Anda di halaman 1dari 169

KONTRASEPSI

DIAN AYU JUWITA, M. FARM, APT


KONTRASEPSI

 Kontra : mencegah
 Conception/konsepsi : Kehamilan (bertemunya
sperma dan ovum (fertilisasi)
MACAM KONTRASEPSI
 Hormonal :
PIL
Suntikan
Implant
 Non hormonal
Cara Alamiah
IUD/AKDR
Kontap
ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN

 Acceptability : penerimaan o/ masy


 Efficacy : efektif/tdk

 Safety : keamanan
I. CARA ALAMIAH

 Pantang berkala
→ tidak melakukan coitus (hub seksual) pada
saat masa subur

 Coitus Interuptus
II. CARA SEDERHANA

 Kondom
 Jelly

 Spermaticide (bhn kimia yg diletakkan di


vagina yg bisa membunuh sperma)
III. PIL

 Pembagian :
Pil kombinasi
Mini pil
After morning pil
BAHAN AKTIF
 Pil Kombinasi :
Estrogen
progesteron
 Mini Pil :
Progesteron
 Morning After pil :
Levonorgestrel
MEKANISME KERJA

 Menekan ovulasi : estrogen tinggi → menekan


hipofisa → indung telur tidak berkembang →
tidak tjd ovulasi
 Meningkatkan kekentalan lendir serviks

 Membuat endometrium tidak nyaman untuk


implantasi
SIDE EFFECT

 Menghambat produksi ASI


 Mual & muntah

 Pusing

 Varices

 dll
KONTRA INDIKASI

 Varices
 Laktasi

 Hipertensi

 Dicurigai hamil

 Kel neurologik
KEUNTUNGAN
 Efektif
 Tidak mengganggu hub. Sex
 Bisa jangka panjang
 Kembali kesuburan cepat
 Dapat dipakai pada usia muda
 Mudah dihentikan
 Mengurangi dismenorea
 Siklus haid teratur
KERUGIAN

 Membosankan
 Butuh disiplin yg tinggi

 Tidak bisa mencegah PHS (penyakit hub sex)

 Biaya relatif tinggi


EFEKTIVITAS

 Kegagalan : 1/1000 akseptor


IV AKDR (IUD)

 Macam-macam IUD
Plastik saja (lippes loop)
Plastik + logam (Cu 7, Cu T)
Plastik + logam + hormon

Plastik : polyethylen
Logam : Cu, Ag
MEKANISME KERJA

 Mencegah bertemu sperma dan ovum


 Pengentalan lendir serviks

 Mencegah implantasi

 Sebagai korpus alienum


EFEKTIVITAS

 Tergantung IUDnya (90-99%)


SIDE EFEK

 Rasa kram diperut bawah (awal)


 Spoting

 Meningkatkan keputihan

 infeksi
KONTRAINDIKASI

 Dicurigai hamil
 Perdarahan pervaginam yg tidak jelas
sebabnya
 Infeksi genitalia

 Dicurigai Ca. serviks


V. SUNTIKAN

Mekanisme Kerja
✓ Menghambat ovulasi

✓ Menipiskan lap endometrium

✓ Mengentalkan lendir serviks


SIDE EFEK & KI

 Hampur sama dg yg lain


VI. IMPLANT

 Nama lain
Susuk KB
AKBK (alat kontrasepsi bawah kulit)
Sub dermal contraception
BAHAN AKTIF

 Levonorgestrel (LNG) : suatu preparat sintetik


dari progesteron
 Masa kerja : 5 tahun
SIDE EFEK & KI

 Sama dg yg lain
EFEKTIVITAS

 Failure rate : 1-2 %


VII. KONTAP/ STERILISASI

→ Tindakan membuat oclusi (tersumbat) pada


tuba falopi (diikat/dipotong)
INDIKASI

 Cukup anak
 Tidak boleh hamil krn penyakit tertentu
KONTRAINDIKASI

 Tidak ada izin suami


 Tidak bisa dilakukan pembiusan

 Penyakit kulit pada daerah operasi


EFEFTIVITAS

 Mendekati 100 % asal dikerjakan dengan


benar
VASEKTOMI

 Operasi sterilisasi pria yg dilakukan dg


menutup sal. Vas deferens yg membawa
sperma dari testis k sistem reproduksi
Dian Ayu Juwita, M. Farm, Apt
AMENOREA
Pengertian
→keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang
wanita

→Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum


pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah
menopause
Amenorea Primer
→keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita
berumur 18 tahun ke atas, tidak pernah mendapatkan
menstruasi.

→Terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia reproduksi


Amenorea sekunder

→tidak terjadinya haid setelah menarche atau pernah


mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama
3 bulan
Penyebab Amanorea sekunder
 kehamilan
 penggunaan pil kontrasepsi misalnya pilKB
 masa menyusui
 Stress
 gangguan keseimbangan hormon tubuh
 kelebihan dan kekurangan berat badan
 gangguan pada kelenjar tiroid, terjadi pada produksi
prolaktin yang mempunyai fungsi sebagai kesuburan
wanita
 dll
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar terhindar
dari amenorea diantaranya :

 Atur pola hidup sehat


 Kurangi stres dan beban pikiran
 Seimbangkan antara kerja, rekreasi dan istirahat
 Periksa ke dokter kandungan jika tidak haid selama 3
bulan berturut-turut
Pemeriksaan
 Pemeriksaan organ dalam reproduksi (sal. Reproduksi,
indung telur, perlekatan dlm rahim) melalui
pemeriksaan USG, MRI (magnetic resonance
imaging), histeroskopi
Dismenore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa Yunani
“dys” bearti gangguan/nyeri hebat / abnormalitas,
“meno” berati bulan
“rrhea”berarti aliran,

sehingga dismenore (dysmenorrhoea) dapat diartikan


dengan gangguan aliran darah haid
Klasifikasi Dismenore
Dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada
tidaknya kelainan yang dapat diamati

Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi


menjadi:
 dismenore spasmodik
 dismenore kongestif
Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang
dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi menjadi

 Dismenore primer
 Dismenore sekunder.
Faktor Penyebab dan Faktor Resiko
 Faktor Kejiwaan
 Faktor Konstitusi
 Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
 Faktor Endokrin
 Faktor Alergi
PENATALAKSANAAN
 Farmakologis
NSAID, Vitamin B1, Vitamin E, juga menunjukkan efek
yang dapat mengurangi nyeri haid

 Non-Farmakologis
Akupunktur, pemakaian herbal, relaksasi, terapi panas,
senam
TERAPI SULIH HORMON
Dian Ayu Juwita, M.Farm, Apt
Menopause

A. Diagnosis
 Diagnosis sindrom menopause sangatlah tergantung
kepada fasilitas dan peralatan yang dimiliki oleh
masing-masing sarana pelayanan kesehatan sep;
(fasilitas laboratorium,dsb)
 Diagnosis dapat ditegakan secara sederhana sebagai
berikut ;
1. Anamnesis
a. Perempuan berusia 40 tahun atau lebih
b. Gangguan siklus haid berupa haid yang mulai tidak
teratur atau tidak haid dalam jangka waktu 12 bulan
c. Riwayat operasi pengangkatan kedua
indung telur
d. Keluhan sindroma menopause sep;
gejolak panas, keringat malam, sukar
konsentrasi, mudah pingsan, rambut
rontok, gigi goyang, ngilu pada
persendian dsb
e. Tidak haid selama 1 tahun walaupun
tanpa atau gejala sindroma menopause.
Pengobatan pasien bertujuan untuk
mencegah timbulnya penyakit akibat
kekurangan estrogen
2. Pemeriksaan fisik
a. Sesuai dengan keluhan pasien ( gejolak panas,
vagina kering, keputihan, ngilu tulang, dsb)
b. Perabaan payudara
c. Lihat vulva, vagina dan serviks

3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang


a. Sitologi vagina dijumpai gambaran atrofi
b. Kadar hormon - FSH > 30 UI/ml
- Estradiol < 50 pg/ml
c. Densitometer tulang untuk mendeteksi
osteoporosis
b. Pencegahan
 Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh
petugas kesehatan adalah
1). Lihat cervik, vulva dan vagina
 Perhatikan bagaimana permukaan luar alat
kemaluan; normal, adakah luka lecet, adakah
infeksi jamur atau adakah pertumbuhan abnormal
 Untuk melihat mukosa vagina dan serviks, dapat
dipergunakan cocor bebek lihat permukaan
mukosa vagina adakah cairan keputihan, atau
tidak, permukaannya rata atau berbenjol, adakah
pertumbuhan yang abnormal
 Lihat cerviks secara teliti apakah permukaannya
rataatau berbenjol atau terdapat pertumbuhan
yang abnormal, rapuh dan mudah berdarah
 Perhatikan warna dari cerviks, normal atau
merah, karena proses radang, bubuhi
permukaan cerviks dengan larutan asam cuka
3 %,perhatikan apakah ada gambaran bercak
putih pada permukaan cerviks tersebut
 Jika ditemukan pertumbuhan yang abnormal,
serviks yang rapuh dan mudah berdarah,
tanda-tanda peradangan hebat pada
permukaan vagina atau cerviks, dan dijumpai
bercak putih pada serviks yang telah dibubuhi
asam cuka 3 %, maka lakukan rujukan ke pusat
pelayanan kesehatan dengan fasilitas dokter
obgyn
2). Papsmir
 Lakukan pengusapan permukaan dalam serviks
(endocerviks) dan permukaan luar cerviks (ektoserviks)
dengan spatula Ayre yang terbuat dari kayu atau
plastik dn dapat juga kombinasi spatula dengan
cytobras
 Letakan hasil usapan tersebut kepermukaan kaca
obyek, untuk mempererat perlengketan sel endo dan
ekto kepermukaan kaca obyek tersebut dapat
dilakukan perendaman dengan alkohol 75 % selama 20
menit kemudian dikeringkan atau dapat pula
membiarkannya kering tanpa perendaman dengan
alkohol
 Kirim kaca obyek ini ke laboratorium untuk pewarnaan
dan penilaian hasil
 Hasil dinyatakan baik tidak dijumpai tanda-tanda
infeksi bakteri atau jamur dan tidak dijumpai adanya sel
abnormal seperti displasia atau kanker
Pengobatan/Terapi

