Anda di halaman 1dari 89

614.

58
Ind
p

PANDUAN PELAYANAN
KESEHATAN BALITA
PADA MASA PANDEMI COVID-19
BAGI TENAGA KESEHATAN
REVISI II

KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2020
Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 1
PANDUAN PELAYANAN KESEHATAN BALITA
PADA MASA PANDEMI COVID-19
BAGI TENAGA KESEHATAN
REVISI II
Updating terhadap Panduan Pelayanan Kesehatan
Balita pada Masa Pandemi COVID-19
Edisi 5 Oktober 2020

Direktorat Kesehatan Keluarga


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

614.58
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Kesehatan Masyarakat
Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa
Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan.—
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2020

ISBN 978-602-416-956-5

1. Judul I. VIRUS DISEASES


II. CORONAVIRUS INFECTIONS
III. CHILD HEALTH SERVICES
IV. HEALTH MANPOWER
5
6
7
9
25
54
58
60
62
64
83

4 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
SAMBUTAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia kesehatan bagi kita semua.
Pada masa Pandemi ini kita harus mencegah penyebaran COVID-19
namun tetap memperhatikan upaya-upaya menurunkan Angka Kematian
Bayi. Diperlukan pendekatan yang berbeda untuk mengupayakan
kelangsungan pelayanan kesehatan anak. Kita memiliki peluang untuk
bersinergi dengan seluruh pihak baik lintas program dan juga lintas sektor.
Bersama mengupayakan pencegahan penularan COVID-19 pada
kelompok usia bayi balita, memenuhi pelayanan kesehatan esensial dan
mengupayakan perlindungan anak.
Terima kasih semua pihak yang membantu penyusunan, penyebarluasan
dan penerapan Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi
COVID-19. Saya berharap kepada seluruh Dinas Kesehatan untuk
memfasilitasi penerapan panduan ini dengan menyesuaikan analisis
situasi di wilayah kerja. Lakukan sosialisasi, koordinasi dan fasilitasi
pelayanan kesehatan anak terintegrasi di FKTP dan FKTL. Kerjasama
dengan Organisasi Profesi Dokter, Dokter Anak, Bidan, Perawat, Ahli Gizi,
Mitra Pembangunan juga Lembaga PKK untuk mencegah penularan
COVID-19 dan mengupayakan kelangsungan kegiatan pencegahan
kematian bayi dengan menerapkan prinsip pencegahan pengendalian
infeksi termasuk penggunaan alat pelindung diri yang sesuai.
Salam sehat, salam GERMAS

Jakarta, 15 Mei 2020


Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat,

dr. Kirana Pritasari, MQIH

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 5
KATA PENGANTAR
Dalam menghadapi wabah bencana nonalam COVID-19 yang
menerapkan prinsip pencegahan pengendalian infeksi dan physical
distancing, diperlukan panduan pelaksanaan pelayanan kesehatan balita
bagi tenaga kesehatan. Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan panduan pada tanggal 22 April 2020 lalu.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak: lintas program,
UNICEF, WHO, PP IDAI yang memberikan dukungan, pendampingan dan
kontribusi dalam penyusunan pedoman ini.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19


bagi Tenaga Kesehatan ini, merupakan revisi atas Panduan Pelayanan
Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 Revisi I 23 Mei 2020.
Revisi dilakukan sehubungan pada tanggal 13 Juli 2020 telah disahkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19), untuk menjaga
kesesuaian panduan dengan perkembangan terakhir

Kami berharap Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/


Kota dan Puskesmas meningkatkan sosialisasi ke tingkat masyarakat.
Selanjutnya untuk segera melakukan pembinaan, memfasilitasi,
monitoring dan evaluasi penerapan pencegahan penularan COVID-19
dan upaya pencegahan kematian bayi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melindungi dan meridhoi


kerja keras Saudara. Kami menyadari bahwa buku panduan ini belum
sempurna, untuk itu masukan dan saran sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan buku ini di masa yang akan datang.

Jakarta, 29 September 2020


Direktur Kesehatan Keluarga

dr. Erna Mulati. MSc., CMFM

6 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi
dunia oleh WHO (WHO, 2020) dan juga telah
dinyatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana melalui Keputusan Nomor 9 A Tahun 2020
diperpanjang melalui Keputusan Nomor 13 A tahun 2020 sebagai Status
Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona
di Indonesia. Selanjutnya dikarenakan peningkatan kasus dan meluas
antar wilayah, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor
21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Nasional Berskala Besar dalam
Rangka percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),
dan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 yang menetapkan Status
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, kemudian diperbaharui dengan
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana
Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai
Bencana Nasional.
Pada masa pandemi ini, Pemerintah harus mencegah penyebaran COVID-
19 di sisi lain untuk tetap memperhatikan upaya-upaya menurunkan
Angka Kematian Bayi dan Stunting. Pemerintah memiliki tanggung jawab
untuk menyediakan pelayanan kesehatan anak yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Upaya Kesehatan Anak, Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan dan NSPK terkait lainnya. Pelayanan
kesehatan balita meliputi pemantauan pertumbuhan, perkembangan,
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, kapsul vitamin A dan tata
laksana balita sakit jika diperlukan, serta program pencegahan penyakit,
seperti pemberian massal obat kecacingan dan triple eliminasi.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 7
Penerapan physical distancing maupun kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi
mobilitas penduduk, berdampak membatasi aksesibilitas
pelayanan kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan risiko
gangguan kelangsungan pelayanan kesehatan termasuk
pada balita, yang berpotensi meningkatkan kesakitan dan
kematian. Sehingga perlu diambil langkah-langkah untuk
menyeimbangkan kebutuhan pencegahan COVID-19 dan
tetap memastikan kelangsungan pelayanan kesehatan
esensial pada balita dan anak pra sekolah tetap berjalan.
Buku ini disusun untuk memberikan panduan bagi tenaga
kesehatan di Puskesmas terkait pelayanan kesehatan balita
dan anak pra sekolah selama masa pandemi COVID-19. Panduan ini
ditujukan kepada seluruh pengelola program kesehatan terkait sasaran
anak di Puskesmas, FKTP dan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi.

Dalam masa penyebaran COVID-19, tenaga kesehatan yang terkait sasaran


balita dan anak pra sekolah, memiliki peran antara lain:
▷ Melakukan koordinasi lintas program di Puskesmas/fasilitas
kesehatan dalam menentukan langkah-langkah menghadapi
pandemi COVID-19.
▷ Melakukan sosialisasi terintegrasi dengan lintas program lain kepada
masyarakat atau institusi yang memiliki balita dan anak pra sekolah,
tentang pencegahan penyebaran COVID-19, kondisi gawat darurat
dan informasi RS rujukan terdekat.
▷ Melakukan analisa data balita berisiko yang memerlukan tindak lanjut.
▷ Melakukan koordinasi kader, RT/RW/kepala desa/kelurahan, dan
tokoh masyarakat terkait sasaran anak dan pelayanan kesehatan rutin
dalam situasi pandemi COVID-19.
▷ Memberikan pelayanan kesehatan kepada balita dengan
melakukan triase, penerapan prinsip Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) dan jarak fisik (physical distancing) dalam pelayanan
kesehatan yang diberikan.

8 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
BAB II
ADAPTASI
KEBIASAAN BARU
Adaptasi kebiasaan baru merupakan perilaku, gaya hidup, kebiasaan
mematuhi protokol kesehatan dalam aktivitas sehari-hari sehingga tetap
mencegah terjangkit COVID-19. Menghadapi masa pandemi COVID-19,
masyarakat diharuskan untuk disiplin menghindari mengajak anak keluar
rumah, menjaga jarak fisik dengan orang lain, memakai masker, sering cuci
tangan dan disinfeksi benda yang sering disentuh serta menerapkan
perilaku hidup bersih sehat. Dalam rangka mencegah penularan COVID-
19 pada balita dan anak pra sekolah, Puskesmas untuk mengidentifikasi
keluarga dan institusi yang memiliki anggota balita dan usia pra sekolah
seperti Posyandu, Panti/LKSA, PAUD/TK/RA untuk diberikan sosialisasi dan
pembinaan kesiapan menerapkan protokol pencegahan penularan COVID-19.
Sosialisasi upaya pencegahan penularan COVID-19 pada balita dan anak
pra sekolah juga diiringi cara menjaga kesehatan anak. Dalam hal ini,
tenaga kesehatan harus memberikan nomor telepon atau kanal informasi
yang siap dihubungi masyarakat untuk tele konsultasi atau janji temu jika
anak memerlukan pemantauan atau pelayanan lebih lanjut.
Tenaga kesehatan mengkoordinasikan hal-hal
terkait upaya pencegahan penyebaran COVID-19
dan pemantauan kesehatan balita dan anak pra
sekolah kepada kader kesehatan untuk membantu
memperluas sosialisasi kepada masyarakat,
pemantauan wilayah setempat diantaranya
dengan memberikan umpan balik jika
menemukan anak yang memerlukan pemantauan
dan penanganan tenaga kesehatan.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 9
A. Sosialisasi Bagi Keluarga Balita dan Anak Pra Sekolah
B. Pemahaman Coronavirus Disease 2019 (COVID- 19)

Petugas mensosialisasikan pandemi COVID-19 kepada


orang tua/ keluarga balita, agar dapat memberi
pemahaman pada anak tentang virus corona dan
pencegahan penularan.

▷ Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit saluran napas


yang disebabkan oleh virus corona jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia.

▷ COVID-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun


2019 dan dikenal dengan nama Novel Corona Virus 2019 atau SARS
Coronavirus 2.

▷ COVID-19 dapat mengenai siapa saja, tanpa memandang usia, status


sosial ekonomi dan sebagainya.

