Anda di halaman 1dari 107

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 1 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke :1
Capaian Pembelajaran : Mampu menjelaskan definisi tentang subjek pajak dan objek pajak
dalam melaksanakan peran perpajakan di Indonesia
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


a. Mampu menjelaskan Pengertian Perpajakan
b. Mampu menjelaskan Subjek Pajak dan bukan subjek pajak
c. Mampu menjelaskan Objek Pajak, Objek Pajak bersifat Final dan Bukan
Objek Pajak

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
Subjek Pajak Penghasilan
Yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah:
1. a. orang pribadi;
b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
2. Badan; adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun,
firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
3. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak
1
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 2 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan
dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia.

Subjek Pajak dalam Negeri


Subjek Pajak dalam negeri adalah:
a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang
dalam Pajak Penghasilan suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu
dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria.
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

Subjek Pajak Luar Negeri


Subjek Pajak luar negeri adalah:
a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada
di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima
atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Tidak termasuk subjek pajak


Tidak termasuk subjek pajak adalah:
a. kantor perwakilan negara asing;
b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau Pajak Penghasilan pejabat-
pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan
c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat: 1. Indonesia menjadi anggota
organisasi tersebut;dan 2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota; Organisasi Internasional
adalah organisasi/badan/ lembaga/asosiasi/ perhimpunan/forum antar pemerintah
2
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 3 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

atau non-pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama internasional


dan dibentuk dengan aturan tertentu atau kesepakatan bersama.
d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia. Pejabat perwakilan organisasi internasional
adalah pejabat yang diangkat atau ditunjuk langsung oleh induk organisasi
internasional yang bersangkutan untuk menjalankan tugas atau jabatan pada kantor
perwakilan organisasi internasional tersebut di Indonesia.

Objek Pajak Penghasilan


Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-undang ini;
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
f. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
g. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
h. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
i. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
j. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
k. premi asuransi, termasuk premi reasuransi;
l. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
m. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;

3
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 4 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

n. penghasilan dari usaha berbasis syariah; Kegiatan usaha berbasis syariah memiliki
landasan filosofi yang berbeda dengan kegiatan usaha yang bersifat konvensional.
Namun, penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha berbasis
syariah tersebut tetap merupakan objek pajak.
imbalan bunga; dan
o. surplus Bank Indonesia.

Penghasilan yang Dikenai PPh Final Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat
final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

Dikecualikan dari Objek Pajak Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;
3. warisan;
4
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 5 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

4. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang
dikenakan pajak secara final

***

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan -
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua
yang dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.
6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


a. Obyek pajak adalah penghasilan yaitu "setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari

5
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 6 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak yang bersangkutan"

Jelaskan penerapan pengertian "baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia " dalam perpajakan di Indonesia dengan memberikan contoh aplikasi
pelaksanaannya ?

b. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan pajak final, bagaimana pelaporannya oleh
individu/badan yang menerima ? Berikan analisis dari sisi kebijakan, apakah alasan
diterapkannya pajak final ini?

c. Jelaskan perbedaan asuransi dan pensiun baik dari sisi orang pribadi yang bekerja
dan membayar asuransi/pensiun, perusahaan tempat orang pribadi tersebut bekerja
dan perusahaan asuransi/dana pensiun yang menerima iuran atau membayar
pensiun/klaim asuransi ?

d. Tentukan status subjek pajak berikut dan berikan penjelasan / alasan yang mendasari
jawaban saudara!
1) Chevron Pacific Pte Ltd bertempat kedudukan di Arab Saudi
2) Conoco Philips LTd didirikan Amerika Serikat
3) PT Rupawan Akbar
4) CIMB Niaga Jakarta adalah salah satu cabang CIMB Niaga Ltd yang didirikan di
USA. Tentukan status subjek pajak untuk CIMB Niaga cabang Jakarta
5) Maybank Ltd yang didirikan di USA mendirikan salah satu perusahaan di
Indonesia dengan nama PT Maybank. Saham PT Maybank dimiliki 100% oleh
Maybank Ltd. yang didirikan di USA. Tentukan status subjek pajak PT Maybank
6) McDonald Restaurant didirikan di USA. Pada tahun 2014 McDonald Restaurant
mengadakan perjanjian kerjasama teknik dengan PT Rupawan Akbar. Isi
perjanjian kerjasama teknik tersebut antara lain menentukan bahwa PT Rupawan
Akbar diizinkan oleh McDonald Restauran untuk menjual makanan dan
minuman di Indonesia yang resep dan cara penyajian diberikan oleh McDonald
Restaurant. PT Rupawan Akbar juga boleh menjual masakan tersebut dengan
nama dan memakai logo McDonald. Berdasarkan perjanjian tersebut PT
Rupawan Akbar mendirikan gerai-gerai McDonald di Indonesia dengan logo
khas McDonald dan makanan McDonald. Tentukan status pajak pada gerai –
gerai McDonald di Indonesia
7) PTN BH (UGM, UI, IPB, ITB dll)

6
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 7 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

8) PKN STAN
9) LPDP
10) RRI
11) TVRI
12) Bank Indonesia

Tugas Mandiri
a. Mengapa pajak menjadi sumber utama keuangan negara?
b. Jelaskan mengenai prinsip keadilan pada pemungutan pajak!
c. Apakah akibatnya jika pemerintah menetapkan tarif pajak tinggi?
d. Mengapa pemerintah menarik pajak dari masyarakat? Apakah bentuk balas jasa dari
pemerintah untuk masyarakat?
e. Apa akibatnya jika seseorang tidak membayar pajak yang menjadi kewajibannya?
f. Mengapa pajak penting bagi negara? Ungkapkan pendapat kalian!

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC.
Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas
Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan
Pasal 31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa


7
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 8 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke :2
Capaian Pembelajaran : Mampu membandingkan biaya dan non biaya fiskal menurut
UU PPh
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu membandingkan biaya yang dapat dikurangkan dan biaya-biaya yang tidak
dapat dikurangkan

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
Biaya-biaya yang dapat dikurangkan
1. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha yang
penghasilannya merupakan objek pajak. Dengan demikian, biaya-biaya yang
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan objek pajak atau pengenaan pajaknya bersifat final tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
2. Termasuk biaya yang dapat dikurangkan adalah biaya pembelian bahan, biaya
berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti,
biaya perjalanan, biaya promosi dan penjualan, biaya pengolahan limbah, premi
asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan.
3. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang memiliki masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun, sepanjang harta yang disusutkan atau diamortisasi tersebut
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (objek pajak).
4. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.

8
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 9 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

5. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
6. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
7. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
8. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan dengan memperhatikan kewajaran dan
kepentingan perusahaan, dengan syarat :
1. Berhubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara (3M) penghasilan
2. Dilakukan dalam batas dan jumlah yang wajar serta tidak dipengaruhi
hubungan istimewa
3. Pendidikan dan pelatihan tersebut ditentukan oleh pemberi kerja
9. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat (PER-22/PJ./2010):
1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan rugi laba komersial.
2. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian
tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan
debitur yang bersangkutan atau Telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus (dapat berupa penerbitan internal asosiasi atau sejenisnya), dan
3. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak (dilampirkan dalam SPT-nya).
10. Pengeluaran untuk pajak daerah dan retribusi daerah (SE-02/PJ.42/2002) dengan
syarat :
1. Memenuhi ketentuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 s.t.d.d.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000;
2. Berkaitan dengan biaya 3M atas objek pajak yang tidak dikenakan PPh final /
tidak dihitung berdasarkan norma penghitungan penghasilan neto/khusus;
3. Bukan untuk sanksi berupa bunga, denda atau kenaikan.
11. Biaya sumbangan yang terdiri dari (PP No. 93 tahun 2010) :
1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,
2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan,
3. Sumbangan fasilitas pendidikan,
4. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, dan
5. Biaya pembangunan infrastruktur sosial.
12. Kompensasi kerugian tahun-tahun yang lalu (maksimum 5 tahun).

Biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan


Biaya-biaya yang Tidak Dapat Dikurangkan (UU Nomor 36 Tahun 2008 Ps 9)
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi.

9
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 10 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang


saham, sekutu, atau anggota.
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri, (219/PMK.011/2012)
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak
orang pribadi yang bersangkutan (wajib dipotong PPh Pasal 21). Apabila
pembayaran premi asuransi tersebut belum dibebankan sebagai biaya oleh wajib
pajak pemberi kerja, maka wajib pajak dapat melakukan penyesuaian fiskal negatif
(SE-03/PJ.41/2003)
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali : (83/PMK.03/2009)
1. Pemberian atau penyediaan makanan dan/atau minuman bagi seluruh
Pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
2. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang
diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam
rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di
daerah tersebut.
3. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat
pekerjaan tersebut mengharuskannya.
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
pihak yang memiliki hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan.
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang

10
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 11 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya.
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham.
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
l. Pajak Masukan atas Perolehan BKP/JKP yang tidak dapat dikreditkan karena :
1. Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan UU PPN; kecuali dapat
dibuktikan bahwa PPN tersebut nyata-nyata telah dibayar dan berkenaan
dengan pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan. (PP No. 94/2010)
m. Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan obyek pajak, yang pengenaan pajaknya bersifat final, pengenaan
pajaknya berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto, dan Norma
Penghitungan Khusus.
n. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Obyek Pajak.

***

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan -
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua
yang dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.

11
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 12 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


a. Klasifikasikan biaya – biaya dibawah ini kedalam kategori deductible cost dan non
deductible cost!
1) Premi ansuransi kesehatan yang dibayarkan oleh pemberi kerja.
2) Biaya yang digunakan untuk kepentingan pribadi wajib pajak
3) Bantuan yang diberikan perusahaan sehubungan dengan adanya bencana nasional
berupa terjadinya Tsunami di Aceh
4) Biaya pameran produk perusahaan untuk meningkatkan value penjualan
5) Biaya sponsorship dengan memberikan fasilitas kepada pihak yang tidak
berkaitan langsung
6) Iuran dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
7) Selisih yang terjadi akibat kurs mata uang asing
8) Sanksi Administrasi berupa bunga dan denda dibidang perpajakan
9) Piutang yang tidak dapat ditagih
10) Pembagian deviden yang dibayarkan oleh PT Rupawan Akbar kepada para
pemegang saham perusahaan.
11) Reni merupakan marketing pada perusahaan Sinar laut dan memperoleh fasilitas
didalam perusahaan tersebut berupa handphone, biaya pengisian ulang pulsa
prabayar yang digunakan oleh reni dikarena jabatan merupakan
12) Melakukan perbaikan kendaraan roda empat di bengkel Rupawan Akbar, akibat
perbaikan tersbut menimbulkan biaya pemeliharaan kendaraan

12
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 13 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

13) Sumbangan yang dilakukan PT Rupawan Akbar sehubungan dengan kegiatan 17


Agustus yang diminta oleh RT/RW Setempat dimana perusahaan berdomisili
14) Kerugian yang timbul akibat transaksi penjualan pada perusahaan untuk
mendapatkan penghasilan
15) Pemberian kupon makan siang kepada seluruh buruh di pabrik kertas milik
sinarmas
16) Tunjangan yang diberikan kepada pegawai perusahaan PT Rupawan Akbar

b. Tugas Mandiri (berkelanjutan dari minggu ke 2 sd minggu 15

KASUS PPh BADAN (1)


PT Perdana Putra adalah sebuah perusahaan manufaktur yang menghasilkan peralatan
dan perlengkapan olahraga. Perusahaan ini dipimpin oleh seorang direktur yaitu Harun
Suhendra.
Informasi yang berkaitan dengan biaya/pengeluaran operasional sbb:
a. Dalam jumlah pembayaran gaji, upah, dll sebesar 329.580.000 termasuk di
dalamnya:
1) Imbalan dalam bentuk natura senilai Rp 16.080.000
2) Gaji direktur utama yang melebihi kewajaran karena terdapat hubungan istimewa
sebesar Rp 6.000.000
b. Premi asuransi sebesar Rp 17.000.000, termasuk di dalamnya premi asuransi
kesehatan pribadi salah satu anggota dewan komisaris sebesar Rp 400.000
c. Biaya bunga sebesar Rp 18.240.000, terdiri atas:
1) Bunga pinjaman kepada Bank Mandiri sebesar Rp 8.000.000
2) Bunga pinjaman kepada Bank Haga sebesar Rp 10.000.000
3) Bunga sanksi terlambat membayar angsuran PPh sebesar Rp 240.000
d. Biaya pemasaran sebesar Rp 27.500.000, terdiri atas:
1) Sumbangan duka karyawan sebesar Rp 1.000.000
2) Biaya pembelian spanduk ucapan “Selamat Ulang Tahun Kota Metro” sebesar
Rp 1.500.000
3) Biaya promosi/pemasaran sebesar Rp 20.000.000
4) Sumbangan kepada korban bencana alam yang ditetapkan sebagai bencana
nasional (Peraturan Menteri keuangan sudah terbit) sebesar Rp 5.000.000
13
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 14 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

e. Biaya penyusutan (menurut kebijakan perusahaan):


Jenis Harta Tgl Harga Perolehan Masa Nilai
Perolehan (Rp) Manfaat Residu
(Thn)
Bangunan 20 Des 1997 300.000.000 20 20% dari
HP
Mesin Pabrik 03 Jan 2014 300.000.000 15 10% dari
HP
Peralatan Kantor 03 Jan 2017 80.000.000 5 20% dari
HP
Truk 01 Juli 2018 200.000.000 5 20% dari
HP
Mobil Sedan 05 Jan 2017 300.000.000 6 10% dari
HP
Minibus 26 Des 2016 120.000.000 6 20% dari
HP
Sepeda Motor 05 Juli 2018 25.000.000 5 20% dari
HP

