Anda di halaman 1dari 6

BEHAVIORAL DETERMINANTS TO HEALTH AND DISEASE

Defintion
 Seperti yang kita ketahui, terdapat empat pilar yang mempengaruhi derajat kesehatan
seseorang, diantaranya adalah keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan
perilaku.
 Lingkungan adalah faktor pertama yang mempengaruhi derajat Kesehatan
masyarakat. Sedangkan, Perilaku merupakan faktor kedua, karena sehat atau tidak
sehatnya lingkungan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada
perilaku manusia itu sendiri.
 Health behaviors, sometimes called health-related behaviors, are actions taken
by individuals that affect health or mortality.
 Perilaku kesehatan, kadang-kadang disebut perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, adalah tindakan yang diambil oleh individu yang mempengaruhi kesehatan
atau kematian.

Health Belief Model (HBM)


 HBM merupakan teori pertama di bidang kesehatan yang terkait dengan perilaku
kesehatan.
 HBM biasa digunakan dalam menjelaskan perubahan perilaku kesehatan di
masyarakat.
 Teori perilaku ini lebih menekankan pada aspek keyakinan dan persepsi individu.
Adanya persepsi yang baik atau tidak baik dapat berasal dari pengetahuan,
pengalaman, informasi yang diperoleh individu yang bersangkutan sehingga terjadi
tindakan dalam memandang sesuatu.

Health belief model terdiri atas:


 Perceive susceptibility: Persepsi kerentanan mengacu pada penilaian subyektif resiko
pada masalah kesehatan.
 Kemudian, pada perceive severity (Mengacu pada penilaian subyektif dari keparahan
masalah kesehatan dan konsekuensinya).
 Misalnya, seseorang mungkin menganggap bahwa influenza tidak serius secara
medis, tetapi jika individu merasakan bahwa akan ada konsekuensi keuangan yang
serius, seperti misalnya individu tsb harus absen dari pekerjaan selama beberapa hari,
maka individu mungkin menganggap influenza sebagai kondisi serius.
 Kemudian, yang ketiga disebut sebagai perceive benefit of action (apa manfaat yang
akan didapatkan dari tindakan yang dilakukan).
 Lalu, ada pula yang disebut dengan perceive barrier to action (hambatan dari tindakan
yang akan dilakukan). Hambatan – hambatan yang dapat muncul didasari beberapa
faktor, seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal, penilaian mengenai diri sendiri,
apakah sanggup atau tidak sanggup mengatasi penyakit tersebut ataupun keyakinan
bahwa tidak akan terkena penyakit tersebut.

Sehingga, dari persepsi-persepsi ini, maka masyarakat dapat menentukan perilaku apa yang
akan mereka lakukan untuk Kesehatan mereka.

Factors influencing behavior


Menurut Green dalam buku Notoatmodjo (2003), menganalisis bahwa tingkat kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku yaitu :
1. Faktor-faktor internal (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya
Puskesmas, obatobatan, dan sebagainya.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat

 Seseorang dapat berbuat suatu perilaku didasarkan oleh ketiga faktor ini. Saya ambil
contoh, misalnya, masyarakat di desa masih banyak yang percaya dengan hal-hal
mistis termasuk dengan Kesehatan. Setuju atau tidak, pengobatan alternatif sampai
saat ini masih dicari oleh masyarakat. Selain berharap bisa mendapat kesembuhan,
mereka yang datang ke pengobatan alternatif itu juga dilatarbelakangi oleh berbagai
faktor internal dan eksternal.
 Faktor internal, antara lain pengetahuan tentang kesehatan yang masih minim,
keyakinan dan agama yang selalu menjadi alasan utama masyarakat, serta persepsi
masyarakat
 Faktor eksternal, yaitu faktor pendukung (enabling factor) antara lain jarak tempuh
yang cukup dekat, dan biayanya yang murah. Faktor pendorong (reinforcing factor)
antara lain karena, dorongan sosial yang kaku, budaya yang selalu mendikte tradisi
klasik dan tingkat keparahan penyakit.

Behavioural Activities
 Tindakan yang dapat digolongkan sebagai perilaku kesehatan ada banyak; contohnya
termasuk merokok, penggunaan zat, diet, aktivitas fisik, tidur, aktivitas seksual
berisiko, perilaku mencari perawatan kesehatan, dan kepatuhan terhadap perawatan
medis yang ditentukan.

Behavioural Risk Factors in Health Population


Berdasarkan skema tersebut, dapat kita lihat jika perilaku dapat mempengaruhi Kesehatan
secara langsung dan tidak langsung. Perilaku mempengaruhi Kesehatan secara tidak langsung
disebabkan oleh faktor sosial, lingkungan, dan ekonomi, serta faktor pelayanan Kesehatan.

