Kontra : mencegah
Conception/konsepsi : Kehamilan (bertemunya
sperma dan ovum (fertilisasi)
MACAM KONTRASEPSI
Hormonal :
PIL
Suntikan
Implant
Non hormonal
Cara Alamiah
IUD/AKDR
Kontap
ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN
Safety : keamanan
I. CARA ALAMIAH
Pantang berkala
→ tidak melakukan coitus (hub seksual) pada
saat masa subur
Coitus Interuptus
II. CARA SEDERHANA
Kondom
Jelly
Pembagian :
Pil kombinasi
Mini pil
After morning pil
BAHAN AKTIF
Pil Kombinasi :
Estrogen
progesteron
Mini Pil :
Progesteron
Morning After pil :
Levonorgestrel
MEKANISME KERJA
Pusing
Varices
dll
KONTRA INDIKASI
Varices
Laktasi
Hipertensi
Dicurigai hamil
Kel neurologik
KEUNTUNGAN
Efektif
Tidak mengganggu hub. Sex
Bisa jangka panjang
Kembali kesuburan cepat
Dapat dipakai pada usia muda
Mudah dihentikan
Mengurangi dismenorea
Siklus haid teratur
KERUGIAN
Membosankan
Butuh disiplin yg tinggi
Macam-macam IUD
Plastik saja (lippes loop)
Plastik + logam (Cu 7, Cu T)
Plastik + logam + hormon
Plastik : polyethylen
Logam : Cu, Ag
MEKANISME KERJA
Mencegah implantasi
Meningkatkan keputihan
infeksi
KONTRAINDIKASI
Dicurigai hamil
Perdarahan pervaginam yg tidak jelas
sebabnya
Infeksi genitalia
Mekanisme Kerja
✓ Menghambat ovulasi
Nama lain
Susuk KB
AKBK (alat kontrasepsi bawah kulit)
Sub dermal contraception
BAHAN AKTIF
Sama dg yg lain
EFEKTIVITAS
Cukup anak
Tidak boleh hamil krn penyakit tertentu
KONTRAINDIKASI
Dismenore primer
Dismenore sekunder.
Faktor Penyebab dan Faktor Resiko
Faktor Kejiwaan
Faktor Konstitusi
Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Faktor Endokrin
Faktor Alergi
PENATALAKSANAAN
Farmakologis
NSAID, Vitamin B1, Vitamin E, juga menunjukkan efek
yang dapat mengurangi nyeri haid
Non-Farmakologis
Akupunktur, pemakaian herbal, relaksasi, terapi panas,
senam
TERAPI SULIH HORMON
Dian Ayu Juwita, M.Farm, Apt
Menopause
A. Diagnosis
Diagnosis sindrom menopause sangatlah tergantung
kepada fasilitas dan peralatan yang dimiliki oleh
masing-masing sarana pelayanan kesehatan sep;
(fasilitas laboratorium,dsb)
Diagnosis dapat ditegakan secara sederhana sebagai
berikut ;
1. Anamnesis
a. Perempuan berusia 40 tahun atau lebih
b. Gangguan siklus haid berupa haid yang mulai tidak
teratur atau tidak haid dalam jangka waktu 12 bulan
c. Riwayat operasi pengangkatan kedua
indung telur
d. Keluhan sindroma menopause sep;
gejolak panas, keringat malam, sukar
konsentrasi, mudah pingsan, rambut
rontok, gigi goyang, ngilu pada
persendian dsb
e. Tidak haid selama 1 tahun walaupun
tanpa atau gejala sindroma menopause.