1). Terapi Hormon Pengganti/Terapi Sulih Hormon


 Pemberian hormon estrogen alamiah telah terbukti
bermanfaat untuk mengatasi masalah yang timbul
pada perempuan menopause akibat menurunnya
kadar hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung
telur
 Di kenal dengan nama Hormonal Replacement
Therapy (HRT) atau Terapi Hormon Pengganti (THP) atau
istilah lain Terapi Sulih Hormon (TSH)
 Caranya memberikan sediaan estrogen dari luar
(eksogen), untuk menggantikan peran estrogen
endogen yang telah berkurang produksinya
Prinsip Dasar THP
1. Tujuan THP adalah untuk menghilangkan keluhan,
pencegahan atau pengobatan
2. Lebih diutamakan penggunaan estrogen dan
progesteron alamiah
3. Bila sudah tidak memiliki rahim dapat digunakan
estrogen saja
4. Dimulai dengan dosis estrogen paling rendah,
namun cukup mencegah osteoporosis dan
jantung koroner
5. Estrogen sebagai hormon pengganti harus
diberikan secara kontinyu
6. Bila masih memiliki rahim harus diberikan
kombinasi antara estrogen dan progesteron
7. Lama pemberian progesteron minimal 12-14 hari
perbulan
8. Dosis progesteron dimulai dari yang terendah
namun masih cukup untuk mencegah kelainan
endometrium
9. Terapi sekuensial terutama ditujukan kepada
perempuan yang masih menginginkan terjadinya
siklus haid (pra menopause)
10. Terapi kontinyu terutama ditujukan kepada
perempuan yang sudah tidak menginginkan haid
kembali (pasca menopause)
11. Estrogen yang dapat dikombinasikan dengan
androgen seperti dehidro- epiendosteron sulfat
(DHEAS), terutama bgi perempuan dengan
penurunan libido
Beberapa Cara Pemberian THP

1. Regimen I (mengandung estrogen saja)


Regimen ini bermanfaat untuk perempuan yang
telah diangkat rahimnya estrogen diberikan tiap
hari tanpa terputus (kontinyu)
2. Regimen II (estrogen dan progestogen)
 Kombinasi sekuensial; estrogen diberikan kontinyu,
dengan progestogen diberikan sekuensial hanya
10-14 hari setiap 1 siklus dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya hiperplasia endometrium
lebih baik diberikan kepada perempuan di usia
pra atau peri menopause karena mereka masih
menginginkan siklus haid yang teratur
Estrogen dan progestogen diberikan
bersamaan secara kontinyu tanpa terputus.
Cara ini akan menimbulkan keluhan tidak
haid (amenorea)
Pada 3-6 bulan pertama dapat saja terjadi
perdarahan bercak. Tepat diberikan pada
perempuan pasca menopause, karena
tidak menginginkan datangnya haid
Cara Terapi Hormon Pengganti

Regimen Estrogen Progestogen Catatan


I. Estrogen saja Kontinyu Tidak Perlu Tanpa Rahim
II. Kombinasi Estrogen dan Progestogen (standar perempuan yang memiliki rahim)

a. Kombinasi Kontinyu Sekuensial (10- Perdarahan


sekuensial 14 hari lucut
persiklus)

b. Estrogen dan Kontinyu Tidak haid


Kontinyu atau
Progestrogen perdarahan
Kontinyu bercak
Jenis Jenis Obat

Jenis-jenis sedian estrogen


 Jenis estrogen dapat dibagi berdasarkan
komposisi kimiawinya;
1. Estrogen Alamiah
adalah estrogen konyugasi, 17 beta estradiol (
dalam bentuk mikrones atau bukan mikrones),
estron dan estriol
2. Estrogen sintetik
adalah etinil estradiol, mestranol, dan dietil –
stilbesterol, Saat ini hanya etinil- estradiol yang
aman untuk dipergunakan sebagai obat
kontrasepsi
 Preparat estrogen sintetik merupakan estrogen
yang kuat, sehingga sangat tidak dianjurkan untuk
dipergunakan sebagai terapi hormon pengganti
pada perempuan menopause
 Namun untuk daerah terpencil dengan tingkat
sosial ekonomi masyarakat yang rendah Pil
kontrasepsi yang mengandung estrogen dengan
dosis kecil 20 -30 igram etinil estradiol masih dapat
dipergunakan sebagai Terapi pengganti hormon
asal dilakukan dengan pengawasan yang ketat
 Cara pemberian obat sedian estrogen yang ada di
Indonesia saat ini adalah per oral, krim vagina atau
plester (“path” perkutanius)
Jenis Estrogen Yang Dianjurkan

Cara
Jenis (kontinyu) Dosis per Hari
Estrogen Konyugasi Oral 0,3 - 0,625 mg
Oral 1 - 2 mg
17 β Estradiol Transdermal 50 - 100 mg
Subkutan 25 mg
Estradiol Valerat Oral 1 - 2 mg
Estradiol (etron sulfat Oral 0,625 mg - 1,25 mg
piperasin)
Jenis Persedian Progesteron

Tersapat dua jenis progesteron yaitu turunan ;


1. Progesteron (C-21) yang bersifat alamiah
Sepert; medroksi- progesteron asetat (MPA,
didrogesteron, siproteron asetat, medrogestone,
mikrones progesteron
2. Progesteron 19- nortestosteron yang bersifat Sintetik
Sepert; 0,7 – 1 mg noretisteron, 150 igram norgestrel, 75
igram levonorgestrel, desogestrel, gestoden,
norgestimate
 Untuk Keperluan THP dipilih progedteron yang bersifat
alamiah, karena proses metabolisme obat ini tidak
terlalu membebani hati
 Manfaat pemberian progesteron bersamaan
dengan estrogen terutama adalah untuk
mencegah timbulnya hiperplasia endometrium
akibat penggunaan estrogen tunggal
 Lam pemberian 10 hari dan lebih baik jika diberikan
selama 12 – 14 hari dalam setiap bulannya
 Progesteron tidak perlu diberikan pada perempuan
menopause yang rahimnya telah diangkat (post
Histrektomi)
 Pemberian Progesteron yang ada di Indonesia
adalah per oral
Jenis Dan Dosis Progesteron
Yang Dianjurkan

JENIS TERAPI SEKUENSIAL TERAPI KONTINYU


(per hari) (per hari)
Progesteron 300 mg 100 mg

Medroksi Progesteron 10 mg 2,5 – 5 mg


Asetat (MPA)

Siproteron asetat 1 mg 1 mg

Disrogesteron 10- 20 mg 10 mg
Sedian yang Memiliki sifat
Estrogenik, Progestogenik dan
androgenik
 Sediaan steroid sintetik yang memiliki sifat Estrogenik,
Progestogenik dan androgenik sekaligus adalah Tibolon
 Obat ini dapat memperbaiki keluhan klimakterik dan
mengatasi masalah keropos tulang, tanpa menimbulkqn efek
hiperplasia endometrium
 Penggunaan sediaan ini tidak memerlukan pemberian sedian
progesteron lagi
 Tibolon bermanfaat diberikan bagi perempuan menopause
yang tidak menginginkan adanya perdarahan haid lagi
 Efek sampingnya adalah rasa mual di awal-awal terapi dan
hanya kurang 10 persen pemakai yang mengeluh timbul
perdarahan pervaginam
 Dosias awal yang dianjurkan adalah 2,5 mg/per hari per oral
JENIS OBAT HRT/THP/TSH YANG ADA DI INDONESIA

