Anda di halaman 1dari 22

Pajak Konsumsi dan Pajak

Pertambahan Nilai
Muhammad Alfi Satari
Ma’ruf Ardyanto
Ridjkie Mulia
Pajak Atas Konsumsi

Pajak atas konsumsi dapat dikelompokkan dalam 2


golongan, yaitu:
1. Pajak Langsung (Direct Tax) : Expenditure Tax
2. Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax) : Sales Tax dan
Value Added Tax (VAT)
Expenditure Tax

Konsep dasar expenditure tax, pada dasarnya adalah orang


dibebankan pajak atas apa yang diperoleh dari sumber
penghasilan masyarakat yang bersifat terbatas yang diukur
dengan konsumsi daripada kontribusi yang diukur dengan
jumlah penghasilan.
penghasilan menggambarkan kekuatan potensial untuk
konsumsi. Dan konsumsi adalah pelaksanaan/realisasi
dari kekuatan tersebut melalui pembelian barang dan
jasa secara nyata (ability to pay)
Pembedaan ability to pay menurut
David F. Bradford
Income Consumption

Earnings Earnings
plus plus
Gifts and bequests received Gifts and bequests received
minus minus
Cost of earnings Cost of earnings
minus minus
Certain other outlays Certain other outlays
minus
increase in net worth
Kelebihan Expenditure Based
• Dianggap lebih adil untuk mengenakan pajak atas
konsumsi daripada penghasilan karena penghasilan
adalah representasi kontribusi kontribusi kepada
masyarakat melalui modal atau pekerjaan.
• Tidak bersifat diskriminatif bagi individu yang ingin
menabung atau mengkonsumsi
• Lebih sederhana karena tidak perhitungan penyusutan
dan capital gain.
• Problem double taxation akan sangat minimal karena
tidak ada pajak atas dividen
Expenditure Based

• tidak memperhitungkan capital gain dan penyusutan


• tidak dipengaruhi oleh inflasi
• tidak perlu melakukan perhitungan pajak korporasi
Teori Pajak Konsumsi

Ide dasar Hobbes pada abad ke-17 yang lalu,


bahwa orang membayar pajak didasarkan pada
atas apa yang mereka peroleh dari sumber-
sumber penghasilan masyarakat yang terbatas
(diukur dengan konsumsi) daripada apa yang
mereka kontribusikan pada sumber-sumber
demikian (diukur dengan pendapatan).
Kemudian Nicholas Kaldor mengembangkan
filsafat Hobbes menjadi sebuah pengertian
dasar konsumsi yang lebih luas:
1. Penghasilan menggambarkan kekuatan
potensial untuk konsumsi/membeli.
2. Konsumsi menggambarkan pelaksanaan
atau realisasi dari kekuatan tersebut melalui
pembelian barang dan jasa secara nyata.
Kelebihan Pajak Konsumsi
Kelebihan-Kelebihan Pajak Konsumsi menurut
Harvey S. Rosen:
1. Tidak perlu menghitung Capital Gains dan
Penyusutan
2. Lebih sedikit masalah ketika terjadi inflasi
3. Tidak perlu memisahkan pajak korporasi
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya merupakan


Pajak Penjualan yang dipungut atas dasar nilai tambah
yang timbul pada semua jalur produksi dan distribusi.
Yang dimaksud nilai tambah adalah semua faktor
produksi yang timbul di setiap jalur peredaran suatu
barang bunga, sewa, upah kerja, dan termasuk semua
biaya untuk mendapatkan laba.

