Anda di halaman 1dari 21

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN TERMINAL

SILOAM HOSPITALS SURABAYA

JL RAYA GUBENG NO 70

2015
1
DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ........................................................................................................... 2

Pendahuluan .................................................................................................... 3

Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 5

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan ................................................................... 12

Evaluasi ............................................................................................................ 21

Daftar Pustaka .................................................................................................. 22

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan Keperawatan bertujuan meningkatkan derajat kesehatan yang optimal melalui


bentuk layanan kesehatan profesional yang menjadi bagian integral dari layanan kesehatan
berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual
komprehensip yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia.

Proses keperawatan merupakan alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan


keperawatan yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak yaitu
perawat dan klien. Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat digunakan sebagai
pedoman dalam pemecahan masalah klien, perawat dapat menunjukkan profesi yang memiliki
profesionalitas yang tinggi, serta dapat memberikan kebebasan kepada klien untuk
mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat dirasakan
manfaatnya baik dari perawat maupun klien, manfaat tersebut antara lain dapat meningkatkan
kemandirian pada perawat dalam melaksanakan tugasnya karena didalam proses keperawatan
terdapat metode ilmiah keperawatan yang berupa langkah-langkah proses keperawatan, akan
dapat meningkatkan kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan tugas, karena klien akan
merasakan kepuasan setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses
keperawatan, akan dapat selalu meningkatkan kemampuan intelektual dan teknikal dalam
tindakan keperawatan karena melalui proses keperawatan dituntut mampu memecahkan
masalah yang baru sesuai dengan masalah yang dialami klien, sehingga akan timbul perasaan
akan kepuasan kerja. Dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat
bagi perawat itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan
atau menghindari adanya tindakan yang ilegal.

3
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Perawat dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan standart


keperawatan

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Perawat dapat memahami asuhan keperawatan

2) Perawat dapat menemukan masalah keperawatan pasien

3) Perawat dapat membuat diagnose keperawatan

4) Perawat dapat membuat tujaan asuhan keperawatan

5) Perawat dapat membuat rencana tindakan

6) Perawat dapat melakukan tindakan keperawatan

7) Perawat dapat mengevaluasi tindakan yang dilakukan

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

A. Batasan Pasien Terminal

Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/


sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan
proses kematian.

Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa
peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang.Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua. Pasien Terminal adalah :
Pasien –pasien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka akan meninggal
atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk ,hal
282, 1999 )
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah kematian.
Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan
untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di
katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian. (White, 2002).
Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi
fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada
tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang
ditunjukan oleh pasien terminal.
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga
pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal
dengan tenang dan damai.
Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/
mengancam hidup, antara lain:

5
a. Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal, Sirosis Hepatis,
Penyakit Ginjal Kronis, Gagal Jantung, dan Hipertensi.
b. Kondisi Keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru-paru, Ca Pankreas, Ca Liver,
Leukemia.
c. Kelainan Syaraf seperti Paralise, Stroke, Hydrocephalus, dan lain-lain.
d. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.
e. Kecelakaan/Trauma seperti Trauma Kapitis, Trauma Organ Vital (Paru-Paru
atau jantung) ginjal, dan lain-lain.

Respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu
(Doka, 1993):
1. Fase Prediagnostik
Terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko penyakit.
2. Fase Akut
Terpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan,
termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.
3. Fase Kronis
Klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
4. Fase Terminal
Dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti terjadi.

Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis,
maupun sosial-spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain:
1. Problem Oksigenisasi
Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer
menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia,
akumulasi secret, nadi ireguler.
2. Problem Eliminasi
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltik, kurang diet serat dan
asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh
karena pengobatan atau kondisi penyakit (misalnya: Ca Colon), retensi urin,

6
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit mis trauma
medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit
misalnya gagal ginjal.

3. Problem Nutrisi dan Cairan


Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen,
kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual,
muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
4. Problem suhu
Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
5. Problem Sensori
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian,
menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, penglihatan kabur, pendengaran berkurang, sensasi
menurun.
6. Problem nyeri
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus
selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
7. Problem Kulit dan Mobilitas
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal
memerlukan perubahan posisi yang sering.
8. Masalah Psikologis
Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon emosi, perasaaan
marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi
produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi/
barrier komunikasi.
9. Perubahan Sosial-Spiritual
Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita
penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap

7
penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan
kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang
lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau
mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,


merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan
psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit
kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan.
Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan
mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan
takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan
sepanjang hidup.

2.2 Faktor-Faktor yang perlu dikaji


a. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah
pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan,
pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien
mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi
kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien
terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan
kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.
b. Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat harus
peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa
mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah.

8
Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali
tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.

Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang menjelang ajal menunjukan lima tahapan,
yaitu :
1. Denial (menolak)
Pada tahap ini individu menyangkal dan bertindak seperti tidak terjadi sesuatu, dia
mengingkari bahwa dirinya dalam kondisi terminal. Pernyataan seperti „ tidak mungkin,
hal ini tidak akan terjadi pada saya, saya tidak akan mati karena kondisi ini‟ umum
dilontarkan klien.
2. Anger (Marah)
Individu melawan kondisi terminalnya, dia dapat bertindak pada seseorang atau
lingkungan di sekitarnya. Tindakan seperti tidak mau minum obat, menolak tindakan
medis, tidak ingin makan, adalah respon yang mungkin ditunjukan klien dalam kondisi
terminal.
3. Bargaining (Tawar Menawar)
Individu berupaya membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kematian. Seperti “ Tuhan beri saya kesembuhan, jangan cabut nyawaku,
saya akan berbuat baik dan mengikuti program pengobatan”.
4. Depresion (Depresi)
Ketika ajal semakin dekat atau kondisi semakin memburuk klien merasa terlalu sangat
kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, klien banyak berdiam diri
dan menyendiri.
5. Acceptance (Penerimaan)
Reaksi fisiologis semakin memburuk, klien mulai menyerah dan pasrah pada keadaan
atau putus asa.

Peran perawat adalah mengamati perilaku pasien terminal, mengenali pengaruh kondisi
terminal terhadap perilaku, dan memberikan dukungan yang empatik.

9
c. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal,
karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak
ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya.
Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat
harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat
memberikan dukungan sosial bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat
untuk selalu menemani klien.
d. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian,
bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya.
Perawat juga harus mengetahui disaat- saat seperti ini apakah pasien
mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.

2.3 Konsep dan Prinsip Etika, Norma, Budaya dalam Pengkajian Pasien Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural/budaya yang
mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi
individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian/menjelang
ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan
etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari. Keyakinan
spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan. Perawat harus mampu
memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive
terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan
spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.

10
BAB III

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas/ ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan


situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan
kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup
2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain
3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat
perawatan )
4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian

11
Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Intervensi, dan Rasional
DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO. INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Ansietas/ ketakutan Klien atau keluarga 1. Bantu klien untuk 1. Klien yang cemas 1. Membantu klien untuk
individu , keluarga akan : mengurangi ansietasnya : mempunyai mengurangi ansietasnya :
) yang berhubungan 1. mengungkapkan
a. berikan kepastian dan penyempitan a. memberikan kepastian dan
diperkirakan ketakutannya yang
dengan situasi yang brhubungan dengan kenyamanan lapang persepsi kenyamanan
tidak dikenal, sifat gangguan b. tunjukkan perasaan denagn penurunan b. menunjukan perasan tentang
dan kondisi yang 2. menceritakan
tentang pemahman dan kemampuan untuk pemahaman dan empati
tidak dapat tentang efek
diperkirakan takut gangguan pada empti, jangan belajar. Ansietas ,jangan menghindari petayaan
akan kematian dan fungsi normal, menghindari pertanyaan cenderung untuk c. mendorong klien untuk
efek negatif pada tanggung jawab,
c. dorong klien untuk memperburuk mengungkan setiap ketakutan
pada gaya hidup peran dan gaya
hidup mengungkapkan setiap masalah. Menjebak permasalahan yang
ketakutan permasalahan klien pada berhubungan dengan
yang berhubungan lingkaran pengobotannya.
dengan pengobtannya peningkatan d. menditifikasi dan mendorong
d. identifikasi dan dukung ansietas tegang, mekanisme koping efektif
mekaniosme koping emosional dan 2. Mengkaji tingkat ansientas
efektif. nyeri fisik klien .merencanakan
2. Kaji tingkat ansietas klien 2. R/Klien dengan penyuluhan bila tingkatnya
: rencanakan pernyuluhan ansietas berat rendah atau sedang
bila tingkatnya rendah atauparah tidak 3. Mendorong keluarga dan teman

12
atau sedang Beberapa rasa menyerap untuk mengungkapkan
takut didasari oleh pelajaran ketakutan atau pikiran mereka
informasi yang tidak 4. Memberikan klien dan keluarga
akurat dan dapat dengan kepastian dan
dihilangkan denga penguatan prilaku koping
memberikan informasi positif
akurat. 5. Memberikan dorongan pada
3. Dorong keluarga dan 3. R/Pengungkapan klien unyuk menggunakan
teman untuk memungkinkan teknik relaksasi seperti paduan
mengungkapkan untuk saling imajines dan pernafasan
ketakutan-ketakutan berbagi dan relaksasi
mereka memberiakn
kesempatan untuk
memperbaiki
konsep yang tidak
benar
4. Berika klien dan keluarga 4. R/Menghargai
kesempatan dan penguatan klien untuk koping
koping positif efektif dapat
menguatkan renson
koping positif yang

