Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH pai

Hormat dan patuh kepada orangtua


dan guru

OLEH : TEGUH FIRMA YUDHA


KELAS : XI MIPA 3

SMA N 5 BUKITTINGGI
TP 2018/2019
Makalah Agama tentang Hormat dan Patuh kepada Orang Tua dan Guru

HORMAT KEPADA ORANG TUA DAN GURU

4.1 Menjelaskan isi Q.S Al-Isra / 17:23-24

Al-Qur’an Surat Al-Isra’ (17) ayat 23-24.

‫ضى‬ َّ َ‫َل تَ ْعبُدُوا أ‬


َ َ‫َل َربُّكََ َوق‬ َِ ‫سانًا َوبِ ْال َوا ِل َدي‬
َّ ِ‫ْن إِيّاَهُ إ‬ َّ ‫َل ِك ََل ُه َما أ َ َْو أ َ َح ُد ُه َما ْال ِكبَ ََر ِع ْن َدكََ يَ ْبلُغ‬
َ ْ‫َن إِ ّما إِح‬ َْ ُ‫َل أُفَ لَ ُه َما تَق‬
َ َ َ‫ل ف‬ َْ ُ‫لَ ُه َما َوق‬
ََ ‫ل تَ ْن َه ْر ُه َما َو‬
ًَ ‫ك َِري ًما قَ ْو‬
‫َل‬

“ Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

(Qs. Al Israa’ [17]:23)

َ‫ض‬ ْ ‫ح لَ ُه َما َو‬


ْ ‫اخ ِف‬ َِ ُّ‫الر ْح َم َِة ِمنََ الذ‬
ََ ‫ل َجنَا‬ َّ ‫ل‬َْ ُ‫ب َوق‬ ْ ‫يرا َربّيَانِي َك َما‬
َِ ‫ار َح ْم ُه َما َر‬ َ .
ً ‫ص ِغ‬

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai
Tuhanku,kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.”

(Qs. Al Israa’ [17]:24)

Surat Al-Isra ayat 23-24 memiliki kandungan mengenai pendidikan berkarakter. Definisi dari karakter
adalah satu kesatuan yang membedakan satu dengan yang lain atau dengan kata lain karakter adalah
kekuatan moral yang memiliki sinonim berupa moral, budipekerti, adab, sopan santun dan akhlak. Akhlak
dan adab sumbernya adalah wahyu yakni berupa Al-Qur’an dan Sunah. Sedangkan budi pekerti, moral,
dan sopan santun sumbernya adalah filsafat. Kembali kepada pengertian dari Surah Al-Isra ayat 23
disebutkan bahwa yang pertama Allah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk menyembah Dia
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.yang kedua, kita harus berbakti kepada orang tua. Lalu pada ayat 24
disebutkan bahwa anak hendaknya mendoakan kedua orang tuanya. Ulama menegaskan bahwa doa
kepada kedua orang tua yang dianjurkan adalah bagi yang muslim, baik yang masih hidup atau telah
meninggal. Sedangkan bila ayah atau ibu yang tidak beragama islam telah meninggal, maka terlarang bagi
anak untuk mendoakannya. Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa ketika kita menghargai dan
menyayangi orang tua kita dengan baik maka akan menumbuhkan akhlak serta moral yang baik pula bagi
anak sedangkan jikalau kita acuh maka akan timbuh akhlak dan moral yang tidak baik. Dengan kata lain,
hal ini sangat berpengaruh dalam pendidikan karakter. Antara orangtua sebagai pendidik dan anak. Segala
sesuatu yang diajarkan dengan baik pada mulanya akan menanamkan karakter yang baik pula pada anak.
Untuk itu berbakti kepada orang tua merupakan suatu cara yang harus dilakukan.
4.2 Menjelaskan isi hadis-hadis yang terkait dengan hormat dan patuh kepad orang tua dan guru

1. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang ridho Allah terletak pada ridho orang tua.