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang kelompok harta berwujud bukan


bangunan untuk keperluan penyusutan:
a) Peralatan kantor dan sepeda motor, termasuk harta kelompok I
b) Mesin pabrik, truk, mobil sedan, dan minibus termasuk harta kelompok II
Metode penyusutan yang dipakai oleh perusahaan maupun fiskal adalah metode
Garis Lurus. Berdasarkan Pasal 11 UU No 7 tahun 2000, bangunan yang dimiliki
bersifat permanen.
f. Piutang tidak dapat ditagih (dalam laporan L/R komersil masih berupa cadangan)
telah diupayakan penagihannya, namun yang berhasil ditagih hanya 50% sedangkan
sisanya tidak berhasil ditagihkan.
g. Pajak-pajak sebesar Rp 213.525.452 terdiri atas:
1) PBB dan BPHTB sebesar Rp 2.837.300
2) Pajak atas penghasilan di luar usaha Rp 11.184.500
3) PPh Pasal 22 Rp 4.500.000
4) PPh Pasal 24 sebesar Rp 12.021.152
5) Total PPh yang telah disetor sendiri (PPh Pasal 25) selama tahun 2018, sebesar
Rp 180.000.000.
6) Pajak kendaraan bermotor sebesar Rp 2.709.500
h. Penghasilan dari luar usaha terdiri atas:

14
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 15 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

1) Bunga deposito Bank BNI Lampung setahun Rp 19.200.000 (setelah dipotong


pajak oleh Bank BNI). Bunga deposito diterima setiap bulan selama tahun
2018.
2) Dividen atas penyertaan modal pada PT Cerdas (10%) sebesar Rp 21.250.000
3) Dividen atas penyertaan modal pada PT Cemerlang (35%) sebesar Rp
39.000.000
4) Sewa sebesar Rp 23.200.000 (setelah dipotong pajak) terdiri atas:
a) sewa tanah oleh UD Mandiri sebesar Rp 13.500.000.
b) sewa kendaraan oleh Visi Organizer senilai Rp 9.700.000
5) Bunga Obligasi dari PT Merdeka sebesar Rp 8.500.000 (setelah dipotong pajak
oleh PT Merdeka). Obligasi ini tidak diperdagangkan di Bursa Efek di
Indonesia.
i. Entitas memiliki bangunan yang menurut pajak nilainya 0 namun masih dapat
digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Entitas merevaluasi gedung
tersebut dan mendapatkan menghasilkan nilai baru sebesar Rp. 900.000.000,
berdasarkan nilai penilaian tahun 2018.

j. Penghasilan dari Luar Negeri terdiri atas:


1) Bunga Obligasi dari Singapore Bank pada tahun 2018 (diakui berdasarkan
akrual) sebesar Rp 75.000.000 (sebelum pajak). Tarif pajak yang berlaku di
Singapura 15%. Bunga obligasi tersebut merupakan bunga obligasi kuartalan
dengan jumlah sama untuk setiap kuartal. Bunga kuartal pertama diterima pada
bulan Mei 2018, kuartal kedua September 2018, dan kuartal ketiga pada bulan
Januari 2019.
2) Dividen atas penyertaan saham pada Dutch, Inc, di Amsterdam, Belanda sebesar
Rp 35.000.000 (sebelum pajak), tarif pajak yang berlaku di Belanda 30%.
Penyertaan saham itu sebesar 40% dari jumlah modal disetor Dutch, Inc.

15
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 16 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Berikut ini disajikan Laporan Laba Rugi dari PT Perdana Putra pad akhir tahun 2018:

Menurut Akuntansi
URAIAN
(Rp)
A. Penghasilan dari Usaha
1. Penjualan Neto 5.380.000.000
2. Harga Pokok Penjualan (1.402.000.000)
laba bruto usaha 3.978.000.000
3. Biaya Operasional
a Gaji, upah, dll 329.580.000
b Biaya perjalanan dinas DN & LN 15.500.000
c Biaya Listrik, air, dan telepon 9.500.000
d Premi Asuransi 17.000.000
e Biaya bunga 18.240.000
f Biaya sewa ruangan 10.000.000
g Biaya pemasaran 27.500.000
h Biaya penyusutan 139.800.000
i Piutang tak tertagih 20.000.000
j Pajak-Pajak 399.231.300
k Macam-macam biaya 123.000.000
Total biaya operasional (1.109.351.300)
Laba usaha 2.868.648.700
B. Penghasilan di Luar Usaha:
1 Bunga deposito bank BNI 19.200.000
2 Dividen PT Cerdas (penyertaan 10%) 21.250.000
3 Dividen PT Cemerlang (penyertaan 35%) 39.000.000
4 Sewa 23.200.000
5 Bunga Obligasi PT Merdeka 8.500.000
Total penghasilan dari luar usaha 111.150.000
C. Penghasilan Luar Negeri:
1 Bunga obligasi Singapore Bank 75.000.000
2 Dividen dari Ducth Inc 35.000.000
Total penghasilan dari luar negeri 110.000.000
Laba Penghasilan Neto 3.089.798.700

Tugas:
Dari kasus diatas pelajari dan rincilah mana biaya yang dapat dikurangkan atau tidak dapat
dikurangkan jelaskan disertai dasar hukumnya! (untuk minggu ke 2). Tugas dikerjakan
secara mandiri!.
16
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 17 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC. Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

17
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 18 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke :3
Capaian Pembelajaran : Mampu menghitung, menjelaskan dan menganalisis
penyusutan dan amortisasi.
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu mampu menghitung penyusutan dan amortisasi menurut fiskal

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
Konsep Penyusutan dan Amortisasi

Secara konsep, penyusutan adalah alokasi biaya perolehan suatu aktiva tetap (kecuali tanah)
selama masa manfaat tertentu sesuai dengan kelompok harta. Penyusutan fiskal diatur dalam
Pasal 11 Undang-Undang (UU) Pajak Penghasilan (PPh). Sedangkan amortisasi adalah
alokasi perolehan harta tidak berwujud selama masa manfaat tertentu. Ketentuan mengenai
amortisasi diatur dalam Pasal 11A UU PPh.

Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih
dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut. Sementara amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran. Baik
penyusutan maupun amortisasi, berakhir pada saat masa manfaatnya habis.

Masa manfaat aktiva tetap sesuai dengan kelompok aktiva tetap yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan. Dalam UU PPh, metode penyusutan hanya ada dua, yaitu garis lurus
(straight line method) dan saldo menurun (double declining balanced method). Khusus
untuk aktiva bangunan, wajib pajak hanya boleh menggunakan metode garis lurus.

18
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 19 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Dalam metode garis lurus, penyusutan dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar
selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. Sedangkan dalam metode
saldo menurun, penyusutan dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama masa
manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan
pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan
secara taat asas.

Tarif Penyusutan dan Amortisasi

UU PPh juga mengatur besaran tarif yang berlaku untuk penyusutan dan amortitasi
tergantung dari kelompok aktiva.

Tabel 1 - Tarif Penyusutan

19
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 20 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Tabel 2 - Tarif Amortisasi

Jika terjadi pengalihan aktiva atau kejadian luar biasa, seperti kebakaran atau banjir, maka
aktiva tersebut disusutkan sekaligus. Artinya, nilai buku yang ada langsung dibiayakan.
Sebaliknya, jika aktiva itu dijual maka harga jualnya merupakan penghasilan bagi wajib
pajak. Selain itu, apabila wajib pajak mendapat penggantian asuransi kerugian maka
penggantian asuransi tersebut juga merupakan penghasilan.

Pengelompokan Aktiva Berwujud Bukan Bangunan

Untuk menghitung penyusutan fiskal, setiap aktiva tetap harus dikelompokkan. Hal ini
diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 96/PMK.03/2009 tentang Jenis-
Jenis Harta yang Termasuk Dalam Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan untuk
Keperluan Penyusutan.

Wajib pajak badan perlu memperhatikan kelompok harta berdasarkan PMK tersebut agar
tidak terjadi koreksi positif penyusutan apabila dilakukan pemeriksaan oleh otoritas pajak.
Terdapat panduan tabel kelompok harta untuk mengetahui posisi aset. Baru setelah itu,
wajib pajak dapat menghitung besarnya penyusutan dengan tarif sesuai ketentuan.

Penghitungan penyusutan dihitung berdasarkan bulan per bulan. Dalam ketentuan, satu hari
dihitung seperti satu bulan. Misalnya, wajib pajak membeli kendaraan roda empat pada 30
Juni 2019, maka sejak bulan Juni sudah dihitung penyusutannya. Dengan demikian, pada
tahun pembelian kendaraan tersebut, jumlah bulan penyusutannya dihitung selama 7 bulan,
yaitu Juni-Desember 2019.

Berikut tabel kelompok aktiva tetap berdasarkan PMK 96/2009:

20
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 21 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Tabel 3 - Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 1

21
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 22 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Tabel 4 - Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 2

Tabel 5 - Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 3

Tabel 6 - Jenis-Jenis Harta Berwujud yang Termasuk dalam Kelompok 4

22
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 23 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Tabel 5 – Jenis-jenis harta berwujud yang termasuk kelompok 3

23
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 24 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Tabel 6 – Jenis-jenis harta berwujud yang termasuk kelompok 3

Apabila aktiva berwujud yang dimiliki wajib pajak tidak masuk ke dalam salah satu jenis
kelompok harta di atas, menurut PMK 96/2009 aktiva tersebut harus dimasukkan ke dalam
kelompok 3. Jika tidak sesuai, wajib pajak dapat memperoleh penetapan masa manfaat atas
jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan masa manfaat yang sesungguhnya.

Untuk memperoleh penetapan tersebut, wajib pajak harus mengajukan permohonan kepada
Direktur Jenderal Pajak dengan menunjukkan masa manfaat yang sesungguhnya jenis-jenis
harta berwujud bukan bangunan. Dalam hal permohonan ditolak, wajib pajak menggunakan
masa manfaat jenis-jenis harta berwujud bukan bangunan sesuai kelompok 3.

Amortisasi Harta Tidak Berwujud

Secara fiskal beban amortisasi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sepanjang
memenuhi ketentuan dalam Pasal 11 A UU PPh dan menggunakan metode amortisasi secara
taat azaz atau konsisten.

Amortisasi merupakan pengalokasian biaya perolehan harta tak berwujud dan pengeluaran
lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai dan
24
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 25 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

muhibah (goodwill) yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun yang digunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Dalam konsep ini, menurut ketentuan perpajakan atas pembelian harta tak berwujud yang
masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dapat dibebankan sekaligus. Jika perusahaan
membebankan pembelian harta tak berwujud tersebut di laporan rugi laba maka akan
dilakukan koreksi fiskal dalam melakukan pengitungan PPh badan.

Penyusutan dan Amortisasi dalam Bidang Usaha Tertentu

Penyusutan atas aktiva berwujud dan amortisasi atas harta tak berwujud dimulai pada bulan
dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu yang diatur lebih lanjut
dalam PMK No. PMK No. 248/PMK.03/2008, PMK No. 249/PMK.03/2008 dan PMK
No.126/PMK.011/2012. Bidang usaha tertentu tersebut, yaitu:

- Bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan
yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah
ditanam lebih dari 1 tahun.
- Bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha perkebunan yang
tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam
lebih dari 1 tahun.
- Bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana ternak dapat
berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah dipelihara sekurang-kurangnya
1 tahun.

Penyusutan dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta dan pengeluaran
lainnya untuk bidang usaha tertentu dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran atau pada
bulan produksi komersial. Yang dimaksud dengan bulan produksi komersial yaitu bulan di
mana penjualan mulai dilakukan.

Penyusutan Perangkat Lunak (Software) Komputer

Perangkat lunak (software) komputer adalah semua program yang dapat digunakan pada
sistem operasi komputer. Program aplikasi umum adalah program yang dapat dipergunakan
oleh pengguna (users) umum untuk memproses berbagai pekerjaan melalui komputer.

Program aplikasi khusus adalah program yang dirancang khusus untuk keperluan
otomatisasi sistem administrasi, pekerjaan atau kegiatan usaha tertentu, seperti di bidang
perbankan, pasar modal, perhotelan, rumah sakit atau penerbangan. Pembebanan perangkat
lunak terbagi dua, yaitu dibiayakan langsung 100% pada bulan pembelian atau diamortisasi
sepanjang masa manfaat.
25
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 26 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Pembelian program aplikasi umum dapat dibiayakan langsung pada bulan pembelian dan
tidak disusutkan. Perangkat lunak komputer berupa program aplikasi umum diperlakukan
sebagai pengeluaran atau biaya operasional rutin. Tetapi jika program aplikasi umum
tersebut dibeli bersamaan dengan pembelian perangkat keras, maka pembelian tersebut
termasuk harga perangkat keras dan disusutkan sebagai kelompok I bersama perangkat
keras.

Sedangkan program aplikasi khusus diamortisasi sepanjang masa manfaat, termasuk


pengeluaran untuk upgrade aplikasi khusus. Ketentuan tentang penyusutan software diatur
ddalam KEP-316/PJ./2002.

Penyusutan Kendaraan Milik Perusahaan dan Telepon Seluler

Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-220/PJ/2002, pengeluaran terkait sedan


hanya boleh dibiayakan sebesar 50%. Pengeluaran tersebut termasuk biaya penyusutan,
pemeliharaan, dan pengeluaran rutin untuk bahan bakar. Sementara atas biaya perolehan
atau pembelian atau perbaikan besar kendaraan bus, minibus, atau yang sejenis yang
dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai, dapat dibebankan
seluruhnya sebagai biaya perusahaan. Dalam ketentuan yang sama, KEP-220/PJ./2002 juga
diatur perlakuan atas pengeluaran telepon seluler. Biaya terkait dengan telepon seluler yang
dimiliki oleh perusahaan hanya boleh dibiayakan sebesar 50% dari jumlah biaya perolehan
atau pembelian, termasuk biaya perolehan perangkat keras handphone dan pulsa.*

***

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.

26
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 27 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :

a. Berikut merupakan biaya penyusutan tahun 2018 (menurut kebijakan perusahaan):


Jenis Harta Tgl Harga Perolehan
Perolehan (Rp)
Bangunan 20 Des 2013 500.000.000
Mesin Pabrik 03 Jan 2015 300.000.000
Handphone 03 Jan 2017 100.000.000
Truk 01 Juli 2018 250.000.000
Mobil Sedan 05 Jan 2017 200.000.000
Minibus 26 Des 2009 450.000.000
Sepeda Motor 05 Juli 2018 30.000.000

27
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 28 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang kelompok harta berwujud bukan


bangunan untuk keperluan penyusutan:
a) Handphone dan sepeda motor, termasuk harta kelompok I
b) Mesin pabrik, truk, mobil sedan, dan minibus termasuk harta kelompok II
Metode penyusutan yang dipakai oleh perusahaan maupun fiskal adalah metode
Garis Lurus. Berdasarkan Pasal 11 UU No 7 tahun 2000, bangunan yang dimiliki
bersifat permanen. Berapa jumlah penyusutan pada koreksi fiskal untuk tahun 2018 ?