Cara Kandungan Nama Dagang


Oral
17 β Estradiol 1-2 mg Estrofem
Esttrogen saja Estrogen konyugasi 0,3 mg Premarin
0,625 mg ; 1,25 mg
Estropipat 0,625 - 1,25 mg Ogen
Estradiol Valerat 1 -2 mg Proginova
17 β Estradiol Femseven
Medroksi Progesteron asetat Provera
(MPA) 5 - 10 mg
Didrogesteron 10 mg Duphaston
Progesteron saja Noretisteron 5 mg Primolut N
Norelut
Linesterenol 5 mg Endometril
Alilestrenol 5 mg Premaston
Pregnolin
Cara Kandungan Nama Dagang
Oral
Estradiol Valerat 2 mg + Dilena
Medroksi Progesteron asetat
(MPA) 10 mg
Kombinasi E +P Estradiol Valerat 2 mg + Climent
Sekuensial Siproteron asetat 2 mg
17 β Estradiol 1 - 2 mg + Trisequens
Noretisteron asetat 1 mg
Kombinasi E +P 17 β Estradiol 2 mg + Kliogest
Kontinyu Noretisteron asetat 1 mg
E + P +A Tibolon Livial
(Khusus) Kontinyu
Testosteron andekonoat 40 mg Andriol
Androgen saja Mesterolon 25 mg Proviron
Fluoksimestron 5 mg Halotestin
Krim vagina
Esttrogen saja Estriol Ovestin
Lama Dan Saat Pemberian
THP/TSH
 Lama pemberian THP pada perempuan
menopause selama mungkin sampai usia lanjut
karena banyak manfaatnya
 THP dapat mulai diberikan sejak perempuan
mengalami sindrom klimakterik yaitu sejak usia pra
menopause
 Tidak ada kata terlambat untuk pemberian THP ini,
sehingga boleh diberikan pertama kali pada
perempuan pasca menopause yang telah berusia
60 tahun atau lebih
 Penyembuhan sindrom klimakterik dalam THP
memerlukan waktu sekitar 3 bulan, setelah 6 bln
pengobatan keluhan belum menghilang harus
dicari faktor penyebab lain
Selama THP Perlu Kontrol dengan
Jadual
Setelah 1 Bulan
 Amati adanya keluhan yang biasanya
berhubungan dengan dosis dan cara pemberian
THP
 Bila tak ada keluhan maka dosis, cara dan jenis
terapi dapat diteruskan
Setelah 3 Bulan
 Ukur tekanan darah, bila tinggi dapat diberikan
obat anti hipertensi dan bila tetap sukar
dikendalikan ganti dengan cara lain sep; plester
 Bila terdapat bercak perdarahan pervaginam,
ganti cara pemberian obat, ganti jenis laiannya
 Bila ada efek samping berupa mual, sakit kepala,
bertambah BB, payudara kencang, keputihan, rasa
gatal pada vagina, turunkan dosis estrogen atau pilih
cara lain seperti krim atau plester
Setelah Itu, untuk setiap 6-12 bulan
 Periksa organ ginekologi; lihat serviks, atau lakukan
papsmir, bila memungkinkan
 Amati efek samping yang timbul
 Amati keberhasilan terapi
 Lakukan perabaan payudara
Setelah 12 bulan
 Lakukan perabaan payudara, mammografi bila ada
 Ulangi mammografi setiap 1 tahun kalau ada risiko
kanker payudara kalau tidak dilakukan setiap 2 tahun
PEMAKAIAN OBAT PADA
KEHAMILAN

DIAN AYU JUWITA, M. FARM, APT


 Kehamilan adalah suatu fenomena fisiologis yang dimulai sejak konsepsi dan
diakhiri dengan proses persalinan.

 Tiga periode berdasarkan lamanya kehamilan, yaitu :


1).Kehamilan Trimester I : 0 –12 Minggu
2). Kehamilan Trimester II : 12 –28 Minggu
3). Kehamilan Trimester III : 28 –40 Minggu

Pada ibu hamil terjadi perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik yang


diakibatkan oleh perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan. Pemberian
obat pada ibu hamil juga harus memperhatikan pengaruh obat pada janin
 Efek obat pada wanita hamil dapat berubah karena perubahan endokrin yang
disesuaikan dengan tahap kehamilan.

 Adanya perubahan fisiologis selama kehamilan memerlukan penggunaan obat


yang berbeda dengan wanita yang tidak hamil.

 Dalam memberikan obat pada masa kehamilan, banyak hal harus


dipertimbangkan antara manfaat pemberian obat bagi ibu dengan risiko yang
dapat ditimbulkan terhadap janin.
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK PADA IBU HAMIL

 1. Kecenderungan pH lambung yang menjadi lebih basa, pH lambung


meningkat 30-40%.
Hal ini dikarenakan penurunan produksi/sekresi asam lambung, akibatnya
obat dengan penyerapan dalam lingkungan yang asam absorbsinya menurun dan
obat dengan penyerapan pada lingkungan basa absorbsinya akan meningkat.
Aspirin yang diserap dalam lingkungan asam absorbsinya akan menurun.

 2. Motilitas gastrointestinal/usus pada ibu hamil mengalami penurunan,


Akibatnya absorbsi obat akan meningkat apabila obat tidak dimetabolisme di
lumen usus dan langsung diserap, misalnya digitalis. Absorbsi akan menurun
apabila obat dimetabolisme di lumen usus dan tidak langsung diserap, contohnya
klorpromazin
PERUBAHAN FARMAKOKINETIK PADA IBU HAMIL
 3. Ibu hamil mengalami peningkatan volume plasma dan cairan, dan
meningkat sampai 50% pada akhir kehamilan, akibatnya obat yang
diberikan dalam volume kecil (volume distribusinya kecil), kadarnya akan
rendah dalam tubuh walaupun diberikan pada doses lazim. Ex: ampisilin

 4. Selama akhir kehamilan, Ibu hamil mengalami penurunan albumin


sampai 20%.
Obat asam lemah terikat dengan albumin, obat basa lemah terikat pada
alfa-1 glikoprotein → fraksi bebas obat yg bersifat asam meningkat, fraksi
bebas obat yg bersifat basa menurun. Ex : diazepam, fenitoin→ meningkat

 5. Ibu hamil mengalami peningkatan eliminasi renal akibat peningkatan


aliran darah sehingga obat yang masuk akan mudah diekskresikan
PENGARUH OBAT SELAMA KEHAMILAN TERHADAP JANIN
 Pada dasarnya ibu dan janin dipisahkan/dibatasi oleh suatu barier yaitu plasenta.

 Plasenta merupakan sebuah sawar lemak antara sirkulasi darah ibu dan janin. Obat
melintasi plasenta dengan cara difusi pasif, difusi fasilitas dan transpor aktif.
Kebanyakan obat berpindah dengan mekanisme difusi pasif.

 Apabila obat dapat menembus plasenta, obat akan sampai kepada fetus atau
janin.
Obat pada janin dapat bersifat*
A. toksik
B. teratogen
C. lethal

 *tergantung pada periode perkembangan fetus.


 Pengaruh toksik : jika obat yang diminum selama kehamilan menyebabkan
terjadinya gangguan fisiologi atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan
biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran

 Bersifat teratogenik : jika menyebabkan terjadinya mal formasi anatomic


pada pertumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik biasanya terjadi pada
dosis subletal

 Letal :menyebabkan kematian janin dalam kandungan


PENGARUH OBAT SELAMA KEHAMILAN TERHADAP JANIN

 Fase Implantasi : Apabila obat memapar janin pada usia kehamilan kurang 3
minggu, fase implantasi akan terganggu akibatnya janin dapat
lethal/mati/abortus.

 Fase embrional/ organogenesis : Apabila obat memapar janin pada usia


kehamilan 3-8 minggu akan mengganggu proses embrional/organogenesis sehingga
akan terjadi malformasi yang mengakibatkan cacat bawaan, gangguan
fungsional/metabolik yang permanen, kematian janin

 Fase Fetal : Jika obat memapar janin pada usia kehamilan trimester II-III, janin
akan mengalami gangguan pertumbuhan/fungsi fisiologik atau kimiawi organ. Ex :
depresi pernafasan pada neonatus akibat ibu menggunakan obat fenotiazin

 Adapun obat yang dikonsumsi ibu sesaat sebelum kelahiran dapat menyebabkan
efek samping pada kelahiran atau pada neonatus setelah kelahirannya
Faktor-faktor yang mempengaruhi obat dapat menembus plasenta

 1. SIFAT FISIKOKIMIAWI OBAT


 a. Berat molekul obat
→ mempengaruhi laju transfer obat dan jumlah obat yang ditransfer.
Obat dengan berat molekul yang besar cenderung tidak dapat melewati plasenta.
Obat dengan BM 250-500 dapat menembus plasenta dengan mudah tergantung pada
kelarutan dalam lipid serta derajat ionisasinya.
Obat dengan BM 500-1000 lebih sulit menembus plasenta
obat dengan BM lebih dari 1000 sangat sedikit dapat menembus plasenta.

Ex : Heparin tidak dapat menembus plasenta karena memiliki berat molekul sangat besar
sehingga dipilih sebagai antikoagulan pada wanita hamil.
Warfarin bersifat teratogenik karena dapat menembus plasenta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi obat dapat menembus plasenta

 b. Obat lipofilik (mudah larut dalam lemak) cenderung menyebar dengan


mudah menembus plasenta dan memasuki sirkulasi janin, misalnya
thiopental.

 c. Obat terionisasi. Makin mudah obat terionisasi makin lambat difusinya


karena dalam bentuk ion obat hanya akan bereaksi dengan ion tertentu saja.
Misalnya, obat yang sangat mudah mengion seperti succinylcholine dan
tubocurarine menembus plasenta perlahan-lahan dan mencapai konsentrasi
yang sangat rendah pada janin
Faktor-faktor yang mempengaruhi obat dapat menembus plasenta

 2. KECEPATAN MENEMBUS PLASENTA DAN JUMLAH YANG MENCAPAI JANIN


→ Kecepatan obat untuk menembus plasenta tergantung pada volume dan
vaskularisasi pada daerah tersebut. Jika volume/vaskularisasi besar,
kemungkinan menembus plasenta juga besar. Pada ibu hamil terjadi peningkatan
cairan plasma dan keadaan ini menimbulkan peningkatan volume yang besar
untuk distribusi obat.

