Anda di halaman 1dari 66

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN BAHASA INDONESIA PADA MEDIA LUAR

RUANG DI JALAN TEUKU MUHAMMAD DAOD BEUREUEH, BANDA ACEH

Laporan penelitian

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan
tugas akhir mata kuliah umum bahasa indonesia

oleh

KELOMPOK 4

UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kesalahan yang sering dilakukan oleh para
pembuat media luar ruang dalam penulisan terhadap penyampaian informasi pada media
tersebut. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana agar dalam penulisan
sebuah karya atau media-media tersebut tidak terjadi kesalahan penulisan dan menggunakan
tata bahasa yang baik dan benar agar ketika informasi tersebut tersebar luas tidak terjadinya
kesalahpahaman antara orang yang menyampaikan informasi pada media tersebut dengan
orang yang mendapat informasi dari media tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: 1)
menjelaskan bentuk kesalahan berbahasa Indonesia pada penulisan media luar ruang di jalan
Teuku Daod Beureueh Kota Banda Aceh, 2) kesalahan penggunaan unsur asing, dan 3)
mengetahui kesesuaian hasil penelitian dengan pedoman dari buku Menulis Ilmiah (edisi
revisi) karya Azwardi. Sebagai penulis dan peneliti laporan ini, kami yakin bahwa media luar
ruang di kota-kota besar tentu masih terdapat banyak kesalahan sehingga dilakukannya
penelitian ini agar lebih jelas lagi pada aspek-aspek apa saja penulisan media-media tersebut
sering melakukan kesalahan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
sampel tulisan pada media luar ruang di jalan Teuku Daod Beureueh, Banda Aceh. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data observasi. Teknik
penganalisisan data yang digunakan adalah analisis isi. Pengumpulan sumber data adalah
sumber data primer. Simpulan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, unsur kebahasaan yang
sering terjadi kesalahan berbahasa dalam media luar ruang yaitu kesalahan pada aspek
pemakaian tanda baca, khususnya tanda titik (.), penulisan kata depan di, penggunaan kata
pukul dan jam, dan singkatan. Kedua, jenis kesalahan pemakaian istilah asing didominasi
dengan penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Aceh. Kedua bahasa tersebut digunakan
bersamaan pada setiap kata atau frasa bahasa Indonesia. Ketiga,hasil penelitian dapat
dijadikan acuan untuk perbaikan ejaan, diksi, dan kalimat pada pembuatan media luar ruang
diberbagai tempat. Hasil penelitian yang sudah kami lakukan menunjukkan bahwa masih
banyak kesalahan-kesalahan yang terdapat pada media luar ruang baik dari aspek ejaan
sampai kesalahan pada aspek kalimat pada laporan penelitian ini akan dijabarkan tentang
kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada penulisan media luar ruang.
Kata kunci: kesalahan penulisan bahasa, media luar ruang, ejaan, diksi, kalimat..
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir bahasa
Indonesia juga selain dari itu tugas ini dilakukan untuk mengatahui seberapa banyak
kesalahan yang ada pada penulisan media luar ruang. Kami meneliti media luar ruang di
sepanjang jalan Teuku Daod Beureueh, Banda Aceh. Diharapkan dari laporan ini dapat
membantu para pembaca dalam membuat suatu media berdasarkan kaidah dan tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan tersebut diresahkan
akan menyebabkan kesalahpahaman dalam pembagian informasi ke seluruh masyarakat.
Maka dari itu penelitian ini dilakukan sehingga kita dapat mengethaui kesalahan-kesalahan
seperti apa yang sering dilakukan dalam pembuatan media luar ruang.

Pelaksaan penelitian ini dilakukan secara berkelompok, kami membagi kelompok kami
ke dalam beberapa tim kerja. Dan mengarahkan setiap tim untuk mencari kesalahan-
kesalahan yang terjadi pada spanduk, baliho, dan papan nama. Pengumpulan data dari
penelitian ini dilakukan denga cara memfoto setiap kesalahan agar setelahnya kita dapat
mengalisis kesalahan-kesalahan apa saja yang terdapat pada media luar ruang tersebut.
Dengan adanya kerjasama tim diharapkan dapat memaksimalkan hasil dari penelitian ini.

Tentunya untuk menganalisis kesalahan-kesalahan tersebut kami menggunakan buku


Menulis Ilmiah (edisi revisi) karya Azwardi sebagai pedoman dan acuan agar saat melakukan
pembenaran ejaan, diksi, dan kalimat kami juga tidak melakukan kesalahan. Buku ini juga
kami gunakan sebagai pedoman dalam pembuatan karya ilmiah ini agar sesuai dengan kaidah
dan tata bahasa yang baik dan benar. Sehingga dalam penelitian ini diharapkan tidak terjadi
kesalahan saat menganalisis. Buku ini juga digunakan sebagai penunjang materi tentang
ejaan, diksi, dan kalimat yang benar dalam bahasa Indonesia.

Kami berterima kasih atas bimbingan dari bapak Azwardi, S.Pd., M.Hum. yang sudah
memberikan arahan tentang bagaimana baiknya dalam membuat suatu karya ilmiah, sesuai
dengan aturan yang tertera pada buku Menulis Ilmiah (edisi revisi). Dengan adanya arahan
dari bapak kami dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Kami juga mengucapkan
terima kasih pada pihak-pihak yang membantu kami dalam menyusun laporan penelitian ini.

Banda Aceh, 11 November 2019


Penulis,

Kelompok 4
DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................2
1.5 Metode Penelitian........................................................................................................3
1.6 Kajian Teori.................................................................................................................3
1.7 Anggapan Dasar dan Hipotesis...................................................................................4
1.8 Sumber Data................................................................................................................5
1.9 Metode dan Teknik......................................................................................................5
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................................2
2.1 Ejaan............................................................................................................................2
2.2 Diksi............................................................................................................................6
2.3 Kalimat......................................................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................27
3.1 Metode Penelitian......................................................................................................27
3.2 Teknik Pengumpulan Data........................................................................................27
BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................................................29
4.1 Identifikasi Data........................................................................................................29
4.2 Klarifikasi Data.........................................................................................................30
4.3 Analisis data..............................................................................................................32
4.4 Simpulan....................................................................................................................43
BAB V PENUTUP..................................................................................................................44
5.1 Simpulan....................................................................................................................44
5.2 Saran..........................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................46
LAMPIRAN............................................................................................................................48
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa memegang peranan penting dalam proses komunikasi. Peran tersebut akan
mampu memainkan fungsinya jika dalam tuturan akan tercipta komunikasi yang baik.
Melalui bahasa seseorang mampu mendapatkan informasi dari yang biasa saja sampai
yang luar biasa, ditambah lagi dengan berkembangnya ilmu dan teknologi. Dengan
adanya teknologi informasi semakin sarat dengan tuntutan dan tantangan globalisasi.
Kondisi itu telah menempatkan bahasa Asing terutama bahasa Inggris pada posisi
strategis yang memungkinkan bahasa itu memasuki berbagai sendi kehidupan bangsa dan
mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia. Secara empiris, kenyataan membuktikan
akhir-akhir ini terutama dalam kaitannya dengan munculnya fenomena merosotnya
komitmen masyarakat dalam berbagai lapisan khususnya masyarakat pelajar pada segala
jenjang pendidikan terhadap etika kehidupan bermasyarakat dan berbangsa serta
bernegara. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya praktisi yang mencampuradukkan
penggunaan bahasa Indonesia atau bahkan mengutamakan penggunaan bahasa asing
dalam percakapan sehari-hari.

Penggunaan bahasa ini tentu saja digunakan untuk banyak media, khususnya media
luar ruang. Media luar ruang pada masa sekarang ini banyak sekali yang sudah
dipengaruhi oleh bahasa asing. Berkembangnya globalisasi menyebabkan orang-orang
mulai beranggapan bahwa penggunaan bahasa asing adalah hal yang “keren” padahal
penggunaan bahasa asing sama saja dengan kita tidak membudayakan bahasa kita sendiri.
oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan apa saja
yang dilakukan pada penulisan media luar ruang. Penting bagi kita untuk menerapkan
penulisan yang sesuai dengan kaidah dan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
karena pada media-media seperti ini, informasi dari media tersebut akan tersebar luas.
Untuk menghindari kesalahan saat informasi tersebut disebarluaskan maka bahasa yang
digunakan harus jelas.

Pada undang-undang nomor 24 tahun 2009 sudah dijelaskan tentang bendera, bahasa,
lambang negara dan lagu kebangsaan. Maka segala sesuatu yang berkaitan dengan
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan, harus sesuai dengan
ketentuan umum yang telah ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Dalam hal ini juga
berlaku pada penulisan media luar ruang. Dan pelanggaran yang sering dilakukan pada
undang-undang ini adalah pada pasal 36 ayat (3) yaitu bahasa Indonesia wajib digunakan
untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran,
kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi
yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia.
Dan pasal 39 ayat (1) yang menyatakan dengan jelas bahwa bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam informasi melalui media massa.
Menurut Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (2016:9) media luar ruang adalah
sarana komunikasi yang menggunakan alat tertentu yang diletakkan di luar ruang atau di luar
gedung. Media luar ruang merupakan satu di antara media yang ada yang digunakan sebagai
sarana komunikasi untuk menyampaikan suatu informasi. Dengan adanya media luar ruang,
seseorang akan mendapatkan informasi dengan mudah. Kesalahan yang diteliti adalah
kesalahan-kesalahan pada spanduk, baliho, dan papan nama. Alasan menggunakan hal-hal
tersebut adalah karena lebih mudah ditemukan dan kesalahan-kesalahan dari segi ejaan, diksi,
kalimat sering ditemukan pada media-media tersebut.
Dari pembahasan di atas kami melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa banyak
kesalahan-kesalahan yang terdapat pada media luar ruang yang tidak sesuai dengan kaidah
dan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. penelitian ini dilakukan bukan sekedar untuk
menganalisis kesalahan-kesalahan tersebut, tetapi juga memperbaiki kesalahan-kesalahan
yang terdapat pada media luar ruang tersebut. Penelitian ini dilakukan pada media luar ruang
karena media luar ruang banyak ditemukan dan merupakan informasi langsung kepada
masyarakat luar dan informasi dari media luar ruang relatif lama dan mudah untuk
ditemukan.
Penelitian ini juga berdasarkan pada penelitian sebelumnya oleh Nilam Sari tentang
analisis penelitian kebahasaan pada media luar ruang untuk melakukan perbandingan dan
mendapatkan informasi tentang kesalahan-kesalahan apa yang harus diteliti dari seluruh
media luar ruang yang ada. Penelitian ini dilakukan di Jalan Teuku Daod Beureueh, Banda
Aceh dengan cara membagi kelompok dalam beberapa tim untuk mencari kesalahan yang
tedapat pada spanduk,baliho dan papan nama di sepanjang jalan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penggunaan bahasa sesuai dengan tata Bahasa yang baik dan benar sudah
diterapkan di spanduk, baliho, papan nama, di Jalan Teuku Muhammad Daod
Beureueh?
1.2.2 Apa saja kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan media luar ruang?
1.2.3 Apakah terdapat banyak penggunaan bahasa asing dalam penulisan, spanduk, baliho,
dan papan nama?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak kesalahan dalam penulisan media
luar ruang karena kurangnya wawasan para pembuat media tersebut tentang tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar. penelitian ini juga dilakukan agar dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan dari media luar ruang yang telah diteliti. Karena penggunaan media luar
ruang itu sangat penting mengenai tata bahasanya karena hal iutu termasuk salah satu bentuk
komunikasi tidak langsung dengan masyarakat banyak. Oleh karena itu, penulisan tersebut
harus menggunakan bahasa yang baik dan benar agar apa yang ingin disampaikan dapat
tersampaikan dengan baik dan memiliki maksud yang jelas di dalamnya sehingga tidak akan
terjadi kesalahpahaman. Maka dari itu penelitian ini penting untuk menegaskan bahwa media
luar ruang itu harus menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar karena
informasi dari media tersebut akan tersebar ke seluruh wilayah.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teoritis
sehingga dapat menambah ilmu serta wawasan khususnya dalam penulisan media-media luar
ruang. Sehingga di masa yang akan datang tidak lagi dilakukaannya kesalahan yang sama.
Dan bagi penulis sendiri penelitian ini bermanfaat bukannya hanya untuk mengetahui
seberapa sering masyarakat melakukan kesalahan dalam penulisan media luar ruang namun
juga bagi kami, dengan adanya penelitian ini kami juga belajar bagaimana penulisan sebuah
karya yang baik dan sesuai dengan apa yang akan dijabarkan di bawah ini. Dan diharapkan
setelah membaca laporan ini para pembaca akan lebih sadar tentang pentingnya penggunaan
bahasa yang baik dan benar.

1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data berupa kata-kata, gambar, bukan angka.
Menurut Bogdan dan Tailor (dalam Moleong, 2001:3) penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari perilaku-
perilaku yang dapat diamati. Data penelitian ini adalah iklan luar ruang di Jalan Teuku Daod
Beureuh, Banda Aceh. Adapun cara mengidentifikasi data yaitu peneliti menganalisis media
luar ruang yang ada di jalan tersebut dengan cara membaca, memahami kata dan seluruh
kalimat dari media luar ruang tersebut sehingga peneliti dapat menganalisis,
mengidentifikasi kesalahan berbahasa yang terdapat pada media luar ruang tersebut, baik itu
kesalahan pada ejaan, pemilihan kata (diksi), dan kalimat yang digunakan dalam pembuatan
media luar ruang tersebut. Metode yang dilakukan dengan memfoto segala kesalahan yang
terdapat pada media luar ruang di sepanjang jalan yang nantinya akan diteliti dan dianalisis
lebih lanjut tentang kesalahan-kesalahan apa yang sering dilakukan.