28
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 67 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

b. Hitunglah Penyutan asset tetap PT Rupawan Akbar!


PT RUPAWAN AKBAR
DAFTAR PENGHITUNGAN PENYUSUTAN ASET TETAP
TAHUN PAJAK 2019
(METODE GARIS LURUS)
(Dalam Rp)
Aset Tetap Tanggal Harga Perolehan Umur % Jumlah Akumulasi Nilai Buku Beban Nilai Buku Per Ket
Perolehan Fiskal Pemakaian Penyusutan Per Per 31 Penyusutan 31 Desember
(tahun) s.d Des 2018 31 Desember Desember Fiskal tahun 2019
(Tahun) 2018 2018 2019
BANGUNAN PERMANEN

Pabrik Way Lunik Feb 2012 33,000,000,000


Pabrik Tanjung Januari
Bintang 2008 28,000,000,000
Ruko Tanjung Agustus
Karang 2007 23,000,000,000
Ruko Teluk Januari
Betung 2010 17,500,000,000
September
Ruko Sukarame 2006 15,300,000,000
Ruko Kedaton April 2012 16,200,000,000

67
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 68 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Ruko Rajabasa April 2010 12,300,000,000


November
Ruko Natar 2019 9,000,000,000
Kantor Way Januari
Lunik 2006 22,000,000,000
KELOMPOK 1
Furnitur & Fixture Juni 2017 1,440,000,000
Januari
Mesin Fotocopy 2019 334,000,000
Oktober
Messin Scanner 2016 45,000,000
Januari
Lemari Berangkas 2018 32,000,000
September
Televisi 2019 321,000,000

Komputer/Printer Maret 2017 747,000,000


Januari
Handphone 2018 30,000,000
KELOMPOK 2
Mesin Pabrik Januari
Waylunik 2014 18,570,000,000

68
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 69 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Mesin Pabrik Januari


Tanjung Bintang 2012 21,500,000,000
Truk Colt Diesel
Mitsubishi Maret 2015 300,000,000
Truk Colt Diesel
Mitsubishi Juli 2017 550,000,000
Truk Colt Diesel Januari
Mitsubishi 2018 467,000,000
Truk Colt Diesel
Mitsubishi April 2013 312,500,000
September
Sedan 2019 1,500,000,000
KELOMPOK 3
Mesin pabrik Januari
Waylunik 2008 35,560,000,000
Mesin Pabrik Januari
Tanjung Bintang 2005 22,100,000,000
Mesin Pabrik November
Tanjung Bintang 2007 43,000,000,000
September
Mesin Diesel 2010 4,280,000,000
Generator Lisrik Maret 2007 2,345,000,000

69
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 67 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Tugas Mandiri
Lanjutkan praktikum PT. Perdana Putra, hitunglah Penyusutan aset tetap menurut fiskal !
(untuk minggu ke 3)

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC.
Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas
Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan
Pasal 31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

67
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 68 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke :4
Capaian Pembelajaran : Mampu menghitung, menjelaskan dan menganalisis
penilaian kembali asset tetap (Revaluasi).
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu melakukan evaluasi penilaian kembali asset tetap untuk dapat menyusun laporan
keuangan fiskal.

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran serta ketepatan undang
undang dan peraturan yang dipilih sesuai dengan kasus dan pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan. Hal ini dilakukan akibat
adanya kenaikan nilai aset tetap di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam
laporan keuangan perusahaan. Tujuan utama dari revaluasi aset adalah agar perusahaan
dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya secara lebih wajar. Dengan begitu,
hasil revaluasi aset bisa mencerminkan nilai dan kemampuan perusahaan yang sebenarnya.

Aset yang dapat direvaluasi adalah aset tetap berwujud yang terletak di Indonesia, serta
dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak. Contohnya adalah aset properti. Yang jelas, revaluasi aset harus
dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut.

Besaran Tarif untuk Revaluasi Aset Tetap

Besaran revaluasi aset tetap terbagi menjadi 3 macam dan ketiganya bersifat Final. Adapun
besaran tarif tersebut adalah:
68
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 69 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

1. 3% untuk permohonan sampai dengan 31 Desember 2015 dan penilaian kembali


selesai paling lambat 31 Desember 2016.
2. 4% untuk permohonan periode 1 Januari 2016 sampai dengan 30 Juni 2016 dan
penilaian kembali selesai paling lambat 30 Juni 2017.
3. 6% untuk permohonan periode 1 Juli 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 dan
penilaian kembali selesai paling lambat 31 Desember 2017.
Manfaat Revaluasi

Contoh:

• Entitas memiliki bangunan yang menurut pajak nilainya 0 namun masih digunakan
untuk kegiatan operasi. Entitas merevaluasi gedung tersebut menghasilkan nilai baru
sebesar 100 milyar, berdasarkan hasil penilaian 25 Desember 2016.
• Entitas akan membayar pajak sebesar 100 x 6% =6milyar.
• Entitas akan mendepresiasikan gedung tersebut mulai tahun 2017 sebesar 100 milyar
/ 20 = 5milyar. Maka akan memunculkan beban depresiasi fiskal sebesar 5 juta
sehingga terjadi penghematan pajak sebesar 5milyar x 25% = 1.25milyar.
• Penghematan ini akan diterima selama 20 tahun maka total akan diperoleh
penghematan 1.25 x 20 = 25milyar. Total penghematan arus kas sebesar 25milyar –
biaya pajak 6 milyar = 19 milyar.
• Bahkan jika menggunakan ketentuan lama tariff pajak 10% penghematan akan
diperoleh sebear 15% dari nilai revaluasi.
• Penghematan tersebut harus mempertimbangkan biaya appraisal.
• Jika memperhitungkan time value of money, misal bunga 10% maka penghematan
depresiasi adalah PVA (10%;20)5milyar = 42,56milyar x 25%=10.64miliar. Nilai
tersebut dikurangi dengan pajak final dan biaya appraisal.

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan -
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang

69
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 70 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum


dibimbing oleh dosen dan teknisi.
6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


a. Sebutkan syarat pengajuan permohonan revaluasi ?

b. PT Rupawan Akbar pada tahun 2017 membeli aset tetap berupa mesin dengan harga
perolehan Rp. 400.000.000. Mesin tersebut termasuk dalam aset kelompok 2 dan
selama ini perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus. Pada awal tahun
2020 berdasarkan penilaian dari perusahaan jasa penilai yang diakui oleh pemerintah,
nilai wajar dari mesin sebesar Rp. 600.000.000. Apakah perusahaan sebaiknya
melakukan revaluasi?
Jika kondisi perusahaan diasumsikan sebagai berikut
1) Perusahaan tidak mempunyai rugi fiscal
2) Tahun 2015 perusahaan mengalami rugi fiskal sebesar Rp. 1.000.000.000 dan
sampai tahun 2019 baru sebesar Rp. 500.000.000 yang dikompensasikan dan laba
tahun berjalan diprediksi Rp. 200.000.000

c. Lanjutkan praktikum PT. Perdana Putra, hitunglah manfaat revaluasi yang terjadi
pada perusahaan tersebut dan berapakah jumlah pajak yang harus dikeluarkan dari
revaluasi ? (untuk minggu ke 4)

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC.
Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi

70
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 71 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan


Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas
Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan
Pasal 31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

71
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 72 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke :5
Capaian Pembelajaran : Mampu menjelaskan dan menganalisis hubungan istimewa.
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu menjelaskan hubungan istimewa serta jenis-jenis hubungan istimewa

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
Istilah hubungan istimewa biasanya digunakan dalam kasus-kasus perpajakan yang
berkaitan dengan transaksi afiliasi atau, meminjam istilah akuntansi, transaksi para pihak
yang berelasi. Meski demikian, istilah hubungan istimewa tidak serta merta identik dengan
hubungan pihak-pihak berelasi. Suatu hubungan para pihak, dalam hal ini Wajib Pajak,
dapat dikatakan memiliki hubungan istimewa apabila terdapat suatu kondisi yang diduga
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan tidak secara wajar di antara pihak-pihak.
Pengertian Hubungan Istimewa Dalam beberapa peraturan perpajakan, hubungan istimewa
didefinisikan sebagai hubungan antara wajib pajak dengan pihak lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) dan perubahannya, atau
Pasal 2 ayat"

Dalam beberapa peraturan perpajakan, hubungan istimewa didefinisikan sebagai hubungan


antara wajib pajak dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4)
Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) dan perubahannya, atau Pasal 2 ayat (2) Undang-
undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan perubahannya Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak Nomor SE-18/PJ.53/1995 secara eksplisit memberikan judul Pengertian Hubungan
Istimewa (SERI PPN 16-95). Dari surat edaran tersebut dapat ditarik sebuah benang merah
72
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 73 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

bahwa hubungan istimewa adalah hubungan antara Pengusaha Kena Pajak dengan pihak lain
yang akan dapat mempengaruhi harga.

Dasar Hukum
Peraturan-peraturan perpajakan yang terkait dengan hubungan istimewa biasanya didasarkan
pada Pasal 18 ayat (4) Undang-undang Pajak Penghasilan (PPh) dan Pasal 2 ayat (2)
Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Pasal 18 ayat (4) UU PPh


Hubungan istimewa dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib
Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib
Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut
terakhir
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada
di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus dan/atau ke samping satu derajat.

Pasal 2 ayat 2 UU PPN


Hubungan istimewa dianggap ada apabila:
a. Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau tidak langsung sebesar 25% (dua
puluh lima persen) atau lebih pada Pengusaha lain, atau hubungan antara Pengusaha
dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua pengusaha atau
lebih, demikian pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih yang disebut
terakhir; atau
b. Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau lebih Pengusaha berada di
bawah penguasaan Pengusaha yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan
lurus satu derajat dan/atau ke samping satu derajat.

Dalam hubungan istimewa sangat mungkin terjadi transaksi transfer pricing. Transfer
pricing adalah istilah yang digunakan untuk menentukan harga berbagai transaksi antara
73
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 74 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

group korposional multinasional. Transfer pricing dikategorikan menjadi dua jenis yaitu
harga wajar dan harga yang berlaku di pasaran bebas atau bahkan lebih tinggi. Pada
Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-32/PJ/2011 pasal 2 ayat 2 juga dijelaskan
kelaziman usaha dalam transaksi wajib pajak dengan pihak yang memiliki hubungan
istimewa. Terdapat transaksi yang bisa dimanfaatkan dari hubungan istimewa ini
diantaranya ialah perlakukan pengenaan pajak penjualan atas barang mewah maupun
penghasilan final atau tidak final pada sektor tertentu. Ada pula transaksi yang
memanfaatkan perbedaan tarif pajak dari hubungan istimewa oleh wajib pajak kontraktor
kontrak kerja sama migas.

Transfer pricing walaupun normal terjadi dalam bisnis namun menjadi masalah bagi pihak
perpajakan. Transfer pricing menurut Silvain Plasschaert menyatakan memotivasi
perusahaan untuk melakukan beberapa hal berikut ini :

1. Pengurangan objek pajak khususnya pajak penghasilan


2. Mampu menurunkan pengaruh depresiasi
3. Mampu mempengaruhi pembatasan kepemilikan luar negeri dan menaikan harga
atau proteksi terhadap saingan impor
4. Memperkecil risiko bisnis di luar negeri
5. Melindungi perusahaan dari tuntutan imbalan maupun kesejahteraan karyawan

Biarpun begitu tak bisa menutup kemungkinan ada beberapa keuntungan yang bisa
diambil dari transfer pricing dalam hubungan istimewa ini. Beberapa keunggulan yang
dimaksud diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Mampu digunakan untuk mengukur hasil operasi setiap unit sehingga dapat
dilakukan evaluasi kinerja
b. Transfer pricing juga bisa digunakan untuk mengamankan posisi kompetitif
perusahaan karena adanya pengendalian pasar atas harga
c. Memotivasi manajemen untuk lebih berfokus pada produksi dan laba pada setiap
unit
d. Pengendalian harga juga mampu menampilkan biaya dan margin yang seharusnya
diterima dan penetapan harga yang optimal

Metode Transfer Pricing


Terdapat beberapa metode transfer pricing yang dikenal saat ini diantaranya adalah
sebagai berikut :

1. Harga Transfer Dengan Dasar Harga Pasar

74
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 75 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Metode satu ini biasa dilakukan untuk pasar yang sempurna karena sifatnya independen

2. Negotiated Transfer Prices


Transfer pricing ini didasarkan atas negosiasi harga transfer yang diinginkan. Transfer
pricing ini membuat setiap divisi yang berkepentingan mengambil tanggung jawab atas
harga transfer yang dinegosiasikan.

3. Cost Based Transfer Pricing


Bagi perusahaan yang menggunakan transfer pricing ini biasa menetapkan tiga biaya yaitu
biaya penuh, biaya variabel dan gabungan antara biaya variabel dan tetap.

Transfer pricing ini tak hanya meliputi atas barang saja namun royalti juga bisa dikenakan
transfer pricing.

***
4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan -
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan

75
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 76 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok


Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


a. Jelaskan jenis-jenis hubungan istimewa serta berikan contoh kasus pada penjelasan
tersebut.
b. Transanski yang dipengaruhi hubungan istimewa

Tugas Mandiri
Buatlah makalah dengan tema hubungan istimewa yang mengandung transfer pricing
dalam pandangan pajak / fiskal serta buatkan contoh kasus dan penyelesainya.
Dikumpulkan pada pertemuan ke 7.

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC.
Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas
Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan
Pasal 31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak
Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

76
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 77 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke :6
Capaian Pembelajaran : Mampu menghitung, menjelaskan dan menganalisis
penghasilan kena pajak.
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu Menghitung Rekonsiliasi Fiskal dalam menyelesaikan laporan keuangan
fiskal wajib pajak badan

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :

Dasar Hukum

 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah


beberapa kali perubahan, Pertama: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, Kedua:
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, Ketiga: UndangUndang Nomor 17 Tahun
2000 dan diubah terakhir dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36
tahun 2008.
 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 46 Tentang Akuntansi Pajak
Tangguhan.

Definisi Rekonsiliasi Fiskal


Penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan tentu harus disesuaikan dengan peraturan
fiskal yang berlaku, apalagi ketika laporan keuangan tersebut dijadikan dasar untuk
membuat SPT PPh yang akan dilaporkan ke kantor pajak.

77
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 78 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Laporan keuangan umumnya dibuat berdasarkan standar akuntansi keuangan yang belum
tentu sama dan sesuai dengan peraturan/ketentuan perpajakan. Oleh karena itu, dibutuhkan
koreksi fiskal atau yang biasa disebut dengan rekonsiliasi fiskal.

Rekonsiliasi fiskal dapat didefinisikan sebagai salah satu cara untuk mencocokkan
perbedaan yang terdapat dalam laporan keuangan komersial yang disusun berdasarkan
sistem keuangan akuntansi dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan sistem
fiskal.

Dokumen ini berbentuk lampiran SPT tahunan PPh badan berupa kertas kerja yang berisi
penyesuaian antara laba rugi komersial sebelum pajak dengan laba rugi berdasarkan
ketentuan perpajakan. Rekonsiliasi ini juga dilakukan kepada seluruh unsur penyusunan
laporan laba rugi yang meliputi pengeluaran (beban) dan pendapatan.

Koreksi Negatif dan Positif


Dalam sebuah rekonsiliasi fiskal terdapat koreksi fiskal negatif dan koreksi fiskal positif.
Lalu, apa yang dimaksud dengan kedua istilah tersebut?

Koreksi fiskal negatif merupakan koreksi fiskal yang mengakibatkan laba fiskal berkurang
atau rugi fiskal bertambah, sehingga laba fiskal lebih kecil dari laba komersial atau rugi
fiskal lebih besar dari rugi komersial.

Koreksi negatif biasanya disebabkan oleh beberapa hal, seperti:

 Adanya selisih komersial di bawah penyusutan fiskal.


 Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek
pajak namun termasuk dalam peredaran usaha.
 Penyusutan fiskal negatif lain.
Sedangkan koreksi fiskal positif merupakan koreksi yang mengakibatkan laba fiskal
bertambah atau rugi fiskal berkurang, sehingga laba fiskal lebih besar dari laba komersial
atau rugi fiskal lebih kecil dari rugi komersial.

Koreksi positif bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:

 Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi wajib pajak.


 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa.
 Dana cadangan.
 Jumlah melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
 Pajak penghasilan.
 Harta yang dihibahkan.
78
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 79 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

 Gaji yang dibayarkan kepada pemilik.


 Sanksi administrasi.
 Selisih penyusutan/amortisasi komersial.
 Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang dikenakan
PPh Final.
 Penyesuaian fiskal positif lain yang tidak berasal dari hal-hal yang telah disebutkan.
Jenis Rekonsiliasi Fiskal
Terdapat dua jenis rekonsiliasi fiskal berdasarkan perbedaanya secara komersial dan fiskal,
yaitu:

Beda Tetap
Rekonsiliasi beda tetap disebabkan oleh adanya transaksi yang diakui oleh wajib pajak
sebagai penghasilan atau biaya yang sesuai dengan standar akutansi keuangan. Rekonsiliasi
beda tetap merupakan perbedaan antara laba kena pajak dan laba akuntansi sebelum pajak
yang timbul akibat transaksi yang menurut UU perpajakan tidak akan terhapus dengan
sendirinya pada periode lain.

Beda Waktu
Rekonsiliasi fiskal beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu dari sistem akuntansi
dengan sistem perpajakan. Jadi dalam hal ini transaksi menurut akuntasi komersial dan pajak
sama, yang membedakan adalah waktu alokasi biaya.

Tahapan dalam Rekonsiliasi Fiskal


Langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk melakukan rekonsiliasi fiskal di antaranya:

1. Mengenal lebih dulu penyesuaian fiskal yang diperlukan.


2. Menganalisa elemen penyesuaian untuk menentukan pengaruhnya terhadap laba
usaha kena pajak.
3. Mengoreksi fiskal dengan memantau angka koreksi fiskal negatif dan positif.
4. Menyusun laporan keuangan secara fiskal sebagai lampiran SPT tahunan pajak
penghasilan
***

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan -

79
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 80 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.
6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


Lanjutkan praktikum PT. Perdana Putra, buatlah rekonsiliasi fiskalnya ? (untuk minggu
ke 6)

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC. Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

80
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 81 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke :7
Capaian Pembelajaran : Mampu menghitung, menjelaskan dan menganalisis
penghasilan kena pajak.
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu menghitung penghasilan kena pajak PPh Wajib Pajak Badan

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :

Penghasilan Kena Pajak merupakan suatu dasar penghitungan untuk menentukan besarnya
Pajak Penghasilan yang terutang. Ada dua jenis Wajib Pajak, yaitu Wajib Pajak dalam
negeri dan Wajib Pajak luar negeri. Selanjutnya, bagaimana perhitungan penghasilan kena
pajak khususnya bagi Wajib Pajak Badan? Mari simak pembahasan lengkapnya berikut ini.

Perhitungan Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan kena pajak sebagai dasar penetapan tarif pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri
dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan dari penghasilan seperti yang
dimaksud dalam UU PPh Pasal 4 ayat (1) dengan pengurangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat (1), serta Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf g.
81
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 82 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Badan sebagaimana dimaksud dalam UU PPh
Pasal 14 dihitung dengan menggunakan norma penghitungan. Sedangkan, Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui suatu Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia dalam suatu tahun pajak dihitung
dengan cara mengurangkan dari penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dengan memerhatikan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) dengan pengurangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 9 ayat
(1) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf g.

Metode Perhitungan Penghasilan Kena Pajak

Salah satu metode penghitungan penghasilan kena pajak adalah berdasarkan penghasilan
bruto yang diperoleh dalam satu tahun pajak atau dikenal dengan tarif progresif. Semakin
besar penghasilan bruto yang diperoleh, maka tarif pajak yang akan dikenakan juga semakin
besar. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan kotor kurang dari Rp4,8 Miliar, akan dikenai tarif 0,5% (PP No.23
Tahun 2018)

2. Lebih dari Rp4,8 Miliar sampai dengan Rp50 Miliar, akan dikenai tarif [0,25 –
(0,6 Miliar/Penghasilan Kotor)] x Penghasilan Kena Pajak

3. Lebih dari Rp50 Miliar, akan dikenai 25% x Penghasilan Kena Pajak

82
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 83 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Contoh Perhitungan Penghasilan Kena Pajak

Berdasarkan metode penghitungan penghasilan kena pajak yang telah diuraikan sebelumnya,
selanjutnya bisa Anda lihat 3 contoh perhitungan penghasilan kena pajak berikut ini dengan
cermat.

1. Contoh Perhitungan Penghasilan Kurang dari Rp4,8 Miliar

Pada tahun 2018, PT Rupawan Akbar memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp4 Miliar.
Maka besaran pajak penghasilan PT Rupawan Akbar adalah Rp4 Miliar x 0,5% = Rp20 Juta.
Dengan skema ini, bisa dibilang perhitungannya cukup sederhana. Diketahui, selama
periode 2016, PT Rupawan Akbar telah menyetor pajak penghasilan karyawan ke kas negara
sebesar Rp8 Juta dan PPh Pasal 23 sebesar Rp2 Juta. Maka, pajak penghasilan terutang
Rupawan Akbar adalah Rp20 Juta – Rp8 juta – Rp2 Juta = Rp10 Juta. Sisa pajak ini yang
dibayarkan oleh PT Rupawan Akbar ke kas negara atas pajak penghasilan Badan Usaha di
tahun 2018.

2. Contoh Perhitungan Penghasilan Kotor Lebih dari Rp4,8 Miliar sampai dengan
Rp50 Miliar

PT Rupawan Akbar memperoleh penghasilan kotor di tahun 2018 sebesar Rp10 Miliar, dan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp3 Miliar, maka besar pajak PT Rupawan Akbar dapat
dilihat dengan formula sebagai berikut:

[0,25 – (0,6 Miliar Gross Income)] x Penghasilan Kena Pajak

[0,25 – (0,6 Miliar/10 Miliar)] x 3 Miliar = Rp570 Juta (19%)


83
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 84 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Diketahui, selama periode 2018, PT Rupawan Akbar telah menyetor pajak penghasilan
karyawan ke kas negara sebesar Rp200 Juta dan PPh Pasal 23 sebesar Rp100 Juta. Dengan
demikian, PPh Terutang PT Rupawan Akbar adalah sebesar Rp570 Juta – Rp200 Juta –
Rp100 Juta = Rp270 Juta. Sisa pajak tersebut dibayarkan oleh PT Rupawan Akbar ke kas
negara atas pajak penghasilan badan usaha tersebut di tahun 2018.

3. Contoh Perhitungan Jika Penghasilan Kotor Lebih dari Rp50 Miliar

PT Rupawan Akbar memperoleh penghasilan kotor Rp70 Miliar di tahun 2018, dan
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp28 Miliar. Maka, besaran pajak PT Rupawan Akbar
adalah Rp28 Miliar x 25% = Rp7 Miliar.

Diketahui, selama periode 2018, PT Rupawan Akbar telah menyetor pajak penghasilan
karyawan ke kas negara sebesar Rp2 Miliar dan PPh Pasal 23 sebesar Rp1 Miliar. Maka,
pajak penghasilan yang terutang PT Rupawan Akbar adalah Rp7 Miliar – Rp2 Miliar – Rp1
Miliar = Rp4 Miliar.

***

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan -
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang

84
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 85 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum


dibimbing oleh dosen dan teknisi.

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


Lanjutkan praktikum PT. Perdana Putra, buatlah rekonsiliasi fiskalnya sehingga
diketahui penghasilan kena pajaknya ? (untuk minggu ke 6)

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC. Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

85
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 86 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke :8
Capaian Pembelajaran : UTS/UTP
Waktu : 220 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :

2. Indikator Capaian Pembelajaran :-

3. Teori :-
***
4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan -
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa mengerjakan secara individu .


6. Prosedur Kerja :-
7. Tugas dan Pertanyaan :-
8. Pustaka :

9. Hasil Praktikum : Lembar jawaban UTS/UTP yang dikerjakan mahasiswa

86
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 87 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke :9
Capaian Pembelajaran : Mampu menghitung, menjelaskan dan menganalisis tarif &
fasilitas sesuai dengan PKP wajib pajak badan
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu menghitung Tarif dan Fasilitas PPh Badan

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
Kewajiban untuk menghitung sendiri, menyetor dan melaporkan PPh terutang merupakan
implementasi dari sistem self assessment yang dianut di Indonesia. Tidak terkecuali untuk
Wajib Pajak Badan. Pajak penghasilan badan dikenakan atas penghasilan kena pajak setelah
dilakukan koreksi fiskal. PPh Terutang dihitung dengan mengalikan tarif pajak penghasilan
dengan jumlah penghasilan kena pajak.

Untuk mendorong berkembangnya usaha kecil dan menengah, struktur tarif khususnya
terkait PPh Badan dirubah menjadi lebih sederhana. Dengan mengedepankan prinsip
keadilan dan peningkatan daya saing, pemerintah memberikan fasilitas berupa pengurangan
tarif.

II. Ketentuan Tarif dan Fasilitas PPh Badan


87
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 88 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

a. Pasal 17 ayat 1 huruf b


Pada dasarnya tarif PPh Badan menganut tarif tunggal yaitu sebesar 28%. Tarif ini
berlaku pada tahun 2009 kemudian diturunkan menjadi 25% pada tahun 2010. Tarif PPh
Badan sebesar 25% efektif berlaku untuk tahun 2010 dan seterusnya. Tarif ini diterapkan
kepada Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap.

Contoh penghitungan:
Jumlah Peredaran Bruto Tahun 2015 Rp 54.000.000.000,-
Jumlah Penghasilan Kena Pajak Tahun 2015 Rp 4.000.000.000,-
PPh Badan Terutang = 25% x Rp 4.000.000.000,- = Rp Rp 1.000.000.000,-

b. Pasal 17 ayat 2b
Tarif ini diterapkan pada wajib pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan
terbuka yang memperoleh pengurangan tarif sebesar 5% lebih rendah dari tarif normal.
Untuk mendapatkan fasilitas pengurangan tarif ini Wajib Pajak harus memenuhi syarat
sebagai berikut:

a. paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang
disetor dicatat untuk diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
b. Saham sebagaimana dimaksud point a harus dimiliki oleh paling sedikit oleh 300
(tiga ratus) Pihak.
c. Masing-masing Pihak sebagaimana dimaksud dalam point b hanya boleh
memiliki saham kurang dari 5% (lima persen) dari keseluruhan saham yang
ditempatkan dan disetor penuh
d. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c harus
dipenuhi dalam waktu paling singkat 183 (seratus delapan puluh tiga) hari
kalender dalam jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.

