Anda di halaman 1dari 11

Nama : Cindy Nova Amerza

No.Absen : 7

Kelas : XII IPS 2

Sinopsis novel Neraka Di Tanah Jawa

Berita itu sudah terdengar oleh masyarakat Surabaya. Kedatangan kembali ras kulit putih ke tanah Pulau
Jawa. Mereka yang dalam tiga tahun lalu sudah meninggalkan Indonesia, kini sudah kembali ke Jakarta.
Surat kabar maupun penyiaran di radio terus memberitakan kabar tersebut. 1942, adalah kali terakhir
kami melihat orang - orang itu menginjakan kaki di tanah ini. Soekarno dan Hatta pada saat itu telah
mengeluarkan perintah umum kepada rakyat Indonesia untuk tidak berurusan dengan pasukan Inggris.

SUATU PAGI DI GENTENG

Pada suatu pagi, di luar rumah terdengar suara kericuhan dari pemuda-pemuda lainnya. Sayup-sayup
Abi mendengar kalimat “Londo Ngamuk” yang terdengar dari luar ruang peristirahatannya tersebut.
Kericuhan tersebut disebabkan Belanda memasang bendera merah putih biru.

masyarakat surabaya yang sudah mengelilingi gedung tersebut dengan membawa senjata api maupun
senjata tajam. Di sekitar loby hotel sudah diawasi oleh para tentara NICA dan tentara Jepang. Tidak lama
dalam keadaan yang tidak kondusif tersebut, akhirnya datang salah seorang Residen Surabaya
didampingi dengan dua orang pemuda pada saat itu untuk melakukan perundingan dengan Mr.
Ploegman, orang yang bertanggung jawab atas kericuhan yang terjadi di pagi hari tersebut.

beberapa menit semenjak kedatangan wakil residen tersebut, terdengar suara tembakan dan teriakan
dari dalam gedung hotel. Sontak masyarakat yang berada di luar gedung mencoba menerobos loby hotel
tersebut Pertikaian antara keduanya tidak dapat dihindari, suara senapan dari tentara NICA dan tentara
Jepang yang berada di loby hotel justru semakin membakar semangat masyarakat Surabaya. Dengan
keadaan loby hotel yang penuh darah, masyarakat yang tersisa memasang tangga untuk mencapai tiang
bendera tersebut. Abi mulai memberanikan diri memasuki kerumunan tersebut untuk mencari
sahabatnya yang entah berada dimana. Sayup-sayup ia terus mendengar kata “Merdeka”
berkumandang dari arek-arek Suroboyo. Diatas gedung, bendera merah putih biru telah diturunkan, dan
disobek warna birunya. Abi melihat keatas, dan melihat sahabatnya berada pada salah satu titik di
gedung tersebut.

Pertempuran semakin memanas diseluruh pelosok Surabaya. Idrus dan rekan-rekannya berusaha untuk
kembali menduduki gedung radio yang terletak di jalan Simpang tersebut. Darah bertumpah ruah, bak
hujan di bulan desember. Hal ini menyulut kemarahan arek-arek Surabaya lainnya, dan memutuskan
untuk membumi hanguskan gedung radio tersebut. Kondisi Surabaya yang semakin tidak kondusif
menyebabkan pimpinan Inggris Mayor Jenderal D.C Hawthorn, mencoba mencari orang yang mampu
mengkondusifkan kondisi arek-arek Surabaya. Sehingga mengundang Sukarno dan beberapa perwakilan
dari pemerintah pusat untuk mengadakan gencatan senjata. Dalam perjanjian gencatan senjata tersebut,
keduanya sepakat untuk membentuk suatu badan yang bertanggung jawab atas penyelesaian konflik
antara arek Surabaya dengan pihak Inggris.

