Anda di halaman 1dari 62

1

PAJAK ATAS KONSUMSI SEBAGAI


ALTERNATIF DASAR PENGENAAN
2

PPN dan PPnBM Meliputi :


1. Overview pajak atas konsumsi
2. Karakteristik dan mekanisme pengenaan PPN
3. Subjek PPN
4. Objek PPN menurut Pasal 4 UU PPN
5. Dikecualikan sebagai objek PPN
3

BPHTB Penghasilan PPh

Pengalihan Obyek Penyerahan


hak barang
Pajak

PBB Kepemilikan
PPN
4

Sejarah Lahirnya PPN


Carl Friederich Von Pajak Penjualan
Siemens (PPn) tahun 1951

Jerman Perancis Indonesia


tahun tahun tahun
1919 1954 1985

Penerapan tahun
1968
5

Perkembangan Konsep
▪ Expenditure Tax adalah gagasan yang
berpendapat bahwa konsumsi lebih tepat
dijadikan sebagai dasar pengenaan pajak
dibandingkan dengan penghasilan (Hobbes
abad ke-17)
▪ Orang yang tidak produktif tetapi
membelanjakan semua yang dimilikinya, harus
dibebankan pajak lebih besar dibanding orang
yang telah berkontribusi untuk menghasilkan
barang dan jasa (Hobbes abad ke-17).
6

Perkembangan Konsep....lanjutan
▪ Kaldor mengembangkan konsepsi pajak
langsung yang berbasis pengeluaran/konsumsi
dalam bukunya yang berjudul “An Expenditure
Tax”
▪ Dalam perspektif yang lebih luas, baik konsumsi
maupun penghasilan sebenarnya dapat dilihat
sebagai aspek dari konsumsi.
▪ Penghasilan merepresentasikan kemampuan
potensial untuk melakukan konsumsi (potential
buying power), dan konsumsi mencerminkan
realisasinya (Kaldor, 1955)
7

Perkembangan Konsep....lanjutan
▪ Income and consumption can be viewed as different
aspects of “consumption” in a broad sense. In this
respect, income represents the potential power to
consume and consumption represents the exercise
of the power by consuming goods and services
(Schenk dan Oldman).
▪ Konsep expenditure tax diusulkan sebagai alternatif
pajak penghasilan atau secara spesifik sebagai
substitusi bagi Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
▪ Konsep expenditure tax pernah diterapkan di India
dan Srilanka tahun 1960-han walaupun hanya 1
tahun.
8

Taxonomy Consumption Based Taxation

Consumption
Base Taxation

Direct Consumption Indirect Consumption


Base Taxation Base Taxation

Expenditure Cash-flow Two-tiered


Tax Sales Tax Excise
Tax Cash-flow Tax

Retail Turnover Value


GST
Sales Tax Sales Tax Added Tax
9

Kelebihan Expenditure Consumption Base Taxation

1. Efisiensi
2. Keadilan
3. Netralitas
4. Kemudahan administrasi
10

Kelebihan Expenditure Consumption Base Taxation...lanjutan


• Kelebihan consumption base taxation yaitu: Efisiensi
dan Netralitas serta Keadilan
• Salah satu keuntungan/kelebihan utama adalah
efisien secara ekonomis dibandingkan dengan
Income-Based Taxation.
• Income-Based Taxation dikenakan langsung
terhadap penghasilan begitu penghasilan tersebut
diterima atau diperoleh wajib pajak.
• Hal ini menyebabkan jumlah yang tersedia untuk
ditabung menjadi berkurang, berarti mengurangi
potensi penghasilan yang bisa diterima oleh wajib
pajak di masa yang akan datang (dari penghasilan
bunga)
11

Lanjutan..........
• Pendapat yang menyatakan bahwa secara ekonomis
Income-Based Taxation kurang efisien didasarkan
pada kenyataan yang terjadi, dimana Income-Based
Taxation menyebabkan double tax, khususnya
berkaitan dengan penghasilan yang berbentuk
dividen.
• Isu yang yang paling kontroversial berkaitan dengan
kelebihan consumption-based taxation adalah
berkaitan dengan pendapat bahwa consumption-
based taxation lebih adil dibandingkan dengan
Income-Based Taxation, karena akar permasalahan
berada di konsep yang mendasar, yaitu bagaimana
menentukan ability-to-pay
12

