PBB Kepemilikan
PPN
4
Penerapan tahun
1968
5
Perkembangan Konsep
▪ Expenditure Tax adalah gagasan yang
berpendapat bahwa konsumsi lebih tepat
dijadikan sebagai dasar pengenaan pajak
dibandingkan dengan penghasilan (Hobbes
abad ke-17)
▪ Orang yang tidak produktif tetapi
membelanjakan semua yang dimilikinya, harus
dibebankan pajak lebih besar dibanding orang
yang telah berkontribusi untuk menghasilkan
barang dan jasa (Hobbes abad ke-17).
6
Perkembangan Konsep....lanjutan
▪ Kaldor mengembangkan konsepsi pajak
langsung yang berbasis pengeluaran/konsumsi
dalam bukunya yang berjudul “An Expenditure
Tax”
▪ Dalam perspektif yang lebih luas, baik konsumsi
maupun penghasilan sebenarnya dapat dilihat
sebagai aspek dari konsumsi.
▪ Penghasilan merepresentasikan kemampuan
potensial untuk melakukan konsumsi (potential
buying power), dan konsumsi mencerminkan
realisasinya (Kaldor, 1955)
7
Perkembangan Konsep....lanjutan
▪ Income and consumption can be viewed as different
aspects of “consumption” in a broad sense. In this
respect, income represents the potential power to
consume and consumption represents the exercise
of the power by consuming goods and services
(Schenk dan Oldman).
▪ Konsep expenditure tax diusulkan sebagai alternatif
pajak penghasilan atau secara spesifik sebagai
substitusi bagi Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
▪ Konsep expenditure tax pernah diterapkan di India
dan Srilanka tahun 1960-han walaupun hanya 1
tahun.
8
Consumption
Base Taxation
1. Efisiensi
2. Keadilan
3. Netralitas
4. Kemudahan administrasi
10
Lanjutan..........
• Pendapat yang menyatakan bahwa secara ekonomis
Income-Based Taxation kurang efisien didasarkan
pada kenyataan yang terjadi, dimana Income-Based
Taxation menyebabkan double tax, khususnya
berkaitan dengan penghasilan yang berbentuk
dividen.
• Isu yang yang paling kontroversial berkaitan dengan
kelebihan consumption-based taxation adalah
berkaitan dengan pendapat bahwa consumption-
based taxation lebih adil dibandingkan dengan
Income-Based Taxation, karena akar permasalahan
berada di konsep yang mendasar, yaitu bagaimana
menentukan ability-to-pay
12
Lanjutan..........
• Handcock berpendapat: lebih adil untuk memajaki konsumsi
daripada penghasilan karena penghasilan adalah represetasi
kontribusi yang diberikan kepada seseorang bagi masyarakat
dalam bentuk kerja keras atau modal.
• Handcock juga berpendapat bahwa consumption-based
taxation tidak dikriminatif atas pilihan individu yang menunda
pengeluaran dengan cara menabung. Berbeda dengan
Income-Based Taxation dalam consumption-based taxation,
investasi yang hakikatnya saving dapat sekaligus dijadikan
sebagai pengurang dasar pengenaan pajak dengan demikian
dalam expenditure tax tidak diperlukan penghitungan
penyusutan dan capital gain, juga tidak terlalu terpengaruh
inflasi selain itu problem double tax atas dividen tidak akan
terjadi sehingga tidak perlu adanya kebijakan classical
system atau imputation system.
13
Lanjutan......
• Perbedaan yang paling kritis antara expenditure tax
dengan income tax adalah bentuk pengecualian
(exemption) berupa bagian dari penghasilan orang pribadi
yang ditabung/diinvestasikan, sebagaimana dikatakan
oleh Kaldor “since income is either saved or consumed,
the falls on consumption, which is determined by
subtraction”
15
CONSUMPTION
INCOME Earnings
Earnings Plus
Plus Gifts and bequests received
Gifts and bequests received Minus
Minus Cost of Earnings
Cost of Earnings Minus
Minus Certain other outlays
Certain other outlays Minus
Income in net worth
16
* Anggota MEE
26
S1
Amount of the tax
P2
P1
Q2 Q1 Quantity
35
Keterangan
• Keseimbangan awal terjadi pada P1Q1. Ketika
pemerintah mengenakan pajak maka akan
menggeser kurva penawaran menjadi P2Q2.