1.6 Kajian Teori

a. Teori Kesalahan Bahasa


Pembahasan tentang kesalahan berbahasa merupakan masalah yang tidak sederhana, tetapi
bisa juga menjadi tidak ada masalah yang harus dibahas dalam kesalahan berbahasa. Oleh
karena itu, anda harus mengetahui terlebih dahulu tentang pengertian kesalahan berbahasa.
Tidak mungkin anda mengerti kesalahan berbahasa apabila anda tidak memiliki pengetahuan
atau teori landasan tentang hal tersebut. Tidak mungkin anda memiliki pengetahuan atau
teori landasan tentang kesalahan berbahasa apabila anda tidak pernah mempelajari tentang
itu.
Tidak mungkin anda tidak mempelajari hal itu apabila anda ingin mengetahui dan
memiliki teori landasan tentang kesalahan berbahasa. Istilah kesalahan berbahasa memiliki
pengertian yang beragam. Untuk itu, pengertian kesalahan berbahasa perlu diketahui lebih
awal sebelum kita membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan 3
(tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3) Mistake.
Bagi Burt dan Kiparsky dalam Syafi’ie (1984) mengistilahkan kesalahan berbahasa itu
dengan “goof”, “goofing”, dan “gooficon”. Sedangkan Huda (1981) mengistilahkan
kesalahan berbahasa itu dengan “kekhilafan (error)”. Adapun Tarigan (1997) menyebutnya
dengan istilah “kesalahan berbahasa”.Sekarang “Apa yang dimaksud kesalahan berbahasa
Indonesia?” Apabila kesalahan berbahasa itu dihubungkan dengan pernyataan atau
semboyan “Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar,” ada 2 (dua) parameter
atau tolok ukur kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Pertama, pergunakanlah bahasa
Indonesia yang baik. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia yang baik adalah penggunaan
bahasa sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi. Inilah faktor-faktor penentu
dalam komunikasi, antara lain:
1) siapa yang berbahasa dengan siapa;
2) untuk tujuan apa;
3) dalam situasi apa (tempat dan waktu);
4) dalam konteks apa (partisipan, kebudayaan dan suasana);
5) dengan jalur mana (lisan atau tulisan);
6) dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, koran, buku, media komunikasi lain: Hp,
Internet);
7) dalam peristiwa apa (bercakap, ceramah, upacara, lamaran pekerjaan, pelaporan,
pengungkapan perasaan).

Kedua, pergunakanlah bahasa Indonesia yang benar. Parameter ini mengacu kepada
penaatasasan terhadap kaidah-kaidah atau aturan kebahasaan yang ada dalam bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kedua parameter tersebut, yakni: faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah
kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Berarti, penggunaan bahasa Indonesia yang
berada di luar faktor-faktor penentu komunikasi bukan bahasa Indonesia yang benar dan
berada di luar kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia bukan bahasa Indonesia
yang baik. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa Indonesia adalah penggunaan bahasa
Indonesia, secara lisan maupun tertulis, yang berada di luar atau menyimpang dari faktor-
faktor komunikasi dan kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia (Tarigan, 1997).

1.7 Anggapan Dasar dan Hipotesis

Dari hasil penelitian yang sudah kami lakukan, masih banyak terdapat kesalahan dalam
penulisan media-media luar ruang tersebut. kesalahan penulisan ini sering terjadi pada
penggunaan ejeaan, serta diksi. Kalimat juga termasuk, namun kesalahan pada kalimat tidak
sering dilakukan. Kesalahan pada ejaan sering terjadi disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan bahwasannya penggunaan bahasa Indonesia sudah ditegaskan dengan baik
berdasarkan undang-undang yang mengatur tentang kebahasaan. Penggunaan bahasa
Indonesia pada media luar ruang bukanlah hal yang buruk, karena dengan itu dapat
membuktikan bahwa kita bangga dengan bahasa yang kita punya, yang dengan jelas
dipertahankan oleh para pemimpin masa lalu. Maka kita sebagai penerusnya seharusnya
melestarikan dengan baik.

1.8 Sumber Data

Data-data yang kami kumpulkan seluruh bersumber dari media-media yang kami teliti di
jalan Teuku Daod Beureueh. Sumber data dari penelitian kualitatif ini berdasarkan tempat
dan lokasi di mana sering terdapat spanduk, papan nama, serta baliho di pinggiran jalan
sehingga pengumpulan data lebih mudah dilakukan tanpa harus mencari nara sumber. Dan
selanjutnya seluruh data yang terkumpulkan akan kami jelaskan satu per satu kesalahan yang
terdapat pada media luar ruang tersebut sehingga para pembaca dapat dengan jelas
mengetahui apa saja kesalahan yang terdapat pada data tersebut.

1.9 Metode dan Teknik

Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah obseravasi. Kelompok kami melakukan
penelitian langsung ke jalan dan melihat secara langsung kesalahan apa yang terdapat pada
spanduk tersebut yang selanjtnya kami menggunakan kamera agar gambar tersebut nantinya
akan kami deskripsikan kesalahan-kesalahan yang terdapat pada penulisannya. Gambar-
gambar tersebut juga digunakan sebagai bukti empiris bahwasannya kelompok kami benar-
benar melakukan penelitian langsung ke daerah yang sudah ditentukan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ejaan

2.1.1 Pengertian Ejaan


Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang
distandardisasikan. Lazimnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis yang
menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad. Aspek morfologi
yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang
menyangkut penanda ujaran tanda baca (Haryatmo Sri, 2009). Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia dinyatakan, ejaan adalah cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf.
Misalnya kata “huruf” dahulu adalah “hoeroef”. Kata itu telah diatur dengan ejaan yang
sesuai dan sekarang yang dipergunakan adalah “huruf”.

Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan fenotis merupakan
ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf, serta mengukur dan
mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram). Dengan demikian terdapat
banyak lambing atau huruf yang dipergunakan untuk menyatakan bunyi-bunyi bahasa itu.
Ejaan fonemas adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu lambing
atau satu huruf, sehingga jumlah lambing yang diperlukan tidak terlalu banyak jika
dibandingkan dengan jumlah lambing dalam ejaan fonetis (Barus Sanggup, 2013)

Pada saat ini Indonesia telah menggunakan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia) menggantikan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). PUEBI ini digunakan sejak
26 Desember 2015. Dibuatnya PUEBI menggantikan EYD, menurut Peraturan Menteri
Dikbud Nomor 50 tahun 2015 karena :
1) Adanya berbagai kemajuan dalam berbagai bidang ilmu, termasuk Bahasa Indonesia
juga berubah lisan dan tulisannya.
2) Memantapkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

2.1.2 Fungsi Ejaan


Fungsi ejaan yang utama adalah untuk menunjang pembakuan tata bahasa Indonesia baik
kaitannya dengan kosa kata maupun dengan peristilahan. Ejaan sangat penting dan perlu
untuk diprioritaskan. Adapun fungsi ejaan secara khusus adalah sebagai berikut:
1) Sebagai landasan pembakuan tata bahasa;
2) Sebagai landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan;
3) Sebagai alat penyaring dari masuknya unsur-unsur bahasa lain baik secara kosa kata
maupun istilah ke dalam Bahasa Indonesia.

2.1.3 Sejarah Ejaan


Bicara tentang kaidah ejaan, tidak terlepas dari perkembangan tata bahasa Indonesia sejak
dulu hingga sekarang. Sistem ejaan yang ada saat ini merupakan bentuk yang paling
mutakhir dan disempurnakan dari ejaan pada masa-masa sebelumnya. Berikut adalah
perkembangan dan sejarah ejaan Bahasa Indonesia secara singkat:
1) Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan Van Ophuijsen ditetapkan tahun 1901, ejaan ini menetapkan Bahasa Melayu dengan
huruf latin. Dirancang oleh Ch. A. Van Ophuijsen yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar
Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Soetan.
2) Ejaan Suwandi
Ejaan Soewandi atau dikenal sebagai ejaan republik diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947
untuk menggantikan ejaan Van Ophuijsen.
3) Ejaan Pembaruan
Diprakarsai oleh Prof. M. Yamin, ejaan pembaruan diresmikan pada tahun 1954 untuk
menggantikan yang sebelumnya. Pada waktu itu disarankan agar satu bunyi satu huruf,
penetapan hendaknya dilakukan oleh badan yang kompeten, serta ejaan hendaknya praktis
namun tetap ilmiah.
4) Ejaan Melindo
Kongres Bahasa Indonesia II Medan pada tahun 1959 memutuskan konsep ejaan bersama
yang kemudian dikenal dengan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perumus pada sidang ini
adalah Slamet Mulyana dan Syed Nasir bin Ismail.
5) Ejaan LBK
Tahun 1966 adalah puncak dari perkembangan politik selama bertahun-tahun yang
mengurungkan peresmian ejaan Melindo. Seminar sastra 1968 membentuk konsep ejaan
Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK).
6) Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Berlaku sejak 23 Mei 1972, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan ejaan yang
paling masyhur dan awet digunakan. Beberapa pertimbangan sejak era awal adalah sebagai
berikut.
a. Pertimbangan teknis, setiap fonem dilambangkan satu huruf
b. Pertimbangan praktis, disesuaikan dengan keperluan
c. Pertimbangan ilmiah, perlambangan mencerminkan studi yang mendalam tentang
kenyataan sosial linguistik yang berlaku
d. Pertimbangan konotatif, bunyi menunjukkan perbedaan makna
e. Pertimbangan politis, keterlibatan pemerintah menghendaki penertiban tata istilah yang
ada
7) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) menggantikan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan). Ejaan Bahasa Indonesia ini berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
2015.Perubahan sistem ejaan bahasa Indonesia sudah terjadi beberapa kali. Pada 1947,
bahasa Indonesia menggunakan sistem Ejaan Soewandi, kemudian sistem Ejaan Melindo
pada 1959, dan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) pada 1972 hingga EBI (Ejaan Bahasa
Indonesia) tahun 2015. Perkembangan ini adalah bentuk perhatian pemerintah terhadap
bahasa Negara agar bahasa Indonesia dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Selain itu, pemerintah menginginkan bahasa Indonesia dapat digunakan
di berbagai ranah secara lisan maupun tulisan secara lebih luas. Ada beberapa hal yang
diatur dalam PUEBI, yaitu:
a. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
b. Penulisan kata.
c. Penulisan tanda baca.
d. Penulisan singkatan dan akronim.
e. Penulisan angka dan lambang bilangan.
f. Penulisan unsur serapan.

2.1.4 Penulisan Huruf


Sistem penghurufan atau pemakaian huruf adalah submateri dalam kaidah ejaan Bahasa
Indonesia yang penting untuk diperhatikan. Dalam artikel ini hanya akan dibahas mengenai
kaidah penggunaan huruf kapital dan penggunaan huruf miring. Kaidah penulisan lainnya
akan dibahas lebih lengkap dalam satu artikel khusus.
1) Kaidah Ejaan untuk Huruf kapital
Huruf kapital digunakan pada beberapa aspek, yaitu:
a. Huruf pertama pada awal kalimat harus kapital.
b. Lambang pada unsur-unsur kimia seperti pH dan pOH harus diperhatikan huruf
kapitalnya dan tidak boleh diletakkan di awal kalimat.
c. Setiap kata dalam judul buku atau terbitan berkala diawali dengan huruf kapital, kecuali
kata penghubung atau kata tugas: dan, dengan, yang, ke, di, untuk, dari, terhadap,
sebagai, tetapi, dalam, berdasarkan, antara, melalui, secara yang tidak terletak pada awal
kalimat.
d. Nama bangsa, bahasa, orang, hari, bulan, tarikh atau ketentuan waktu, peristiwa sejarah,
dokumen resmi, takson makhluk di atas genus, lembaga, gelar, jabatan, serta pangkat
yang diikuti dengan nama orang atau tempat juga diawali huruf kapital.
e. Setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada judul buku dan nama bangsa,
dan lain-lain seperti yang dimaksud pada poin ke 2) dan 3) di atas diawali dengan huruf
kapital. Contoh: Undang-Undang Dasar 1945, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
f. Nama-nama geografi, yakni sungai, kota, provinsi, negara, dan pulau menggunakan
huruf kapital. Contoh: Sungai Nil, Danau Kelimutu, Pulau Sumatera, Gunung Semeru.
Adapun untuk nama istilah atau jenis seperti bakso malang, badak lampung, gula jawa
tidak menggunakan huruf kapital. Kemudian bentuk dasar kata turunan juga tidak
menggunakan huruf kapital seperti kearab-araban dan mengindonesiakan.
g. Penulisan nama orang pada hukum, dalil, uji, dan metode menggunakan huruf kapital.
Contoh: hukum Newton, uji Duncan, atau analisis Fourier.
h. Untuk penamaan rancangan, proses, uji, atau metode yang tidak diikuti nama orang
ditulis dengan huruf kecil, misalnya: uji kelayakan. Apabila penamaan disingkat,
singkatannya ditulis dengan huruf kapital, misalnya: air susu ibu (ASI).
2) Kaidah Ejaan untuk Huruf Miring
Huruf miring atau huruf italik disebut dengan kursif. Jika diketik atau ditulis tangan,
kemiringannya ditandai dengan garis bawah tunggal. Huruf miring digunakan pada aspek
berikut:
a. Kata dan ungkapan asing yang belum dibakukan. Contoh: ad hoc, et al, in vitro, status
quo.
b. Konstanta dan peubah yang tidak diketahui dalam matematika. Contoh: n, i.
c. Penegasan atau mengkhususkan bagian kata atau kepala kata. Contoh: “Dia
tidak ditikung, tetapi menikung” dan “Bab ini tidak akan membicarakan tentang aljabar”
d. Kata atau istilah yang diperkenalkan untuk diskusi khusus menggunakan huruf miring,
misalnya kakas atau citraan.
e. Kata atau frase yang diberi penekanan. Contoh: Buat kalimat dengan kata cinta.
f. Pernyataan rujukan silang dalam indeks. Contoh: lihat dan lihat juga.
g. Judul buku atau terbitan berkala yang disebutkan dalam tubuh tulisan dan daftar pustaka.
Contoh: majalah Bobo, buku Dilan 1991, surat kabar Jawa Pos.
h. Nama istilah seperti genus, spesies, varietas, dan forma makhluk. Contoh:
bakteri Escherichia coli. Akan tetapi, nama ilmiah takson di atas tingkat genus tidak
ditulis dengan huruf miring. Contoh: Felidae, Moraceae.