َ‫ل قال قال عنهما هللا رضي َع ْمرو بن هللا َع ْب َُد َع ْن‬
َُ ‫وسلم عليه هللا صلى هللا رسو‬: ‫ضى‬
َ ‫هللاُ ِر‬
َ ‫ضى فى‬
َ ‫ْن ِر‬
َِ ‫الوا ِل َدي‬
َ ‫طو‬َُ ‫س َخ‬
َ ‫فى هللا‬
ُ‫ط‬
َ ‫سخ‬ َ َ ‫ْن‬ َ ( ‫)والحاكم حبان ابن وصححه الترمذي اخرجه‬
َِ ‫الوا ِل َدي‬

Artinya: dari Abdullah bin ‘Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: “ Keridhoaan Allah itu
terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua”. ( H.R.A t-Tirmidzi.
Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)[1][1]

2. Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.

َ‫يرَةَ اَ ِبي َع ْن‬


َ ‫ل الى َر ُجلَ َجا ََء قال عنه هللا رضي ه َُر‬ َِ ‫ل يَا فقال وسلم عليه هللا صلى هللا رسو‬ََ ‫ن هللا رسو‬ َْ ‫اس ا َ َحقَ َم‬
َ ِ ‫ْن الن‬
َِ ‫ِب ُحس‬
‫ص َحابَتِي؟‬ ُ ُ ْ ُ ُ َ
َ ‫قال‬: ‫قال ا ُّمك‬: ‫قال َمن؟ ث َّم‬: ‫قال ا ُّمك ث َّم‬: ‫ قال من؟ ثم‬:‫قال ا ُّمك ثم‬: ‫ قال من؟ ثم‬: ‫)البخاري اخرجه( اب ُْوكََ ثم‬

Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “ Suatu saat ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
SAW, lalu bertanya: “ Wahai Rasulullah, siapakah yang berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah
menjawab : “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “ Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab:
“Ibumu!”. Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab: “
Bapakmu!”(H.R.Bukhari).[1][2]

3. Hadis Abdullah bin Mas’ud tentang amal yang paling disukai Allah SWT.

َ َُ‫ي ْلت‬
َ‫سَا َ قال َم ْسعُودَ بن هللا َع ْب ُد‬ َّ ‫ي وسلم عليه هللا صلى النّ ِب‬ َِ ‫قال هللا الى ا َ َحبَُّ ْال َع َم‬: ُ ‫ص ََلَة‬
َُّ ‫ل ا‬ ّ ‫قال َو ْقتِ َها على ال‬: ‫قال اي ثم‬:َ‫ِب َُّر ث ُ ّم‬
ْ ْ
َِ ‫قال ال َوال َدي‬: ‫قال اي ثم‬: ‫الج َها َُد‬
‫ْن‬ ِ ‫ل فى‬ َ ‫)مسلم و البخاري اخرجه ( هللا‬
َِ ‫سبِ ْي‬

Artinya: “ dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang
paling disukai oleh Allah Ta’ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “
kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “ saya bertanya lagi: “ kemudian
apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim).[1][3]

4. Hadis Al-Mughirah bin Su’bah tentang Allah mengharamkan durhaka kepada ibu, menolak
kewajiban, meminta yang bukan haknya.

‫ وسلم عليه هللا صلى النبي قال شعبة بن المغيرة عن‬: ‫قيل لكم وكره وهات ومنع البنات ووأد اَلمهات عقوق عليكم حرم هللا ان‬
‫)البخاري اخرجه( المال واضاعة السؤال وكثرة وقال‬

Artinya: dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “ Sungguh Allah ta’ala
mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan
mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara, banyak
pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).[1][4]
5. Hadis Abdullah ibnu Umar tentang dosa-dosa besar.

‫ قال عنهما هللا ورضى عمر بن هللا عبد عن‬: ‫ والديه جل الر يلعن ان ئر الكبا اكبر من ان وسلم عليه هللا صلى هللا رسول قال‬. ‫قيل‬
‫هللا رسول‬.‫ل قا ؟ والديه جل لر يلعن كيف و‬: ‫)بخاري امام جه أخر ( يسب و ه أبا فيسب لرجل أبا فيسب لرجل ابا الرجل يسب‬

