Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Menyelesaikan Praktikum


Sistem Informasi Geografis Tentang Budidaya Ikan Bandeng

Oleh :
SYAFITRI SIREGAR
NIM.201710260312085

JURUSAN PERIKANAN
LABORATORIUM PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN PERTERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah praktikum Sistem Informasi Geografis. Makalah ini digunakan untuk
melengkapi tugas penulisan di mata kuliah Sistem Informasi Geografis sebagai
mahasiswa jurusan Perikanan di Fakultas Pertanian-Peternakan Universitas
Muhammadiyah Malang Tahun 2017.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik itu penulisannya maupun penyajiannya. Untuk itu penulis
mengharap kritik dan saran agar laporan lebih sempurna. Penulis berharap semoga
makalah dari mata kuliah Sistem Informasi Geografis tentang Budidaya Ikan
Bandeng ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membutuhkannya.

Malang, 10 Januari 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 2
2.1 Morfologi Ikan Bandeng ..................................................................................... 2
2.2 Pemilihan Lokasi Budidaya ................................................................................ 3
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 5
3.1 Persiapan Budidaya ............................................................................................. 5
3.1.1 Penyiapan Tambak ...................................................................................... 5
3.1.2 Penyediaan Benih........................................................................................ 6
3.2 Pemeliharaan ....................................................................................................... 6
3.2.1 Penebaran Benih ......................................................................................... 6
3.2.2 Pakan dan Pemberian Pakan ....................................................................... 7
3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit ....................................................................... 7
3.3.1 Hama Pengganggu yaitu kepiting (ketam), udang tanah, tritip dan tiram. .. 7
3.3.2 Hama penyaing (kompetitor) ...................................................................... 8
3.3.3 Hama Pemangsa: Burung-burung ............................................................... 8
3.3.4 Hama Wereng (Jambret: Udang-udang Kecil) ............................................ 9
3.3.5 Penyakit....................................................................................................... 9
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 11
Kesimpulan ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi ikan bandeng. ....................................................................... 3


Gambar 2. Teritip .................................................................................................... 8
Gambar 3. Mujair .................................................................................................... 8
Gambar 4. Burung ................................................................................................... 9
Gambar 5. Udang-udang kecil ................................................................................ 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya bandeng di Indonesia telah dikenal sejak 500 tahun yang lalu.
Usaha Ikan Bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan budidaya
air payau yang bernilai ekonomis dan potensial untuk dikembangkan. Ikan
bandeng mampu mentolerir salinitas perairan sehingga digolongkan sebagai ikan
euryhaline. Ikan bandeng mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan
seperti suhu, pH dan kekeruhan air, serta tahan terhadap serangan penyakit
(Mudjiman,1991).
Ikan bandeng (Chanos chanos) sebagai komoditas budidaya telah banyak
dikenal masyarakat sejak lama. Ikan bandeng dikenal masyarakat umum yang
hidup di air payau dan asin. Ikan bandeng termasuk jenis ikan pemakan plankton,
yang bersifat euryhaline sehingga, dapat hidup di air tawar maupun asin. Ikan ini
hidup bergerombol dan mempunyai kebiasaan hidup di air yang sedikit agak
keruh.
Adapun untuk menetukan lokasi budidaya ikan bandeng ini dapat
mengunakan SIG ( Sistem Informasi Geografis ). Teknologi Sistem Informasi
Geografi (SIG) dapat digunakan untuk menentukan lokasi tersebut dengan metode
interpolasi parameter oseanografi hasil pengukuran di stasiun yang telah
ditetapkan secara acak dan sistematis. Analisis spasial terhadap masing-masing
parameter dilakukan tumpang tindih (overlay) untuk memperoleh lokasi
kelayakan dengan kategori sangat layak, cukup layak, layak bersyarat dan tidak
layak terhadap kelayakan kegiatan budidaya laut. Penggunaan teknologi SIG
dapat membantu analisis untuk memilih lokasi yang tepat berdasarkan data
pengukuran parameter fisika dan kimia perairan. Parameter ini didapatkan dari
hasil pengukuran dan pengambilan sampel air di stasiun penelitian yang telah
ditentukan secara acak.