Lanjutan..........
• Handcock berpendapat: lebih adil untuk memajaki konsumsi
daripada penghasilan karena penghasilan adalah represetasi
kontribusi yang diberikan kepada seseorang bagi masyarakat
dalam bentuk kerja keras atau modal.
• Handcock juga berpendapat bahwa consumption-based
taxation tidak dikriminatif atas pilihan individu yang menunda
pengeluaran dengan cara menabung. Berbeda dengan
Income-Based Taxation dalam consumption-based taxation,
investasi yang hakikatnya saving dapat sekaligus dijadikan
sebagai pengurang dasar pengenaan pajak dengan demikian
dalam expenditure tax tidak diperlukan penghitungan
penyusutan dan capital gain, juga tidak terlalu terpengaruh
inflasi selain itu problem double tax atas dividen tidak akan
terjadi sehingga tidak perlu adanya kebijakan classical
system atau imputation system.
13

Perbedaan Income Based Taxation dan Expenditure


Base Taxation
• Pendapat Kaldor: tidak semua pengeluaran atau
konsumsi merupakan objek expenditure tax.
• Kaldor berpendapat bahwa pengeluaran-pengeluaran
yang sebaiknya tidak menjadi objek pajak adalah:
a. Biaya-biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan,
b. Semua bentuk pengeluaran untuk investasi,
c. Pengeluaran untuk modal (misalnya setoran modal),
dan
d. Hadiah untuk orang lain dalam jumlah tertentu
• Selain dari keempat pengeluaran/konsumsi tersebut di
atas, akan menjadi objek pajak atas konsumsi.
14

Lanjutan......
• Perbedaan yang paling kritis antara expenditure tax
dengan income tax adalah bentuk pengecualian
(exemption) berupa bagian dari penghasilan orang pribadi
yang ditabung/diinvestasikan, sebagaimana dikatakan
oleh Kaldor “since income is either saved or consumed,
the falls on consumption, which is determined by
subtraction”
15

Membedakan income dan expenditure/consumption bases


dari bagaimana cara menghitung ability to pay

CONSUMPTION
INCOME Earnings
Earnings Plus
Plus Gifts and bequests received
Gifts and bequests received Minus
Minus Cost of Earnings
Cost of Earnings Minus
Minus Certain other outlays
Certain other outlays Minus
Income in net worth
16

Alternatif Implemantasi Expenditure Base Taxation

• Perlu ditegaskan bahwa expenditure tax berbeda dengan


value added tax
• Meski keduanya merupakan consumption tax (tax on
consumption) namun value added tax sesungguhnya
merupakan sales tax salah satu jenis pajak tidak
langsung, yang tidak memperhatikan keadaan/kondisi
Wajib Pajak dalam menentukan tax liabilities.
• Expenditures tax merupakan pajak langsung, yang justru
dikonsepsikan untuk menggagas sistem pemajakan yang
lebih baik.
17

Kritik Terhadap Expenditure Base Taxation


• Perbedaan mengenai Consumption-Based
Taxation pada umumnya masih berorientasi pada
konsep dan belum menyentuh aspek
implementatif karena memang data hal tersebut
masih sangat kurang.
• Dari segi konseptual meskipun diyakini bahwa
alternatif pengenaan pajak atas konsumsi lebih
netral dibandingkan pengenaan pajak atas
penghasilan, namun masih ada keraguan untuk
menerapkannya, terutama berkaitan dengan
masalah administratif.
18

Hibridisasi Pajak Penghasilan dengan Pajak


Konsumsi
• Perkembangan perpajakan di dunia, menunjukkan
semakin banyaknya proposal atau wacana yang
cenderung untuk mengusulkan untuk menggantikan
Income-Based Taxation dengan Consumption-Based
Taxation.
• Meskipun secara konseptual Consumption-Based
Taxation mempunyai banyak kelebihan, namun pada
umumnya proposal atau wacana tersebut lebih mengarah
kepada hibridisasi kedua alternatif dasar pengenaan
pajak (tax base) tersebut.
19

