OLEH :
Bandung Arisandi
1111419037
AMI IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR TATELU, KECAMATAN D
PROVINSI SULAWESI UTARA
OLEH :
BANDUNG ARISANDI NIM. 1111419037
i
KATA PENGANTAR
Bandung Arisandi
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam membantu penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini,
khusunya kepada :
1. Orang tua penulis yang tiada henti-hentinya memberikan do’a serta
motivasi bagi penulis
2. Bapak Dr. Abdul Hafidz Olii, S.Pi., M.Si, selaku Dekan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo
3. Bapak Ir. Rully Tuiyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan
4. Bapak Arafik Lamadi, SST., MP selaku Sekretaris Jurusan Budidaya
Perairan
5. Bapak Dr. Ir Hasim, M.Si selaku Dosen Pembimbing Laporan Praktik
Kerja Lapangan, yang senantiasa memberikan arahan serta masukan
mengenai laporan penulis
6. Teman-teman angkatan 2019 khususnya teman-teman kelas yang selalu
menemani hingga saat ini.
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN·······························································i
KATA PENGANTAR······································································i
DAFTAR ISI···············································································iii
DAFTAR TABEL··········································································v
DAFTAR GAMBAR······································································vi
BAB I PENDAHULUAN·································································1
i
4.1.6 Sumber Air···································································13
4.1.7 Sarana Dan Prasarana····················································13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN···············································16
6.1 Kesimpulan·········································································23
6.2 Saran·················································································23
DAFTAR PUSTAKA····································································24
LAMPIRAN···············································································26
i
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Ikan nila adalah ikan asli dari benua Afrika yang masuk ke Indonesia dan
secara massal berkembang. Tingkat penggunaan ikan nila sebagai komoditas
budidaya sengat luas hingga menjadikan ikan ini menjadi komiditas yang sangat
penting di budidaya ikan secara global (Jegede, 2012). Ikan nila (Oreochromis
niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang digemari masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki daging yang tebal
serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan ikan yang potensial untuk
dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan
kisaran salinitas yang luas (Hadi et al., 2009).
Dalam kegiatan budidaya pakan memiliki peranan yang sangat penting.
Pakan akan menentukan tingkat pertumbuhan ikan, namun dari sejumlah pakan
yang diberikan hanya sekitar 25% yang dikonversi sebagai hasil produksi dan
sisanya akan terbuang sebagai limbah (sekitar 62% berupa bahan terlarut dan 13%
berupa partikel terendap) (Avnimelech dan Purnomo, 2012). Hal ini dapat
menyebabkan penurunan kualitas air pada sistem budidaya. Salah satu alternatif
yang dapat dilakukan untuk mengelola limbah menjadi sumber pakan tambahan
adalah dengan memanfaatkan bakteri probiotik melalui penerapan teknologi
bioflok pada media budidaya.
Teknologi bioflok menjadi salah satu alternatif pemecah masalah limbah
budidaya intensif, teknologi ini yang paling menguntungkan karena selain dapat
menurunkan limbah nitrogen anorganik dari sisa pakan dan kotoran, teknologi ini
juga dapat menyediakan pakan tambahan berprotein untuk hewan budidaya
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Berdasarkan hal
tersebut teknologi bioflok dapat dijadikan solusi dalam peningkatan Teknologi
bioflok dilakukan dengan menambahkan karbohidrat organik kedalam media
pemeliharaan untuk meningkatkan rasio C/N dan merangsang pertumbuhan
1
bakteri heterotrof yang dapat mengasimilasi nitrogen anorganik menjadi biomasa
bakteri ( Cahrial and Noormansya 2020).
Teknologi bioflok merupakan sistem pemanfaatan limbah nitrogen
anorganik yang bersifat racun (amoniak) menjadi bakterial protein sehingga dapat
dimakan oleh ikan. Prinsip pengubahan limbah dengan memanfaatkan bakteri
heterotrof menjadi penyusun utama bioflok. Bakteri heterotrof memanfaatkan
nitrogen dalam bentuk amonia di dalam air untuk membentuk biomassa bakteri
yang kemudian dapat dikonsumsi oleh ikan ( Soedarto 2021).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Adapun klasifikasi ikan nila menurut Amri dan Khairuman 2007 yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Achanthopterygii
Ordo : Perciformes
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Adapun morfologi ikan nila menurut Mumpuni, 2014 yaitu lebar badan
ikan nila umumnya sepertiga dari panjang badannya. Bentuk tubuhnya
memanjang dan ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya menonjol dan besar
dengan tepi berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang berada di
punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip dubur (anal fin) memiliki 3 jari-
3
jari keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-
jari lemah mengeras dan 16-18 jari-jari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin)
memiliki 17 jari-jari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip
dadanya (pectoral fin) memiliki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah.