Behavioural itself as a risk factor for disease


 Pengaruh langsung antara perilaku itu sendiri terhadap Kesehatan seseorang,
mencakup rangkaian yang luas atas tindakan-tindakan yang dilakukan, baik secara
sadar atau tidak sadar, yang dapat memiliki efek langsung pada status kesehatan
mereka.
 Hal ini diklasifikasikan menjadi the most to least dramatic.
 The most dramatic dari semua ini adalah tindakan kekerasan yang menyebabkan
cedera yang mungkin dilakukan orang dengan senjata;
 atau secara tidak sengaja dengan penggunaan alat/ zat beracun yang digunakan secara
ceroboh. Selain itu, bisa juga hanya karena berjalan tanpa sadar di permukaan yang
licin, namun mampu memberi cidera yang parah.
 Sedangkan untuk yang less dramatic, tetapi tetap mematikan, adalah tindakan kecil
kumulatif yang dilakukan orang setiap kali mereka menyalakan rokok, meminum atau
menyuntikkan zat adiktif atau mengubah pikiran, atau mengabaikan aktivitas fisik
atau makanan sehat
ACCESS TO HEALTH CARE POPULATION
Definition?
“The ability to obtain needed, affordable, convenient, acceptable, and personal health services in a
timely manner” yang artinya
“Kemampuan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, terjangkau, nyaman, dapat
diterima tepat waktu”
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
karena keberadaan fasilitas Kesehatan, sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan terhadap penyakit, serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan
kesehatan.

Indicators
Tingkat aksesibilitas pelayanan kesehatan diukur dengan menggunakan beberapa variabel berdasarkan
demand factors (faktor kebutuhan) dan supply factors (faktor suplai) dengan mempertimbangkan
barriers (hambatan) yang ada .

Bisa dilihat dari gambar di slide, ini merupakan komponen masing masing indikatornya.

 Yang pertama adalah supply factors. Supply adalah penyediaan pelayanan kesehatan yang
disampaikan kepada individu oleh tenaga pelayanan kesehatan (seperti: dokter, perawat,
teknisi, dan para asistennya) dan fasilitas (seperti: rumah sakit, klinik rawat jalan, dan
laboratorium klinis).
dari suply yang tersedia dalam suatu wilayah, pasti ada barriers atau hambatan yang muncul. Barriers
terbagi menjadi 3 yaitu:
 Pertama, hambatan fisik (transportasi, kemampuan bergerak).
 Kedua, hambatan ekonomi (kemampuan membayar, kepemilikan asuransi kesehatan).
 Ketiga, hambatan geografis (lokasi atau kedekatan terhadap fasilitas kesehatan yang tersedia).
Hambatan geografis merupakan salah satu yang paling dominan mempengaruhi aksesibilitas
pelayanan kesehatan di Indonesia. Hal ini merupakan konsekuensi sebagai negara kepulauan.

sedangkan, Demand factors merupakan output dari supply dan hambatan yang ada, yaitu
meliputi jumlah kunjungan fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, kondisi rawat inap,
dan kondisi unit gawat darurat di suatu wilayah

Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia


Berikut hasil penelitian antara supply dan barriers yang tersebar di Indonesia, dengan
membandingkan wilayah kabupaten dan kota serta wilayah miskin dan non miskin. Berdasarkan
jurnal Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia (2016),
 Ketersediaan supply tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia menunjukkan
kesenjangan antara wilayah kabupaten dan kota.
 Persebaran tenaga dokter baik dari segi jumlah maupun rasio masih lebih banyak di kota,
namun demikian distribusi jumlah dan rasio bidan lebih banyak di kabupaten daripada di kota.
Sedangkan, kesenjangan supply tidak terjadi antara daerah miskin dan non miskin.

 Identifikasi barrier yang berpengaruh terhadap aksesibilitas pelayanan kesehatan di Indonesia


juga menunjukkan kesen-jangan yang bermakna antara daerah kabupaten dengan kota,
maupun antara daerah miskin dan non miskin.

Indonesia memiliki beberapa karakteristik yang menyebabkan terjadinya maldistribusi tenaga


dokter. Selain secara geografis Indonesia memiliki berbagai daerah yang sulit untuk dijangkau, di
mana daerah-daerah tersebut sama sekali tidak menarik minat dokter untuk bekerja dalam jangka
waktu yang lama. Juga dari sisi kemampuan ekonomi, Indonesia memiliki variasi kemampuan
yang sangat lebar. Terdapat daerah dengan kekuatan ekonomi yang sangat kuat, namun ada juga
daerah yang sangat terbelakang. Situasi ini menyebabkan terjadinya penumpukan dokter pada
daerah tertentu dan kekurangan tenaga dokter pada daerah yang lain.
Pencapaian pembangunan kesehatan masih diwarnai dengan belum tercapainya indikator
kesehatan antar provinsi dan antar status sosial ekonomi, belum optimalnya penyediaan tenaga
kesehatan baik kuantitas maupun kualitas, serta belum meratanya pemenuhan fasilitas pelayanan
kesehatan.

Solutions and Strategies?


Secara general, solusi nya adalah dengan menaikkan supply, menurunkan barrier, dan
meningkatkan demand.

Saat ini Kementerian Kesehatan juga mengeluarkan kebijakan Nusantara Sehat yang terdiri dari
beberapa tim yang berisi tenaga kesehatan yang disebar ke wilayah yang minim akses
kesehatannya. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan dasar di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Daerah yang memiliki masalah kesehatan.
Pelaksanaan kebijakan ini dilakukan di 44 kabupaten pada 120 Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai