Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sel volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus


listrik. Sel volta ini ditemukan oleh dua orang ahli berkebangsaan
Italia. Mereka berdua adalah Alessandro Giuseppe Volta (1745-
1827) dan Lugini Galvani (1737-1798).

Ciri khas dari sel volta adalah menggunakan jembatan


garam. Jembatan garam berupa pipa U yang diisi agar-agar yang
mengandung garam kalium klorida. Sel volta terdiri dari anoda
yang bermuatan negatif dan katoda yang bermuatan positif. Pada
anoda terjadi proses oksidasi, oksidasi adalah pelepasan
elektron. Sedangkan pada katodanya terjadi proses reduksi,
reduksi adalah penangkapan elektron.

Sel volta banyak sekali digunakan pada kehidupan sehari-


hari. Sel volta yang biasa digunakan pada kehidupan manusia
seperti jenis-jenis baterai dan aki (accu). Baterai dan aki
sangatlah berbeda, perbedaan ini dapat dilihat dari setelah
pemakaian kedua benda tersebut. Baterai apabila sudah terpakai
tidak dapat digunakan lagi karena sudah tidak ada lagi arus
listrik pada baterai tersebut. Sedangkan, aki apabila arus
listriknya sudah habis dapat diisi lagi dengan mengalirkan arus
listrik.

Sel volta dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Sel Volta Primer,
Sel Volta Sekunder, Sel Bahan Bakar. Ketiga bagian tersebut juga
memiliki contoh masing-masing lagi. Oleh karena itu marilah kita
lihat pembahasan mengenai macam-macam dari sel volta berikut
ini.
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis sel volta?

2. Apa contoh dari sel volta primer?

3. Apa contoh dari sel volta sekunder?

4. Apa saja kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan

Supaya siswa dapat mengetahui contoh-contoh dari sel


volta yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa supaya lebih
mempunyai pemahaman yang tidak hanya sekedar materi yang
diterima di sekolah. Tapi juga dalam penerapannya dalam
realisasi kehidupan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sel Volta
Sel volta (sel galvani) adalah Sel elektrokimia di mana reaksi
oksidasi-reduksi spontan terjadi dan menghasilkan beda potensial. Sel
Volta mengubah energi dari suatu reaksi redoks spontan menjadi
energi listrik. Sel Volta (sel Galvani) dikembangkan oleh Alessandro
Volta (1745-1827) dan Luigi Galvani (1737-1798). Sel Volta disebut juga
Sel elektrokimia.

a.

Kegunaan

Berdasarkan kegunaannya, sel Volta dibedakan atas dua macam


yaitu sebagai berikut :
1. Sel Volta untuk penentuan pH larutan, energi reaksi, titrasi,
kelarutan garam dan sebagainya.
2. Sel Volta untuk menghasilkan tenaga listrik, misalnya untuk
penerangan, penggerak motor, radio transistor, dan kalkulator.
b. Prinsip Kerja Reaksi

Logam seng dalam larutan mengandung ion Zn 2+ (larutan garam


seng) dan logam tembaga dalam larutan ion Cu 2+ (larutan garam
tembaga (II)). Logam seng larut dengan melepas dua elektron.

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-

Elektron mengalir ke logam tembaga melalui kawat penghantar


dan ion Cu2+ mengambil elektron dari logam tembaga dan mengendap.

Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)

Persamaan reaksi redoksnya sebagai berikut:

Oksidasi : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-

Reduksi Cu2+:(aq) + 2e-


Cu(s)
Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) +
Cu(s)

Dengan demikian, rangkaian tersebut dapat menghasilkan aliran


elektron (listrik). Untuk menetralkan muatan listrik pada kedua larutan
dihubungkan dengan suatu jembatan garam, yaitu larutan garam
dalam agar-agar (seperti NaCl atau KNO3). Ion-ion negatif dari
jembatan garam bergerak untuk menetralkan kelebihan ion Zn 2+,
sedangkan ion-ion positif bergerak untuk menetralka kelebihan ion
SO42-.

