1. Pendahuluan
Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kedai Proses adalah komunitas belajar bersama
masyarakat yang didirikan atas dasar sebagai mitra pemerintah dan turut mencerdaskan
bangsa dalam berbagai bidang pemberdayaan khusunya pemberdayaan para pemuda. Dalam
menjalankan berbagai program TBM Kedai Proses didukung oleh para relawan dari
berbagai bidang keahlian masing-masing. Jika pernah membaca sejarah berdirinya
TBM Kedai Proses. Lembaga ini berdiri atas inisiatif para mahasiswa, pelajar,
satsrawan dan budayawan yang tergabung dalam komunitas teater masyarkat.
Singkatnya kami sama-sama sepakat untuk mengabdi pada masyarakat dan membuat
sebuah ruang ekspresi yang sering kami sebut sebagai Rumah budaya untuk
masyarakat.
Kami menepati lahan milik sebuah yayasan pendidikan yang kebetulan salah
satu pendiri yayasan tersebut adalah mentor kami dalam berbagai kegiatan. Pada
tahun 2010 lembaga ini menjadi salah satu Pilot Project pemerintah daerah dan
provinsi atau menjadi percontohan taman literasi yang menyediakan akses bahan
bacaan dan beragam kegiatan edukasi.
Beragam kegiatan dan pola pembinaan memang tak lepas dari peran
pengelolah. Bukankah banyak lembaga yang berhenti beroprasi hanya karena
minimnya jumlah pengelolah, kesibukan para pengelolah, atau munculnya masalah
internal sehingga berujung pada kepakuman sebuah lembaga. Akhirnya menjadi
angat-angat tai ayam. Berbeda dengan TBM Kedai proses yang selalu menjadi pusat
kajian beberapa bidang pendidikan tertentu. Tenaga pengelolah adalah mereka yang
sedari awal mendirikan lembaga ini, tapi kami membuka pintu selebar-lebarnya bagi
para peggiat yang berasal dari berbagai unsur utuk bergabung sebagai pengelolah.
Hingga saat ini tercatat 43 orang yang tergabung di lembaga ini sebagai pengelolah
dan relawan. Hingga saat ini TBM Kedai Proses memiliki berbagai bidang kegiatan,
bidang kegiatan tersebut adalah
1. Bidang Perpustakaan
2. Bidang Sastra (Kelas Menulis sastra, artikel, karya Ilmiah dll)
3. Bidang Teater
4. Bidang Tari
5. Bidang Musik
6. Bidang Kajian Budaya
7. Bidang Seni Rupa
Bidang Teater digagas oleh beberapa orang budayawan, penyair dan pengiat seni
lainnya, diantaranya, Firman Venayaksa, Dc aryadi, Dadan Sujana, Budi Lengket,
Dedi haris Syahid dan beberapa seniman jalanan Ahmad Ugas, Aan wiguna dan lain-
lain. Selalu berfikir tentang budaya dan tradisi yang ada di kabupaten Lebak.
Setidaknya akan terbentuk sebuah wadah yang dapat menampung daya kreatifitas
mahasiswa untuk berbuat rekratif. Akhir desember Akhirnya dilakukan sebuah diskusi
dan beberapa pembredelan antar budayawan dan mahasiswa. Pada tanggal 11 januari
2005.
Berbicara perihal, walaupun hanya salah satu bidang di TBM Kedai Proses, akan
keliru jika kita menganggap kelompok ini hanya melahirkan sejumlah pertunjukan
teater. Sebagaimana diisyaratkan dalam namanya dan sejalan dengan visi dan misi
TBM Kedai Proses, dasar pendiriannya adalah untuk menjadi pusat kajian berbagai
karya pertunjukan, penelitan dan eksperimen-eksperimen kreatif dalam proses
penciptaan karya teater. Pertunjukan kemudian jadi salah satu dari serangkaian
kegiatan lain terkait proses penciptaan serta perkembangan teater pada umumnya.
