Anda di halaman 1dari 16

REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SURAT PENCATATAN
CIPTAAN
Dalam rangka pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra berdasarkan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dengan ini menerangkan:

Nomor dan tanggal permohonan : EC00201853650, 12 November 2018

Pencipta
Dr. Tri Sunarsih, SST., M.Kes, Elvika Vit Ari Shanti, SST.,
Nama :
M.Kes,
Alamat : Jl. Walet 2 Tegalasri RT 2/ RW 8 Bejen Karanganyar, Karanganyar,
Di Yogyakarta, 57716
Kewarganegaraan : Indonesia

Pemegang Hak Cipta


Dr. Tri Sunarsih, SST., M.Kes, Elvika Vit Ari Shanti, SST.,
Nama :
M.Kes,
Alamat : Jl. Walet 2 Tegalasri RT 2/ RW 8 Bejen Karanganyar, Karanganyar,
Jawa Tengah, 57716
Kewarganegaraan : Indonesia
Jenis Ciptaan : Permainan Video
Judul Ciptaan : Video Pembelajaran Pelatihan Pemberian Makan Bayi Dan
Anak
Tanggal dan tempat diumumkan untuk pertama : 10 November 2018, di Yogyakarta
kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah
Indonesia
Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak Ciptaan tersebut
pertama kali dilakukan Pengumuman.
Nomor pencatatan : 000124416

adalah benar berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pemohon.


Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta.

a.n. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M., ACCS.


NIP. 196611181994031001
LAMPIRAN PENCIPTA

No Nama Alamat

1 Dr. Tri Sunarsih, SST., M.Kes Jl. Walet 2 Tegalasri RT 2/ RW 8 Bejen Karanganyar

Elvika Vit Ari Shanti, SST.,


2 Griya Rewulu Asri No C1 RT 004/000 Argomulyo
M.Kes

LAMPIRAN PEMEGANG

No Nama Alamat

1 Dr. Tri Sunarsih, SST., M.Kes Jl. Walet 2 Tegalasri RT 2/ RW 8 Bejen Karanganyar

Elvika Vit Ari Shanti, SST.,


2 Griya Rewulu Asri No C1 RT 004/000 Argomulyo Rewulu
M.Kes

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


NARASI PEMBUATAN VIDEO PELATIHAN PMBA

PROLOG
Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan
kesehatan. Anak balita, anak usia sekolah, dan ibu hamil merupakan kelompok rawan gizi yang
sangat perlu mendapat perhatian khusus karena dampak negatif yang ditimbulkan apabila
menderita kekurangan gizi.
Masalah gizi yang menjadi perhatian utama dunia saat ini adalah balita pendek (stunting).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa prevalensi balita kurus dan prevalensi balita
stunting masing-masing sebesar 12,1 % dan 37,2 %, sedangkan prevalensi ibu hamil risiko
Kurang Energi Kronis (KEK) sebesar 24,2%. Selain hal tersebut data Riskesdas tahun 2013 juga
menunjukkan kurang gizi pada anak usia 5-12 tahun sebesar 11,2 % yang disebabkan karena
berbagai hal diantaranya tidak sarapan pagi dan lebih suka makanan yang tidak/kurang bergizi.
Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016 menujukkan bahwa prevalensi stunting pada
balita sebesar 27,5 %, balita kurus 8,0 %, balita sangat kurus 3,1 % dan balita risiko kurus 22,8
%.

Terlihat prevalensi gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013.
Bertambahnya prevalensi anak balita pendek-kurus, bertambahnya anak balita pendek-normal
dan normal-gemuk dari tahun 2010.
Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia di bawah 2 tahun (baduta) akibat
dari kurang gizi merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius karena usia di
bawah dua tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh
kembang anak.

Stunting pada anak-anak dapat memiliki dampak serius pada perkembangan fisik, mental, dan
emosional anak-anak, dan bukti menunjukkan bahwa efek dari stunting pada usia muda,
khususnya pada perkembangan otak, sulit untuk memperbaikinya pada usia lanjut. Oleh karena
itu, indikator ke 2 SDGS menunjukan bahwa betapa pentingnya memberikan nutrisi yang cukup
untuk anak-anak.
Pada tahun 2030 mengakhiri segala bentuk malnutrisi, termasuk mencapai target internasional
2025 untuk penurunan stunting dan wasting pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja
perempuan, wanita hamil dan menyusui.

