Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Volume 08, Nomor 01, April 2020; 61-68

P ISSN : 2460-4550
E ISSN : 2720-958X
DOI : https://doi.org/10.36085/jkmu.v8i1.726

JURNAL ILMIAH

STUDI KUALITATIF PROSEDUR PEMASANGAN TRANSFUSI DARAH


PADA PASIEN ANEMIA

Nova Yustisia1, Titin Aprilatutini2, Helda Desfianty3


Prodi D3 Keperawatan FMIPA Universitas Bengkulu
e-mail: nyustisia@unib.ac.id

ABSTRAK
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia. Anemia tidak bisa
diabaikan. Pengobatannya bervariasi tergantung penyebab, bila anemia berat pengobatan
yang diberikan dengan transfusi darah. Transfusi darah merupakan tindakan interdependen
yang harus diberikan sesuai standar operasional prosedur (SOP). Tujuan penelitian untuk
mengetahui gambaran prosedur pemasangan transfusi darah pada pasien Anemia di Ruang
Melati RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan pendekatan studi kasus, melibatkan 10 informan/subyek penelitian.
Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi prosedur tranfusi oleh perawat.
Teknik analisa data yang digunakan mencakup transkrip hasil wawancara, reduksi data,
analisis, interpretasi data dan triangulasi, data yang kemudian disimpulkan. Hasil
penelitian didapatkan tahap persiapan 9 informan menyiapkan alat lengkap dan persiapan
pasien 2 tidak mengidentifikasi klien. Tahap pemasangan transfusi 10 prosedur
mengidentifikasi ulang pasien tidak sesuai SOP, 4 tidak melakukan cuci tangan, 1 tidak
memakai sarung tangan. Tahap post tranfusi 10 prosedur tidak sesuai SOP pada item
memperhatikan reaksi/komplikasi transfusi dan observasi tanda vital. Kesimpulan
prosedur pemasangan tranfusi darah telah dilaksanakan sesuai SOP, namun belum
dilaksanakan dengan baik dan sempurna, pengawasan masih kurang serta fasilitas
pendukung kurang memadai. Disarankan hasil penelitian menjadi data dasar bagi rumah
sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan dengan meningkatkan pengawasan terstruktur
secara rutin, mengadakan pelatihan tekhnis prosedur pemasangan transfusi , dan
melengkapi sarana dan fasilitas pendukung.

Kata Kunci: SOP, Transfusi Darah, Anemia

ABSTRACT
Anemia is a health problem in the whole world. Anemia cannot be ignored. Treatment
varies depending on the cause, if anemia is severe treatment is given with a blood
transfusion. Blood transfusion is an interdependent action that must be given according to
standard operating procedures (SOP). The purpose of this study was to determine the
description of the procedure for blood transfusion in anemic patients in Jasmine Room Dr.
M. Yunus Bengkulu. This research is a qualitative descriptive study with a case study
approach, involving 10 informants / research subjects. Data collection through interviews
and observation of transfusion procedures by nurses. Data analysis techniques used
include interview transcripts, data reduction, analysis, data interpretation and
triangulation, data which is then concluded. The results of the study showed that the
preparation phase of 9 informants prepared complete tools and preparation of patients 2
did not identify the client. The stage of transfusion installation 10 procedures to re-identify

Studi kualitatif pemasangan transfusi darah….(Yustisia, Aprilatutini, Desfianty) 61


Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Volume 08, Nomor 01, April 2020

patients not in accordance with the SOP, 4 did not wash hands, 1 did not wear gloves.
Post-transfusion stage 10 procedures not in accordance with the SOP on the item paying
attention to reactions / complications of transfusion and observation of vital signs.
Conclusion blood transfusion installation procedures have been carried out according to
the SOP, but have not been implemented properly and perfectly, supervision is still lacking
and support facilities are inadequate. It is recommended that the results of the study
become a baseline for hospitals in improving the quality of services by increasing routine
structured supervision, conducting technical training procedures for transfusion
installation, and completing supporting facilities.