 3. DURASI PAPARAN → makin lama menggunakan obat makin besar


kemungkinan obat menembus plasenta.

 4. DISTRIBUSI OBAT DI JANIN → Semakin banyak obat yang diabsorbsi ibu,


semakin banyak juga obat yang terdistribusi di janin
Faktor-faktor yang mempengaruhi obat dapat menembus plasenta

 5.PERIODE PERKEMBANGAN JANIN


 → Makin tua usia kehamilan makin tipis sawar plasenta dan makin besar
kemampuan plasenta memetabolisme obat.
Pada trimester I, sangat mudah terjadi malformasi. Pada usia kehamilan
yang lebih tua, yang akan terganggu adalah fungsi dari organ tersebut.
Periode paling kritis dari pertumbuhan embrio dimulai sekitar 17 hari
pascakonsepsi (pasca pembuahan) saat sistem organ sedang berkembang, hingga
60-70 hari.

6. OBAT KOMBINASI, obat yang mengandung banyak efek, contohnya obat flu yang
mengandung antipiretik, mengatasi batuk, membuat ngantuk
AGEN TERATOGENIK

 AGEN TERATOGEN
 → bahan apapun yang jika diberikan kepada ibu yang sedang hamil dapat
menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi atau kelainan fungsi
fisiologis ataupun perkembangan jiwa janin atau pada anak setelah kelahiran.

Tidak semua agen teratogenik adalah obat-obatan.

Beberapa kondisi dapat menjadi agen teratogenik, seperti penggunaan alkohol,


kokain, paparan merkuri, radiasi, sitomegalovirus, rubella, sifilis, toksoplasmosis,
varicella, dan kondisi hipotiroid serta diabetes pada ibu.
Mekanismenya

 1. Efek obat langsung terhadap janin, di mana akses obat ke janin ditentukan
oleh beberapa faktor seperti jumlah/kadar obat yang melewati sawar
plasenta, struktur biokimiawi (sistem enzimatik) dari plasenta, dan struktur
kimiawi dari obat itu sendiri (berat molekul, terionisasi atau tidak, larut
dalam lemak atau tidak).

 2. Efek obat terhadap fungsi plasenta, di mana fungsi plasenta sebagai paru-
paru, ginjal, usus, hati, maupun sistem endokrin janin sebelum terbentuknya
organ-organ secara sempurna. Suatu obat/bahan yang dapat mengganggu
fungsi plasenta juga mengakibatkan gangguan pada janin.

 3. Efek obat terhadap metabolisme atau fungsi tubuh ibu, misalnya terjadinya
tekanan darah tinggi pada saat kehamilan.
 4. Tahap perkembangan janin dalam rahim.
Efek obat berbeda terhadap tahap-tahap perkembangan janin.
Ex : pada kehamilan yang sangat dini (sebelum tahap diferensiasi), sel-sel
embrionik bersifat omnipotent (berkembang menjadi berbagai bentuk organ) dan
setiap gangguan pada tahap ini cenderung berefek all or none, artinya terjadi
kerusakan sel secara total atau justru tidak ada efek sama sekali karena sifat
multipotent dari sel-sel tersebut.

 5. Kerentanan genetik atau genetic susceptibility, di mana masing-masing ras


atau suku diketahui memiliki kecenderungan yang berbeda terhadap efek
suatu obat.
KATEGORI OBAT PADA MASA KEHAMILAN MENURUT FDA

 Kategori A
 Kategori B
 Kategori C
 Kategori D
 Kategori X
PEDOMAN PEMBERIAN OBAT PADA WANITA HAMIL

 1. Pertimbangkan perawatan tanpa obat


 2. Obat hanya diresepkan jika manfaat yang diperoleh ibu lebih besar
daripada resiko kepada janin
 3. Hindari penggunaan obat pada trimester pertama kehamilan
 4. Penggunaan obat trimester 1 dan 2 selalu konsultasikan dengan dokter,
termasuk pemakaian beberapa bahan kosmetik
 5. Apabila diperlukan, gunakan obat yang keamanannya terhadap ibu hamil
telah diketahui dengan pasti
 6. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dan jangka waktu
sesingkat mungkin
 7. Hindari polifarmasi
 8. Pertimbangkan penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada
beberapa obat, seperti misalnya fenitoin, litium.
Obat yang perlu mendapat perhatian khusus selama kehamilan

1. Anti inflamasi non steroid (AINS) atau non steroid anti


inflammatory drug (NSAID)

 Obat ini kerjanya menghambat sintesa prostaglandin sehingga kemungkinan


akan terjadi gangguan pada trimester III. Akibat yang mungkin muncul yaitu
persalinan lama. Jika digunakan pada akhir kehamilan, obat anti peradangan
non-steroid bisa menyebabkan berkurangnya jumlah cairan ketuban.

 Aspirin dosis tinggi bisa menyebabkan perdarahan pada ibu maupun bayinya.
Aspirin atau asam salisilat lainnya bisa menyebabkan peningkatan kadar
bilirubin dalam darah janin sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) dan
kadang kerusakan otak
2. Anti infeksi

 Penisillin/ β-laktam merupakan obat yang relatif paling aman (termasuk amoksisilin,
sefalosporin).

 Tetracyclin bisa melewati plasenta dan disimpan di dalam tulang serta gigi janin,
bercampur dengan kalsium, akibatnya pertumbuhan tulang menjadi lambat, gigi bayi
berwarna kuning dan emailnya lunak serta menjadi rentan terhadap karies. Resiko
terbesar terjadinya kelainan gigi terjadi jika tetrasiklin diminum pada pertengahan
sampai akhir kehamilan yaitu terjadi hipoplasiaenamel.

 Aminoglikosida (streptomycin dan canamycin) : kategori D, dapat mengenai N VIII


sehingga menyebabkan gangguan pendengaran pada telinga bagian tengah janin dan
kemungkinan menyebabkan ketulian (efek ototoksik) dan kerusakan ginjal tingkat
seluler pada janin (nefrotoksik).
 Chloramphenicol : pemberian pada timester II dan III dimana hepar belum
matur → sindroma grey, selain itu pernafasan yg cepat dan tidak teratur.
Pemberian selama kahamilan dihindari, terutama pd minggu terakhir
menjelang kelahiran dan selama menyusui

 Ciprofloxacin tidak boleh diberikan kepada ibu hamil karena bisa


menyebabkan kelainan sendi pada hewan percobaan.

 Sulfonamida yang diminum di akhir kehamilan bisa menyebabkan jaundice


pada bayi baru lahir, yang bisa menyebabkan kerusakan otak → Sulfonamida
mampu mendesak bilirubin dari tempat ikatannya dengan protein
3.Obat-obat golongan barbiturat dan golongan benzodiazepine

 dapat mengakibatkan ketergantungan obat pada janin.

 Fenitoin dapat menghambat sintesis asam folat dalam tubuh janin, sehingga
janin kekurangan asam folat yang penting bagi perkembangan otak dan
susunan saraf pusat. Akibatnya terjadi kecacatan pada janin, seperti bibir
sumbing, tempurung kepala tidak sempurna, cacat pada jari dan kuku kaki,
kelainan jantung, dan lain-lain.

 Untuk mencegah efek yang tidak diinginkan ini, maka biasanya dokter
meresepkan juga asam folat untuk diminum bersama obat fenitoin
4. Antagonis Kalsium (verapamil, nifedipin, diltiazem)
→ dapat menyebabkan hipoksia fetal bila terjadi hipotensi pada ibu hamil tersebut.

5. Diuretik
→ dapat mengurangi volume plasma sehingga akan menurunkan perfusi uteroplasenta

6. Reserpin
→ tidak digunakan pada trimester 3 karena akan mengganggu termoregulasi pada
neonatal.

7. Penyekat Neuroadrenergik
→ dapat menyebabkan hipotensi postural, penurunan perfusi uteroplasental (contoh :
guanetedin)

8. ACE inhibitor
→ dapat meningkatkan mortalitas janin. ACE inhibitor dan thiazide biasanya tidak
digunakan selama kehamilan karena bisa menyebabkan masalah yang serius pada janin
 Paracetamol → untuk ibu hamil diyakini aman, asalkan digunakan dalam
waktu yang singkat, dengan indikasi atau kebutuhan yang tepat. Parasetamol
diekskresikan ke dalam air susu ibu dalam konsentrasi kecil.
PENGGUNAAN OBAT SELAMA MASA MENYUSUI

 Terapi obat pada ibu menyusui harus memperhatikan kemungkinan adanya


ekskresi obat ke dalam air susu ibu (ASI) yang dapat memberikan efek yang
tidak diinginkan terhadap bayi.

