Oleh :
SYAFITRI SIREGAR
NIM.201710260312085
JURUSAN PERIKANAN
LABORATORIUM PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN PERTERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah praktikum Sistem Informasi Geografis. Makalah ini digunakan untuk
melengkapi tugas penulisan di mata kuliah Sistem Informasi Geografis sebagai
mahasiswa jurusan Perikanan di Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas
Muhammadiyah Malang Tahun 2017.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik itu penulisannya maupun penyajiannya. Untuk itu penulis
mengharap kritik dan saran agar laporan lebih sempurna. Penulis berharap semoga
makalah dari mata kuliah Sistem Informasi Geografis tentang Budidaya Ikan
Bandeng ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membutuhkannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan Penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui lokasi kelayakan dan tidak kelayakan dalam
melakukan usaha budidaya ikan bandeng.
2. Untuk menentukan luasan dan memilih lokasi yang tepat untuk usaha
budidaya bandeng
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 1. Morfologi ikan bandeng.
Petakan tambak dapat dibuat di lokasi dengan perbedaan tinggi pasang surut
2-3 m. Elevasi tambak optimal adalah 0,50 m dari permukaan air laut. Tanah
dasar yang ideal bagi tambak bandeng adalah tanah liat berdebu (Selty loan)
karena selain mampu menampung air juga sangat baik untuk pertumbuhan alga
dasar. Tanah tambak yang baru dibuka pada umumnya bereaksi masam, karena itu
perbaikan tanah (reklamasi) perlu dilakukan dengan jalan penjemuran tanah dasar
dan pencucian maupun pengapuran (Pusluh, 2011).
3
Kelayakan lokasi untuk tambak budidaya ikan bandeng yaitu perhatikan
posisi lahan tambak sebaiknya terletak di antara pasang surut air laut, berguna
bagi pengairan tambak yang mengandalkan mekanisme pasang surut air laut.
Dekat sumber air, baik dari muara, sungai maupun langsung dari laut. Tidak
terletak di daerah rawan banjir. Tanah tidak mudah bocor (porous), sehingga
tambak dapat mempertahankan volume air. Tanah yang baik yaitu yang bertekstur
lempung (komposisi liat, pasir dan debu berimbang) dan liat berpasir. Hindari
tanah yang bersifat sulfat masam. (Mansyur & Tonnek, 2003)
Penggunaan teknologi SIG dapat membantu analisis untuk memilih lokasi
yang tepat berdasarkan data pengukuran parameter fisika dan kimia perairan.
Parameter ini didapatkan dari hasil pengukuran dan pengambilan sampel air di
stasiun penelitian yang telah ditentukan secara acak. Dalam bidang perikanan,
penggunaan teknik SIG ini telah berkembang dan banyak digunakan di dunia
untuk menentukan lokasi kesesuaian lahan budidaya laut, di Indonesia teknik ini
telah dimanfaatkan mengeksplorasi lahan budidaya.
Pemilihan tempat perbenihan bandeng harus mempertimbangkan aspek-
aspek yang berkaitan dengan lokasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
persyaratan lokasi adalah, suhu air 26,5-31C, pH; 6,5-8,5, oksigen larut; 3,0-8,5
ppm, alkalinitas 50-500 ppm, kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke
dasar), air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun anorganik.
Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang arus perlu
diketahui secara rinci.
Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai makanan, species
dominan, keberadaan predator dan kompetitor, serta penyakit endemik harus
diperhatikan karena mampu mengakibatkan kegagalan proses produksi (Radiarta,
dkk. 2006)
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
3.1.2 Penyediaan Benih
a. Pemilihan Kriteria Nener yang Baik
Ukuran seragam (minimal 95%) dan tidak cacat. Gerakannya lincah. Jika
air diputar dalam bak, nener bergerak melawan arus. Warna tubuh transparan dan
isi perut terlihat penuh. Responsif terhadap pakan yang diberikan. Umur minimal
18 hari dengan panjang tubuh 1,6 cm. Sediakan nener yang unggul dan bebas
penyakit, berasal dari hatchery atau pembenihan yang sudah bersertifikat CPIB
(Cara Pembenihan Ikan yang Baik). Hindari sumber bibit yang tidak jelas sumber
dan kualitasnya.
b. Transportasi Nener
Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, agar
nener tidak stress akibat dari perbedaan suhu. Memastikan jumlah nener sesuai
dengan ukuran kantong plastik dan kandungan oksigen, untuk menghindari nener
mengalami stress dalam pengangkutan. Bila perjalanan ditempuh lebih dari 3 jam,
turunkan suhu air dalam kantong menjadi sekitar 24 C agar nener tidak aktif.