2.1.5 Penulisan Kata


1) Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
2) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai
dengan bentuk dasarnya.
3) Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
4) Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
5) Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.
6) Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan membubuhkan
tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
7) Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan
atau akhiran.
8) Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
9) Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
10) Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur
pembentuknya.
11) Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap
unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
12) Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
unsur-unsurnya.
13) Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
14) Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
15) Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
16) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
17) Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
18) Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik
pada setiap unsur singkatan itu.
19) Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi
ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
20) Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis dengan
huruf kapital tanpa tanda titik.
21) Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
22) Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat masing-
masing diikuti oleh tanda titik.
23) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
24) Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
25) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
26) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
27) Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku,
-mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
28) Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

2.2 Diksi

2.2.1 Pengertian Diksi


Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk
dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat dilakukan bila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar
memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam arti sesuai
dengan konteks di mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai
rasa masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata   dipengaruhi
oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui,
memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya secara efektif
kepada pembaca atau pendengarnya.
Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-
mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya
untuk menyatakan suatu maksud, kita dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu
ketetapan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah
yang diperlukan.Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat
apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata
itu harus pula sesuai dengan situasi dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.
Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama
atau bermiripan. Ketersediaan kata akan ada apabila seseorang mempunyai bendaharaan kata
yang memadai, seakan-akan ia memiliki senarai (daftar) kata. Senarai kata itu dipilih satu
kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan
kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi
kata.
Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga
memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks dimana kata itu
berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk
itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata
mati bersinonim dengan mampus ,wafat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan, dan
lain sebagainya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada
nilai rasa dan nuansa makna yang membedakannya.

2.2.2 Fungsi Diksi


Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian, hasil
pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :
a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d. Mencegah perbedaan penafsiran.
e. Mencagah salah pemahaman.
f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

2.2.3 Ciri-ciri Diksi


Setelah mengetahui syarat diksi, tentu kita juga harus mengetahui ciri-ciri diksi tersebut,
dibawah ini merupakan ciri-ciri diksi, antara lain:

1) Tepat dalam pemilihan kata untuk dapat mengungkapkan gagasan atau juga hal-
hal yang diamanatkan
2) Dapat digunakan untuk dapat membedakan secara tepat nuansa makna serta
bentuk yang sesuai dengan gagasan serta juga situasi serta nilai rasa pembaca.
3) Menggunakan pembendaharaan kata yang dipunyai masyarakat bahasanya serta
dapat menggerakan dan juga memberdayakan kekayaan itu menjadi jaring kata yang
jelas.

2.2.4 Syarat Diksi


Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan
ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan
dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami
pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan
penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, ada
dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1) Kaidah kelompok kata/ frase


Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan
kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.

a) Tepat
Contohnya : Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi
kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan  dengan lihatan mata.
b) Seksama
Contohnya : Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang
bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak
pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan
kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau
pun jaksa tinggi  karena kata tersebut tidak seksama.
c) Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim
dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan
pengertian saja. Contohnya, Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak
dapat mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan.  Kemudian
kata santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani.  Kedua kata
ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut
makna dan pemakain-nya.

2) Kaidah Makna Kata


a) Jenis makna
Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:
1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca indra
dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga sebagai makna
sebenarnya.
Contoh :
Kepala: organ tubuh yang letaknya paling atas
Besi: logam yang sangat keras

2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi
pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga sebagai
makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
Ibu kota : pusat pemerintahan
Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol

b) Perubahan makna
Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan atas:
1. Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.
Misalnya :

Kata Dulu Sekarang


Berlayar Mengarungi laut Mengarungi
dengan memakai lautan dengan
kapal layar alat apa saja
Putera- Dipakai untuk Sebutan untuk
puteri sebutan anak-anak semua anak
raja laki-laki dan
perempuan

2. Menyempit, cakupan makna lebih sempit daripada makna dahulu.


Misalnya:
Kata Dulu Sekarang
Sarjana Sebutan untuk Gelar untuk orang
semua orang yang sudah lulus
cendekiawan dari perguruan
tinggi
Madrasah Sekolah Sekolah yang
mempelajari ilmu
agama Islam

Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :


1. Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya baru
dirasakan lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh :
Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan.
Kata istri  atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.

c) Pergeseran makna
Pergeseran makna dibedakan atas dua macam:
1. Asosiasi, adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya persamaan sifat.
Contoh:
Tasya menyikat giginya sampai bersih.
Pencuri itu menyikat habis barang-barang berhatga dirumah itu.
2. Sinestesia, adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran tanggapan antara dua
indra yang berbeda.
Contoh:
Sayur itu rasanya pedas sekali.
Kata-katanya sangat pedas didengar.
d) Relasi makna
1. Homonim, adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan tulisan dan pengucapan.
Bisa berarti    1). Dapat, sanggup 2). Racun
Buku berarti   1). Kitab 2). Antara ruas dengan ruas
2. Homograf, adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan tulisan tetapi
berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
Teras (inti) dengan teras (halaman rumah)
Sedan (isak) dengan sedan (sejenis mobil)
Tahu (paham) dengan tahu (sejenis makanan)
3. Homofon, adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai persamaan pengucapan
tetapi berlainan tulisan dan arti.
Contoh:
Bang dengan bank
Masa dengan massa
4. Sinonim, adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan pengucapanya tetapi
mempunyai arti yang sama.
Contoh:
Pintar dengan pandai
Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau kemiripan. Oleh sebab
itu, di dalam sebuah karang mengarang sebaiknya dipergunakan sinomin kata supaya
ada variasinya dan ada pergantiannya yang membuat lukisan di dalam karangan itu
menjadi hidup.
5. Antonim, adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
Tua – muda
Besar – kecil
Luas – sempit

2.3 Kalimat

Perangakaian kalimat yang baik menjadi indikator keberhasilan berkomunikasi, baik itu
komunikasi langsung ataupun komunikasi tidak langsung. Setiap orang yang berada di
belahan bumi yang berbeda, memiliki kalimat yang berbeda pula. Hal ini karena setiap
komunitas manusia memiliki bahasa dan budaya yang berbeda. Dimensi ruang, waktu,
dan suasana juga memengaruhi seseorang dalam membentuk suatu kalimat dalam sebuah
percakapan sehari-hari.
Pembentukan kalimat dalam suasana formal dan tidak formal akan berbeda sama
sekali. Pembentukan kalimat pada pagi atau sore hari pun akan berbeda karena kondisi
mental yang berbeda. Berikut adalah uraian mengenai kalimat dalam bahasa Indonesia
lengkap.

2.3.1 Pengertian Kalimat


Kalimat adalah kumpulan kata yang setidaknya terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat
pun dapat terbentuk dari satu klausa maupun beberapa klausa. Kalimat menurut
Soelistyowati (2015) adalah bagian terkecil ujaran atau teks yang mengungkapkan
pikiran yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan
titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang
memustahilkan adanya perpaduan atau amilasi bunyi. Dalam wujud tulisan huruf latin,
sebuah kalimat ditandai dengan adanya berbagai tanda baca yang menunjukan seperti
apa kalimat harus seperti apa dibaca.

Menurut Kridalaksana (2001), kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif
berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial
terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan; satuan
proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa, yang
membentuk satuan bebas; Jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.

Kalimat menurut Arifin dan Tasai (2002) adalah satuan bahasa terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi baik lisan dan tulisan harus memiliki subjek dan predikat.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat /Ka-li-mat/ adalah:


1) kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan;
2) perkataan; linguistic
3) satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan
secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.

2.3.2 Ciri-Ciri Kalimat


Kalimat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Merupakan satu kesatuan bahasa yang memiliki fonem dan morfem. Fonem adalah
bunyi pada sebuah bahasa yang membedakan makna dalam sebuah kata, sedangkan
morfem adalah bentuk bahasa yang mengandung arti pada sebuah kata.
2) Dapat berdiri sendiri meskipun tidak ditambah dengan kalimat lengkap.
3) Mempunyai pola intonasi akhir.
4) Adanya huruf kapital dan tanda baca dalam sebuah kalimat.

2.3.3 Unsur-Unsur Kalimat


Suatu kalimat terdiri atas beberapa unsur pembentuk kalimat. Kalimat sendiri setidaknya
terdiri atas unsur subjek dan predikat. Berikut adalah penjabaran mengenai unsur-unsur
pembentuk kalimat.

1) Subjek
Subjek adalah kata benda dalam sebuah kalimat yang dapat berupa nama orang, hewan,
benda, sapaan, dan lain-lain. Contoh subjek dalam suatu kalimat ditandai dengan kata
yang dicetak tebal:
Gina adalah teman kami.
Ayah kami sedang lomba memancing.

Subjek memiliki delapan ciri sebagai berikut.


a) Kata atau frase biasanya berkelas kata benda (nomina), contohnya pada kalimat
berikut, “Ilmu kehutanan akan tetap dibutuhkan selama manusia hidup di bumi”.
b) Nomina tidak pernah diawali oleh kata tugas (kata depan atau kata sambung) karena
kata tugas mengubah fungsi nomina menjadi keterangan. Kalimat berikut menunjukan
bahwa kata benda yang diawali kata tugas akan menjadi keterangan. “Tentang ilmu
kehutanan membahas mengenai kelestarian pepohonan di hutan.”
c) Ada kata petunjuk (artikel) ini atau itu. Contohnya adalah “Suara ini dikenal sebagai
suara burung yang paling terancam punah di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango.”
d) Subjek bukan kata ganti tanya.
e) Adakalanya subjek bukan sebagai kata benda (nomina), namun pada umumnya diikuti
artikel ini atau itu. Sebagai contoh pada kalimat berikut, “Berenang (itu)”
f) Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata tanya siapa dan apa.
g) Subjek dapat ditambahkan akhiran -nya. Sebagai contoh, “Masalahnya ialah tersangka
tidak bisa digiring ke Polres untuk dimintai keterangan.”
h) Pada struktur bahasa Indonesia, subjek pada umumnya berada pada awal kalimat.

2) Predikat
Predikat adalah bagian yang menandai apa yang telah diucapkan ataupun dituliskan oleh
pihak pertama. Contoh dalam kalimat adalah kata-kata yang dicetak tebal.
Merokok membahayakan kesehatan.
Keladi itu tumbuhan.

Ciri-Ciri Predikat dalam Sebuah Kalimat


a) Pada umumnya predikat berada di sebelah kanan subjek. Predikat menjelaskan subjek
sehingga kalimat menjadi bermakna, sebagai contoh “Sektor kehutanan berkembang
secara fluktuatif.” Predikat dapat berkategori kata kerja (verba), kata benda (nomina),
kata depan (preposisi), atau kata sifat (adjektiva) sehingga predikat menyebabkan
beberapa jenis kalimat tunggal.
b) Predikat mengisyaratkan perlu tidaknya kata lain di sebelah kanannya agar kalimat
menjadi lebih lengkap. Pada umumnya, predikat dapat dicari dengan menggunakan
kata tanya bagaimana. Predikat dapat diikuti partikel -lah, contohnya adalah sebagai
berikut “Tertawalah ia pada saat malam itu.”

3) Objek
Objek adalah sebuah hal atau perkara yang akan menjadi topik pembicaraan. Fungsi
objek adalah membentuk kalimat utama pada kalimat berpredikat transitif, memperjelas
makna dalam sebuah kalimat, dan membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran dalam
kalimat. Ciri-ciri objek adalah:
a) Objek berada di samping kanan predikat tanpa disisipi kata, kecuali pada kalimat
pasif. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut, “ITB mengadakan langkah-
langkah pelestarian alam di sekitar kampus.”
b) Kata atau frasa yang bisa menjadi objek berkelas kata benda, contohnya “Tingkat
pendidikan petani yang rendah menyebabkan penguasaan teknologi”
c) Objek dapat berpindah posisi menjadi subjek bila predikatnya diubah menjadi pasif,
contohnya “Pemerintah dapat menciptakan kondisi yang kondusif” menjadi
“Kondisi yang kondusif dapat diciptakan oleh pemerintah.”
d) Objek dapat tersurat atau tersirat. Contoh objek tersirat terdapat pada kalimat
berikut “Kecurangan dalam pemilu dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi”,
sedangkan contoh kalimat objek tersurat adalah sebagai berikut “Kecurangan dalam
pemilu dilaporkan oleh Panwaslu ke Mahkamah Konstitusi.”
e) Objek dapat diganti dengan akhiran -nya.

4) Pelengkap
Pelengkap adalah bagian frasa verbal yang membuatnya menjadi predikat lengkap dalam
sebuah klausa. Fungsi pelengkap adalah melengkapi kalimat lainnya seperti subjek,
predikat, objek, dll agar kalimat tersebut dapat berdiri sendiri. Ciri-ciri pelengkap adalah:
a) Pelengkap berkategori kata atau frasa nominal, verbal, atau adjektival.
b) Pelengkap berada setelah verba semitransitif dan dwitransitif. Contoh pada kalimat
yang mengandung verba semitransitif adalah “Hal itu merupakan masalah besar.”
Contoh pada kalimat yang mengandung verba dwitransitif adalah “Pak Wirya
menugasi mahasiswa membuat desain.”
c) Pelengkap dapat didahului oleh preposisi.
d) Pelengkap tidak dapat dipasifkan (jika dapat dipasifkan tidak dapat menjadi subjek).

5) Keterangan
Keterangan adalah sebuah bagian kalimat yang memiliki tujuan untuk memperjelas
kalimat. Unsur keterangan memiliki fungsi untuk menambah informasi pada kalimat yang
akan disajikan sehingga komunikasi mudah dipahami. Tanpa unsur kalimat keterangan,
informasi menjadi tidak jelas. Hal ini dapat ditemukan terutama dalam surat undangan,
laporan penelitian, dan informasi yang terkait dengan tempat, waktu, sebab, dan lain-lain.
Ciri-ciri unsur kalimat keterangan adalah:
Letaknya bisa berpindah-pindah. Misalnya “Hari ini kami akan praktik lapangan ke
hutan” menjadi “Kami akan praktik lapangan hari ini ke hutan.”
Keterangan dapat dihilangkan dalam sebuah kalimat.
Biasanya, kata atau kelompok kata didahului kata depan.