 Obat dapat mencapai ASI melalui mekanisme difusi pasif melewati membran.
Jumlah obat yang mencapai ASI tergantung pada gradien konsentrasi antara
plasma dan ASI, kelarutan obat di dalam lemak, pKa (konstanta disosiasi
asam), kapasitas ikatan protein, dan pH ASI.

 pH ASI sedikit lebih rendah dari pada pH plasma, sehingga obat basa lemah
cenderung memiliki konsentrasi rasio ASI terhadap plasma yang lebih tinggi
dibandingkan obat asam lemah
Pedoman pemberian obat selama masa menyusui

1. Pertimbangkan rute pemberian obat yang dapat menurunkan ekskresi obat ke


dalam ASI
2. Hindari formulasi obat yang long action, misalnya sustained release
3. Jika memungkinkan hindari penggunaan jangka lama
4. Hindari menyusui selama konsentrasi obat mencapai puncak plasmanya
5. Obat dosis tunggal diminum sesaat sebelum periode tidur bayi paling lama.
6. Jika memungkinkan rencanakan menyusui sebelum pemberian dosis obat berikutnya
7. Selalu mengamati bayi terhadap tanda-tanda yang tidak biasa, seperti sedasi,
iritasi, penurunan nafsu makan, kesulitan menelan
8. Tidak melanjutkan menyusui selama terapi obat jika resiko terhadap bayi lebih
berat
Terima kasih
I. Efek Obat pada Janin
II. Pengaruh Kehamilan pada Absorbsi,
Distribusi dan Eliminasi Obat
III. Terapi Obat pada Masalah Medik
Umum Selama Kehamilan
IV. Menyusui

Obat-obat pada kehamilan dapat


Obat-
dipandang dari dua sudut :
1. Efek obat pada janin
2. Efek kehamilan pada obat
I. Efek Obat pada Janin

Obat dapat mempengaruhi perkembangan


janin pada tiga staqdium terpisah :
1. Periode Fertilisasi dan Implantasi
konsepsi sampai ± 17 hari masa gestasi
2. Organo genesis : Hari ke 18 – 55
3. Pertumbuhan dan Perkembangan :
hari ke 56 dst
Periode Fertilisasi dan Implantasi

Obat yang diberikan pada periode ini jelas


menyebabkan keguguran pada stadium
yang sangat dini, dan stadium subklinis
Oleh karena itu sangat sedikit yang diketahui
tentang obat yang mempengaruhi proses ini
pada manusia
Periode Organo Genesis

Embrio yang sedang berkembang sangat


peka terhadap efek teratogenik obat.

Teratogen adalah setiap zat (virus, racun


dari lingkungan atau obat) yang
mengakibatkan deformitas (kecacatan).
Hal yang harus difahami terkait sifat
teratogenik obat :
1. Teratogenesis pada manusia sulit
diperkirakan dari penelitian pada
hewankarena variasi spesies yang
besar
Misal : Talidomid

2. Deformitas kongenital yang serius


ditemukan pada 1-1-2% bayi
Oleh karena itu obat disebut
teratogenik jika efeknya sering,
luar biasa dan atau serius
Tabel : Obat yang bersifat teratogenik
Obat Deformitas
Danazol Virilisasi pada janin perempuan
Litium Jantung (kompleks Ebstein)
Fenitoin Kraniofasial; Ekstremitas
Karbamazepin Kraniofasial; Ekstremitas
Primidon Sumbing wajah, Jantung
Asam retinoat SSP
Natrium valproat Tabung syaraf
Stilbestrol Adenokarsinoma vagina pada
masa remaja
Warfarin Defek multipel, Chondrodisplasia
pungtata
Pertumbuhan dan Perkembangan
Struktur-struktur tubuh yang utama telah
Struktur-
dibentuk pada stadium ini.
Perkembangan dan fungsi selanjutnya
dapat dipengaruhi oleh :
1. Obat
Obat--obat anti tiroid melewati plasenta
 Hipotiroidisme janin dan neonatus
2. Tetracyclin :
menghambat pertumbuhan tulang dan
membuat gigi berubah warna
3. Obat
Obat--obat dengan potensi
ketergantungan, misal ; Benzodiazepin,
Opiat, Dextropropoxiphen  gejala
putus obat pada neonatus
Obat yang diberikan pada
akhir masa kehamilan

1. Aspirin dalam dosis analgetik 


perdarahan pada neonatus
2. Indometasin (mungkin Aspirin dosis
tinggi  penutupan prematur
ductus Arteriosus  hipertensi paru
3. Obat depresan SSP (Opiat dan
Benzodiazepin  Hipotensi,
depresi pernafasan, Hipotermia pada
neonatus
II. Pengaruh Kehamilan pada Absorbsi,
Distribusi dan Eliminasi Obat
Absorbsi :
- Terjadi  motilitas GI pada akhir kehamilan
 absorbsi obat-
obat-obat yang kurang larut 
(Digoxin)
 Waktu pengosongan lambung dan
intestinal memanjang  Cmax ,
Tmax memanjang
 Waktu transit intestinal memanjang
 AUC , Bioavailabilitas 
 Keasaman lambung 
(pH lambung )
- Absorbsi obat-
obat-obat yang mengalami
metabolisme dalam dinding usus  (CPZ)
Distribusi
Volume plasma dan volume cairan
ekstraseluler Ibu hamil bertambah ± 50%
sebelum trimester terakhir.
Hal ini mengurangi kadar mantap obat-
obat-obat
dengan volume distribusi yang kecil

Perubahan-perubahan pada trimester terakhir


Perubahan-
 Konsentrasi plasma albumin  
protein binding , fraksi obat
bebas , klirens obat 
Albumin serum  20%
α1 Glikoprotein asam  ± 40%

Pada eklampsi albumin serum  40%


α1 Glikoprotein asam  100%

Ini berarti fraksi bebas obat yang bersifat


asam dapat sangat bertambah dan yang
bersifat basa sangat berkurang pada
trimester terakhir

Diazepam, Penitoin, Na valproat 


fraksi bebas yang  sig dalam trimester
terakhir
MeTaBolIsMe
 Klirens obat dihati ditentukan oleh :
• Ikatan protein
• Aktivitas enzim hati
• Kecepatan aliran darah ke hati
 Estrogen dan progesteron 
mempengaruhi metabolisme hati :
* Metabolisme obat seperti fenitoin 
*  eliminasi hepatik obat seperti teofilin
dan kafein
 Hepatic blood flow 
Eliminasi
Aliran plasma ginjal dua kali lebih banyak
pada akhir kehamilan.
Misal ; Clearens Ampicillin jadi 2 x lipat dan
dosisnya juga harus digandakan
untuk infeksi sistemik (tidak berlaku
untuk infeksi Traktus Urinarius

Sistem oxidase fungsi campuran mikrosom


hati mengalami induksi pada kehamilan,
akibat progesteron yang  dalam sirkulasi
Keadaan ini  clearens obat yang mengalami
metabolisme pada jalur ini

Terbukti konsentrasi keadaan mantap obat-


obat-
obat anti konvulsi Na valproat, Fenitoin,
Karbamazepin dan Fenobarbital  sig secara
Klinis pada trimester II & III

Dosis obat dinaikan selama kehamilan


dengan pengawasan ketat
faKTor yang MeMpengaruhI
Transfer oBaT MelaluI
plasenTa
dan
efeK oBaT Terhadap janIn
 Sifat fisikokimia obat
 Kecepatan obat melewati plasenta
dan jumlah obat yang sampai ke
janin
 Lamanya paparan obat
 Karakteristik distribusi obat pada
berbagai jaringan janin
 Tahapan perkembangan plasenta
dan janin ketika terpapar obat
Transfer obat dari maternal ke
janin  Difusi.

Dipengaruhi oleh :
 Kelarutan dalam lemak dan
derajat ionisasi obat
 Ukuran/berat molekul (BM) obat
 Transporter plasenta
 Ikatan protein
 Metabolisme obat oleh plasenta
dan janin
KelaruTan dalaM leMaK dan
derajaT IonIsasI oBaT
 Nonionized, lipofilik  cepat dan
mudah lewat
 Ionized, sedikit larut lemak 
sulit lewat
 Tiopental, lipofilik  cepat melewati
plasenta & dapat menyebabkan
sedasi / apneu pada bayi yg baru lahir
 Suksinilkolin, derajat ionisasinya ,
lambat melewati plasenta, konsentrasi
di janin sangat rendah
BeraT MoleKul (BM) oBaT
250 - 500 mudah menembus plasenta
500 - 1000 lebih sulit >
1000 sangat sulit
IKaTan proTeIn
 Ikatan Protein tinggi menyebabkan
obat sulit melewati plasenta
 Ikatan protein yang tinggi dan BM
obat besar seperti heparin, insulin 
tidak dapat melewati plasenta.
 Namun, obat yang sangat larut
lemak, akan berdifusi secara cepat,
TransporTer plasenTa
 Transporter P-
P-glycoprotein :
memompa kembali sejumlah obat
ke sirkulasi maternal, misalnya
obat kanker (vinblastine,
doxorubicin), protease inhibitor
 kadarnya rendah di janin.
 Glyburide tidak terukur didarah
umbilikal, karena di efluks dari
sirkulasi janin
MeTaBolIsMe oBaT oleh
plasenTa dan janIn