Hibridisasi dianggap lebih feasible untuk dilaksanakan


dengan pertimbangan:
1) Belum adan bukti yang memadai
Apakah dengan konsep Consumption-Based Taxation bila
diimplementasikan menjadi lebih baik dibandingkan hasil
implementasi Income-Based Taxation.
2) Masalah-masalah yang timbul pada saat peralihan
Di amerika sekalipun, keraguan untuk mereformasi
perpajakan menjadi berbasis konsumsi berdasarkan pada
pertimbangan kesiapan administrasi perpjakan untuk
mengantisipasi hal tersebt, termasuk masalah-masalah yang
timbul pada masa transisi/peralihan.
3) Aspek-aspek perpajakan internasional
Reformasi perpajakan menuju ke arah consumption tax akan
menimbulkan masalah dalam harmonisasi perpajakan di
dunia internasional.
20

REFORMASI PAJAK TIDAK LANGSUNG


ATAS KONSUMSI (INDIRECT
CONSUMPTION BASED TAXATION) DAN
PERKEMBANGANNYA DI BEBERAPA
NEGARA
21

Sistem Pajak Tidak Langsung di Beberapa Negara


• Pajak atas konsumsi merupakan pajak atas
pemakaian barang-barang umum dan hanya
memungut bagian belanja yang dikeluarkan
untuk konsumsi, apakah seluruhnya ataupun
hanya untuk tujuan tertentu (Joseph A. Pechman,
1977)
22

Ada Beberapa Jenis Pajak Atas Konsumsi


1) Pajak pengeluaran (Expenditure Tax), adalah pajak langsung
dengan konsumsi/pengeluaran sebagai dasar pengenaan
pajaknya.
Dalam Expenditure Tax, investasi/saving dikecualikan sebagai
dasar pengenaan pajak (consumption=income – saving).
2) Pajak penjualan (Sales Tax), pajak yang dipungut pada
penjualan barang dan jasa
3) Pajak nilai tambah (Value Added Tax), yaitu pajak yang
dipungut atas dasar nilai tambah yang muncul pada setiap jalur
produksi dan distribusi.
4) Cukai (Excise Tax) yang merupakan jenis pajak yang paling
tua dari pajak-pajak konsumsi yang tidak langsung ini, dan
masih terus memainkan peranan yang penting dalam struktur
pajak di negara-negara berkembang. Jenis pajak ini dipungut
pada penjualan barang-brang tertentu atau berdasarkan jumlah
harga barang.
23

Perkembangan Pajak Atas Konsumsi di Beberapa Negara


• Pajak yang dipungut atas kegiatan mereka di pasar
dikenal dengan istilah Pajak atas Pasar.
• Jenis pajak yang didasarkan atas penyerahan barang
merupakan jenis pajak yang sudah lama dikenal.
No Negara Pemerintahan Keterangan
1 Mesir Pajak atas penjualan barang tetap
2 Roma Kaisar Agustinus Pajak di pasar dan pelelangan
Julius Caesar Pajak di pasar atas lelang
Caligula
Nero
3 Yunani Zaman purbakala Pajak atas penjualan budak
4 Ingris Pajak atas rampasan perang
5 Jerman Pajak yang dipungut di pasar umum
6 Swiss
7 Prancis Philips de Schone Pajak penjualan yang bersifat umum
24

Reformasi Pajak Penjualan Menjadi Pajak


Pertambahan Nilai
• Pajak Penjualan, Pemungutan pajak yang berkali-kali
atau bertingkat, yaitu pada setiap jalur produksi dan
distribusi dengan bermacam tarif yang terus menerus
meningkat, menimbulkan adanya penyimpangan atau
distorsi.
• Disamping itu, karena Pajak Penjualan dipungut pada
setiap jalur tanpa memperbolehkan adanya pengurangan
terhadap pajak yang telah dibayar sebelumnya, dianggap
memberatkan beban masyarakat dan menimbulkan
beban pajak ganda.
• Sebenarnya sistem PPN sudah diperkenalkan sejak
tahun 1918 oleh para industriawan di Jerman, setelah
mengalami pembahasan yang mendalam sebelum
diterapkan.
25

Beberapa Negara Yang Beralih Ke PPN


No Nama Negara Tahun
1 PPN Jerman 1918
2 Pajak penjualan dengan bentuk PPN Prancis 1954
3 PPN Denmarak* 3 Juli 1967
4 Prancis*
5 Rep Federasi Jerman* 1 Jan 1968
6 Belanda* 1 Jan 1968
7 Luxemburg* 1 Jan 1970
8 Belgia* 1971
9 Italia* 1972
10 Irlandia* Akhir 1972
11 Inggris* April 1973
12 Austria
13 Norwegia
14 Swedia