88
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 89 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Contoh penghitungan:
Pada tahun 2015 saham PT. Y Tbk. yang disetor dicatat untuk diperdagangkan dibursa
efek di Indonesia sebesar 60%. Saham yang disetor dicatat untuk diperdagangkan dibursa
efek di Indonesia tersebut dimiliki oleh 400 pihak. Diantara 400 pihak, Masing-masing
pihak persentase kepemilikannya tidak melebihi 5%, Kondisi tersebut terjadi selama 190
(seratus delapan puluh dua) hari dalam 1 (satu) tahun pajak.
PT. Y Tbk memenuhi syarat, sehingga PT. Y Tbk memperoleh fasilitas penurunan tarif.
Jumlah PKP dalam tahun pajak 2015 Rp 1, 25 Miliar
PPh yang terutang = (25% - 5%) x Rp1,25 Miliar = Rp 250 Juta

***

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan

89
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 90 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok


Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


Lanjutkan praktikum PT. Perdana Putra, hitunglah tarif pajak penghasilan PT Perdana
Putra? (untuk minggu ke 9)

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC. Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

90
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 91 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke : 10
Capaian Pembelajaran : Mampu menghitung, menjelaskan dan menganalisis tarif &
fasilitas sesuai dengan PKP wajib pajak badan
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu menghitung Tarif dan Fasilitas PPh Badan

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
Penghitungan Pajak Penghasilan terutang:

Seluruh Penghasilan Kena Pajak dikenai tarif sebesar 50% dari tarif Pajak Penghasilan
badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT A tidak melebihi Rp
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak 2015:


50% x 25% x Rp100.000.000,00 = Rp12.500.000.00

Contoh penghitungan 2 :

Total peredaran bruto PT B dalam Tahun Pajak 2015 sebesar Rp6.000.000.000,00 (enam

91
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 92 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

miliar rupiah).
Rinciannya adalah sebagai berikut:
a. Peredaran bruto dari penghasilan yang:
Dikenai PPh bersifat final berdasarkan PP Nomor 46 Tahun
1. Rp4.500.000.000,00
2013
2 Dikenai PPh bersifat final atas jasa konstruksi Rp 500.000.000,00
3 Dikenai PPh tidak bersifat final Rp1.000.000.000,00
Jumlah Rp6.000.000.000,00
b. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang:
Dikenai PPh bersifat final berdasarkan PP Nomor 46
1. (Rp4.000.000.000,00)
Tahun 2013
2 Dikenai PPh bersifat final atas jasa konstruksi (Rp 200.000.000,00)
3 Dikenai PPh tidak bersifat final (Rp 800.000.000,00)
Jumlah (Rp5.000.000.000,00)

c. Jumlah penghasilan neto Rp1.000.000,000,00


d. Koreksi fiskal :
1) Peredaran bruto dari penghasilan yang dikenai PPh (Rp4.500.000.000,00)
bersifat final berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013
2) Peredaran bruto dari penghasilan yang dikenai PPh (Rp 500.000.000,00)
bersifat final atas jasa konstruksi
3) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara Rp4.000.000.000,00
penghasilan yang dikenai PPh bersifat final berdasarkan
PP
Nomor 46 Tahun 2013
4) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara Rp 200.000.000,00
penghasilan dari penghasilan yang dikenai PPh bersifat

92
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 93 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

final atas jasa konstruksi


Jumlah (Rp 800.000.000,00)

e. Jumlah penghasilan neto setelah koreksi fiskal Rp 200.000.000,00


f. Kompensasi kerugian Rp 0,00
g. Penghasilan Kena Pajak Rp 200.000.000,00

Penghitungan Pajak Penghasiian terutang:


a. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas:
Rp4.800.000.000,00 x Rp200.000.000,00 = Rp160.000.000,00
Rp6.000.000.000,00
b. Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp200.000.000,00 - Rp160.000.000 = Rp40.000.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun 2015 :


a. 50% x 25% x Rp160.000.000,00 = Rp20.000.000,00
b. 25% x Rp40.000.000,00 = Rp10.000.000.00
Jumlah Pajak Penghasilan terutang = Rp30.000.000,00

93
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 94 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Template Lembar Penghitungan Fasilitas Pengurangan Tarif PPh Badan Pasal 31 E


UU Pajak Penghasilan

***

94
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 95 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan -
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.
6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


CV. Indah adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam bidang Penjualan Alat
dan Mesin Pertanian.
Peredaran Bruto CV. Indah dalam Tahun Pajak 2018 sebesar Rp 4.750.000.000,00 .

Peredaran Bruto CV. Indah dalam Tahun Pajak 2019 sebesar Rp 5.455.532.000,00 dengan
perincian sebagai berikut :
1. Penjualan Kotor bulan Januari 2019 adalah sebesar 435.652.000.

2. Penjualan Kotor bulan Pebruari 2019 adalah sebesar 468.560.000.


3. Penjualan Kotor bulan Maret 2019 adalah sebesar 449.870.000.

95
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 96 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

4. Penjualan Kotor bulan April 2019 adalah sebesar 435.800.000.


5. Penjualan Kotor bulan Mei 2019 adalah sebesar 475.600.000.
6. Penjualan Kotor bulan Juni 2019 adalah sebesar 468.750.000.

7. Penjualan Kotor bulan Juli 2019 adalah sebesar 495.000.000.


8. Penjualan Kotor bulan Agustus 2019 adalah sebesar 436.520.000.

9. Penjualan Kotor bulan September 2019 adalah sebesar 435.200.000.


10. Penjualan Kotor bulan Oktober 2019 adalah sebesar 463.500.000.
11. Penjualan Kotor bulan Nopember 2019 adalah sebesar 412.560.000.

12. Penjualan Kotor bulan Desember 2019 adalah sebesar 478.520.000.


Hitunglah penghasilan kena pajak, tarif fasilitas dan PPh Terutang dari CV. Indah ?

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC. Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

96
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 97 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke : 11
Capaian Pembelajaran : Mampu menyajikan laporan keuangan fiskal.

Waktu : 170 menit


Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu Menghitung PPh Badan untuk wajib pajak dengan tarif PPh Final

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan
kasus dan pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
Pajak Penghasilan (PPh) Final merupakan sebutan lain untuk PPh Pasal 4 Ayat (2) Undang-
Undang PPh. PPh Final merupakan pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan
pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan.

PPh Final langsung dibayarkan saat penghasilan diterima. Hal ini dikarenakan untuk
menyederhanakan mekanisme perpajakan dan mengurangi beban administrasi Wajib Pajak,
terutama yang masih berkembang dan belum mampu menyelenggarakan pembukuan
keuangan dengan baik.

Objek PPh Final dan Tarifnya

a. Bunga deposito/tabungan, diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan jasa giro
dikenakan tarif 20%, kecuali yang diterima bank, dana pensiun, tabungan
97
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 98 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

kepemilikan Rumah Sangat Sederhana, tabungan atau deposito di bawah


Rp7.000.000,-
b. Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi Orang
Pribadi dikenakan tarif 10% kecuali bunga di bawah Rp240.000,- tidak dikenakan
pajak.
c. Bunga obligasi (surat utang dan Surat Utang Negara lebih dari 12 bulan), kecuali
bunga dan/atau diskonto yang diterima oleh dana pensiun dan bank, baik bank dalam
negeri atau perwakilan bank luar negeri di dalam negeri yang PPh-nya tidak Final.
Adapun bunga obligasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
d. Bunga dari obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Badan Usaha
Tetap (BUT) dikenakan tarif 15%.
e. Bunga dari obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dikenakan tarif 20%.
f. Diskonto dari obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai
BUT dikenakan tarif 15% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan obligasi atau tidak termasuk harga berjalan.
g. Diskonto dari obligasi dengan kupon bagi Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai
P3B dikenakan tarif 20% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan obligasi atau tidak termasuk harga berjalan.
h. Diskonto dari obligasi tanpa bunga bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT
dikenakan tarif 15% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan obligasi.
i. Diskonto dari obligasi tanpa bunga bagi Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai
P3B dikenakan tarif 20% dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan obligasi.
j. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan untuk tahun 2009 – 2010 dikenakan tarif sebesar 0%.
k. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak
dikenakan tarif 5%.
l. Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh WP
reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan untuk tahun 2014 dan seterusnya dikenakan tarif 15%.
m. Dividen yang diterima/diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri dikenakan
tarif 10%.

98
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 99 dari
Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

n. Hadiah undian dikenakan tarif 25%.


o. Transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa
dikenakan tarif 2,5% dari margin awal.
p. Transaksi penjualan saham pendiri dikenakan tarif 0,5%.
q. Transaksi penjualan bukan saham pendiri dikenakan tarif 0,1%.
r. Jasa Konstruksi, yang terdiri atas:

 Pelaksana Jasa Konstruksi kecil dikenakan tarif 2%.

 Pelaksana Jasa Konstruksi tanpa sertifikasi dikenakan tarif 4%.

 Pelaksana Jasa Konstruksi sedang dan besar dikenakan tarif 3%.

 Perancang atau pengawas Jasa Konstruksi oleh penyedia Jasa Konstruksi dengan
sertifikat usaha dikenakan tarif 4%.

 Perancang atau pengawas Jasa Konstruksi oleh penyedia Jasa Konstruksi tanpa
sertifikat usaha dikenakan tarif 6%.

s. Persewaan atas tanah dan bangunan dikenakan tarif 10%.

t. Wajib Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dikenakan tarif 5%, kecuali pengalihan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang
berpenghasilan di bawah PTKP dengan nilai pengalihan kurang dari Rp60.000.000,-,
penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, hibah, warisan atau cara lain kepada
pemerintah, untuk pelaksanaan pembangunan dan kepentingan umum yang
memerlukan persyaratan khusus.

u. Pengalihan Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana oleh Wajib Pajak yang
usaha pokoknya melakukan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
dikenakan tarif 1%.

v. Transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan


pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura dikenakan tarif 0,1%.

w. Usaha dengan total peredaran bruto (omzet) sampai dengan Rp4,8 Miliar dalam
setahun dikenakan tarif 0,5% yang dipotong dari total omzet penjualan per bulan dan
dibayarkan pada tanggal 10 setiap bulannya.

99
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 100 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Cara Perhitungan PPh Final

Sesuai dengan tujuan awal diberlakukannya PPh Final, cara perhitungannya cukup
sederhana yakni perkalian nominal objek pajak dengan presentase tarif pajak yang
dikenakan.

Contoh: PPh atas usaha dengan omzet Rp48 Miliar dalam setahun. Jika dalam satu bulan
omzet penjualan Anda Rp100.000.000 per bulan, maka pajak Anda adalah Rp100.000.000 x
0,5% = Rp500.000,-.

***

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
100
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 101 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

b. Membaca kasus yang disediakan


c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


a. Tuan Agus memiliki usaha kecil sebagai pedagang baju dengan omzet sebulan
Rp15.000.000. Dia memenuhi syarat untuk menggunakan PP 23 Tahun 2018.
Hitunglah berapa besar jumlah pajak yang dibawayar oleh tuan Agus ?
b. Tuan Agus mengantongi omzet sebesar Rp700.000.000 per tahun. Kemudian
ternyata istrinya memiliki usaha salon dengan omzet Rp500.000.000 per
tahun. Berapa jumlah pajak yang harus dibayar apabila NPWP Suami istri
digabung dan dipisah ?
c. Aditya menyimpan uang di Bank ABC dalam bentuk deposito sebesar
Rp100.000.000 dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut,
Aditya menerima bunga setiap bulan sebesar Rp1.000.000. Berapa besaran pajak
yang harus dibayarkan atas bunga deposito Aditya?
d. Andhika menyimpan uang di Bank AAA dalam bentuk deposito sebesar
Rp7.000.000 dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut,
Andhika merima bunga setiap bulan sebesar Rp70.000. Berapa besaran pajak
yang harus dibayarkan atas bunga deposito Aditya?
e. Dana Pensiun Solusi Abadi yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia dengan
nominal Rp1.000.000.000 dengan memperoleh diskonto sebesar Rp20.000.000.
Pada tanggal 1 April 2017, Dana Pensiun Solusi Abadi menjual SBI tersebut
kepada PT Rosa Sentosa dengan harga Rp980.000.000 dan dibayarkan pada saat
yang sama. Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh atas
transaksi tersebut?
f. Pada tanggal 1 Juli 2011, PT ABC (emiten) menerbitkan obligasi dengan kupon
(interest bearing bond) dengan nilai nominal Rp10.000.000 per lembar. Jangka
waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2016). Bunga tetap sebesar
16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember.
Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
g. PT MNO (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi
dengan harga di bawah nilai nominal (at discount) dengan harga Rp9.000.000 per
lembar. Berapa besaran pajak yang harus dibayarkan atas bunga obligasi
tersebut?

101
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 102 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

h. Pada tanggal 12 Agustus 2015, Rahmat membeli 1 unit rumah dari developer PT
Griya Persada seharga Rp800.000.000 secara tunai. Antara PT Griya Persada
dengan Rahmat belum dilakukan penandatanganan Akta Jual Beli (AJB) karena
sertifikat rumah tersebut masih dalam proses pemecahan sehingga dilakukan
terlebih dahulu dengan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) antara PT Griya
Persada sebagai penjual dan Rahmat sebagai pembeli. Sertifikat rumah tersebut
masih atas nama PT Griya Persada. Sebelum dilakukan AJB antara PT Griya
Persada dengan Rahmat, rumah tersebut oleh Rahmat dijual kepada Indra Aji,
sehingga akibat transaksi tersebut nama penjual dan pembeli yang tercantum
dalam PPJB rumah tersebut menjadi PT Griya Persada sebagai penjual dan Indra
Aji sebagai pembeli. Bagaimana penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4
ayat 2 atas pengalihan rumah tersebut?

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC. Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

102
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 103 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke : 12
Capaian Pembelajaran : Mampu menyajikan laporan keuangan fiskal.

Waktu : 170 menit


Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu Menghitung PPh Badan untuk wajib pajak dengan norma khusus

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :

A. Dasar Hukum

 Pasal 14 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (berlaku sejak 1 Januari 2019)


tentang perubahan keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2015 tentang Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-4/PJ/2009 tentang petunjuk
pelaksanaan pencatatan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi (WP-OP)

B. Yang Dapat Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN).

Yang Dapat/Boleh Menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) adalah :

103
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 104 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang peredaran brutonya (omzet) dalam 1 tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,-
dengan syarat memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. (Pasal 14 ayat 2 UU PPh)
Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memberitahukan kepada Direktur Jenderal
Pajak untuk menghitung penghasilan netto menggunakan Norma Penghasilan Netto,
dianggap menyelenggarakan pembukuan. (Pasal 14 ayat 4 UU PPh dan Pasal 2 ayat
3 PER-17/PJ/2015)
b. Dalam hal terhadap Wajib Pajak Badan atau Orang Pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas dilakukan pemeriksaan sebagaimana diatur dalam UU
KUP, ternyata Wajib Pajak tersebut tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan
pembukuan atau tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau pencatatan atau
bukti-bukti pendukungnya, penghasilan netonya dihitung dengan menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto (Pasal 14 ayat 5 UU PPh dan Pasal 3 ayat 1
PER 17/PJ/2015)

C. Kewajiban yang Timbul atas Penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.

Kewajiban yang Timbul atas Penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto antara
lain:

1. Menyampaikan surat pemberitahuan penggunaan norma kepada Direktur Jenderal


Pajak dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
2. Menyelenggarakan pencatatan Peredaran Usaha sebagaimana dimaksud dalam UU
KUP (Pasal 14 ayat 3 UU PPh) sesuai format Lampiran I PER-4/PJ/2009

D. Sanksi Menggunakan Norma Penghitungan Tanpa Pemberitahuan.

104
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 105 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Bagi yang tetap menggunakan Norma padahal tidak menyampaikan Penggunaan Norma
dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan dan dikenakan sanksi administrasi
sebagaimana yang diatur dalam UU KUP (Pasal 3 ayat 3 PER-17/PJ/2015)

E. Besarnya Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN).

Besarnya Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN) dibagi menjadi (Pasal 4 PER-
17/PJ/2015):

1. Daftar Persentanse Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang dikelompokan


menurut wilayah sebagai berikut (dibagi secara umum):
a. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak
b. Ibukota pronpinsi lainnya
c. Daerah lainnya
2. Daftar Persentanse Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi yang menghitung penghasilan netonya dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto (Lampiran I PER 17/PJ/2015).
3. Daftar Persentanse Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi yang ternyata tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan
atau tidak bersedia memperlihatkan pembukuan atau pencatatan atau bukti-bukti
pendukungnya (Lampiran II PER 17/PJ/2015).
4. Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk Wajib Pajaki Badan
yang tidak atau tidak sepenuhnya menyelenggarakan pembukuan atau tidak bersedia
memperlihatkan pembukuan atau bukti-bukti pendukungnya (Wajib Pajak Badan
yang dimaksud Pasal 14 ayat 5 UU PPh) (Lampiran III PER 17/PJ/2015).