1.2 Tujuan
Adapun Tujuan Penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui lokasi kelayakan dan tidak kelayakan dalam
melakukan usaha budidaya ikan bandeng.
2. Untuk menentukan luasan dan memilih lokasi yang tepat untuk usaha
budidaya bandeng

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Ikan Bandeng


Ikan bandeng merupakan komoditas utama dalam ikan budidaya air payau
karena kandungan gizinya yang mempunyai nilai tinggi yang digemari banyak
orang. Adapun Klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos Forsk) menurut Asriani
(2011) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub class : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Species : Chanos chanos
Ikan Bandeng secara morfologi dicirikan dengan bentuk memanjang
berbentuk seperti torpedo. Sirip ekornya bercabang (forked), pada bagian
tubuhnya tersusun sisik-sisik kecil yang teratur membentuk cycloid. Tubuhnya
berwarna putih keperakan terutama pada bagian perut (ventral), sedangkan pada
bagian punggung (dorsal) warnanya biru kehitaman.
Ikan Bandeng mempunyai ciri-ciri seperti badan memanjang, padat, kepala
tanpa sisik, mulut kecil terletak di depan mata. Mata diselaputi oleh selaput
bening (subcutaneus). Sirip punggung terletak jauh di belakang tutup insang dan
dengan rumus jari-jari D. 14-16; sirip dada (pectoral fin) mempunyai rumus jari-
jari P. 16-17; sirip perut (ventrial fin) mempunyai rumus jari-jari V. 11-12; sirip
anus (anal fin) terletak jauh di belakang sirip punggung dekat dengan anus dengan
rumus jari-jari A. 10-11; sirip ekor (caudal fin) berlekuk simetris dengan rumus
jari-jari C. 19. Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dapat tumbuh hingga
mencapai 1,8 m, anak ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) yang biasa disebut
nener yang biasa ditangkap di pantai panjangnya sekitar 1-3 cm, sedangkan
gelondongan berukuran 5-8 cm (Mansyur & Tonnek, 2003).
Ikan bandeng memiliki ciri-ciri pada bagian tengah tubuh terdapat garis
memanjang dari bagian penutup insang hingga ke ekor. Sirip dada dan sirip perut
dilengkapi dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus menghadap ke belakang.
Selaput bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada
bagian depan kepala dan simetris.

2
Gambar 1. Morfologi ikan bandeng.

2.2 Pemilihan Lokasi Budidaya


Pemilihan lokasi yang tepat dan baik merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan usaha budidaya laut disamping ketersedian benih, pakan serta
terjaminnya pasar dan harga. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan faktor
lingkungan dan kualitas air. Kelayakan lokasi merupakan hasil kesesuaian di
antara persyaratan hidup dan berkembangnya suatu komoditas budidaya terhadap
lingkungan fisik perairan. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi kondisi
oseanografi dan kualitas perairan serta topografi dasar laut. Beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam budidaya bandeng di muara sungai adalah:
a. Penempatan harus di lokasi perairan bebas dari pencemaran,
b. Perairan jernih dengan salinitas, temperatur air, serta peubah kualitas air
lainnya sesuai dengan ambang batas toleransi ikan,
c. Terhindar dari angin kencang dan arus serta pasang surut yang kuat,
d. Tidak menimbulkan konflik dengan kegiatan lain yang berkaitan dengan
pemanfaatan perairan laut dan muara sungai seperti perhubungan,
perindustrian, pertambangan, kehutanan, pariwisata, pertahanan dan
keamanan, dan penangkapan,
e. Mudah dijangkau dan dekat dengan pasar

Petakan tambak dapat dibuat di lokasi dengan perbedaan tinggi pasang surut
2-3 m. Elevasi tambak optimal adalah 0,50 m dari permukaan air laut. Tanah
dasar yang ideal bagi tambak bandeng adalah tanah liat berdebu (Selty loan)
karena selain mampu menampung air juga sangat baik untuk pertumbuhan alga
dasar. Tanah tambak yang baru dibuka pada umumnya bereaksi masam, karena itu
perbaikan tanah (reklamasi) perlu dilakukan dengan jalan penjemuran tanah dasar
dan pencucian maupun pengapuran (Pusluh, 2011).