Artinya: “ dari Abdullah bin ‘amr bin al-ash ia berkata, Rasulullah Saw telah bersabda: “ diantara dosa-dosa
besar yaitu seseorang memaki kedua orang tuanya. “ para sahabat bertanya: “ Wahai Rasulullah, apakah
ada seseorang yang memaki kedua orang tuanya?” Beliau menjawab: “ Ya, apabila seseorang memaki
ayah orang lain, kemudian orang itu membalas memaki ayahnya kemudian ia memaki ibu orang lain, dan
orang itu memaki ibunya. (H.R. Bukhari).[1][5]

4.3 Menunjukkan contoh perilaku yang mencerminkan hormat dan patuh kepada orang tua dan
guru

PEMBAHASAN

A. Birrul Walidain

1. Pengertian Birrul Walidain

Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-birru artinya kebajikan dan al-
walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak. Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap
kedua orang tua.

2. Kedudukan Birrul Walidain

Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam. Allah dan Rasul-Nya
menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik pada keduanya juga
menempati posisi yang sangat mulia, dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang
sangat hina. Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses reproduksi dan
regenerasi umat manusia.

Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam
mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut
mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan
mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.

Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat
kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.[1][6]
3. Bentuk-Bentuk Birrul Walidain

Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:

1. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang tua dalam nasihat, dan
perintahnya selama tidak menyuruh berbuat maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya
berbuat maksiat atau kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin hubungan
dengan baik.
2. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat, sopan santun, baik dalam
tingkah laku maupun bertutur kata, memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.[1][7]
3. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah
pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu
sesuai dengan ajaran Islam.
4. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum berkeluarga dan mampu berdiri
sendiri anak-anak membantu orang tua terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
5. Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat dan kesejahteraan hidup di
dunia dan akhirta.
6. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
7. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
8. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa diteruskan dengan cara antara lain:

 Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya


 Melunasi semua hutang-hutangnya
 Melaksanakan wasiatnya
 Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup
 Memuliakan sahabat-sahabatnya
 Mendoakannya.

4. Doa Anak untuk Orang Tua

Seorang anak yang ingin mendoakan kedua orang tuanya dapat mengambil contoh dari ayat suci Alquran
yaitu, doa Nabi Ibrahim as ketika mengajukan permohonan kepada Allah Swt agar dapat lah kiranya Allah
memberi ampunan pada kedua orang tuanya dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.

Doa Nabi Ibrahim as dalam Q.S.Ibrahim:41

41. Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada
hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.

Permohonan Nabi Ibrahim dalam Q.S. Al-Israa’: 24

24. dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil”.
1. ‘Uququl Walidain

‘Uququl Walidain artinya mendurhakai kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua adalah dosa
besar yang dibenci oleh Allah Swt, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal ini
mengingat betapa istimewanya kedudukan kedua orang tua dalam ajaran Islam dan juga mengingat
betapa besarnya jasa kedua orang tua terhadap anaknya, jasa itu tidak bisa diganti dengan apapun.

Adapun bentuk pendurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, mulai dari
mendurhaka di dalam hati, mengomel, mengatakan “ah” ( uffin, berkata kasar, menghardik, tidak
menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam tindakan lain yang
mengecewakan atau bahkan menyakitkan hati orang tua.) di dalam Q.S. A-Israa:23 di ungkapkan oleh
Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua yaitu, mengucapkan kata “uffin” dan menghardik ( lebih-
lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia lanjut)

Akhlak Kepada Guru

 Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik
sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua
orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak
bertentangan dengan syari’at agama.
 Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru,
sebagaimana sabda Rosululloh saw :
 ََ ‫ن ِمنّا لَي‬
‫ْس‬ َْ ‫يرنَا ي َُوقِ َْر لَ َْم َم‬
َ ‫يرنَا يَ ْر َح َْم ََو َك ِب‬
َ ‫ص ِغ‬
َ

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi
orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )

 Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh
semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
 َْ ‫سلَكََ َم‬
‫ن‬ َ ‫ط ِريقًا‬ َُ ‫ل ِع ْل ًما فِي َِه َي ْلت َِم‬
َ ‫س‬ ََ ‫س ّه‬ َ ‫ْال َجنّ َِة ِإلَى‬
َّ ُ‫ط ِريقًا ِب َِه لَ َه‬
َ ُ‫َللا‬

“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya dengannya
jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )

 Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi,
sebagaimana sabda Rosululloh saw :
 َّ ِ‫َللا إ‬
‫ن‬ ََ ‫ْال َج َما‬
ََّ َ‫ل ي ُِحبَُّ َج ِميل‬
“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )

 Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan,
sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra :
 ‫سكَتََ ََو‬
َ ‫اس‬ َّ َ ‫ْر ُر ُءو ِس ِه َْم َعلَى َكأ‬
َُ ّ‫ن الن‬ ّ ‫ال‬
ََ ‫طي‬

“Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori )

 Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahullohberkata : “Bila kamu melihat ada anak muda yang bercakap-
cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah dari kebaikannya,
karena dia sedikit rasa malunya.”( AR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan )
 Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia
mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman :
 ‫ل فَا ْسأَلُ ْوا‬
ََ ‫ن ال ِذ ْك َِر أ َ ْه‬ َ ََ‫ت َ ْعلَ ُم ْون‬
َْ ‫َلَ ُك ْنت َُْم ِإ‬

“Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”( Qs. An-Nahl : 43 dan Al-Anbiya’
:7)

 Rosululloh saw bersabda :


 َ َ‫سأَلُ ْوا أ‬
َ‫َل‬ َ ‫ل ْال ِع‬
َ ‫ي ِ ِشفَا َُء فَإِنّ َما يَ ْعلَ ُموا لَ َْم إِ َْذ‬ َُ ‫الس َُّؤا‬

“Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah bertanya ?”
( HSR. Abu Dawud )

 Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-olok atau
yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :
 ‫َلَ آ َمنُ ْوا الّ ِذيْنََ أَيُّ َها يَا‬
َ ‫ن تَ ْسأَلُ ْوا‬
َْ ‫ن أ َ ْشيَا ََء َع‬
َْ ‫سؤْ ُك َْم لَ ُك َْم ت ُ ْب ََد ِإ‬
ُ َ‫ت‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab niscaya akan
menyusahkan kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101 )

 Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :


 َ ‫ن ُج ْر ًما ْال ُم ْس ِل ِميْنََ أ َ ْع‬
َّ ِ‫ظ ََم إ‬
‫ن‬ ََ َ ‫سأ‬
َْ ‫ل َم‬ َ ‫ن فَ ُح ِر ََم يُ َح ّر َْم لَ َْم‬
َْ ‫ش ْيءَ َع‬
َ ‫ن‬ َِ ‫َمسْأَلَتِ َِه أ َ ْج‬
َْ ‫ل ِم‬

“Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu
yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori
dan Muslim )

 Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.

Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari kefahaman.” ( AR.
Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami’ )

 Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang
penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh :
 ِ ّ‫ الن‬, ‫ قُ ْلنَا‬: ‫ن‬
َُ‫ص ْي َح َةُ ال ِديْن‬ ََ ‫لِل قَا‬
َْ ‫ل ؟ ِل َم‬ ُ ‫َعا ّمتِ ِه َْم ََو ْال ُم ْس ِل ِمينََ ألَئِ ّم َِة ََو ِل َر‬
َِّ ِ ‫سو ِل َِه ََو ِل ِكتَابِ َِه ََو‬
“Agama adalah nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau menjawab : “Untuk menta’ati
Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin kaum muslimin dan untuk
orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dll )

1. Akhlak terhadap orang tua menurut etika :

Orang tua adalah oran yang telah merawat kita, menjaga, memelihara, dan mendidik kita sejak
kecil hingga kita menjadi dewasa. Mereka melakukannya secara sunguh-sungguh dan penuh kasih sayang
demi mengharapkan kehidupan kita yang lebih baik. Bahkan orang tua dengan susah payah bekerja
mencari nafkah untuk membahagiakan kita.

Sedemikian besar peran orang tua dalam hidup kita, sehingga sudah sepantasnya kita sebagai orang yang
berpengetahuan haruslah menjaga etika kita terhadap orang tua. Diantara bentuk-bentuk perbuatan kita
yang sesuai dengan etika adalah :

1. Selalu taat kepada keduanya dan menjalankan segala perintahnya, asalkan perintah itu tidak
bertentangan dengan ajaran agama dan tidak melanggar hukum yang berlaku di suatu tempat.
Meskipun orang tua kita berbuat aniaya kepada kita, tetaplah kita tidak boleh menyinggung
perasaan mereka ataupun membalas perbuatan yang mereka terhadap kita. Baik bagaimanapun
mereka tetaplah orang tua kita yang telah merawat kita semenjak kita kecil.