Pengobatan pasien bertujuan untuk
mencegah timbulnya penyakit akibat
kekurangan estrogen
2. Pemeriksaan fisik
a. Sesuai dengan keluhan pasien ( gejolak panas,
vagina kering, keputihan, ngilu tulang, dsb)
b. Perabaan payudara
c. Lihat vulva, vagina dan serviks
Cara
Jenis (kontinyu) Dosis per Hari
Estrogen Konyugasi Oral 0,3 - 0,625 mg
Oral 1 - 2 mg
17 β Estradiol Transdermal 50 - 100 mg
Subkutan 25 mg
Estradiol Valerat Oral 1 - 2 mg
Estradiol (etron sulfat Oral 0,625 mg - 1,25 mg
piperasin)
Jenis Persedian Progesteron
Siproteron asetat 1 mg 1 mg
Disrogesteron 10- 20 mg 10 mg
Sedian yang Memiliki sifat
Estrogenik, Progestogenik dan
androgenik
Sediaan steroid sintetik yang memiliki sifat Estrogenik,
Progestogenik dan androgenik sekaligus adalah Tibolon
Obat ini dapat memperbaiki keluhan klimakterik dan
mengatasi masalah keropos tulang, tanpa menimbulkqn efek
hiperplasia endometrium
Penggunaan sediaan ini tidak memerlukan pemberian sedian
progesteron lagi
Tibolon bermanfaat diberikan bagi perempuan menopause
yang tidak menginginkan adanya perdarahan haid lagi
Efek sampingnya adalah rasa mual di awal-awal terapi dan
hanya kurang 10 persen pemakai yang mengeluh timbul
perdarahan pervaginam
Dosias awal yang dianjurkan adalah 2,5 mg/per hari per oral
JENIS OBAT HRT/THP/TSH YANG ADA DI INDONESIA
Plasenta merupakan sebuah sawar lemak antara sirkulasi darah ibu dan janin. Obat
melintasi plasenta dengan cara difusi pasif, difusi fasilitas dan transpor aktif.
Kebanyakan obat berpindah dengan mekanisme difusi pasif.
Apabila obat dapat menembus plasenta, obat akan sampai kepada fetus atau
janin.
Obat pada janin dapat bersifat*
A. toksik
B. teratogen
C. lethal
Fase Implantasi : Apabila obat memapar janin pada usia kehamilan kurang 3
minggu, fase implantasi akan terganggu akibatnya janin dapat
lethal/mati/abortus.
Fase Fetal : Jika obat memapar janin pada usia kehamilan trimester II-III, janin
akan mengalami gangguan pertumbuhan/fungsi fisiologik atau kimiawi organ. Ex :
depresi pernafasan pada neonatus akibat ibu menggunakan obat fenotiazin
Adapun obat yang dikonsumsi ibu sesaat sebelum kelahiran dapat menyebabkan
efek samping pada kelahiran atau pada neonatus setelah kelahirannya
Faktor-faktor yang mempengaruhi obat dapat menembus plasenta
Ex : Heparin tidak dapat menembus plasenta karena memiliki berat molekul sangat besar
sehingga dipilih sebagai antikoagulan pada wanita hamil.
Warfarin bersifat teratogenik karena dapat menembus plasenta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi obat dapat menembus plasenta
6. OBAT KOMBINASI, obat yang mengandung banyak efek, contohnya obat flu yang
mengandung antipiretik, mengatasi batuk, membuat ngantuk
AGEN TERATOGENIK
AGEN TERATOGEN
→ bahan apapun yang jika diberikan kepada ibu yang sedang hamil dapat
menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi atau kelainan fungsi
fisiologis ataupun perkembangan jiwa janin atau pada anak setelah kelahiran.
1. Efek obat langsung terhadap janin, di mana akses obat ke janin ditentukan
oleh beberapa faktor seperti jumlah/kadar obat yang melewati sawar
plasenta, struktur biokimiawi (sistem enzimatik) dari plasenta, dan struktur
kimiawi dari obat itu sendiri (berat molekul, terionisasi atau tidak, larut
dalam lemak atau tidak).
2. Efek obat terhadap fungsi plasenta, di mana fungsi plasenta sebagai paru-
paru, ginjal, usus, hati, maupun sistem endokrin janin sebelum terbentuknya
organ-organ secara sempurna. Suatu obat/bahan yang dapat mengganggu
fungsi plasenta juga mengakibatkan gangguan pada janin.
3. Efek obat terhadap metabolisme atau fungsi tubuh ibu, misalnya terjadinya
tekanan darah tinggi pada saat kehamilan.