* Anggota MEE
26

Beberapa Negara Yang Beralih Ke PPN

No Nama Negara Tahun


15 Argentina
16 Brazil
17 Chile
18 Peru
19 Algeria
20 Finlandia
21 Turki
22 Korea selatan
23 Filipina
24 Jepang Setelah PD2
25 Indonesia 1983
27

Perkembangan Pajak Atas Konsumsi di Indonesia

• Pajak atas konsumsi serta perkembangannya di


beberapa negara menunjukkan bahwa konsep yang
dianut banyak mempunyai kesamaan.
• Terlebih lagi bagi negara-negara berkembang, konsep
pajaknya banyak mengikuti konsep pajak dari negara
yang pernah menjajahnya.
28

Perkembangan Pajak Atas Konsumsi di Indonesia


No Nama Tahun
1 Pajak Pembangunan I (PPb I) 1947
2 Pajak Peredaran (PPe) 1950
3 Pajak Penjualan (PPn) 1951
4 Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 1984
5 1994
6 2000
7 2009
8 2020
29

KONSEP PAJAK PENJUALAN


(SALES TAX) SEBAGAI DASAR
FORMULASI KEBIJAKAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
30

Legal Character Pajak Penjualan


• Pajak atas konsumsi yang paling umum dan terbesar
adalah Pajak Penjualan (sales tax), dan Pajak
pertambahan nilai (PPN).
• Sebenarnya istilah pajak penjualan bukan berarti pajak
yang dikenakan atas setiap penyerahan barang dri
penjual kepada pembeli, namun harus didasarkan pada
sejumlah pertimbangan tertentu.
• Pemahaman tentang feature dan nature dari suatu jenis
pajak perlu dipahami sebagai petunjuk dalam
menentukan sistem pemungutan pajak atas konsumsi
mana yang akan dipilih.
• Legal character dari Pajak Penjualan dapat digambarkan
sebagai pajak tidak langsung atas konsumsi yang bersifat
umum.
31

Ciri-Ciri Pajak Penjualan


1. Bersifat umum
2. Tidak langsung
3. Atas dasar konsumsi
32

Alternatif Sistem Pemungutan dalam Pajak


Penjualan
• Untuk dapat menentukan jenis pajak atas konsumsi yang
dikehendaki, dapat dilihat bagaimana sistem pemungutan
pajaknya, termasuk di dalamnya metode pemungutan
pajak dan ruang lingkup pengenaannya.
• Jenis pajaknya dapat berupa:
a. Pajak peredaran (turn over tax)
b. Pajak penjualan (sales tax)
c. Pajak nilai tambah (value added tax) dan
d. Cukai (excise tax)
33

Tarif Pajak Tidak Langsung


• Ada dua jenis tarif pajak tidak langsung, yaitu:
a. Per unit produk (per unit tax)
Pajak dimana jumlah yang dikenakan pada setiap
barang adalah sama. Contohnya cukai bahan bakar,
tembakau dan minuman keras.
b. Ad-valorem tax
Adalah pajak yang dikenakan berdasarkan persentase
nilai suatu barang. Oleh karena itu besarnya pajak
tergantung pada harga barang atau jasa yang
ditawarkan.
34

Efek Per Unit Tax Terhadap Keseimbangan


Pasar
Price
S2

S1
Amount of the tax
P2

P1

Q2 Q1 Quantity
35

Keterangan
• Keseimbangan awal terjadi pada P1Q1. Ketika
pemerintah mengenakan pajak maka akan
menggeser kurva penawaran menjadi P2Q2.
Dengan jumlah penawaran yang sama seperti
sebelumnya, ia akan memaksa harga untuk naik
oleh karena pengenaan pajak. Pajak telah
menggerakan kurva penawaran ke atas sehingga
harga pasara yang lebih tinggidari sebelumnya
dan jumlah barang menjadi menurun. Namun hal
ini bergantung pada elastisitas dari permintaan
barang atau jasa.
36