Ada 2 mekanisme.
Yang melindungi janin dari obat
yang ada di sirkulasi ibu :

1. Plasenta : barier semipermeable,


tempat metabolisme beberapa
obat yang lewat
2. Obat yang masuk ke sirkulasi
janin melalui v. Umbilikalis 
40--60% mengalir ke liver janin,
40
sebagian besar dimetabolisme

Namun harus diperhatikan, hasil


metabolit beberapa obat mungkin
saja > aktif  dapat mempengaruhi
janin
III. Terapi Obat pada Masalah
Medik Umum selama Kehamilan

Infeksi
Infeksi Saluran Kemih sering terjadi pada
Kehamilan.
- Golongan Penicillin : Tidak teratogenik
- Nitrofurantoin :
- tidak bahaya pada janin
- mual
- Tetracyclin : kontraindikasi pada kehamilan
- Kotrimoksazol :
- harus dihindari
- awal kehamilan Trimetoprim 
. Reduksi ekstremitas
. Sumbing palatum
- Akhir kehamilan Sulfonamid dapat
melewati placenta dan menggeser
bilirubin dari tempat pengikatan
protein pada neonatus
- Aminoglikosid :
kerusakan N VIII janin
- Sefalosporin, Metronidazol  tidak
menunjukan adanya kerusakan janin
- Kloramfenikol :
- dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskuler pada neonatus
- sebaiknya tidak digunakan pada
akhir masa kehamilan

TBC
INH, Etambutol  cacat janin (-
( -)
Rifampisin  deformitas janin
harus dihindari pada trimester I
Streptomisin  gangguan pendengaran
tidak boleh digunakan
DM
Kehamilan pada DM  mortalitas perinatal
2 x lipat
Bayi yang hidup rentan terhadap :
- respiratory distress syndroma
- hipoglikemia
- hipokalsemia
- ikterus
Tujuan terapi DM pada kehamilan :
mempertahankan konsentrasi glukosa
darah preprandial 3-
3-6 mmol/liter
(55--110 mg/100ml)
(55
DM Gestasional

Terjadi intoleransi glukosa ringan selama


Kehamilan  cukup dengan pembatasan KH
Jika gagal, dipakai Insulin
Insulin yang dipakai adalah campuran kerja ringan
dan sedang
Kebutuhan insulin sering meningkat sejak sekitar
minggu ke 15 sampai minggu ke 30 kehamilan dan
tetap konstan sampai persalinan.
Kemudian menurun cepat ketingkat sebelum hamil
Oleh karena itu pemantauan glukosa darah tiap
hari mutlak dilakukan
Asma
Asma yang tidak terkontrol  mortalitas perinatal.
Hipoksia maternal dan Alkalosis respiratorik
merupakan penyebab utama terjadinya gawat janin
pada kehamilan penderita Asma.

Teofilin, Salbutamol sprey dan Steroid, aman pada


semua stadium kehamilan

Bronkospasme dan abnormalitas gas darah harus


dikendalikan dan dihindari
Epilepsi
Masalah Utama :
- Kemungkinan teratogenisitas yang
berhubungan dengan obat antikonvulsi
- Perlunya pemantauan kadar terapi obat
untuk mengendalikan kejang

Timbulnya malformasi kongenital pada anak


dari ibu hamil yang menderita epilepsi ± 6%
(3x lebih tinggi daripada populasi umum
Sebagian besar disebabkan oleh obat
antikonvulsi berupa sumbing palatum dan
Penyakit jantung kongenital
Obat--obat Troksidon,
Obat
Fenitoin,
Fenobarbital, hampir pasti
bersifat teratogenik
Penatalaksanaan penderita
epilepsi yang hamil
1. Penatalaksanaan harus dimulai sebelum
konsepsi :
a. Jika seorang wanita telah bebas kejang
selama 2-3 tahun, pertimbangkan untuk
menghentikan pengobatan secara per-per-
lahan--lahan
lahan
b. Tidak dibenarkan mengganti suatu obat
misal; dari Fenobarbital atau Fenitoin
dengan obat yang lain.
2. Rundingkan kemungkinan cacat lahir
3. Tidak ada gunanya mengganti pengobatan
jika seorang wanita datang setelah 8-9 mgg
pertama kehamilan, karena kerusakan
yang timbul mungkin sudah terjadi.
4. Skanning tepat waktu sekitar 18 mgg,
dapat mendeteksi kerusakan struktural
utama.
Perubahan Farmakokinetik yang menyertai
kehamilan secara klinis dalam pengobatan
Epilepsi.

Konsentrasi obat anti konvulsi cenderung


turun selama hamil. Oleh karena itu
pemantauan konsentrasi diperlukan dengan
interval bulanan selama hamil

Pada masa nifas kinetik kembali normal


5-10 hari  pantau lagi untuk
dalam 5-
penyesuaian dosis
Terjadi supresi faktor-
faktor-faktor pembekuan,
tergantung vitamin K yang di induksi oleh
Obat

Jadi ibu yang mendapat antikonvulsi dan


bayi yang baru dilahirkannya harus di beri
Vitamin K 20 mg/hr selama 2 mgg terakhir
masa kehamilan
Hipertensi
Hipertensi pada ibu hamil merupakan
penyebab utama kematian janin.
Obat anti hipertensi yang dipakai yaitu
- Metildopa (paling banyak digunakan)
menurunkan tekanan darah dan
mengurangi angka abortus trimester ke 2
pada hipertensi esensial, tetapi tidak
mempengaruhi keadaan janin pada
hipertensi yang muncul dalam kehamilan.
Obat ini tidak teratogenik
Beta--blocker juga tidak teratogenik
Beta

Hidralazin juga sering dipakai untuk


melengkapi obat-
obat-obat diatas

Diuretik dihindari dalam penatalaksanaan


hipertensi selama kehamilan.
Hipertiroidisme
Karbimazol melewati plasenta dan
ditemukan dalam ASI

Beberapa pendekatan yang dianjurkan :


1. Pemakaian Karbimazol menjelang akhir
kehamilan dalam dosis paling rendah yang
yang dapat mengontrol hipertiroidisme
2. Pemberian betta blocker saja untuk
meredakan gejala sampai pengobatan lain
dapat diberikan setelah persalinan.
3. Tiroidektomi partial jika keadaan ini di
diagnosis dalam trimester I
IV. Menyusui

Faktor-faktor yang menentukan perpindahan


Faktor-
obat kedalam ASI = faktor yang
mempengaruhi distribusi obat pada umumnya

Obat akan masuk ke dalam ASI, tetapi karena


konsentrasinya telah berkurang akibat
distribusi dalam seluruh tubuh ibu, maka
Jumlah obat yang sebenarnya diterima bayi
yang disusui, secara klinis tidak signifikan
Obat yang dapat diberikan dengan
aman pada Ibu menyusui
Penicillin, Sefalosforin
Teofilin, Salbutamol via inhaler, Prednisolon
Valproat, Karbamazepin, Fenitoin.
Beta--blocker, Metildopa, Hidralazin.
Beta
Warfarin, Heparin.
Haloperidol, Chlorpromazin
Anti depresan trisiklik

Oral Kontra Sepsi dengan dosis estrogen


rendah tidak mempengaruhi ASI atau bayi
Obat yang harus dihindari pada
Ibu menyusui

Sulfonamid, Kloramfenikol, Isoniazid,


Tetracyclin
Analgetik narkotik,
Benzodiazepin
Litium
Obat anti Tiroid, Jodium Radio Aktif
Fenindion
Obat anti neoplastik
KONTRASEPSI

Matrikulasi Calon Peserta Didik


PPDS Obstetri dan Ginekologi
Definisi

• kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya


kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
matang dengan sel sperma tersebut.1
Epidemiologi

• Sebesar 62% wanita menikah menggunakan


kontrasepsi.
• 58% persen wanita kawin umur 15-49 tahun
menggunakan metode modern dan 4 persen
wanita kawin menggunakan tradisional.
• Suntikan KB adalah metode kontrasepsi yang
paling banyak digunakan, diikuti pil (masing-
masing sebesar 32% dan 14%)
Epidemiologi
Distribusi Penggunaan KB MKJP versus Non MKJP, 2013
100.0

80.0

10.2
60.0

40.0

49.1
20.0

0.0
Sumbar
DIY
Pabar

Sulteng

Jambi
Kalteng
Sulbar

INDONESIA

Lampung

Kalbar
Babel
Sumut

Jateng

Sumsel
Gorontalo

Jabar
NTT

Bali

Jatim
Sulsel

Sultra

Riau

Bengkulu
Papua

NTB

Banten

Kalsel
DKI
Kep.Riau

Malut

Aceh

Sulut
Kaltim
Maluku

NON MKJP MKJP


MKJP =Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (susuk, sterilisasi pria dan
wanita, spiral/IUD) diantara cara modern (59,3%)
www.litbang.depkes.go.id
Langkah-langkah pelayanan kontrasepsi2
1. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu
• Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
digunakan
3. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat
digunakan ibu
4. Bantu ibu menentukan pilihan
• Gunakan panduan pemilihan kontrasepsi (WHO 2004) dalam menentukan jenis
kontrasepsi yang tepat
5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah
dipilih ibu
6. Rujuk ibu bila diperlukan
Jenis-jenis kontrasepsi

