RAWAT INAP
BAB I
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena Berkat Rahmatnya, Kami
Berhasil Menyusun Panduan Skri ning Rs Griya Medika Dompet Dhuafa Dengan Adanya
Pedoman Pel ayanan Ini Di harapkan Semua Tenaga Kesehatan Dan Non Kesehatan Di
Rs Griya Medikadompet Dhuafa Dapat Mengg unakannya Sebagai Pedoman Di Dalam
Memberikan Pelayanan Yang Profesional Kepada Pasien.
Terimakasih Kepada Tim Penyusunan Regulasi Rs Griya Medikadompet Dhuafa Atas
Kerja Sama Dan Parti si pasi nya Sehi ngga Panduan Ini Dapat Tersusun Dengan
Baik. Terlepas Dari Semua Itu, Banyak Hal Yang Masih Belum Sempurna, Maka Kami
Meneri ma Kritik Dan Saran Yang Membangun Untuk Perbaikan Di Masa Yang Akan
Datang.
Terimakasih.
Wasaal amu' Alaikum Wr Wb,
TENTANG
MEMU TU SKAN
DIREKTUR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit rawat inap merupakan salah satu unit penting dalam pemberian
pelayanan di suatu rumah sakit. Hal ini terlihat dari beberapa indikator mutu rumah
sakit yang sebagian besar diambil dari pelayanan rawat inap. Antara lain dilihat dari
efisiensi penggunaan tempat tidur pasien rawat inap, kepuasan pasien rawat inap,
angka insiden keselamatan pasien, angka infeksi, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu pencitraan baik buruknya pelayanan suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh
gambaran pelayanan yang diberikan di unit rawat inap.
Pada dasarnya pelayanan di unit rawat inap berlangsung selama 24 jam
secara terus menerus. Kelangsungan layanan ini menuntut adanya suatu sistem
yang baik agar mutu layanan kesehatan dapat dijaga dan dipertahankan. Baik
mencakup sistem manajemen sumber daya manusia, fasilitas, maupun sistem
layanan yang mendukung pemberian pelayanan di unit rawat inap.
Dari segi sumber daya manusia yang ada di unit rawat inap pada umumnya
memiliki proporsi yang lebih banyak dibandingkan dengan unit lain. Data bulan
September 2018 menunjukkan bahwa porsi jumlah SDM perawat rawat inap adalah
yang terbanyak yaitu 43% dari jumlah total perawat Rumah Griya Medika Dompet
Dhuafa. Hal ini tentu saja memerlukan suatu pengelolaan yang baik untuk menjaga
kualitas SDM yang sesuai kualifikasi dan standar profesi untuk menjalankan fungsi
pelayanan di unit rawat inap.
Salah satu indikator mutu rumah sakit yaitu angka kepuasan pasien rawat
inap. Data tiga bulan terakhir menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2018 angka
kepuasan pasien mencapai 90,28%; bulan Februari 91,8%; dan bulan Maret 90,5%.
Rumah Griya MedikaDompet Dhuafa menetapkan standar angka kepuasan pasien
rawat inap di tahun 2021 adalah 90%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa
angka kepuasan pasien rawat inap masih belum stabil, masih sangat mungkin akan
ada penurunan dari standar yang ditetapkan. Oleh karena itu memerlukan suatu
upaya untuk meningkatkan dan menjaga kualitas layanan agar tercipta peningkatan
mutu pelayanan di unit rawat inap.
Keterangan :
A = jam perawatan/24 jam (nursing time), yaitu waktu perawatan yang
dibutuhkan pasien.
Komponen A, adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh pasien
selama 24 jam
B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
Komponen B, adalah hasil perkalian BOR dengan jumlah tempat tidur.
Contoh jika BOR 76 % dan jumlah tempat tidur 100 maka sensus harian
adalah 76.
C = jumlah hari libur
Komponen C, adalah jumlah hari libur resmi yang ditentukan oleh pemerintah
dan jumlah hari libur karena cuti tahunan personel. Jumlah hari libur
diIndonesia kira-kira 76 hari yang terdiri dari 52 hari minggu, 12 hari cuti dan
12 hari libur nasional. Disamping itu perlu juga diperhitungkan hari libur lain
yaitu secara alamiah menjadi hak biologis wanita yaitu cuti hamil kurang lebih
selama 3 bulan.