2.3.4 Struktur Kalimat


Semua kalimat yang kita pakai berasal dari beberapa struktur ataupun pola kalimat dasar
saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut bisa
dikembangkan berdasarkan kaidah yang berlaku. Pola dasar kalimat bahasa
Indonesia yaitu sebagai berikut :
1) Kalimat dasar berpola S P
Kalimat dasar semacam ini hanya mempunyai unsur subjek dan predikat. Predikatnya
bisa berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, ataupun kata bilangan.
Contohnya :
Mobil itu besar.
S          P
2) Kalimat dasar berpola S P O
Pola kalimat ini sering kali dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Unsurnya ada subjek
predikat dan objek.
Contohnya :
Ari mengemudikan mobil.
S         P      O
3) Kalimat dasar berpola S P Pel
Contohnya :
Keluarganya pergi liburan.
S                 P       Pel
4) Kalimat dasar berpola S P O Pel
Contoh :
Supir bus mengemudikan busnya sembarangan.
S                    P                     O                Pel
5) Kalimat dasar berpola S P K
Contoh :
Andi menjahit tadi pagi.
S           P                  K
6) Kalimat dasar berpola S P O K
Contoh :
Indah  merapikan kamarnya seminggu lalu.
S        P       O        K
7) Kalimat dasar berpola S-P-O-Pel-K
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan. 
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, Predikat berupa verba dwitransitif, Objek
berupa nomina atau frasa nominal, Pelengkap berupa nomina atau frasa nominal dan
keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Ayah membelikan Aldy sepatu baru di margo city
8) Kalimat dasar berpola  S-P-Pel-K.
Kalimat dasar tipe ini mempunyai unsur subjek, predikat, pelengkap dan keterangan.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat  dan
pelengkap berupa nomina atau adjektiva dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Contoh : Aku  sedih ketika mama masuk rumah sakit.

2.3.5 Jenis-jenis Kalimat


Jenis kalimat itu dibedakan berdasarkan berbagi kriteria atau sudut pandang. Oleh karena
itu, dalam kepustakaan linguistik dan berbagai buku tata bahasa kita dapati banyak sekali
istilah untuk menamakan jenis-jenis kalimat, ini lah jenis-jenis kalimat:
Jenis kalimat itu dibedakan berdasarkan berbagi kriteria atau sudut pandang. Oleh karena
itu, dalam kepustakaan linguistik dan berbagai buku tata bahasa kita dapati banyak sekali
istilah untuk menamakan jenis-jenis kalimat, ini lah jenis-jenis kalimat:

1) Kalimat Berdasarkan Maknanya

Jika kita tinjau dari segi maknanya (nilai komunikatifnya), maka kalimat terbagi menjadi
lima kelompok, yakni (1) kalimat berita, (2) kalimat perintah, (3) kalimat tanya, (4)
kalimat seru, dan (5) kalimat emfatik.

a) Kalimat Berita
Kalimat berita, yang sering pula dinamakan kalimat deklaratif, adalah kalimat yang isinya
memberitakan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Jika suatu saat kita mengetahui
ada kecelakaan lalu lintas dan kemudian menyampaikan peristiwa itu kepada orang lain,
maka kita memberitakan kejadian itu. Kalimat berita dapat bermacam-macam, sebagai
berikut:
Kemarin sore ada angkutan kota menabrak pengendara motor.
Pada pagi terjadi kecelakaan beruntun yang menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Banjir yang terjadi di Bekasi merendam perumahan warga.
Terjadi kebakaran besar di pasar Obor Jakarta Timur.
Dari segi bentuknya, kalimat diatas bermacam-macam. Ada yang memperlihatkan
inversi, ada yang berbentuk aktif, ada yang pasif, dan sebagainya. Akan tetapi, jika dilihat
nilai komunikatifnya, maka kalimat diatas adalah sama, yakni semua merupakan kalimat
berita. Dengan demikian, kalimat berita dapat berupa bentuk apa saja. Asalkan isinya
merupakan pemberitaan. Dalam bentuk tulisnya, kalimat berita diakhiri dengan tanda titik.
Dalam bentik lisan, nada suara berakhir dengan nada turun.

b) Kalimat Perintah
Kalimat perintah, atau kalimat imperatif, adalah kalimat yang maknanya memberikan
perintah untuk melakukan sesuatu.
Kalimat yang dapat memiliki bentuk perintah pada umumnya adalah kalimat taktransitif
atau transitif (baik aktif maupun pasif). Kalimat yang predikatnya adjektiva kadang-
kadang dapat juga memiliki bentuk perintah, bergantung pada macam adjektivanya.
Sebaliknya, kalimat yang bukan verbal atau adjektival tidak memiliki bentuk perintah.
Berikut contoh
kalimat perintah.
Buatlah satu kalimat yang berpola SPOK!
Pergilah ke sekolah!
Dalam bentuk tulis, kalimat perintah seringkali diakhiri dengan tanda seru (!) meskipun
tanda titik biasa pula dipakai. Dalam bentuk lisan, nadanya agak naik sedikit.

c) Kalimat Perintah Taktransitif


Kalimat perintah traktransitif dibentuk dengan mengikuti kaidah berikut.
Hilangkan subjek, yang umumnya berupa pronomina persona kedua.
Pertahankan bentuk verba seperti apa adanya. Tambahlah partikel –lah bila dikehendaki
untuk sedikit memperhalus isisnya. Dari contoh berikut.
Anda naik bus kota sekali-kali.
Naik bus kota sekali-kali!
Naiklah bus kota sekali-kali!
Kamu berlibur ke tempat nenekmu.
Berliburlah ke tempat nenekmu!
Baik verba traktransitif yang berupa kata dasar (naik), maupun yang turunan (berlibur),
tidak mengalami perubahan apa-apa.

d) Kalimat Perintah Transitif Aktif


Kaidah untuk membuat kalimat perintah yang verbanya transitif mirip dengan kaidah yang
untuk taktransitif kecuali mengenai bentuk verbanya. Pada kalimat transitif, verbanya
harus diubah menjadi bentuk perintah terlebih dahulu dengan menanggalkan prefiks meng-
dari verbanya. Kalimat (a) adalah kalimat berita, sedangkan kalimat (b) kalimat perintah.
Engkau mencari pekerjaan apa saja.
Carilah pekerjaan apa saja.
Kamu membelikan adikmu seatu baru.
Belikanlah adikmu sepatu baru.
Saudara memberangkatkan kereta itu sekarang.
Berangkatkan kereta itu sekarang.
Perlu kiranya diperhatikan bahwa yang dihilagkan hanyalah prefiksnya saja,
sedangkan sufiksnya masih tetap dipertahankan. Jika prefiksnya terdiri atas dua unsur,
seperti memper- atau member- maka hanya mem-nya yang dihilangkan.

e) Kalimat Perintah Bentuk Pasif


Kalimat perintah dapat pula dinyatakan dalam bentuk pasif. Bentuk verbanya masih tetap
dalam bentuk pasif, dan urutan katanya juga tidak berubah. Dalam bentuk tulis, bentuk itu
ditandai lagi dengan tanda baca seru (!). Sedangkan dalam bentuk lisan dengan nada yang
agak naik.
Kontrak ini dikirim sekarang!
Konsep perjanjian itu diketik serapi-rapinya, ya!
Dijual saja mobil tua seperti itu.
Pemakai bentuk pasif dalam kalimat perintah sangat umum dalam bahasa Indonesia.
Hal itu mungkin berkaitan dengan keinginan penutur untuk meminta agar orang lain
melakukan sesuatu untuknya, tetapi tidak tidak secara langsung.

f) Kalimat Tanya
Kalimat tanya, yang juga dinamakan kalimat interogatif, adalah kalimat yang isisnya
menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika orang ingin mengetahui jawaban terhadap suatu
masalah atau keadaan, maka ia menanyakannya dan kalimat yang dipakai adalah kalimat
tanya.
Ada lima cara untuk membentuk kalimat tanya: (1) dengan menambahkan kata
apa(kah), (2) dengan membalikan urutan kata, (3) dengan memakai kata bukan atau tidak,
(4) dengan mengubah intonasi kalimat, dan (5) dengan memakia kata tanya.

g) Kalimat Seru
Kalimat interjektif atau kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan
kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya bisa dibuat
dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva. Cara membuatnya adalah dengan
mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1. Balikkan urutan kalimat dari S P menjadi P S.


2. Tambahkan partikel –ya pada predikat yang telah ditempatkan di muka.
3. Tambahkan dimuka predikat kata seru alangkah atau bukan main.

h) Kalimat Emfatik
Kalimat emfatik adalah kalimat yang memberikanpenegasan khusus kepada subjek.
Penegasan itu dilakukan dengan (1)menambahkan partikel –lah pada subjek, dan (2)
menambahkan kata sambung yang di belakang subjek. Contoh:

1. Dia memulai pertengkaran itu.


2. Dialah yang memulai pertengkaran itu.

Dengan penegasan pada subjek itu tentu saja ada pergeseran makna. Kalimat emfatik
memberikan pernyataan bahwa subjek kalimat (a), dan bukan orang atau hal lainlah, yang
melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh predikat kalimat (a) itu. Perlu dicatat bahwa
dalam kalimat (b) dialah yang menjadi predikat dan sisa kalimatnya menjadi subjek.

2) Berdasarkan diathesis kalimat

a) Kalimat Aktif
Kalimat yang subjeknya langsung melakukan pekerjaan terhadap objeknya. Kata kerja
kalimat aktif umumnya ditandai oleh awalan me-. Tapi tidak sedikit kalimat aktif yang
predikatnya tidak disertai imbuhan tersebut misal, makan dan minum.
Contohnya : Ani menggunakan kaleng untuk menciptakan bunyi.

b) Kalimat Pasif
Kalimat pasif kata kerjanya cenderung memakai di- atau ter-.
Contohnya : Bangunan itu dikerjakan dengan baik oleh para teknisi ternama.

3) Berdasarkan Struktur gramatikal

a) Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal hanya mempunyai Subjek dan Predikat. Bila dilihat dari unsur
penyusunnya, kalimat yang panjang dalam bahasa indonesia bisa dikembalikan ke bentuk
dasar yang sederhana.
Contoh kalimat tunggal :
Bapak-bapak bersalaman
S            P
Pola contoh kalimat diatas hanya mempunyai subjek dan predikat sehingga termasuk
kedalam kalimat tunggal.
b) Kalimat Majemuk
Orang-orang sering kali menggabungkan beberapa pertanyaan ke dalam satu kalimat untuk
memudahkan dalam berkomunikasi. Hasilnya, lahirlah penggabungan struktur kalimat
yang didalamnya terdapat beberapa kalimat dasar. Penggabungan inilah yang dinamakan
kalimat majemuk. Kalimat majemuk ini masih terbagi lagi dalam beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut:

1. Kalimat Majemuk Setara


Struktur kalimat ini mempunyai dua kalimat tunggal atau lebih yang bila dipisahkan bisa
berdiri sendiri. Kata penghubung kalimat majemuk setara biasanya digunakan kata dan,
serta, tanda koma (,), tetapi, lalu, kemudian, atau.
Contoh kalimat majemuk setara :
Indonesia tergolong negara berkembang tetapi Jepang telah digolongkan negara maju.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat mempunyai dua kalimat yang satunya bisa berdiri sendiri
(induk kalimat) atau bebas sedangkan yang satunya lagi tidak(anak kalimat). Kata
penghubung yang dipakai dalam kalimat majemuk ini yaitu ketika, sejak, karena,
oleh sebab itu, hingga, sehingga, maka, jika, asalkan, apabila, meskipun, walaupun, andai
kata, seandainya, agar supaya, seperti, kecuali, dengan.
Contoh kalimat majemuk bertingkat:
Ilmuan masih saja mencari asal usul bulan (induk kalimat) meskipun hingga sekarang
masih belum ada kepastian yang jelas (anak kalimat).

3. Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat majemuk campuran adalah dua jenis kalimat majemuk (setara dan bertingkat)
yang digabungkan.
Contoh kalimat majemuk campuran:
Karena hujan turun dengan derasnya, kami tidak dapat pulang dan menunggu di sekolah.

2.4 Metode Penelitian

2.4.1 Pengertian Metode Penelitian dan Metodologi Penelitian


a. Metode Penelitian
Sementara ini banyak orang mencampuradukkan pengertian antara metode penelitian
dengan metodologi penelitian, sehingga masih sering dijumpai dalam salah satu bab dari
hasil karya tulis atau penelitian berjudul metodologi penelitian, padahal isinya adalah
metode penelitian. Dengan penjelasan tersebut, dapat dibedakan apakah yang akan ditulis
metode penelitian atau metodologi penelitian pada setiap karya ilmiah yang dikerjakan.

Menurut pengertian orang ramai atau orang kebanyakan, kadang-kadang istilah metode
penelitian dan metodologi penelitian tidak dibedakan secara berarti. Kemungkinan istilah
tersebut dipertukarkan sesuka hati, serta penggunaannya sama sekali tidak diperhatikan.
Pada suatu saat kemungkinan akan digunakan istilah metode penelitian, pada saat yang
lain kemungkinan akan digunakan istilah metodologi penelitian untuk menjelaskan
maksud atau kondisi yang sama.

Secara umum, pengertian metode penelitian (research method) adalah suatu metode
atau cara tertentu yang dipilih secara spesifik untuk memecahkan masalah yang diajukan
dalam sebuah penelitian. Sebenarnya banyak cara atau metode yang dilakukan untuk
melakukan sebuah penelitian, namun untuk memenuhi syarat parsimony (cara yang paling
efisien dalam sebuah penelitian) untuk mengatasi kendala-kendala yang dilakukan peneliti
namun masih tetap dijaga ciri khas penelitian yaitu adanya karakter keilmiahan, serta
validitas dan reliabilitas, maka metode penelitian tertentu harus dipilih dan diterapkan
secara spesifik. Cara atau metode dapat menjelaskan bagaimana penelitian itu dilakukan,
bagaimana data itu diperoleh, dengan metode statistik khusus apa data dianalisis,
bagaimana menguji suatu hipotesis penelitian, dan kalau menggunakan metode elektik
(metode gabungan terbaik dari beberapa metode penelitian), maka bagaimana penelitian
secara spesifik dilakukan.