• Pilihan metode kontrasepsi berdasarkan tujuan pemakaiannya


Kontrasepsi alamiah
Metode Amenorea Laktasi (MAL) Metode Kalender
Mekanisme: Mekanisme:
• Kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu • Metode kalender adalahmetode alamiah dengan
Ibu (ASI) ekslusif untuk menekan ovulasi. Metode ini menghindari senggama pada masa subur.
memiliki tiga syarat yang harus dipernuhi: Efektivitas:
• Ibu belum mengalami haid • Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan berkisar
• Bayi disususi secara ekslusif dan sering, sepanjang antara 1 hingga 9 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
siang dan malam Keuntungan khusus bagi kesehatan:
• Bayi berusia kurang dari 6 bulan • Tidak ada.
Efektivitas: Risiko bagi kesehatan:
• Risiko kehamilan tinggi bila ibu tidak menyusui bayinya • Tidak ada.
secara benar. Bila dilakukan secara benar, risiko Efek samping:
kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 6 • Tidak ada.
bulan setelah persalinan.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
• Tidak ada efek samping, tidak perlu biaya dan
• Mendorong pola menyusui yang benar, sehingga prosedur khusus, membantu ibu mengerti
membawa manfaat bagi ibu dan bayi. tubuhnya, dan sesuai bagi pasagan yang menganut
Efek samping: agama atau kepercayaan tertentu.
• Tidak ada. Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
• Memerlukan perhitungan yang cermat, kadang sulit
diterapkan pada ibu yang siklus haidnya tidak teratur.
Kontrasepsi alamiah
Senggama terputus
Mekanisme:
• Metode keluarga berencana tradisional, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari
vagina sebelum pria mencapai ejakulasi
Efektivitas:
• Bila dilakukan secara benar, risiko kehamilan adalah 4 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
• Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
• Tidak ada.
Efek samping:
• Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
• Tidak ada efek samping, tidak perlu biaya dan prosedur khusus, membantu ibu mengerti
tubuhnya, dan sesuai bagi pasangan yang menganut agama atau kepercayaan tertentu.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
• Kurang efektif.
Kontrasepsi mekanik
Kondom
Mekanisme:
• Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
Efektivitas:
• Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan adalah 2 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
• Mencegah penularan penyakit menular seksual dan konsekuesinya (misal: kanker serviks).
Risiko bagi kesehatan:
• Dapat memicu reaksi alergi pada orang-orang dengan alergi lateks.
Efek samping:
• Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
• Tidak ada efek samping hormonal, mudah didapat, dapat digunakan sebagai metode sementara
atau cadangan (backup) sebelum menggunakan metode lain, dapat mencegah penularan
penyakit meular seksual.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
• Keberhasilan sangat dipengaruhi cara penggunaan, harus disiapkan sebelum berhubungan
seksual.
Kontrasepsi mekanik
Diafragma
Mekanisme:
• Diafragma adalah kap berbentuk cembung, terbuat dari lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum
berhubungan seksual dan menutup serviks sehingga sperma tidak dapat mencapai saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus dan tuba falopii).Dapat pula digunakan dengan spermisida.
Efektivitas:
• Bila digunakan dengan benar bersama spermisida, risiko kehamilan adalah 6 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
• Mencegah penularan penyakit menular seksual dan kanker serviks.
Risiko bagi kesehatan:
• Infeksi saluran kemih, vaginosis bakterial, kadidiasis, sindroma syok toksik.
Efek samping:
• Iritasi vagina dan penis, lesi di vagina.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
• Tidak ada efek samping hormonal, pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan, dan dapat dipasang sebelum
berhubungan seksual.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
• Memerlukan pemeriksaan dalam untuk menentukan ukuran yang tepat, keberhasilan tergatung cara pemakaian.
Kontrasepsi hormonal
Pil Kombinasi Suntikan Kombinasi
Mekanisme: Mekanisme:
• Pil kombinasi menekan ovulasi, mencegah • Suntikan kombinasi menekan
implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga
oleh sperma, dan menganggu pergerakan tuba sehingga penetrasi sperma terganggu, atrofi pada
transportasi telur terganggu. Pil ini diminum setiap hari. endometrium sehingga implantasi terganggu, dan
Efektivitas: menghambat transportasi gamet oleh tuba.
• Bila diguakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 Suntikan ini diberikan sekali tiap bulan.
di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas:
Efek samping:* • Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan
• Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau semakin kurang dari 1 diantara 100 ibu dalam 1 tahun. .
pendek, haid tidak teratur, haid jarang, atau tidak haid), sakit Efek samping:
kepala, pusing, mual, nyeri payudara, perubahan berat • Perubahan pola haid (haid jadi sedikit atau
badan, perubahaan suasana perasaan, jerawat (dapat semakin pendek, haid tidak teratur, haid
membaik atau memburuk, tapi biasaya membaik), dan memanjang, haid jarang, atau tidak haid), sakit
peningkatan tekanan darah. kepala, pusing, nyeri payudara, kenaikan berat
Mengapa beberapa orang menyukainya: badan.
• Pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan, dapat Mengapa beberapa orang menyukainya:
dihentikan kapannpun tanpa perlu bantuan tenaga • Tidak perlu diminum setiap hari, ibu dapat
kesehatan, dan tidak mengganggu hubungan seksual. mengguakanya tanpa diketahui
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya: siapapun, suntikan dapat dihentikan kapan
• Relatif mahal dan harus digunakan tiap hari. *) Beberapa saja, baik untuk menjarangkan kehamilan.
efek samping tidak berbahaya dan akan menghilang setelah Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
pemakaian beberapa bulan, misalnya haid tidak teratur • Penggunaannya tergantung kepada tenaga
kesehatan.
Kontrasepsi hormonal
Suntikan Progestin
Mekanisme:
• Suntikan progestin mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma
terganggu, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh
tuba. Suntikan diberikan 3 bulan sekali (DMPA).
Efektivitas:
• Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Kesuburan tidak langsung kembali setelah berhenti, biasanya dalam waktu beberapa bulan.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
• Mengurangi risiko kanker endometrium dan fibroid uterus. Dapat mengurangi risiko penyakit
radang paggul simptomatik dan anemia defisiensi besi. Mengurangi gejala endometriosis dan krisis
sel sabit pada ibu dengan anemia sel sabit.
Risiko bagi kesehatan:
• Tidak ada.
Efek samping:
• Perubahan pola haid (haid tidak teratur atau memanjang dalam 3 bulan pertama, haid jarang, tidak
teratur atau tidak haid dalam 1 tahun), sakit kepala, pusing, kenaikan berat badan, perut kembung
atau tidak nyaman, perubahan suasana perasaan, dan penurunan hasrat seksual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
• Tidak perlu diminum setiap hari, tidak mengganggu hubungan seksual, ibu dapat menggunakannya
tanpa diketahui siapapun, menghilangkan haid, dan membantu meningkatkan berat badan.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
• Penggunaannya tergantung kepada tenaga kesehatan.
Kontrasepsi hormonal
Pil Progestin (Minipil)
Mekanisme:
• Minipil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium, endometrium
mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks
sehingga menghambat penetrasi sperma, mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu. Pil diminum setiap hari.
Efektivitas:
• Bila digunakan secara benar, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
• Tidak ada.
Risiko bagi kesehatan:
• Tidak ada.
Efek samping:
• Perubahan pola haid (menunda haid lebih lama pada ibu menyusui, haid tidak teratur, haid
memanjang atau sering, haid jarang, atau tidak haid), sakit kepala, pusing, perubahan suasana
perasaan, nyeri payudara, nyeri perut, dan mual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
• Dapat diminum saat menyusui, pemakaiannya dikendalikan oleh perempuan, dapat dihentikan
kapapun tanpa perlu bantuan tenaga kesehatan, dan tidak mengganggu hubungan seksual.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
• Harus diminum tiap hari.
Kontrasepsi hormonal
Implan
Mekanisme:
• Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, menjadikan selaput rahim tipis dan
atrofi, dan mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di bawah kulit dan dapat bertahan higga
3-7 tahun, tergantung jenisnya.
Efektivitas:
• Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
• Mengurangi risiko penyakit radang paggul simptomatik. Dapat mengurangi risiko anemia defisiesi besi.
Risiko bagi kesehatan:
• Tidak ada.
Efek samping:
• Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama: haid sedikit dan singkat, haid tidak teratur lebih dari
8 hari, haid jarang, atau tidak haid;setelah setahun: haid sedikit dan singkat, haid tidak teratur, dan haid
jarang), sakit kepala, pusing, perubahan suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat (dapat
membaik atau memburuk), nyeri payudara, nyeri perut, dan mual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
• Tidak perlu melakukan apapun lagi untuk waktu yang lama setelah pemasangan, efektif mencegah
kehamilan, dan tidak mengganggu hubungan seksual.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
• Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, (AKDR) AKDR dengan Progestin
Mekanisme: Mekanisme:
• Dalam Rahim AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR • Progestin AKDR dengan progestin membuat endometrium
menghambat (AKDR) kemampuan sperma untuk masuk ke tuba mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga
falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum menganggu implantasi; mencegah terjadinya pembuahan dengan
uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah memblok bersatunya ovum dengan sperma; mengurangi jumlah
implantasi telur dalam uterus. sperma yang mencapai tuba falopii; dan menginaktifkan sperma
Efektivitas: Efektivitas:
• Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu • Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan lama, hingga 12 dalam 1 tahun.
tahun. Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Keuntungan khusus bagi kesehatan: • Mengurangi risiko anemia defisiensi besi. Dapat mengurangi risiko
• Mengurangi risiko kanker endometrium. penyakit radang panggul. Mengurangi nyeri haid dan gejala
Risiko bagi kesehatan: endometriosis.
• Dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi ibu rendah Risiko bagi kesehatan:
sebelum pemasangan dan AKDR menyebabkan haid yag lebih • Tidak ada.
banyak. Dapat menyebabkan penyakit radang panggul billa ibu Efek samping:
sudah terinfeksi klamidia atau gonorea sebelum pemasangan. • Perubahan pola haid (haid sedikit dan singkat, haid tidak
Efek samping: teratur, haid jarang, haid memanjang, atau tidak haid), jerawat, sakit
• Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid kepala, pusing, nyeri payudara, mual, kenaikan berat
memanjang dan banyak, haid tidak teratur, dan nyeri haid). badan, perubahan suasana perasaan, dan kista ovarium.
Mengapa beberapa orang menyukainya: Mengapa beberapa orang menyukainya:
• Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan untuk waktu yang • Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan untuk waktu yang
lama, tidak ada biaya tambahan setelah pemasangan, tidak lama, tidak ada biaya tambahan setelah pemasangan.
mempengaruhi menyusui, dan dapat langsung dipasang setelah Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
persalinan atau keguguran. • Perlu prosedur pemasangan yang harus dilakukan tenaga
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya: kesehatan terlatih.
• Perlu prosedur pemasangan yang harus dilakukan tenaga
Kontrasepsi mantap
Vasektomi
Tubektomi
Mekanisme:
Mekanisme: • Menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
• Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau melakukan oklusi vasa deferens sehingga alur transportasi
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.
bertemu dengan ovum. Efektivitas:
Efektivitas: • Bila pria dapat memeriksakan semennya segera setelah
vasektomi, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 dalam
• Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di 1 tahun.
antara 100 dalam 1 tahun. Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Keuntungan khusus bagi kesehatan: • Tidak ada.
• Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat Risiko bagi kesehatan:
mengurangi risiko kanker endometrium. • Nyeri testis atau skrotum (jarang), infeksi di lokasi operasi
Risiko bagi kesehatan: (sangat jarang), dan hematoma (jarang). Vasektomi tidak
mempegaruhi hasrat seksual, fungsi seksual pria, ataupun
• Komplikasi bedah dan anestesi. maskulinitasnya.
Efek samping: Efek samping:
• Tidak ada. • Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya: Mengapa beberapa orang menyukainya:
• Menghentikan kesuburan secara permanen. • Menghentikan kesuburan secara permanen, prosedur
bedahnya aman dan nyaman, efek samping lebih sedikit
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya: dibanding metode-metode yang digunakan wanita, pria ikut
• Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga mengambil peran, dan meningkatkan kenikmatan serta
kesehatan terlatih. frekuensi seks.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
• Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga kesehatan
terlatih.
Kehamilan per 100 Kehamilan per 100 perempuan
perempuan dalam 12 bulan dalam 12 bulan pertama
pertama pemakaian pemakaian
Dipakai secara Dipakai secara
Metode Dipakai Dipakai secara
tepat dan Metode Kontrasepsi tepat dan
Kontrasepsi secara biasa biasa
konsisten konsisten
Implan 0,05 0,05 Kondom pria 2 15
Vasektomi 0,1 0,15 Metoda penilaian ovulasi 3
AKDR LNG 0,2 0,2 Metoda Simptotermal 4
Tubektomi 0,5 0,5 Metode Kalender 5
AKDR TCu 380A 0,6 0,8 Diafragma dengan spermisida 6 16
Metode amenore
0,9 2 Kondom wanita 5 21
laktasi (6 bulan)
Suntikan kombinasi
0,05 3 Metoda alamiah lainnya 25
sebulan sekali
Suntikan progestin 0,3 3 Senggama terputus 4 27
Pil kombinasi 0,3 8 Spermisida 18 29
Pil Progestin 0,3 8 Tudung serviks 26 ; 9 32 ; 16
Tidak menggunakan
Koyo kombinasi 0,3 8 85 85
kontrasepsi
Cincin vagina
0,3 8
kombinasi

