Anda di halaman 1dari 2

ANGGREK SERAT (DENDRODIUM UTILE)

Anggrek serat adalah salah satu tumbuhan endemik Indonesia yang menjadi flora
identitas provinsi Sulawesi Tenggara. Anggrek serat termasuk dalam suku “Orchidaceae”.
Nama ilmiah anggrek serat adalah Dendrodium Utile dan sinonimnya adalah Diplocaulobium
Utile. Nama anggrek serat dalam bahasa lokal Sulawesi adalah Anomi, Anemi, atau Alemi.
Tumbuhan ini bernama anggrek serat karena umbi semu dari tanaman ini mengandung serat
yang kadang serat tersebut dimanfaatkan untuk bahan anyaman.

1. Gambaran
Jenis anggrek serat tergolong tanaman epifit yaitu tanaman yang hidupnya menempel
pada sebuah batang pohon. Secara umum anggrek serat terdiri dari bunga, batang, akar,
umbi semu dan daun. Anggrek serat memiliki umbi semu yang kecil, agak pipih dan lebih
keras dari umbi semu pada anggrek yang lain. Umbi semu pada tumbuhan ini tumbuh
memanjang seperti batang dan berwarna hijau kekuningan. Daun anggrek serat berbentuk
lanset dan terletak pada setiap ketiak pada batang. Daun tumbuhan ini relatif kecil
daripada daun anggrek lain.
Bunga anggrek serat terdiri dari mahkota bunga dan kelopak bunga. Bunga anggrek
serat muncul pada setiap tangkai dan tangkai ini muncul pada setiap lipatan daun.
Mahkota dan kelopak bunga pada anggrek serat ini dinamakan perhiasan bunga. Mahkota
dan kelopak bunga anggrek serat berwarna kuning dan bentuknya menyempit dan
memanjang.
2. Perkembangbiakan
Secara alami anggrek serat berkembang biak menggunakan biji yang dihasilkan dari
penyerbukan. Meskipun demikian, dalam budidaya yang dilakukan oleh manusia, tanaman
ini diperbanyak dengan cara membagi bagian umbi semu dari rumpun anggrek serat.
Perbanyakan juga dapat dilakukan dengan cara kultur jaringan.
3. Habitat dan Persebaran
Anggrek serat secara alami tumbuh dan tersebar di daerah pedalaman di Sulawesi,
termasuk wilayah provinsi Sulawesi Tenggara. Anggrek serat tumbuh dan berkembang
dengan baik pada ketinggian sampai <150 mdpl. Wilayah persebaran anggrek serat mulai
dari Sulawesi sampai kearah timur Indonesia yaitu Papua.
EBONI (DIOSPYROS CELEBICA) KAYU HITAM SULAWESI

Eboni (Diospyros celebica) merupakan pohon endemik dari daerah Sulawesi Tengah,
Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Pohon Eboni memiliki tinggi hingga 40 meter dengan
diameter batang kayu mencapai 1 meter. Kayu Eboni memiliki ciri-ciri tertentu diantaranya :
berwarna coklat gelap, agak kehitaman, bertekstur halus dengan arah serat kayu yang lurus
atau sedikit berpadu serta pemukaan kayu yang licin. Penggunaan dari kayu eboni untuk
membuat tiang jembatan, perabot rumah tangga, patung, alat musik, dan ukiran (Kurniawan
dan Bayu, 2010).

Eboni dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah seperti tanah berkapur, tanah berpasir,
tanah liat, dan tanah berbatu yang tidak tergenang air. Ketinggian tempat tumbuh eoni dari
50 – 400 meter di atas permukaan laut, apabila ditanam pada ketinggian di atas 600 meter
maka pertumbuhannya akan kurang baik (Santoso, 1997 dalam Santoso dkk., 2002). Curah
hujan yang berkisar 2000 – 2500 mm/tahun merupakan curah hujan yang baik dalam
mendukung pertumbuhan pohon eboni. Akan tetapi, Pohon eboni masih dapat ditanam pada
daerah kering dengan curah hujan 1230 mm/tahun, daerah bermusim dengan curah hujan 700
mm/tahun, dan daerah paling basah dengan curah hujan 2400- 2750 mm/tahun (Santoso,
1997).

Eboni merupakan tanaman berumah satu. Tanaman berumah satu adalah tanaman
yang dalam satu pohon dapat dijumpai bunga jantan dan betina. Selain itu, Eboni memiliki
biji dengan tipe rekalsitran. Tipe biji seperti ini tidak bisa disimpan dalam waktu yang lama
dan segera harus ditanam setelah berkecambah.

Anda mungkin juga menyukai