Keywords: SOP, Blood Transfusion, Anemia

PENDAHULUAN Pengobatan kondisi ini bervariasi


Anemia merupakan salah satu tergantung pada penyebabnya, namun,
masalah kesehatan di seluruh dunia apabila sudah memasuki tahap anemia
terutama negara berkembang, berat, pengobatan yang dapat diberikan
diperkirakan 30% penduduk dunia adalah pengobatan dengan prosedur
menderita anemia. Secara umum, khusus diantaranya transfusi darah
tingginya prevalansi anemia disebabkan (Desmawati, 2013).
oleh beberapa faktor diantaranya Transfusi darah merupakan bagian
rendahnya asupan zat besi dan zat gizi penting dalam bidang kesehatan.
lainnya seperti vitamin A, C, Folat, Transfusi darah adalah suatu terapi
riboplafin dan B12 (Desmawati, 2013). dengan cara pemberian darah lengkap atau
Anemia bukan merupakan suatu diagnosis komponen darah seperti plasma, sel darah
atau penyakit, melainkan merupakan merah, atau trombosit melalui jalur IV
gejala awal suatu penyakit atau gangguan (Kiswari, 2014). Tujuannya adalah untuk
fungsi tubuh. Gejala yang sering dialami memenuhi kebutuhan klien terhadap
antara lain: lesu, lemah, pusing, mata darah sesuai dengan program pengobatan.
berkunang-kunang, dan wajah pucat Pelayanan transfusi darah adalah upaya
(Indartanti, 2014). pelayanan kesehatan yang meliputi
Anemia dapat menyerang semua perencanaan, pengerahan dan pelestarian
umur dan jenis kelamin dimasyarakat. pendonor darah, penyediaan darah,
Menurut data hasil Riset Kesehatan Dasar pendistribusian darah, dan tindakan medis
(Riskesdas) tahun 2013, prevalansi pemberian darah kepada pasien untuk
anemia di Indonesia yaitu 21,7% dengan tujuan penyembuhan penyakit dan
penderita pada anak-anak sebesar 26,4% pemulihan kesehatan (Kemenkes RI,
dan 18,4% pada dewasa (Kemenkes RI, 2016).
2014). Anemia tidak bisa diabaikan, Transfusi darah dibutuhkan untuk
karena apabila diabaikan tanpa ada menangani pasien dengan penyakit yang
penanganan yang baik bisa berdampak mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat
negatif bagi kesehatan tubuh. Dampak memproduksi darah atau komponen darah
negatif akibat anemia ini yaitu apabila sebagaimana mestinya. Pada negara
Haemoglobin (Hb) dan sel darah merah berkembang, transfusi darah juga
sudah terlalu rendah dapat menyebabkan diperlukan untuk menangani
pengangkutan oksigen menjadi tidak kegawatdaruratan, melahirkan dan anak-
memadai dan berkurang. Akibatnya dapat anak malnutrisi yang berujung pada
menghambat kerja organ-organ penting, anemia berat sehingga memerlukan
salah satunya otak. transfusi darah untuk tujuan pengobatan

Studi kualitatif pemasangan transfusi darah….(Yustisia, Aprilatutini, Desfianty) 62


Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Volume 08, Nomor 01, April 2020

dan pemulihan kesehatan (Pusat Data dan Dr. M. Yunus didapatkan di ruang Melati
Informasi Kementerian Kesehatan RI, ada 8 pasien dengan anemia yang sedang
2014). dirawat, 5 diantaranya mendapat terapi
Pemberian transfusi darah di rumah tranfusi darah. Saat dilakukan wawancara
sakit merupakan salah satu tindakan terhadap salah satu perawat, didapatkan
interdependen, karena tindakan ini informasi bahwa bahwa tindakan transfusi
memerlukan suatu kerjasama dengan darah biasanya dilakukan pada pasien
tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, dengan Hb ≤ 9 gr/dL, dan jumlah darah
analis, Palang Merah Indonesia (PMI) dan yang diberikan sesuai dengan order dari
perawat. Perawat ialah tenaga kesehatan dokter.
yang memberikan asuhan selama 24 jam Hasil observasi saat dilakukan
pada pasien. Dalam pemberian asuhan, prosedur tindakan transfusi terhadap
seorang perawat harus memperhatikan pasien yang sedang dirawat, perawat
keselamatan pasien. Untuk itu dalam ruangan belum melakukan tindakan
setiap melakukan tindakan perawat harus transfusi darah sesuai dengan prosedur,
bekerja sesuai dengan standar, yang seperti melakukan identifikasi darah yang
dikenal dengan Standar Oprasional akan diberikan hanya melibatkan keluarga
Prosedur (SOP). pasien di Ruang perawat, dan setelah itu
Standar pelayanan dalam tindakan masih terjadi delegasi pemberian transfusi
transfusi menjadi acuan bagi tenaga darah pada mahasiswa perawat. Saat
kesehatan dan/atau pelaksana program di diobservasi, tindakan pemberian transfusi
bidang kesehatan dalam penyelenggaraan darah yang dilakukan mahasiswapun juga
pelayanan transfusi darah, yang bertujuan belum sesuai dengan SOP, seperti tidak
menjamin pelayanan darah yang aman, melakukan identifikasi ulang darah yang
berkualitas dan dalam jumlah yang cukup akan ditransfusikan pada saat di kamar
(Permenkes RI No 91, 2015). pasien.
Setiap produk darah yang Berdasarkan hal tersebut, tentu
ditransfusikan membawa resiko efek dapat berdampak buruk pada pasien,
samping yang bersifat cepat atau lambat. sebab jika memberikan tindakan transfusi
Dokter yang meresepkan transfusi harus darah tidak sesuai SOP, dapat
berhati-hati sesuai dengan kriteria yang mengakibatkan terjadinya reaksi
telah ditetapkan. Indikasi untuk transfusi hemolitik akut pada pasien, dengan gejala
harus didokumentasikan dalam rekam yaitu mengigil, demam, nyeri (di
medis. Pasien/ keluarga harus diberitahu sepanjang garis IV, punggung, dada),
tentang efek samping mungkin terjadi hipotensi, dan urin berwarna gelap,
(Kiswari, 2014: 327). Oleh karena itu bahkan dapat berdampak fatal yaitu
pemberian tranfusi darah harus meninggal pada pasien yang fisiknya tidak
diperhatikan dan dilaksanakan sesuai kuat.
Standar Operasional Prosedur (SOP). Berdasarkan uraian diatas, penulis
Hasil survei awal di RSUD tertarik melakukan penelitian “Studi
M.Yunus Bengkulu didapat data pasien Kualitatif Prosedur Pemasangan
dalam rekam medik terdapat 992 kasus Transfusi Pada Pasien Anemia Di Ruang
yang menderita anemia pada tahun 2015, Melati RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
terdapat 1.115 kasus pada tahun 2016, dan Penelitian ini bertujuan untuk
1.314 pada tahun 2017 (Rekam Medik mengetahui gambaran prosedur
RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu). pemasangan transfusi darah pada pasien
Hasil studi pendahuluan yang dengan Anemia di Ruang Melati RSUD
penulis lakukan di ruang Melati RSUD dr. M. Yunus Bengkulu.

Studi kualitatif pemasangan transfusi darah….(Yustisia, Aprilatutini, Desfianty) 63


Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Volume 08, Nomor 01, April 2020

METODE PENELITIAN orang informan menyiapkan alat dengan


Penelitian ini menggunakan desain lengkap, namun ada 1 orang informan
studi kasus di Ruang Melati RSUD Dr. dengan alat yang tidak lengkap. Hasil
M.Yunus Bengkulu. Penelitian ini wawancara pada informan didapatkan
melibatkan 10 informan sebagai subyek
penelitian yang melakukan tindakan “Alat yang saya siapkan tadi sudah
prosedur pemasangan tranfusi darah pada lengkap, tapi saya lupa menyiapkan
pasien anemia. Pengumpulan data sarung tangan karena tertinggal di ruang
dilakukan melalui wawancara mendalam pasien sebelumnya”,
dan observasi prosedur pemasangan
tranfusi yang dilakukan oleh perawat Sedangkan pada sebagian besar informan
pada pasien Anemia di ruang Melati menyatakan
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Hasil
wawancara dan observasi dianalisis untuk “Persiapan alat harus lengkap apalagi
menilai performa perawat dalam sarung tangan, karena sebagai alat
melakukan prosedur pemasangan tranfusi pelindung diri kita”.
darah. Adapun ukuran performa perawat
dalam prosedur pemasangan tranfusi Pada tahap persiapan pasien
dengan menggunakan standar operasional didapatkan hasil dari 10 prosedur tindakan
prosedur (SOP) pemasangan tranfusi yang yang telah dilakukan, ada 2 prosedur yang
ada di RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu. tidak melakukan identifikasi klien, yaitu
Wawancara mendalam dilakukan pada item identifikasi umur dan 10
setelah perawat melakukan prosedur prosedur tidak melakukan pemasangan
pemasangan tranfusi pada pasien anemia. tabir tempat tidur pasien.
Tanggapan dan pendapat informan
kemudian dianalisis secara kualitatif Tahap Tindakan Pemasangan
untuk kelengkapan data penelitian. Transfusi Darah
Teknik analisis data yang digunakan Tahap tindakan merupakan tahap
dalam penelitian ini mencakup transkrip kedua pada prosedur tindakan penasangan
hasil wawancara, reduksi data, analisis, transfusi darah. Pada tahap ini didapatkan
interpretasi data dan triangulasi. Hasil dari 10 prosedur tindakan ada sebanyak
analisis data yang kemudian dapat ditarik 10 prosedur
kesimpulan. yang melakukan identifikasi ulang pasien
tidak sesuai dengan SOP seperti pada item
HASIL PENELITIAN identifikasi umur, nomor rekam medis,
Setelah melakukan penelitian nomor kantung darah, jumlah darah, cross
prosedur tindakan pemasangan transfusi match, identifikasi golongan darah,
darah pada pasien anemia di ruang Melati sertapada identifikasi nama pasien. Hasil
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, wawancara pada informan
didapatkan hasil sebagai berikut :
“Kadang-kadang saya tidak melakukan
Tahap Persiapan identifikasi lengkap, karena sudah baca di
Tahap persiapan adalah tahap awal status pasien, jadi yang saya identifikasi
dibagi menjadi dua yaitu tahap persiapan hanya nama dan golongan darahnya
alat dan tahap persiapan pasien. Pada saja”.
tahap persiapan alat didapatkan dari 10
informan/perawat yang melaksanakan Hasil penelitian ini juga didapatkan
prosedur pemasangan tranfusi terdapat 9 sebanyak 4 prosedur tindakan tidak

Studi kualitatif pemasangan transfusi darah….(Yustisia, Aprilatutini, Desfianty) 64


Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Volume 08, Nomor 01, April 2020

melakukan cuci tangan sebelum dan dibutuhkan serta mempermudah dan


sesudah tindakan serta terdapat 1 tindakan memperlancar dalam melakukan tindakan
prosedur yang tidak mengenakan sarung transfusi darah.
tangan. Tahap persiapan sangat
mempengaruhi tahap selanjutnya karena
Tahap Post Transfusi Darah apabila yang kita butuhkan telah
Tahap ini merupakan tahap akhir, disiapkan, maka proses tindakan akan
tahap pengawasan, dan berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil
pendokumentasian. Hasil penelitian yang penelitian dari 10 prosedur tindakan yang
telah dilakukan pada tahap ini, didapatkan telah dilakukan, didapatkan 1 prosedur
10 prosedur tindakan telah melakukan yang tidak menyiapkan sarung tangan,
item pendokumentasian sesuai SOP. tentu dalam hal ini akan menimbulkan
Pada tahap ini juga didapat bahaya, resiko terjadinya infeksi terhadap
sebanyak 10 prosedur melakukan pasien dan diri perawat sendiri serta dapat
tindakan tidak sesuai dengan SOP, yaitu mengakibatkan kecelakaan kerja.
pada item memperhatikan reaksi atau Kecelakaan kerja merupakan
komplikasi dari transfusi, observasi tanda kejadian tidak terduga dan tidak
tanda Vital (TTV) pada tiap 5 menit, 15 diinginkan baik kecelakaan akibat
menit dan 60 menit. Hasil wawancara langsung pekerjaan maupun kecelakaan
terhadap 4 perawat yang melakukan yang terjadi pada saat pekerjaan
prosedur tindakan, 3 perawat dengan (Buntarto, 2015). Pengendalian bahaya
alasannya yang sama yaitu bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah
satunya adalah dengan menggunakan Alat
“Biasanya tidak ada keluhan, dan Pelindung Diri (APD). APD merupakan
sebelum tindakan telah melakukan suatu alat yang dipakai untuk melindungi
identifikasi saat persiapan pasien,” diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan kerja, dimana secara teknis
dan 1 perawat dengan alasan dapat mengurangi tingkat keparahan dari
kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan
“karena program ganti shift pagi dan sore pelindung diri tidak menghilangkan atau
dilakukan sebanyak 4 kali, maka perawat mengurangi bahaya yang ada, peralatan
yang dinas hanya sedikit setiap siftnya ini hanya mengurangi jumlah kontak
sedangkan beban pekerjaan yang harus dengan bahaya dengan cara penempatan
diselesaikan masih menumpuk”. penghalang antara tenaga kerja dengan
bahaya salah satunya sarung tangan atau
PEMBAHASAN handscoon (Suma’mur, 2009).
Setelah melakukan penelitian Berdasarkan dampak resiko yang
prosedur tindakan pemasangan transfusi akan terjadi, hendaknya dalam melakukan
darah pada pasien anemia di ruang Melati prosedur tindakan, perawat bertindak
RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, maka sesuai tahap seperti hasil penelitian
peneliti akan membahas hasil penelitian Widodo tahun 2006 yang mengatakan
sebagai berikut: bahwa dalam pemberian transfusi darah,
sangat penting bagi perawat untuk
Tahap Persiapan bertindak berdasarkan protap pemberian
Tahap persiapan adalah tahap awal transfusi darah yang telah ditetapkan,
yang harus dilakukan sebelum melakukan karena akan menurunkan kemungkinan
tindakan yang bertujuan untuk terjadinya kesalahan dan menekan
menyiapkan semua aspek yang

Studi kualitatif pemasangan transfusi darah….(Yustisia, Aprilatutini, Desfianty) 65


Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Volume 08, Nomor 01, April 2020

terjadinya dampak buruk akibat transfusi misalnya eritrosit golongan A, B atau AB


darah. diberikan ke pasien golongan O. sebagian
Selanjutnya tahap persiapan pasien, reaksi hemolitik adalah hasil dari
tahap ini merupakan tahap dimana kesalahan manusia, seperti identifikasi
perawat melakukan identifikasi dan yang tidak tepat dari sampel darah pra-
informed conset. Identifikasi pasien dan transfusi.
pencocokan pasien dengan pengobatan Dari hasil penelitian ini juga
merupakan kegiatan yang dilakukan didapatkan sebanyak 4 prosedur tindakan
secara rutin di semua rangkaian tidak melakukan cuci tangan sebelum dan
perawatan (Australian Commission on sesudah tindakan serta terdapat 1 tindakan
Safety and Quality in Health Care prosedur yang tidak mengenakan sarung
2017). Ketepatan dalam mengidentifikasi tangan. Hal ini menunjukkan tidak semua
pasien merupakan upaya untuk perawat sadar akan pentingnya
mengurangi kesalahan dalam melakukan kewaspadaan standar untuk mengurangi
tindakan terhadap pasien (WHO, 2007). kemungkinan terjadinya infeksi karena
Berdasarkan hasil penelitian dari 10 pajanan patogen dari spesimen darah yang
prosedur tindakan yang telah dilakukan, akan ditransfusikan. Meskipun dalam
ada 2 prosedur yang tidak melakukan melakukan transfusi darah perawat tidak
identifikasi klien, yaitu pada item melakukan prosedur invasif mulai dari
identifikasi umur dan 10 prosedur tidak awal, perawat perlu memiliki
melakukan pemasangan tabir tempat tidur kewaspadaan terhadap semua produk
pasien. darah maupun cairan tubuh lain karena
semua spesimen darah dan cairan tubuh
Tahap Tindakan Pemasangan secara potensial bisa menjadi sumber
Transfusi Darah infeksi penyakit menular tanpa
Tahap tindakan merupakan tahap memandang status maupun faktor-faktor
kedua pada prosedur tindakan penasangan resiko seseorang.
transfusi darah. Pada tahap ini, perawat Penelitian ini sama seperti hasil
akan melakukan tindakan dan berinteraksi penelitian Widodo pada tahun 2006, yang
langsung pada pasien. didapatkan dari 51 tindakan ada 37
Berdasarkan hasil penelitian yang prosedur tindakan yang tidak melakukan
telah dilakukan, pada tahap tindakan cuci tangan sebelum tindakan dan 38
pemasangan didapatkan dari 10 prosedur prosedur sesudah tindakan.
tindakan ada sebanyak 10 prosedur yang
melakukan identifikasi ulang pasien tidak Tahap Post Transfusi Darah
sesuai dengan SOP seperti pada item Tahap ini merupakan tahap akhir,
identifikasi umur, No. rekam medis, tahap pengawasan, dan
nomor kantung darah, jumlah darah, cross pendokumentasian. Pendokumentasian
match dan 7 pada identifikasi golongan merupakan suatu kegiatan pencatatan atau
darah serta 3 pada identifikasi nama merekam suatu kejadian serta aktivitas
pasien. Berdasarkan hasil tersebut tentu yang dilakukan dalam bentuk pemberian
dapat berdampak fatal bagi pasien seperti pelayanan yang dianggap sangat berharga
tingginya resiko terjadinya reaksi dan penting (Tungpalan, 1983, dalam
hemolitik akut. Dalami, 2011). Berdasarkan hasil
Menurut Kiswari tahun 2014 penelitian yang telah dilakukan pada
mengatakan bahwa sebagian besar reaksi tahap ini, didapatkan 10 (100%) prosedur
hemolitik disebabkan oleh transfusi darah tindakan telah melakukan item
yang tidak cocok pada system ABO, pendokumentasian sesuai SOP.