Metodologi Penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk
melakukan sesuatu, dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi, metodologi
adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk
mencapai suatu tujuan. Pengertian metodologi penelitian (research methods) adalah ilmu
yang menerangkan bagaimana sebaiknya dan seharusnya penelitian itu dilaksanakan. Jadi,
metode penelitian akan datang kemudian setelah seorang peneliti memahami secara benar-
benar ilmu meneliti itu sendiri (metodologi penelitian), yaitu bagaimana sebuah penelitian
harus dilakukan agar memenuhi kaidah-kaidah keilmiahan (scientifical reasoning).

Dalam berbagai buku tentang penelitian dijumpai berbagai definisi atau batasan akan
istilah-istilah metode penelitian (research method) dan metodologi penelitian (research
methodology). Untuk lebih memperkaya khasanah pengetahuan tentang definisi atau
batasan serta persamaan atau perbedaan istilah metode penelitian dan metodologi
penelitian, beberapa sumber menjelaskannya sebagai berikut :

Metode Penelitian menurut Subagyo (1997 : 2) adalah “suatu cara atau jalan untuk
mendapatkan kembali pemecahan terhadap segala permasalahan yang diajukan. Di dalam
penelitian diperlukan adanya beberapa teori untuk membantu memilih salah satu metode
yang relevan terhadap permasalahan yang diajukan, mengingat bahwa tidak setiap
permasalahan yang diteliti tentu saja berkaitan dengan kemampuan si peneliti, biaya dan
lokasi. Pertimbangan tersebut mutlak diperlukan, dan penelitian tidak dapat diselesaikan
dengan sembarang metode penelitia”.

Sedangkan menurut Sugiyono (1999 : 1) Metode Penelitian adalah “cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.cara ilmiah berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis.
Rasional artinya bahwa penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk di akal,
sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris artinya bahwa cara-cara yang yang
dilakukan itu dapat diamati oleh indra manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan
mengetahui cara-cara yang digunakan (Bandingkan : hal-hal yang dilakukan paranormal).
Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-
langkah tertentu yang bersifat logi”.

b. Metodologi Penelitian
Pengertian metodologi penelitian menurut Hidayat dan Sedarmayanti (2002 : 25) adalah
pembahasan mengenai konsep teoritik berbagai metode, kelebihan dan kekurangan, yang
dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yang digunakan. Pengetian
metodologi adalah “pengkajian terhadap langkah-langkah dalam menggunakan sebuah
metode”. Sedangkan pengertian metode penelitian adalah mengemukakan secara teknis
tentang metode-metode yang digunakan dalam penelitiannya. Metodologi adalah metode
ilmiah yaitu langkah-langkah yang sistematis untuk memperoleh ilmu, sedangkan metode
adalah prosedur atau cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis tersebut. 

Langkah-langkah sistematis yang dimaksud adalah :

1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah.


2) Menyusun kerangka berfikir.
3) Merumuskan hipotesis.
4) Melakukan pembahasan.
5) Membuat kesimpulan dan saran.

Sedangkan metodologi penelitian yang didefinisikan Teguh (1999 : 9) adalah “ilmu


atau studi yang berhubungan dengan penelitian, sedangkan penelitian (research)
menunjukkan kegiatan pelaksanaan dari metodologi penelitian. Pelajaran yang
memperbincangkan metode-metode ilmiah untuk research tersebut disebut Metodologi
Penelitian. Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu (curiousity) manusia dalam
taraf keilmuan”.

Selanjutnaya metodologi penelitian menurut Hillway (1956 : 5) adalah “a method of study


by which, through the careful and exchausative of all ascertainable evidance bearing upon
a definable problem, we reach a solution to the problem”.
Metodologi Penelitian adalah ilmu tentang metode, dan bilamana dirangkai menjadi
Metodologi Penelitian, maknanya adalah ilmu tentang metode yang dapat dipergunakan
dalam melakukan kegiatan penelitian. Metodologi Penelitian juga dapat diartikan sebagai
ilmu untuk mengungkapkan dan menerangkan gejala-gejala alam dan gejala-gejala sosial
dalam kehidupan manusia, dengan mempergunakan prosedur kerja yang sistematis,
terartur, tertib dan dapat dipergunakan secara ilmiah (Nawawi, 1994 : 8).

2.4.2 Jenis-jenis Metode Penelitian


a. Metode Kualitatif
Metode kualitatif adalah metode riset yang sifatnya memberikan penjelasan dengan
menggunakan analisis. Pada pelaksanaannya, metode ini bersifat subjektif dimana proses
penelitian lebih tiperlihatkan dan cenderung lebih fokus pada landasan teori.
Metode riset ini juga disebut dengan metode etnografi karena sangat jamak dipakai untuk
melakukan pengamatan kondisi sosial budaya.

b. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara sistematis, terstruktur,
serta terperinci. Pada pelaksanaaannya, metode riset ini fokus pada penggunaan angka,
tabel, grafik, dan diagram untuk menampilkan hasil data/ informasi yang diperoleh.

c. Metode Survei
Metode survei adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil riset dalam
bentuk opini atau pendapat dari orang lain yang berinteraksi langsung dengan objek yang
diamati. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran umum
melalui sampel beberapa orang.

d. Metode Ekspos Facto
Metode Ekspos Facto adalah metode riset untuk meneliti hubungan sebab-akibat dari suatu
peristiwa. Dari keterkaitan sebab-akibat tersebut akan ditemukan kemungkinan baru yang
bisa dijadikan indikator dalam proses riset.

e. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah metode riset yang bertujuan untuk menjelaskan suatu peristiwa
yang sedang berlangsung pada masa sekarang dan juga pada masa lampau. Metode riset
ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu Longitudinal (sepanjang waktu) dan Cross Sectional
(waktu tertentu).

2.4.3 Teknik Pengumpulan Data


Data dapat dibedakan dalam beberapa kategori. Jenis-jenis data dapat dikategorikan
sebagai berikut:

a. Menurut cara memperolehnya:


1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung
dari subjek atau objek penelitian.
2) Data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung dari objek atau
subjek penelitian.

b. Menurut sumbernya

1) Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam sebuah
organisasi
2) Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan duatu keadaan atau kegiatan di luar
sebuah organisasi

c. Menurut sifatnya

1) Data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka pasti


2) Data kualitatif, yaitu data yang bukan berbentuk angka

d. Menurut waktu pengumpulannya

1) Cross section/insidentil, yaitu data yang dikumpulkan hanya pada suatu waktu
tertentu
2) Data berkala/ time series, yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu untuk
menggambarkan suatu perkembangan atau kecenderungan keadaan/ peristiwa/
kegiatan.

Dalam penelitian, kita seringkali mendengar istilah metode pengumpulan data dan
instrumen pengumpulan data. Meskipun saling berhubungan, namun dua istilah ini
memiliki arti yang berbeda. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Sementara itu instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen pengumpulan data dapat berupa
check list, kuesioner, pedoman wawancara, hingga kamera untuk foto atau untuk merekam
gambar.
Ada berbagai metode pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam sebuah
penelitian. Metode pengumpulan data ini dapat digunakan secara sendiri-sendiri, namun
dapat pula digunakan dengan menggabungkan dua metode atau lebih. Beberapa metode
pengumpulan data antara lain:

a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi, metode
wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email,
atau skype. Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur.

1) Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruktur, peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang
hendak digali dari narasumber. Pada kondisi ini, peneliti biasanya sudah membuat daftar
pertanyaan secara sistematis. Peneliti juga bisa menggunakan berbagai instrumen
penelitian seperti alat bantu recorder, kamera untuk foto, serta instrumen-instrumen lain.

2) Wawancara tidak terstruktur


Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas. Peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan spesifik, namun hanya memuat
poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari responden.

b. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai
faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur
sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena
yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang
bertujuan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam.
Metode ini juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar.
Metode pengumpulan data observasi terbagi menjadi dua kategori, yakni:

1) Participant observation
Dalam participant observation, peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari
orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data.

2) Non participant observation


Berlawanan dengan participant observation, non participant observation merupakan
observasi yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang
sedang diamati.

c. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari
responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar
dan tersebar di wilayah yang luas.
Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner dapat dikategorikan dalam dua jenis,
yakni kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang
memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab. Sementara itu, kuesioner
tertutup adalah kuesioner yang telah menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh
objek penelitian. Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga
menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka. Dalam bentuk ini,
pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti, namun objek penelitian tetap diberi
kesempatan untuk menjawab sesuai dengan kemauan mereka.

d. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada
subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai
macam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumen yang dapat digunakan
dalam pengumpulan data dibedakan menjadi dua, yakni:

1) Dokumen primer
Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu
peristiwa, misalnya: autobiografi.

2) Dokumen sekunder
Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis berdasarkan oleh laporan/ cerita orang
lain, misalnya: biografi.

2.4.4 Teknik Penganalisisan Data


Ada beberapa macam teknik penganalisisan data yang sering digunakan saat melakukan
penelitian, yaitu:
a. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Di dalam metode penelitian kuantitatif yang menggunakan teknik analisis data kuantitatif
merupakan suatu kegiatan sesudah data dari seluruh responden atau sumber data-data lain
semua terkumpul. Teknik analisis data kuantitatif di dalam penelitian kuantitatif yaitu
menggunakan statistik. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan juga statistik
non parametris.
Berikut ini adalah macam-macam jenis penelitian kuantitatif dari statis untuk analisa data.

1) Statistika Deskriptif
Statistika deskriptif yaitu statistik yang digunakan menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan data yang sudah terkumpul, sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk
membuat kesimpulan yang berlaku dalam umum atau generalisasi.

2) Statistik Inferensial
Statistik inferensial yaitu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel
dan hasilnya diberlakukan untuk populasi, dan statistik ini sangat cocok digunakan apabila
sampel diambil dari populasi yang sudah jelas dan cara pengambilan sampel dari populasi
tersebut dilakukan secara acak.

Menurut Sugiyono, teknik penelitian kuantitatif juga dapat diartikan sebagai suatu
metode penelitian dengan landaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
populasi atau sampel. Umumnya teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak,
teknik pengumpulan data menggunakan instrumen metode penelitian kuantitatif, analisa
data yang bersifat kuantitatif atau statistik bertujuan untuk menguji hipotesis yang
ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7). Metode kuantitatif ini sering juga disebut dengan metode
tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan juga metode discovery. Metode penelitian
kuantitatif ini dinamakan metode tradisional, sebab metode ini sudah cukup lama dipakai
sehingga sudah dianggap sebagai metode tradisi untuk sebuah penelitian.
Teknik ini juga disebut sebagai metode positivistik sebab juga berlandaskan kepada
filsafat positivisme. Metode atau teknik ini disebut sebagai metode ilmiah/scientific,
disebabkan metode ini memiliki kaidah-kaidah ilmiah yang terpenuhi yaitu konkrit,
empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Cara ini biasa disebut juga dengan
metode discovery karena metode penelitian kuantitatif bisa ditemukan dan dikembangkan
di dalam berbagai iptek terbaru. Metode penelitian ini memiliki sebutan metode kuantitatif
karena data penelitian yang berbentuk angka-angka dan analisa data yang menggunakan
statistik.

b. Teknik Analisis Data Kualitatif


Dalam melakukan teknik analisis data kualitatif penelitian yang didapatkan dari berbagai
sumber dan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi),
dan juga dilakukan secara terus menerus, Maka, akan mengakibatkan variasi data yang
sangat tinggi. Data yang didapatkan pada dasarnya adalah data kualitatif sehingga teknik
analisis data yang dipakai belum mempunyai pola yang jelas. Maka dari itu sering
mengalami kesulitan di dalam melakukan suatu analisa.
Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) yang dimana peneliti merupakan
sebagai instrumen kunci, dari pengambilan sampel sumber data yang dilakukan dengan
cara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan trianggulasi, analisa data yang bersifat
induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan pada makna dari
generalisasi.

1) Teknik Analisis Data Deskriptif


Teknik analisis data deskriptif merupakan suatu cara dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran atau juga peristiwa masa sekarang. Jenis
metode penelitian kualitatif ini berusaha menjelaskan fenomena sosial pada saat tertentu.
Metode penelitian kualitatif dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu berdasarkan kriteria
pembedaan diantara lain fungsi akhir dan pendekatannya.

2) Teknik Analisi Data Deskriptif Kualitatif


Metode analisis data deskriptif kualitatif dalam suatu penelitian kualitatif berguna untuk
mengembangkan teori yang telah dibangun dari data yang sudah didapatkan di lapangan.
Metode penelitian kualitatif pada tahap awalnya peneliti melakukan penjelajahan,
kemudian dilakukan pengumpulan data sampai mendalam, mulai dari observasi hingga
penyusunan laporan.

2.4.5 Sumber Data


a. Narasumber (informan)
Dalam penelitian kuantitatif sumber data ini disebut”Responden”, yaitu orang yang
memberikan “Respon” atau tanggapan terhadap apa yang diminta atau ditentukan oleh
peneliti. Sedangkan pada penelitian kualitatif posisis nara sumber sangat penting, bukan
skedar memberi respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi.
Karena itu, ia disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber informasi,
sumber data) atau disebut juga subyek yang diteliti. Karena ia juga aktor atau pelaku yang
ikut melakukan berhasil tidaknya penelitian berdasarkan informasi yang diberikan.

b. Peristiwa Atau Aktivitas


Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau
aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari peristiwa atau kejadian ini,
peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena
menyaksikan sendiri secara langsung. Dengan mengamati sebuah peristiwa atau aktivitas,
peneliti dapat melakukan cross check terhadap informasi verbal yang diberikan oleh
subyek yang diteliti.

c. Tempat Atau Lokasi


Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian juga
merupakan salah satu jenis sumber data. Informasi tentang kondisi dari lokasi peristiwa
atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasi peristiwa atau aktivitasyang
dilakukan bisadigali lewat sumber lokasinya, baik yang merupakan tempat maupun
tempat maupun lingkungnnya.

d. Dokumen atau Arsip


Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa
atau aktivitas tertentu. Ia bisa merupakan rekaman atau dokumen tertulis seperti arsip data
base surat-surat rekaman gambar benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu
peristiwa.

Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan


sumber data. Penelitian kuantitatif lebih bersifat explanation (menerangkan,
menjeleskan), karena itu bersifat to learn about the people (masyarakat objek), sedangkan
penelitian kualitatif lebih bersifat understanding (memahami) terhadap fonemena atau
gejala sosial, karena bersifat to learn about the people (masyarakat sebagai subyek).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh kelompok kami adalah metode penelitian kualitatif.
Metode seperti ini digunakan juga untuk menjelaskan denga rinci hasil dari penelitian yang
telah kami lakukan. Pada laporan ini kami menjabarkan kesalahan-kesalahan yang terdapat
pada data yang telah kami kumpulkan sehingga para pembaca dapat dengan mudah
menemukan kesalahan dalam aspek apa data tersebut dan pembaca dapat dengan mudah
memahami mengapa data tersebut dapat dikatakan kesalahan melalui penjabaran yang kami
lakukan terhadap seluruh data yang kami kumpulkan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, Teknik yang digunakan adalah observasi. Kami melakukan
penelitian langsung ke lokasi yang ditentukan untuk melihat seberapa banyak media yang
dalam penulisannya tidak menerapkan bahasa Indonesia sesuai dengan tata bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.

Proses pengumpulan data ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis.
Pengumpulan data dilakukan terhadap sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Data adalah
sesuatu yang belum memiliki arti bagi penerimanya dan masih membutuhkan adanya suatu
pengolahan. Data bisa memiliki berbagai wujud, mulai dari gambar, suara, huruf, angka,
bahasa, simbol, bahkan keadaan. Semua hal tersebut dapat disebut sebagai data asalkan dapat
kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu
konsep.

Data yang diperoleh dari adalah data primer karena data ini kami kumpulkan senidri
dan setelah terkumpul data mulai kami analisis sehingga dapat menghasilkan data yang
konkrit tentang kesalahan kebahasaan dalam penulisan media luar ruang. Pengumpulan data
ini kami lakukan secara insidentil atau hanya dikumpulkan pada satu waktu tidak secara
berangsur-angsur.

3.3 Teknik Penganalisisan Data

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis isi. Analisis isi adalah sebuah teknik yang
digunakan untuk menganalisis dan memahami teks. Analisis isi juga dapat diartikan sebagai
Teknik penyelidikan yang berusaha menguraikan secara objektif, sistematik dan kuantitatif.
Menurut H.D. Laswell analisis seperti ini disebut dengan semantik kuntitatif. Peneliti dapat
belajar banyak tentang masyarakat dengan menganalisis koran, majalah, program televisi atau
musik. Data yang diperoleh berdasarkan penelitian langsung dari sapnduk, baliho, papan
nama, yang berada di Jalan Teuku Muhammad Daod Beureueh yang kemudian diidentifikasi
agar dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini.

3.4 Sumber Data

Sumber data penelitian ini berupa data primer. Data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari lokasi penelitian, misalnya keadaan, kejadian, peristiwa, yang dapat dilihat,
didengar, dirasa, diraba; atau yang diperoleh dari tangan pertama, misalnya responden, saksi,
pelaku, pejabat kunci, dan pelanggar hukum. Seluruh spanduk, baliho, papan nama, di Jalan
Teuku Muhammad Daod Beureueh adalah sumber data dari penelitian ini. Data ini termasuk
ke dalam data kualitatif. Data kualitatif menurut Sugiyono (2015) adalah data yang berbentuk
kata, skema, dan gambar. Data kualitatif penelitian ini berupa nama dan alamat obyek
penelitian. Pengumpulan data dan sumber data bukanlah hal yang sama walaupun saling
berkaitan. Sumber data adalah dari mana data tersebut diperoleh. Misalnya, pengumpulan
data menggunakan kuisioner maka sumber data tersebut disebut responden.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Identifikasi Data

Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya diidentifikasi, untuk melihat kesalahan apa
yang terdapat pada kalimat-kalimat yang tertera di spanduk, baliho, dan papan nama.
Kalimat-kalimat tersebut nantinya akan dianalisis agar dapat ditemukan kesalahan-
kesalahan seperti apa yang sering dilakukan pada penulisan spanduk, baliho, dan papan
nama tersebut. Sehingga peneliti dapat menjabarkan apa-apa saja yang harus lebih
diperhatikan dalam penulisan media luar ruang. Di bawah ini akan disediakan table
korpus data yaitu table yang memuat data-data apa saja yang harus dianalisis
kesalahannya.

Tabel 1 Korpus Data

No
Data
.
1. APOTEK RAKAN MEDICAL
2. INDOOR TAMAN SENI DAN BUDAYA
3. Taspen Smartcard
4. Dapatkan Diskon 30% Free Formulir Pendaftaran
5. COBA GRATIS
6. Luwak White Koffie
7. ToDay ToDrink
8. Aktifitas fisik minimal 30 menit sehari
9. TERMINAL TYPE-A
10. PT PLN (Persero) WILAYAH ACEH
11. Cuci Photo
12. FOTO COPY
13. AYAM PENYET CABE IJO
14. SILAHKAN MAMPIR DI SOMAD KEBAB
Mr. Cabe
15.
AYAM & BEBEK PENYET
16. DILARANG PARKIR DIDEPAN PINTU MASUK
17. asuransi jasindo
18. BPJS Ketenagakerjaan
19. Ayo Kta Dukung GERMAS
20. ACEH Culinary FESTIVAL
21. brother
22. Legion Y350 LAPTOP GAMING
23. APOTEK Family FARMA
24. D’Rodya cafe
25. STEMPEL EXPRES
26. SPECIALST CENTER Your Hospital of Choice
27. encebe FARMA
28. Mitra Karya DIGITAL PRINTING
29. Special Promo TUMBLER
30. Free Teh Dingin
NURUL FIKRI
31.
Kita Maju Bersama Allah Menuju Masa Depan Cemerlang
32. IAGARA Resto & Cafe
33. SOMAD Kebab
Selamat Datang Peserta Didik PENDIDIKAN KECAKAPAN WIRAUSAHA
34.
(PKW)
35. HARI SUMPAH PEMUDA 2019 Bersatu Kita Maju
36. kimia farma
37. HUMBOUWAN
38. KANTOR CABANG Banda Aceh
ERHASKIN BANDA ACEH
39.
Jl. Teuku Daud Beureueh
40. Olive Boutique
RUMAH JILBAB
41.
DE MILA

4.2 Klarifikasi Data

Dari data-data yang sudah dikumpulkan selanjutnya akan dilihat pada aspek-aspek apa
saja kesalahan yang dilakukan pada penulisan media luar ruang tersebut. Aspek-aspek
kesalahan yang diperhatikan terletak pada penulisan ejaan, penggunaan diksi, dan
kesesuaian kalimat. Aspek-aspek ini dipertegas penggunaannya karena sangat penting
agar informasi dari media tersebut tersampaikan dengan baik kepada masyarakat dan
sesuai dengan apa yang dimaksudnya oleh orang yang membuat media tersebut. Di
bawah ini disediakan tabel yang memuat tentang pada aspek apa penulisan media luar
tersebut melakukan kesalahan.

Tabel 2 Aspek Kesalahan

Aspek Kesalahan
Ejaan Diksi Kalimat
APOTEK RAKAN INDOOR TAMAN SENI APOTEK RAKAN
MEDICAL DAN BUDAYA MEDICAL
free formulir pendaftaran Taspen Smartcard
Luwak White Koffie free formulir pendaftaran
ToDay ToDrink KUMON COBA GRATIS
Aktifitas fisik minimal 30 Luwak White Koffie
menit sehari
TERMINAL TYPE-A AYAM PENYET CABE
IJO
PT PLN (Persero) SILAHKAN MAMPIR DI
WILAYAH ACEH SOMAD KEBAB
Cuci Photo Mr. Cabe
AYAM & BEBEK
PENYET
FOTO COPY D’Rodya cafe
DILARANG PARKIR STEMPEL EXPRES
DIDEPAN PINTU
MASUK
asuransi jasindo Special Promo TUMBLER
Ayo Kta Dukung Free Teh Dingin
GERMAS
ACEH Culinary IAGARA Resto & Cafe
FESTIVAL
brother Legion Y350 LAPTOP
GAMING
Legion Y350 LAPTOP
GAMING
APOTEK Family FARMA
SPECIALST CENTER
Your Hospital of Choice
encebe FARMA
Mitra Karya DIGITAL
PRINTING
NURUL FIKRI
Kita Maju Bersama Allah
Menuju Masa Depan
Cemerlang
IAGARA Resto & Cafe
SOMAD Kebab
Selamat Datang Peserta
Didik PENDIDIKAN
KECAKAPAN
WIRAUSAHA (PKW)
HARI SUMPAH
PEMUDA 2019 Bersatu
Kita Maju
kimia farma
HUMBOUWAN
KANTOR CABANG
Banda Aceh
ERHASKIN BANDA
ACEH
Jl. Teuku Daud Beureueh
Olive Boutique
RUMAH JILBAB de mila

4.3 Analisis data


Pada bagian ini peneliti mulai menjabarkan kesalahan yang dilakukan pada penulisan
media luar ruang tersebut. Bukan hanya penjabaran tentang kesalahan yang dilakukan
namun juga peneliti membuat alternatif pembenaran dari kesalahan-kesalahan penulisan
pada data tersebut.

1) Sampel data
APOTEK RAKAN MEDICAL.
2) Pembahasan
Penulisan tersebut terdapat kesalahan pada pemakaian ejaan. Pada materi ejaan
dijelaskan tentang penggunaan huruf miring pada bahasa asing. Kata medical
merupakan bahasa Inggris maka harus menggunakan huruf miring. Pada penulisan
kata rakan juga menggunakan huruf miring karena merupakan bahasa Aceh. Kata
medical dapat dihilangkang karena memiliki makna yang sama dengan kata apotek.
3) Alternatif Pembetulan
APOTEK RAKAN MEDICAL atau APOTEK RAKAN.

1) Sampel Data
INDOOR TAMAN SENI DAN BUDAYA.
2) Pembahasan
Penulisan kata indoor merupakan bahasa asing maka harus ditulis dengan huruf
miring. Namun penggunaan bahasa asing sebisa mungkin dihindarkan karena sudah
dijelaskan dalam PUEBI. Maka kata indoor dapat diubah menjadi kata di dalam
endid atau di dalam ruangan.
3) Alternatif Pembetulan
DI DALAM GEDUNG TAMAN SENI DAN BUDAYA.

1) Sampel Data
Taspen Smartcard.
2) Pembahasan
Pada penulisan spanduk ini terdapat penggunaan bahasa asing yang sebenarnya bisa
dihindari. Kata smartcard dapat diubah menjadi bahasa Indonesia yaitu kartu pintar.
Maka dahulukanlah penggunaan bahasa Indonesia selama kata tersebut masih dapat
menggunakan bahasa Indonesia.
3) Alternatif Pembetulan
Kartu Pintar Taspen.

1) Sampel Data
Dapatkan Diskon 30 %.
Free formulir pendaftaran.
2) Pembahasan
Pada penulisan spanduk ini terdapat penggunaan kata tidak baku yaitu diskon dan
free. Kata diskon dan free diubah menjadi kata potongan harga dan tidak dipungut
biaya. Dan pada penulisan spanduk penggunaan huruf kapital pada setiap kata tidak
konsisten. Pada awal kalimat dapatkan diskon digunakan huruf kapital pada setiap
awalan huruf sedangkan pada kalimat setelahnya free pendaftaran awalan kata
dengan huruf kapital hanya ditulis pada awalan kalimat saja.
3) Alternatif Pembetulan
Dapatkan potongan harga 30%.
Formulir pendaftaran tidak dipungut biaya.

1) Sampel Data
COBA GRATIS.
2) Pembahasan
Pada penulisan spanduk ini menggunakan kata tidak baku yaitu gratis. Kata baku dari
gratis adalah tidak dipungut biaya atau cuma-cuma. Pada materi diksi dijelaskan
bahwa penulisan sebuah media atau karya itu harus menggunakan bahasa baku dan
bahasa Indonesia kecuali hal tersebut termasuk ke dalam suatu bahasa ilmiah.
3) Alternatif Pembetulan
COBA TIDAK DIPUNGUT BIAYA.

1) Sampel Data
Luwak White Koffie.
2) Pembahasan
Pada spanduk ini penulisan kata koffie bukanlah kata baku. Kata koffie sudah diserap
ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata kopi maka penulisan tersebut seharusnya
menggunakan kata baku yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Dan kata
white sebaiknya diubah menjadi kata putih untuk menghidari penggunaan bahasa
asing pada penulisan suatu media massa.
3) Alternatif Pembetulan
Luwak Kopi Putih

1) Sampel Data
ToDay ToDrink.
2) Pembahasan
Pada penulisan spanduk ini menggunakan huruf kapital bukan hanya pada awalan
kata. Pada materi ejaan dijelaskan bahwa penulisan huruf kapital benarnya hanya
ditulis pada awalan kata saja. Hal ini sudah dijelaskan di dalam PUEBI. Dan kata
today dan todrink merupakan bahasa asing, maka harus menggunakan huruf miring
sesuai dengan aturan yang telah diatur di dalam PUEBI.
3) Altenatif Pembetulan
Today to drink.

1) Sampel Data
Aktifitas fisik minimal 30 menit sehari.
2) Pembahasan
Pada spanduk ini penulisan terdapat penulisan kata yang tidak baku yaitu kata
aktifitas. Kata aktifitas adalah serapan dari kata activity dan kata bakunya adalah
aktivitas.
3) Alternatif Pembetulan
Aktivitas fisik minimal 30 menit sehari.