▷ Tanda dan gejala COVID-19 pada anak sulit dibedakan dari penyakit
saluran pernapasan akibat penyebab lainnya. Gejala dapat berupa
batuk pilek seperti penyakit common cold atau selesma, dengan
atau tanpa demam, yang umumnya bersifat ringan dan akan
sembuh sendiri atau dapat pula bermanifestasi sistemik di luar
gejala respirasi seperti demam yang disertai diare, muntah, ruam,
syok, keterlibatan jantung dan lainnya sebagai bagian dari
Multisystem Inflamatory Syndrome. Penyakit saluran pernapasan
menjadi berbahaya apabila menyerang paru-paru, yaitu menjadi
radang paru atau yang disebut pneumonia. Gejala pneumonia
adalah demam, batuk, dan kesulitan bernapas yang ditandai
dengan napas cepat dan sesak napas.

Di Indonesia, berdasarkan data https://covid19.go.id/peta-


sebaran update per 4 Oktober 2020 terdapat 303.498
terkonfirmasi diantaranya 2,48% usia balita, 63.894 dalam
perawatan terdapat 2,62% balita dirawat/diisolasi, dari
228.453 dinyatakan sembuh terdapat 2,53% usia balita,
dan dari 11.151 meninggal terdapat 0,81% usia balita.

10 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Biasanya gejala pada anak ringan sehingga memiliki kemungkinan sebagai
carrier, namun data COVID-19 di atas menunjukkan persentase meninggal
cukup tinggi, untuk itu sangat penting mencegah penularan pada kelompok
usia balita, selain mencegah risiko kematian pada bayi dan anak balita juga
mencegah risiko penularan kepada pengasuh atau orang di sekitar anak.

C. Pencegahan Penularan COVID-19


Petugas untuk menjangkau orang tua/ keluarga,
kader, guru PAUD, pendamping panti yang
memiliki balita dan anak pra sekolah untuk
melindungi anak dari penularan COVID-19,
dengan menerapkan paket pencegahan 3 M
sebagai berikut:
1) Memakai masker
 Penggunaan masker pada usia 2-5 tahun
atau anak kebutuhan khusus diperbolehkan,
dengan syarat:
• Dekat secara fisik dengan seseorang yang sakit.
• Orang tua atau wali lainnya harus berada dalam jarak pandang
langsung untuk mengawasi penggunaan masker yang aman.
 Anak umur <2 tahun tidak dianjurkan menggunakan masker, berhati-
hati memilih alat pelindung diri yang tidak menimbulkan risiko
tercekik/tersedak/kesulitan napas.

Cara memakai masker bagi anak:


• Ajari anak mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai masker
• Ambil masker dengan cara memegang kaitnya
• Pastikan masker dalam keadaan bersih, tidak rusak,
tidak basah, dan gunakan masker kain berlapis 3
• Sesuaikan masker dengan wajah agar pas di wajah
• Pastikan masker menutup mulut, hidung dan dagu
• Hindari menyentuh area depan masker saat
memakainya, minta anak mencuci tangan jika
menyentuh masker
• Melepas masker setelah digunakan 4 jam dengan
hanya menyentuh bagian kaitnya untuk segera dicuci.
• Mengingatkan anak untuk tidak menyentuh mata, hidung,
dan mulut sebelum mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 11
 Etika bersin, batuk
Gunakan boneka untuk menunjukkan cara menutup
mulut dengan siku tangan atau tisu pada saat bersin
atau batuk
2) Menjaga jarak
 Anak tetap tinggal di rumah, hindari mengajak
anak keluar rumah. Jika terpaksa keluar rumah,
pakai alat pelindung diri, tetap perhatikan untuk
jaga jarak minimal 1 meter.
 Menghindari kerumunan, tidak berkumpul atau
bermain dengan jarak dekat.
 Beri pemahaman pada anak untuk tidak melakukan kontak fisik dengan
orang lain, teman atau gurunya. Ajari anak mencuci tangan jika melakukan
kontak fisik.
3) Mencuci tangan
 Orang tua/pengasuh mencuci tangan sebelum dan sesudah
mengasuh anak. Orang tua/pengasuh yang memerlukan keluar
rumah segera mandi, cuci rambut, sikat gigi/ kumur dengan
antiseptik dan ganti baju setibanya di rumah. Batasi jumlah pengasuh
yang merawat langsung balita, jika memiliki risiko terkait COVID-19
pengasuh memakai masker saat mengasuh anak.
 Membiasakan anak mencuci tangannya dengan sabun dan air bersih
lebih sering yaitu sebelum makan, setelah buang air, sebelum dan
setelah melakukan aktivitas (bermain, menyentuh hewan, dsb).
Penggunaan hand sanitizer hanya alternatif apabila tidak tersedia air
mengalir dan sabun, misalnya jika jauh dari sarana cuci tangan.
 Membersihkan benda-benda yang sering disentuh seperti perabot,
gagang pintu, mainan, gawai dan lain-lain dengan desinfektan secara
berkala.
 Orang tua mengajari anak untuk menerapkan praktik pencegahan
infeksi dengan metode menarik:
a. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun,
i. menyanyikan lagu (misalnya lagu pelangi) sambil mencuci
tangan untuk berlatih mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun minimal selama 40 - 60 detik atau menggunakan hand
sanitizier minimal selama 20-30 detik.
ii. memberi hadiah untuk anak yang sering mencuci tangan /tepat
waktu.
12 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
b. Membersihkan mainan:
 Libatkan anak membersihkan mainannya
dengan cara misalnya meminta
menghitung mainan yang telah
dibersihkan dalam satu keranjang
 Cara membersihkan mainan dari bahan
plastik keras yang digunakan oleh anak balita yang masih
sering memasukkan mainan ke dalam mulut:
• Cuci menggunakan air hangat yang
telah dicampur dengan sabun
• Gunakan sikat bergagang untuk
membersihkan dan menjangkau
seluruh bagian mainan
• Bilas dengan air mengalir
• Setelah dibilas, rendam selama 10-20
menit dalam larutan yang mengandung
desinfektan (alkohol 70% atau
desinfektan yang dibuat dengan
mencampurkan 2 sendok makan larutan
pemutih ke dalam 1 liter air).
• Setelah direndam bilas dengan air
mengalir dan biarkan kering dengan
sendirinya. Hindari menggunakan
handuk untuk mengeringkan mainan.
Mainan dapat juga dikeringkan
menggunakan tissue sekali pakai.
• Simpan mainan yang telah dibersihkan
dalam wadah bersih dan terhindar dari
debu dan percikan air
• Mainan yang tidak lagi dimasukkan ke
mulut, dibersihkan dengan sabun dan
air serta dikeringkan dengan
sendirinya. Mainan dari bahan kain
dicuci menggunakan air panas.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 13
3. Menjaga Kesehatan
Petugas menggunakan Buku KIA mendampingi orang
tua/ keluarga balita dan anak pra sekolah, kader, guru
PAUD, pendamping panti untuk menjaga kesehatan
anaknya dan tetap mengupayakan kelangsungan
pelayanan kesehatan anak dengan mengutamakan
pencegahan penularan COVID-19. Balita yang belum
mendapatkan Buku KIA, bisa mengunduh di
(http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/BUKU%2
0KIA%20REVISI%202020%20LENGKAP.pdf)
a. Pemenuhan asupan gizi seimbang sesuai umur
anak mengacu informasi pada Buku KIA.
▷ Inisiasi menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif diupayakan
tetap dilakukan, dengan tetap mengutamakan pencegahan penularan
infeksi. Konseling mengenai bahaya, risiko, dan pencegahan
penularan COVID-19 dari ibu ke bayi, manfaat IMD dan menyusui,
serta dukungan praktik pemberian makanan harus diberikan kepada
semua ibu yang mempunyai bayi, termasuk ibu sebagai kontak
erat/suspek/konfirmasi.
▷ IMD dapat dilakukan pada bayi yang lahir dari ibu dengan kontak
erat/suspek dan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pada bayi
yang lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19 tanpa gejala/gejala ringan.
Setelah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, bayi dapat menyusu
langsung dari ibu dengan selalu memperhatikan kepatuhan ibu dalam
mencegah penularan, seperti: menggunakan masker bedah dan
faceshield, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
dan sesudah kontak dengan bayi, serta secara rutin membersihkan
dan mendesinfeksi area permukaan yang sering tersentuh oleh ibu.
Namun, dalam keadaan yang tidak dapat menjamin prosedur
pencegahan penularan infeksi dari transmisi melalui kontak, maka bayi
dapat diberikan ASI perah oleh orang lain yang sehat.
▷ Bayi baru lahir hingga usia 6 bulan hanya
diberikan Air Susu Ibu (ASI Eksklusif)

14 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
▷ Terkait cara pemberian nutrisi bagi bayi baru lahir dari Ibu
Suspek, Probable, dan Terkonfirmasi COVID-19 ditentukan
oleh kondisi klinis Ibu
• Pada kondisi klinis ibu berat sehingga tidak
memungkinkan ibu memerah ASI dan terdapat sarana-
prasarana fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai :
 Keluarga dan tenaga kesehatan memilih
mencegah risiko penularan, dengan melakukan
pemisahan sementara antara ibu dan bayi.
 Makanan pilihan bagi bayi adalah ASI donor yang layak
(dipasteurisasi) atau susu formula.
• Pada kondisi klinis ibu ringan/sedang di mana keluarga dan tenaga kesehatan
memilih mengurangi risiko penularan dan mempertahankan kedekatan ibu
dan bayi, maka pilihan nutrisinya adalah ASI perah.
 Ibu memakai masker medis selama memerah dan harus mencuci tangan
menggunakan air dan sabun selama minimal 20 detik sebelum memerah.
Ibu harus membersihkan pompa serta semua alat yang bersentuhan
dengan ASI dan wadahnya setiap selesai digunakan. ASI perah diberikan
oleh tenaga kesehatan atau keluarga yang tidak menderita COVID-19.
Tenaga kesehatan mengajarkan ibu cara memerah ASI. Memerah ASI
sebaiknya dengan menggunakan tangan, bila ibu menggunakan alat bantu
pompa ASI gunakan hanya untuk satu ibu, bersihkan sebelum dan setelah
digunakan termasuk peralatan untuk menyiapkan dan memberikan ASI
perah.
Fasilitas kesehatan harus dapat menjamin agar ASI perah tidak
terkontaminasi. Apabila fasilitas kesehatan tidak dapat menjamin ASI
perah tidak terkontaminasi, maka ASI harus dipasteurisasi terlebih dahulu
sebelum diberikan kepada bayi.
 Bayi dapat diberikan ASI perah selama ibu tidak mendapatkan obat-
obatan yang dapat keluar dari ASI dan belum terjamin keamanannya bagi
bayi. Ibu dapat berkonsultasi dengan tenaga kesehatan bila ada obat-
obatan yang dikonsumsi.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 15
▷ Bayi usia 6-23 bulan dilanjutkan pemberian ASI dan juga diberi Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) sesuai informasi yang ada di Buku KIA atau Pedoman
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Pemberian MP-ASI harus memenuhi
syarat, yaitu: tepat waktu, adekuat (mempertimbangkan jumlah, frekuensi,
konsistensi/ tekstur/ kekentalan dan variasi makanan yang utamanya terdiri
dari karbohidrat, protein hewani, lemak, dan diperkenalkan protein nabati
serta buah dan sayur), aman, serta diberikan dengan cara yang benar
(responsive feeding).
 Bayi 6-8 bulan:
➢ Lanjutkan menyusui
➢ 2-3 x makan (porsi tiap makan: 2-3 sdm bertahap
hingga ½ mangkok berukuran 250 ml (125 ml)),
➢ 1-2 kali selingan
➢ Tekstur makanan lumat dan kental (disaring)
 Bayi 9-12 bulan:
➢ Lanjutkan menyusui
➢ 3-4 x makan, porsi tiap makan: ½ - 1/3 mangkok berukuran 250 ml
➢ 1-2 kali selingan
➢ Tekstur makanan yang dicincang

