PENDAHULUAN
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya yang tidak dapat dipisahkan
menurut Ensik lopedia Indonesia untuk produksi kayu dan hasil hutan lainnya
dipelihara bagi keuntungan tidak langsung atau dapat pula bahwa hutan
dkk (2015).
Eboni (Diospyros celebica Bakh.) adalah salah satu jenis Diospyros yang
kedalam 7 jenis pohon eboni yang tumbuh di Indonesia. Jenis ini yang paling
digemari pedagang dan pertama dikenal di pasar dunia dengan nama eboni
Makassar, eboni bergaris atau Coro Mandel (Helinga, 1957 dalam Alrasyid,
2001).
Di Indonesia eboni sering juga disebut 'kayu hitam' karena jenis kayunya
tahun (Griffioen, 1934) dalam Sunaryo, (2002). Keunggulan jeni sini dari
jenis-jenis yang lain terutama adalah karena kualitas dan tingkat kekerasan
kayunya yang tinggi. Karena kualitas dan kekerasan kayunya yang tinggi
1
perumahan, namun lebih sering digunakan untuk mebel dan sebagai bahan
penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimia berfungsi sebagai gudang
penyuplai hara dan nutrisi, dan secara biologis sebagai habitat biota (organisme)
yang berpartisipasi akhir dalam penyediaan hara tersebut (Hanafiah 2005) dalam
Saptiningsih (2007).
Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri
tanah umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Bahan aktif dari tanah
yang berperan dalam menerap dan mempertukarkan ion adalah bahan yang
berada dalam bentuk koloidal, yaitu liat dan bahan organik. Kedua bahan
koloidal ini berperan langsung atau tidak langsung dalam mengatur dan
(Hardjowigeno, 2003).
Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat. Di desa Ako terdapat hutan
tanaman eboni (Diospyros celebica) yang telah berurumur 22 tahun. Hutan ebon
murni dan hutan eboni campuran belum ada informasi mengenai kondisi kimia
tanah dibawah tegakan eboni murni dan tegakan eboni campuran termasuk sifat
kimia tanah. Informasi sifat kimia tanah penting untuk pengelollan dan
2
pengembangan hutan tanaman eboni murni dan hutan tanaman eboni campuran.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memahami kondisi tersebut adalah
Penelitian tentang sifat kimia tanah di bawah tegakan Eboni murni dan
maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang bagaimana kondisi kimia tanah
yang meliputi Reaksi tanah (pH), , C-organik, N-total, P-total, Kapasitas tukar
kation yang mempengaruhi di bawah tegakan eboni murni dan eboni campuran
di desa Ako.
mengenai sifat kimia tanah di bawah tegakan eboni murni dan tegakan eboni
campuran di desa Ako sehingga dapat dijadikan acuan dan pertimbangan dalam
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Eboni merupakan sebutan untuk Jenis Kayu yang Berasal dari Marga
Diospyros yang merupakan salah satu marga dari suku Ebenaceae. Marga
Diospyros mempunyai lebih dari 300 jenis yang tersebar di seluruh kawasan
Malesia dijumpai sekitar 170 jenis dan khususnya di Indonesia terdapat sekitar
100 jenis pohon dari marga Diospyros. Alrasyid,(2002). Klasifikasi jenis eboni
Kingdom : Tumbuh-Tumbuhan
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Ebenales
Famili : Ebenaceae
Genus : Diospyros
4
Daun tunggal terbentuk memanjang sampai jorong dengan panjang 12-35
cm dan lebar 2,3-7 cm. Bagian dasar daun tumbul sampai agak menjantung dan
ujung daun lancip sampai agak lancip : tulang daun menjala tersier dan nyata
sedangkan pada bunga betina dijumpai 1-3 bunga yang seperti payung
Buah berbentuk bulat telur berukuran 3,5 - 5 cm. Benih Eboni yang tua
dengan tebal 0,5 - 1,5 cm, rata-rata berat satu Biji 0,5- 2 g dan 1 kg ± 1.100
batang .
Sulawesi Tengah eboni terpusat di daerah Poso dan Donggala namun di daerah-
daerah lain juga dijumpai. Di Sulawesi Selatan eboni dijumpai hampir di setiap
Sulawesi Selatan.