F. Dalam Hal Wajib Pajak Memiliki Lebih Dari Satu Jenis Usaha

Penghitungan penghasilan neto Wajib Pajak yang memiliki lebih dari satu jenis usaha atau
pekerjaan bebas, dilakukan terhadap masing-masing jenis usaha atau pekerjaan bebas
105
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 106 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

dengan memperhatikan pengelompokan wilayah pengenaan norma (Pasal 5 ayat 1 PER-


17/PJ/2015)
Penghasilan neto Wajib Pajak yang memiliki dari satu jenis usaha atau pekerjaan bebas
adalah penjumlahan penghasilan neto dari masing-masing jenis usaha atau pekerjaan bebas
yang dihitung (Pasal 5 ayat 2 PER-17/PJ/2015)

G. Cara Menghitung Besar Penghasilan Neto

Penghasilan neto bagi tiap jenis usaha dihitung dengan cara mengalikan angka persentase
Norma Penghitungan Penghasilan Neto dengan peredaran bruto atau penghasilan bruto dari
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dalam satu Tahun Pajak (Pasal 6 ayat 1 PER-
17/PJ/2015)

***

4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.

106
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 107 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :

Selain menjalankan usaha kantor akuntan publik di Jakarta, Tuan Irvan memiliki
usaha persewaan ruang kantor di kota yang sama. Sepanjang tahun 2016, Tuan Irvan
memiliki peredaran usaha dari jasa kantor akuntan publik sebesar Rp 1.000.000.000.
Sedangkan dari usaha persewaan ruang kantor memperoleh sebesar Rp3.000.000.000.
Tuan Irvan telah menyampaikan pemberitahuan mengenai penggunaan Norma
Penghitungan kepada Direktur Jenderal Pajak 3 bulan sejak awal Tahun Pajak 2016.
Karena penghasilan yang diperoleh Tuan Irvan pada tahun 2016 dari usaha jasa kantor
akuntan publik dan usaha persewaan ruang kantor tidak melebihi Rp 4.800.000.000,
maka Tuan Irvan boleh menghitung penghasilan neto atas penghasilan yang diperoleh
dari jasa kantor akuntan publik dengan menggunakan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto. Sedangkan atas penghasilan yang diperoleh Tuan Irvan dari usaha
persewaan ruang kantor dikenai PPh yang bersifat final berdasarkan PP No. 29 Tahun
1996 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP No. 5 Tahun 2002 tentang
Pembayaran Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau
Bangunan.
Ditanya :
a. Berapakah persentasi norma yang di terima oleh Tuan Irvan sehubungan
dengan usahanya dari kantor akuntan publik ?
b. Kemudian hitunglah penghasilan terutang tuan irvan ?

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC. Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000

107
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 108 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang


PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

108
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 109 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke : 13
Capaian Pembelajaran : Mampu menyajikan laporan keuangan fiskal.

Waktu : 170 menit


Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu menghitung PPh Badan dengan cara normal

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan
kasus dan pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
Norma Penghitungan Penghasilan Neto yang dimaksud dapat dilihat dalam pasal 14 UU No.
36 Tahun 2008 tentang PPh.

Berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku, Norma Penghitungan Penghasilan Neto


dibagi dalam 2 jenis berdasarkan jumlah peredaran bruto, yaitu:

1. Peredaran Bruto sampai dengan 50 miliar rupiah

Wajib pajak badan dalam negeri yang memiliki peredaran bruto hingga Rp50 miliar akan
mendapatkan pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif yang berlaku pada Pasal 17 UU No.
36 Tahun 2008.

Tarif ini dikenakan atas penghasilan kena pajak dari peredaran bruto yang berjumlah Rp4,8
miliar.

Jadi, penghitungan PPh Badan yang terutang dengan peredaran bruto kurang dari Rp50
miliar adalah:

109
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 110 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

o Peredaran bruto kurang atau sama dengan Rp4,8 miliar adalah 50% x 25% x
penghasilan kena pajak.
o Peredaran bruto lebih dari Rp4,8 miliar sampai Rp50 miliar adalah [(50% x25%) x
penghasilan kena pajak yang memperoleh fasilitas] + [25% x penghasilan kena
pajak tidak memperoleh fasilitas].

2. Peredaran Bruto di atas Rp50 miliar

PPh badan terutang dengan peredaran bruto di atas Rp50 miliar akan dihitung berdasarkan
ketentuan umum atau tanpa fasilitas pengurangan tarif.

Jadi, besar PPh badan tetap 25% dikalikan penghasilan kena pajak.

***
4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.
110
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 111 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

7. Tugas dan Pertanyaan :


Lanjutkan praktikum PT. Perdana Putra ?

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC.
Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

111
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 112 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke : 14
Capaian Pembelajaran : Mampu menyajikan laporan keuangan fiskal.

Waktu : 170 menit


Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu menjelaskan kredit pajak wajib pajak badan.

2. Indikator Capaian Pembelajaran :


Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :

Kredit Pajak

Berdasarkan pasal 28 UU PPh, setelah diketahui jumlah pajak yang terutang, wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap dapat mengurangi pajak terutang tersebut dengan kredit
pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan. Kredit pajak tersebut berupa:

a. pemotongan pajak atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, dan kegiatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh;
b. pemungutan pajak atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan
usaha di bidang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 UU PPh;
c. pemotongan pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, sewa, hadiah dan
penghargaan, dan imbalan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 UU PPh;
d. pajak yang dibayar atau terutang atas penghasilan dari luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 UU PPh;

112
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 113 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

e. pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 25 UU PPh;
f. pemotongan pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5)
UU PPh.

Namun sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan perundang‐undangan di bidang
perpajakan yang berlaku tidak boleh dikreditkan dengan pajak yang terutang.

Contoh:

Pajak Penghasilan yang terutang Rp 80.000.000,00

Kredit pajak:

Pemotongan pajak dari pekerjaan (Pasal 21) Rp 5.000.000,00

Pemungutan pajak oleh pihak lain (Pasal 22) Rp 10.000.000,00

Pemotongan pajak dari modal (Pasal 23) Rp 5.000.000,00

Kredit pajak luar negeri (Pasal 24) Rp 15.000.000,00

Dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Pasal 25) Rp 10.000.000,00 (+)

Jumlah Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan Rp 45.000.000,00 (‐)

Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar Rp 35.000.000,00

113
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 114 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil dari jumlah kredit
pajak di atas maka setelah dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan setelah diperhitungkan dengan utang pajak berikut sanksi‐sanksinya.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 17B ayat (1) Undang‐undang tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, Direktur Jenderal Pajak atau pejabat yang ditunjuk
berwenang untuk mengadakan pemeriksaan sebelum dilakukan pengembalian atau
perhitungan kelebihan pajak.

Hal‐hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum dilakukan pengembalian atau


perhitungan kelebihan pajak adalah:

a. kebenaran materiil tentang besarnya pajak penghasilan yang terutang;


b. keabsahan bukti‐bukti pungutan dan bukti‐bukti potongan pajak serta bukti
pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri selama dan untuk tahun pajak yang
bersangkutan.

Oleh karena itu untuk kepentingan pemeriksaan, Direktur Jenderal Pajak atau pejabat lain
yang

ditunjuk diberi wewenang untuk mengadakan pemeriksaan atas laporan keuangan,


buku‐buku dan catatan lainnya serta pemeriksaan lain yang berkaitan dengan penentuan
besarnya pajak penghasilan yang terutang, kebenaran jumlah pajak dan jumlah pajak yang
telah dikreditkan dan untuk menentukan besarnya kelebihan pembayaran pajak yang harus
dikembalikan.

Maksud pemeriksaan ini untuk memastikan bahwa uang yang akan dibayar kembali kepada
Wajib Pajak sebagai restitusi itu adalah benar merupakan hak Wajib Pajak. (Pasal 28A UU
PPh).

Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun Pajak ternyata lebih besar daripada kredit
pajak

114
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 115 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

sebagaimana dimaksud di atas, kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi
sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan dan paling lambat
pada batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan. Apabila tahun buku sama
dengan tahun kalender, kekurangan pajak tersebut wajib dilunasi paling lambat tanggal 31
Maret bagi Wajib Pajak orang pribadi atau 30 April bagi Wajib Pajak badan setelah tahun
Pajak berakhir, sedangkan apabila tahun buku tidak sama dengan tahun kalender, misalnya
dimulai tanggal 1 Juli sampai dengan 30 Juni, kekurangan pajak wajib dilunasi paling
lambat tanggal 30 September bagi Wajib Pajak orang

pribadi atau 31 Oktober bagi Wajib Pajak badan. (Pasal 29 UU PPh).

Pajak Penghasilan Pasal 21

Wajib pajak Orang Pribadi dapat mengurangi jumlah pajak yang terutangnya dengan
mengkreditkan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang telah dipotong oleh pemotong PPh Pasal 21
dalam tahun Pajak yang bersangkutan, baik terhadap Wajib Pajak sendiri maupun terhadap
isteri Wajib Pajak yang bekerja pada lebih dari satu pemberi kerja, dan anak/anak angkat
yang belum dewasa. Jumlah yang dapat dikreditkan adalah sejumlah nilai yang tercantum
dalam Formulir 1721-A1 Angka 21 dan/atau dari Formulir 1721-A2 Angka 18 dan/atau
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21, tidak termasuk PPh Pasal 21 yang bersifat final.

Yang dimaksud dengan Pemotongan PPh Pasal 21 adalah Pemotongan PPh atas Penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:

1. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai
atau bukan pegawai;
2. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
3. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain
dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;

115
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 116 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

4. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan


sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas;
dan
5. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan.

PPh PASAL 22

PPh Pasal 22 meliputi PPh yang telah dipungut dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh:

a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang;
b. Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Bendahara Pemerintah baik ditingkat
Pemerintah Pusat maupun di tingkat Pemerintah Daerah, yang melakukan
pembayaran atas pembelian barang;
c. Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah, yang melakukan
pembelian barang dengan dana yang bersumber dari belanja negara (APBN) dan/atau
belanja daerah (APBD) kecuali badan-badan tersebut pada butir d;
d. Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Asset (PPA), Badan Urusan Logistik
(BULOG), PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT. Perusahaan Listrik Negara
(PLN), PT. Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT. Krakatau Steel, Pertamina, dan bank -
bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari
APBN maupun non-APBN;
e. badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;
f. Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas, dan pelumas atas penjualan bahan
bakar minyak, gas, dan pelumas.
g. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan,
pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak atas pembelian
bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul.

116
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 117 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

PPh PASAL 23

PPh Pasal 23 meliputi PPh yang telah dipotong dalam Tahun Pajak yang bersangkutan oleh
pemotong PPh Pasal 23 atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalti, hadiah dan
penghargaan, sewa, imbalan atas jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain
yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak, kecuali pemotongan PPh yang bersifat
final.

Pada dasarnya PPh Pasal 23 dipotong atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama
dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh
tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap:

1. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti; dan
hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
2. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah
dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2); dan
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.

PPh PASAL 24

PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun yang bersangkutan, sebesar PPh
yang dibayar/dipotong/ terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan
pajak yang terutang berdasarkan UU PPh. Penghitungan "batas maksimum kredit pajak luar
negeri yang dapat dikreditkan" tersebut harus dilakukan untuk masing-masing negara.

117
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 118 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

PPh PASAL 26

Pemotongan pajak atas Wajib Pajak Luar Negeri adalah bersifat final namun atas
penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan huruf c Undang-
Undang PPh dan atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang
berubah status menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, pemotongan
pajaknya tidak bersifat final sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam SPT
Tahunan PPh. Tidak termasuk PPh Pasal 26 yang telah dikreditkan pada lembar
formulir 1721 - A1

PPh Terutang
Hukum pajak Indonesia mengenal istilah pajak terutang. Istilah ini mengacu pada pajak
yang harus dibayarkan pada saat tertentu dalam masa pajak, tahun pajak, atau bagian tahun,
sesuai ketentuan dalam undang-undang. Sedangkan, PPh terutang adalah pajak terutang
yang dihitung dari Penghasilan Kena Pajak.

Dasar Hukum PPh Terutang


Semua jenis pajak terutang, termasuk pajak penghasilan, tidak sama dengan utang pajak. Hal
ini dapat dilihat dari dasar hukumnya. Istilah pajak yang terutang dapat Anda temukan pada
beberapa peraturan pajak di bawah ini:

1. UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP

Undang-undang ini mengatur ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP).
Pada pasal 10 undang-undang ini dijabarkan bahwa pajak terutang adalah pajak
yang harus dibayar pada saat tertentu dalam masa pajak, tahun pajak, atau bagian
tahun pajak.

2. UU KUP Pasal 1 Ayat 10

Deskripsi pajak terutang dalam UU KUP Pasal 1 mirip dengan UU Nomor 28


Tahun 2007.

118
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 119 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

3. UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang PPh

Undang-undang ini merupakan versi lebih baru dari UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan. Pasal 17 dalam undang-undang ini memuat tarif pajak penghasilan untuk orang
pribadi dan badan. Wajib pajak membutuhkan informasi ini untuk menghitung pajak
terutang dari penghasilan kena pajak.

