Anda di halaman 1dari 3

Kritis Dalam Berpikir Untuk Melaksanakan Proyek Konstruksi

Kritis dalam berpikir untuk membuat perencanaan pembangunan menjadi hal yang
fundamental untuk pelaksanaan proyek konstruksi. Perlu diketahui bahwa untuk dapat
berpikir kritis, seseorang harus terlebih dahulu dapat berpikir sistematis, logis, dan objektif.
Hal-hal tersebut memiliki kesinambungan sehingga perlu diketahui bahwa ketiga hal tersebut
merupakan satu kesatuan. Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang melibatkan
kemampuan untuk mengevaluasi, menganalisis, mensintesis, dan menyimpulkan (Herina
Yunita, Sri Martini Meilanie, Fahrurrozi, 2019:426). Dari hal tersebut, komponen-komponen
berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi.

Proyek konstruksi adalah kegiatan besar sehingga perlu adanya rencana yang akan membantu
pelaksanaannya. Proses perencanaan pembangunan tidak lepas dari berpikir kritis, rencana
pembangunan dari tahap awal sampai akhir harus dibuat secara jelas dan detil sehingga
konstruksi dapat berjalan dengan lancar. Dalam realita pelaksanaan proyek konstruksi, pasti
terjadi kegagalan ataupun kendala didalamnya seperti pembengkakan biaya, pengunduran
waktu, kinerja tenaga kerja yang kurang baik, dan lainnya. Hal tersebut merupakan
penghambat yang akan merugikan konstruksi dalam jangka pendek bahkan jangka panjang.
Oleh karena itu, penting untuk berpikir kritis dalam membuat perencanaan pembangunan
untuk mengurangi kendala-kendala yang dapat menghambat proyek konstruksi.

Seorang teknisi harus mampu berpikir secara sistematis dalam menanggapi suatu situasi.
Dalam pelaksanaannya, konstruksi yang berjalan sudah pasti mempunyai masalah. Masalah
yang terjadi tidak bisa dihindari, tetapi harus dihadapi dan dicari solusinya. Dalam mencari
solusi untuk suatu masalah, perlu adanya kepahaman terhadap masalah bagi suatu teknisi.
Untuk memahami dan mencari jalan keluar dibutuhkan pemikiran yang sistematis untuk
menguraikan secara terperinci apa permasalahan yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

Berpikir sistematis juga bukan hanya untuk menguraikan suatu masalah, melainkan juga
untuk merumuskan suatu hal. Dalam membuat perencanaan pembangunan, teknisi
dihadapkan dengan suatu misi yaitu bagaimana proyek dapat diselesaikan dengan baik. Untuk
mencapai misi tersebut, terdapat langkah-langkah yang harus dilewati dan dikerjakan.
Menentukan langkah-langkah dari awal hingga akhir merupakan proses dalam merumuskan
suatu hal. Mahir dalam hal tersebut merupakan kemampuan yang harus dimiliki bagi setiap
teknisi proyek konstruksi khususnya dalam membuat perencanaan pembangunan.
Perlu diketahui bahwa perencanaan pembangunan juga harus dibuat secara logis. Misalnya
dalam suatu rencana penjadwalan loading barang, tidak mungkin barang seperti kaca,
jendela, dan cat dikirim ke lokasi proyek pada tahap awal konstruksi. Barang-barang tersebut
akan dipakai dan dipasang pada tahap akhir konstruksi, sehingga tidak logis jika dikirim pada
saat tahap awal konstruksi. Seandainya barang tersebut dikirim ke lokasi proyek pada tahap
awal, pastinya akan menimbulkan masalah lainnya seperti kayu lapuk, kaca berdebu bahkan
pecah, cat mengental, dan lainnya yang akan menimbulkan kerugian seperti pembengkakan
biaya untuk mengganti barang yang rusak. Hal tersebut merupakan contoh kecil mengapa
kelogisan dalam berpikir harus disalurkan saat membuat perencanaan pembangunan.

Umumnya, pelaksanaan perencanaan pembangunan melakukan metode Critical Chain


Project Management (CCPM) dalam melakukan penjadwalan. Metode tersebut bertujuan
untuk mengurangi kendala-kendala yang dapat memperpanjang waktu konstruksi. Pada
pelaksanaannya, CCPM mampu mendapatkan penghematan waktu sebesar 7 hari (Silvia
Hermina Stevania Untu, Ariestides K. T. Dundu, Robert J. M. Mandagi, 2014:320). Hal
tersebut bisa terjadi karena faktor-faktor penghambat seperti waste sangat diperhatikan
dalam proses CCPM tersebut. Dapat menghemat waktu sebesar 7 hari merupakan keuntungan
besar dalam proyek konstruksi mengingat bahwa pelaksanaan proyek konstruksi sangat
bermain dengan waktu.

Dalam membuat penjadwalan menggunakan metode CCPM, perlu adanya keobjektifan dalam
berpikir. Penjadwalan harus dibuat dengan mempertimbangkan realita dan ambisi.
Terkadang, ambisi dalam menyelesaikan proyek secara cepat dapat membuat proyek selesai
lebih lama dari waktu yang diinginkan. Hal tersebut bisa terjadi karena banyak realita dan
detil yang disampingkan, yang dimana terjadi karena ambisi terlalu besar. Dengan demikian,
diperlukan kemampuan berpikir secara objektif agar metode CCPM pun dapat dilakukan
dengan baik dan tepat sehingga menghasilkan hasil yang efektif.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen dalam berpikir kritis
adalah hal esensial yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Terlebih dalam
pembuatan perencanaan pembangunan yang dimana akan mengatur semua alur konstruksi
dari awal hingga akhir. Memiliki semua komponen dalam berpikir kritis menjadikan seeorang
teknisi dapat menyalurkan ide dan pikiran untuk membuat perancangan pembangunan secara
detil. Metode CCPM pun mengharuskan seorang teknisi untuk dapat berpikir kritis dalam
merancang penjadwalan pelaksanaan proyek konstruksi. Dengan demikian, unutk
melaksanakan proyek konstruksi dibutuhkan kritis dalam berpikir.

Daftar Pustaka :

Silvia Hermina Stevania Untu, Ariestides K. T. Dundu, Robert J. M. Mandagi. (2014).


Penerapan Metode Lean Project Management Dalam Perencanaan Proyek Konstruksi. Jurnal
Sipil Statik, 2(6)

Herina Yunita, Sri Martini Meilanie, Fahrurrozi. (2019). Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis melalui Pendekatan Saintifik. Jurna Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2)

Anda mungkin juga menyukai