Menurut ukuran umum, orang tua tidak akan berbuat aniaya kepada anaknya sendiri. Jikalau terjadi
aniaya, biasanya disebabkan oleh perbuatan si anak yang berbuat keterlaluan kepada orang tua.

2. Jika hendak pergi hendaklah meminta izin kepada keduanya. Apabila tidak diizinkan kita harus
menerimanya dengan lapang dada.
3. Berbicaralah dengan lemah lembut, bermuka manis, dan berseri-seri. Janganlah meninggikan
suara ketika berbicara kepada orang tua dan jangan pula menggunakan kata-kata yang kasar kepada
keduanya.
4. Perhatikan nasihat-nasihat orang tua dan janganlah memotong pembicaraannya.
5. Membantu pekerjaan orang tua dengan sekuat tenaga, terutama jika orang tua sudah berusaha
lanjut.
6. Selalu bersikap baik dan sopan santun baik dalam perbuatan maupun perkataan.
7. Selalu menyambung silaturahim kepada keduanya meskipun kita dalam perantauan ataupun kita
sudah memiliki keluarga sendiri, selalu menepati janji kita, dan menghormati sahabat-sahabat orang tua
dengan baik.
8. Selalu mendoakan orang tua agar diampuni dosa-dosanya oleh Allah swt.
Sementara itu menurut imam al-Ghazali, etika anak terhadap orang tuanya adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan pembicaraannya.
2. Melaksanakan perintahnya.
3. Tidak berjalan di depannya.
4. Tidak mengeraskan suara ketika berbicara kepadanya.
5. Menjawab panggilannya.
6. Berkemauan keras menyenangkan hatinya.
7. Menundukkan badannya.
8. Tidak mengungkit kebaikan kita terhadap mereka.
9. Tidak memandang dengan mata melotot dan tidak menatap matanya.

Itulah sebagian kecil bentuk akhlak anak terhadap orang tua menurut etika

1. Akhlak Kepada Guru Menurut Etika

Murid adalah orang yang sedang belajar dan menuntut ilmu kepada seorang guru. Demi untuk keberkahan
dan kemudahan dalam meraih dan mengamalkan ilmu atau pengetahuan yang telah diperoleh dari
seorang guru, maka seorang murid haruslah memiliki akhlak atau etika yang benar terhadap gurunya.

Beberapa contoh etika murid terhadap guru (Mu’allim), diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Seorang murid hendaklah hormat kepada guru, mengikuti pendapat dan petunjuknya.
2. Seorang murid hendaklah memberi salam terlebih dahulu kepada guru apabila menghadap atau
berjumpa dengan beliau.
3. Seorang murid hendaklah memandang gurunya dengan keagungan dan meyakini bahwa gurunya
itu memiliki derajat kesempurnaan, sebab hal itu lebih memudahkan untuk mengambil manfaat dari
beliau.
4. Seorang murid hendaklah mengetahui dan memahami hak-hak yang harus diberikan gurunya dan
tidak melupakan jasanya.
5. Seorang murid hendaklah bersikap sabar jika menghadapi seorang guru yang memiliki perangai
kasar dan keras.
6. Seorang murid hendaklah duduk dengan sopan di hadapan gurunya, tenang, merendahkan diri,
hormat sambil mendengarkan, memperhatikan, dan menerima apa yang disampaikan oleh
gurunya.Jangan duduk sambil menengok kanan kiri kecuali untuk suatu kepentingan.

