secara berdaya guna dan
berhasil guna, dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman
pelaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
15
RS
b. Indikator yang tidak diharapkan. yaitu indikator untuk menilai suatu kondisi yang kadang-
kadang tidak diharapkan. Ambang batas untuk indikator dibuat 0 % sebagai upaya agar
kondisi tersebut tidak terjadi.
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Juga merupakan
spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum
kepada masyarakat.
16
RS
kecuali Jumat :
08.00 - 11.00
5. Waktu tunggu di rawat jalan 5. ≤ 60 menit
6. Kepuasan Pelanggan 6. ≥ 90 %
7. Penegakan diagnosis TB melalui 7. ≥ 60 %
pemeriksaan mikroskop TB
Terlaksananya kegiatan pencatatan dan ≤ 60 %
pelaporan TB di RS
3 Instalasi 1. Pemberi pelayanan di Rawat Inap 1. Dr. Spesialis
Rawat Inap Perawat minimal
pendidikan D3
2. Dokter penanggung jawab pasien rawat 2. 100 %
inap
3. Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap 3. Anak
Penyakit Dalam
Kebidan
Bedah
4. Jam Visite Dokter Spesialis 4. 08.00 s/d 14.0
setiap hari kerja
5. Kejadian infeksi pasca operasi 5. ≤ 1,5 %
6. Kejadian Infeksi Nosokomial 6. ≤ 1,5 %
7. Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang 7. 100 %
berakibat kecacatan / kematian
8. Kematian pasien > 48 jam 8. ≤ 0.24 %
9. Kejadian pulang paksa 9. ≤ 5 %
10. Kepuasan pelanggan 10. ≥ 90 %
11. Rawat Inap TB 11. 60 %
Penegakan diagnosis TB melalui
pemeriksaan mikroskopis TB
Terlaksanana kegiatan pencatatan dan 60 %
pelaporan TB di Rumah Sakit
12. Ketersediaan pelayanan rawat inap di 12. NAPZA, Gangguan
rumah sakit yang memberikan pelayanan Psikotik,
jiwa Gangguan Nerotik,
dan Gangguan
Mental Organik
13. Tidak adanya kejadian kematian pasien 13. 100 %
gangguan jiwa karena bunuh diri
14. Kejadian re-admission pasien gangguan 14. 100 %
jiwa dalam waktu ≤ 1 bulan
15. Lama hari perawatan Pasien gangguan 15. ≤ 6 minggu
jiwa
4 Instalasi 1. Waktu tunggu operasi elektif 1. ≤ 2 hari
Bedah 2. Kejadian Kematian di meja operasi 2. ≤1%
3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi 3. 100 %
4. Tidak adanya kejadian opersi salah orang 4. 100 %
5. Tidak adanya kejadian salah tindakan 5. 100 %
pada operasi
6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda 6. 100 %
asing/lain pada tubuh pasien setelah
operasi
7. Komplikasi anestesi karena overdosis, 7. ≤ 6 %
17
RS
pemeriksa laboratorium
4. Kepuasan pelanggan 4. ≥ 80 %
9 Rehabilitasi 1. Kejadian Drop Out pasien terhadap 1. ≤ 50 %
Medik pelayanan Rehabilitasi Medik yang di
rencanakan
2. Tidak adanya kejadian kesalahan tindakan 2. 100 %
rehabilitasi medik
3. Kepuasan Pelanggan 3. ≥ 80 %
10 Farmazi 1. waktu tunggu pelayanan 1.
Obat Jadi ≤ 30 menit
Racikan ≤ 60 menit
2. Tidak adanya Kejadian kesalahan 2. 100 %
pernberian obat
3. Kepuasan pelanggan 3. ≥ 80 %
4. Penulisan resep sesuai formularium 4. 100 %
11 Gizi 1. Ketepatan waktu pemberian makanan 1. ≥ 90 %
kepada pasien
2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh 2. ≤ 20 %
pasien
3. Tidak adanya kejadian kesalahan 3. 100 %
pemberian diet
12 Transfusi 1. Kebutuhan darah bagi setiap pelayanan 1. 100 % terpenuhi
darah transfusi
2. Kejadian Reaksi transfusi 2. ≤ 0,01 %
13 Pelayanan Pelayanan terhadap pasien GAKIN yang datang 100 % terlayani
GAKIN ke RS pada setiap unit pelayanan
14 Rekam Medis 1. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 1. 100 %
jam setelah selesai pelayanan
2. Kelengkapan Informed Concent setelah 2. 100 %
mendapatkan informasi yang jelas
3. Waktu penyediaan dokumen rekam medik 3. ≤ 10 menit
pelayanan rawat jalan
4. Waktu penyediaan dokumen rekam medik 4. ≤ 15 menit
pelayanan rawat inap
15 Pengelolaan 1. Baku mutu limbah cair 1. BOD < 30 mg/l
limbah COD < 80 mg/l
TSS < 30 mg/l
PH 6-9
2. Pengelolaan limbah padat infeksius sesuai 2. 100 %
dengan aturan
16 Administrasi 1. Tindak lanjut penyelesaian hasil 1. 100 %
dan pertemuan direksi
Managemen 2. Kelengkapan laporan akuntabilitas kinerja 2. 100 %
3. Ketepatan waktu pengusulan kenaikan 3. 100 %
pangkat
4. Ketepan Waktu pengurusan gaji berkala 4. 100 %
5. Karyawan yang mendapat pelatihan 5. ≥ 60 %
minimal 20 jam setahun
6. Cost recovery 6. ≥ 40 %
7. Ketepatan waktu penyusunan laporan 7. 100 %
keuangan
19
RS
BAB IX
PENUTUP
20
RS
Dengan meningkatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tingkat ekonomi
masyarakat, maka rumah sakit di tuntut untuk memberikan pelayanan dengan mutu optimal, terutama
dengan masuknya investasi dan tenaga kesehatan asing dalam rangka globalisasi. Hal tersebut akan
memacu timbulnya persaingan yang cenderung meningkat dan pemasaran pelayanan rumah sakit lokal
akan tertinggal bila tidak segera di antisipasi dengan peningkatan mutu yang cukup kompetitif.
Dengan adanya kebijakan desentralisasi, diharapkan Pedoman Pelayanan Rumah Sakit ini dapat
digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit dan diterapkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.
21