 Anak 12 -23 bulan:


➢ Lanjutkan menyusui hingga usia 2 tahun atau lebih
➢ 3-4 x makan, porsi tiap makan: ¾-1 mangkok berukuran 250 ml
➢ 1-2 kali selingan
➢ Tekstur makanan yang diiris (dimasak biasa)
▷ Anak usia 2 tahun ke atas diberikan makanan keluarga yang memenuhi gizi
seimbang.
b. Stimulasi perkembangan
▷ Keluarga diinformasikan cara melakukan stimulasi perkembangan
sesuai umur anak mengacu Buku KIA
▷ Kegiatan interaksi antara orang tua/pengasuh dan anak untuk
mengoptimalkan perkembangan penglihatan, pendengaran, bicara,
bahasa, gerak, sosialisasi dan kemandirian
▷ Dilakukan keluarga setiap saat dalam suasana menyenangkan dan
terintegrasi rutinitas harian anak

16 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan
▷ Apabila hari buka Posyandu dilakukan, pemantauan pertumbuhan balita
dapat dilakukan di Posyandu dengan mematuhi protokol kesehatan
▷ Apabila hari buka Posyandu tidak memungkinkan, maka pemantauan
pertumbuhan dilaksanakan secara mandiri dengan menggunakan alat
ukur yang tersedia di rumah, kemudian dicatat dan disampaikan kepada
kader/tenaga kesehatan terdekat untuk dibantu plotting pada KMS
dalam buku KIA.
▷ Tenaga kesehatan bersama dengan kader harus mengidentifikasi balita
berisiko untuk dilakukan tindak lanjut.
▷ Balita yang tidak hadir ke Posyandu pada penimbangan terakhir, balita
yang berat badannya tidak naik dan BGM perlu dipantau oleh tenaga
kesehatan/kader untuk dilakukan konfirmasi status gizi dan kondisi
kesehatan anak melalui kunjungan rumah dengan janji temu atau
melalui alternatif pelayanan yang disepakati oleh tenaga kesehatan,
kader, dan perangkat desa/kelurahan setempat. Apabila ditemukan
anak gizi kurang dan gizi buruk maka harus dilakukan tindak lanjut sesuai
tata laksana anak gizi kurang dan gizi buruk.
▷ Pemantauan perkembangan mengacu ceklis pemantauan
Perkembangan dalam Buku KIA yang tersedia dalam rentang umur
0-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-18 bulan, 18-24
bulan, 2-3 tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun dan 5-6 tahun.
Orangtua/pengasuh mencentang “Ya” jika anak dapat melakukan
perkembangan sesuai umurnya.
Tindak lanjut hasil pemantauan (deteksi) perkembangan:
▷ Hasil deteksi perkembangan sesuai umur dengan Buku KIA
didapatkan hasil semua ceklis perkembangan terisi: lanjutkan
stimulasi sesuai umur anak.
▷ Hasil deteksi perkembangan belum sesuai umur anak dengan
Buku KIA didapatkan hasil salah satu atau lebih ceklis
perkembangan belum terisi:
maka orang tua harus dengan sabar melakukan stimulasi
beberapa kali dalam sehari selama 2 minggu namun tidak boleh
ada paksaan. Jika anak tetap tidak bisa melakukan
maka segera lakukan telekonsultasi ke tenaga
kesehatan baik dokter bidan atau perawat melalui
HP (handphone) dan ikuti nasehatnya. Jika sangat
diperlukan, maka buat janji dengan salah satu
dari mereka untuk melihat kondisi anak.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 17
c. Istirahat Cukup
Untuk menjaga imunitas tubuh dan kelelahan pada anak yang dapat
menimbulkan stres, anak harus memiliki waktu tidur berkualitas sesuai
umurnya sebagai berikut:
a. Usia 0-3 bulan: selama 14-17 jam
b. Usia 4-11 bulan: 12-16 jam
c. Usia 1-3 tahun: 11-14 jam
d. Usia 3-6 tahun: 10-13 jam
Anjuran masa tidur anak termasuk tidur siang, dengan pola tidur dan
waktu bangun yang regular/teratur.
Untuk meningkatkan imunitas tubuh, anak perlu melakukan aktivitas fisik
setiap harinya yang terintegrasi dengan stimulasi perkembangan, waktu
yang dianjurkan sesuai umur sebagai berikut:
• 0-1 tahun : aktivitas fisik beberapa kali dalam sehari dalam bentuk
permainan interaktif di atas lantai.
• 1-3 tahun : Setidaknya 180 menit untuk berbagai aktivitas fisik
• 3-6 tahun: Setidaknya 180 menit untuk berbagai aktivitas fisik, 60
menit diantaranya intensitas sedang-berat

d. Melengkapi pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah


Jenis pelayanan kesehatan balita dan anak prasekolah mengacu pada Buku
KIA, antara lain adalah pemantauan tumbuh kembang, vitamin A, imunisasi
dasar dan lanjutan, pemberian obat cacing dan tatalaksana MTBS bagi balita
sakit.

Mengenali tanda bahaya/tanda balita sakit, mengacu informasi Buku KIA.


Selama masa tanggap darurat COVID-19, tunda membawa anak ke fasilitas
kesehatan, kecuali gawat darurat.

18 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Kenali tanda bahaya/gawat darurat yang memerlukan penanganan di
fasilitas kesehatan:

Sesak napas atau Diare terus Nyeri perut Perdarahan terus


biru pada bibir menerus atau hebat menerus
muntah disertai
lemas

Kejang atau Demam tinggi 3 Kecelakaan Keracunan,


penurunan hari atau demam menelan benda
kesadaran atau pada bayi baru asing, digigit
kelumpuhan lahir hewan berbisa

Anak terlihat sangat Anak tidak mau Anak keliatan


haus (dehidrasi) makan dan minum kurus

Jika balita anda mengalami gejala berikut ini, berikan minum air putih
yang cukup, sari buah atau larutan elektrolit, dan segera melakukan
konsultasi dengan tenaga kesehatan melalui daring/telepon sebelum
ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat:

Sakit tenggorokan Batuk/pilek Demam

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 19
Saat berobat atau melakukan kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan,
lakukan tindakan berikut:
a. Usahakan membuat janji temu dengan pemberi pelayanan agar
tidak menunggu terlalu lama
b. Orang tua dan anak umur > 2 tahun dianjurkan memakai masker sejak
dari rumah dan menjaga jarak fisik minimal 1 meter. Jika dirasakan
penggunaan masker tidak dapat dilakukan secara maksimal, maka
dapat ditambahkan penggunaan faceshield. Anak umur < 2 tahun tidak
dianjurkan memakai masker, pilihkan pelindung mulut dan hidung
yang tidak menimbulkan risiko tercekik/tersedak/kesulitan napas,
seperti menggunakan kereta dorong dengan penutup. Orang tua
senantiasa mengawasi anak ketika sedang memakai masker atau alat
pelindung diri lainnya untuk mencegah risiko kesulitan napas.
c. Upayakan tidak menggunakan transportasi umum.
d. Langsung cuci tangan dengan sabun dan air mengalir begitu sampai
di fasilitas pelayanan kesehatan.
e. Jaga jarak minimal 1 meter dengan orang sekitar dan upayakan tidak
menyentuh apapun jika tidak diperlukan.
f. Selesai pelayanan segera kembali ke rumah, ikuti protokol tata cara
masuk rumah setelah berpergian (segera mandi dan ganti baju).

4. Pelaksanaan Kelas Ibu Balita


Tujuan kelas ibu balita untuk mendampingi
kelompok ibu/ayah/keluarga/pengasuh balita
memahami isi Buku KIA.
Pelaksanaan di masa pandemi dapat dicapai
dengan alternatif:
 Tele diskusi dengan daring, misalnya
melalui virtual meeting, whatsApp Group,
dll.
- Petugas memberikan materi dengan
bantuan screenshot halaman Buku KIA,
slide atau video, kemudian memberi
kesempatan peserta untuk diskusi tanya
jawab.
- Petugas memberi kesempatan peserta
untuk berbagi pengalaman.
- Petugas mengecek pemahaman peserta
dengan memberikan pertanyaan/quiz/
penugasan.