Efek Ad-Valorem Tax Terhadap Keseimbangan


Pasar
Price
S2

Amount of the tax


P2 S1

P1

Q2 Q1 Quantity
37

Keterangan
• Intinya adalah sama dengan per-unit tax, namun
yang sedikit membedakannya adalah
dampaknya. Pajak akan tetap menggerakan
kurva permintaan ke atas sebagai akibat dari
kenaikan harga oleh perusahaan yang masih
ingin menjual dengan jumlah yang sama.
Keseimbangan awal terjadi pada P1Q1. Ketika
pemerintah mengenakan pajak, maka akan
menggeser kurva penawaran menjadi P2Q2.
Dampak yang terjadi pada harga dan jumlah
barang, bergantung pada besarnya pajak dan
tingkat harga barang atau jasa normal (sebelum
pajak).
38

Pengertian

• Daerah Pabean adalah wilayah Republik


Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,
dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat
tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-
Undang yang mengatur mengenai kepabeanan
39

PENGERTIAN UMUM PAJAK


PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PPN ADALAH PAJAK YANG DIKENAKAN


KARENA ADANYA PERTAMBAHAN NILAI SUATU

BARANG /JASA
40

Pajak Penjualan (PPn)


Pengusaha Aktivitas Nilai Harga Jual PPn Setor Harga yang
Tamb 10% Ke Kas dibayar
ah negara
Industri Menyerahkan 1000 1000 100 100
benang
Industri Tekstil Membeli - - - - 1000+100=1100
benang
Menyerahkan 400 1100+400=1500 150 150 -
tekstil
Industri Membeli tekstil - - - - 1500+150=1650
Garmen
Menyerahkan 350 1650+350=2000 200 200 -
garmen
Pedagang Membeli - - - - 2000+200=2200
Besar garmen
Menyerahkan 300 2200+300=2500 250 250 -
garmen
Pedagang Membeli - - - - 2500+250=2750
Eceran garmen
Menyerahkan 250 2750+250=3000 300 300 -
garmen
Konsumen Membeli - - - - 3000+300=3300
garmen
41

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pengusaha Aktivitas Nilai Harga Jual PPN Setor Ke Harga yang
Tambah 10% Kas Negara dibayar
Industri Menyerahkan 1000 1000 100 100
benang
Industri Membeli - - - - 1000+100=1100
Tekstil benang
Menyerahkan 400 1000+400=1400 140 140-100=40 -
tekstil
Industri Membeli - - - - 1400+140=1540
Garmen tekstil
Menyerahkan 350 1400+350=1750 175 175-140 -
garmen
Pedagang Membeli - - - - 1750+175=1925
Besar garmen
Menyerahkan 300 1750+300=2050 205 205-175 -
garmen
Pedagang Membeli - - - - 2050+205=2255
Eceran garmen
Menyerahkan 250 2050+250=2300 230 230-205=25 -
garmen
Konsumen Membeli - - - - 2300+230=2530
garmen
42

Pengenaan PPN

a.Barang
kena
Pengu Pajak(BKP)/
saha Jasa kena
Subyek Pajak (JKP)
Kena pajak Obyek
Pajak Pajak b.Adanya
aktivitas
Penyerahan
Kena Pajak
43

Karakteristik PPN
1. Pajak tidak langsung
2. Multi stage levy
3. Indirect substraction/credit/invoice method
4. Pajak atas konsumsi dalam negeri

LEGAL KARAKTER PPN


(Indonesia)

5. Consumption type vat


6. Tarif tinggal
7. Non cumulative
8. Pajak objektif
44

1. PPN Sebagai Pajak Tidak Langsung


PPN NEGARA

PENJUAL/ BKP/JKP PEMBELI/


PENGUSAHA PENERIMA
JASA PPN JASA

PEMIKUL
PENANGGUNG
BEBAN
JAWAB
PAJAK
45

PPN Sebagai Pajak Tidak Langsung...lanjutan


▪ Skema ini menggambarkan pengertian PPN ditinjau dari
sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak yang menempatkan
kedudukan pemikul beban pajak dengan kedudukan
penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada
pihak-pihak yang berbeda.
▪ Hal ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli atau penerima
jasa dari tindakan sewenang-wenang negara (pemerintah)
▪ Apabila penjual atau pengusaha jasa tidak memungut PPN
dari pembeli atau penerima jasa, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penjual atau pengusaha jasa, sepenuhnya
menjadi tanggungjawab penjual atau pengusaha jasa, bukan
tanggungjawab pembeli atau penerima jasa.
▪ Negara (pemerintah) tidak dapat meminta
pertanggungjawaban dari pembeli atau penerima jasa.
46