Sirip perut (ventral fin) memilki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah.
Ikan nila memiliki sisik cycloid yang menutupi seluruh tubuhnya.
Nila jantan mempunyai bentuk tubuh membulat dan agak pendek
dibandingkan dengan nila betina. Warna ikan nila jantan umumnya lebih cerah
dibandingkan dengan betina. Pada bagian anus ikan nila jantan terdapat alat
kelamin yang memanjang dan terlihat cerah. Alat kelamin ini semakin cerah
ketika telah dewasa atau matang gonad dan siap membuahi telur. Sementara itu,
warna sisik ikan nila betina sedikit kusam dan bentuk tubuh agak memanjang.
Pada bagian anus ikan nila betina terdapat dua tonjolan membulat. Satu
merupakan saluran keluarnya telur dan yang satunya lagi saluran pembuangan
kotoran. Ikan nila mencapai masa dewasa pada umur 4 sampai 5 bulan. Induk
betina bertelur 1.000 sampai 2.000 butir. Setelah telur dibuahi oleh induk, telur
hingga menjadi larva.
4
tahun 1969. Sejak saat itu, perkembangan budidaya ikan Nila menjadi sangat
pesat. Hal tersebut tidak lain karena ikan Nila mempunyai kemampuan adaptasi
yang relatif baik terhadap lingkungan. (Lasena & Irdja, 2016).
Pakan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-
tumbuhan lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong ke dalam
hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan tumbuhan) cenderung herbivora.
Pada masa pemeliharaan, ikan nila dapat diberi pakan buatan (pelet) yang
mengandung protein antara 20 – 25 %. (Suriadi, 2019).
Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan tawar yang tergolong sebagai
Ikan omnivora (Iriantoet al., 2006), ikan ini termasuk omnivora yang cenderung
herbivora sehingga lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur
dengan sumber bahan nabati. Ikan air tawar umumnya dapat tumbuh baik dengan
pemberian pakan yang mengandung kadar protein 25-35% (Widyanti, 2016).
Menurut Elyana 2016, ikan nila adalah hewan yang memenuhi
kebutuhannya dengan cara memakan hewan dan tumbuhan (omnivor), emakan
plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Selain itu, ikan ini mudah
berkembang biak, peka terhadap perubahan lingkungan, mampu mencerna
makanan secera efisiens, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap serangan
penyakit.
5
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
Praktek kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan pada tangggal 10 juni s/d
10 juli 2022. Bertempat di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT), Jl.
Pinilih, Desa Tatelu, Jaga VI, Kecamatan Diembe, Kbupaten Minahasa Utara,
Provinsi Sulawesi Utara.
6
5 Ember Sebagai wadah untuk menyimpan pakan
ikan
6 Gayung Sebagai alat untuk mengambil pakan
7 Seser Sebagai alat untuk menangkap ikan nila
8 Pompa Air Sebagai alat untuk memompa air ke
dalam kolam
9 Filter Sebagai penyaringan air
10 pH meter Untuk mengukur keasaman air
11 DO meter Untuk mengukur kadar oksigen terlarut
12 Termometer Untuk mengukur suhu air
7
3.5 Analisis Data
Keterangan :
P = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Pt = Panjang rata-rata akhir pemeliharaan
Po = Panjang rata-rata awal pemeliharaan
2. Berat Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak dihitung menggunakan rumus Effendi (1979) :
Wm = Wt – Wo
Keterangan :
Wm = Pertumbuhan berat mutlak (gram)
Wt = Berat rata-rata akhir pemeliharaan
Wo = Berat rata-rata awal pemeliharaan
𝑡−𝑜
G= ×100 %
t
8
Keterangan :
G : Laju pertumbuhan harian (%)
Wt : Berat panen rata-rata per ekor (gr)
Wo : Berat tebar rata-rata per ekor (gr)
t : Lama pemeliharaan (hari)
SR = Nt ×100%
No
Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan akhir pemeliharaan
(ekor) No : Jumlah ikan awal
pemeliharaan (ekor)
5. Biomassa
Menurut Amri dan Kanna (2008), biomassa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Biomassa = Populasi × ABW
Keterangan :
Biomassa : Jumlah total berat ikan yang ada di kolam (kg)
Populasi : Jumlah total ikan yang hidup selama pemeliharaan (ekor)
ABW : Berat rata-rata (gram/ekor)
6. Kualitas Air
Adapun parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, pH dan oksigen
terlarut (DO).