13
akan datang

2 Berduka yang Klien akan : 1. Berikan kesempatan pada 1. Diskusi terbuka 1. Memberikan kesempatan pada
berhubungan 1. Mengungkapakan klien da keluarga untuk dan jujur dapat klien dan keluarga unyiuk
penyakit terminal membantu klien
kehilangan dan mengungkapkan perasaan, mengungkapkan
dan kematian yang dan anggota
akan dihadapi perubahan didiskusikan kehilangan keluarga menerima perasaan,diskusikan kehilangan
penurunan fungsi, 2. Mengungkapakan secara terbuka , dan gali dan mengatasi secara terbuka dan gali makna
perubahan konsep situasi dan respon
perasaan yang makna pribadi dari pribadi dari kehilangan.jelaskan
diri dan menark diri mereka terhdap
dari orang lain berkaitan kehilangan kehilangan.jelaskan bahwa situasi tersebut bahwa berduka adalah reaksi
dan perubahan berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
3. Menyatakan yang umum dan sehat 2. Memberikan dorongan
kematian akan Pengetahuan bahwa tidak penggunaam strategi koping
terjadi ada lagi pengobatan yang positif yang terbukti memberikan
Anggota keluarga dibutuhkan dan bahwa keberhasilan pada masa lalu
akan melakukan hal kematian sedang menanti 3. Memberikan dorongan pada klien
berikut : dapat menyebabkan untuk mengekpresikan atribut
mempertahankan menimbulkan perasaan dari yang positif
hubungan erat yang ketidak berdayaan, marah 4. Membantu klien menyatakan dan
efektif , yang dan kesedihan yang dalam menerima kematian yang akan
dibuktikan dengan dan respon berduka yang terjadi,jawab semua pertanyaan
cara sbb: lainnya. dengan jujur
a. menghabiskan 2. Berikan dorongan 2. Strategi koping 5. Meningkatkan harapan dengan

14
waktu bersama klien penggunaan strategi positif membantu perawatan penuh perhatian ,
b. memperthankan koping positif yang penerimaan dan menghilangkan ketidak nyamanan
pemecahan
kasih sayang, terbukti yang memberikan dan dukungan
masalah
komunikasi terbuka keberhasilan pada masa
dengan klien lalu. Berikan dorongan
c. berpartisipasi pada klien untuk
dalam perawatan mengekpresikan atribut
diri yang positif
Memfokuskan pada atribut
yang positif meningkatkan
penerimaan diri dan
penerimaan kematian yang
terjadi
3. Bantu klien mengatakan 3. Proses berduka,
dan menerima kematian proses berkabung
adaptif tidak dapat
yang akan terjadi, jawab
dimulai sampai
semua pertanyaan dengan kematian yang
jujur akan terjadi di
terima
4. Tingkatkan harapan
4. Penelitian
dengan perawatan penuh menunjukkan
perhatian, menghilangkan bahwa klien sakit
terminal paling

15
ketidak nyamanan dan menghargai
dukungan tindakan
keperawatan
berikut :
a. Membantu
berdandan
b. Mendukung
fungsi kemandirian
c. Memberikan
obat nyeri saat
diperlukandan
d. meningkatkan
kenyamanan fisik (
skoruka dan bonet
1982 )
3. Perubahan proses Anggota kelurga 1. Luangkan waktu bersama 1. Kontak yang 1. Meluangkan waktu bersama
keluarga yang atau kerabat terdekat keluarga atau orang sering dan me keluarga / orang terdekat klien
ngkmuikasikan
berhubunga dengan akan : terdekat klien dan dan tunjukkan pengertian yang
sikap perhatian dan
gangguan 1. megungkpakan tunjukkan pengertian yang peduli dapat empati
kehidupan takut akan empati membantu 2. mengizinkan keluarga klien /
mengurangi
akan hasil ( kekhawatirannya orang terdekat untuk
kecemasan dan
kematian ) dan mengenai prognosis 2. Izinkan keluarga klien meningkatkan mengekspresikan perasaan
lingkungannya klien atau orang terdekat untuk pembelajaran ,ketakutan dan kekhwatiran
2. Saling berbagi
penuh stres ( 2. menungkapkan mengekspresikan 3. Menjelaskankan lingkungan dan
memungkinkan
tempat perawatan ) kekawtirannnya perasaan, ketakutan dan perawat untuk peralatan itu