2. PPN Bersifat Multi Stage Levy


▪ Multi Stage Levy mengandung pengertian
bahwa PPN dikenakan pada setiap mata rantai
jalur produksi dan jalur distribusi Barang kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak.
• Walaupun PPN dikenakan berulang-ulang pada
setiap mutasi barang kena pajak atau jasa kena
pajak, ternyata PPN tidak menimbulkan
pengenaan pajak berganda (non kumulasi)
47

Multi Stage Levy (Pengenaan Pajak


Berjenjang)

Industri PPN Industri PPN Industri


Benang Benang Tekstil Tekstil Garmen
PPN
Garmen

Konsumen
PPN Pedagang PPN Pedagang
Garmen Eceran Garmen Besar
48

3. Penghitungan PPN Terutang Untuk Diabayar


Ke Kas Negara Menggunakan Indirect
Subtraction Method.

▪ Indirect Subtraction Method adalah metode


penghitungan PPN yang akan disetor ke kas
negara dengan cara mengurangkan pajak atas
perolehan dengan pajak atas penyerahan
barang atau jasa.
49

PPN

SISTEM PEMUNGUTAN
PPN atas

NILAI TAMBAH
HARGA BELI:
Bh. Baku = 500 BIAYA: HARGA JUAL:
Bh.Pembantu = 300 Penyusutan = 50 1700
Suku Cadang dll =200 Bunga = 100
------ Gaji/upah = 300
Jumlah = 1000 Manajemen = 150
Laba usaha = 100
------
Jumlah = 700

NILAI TAMBAH
Mengurangi 700 Menambah

Indirect subtraction/credit/invoice
50

Penjelasan Indirect Subtraction Method.


• Membeli bahan baku Rp 1.000
• Laba yang diinginkan Rp 700
------------
Harga jual Rp 1.700
• Angka Rp 700 yang dikatakan nilai tambah
• Nilai tambah adalah penjumlahan unsur-unsur
biaya dan laba dalam rangka proses produksi
atau distribusi barang atau jasa.
• Jadi nilai tambah tidak semata-mata dihasilkan
dari perubahan bentuk atau sifat suatu barang
dalam kegiatan produksi.
51

Pengenaan PPN Dapat Dilakukan Tiga Cara


1. Subtraction method (metode pengurangan secara
langsung), yaitu dengan cara mengalikan tarif PPN
dengan selisih antara harga jual dengan harga beli.
2. Indirect subtraction method (metode pengurangan
secara tidak langsung), yaitu dengan cara
mengurangkan PPN yang dipungut oleh penjual
atau pengusaha jasa atas penyerahan barang atau
jasa, dengan PPN yang dibayar kepada penjual
atau pengusaha jasa lain atas perolehan barang
atau jasa.
3. Addition method (metode penghitungan nilai
tambah), yaitu mengalikan tarif PPN dengan hasil
penjumlahan unsur-unsur nilai nilai tambah.
52

METODE PENGHITUNGAN
(Calculation Method)

Indirect subtraction/
Subtraction method Addition method
credit/invoice method

Penyusutan = 50
Bunga = 20 Harga Jual = 1700
Sewa = 80 PPN= 10% x 1.700= 170
Harga Jual = 1.700 Gaji/upah = 300 Harga Beli = 1.000
Harga Beli = 1.000 Manajemen = 150 PPN= 10% x 1.000= 100
--------- Laba usaha = 100 --------
DPP = 700 ------ PPN terutang untuk
PPN 10% = 70 Jumlah = 700 Disetor ke negara = 70
PPN 10% = 70
53

Pengenaan PPN Dapat Dilakukan Tiga Cara......lanjutan


▪ Di antara tiga metode tersebut, UU PPN Indonesia
menganut indirect subtraction method (metode pengurangan
tidak langsung).
▪ Untuk mendeteksi atau menguji kebenaran jumlah pajak
yang terutang atas perolehan dan jumlah pajak yang
terutang atas penyerahan tersebut diperlukan suatu
dokumen pendukung.
▪ Dokumen ini dinamakan Tax Invoice (Faktur Pajak),
sehingga metode ini dinamakan juga Invoice Method.
▪ Oleh karena itu Faktur Pajak merupakan persyaratan mutlak
dalam indirect subtraction method.
▪ Dalam hukum pajak, kegiatan mengurangkan pajak dengan
pajak dinamakan tax credit, oleh karena itu metode ini juga
dinamakan credit method.
54