4. PER-4/PJ/2009

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 4 Tahun 2009 tidak secara khusus menyebut
pajak penghasilan terutang. Akan tetapi, peraturan ini memuat penjelasan serta petunjuk
untuk melakukan pencatatan pajak penghasilan, khususnya bagi Wajib Pajak Orang

5. PER-32/PJ/2015

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 32 Tahun 2015 juga mengatur tarif pajak
penghasilan, dengan fokus pada pajak penghasilan pribadi. Peraturan ini juga membedakan
tarif yang dikenakan pada wajib pajak yang sudah memiliki NPWP dan yang belum. Anda
dapat menemukannya pada bab VII pasal 20.

Berbeda dengan pajak terutang (yang bukan merupakan tunggakan), deskripsi utang pajak
tercantum di dalam Undang-Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU PSPP)
khususnya pada pasal 1 Ayat 8. Dengan kata lain, ada unsur sanksi di dalam utang pajak dan
sudah menjadi tunggakan. Anda wajib membayar utang pajak beserta denda, kenaikan, atau
bunga sebagai sanksi keterlambatan.

Rumus Perhitungan Tarif PPh Terutang


Menurut UU No 36 Tahun 2008, terdapat persentase khusus untuk menghitung tarif pajak
penghasilan, tergantung dari jumlah Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh. Rumus tarif
untuk wajib pajak orang pribadi adalah:

 5% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan hingga Rp50.000.000/tahun.


 15% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan di atas Rp50.000.000 hingga
Rp250.000.000/tahun.
 25% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan di atas Rp250.000.000 hingga
Rp500.000.000/tahun.
 30% dari penghasilan kena pajak untuk penghasilan di atas Rp500.000.000/tahun.
Perhitungan di atas ini hanya berlaku untuk wajib pajak yang sudah memiliki NPWP. Wajib
pajak tanpa NPWP harus membayar tarif 20% lebih tinggi dari yang wajib dibayarkan
pemilik NPWP.

119
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 120 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Cara Menentukan Jumlah Penghasilan Kena Pajak


Dalam dunia perpajakan, ada istilah Penghasilan Kena Pajak dan Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Sebelum menghitung pajak penghasilan (termasuk pajak terutang), pastikan
mengetahui jumlah penghasilan kena pajak Anda, terutama karena jumlahnya bisa berbeda
untuk setiap orang.

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 16 Tahun 2016 menetapkan angka


Rp54.000.000 sebagai jumlah PTKP selama setahun untuk wajib pajak orang pribadi. Jika
individu tersebut sudah menikah, ada tambahan senilai Rp4.500.000. Nilai yang sama akan
terus ditambahkan untuk setiap anak yang lahir dari pernikahan individu tersebut.

Untuk menentukan pajak yang harus Anda bayar, temukan selisih antara penghasilan kena
pajak dan PTKP dalam setahun. Setiap individu akan mendapat hasil yang berbeda karena
adanya variasi, seperti jumlah pendapatan, potongan pada gaji, status pernikahan atau
keluarga, dan lain sebagainya.

Ilustrasi Perhitungan Tarif Pajak Penghasilan Terutang


Berikut ini adalah contoh perhitungan PPh terutang:

A adalah karyawan perusahaan yang masih lajang. Dia memiliki penghasilan senilai
Rp6.000.000 per bulan, atau Rp72.000.000 per tahun. Status lajang A membuatnya
mendapat Penghasilan Tidak Kena Pajak sejumlah Rp54.000.000 per tahun. Ini berarti
penghasilan kena pajak si A dihitung dari selisih antara gaji/pendapatan per tahun dan
PTKP, yaitu Rp72.000.000–Rp54.000.000 = Rp18.000.000.

Karena penghasilan si A dalam setahun adalah Rp72.000.000, maka perhitungan tarifnya


menggunakan persentase 15%. Jumlah pajak penghasilan yang harus dibayar dalam setahun
adalah 15/100 x Rp18.000.000 = Rp2.700.000. Ini berarti jumlah uang yang menjadi
potongan pajak A adalah Rp225.000.

***
4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan
5. BPP

120
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 121 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


Lanjutkan praktikum PT. Perdana Putra, cari dan hitunglah besarnya kredit pajak PT
Perdana Putra ?

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC.
Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

121
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 122 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


(BPP)

Minggu ke : 15
Capaian Pembelajaran : Mampu merencanakan pelaporan dan pembayaran untuk
melaksanakan kewajiban pajak PPh Badan.
Waktu : 170 menit
Tempat : Politeknik Negeri Lampung

1. Sub Capaian Pembelajaran :


Mampu Melaksanakan Penyetoran dan pembayaran PPh Terutang
2. Indikator Capaian Pembelajaran :
Ketepatan dalam menjelaskan masing-masing sub capaian pembelajaran sesuai dengan kasus dan
pertanyaan yang diajukan.

3. Teori :
PENYETORAN DAN PELAPORAN

122
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 123 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan ke Kas Negara melalui:

1. layanan dengan menggunakan Sistem Elektronik (https://sse3.pajak.go.id), dan


2. layanan pada loket/teller (over the counter) pada pada Bank Persepsi/Pos
Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing.

 Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat


Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP.
 Sarana administrasi lain ini dapat berupa:

a. BPN atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui sistem pembayaran


pajak secara elektronik atau dengan datang langsung ke Bank Persepsi
b. SSPCP atas pembayaran dan penyetoran PPh Pasal 22 impor, PPN impor,
dan PPnBM impor serta PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri;

123
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 124 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

c. Bukti Pbk atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui


Pemindahbukuan; atau
d. bukti penerimaan pajak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

 SSP atau sarana administrasi lain tersebut dinyatakan sah, dalam hal telah
divalidasi dengan NTPN.

Dikecualikan dari ketentuan ini, Bukti Pbk dinyatakan sah dalam hal telah
ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang untuk menerbitkan Bukti Pbk.

 Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak diakui sebagai pelunasan kewajiban
sesuai dengan tanggal bayar yang tertera pada BPN atau tanggal bayar berdasarkan
validasi MPN pada SSP atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP.
 Satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran: (kecuali untuk Wajib
Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Pasal 3 ayat
(3a) Undang-Undang KUP yang dapat membayar PPh Pasal 25 untuk beberapa Masa
Pajak dalam satu SSP)
0. 1 (satu) jenis pajak,
1. 1 (satu) Masa Pajak atau Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak, dan
2. 1 (satu) surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
PBB atau Surat Tagihan Pajak PBB,

KETERLAMBATAN PENYETORAN DAN PELAPORAN


Sanksi keterlambatan :
■ Pembayaran 2% per bulan
■ Pelaporan Rp. 1.000.000 / SPT Tahunan

124
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 125 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

KETENTUAN LAIN
Untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan harus dilengkapi data mengenai :
a. jumlah peredaran usaha;
b. jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;
c. jumlah Penghasilan Kena Pajak;
d. jumlah pajak yang terutang;
e. jumlah kredit pajak;
f. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
g. jumlah harta dan kewajiban;
h. tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29; dan
i. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
Dokumen yang harus dilampirkan dalam SPT (KEP - 214/PJ./2001)
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan :
a. Neraca dan Laporan Laba Rugi Tahun Pajak yang bersangkutan dari Wajib Pajak itu
sendiri (bukan Neraca dan Laporan Laba Rugi konsolidasi grup) beserta rekonsiliasi
laba rugi fiskal.
b. Daftar penghitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.
c. Penghitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa kerugian tahun-tahun
sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.
d. Surat Setoran Pajak Pajak Penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalam hal terdapat
kekurangan pajak yang terutang, kecuali ada izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29.
e. Surat Kuasa Khusus, dalam hal Surat Pemberitahuan Tahunan ditandatangani oleh
bukan Wajib Pajak.
f. Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskan penghitungan
besarnya penghasilan kena pajak atau besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.

125
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 126 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan merupakan ringkasan dari


laporan keuangan yang mencerminkan keseluruhan isi dari laporan keuangan. Transkrip
Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan dibedakan menurut jenis usaha Wajib
Pajak yaitu

No. Kode Jenis Usaha Wajib Pajak


Formulir

1. 8A-1 8B-1 Perusahaan Industri Manufaktur

2. 8A-2 8B-2 Perusahaan Dagang

3. 8A-3 8B-3 Bank Konvensional

126
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 127 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

4. 8A-4 8B-4 Bank Syariah

5. 8A-5 8B-5 Perusahaan Asuransi

6. 8A-6 8B-6 Non-Kualifikasi (selain tujuh jenis usaha yang ada)

7. 8A-7 8B-7 Dana Pensiun

8. 8A-8 8B-8 Perusahaan Pembiayaan

Bentuk SPT PPh Badan

Untuk SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan

a. Batas waktu penyampaian SPT-nya adalah paling lama 4 bulan setelah akhir Tahun
Pajak
o Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib
Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
127
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 128 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

b. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh harus
dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.

Cara Buat SPT Tahunan Badan Menggunakan e-FORM DJP Online


Kini formulir SPT Tahunan Badan 1771 juga bisa diakses dan diisi secara online melalui
menu “e-Form” pada situs DJP Online.

Caranya cukup mengakses situs DJP Online dan klik menu “e-Form” untuk menemukan
SPT 1771.

Berhubung e-Form tidak memiliki fitur impor data dan harus memasukkan data secara
manual, maka disarankan perusahaan rintisan atau pemula yang menggunakan fitur ini,
karena datanya masih belum banyak.

Bagi perusahaan dengan skala besar dan memiliki banyak transaksi disarankan tetap
menggunakan e-SPT.

Dokumen yang Harus Dipersiapkan Sebelum Mengisi SPT Tahunan Badan


Untuk mempermudah pengisian data SPT PPh Badan 1771, sebaiknya Anda mempersiapkan
dokumen-dokumen berikut ini.

1. SPT Tahunan PPh Badan 1771.

128
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 129 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

2. SPT Masa PPN, termasuk semua faktur pajak masukan dan faktur pajak keluaran
pada masa Januari sampai dengan Desember.
3. SPT Masa PPh Pasal 21 mulai dari masa pajak Januari sampai dengan Desember.
4. Bukti pemotongan PPh Pasal 23 mulai dari masa pajak Januari sampai dengan
Desember.
5. Bukti pemungutan PPh Pasal 22 dan SSP Pasal 22 impor masa pajak Januari sampai
dengan Desember.
6. Bukti pemotongan PPh Pasal 4 Ayat 2 masa pajak Januari sampai dengan Desember.
Apabila termasuk wajib pajak dengan kewajiban berdasarkan PP nomor 46 Tahun
2013 (PPh Final 1%), maka siapkan Bukti Pembayaran PPh Pasal 4 Ayat 2 masa
Januari sampai dengan Desember.
7. Bukti pembayaran PPh Pasal 25 masa pajak Januari sampai dengan Desember.
8. Bukti Pembayaran atas STP (Surat Tagihan Pajak) PPh Pasal 25 masa pajak Januari
sampai dengan Desember.
9. Laporan Keuangan (rugi laba dan neraca), termasuk laporan keuangan hasil audit
akuntan publik, serta data pendukungnya, seperti:
o Buku besar pendukung Laporan Keuangan.
o Buku besar pembantu pendukung laporan keuangan.
o Rekening koran/tabungan perusahaan.
o Bukti penerimaan dan pengeluaran (kwitansi, bon, nota, dan lain-lain).
o Arsip akte pendirian dan/atau akte perubahannya.
o Lampiran SPT Tahunan PPh Badan, seperti Daftar Penyusutan, Perhitungan
Kompensasi Kerugian, daftar nominatif biaya entertainment, biaya promosi,
dan lain-lain.
Data yang Harus Dicocokkan Untuk Pelaporan SPT Tahunan Badan
Sebelum mulai mengisi formulir SPT 1771, wajib pajak harus melakukan equalisasi atau
pencocokan untuk data-data berikut ini:

No. Data Yang Harus Dicocokkan untuk Pelaporan SPT Tahunan Badan

1. Peredaran usaha dengan Dasar Pengenaan Pajak dan Faktur Pajak Keluaran pada
SPT Masa PPN Masa Januari s.d Desember

129
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 130 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

2. Objek PPh Pasal 22 atas peredaran usaha dan bukti


pemungutan/bukti pembayaran PPh Pasal 22 masa Januari
s.d Desember

3. Objek PPh Pasal 23 atas peredaran usaha dan bukti


pemungutan PPh Pasal 23 dari pihak lain masa Januari s.d
Desember

4. Objek PPh Pasal 4 (2) atas peredaran usaha dan bukti


pemungutan/bukti pembayaran PPh Pasal 4 (2) dari pihak
lain masa Januari s.d Desember

5. Objek PPh Pasal 4 ayat 2 (PPh Final 1%) masa pajak masa
Januari s.d Desember

6. Pembelian dan biaya Faktur pajak masukan pada SPT Masa PPN masa Januari
usaha dengan s.d Desember

7. Objek PPh Pasal 21/26 pada SPT Masa PPh Pasal 21/26
masa Januari s.d Desember

8. Objek PPh Pasal 23/26 pada SPT Masa PPh Pasal 23/26
yang menjadi kewajiban pemotongan PPh Pasal 23/26 oleh
wajib pajak masa Januari s.d Desember

130
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 131 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

9. Objek PPh Pasal 4 (2) pada SPT Masa PPh Pasal 4 (2)
yang menjadi kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 (2) oleh
wajib pajak masa Januari s.d Desember

10. Kas di neraca dengan Buku kas per 31 Desember

11. Posisi bank di neraca Buku rekening koran per 31 Desember


dengan

12. Posisi piutang di neraca Buku piutang per 31 Desember


dengan

13. Posisi persediaan akhir di Buku persediaan per 31 Desember


neraca dengan

14. Posisi persediaan akhir di Persediaan akhir di laporan laba rugi


neraca dengan

15. Posisi aktiva di neraca Buku aktiva per 31 Desember


dengan

16. Posisi hutang di neraca Buku hutang per 31 Desember


dengan

131
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 132 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

17. Posisi modal di neraca Buku modal per 31 Desember


dengan

18. Posisi modal di neraca Modal pada akte pendirian atau akte perubahan
dengan

19. Persediaan awal dengan Persediaan akhir pada SPT Tahunan PPh Badan Tahun
1771 tahun sebelumnya

Formulir-Formulir yang Wajib Disampaikan dalam Pelaporan SPT Tahunan Badan


Berikut ini adalah formulir-formulir yang wajib disampaikan dalam pelaporan SPT Tahunan
Badan.