RIAK YANG MEMECAH AIR

Semenjak kedatangan Sukarno dan Hatta dengan upaya diplomasinya, memberikan kekecewaan
dikalangan arek-arek Surabaya. Tanggal 29 oktober, perjanjian gencatan senjata tersebut telah resmi
ditanda tangani. Yang membuat arek-arek Surabaya kecewa adalah, ketika melihat pimpinan
tertingginya tidak menghendaki suatu perjuangan bersenjata, dan memilih berdamai dengan serigala.
Sepanjang perjalanan dari gedung pertemuan, hingga Gedung Internatio (tempat menetapnya perwira-
perwira tentara sekutu), selalu diiringi oleh masyarakat yang menghujat para pimpinan-pimpinan sekutu
tersebut. Sehingga memicu tentara gurkha menarik pelatuk laras panjangnya, di atas Jembatan Merah,
pertempuran sudah tidak dapat dihindarkan. Satu mobil yang ditumpangi oleh Brigadir Jenderal A.W.
Mallaby meledak begitu saja. Hal ini membuat tentara Inggris semakin membabi-buta, mereka mengejar
para militan yang masih mencoba untuk bersembunyi.

ULTIMATUM

9 November 1945 Kematian Mallaby telah membawa kabar buruk bagi seluruh arek-arek Surabaya. Di
pagi yang cerah, mereka telah menjatuhkan pamflet-pamflet ultimatum, mereka memaksakan agar
seluruh rakyat Surabaya menyerahkan seluruh senjata yang dimiliki paling lambat tanggal 10 November,
pukul 6 pagi. Hal ini justru sebagai suatu penghinaan bagi rakyat Surabaya. Kematian dari Brigadir
Jenderal tersebut sepenuhnya disalahkan atas rakyat, meskipun kebenarannya masih abu-abu. Dengan
muslihatnya, Inggris mengancam akan menjatuhkan hukuman ke tanah Surabaya apabila persyaratan
tidak dipenuhi. Suasana perkumpulan relawan saling bercarut - carut, sebagian banyak yang
menyarankan untuk menuruti permintaan tersebut, sebagian lagi terang menentangnya.

NERAKA DI TIMUR JAWA

Mereka tidak bercanda mengenai ultimatum yang diberikannya, sejak pukul 6 pagi jalanan Surabaya
sudah dipenuhi kendaraan lapis baja milik sekutu. Langit terbelah oleh pesawat tempur yang siap
menjatuhkan bom-bomnya. Di sisi lain, arek-arek Surabaya mencoba tetap berada di bawah radar dan
menunggu Inggris untuk menyerang terlebih dahulu. Sekejap meriam-meriam dilepaskan, bom-bom
dijatuhkan dan peluru mulai menerjang. Bangunan - bangunan mulai roboh, tiang-tiang serta pohon
pohon juga mulai tumbang. Banyak mayat bergelimpangan seperti seekor binatang di sepanjang jalan
dan selokan. dengan semangat perjuangan rakyat Surabaya berani menghadang pasukan-pasukan
Inggris. Bermodalkan bambu runcing, senjata tajam dan segelintir senjata api yang diperoleh dari
tentara Jepang, tidak menggoyahkan pasukan-pasukan tersebut.Pidato-pidato dari Bung Tomo terus
berkumandang, Radio Pemberontakan menjadi api yang membakar semangat arek-arek Surabaya. Para
relawan militan cenderung menyergap dalam jalan-jalan yang gelap. Sesekali mereka menjadi pasukan
taktis yang bertugas menghambat mobilisasi dari pasukan-pasukan Inggris. Begitu pula dengan Abi,
meskipun tidak selamanya ia mengangkat senjata api, namun bukan berarti ia tidak berkontribusi.
Dalam benaknya, ia hanya menginginkan agar pertempuran ini cepat selesai, dan ia bisa kembali
bersama peluk hangat keluarganya.

Pertempuran berlangsung cukup lama, kini telah memasuki paruh minggu kedua. Inggris telah berhasil
menguasai 2/3 dari keseluruhan Kota Surabaya. Jalan-jalan besar menjadi sepi,mayat-mayat manusia
ataupun binatang bergelimpahan mengisi sisi jalan dan selokan-selokan. Sesekali terdengar gema suara
peluru dalam gedung-gedung yang kosong dan derap kaki yang tenggelam dibalik genangan air. Suasana
yang sangat tidak layak disaksikan, seperti neraka telah jatuh ditengah Surabaya. Namun hal tersebut
tidak menandakan perjuangan telah berakhir begitu saja. Gabungan kekuatan arek-arek Surabaya masih
mampu menahan serangan-serangan Inggris. Bagi pasukan-pasukan yang tersisah mereka masih
melakukan perlawanan yang bersifat sporadis.