Sejak didirikan pada 11 Januari 2005, sejumlah pertunjukan telah dipentaskan
dan kegiatan lain seperti workshop, lomba, telah diselenggarakan. Sebagai teater
berbasis kampus, sudah tentu hal yang tak terelakkan adalah pergantian anggota yang
berlangsung setiap tahun. Kemudian 2 tahun ke depan, berturut-turut Dc aryadi
menyutradarai Reportoar Max Havelaar, Multatuli Tak Pernah Mati, kedua
naskah di buat sendiri dan langsung dipentas kan di beberapa kota di Banten dan
luar banten Bandung, Jakarta dan Tasikmalaya. Teater Gates menjadi motor
perteateran di Kab. Lebak.
Apa yang menjadi tema dari pertunjukan Teater GATES adalah dinamika yang
terjadi dalam masyarakat kaum urban. Dalam hal ini pelaku teater tidak berdiri
sebagai penonton atau juru foto, melainkan terlibat dalam pergulatan yang sama.
Tujuannya adalah menemukan jalan bagaimana proses teater dapat membuat aktor
menjadi lebih manusiawi melalui pola dan metode latihan yang kreatif. Hal ini
dimungkinkan dengan menggali potensi terdalam tubuh seorang aktor, untuk
mencapai khazanah bahasa yang lebih kaya daripada dunia kata.
Kecenderungan tersebut sangat kuat terasa dalam pertunjukan Reportoar Max
Havelaar K, salah satu karya yang membutuhkan waktu panjang dalam proses
penciptaannya dengan metode penelitian sejarah dan kebiasaan masyarakat Lebak.
Pentas Mak Havelaar mengungkapkan bagaimana dalam dunia urban tubuh sehari-
hari kehilangan unsur-unsur naturalnya. Suatu kritik terhadap kehidupan modern yang
ditampilkan dalam bentuk menarik dan mengejutkan. Reportoar Max Havelaar digelar
di Bulungan Jakarta Selatan sebagai ajang pertemuan teater Indinesia, selanjutnya
Bentara Budaya Jakarta, Geduang Juang Rangkasbitung, Balai Budaya
Pandeglang, Audiotorium IAIN SMHB Serang.
Memberi gambaran tentang proses keatif dalam mempersiapkan pertunjukan,
Firman Venayaksa selaku pembina Kreatif menyatakan, “Saya menyukai proses
ulang alik dalam latihan”. Dari bentuk ke isi dan sebaliknya, dari pola akting realis ke
akting non-realis dan sebaliknya. Atau kami bisa dengan entengnya
mencampuradukan gaya, aliran atau jenis dengan semangat ujicoba. Tapi prinsip
sebetulnya, menggali kedalaman, selain menguji coba daya aktif selanjutnya
dibiarkan kreatif dengan tubuh sebagai motifasi kemudiian melahirkan ruang tanpa
batas dan diberi nama :
Sebagai suatu laboratorium penciptaan, pola kerja dalam Teater Gates sudah
tentu sangat tergantung pada peran dan keterlibatan seluruh aspek artistik, khususnya
aktor. Eksplorasi dan eksperimentasi yang mereka gali selama proses berlangsung
akan menentukan hasil akhir. Dalam hal ini sutradara lebih bertindak sebagai
koordinator ide dari seluruh elemen artistik, penonton yang kritis bagi proses latihan
aktor dan elemen artistik dan pengemas pertunjukan. Tentu setelah peran utamanya
sebagai penggagas dan humas bagi karya pertunjukannya.
Sejak berdirinya teater GATES pada tanggal 11 januri 2005 hingga saat ini telah
banyak prestasi yang diraih baik di tingkat daerah maupun di tingkat nasional
diantaranya menjadi juara di beberapa ajang kompetsisi seni yang ada di provinsi
Banten, jakarta dll.
3. Profile
Misi :
Pembinaan kepada masyarakat dalam berbagai bidang Kreasi (sastra, tari,
teater, seni Rupa,kajian buadaya, music dll)
Megejar kemampuan Literat pada masyarakat
Melestarikan kearifan lokal melalui media pembelajaran, tulisan atau
buku.
Memberikan kesempatan angkatan muda untuk berkontribusi positif pada
masyarakat.
Menumbuhkan cara berfikir historis (manusia yang berkesadaran sejarah).
Terjalinnya jaringan berbagai komunitas.
Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas kepada seluruh
lapisan masyarakat; anak-anak, remaja dan dewasa.