16
mengenai kekawatiran. mengintifikasi 4. Menjelaskan tindakan
lingkkunagntempat ketakutan dan keperawatan dan kemajuan
kekhawatiran
perawatan postoperasi yang dipikirkan dan
kemudian
3. Jelaskan lingkungan dan
3. melaporkan fungsi merencanakan memberikaninformasi spesifik
peralatan ICU intervensi untuk
keluarga yang tentang kemajuan klien
mengatasinya
adekuat dan kontiniu 5. Menganjurkan untuk sering
4. Jelaskan tindakan 3. Informasi ini dapat
selam perawatan membantu berkunjung dan berpartisipasi
keperawatan dan mengurangi
klien dalam tindakan keperawatan
kemajuan postoperasi ansietas yang
6. Mengkonsul atau memberikan
yang dipikirkan dan berkaitan dengan
ketidak tauan rujukan ke sumber komunitas dan
berikan informasi spesifik
4. Informasi ini dapat sumber lainnya
tentang kemajuan klien membantu
mengurangi
5. Anjurkan untuk sering ansietas yang
berkunjung dan berkaitan dengan
ketidak tauan
berpartisipasi dalam
tindakan perawan
6. Konsul dengan atau
berikan rujukan kesumber
5. Kunjungan dan
komunitas dan sumber partisipasi yang
lainnya Keluarga denagan sering dapat
meningakatkan
masalah-masalah seperti
interaksi keluarga

17
kebutuhan financial , berkelanjutan
6. koping yang tidak
berhasil atau
konflik yang tidak
selesai
memerlukan
sumber-sumber
tambahan untuk
membantu
mempertahankanka
n fungsi keluarga
4. Resiko terhadap Klien akan 1. Gali apakah klien 1. Bagi klien yang 1. Menggali apakah klien
distres spiritual mempertahankan menginginkan mendapatkan nilai menginginkan untuk
yang berhubungan tinggi pada doa
praktik spritualnuya untuk melaksanakan praktik atau ritual
dengan perpisahan atau praktek
dari system yang akan melaksanakan spiritual lainnya , keagamaan atau spiritual yang
pendukung mempengaruhi praktek atau ritual praktek ini dapat diizinkan bila ia memberikan
keagamaan, kurang memberikan arti
penerimaan terhadap keagamaan atau kesempatan pada klien untuk
pripasi atau ketidak dan tujuan dan
mampuan diri ancaman kematian spiritual yang dapat menjadi melakukannya
dalam menghadapi diinginkan bila sumber 2. mengekpresikan pengertian dan
ancaman kematian kenyamanan dan
yang memberi penerimaan anda tentang
kekuatan
kesemptan pada pentingnya keyakinan dan praktik
klien untuk religius atau spiritual klien

18
melakukannya. 3. Memberika privasi dan
2. Ekspesikan ketenangan untuk ritual, spiritual
2. Menunjukkan
pengertian dan sesuai kebutuhan klien dan dapat
sikap tak menilai
penerimaan anda dapat membantu dilaksanakan
tentang mengurangi 4. Menawarkan untuk menghubungi
kesulitan klien
pentingnya r eligius atau rohaniwan rumah
dalam
keyakinan dan mengekspresikan sakit untuk mengatur kunjungan
praktik religius keyakinan dan menjelaskan ketersediaan
prakteknya
atau spiritual pelayanan misalnya : alqur‟an dan
klien. ulama bagi yang beragama islam
3. Berikan privasi
dan ketenangan 3. Privasi dan
ketenangan
untuk ritual memberikan
spiritual sesuai lingkungan yang
kebutuhan klien memudahkan
refresing dan
dapat
perenungan
dilaksanakan
4. Bila anda
4. Perawat meskipun
menginginkan
yang tidak
tawarkan untuk menganut agama
berdoa bersama atau keyakinan
yang sama dengan

19
klien lainnya atau klien dapat
membaca buku membantu klien
memenuhi
keagamaan.
kebutuhan
5. Tawarkan untuk spritualnya
menghubungkan 5. Tindakan ini dapat
membantu klien
pemimpin religius
mempertahankan
atau rohaniwan ikatan spiritual dan
rumah sakit untuk mempraktikkan
ritual yang penting
mengatur
( Carson 1989 )
kunjungan.

EVALUASI
1. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan
3. klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal
4. klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya

20
DAFTAR PUSTAKA

Arnold Dorothee,1998 , Spiritual Care and Palliative Care: Opportunities and Challeges for Pastoral
Care, WWW. Who.int/cancer/Palliative/definition/en/ diambil pada tanggal 11 Januari
2010

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan


Palliative

Kircher & Callanan. 2003. Near Death Experiences and DeathAwareness in the
Terminally

Potter & Perry. (2009)./Fundamental keperawatan/ (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina &marina,


penerjemah). Jakarta :EGC.

Kozier , Erb , Snyder.2010. Buku ajar Fundamental Keperawatan : /Konsep, Proses dan
praktik/s.edisi 7 .Volume 2. Jakarta : EGC Ferrell,B.R& Coyle,N.(Eds.).(2007)

White,PG,2002 , Word Hospice Palliative Care The Loss of Child Day, Pediatric Heart

Network, www.hospiceinternational.com, diambil pada tanggal 12 januari 2010

21

Anda mungkin juga menyukai