20 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
 Bagi daerah yang tidak memiliki fasilitas dalam jaringan, pelaksanaan tatap
muka dilaksanakan mengacu kebijakan pemerintah daerah, dengan
persyaratan ketat:
- Dilaksanakan di ruang terbuka atau di ruangan dengan sirkulasi udara
keluar masuk yang baik
- Disediakan sarana cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer
- Memastikan area tempat pelayanan dibersihkan sebelum dan sesudah
pelayanan sesuai dengan prinsip pencegahan penularan infeksi.
- Mensyaratkan tenaga kesehatan, kader, dan peserta kelas ibu balita
dalam keadaan sehat, dengan skrining tidak memiliki risiko COVID-19,
suhu tubuh yang diperkenankan ≤ 37,5°C, tidak ada gejala
batuk/pilek/hidung tersumbat/nyeri tenggorokan, diare/mual/
muntah/ruam, sesak nafas/anosmia/ageusia.
- Jaga jarak minimal 1 meter antara sesama petugas kesehatan, petugas
dan peserta, serta antar peserta.
- Selama tatap muka menggunakan masker, tidak melepaskan masker.
- Tidak diperkenankan membawa anak
- Tatap muka berlangsung ≤ 15 menit
- Pemberian informasi dilanjutkan dengan penugasan membaca Buku KIA.

Media KIE dapat diunduh di:


 http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/KIE%20Kesga%20Covid19%20
Gabungan.pdf
 http://bit.ly/PedomanGiziMasyarakat
 http://promkes.kemkes.go.id/
 https://kemsos.go.id/upaya- kemensos-terkait-pencegahan- covid-19
 https://kemenpppa.go.id/index.php/ page/view/41/
 Hotline masyarakat umum: Hotline COVID-19 (telepon 119 ext 9)

B. Pembinaan dan Pengawasan Institusi UKBM, PAUD dan Lembaga


Kesejahteraan Sosial
Puskesmas memiliki peran untuk melakukan pengawasan dan pembinaan
mengenai penerapan adaptasi kebiasaan baru dalam upaya pencegahan dan
pengendalian COVID-19 di wilayah kerjanya termasuk institusi dengan sasaran
anak usia dini seperti Posyandu, PAUD dan panti sosial anak usia dini. Kegiatan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan sebagai berikut:
Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 21
1. Puskesmas bersama-sama dengan institusi UKBM/pendidikan/lembaga
sosial melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap penerapan
protokol kesehatan antara lain kesiapan dan pengaturan sarana dan
prasarana serta ketersediaan data sasaran sesuai daftar tilik di halaman
lampiran
2. Puskesmas memberikan umpan balik/rekomendasi kepada institusi
terkait anak usia dini agar mampu meningkatkan penerapan protokol
kesehatan
3. Puskesmas melakukan pemantauan kasus suspek/konfirmasi tanpa gejala
/konfirmasi dengan gejala ringan COVID-19 termasuk pada kelompok anak
usia dini
4. Puskesmas meningkatkan layanan kesehatan dan rujukan kasus jika
diperlukan
Setelah puskesmas melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap
implementasi adaptasi kebiasan baru, puskesmas perlu melakukan tindak
lanjut kegiatan pengawasan dan pembinaan sebagai berikut:
1. identifikasi permasalahan yang ditemukan terkait pelaksanaan penerapan
protokol kesehatan
2. memberikan umpan balik, dan mendiskusikan dengan institusi untuk
rencana tindak lanjut
3. memberikan saran dan masukan mengenai hal – hal yang perlu dilakukan
seperti menambah jumlah sarana CTPS jika dinilai masih kurang
mencukupi, membuat penanda/label jaga jarak pada beberapa tempat di
institusi yang memungkinkan terjadinya kerumunan, dan lain sebagainya
4. memantau pelaksanaan rencana tindak lanjut

Selama masa pandemi belum berakhir, kita tetap menerapkan adaptasi


kebiasaan baru dimana bagi anak balita dan pra sekolah untuk tetap
menghindari keluar rumah, dan mematuhi protokol kesehatan jika harus
menjangkau posyandu atau TPA atau satuan pendidikan. Pemberlakuan
pelayanan kesehatan di posyandu atau tempat penitipan anak ataupun
pembelajaran tatap muka di PAUD/TK/RA ditentukan oleh pemerintah
daerah sesuai kondisi setempat. Banyak hal yang perlu diantisipasi oleh
keluarga, kader, pengasuh, pendidik maupun masyarakat untuk menjaga
kesehatan anak dan melatih adaptasi kebiasaan baru selama melakukan
pembelajaran dari rumah.

22 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Dalam rangka melakukan pengawasan dan pembinaan bagi UKBM,
PAUD/TK/RA, TPA, Panti, hal-hal yang dapat dilakukan tenaga kesehatan
puskesmas:
1. sosialisasi, edukasi terkait prinsip pencegahan penularan COVID-19
sebagaimana bab II.
2. literasi kesehatan terkait upaya pemeliharaan kesehatan anak pada masa
adaptasi kebiasaan baru mengacu pada Buku KIA seperti gizi seimbang,
stimulasi perkembangan.

Tenaga Kesehatan untuk mengorientasikan kader, pendidik, pengasuh untuk


memperkuat pengasuhan di tingkat keluarga bagi anak usia dini dalam
pencegahan dan pengendalian COVID-19. Selanjutnya kader, pendidik dan
pengasuh dapat mengedukasi dan meningkatkan literasi kesehatan anak
melalui kegiatan kunjungan rumah/ belajar dari rumah secara virtual yang
diintegrasikan dalam rutinitas harian anak.
Kader, pendidik, pengasuh yang menjangkau anak usia dini dapat
mendampingi keluarga untuk membiasakan anak menerapkan adaptasi
kebiasaan baru sebagai berikut:
• Mencegah penularan COVID-19 dengan prinsip 3 M memakai masker,
menjaga jarak dan mencuci tangan seperti tertuang dalam Bab II bagian
A.
• Meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan membudayakan perilaku
hidup bersih dan sehat dengan mengacu Buku KIA seperti konsumsi gizi
seimbang, melakukan aktivitas fisik, istirahat yang cukup dan lain
sebagainya.
• Menerapkan pola asuh positif, melakukan stimulasi perkembangan,
keterampilan sosial dan keterampilan diri sesuai umur anak.
• Mendukung anak dengan lebih sabar, nyaman dan menyenangkan
dibandingkan dari sebelum masa pandemi dan menyesuaikan kondisi dan
situasi di rumah. Bagi anak yang menjalani kegiatan belajar dari rumah
untuk mendapatkan dukungan dalam menyelesaikan proses
pembelajaran.
Bagi anak yang menjalani kegiatan belajar dari rumah, tenaga pendidik
untuk menerapkan perilaku hidup bersih sehat terintegrasi jadwal
pelajaran.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 23
Berikut contoh jadwal harian untuk diterapkan anak yang memiliki kegiatan
pembelajaran dari rumah:

Kegiatan Belajar Dari Rumah dilaksanakan dengan metode yang


menyenangkan dan jaga kesehatan anak sebagaimana dicantumkan
pada Bab II diatas

24 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
BAB III
PELAYANAN KESEHATAN DI ERA
ADAPTASI KEBIASAAN BARU
Pelayanan Kesehatan bagi balita mengikuti kebijakan Pemerintah Daerah
yang berlaku di wilayah kerja dan mempertimbangkan transmisi lokal virus
Corona, mobilitas penduduk, serta kemampuan/kapasitas penyedia
layanan di tingkat Puskesmas dan UKBM.
Penyelenggaraan posyandu oleh Pemerintah Daerah mengacu pada
regulasi Permendagri nomor 19 tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu dan Surat
Edaran Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
094/1737/BPD tanggal 27 April 2020 tentang Operasional Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) dalam Pencegahan Penyebaran COVID-19. Prinsipnya
buka atau tidaknya operasional posyandu sepenuhnya diserahkan kepada
kebijakan daerah masing-masing dengan memperhatikan situasi dan
kondisi setempat. Pemerintah daerah memiliki fungsi pembinaan terhadap
posyandu, yang diorganisasikan melalui wadah kelompok kerja operasional
(pokjanal)posyandu. Gubernur selaku penanggung jawab pokjanal
posyandu di provinsi wilayahnya. Bupati selaku penanggung jawab pokjanal
posyandu di kab/ kota wilayahnya. Camat selaku penanggung jawab
pokjanal posyandu di tingkat kecamatan. Lurah/Kepala desa selaku
penanggung jawab kelompok kerja posyandu di tingkat desa/kelurahan.
Pelayanan kesehatan balita diupayakan terintegrasi antara Kesehatan Ibu
dan Anak, Gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit dan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK). Kunjungan keluarga PIS-PK dilakukan oleh petugas lintas
program sesuai masalah yang ada untuk dilakukan intervensi lanjut masalah
yang ditemukan dari raw data yang dimiliki tim pembina keluarga/penanggung
jawab (PJ) Daerah Binaan termasuk sasaran balita. Intervensi lanjut di tingkat
keluarga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti pengingat untuk
mengakses layanan melalui alat telekomunikasi maupun media sosial, misalnya
yang memiliki bayi dan balita untuk imunisasi.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 25
BAGAN 1. PELAYANAN KESEHATAN BALITA MASA PANDEMI COVID-19

Jenis Pelayanan Kebijakan Pemda Kebijakan Pemda


Tidak Membolehkan Membolehkan
Posyandu Posyandu

Pemantauan • Menunda kegiatan yang • Jika ditentukan bisa, maka


pertumbuhan (BB, mengumpulkan massa, dilaksanakan pelayanan
PB/TB, LK) termasuk pelayanan tumbuh kembang, imunisasi
balita di Posyandu. dan Vitamin A di Posyandu
• Pemantauan dengan persyaratan ketat,
Pemantauan pertumbuhan dan pencegahan infeksi dan
perkembangan perkembangan mengacu physical distancing
(Buku KIA/KPSP/ Buku KIA dilakukan • Pemantauan pertumbuhan
instrumen baku secara mandiri di rumah, dilakukan dengan orang tua
lainnya) pemantauan tenaga membawa kain penimbangan
kesehatan secara daring sendiri
(bekerjasama dengan • Pemantauan perkembangan
Vitamin A dilakukan orangtua di rumah
PAUD) atau terintegrasi
dengan kunjungan PIS PK dengan mengisi ceklis
Imunisasi • Pelayanan imunisasi, perkembangan dalam Buku
dasar lengkap vitamin A, dan KIA sebelum anak dibawa ke
dan lanjutan pemeriksaan khusus Posyandu.
(EID/Viral Load/HBsAg) • Pelayanan kesehatan lainnya
di fasilitas kesehatan dilakukan dengan janji temu di
Triple Eliminasi (HIV, fasilitas kesehatan
Hepatitis, Sifilis) dengan janji temu.
• Pemberian obat massal
pencegahan cacingan
Obat ditunda.
Pencegahan • Pemantauan balita
Masal Cacingan berisiko dengan tele
konsultasi/janji temu/
kunjungan rumah.
Kelas Ibu Balita