Untuk mengatasi stunting perlu dilakukan perbaikan gizi sejak janin dalam kandungan,
pemeberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan, dan pemberian MP-ASI yang tepat mulai usia 6
bulan.

NARASI KA. DINKES SLEMAN


Upaya peningkatan status gizi masyarakat tidak hanya cukup dengan mengingkatakan perluasan
janngkauan pelayanan saja, tetapi perlu dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat khususnya para kader dalam membantu penanggulangan masalah gizi melalui
pelatihan Konseling Pemberian Makan Bayi dan Balita (PMBA). Pelatihan ini sangat bermanfaat
sebagai acuan bagi para motivator Pemberian Makan Bayi dan Balita (PMBA) di seluruh daerah
di Indonesia.

PROLOG
Pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro maupun zat gizi mikro
bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) dan balita pendek (stunting). Sedangkan pemberian makanan tambahan pada anak usia
sekolah diperlukan dalam rangka meningkatkan asupan gizi untuk menunjang kebutuhan gizi
selama di sekolah.
NARASI AKADEMISI
Hasil analisis data dari 31 negara memperlihatkan bahwa, suplementasi makanan akan menaikan
berat badan pada keluarga yang kurang mampu. Anak-anak usia 6 – 23 bulan yang diberikan
makanan tambahan selama 6 bulan. menunjukan kenaikan berat badan, dan ketika makanan
tambahan diberikan bersama edukasi gizi serta intervensi berbasis pangan lokal maka, kenaikan
berat badan menjadi lebih besar.
Merupakan kewajiban kita bersama untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia termasuk
perguruan tinggi melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi yang tercermin dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat dengan salah satunya pemberian pelatihan PMBA kepada kader
untuk menyelesaikan masalah gizi/STUNTING di masyarakat.

PROLOG
Karena peran yang sangat krusial, para kader kesehatan dapat dikatakan sebagai pelopor/ pelaku
pembangunan masyarakat. Ini bisa terjadi jika kader kesehatan mempunyai sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang baik. Peranan tenaga kader terampil sangat besar terhadap keberhasilan
Pemberian makan bayi dan Anak (PMBA), peningkatan pemberdayaan ibu, peningkatan
dukungan anggota keluarga serta peningkatan kualitas makanan bayi dan anak yang pada
gilirannya akan meningkatkan status gizi balita.

NARASI FASILITATOR
Pelatihan PMBA merupakan sumber informasi yang dirancang untuk membekali kader atau
petugas kesehatan di tingkat masyarakat (desa) dalam membantu para ibu, ayah dan pengasuh
agar dapat memberikan makanan kepada anaknya dengan optimal. Pengetahuan teknis meliputi
praktik pemberian makanan yang direkomendasikan untuk ibu hamil dan anak usia 0-24 bulan,
meningkatkan ketrampilan konseling, pemecahan masalah dan negosiasi, dan mempersiapkan
mereka untuk memanfaatkan alat bantu dan alat koseling secara efektif.
Pendekatan pelatihan partisipatif berbasis kompetensi yang digunakan dalam pelatihan ini
mencerminkan prinsip –prinsip utama kominikasi. Perubahan perilaku dengan fokus pada
promosi perilaku yang dapat segera dilakukan, dan pengakuan atas teori yang banyak diakui
bahwa orang dewasa belajar dengan baik dan berefleksi pada pengalaman pribadi mereka sendiri.
PROLOG
Pelatihan Konseling PMBA kader diperoleh melalui suatu proses pelatihan menggunakan standar
kurikulum dengan modul pelatihan Konseling pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) yang
dikeluarkan oleh Direktorat Bina Gizi Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA. Materi terdiri dari
20 sesi.

SESI 1. PERKENALAN, HARAPAN DAN TUJUAN dengan tujuan:


1. Memperkenalkan nama-nama Peserta, Fasilitator dan Nara sumber dengan metode
permainan menjodohkan.
2. Mendiskusikan harapan dan kekhawatiran peserta dengan metode diskusi interaktif.
3. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengetahuan tentang PMBA dari peserta dengan
metode presentasi tidak tertulis.
4. Mempresentasikan dan mengkaji kartu konseling, booklet pesan utama, brosur dengan
metode membagi peserta menjadi kelompok dengan masing-masing beranggotakan 3 peserta.