Tetapi kelompok kecil relawan akhirnya terpecah menjadi dua kubu. Farid, Abi dan segelintir relawan
lainnya berusaha untuk mengungsikan warga setempat ke Solo. Sedangkan Tigor dan beberapa relawan
lainnya tetap untuk memutuskan bergeriliya melawan serdadu-serdadu Inggris. Tidak ada perpisahan
yang istimewa diantaranya,hanya diiringi dengan gaungan meriam dan bom yang menghantam gedung-
gedung di Surabaya.
Struktur teks novel sejarah

Kutipan Novel sejarah Struktur Keterangan

Berita itu sudah terdengar oleh masyarakat Orientasi Berisi penjelasan tentang latar,
Surabaya. Kedatangan kembali ras kulit putih waktu dan situasi yang diceritakan
ke tanahPulau Jawa. Mereka yang dalam tiga
tahun lalu sudah meninggalkan Indonesia, kini
sudah kembali ke Jakarta. Surat kabar maupun
penyiaran di radio terus memberitakan kabar
tersebut. Hal ini telah menjadi suatu pertanda
yang tidak baik, bukan hanya bagi masyarakat
Surabaya, tapi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kali ini hanya dalam hitungan waktu, mereka
kelak akan kembali ke tanah Surabaya. 1942,
adalah kali terakhir kami melihat orang-orang
itu menginjakan kaki di tanah ini. Terakhir
kalinya menginjakan kaki pada gedung-gedung
penting di Surabaya, dan terakhir kalinya
mereka menginjakan kaki pada kehidupan
masyarakat Surabaya. Meskipun pada
akhirnya tiba masa yang lebih kejam dari
mereka, namun untuk sesaat kami berbahagia
atas kepergian mereka dari tanah Jawa. Satu
hal yang kutahu pasti, kedatangan mereka
tidak akan membawa berita baik bagi bangsa
ini.

Sayup-sayup Abi mendengar kalimat “Londo Penggungkapan Pada bagian ini penulis
Ngamuk” yang terdengar dari luar ruang peristiwa menyajikan peristiwa Belanda
peristirahatannya tersebut. Sontak semuanya memasang bendera merah putih
keluar dari ruangan dan menanyakan apa yang biru di Hotel oranye peristiwa ini
terjadi. yang menyebabkan awal
munculnya permasalahan dalam
“Londo Ngamuk! Hotel oranye pasang cerita.
bendera merah putih biru.” Singkat jawab
seorang pemuda yang berada di sekitar rumah
tersebut. Lekas Idrus kembali ke dalam rumah
dan membawa bedil yang disimpannya di
dalam lemari dan bergegas menuju hotel
oranye. Abi kebingungan, ia hanya membawa
buku catatan kecil dan sebuah pena dan
bergegas mengikuti Idrus.Setibanya di hotel
oranye, sontak keduanya terkejut melihat
banyak masyarakat surabaya yang sudah
mengelilingi gedung tersebut dengan
membawa senjata api maupun senjata tajam.
Di sekitar loby hotel sudah diawasi oleh para
tentara NICA dan tentara Jepang, Tidak lama
dalam keadaan yang tidak kondusif tersebut,
akhirnya datang salah seorang Residen
Surabaya didampingi dengan dua orang
pemuda pada saat itu untuk melakukan
perundingan dengan Mr. Ploegman, orang
yang bertanggung jawab atas kericuhan yang
terjadi di pagi hari tersebut. Setelah beberapa
menit semenjak kedatangan wakil residen Pengungkapan
tersebut, terdengar suara tembakan dan peristiwa
teriakan dari dalam gedung hotel. Sontak
masyarakat yang berada di luar gedung
mencoba menerobos loby hotel tersebut.
Dengan keadaan loby hotel yang penuh darah,
masyarakat yang tersisa memasang tangga
untuk mencapai tiang bendera tersebut.
Diatas gedung, bendera merah putih biru
telah diturunkan, dan disobek warna birunya.
Abi melihat keatas, dan melihat sahabatnya
berada pada salah satu titik di gedung
tersebut.