26 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
I. Pelayanan Kesehatan Luar Gedung

Pelayanan kesehatan balita di luar gedung diselenggarakan sesuai kebijakan


Pemerintah Daerah. Jika Pemerintah Daerah mengijinkan pelayanan
kesehatan balita di posyandu maka mematuhi persyaratan ketat, sebagai
berikut:
1. Ketentuan Pemerintah Daerah setempat (kepala desa/lurah).
2. Pembatasan jumlah orang:
Mensyaratkan tenaga kesehatan, kader dan anak
serta orang tua/pengasuh dalam keadaan sehat.
Pastikan anak/ pengantar tidak sedang menjalani
karantina/isolasi mandiri. Kader membantu memastikan
hal tersebut dengan menskrining suhu tubuh yang diperkenankan
≤ 37,5°C dan tidak ada gejala batuk/pilek/hidung tersumbat/nyeri
tenggorokan, diare/mual/muntah/ ruam, sesak nafas/anosmia/ageusia.
Mengatur jadwal waktu berdasarkan kelompok umur. Contoh:
Jam 08.00 - 09.00: sasaran umur 0-11 bulan
Jam 09.00 - 10.00: sasaran umur 12-24 bulan
Jam 10.00 - 11.00: sasaran umur 24-36 bulan
Jam 11.00 - 12.00: sasaran umur 36 - 59 bulan.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 27
3. Pemberitahuan bagi masyarakat sasaran pelayanan yang diterima
sebelum hari pelayanan, diantaranya:
 Sasaran anak dan pengantar dalam keadaan
sehat (disarankan hanya satu orang pengantar).
 Pemakaian masker (minimal masker kain) bagi
pengantar dan anak umur > 2 tahun.
 Orang tua membawa Buku KIA dan telah melengkapi
ceklis pemantauan perkembangan sesuai umur anak,
serta membawa kain untuk penimbangan.
 Informasi jadwal dan jenis pelayanan, contoh:
• Senin tanggal 18 Mei 2020
Jam 08.00 - 09.00:
* Bayi umur 0-11 bulan
* Pelayanan:
- Imunisasi
- Pemantauan tumbuh kembang
Jam 09.00-10.00
* Anak umur 12-24 bulan
* Pelayanan:
- Imunisasi untuk anak umur 18 bulan
- Pemantauan tumbuh kembang
3. Tempat pelayanan berupa ruangan cukup
besar dengan sirkulasi udara keluar
masuk yang baik. Atur pintu masuk dan
keluar dengan jalur berbeda.
4. Memastikan area tempat pelayanan dibersihkan
sebelum dan sesudah pelayanan sesuai dengan
prinsip pencegahan penularan infeksi.
5. Menyediakan fasilitas CTPS, handsanitizer atau cairan desinfektan bagi
tenaga kesehatan, kader dan sasaran anak serta pengantar di pintu masuk
dan di area pelayanan.
6. Mengatur jarak meja pelayanan:
 Jaga jarak minimal 1 meter antar petugas
 Jaga jarak minimal 1 meter antar petugas dan sasaran
 Jaga jarak minimal 1 meter antar sasaran

28 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
7. Membatasi jenis pelayanan kesehatan.
Pemberian Vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada bulan Februari dan Agustus:
 Umur 6 – 11 bulan : 1 kapsul 100.000 IU (biru)
 Umur 12 – 59 bulan : 1 kapsul 200.000 IU (merah)

Jenis imunisasi menurut umur


 Umur < 24 jam: Hepatitis B bayi baru lahir
 Umur 1 bulan: BCG, OPV 1
 Umur 2 bulan: DPT/HB/Hib1, OPV 2, PCV 1*
 Umur 3 bulan: DPT/HB/Hib 2, OPV 3, PCV 2*
 Umur 4 bulan: DPT/HB/Hib 3, OPV 4, IPV
 Umur 9 bulan : Campak-Rubella1
 Umur 10 bulan: JE**
 Umur 12 bulan: PCV 3*
 Umur 18 bulan: DPT/HB/Hib4, Campak-Rubella2

Catatan:
* Imunisasi PCV hanya diberikan di Provinsi NTB dan Babel
**Imunisasi JE hanya diberikan di Provinsi Bali

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan dengan


mempertimbangkan:
 Pengaturan jadwal berdasarkan kelompok umur yang sama, untuk
mempercepat waktu pelayanan.
 Pengisian ceklist perkembangan oleh keluarga, dan pengujian
pengisian ceklis perkembangan oleh petugas.
Pelayanan kesehatan yang tidak dilakukan di Posyandu, dapat dilakukan
terintegrasi jenis pelayanan dalam janji temu.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 29
Wilayah kerja dengan kondisi Pemerintah Daerah tidak mengijinkan
pelayanan kesehatan balita di posyandu,
pelayanan dilakukan terintegrasi lintas program KIA,
gizi, imunisasi, PIS-PK, melalui telekonsultasi/
janji temu di fasilitas kesehatan/puskesmas keliling/
kunjungan rumah, sebagai berikut:

a. Pelayanan dilakukan mengacu pada


Buku KIA, oleh keluarga secara
mandiri di rumah/ pemantauan nakes
secara daring/ bekerjasama dengan
PAUD/ terintegrasi kunjungan rumah
lintas program:
 Pemantauan perkembangan
 Pemantauan pertumbuhan
 Asupan gizi seimbang sesuai umur
 Obat pencegahan kecacingan

b. Pelayanan dilakukan melalui janji temu di fasilitas kesehatan atau


kunjungan:
 Anak yang belum mendapat imunisasi dasar lengkap dan lanjutan.
 Pemberian imunisasi pada anak dengan kategori kontak erat dan suspek
harus ditunda. Pemberian imunisasi dapat dilakukan kembali sesuai
jadwal di Puskesmas atau fasyankes lainnya dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Anak tersebut telah dinyatakan sehat secara klinis dan telah
melakukan karantina mandiri minimal 14 hari.
2. Jika anak merupakan kontak erat dari kasus konfirmasi/ kasus
probable yang tinggal serumah, imunisasi dapat dilakukan jika
anggota keluarga serumah tersebut telah memenuhi kriteria selesai
isolasi.
Pemberian imunisasi dapat dilakukan kembali sesuai jadwal di Puskesmas
atau fasyankes lainnya setelah anak tersebut dinyatakan sehat secara
klinis dan dinyatakan bukan COVID-19 (discarded) yang dibuktikan dengan
hasil pemeriksaan RT-PCR negatif dua kali berturut-turut.

30 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
 Pemberian imunisasi pada anak dengan konfirmasi COVID-19, baik yang
tidak dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan (misal melakukan isolasi
mandiri di rumah), maupun yang dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan,
harus ditunda untuk mengurangi risiko penyebaran COVID-19 kepada
orang lain. Pemberian imunisasi sesuai jadwal dapat dilakukan kembali
setelah anak tersebut dinyatakan selesai isolasi dan sehat oleh Dokter.
 Balita dengan berat badan kurang
(BB/U < -2SD) dan balita yang
tidak naik berat badannya perlu dilakukan
konfirmasi BB/PB atau BB/TB serta perlu dipantau
pertumbuhannya oleh tenaga kesehatan/kader.
Balita gizi kurang (BB/PB atau BB/TB < -2 SD)
pastikan mendapat Makanan Tambahan (MT)
program dan dipantau pertumbuhannya oleh tenaga
kesehatan/kader.
Pastikan pemenuhan asupan gizi seimbang dan pemantauan status gizi di
rumah sesuai anjuran tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dibantu kader
menjadwalkan kunjungan rumah. Prioritas kunjungan dilakukan pada
baduta serta balita berisiko.
 Balita gizi buruk (BB/PB atau BB/TB < -3 SD), harus tetap diberikan
pelayanan sesuai tata laksana gizi buruk dengan memperhatikan
beberapa pembatasan pertemuan/kontak (periode pertemuan/kontrol)
dan physical distancing serta harus menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) untuk mencegah penularan COVID-19.
 Distribusi makanan tambahan dapat terus dilakukan sesuai dengan
kebutuhan balita melalui petugas kesehatan dibantu oleh kader sebagai
suplementasi untuk mempertahankan kecukupan gizi balita (tetap
memperhatikan pembatasan kontak/physical distancing).
 Pada masa pandemi COVID-19, vitamin A merupakan hal penting
untuk meningkatkan imunitas tubuh. Vitamin A harus dipastikan tetap
diberikan dan dikonsumsi balita usia 6-59 bulan dengan dosis sesuai
umur pada bulan Februari dan Agustus. Jika balita tidak hadir pada saat
pemberian vitamin A, dapat dilakukan kunjungan rumah oleh
kader/tenaga kesehatan untuk memberikan kapsul vitamin A dengan
tetap menerapkan protokol kesehatan.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 31
 Anak mengalami penurunan nafsu makan, mengalami penurunan
berat badan, edema bilateral yang bersifat pitting minimal pada kedua
punggung kaki; bayi < 6 bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik
disebabkan karena faktor bayi maupun faktor ibu atau mengalami
gangguan kesehatan lainnya seperti diare, batuk, pilek, demam segera
menghubungi kader atau mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat.
 Anak dengan gangguan perkembangan yang telah dilakukan stimulasi
di rumah selama 2 minggu, namun tetap belum bisa melakukan
tahapan perkembangan sesuai umurnya, upayakan telekonsultasi
terlebih dahulu sebelum melakukan janji temu.
 Bayi yang lahir dari ibu HIV AIDS mendapatkan profilaksis ARV sejak
lahir sampai dengan enam minggu. Diikuti Profilaksis Kotrimoksazol.
Saat 6 (enam) minggu diambil darahnya untuk pemeriksaan EID
(rujukan spesimen). Diikuti dengan pemeriksaan konfirmasi (jika
positif) sesegera mungkin. Jika tidak menyusu diikuti dengan
pemeriksaan rapid antibody saat 18 bulan. Jika bayi mendapatkan ASI
maka pemeriksaan EID dilakukan kembali 6 (enam) minggu setelah
berhenti menyusui. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan
imunisasi DPT/HB/Hib 1 dst sehingga meminimalkan frekuensi
temu/datang ke fasilitas kesehatan.
 Bayi dari ibu sifilis tetap dilakukan pemeriksaan dan tata laksana sesuai
Pedoman Nasional (diberikan Benzatin Penisilin G dosis tunggal
pemeriksaan titer RPR umur umur 3 bulan dan pemantauan klinis
sampai 2 tahun). Waktu disesuaikan bersamaan dengan imunisasi jika
memungkinkan.