3
Kelayakan lokasi untuk tambak budidaya ikan bandeng yaitu perhatikan
posisi lahan tambak sebaiknya terletak di antara pasang surut air laut, berguna
bagi pengairan tambak yang mengandalkan mekanisme pasang surut air laut.
Dekat sumber air, baik dari muara, sungai maupun langsung dari laut. Tidak
terletak di daerah rawan banjir. Tanah tidak mudah bocor (porous), sehingga
tambak dapat mempertahankan volume air. Tanah yang baik yaitu yang bertekstur
lempung (komposisi liat, pasir dan debu berimbang) dan liat berpasir. Hindari
tanah yang bersifat sulfat masam. (Mansyur & Tonnek, 2003)
Penggunaan teknologi SIG dapat membantu analisis untuk memilih lokasi
yang tepat berdasarkan data pengukuran parameter fisika dan kimia perairan.
Parameter ini didapatkan dari hasil pengukuran dan pengambilan sampel air di
stasiun penelitian yang telah ditentukan secara acak. Dalam bidang perikanan,
penggunaan teknik SIG ini telah berkembang dan banyak digunakan di dunia
untuk menentukan lokasi kesesuaian lahan budidaya laut, di Indonesia teknik ini
telah dimanfaatkan mengeksplorasi lahan budidaya.
Pemilihan tempat perbenihan bandeng harus mempertimbangkan aspek-
aspek yang berkaitan dengan lokasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
persyaratan lokasi adalah, suhu air 26,5-31C, pH; 6,5-8,5, oksigen larut; 3,0-8,5
ppm, alkalinitas 50-500 ppm, kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke
dasar), air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun anorganik.
Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang arus perlu
diketahui secara rinci.
Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan, rantai makanan, species
dominan, keberadaan predator dan kompetitor, serta penyakit endemik harus
diperhatikan karena mampu mengakibatkan kegagalan proses produksi (Radiarta,
dkk. 2006)

4
BAB III
PEMBAHASAN

Pada menetukan lokasi dalam studi kelayakan untuk pemilihan tempat


budidaya di KJA ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu lingkungan
meliputi kedalaman, kecerahan, dan faktor kualitas perairan (suhu, salinitas, pH,
oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, amoniak dan silikat). Pengelompokan ini
didasarkan atas pengaruh parameter. Parameter dari faktor lingkungan akan
mempengaruhi daya tahan hidup ikan laut sementara faktor kualitas akan
mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan daya tahan hidup ikan
(Radiarta,.dkk. 2006)
Metode yang dipakai dalam menentukan lokasi budidaya pada ikan bandeng
ini menggunakan metode survai yandg dirancang berdasarkan SIG. Sampel
random sampling merupakan teknik yang digunakan untuk penentuan titik
pengamatan. Dalam rangka megevaluasi kelayakan lahan, data lapangan
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu parameter lingkungan ( kedalaman,
arus, dan kecerahan) dan parameter kualitas air (suhu air, salinitas, pH, dan DO).

3.1 Persiapan Budidaya


3.1.1 Penyiapan Tambak
Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011) dalam
penyiapan tambak perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut yaitu:
a. Pengeringan Tanah Dasar Tambak
Persiapan untuk pengeringan tanah dasar dilakukan terlebih dahulu
mengadakan perbaikan pematang, saluran dan pintu tambak. Tanah dasar bagian
pelataran diolah dan diratakan, kemudian tanah dasar dikeringkan selama 7 hari
hingga tanah dasar retak-retak sampai sedalam 1 cm. Dalam kegiatan pengeringan
ini juga disertai kegiatan aplikasi pemberantas hama yaitu dengan menggunakan
Saponin sebanyak 30 kg/ha.
b. Pemupukan Awal
Pemupukan merupakan salah satu bentuk masukan energi yang
dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk organik selain merupakan
sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat memperbaiki struktur
tanah. Pupuk an-organik merupakan pelengkap yang dapat menyediakan zat hara
secara cepat untuk kebutuhan pakan alami. Apabila pengeringan telah dilakukan,
pupuk organik berupa kotoran ternak dengan dosis 2-3 ton/ha ditaburkan secara
merata di pelataran, kemudian disusul pemupukan anorganik (buatan) berupa
Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara merata di pelataran.
Tambak diairi dengan tinggi air sekitar 5 cm dan diberakan selama satu minggu.
Selanjutnya dilakukan pengairan secara bertahap, hari pertama setinggi 10 cm,
hari kedua 20 cm, hari ketiga 30-40 cm dan dibiarkan selama kira-kira satu
minggu.

5
3.1.2 Penyediaan Benih
a. Pemilihan Kriteria Nener yang Baik
Ukuran seragam (minimal 95%) dan tidak cacat. Gerakannya lincah. Jika
air diputar dalam bak, nener bergerak melawan arus. Warna tubuh transparan dan
isi perut terlihat penuh. Responsif terhadap pakan yang diberikan. Umur minimal
18 hari dengan panjang tubuh 1,6 cm. Sediakan nener yang unggul dan bebas
penyakit, berasal dari hatchery atau pembenihan yang sudah bersertifikat CPIB
(Cara Pembenihan Ikan yang Baik). Hindari sumber bibit yang tidak jelas sumber
dan kualitasnya.