1) Sampel Data
TERMINAL TYPE-A.
2) Pembahasan
Pada papan petunjuk ini terdapat kesalahan dalam penulisan unsur serapan. Kata type
sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata tipe. Jika kata tersebut sudah
memiliki serapan dalam bahasa Indonesia, maka harus menggunakan kata dalam
bahasa Indonesia.
3) Alternatif Pembetulan
TERMINAL TIPE-A.

1) Sampel Data
PT PLN (Persero) WILAYAH ACEH.
2) Pembahasan
Pada penulisan papan nama ini terdapat kesalahan karena menggabungkan antara
huruf kapital dan huruf kecil. Seharusnya penulisan suatu media itu harus sesuai
dengan awalan kata sebelumnya. Jika sebelumnya menggunakan huruf kapital pada
seluruh kata maka kata selanjutnya harus sesuai.
3) Alternatif Pembetulan
PT PLN (PERSERO) WILAYAH ACEH

1) Sampel Data
Cuci Photo.
2) Pembahasan
Pada penulisan papan nama ini terdapat kesalahan pada penulisan kata photo. Kata
photo sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata foto.
3) Alternatif Pembetulan
Cuci foto

1) Sampel Data
FOTO COPY.
2) Pembahasan
Pada penulisan papan nama ini terdapat kesalahan pada kata copy. Kata copy sudah
diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kopi. Dan penggunaan kata foto dan kopi
diubah menjadi satu kata.
3) Alternatif Pembetulan
FOTOKOPI.

1) Sampel Data
AYAM PENYET CABE IJO
2) Pembahasan
Dalam penulisan papan nama menggunakan kata yang tidak baku yaitu kata cabe dan
ijo. Kata baku dari kata-kata tersebut adalah cabai dan hijau. Penggunaan bahasa baku
pada suatu media sudah diatur dalam materi diksi. Pemilihan kata yang baik dan benar
juga termasuk ke dalam hal yang perlu diterapkan dalam pembuatan media massa.
3) Alternatif Pembetulan
AYAM PENYET CABAI HIJAU

1) Sampel Data
SILAHKAN MAMPIR DI SOMAD KEBAB.
2) Pembahasan
Pada spanduk ini terdapat penggunaan kata tidak baku yaitu silahkan dan mampir.
Kata baku dari kata-kata tersebut adalah silakan dan singgah.
3) Alternatif Pembetulan
SILAKAN MAMPIR DI SOMAD KEBAB.

1) Sampel Data
Mr. Cabe.
AYAM & BEBEK PENYET.
2) Pembahasan
Penggunaan kata cabe bukan termasuk kata baku, sebaiknya diganti dengan kata
cabai dan kata mr merupakan bahasa asing seharusnya menggunakan huruf miring.
Kalimat ayam & bebek penyet harus menggunakan huruf kecil karena pada kata
sebelumnya menggunakan huruf kecil.
3) Alternatif Pembetulan
Mr. Cabai.
Ayam & Bebek Penyet.

1) Sampel Data
DILARANG PARKIR DIDEPAN PINTU MASUK.
2) Pembahasan
Pada papan peringatan ini terdapat kesalahan pada penggunaan kata depan di dan
penggunaan tanda baca. Dari kalimat di atas dapat dilihat tidak adanya penggunaan
tanda seru pada akhir kalimat padahal kaliamt di atas termasuk kalimat perintah.
3) Alternatif Pembetulan
DILARANG PARKIR DI DEPAN PINTU MASUK!

1) Sampel Data
asuransi jasindo.
2) Pembahasan
Pada papan nama ini terdapat kesalahan pada awal penulisan kata. Pada kata awalan
kata asuransi tidak menggunakan huruf kapital. Dalam PUEBI dijelaskan bahwa
penulian awalan kata harus selalu menggunakan huruf kapital.
3) Alternatif Pembetulan
Asuransi jasindo.
1) Sampel Data
BPJS Ketenagakerjaan.
2) Pembahasan
Pada penulisan papa nama di atas terdapat kesalahan dalam penggunaan huruf kapital
dan huruf kecil, jika dari awal penulisan semua kata sudah menggunakah huruf
kapital maka kata selanjutnya atau kalimat selanjutnya juga harus sesuai dengan kata
sebelumnya.
3) Alternatif Pembetulan
BPJS KETENAGAKERJAAN.

1) Sampel Data
Ayo Kita Dukung GERMAS.
2) Pembahasan
Penuliasan kata germas harus menggunakan huruf kecil mengikuti kata sebelumnya.
Walaupun germas merupakan singkatan, namun singkata yang digunakan juga salah.
Dan penggunaan singkatan seperti germas tidak ada aturan yang sesuai dengan itu.
3) Alternatif Pembetulan
Ayo Kita Dukung Germas.

1) Sampel Data
ACEH Culinary FESTIVAL.
2) Pembahasan
Pada baliho terdapat penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah ejaan yang terdapat
pada PUEBI. Penggabungan huruf kapital dan huruf kecil pada pembuatan spanduk
bukanlah hal yang sesuai dengan aturan dan tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar. maka kata culinary harus menggunakan huruf kapital juga sesuai dengan kata
sebelumnya. Penggunaan kata culinary dan festival harus menggunakan huruf miring
karena termasuk bahasa asing.
Alternatif Pembetulan
3) ACEH CULINARY FESTIVAL.

1) Sampel Data
brother.
2) Pembahasan
Pada spanduk ini terdapat kesalahan dalam penggunaan ejaan. Pada awalan penulisan
kata brother menggunakan huruf kecil. Harusnya pada awalan kata menggunakan
huruf kapital sesuai dengan aturan penulisan ejaan pada PUEBI.
3) Alternatif Pembetulan
Brother.

1) Sampel Data
Legion Y350 LAPTOP GAMING.
2) Pembahasan
Pada spanduk ini kesalahan menggabungkan kata yang menggunakan huruf kapital
dan menggunakan huruf kecil. Dan kata gaming harusnya menggunakan huruf miring
karena merupakan kata yang jarang digunakan atau masih terdengar asing.
3) Alternatif Pembetulan
Legion Y350 Laptop Gaming.

1) Sampel Data
APOTEK Family FARMA.
2) Pembahasan
Pada pepan nama ini terdapat kesalahan pada penggunaan huruf kapital dan huruf
kecil. Jika pada awal penulisan huruf yang digunakan seluruhnya kapital, maka
selanjutnya juga menggunakan huruf kapital. Dan kata family merupakan bahasa
Inggris maka harus menggunakan huruf miring dalam penggunaan bahasa asing.
3) Alternatif Pembetulan
APOTEK FAMILY FARMA.

1) Sampel Data
D’Rodya café.
2) Pembahasan
Penulisan papan nama ini menggunakan bahasa asing dengan penulisan yang salah
dan juga kata serapan yang salah. Kata D’ dalam bahasa Inggris yang benar adalah
the kata café sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kafe dan saat ditulis
tidak perlu menggunakan huruf miring.
3) Alternatif Pembetulan
The Rodya kafe.

1) Sampel Data
STEMPEL EXPRES.
2) Pembahasan
Penggunaan bahasa asing pada papan nama ini dapat diubah dengan meggunakan
bahasa Indonesia. Karena pada penulisan media sudah ditegaskan bahwa penggunaan
bahasa Indonesia harus diutamakan, kecuali jika itu termasuk ke dalam suatu kata
ilmiah. Maka kata expres dapat diubah menjadi cepat sesuai artinya expres berarti
cepat.
3) Alternatif Pembetulan
STEMPEL CEPAT.

1) Sampel Data
SPECIALIST CENTER
Your Hospital of Choice.
2) Pembahasan
Dalam penulisan kata selanjutnya harus sesuai dengan kata sebelumnya, jika
sebelumnya menggunakan kapital maka selanjutnya juga. Maka Your Hospital of
Choice diubah menjadi YOUR HOSPITAL OF CHOICE. Dan penulisan kalimat pada
papan nama ini harus menggunakan huruf miring karena penggunaan bahasa asing
pada penulisan kalimat tersebut.
3) Alternatif Pembetulan
SPECIALIST CENTER
Your Hospital of Choice.

1) Sampel Data
encebe FARMA.
2) Pembahasan
Dalam materi ejaan dijelaskan bahwa penulisan awalan kata harus selalu
menggunakan huruf kapital. Dan kata selanjutnya harusnya menggunakan huruf yang
sesuai dengan kata sebelumnya. Jadi kata encebe diubah menjadi Encebe dan kata
FARMA diubah menjadi Farma.
3) Alternatif pembetulan
Encebe Farma.

1) Sampel Data
Mitra Karya DIGITAL PRINTING.
2) Pembahasan
Pada penulisan papan nama ini kesalahan yang dilakukan adalah pada penulisan
digital printing yang seluruhnya menggunakan huruf kapital. Harusnya mengikuti
kata sebelumnya yang tidak menggunakan huruf kapital. Dan kata digital printing
harus menggunakan huruf miring karena merupakan bahasa asing.
3) Alternatif Pembetulan
Mitra Karya Digital Printing.

1) Sampel Data
Special Promo TUMBLER.
2) Pembahasan
Penggunaan kata Special dapat diganti dengan Khusus karena menggunakan bahasa
Indonesia jauh lebih baik dibandingkan bahasa asing jika dirasa tidak perlu
menggunakan bahasa asing. Kata Promo bukan termasuk kata baku maka diubah
menjadi Tawaran. Kata TUMBLER diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu Botol
minum.
3) Alternatif Pembetulan
Tawaran khusus botol minum.

1) Sampel Data
Free Teh Dingin.
2) Pembahasan
Penggunaan kata Free diartikan dalam bahasa Indonesia adalah cuma-cuma atau tidak
dipungut biaya. Maka kata Free dapat diubah menjadi bahasa Indonesia.
3) Alternatif Pembetulan
Teh dingin cuma-cuma.
1) Sampel Data
NURUL FIKRI
Kita Maju Bersama Allah Menuju Masa Depan Cemerlang.
2) Pembahasan
Kalimat Kita Maju Bersama Allah Menuju Masa Depan Cemerlang seharusnya
menggunakan huruf kapital sesuai dengan kata sebelumnya. Jiak di depan sudah
kapital maka selanjtnya juga kapital.
3) Alternatif Pembetulan
NURUL FIKRI
KITA MAJU BERSAMA ALLAH MENUJU MASA DEPAN CEMERLANG.

1) Sampel Data
IAGARA Resto & Café.
2) Pembahasan
Penulisan Resto dan Café seharusnya menggunakan huruf kapital. Dan kata Café
sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi Kafe. Penggunaan bahasa
Indonesia harus selalu diutamakan dalam pembuatan suatu media atau penulisan
suatu karya.
3) Alternatif Pembetulan
IAGARA RESTO & KAFE.

1) Sampel Data
SOMAD Kebab.
2) Pembahasan
Pada spanduk ini penulisan kata kebab tidak menggunakan huruf kapital sesuai
dengan kata sebelumnya. Sebuah penulisan itu harus konsisten jika sudah
menggunakan huruf kapital pada awalan kata maka kata selanjutnya juga harus
menggunakan huruf kapital.
3) Alternatif Pembetulan
SOMAD KEBAB.

1) Sampel Data
Selamat Datang Peserta Didik PENDIDIKAN KECAKAPAN WIRAUSAHA
(PKW).
2) Pembahasan
Kesalahan pada spanduk ini terdapat pada penulisan kalimat pendidikan kecakapan
wirausaha. Harusnya kalimat tersebut tidak menggunakan huruf kapital pada
seluruh katanya mengikuti kata sebelumnya yang hanya menggunakan huruf kapital
pada awalan kata saja.
3) Alternatif Pembetulan
Selamat Datang Peserta Didik Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW).

1) Sampel Data
HARI SUMPAH PEMUDA 2019 Bersatu Kita Maju.
2) Pembahasan
Kalimat Bersatu Kita Maju harus menggunakan huruf kapital karena mengikuti kata
sebelumnya yang menggunakan huruf kapital.
3) Alternatif Pembetulan
HARI SUMPAH PEMUDA 2019 BERSATU KITA MAJU.

1) Sampel Data
kimia farma.
2) Pembahasan
Penulisan awalan kata harus selalu menggunakan huruf kapital. Maka kata kimia
diubah menjadi Kimia.
3) Alternatif Pembetulan
Kimia Farma.

1) Sampel Data
HUMBOUWAN.
2) Pembahasan
Dalam penulisan suatu media haruslah menggunakan kata baku yang benar dan yang
terdapat di dalam KBBI. Kata HUMBOUWAN bukanlah kata baku, kata yang
seharusnya adalah HIMBAUAN.
3) Alternatif Pembetulan
HIMBAUAN.

1) Sampel Data
KANTOR CABANG Banda Aceh.
2) Pembahasan
Dalam penulisan yang baik pasti tidak menggabungkan antara huruf kapital dengan
huruf kecil. Maka dari itu kalimat Banda Aceh seharusnya diubah dengan BANDA
ACEH mengikuti kata sebelumnya.
3) Alternatif Pembetulan
KANTOR CABANG BANDA ACEH.

1) Sampel Data
ERHASKIN BANDA ACEH
Jl. Teuku Daud Beureueh.
2) Pembahasan
Penulisan nama jalan juga harus mengikuti penulisan kata sebelumnya. Jika
sebelumnya sudah menggunakan huruf kapital maka selanjtnya juga harus
menggunakan huruf kapital. Maka Jl. Teuku Daud Beureueh diubah menjadi JL.
TEUKU DAUD BEUREUEH.
3) Alternatif Pembetulan
ERHASKIN BANDA ACEH
JL. TEUKU DAUD BEUREUEH.
1) Sampel Data
Olive Boutique.
2) Pembahasan
Penulisan kata Boutique sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi Butik
maka penggunaan bahasa Indonesia seharusnya diutamakan kecuali itu sudah
termasuk ke dalam bahasa ilmiah suatu ilmu.
3) Alternatif Pembetulan
Olive Butik.

