Anda di halaman 1dari 9

VoI1IID814 Nomar I, AprIl 11011 ISSN 1402·2006

JURNAL

ILMU PERI NAN TROPIS

Journal of tJle TropiEal Fisheries Science

FfKJlTAS PERIKINW DfW IlMJ KElflITfW UNIVERSITAS MUlAUJAAMAN


Vol. 14 No.2, April 2011 ISSN 1402 - 2006

JURNAL ILMU PERI KANAN TROPIS


Uournal of the Tropical Fisheries Science)
PENGANTAR OAFTARISI
ANALISIS PERTUMBUHAN BIOFLOK DALAM SISTEM
Edisi lerbilan ini lerasa leb ih AKUAKULTUR RESIRKULASI DENGAN RAN C ANGBANGUN
iSlimewa disbanding dengan edisi BIOREAKTOR BERBEDA .. .•.•.. .... ..... . .. ... ....... ... .sUMOHARJO 1-10
sebelumnya. Dengan berganlinya f-=~,.,-==-c-=-==~~~~~=~~--~-~~~~e------<
lim redaksi pelaksana, akan DAY A TETAS TELUR IKAN PATIN (Pangasius hypophlhalmus)
memunculkan semangal baru PADA MEDIA DENGAN SALINITAS YANG
unluk berbual lebih baik dalam BERBEDA ..................................................•........................ ISRIANSYAH
11-17
penyusunan jumal di masa f-=~~~~~-~~~--~~----------e------<
mendalang. lumal ini memual PENGAMATAN LOGAM BERA"!' DALAM SEDIM EN 01
berbagai hasH penelilian de ngan PERAIRAN WILA Y AH PESISIR KOTA BONTANG
lopik yang beraneka ragam yang KALIMANTAN TIMUR ..................................... MOHAMAD MA'RUF
18-26
merupakan kumpulan hasH f-=====-~=~~~~=~~~---------e------<
penelilian ilmiah para EFEKTIVITAS PEMBERIAN HORMON HCG SECARA KRONIS
dosenlpenelili di ling kungan TERHADAP KADAR ESTRADIOL-I7P DAN PERKEMBANGAN
Fakultas Perikanan dan IIm u TELUR IKAN BAUNG (Myslus nemurus) .•.•..•......•.....•..ISRIANSY AH
27-34
Kelautan
Mulawannan. Un ivers itas \--;;:
ST::::U=D""y'-O=N-'F"'I"'S"'H:-::::B;:IO:OCDoocICOV7:E:::R'"'S:::I"'
T""y'-O
=F"'S"'E:-:A-;G""'R ""S=OS::--'B:::E:::D"'S'-IcoN=Tcc
::-A H:::E+---1
Penyajian materi hasil riset kali COASTAL WATERS Oli BONTANG CITY, EAST
ini cukup beragam antara KALIMANTAN ........ .. . .. .. ..... .. .. ...... HAMDHANI DAN JAILANI
35-44
penelitian, Budidaya perairan, f-==="""""-""===""-'~~"""""""
- ~=~--~~--~-Ie------<
Sosia l Ekonomi Peri kanan, SEBARAN KOMUNITAS IKAN PADANG LAMUN PADA MUSIM
Manajemen Sumberdaya Perairan. PERALIHAN II DI PERAIRAN PANTAI KOTA BON TANG,
Pembahasan serta ul asan yang KALIMANTAN TIMUR............................................................ JAILANI
45 -5 1

ditampilkan cukup lengkap dan f-======:--=:-----,=-=o--===~--=:--..,.,...-===-1e----l