5
2.2 Sifat Tumbuh Eboni
berpasir, sampai tanah liat dan berbatu asal tidak tergenang. Menurut
Soerianegara (1967) dalam Santoso (2002). Tanah pada hutan eboni bersifat
tumbuh eboni dari 50-400 m di atas permukaan laut (dpi); bila diatas 600 m
dpi tumbuhnya kurang baik (Santoso, 1997) dalam Santoso (2002). Menurut
Soerianegara (1967) dalam Santoso (2002). Curah hujan yang baik untuk
dengan curah hujan 1.230 mm/ tahun (daerah Tomi, Sulawesi Tengah),
daerah bermusim dengan curah hujan 700 mm/tahun (daerah Parigi dan
Pantai Timur Sulawesi Tengah) dan daerah yang paling basah dengan curah
hujan antara 2.400 - 2.750 mm/tahun di Malili, Wotu, dan Mamuju (Santoso,
2.3 Ekologi
Aspek ekologi, yang paling menarik adalah bahwa pohon kayu hitam atau
(90%) dari vegetasi hutan campuran tersebut (Steup, 1935) dalam Riswan
(2002). Pola ini sangat mirip dengan pola tumbuh kayu ulin Eusideroxylon
6
mengelompok (Riswan, 1982) dalam Riswan (2002). Sifat kayunya sangat
alam atau primer dataran rendah sampai ketinggian 900 m di daerah perbu- kitan
hujan tropika dan jarang sekali dijumpai pada hutan-hutan sekunder. Beberapa
1700 m, hutan rawa gambut, hutan kerangas, dan hutan-hutan pada tanah kapur
2.4.1 Iklim
tropis basah dan ada pula yang tumbuh di daerah hutan monsoon. Tegakan eboni
yang tumbuh di daerah hutan tropika humida memiliki iklim basah (tipe hujan
A- D) dengan rata-rata curah hujan tahunan 2.737 mm/tahun dan yang tumbuh di
daerah hutan monsoon beriklim musim (tipe hujan C) dengan rata-rata curah
hujan tahunan 1.709 mm/tahun. Hasil percobaan penanaman eboni di Jawa pada
iiklim musim (Cikampek) dan iklim basah (Bogor, Pasir Awi) menunjukkan
eboni dapat dilakukan di daerah yang beriklim basah hingga iklim musim pada
tipe hujan A sampai C. Eboni tergolong jenis pohon semi toleran terhadap
7
pertumbuhannya berkisar antara 22 - 28 C. Suhu udara maksimum pada
musim kemarau berkisar antara 21,5 - 30 C dan suhu udara minimum pada
pasir, batu liat, napal, sabak, peridotit, skis mika, amfibolitik, serpentin, phyllit
dan batuan komplek (granit, diorit, skis, bablur, gneis). Pohon eboni tumbuh
pada berbagai macam jenis tanah mulai dari tanah berkapur, latosol, podsolik,
optimal pada berbagai jenis tanah mensyaratkan tanah yang cukup permeabel.
ketinggian yang ideal untuk pertumbuhan eboni adalah kurang dari 400 mdpl.
Eboni dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan rendah 1.230
dengan curah hujan 1.700 mm/tahun (Parigi) sampai daerah basah dengan curah
dataran rendah higga ketinggian 700 m dari permukaan laut. Namun dari hasil
8
Iklim yang disukai oleh eboni pada hutan adalah tipe iklim A-D dengan
rata-rata tahunan 2.737 mm per tahun (daerah Malili, Mamuju, dan Poso) dan
yang tumbuh di hutan monsoon beriklim tipe C dengan rata-rata curah hujan
tahunan sekitar 1709 mm per tahun (Parigi). Distribusi tipe iklim dan besranya
curah hujan. Percobaan penanaman eboni di Jawa di iklim basah (Bogor, Pasir
Flores)
9
e. Diospyros pilosanthera secara alami dijumpai di Kalimantan (Kutai,
Mongondow, Minahasa).
fisik dan mekanik kayu yang tinggi dan keindahan seratnya. Eksploitasi kayu
eboni terbesar dilakukan pada periode tahun 1969 sampai 1982, ekspor kayu
1999 menetapkan eboni sebagai jenis yang dilindungi setelah IUCN menetapkan
Brady (2007) menyatakan bahwa tanah merupakan suatu tubuh alam atau
gabungan tubuh alam yang dapat dianggap sebagai hasil alam bermatra tiga yang
merupakan paduan antara gaya pengerusakan dan pembangunan, yang dalam hal
pembangunan.
Menurut Foth (1984), tanah berarti bagian permukaan terpisah dari bumi
dan bulan sebagian dibedakandari batuan yang padat. Pembentukan tanah dapat
pembentukan bahan induk tanah dari bahan litosfer atau dari bahan biosfer.
10
Tahapan kedua adalah pengubahan bahan induk tanah menjadi bahan tanah.
ketiga ialah penyusunan bahan tanah menjadi suatu tubuh dengan organisasi
dimulai dari proses pelapukan bahan induk menjadi bahan induk tanah. diikuti
oleh proses pencampuran bahan organik dan bahan mineral dipermukaan tanah
dan pembentukan struktur tanah. pemindahan bahan bahan dari atas tanah
kebagian bawah dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan horison
tanah.
mempengaruhi sifat kimia tanah yang berperan dalam menentukan sifat dan ciri-
ciri tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Dalam hal ini
sifat kimia tanah dapat dijadikan sebagai indikator dalam melihat kemampuan
Ketersediaan air tanah lebih penting artinya dari pada air total. Meskipun
tidak semua mikroorganisme tahan terhadap stres air, namun pada umumnya
mengurangi volume pori tanah terutama pori makro, sehingga terjadi hambatan
tanah stabilitas agregat sangat menentukan suplai air, oksigen dan unsur hara
11
Penyerapan unsur hara pada tanaman semestinya dapat segera diperbaharui
sehingga kandungan unsur hara di dalam tanah tetap seimbang. Hutan adalah
diimbangi oleh pelapukan bahan organik yang menyuplai hara bagi 9 tanah.