32 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
 Bayi dari ibu Hepatitis B tata laksana sesuai Permenkes Nomor 52
Tahun 2017 tetapi bila bayi lahir dari ibu hamil HBsAg reaktif dan
COVID-19 terkonfirmasi dan bayi dalam keadaan:

• Klinis baik (bayi bugar), tetap mendapatkan pelayanan injeksi


vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian imunisasi hepatitis B
serta pemberian HBIg (hepatitis B immunoglobulin) kurang dari
24 jam

• Klinis sakit, (bayi tidak bugar/tampak sakit) tetap mendapatkan


pelayanan injeksi vitamin K1 dan tetap dilakukan pemberian
HBIg (hepatitis B immunoglobulin) kurang dari 24 jam.
Pemberian vaksin hepatitis B dapat ditunda sampai keadaan
klinis bayi baik

 Balita yang memiliki kontak erat dengan pasien tuberkulosis aktif


dan setelah dievaluasi dengan seksama, tidak menderita
tuberkulosis aktif, harus diobati sebagai terduga infeksi TB laten.
Koordinasikan petugas terkait untuk pengobatan isoniazid
minimal selama 6 bulan atau 3 HP. Bila anak tersebut belum
pernah mendapat imunisasi BCG, perlu diberikan BCG setelah
pengobatan profilaksis dengan INH selesai dan anak belum
atau tidak terinfeksi (uji tuberkulin negatif).

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 33
Persiapkan janji temu sebagai berikut:
 Janji temu atau tele registrasi yang disepakati sebelum hari pelayanan,
dengan menyampaikan informasi kepada orang tua
sebagai berikut:
- alur pelayanan, waktu dan ruangan
- orang tua dan anak umur > 2 tahun memakai masker
- menjaga jarak dengan orang lain selama perjalanan
- membawa Buku KIA yang diisi ceklis pemantauan
perkembangan,

 Tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri yang sesuai, sedikitnya


masker bedah dan sarung tangan jika tersedia sejumlah sasaran
pelayanan. Jika tidak menggunakan sarung tangan maka mencuci
tangan sebelum dan sesudah pelayanan tiap-tiap sasaran.

 Pelayanan dilakukan di tempat dengan sirkulasi udara yang baik dan


menerapkan jaga jarak (physical distancing).

 Jika janji temu disepakati di fasilitas kesehatan, maka pisahkan ruang


pelayanan untuk balita sehat terpisah dari poli anak/poli MTBS.

 Lakukan koordinasi lintas program untuk:


- semua petugas memastikan setiap balita yang mengakses pelayanan
kesehatan agar dilakukan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan, yang dicatat dalam Buku KIA.
- menjadwalkan beberapa kegiatan dalam sekali temu.
Contoh:
• Bayi umur 2 bulan yang lahir dari ibu HIV mendapat pemantauan
tumbuh kembang, imunisasi DPT/HB/Hib 1 sekaligus pengambilan
darah EID.
• Bayi umur 9 bulan yang lahir dari ibu Hepatitis mendapat
pemantauan tumbuh kembang, imunisasi campak-rubella (MR),
Vitamin A dan pemeriksaan HBsAg,
• Anak umur 18 bulan dari ibu sifilis mendapat pemantauan tumbuh
kembang, imunisasi DPT/Hib/HB, campak-rubella (MR), vitamin A
dan observasi sifilis.

34 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
II. Pelayanan Balita Sakit di Puskesmas
a. Tenaga kesehatan, pasien anak dan
pengantar menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) yang sesuai.
b. Memastikan akses tenaga kesehatan
dan pasien terhadap fasilitas cuci
tangan (sabun dan air bersih, atau
hand sanitizer dengan kandungan
alkohol 70%) selama pemeriksaan.
c. Jaga jarak pelayanan minimal 1 meter,
mulai dari pendaftaran, ruang tunggu
dan ruang pemeriksaan. Pastikan
ventilasi memadai untuk sirkulasi
udara keluar masuk.
d. Menerapkan triage, memisahkan ruang tunggu
dan ruang pemeriksaan, sebagai berikut:
i. Anak dengan gejala batuk/pilek/sakit
tenggorok/demam/diare/anoreksia/
mual/muntah/sesak
napas/anosmia/ageusia dipisahkan dari
ii. Anak tidak ada gejala demam/
batuk/pilek/sakit tenggorokan/diare/
anoreksia/mual/muntah/sesak
napas/anosmia/ageusia.
e. Menentukan status balita sakit dengan
memperhatikan :
i. faktor risiko berupa riwayat kontak dengan
kasus probable/ terkonfirmasi COVID-19, atau
tinggal/ berkunjung ke negara/wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal
COVID-19.
ii. Gejala demam/batuk/pilek/sakit tenggorokan/
diare/anoreksia/mual/muntah/sesak napas.
iii. gejala anosmia (hilangnya kemampuan indra
penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan
indra perasa)

f. Alur pelayanan disesuaikan untuk menghindari penumpukan pasien.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 35
CONTOH SARANA & PRASARANA
TRIAGE
Sekat transparan Ruang tunggu
Masker dan tisu kertas (kaca atau plastik) pasien tanpa
di meja registrasi risiko dan/ gejala
terkait COVID-19

Ruang tunggu
pasien dengan
risiko dan/ gejala
terkait COVID-19

Tempat sampah Sarana cuci


dengan penutup tangan

RUANG PEMERIKSAAN

POSISI MEJA PELAYANAN

Kursi pasien Kursi pasien


meja kerja

Arah angin Arah angin Arah angin meja kerja Arah angin

Lubang Lubang Lubang Lubang


Kursi petugas Kursi petugas
pintu jendela pintu jendela

Good!!! Good Compromise!

36 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
▷ APD untuk anak/pengasuh:
 Masker bedah untuk status pasien di fasilitas
kesehatan.
 Masker kain 3 lapis sebagai alternatif pelindung
diri saat batuk/pilek, atau saat keluar rumah.
Indikasi penggunaan masker pada anak:
1. Saat anak sedang sakit (mengalami demam, flu, atau batuk).
2. Ketika anak berada di luar rumah.
3. Persyaratan bagi anak usia 2-5 tahun untuk memakai masker karena
kebutuhan khusus seperti dekat secara fisik dengan seseorang yang
sakit, atau terpaksa keluar rumah. Dalam keadaan ini, jika anak
memakai masker, orang tua atau wali lainnya harus berada dalam
jarak pandang langsung untuk mengawasi penggunaan masker yang
aman.
4. Anak-anak yang memiliki komorbid, disarankan menggunakan
masker bedah, dengan sebelumnya berkonsultasi dahulu dengan
tenaga medis

Anak yang tidak direkomendasikan memakai masker, diantaranya:


 Anak berusia di bawah 2 tahun, tanpa pendampingan langsung
orang tua/wali/pengasuh.
 Jika masker itu membuat anak-anak tercekik atau tersedak.
 Jika anak mengalami kesulitan dalam bernapas atau tidak sadar,
serta tidak mampu melepas masker tanpa bantuan orang lain.
 Anak-anak dengan gangguan parah pada kognitif dan sistem
pernafasan
 Jika mengenakan masker malah meningkatkan risiko terkena
virus, karena anak lebih sering menyentuh wajah mereka.
 Anak-anak yang sedang berolahraga atau melakukan aktivitas fisik

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 37
▷ APD untuk tenaga kesehatan di pelayanan posyandu/ kunjungan
memakai alat pelindung diri yang sesuai dengan prinsip PPI sebelum
memulai pelayanan:
 Masker bedah/masker medis
 Sarung tangan bila tersedia. Sarung tangan harus diganti untuk setiap
satu sasaran anak. Jangan menggunakan sarung tangan yang sama
untuk lebih dari satu anak. Bila sarung tangan tidak tersedia,
petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap
sebelum dan sesudah pelayanan kepada sasaran.
 Alat pelindung diri lain apabila tersedia, seperti pelindung mata dan
wajah, gaun atau apron.
▷ APD untuk tenaga kesehatan yang bertugas
di ruang konsultasi/ pemeriksaan, dibedakan menjadi:
 Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
tanpa gejala infeksi saluran pernapasan:
• Penutup kepala
• Masker bedah
• Sarung tangan
• Baju kerja dan
• Alas kaki.
 Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien dengan gejala infeksi
saluran pernapasan menggunakan:
• Masker bedah,
• Gaun,
• Sarung tangan,
• Pelindung mata atau wajah,
• Pelindung kepala,
• Sepatu pelindung.