ilmiah sehingga menjadi suatu DISTRIBUTION OF FISH SPECIES AND HABITAT
pakel infonnasi yang berguna bagi CLUSTERING BASED ON VARIOUS WAT ER DEPTHS IN
masyarakal dan dapat menambah MAHAKAM DELTA, EAST KALIMANTAN 52-60
khasanah ilmu pengetahuan bidang INDON ES IA ............................................................... .IWAN SUY ATNA
perikanan dan ilmu kel autan di r.:====-:-:====;c:-----:-==-:-=:o--::==--:-:-=-===O:-::-f-----j
Indonesia pada umumnya dan di RESOURCE ACCOUNTING : APLIKASI PEN I LAIAN DEPRESI
Kalimantan Timur pada PADA SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN 61-70
khususnya. BONTANG ....................................................................... HERU SUSILO
Akh imya redaksi mengucapkan ANALISIS BIOEKONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN
lerimakasih kepada semua pihak KARANG Di PERAIRAN BONTANG KOTA
71-77
yang te lah banyak membantu BON TANG ........................................................ ERWAN SULISTIANTO
dalam penerbitan jumal ini, serta f-::c===:::-,==-:-:-:-:-:::-:-:-=-:-::::-:=::-:-======:-:-:-::---f--- --j
tidak lupa saran dan kritik tetap STUDI KELA Y AKAN USAHA TAMBAK UDANG WINDU (PenDeus
kami harapkan g una manadan) 01 PULAU MENING DESA TANJUNG BUKA
penye mpumaan penerbitan lumal KECAMATAN TANJUNG PALAS TENGAH KABUPATEN 78-85
IImu Perikanan Tropis di masa- BULUNGAN .......... EKO SUGIHARTO DAN SAVINA
masa yang akan datang. SUSANTRIANA

NILAI PARIWISATA EKOSISTEM TERUMBU KARANG Di


PERAIRAN BONTANG KOTA BONTANG .............................. ERWAN 86-95
W assa Iam , SULISTIANTO
Redaksi

Jurnaillmu Perikanan Tropis JSSN 1402 - 2006, berdasarkan surat Pusat Ookumentasi dan
Informasi Ilmiah (POll) LIPJ No. 18.438fVI.3.03/ISSN/2001 Tanggal II Oktober 2001
Vol. 14 No.2, April 2011 ISSN 1402 - 2006

DAY A TETAS TELUR IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA


MEDIA DENGAN SALIN ITAS YANG BERBEDA

(The egg hatchability of asian catfish (Pangasius hypophthalmus) at different level of


salinity)

ISRIANSYAH
StafPengajar pada Jurusan Budidaya Perairan FPIK-UNMUL
JI. Gun ung Tabur Kampus Gunung Kelua Samarinda
e-mail: isriansyah@yahoo.com

ABSTRACT
Manipulating hatching environment has been commonly applied to increase egg
hatchability of asian catfish (Pangasius hypophlhalmlls). The objectives of this experiment
were to evaluate the influence of salinity and 10 determine effective salinity to stimulate of
egg hatchability of asian catfish. Methods of experiment were by applying various salinity
level: 0; 2; 4; 6 and 8 ppt. The experiment was designed completely randomized with three
replications. Broodstocks of fish used in this experiment were selected that had matured
egg with the average weights offish 2 - 31kg body weight, The result 0/ experiment showed
that salinity was very significantly influence and effective to increase of the hatching rale of
egg (p<o, 01). Based on the respons curve of the egg hatchability (y = - 1,2 77 xl + 12,74x +
65,56; R! = 0,974; Y = hatching rate; x = salinity), the maximum hatching rate was
achieved in salinity of 4 - 5 ppt
Key '!terms: egg hatchability; pangasius hypophthalmlls; salinity

PENDAHULUAN

Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus) merupakan salah satu ikan air
tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting dan sangat potensial untuk
dikembangkan, karena di sampi ng di sukai masyarakat sebagai ikan konsumsi juga
nilai jualnya yang relatif tinggi. Oleh sebab itu mengakibatkan minat para petani ikan
untuk membudidayakan ikan tersebut semakin meningkat yaitu melalui kegiatan
pembesaran ikan patin. Namun masalah yang sering dihadapi dalam kegiatan
budidaya ikan tersebut adalah tidak tersedianya benih secara berkes inambungan serta
dengan jumlah yang terbatas yang diperoleh dari panti-panti pembenihan setempat,
sehingga untuk mencukupi kebutuhan terhadap benih ikan pati n tersebut maka harus
mendatangkan benih dari luar daerah.
Terbatasnya ketersediaan benih ikan tidak terlepas dari permasalahan yang
ada pada pembenihan ikan tersebut. Beberapa kegiatan budidaya dalam rangka
mengembangkan pembenihan ikan patin telah cukup ban yak dilakukan . Namun
kendala yang dihadapi mesk ipun ikan tersebut sudah dapat dipijahkan secara alam i
adalah cukup rendahnya jumlah telur yang menetas dari seluruh telur yang telah
dibuahi. Hal ini yang mengakibatkan jumlah benih yang dihasilkan menjadi sedikit
dan terbatas.
12 J"rnailimu Perikallan Tropis