9
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu adalah salah satu
UPT Direktorat Jendral Perikanan Budidaya yang diberi amanah untuk perikanan
budidaya dikawasan Timur Indonesia. Dalam perikanan tugas melaksanakan
penerapan teknik pembenihan dan pembudidayan ikan air tawar serta pelestarian
sumberdaya induk atau jenis ikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan NO.06/PERMEN-
KP/2014 dengan meyelengarakan fungsi melaksanakan uji terapteknik dan
kerjasama, produksi, budidaya, yang meliputi bagiantimur Indonesia yaitu
Sulawesi, Maluku dan Papua.Dalam melaksanakan tugas BPBAT Tatelu
menyelenggarakan fungsinya:
1. Identifikasi dan penyusunan rencana program teknis dan anggaran,
pemantauan dan evaluasi serta laporan.
2. Pelaksanan uji terap teknik perikanan budidaya air tawar.
3. Pelaksanan penyiapan bahan standarisasi perikanan budidaya air tawar.
4. Pelaksanan sertifikasi system perikanan budidaya air tawar.
5. Pelaksanan kerja sama teknis perikanan air tawar`
6. Pengelolan dan pelayanan system informasi dan publikasi perikanan
budidaya air tawar.
7. Pelaksanaan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis
perikanan budidaya air tawar.
8. Pelaksanaan pengujian mutu pakan,residu,serta kesehatan ikan dan
lingkungan budidaya air tawar
9. Pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium pengujian.
1
10. Pengelolaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana
produksi perikanan budidaya air tawar
11. Pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar
12. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
a. VISI
1. Mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan
berkelanjutan berbasiskan kepentingan Nasional
b. MISI
1. Mewujudkan kemandirian perikanan pembudidaya melalaui pemanfaatan
sumber daya berbasis pemberdaya masyarakat
2. Mewujudkan produk perikanan budidaya berdaya saing melalui
meningkatan teknologi inovatif.
3. Memanfaatkan sumber daya perikanan budidaya secara berkelanjutan.
1
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu berlokasi di Jalan
Pinilih, Desa Tatelu, Jaga VI, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara,
Provinsi Sulawesi Utara, sekitar dua puluh delapan kilometer dari pusat Kota
Manado. Luas seluruh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu
14,161 ha, yang terdiridari area perkolaman, laboratorium indoor, hatchery,
Gedung serbaguna, kantor, asrama dan sarana penunjang lainnya.
KEPALA BALAI
1
4.1.5 Sumberdaya Manusia
Sumber air yang di pergunakan untuk perkolaman berasal dari aliran air
Sungai Talawaan dari Gunung Klabat. Pada bagian hulu ditahan dengan cekdam
atau bendungan dengan panjang 25m dan lebar 6 m, debit air yang masuk dari
bendungan air tersebut pada musim penghujan mencapai 80 liter/detik, kemudian
dialirkan kekolam-kolam melalui saluran yang terbuat dari tembok.
1
Table 3. Sarana dan prasarana
1
Laboratorium 120 m2 2
Kendaraan operasional Innova, Toyota hi-lux, Kia
treavel, Trukhinodruto,
Mazda E200
Excavator Sumitomo SC-75, Hitachi
taxis
Motor Operasional pengawasan
perikanan perkantoran
1
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1
selama 4 jam sudah siap untuk diberikan pada organisme budidaya dengan daya
simpan pakan selama 3-5 hari.