Jam kerja perhari 7 jam perhari
Dalam rangka menjamin mutu sesuai standar MPKP maka diperlukan 1 perawat
primer : 5-6 pasien
Jumlah perawat primer yang dibutuhkan 7-14 orang (10 orang)
Total jumlah perawat = 9 orang
Maka jumlah perawat 2 orang bisa untuk maksimal pasien = 15 pasien /hari
Ekuivalen dengan = 70% BOR
Mengulang/mengundurkan Mengulang/mengundurkan
diri
diri
Tetap
lolos lolos lolos
1 bulan
Part timer
Ruang
Pagi
Siang 2
Malam 2
2
Ruang 2
Pagi
Siang
Malam
1
1
Ruang 3 1
Pagi
Siang
Ruang 4 1
Pagi 1
Siang 1
Malam
Ruang 5
Pagi 1
Siang 1
Malam 1
Ruang
Pagi
Siang 1
Malam 1
1
Pagi 2
Siang 2
Malam 2
Pengaturan jaga dilakukan dengan sistem pembagian tiga shif dalam sehari
yaitu pagi, siang dan malam. Untuk formasi jaga di masing-masing bangsal dapat
dilihat pada tabel berikut:
2 Aisyah Kelas 2 2 5 x 3 = 15 m2
3 Saudah Kelas 2 2 5 x 3 = 15 m2
5 Zainab Kelas 3 3 5 x 3 = 15 m2
7 C.ICU/HCU
HCU Intensif 3 5 x 3 = 15 m2
9 B. UMUM /VIP
15 G.ISOLASI
JUMLAH 23
7. Kamar mandi.
a. Kamar mandi pasien, terdiri dari kloset, shower (pancuran air) dan bak
penampung air.
b. Khusus untuk kamar mandi bagi penyandang cacat mengikuti pedoman atau
standar teknis yang berlaku.
8. Jendela.
Disarankan menggunakan jendela kaca sorong, yang mudah pemeliharaannya,
dan
cukup rapat.
9) Peringatan.
Semua petugas harus menyadari bahwa kesalahan dalam pemakaian
listrik membawa akibat bahaya sengatan listrik, padamnya tenaga listrik,
dan bahaya kebakaran. Kesalahan dalam instalasi listrik bisa
menyebabkan arus hubung singkat, tersengatnya pasien, atau petugas.
Bahaya ini dapat dicegah dengan :
- Memakai peralatan listrik yang dibuat khusus untuk instalasi rawat
inap.
- Peralatan harus mempunyai kabel yang cukup panjang dan harus
mempunyai kapasitas yang cukup untuk menghindari beban lebih.
- Peralatan jinjing (portabel), harus segera diuji dan dilengkapi dengan
system pembumian yang benar sebelum digunakan.
- Segera menghentikan pemakaian dan melaporkan apabila ada
peralatan listrik yang tidak benar.
- Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan,
pemasangan, dan pemeliharaan sistem kelistrikan pada bangunan
instalasi rawat inap mengikuti Permenkes 2306/Menkes/per/XI/2011
tentang Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi Elektrikal RS.
2. Persyaratan kesehatan bangunan.
a. Sistem ventilasi.
1) Untuk memenuhi persyaratan sistem ventilasi, bangunan instalasi rawat
inap harus mempunyai ventilasi alami dan/atau ventilasi mekanik/
buatan sesuai dengan fungsinya.
2) Bangunan instalasi rawat inap harus mempunyai bukaan permanen, kisi-
kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat
dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
3) Ventilasi mekanik/buatan harus disediakan jika ventilasi alami tidak
dapat memenuhi syarat.
D. Penundaan Pelayanan
Penundaan pelayanan adalah keterlambatan waktu pelayanan yang seharusnya
dapat di lakukan di RS.TDD segera sesuai jadwal pasien dalam rangka mengakkan
diagnose , pemberian terapi, tindakan atau prosedur yang harus dilakukan dan
penyediaan rawat inap. Keterlambatan yang di maksud adalah bersifat sementara .