38 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan APD:

Menggunakan
baju kerja
(scrub suit)

Melakukan kebersihan
tangan sebelum
dan sesudah
menggunakan APD

Melakukan
kebersihan tangan
setiap melepaskan
item APD

Mandi setelah selesai


menggunakan APD

Informasi lebih rinci mengacu pada Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 39
BAGAN 2. ALUR PELAYANAN BALITA SAKIT DI PUSKESMAS MASA PANDEMI COVID-19
Triage dan Pisahkan
Ruang Pemeriksaan

Pasien dengan gejala demam/batuk/ pilek/sakit Pasien tanpa gejala demam/batuk/


tenggorokan/diare/anoreksia/ mual/muntah/ sesak pilek/sakittenggorokan/diare/anoreksia/mual/
nafas, ruam tidak spesifik, anosmia/ageusia** muntah/ sesak nafas, ruam tidak spesifik,
• Atur jarak pelayanan antara petugas dan pasien anosmia/ ageusia**
• Petugas menggunakan APD masker bedah, gaun, • Petugas berpedoman pada standar
sarung tangan, pelindung mata, penutup kepala, pencegahan dan melakukan penilaian
alas kaki risiko
• Anak dan pengantar menggunakan masker • APD sedikitnya masker, sarung tangan,
penutup kepala, baju kerja, alas kaki
• Anak dan pengantar menggunakan masker

Dan atau pada 14 hari terakhir:


Jika tidak ada gejala tetapi memiliki Riwayat
• tinggal atau bepergian di negara/wilayah Indonesia
kontak dengan kasus probable/konfirmasi
dengan transmisi lokal
COVID-19 lakukan TATALAKSANA KONTAK
• tinggal atau berkunjung ke tempat berisiko (seperti
ERAT yaitu Karantina mandiri selama 14
pengungsian, asrama, rumah sakit dll)
hari, apabila muncul gejala selama karantina
• kontak dengan orang terkonfirmasi
lakukan TATALAKSANA SUSPEK


Ya Tidak

ADA GEJALA TIDAK ADA GEJALA BUKAN SUSPEK/PROBABLE/


Demam (≥ 380C) DAN batuk Demam (≥ 380C), batuk, KONTAK ERAT
ATAU kelelahan (fatigue), sakit kepala, • Anamnesis, penilaian,
Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda berikut: myalgia, nyeri tenggorokan, klasifikasi sesuai algoritma
(demam(≥380C)/batuk/kelelahan(fatigue)/ pilek/hidung tersumbat, sesak MTBS
sakit kepala/myalgia/nyeri tenggorokan/ nafas, anosmia, ageusia,
pilek/hidung tersumbat/sesak nafas/ mual/muntah, diare, penurunan
mual/muntah/diare/penurunan kesadaran) kesadaran
ATAU Tatalaksana MTBS sesuai algoritma
Anosmia/ageusia** tidak memandang
riwayat epidemiologis pada 14 hari

Jika timbul pneumonia berat,


TATALAKSANA SUSPEK TATALAKSANA sesuai kondisi evaluasi sesuai alur
• Suspek gejala ringan: isolasi mandiri di • Jika ada tanda bahaya/infeksi lain tatalaksana TATALAKSANA SUSPEK
rumah/fasilitas khusus sesuai MTBS
• Suspek gejala sedang: rujuk ke RS Darurat • Lapor ke Dinas Kesehatan/ hotline COVID-19
• Suspek gejala berat: rujuk ke RS Rujukan
• Lapor ke Dinas Kesehatan/ hotline COVID-19

Meninggal → TATALAKSANA PROBABLE


• Tatalaksana pemulasaran jenazah COVID-19

40 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
7. Tentukan status balita sakit dengan menelusuri faktor risiko kontak dengan orang
terkonfirmasi COVID-19 atau riwayat bepergian ke wilayah transmisi lokal, serta
memeriksa gejala terkait COVID-19 (lihat pada bagan alur pelayanan balita sakit
masa pandemi COVID-19)
A. Kontak Erat
Balita yang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus
probable/terkonfirmasi COVID-19.
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk
menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus
timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Pada kasus
konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk menemukan kontak
erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal
pengambilan spesimen kasus konfirmasi.
B. Kasus Suspek
Suspek dikategorikan dengan salah satu kriteria sebagai berikut:

Kategori Kasus Suspek


No Demam/ Batuk 3 atau lebih Pneumo Tidak ada Pada 14 hari terakhir Kontak dengan
Riw. gejala/tanda akut nia Penyebab sebelum gejala memiliki kasus
Demam (demam/riwayat Berat/ISP lain riwayat perjalanan atau konfirmasi
demam, batuk, A Berat berdasarkan tinggal
Di luar negeri Di area COVID-19 pada
kelelahan (fatigue), sakit Gambaran yang transmisi 14 hari terakhir
melaporkan lokal di
kepala, myalgia, nyeri klinis sebelum
transmisi lokal Indonesia
tenggorokan, pilek, meyakinkan gejala
sesak nafas, anoreksia,
mual/muntah, diare,
penurunan kesadasaran

1 + + - - + + - -

2 - - + - + + - -
3 + + - - + - + -
4 - - + - + - + -
5 + + - - - - - +
+ - - - - - - +
6
- - + - - - - +
7
- - + + - - - +
8
- - - + + - - -
9.
- - + + + + - -
11
- - + + - - + -
12
- - + - - - + -

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 41
Kasus suspek adalah balita yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Balita yang memenuhi salah satu kriteria klinis DAN salah satu kriteria
epidemiologis:
Kriteria Klinis:
1. Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam* dan batuk; ATAU
2. Terdapat 3 atau lebih gejala/tanda akut berikut: demam/riwayat
demam*, batuk, kelelahan (fatigue), sakit kepala, myalgia, nyeri
tenggorokan, coryza/pilek/hidung tersumbat*, sesak nafas,
anoreksia/mual/muntah*, diare, ruam, penurunan kesadaran
DAN
Kriteria Epidemiologis:
1. Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal
atau bekerja di tempat berisiko tinggi penularan**; ATAU
2. Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat tinggal
atau bepergian di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi
lokal***; ATAU
3. Pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.

b. Balita dengan ISPA Berat****;


c. Balita dengan gejala akut anosmia (hilangnya kemampuan indra
penciuman) atau ageusia (hilangnya kemampuan indra perasa) dengan
tidak ada penyebab lain yang dapat diidentifikasi.

Catatan:
* Gejala/tanda yang dipisahkan dengan garis miring (/) dihitung sebagai satu gejala/tanda
** Risiko tinggi penularan:
kriteria yang dapat dipertimbangkan:
a) Ada indikasi penularan/tidak jelas ada atau tidaknya penularan pada tempat tersebut.
b) berada dalam suatu tempat pada waktu tertentu dalam kondisi berdekatan secara jarak
(contohnya lapas, rutan, tempat pengungsian, dan lain-lain).
Pertimbangan ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko lokal oleh dinas kesehatan setempat.
*** Negara/wilayah transmisi lokal adalah negara/wilayah yang melaporkan adanya kasus konfirmasi
yang sumber penularannya berasal dari wilayah yang melaporkan kasus tersebut.
Negara transmisi lokal merupakan negara yang termasuk dalam klasifikasi kasus klaster dan
transmisi komunitas, dapat dilihat melalui situs
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports
Wilayah transmisi lokal di Indonesia dapat dilihat melalui situs
https://infeksiemerging.kemkes.go.id.
**** ISPA Berat yaitu Demam akut (≥ 380C)/riwayat demam, dan batuk, dan tidak lebih dari 10
hari sejak onset, dan membutuhkan perawatan rumah sakit.

42 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
C. Kasus Probable
Kasus Probable adalah kasus suspek yang meninggal dengan gambaran klinis
yang meyakinkan COVID-19; DAN memiliki salah satu kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium RT-PCR; ATAU
b. Hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR satu kali negatif dan tidak dilakukan
pemeriksaan laboratorium RT-PCR yang kedua.

D. Kasus Konfirmasi
Kasus Konfirmasi adalah balita yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19
yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi
dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)

8. Tata laksana
Tata laksana kasus COVID-19 pada anak mengikuti pedoman Pencegahan dan
Pengendalian COVID-19 yang berlaku, seperti dapat dilihat pada bagan di
bawah ini.
RINGKASAN ALUR MANAJEMEN KESMAS

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 43
 Secara umum, tata laksana COVID-19 ditentukan dengan:
• gejala terkait COVID-19 (demam/batuk/coryza/pilek/hidung
tersumbat/ sakit tenggorokan, diare/ anoreksia/ mual/ muntah/
kelelahan (fatigue)/ sakit kepala/ myalgia/ penurunan kesadaran.
• penyakit penyerta/komorbid
 Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid (seperti Kanker, Diabetes, TB,
HIV, Ginjal, Konsumsi Obat Imunosupresan, dll) segera
koordinasikan petugas terkait
 Anak dengan penyakit penyerta dianjurkan untuk tetap melanjutkan
pengobatan yang rutin dikonsumsi, dengan mengupayakan
pembatasan pertemuan/kontak (frekuensi pengambilan obat lebih
jarang atau dapat diwakili orang tua jika tidak ada keluhan).
 Anak dengan komorbid TB:
• Bila dalam pemeriksaan Suspek COVID-19 ditegakkan juga menjadi
pasien TB baru, maka perawatan Suspek dilakukan di RS dalam tata
laksana Suspek.
• Untuk pasien TB yang menjadi Suspek/gejala sedang/berat maka
terapi dilanjutkan di RS tempat suspek/gejala sedang/ berat dirawat.
 Anak dengan komorbid Diabetes yang harus isolasi mandiri di rumah
direkomendasikan untuk meningkatkan frekuensi pengukuran kadar
glukosa, dan berkonsultasi dengan dokter untuk penyesuaian dosis
bila target glukosa tidak tercapai.
 Anak yang tidak termasuk kategori kontak erat/ suspek diberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar praktik kedokteran yang berlaku.
Apabila tidak ada dokter di Puskesmas, maka pelayanan kesehatan
anak dilaksanakan menggunakan
pendekatan MTBS.