Pemberian pakan yang cukup akan berpengaruh pada pertumbuhan ikan
sehingga produktivitas pun meningkat. Semakin padat penebaran benih ikan akan
semakin banyak pula pakan yang dibutuhkan (Suryaningrum, 2012). Jenis pakan
yang diberikan pada ikan nila sistem bioflok yaitu mengandung protein 31%,
lemak 5%, serat 5%, kadar abu 13%, kadar air 12%. Pemberian pakan dan
pencampuran probiotik terlihat pada Gambar 5.
a b
Gambar 5. a. Pemberian pakan, b. pencampuran probiotik
1
Lactobacillus. Bacillus merupakan genus bakteri yang dapat melakukan proses
nitrifikasi dan denitrifikasi, selain itu lactobacillus juga masuk ke dalam
kelompok bakteri asam laktat karena mampu mengubah laktosa atau gula lainnya
menjadi asam laktat.
Menurut Amri dan Khairuman (2014), salah satu kelebihan ikan nila
adalah adaptif terhadap lingkungan. Di Indonesia, budi daya ikan nila terdapat
pada perairan payau, kolam air deras, sungai mengalir, danau, waduk maupun
sawah. Selain itu, lokasi budi daya juga dapat dijumpai di pantai dan di daerah
pegunungan hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Adapun syarat
hidup kualitas air ikan nila yaitu suhu, DO, pH.
Suhu yang dapat ditolerir ikan nila yaitu 140C sampai dengan 380C. Suhu
optimum untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 250C sampai dengan 300C
(Amri dan Khairuman 2007).
Dissolved Oxygen (DO) atau Oksigen Terlarut Kebutuhan oksigen terlarut
yang dibutuhkan ikan yaitu minimal 4,00 ppm. Oksigen terlarut ideal untuk
pertumbuhan ikan nila yaitu minimal 5,00 ppm. Untuk menambah kandungan
oksigen biasanya dibuat aliran air dengan cara menambah debit air (Sugiarto
2014).
Menurut Sugiarto (2014), nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman
perairan. Beberapa faktor yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas
fotosintesis dan suhu. Nilai pH sebagai syarat hidup bagi ikan nila berkisar antara
6,00-8,50 tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada
kisaran pH 7,00–8,00.
Pengukuran kualitas air kolam bioflok dilakukan setiap tiga kali dalam
seminggu yaitu pada pagi hari dan sore. Pengukuran kualitas air mulai dilakukan
sejak awal penebaran hingga akhir pemeliharaan. Data pengukuran kualitas air
kolam bioflok ikan nila dapat dilihat pada tabel 5.
1
a b
Gambar 6. Pengukuran kualitas air (suhu, pH, DO). a. Pagi, b. Sore
1
5.4.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak
Berat mutlak ikan nila dihitung dengan rumus Effendi (1979), dapat dilihat
pada halaman 8. Nilai berat mutlak didapat dengan cara mengurangi berat rata-
rata ikan nila di akhir pemeliharaan dengan berat rata-rata ikan mas di awal
pemeliharaan. Hasil pengukuran berat mutlak ikan mas yang dipelihara selama
satu bulan. Dapat dilihat pada Tabel 7 pertumbuhan berat mutlak dari
pemeliharaan ikan nila selama satu bulan sebagai berikut :
Tabel 7. Berat mutlak ikan nila pada pemeliharaan
Tanggal Berat Rata-rata (gr) Pert Berat
Kolam
Pendederan Awal (Wo) Akhir (Wt) Mutlak (gr)
10 juni B7 50 106 56
2
5.4.3 Laju Pertumbuhan Harian atau Specific Grow Rate (SGR)
Laju pertumbuhan harian ikan nila dihitung dengan rumus Hariati (1989),
dapat dilihat pada halaman 8. Nilai SGR didapat dengan cara mengurangi berat
rata-rata ikan nila di akhir pemeliharaan dengan berat rata-rata ikan nila di awal
pemeliharaan lalu dibagi dengan jumlah hari pemeliharaan dan dikalikan dengan
100%. Laju pertumbuhan harian ikan nila yang dipelihara selama satu bulan.