SESI 2. MENGAPA PMBA PENTING dengan tujuan :


1. Mendefiniskan istilah ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, PMBA, pemberian ASI eksklusif
dan pemberian makanan pendamping ASI dengan metode diskusi dan presentasi.
2. Mengenali faktor-faktor utama yang diperlukan supaya ibu hamil, ibu nifas,ibu menyusui
berstatus gizi baik dan sehat dengan metode diskusi interaktif.
3. Mengenali faktor-faktor utama yang diperlukan supaya anak berstatus gizi baik dan sehat
dengan metode diskusi interaktif.
4. Berbagi data PMBA Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kelurahan/Desa dengan metode
diskusi interaktif (pembagian kacang/alat bantu).

SESI 3. SITUASI UMUM YANG DAPAT MEMPENGARUHI PEMBERIAN MAKAN BAYI


DAN ANAK (PMBA) dengan tujuan:
1. Mengatasi keadaan umum yang dapat mempengaruhi pemberian makan ibu, bayi dan anak
dengan metode permainan ikan.

SESI 4. BAGAIMANA MELAKUKAN KONSELING (BAGIAN 1) dengan tujuan:


1. Mengidentifikasi keterampilan mendengarkan dan mempelajari dengan metode kerja
berpasangan.
2. Menjelaskan bahwa peruabahan perilaku tidak mudah dengan metode diskusi interaktif,
kerja kelompok, dan demonstrasi.
3. Membahas peran ayah dalam gizi ibu dan anak dengan metode buat kelompok yang masing-
masing beranggota 3 orang.

SESI 5. PRAKTIK PMBA YANG DIREKOMENDASIKAN yaitu MENYUSUI dengan tujuan:


1. Mendeskripsikan arti penting menyusui (pemberian ASI) bagi bayi, ibu, keluarga dan
masyarakat/bangsa dengan metode kerja kelompok dan rotasi flipchart.
2. Mengidentifikasi praktik-praktik menyusui yang direkomendasikan dengan metode kerja
kelompok.
3. Merefleksikan kapan dan dimana kegiatan konseling menyusui dilakukan dengan metode
diskusi.

SESI 6. BAGAIMANA PROSES MENYUSUI dengan tujuan:


1. Menggambarkan secara singkat anatomi payudara dan bagaimana payudara memproduksi
ASI dengan metode kerja kelompok.
2. Memperagakan posisi dan pelekatan yang baik dengan metode bermain peran, kerja
kelompok, observasi dan praktik.

Empat ciri posisi menyusu yang baik :


1) Badan bayi harus membentuk garis lurus, tidak membungkuk atau terpuntir, namun
kepala sedikit mendongak ke belakang.
2) Wajah bayi harus menghadap payudara, hidung berhadapan dengan puting, tidak
digendong datar mengahadap perut atau ke dadanya.
3) Bayi harus dekat ketubuh ibu (menempel).
4) Ibu harus menggendong/mendekap badan bayi secara utuh, tidak hanya bagian leher dan
pundak, dengan menggunakan tangan dan lengannya.

Empat tanda perlekatan yang baik :


1) Bayi hendaknya dekat dengan payudara dan mulut terbuka lebar, sebagian besar areola
masuk ke mulut, bukan hanya putingnya saja.
2) Dagu hendaknya menyentuh payudara (untuk memastikan bahwa lidah bayi di bawah
areola sehingga dia dapat mengenyut ASI dari bawah).
3) Anda hendaknya melihat lebih banyak bagian areola di atas dibanding di bawah mulut
bayi.
4) Bibir bawah bayi melebar keluar (jangan menggerakkan dan menjauhkan payudara
untuk melihatnya karena ini akan menarik payudara dari bayi).
3. Mendiskripsikan cara memerah ASI dengan tangan dan menampungnya serta cara
memberikan ASI perah dengan cangkir menggunakan metode brainstorming/diskusi,
peragaan dan praktik.