7. Seorang murid hendaklah ketika mengadap gurunya dalam keadaan sempurna dengan badan dan
pakaian yang bersih.
8. Seorang murid hendaklah jangan banyak bicara di depan guru ataupun membicarakan hal-hal
yang tidak berguna.
9. Seorang murid hendaklah jangan bertanya dengan tujuan untuk mengujinya dan menampakkan
kepandaian kepada guru.
10. Seorang murid hendaklah jangan bersenda gurau di hadapan guru
11. Seorang murid hendaklah jangan menanyakan masalah kepada orang lain ditengah majlis guru.
12. Seorang murid hendaknya tidak banyak bertanya, apalagi jika pertanyaan itu tidak berguna
13. Jika guru berdiri, Seorang murid hendaklah ikut berdiri sebagai penghormatan kepada beliau.
14. Seorang murid hendaklah tidak bertanya suatu persoalan kepada guru ketika sedang di tengah
jalan.
15. Seorang murid hendaklah tidak menghentikan langkah guru di tengah jalan untuk hal-hal yang
tidak berguna.
16. Seorang murid hendaklah tidak berburuk sangka terhadap apa yang dilakukan oleh guru ( guru
lebih mengetahui tentang apa yang dikerjakannya).
17. Seorang murid hendaklah tidak mendahului jalannya ketika sedang berjalan bersama.
18. Ketika guru sedang memberi penjelasan/ berbicara hendaklah murid tidak memotong
pembicaraannya. Kalaupun ingin menyanggah pendapat beliau maka sebaiknya menunggu hingga
beliau selesai berbicara dan hendaknya setiap memberikan sanggahan atau tanggapan
disampaikan dengan sopan dan dalam bahasa yang baik.
19. Apabila ingin menghadap atau bertemu untuk sesuatu hal maka sebaiknya murid memberi
konfirmasi terlebih dahulu kepada guru dengan menelphon atau mengirim pesan, untuk
memastikan kesanggupannya dan agar guru tidak merasa terganggu.
20. Murid haruslah berkata jujur apabila guru menanyakan suatu hal kepadanya.
21. Seorang murid hendaklah menyempatkan diri untuk bersilaturahim ke rumah guru di waktu-waktu
tertentu, sebagai bentuk rasa saying kita terhadap beliau.
22. Meskipun sudah tidak dibimbing lagi oleh beliau ( karena sudah lulus) murid hendaklah tetap selalu
mengingat jasanya dan tetap terus mendoakan kebaikan –kebaikan atas mereka.

Bagaimanapun juga guru merupakan orang tua kedua kita setelah orang tua kita yang di rumah. Mereka
adalah orang tua kita saat kita berada di luar rumah. Jadi sebagaiman kita menghormati orang tua kandung
kita, maka kitapun juga harus menghormati guru kita.

Sebagaimana disyiratkan dalam sabda Rasulullah SAW :

“Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari kami, tidak mengasihi
orang yang lebih kecil dari kami dan tidak mengetahui hak orang alim dari kami.” (HR.Ahmad, Thabrani,
dan Hakim dari Ubadah bin Shamit Ra.)

“Pelajarilah oleh kalian ilmu, pelajarilah oleh kalian ilmu(yang dapat menumbuhkan) ketenangan,
kehormatan, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang yang kalian menuntut ilmu darinya.” (HR. Thabrani
dari Abu Hurairah. Ra)

1. Kedudukan Guru

“ Bapak Guru lebih mulia dari bapak kandung “. Sebab, Ibu Bapak itu mendewasakan dari segi jasmani
yang bersifat material, sedangkan Bapak/Ibu Guru mendewasakan dari segi rohani yang bersifat spiritual
dan universal.
Para Guru, Ustadz, Ustadzah, atau Mua’lim, Mursyid, selain mengantarkan kita menjadi orang yang
beramal sholih, mereka termasuk pewaris Nabi-Nabi, justru merekalah penyalur pusaka dalam
menjalankansyari’at, akhlak, aqidah, dan mereka pula contoh yang terdekat dengan kita. Berkaitan dengan
hal tersebut, Nabi bersabda :

Ulama adalah penerima pusaka Nabi-Nabi. (HR. al-Tirmizi dan Abu Daud).

Sehubungan dengan hadist tersebut, maka kita diperintahkan untuk menghormati para Ulama, meski
bukan Guru kita. Begitupula dengan para Da’I dan Muballigh selaku penyalur risalah kenabian, yang kini
disebut Da’wah atau Kulyah Agama. Adapun Ulama yang sebenarnya adalah yang berilmu, dan beramal
dengan ilmunya itu, serta ilmudan amalanya tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist

Anda mungkin juga menyukai