Kondisi Surabaya yang semakin tidak kondusif Menuju konflik Peristiwa yang diungkapkan pada
menyebabkan pimpinen Inggris Mayor bagian ini merupakan peristiwa
Jenderal D.C Hawthorn, mencoba mencari yang menyebabkan terjadinya
orang yang mampu mengkondusifkan kondisi konflik - konflik berkepanjangan
arek-arek Surabaya. Sehingga akhirnya dalam cerita
mengundang Sukarno dan beberapa
perwakilan dari pemerintah pusat untuk
mengadakan gencatan senjata. Dalam
perjanjian gencatan senjata tersebut,
keduanya sepakat untuk membentuk suatu
badan yang bertanggung jawab atas
penyelesaian konflik antara arek Surabaya
dengan pihak Inggris.

Semenjak kedatangan Sukarno dan Hatta Menuju konflik Peristiwa yang diungkapkan pada
dengan upaya diplomasinya, memberikan bagian ini merupakan peristiwa
kekecewaan dikalangan arek-arek Surabaya. yang menyebabkan terjadinya
Masyarakat yang sudah siap bertempur konflik - konflik berkepanjangan
melawan penindasan harus dikecewakan dalam cerita
dengan janji diplomasi yang sudah basi.
Tanggal 29 Oktober, perjanjian gencatan
senjata tersebut telah resmi ditanda tangani.
Perjanjian yang telah diketahui oleh arek-arek
Surabaya hanya akan mengancam kedaulatan
Surabaya di hari-hari berikutnya. Upaya
gencatan senjata yang hanya dilakukan untuk
menghimpun kekuatan lebih besar untuk
menghancurkan Surabaya hingga akar-
akarnya. Yang membuat arek-arek Surabaya
kecewa adalah, ketika melihat pimpinan
tertingginya tidak menghendaki suatu
perjuangan bersenjata, dan memilih berdamai
dengan serigala.

Bentuk kekecewaan tersebut dirasakan hingga


pembuluh darah arek-arek Surabaya.
Sepanjang perjalanan dari gedung pertemuan,
hingga Gedung Internatio (tempat
menetapnya perwira-perwira tentara sekutu),
selalu diiringi oleh masyarakat yang
menghujat para pimpinan-pimpinan sekutu
tersebut. Sehingga terjadi suatu peristiwa
yang memicu tentara gurkha menarik pelatuk
laras panjangnya, menyebabkan arek
Surabaya berlarian meninggalkan lokasi dan
bersembunyi. BKR, AMI, PRI dan santri-santri
militant telah mengantisipasi hal tersebut. Di
atas Jembatan Merah, pertempuran sudah
tidak dapat dihindarkan. Satu mobil yang
ditumpangi oleh Brigadir Jenderal A.W.
Mallaby meledak begitu saja. Hal tersebut
justru membuat tentara Inggris semakin
membabi-buta, mereka mengejar para
militant yang masih mencoba untuk
bersembunyi.

9 November 1945 Kematian Mallaby telah Puncak konflik Pada bagian ini banyak peristiwa-
membawa kabar buruk bagi seluruh arek-arek peristiwa besar terjadi yang
Surabaya. Di pagi yang cerah, mereka telah menyebabkan banyak nyawa
menjatuhkan pamflet-pamflet ultimatum, menghilang
mereka memaksakan agar seluruh rakyat
Surabaya menyerahkan seluruh senjata yang
dimiliki paling lambat tanggal 10 November,
pukul 6 pagi. Hal ini justru dianggap sebagai
suatu penghinaan bagi rakyat Surabaya.
Kematian dari Brigadir Jenderal tersebut
sepenuhnya disalahkan atas rakyat, meskipun
sebenarannya masih abu-abu. Dengan
muslihatnya, Inggris mengancam akan
menjatuhkan hukuman ke tanah Surabaya
apabila persyaratan tidak dipenuhi.

Mansergh tidak bercanda mengenai Puncak konflik Pada bagian ini banyak peristiwa-
ultimatum yang diberikannya, sejakpukul 6 peristiwa besar terjadi yaitu
pagi jalanan Surabaya sudah dipenuhi pertempuran antara rakyat
kendaraan lapis baja milik sekutu. Kapal-kapal Surabaya dan pasukan Inggris
perang sudah menyiapkan meriamnya
disekitar pelabuhan dan perbatasan-
perbatasan kota. Langit terbelah oleh pesawat
tempur yang siap menjatuhkan bom-bomnya.
Di sisi lain, arek-arek Surabaya mencoba tetap
berada di bawah radar dan menunggu Inggris
untuk menyerang terlebih dahulu. Sekejap
meriam-meriam dilepaskan, bom-bom
dijatuhkan dan peluru mulai menerjang.
Bangunan-bangunan mulai roboh, tiang-tiang
serta pohon pohon juga mulai tumbang.
Banyak mayat bergelimpangan seperti seekor
binatang di sepanjang jalan dan selokan.

Namun hal tersebut tidak membuat rakyat


Surabaya mundur, dengan semangat
perjuangan mereka berani menghadang
pasukan-pasukan Inggris. Bermodalkan bambu
runcing, senjata tajam dan segelintir senjata
api yang diperoleh dari tentara Jepang, tidak
menggoyahkan pasukan-pasukan tersebut.

Pertempuran berlangsung cukup lama, apa Puncak konflik Pada bagian ini banyak peristiwa-
yang diperkirakan hanya berlangsung kurang peristiwa besar terjadi yang
dari satu minggu, kini telah memasuki paruh menyebabkan banyak nyawa
minggu kedua. Inggris telah berhasil menghilang.
menguasai 2/3 dari keseluruhan Kota
Surabaya. Jalan-jalan besar menjadi sepi,
kabel-kabel telepon bergelantung hingga
beberapa jengkal dari permukaan tanah.
Mayat-mayat manusia ataupun

binatang bergelimpahan mengisi sisi jalan dan


selokan-selokan. Sesekali terdengar gema
suara peluru dalam gedung-gedung yang
kosong dan derap kaki yang tenggelam dibalik
genangan air. Suasana yang sangat tidak layak
disaksikan, seperti neraka telah jatuh ditengah
Surabaya.

“Apa kau sudah lupa dengan apa yang Resolusi Dalam penyelesaian
diperjuangkan Idrus? Karenanya kau masih permasalahan atau konflik ini
bisa berdiri disini sekarang! Bahkan, jika ia dengan terpecahnya kelompok
masih ada disini, ku yakin ia akan melakukan menjadi dua kubu.
apa yang akan kulakukan. Aku tidak berasal
dari daerah ini, tapi aku rela mati berjuang
demi mereka. Semestinya kalian malu untuk
mempertimbangkan lari dari medan
pertempuran!” Bentak Tigor.“Ini bukan
masalah ego, ini tentang perjuangan. Tidak
akan lahir pejuang untuk memperjuangkan
tanah ini, jika seluruh rakyatnya dikebumikan
dalam waktu yang singkat!” Bentak Farid
kepada Tigor.Kelompok kecil relawan tersebut
akhirnya terpecah menjadi dua kubu. Farid,
Abi dan segelintir relawan lainnya berusaha
untuk mengungsikan warga setempat ke Solo.
Sedangkan Tigor dan beberapa relawan
lainnya tetap untuk memutuskan
bergeriliyamelawan serdadu-serdadu Inggris.
Tidak ada perpisahan yang istimewa
diantaranya, hanya diiringi dengan gaungan
meriam dan bom yang menghantam gedung-
gedung di Surabaya