4. Membuat model payudara dan boneka dengan metode kerja kelompok saling membantu
membuat model payudara dan boneka.
SESI 7. PRAKTIK PMBA YANG DIANJURKAN: PEMBERIAN MAKAN IBU HAMIL/IBU
MENYUSUI DAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI BAGI ANAK USIA 6-24
BULAN dengan tujuan:
1. Menggambarkan pentingnya melanjutkan pemberian ASI setelah bayi berusia 6 bulan
dengan metode brainstorming/diskusi dan peragaan.
2. Menggambarkan apa yang harus kita pertimbangkan waktu memikirkan pemberian makanan
tambahan bagi setiap kelompok umur : frekuensi, jumlah, tekstur (kepekatan), variasi
(berbagai macam makanan), cara pemberian makan secara aktif/responsif, dan kebersihan
dengan metode brainstorming/diskusi.
3. Menggambarkan praktik-praktik yang dianjurkan dan poin diskusi konseling menyangkut
pemberian makan anak usia 6 bulan sampai 24 bulan, ibu hamil dan ibu menyusui.

SESI 8. PEMBERIAN MAKAN IBU HAMIL/IBU MENYUSUI DAN PEMBERIAN


MAKANAN PENDAMPING ASI dengan tujuan:
1. Berikan bantuan praktis kepada ibu/ayah/pengasuh dalam menyiapkan makanan tambahan
bagi anak usia di atas 6 bulan, dan bagi ibu hamil/ibu menyusui, diskusikan contoh-contoh
makanan lokal dengan metode kerja kelompok dan peragaan.
Makanan 4 bintang dari kategori:
a. Makanan hewani
b. Makanan pokok
c. Kacang polong
d. Buah-buahan/sayuran
2. Menyebutkan 5 kunci untuk makanan yang aman dengan metode diskusi yaitu:
a. Jagalah kebersihan (tangan, tempat kerja, peralatan).
b. Pisahkan makanan mentah dengan makanan yang sudah dimasak.
c. Gunakan makanan segar dan masak sampai matang (daging, ayam, telur dan ikan).
d. Simpan makanan dalam suhu yang tepat sesuai dengan jenis makanannya.
Gunakan air bersih yang aman.
3. Mengenali makanan-makanan yang diperkaya dan/atau makanan tambahan yang ada di
masyarakat dengan metode presentasi persuasif dan peragaan.
SESI 9. PEMANTAUAN PERTUMBUHAN dengan tujuan:
1. Peserta mampu menimbang balita menggunakan dacin dengan benar menggunakan metode
diskusi, kerja kelompok (kecil).

2. Peserta mampu mengisi KMS dengan benar menggunakan metode diskusi, kerja kelompok
(kecil).
3. Peserta mampu menentukan status pertumbuhan dalam KMS dan tindak lanjutnya dengan
metode diskusi, kerja kelompok (kecil).

SESI 10. BAGAIMANA MELAKUKAN KONSELING: BAGIAN Iidengan tujuan:


1. Memahami keterampilan membangun kepercayaan diri dan memberikan dukungan dengan
metode diskusi (brainstorming).
2. Memperagakan 3 (tiga) langkah konseling PMBA (penilaian, analisa, dan bertindak) dengan
metode peragaan dan diskusi interaktif.
Langkah 1: Menilai/Melakukan Penilaian.
Langkah 2: Menganalisa/Memikirkan hal yang sudah baik dan/atau belum sesuai.
Langkah 3: Bertindak/Melakukan.
3. Melakukan praktik 3 (tiga) langkah konseling PMBA bersama ibu/ayah/pengasuh dengan
metode praktik.

SESI 11. KESULITAN-KESULITAN PEMBERIAN ASI YANG SERING TERJADI: GEJALA,


PENCEGAHAN, DAN APA YANG HARUS DILAKUKAN dengan tujuan:
1. Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan pemberian ASI yang sering terjadi selama
pemberian ASI dengan metode diskusi.
2. Memahami gejala-gejala dan pencegahan dari kesulitan-kesulitan pemberian ASI yang
sering terjadi, dan langkah-langkah pencegahan ASI yang tidak cukup dengan metode
kerja kelompok.
3. Membantu ibu mengatasi kesulitan-kesulitan dan ASI tidak cukup dengan metode kerja
kelompok.
4. Memahami tentang relaktasi dengan metode diskusi interaktif.

SESI 12. KUNJUNGAN PRAKTIK LAPANGAN 1 DAN UMPAN BALIK dengan tujuan
1. Melakukan praktik 3 Langkah Konseling PMBA dengan melakukan penilaian praktik
PMBA kepada pasangan Ibu/Anak dengan ibu/ayah/pengasuh dan anak usia 0-24 bulan
dengan metode praktik konseling.
2. Merefleksikan kekuatan dan kelemahan dari praktik konseling di lapangan dengan
metode umpan balik.

