LP Gadar Tifoid
LP Gadar Tifoid
OLEH:
2019
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi pada anak
maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, yang
biasanya banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun. Penyakit ini berhubungan erat
dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan. Kematian demam tifoid pada
anak lebih rendah bila di banding dengan dewasa (Pudiastuti, 2011).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
cerna, dengan gejala demam kurang lebih 1 minggu, gangguan pada pencernaan,
dan gangguan kesadaran. Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam
dan memiliki salah satu tanda seperti diare, muntah, nyeri perut, dan sakit kepala.
Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih (Sodikin,
2011). Demam typoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada
fogosit mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer.2001).
Jadi dapat disimpulkan bahwa typoid adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh
kuman salmonella typhosa ditandai dengan demam satu minggu.
2. ETIOLOGI
Etiologi dari demam tifoid adalah salmonella typhi, termasuk dalam genus
salmonella. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak membentuk
spora, tidak berkapsul, gram (-). Tahan terhadap berbagai bahan kimia, tahan
beberapa hari / minggu pada suhu kamar, bahan limbah, bahan makan kering,
bahan farmasi dan tinja. Salmonella mati pada suhu 54.4° C dalam 1 jam, atau 60°
C dalam 15 menit. (Widagdo, 2011)
3. EPIDEMIOLOGI
Tidak ada perbedaan yang nyata antara insidens tifoid pada pria dan wanita. Di
daerah endemik tifoid, insidens tertinggi didapatkan pada anak-anak, dan orang
dewasa sering mengalami infeksi ringan yang sembuh sendiri dan menjadi kebal
Penyebaran secara geografis terjadi di negara-negara yang memiliki standar
higiene dan fasilitas air minum yang buruk, seperti Asia selatan dan sebagian
daerah Indonesia(WHO.2016).
4. PATOFISIOLOGI
Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian lain
usus halus dalam kolon proksimal juga hinggapi. Pada mulanya, plakatpeyer
penuh dengan vagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau
hyperplasia dimukosa usus . Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis
dan tukak.
Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran plakpeyer
yang ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai
menimbulkan perdarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa.
Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan
parut dan fibrosis (hidayat, 2016 dalam Muttaqin & Sari, 2011).
Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan tanda-
tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase
bakterimia dan berlangsung terus menerus (demam kontiu), lidah kotor, tepi lidah
hiperemesis, penurunan peristaltik, gangguan digesti dan absorpsi sehingga akan
terjadi distensi, diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi
perdarahan usus, perforasi, dan peritonisis dengan tanda distensi abdomen berat,
peristaltik menurun bahkan bhilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran
(Muttaqin & sari, 2016).
PATHWAY
Saluran Pencernaan
Gastrointestinal Usus
Kuman
Berkembang Biak
Ketidakseimbanga
Peristaltik Usus Peristaltik Usus
n nutrisi kurang
Menurun Meningkat
dari kebutuhan
tubuh Peradangan Usus
Nyeri Akut
Gangguan Termoregulasi
Hipertermia Hipermetabolisme
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan leukosit
Jumlah SGOT dan SGPT akan meningkat, tetapi akan kembali normal
setelah sembuh dari demam typhoid.
c. Tes widal
Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti bodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam
serum pasien demam typhoid, juga pada orang yang pernah ketularan
salmonella dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap demam
typhoid.
d. Biakan darah
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah tepi : dapat ditemukan leukopenia,limfositosis relatif,
aneosinofilia, trombositopenia, anemi
2. Biakan empedu : basil salmonella typhii ditemukan dalam darah penderita
biasanya dalam minggu pertama sakit
3. Pemeriksaan WIDAL - Bila terjadi aglutinasi
- Diperlukan titer anti bodi terhadap antigeno yang bernilai 1/200 atau
peningkatan 4 kali antara masa akut dan konvalesene mengarah kepada
demam typhoid (Rahmad Juwono, 1996).
7. PROGNOSIS
Bila penderita diobati secara baik dan benar pada minggu pertama demam
tifoid, prognosis akan baik karena umumnya penyakit ini akan mereda setelah 2
hari kemudian, dan kondisi penderita membaik dalam 4-5 hari selanjutnya. Bila
ada keterlambatan pengobatan risiko komplikasi akan meningkat dan waktu
pemulihan akan semakin lama.
Umumnya, fatality rate demam tifoid yang tidak diobati adalah 10%-20%.
Perkiraan angka case fatality rate penderita demam tifoid sekitar 1-4%. Anak-
anak di bawah usia 4 tahun, memiliki fatality rate 4%, sedangkan anak-anak usia
> 4 tahun 10 kali lebih kecil kemungkinan kematiannya dari anak-anak usia
dibawahnya (Bhutta.2006).
8. KOMPLIKASI
Komplikasi intra intestinal, contohnya adalah perdarahan usus, perforasi usus, dan
ileus paralitik. Tanda dari terjadinya komplikasi ini adalah nyeri perut hebat,
kesulitan buang angin atau buang air besar, nyeri tekan abdomen yang bisa
disertai dengan defans muskular, dan menurun atau hilangnya bising usus.
3. Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
o Keperawatan Kriteria Hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Untuk
berhubungan
perawatan selama kompres menurunkan
dengan proses
… x … jam hangat basah panas klien
infeksi
salmonella thypi diharapkan suhu 2. Monitoring 2. Untuk
36 C 3. Kolaborasi membantu
dan 4. Untuk
Antibiotik mengetahui
vital dalam
batas normal
2. Resiko Setelah dilakukan 1. Kaji tanda- 1. Untuk
kekurangan
perawatan selama tanda vital mengetahui
volume cairan
… x … jam 2. Monitor apakah
berhubungan
dengan asupan diharapkan cairan makanan/cair tanda-tanda
cairan yang tidak
adekuat dengan an dan hitung vital dalam
adekuat
kriteria hasil: intake cairan batas normal
dehidrasi, keluar
elastisitas
turgor kulit
baik,
membrane
mukosa
lembab, tidak
yang
berlebihan
4. Evaluasi
Merupakan tahap akhip dari proses asuhan keprawatan yang dimana pada tahap
evaluasi ini kita mengetahui apakah tujuan tercapai atau tidak. Perencanaan evaluasi
memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan
pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Pudiastuti RD.(2011). Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta: Permata Puri Media
Widagdo. (2011). Masalah Dan Tata Laksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto
Bhutta, Z.A., Current concepts in the diagnosis and treatment of typhoid fever. British Medical
Journal, 2006. 333(7558): p. 78-82.
Hidayat, Isnaeni Nurul, Mutaqqin Sari.2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Thypoid.
Fakultas Kesehatan UMP
Widodo Joko. (2009). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Sheila Sparh S., dkk, Nursing Diagnosis : Definition & Classification 2005-2006, NANDA
International