Proses ini yang menyebabkan tanah yang ada di hutan tetap subur (Novisan,
bahan organik baik segar maupun sedang melapuk, sehingga menjadi bentuk
senyawa lain yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Komponen kimia tanah
berperan besar dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya dan
Unsur hara yang merupakan zat makanan untuk tanaman dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
a. Unsur hara makro yang terdiri dari zat : zat arang, oksigen, nitrogen, fosfat,
b. Unsur hara mikro terdiri dari : zat borium, kholor, kuningan, besi mangan,
12
struktur vegetasi di atasnya. Tumbuhan akan menurunkan erosi tanah dan aliran
tanah akibat kontaminasi tanah dapat menurunkan laju infiltrasi air ke dalam
tanah, bahkan pada beberapa kasus penurunan dapat mencapai 93%. Keragaman
mempengaruhi tingkat kesuburan tanah baik dari sifat kimia, fisika, maupun
dalam larutan. Larutan yang mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7
masam dan lebih besar dari 7 adalah basa. Pada keadaan netral konsentrasi ion
Reaksi tanah menunjukan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status
13
Pada tanah alkalis, penurunan pH dapat dilakukan dengan penambahan
sulfur atau bahan bersulfur, agar sulfur yang dilepaskan membentuk asam sulfur
2004).
2.7.2 Nitrogen
karena jumlah nitrogen yang terdapat dalam tanah sedikit. Nitrogen tanah secara
umum dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu bentuk organik dan anorganik.
2.7.3 Fosfor
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan
dan mineral-mineral dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap tanaman pada pH
yaitu fosfor organik dan anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat
banyak pada lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P dalam 11
organik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2-0,5%. Tanah -
tanah tua di Indonesia (podsolik dan litosol) pada umumnya berkadar alami P
14
Menurut Foth (1994), jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman
2.7.4 Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+ muatan positif dari Kalium akan
Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa
diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya
renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar
kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan
dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah
adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman.
koloid yang dinetralisasi oleh kation yang mudah diganti. Kapasitas Tukar
dalam milligram setara per 100 gram koloid (Pairunan, dkk., 1997). Kapasitas
15
tukar kation (KTK) adalah kapasitas lempung untuk menyerap dan menukar
kation. KTK dipengaruhi oleh kandungan liat, tipe liat,dan kandungan bahan
organik. Dengan kata lain, KTK bervariasi tergantung pada jumlah humus, liat
dan macam liat yang dijumpai dalam tanah. KTK sangat penting untuk
(Sukra, 1986).
Semakin tinggi KTK, maka status kesuburan tanah semakin tinggi dan
sebaliknya semakin rendah KTK, maka status kesuburan tanah juga semakin
rendah. Dengan kata lain, KTK yang tinggi mencerminkan tanah yang subur,
16
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Januari sampai Maret 2018
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu :
h. Alat-alat laboratorium
17
3.3 Metode penelitian
Penelitian ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu melalui survei lapangan
eboni di Desa Ako, analisis sampel tanah dilaboratorium dan analisis datadari
bukit.
Pada tegakan eboni murni dan tegakan eboni campuran dibuat 3 plot yaitu
di lembah, punggung dan puncak begitu juga pada tegakan eboni campuran
dibuat 3 plot dengan ukuran 20×20 dibawah tegakan eboni murni dan eboni
titik sampel tanah dengan kedalaman 0-30 cm. Kemudian setiap plot sampel
50 m 50 m 50 m
50 m 50 m 50 m
18
Gambar 1. Cara pengambilan sampel tanah dibawah tegakan eboni pada masing
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer
tanah, unsur hara karbon (C- organic), Nitrogen (N- total), Fosfor (P-tersedia),
Kalium (K) dan Kapasitas tukar katoin (KTK) yang diperoleh dari analisis
1. pH ( H2O ) pH Meter
5. Kalium ( K ) Perkolasi
b. Data skunder
yang meliputi ; letak, luas. Wilayah, topografi, iklim, jumlah penduduk dan data
19
3.3.3 Analisis Data
Survei Lapangan
Eboni
20
DAFTAR PUSTAKA
Marwan, Yusran, Umar H. 2015. Sifat Fisik Tanah Di Bawah Tegakan Eboni
(Diospyros Celebica Bakh). Di Desa Kasimbar Barat Kecamatan
Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong. Warta Rimba. 3(2):111-117.
Riswan, 2002. Kajian Biologi Eboni (Diospyros celebica Bakh.). Berita Biologi
6(2):214-218.
Soerianegara, I. 1967. Beberapa Keterangan Tentang Jenis-Jenis Pohon Eboni
Indonesia. Pengumuman No. 92. Lembaga Penelitian Hutan, Bogor.
21