Logam seng dan tembaga yang menjadi kutub-kutub listrik pada


rangkaian sel elektrokimia di sebut electrode. Sedangkan logam seng
(Zn) sendiri merupakan elektrode tempat terjadinya reaksi oksidasi
atau pelepasan dan merupakan kutub negatif (anode). Logam tembaga
(Cu) merupakan elektrode tempat terjadinya reaksi reduksi atau
pengikatan elektron dan merupakan kutub positif (katode).
Susunan sel Volta dapat dituliskan dengan suatu notasi singkat
(diagram sel) sebagai berikut:

Anode | larutan (ion) || larutan (ion) |


katode

Zn | Zn2+ || Cu2+ |
Cu

Notasi tersebut menyatakan bahwa oksidasi Zn menjadi Zn 2+


terjadi pada anode, sedangkan reduksi ion Cu 2+ menjadi Cu di katode.
Dua garis sejajar yang memisahkan anode dan katode menyatakan
jembatan garam, sedangkan garis tunggal menyatakan batas antar
fase (Zn padatan, sedangkan Zn2+ dalam larutan; Cu2+ dalam larutan,
sedangkan Cu padatan)

c. Potensial Sel

Potensial sel merupakan selisih potensial listrik antara elektrode


yang mendorong elektron mengalir yang disebabkan perbedaan
rapatan muatan antara elektrode-elektrode. Potensial sel yang diukur
pada 250C dengan konsentrasi ion-ion 1 M dan tekanan gas 1 atm
disebut potensial standar (E0sel).
Potensial sel Volta dapat ditentukan melalui percobaan dengan
voltmeter atau potensiometer dan juga dapat dihitung berdasarkan
data potensial elektrode positif (katode) dan potensial elektrode
negatif (anode).
E0sel = E0reduksi(katode) – E0oksidasi (anode)

d. Potensial Elektrode

Potensial elektrode adalah potensial sel yang dihasilkan oleh


suatu elektrode dengan elektrode hidrogen. Pengukuran potensial sel
dapat digunakan untuk membandingkan kecenderungan logam-logam
atau spesi lain untuk mengalami oksidasi atau reduksi. Apabila
pengukuran dilakukan pada kondisi standar (suhu 25 0C, 1 M, tekanan
gas 1 atm) disebut potensial elektrode standar (E0). Urutan logam-
logam berdasarkan sifat reduktornya dikenal sebagai deret Volta.

U – K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – (H2O) – Zn – Cr – Fe – Cd – Ni – Co – Sn – Pb – (H) –
Cu – Hg – Ag – Pt - Au

Dari deret volta di atas, unsur-unsur dari kiri ke kanan memiliki


harga potensial reduksi (potensial elektrode) yang makin besar.
Elektrode yang lebih mudah mengalami reduksi dibandingkan
elektrode hidrogen mempunyai potensial elektrode bertanda (+),
sedangkan elektrode yang sukar mengalami reduksi bertanda negatif
(-). Potensial elektrode dikaitkan dengan reaksi reduksi, dimana
potensial elektrode sama dengan potensial reduksi. Adapun potensial
oksidasi sama nilainya dengan potensial reduksi, tetapi tandanya
berlawanan.

Potensial elektrode Zn | Zn2+ = -0,76 volt, berarti potensial


reduksi ion Zn2+ menjadi logam Zn = -0,76 volt. Sedangkan potensial
oksidasi Zn menjadi Zn2+ = +0,76 volt.

Zn(s) Zn2+(aq) + 2e- E = -0,76 volt

Zn2+(aq) + 2e- Zn(s) E = +0,76 volt

Suatu reaksi dapat berlangsung jika ada perbedaan potensial


positif antara kedua setengah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi
redoks dapat berjalan spontan jika E0sel > 0 (+)

Jika anda ingin membuat baterai bervoltase tinggi untuk


radiomu, anda harus memilih logam yang berjauhan dalam tabel
tersebut. Uang logam tembaga dengan paku besi menghasilkan
voltase lebih tinggi daripada uang logam dengan nikel karena tembaga
lebih jauh dari besi dari pada nikel. Meskipun istilah baterai biasanya
mengacu pada sel-sel galvani yang dihubungkan bersama, beberapa
baterai hanya mempunyai satu sel. Baterai lain mungkin mempunyai
selusin atau lebih. Ketika anda menggunakan baterai untuk
menyalakan senter, radio atau CD-player, anda melengkapi rangkaian
listrik sel galvani tersebut. Untuk mendapatkan voltase lebih tinggi dari
sel dengan beda potensial yang relatif kecil dapat dilakukan dengan
menghubungkan sel-sel secara seri.