Pengelolah
KETUA : Dc Aryadi, S.Pd
SEKRETARIS : Siti Hasanah, S.Pd
BENDAHARA : Dedi Sumarna, S.Pd
KESEKRETARIATAN : Fahri Lubis
LAYANAN : Khairullah
Kord. Bidang
1. Bidang Perpustakaan : Kord. Yayang wigunba maulana
Anggota
1. Ledi Sumantri
2. Asep Lani
dll
• Luas tanah
700 m2
Status 3 unit
1. • Jumlah bangunan Milik TBM Kedai Proses
Lahan/Bangunan
- Bangunan Utama 6 X 12 m2 ,
• Luas bangunan
- Bangunan Pendopo 4 X 8 m2,
- Saung Buku Patanjala 9 X 5 m2
Ruang tamu 1 ruang
Ruang Sekretariat 1 ruang
Ruang Kantor Pengurus 1 ruang
Ruang Belajar Teori 2 ruang
Rincian
2. Ruang Praktek Keterampilan 2 ruang
Bangunan
Ruang usaha/produksi 2 ruang
Ruang perpustakaan/Taman Bacaan 2 ruang
Kamar Mandi 2 ruang
Dapur 1 ruang
Kursi Tamu 2 set
Meja-kursi kerja • 1 unit meja kerja
Sarana Lemari arsip/filing cabinet • 1 unit
3.
Kesekretariatan Komputer/laptop • 1 unit komputer
Printer 1 .unit
Mesin faksimile/telepon -
• Meja-kursi belajar • 7 unit
Sarana • Papan tulis • 2 unit
4.
Pembelajaran • Buku/modul/bahan ajar • 150 eksemplar
• Media pendukung • 20 unit
5. Sarana • Alat keterampilan • Gamelan degung
Keterampilan 1 set
• Angklung Diatonis
1 set
• Kendang Karawitan
2 set
• Guitar Akustik 2 set
• Guitar Bass 1 set
• Guitar Elektrik 1 set
• Tambur 1 unit
• Drum 1 set
• Cub 2 set
• Keyboard 1 set
• Calung 1 set
• Tongtrong 1 set
• Angklung Buhun
1 set
• Dog-dog Lojor 1 set
• Kostum Tari Kreasi
2 set
• Kostum Tari Baduy
1 set
• Peralatan Ukir 1 set
• Lighting Teater 1 set
• Dimmer Lighting
Manual Teater 1 set
• Kain Hitam Teater 2
set
• Hajir 1 unit
Bagian Kedua
1. Gagasan Pertunjukan
Teater sebagai sebuah ruang berekspresi di dalamnya terdapat sebuah axtion orang-
orang yang gelisah atas permasalahan yang di jumpainya. Kemudian memungkinkan
munculnya sebuah kemungkinan lain yang memuarakan teater sebagai sebuah sentra – tempat
berpadunya unsur seni yang lain. Hingga tak hanya aktor yang mampu memerankan
kegelisahan tersebut melainkan juga musik, koreografi, dll. Semua dibentuk seolah-olah
untuk memberi pertanda pada zaman yang mulai tumpang tindih tak beraturan. Pada
kesempatan kali ini, tepat pada produksi yang ke 88 Teater Gates Rangkasbitung akan
menggelar sebuah bentuk pertunjukan kontemporer yang di bentuk dalam sebuah fragment
kisah seputar masyarakat adat yang bermetafora. Dari fragment tersebut tersaringlah sebuah
gagasan untuk memproduksi sebuah pertunjukan dengan lakon “Rengkong”
Proses pertunjukan “Rengkong” bersamaan Juga saat ketika buku-buku kajian budaya
menjadi sasaran empuk oleh para penyair untuk dijadikan syair puisi, tapi terkadang terlihat
seperti sebuah roman. Setiap kali suatu isu dihembuskan mengenai kasepuhan adat Lebak
Selatan seluruh perhatian seolah-olah tertuju disitu dan segera melupakan apa yang
sebelumnya mereka persoalkan. Digiring oleh kepentingan pemegang kendali yang terkadang
seolah-olah tau persis tetang kehidupan kasepuhan adat itu. Kemudian, orang-orang itu
terlanjur serius untuk mendengarkan dan masuk kedalam ruang sugesti dan saat itulah dengan
seketika mereka menjadi orang kanekes, mereka larut dan menjadi bagian permainan
pemegang kendali.