4. PPN Adalah Pajak Atas Konsumsi Dalam


Negeri
▪ Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri
maka PPN hanya dikenakan atas barang atau
jasa yang dikonsumsi di dalam daerah pabean
Republik Indonesia. Apabila barang atau jasa
itu akan dikonsumsi di luar negeri, tidak
dikenakan PPN di Indonesia. Ini sesuai dengan
destination principle (prinsip tempat tujuan)
yang digunakan dalam pengenaan PPN yaitu
PPN dikenakan di tempat tujuan barang atau
jasa akan dikonsumsi.
55

Contoh:
• Impor komputer branded dari luar negeri
dikenakan PPN, karena akan dikonsumsi di
dalam negeri. Demikian pula komputer produksi
dalam negeri yang dijual di dalam negeri
dikenakan PPN. Dengan destination principle,
PPN tidak bersifat diskriminatif. Produk domestik
atau komoditi impor, sama-sama dikenakan PPN.
• Dengan menerapkan destination principle ini
PPN dapat menunjukkan netralitasnya di dunia
perdagangan internasional.
56

5. PPN Yang Diterapkan Di Indonesia Adalah


PPN Tipe Konsumsi (Consumption Type
VAT)
• Dilihat dari sisi perlakuan terhadap barang modal,
PPN Indonesia termasuk tipe konsumsi
(consumption type VAT) artinya seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk perolehan barang modal
dapat dikurangi dari dasar pengenaan pajak.
• PPN sebagai pajak atas konsumsi memberikan
indikasi bahwa PPN bukan pajak atas kegiatan
bisnis. Sifat ini menunjukkan perbedaan yang
mendasar dengan Pajak Penghasilan yang
merupakan pajak yang dikenakan atas kegiatan
bisnis.
57

6. PPN Indonesia Menganut Tarif Tunggal


(Single Rate)
• PPN Indonesia menganut tarif tunggal yang
dalam UU PPN 1984 ditetapkan 10%.
• Dengan PP tarif ini dapat dinaikan paling tinggi
menjadi 15%
• Atau diturunkan paling rendah menjadi 5%
• Sisi negatif tarif tinggal adalah mempertajam
regresivitas PP, diatasi dengan adanya PPnBM
• Sisi positif tarif tunggal adalah sederhana baik
dalam pengawasan maupun pelaksanaan
58

7. PPN Bersifat Non Kumulatif


• PPN yang multi stage levy namun bersifat non
kumulatif yaitu tidak menimbulkan pengenaan
pajak berganda, merupakan suatu kontradiksi in
terminis. Pada umumnya suatu jenis pajak yang
dikenakan berulang-ulang pada setiap mata
rantai jalur distribusi, akan menimbulkan
pengenaan pajak berganda.
59

8. PPN Adalah Pajak Objektif

Sebagai pajak objektif


mengandung pengertian
bahwa timbulnya Kondisi subjektif pajak
kewajiban pajak di bidang tidak relevan
PPN sangat ditentukan
oleh adanya objek pajak.
60

NETRALITAS PPN

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK PENJUALAN

PAJAK ATAS KONSUMSI


BARANG NETRAL
JASA

ENTERNAL EXTERNAL
NEUTRALITY NEUTRALITY
CONSUMPTION DESTINATION
PRODUCTION & PRINCIPLE
DISTRIBUTION
61

NETRALITAS PPN
• Secara filosofi sebenarnya PPN menghendaki
seluruh konsumsi barang dan konsumsi jasa
dikenakan PPN sehingga netralitas PPN benar-benar
dapat diwujudkan.
• Apabila filosofi ini benar-benar dapat direalisir, maka
PPN benar-benar netral terhadap pola produksi, pola
distribusi, atau pola konsumsi.
• Meskipun demikian, hendaknya diingat bahwa filosofi
dibuat bukan semata-mata untuk kepentingan filosofi
ketika menysun hukum positif, justru dikhawatirkan
UU PPN Indonesia menjadi tidak realistis.
• Dalam kehidupan dunia nyata, tidak pernah dijumpai
sisi kehidupan yang tidak mengenal pengecualian.
62

Anda mungkin juga menyukai