No. Formulir Keterangan

1. SPT Tahunan Induk PPh Harus disampaikan setelah diisi lengkap sesuai dengan
Badan (Formulir SPT 1771 / lampirannya dan ditandatangani oleh wajib pajak atau
1771 $) kuasanya.

2. Lampiran I SPT Tahunan Harus diisi dan disampaikan sebagai dasar


PPh Badan (Formulir 1771 – penghitungan penghasilan neto fiskal. Jika terdapat
I atau 1771 – I / $) elemen yang tidak dapat diisi, elemen tersebut diisi
nihil atau (-).

3. Lampiran I SPT Tahunan Harus diisi sesuai dengan lampiran 1771-I atau 17714/$
PPh Badan (Formulir 1771 – angka 1 huruf b, huruf c, dan huruf f. Jika terdapat
elemen yang tidak dapat diisi, elemen tersebut diisi

132
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 133 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

II atau 1771 – II / $) nihil atau (-).

4. Lampiran I SPT Tahunan Harus diisi dengan rincian bukti pungut PPh Pasal 22
PPh Badan (Formulir 1771 – dan bukti potong PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang
III atau 1771 – III / $) telah dibayar melalui pemotongan /pemungutan oleh
pihak lain (tidak termasuk yang bersifat final). Jika
tidak ada penghasilan yang dipotong/dipungut diisi
nihil atau (-).

5. Lampiran I SPT Tahunan Harus diisi dan disampaikan apabila wajib pajak
PPh Badan (Formulir 1771 – menerima / memperoleh penghasilan yang dikenakan
IV atau 1771 – IV / $) PPh Final dan penghasilan yang tidak termasuk objek
pajak. Jika terdapat elemen yang tidak dapat diisi,
elemen tersebut diisi nihil atau (-).

6. Lampiran I SPT Tahunan Harus diisi dan disampaikan dengan mengisi secara
PPh Badan (Formulir 1771 – lengkap dan rinci Daftar Pemegang Saham/Pemilik
V atau 1771 – V / $) Modal, Daftar Susunan Pengurus dan Komisaris,
berikut jumlah dividen yang dibagikan. Daftar tersebut
harus mencantumkan NPWP sebagai syarat
kelengkapan SPT Tahunan PPh Badan 1771.

7. Lampiran I SPT Tahunan Harus diisi dan disampaikan apabila wajib pajak
PPh Badan (Formulir 1771 – menyertakan modal pada perusahaan yang memiliki
VI atau 1771 – VI / $) hubungan istimewa atau memperoleh/memberikan
pinjaman dari/kepada pemegang saham, dan/atau
perusahaan yang memiliki hubungan istimewa. Jika
tidak ada penyertaan dan/atau pinjaman, kolom ‘Nama’
dan ‘Alamat’ diisi dengan ‘Tidak ada’.

133
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 134 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

Lampiran dan Dokumen yang Wajib Disampaikan dalam Pelaporan SPT Tahunan Badan
Di bawah ini adalah jenis-jenis lampiran dan dokumen yang wajib disampaikan dalam
pelaporan SPT Tahunan Badan dalam satu file PDF.

Pastikan menamakan file PDF tersebut dengan nama yang sama dengan file CSV formulir
SPT Anda.

Misalnya, bila nama file CSV Anda adalah 2735762724290000112201701F1132180115.csv


maka file PDF Anda harus diganti namanya menjadi
2735762724290000112201701F1132180115.pdf.

I. Daftar Lampiran

No. Lampiran Keterangan

1. Bukti pembayaran (SSP/BPN) Harus disampaikan apabila pada huruf D


PPh Pasal 29 angka 11.a. dari SPT Induk (Formulir 1771
atau 1771/$) menunjukkan ada PPh yang
kurang dibayar. Jika status SPT nihil atau
lebih bayar, atau seluruh pajak penghasilan
wajib pajak ditanggung pemerintah, maka
bukti pembayaran tidak perlu dilampirkan.

2. Bukti pembayaran (SSP/BPN) Harus disampaikan apabila terdapat setoran


Pasal 26 ayat 4 (khusus PPh Pasal 26 ayat 4 oleh Bentuk Usaha
Bentuk Usaha Tetap) Tetap (BUT).

3. Laporan keuangan atau Harus disampaikan. Laporan keuangan ini


laporan keuangan yang telah terdiri dari Laporan Laba Rugi dan Laporan
diaudit oleh akuntan publik Neraca.

134
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 135 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

4. Daftar nominatif pengeluaran Harus disampaikan apabila terdapat


biaya promosi pengeluaran biaya promosi yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.

5. Perhitungan peredaran bruto Harus disampaikan apabila wajib pajak


dan pembayaran PPh Final dikenai PPh Final 1% berdasarkan PP
1% berdasarkan PP No.46 No.46 Tahun 2013.
Tahun 2013

6. Surat Kuasa Khusus Harus disampaikan apabila SPT Tahunan


ditandatangani selain Pengurus/Direksi
Perusahaan.

II. Daftar Lampiran Khusus

No. Lampiran Khusus Keterangan

1. Daftar penghitungan Harus disampaikan apabila SPT


penyusutan / amortisasi melakukan penyusutan / amortisasi.
(Lampiran Khusus 1A/1B)

2. Perhitungan kompensasi Harus diisi dan disampaikan bila wajib


kerugian fiskal (lampiran pajak mempunyai hak kompensasi
khusus 2A/2B) kerugian fiskal dari tahun-tahun pajak yang
lalu.

135
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 136 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

3. Pernyataan Transaksi Dalam Harus diisi dan disampaikan bila wajib


Hubungan Istimewa dan/atau pajak mengisi Induk SPT 1771 Bagian G
Transaksi dengan pihak yang Angka 16.a.
merupakan penduduk negara
Tax Haven Country
(Lampiran Khusus 3A/3B, 3A-
1/3B-1, 3A-2/3B-2 )

4. Daftar fasilitas penanaman Harus disampaikan oleh wajib pajak yang


modal (lampiran Khusus memperoleh fasilitas penanaman modal.
4A/4B)

5. Daftar cabang utama Harus disampaikan oleh wajib pajak yang


perusahaan (lampiran khusus mempunyai kantor-kantor cabang atau
5A/5B) tempat-tempat usaha di luar kantor
pusatnya.

6. Penghitungan Obyek PPh Pasal Harus diisi dan disampaikan oleh semua
26 ayat 4 (Lampiran Khusus wajib pajak Bentuk Usaha Tetap. SSP
6A/6B) lembar ke-3 harus dilampirkan bila status
Pasal 26 ayat 4 tersebut terutang.

7. Kredit Pajak Luar Negeri Harus disampaikan dan diisi dengan


(Lampiran Khusus 7A/7B) lengkap bila memperoleh penghasilan dan
telah dikenakan pajak di luar negeri.

8. Transkrip kutipan atas elemen- Harus diisi dan disampaikan berdasarkan


elemen laporan keuangan

136
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 137 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

(lampiran khusus 8A-1/8B-1, laporan keuangan wajib pajak.


8A-2/8B-2, 8A-3/8B-3, 8A-
4/8B-4, 8A-5/8B-5, 8A-6/8B-6,
8A-7/8B-7, 8A-8/8B-8)

III. Daftar Dokumen Tambahan

No. Dokumen Tambahan Keterangan

1. Ikhtisar Master File (MF) Wajib disampaikan jika wajib pajak harus
dan Local File (LF) menyelenggarakan TP Doc, yang
disampaikan adalah ikhtisarnya bukan TP
Doc.

2. Tanda terima notifikasi Wajib bagi wajib pajak yang merupakan


laporan per negara (CbCR) entitas induk atau entitas konstituen, yang
wajib dilampirkan adalah tanda terima
notifikasinya, bukan notifikasi. Tanda
terima berupa print outemail (pelaporan
online) atau BPS (jika melalui TPT).

3. Tanda terima laporan per Wajib bagi wajib pajak yang merupakan
negara (CbCR) entitas CbCR, yang wajib disampaikan
adalah tanda terima pelaporan CbCR
(bukan CbCR tersebut). Tanda terima
berupa print out email (pelaporan online)
atau BPS (jika melalui TPT).

137
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 138 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

4. Perhitungan besarnya Yang wajib dilaporkan adalah lampirannya,


Perbandingan Utang dan bukan tanda terimanya.
Modal (DER)

5. Laporan utang swasta luar Yang wajib dilaporkan adalah lampirannya,


negeri bukan tanda terimanya.

KESIMPULAN

 Cara mengisi SPT Tahunan Badan dapat dimulai dengan mengunduh formulir SPT
1771 pada software e-SPT atau pada fitur e-Form DJP Online.
 Pastikan Anda menyampaikan formulir SPT 1771, berikut lampiran dan dokumen-
dokumen tambahannya jika ada dengan nama file yang sama.
 Laporkan SPT Tahunan PPh Badan Anda pada saluran e-filing terpercaya. Harap
hindari melaporkan pada tanggal-tanggal mendekati tenggat pelaporan yaitu tanggal
30 April untuk menghindari kendala teknis.

***
4. Bahan dan Alat :

No. Alat dan Bahan Jumlah


1. ATK 40 set
2. Folio Bergaris 40 lembar
3. Kalkulator
4. Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan
5. BPP

5. Organisasi : Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 3-5 orang
setiap kelompok. Setiap kelompok dikoordinir oleh seorang ketua yang
dipilih diantara anggota. Setiap kelompok melakukan praktikum
dibimbing oleh dosen dan teknisi.

138
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 139 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

6. Prosedur Kerja :
a. Mahasiswa menyimak materi yang disampaikan oleh Dosen.
b. Membaca kasus yang disediakan
c. Mendiskusikan kasus-kasus dibawah ini dengan teman-teman dalam kelompok
Anda.
d. Presentasikan jawaban kelompok Anda di depan kelompok lain.

7. Tugas dan Pertanyaan :


Setelah dihitung pajak terutang SPT Tahunan WP Badan PT Perdana Putra maka tugas
anda selanjutnya adalah download formulir 1771 badan kemudian lengkapilah formulir
tersebut, kemudian jelaskan mekanisme pembayaran pajak WP Badan PT Perdana Putra.

Tugas Mandiri
KASUS PPh BADAN (2)

Berikut ini adalah laporan laba rugi PT MaBon Yon untuk periode yang berakhir
tanggal 31 Desember 2015 (dalam rupiah):

Penjualan barang 12.000.000.000

HPP (8.000.000.000)

Laba bruto 4.000.000.000


Beban usaha:
Beban Pemasaran:
Gaji dan komisi
● salesman 475.000.000

● Gaji dan upah bagian penjualan 275.000.000


Beban angkut
● penjualan 200.000.000

● Beban promosi 180.000.000

● beban cadangan piutang tidak tertagih 250.000.000


139
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 140 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

● Beban kirim pos, telepon dan telex 120.000.000

● Depresiasi kendaraan 120.000.000

1.620.000.000
Beban administrasi dan umum:

● Gaji dan kessejahteraan pegawai 450.000.000

● Beban premi asuransi 130.000.000

● Beban konsultan 150.000.000

● Beban supplies kantor 170.000.000

● Depresiasi bangunan kantor 50.000.000

● Depresiasi mebel dan alat kantor 150.000.000

1.100.000.000

Jumlah beban usaha 2.720.000.000

Laba Usaha 1.280.000.000


Pendapatan dari luar usahs:

● Pendapatan sewa ruangan (setelah PPh) 125.000.000

● Pendapatan bunga bank (setelah PPh) 75.000.000


Penghasilan sewa kendaraan (setelah
● PPh) 9.800.000

Jumlah 209.800.000
Beban dari luar usaha:

● Beban Bunga 50.000.000

● Rugi selisih kurs 15.000.000

● Denda PPh 10.000.000


140
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 141 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

75.000.000

Laba Neto 1.414.800.000

Informasi tambahan:
a. Daftar Aset Tetap:
Jenis Aset Harga Perolehan Perolehan Penyusutan Penyusutan
(Rp) Komersial Komersial
Garis Lurus Garis
Lurus

Bangunan Kantor 1.250.000.000 Jan 2010 25 thn 20 thn

Mebel & Alat Kantor 750.000.000 Jan 2010 5 thn 4 thn

Kendaraan 600.000.000 Jan 2011 5 thn 8 thn

b. Dalam beban promosi terdapat b eban-beban seperti bantuan untuk panitia HUT RI Rp
5.000.000, zakat melalui BAZIZ Rp 5.000.000 dan beban entertainmen (tanpa daftar
nominal) Rp 10.000.000.

c. Dalam beban gaji dan kesejahteraan pegawai kantor terdapat beban-beban sbb:

● Tunjangan transport 40.000.000


Beban makan di
● kantor 60.000.000

● Pengobatan ditanggung perusahaan 20.000.000


Tunjangan PPh Pasal
● 21 20.000.000
c. PPh 25 yang telah dibayar untuk tahun 2014 adalah Rp 120.000.000 termasuk didalamnya
terdapat pokok pajakatas STP PPh 25 dengan nilai Rp 10.000.000.

8. Pustaka :
a. Endang Kiswara, 2004, “Aplikasi Akuntansi Perpajakan Indonesia” EKC.
Semarang
b. HM. Zain, Manajemen Pajak, Salemba Empat, 2003
141
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Halaman : 142 dari


Kode : P Tanggal: Revisi: 0
173

c. Mulyadi, 2006, “Perpajakan” Salemba, Edisi


d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, PT.
MITRAINFO – Jakarta – 2000
e. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tanggal 08 Juni 2018 Tentang
PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak
Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
f. PP Nomor 46 Tahun 2013 Tanggal 12 Juni 2013Tentang PPh Atas Penghasilan
Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu.
g. SE-66/PJ/2010 Tanggal 24 Mei 2010 Tentang Penegasan Atas Pelaksanaan Pasal
31E Ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

9. Hasil Praktikum : Jawaban kasus BPP yang dikerjakan mahasiswa

142

Anda mungkin juga menyukai