Rendahnya daya tetas telur dapat di sebabkan oleh beberapa faktor, satu
diantara nya adalah karena faktor lingkungan (faktor eksternal) yang tidak sesuai
dengan kebutuhan, seperti: suhu , pH , o ksigen terlarut, sal initas dan sebagainya,
sehingga proses penetasan telur tidak dapat berlangsung secara normal dan sempurna
(Tang dan Affandi, 2000).
Permasalahan ini terjadi diduga karen a terhambatnya perkembangan
(aktivitas) embrio dan atau terhambatnya sekres i dan kerja enzim penetasan
(chori onase) dari embrio yang dibutuhkan dalam proses penetasan telur. Mekanisme
penetasan terjadi karena dua hal, yaitu karena adanya akti vitas gerakan embrio dan
adanya kerja enzim chorionase yang mereduksi chorion pada telur (Blaxter, 1969),
sehingga jika salah satu dari kedua mekan isme tersebut terhambat maka proses
penetasan telur tidak dapat berlangsung secara normal dan sempurna. Terhambatnya
sekresi dan kerja enzim chorionase tersebut dapat disebabkan oleh lemahnya atau
tidak adanya stimulasi dari sinyal-sinyal lingkungan seperti suhu, salinitas, cahaya,
oksigen dan lain-lain terhadap kelenjar endodermal embrio yang berperan dalam
menyek resikan enzim tersebut (Kumar and Tembhre, 1997).
Berdasarkan permasalahan di atas, yaitu untuk men ingkatkan daya tetas telur
ikan patin, maka dapat dil akukan dengan cara memanipulasi salah satu fakto r
lingkungan tersebut, satu diantaranya adalah de ngan mengatur salin itas pada media
inkubasi telur, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Tang dan Affandi (2000)
bahwa sal initas juga berperan dalam proses penetasan terutama berpengaruh dalam
proses osmoregulasi dari telur serta untuk merangsang lebih aktifnya kelenjar enzim
pad a telur untuk menghasilkan enzim chorionase ya ng dapat mempengaruhi daya
tetas telur secara terkontrol.
Tuj uan dari penel itian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sal initas
terhadap proses penetasan telur, serta besarnya salinitas yang optimal yang dapat
merangsang proses penetasan telur ikan patin . Berikutn ya hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat menjadi informasi mengenai salinitas yang optimal untuk
meran gsang proses penetasan ikan patin, dalam usaha penyed iaan benih ya ng
berkesinambungan.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental,


yaitu melakukan percobaan dengan menerapkan berbagai taraf salinitas : 0; 2; 4; 6
dan 8 ppt. Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan unit-unit percobaan
d ikondi sikan seho mogen mungkin . Sesuai dengan raneangan ya ng di gunakan, maka
pereobaan digunakan adalah raneangan aea k lengkap (RA L).

A. Persiapan wadah pemeliharaa~ dan jertilisasi telur ikan patin


Sebelum pereobaan dilaksanakan, terlebih dahu lu dilakukan persiapan wadah
pemeliharaan (inkubasi) berupa akuarium dengan ukuran 25 x 20 x 20 em sebanyak
ISRIANSYAH /3