Ruang lingkup penundaan pelayanan ini dapat disebabkan :
a. Full bed
b. Kendala DPJP
c. pengoperasian alat diagnostik;
d. Belum tersedianya bahan operasional untuk pengobatan, baik terapi
medikamentosa,operatif, maupun tindakan invasif; danKerusakan alat
diagnostik, terapi, operatif, maupun rehabilitasi medis;
e. Terhambatnya pasokan sumber daya listrik atau sumber daya
lainnya untuk pengoperasian alat diagnostik;
f. Belum tersedianya bahan operasional untuk pengobatan, baik terapi
medikamentosa, operatif, maupun tindakan invasif; dan Gangguan
penyediaan darah akibat tidak tersedianya pendonor; dan
g. Banyaknya daftar antrean pasien untuk dilakukan berbagai pelayanan
kesehatan di atas
E. ASUHAN PASIEN RISIKO TINGGI
1. Pelayanan Kasus Emergensi
Pelayanan kasus emergensi diberikan kepada pasien rawat inap yang
mengalami perubahan kondisi yang tiba – tiba memburuk sehingga memerlukan
penanganan yang cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa pasien. Kondisi
seperti ini sangat mungkin terjadi di rawat inap karena banyaknya kasus yang
ditangani di rawat inap. Asuhan yang harus dilakukan oleh petugas jaga rawat
inap untuk menangani kondisi ini antara lain:
a. Memeriksa kondisi umum pasien
Pemeriksaan kondisi umum dilakukan dengan menghitung GCS untuk
mengetahui tingkat kesadaran pasien. Jika kesadaran menurun, petugas
memeriksa respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan, dapat berupa
tepukan pada bahu pasien atau memanggil nama pasien.
Nama Barang
Medis Saldo Awal Saldo Akhir
Kondisi Keterangan
BARANG
UMUM Tidak Habis Pakai Qty Rp Qty Rp
1 perlak infus 2 2 Baik
2 Bak laundry besar 2 2 Baik
3 Lemari excell 1 1 Baik
Lemari linen
4
(coklat) 1 1 Baik
5 Lemari alkes 1 1 Baik
Keranjang obat
6
pasien 11 8 Baik
7 Lemari obat pasien 2 2 Baik
8 Kursi pasien 11 11 Baik
penambahan
9
Kursi perawat 4 3 Baik kursi 1
10 Kalkulator 1 1 Baik
11 Nurse Call 1 1 Baik
12 Komputer 1 1 Baik
13 Nurse station 1 1 Baik
Tempat bermain
14
anak 0 0 Baik
Tempat sampah
15
medis 2 2 Baik
Tempat sampah
16 4 4
non medis Baik
17 Mainan Anak 0 0 Baik
18 Tempat tidur pasien 18 18 Baik
19 Bedside cabinet 2 2 Baik
20 Overbed table 0 1 Baik
21 Gelas ukur takaran 1 1 baik
C. Penyimpanan logistik
Ada tiga tujuan pokok manajemen logistik, antara lain:
1. Tujuan operasional, tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang tepat
dan mutu memadai serta waktu yang dibutuhkan
2. Tujuan keuangan, meliputi pengertian bahwa tujuan operasionalnya dapat
terlaksana dengan biaya serendah-rendahnya dengan hasil yang optimal
3. Tujuan pengamanan, agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak
wajar lainnya, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat tercermin dalam
sistem akuntansi.
Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit dapat didefinisikan sebagai
suatu proses pengolahan secara strategis terhadap pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian serta pemantauan persediaan bahan serta barang (stock, material,
supplies, inventory, dll) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit. Manajemen
logistik khususnya dilingkungan rumah sakit perlu dilaksanakan secara efisien dan
efektif dalam arti bahwa segala macam barang, bahan ataupun peralatan
harus dapat disediakan: tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam jumlah yang
cukup tidak kurang atau lebih, dan yang paling penting adalah ketersediaannya
dengan mutu yang memadai.