0 - 0,9 1-9 10 - 25 26 - 32
Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif
Jumlah Jumlah
Tablet/sekali Tablet/sekali
Pil Progestin Cara Pemberian Sediaan
minum* minum* 12 jam
Pertama kemudian
-Levonorgestrel 1,5 mg Dosis tunggal 0,03 mg 50 0
-Norgestrel 3 mg Dosis tunggal 0,075 mg 40 0
Kombinasi
2 kali, interval 12 jam EE 0,05 mg + 0,25 mg Lv 2 2
2 kali, interval 12 jam EE 0,02 mg + 0,1 mg Lv 5 5

-Etinil estradiol 0,1 mg + 2 kali, interval 12 jam EE 0,03 mg + 0,15 mg Lv 4 4


0,5 mg Levonorgestrel 2 kali, interval 12 jam EE 0,05 mg + 0,25 mg Lv 2 2
2 kali, interval 12 jam EE 0,05 mg + 0,125 mg Lv 2 2
2 kali, interval 12 jam EE 0,03 mg + 0,125 mg Lv 4 4

-Etinil estradiol 0,1 mg + 1 2 kali, interval 12 jam EE 0,03 mg + 0,3 mg Ng 4 4


mg Norgestrel 3 kali, interval 12 jam EE 0,05 mg + 0,5 mg Ng 2 2
• Digunakan dalam 5 hari pasca senggama yang
tidak terlindung dengan kontrasepsi yang tepat
dan konsisten.
• Semakin cepat minum pil kontrasepsi darurat,
semakin efektif.
• Perkosaan
• Hubungan seksual tidak terproteksi
• Penggunaan Kontrasepsi tidak konsisten dan
tidak tepat :
• – Kondom terlepas atau bocor
• – Pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi alamiah dengan tepat (misalnya gagal
abstinens, gagal menggunakan metoda lain saat masa subur).
• – Terlanjur ejakulasi pada metoda senggama terputus.
• – Klien lupa minum 3 pil kombinasi atau lebih, atau terlambat mulai papan pil baru 3
hari atau lebih.
• – AKDR terlepas
• – Klien terlambat 2 minggu lebih untuk suntikan progesteron 3 bulanan atau terlambat
7 hari atau lebih untuk metoda suntikan kombinasi bulanan.
Metoda Kontrasepsi Postpartum
Metoda Kontrasepsi ASI Eksklusif atau Hampir Eksklusif ASI parsial atau Tidak Menyusui
Metoda Laktasi Amenorea Segera Tidak dapat diterapkan
Vasektomi Segera atau selama istri hamil ‡
Kondom
Segera
Spermisida
AKDR T Cu Dalam 48 jam setelah bersalin, bila tidak tunggu 4 minggu
Tubektomi Dalam 7 hari setelah bersalin, bila tidak tunggu 6 minggu
AKDR LNG 4 minggu setelah bersalin
Diafragma 6 minggu setelah bersalin
Dimulai bila lendir serviks telah kembali normal (untuk metoda Lendir
Serviks) atau pasien telah 3 siklus normal (untuk metoda kalender).
Metoda kontrasepsi alamiah
Kedua keadaan tersebut muncul lebih lambat pada wanita yang
menyusui daripada yang idak menyusui.
Pil Progestin •Segera bila tidak menyusui §.
Suntikan Progestin 6 minggu setelah bersalin § •6 minggu setelah bersalin bila
Implan menyusui parsial §.
Pil Kombinasi
• 21 hari setelah bersalin bila tidak
Suntikan kombinasi sebulan
menyusui . §
sekali 6 bulan setelah bersalin §
•6 minggu setelah bersalin bila
Koyo Kombinasi
menyusui parsial. §
Ring vagina kombinasi
‡ Bila suami telah menjalani vasektomi pada 6 bulan pertama kehamilan istrinya, maka metoda ini telah efektif pada saat segera
melahirkan.
§ Penggunaan sedini mungkin tidalk direkomendasikan kecuali metoda lain tidak tersedia atau tidak diterima.
Daftar pustaka
1. Affandi, Biran. Baharudin, M. soekir, S. BUKU PANDUAN PRAKTIS
PELAYANAN KONTRASEPSI. Edisi kedua.PT BINA PUSTAKA SARWONG
PRAWIROHARJO. Jakarta. 2010
2. BUKU SAKU, PELAYANAN KESEHATAN IBU DIFASILITAS KESEHATAN
DASAR DAN RUJUKAN, ed pertama, 2013
3. Wesite :
– www.Litbang.depkes.go.id
– www.bkkbn.go.id
– http://www.contraceptivetechnology.org

Anda mungkin juga menyukai