4. Tahap perkembangan janin dalam rahim.
Efek obat berbeda terhadap tahap-tahap perkembangan janin.
Ex : pada kehamilan yang sangat dini (sebelum tahap diferensiasi), sel-sel
embrionik bersifat omnipotent (berkembang menjadi berbagai bentuk organ) dan
setiap gangguan pada tahap ini cenderung berefek all or none, artinya terjadi
kerusakan sel secara total atau justru tidak ada efek sama sekali karena sifat
multipotent dari sel-sel tersebut.
Kategori A
Kategori B
Kategori C
Kategori D
Kategori X
PEDOMAN PEMBERIAN OBAT PADA WANITA HAMIL
Aspirin dosis tinggi bisa menyebabkan perdarahan pada ibu maupun bayinya.
Aspirin atau asam salisilat lainnya bisa menyebabkan peningkatan kadar
bilirubin dalam darah janin sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) dan
kadang kerusakan otak
2. Anti infeksi
Penisillin/ β-laktam merupakan obat yang relatif paling aman (termasuk amoksisilin,
sefalosporin).
Tetracyclin bisa melewati plasenta dan disimpan di dalam tulang serta gigi janin,
bercampur dengan kalsium, akibatnya pertumbuhan tulang menjadi lambat, gigi bayi
berwarna kuning dan emailnya lunak serta menjadi rentan terhadap karies. Resiko
terbesar terjadinya kelainan gigi terjadi jika tetrasiklin diminum pada pertengahan
sampai akhir kehamilan yaitu terjadi hipoplasiaenamel.
Fenitoin dapat menghambat sintesis asam folat dalam tubuh janin, sehingga
janin kekurangan asam folat yang penting bagi perkembangan otak dan
susunan saraf pusat. Akibatnya terjadi kecacatan pada janin, seperti bibir
sumbing, tempurung kepala tidak sempurna, cacat pada jari dan kuku kaki,
kelainan jantung, dan lain-lain.
Untuk mencegah efek yang tidak diinginkan ini, maka biasanya dokter
meresepkan juga asam folat untuk diminum bersama obat fenitoin
4. Antagonis Kalsium (verapamil, nifedipin, diltiazem)
→ dapat menyebabkan hipoksia fetal bila terjadi hipotensi pada ibu hamil tersebut.
5. Diuretik
→ dapat mengurangi volume plasma sehingga akan menurunkan perfusi uteroplasenta
6. Reserpin
→ tidak digunakan pada trimester 3 karena akan mengganggu termoregulasi pada
neonatal.
7. Penyekat Neuroadrenergik
→ dapat menyebabkan hipotensi postural, penurunan perfusi uteroplasental (contoh :
guanetedin)
8. ACE inhibitor
→ dapat meningkatkan mortalitas janin. ACE inhibitor dan thiazide biasanya tidak
digunakan selama kehamilan karena bisa menyebabkan masalah yang serius pada janin
Paracetamol → untuk ibu hamil diyakini aman, asalkan digunakan dalam
waktu yang singkat, dengan indikasi atau kebutuhan yang tepat. Parasetamol
diekskresikan ke dalam air susu ibu dalam konsentrasi kecil.
PENGGUNAAN OBAT SELAMA MASA MENYUSUI
Obat dapat mencapai ASI melalui mekanisme difusi pasif melewati membran.
Jumlah obat yang mencapai ASI tergantung pada gradien konsentrasi antara
plasma dan ASI, kelarutan obat di dalam lemak, pKa (konstanta disosiasi
asam), kapasitas ikatan protein, dan pH ASI.