Kepadatan nener dalam kemasan disesuaikan dengan waktu tempuh; sebagai
gambaran kepadatan nener dalam satu kantong sebanyak 2.500 ekor untuk waktu
tempuh 24 jam dengan volume air 2-3 liter dan 2/3 oksigen dari volume kantong,
sedangkan untuk ukuran gelondongan (5 – 7 cm) kepadatan 500 ekor perkantong
(volume air 2-3 liter, 2/3 oksigen). Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari, untuk menghidari stress akibat dari perbedaan suhu.
c. Ukuran Nener
Ukuran 2 - 3 cm : 1000 ekor per kantong (gelondongan semarangan)
Ukuran 5 - 7 cm : 500 ekor per kantong (gelondongan kasaran)
Ukuran 8 - 10 cm : 200 ekor per kantong (gelondongan semi)
Ukuran 10 - 12 cm : 50 ekor per kantong (gelondongan super semi)
Ukuran 13 - 15 cm :50 ekor per kantong (gelondongan balian/bandeng umpan).
3.2 Pemeliharaan
Menurut WWF-Indonesia (2014) Pemeliharaan disesuaikan dengan tujuan
produksi yaitu: 1) Penggelondongan, 2) Konsumsi 3) Bandeng Umpan. Dalam hal
ini akan lebih dijelaskan pemeliharaan pembesaran bandeng.
6
Produksi dapat mencapai 1,5 ton apabila pakan alami tersedia dengan lama
pemeliharaan 5 – 6 bulan. Waktu penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari.
Jika kondisi perairan tambak baik dan pakan alami cukup, maka dengan
pemeliharaan selama 3 - 4 bulan di petak pembesaran, maka ikan bandeng dapat
mencapai ukuran 300 - 350 g/ekor (3 ekor/kg).
7
Gambar 2. Teritip
Gambar 3. Mujair
8
Gambar 4. Burung
3.3.5 Penyakit
Penyakit dipicu seiring dengan memburuknya kualitas air. Penumpukan
bahan organik dari sisa kotoran ikan menjadi media Perkembangan parasit dan
bakteri. Penyakit yang sering menyerang bandeng dikenal sebagai cold atau
penyakit pilek yang biasa berjangkit pada saat terjadinya perubahan cuaca
mendadak (hujan deras atau penurunan suhu air). Tanda-tandanya yaitu bandeng
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, dan warna kulit menjadi pudar yang
9
tampak nyata setelah 2 – 3 hari. Bakteri yang sering menimbulkan penyakit adalah
vibrio yang menyebabkan ekor busuk (fin rot). Pergantian air secara rutin dapat
mengurangi penyakit. Penggunaan bahan kimia untuk menanggulangi penyakit
tidak dianjurkan, kecuali dalam kondisi terpaksa. Penyakit menghambat
pertumbuhan ikan bandeng, bahkan menyebabkan kematian dan gagal panen.
10
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Faktor yang diperhatikan dalam budidaya bandeng adalah penempatan
lokasi harus bebas dari pencemaran, perairan jernih sesuai dengan ambang batas
toleransi ikan, terhindar dari angin kencang dan arus serta pasang surut yang kuat,
mudah dijangkau dan dekat dengan pasar. untuk menetukan lokasi budidaya ikan
bandeng ini dapat mengunakan SIG ( Sistem Informasi Geografis ). Teknologi
Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat digunakan untuk menentukan lokasi
tersebut dengan metode interpolasi parameter oseanografi hasil pengukuran di
stasiun yang telah ditetapkan secara acak dan sistematis.
11
DAFTAR PUSTAKA
Mayunar, R. Purba, P.T. Imanto. 1995. Pemilihan lokasi budidaya ikan laut.
Prosiding temu usaha pemasyarakatan teknologi keramba jaring apung bagi
budidaya laut, Puslitbang Perikanan. Badan Litbang Pertanian: 179 – 189.
12