B. Sel Volta Primer

1. Sel Kering Seng – Karbon

Sel kering juga dapat disebut sel Lenchanche atau baterai. Baterai kering ini
mendapatkan hak paten penemuan di tahun 1866. Sel Lanchache ini terdiri atas
suatu silinder zink berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO 2), salmiak (NH4Cl),
karbon (C), dan sedikit air. Dengan adanya air jadi baterai kering ini tidak 100%
kering.

Sel ini biasanya digunakan sebagai sumber tenaga atau energi pada lampu,
senter, radio, jam dinding, dan masih banyak lagi. Penggunaan logam seng adalah
sebagai anoda sedangkan katoda digunakan elektrode inert, yaitu grafit, yang
dicelupkan ditengah-tengah pasta. Pasta ini bertujuan sebagai oksidator. Seng
tersebut akan dioksidasi sesuai dengan persamaan reaksi di bawah ini:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e– (anoda)

Sedangkan katoda terdiri atas campuran dari MnO 2 dan NH4Cl. Reaksi yang
terjadi dapat ditulis sebagai berikut:

2MnO2(s) + 2NH4+(aq) 2e– → Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(l) (katoda)

Katoda akan menghasilkan ammonia, ammonia ini akan bereaksi dengan Zn2+
yang dihasilkan di anode. Reaksi tersebut akan membentuk ion yang kompleks
[Zn(NH3)4]2+. Sel kering ini tidak dapat digunakan berulang kali dan memiliki
daya tahan yang tidak lama. Dan harganya di pasaran sangatlah murah.

2. Baterai Merkuri

Baterai merkuri ini merupakan satu dari baterai kecil yang dikembangkan
untuk usaha perdagangan atau komersial. Anoda seng dan katoda merkuri (II)
oksida (HgO) adalah penyusun dari baterai merkuri ini yang dihubungkan dengan
larutan elektrolit kalium hidroksida (KOH). Sel ini mempunyai beda potensial ±
1,4V. Reaksi yang terjadi pada baterai ini adalah:

Zn(s) + 2OH–(aq) → ZnO(s) + H2O + 2e– (anoda)

HgO(s) + H2O + 2e– → Hg(l) + 2OH–(aq) (katoda)

Reaksi dari keseluruhan atau disebut reaksi bersih adalah:

Zn(s) + HgO(s) → ZnO(s) + Hg(l)

3. Baterai Perak Oksida


Baterai perak oksida tergolong tipis dan harganya yang relatif lebih mahal dari
baterai-baterai yang lainnya. Baterai ini sangat populer digunakan pada jam,
kamera, dan kalkulator elektronik. Perak oksida (Ag2O) sebagai katoda dan seng
sebagai anodanya. Reaksi elektrodenya terjadi dalam elektrolit yang bersifat basa
dan mempunyai beda potensial sama seperti pada baterai alkaline sebesar 1,5V.
Reaksi yang terjadi adalah:

Zn(s) + 2OH–(aq) → Zn(OH)2(s) + 2e– (anoda)

Ag2O(s) + H2O + 2e– → 2Ag(s) + 2OH–(aq) (katoda)

4. Baterai Litium

Terdiri atas litium sebagai anoda dan MnO2 sebagai oksidator (seperti pada
baterai alkaline). Baterai Litium ini dapat menghasilkan arus listrik yang lebih
besar dan daya tahannya lebih lama dibandingkan baterai kering yang berukuran
sama. Berikut notasi dari baterai Litium:

Li│Li+ (pelarut non-air)│KOH (pasta)│MnO2, Mn(OH)3, C

C. Sel Volta Sekunder

1. Aki Timbal

Aki merupakan jenis baterai yang dapat digunakan untuk kendaran bermotor
atau automobil. Aki timbal mempunyai tegangan 6V atau 12V, tergantung jumlah
sel yang digunakan dalam konstruksi aki timbal tersebut. Aki timbal ini terdiri
atas katoda PbO2 (timbel(IV) oksida) dan anodanya Pb (timbel=timah hitam).
Kedua zat sel ini merupakan zat padat, yang dicelupkan kedalam larutan H2SO4.
Reaksi yang terjadi dalam aki adalah:

Pb(s) + SO42-(aq) → PbSO4(s) + 2e– (anoda)