Studi kualitatif pemasangan transfusi darah….(Yustisia, Aprilatutini, Desfianty) 66


Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Volume 08, Nomor 01, April 2020

Selain itu, pada tahap ini juga Dalam penelitiannya, Widodo menyatakan
didapat sebanyak 10 (100%) prosedur bahwa setelah darah ditransfusikan pasien
melakukan tindakan tidak sesuai dengan harus diobservasi secara cermat pada 5-10
SOP, yaitu pada item memperhatikan menit pertama sejak transfusi dimulai.
reaksi atau komplikasi dari transfusi, Setidaknya tanda-tanda vital harus dikaji
observasi tanta-tanda vital (TTV) pada setiap lima menit semenjak transfusi
tiap 5 menit, 15 menit dan 60 menit. Hasil diberikan. Pemeriksaan tanda vital setelah
wawancara terhadap 4 perawat yang darah dimasukan ke dalam tubuh
melakukan prosedur tindakan, 3 diperlukan untuk mengamati reaksi
perawat dengan alasannya yang sama transfusi yang berkaitan dengan reaksi
yaitu “biasanya tidak ada keluhan, dan imunologis. Pada reaksi hemolitik dan
sebelum tindakan telah melakukan alergi, pasien bisa mengalami shock
identifikasi saat persiapan pasien,” dan 1 sehingga perlu pengawasan terhadap
perawat dengan alasan “karena program tanda-tanda vital.
ganti sift pagi dan sore dilakukan
sebanyak 4 kali, maka perawat yang dinas
hanya sedikit setiap siftnya sedangkan SIMPULAN
beban pekerjaan yang harus diselesaikan Berdasarkan hasil penelitian yang
masih menumpuk”. Tentu hal ini bisa telah dilakukan tentang prosedur
berdampak fatal karena transfusi darah pemasangan transfusi darah pada pasien
bisa menimbulkan reaksi yang memanjang anemia di ruang Melati RSUD dr. M.
tidak saat itu juga, sehingga pasien yang Yunus Bengkulu, dapat disimpulkan
telah menerima transfusi darah harus bahwa prosedur pemasangan tranfusi
diperiksa kemungkinan terjadinya reaksi darah telah dilaksanakan sesuai Standar
transfusi. Menurut Departemen Kesehatan Operasional Prosedur (SOP) tindakan
RI tahun 2014 mengatakan bahwa gejala keperawatan, namun dalam
dan tanda yang sering muncul yaitu pelaksanaannya belum dilaksanakan
demam (biasanya berupa peningkatan dengan baik dan sempurna, pengawasan
suhu 1⁰C), menggigil, gangguan masih kurang serta fasilitas pendukung
pernafasan, hipertensi atau hipotensi, kurang memadai.
nyeri di tempat infus atau di bagian
tubuh lain misalnya abdomen atau SARAN
dada, urtikaria dan manifestasi kulit Hasil penelitian ini diharapkan dapat
lain, ikterik atau hemoglobinuria, menjadi dasar dan suatu pertimbangan
mual/muntah, perdarahan, bagi pihak rumah sakit dalam
oligouria/anuria. meningkatkan mutu pelayanan dengan
Menurut Desmawati (2013), meningkatkan pengawasan yang
kebanyakan reaksi transfusi terjadi 15-30 terstruktur secara rutin dan
menit transfusi. Walaupun selama menyelenggarakan pelatihan-pelatihan
penelitian prosedur tindakan ini tidak ada khusus bagi tenaga kesehatan yang salah
yang mengalami reaksi transfuse darah, satunya seperti prosedur tindakan
hendaknya perawat harus tetap melakukan pemasangan transfusi darah, serta
tindakan sesuai SOP. melengkapi sarana dan fasilitas
Penelitian ini sama seperti hasil pendukung yang memadsai. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Widodo penelitian ini juga diharapkan dapat
tahun 2006, didapat ada 2 dari 51 menjadi masukan bagi ruang rawat inap
prosedur tindakan yang tidak melakukan khusunya penyakit dalam untuk
item memperhatikan reaksi transfusi. menyelenggarakan suatu sistem

Studi kualitatif pemasangan transfusi darah….(Yustisia, Aprilatutini, Desfianty) 67


Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, Volume 08, Nomor 01, April 2020

pengawasan sehingga perawat ruangan Keperawatan. Jakarta: Salemba


dapat melaksanakan prosedur transfusi Medika.
darah sesuai dengan SOP yang telah Proverawati, Atikah. 2011. Anemia dan
ditetapkan. Anemia kehamilan. Yogyakarta :
Nuha Medika
DAFTAR PUSTAKA Setiadi (2013). Konsep dan Praktek
Afiyanti.Y & Rachmawati.I (2014). Penulisan Riset Keperawatan, Edisi
Metodologi Penelitian Kualitatif 2. Yogyakarta, Graha Ilmu.
dalam Riset Keperawatan. Jakarta : WHO. (2007). Patient Identification:
Raja Grafindo Persada Patient Safety Solutions. Diakses
Arikunto, S. (2006). Prosedur pada 22 Mei 2018 pukul 21.05
Penelitian: Suatu pendekatan WIB. Dalam http://www.who.
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta int/patientsafety/solutions/patientsaf
Desmawati. (2013). System hematologi ety/PS Solution2.pdf?ua=1
dan imunologi. Jakarta : in Media Widodo A, Aulawi K, Effendy C (2006).
Dalami & Ermawati ( 2011). Dokumentasi Kepatuhan Perawat Dalam
Keperawatan, Jakarta: Trans Info Melaksanakan Protap Pemberian
Media. Transfusi Darah. Diakses pada 16
Departemen Kesehatan RI, Pusat Data Mei 2018 pukul 19.15 WIB.
Dan Informasi Kementerian Dalamhttp://www.academia.edu/632
Kesehatan RI. 2014. Situasi donor 1454/kepatuhan_protap_transfusi
darah di Indonesia. Jakarta Selatan:
Depkes RI.
Kemenkes RI. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.
91 tahun 2015 tentang Standar
Pelayanan Transfusi Darah. 2016,
No.36
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2014. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kemenkes RI.
Kiswari, R. (2014). Hematologi &
Taransfusi. Jakarta : Erlangga
Muttaqin, A. (2012). Buku ajar asuhan
keperawatan klien dengan
gangguan sistem kardiovaskular
dan hematologi. Jakarta : Salemba
Medika.
Notoadmodjo. (2010). Metodelogi
penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam. (2009). Konsep dan
penerapan Metodelogi penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan
Metode Penelitian Ilmu

Studi kualitatif pemasangan transfusi darah….(Yustisia, Aprilatutini, Desfianty) 68

Anda mungkin juga menyukai