Dapat dilihat pada Tabel 8 laju pertumbuhan pemeliharaan ikan nila selama satu
bulan sebagai berikut :
Tabel 8. Laju pertumbuhan ikan nila
Berat Rata-rata
Tanggal SGR
Kolam Awal Akhir t (hari)
Pendederan (%/hari)
(Wo) (Wt)
10 juni B7 50 106 22 2.5
Survival rate ikan nila dihitung menggunakan rumus Effendi (1979), dapat
dilihat pada halaman 8. Nilai SR didapat dengan cara membagi jumlah ikan yang
dipeliha dengan jumlah tebar awal ikan lalu dikalikan dengan 100%. Dapat dilihat
pada tabel 9 tingkat kelangsungan hidup atau survival rate ikan nila selama satu
bulan pemeliharaan.
Tabel 9. Survival rate atau tingkat kelangsungan hidup.
Tanggal Jumlah ikan nila yang
Kolam dipelihara SR (%)
Penebaran Panen Awal (No) Akhir (Nt)
B7 10 juni 2 juli 1.228 1.200 0.97
2022 2022
2
5.4.5 Biomasa
2
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Saran yang diberikan oleh penulis untuk mahasiswa dan siswa yang
melakukan magang atau pkl di BPBAT Tatelu komoditas pembesaran ikan nila
terkhusus di bioflok agar bisa mempelajari terlerbih dahulu apa yang harus
dilakukan dilapangan dan sering bertanya pada pembimbing lapangan atau tenaga
kerja untuk di jadikan pegangan pembuatan laporan nantinya. Selain itu semoga
laporan ini dapatbermanfaat bagi pembaca serta bisa jadi acuan bagi pembaca
nanti.
2
DAFTAR PUSTAKA
Ahda, M., Hanief, R., Studi, P., Perairan, B., Perikanan, J., Diponegoro, U., &
Semarang, T.-. (2014). Journal of Aquaculture Management and Technology
Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(1981), 67–74.
Cahrial, E., & Noormansya, Z. (2020). Analisis Finansial Budidaya Ikan Nila
Gesit Intensif dengan Sistem Bioflok Intensive Financial Analysis of Nile
Tilapia Fish Culture with Biofloc System. 04(02), 81–86.
Fakultas, A., Unsri, P., Indralaya, K., Palembang, R., Km, P., & Telp, O. I. (2014).
1 , 1* , 1. 2(1), 1–12.
Hikmah, D. (2020). Penerapan Teknologi Bioflok Budidaya Ikan Nila untuk
Pemanfaatan Penerapan Teknologi Bioflok Budidaya Ikan Nila untuk
Pemanfaatan Pekarangan Rumah Nonproduktif. January.
https://doi.org/10.12962/j26139960
Ii, B. A. B. (2016). Pengaruh Pemberian Kombinasi…, Nadiya Nur Apreli, FKIP
UMP, 2016. 5–17.
Lasena, A., & Irdja, A. M. (2016). TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA ( Oreochromis niloticus ).
65–76.
Mumpuni, F. S. (2014). EFEKTIVITAS PEMBERIAN AKAR TUBA ( Derris
elliptica ) TERHADAP LAMA WAKTU KEMATIAN IKAN NILA
( Oreochromis niloticus ) EFFECTIVENESS OF TUBA ROOT ( Derris
elliptica ) IN LENGTHENING MORTALITY TIME OF NILE TILAPIA
( Oreochromis niloticus ) Tinjauan Pustaka Ikan Nila ( Oreochromis
niloticus ) Morfologi Ikan Nila. 50(1), 22–31.
Perikanan, F., Universitas, K., & Soedarto, J. P. (2021). D e p a r t e m e n A k u a
k u l t u r. 5, 197–203.
Redjeki, E. S. (2019). PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
IKAN NILA ( Oreochromis niloticus ) PADA SISTEM BIOFLOK. 8(2).
Response, G. (2021). Respon Pertumbuhan Ikan Nila ( Oreochromis niloticus )
yang diberi Pakan Supplementasi Bawang Putih ( Allium sativum ) pada
2
Sistem Bioflok. 18(2), 117–122.
Suriadi. (2019). EFESIENSI PAKAN DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN
NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS).
Yang, S. (2021). LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
IKAN NILA ( Oreochromis. 2(3), 166–175.
2
LAMPIRAN
a. alat
2
b. bahan
2
d. kegiatan penguuran kualitas air (suhu, pH, DO)
e. kegiatan sampling
2
f. kegiatan pemberian pakan