PbO2(s) + 4H+(aq) + SO42-(aq) + 2e– → PbSO4(s) + 2H2O (katoda)

Aki ini dapat diisi ulang dengan mengalirkan lagi arus listrik ke dalamnya.
Pengisian aki dilakukan dengan membalik arah aliran elektron pada kedua
elektrode. Pada pengosongan aki, anoda (Pb) mengirim elektron ke katoda (PbO2).
Sementara itu pada pengisian aki, electrode timbal dihubungkan dengan kutub
negatif sumber arus sehingga Pb2SO4 yang terdapat pada elektrode timbal itu
direduksi. Berikut reaksi pengisian aki:

PbSO4(s) + H+(aq) +2e– → Pb(s) + HSO4–(aq) (elektrode Pb sebagai katoda)

PbSO4(s) + 2H2O(l) → PbO2(s) + HSO4–(aq) + 3H+(aq) + 2e– (elektrode PbO2


sebagai anoda).

2. Baterai Nikel Kadmium

Baterai nikel-kadmium merupakan baterai kering yang dapat diisi ulang.


Sel ini biasanya disebut nicad atau bateray nickel-cadmium. Reaksi yang terjadi
pada baterai nikel-kadmium adalah:

Cd(s) + 2OH–(aq) → Cd(OH)2(s) + 2e– (anoda)

NiO2(s) + 2H2O + 2e– → Ni(OH)2(s) + 2OH–(aq) (katoda)

Reaksi keseluruhan adalah:

Cd(s) + NiO(aq) + 2H2O(l) → Cd(OH)2(s) + Ni(OH)2(s)

Baterai nikel-kadmium merupakan zat padat yang melekat pada kedua


elektrodenya. Baterai nikel-kadmium memiliki tegangan sekitar 1,4V. Dengan
membalik arah aliran elektron, zat-zat tersebut dapat diubah kembali seperti zat
semula.

3. Sel Perak Seng


Sel ini mempunyai kuat arus (I) yang besar dan banyak digunakan pada
kendaran-kendaraan balap. Sel perak seng dibuat lebih ringan dibandingkan
dengan sel timbal seng. KOH adalah elektrolit yang digunakan dan elektrodenya
berupa logam Zn (seng) dan Ag (perak).

4. Sel Natrium Belerang

Sel natrium belerang ini dapat menghasilkan energi listrik yang lebih besar
dari sel perak seng. Elektrodenya adalah Na (natrium) dan S (sulfur).

Sel Bahan Bakar

Sel bahan bakar adalah sel yang menggunakan bahan bakar seperti campuran
hidrogen dengan oksigen atau campuran gas alam dengan oksigen. Sel bahan
bakar ini biasanya digunakan untuk sumber energi listrik pesawat ulang-alik,
pesawat Challenger dan Columbia. Yang berperan sebagai katode adalah gas
oksigen dan anodanya gas hidrogen. Masing-masing elektrode dimasukkan
kedalam elektrode karbon yang berpori-pori dan masing-masingnya elelktrode
digunakan katalis dari serbuk platina.

Katoda: menghasilkan ion OH–

O2(g) + 2H2O(l) + 4e– → 4OH–(aq)

Anoda: dari katode bereaksi dengan gas H2

H2(g) + 2OH–(aq) → 2H2O(l) + 2e–

Reaksi selnya adalah: O2(g) + 2H2(g) → 2H2O(l)


BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Sel volta dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sel volta primer, sel
volta sekunder, dan sel bahan bakar

2. Contoh dari sel volta primer adalah Sel Kering Seng-Karbon,


Baterai Merkuri, Baterai Perak Oksida, Baterai Litium.

3. Contoh dari sel volta sekunder adalah Aki timbal, Baterai Nikel
Kadmium, Sel Perak Seng, Sel Natrium Belerang.

1. B. Saran
Sebagai siswa kita harus lebih bisa memanfaatkan macam-macam sel volta dalam
kehidupan sehari-hari. Dan setelah menyusun makalah ini diharapkan kita dapat
membuat karya-karya yang bersifat membangun untuk perubahan bangsa ini
menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://daboutwe.blogspot.com/2012/11/contoh-contoh-sel-volta-dalam-
kehidupan.html

Purba, Michael. 2007. KIMIA untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai