Anda di halaman 1dari 38

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA BUDIDAYA IKAN NILA

(oreochromis niloticus) DENGAN SISTEM BIOFLOK


DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR TATELU,
KECAMATAN DIMEMBE, MINAHASA UTARA,
PROVINSI SULAWESI UTARA

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


“Di ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
Praktik Kerja Lapangan”

OLEH :
Bandung Arisandi
1111419037

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

AMI IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR TATELU, KECAMATAN D
PROVINSI SULAWESI UTARA

OLEH :
BANDUNG ARISANDI NIM. 1111419037

Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Oleh :

Ketua Jurusan Budidaya Perairan Pembimbing

Ir. Rully Tuiyo, M.Si


NIP. 196009161994031001 Dr. Ir Hasim, M.Si
NIP. 196912311994031014

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang
maha kuasa Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan sebuah karya ilmiah berupa laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) yang akan di laksanakan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT)
Tatelu, Sulawesi Utara. Adapun judul dari laporan ini yaitu “Manajemen
Pemberian Pakan Pada Budidaya Ikan Nila (oreochromis niloticus) Dengan
Sistem Bioflok di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu, Kecamatan
Dimembe, Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara”.
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai persyaratan untuk
mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL). Penulis sangat berterima kasih kepada
Bapak Dr. Ir Hasim, M.Si selaku dosen pembimbing laporan, karena beliau selalu
memberikan arahan serta motivasi untuk penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari banyak kekurangan,
sehingganya penulis sangat mengharapkan adanya kritik maupun saran
membangun guna mengevaluasi penulis untuk membuat karya ilmiah kedepannya.
Harapan dari penulis semoga laporan ini akan bermanfaat bagi penulis,
pembaca dan akademisi terutama mahasiswa budidaya perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo, Terima kasih
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Agustus 2022

Bandung Arisandi

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam membantu penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini,
khusunya kepada :
1. Orang tua penulis yang tiada henti-hentinya memberikan do’a serta
motivasi bagi penulis
2. Bapak Dr. Abdul Hafidz Olii, S.Pi., M.Si, selaku Dekan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo
3. Bapak Ir. Rully Tuiyo, M.Si selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan
4. Bapak Arafik Lamadi, SST., MP selaku Sekretaris Jurusan Budidaya
Perairan
5. Bapak Dr. Ir Hasim, M.Si selaku Dosen Pembimbing Laporan Praktik
Kerja Lapangan, yang senantiasa memberikan arahan serta masukan
mengenai laporan penulis
6. Teman-teman angkatan 2019 khususnya teman-teman kelas yang selalu
menemani hingga saat ini.

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN·······························································i

KATA PENGANTAR······································································i

UCAPAN TERIMA KASIH······························································i

DAFTAR ISI···············································································iii

DAFTAR TABEL··········································································v

DAFTAR GAMBAR······································································vi

BAB I PENDAHULUAN·································································1

1.1 Latar Belakang······································································1


1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan···············································2
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan··············································2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA·························································3

2.1 Klasifikasi Ikan Nila (oreochromis niloticum)································3


2.2 Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus)··································3
2.3 Habitat Dan Penyebrangan·······················································4
2.4 Pakan Dan Kebiasaan Makan····················································5
BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN·········································6

3.1 Waktu Dan Tempat································································6


3.2 Metode Pengumpulan Data·······················································6
3.3 Alat Dan Bahan·····································································6
3.4 Prosedur Kerja······································································7
3.5 Analisis Data·········································································8
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK·······························10

4.1 Keadaan Umum Lokasi··························································10


4.1.1 Sejarah umum·······························································10
4.1.2 Visi dan misi·································································11
4.1.3 Letak Geografis·····························································11
4.1.4 Stuktur organisasi··························································12
4.1.5 Sumberdaya Manusia······················································13

i
4.1.6 Sumber Air···································································13
4.1.7 Sarana Dan Prasarana····················································13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN···············································16

5.1 Pemeliharaan Ikan Nila··························································16


5.2 Manajemen Pemberian Pakan··················································16
5.3 manajemen Kualitas Air·························································17
5.4 Pengamatan pertumbuhan······················································19
5.4.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak··········································20
5.4.2 Pertumbuhan Berat Mutlak··············································20
5.4.3 Laju Pertumbuhan Harian atau Specific Grow Rate (SGR)······21
5.4.4 Survival Rate································································21
5.4.5 Biomasa·······································································22
BAB VI PENUTUP·······································································23

6.1 Kesimpulan·········································································23
6.2 Saran·················································································23
DAFTAR PUSTAKA····································································24

LAMPIRAN···············································································26

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1.Alat yang digunakan...................................................................................6


Tabel 2. Bahan yang digunakan..............................................................................6
Table 3. Sarana dan prasarana...............................................................................13

Tabel 4. Jumlah dosis pakan yang diberikan pada ikan nila.................................16


Tabel 5. Kualitas air (Suhu, pH dan DO)..............................................................18
Tabel 6. Panjang mutlak ikan nila pada pemeliharaan.........................................18
Tabel 7. Berat mutlak ikan nila pada pemeliharaan.............................................19
Tabel 8. Laju pertumbuhan ikan nila.....................................................................19
Tabel 9. Survival rate atau tingkat kelangsungan hidup.......................................20

Tabel 10. Biomassa ikan nila selama pemeliharaan.............................................20

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. ikan nila (Oreochromis niloticus).........................................................3


Gambar 2. Denah Lokasi BPBAT Tatelu.............................................................11
Gambar 3. Struktur Organisasi BPBAT Tatelu 2022...........................................12
Gambar 4. Sumber Daya Manusia di BPBAT Tatelu 2020.................................13
Gambar 5. a. Pemberian pakan, b. pencampuran probiotik.................................16
Gambar 6. Pengukuran kualitas air (suhu, pH, DO). a. Pagi, b. Sore..................17

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila adalah ikan asli dari benua Afrika yang masuk ke Indonesia dan
secara massal berkembang. Tingkat penggunaan ikan nila sebagai komoditas
budidaya sengat luas hingga menjadikan ikan ini menjadi komiditas yang sangat
penting di budidaya ikan secara global (Jegede, 2012). Ikan nila (Oreochromis
niloticus) merupakan salah satu komoditas perikanan yang digemari masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki daging yang tebal
serta rasa yang enak. Ikan nila juga merupakan ikan yang potensial untuk
dibudidayakan karena mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan
kisaran salinitas yang luas (Hadi et al., 2009).
Dalam kegiatan budidaya pakan memiliki peranan yang sangat penting.
Pakan akan menentukan tingkat pertumbuhan ikan, namun dari sejumlah pakan
yang diberikan hanya sekitar 25% yang dikonversi sebagai hasil produksi dan
sisanya akan terbuang sebagai limbah (sekitar 62% berupa bahan terlarut dan 13%
berupa partikel terendap) (Avnimelech dan Purnomo, 2012). Hal ini dapat
menyebabkan penurunan kualitas air pada sistem budidaya. Salah satu alternatif
yang dapat dilakukan untuk mengelola limbah menjadi sumber pakan tambahan
adalah dengan memanfaatkan bakteri probiotik melalui penerapan teknologi
bioflok pada media budidaya.
Teknologi bioflok menjadi salah satu alternatif pemecah masalah limbah
budidaya intensif, teknologi ini yang paling menguntungkan karena selain dapat
menurunkan limbah nitrogen anorganik dari sisa pakan dan kotoran, teknologi ini
juga dapat menyediakan pakan tambahan berprotein untuk hewan budidaya
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Berdasarkan hal
tersebut teknologi bioflok dapat dijadikan solusi dalam peningkatan Teknologi
bioflok dilakukan dengan menambahkan karbohidrat organik kedalam media
pemeliharaan untuk meningkatkan rasio C/N dan merangsang pertumbuhan

1
bakteri heterotrof yang dapat mengasimilasi nitrogen anorganik menjadi biomasa
bakteri ( Cahrial and Noormansya 2020).
Teknologi bioflok merupakan sistem pemanfaatan limbah nitrogen
anorganik yang bersifat racun (amoniak) menjadi bakterial protein sehingga dapat
dimakan oleh ikan. Prinsip pengubahan limbah dengan memanfaatkan bakteri
heterotrof menjadi penyusun utama bioflok. Bakteri heterotrof memanfaatkan
nitrogen dalam bentuk amonia di dalam air untuk membentuk biomassa bakteri
yang kemudian dapat dikonsumsi oleh ikan ( Soedarto 2021).

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan praktek kerja lapangan di Balai


Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatetlu yaitu menetahui pelaksaaan
pemberian pakan atau manajemen pemberian pakan pada ikan nila (Oreochromis
niloticus) sistem bioflok.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Manfaat dari praktek kerja lapangan yaitu menambah wawasan tentang


budidaya ikan nila dan mengetahui manajemen pemberian pakan ikan nila
(Oreochromis niloticum) sistem bioflok di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Tatelu.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Nila (oreochromis niloticum)

Adapun klasifikasi ikan nila menurut Amri dan Khairuman 2007 yaitu:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Achanthopterygii
Ordo : Perciformes
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. ikan nila (Oreochromis niloticus)

2.2 Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus)

Adapun morfologi ikan nila menurut Mumpuni, 2014 yaitu lebar badan
ikan nila umumnya sepertiga dari panjang badannya. Bentuk tubuhnya
memanjang dan ramping, sisik ikan nila relatif besar, matanya menonjol dan besar
dengan tepi berwarna putih. Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang berada di
punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip dubur (anal fin) memiliki 3 jari-

3
jari keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-
jari lemah mengeras dan 16-18 jari-jari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin)
memiliki 17 jari-jari sirip keras dan 13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip
dadanya (pectoral fin) memiliki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah.
Sirip perut (ventral fin) memilki 1 jari-jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah.
Ikan nila memiliki sisik cycloid yang menutupi seluruh tubuhnya.
Nila jantan mempunyai bentuk tubuh membulat dan agak pendek
dibandingkan dengan nila betina. Warna ikan nila jantan umumnya lebih cerah
dibandingkan dengan betina. Pada bagian anus ikan nila jantan terdapat alat
kelamin yang memanjang dan terlihat cerah. Alat kelamin ini semakin cerah
ketika telah dewasa atau matang gonad dan siap membuahi telur. Sementara itu,
warna sisik ikan nila betina sedikit kusam dan bentuk tubuh agak memanjang.
Pada bagian anus ikan nila betina terdapat dua tonjolan membulat. Satu
merupakan saluran keluarnya telur dan yang satunya lagi saluran pembuangan
kotoran. Ikan nila mencapai masa dewasa pada umur 4 sampai 5 bulan. Induk
betina bertelur 1.000 sampai 2.000 butir. Setelah telur dibuahi oleh induk, telur
hingga menjadi larva.

2.3 Habitat Dan Penyebrangan

Ikan nila (Oreochromis niloticus) digolongkan jenis ikan yang euryhaline


berdasarkan cara hidupnya, yaitu ikan yang mampu hidup pada toleransi salinitas
yang cukup tinggi sehingga penyebarannya pun cukup luas yaitu meliputi sungai,
danau, waduk, rawa-rawa, dan juga air payau. Penyebaran habitat yang cukup luas
dan toleransi yang luas terhadap salinitas tentunya mampu mempengaruhi proses
fisiologis dalam tubuh ikan nila (Sobirin, Soegianto, & Irawan, 2014). Perubahan
tersebut yaitu meliputi gangguan pertumbuhan, produktivitas dan semua aktivitas,
dimana hal tersebut adalah akibat dari mekanisme hemeostasis dalam tubuh yang
terganggu (Khairunnisa, Sofyan, & Abidin, 2021).
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan air
tawar introduksi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi di beberapa daerah
Asia termasuk di Indonesia. Pertama kali ikan Nila didatangkan ke Indonesia pada

4
tahun 1969. Sejak saat itu, perkembangan budidaya ikan Nila menjadi sangat
pesat. Hal tersebut tidak lain karena ikan Nila mempunyai kemampuan adaptasi
yang relatif baik terhadap lingkungan. (Lasena & Irdja, 2016).

2.4 Pakan Dan Kebiasaan Makan

Pakan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-
tumbuhan lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong ke dalam
hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan tumbuhan) cenderung herbivora.
Pada masa pemeliharaan, ikan nila dapat diberi pakan buatan (pelet) yang
mengandung protein antara 20 – 25 %. (Suriadi, 2019).
Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan tawar yang tergolong sebagai
Ikan omnivora (Iriantoet al., 2006), ikan ini termasuk omnivora yang cenderung
herbivora sehingga lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur
dengan sumber bahan nabati. Ikan air tawar umumnya dapat tumbuh baik dengan
pemberian pakan yang mengandung kadar protein 25-35% (Widyanti, 2016).
Menurut Elyana 2016, ikan nila adalah hewan yang memenuhi
kebutuhannya dengan cara memakan hewan dan tumbuhan (omnivor), emakan
plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Selain itu, ikan ini mudah
berkembang biak, peka terhadap perubahan lingkungan, mampu mencerna
makanan secera efisiens, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap serangan
penyakit.

5
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktek kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan pada tangggal 10 juni s/d
10 juli 2022. Bertempat di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT), Jl.
Pinilih, Desa Tatelu, Jaga VI, Kecamatan Diembe, Kbupaten Minahasa Utara,
Provinsi Sulawesi Utara.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan magang ini adalah pengamatan


langsung/observasi, Wawancara dan studi pustaka dan partisipasi aktif. Data yang
terkumpul terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara, pengamatan secara langsung. Data sekunder diperoleh dari
studi pustaka dengan mencatat dan mengutip data yang ada di BPBAT, Jurnal,
Laporan laporan hasil penelitian yang ada di BPBAT, data statistik dari BPBAT
Minahasa Utara.

3.3 Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada Magang Mandiri MBKM


sebagaimana tertera pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Alat yang digunakan
No Nama Alat Fungsi
1 Kolam terpal bulat (round Sebagai wadah pemeliharaan ikan nila
tarpaulin pond)
2 Hi-blow Sebagai mesin aerator kolam bioflok
3 Aerator Sebagai alat untuk menyuplai oksigen
4 Timbangan Sebagai alat untuk mengukur berat ikan
dan pakan

6
5 Ember Sebagai wadah untuk menyimpan pakan
ikan
6 Gayung Sebagai alat untuk mengambil pakan
7 Seser Sebagai alat untuk menangkap ikan nila
8 Pompa Air Sebagai alat untuk memompa air ke
dalam kolam
9 Filter Sebagai penyaringan air
10 pH meter Untuk mengukur keasaman air
11 DO meter Untuk mengukur kadar oksigen terlarut
12 Termometer Untuk mengukur suhu air

Tabel 2. Bahan yang digunakan


No Nama Bahan Fungsi
1 Probiotik Sebagai pengurai bahan organic
Bacillus/Lactobacillus
(Bilacto/Probac)
2 Pakan (pelet Apung) Sebagai bahan untuk pakan ikan
3 Vitamin C Sebagai bahan untuk daya tahan tubuh
dan penambah nafsu makan ikan
4 Benih ikan nila Jenis komoditas ikan yang
dibudidayakan

3.4 Prosedur Kerja

Prosedur kerja merupakan rangkaian tata kerja yang saling berhubungan


sehingga menunjukkan adanya suatu urutan tahap demi tahap yang harus
dikerjakan dalam rangka penyelesaian suatu pekerjaan (Arlina, 2019 dalam akbar
2020). Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada kegiatan budidaya ikan mas di
BPBAT Tatelu terbagi dalam dua tahapan kegiatan yaitu tahap pembenihan dan
pembesaran.

7
3.5 Analisis Data

Parameter yang diamati pada kegiatan budidaya ikan nila meliputi:


1. Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak dihitung menggunakan rumus Effendi
(1979) :
P = Pt – Po

Keterangan :
P = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Pt = Panjang rata-rata akhir pemeliharaan
Po = Panjang rata-rata awal pemeliharaan

2. Berat Mutlak
Pertumbuhan berat mutlak dihitung menggunakan rumus Effendi (1979) :

Wm = Wt – Wo
Keterangan :
Wm = Pertumbuhan berat mutlak (gram)
Wt = Berat rata-rata akhir pemeliharaan
Wo = Berat rata-rata awal pemeliharaan

3. Laju Pertumbuhan Harian (LPH)


Laju pertumbuhan harian (LPH) persentase pertambahan berat ikan setiap
harinya selama pemeliharaan, laju pertumbuhan harian ditunjukkan dalam satuan
(%) dihitung dengan rumus Hariati (1989) :

𝑡−𝑜
G= ×100 %
t

8
Keterangan :
G : Laju pertumbuhan harian (%)
Wt : Berat panen rata-rata per ekor (gr)
Wo : Berat tebar rata-rata per ekor (gr)
t : Lama pemeliharaan (hari)

4. Survival Rate (SR)


Survival rate (SR) adalah jumlah tingkat kehidupan ikan dari penebaran
hingga akhir pemeliharaan. Adapun rumus SR sebagai berikut (Effendi, 1979) :

SR = Nt ×100%
No

Keterangan :
SR : Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt : Jumlah ikan akhir pemeliharaan
(ekor) No : Jumlah ikan awal
pemeliharaan (ekor)

5. Biomassa
Menurut Amri dan Kanna (2008), biomassa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Biomassa = Populasi × ABW
Keterangan :
Biomassa : Jumlah total berat ikan yang ada di kolam (kg)
Populasi : Jumlah total ikan yang hidup selama pemeliharaan (ekor)
ABW : Berat rata-rata (gram/ekor)

6. Kualitas Air
Adapun parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, pH dan oksigen
terlarut (DO).

9
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK

4.1 Keadaan Umum Lokasi

4.1.1 Sejarah umum

Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu adalah salah satu
UPT Direktorat Jendral Perikanan Budidaya yang diberi amanah untuk perikanan
budidaya dikawasan Timur Indonesia. Dalam perikanan tugas melaksanakan
penerapan teknik pembenihan dan pembudidayan ikan air tawar serta pelestarian
sumberdaya induk atau jenis ikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan NO.06/PERMEN-
KP/2014 dengan meyelengarakan fungsi melaksanakan uji terapteknik dan
kerjasama, produksi, budidaya, yang meliputi bagiantimur Indonesia yaitu
Sulawesi, Maluku dan Papua.Dalam melaksanakan tugas BPBAT Tatelu
menyelenggarakan fungsinya:
1. Identifikasi dan penyusunan rencana program teknis dan anggaran,
pemantauan dan evaluasi serta laporan.
2. Pelaksanan uji terap teknik perikanan budidaya air tawar.
3. Pelaksanan penyiapan bahan standarisasi perikanan budidaya air tawar.
4. Pelaksanan sertifikasi system perikanan budidaya air tawar.
5. Pelaksanan kerja sama teknis perikanan air tawar`
6. Pengelolan dan pelayanan system informasi dan publikasi perikanan
budidaya air tawar.
7. Pelaksanaan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis
perikanan budidaya air tawar.
8. Pelaksanaan pengujian mutu pakan,residu,serta kesehatan ikan dan
lingkungan budidaya air tawar
9. Pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium pengujian.

1
10. Pengelolaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana
produksi perikanan budidaya air tawar
11. Pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar
12. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

4.1.2 Visi dan misi

a. VISI
1. Mewujudkan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan
berkelanjutan berbasiskan kepentingan Nasional
b. MISI
1. Mewujudkan kemandirian perikanan pembudidaya melalaui pemanfaatan
sumber daya berbasis pemberdaya masyarakat
2. Mewujudkan produk perikanan budidaya berdaya saing melalui
meningkatan teknologi inovatif.
3. Memanfaatkan sumber daya perikanan budidaya secara berkelanjutan.

4.1.3 Letak Geografis

Gambar 2. Denah Lokasi BPBAT Tatelu

1
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu berlokasi di Jalan
Pinilih, Desa Tatelu, Jaga VI, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara,
Provinsi Sulawesi Utara, sekitar dua puluh delapan kilometer dari pusat Kota
Manado. Luas seluruh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu
14,161 ha, yang terdiridari area perkolaman, laboratorium indoor, hatchery,
Gedung serbaguna, kantor, asrama dan sarana penunjang lainnya.

4.1.4 Stuktur organisasi

Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan No. 06/KEPMEN-


KP/2014, struktur organisasi BPBAT Tatelu terdiri dari Kepala balai, sub bagian
tatausaha, seksi uji terap teknik dan kerjasama, seksi pengujian dan dukungan
teknis dan kelompok jabatan fungsional.
Struktur Organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu

KEPALA BALAI

Carlos Lisbon Sirait, S.Pi, M.M

SUB. BAGIAN TATA USAHA

Makkulau Sultan S.St.Pi, M.Si


SEKSI UJI TERAP TEKNIS DAN KERJA SAMA
SEKSI PENGUJIAN DAN DUKUNGAN TEKNIS
Jasmin J. Watung, S.Pi Jhonly Solang, S.Pi, M.Si

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


Perekayasa Litkayasa
Pengawas Perikanan PHPI
Pranata Humas

Gambar 3. Struktur Organisasi BPBAT Tatelu 2022

1
4.1.5 Sumberdaya Manusia

Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Tatelu dalam melaksanakan tugas


dan fungsinya telah memiliki tenaga teknis dan tenaga administrasi dengan jumlah
64 orang.

Gambar 4. Sumber Daya Manusia di BPBAT Tatelu 2022

4.1.6 Sumber Air

Sumber air yang di pergunakan untuk perkolaman berasal dari aliran air
Sungai Talawaan dari Gunung Klabat. Pada bagian hulu ditahan dengan cekdam
atau bendungan dengan panjang 25m dan lebar 6 m, debit air yang masuk dari
bendungan air tersebut pada musim penghujan mencapai 80 liter/detik, kemudian
dialirkan kekolam-kolam melalui saluran yang terbuat dari tembok.

4.1.7 Sarana Dan Prasarana

Guna menunjang berjalanya proses kegiatan dengan baik, BPBAT tatelu


meneyidakan beberapa saran dan prasarana. Sarana dan prasarana dapat di lihat
pada tabel di bahwa ini.

1
Table 3. Sarana dan prasarana

Sarana dan Spesifikasi dan


Jumlah Keterangan
Prasarana ukuran
Kolam pembenihan 200-400 m2 67 Kolam pemijahan dan
pendederan
Kolam calon induk 200-700 m2 45 Kolam pembesaran
Kolam terasering 18 Kolam calon induk/induk,
ikan hias
Kolam air deras 10 m2 8 Kolam ikan mas lele dan
patin
Hatchery 62-647 m2 6 Tempat pemijahan ikan
Pabrik pakan 40 kg/jam dan 1502 Pakan tenggelam dan
kg/jam pakan terapung
Keramba jaring apung 6x6 dan 3x3 62 Akuatik dan bamboo
Tandon pasok 100 m2 dan 500 m2 3 Operasional
Gudang pakan 30 m2 2 Gudang dan container
Gedung kantor utama 704 m2 Tata usaha dan
pengelolaan keuangan
Gedung layanan 287 m2 Untuk kegiatan kepala
informasi standarisasi dan informasi
Gedung serbaguna 120 m2 Untuk kegiatan rapat dan
organisasi
Gedung pelatihan 200 m2 Untuk kegiatan pelatihan
dan pertemuan
Rumah dinas 41 Untuk pegawai
Asrama 200 m2, 120 m2, 770 3 Untuk peserta magang

m2 atau pelatihan di BPBAT


Tatelu
Ruang generator 287 m2 1

1
Laboratorium 120 m2 2
Kendaraan operasional Innova, Toyota hi-lux, Kia
treavel, Trukhinodruto,
Mazda E200
Excavator Sumitomo SC-75, Hitachi
taxis
Motor Operasional pengawasan
perikanan perkantoran

1
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemeliharaan Ikan Nila

Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan dengan


tingkat permintaan pasar yang tinggi. Oleh karena itu, produktivitas budidaya ikan
nila konsumsi harus dipacu secara intensif dengan mempertimbangkan sifat ikan
nila yang mampu hidup pada kepadatan tinggi ( Hikmah, 2020).
Penerapan teknologi kolam bundar dan bioflok mampu menyelesaikan
permasalahan dengan meningkatkan kepadatan tebar ikan, menekan kebutuhan
pakan komersil, meningkatkan keseragaman ikan, meningkatkan produktivitas
dengan berkurangnya kematian serta pemerataan pertumbuhan ikan (Hikmah,
2020).

5.2 Manajemen Pemberian Pakan

Manajemen pemberian pakan adalah suatu usaha untuk memaksimalkan


pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan. Salah satu metode yang diterapkan dalam
manajemen pemberian pakan adalah dengan memberikan pakan pada waktu yang
tepat saat dibutuhkan (Ahda et al., 2014).
Pemberian pakan merupakan suatu usaha untuk memaksimalkan
pemanfaa- tan pakan untuk pertumbuhan. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 2
hari sekali yaitu pagi (08:00) dan sore (15:20). Dosis pakan yang digunakan yaitu
2-3% dari biomassa atau sesuai respon ikan dengan cara memberikan pakan 2-3
genggam (melihat respon ikan). Sebelum pemberian, pakan, difermentasi terlebih
dahulu dengan menggunakan larutan probiotik Paraqua.
Pemberian Paraqua dilakukan dengan cara melarutkan Paraqua 25 g ke
dalam air sebanyak 1,5 L. Setelah larut, larutan Paraqua dicampur dengan air dan
pakan dengan perbandingan 10 ml larutan paraqua : 170 ml air : 1 kg pakan dan
dibiarkan dalam kondisi anaerob (tertutup). Pakan yang sudah difermentasi

1
selama 4 jam sudah siap untuk diberikan pada organisme budidaya dengan daya
simpan pakan selama 3-5 hari.
Pemberian pakan yang cukup akan berpengaruh pada pertumbuhan ikan
sehingga produktivitas pun meningkat. Semakin padat penebaran benih ikan akan
semakin banyak pula pakan yang dibutuhkan (Suryaningrum, 2012). Jenis pakan
yang diberikan pada ikan nila sistem bioflok yaitu mengandung protein 31%,
lemak 5%, serat 5%, kadar abu 13%, kadar air 12%. Pemberian pakan dan
pencampuran probiotik terlihat pada Gambar 5.

a b
Gambar 5. a. Pemberian pakan, b. pencampuran probiotik

Tabel 4. Jumlah dosis pakan yang diberikan pada ikan nila


Jumlah Berat Dosis Jumlah
Biomassa
Waktu Sampling sampel rata2 pakan pakan
(kg)
(ekor) (gr) (%) (kg)
Pertama 50 50 61.4 3 2.0
Kedua 50 106 127.2 3 8.7

5.3 manajemen Kualitas Air

Menajemen kualitas air dilakukan dengan adanya perlakuan pergantian air


10-30% (tergantung kekentalan flok) seminggu sekali dan pemberian bahan
tambahan probiotik ½ sendok makan (25 ml/m³). Menurut Azhar et al. (2017),
bakteri yang dominan ditemukan pada permukaan dan dasar perairan yaitu genus

1
Lactobacillus. Bacillus merupakan genus bakteri yang dapat melakukan proses
nitrifikasi dan denitrifikasi, selain itu lactobacillus juga masuk ke dalam
kelompok bakteri asam laktat karena mampu mengubah laktosa atau gula lainnya
menjadi asam laktat.
Menurut Amri dan Khairuman (2014), salah satu kelebihan ikan nila
adalah adaptif terhadap lingkungan. Di Indonesia, budi daya ikan nila terdapat
pada perairan payau, kolam air deras, sungai mengalir, danau, waduk maupun
sawah. Selain itu, lokasi budi daya juga dapat dijumpai di pantai dan di daerah
pegunungan hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Adapun syarat
hidup kualitas air ikan nila yaitu suhu, DO, pH.
Suhu yang dapat ditolerir ikan nila yaitu 140C sampai dengan 380C. Suhu
optimum untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 250C sampai dengan 300C
(Amri dan Khairuman 2007).
Dissolved Oxygen (DO) atau Oksigen Terlarut Kebutuhan oksigen terlarut
yang dibutuhkan ikan yaitu minimal 4,00 ppm. Oksigen terlarut ideal untuk
pertumbuhan ikan nila yaitu minimal 5,00 ppm. Untuk menambah kandungan
oksigen biasanya dibuat aliran air dengan cara menambah debit air (Sugiarto
2014).
Menurut Sugiarto (2014), nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman
perairan. Beberapa faktor yang memengaruhi pH perairan di antaranya aktivitas
fotosintesis dan suhu. Nilai pH sebagai syarat hidup bagi ikan nila berkisar antara
6,00-8,50 tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada
kisaran pH 7,00–8,00.
Pengukuran kualitas air kolam bioflok dilakukan setiap tiga kali dalam
seminggu yaitu pada pagi hari dan sore. Pengukuran kualitas air mulai dilakukan
sejak awal penebaran hingga akhir pemeliharaan. Data pengukuran kualitas air
kolam bioflok ikan nila dapat dilihat pada tabel 5.

1
a b
Gambar 6. Pengukuran kualitas air (suhu, pH, DO). a. Pagi, b. Sore

Tabel 5. Kualitas air (Suhu, pH dan DO)


Parameter Satuan Kisaran SNI Kelayakan
Suhu o
C 27.6 – 28.9 25 – 30 Layak
pH - 7.32 – 8.22 6,5 - 8,5 Layak
DO mg/l 4.4 – 6.5 Minimal 5 Layak
Dari Tabel 5 di atas, terlihat bahwa kisaran parameter kualitas air (suhu,
pH dan DO) pada kolam pemeliharaan berada pada kisaran normal untuk
kehidupan ikan nila.

5.4 Pengamatan pertumbuhan

Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan cara sampling yang hanya


dilakukan dua kali saja yaitu pada awal dan akhir pemeliharaan. Sampling
dilakukan untuk mengetahui pertambahan panjang dan berat ikan nila pada awal
dan akhir pemeliharaan. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan cara
mengambil ikan nila menggunakan seser sebanyak 50 ekor lalu dimasukan ke
dalam keranjang. Setelah itu ikan nila dilakukan pengukuran panjang dan berat.
Panjang ikan nila diukur menggunakan mistar dan berat diukur menggunakan
timbangan.

1
5.4.1 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Panjang mutlak pemeliharaan ikan nila dihitung dengan rumus Effendi


(1979), dapat dilihat pada halaman 6. Nilai panjang mutlak didapat dengan cara
mengurangi panjang rata-rata ikan nila di akhir pemeliharaan dengan panjang
rata-rata ikan nila di awal pemeliharaan. Hasil pengukuran panjang ikan nila yang
dipelihara selama satu bulan. Dapat dilihat pada tabel 6 pertumbuhan panjang
mutlak dari pemeliharaan selama satu bulan sebagai berikut :
Tabel 6. Panjang mutlak ikan nila pada pemeliharaan
Tanggal Panjang Rata-rata (cm) Pert Panjang
Kolam
Pemeliharaan Awal (Po) Akhir (Pt) Mutlak (cm)
10 juni B7 9 20 11

5.4.2 Pertumbuhan Berat Mutlak

Berat mutlak ikan nila dihitung dengan rumus Effendi (1979), dapat dilihat
pada halaman 8. Nilai berat mutlak didapat dengan cara mengurangi berat rata-
rata ikan nila di akhir pemeliharaan dengan berat rata-rata ikan mas di awal
pemeliharaan. Hasil pengukuran berat mutlak ikan mas yang dipelihara selama
satu bulan. Dapat dilihat pada Tabel 7 pertumbuhan berat mutlak dari
pemeliharaan ikan nila selama satu bulan sebagai berikut :
Tabel 7. Berat mutlak ikan nila pada pemeliharaan
Tanggal Berat Rata-rata (gr) Pert Berat
Kolam
Pendederan Awal (Wo) Akhir (Wt) Mutlak (gr)
10 juni B7 50 106 56

2
5.4.3 Laju Pertumbuhan Harian atau Specific Grow Rate (SGR)

Laju pertumbuhan harian ikan nila dihitung dengan rumus Hariati (1989),
dapat dilihat pada halaman 8. Nilai SGR didapat dengan cara mengurangi berat
rata-rata ikan nila di akhir pemeliharaan dengan berat rata-rata ikan nila di awal
pemeliharaan lalu dibagi dengan jumlah hari pemeliharaan dan dikalikan dengan
100%. Laju pertumbuhan harian ikan nila yang dipelihara selama satu bulan.
Dapat dilihat pada Tabel 8 laju pertumbuhan pemeliharaan ikan nila selama satu
bulan sebagai berikut :
Tabel 8. Laju pertumbuhan ikan nila
Berat Rata-rata
Tanggal SGR
Kolam Awal Akhir t (hari)
Pendederan (%/hari)
(Wo) (Wt)
10 juni B7 50 106 22 2.5

5.4.4 Survival Rate

Survival rate ikan nila dihitung menggunakan rumus Effendi (1979), dapat
dilihat pada halaman 8. Nilai SR didapat dengan cara membagi jumlah ikan yang
dipeliha dengan jumlah tebar awal ikan lalu dikalikan dengan 100%. Dapat dilihat
pada tabel 9 tingkat kelangsungan hidup atau survival rate ikan nila selama satu
bulan pemeliharaan.
Tabel 9. Survival rate atau tingkat kelangsungan hidup.
Tanggal Jumlah ikan nila yang
Kolam dipelihara SR (%)
Penebaran Panen Awal (No) Akhir (Nt)
B7 10 juni 2 juli 1.228 1.200 0.97
2022 2022

2
5.4.5 Biomasa

Biomassa pemeliharaan ikan nila dihitung menggunakan rumus Amri dan


Kanna (2008), dapat dilihat pada halaman 8. Nilai Biomassa didapat dengan cara
mengalikan jumlah total benih yang dihasilkan selama pemeliharaan dengan
jumlah berat rata-rata pemeliharaan per ekor. Biomassa ikan nila yang dipelihara
selama satu bulan dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Biomassa ikan nila selama pemeliharaan
Tanggal ABW Biomassa
Kolam Populasi
Penebaran Panen (gr) (kg)
B7 10 juni 2 juli 1200 106 127.2
Keterangan :
Populasi : Jumlah total ikan yang hidup selama pemeliharaan (ekor)
ABW : Berat rata-rata (gram/ekor)

2
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada kegiatan manajemen


pemberian pakan pada ikan nila di BPBAT Tatelu, maka dapat disimpulkan
bahwa pertumbuh panjang mutlak pada saat praktik kerja lapangan yaitu 11 cm,
pertumbuhan berat mutlak yaitu 56 gram, laju pertumbuhan harian (SGR)
2.5%/hari, survival tare atau tingkat kelangsungan hidup pada kegiatan praktik
kerja lapangan yaitu 0.97%, dan biomasa pemeliharaan ikan nila yaitu 127.2 kg
dengan jumlah padat tebar awal 1228 ekor.

6.2 Saran

Saran yang diberikan oleh penulis untuk mahasiswa dan siswa yang
melakukan magang atau pkl di BPBAT Tatelu komoditas pembesaran ikan nila
terkhusus di bioflok agar bisa mempelajari terlerbih dahulu apa yang harus
dilakukan dilapangan dan sering bertanya pada pembimbing lapangan atau tenaga
kerja untuk di jadikan pegangan pembuatan laporan nantinya. Selain itu semoga
laporan ini dapatbermanfaat bagi pembaca serta bisa jadi acuan bagi pembaca
nanti.

2
DAFTAR PUSTAKA

Ahda, M., Hanief, R., Studi, P., Perairan, B., Perikanan, J., Diponegoro, U., &
Semarang, T.-. (2014). Journal of Aquaculture Management and Technology
Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(1981), 67–74.
Cahrial, E., & Noormansya, Z. (2020). Analisis Finansial Budidaya Ikan Nila
Gesit Intensif dengan Sistem Bioflok Intensive Financial Analysis of Nile
Tilapia Fish Culture with Biofloc System. 04(02), 81–86.
Fakultas, A., Unsri, P., Indralaya, K., Palembang, R., Km, P., & Telp, O. I. (2014).
1 , 1* , 1. 2(1), 1–12.
Hikmah, D. (2020). Penerapan Teknologi Bioflok Budidaya Ikan Nila untuk
Pemanfaatan Penerapan Teknologi Bioflok Budidaya Ikan Nila untuk
Pemanfaatan Pekarangan Rumah Nonproduktif. January.
https://doi.org/10.12962/j26139960
Ii, B. A. B. (2016). Pengaruh Pemberian Kombinasi…, Nadiya Nur Apreli, FKIP
UMP, 2016. 5–17.
Lasena, A., & Irdja, A. M. (2016). TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA ( Oreochromis niloticus ).
65–76.
Mumpuni, F. S. (2014). EFEKTIVITAS PEMBERIAN AKAR TUBA ( Derris
elliptica ) TERHADAP LAMA WAKTU KEMATIAN IKAN NILA
( Oreochromis niloticus ) EFFECTIVENESS OF TUBA ROOT ( Derris
elliptica ) IN LENGTHENING MORTALITY TIME OF NILE TILAPIA
( Oreochromis niloticus ) Tinjauan Pustaka Ikan Nila ( Oreochromis
niloticus ) Morfologi Ikan Nila. 50(1), 22–31.
Perikanan, F., Universitas, K., & Soedarto, J. P. (2021). D e p a r t e m e n A k u a
k u l t u r. 5, 197–203.
Redjeki, E. S. (2019). PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
IKAN NILA ( Oreochromis niloticus ) PADA SISTEM BIOFLOK. 8(2).
Response, G. (2021). Respon Pertumbuhan Ikan Nila ( Oreochromis niloticus )
yang diberi Pakan Supplementasi Bawang Putih ( Allium sativum ) pada

2
Sistem Bioflok. 18(2), 117–122.
Suriadi. (2019). EFESIENSI PAKAN DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN
NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS).
Yang, S. (2021). LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
IKAN NILA ( Oreochromis. 2(3), 166–175.

2
LAMPIRAN
a. alat

Media pemeliharaan tong pakan

Ember dan keranjang seser

Timbangan alat ukur suhu, pH, DO

2
b. bahan

Probiotik pakan apung

Ikan yang dibudidaya

c. kegiatan pemberian probiotik pada pakan ikan nila

2
d. kegiatan penguuran kualitas air (suhu, pH, DO)

e. kegiatan sampling

2
f. kegiatan pemberian pakan

Anda mungkin juga menyukai