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
B. Tujuan patient safety adalah :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien rumah sakit.
2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Standar keselamatan pasien rumah sakit terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarganya
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
C. Tatalaksana Keselamatan pasien
Untuk mencapai keselamatan pasien rumah sakit diperlukan beberapa upaya yang
secara terus menerus harus dilakukan, antara lain:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Memimpin dan mendukung staf rumah sakit
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Mengembangkan sistem pelaporan
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
A. Pengertian
Rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang wajib
melaksanakan program K3RS yang bermanfaat baik bagi SDM rumah
sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di
lingkungan sekitar rumah sakit. Pelayanan K3RS harus dilaksanakan
secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada di rumah sakit.
Pelayanan K3RS sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Hal ini
dikarenakan masih banyak rumah sakit yang belum menerapkan sistem
manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3).
B. Tujuan
Berdasarkan Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan
lingkungan tempat kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan
sakit akibat kerja, memberikan perlindungan pada sumber-sumber
produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
C. Tatalaksana Keselamatan Kerja
Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat dengan sarana,
prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk keselamatan kerja yang dilakukan:
1. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana
dan peralatan kesehatan:
a. Lokasi rumah sakit harus memenuhi ketentuan mengenai kesehatan,
keselamatan lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan hasil kajian
kebutuhan dan kelayakan penyelenggaraan rumah sakit;
b. Teknis bangunan rumah sakit sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan
keselamatan bagi semua orang termasuk bagi penyandang cacat, anak-
anak dan orang usia lanjut;
c. Prasarana harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta
keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan rumah sakit;
d. Pengoperasian dan pemeliharaan sarana, prasarana dan peralatan rumah
sakitharus dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi
dibidangnya (sertifikasi personil petugas/operator sarana dan prasarana
serta peralatan kesehatan rumah sakit);
A. Pengawasan
Pengawasan dan pengendalian merupakan proses akhir dari proses
management , dimana dalam pelaksananaannya proses pengawasan dan
pengendalian saling keterkaitan dengan proses-proses yang lain terutama
dalam perencanaan. Dalam proses management ditetapkan sesuai
standar yang menjadi acuan, diantaranya yaitu : visi-misi, standard
asuhan , penampilan kerja, keuangan, dan lain sebagainya. Dengan
demikian dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan apakah
setiap tahapan proses management telah sesuai dengan standard atau
tidak dan jika ditemukan adanya penyimpangan maka perlu di lakukan
pengendalian sehingga sesuai standard yang berlaku.
Komponen pengawasan dan pengendalian adalah :
1. Setting standard
2. Measuring perform
3. Reporting result
4. Corrective action
5. redirection
B. Pengendalian Mutu
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan
keluhan dari pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan
bahkan pemerintah sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan
berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi
pelayanan. Jika pemerintah yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti
bahwa masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu
pelayanan kesehatan harus diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat
dilakukan dengan melihat indikator-indikator mutu pelayanan rumahsakit
yang ada di beberapa kebijakan pemerintah, sudahkan kita
mengetahuinya. Analisa indikator akan mengantarkan kita bagaimana
sebenarnya kualitas manajemen input, manajemen proses dan output
dari proses pelayanan kesehatan secara mikro maupun makro.
Pengendalian mutu layanan rawat inap merupakan hal penting untuk
menjaga mutu dan keselamatan pasien. Pengendalian mutu dilakukan
melalui program peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Dalam
Pedoman pelayanan rawat inap ini merupakan acuan bagi staf rumah sakit
dalam memberikan pelayanan di unit rawat inap. Terutama dalam memberikan
asuhan pasien di rawat inap. Tujuan akhirnya adalah didapatkan angka kepuasan
pasien rawat inap yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
diharapkan dapat meningkatkan mutu layanan di rawat inap.
Pedoman pelayanan rawat ini masih dapat dikembangkan lagi dengan
membuat panduan atau SPO yang secara spesifik memberikan gambaran bagi staf
dalam melaksanakan prosedur tertentu. Pengembangan ini perlu dilakukan karena
sifat pedoman yang memiliki cakupan yang luas.
DIREKTUR
Tentang
MEMUTUSKAN
DIREKTUR