pH ASI sedikit lebih rendah dari pada pH plasma, sehingga obat basa lemah
cenderung memiliki konsentrasi rasio ASI terhadap plasma yang lebih tinggi
dibandingkan obat asam lemah
Pedoman pemberian obat selama masa menyusui
Dipengaruhi oleh :
Kelarutan dalam lemak dan
derajat ionisasi obat
Ukuran/berat molekul (BM) obat
Transporter plasenta
Ikatan protein
Metabolisme obat oleh plasenta
dan janin
KelaruTan dalaM leMaK dan
derajaT IonIsasI oBaT
Nonionized, lipofilik cepat dan
mudah lewat
Ionized, sedikit larut lemak
sulit lewat
Tiopental, lipofilik cepat melewati
plasenta & dapat menyebabkan
sedasi / apneu pada bayi yg baru lahir
Suksinilkolin, derajat ionisasinya ,
lambat melewati plasenta, konsentrasi
di janin sangat rendah
BeraT MoleKul (BM) oBaT
250 - 500 mudah menembus plasenta
500 - 1000 lebih sulit >
1000 sangat sulit
IKaTan proTeIn
Ikatan Protein tinggi menyebabkan
obat sulit melewati plasenta
Ikatan protein yang tinggi dan BM
obat besar seperti heparin, insulin
tidak dapat melewati plasenta.
Namun, obat yang sangat larut
lemak, akan berdifusi secara cepat,
TransporTer plasenTa
Transporter P-
P-glycoprotein :
memompa kembali sejumlah obat
ke sirkulasi maternal, misalnya
obat kanker (vinblastine,
doxorubicin), protease inhibitor
kadarnya rendah di janin.
Glyburide tidak terukur didarah
umbilikal, karena di efluks dari
sirkulasi janin
MeTaBolIsMe oBaT oleh
plasenTa dan janIn
Ada 2 mekanisme.
Yang melindungi janin dari obat
yang ada di sirkulasi ibu :
Infeksi
Infeksi Saluran Kemih sering terjadi pada
Kehamilan.
- Golongan Penicillin : Tidak teratogenik
- Nitrofurantoin :
- tidak bahaya pada janin
- mual
- Tetracyclin : kontraindikasi pada kehamilan
- Kotrimoksazol :
- harus dihindari
- awal kehamilan Trimetoprim
. Reduksi ekstremitas
. Sumbing palatum
- Akhir kehamilan Sulfonamid dapat
melewati placenta dan menggeser
bilirubin dari tempat pengikatan
protein pada neonatus
- Aminoglikosid :
kerusakan N VIII janin
- Sefalosporin, Metronidazol tidak
menunjukan adanya kerusakan janin
- Kloramfenikol :
- dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskuler pada neonatus
- sebaiknya tidak digunakan pada
akhir masa kehamilan
TBC
INH, Etambutol cacat janin (-
( -)
Rifampisin deformitas janin
harus dihindari pada trimester I
Streptomisin gangguan pendengaran
tidak boleh digunakan
DM
Kehamilan pada DM mortalitas perinatal
2 x lipat
Bayi yang hidup rentan terhadap :
- respiratory distress syndroma
- hipoglikemia
- hipokalsemia
- ikterus
Tujuan terapi DM pada kehamilan :
mempertahankan konsentrasi glukosa
darah preprandial 3-
3-6 mmol/liter
(55--110 mg/100ml)
(55
DM Gestasional
80.0
10.2
60.0
40.0
49.1
20.0
0.0
Sumbar
DIY
Pabar
Sulteng
Jambi
Kalteng
Sulbar
INDONESIA
Lampung
Kalbar
Babel
Sumut
Jateng
Sumsel
Gorontalo
Jabar
NTT
Bali
Jatim
Sulsel
Sultra
Riau
Bengkulu
Papua
NTB
Banten
Kalsel
DKI
Kep.Riau
Malut
Aceh
Sulut
Kaltim
Maluku
0 - 0,9 1-9 10 - 25 26 - 32
Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
Jumlah Jumlah
Tablet/sekali Tablet/sekali
Pil Progestin Cara Pemberian Sediaan
minum* minum* 12 jam
Pertama kemudian
-Levonorgestrel 1,5 mg Dosis tunggal 0,03 mg 50 0
-Norgestrel 3 mg Dosis tunggal 0,075 mg 40 0
Kombinasi
2 kali, interval 12 jam EE 0,05 mg + 0,25 mg Lv 2 2
2 kali, interval 12 jam EE 0,02 mg + 0,1 mg Lv 5 5