b. Transportasi Nener
Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, agar
nener tidak stress akibat dari perbedaan suhu. Memastikan jumlah nener sesuai
dengan ukuran kantong plastik dan kandungan oksigen, untuk menghindari nener
mengalami stress dalam pengangkutan. Bila perjalanan ditempuh lebih dari 3 jam,
turunkan suhu air dalam kantong menjadi sekitar 24 C agar nener tidak aktif.
Kepadatan nener dalam kemasan disesuaikan dengan waktu tempuh; sebagai
gambaran kepadatan nener dalam satu kantong sebanyak 2.500 ekor untuk waktu
tempuh 24 jam dengan volume air 2-3 liter dan 2/3 oksigen dari volume kantong,
sedangkan untuk ukuran gelondongan (5 – 7 cm) kepadatan 500 ekor perkantong
(volume air 2-3 liter, 2/3 oksigen). Pengangkutan nener sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari, untuk menghidari stress akibat dari perbedaan suhu.

c. Ukuran Nener
Ukuran 2 - 3 cm : 1000 ekor per kantong (gelondongan semarangan)
Ukuran 5 - 7 cm : 500 ekor per kantong (gelondongan kasaran)
Ukuran 8 - 10 cm : 200 ekor per kantong (gelondongan semi)
Ukuran 10 - 12 cm : 50 ekor per kantong (gelondongan super semi)
Ukuran 13 - 15 cm :50 ekor per kantong (gelondongan balian/bandeng umpan).

3.2 Pemeliharaan
Menurut WWF-Indonesia (2014) Pemeliharaan disesuaikan dengan tujuan
produksi yaitu: 1) Penggelondongan, 2) Konsumsi 3) Bandeng Umpan. Dalam hal
ini akan lebih dijelaskan pemeliharaan pembesaran bandeng.

3.2.1 Penebaran Benih


Penebaran Benih dengan pemeliharaan pembesaran yaitu setelah nener
mencapai ukuran gelondongan, serta pakan alami sudah tumbuh di tambak.
Lakukan penebaran dengan kepadatan sekitar 7.500 – 10.000 untuk gelondongan
10 cm, dengan target panen lebih 1 ton/ha. Dimana biasanya target 1 hektar
menghasilkan 1 ton bandeng, dengan daya hidup 90% dan berat 200 gram/ekor.

6
Produksi dapat mencapai 1,5 ton apabila pakan alami tersedia dengan lama
pemeliharaan 5 – 6 bulan. Waktu penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari.
Jika kondisi perairan tambak baik dan pakan alami cukup, maka dengan
pemeliharaan selama 3 - 4 bulan di petak pembesaran, maka ikan bandeng dapat
mencapai ukuran 300 - 350 g/ekor (3 ekor/kg).

3.2.2 Pakan dan Pemberian Pakan


Melalui proses metabolisme pakan akan menjadi energi bagi ikan untuk
melakukan aktivitasnya. Pemberian pakan haruslah dapat dikonsumsi ikan secara
utuh sehingga pakan tidak ada yang terbuang. Berikut ini akan diuraikan
mengenai pakan yang diberikan selama pemeliharaan pembesaran bandeng, yaitu:
1. Penambahan Suplemen
Makanan tambahan (suplemen) yang lebih dikenal dengan istilah probiotik
berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi
hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba
intestinalnya. Pemberian suplemen atau feed additive ke dalam pakan ikan sebagai
mediumnya mempunyai manfaat, antara lain : meningkatkan dan menyehatkan
fungsi pencernaan sehingga penyerapan nutrisi lebih maksimal, dapat
meningkatkan immunitas ikan terhadap pathogen, mempercepat pertumbuhan dan
meningkatkan nafsu makan ikan. Suplemen yang digunakan selama pemeliharaan
yaitu suplemen yang mengandung mikrobia pencernaan, herba obat terpilih,
nutrisi esensial, vitamin, dan mineral yang berfungsi dalam mempercepat
pertumbuhan dan perkembangan ikan.
2. Jenis Pakan
Bentuk pellet yang mudah hancur, tidak cepat tenggelam, mempunyai
aroma yang merangsang nafsu makan dan tidak berbau tengik merupakan ciri
pakan yang disukai ikan. Pemberian pakan pellet disebar pada satu tempat untuk
mempermudah dalam pengontrollan pakannya.
3. Frekuensi Pakan
Frekuensi pemberian pakan tiga kali dalam sehari, yaitu pagi hari pukul
08.00, siang pukul 12.00 dan sore pukul 16.00 WIB.