“Rengkong” (Tutungan Sanggabuana) dalam lakon ini tidak lain hanya salah satu dari
beragam kecendrungan yang dalam pertunjukan ini dipilih menjadi metafora untuk berbicara
tentang banyak persoalan. Suatu umpan mengenai sasaran di suatu masyarakat yang tergila-
gila pada eksostisme - dengan atau tanpa kepentingan ekonomi dibaliknaya. Sebuah
pertunjukan yang akan menyampaikan sebuah pesan penuh makna di balik kontruksi
berbatang-batang bambu sebagai simbol dari papat kalima pancer serta kerukunan hidup.
“Rengkong” kesenian tradisional yang lahir dari budaya agraris. Helaran dongdang
menjadi ritual puncakdalam tradisi Serentaun di kampung budaya adat Banten selatan.
Khususnya Lebak selatan. (Tutungan Sanggabuana) garapan ini Merupakan suatu sketsa atas
sebuah negeri yang seluruh tatananannya dibangun dengan isu. Seluruh Pranata Politik,
budaya, ekonomi maupun sosial dikendalikan oleh sesuatu yang berada di dalam sistem suatu
kekuatan yang tidak tampak, dan pembrontakan dapat terjadi kapan saja, tanpa terduga
sebelumnya.
Sedangakan dimensi ruang, waktu dan budaya masa lalu dalam dinamika dan
perspektif sejarah, senantiasa memiliki kaitan erat dengan tokoh, manusia dan
kemanusiaanya. Ini antara lain disebabkan bahwa dalam sejarah bidang apapun, menusia tetap
menjadi tema sentral kajian dan pengungkapan sejarah. Manusia sebagai subjek sejarah,
tetunya memiliki konsekuensi bahwa setiap kupasan tentangnya senantiasa pula memiliki
subyektifitas, sekalipun upaya-upaya pengungkapannya di usahakan untuk menjadi
obyektifitas secara maksimal.
Tokoh manusia dan kemanusiaanya antara lain dapat ditelaah dan dimengerti melalui
peninggalan-peninggalan. Disisi lain, orang-orang pintar sibuk mencari obejek untuk
mengungkap sikap suatu Karuhunan dalam adat tertentu. Lalu bagaimana peranan Rengkong
pada kehidupan masyarakat adat itu sendiri? jika rengkong sebagai sombol kemakmuran.
2. Maksud :
6. Memberikan edukasi dan wawasan seni teater untuk pelajar, mahasiswa dan umum
3. Tujuan :
1. Agar daerah (di luar Sunda) mengenal dan memahami nilai-nilai budaya Sunda,
2. Agar kelestarian dan keanekaragaman budaya Sunda dapat terjaga tidak hanya oleh
masyarakat sunda itu sendiri,
4. Skema Program
Diskusi Produksi
Bedah Naskah &
Casting Pemain Proses Latihan
(Produksi)
Berjejaring dan
Bermitra
Diskusi pertunjukan Pertunjukan
Pemain;
Zulfahri Lubis, Jundan Firdaus, Delis Setiawati, Yayang Maulana, Siti HasanahSony
Kuncoro, Febri Mpeb, Ledi Sumantri, Robenah, Siti badriah, Epan Irawan, Dede Nurwasiah,
hermawan, harto wijaya, khaerullah, Dede Adoel Majid dll
Pimpinan Produksi
Hidayatullah
7. Rencana Anggaran Biaya Produksi
HARGA
NO KEBUTUHAN VOLUME KEBUTUHAN JUMLAH
SATUAN
1 TRANSPORTASI
2 PUBLIKASI
3 KAOS TIM
4 PERALATAN PENTAS
Bebegig Rp 20,000 25 Unit Rp 500,000
4 hari
Rp 25.000 X 3X 20 orang Rp 6.000.000
5 KOSUMSI SELAMA PERJALANAN perjalanan
Terbilang; Empat puluh delapan juta, tigaratus enem puluh enam ribu rupiah
Bagian Ketiga
Penutup