Dengan jumlah penawaran yang sama seperti
sebelumnya, ia akan memaksa harga untuk naik
oleh karena pengenaan pajak. Pajak telah
menggerakan kurva penawaran ke atas sehingga
harga pasara yang lebih tinggidari sebelumnya
dan jumlah barang menjadi menurun. Namun hal
ini bergantung pada elastisitas dari permintaan
barang atau jasa.
36
P1
Q2 Q1 Quantity
37
Keterangan
• Intinya adalah sama dengan per-unit tax, namun
yang sedikit membedakannya adalah
dampaknya. Pajak akan tetap menggerakan
kurva permintaan ke atas sebagai akibat dari
kenaikan harga oleh perusahaan yang masih
ingin menjual dengan jumlah yang sama.
Keseimbangan awal terjadi pada P1Q1. Ketika
pemerintah mengenakan pajak, maka akan
menggeser kurva penawaran menjadi P2Q2.
Dampak yang terjadi pada harga dan jumlah
barang, bergantung pada besarnya pajak dan
tingkat harga barang atau jasa normal (sebelum
pajak).
38
Pengertian
BARANG /JASA
40
Pengenaan PPN
a.Barang
kena
Pengu Pajak(BKP)/
saha Jasa kena
Subyek Pajak (JKP)
Kena pajak Obyek
Pajak Pajak b.Adanya
aktivitas
Penyerahan
Kena Pajak
43
Karakteristik PPN
1. Pajak tidak langsung
2. Multi stage levy
3. Indirect substraction/credit/invoice method
4. Pajak atas konsumsi dalam negeri
PEMIKUL
PENANGGUNG
BEBAN
JAWAB
PAJAK
45
Konsumen
PPN Pedagang PPN Pedagang
Garmen Eceran Garmen Besar
48
PPN
SISTEM PEMUNGUTAN
PPN atas
NILAI TAMBAH
HARGA BELI:
Bh. Baku = 500 BIAYA: HARGA JUAL:
Bh.Pembantu = 300 Penyusutan = 50 1700
Suku Cadang dll =200 Bunga = 100
------ Gaji/upah = 300
Jumlah = 1000 Manajemen = 150
Laba usaha = 100
------
Jumlah = 700
NILAI TAMBAH
Mengurangi 700 Menambah
Indirect subtraction/credit/invoice
50
METODE PENGHITUNGAN
(Calculation Method)
Indirect subtraction/
Subtraction method Addition method
credit/invoice method
Penyusutan = 50
Bunga = 20 Harga Jual = 1700
Sewa = 80 PPN= 10% x 1.700= 170
Harga Jual = 1.700 Gaji/upah = 300 Harga Beli = 1.000
Harga Beli = 1.000 Manajemen = 150 PPN= 10% x 1.000= 100
--------- Laba usaha = 100 --------
DPP = 700 ------ PPN terutang untuk
PPN 10% = 70 Jumlah = 700 Disetor ke negara = 70
PPN 10% = 70
53
Contoh:
• Impor komputer branded dari luar negeri
dikenakan PPN, karena akan dikonsumsi di
dalam negeri. Demikian pula komputer produksi
dalam negeri yang dijual di dalam negeri
dikenakan PPN. Dengan destination principle,
PPN tidak bersifat diskriminatif. Produk domestik
atau komoditi impor, sama-sama dikenakan PPN.
• Dengan menerapkan destination principle ini
PPN dapat menunjukkan netralitasnya di dunia
perdagangan internasional.
56
NETRALITAS PPN
ENTERNAL EXTERNAL
NEUTRALITY NEUTRALITY
CONSUMPTION DESTINATION
PRODUCTION & PRINCIPLE
DISTRIBUTION
61
NETRALITAS PPN
• Secara filosofi sebenarnya PPN menghendaki
seluruh konsumsi barang dan konsumsi jasa
dikenakan PPN sehingga netralitas PPN benar-benar
dapat diwujudkan.
• Apabila filosofi ini benar-benar dapat direalisir, maka
PPN benar-benar netral terhadap pola produksi, pola
distribusi, atau pola konsumsi.
• Meskipun demikian, hendaknya diingat bahwa filosofi
dibuat bukan semata-mata untuk kepentingan filosofi
ketika menysun hukum positif, justru dikhawatirkan
UU PPN Indonesia menjadi tidak realistis.
• Dalam kehidupan dunia nyata, tidak pernah dijumpai
sisi kehidupan yang tidak mengenal pengecualian.
62