1) Sampel Data
RUMAH JILBAB de mila.
2) Pembahasan
Seharusnya de mila menggunakan huruf kapital karena kata sebelumnya
menggunakan huruf kapital. Maka diganti dengan DE MILA.
3) Alternatif Pembetulan
RUMAH JILBAB DE MILA.
Tabel 3 Alternatif Pembetulan

No
Data Salah Alternatif Pembetulan
.
1. APOTEK RAKAN MEDICAL APOTEK RAKAN MEDICAL atau
APOTEK RAKAN
2.
3. INDOOR TAMAN SENI DAN DI DALAM GEDUNG TAMAN SENI
BUDAYA DAN BUDAYA
4. Taspen Smartcard Kartu Pintar Taspen
5. Dapatkan Diskon 30 %. Dapatkan potongan harga 30%.
Free formulir pendaftaran Formulir pendaftaran tidak dipungut
biaya
6. COBA GRATIS COBA TIDAK DIPUNGUT BIAYA
7. Luwak White Koffie Luwak Kopi Putih
8. ToDay ToDrink Today to drink
9. Aktifitas fisik minimal 30 menit sehari Aktivitas fisik minimal 30 menit sehari
10. TERMINAL TYPE-A TERMINAL TIPE-A
11. PT PLN (Persero) WILAYAH ACEH PT PLN (PERSERO) WILAYAH
ACEH
12. Cuci Photo Cuci Foto
13. FOTO COPY FOTOKOPI
14. AYAM PENYET CABE IJO AYAM PENYET CABAI HIJAU
15. Mr. Cabe Mr. Cabai
AYAM & BEBEK PENYET Ayam & Bebek Penyet
16. SILAHKAN MAMPIR DI SOMAD SILAKAN MAMPIR DI SOMAD
KEBAB KEBAB
17. DILARANG PARKIR DIDEPAN DILARANG PARKIR DI DEPAN
PINTU MASUK PINTU MASUK!
18. asuransi jasindo Asuransi jasindo
19. BPJS Ketenagakerjaan BPJS KETENAGAKERJAAN
20. Ayo Kita Dukung GERMAS Ayo Kita Dukung Germas
21. ACEH Culinary FESTIVAL ACEH CULINARY FESTIVAL
22. brother Brother
23. Legion Y350 LAPTOP GAMING Legion Y350 Laptop Gaming
24. APOTEK Family FARMA APOTEK FAMILY FARMA
25. D’Rodya café The Rodya kafe
26. STEMPEL EXPRES STEMPEL CEPAT
27. SPECIALIST CENTER SPECIALIST CENTER
Your Hospital of Choice Your Hospital of Choice
28. encebe FARMA Encebe Farma
29. Mitra Karya DIGITAL PRINTING Mitra Karya Digital Printing
30. Special Promo TUMBLER Tawaran khusus botol minum
31. NURUL FIKRI NURUL FIKRI
Kita Maju Bersama Allah Menuju KITA MAJU BERSAMA ALLAH
Masa Depan Cemerlang MENUJU MASA DEPAN
CEMERLANG
32. IAGARA Resto & Café IAGARA RESTO & KAFE
33. SOMAD Kebab SOMAD KEBAB
34. Selamat Datang Peserta Didik Selamat Datang Peserta Didik
PENDIDIKAN KECAKAPAN Pendidikan Kecakapan Wirausaha
WIRAUSAHA (PKW) (PKW)
35. HARI SUMPAH PEMUDA 2019 HARI SUMPAH PEMUDA 2019
Bersatu Kita Maju BERSATU KITA MAJU
36. kimia farma Kimia Farma
37. HUMBOUWAN HIMBAUAN
38. KANTOR CABANG Banda Aceh KANTOR CABANG BANDA ACEH
39. ERHASKIN BANDA ACEH ERHASKIN BANDA ACEH
jl. Teuku Daud Beureueh JL. TEUKU DAUD BEUREUEH
40. Olive Boutique Olive Butik
41. RUMAH JILBAB de mila RUMAH JILBAB DE MILA

4.4 Simpulan

Dari semua data yang telah dianalisis ditemukan banyak sekali kesalahan dalam
penggunaan ejaan dan diksi. Pemakaian bahasa asing juga masih sering digunakan dalam
pembuatan media-media luar ruang ini. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar masih belum diterapkan dengan baik
penggunaannya. Hal ini juga disebabkan oleh kurang pengetahuan para pembuat media
tentang peraturan mengenai penggunaan bahasa Indonesia pada segala bentuk media
massa. Penggunaan kidah ejaan, diksi, dan kalimat yang baik tentunya berpengaruh saat
informasi dari media tersebut disebarluaskan. Jika maksud yang disampaikan oleh
sipembuat media dengan orang yang membaca media tersebut berbeda maka akan terjadi
kesalahanpahaman tentang informasi tersebut. Maka baik bagi kita memilih kata hingga
kalimat yang benra jika akan menyampaikan suatu informasi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa masih banyak spanduk, baliho, dan papan nama
yang belum menerapkan penulisan yang sesuai dengan tata bahasa yang baik dan benar.
Kesalahan banyak terdapat pada penulisan unsur serapan dan masih banyak media-media
yang menggunakan bahasa asing yang sebenarnya masih dapat dihindari. Menggunkan
tata bahasa yang baik dan benar dalam media-media luar ruang sangat berguna karena hal
tersebut merupakan sarana tidak langsung dalam berkomunikasi.

Mustakim (1994:42-58) mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang harus


diperhatikan dalam mengungkapkan gagasan. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
(1) ketepatan, yaitu berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat
mengungkapkan gagasan secara tepat, dan gagasan itu dapat diterima secara tepat oleh
pembaca atau pendengar, (2) kecermatan, yaitu berkaitan dengan memilih kata yang
benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu, (3) keserasian, yaitu
berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks
pemakaiannya, (4) kelaziman, yaitu berkaitan dengan hubungan antarmakna kata. Jadi,
ketepatan, kecermatan, keserasian, dan kelaziman penggunaan kata-kata dalam sebuah
kalimat sangat diutamakan dalam menulis.

Djunaidi (dalam Wildan dan Ridwan Ibrahim [Ed.] 2003) mengemukakan bahwa
ada sepuluh prinsip pemilihan kata yang harus diperhatikan dalam pemilihan kata yang
harus diperhatikan dalam penulisan ilmiah. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (1)
kata yang digunakan merupakan kosakata yang baku, (2) kata yang dipilih harus dapat
mengungkapkan pengertian yang tepat, (3) kata dan pembentukannya harus sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia, (4) kata atau kelompok kata yang harus sesuai dengan
maksud yang diinginkan, (5) kata yang digunakan merupakan kosakata yang lazim
dipakai dalam bidang tersebut, (6) kata yang digunakan bersifat netral, (7) kata atau
istilah dari bahasa asing sedapat mungkin dihindarkan, (8) kata atau istilah dalam bidang
ilmu harus digunakan, (9) pengertian kata atau istilah dari bahasa asing harus konsisten,
dan (10) penggunaan kata dari bahasa Indonesia yang belum umum untuk pengganti kata
dari bahasa Indonesia yang belum umum untuk pengganti kata atau istilah asing
sebaimnya menyertakan kata atau istilah asing itu di dalam tanda kurung, dan cukup
sekali saja.

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang pemakaiannya sesuai dengan
situasi dan kondisi dengan memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya. Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari adalah
dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang
disempurnakan. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat mempermudah dalam
beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.

5.2 Saran
Secara umum penelitian ini menunjukkan masih tingginya tingkat kesalahan dalam
menerapkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar yang dilakukan dalam
penulisan media-media tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dari para
pembuat spanduk, baliho, dan papan nama tentang penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan bagi orang-orang
tersebut ada baik orang-orang yang ahli mengadakan sosialisasi agar dapat mengurangi
penggunaan bahasa yang salah dalam pembuatan media-media tersebut. Sosialisasi ini
tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah, namun juga orang-orang yang sadar bahwa
penggunaan bahasa yang baik dan benar itu harus mulai diterapkan pada pembuatan
spanduk, baliho, dan papan nama. kita harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai
dengan kaidah ejaan atau ejaan yang disempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwardi. 2018. Menulis Ilmiah (edisi revisi). Banda Aceh: Bina Karya Akademika.
Puebi.readthedocs.io. 2015. PUEBI Daring. Diakses pada 11 November 2019, dari
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/
Jogloabang.com. (2019, 01 Agustus). UU Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa,
Dan Lambang Negara, Serta Lagu Kebangsaan. Diakses ada 19 November 2019, dari
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-24-tahun-2009-tentang-bendera-bahasa-dan-
lambang-negara-serta-lagu-kebangsaan
Ayobandung.com. (2017, 25 Oktober). Pelanggaran Dalam Penggunaan Bahasa Indonesia.
Diakses pada 19 November 2019, dari
https://www.ayobandung.com/read/2017/10/25/25034/balai-bahasa-banyak-pelanggaran-
dalam-penggunaan-bahasa-indonesia
Gurupendidikan.com. (2019, 06 Oktober). Pengertian Kalimat. Diakses pada 19 November
2019, dari https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kalimat/
Blogodolar.com. (2014, 20 November). 5 Unsur Kalimat yang Anda Perlu Ketahui. Diakses
pada 19 November 2019, dari https://www.blogodolar.com/5-unsur-kalimat-yang-anda-
perlu-ketahui/
Pendidikan.co.id. (2019, 01 November). Diksi. Diakses pasa 20 November 2019, dari,
https://pendidikan.co.id/diksi/
Drs. Dian Indihadi, S.Pd., M.Pd. 2018. Analisis Kesalahan Kebahasaan. Diakses pada 20
November 2019, dari file.upi.edu › Direktori › DUAL-MODES › 10_BBM_8
Gurupendidikan.co.id. (2019, 14 Juni). Ejaan Bahasa Indonesia. Diakses pada 22 November
2019, dari https://www.gurupendidikan.co.id/ejaan-bahasa-indonesia/
Gurupendidikan.co.id. (2019, 28 Oktober). Diksi. Diakses pada 22 November 2019, dari
https://www.gurupendidikan.co.id/diksi/
Cikancah-cyber.com. (2016, 13 Februari). Kalimat Seru dan Kalimat Emfatik. Diakses pada
22 November 2019, dari https://www.cikancah-cyber.com/2016/02/kalimat-kalimat-seru-
dan-kalimat-emfatik.html
Meaningaccordingtoexpert.blogspot.com. (2017, 02 April). Pengertian Metode dan
Metodologi. Diakses pada 22 November 2019, dari
http://meaningaccordingtoexperts.blogspot.com/2017/04/pengertian-metode-dan-
metodologi.html
Maxmanroe.com. 2019. Metode Penelitian. Diakses pada 24 November 2019, dari
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/metode-penelitian.html
Ciputrauceo.net. (2016, 19 Februari). Metode Pengumpulan Data Dalam Penelitian. Diakses
pada 24 November 2019, dari http://ciputrauceo.net/blog/2016/2/18/metode-pengumpulan-
data-dalam-penelitian
Pastiguna.com (2019, 09 April). Diakses pada 24 November 2019, dari
https://pastiguna.com/teknik-analisis-data/#A_Teknik_Analisis_Data_Kuantitatif
LAMPIRAN

No. Data Salah Alternatif Pembetulan


1.

Apotek Rakan
atau
Apotek Rakan Medical

2.

Di dalam Gedung Taman


Seni dan Budaya

3.

Kartu Pintar Taspen

4.
Dapatkan potongan harga
30%
Formulir pendaftaran tidak
dipungut biaya.
5.

Coba tidak dipungut biaya.

6.

Luwak Kopi Putih

7.

Today to drink

8.

Aktivitas fisik minimal 30


menit sehari

9.

TERMINAL TIPE-A
10.

PT PLN (PERSERO)
WILAYAH ACEH

11.

Cuci Foto

12.

FOTOKOPI

13.

AYAM PENYET
CABAI HIJAU
14.

SILAKAN SINGGAH DI
SOMAD KEBAB

15.

Mr. Cabai
Ayam & Bebek Penyet

16.

DILARANG PARKIR DI
DEPAN PINTU MASUK

17.

Asuransi Jasindo

18. BPJS
KETENAGAKERJAAN
19.

Ayo Kita Dukung Germas

20.

ACEH CULINARY
FESTIVAL

21.

Brother

22.

Legion Y350 Laptop


Gaming
23.

APOTEK FAMILY
FARMA

24.

The Rodya kafe

25.

STEMPEL CEPAT

26.

SPECIALIST CENTER
YOUR HOSPITAL OF
CHOICE

27. Encebe Farma


28.

Mitra Karya Digital


Printing

29.

Tawaran khusus botol


minum

30.

Teh dingin cuma-cuma

31.
NURUL FIKRI
KITA MAJU BERSAMA
ALLAH MENUJU MASA
DEPAN CEMERLANG

32. IAGARA RESTO &


KAFE
33.

SOMAD KEBAB

34.

Selamat Datang Peserta


Didik Pendidikan
Kecakapan Wirausaha
(PKW)

35.

HARI SUMPAH
PEMUDA 2019
BERSATU KITA MAJU

36.

Kimia Farma

37.

HIMBAUAN

38. KANTOR CABANG


BANDA ACEH
39.

ERHASKIN BANDA
ACEH
JL. TEUKU DAUD
BEUREUEH

40.

Olive Butik

41.

RUMAH JILBAB
DE MILA
KELOMPOK PENYAJI
Kelompok 4

Ketua Kelompok: Nisrinaa putri (1903101010095)


Anggota : (1) Syifa hazvia putri (1903101010137)
(2) Laita dirayati (1903101010206)
(3) Amanda humaira (1903101010139)
(4) Munawaratun rauzah. S (1903101010347)
(5) Nurul latifah (1903101010039)
(6) Sukma nurhikmah (1903101010038)
(7) Meidinar sauqi fitra (1903101010083)
(8) Ftiriana (1903101010005)
(9) Titi zara (1903101010362)
(10) Widya khairunnisa (1903101010016)
(11) Safrina (1903101010049)
(12) Witriana (1903101010 )

Darussalam, November 2019


Disetujui Dosen Pengampu,

Azwardi, S.Pd., M.Hum.


NIP197311201998021001

Anda mungkin juga menyukai