SESI 13. KELOMPOK BERORIENTASI TINDAKAN, KELOMPOK PENDUKUNG PMBA


DAN KUNJUNGAN RUMAH dengan tujuan:
1. Memfasilitasi kelompok berorientasi tindakan dengan menggunakan langkah :
mengamati, memikirkan, mencoba dan melakukannya dengan metode berbagi,
pengalaman, dan diskusi.
2. Memfasilitasi kelompok pendukung PMBA yang terdiri dari ibu/ayah/pengasuh,
membantu mereka untuk saling mendukung dalam praktik PMBA dengan metode berbagi,
pengalaman, diskusi, dan praktik.
SESI 14. KUNJUNGAN PRAKTIK LAPANGAN 2 DAN UMPAN BALIK dengan tujuan:
1. Berlatih melakukan fasilitasi dalam kelompok berorientasi tindakan atau kelompok
pendukung dengan metode latihan
2. Merefleksikan kekuatan dan kelemahan dalam menerapkan keterampilan koonseling pada
saat praktik lapangan dengan metode umpan balik.

SESI 15. GIZI KESEHATAN IBU dengan tujuan:


1. Mendeskripsikan siklus terjadinya kurang gizi : bayi, anak, remaja, perempuan dewasa,
ibu hamil dan ibu menyusui dengan metode diskusi interaktif dan kerja kelompok.

2. Mendeskripsikan kegiatan perbaikan gizi dan kesehatan yang dapat memutus rantai siklus
kurang gizi agar kelak mendapatkan bayi, anak, remaja, perempuan dewasa, ibu hamil
dan ibu menyusui dengan status gizi baik. Dilakukan dengan metode kerja kelompok.
3. Mendeskripsikan waktu yang direkomendasikan untuk memberikan jarak persalinan dan
kriteria untuk Lactation Amenorrhoea Method (LAM) dengan metode diskusi interaktif
dan kerja kelompok.
SESI 16. KAPAN MEMBAWA ANAK SAKIT KE FASILITAS KESEHATAN dengan tujuan:

1. Mendeskripsikan hubungan sakit dan pemberian makan dengan metode diskusi.


2. Mendeskripsikan praktik-praktik pemberian makan bayi dan anak sakit dengan metode
kerja kelompok.

SESI 18. INTEGRASI DUKUNGAN PMBA PADA PROGRAM LAIN dengan tujuan:
Mengidentifikasi bagaimana PMBA dapat diintegrasikan dengan kgiatan di masyarakat misalnya
Posyandu atau Pelayanan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM) dengan metode kerja kelompok.

SESI 20. PENILAIAN SETELAH PELATIHAN DAN EVALUASI dengan tujuan


1. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta mengenai pengetahuan PMBA setelah
pelatihan dengan metode penilaian tertulis atau tidak tertulis.
2. Melaksanakan evaluasi pelatihan dengan metode evaluasi tidak tertulis-Buzz Group atau
evaluasi tertulis.

PROLOG
Peranan tenaga kader posyandu terampil sangat besar terhadap keberhasilan Pemberian makan
bayi dan Anak (PMBA), peningkatan pemberdayaan ibu, peningkatan dukungan anggota
keluarga serta peningkatan kualitas makanan bayi dan anak yang pada gilirannya akan
meningkatkan status gizi balita. Oleh karena itu keberadaan kader posyandu perlu dipertahankan
dan ditingkatkan.
Dengan adanya pelatihan PMBA dapat juga:
1. Mengurangi anak lahir dengan berat badan kurang (low birth weight) dan anak pendek
(stunting); dan
2. Meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui pengurangan pengeluaran (cost savings),
peningkatan produktifitas (productivity growth), dan higher lifetime earning.
Serta dapat:
• Meningkatnya pemberdayaan masyarakat untuk meidentifikasi masalah, merumuskan kegiatan,
melakukan kegiatan termasuk monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan
• Meningkatkan kemampuan petugas, cakupan dan kualitas layanan kesehatan dan gizi
• Mengembangkan sistem insentif penyelenggara pelayanan

Anda mungkin juga menyukai