15 buah. Selanjutnya setiap wadah dii si air sebanyak 5 liter dengan salinitas sesuai
dengan perlakuan dan diberi aerasi.
Persiapan berikutnya adalah mengumpulkan induk betina ikan patin yang
sudah matang gonad dan sudah siap untuk dipijahkan dengan bobot minimal 3 kg,
sedangkan untuk induk jantan dengan bobot 2 kg per ekor. Agar dapat dipijahkan,
setiap induk dirangsang dengan penyuntikan ovaprim dengan dosis 0,6 mLlkg.
Penyuntikan induk betina dilakukan dua kali dengan interval waktu 6 jam,
penyuntikan pertama 1/3 dari dosis dan penyuntikan kedua 2/3 dari dosis. Sementara
itu, penyuntikan induk jantan dilakukan saat penyuntikan kedua pada induk betina
yaitu sebanyak 213 dari dosis. Penyuntikan dilakukan secara intra muscular di bagian
belakang sirip punggung (Hernowo, 200 I).
Waktu ovulasi induk betina terjadi 6 - 8 jam setelah penyuntikan kedua pad a
kisaran suhu 27 - 30°C. Pengambilan telur dilakukan dengan cara pengurutan
(stripping) pada bagian perut ke arah lubang genital hingga seluruh telur dapat
dikeluarkan yang kemudian ditampung di dalam waskom. Seperti halnya
pengambilan telur, pengambilan sperma juga dilakukan secara pengurutan , kemudian
spenna disedot dengan spuit 25 mL yang telah diisi dengan larutan fisiologis NaCI
0,9% dengan perbandingan 4 mL NaCI 0,9% dan I mL sperma (Slembrouck el ai.,
2005). Selanjutnya dilakukan fertilisasi (pembuahan) secara buatan.
Fertilisasi buatan dilakukan dengan cara mencampurkan telur dan sperma
yang telah diencerkan dengan larutan NaC I 0,9%, kemudian diaduk dengan bulu
ayam selama kurang lebih I menit secara perlahan-Iahan sampai tercampur merata.
Setelah itu ditambahkan air bersih sambil diaduk perlahan. Telur yang dibuahi terlihat
bening tidak berwarna, sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih keruh.
Selanjutnya dilakukan penghilangan daya rekat telur dengan menggunakan larutan
tanah merah (emulsi), diaduk perlahan kemudian dicuci sampai bersih (Slembrouck el
al., 2005).
Waktu ovulasi induk betina terjadi 8 - 10 jam sete lah penyuntikan pada
kisaran suhu 27 - 30°C. Pengambilan telur dilakukan dengan cara memilih atau
melakukan seleksi hanya pad a telur-telur yang telah dibuahi pada kakaban. Telur
yang dibuahi terlihat bening tidak berwarna, sedangkan ya ng tidak dibuahi berwarna
putih keruh.
Setelah telur Yimg telah d ibuahi terpi lih, selanjutnya telur-telur tersebut
dimasukkan ke dalam akuarium yang telah disiapkan sebel umnya sesuai dengan
perlakuan minimal 200 butir per akuarium. Waktu inkubas i telur yang dibutuhkan
sampai menetas menjadi larva berlangsung se lama 20 - 26 j am setelah pembuahan
pada kisaran suhu 27 - 30°C.

B. Niiai daya tetas telur


Untuk mengetahui nilai daya tetas telur akibat pengaruh salinitas dalam media
inkubasi dilakukan pengukuran dengan metode sensus yaitu dengan menghitung
/4 Jumaillmu PerikallQIl Tropis

seluruh lelur yang menelas alau larva yang dihasilkan yang kemudian dinyatakan
dalam persen (Kawahara el ai, 1997).

Banyaknya telur yang menetas


Daya Telos Telur x 100%
Jumlah te lur yang diamati

C Analisis Data
Unluk mengelahui pengaruh salinilas lerhadap daya letas lelur dilakukan
analisis menggunakan ANOYA dengan uji respon polinomial Oltogonal pada lingkat
kepercayaan 99% dan 95%. Selanjutnya unluk melihal perbedaan anlar perlakuan
dilanjulkan dengan uji jarak ganda Duncan pada taraf 1% dan 5%. Data yang
diperoleh sebelumnya d iuji homogen ilasnya (Gomez K.A. d~n Gomez A.A., 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan lerhadap nilai daya lelas lel ur ikan palin setelah perlakuan
selama percobaan dapal dilihat pada Tabel I. Secara umum nilai daya tetas lel ur
menunjukkan adanya peningkatan hingga sal initas 4 ppl, nam un selelah ilu cenderung
mengalami penurunan jika salinilas dalam media inkubasi dilingkalkan h ingga 8 ppl
seperti lerlihal pada Gambar I. Nilai rata-rala daya letas telur tertinggi diperoleh pada
perlakuan 4 ppl sebesar 95,99%, kemudian diikuli secara berturul-Iurul oleh
perlakuan 6 ppl (94,26%), 2 ppt (87,94%) dan 8 ppl (86,72%), sedangkan yang
lerendah lerdapat pada perlakuan 0 ppt dengan nilai daya lelas lelur sebesar 64,60%.

Tabel I. Rata-rata daya tetas lelur ikan patin


Salinitas Daya Tetas Telur
(ppt) (%)
0 64,60 ± 1,40'
2 87,94 ± 2,28 b
4 95 ,99 ± 1,27'
6 94,26 ± 0,54'
8 86,72 ± 1,32 b
Keterangan: Daya tetas telur dinyatakan sebagai mean±SD
(standar deviasi). Superskrip berbeda pada ko lom
yang sarna menunjukkan berbeda nyata (p<O,05)

Berdasarkan hasil anal isis sidik ragam lerlihal bahwa perlakuan sa linitas
dalam media inkubas i mempunyai pengaruh sangal nyala yang berpola kuadratik
lerhadap nilai daya lelas telur ikan patin (p<O,OI), Kemudian dari hasil uji Duncan
memperlihatkan meskipun perlakuan salinitas 4 ppl menghasilkan tingkal penelasan
lelur yang Iebih linggi dibandingkan perlakuan 6 ppl, namun lidak menunjukkan
ISRIANSYAH 15

adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan tersebut (p>0,05), tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan salinitas 0, 2 dan 8 ppt (p<0,05).
Selanjutnya jika dilihat dari pol a respon yang dihasilkan, perlakuan salinitas
dalam media penetasan menunjukkan pola yang kuadratik terhadap daya tetas telur
ikan patin, di mana daya tetas telur mengalami peningkatan hingga salinitas 4 ppt dan
kemudian cenderung mengalami penurunan jika salinitas dalam media tersebut
ditingkatkan lebih tinggi. Dari hasil analisis tersebut dipero leh model persamaan
regresi hubungan antara daya tetas telur (y) dengan salinitas dalam media inkubasi
(x), yaitu: y = -1,277 x 2 + 12,74x + 65,56; R2 = 0,974, seperti terlihat pada gambar I.
Derajat determinasi (R2) dengan nilai 0,974 berarti bahwa sebesar 97,4% keragaman
daya tetas telur ditentukan o leh salinitas pada media inkubasi, sedangkan sisanya
sebesar 2,6% ditentukan oleh faktor lain. Kemudian berdasarkan perhitungan dari
persamaan kurva respon tersebut di atas diperoleh nilai daya lelas lelur maksimum
dapat dicapai pada salinitas 4,99 ppl.

100
90
80
• y = -1.277,,: + 12,74;.: + 65,56
l... 70 // R': 0,974

"
-.;
!-
60
~ 50
~ 40
$. 30
Q" 20
10
0
0 4 6 8
Salini!as [pp!j

Gambar I. Daya lelas telur ikan patin pada salinitas yang berbeda

Hasil percobaart yang lelah dilakukan menunjukkan bahwa salinitas dalam


media penetasan lebih efeklif dan berpengaruh dalam meningkalkan daya telas lelur
ikan patin. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai daya letas telur yang cenderung lebih
linggi yang diinkubasi dalam media bersalinilas 2, 4, 6 dan 8 ppt dibandingkan
dengan daya lelas lelur yang diinkubasi dalam media air tawar (salinilas 0 ppl). Dari
keseluruhan perlakuan yang ada, lingkal daya lelas lelur yang tertinggi diperoleh pada
perlakuan dengan sal inilas 4 ppl. Namun berdasarkan hasil perhilungan dari kurva
respon diperoleh tingkat daya letas lelur maksimum dapal dicapai pada salin ilas 5 ppl.
Meskipun terdapat sedikit perbedaan anlara salinitas yang digunakan pad a percobaan
dengan hasil perhilungan dari kurva respon, namun secara umum dapal dikalakan
16 Jumal Jlmu Perikanall Tropis

bahwa salinitas dalam media penetasan terbukti efektif dalam meni ngkatkan daya
tetas tel ur ikan patin.
Kemam puan salinitas media penetasan dalam menst imulasi daya tetas telur
telah diuji juga pad a telur ikan african catfish (Heterobranchus longifilis) yang
diinkubasi pad a salinitas 1,5 - 3, 1 ppt dapat secara e fektif meningkatkan daya tetas
telur ikan tersebut dan hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan telur
yang diinkubasi hanya dalam air tawar (salinitas 0 ppt), dan daya tetas telur ikan
tersebut cenderung menurun jika salinitas dalam med ia inkubasi ditingkatkan di atas
4,5 ppt (Fashina-Bombatta dan Busari, 2003). Hal tersebut juga serupa dengan hasil
percobaan terhada p ikan pat in, ya ng mana daya tetas tel ur ikan tersebut cenderun g
mengalami penurunan j ika salinitas dalam med ia penetasan ditingkatkan dari 4 ppt
hingga 8 ppt.
Meskipun terj ad i penurunan tingkat daya tetas te'lur ikan patin sebagai akibat
dari peningkatan salinitas dalam media inkubasi, namun hasi l ya ng diperoleh tidak
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dari salinitas 2 ppt hingga 8 ppt. Hal ini
diduga karena salinitas dalam med ia tersebut masih dalam batas yang dapat
ditoleransi o leh telur patin, sehingga masih dapat menstimulasi penetasan telur
tersebut.
Dal am proses penetasan, salinitas sangat berperan dalam proses osmoregulasi
dari telur (Yang and Chen , 2006; EI-Gamal and EI-Greisy, 2008; Chotipuntu and
Avakul , 20 10). Telur ikan air tawar yang di simpan dalam laru tan bersali nitas tinggi
yang tidak dapat ditolerir, maka telur akan mengembung karena cairan di luar telur
yang hiperosmotik dan akhirn ya akan pecah. Sebaliknya telur ikan laut yang
disimpan dalam a ir tawar akan mengkerut karena cairan di dalam telur aka n bergerak
ke luar (Tang dan Affandi , 2000).
Sela in dapat merangsang daya tetas telur, larutan garam dengan sa linitas yang
rendah juga dapat berperan dalam mencegah infeksi ektoparas it patogen pada air
tawar (Fashina-Bombatta dan Busari , 2003). Hal ini terbukti dari hasil perco baan
ya ng telah dilakukan, di mana telur-telur yang diinkubasi dalam air yang bersalinitas
tidak menunjukkan ada nya serangan j amur, sedangkan telur yang diinkubasi dalam
air tawar (salinitas 0 ppt) terlihat adanya serangan j amur, yaitu terutama pada telur-
telur yang tidak menetas.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat di si mpulkan


sebagai berikut:
I. Salinitas dalam media inkubasi dapat memberikan pengaruh ya ng nyata terhadap
daya tetas telur ikan patin.
). Berdasarkan hasil perhitungan dari kurva respon, salinitas 4 - .5 ppt merupakan
salinitas terbaik yang efektif dapat meningkatkan daya tetas telur ikan patin .
3. Salinitas dalam media inkubasi selain dapat merangsang daya tetas telur, juga
dapat berperan da lam mencegah infeksi j am ur pada telur.
ISRIANSYAH 17

DAFTAR PUSTAKA

Blaxters, H. S. 1969. Development of egg and larvae. In: Hoar W.S., Randall 0.1.,
Donaldson E.M., editor. Fish Physiology. Volume 3. New York: Academic
Press. p 184- 190.
Chotipuntu, P and P. Avakul. 2010. Aquaculture potential of climbing perch, Anabas
testudineus, in brackish water. Walailak J Sci & Tech, 7 (I): 15 - 21
EI-Gamal, A.H and Z. EI-Greisy. 2008. Effect of removal of egg adhesiveness on
hatchability and effect of different levels of salinity on survival and larval
development in common carp, Cyprinus carpio. Journal of Applied Sciences
Research, 4( 12): 1935 - 1945
Fashina-Bombatta, H.A. dan A.N. Busari. 2003. Influence of salinity on the
developmental stages of african catfish Heterobranchus longifilis
(Valenciennes, 1840). Aquaculture, 224: 213 - 222
Gomez, K.A dan Gomez AA. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Ed-
2. E. Sjamsuddin dan Justika S. Baharsjah, penerjemah. Jakarta: UI Press.
Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research.
Hemowo. 2001. Pembenihan patin, skala kecil dan besar, so lusi permasalahan .
Penebar Swadaya, Jakarta. 66 hIm.
Kawahara, S. , A.1. Shams, A.A. AI-Bosta, M.H. Mansoor and A.A. AI-Baqqal. 1997.
Effects of incubation and spawning water temperature, and salinity on egg
development of the orange-spotted grouper (Epinephelus coioides, Serranidae).
Asian Fisheries Science 9: 239-250
Kumar, Sand M. Tembhre. Anatomy and physiology of fi shes. Vikas Publishing
House PVT LTD. New Delhi . 274 p.
Slembrouck, J., O. Komarudin, Maskur dan M. Lagendre. 2005. Petunjuk teknis
pembenihan ikan patin Indonesia, Pangasius djambal. IRD-PRPB, Jakarta. 143
hIm
Tang, U.M dan R. Affandi. 2000. Biologi reproduksi ikan. Pusat Penelitian Kawasan
Pantai dan Perairan Universitas Riau, Pekanbaru. 166 hIm.
Yang, Z and Y. Chen. 2006. Salinity tolerance of embryos of obscure puffer Takifugu
ohscllrlls. Aquaculture, 253: 393-397.

Anda mungkin juga menyukai