3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit


3.3.1 Hama Pengganggu yaitu kepiting (ketam), udang tanah, tritip dan tiram.
Akibat dari membuat pematang tambak bocor atau menempel di pintu-pintu
air. Cara penanggulangnya adalah ditanggulangi sejak persiapan tambak,
menggunakan saringan pada inlet (pintu masuk air), jenis pemberantasan hama
dari racun nabati, biji teh/saponin = 150 – 200 kg/ha.

7
Gambar 2. Teritip

3.3.2 Hama penyaing (kompetitor)


Akibatnya bersaing memanfaatkan ruang, makanan dan oksigen yang
sama dengan ikan bandeng, kualitas air cepat menurun. Cara penanggulangannya
adalah persiapan tambak, terdapat saringan inlet dan outlet, biji teh/saponin = 150
– 200 kg/ha.

Gambar 3. Mujair

3.3.3 Hama Pemangsa: Burung-burung


Akibatnya memangsa ikan bandeng yang dipelihara pada kolam
penggelondongan. Cara Penanggulangannya adalah jaring pelindung (rumbai
rumbai), dan atau alat pengusir burung, menggunakan jaring dan tali penjebak,
meninggikan air minimal 70 cm.

8
Gambar 4. Burung

3.3.4 Hama Wereng (Jambret: Udang-udang Kecil)


Akibatnya mengganggu insang bandeng sehingga pertumbuhan menjadi
lambat. Cara penanggulangannya menangkap hama wereng dengan bantuan
lampu pada malam hari, dengan menggunakan serok. Melakukan penggantian air
dan mengganti saringan dengan ukuran mata jaring kecil.

Gambar 5. Udang-udang kecil

3.3.5 Penyakit
Penyakit dipicu seiring dengan memburuknya kualitas air. Penumpukan
bahan organik dari sisa kotoran ikan menjadi media Perkembangan parasit dan
bakteri. Penyakit yang sering menyerang bandeng dikenal sebagai cold atau
penyakit pilek yang biasa berjangkit pada saat terjadinya perubahan cuaca
mendadak (hujan deras atau penurunan suhu air). Tanda-tandanya yaitu bandeng
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, dan warna kulit menjadi pudar yang

9
tampak nyata setelah 2 – 3 hari. Bakteri yang sering menimbulkan penyakit adalah
vibrio yang menyebabkan ekor busuk (fin rot). Pergantian air secara rutin dapat
mengurangi penyakit. Penggunaan bahan kimia untuk menanggulangi penyakit
tidak dianjurkan, kecuali dalam kondisi terpaksa. Penyakit menghambat
pertumbuhan ikan bandeng, bahkan menyebabkan kematian dan gagal panen.

10
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Faktor yang diperhatikan dalam budidaya bandeng adalah penempatan
lokasi harus bebas dari pencemaran, perairan jernih sesuai dengan ambang batas
toleransi ikan, terhindar dari angin kencang dan arus serta pasang surut yang kuat,
mudah dijangkau dan dekat dengan pasar. untuk menetukan lokasi budidaya ikan
bandeng ini dapat mengunakan SIG ( Sistem Informasi Geografis ). Teknologi
Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat digunakan untuk menentukan lokasi
tersebut dengan metode interpolasi parameter oseanografi hasil pengukuran di
stasiun yang telah ditetapkan secara acak dan sistematis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mudjiman. 1991. Teknik Budidaya Bandeng dan Udang di Tambak Swadaya.


Jakarta

Mansyur, A. & Tonnek, S. 2003. Prospek Budidaya Bandeng Dalam Karamba


Jaring Apung Laut dan Muara Sungai Jurnal Litbang Pertanian, 22(3) : 79 -
85

Mayunar, R. Purba, P.T. Imanto. 1995. Pemilihan lokasi budidaya ikan laut.
Prosiding temu usaha pemasyarakatan teknologi keramba jaring apung bagi
budidaya laut, Puslitbang Perikanan. Badan Litbang Pertanian: 179 – 189.

Rachmansyah, Richardus, F.K., Bengen, D.G., & Soedharma, D. 2004.


Pendugaan Laju Sedimentasi dan Dispersi Limbah Partikel Organik dari
Budidaya Bandeng dalam Keramba Jaring Apung di Laut. Aquacultura
Indonesiana,5(1): 91—111.

Radiarta, I.N., T.H. Prihadi, A. Saputra, J. Haryadi, O. Johan. 2006. Penentuan


lokasi budidaya ikan KJA menggunakan analisis multikriteria dengan SIG
di Teluk Kapontori, Sultenggara. Jurnal Riset Akukultur, 1(3): 303 -318

12

Anda mungkin juga menyukai