Value Added = wages + profits = output - input


Kelebihan-kelebihan PPN
1. Fiscal Advantages
Cakupannya yang luas yang meliputi seluruh jalur
produksi dan distribusi sehingga potensi pemajakannya
besar.
2. Psycological Advantages
Karena pajak pada umumnya sudah dikenakan pada
harga jual, jadi konsumen tidak merasakan langsung
bahwa dia sudah membayar pajak.
3. Economic Advantages
Netral terhadap pilihan seseorang apakah akan saving
terlebih dahulu atau langsung mengkonsumsikan
penghasilan yang didapatnya.
Tipe pengenaan PPN Atas Barang
Modal
Berdasarkan Perlakuannya (tax treatment) atas
tipe barang modal dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
1. Produk Nasional Bruto (GNP)
2. Produk Nasional Neto (NNP)
3. Konsumsi (Consumption)
1. Tipe GNP (Gross National Product)
PPN yang berbentuk tipe GNP ini dikenakan pada semua
barang-barang konsumsi dan barang-barang produksi
(barang modal) tanpa adanya penyusutan.
Kelemahan:
a. Tidak memberikan level playing field yang fair, karena
mendistorsi terhadap pilihan pengusaha, apakah
akan menggunakan padat karya atau padat modal.
b. Menghambat modernisasi, karena menghalangi
pengusaha untuk mengganti kegiatan produksinya
dengan mesin yang berteknologi lebih modern,
disebabkan PPN atas pembelian barang tersebut
tidak dapat dikreditkan.
2. Tipe NNP (Net National Product)
Pada tipe ini pajak dikenakan pada semua barang-barang
konsumsi dan modal setelah dikurangi dengan penyusutan
atau GNP dikurangi depreciation.
Kelemahan-kelemahan NNP:
a. Menimbulkan beban administrasi yang besar, karena
untuk mencatat penyusutan PPN atas pembelian barang
modal.
b. Menimbulkan Dispute, karena seringnya terjadi
perbedaan presepsi antara barang modal dan suku
cadang, serta sulit untuk memisahkan atau membedakan
antara barang modal dengan suku cadang.
c. Menimbulkan kecenderungan untuk melakukan
penyelundupan PPN dengan menyatakan bahwa
pembelian barang tersebut tidak termasuk pembelian
barang modal melainkan pembelian suku cadang.
3. Tipe Konsumsi
Pada tipe ini, pajak dikenakan hanya pada
barang-barang konsumsi yang biasanya
dikonsumsi oleh konsumen terakhir, karena itu
atas barang-barang modal (investasi) tidak
dikenakan pajak, baik dengan cara pembebasan
dengan dengan mengkreditkan.
Metode Penghitungan PPN
1. The Substractive-Direct Method
Metode ini dikenal juga dengan nama account method
atau business transfer tax. Pajak dihitung dwngan
mengurangi harga penjualan dengan harga pembelian
langsung dikalikan dengan tarif.

Sales =x
Deductible Purchase = (xx)

Tax Base = xxx


VAT = 10% x Tax Bases
2. The Substractive-Indirect Method
Pajak dihitung dengan cara menghitung selisih pajak
yang dipungut pada waktu penjualan (output tax)
dengan jumlah pajak yang telah dibayar pada waktu
pembelian (input tax). Jadi dalam metode ini, yang
dikurangkan adalah pajaknya, karena itu metode ini
dikenal juga sebagai metode kredit (credit method).

Sales =a
Output tax = 10% x a
Purchase =b
Input tax = 10% x b
VAT Liabilities = VAT output – VAT input
Yurisdiksi Pemajakan dalam PPN
Prinsip asal tempat Prinsip tujuan barang
barang (origin principle) (destination priciple)
•Berdasasrkan origin •Berdasarkan
priciple, negara yang destination priciple,
berhak mengenakan negara yang berhak
pajak adalah negara mengenakan pajak
dimana barang adalah negara dimana
tersebut diproduksi barang tersebut
atau dari mana barang dikonsumsi.
tersebut berasal
Subjek Pajak Pertambahan Nilai
1. Pemikul beban pajak
2. Penanggung jawab pembayaran pajak terutang ke
kas negara
Objek Pajak Pertambahan Nilai
 Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa
Kena Pajak (JKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh pengusaha
 Impor Barang Kena Pajak
 Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
 Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean
Pengecualian Pajak Pertambahan
Nilai
 Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya;
 Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak, seperti beras, jagung dan kedelai;
 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya,
meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi
di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering;
 Uang, emas batangan dan surat berharga

Anda mungkin juga menyukai