Minggu ketiga, semenjak pertama kali Koda Pada bagian akhir novel , penulis
Masergh menghujani Surabaya dengan peluru memberikan pernyataan tentang
dan meriamnya. Kini dentuman-dentumannya peristiwa yang terjadi dengan
sudah berhenti bergema dalam lorong-lorong kalimat penutup. Kini jalan lain
gedung yang kosong. Dari kejauhan, kini yang juga harus ditempuh, satu jalan
nampak dari kota ini adalah asap hitam yang yang tidak menggunakan api dan
pekat. Di sepanjang perjalanan ke Solo, darah.
sesekali aku menengok ke belakang.
Mengingat bagaimana Ibu dan Dewi masih
melambaikan tangan kearahku. Semoga
mereka baik-baik saja, aku percaya Tuhan
akan selalu melindungi mereka. Setidaknya
kini peluru tidak akan lagi menghujani diriku,
hanya kerinduan dan kehampaan yang
bergema dari bilik kalbu. Ratusan ribu korban
jiwa berguguran hanya untuk menumpaskan
beberapa ribu orang Londo. Meskipun dalam
batinnya mereka tahu untuk tidak lagi
mengusik Republik ini. Yakinlah yang terjadi
dalam satu bulan terakhir kelak akan berbalas
hasil yang lebih baik. Sesungguhnya jasamu
tidak akan mampu tergantikan oleh materi.

Mereka adalah bangsa yang bebas ketika kita


masih dirantai 350 tahun dalam kebodohan.
Sampai kapanpun, kita tidak akan bisa
mengalahkan mereka menggunakan senjata
yang mereka miliki. Perjuangan dengan
senjata telah dilakukan. Kini jalan lain juga
harus ditempuh, satu jalan yang tidak
menggunakan api dan darah.

Unsur kebahasaan dalam Novel sejarah

No Kaidah bahasa Kutipan teks

1. Kalimat bermakna lampau - Mereka yang dalam tiga tahun lalu sudah
meninggalkan Indonesia, kini sudah kembali ke Jakarta.

- Sebelum menetap di Surabaya, dulu mereka tinggal di


sebuah rumah yang sederhana di Yogjakarta.

2. Penggunaan konjungsi yang - Abi telah lama mengenalnya sejak pertama kali
menyatakan urutan waktu keluarganya menetap di Surabaya.

- Setelah beberapa menit semenjak kedatangan wakil


residen tersebut, terdengar suara tembakan dan
teriakan dari dalam gedung hotel

3. Penggunaan kata kerja material - Ia mengerutkan dahinya sembari meminum secangkir


kopi yang telah disuguhkan.

- Lekas ia kembali ke kamarnya, menggambil beberapa


barang-barangnya, lalu pergi meninggalkan rumah. Ia
hanya meninggalkan secarik kertas yang berisi
permintaan maaf kepada keluarganya.

4. Penggunaan kalimat tidak langsung K.H Hasyim Ashari mengemukakan suatu Resolusi
Jihad! hukum membela Tanah Air adalah fardhu ain
bagi setiap islam di Indonesia

5. Penggunaan kata kerja mental Pak Harjo cukup senang dengan keputusan yang telah
diambil oleh Abi, karena ia menginginkan anaknya
untuk mau belajar bertanggung jawab.

6. Penggunaan dialog “Mereka telah berdusta, aku yakin kau juga


menyadarinya.”

“Apa maksudmu?”

“Mereka datang kemari bukan untuk memulangkan


para tentara Jepang dari tempat ini. Mereka kembali
untuk menjajah kita lagi.”

6. Penggunaan kata sifat - Idris memang merupakan orang yang keras

- Setibanya di hotel oranye, sontak keduanya terkejut


melihat banyak masyarakat surabaya yang sudah
mengelilingi gedung tersebut dengan membawa
senjata api maupun senjata tajam.
Nilai - nilai yang terdapat dalam novel

• Nilai Agama

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan perlindungannya kepadaku dan keluargaku,
gumam Abi dalam malam yang panjang itu.

Nilai agama dalam kutipan tersebut Abi berdoa untuk diberikan perlindungan

• Nilai moral atau etika

“Ini bukan masalah ego, ini tentang perjuangan. Tidak akan lahir pejuang untuk memperjuangkan tanah
ini, jika seluruh rakyatnya dikebumikan dalam waktu yang singkat!”

Nilai moral dalam kutipan di atas adalah bukan egois menjadi pejuang tetapi dalam memperjuangkan
harus lihat kondisi sekitar

Anda mungkin juga menyukai