44 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
A. Kontak Erat
▷ Lapor ke Dinas Kesehatan
setempat/hotline COVID-19.
▷ Karantina mandiri di rumah
selama 14 hari.
▷ Edukasi mengenai kegiatan
yang harus dilakukan saat
karantina mandiri dan PHBS.
▷ Koordinasi dengan tim
penanganan COVID-19 untuk
dilakukan:
 Melakukan pemantauan secara berkala selama
menunggu hasil pemeriksaan laboratorium
melalui telepon/telekonsultasi oleh petugas
FKTP atau tenaga kesehatan lainnya,
 Melakukan pemeriksaan spesimen pada
hari ke-1 dan ke-2 untuk pemeriksaan RT PCR.
 Isolasi dan pemantauan dapat dihentikan
apabila hasil pemeriksaan RT-PCR selama
2 hari berturut-turut dengan selang
waktu >24 jam menunjukkan hasil negatif.
▷ Kontrol di FKTP setelah 14 hari karantina untuk pemantauan klinis
▷ Apabila selama masa pemantauan 14 hari muncul gejala maka
dilakukan tatalaksana sesuai dengan kasus suspek.
▷ Apabila selama masa pemantauan 14 hari tidak muncul gejala maka
pasien dapat dinyatakan discarded.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 45
B. Suspek

▷ Lapor ke Dinas Kesehatan


setempat/hotline COVID-19
▷ Isolasi dilakukan sejak seseorang
dinyatakan sebagai kasus suspek
▷ Isolasi di rumah atau di fasilitas isolasi
ramah anak selama 14 hari disesuaikan
dengan situasi dan kondisi
▷ Tata laksana umum (gizi seimbang dan
asupan cairan cukup)
▷Tata laksana simtomatik, seperti demam/batuk/pilek/nyeri
tenggorokan/ dll, bila perlu
▷ Antibiotik jika terindikasi
▷ Pasien suspek dengan gejala sedang sebaiknya dirawat di RS Darurat
▷ Pasien suspek dengan gejala berat sebaiknya dirawat di RS Rujukan.
▷ Bila terdapat comorbid terkait jantung, sebaiknya dirawat
▷ Edukasi isolasi mandiri dan PHBS.
▷ Koordinasi dengan tim penanganan COVID-19 untuk:
 Melakukan pemantauan secara berkala selama menunggu hasil
pemeriksaan laboratorium melalui telepon/telekonsultasi oleh
petugas FKTP atau tenaga Kesehatan lainnya,
 Melakukan pemeriksaan spesimen pada hari ke-1 dan ke-2 untuk
pemeriksaan RT PCR.
 Apabila spesimen saluran pernafasan atas dan saluran pernapasan
bawah menunjukkan hasil negatif, namun secara klinis menunjukkan
gejala COVID-19, maka dapat dipertimbangkan pemeriksaan COVID-
19 menggunakan spesimen feses atau rektal swab untuk penegakan
diagnosis COVID-19
 Isolasi dan pemantauan dapat dihentikan apabila hasil pemeriksaan
RT-PCR selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam
menunjukkan hasil negatif.

46 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
C. Konfirmasi (Tanpa Gejala/Gejala Ringan)

▷ Lapor ke Dinas Kesehatan setempat/hotline COVID-19


▷ Isolasi mandiri dilakukan di rumah atau fasilitas kesehatan khusus jika
kondisi rumah tidak memadai
▷ Tata laksana umum (gizi seimbang dan asupan cairan cukup)
▷ Tata laksana simtomatik pada kasus dengan gejala ringan

▷ Edukasi isolasi mandiri dan PHBS.

▷ Koordinasi dengan tim penanganan COVID-19 untuk:


 Melakukan pemantauan harian oleh petugas FKTP/FKRTL
berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat melalui
telepon/telekonsultasi oleh petugas FKTP atau tenaga kesehatan lainnya,
 Isolasi dan pemantauan dapat dihentikan apabila pasien sudah
memenuhi kriteria selesai isolasi sebagai berikut:
a. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak
dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10
hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis
konfirmasi.
b. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10
hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari
setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan
pernapasan. Kriteria ini digunakan untuk kasus konfirmasi
derajat ringan.

Untuk daerah endemis tinggi malaria, koordinasi dengan


petugas malaria untuk melakukan pemeriksaan darah
malaria dengan RDT. Balita yang hasil pemeriksaan RDT
positif malaria maka diobati sesuai dengan pedoman tata
laksana malaria atau sebagaimana lampiran Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 556 Tahun 2019 tentang PNPK
Tata laksana Malaria. Ingatkan juga untuk tidur dengan
kelambu anti nyamuk.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 47
EDUKASI ISOLASI MANDIRI DAN PHBS
Anak yang ditentukan sebagai Kontak Erat/Suspek gejala ringan/Konfirmasi
tanpa gejala/Konfirmasi dengan gejala ringan untuk melakukan karantina
mandiri/ isolasi diri di rumah. Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu
dikerjakan orang tua/ pengasuh/wali/ anggota keluarga yang serumah:
▷ Anak diukur suhu tubuh 2-3 kali sehari. Segera beri informasi ke petugas
pemantau/FKTP jika terjadi peningkatan suhu tubuh ≥ 38°C.
▷ Edukasi karantina/isolasi mandiri dan perilaku hidup bersih sehat (PHBS):
• Rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
• Konsumsi gizi seimbang sesuai umur, dengan jenisnya terdiri dari
makanan pokok (karbohidrat), lauk (protein hewani dan nabati, lemak),
sayur dan buah.
 Bayi usia 0-6 bulan: hanya diberi ASI (ASI eksklusif)
 Bayi 6-8 bulan:
➢ Lanjutkan menyusui
➢ 2-3 x makan (porsi tiap makan: 2-3 sdm bertahap
hingga ½ mangkok berukuran 250 ml (125 ml)),
➢ 1-2 kali selingan
➢ Tekstur makanan lumat dan kental (disaring)
 Bayi 9-12 bulan:
➢ Lanjutkan menyusui
➢ 3-4 x makan, porsi tiap makan: ½ - 1/3 mangkok berukuran 250 ml
➢ 1-2 kali selingan
(125-200 Tekstur makanan yang dicincang
 Anak 12 -23 bulan:
➢ Lanjutkan menyusui hingga usia 2 tahun atau lebih
➢ 3-4 x makan, porsi tiap makan: ¾-1 mangkok berukuran 250 ml
➢ 1-2 kali selingan
➢ Tekstur makanan yang diiris (dimasak biasa)
 Anak usia 2 tahun ke atas diberikan makanan keluarga yang
memenuhi gizi seimbang.
• Asupan cairan yang cukup
* Umur 6-8 bulan: 800ml/hari (+ 3 gelas belimbing)
* Umur 12-23 bulan: 1300ml/hari (+ 5 gelas belimbing)
* Umur 2-3 tahun: sekitar 1.300 ml/hari (+ 5 gelas belimbing)
* Umur di atas 3 tahun: sekitar 1.700 ml/hari (+ 7 gelas belimbing)

48 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
• Aktifitas fisik ringan (dapat mengacu kegiatan stimulasi
perkembangan pada Buku KIA)
• Istirahat cukup
• Suplemen vitamin bila perlu. Vitamin yang direkomendasikan
untuk anak adalah Vitamin C dan Zinc.
• Dapatkan sinar matahari pagi.
▷ Edukasi prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi untuk isolasi di
rumah:
1) Tempatkan anak dan pengasuh dalam ruangan tersendiri yang
memiliki ventilasi yang baik.
2) Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama.
Pastikan ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki
ventilasi yang baik.
3) Selama masa karantina mandiri, pengasuh yang memberikan
perawatan langsung dianjurkan menggunakan alat pelindung diri
berupa sarung tangan, masker bedah, gaun (gown), pelindung mata
dan selalu menjaga kebersihan tangan
4) Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda,
dan jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter
(tidur di tempat tidur berbeda).

5) Batasi jumlah orang yang merawat. Idealnya satu orang yang


benar-benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau
gangguan kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan.
6) Orang tua/pengasuh dengan anak yang dirawat, tinggal di ruangan
setiap saat sampai hasil tes negatif. Baik anak dan orang tua harus
mengenakan masker bedah saat pergi keluar ruangan dengan
alasan apapun.
7) Cuci tangan setiap memegang anak atau menyentuh benda
disekitarnya. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah
menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah dari kamar mandi,
dan kapanpun tangan kelihatan kotor. Jika tangan tidak tampak
kotor dapat menggunakan hand sanitizer, dan untuk tangan yang
kelihatan kotor menggunakan sabun dan air mengalir. Jika mencuci

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 49
tangan menggunakan sabun dan air mengalir, handuk kertas sekali
pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan
handuk bersih dan segera ganti jika sudah basah.
8) Untuk mencegah penularan melalui droplet, anak umur > 2 tahun
sesering mungkin memakai masker bedah (Jika tidak tersedia
memakai masker kain).
9) Orang yang memberikan perawatan
sebaiknya menggunakan masker
bedah terutama jika berada dalam
satu ruangan dengan anak. Masker
tidak boleh dipegang selama
digunakan. Jika masker kotor atau
basah segera ganti dengan yang baru.
Buang masker dengan cara yang benar
(jangan disentuh bagian depan, tapi
mulai dari bagian belakang, dengan
hanya menyentuh bagian tali). Buang
segera dan segera cuci tangan.
10) Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh
terutama cairan mulut atau pernapasan
(dahak, ingus dll) dan tinja. Gunakan sarung
tangan dan masker jika harus memberikan
perawatan mulut atau saluran napas dan ketika
memegang tinja, air kencing dan kotoran lain.
Cuci tangan sebelum dan sesudah membuang
sarung tangan dan masker.
11) Jangan gunakan masker atau sarung tangan
yang telah dipakai.
12) Bersihkan permukaan di sekitar anak termasuk toilet
dan kamar mandi secara teratur. Sabun atau detergen
rumah tangga dapat digunakan, kemudian desinfektan
yang mengandung 0,5% natrium hipoklorit (yaitu
setara dengan 5000 ppm) dengan perbandingan 1
bagian disinfektan untuk 9 bagian air.

50 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
13) Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk anak (cuci dengan
sabun dan air setelah dipakai dan dapat digunakan kembali).
14) Bersihkan pakaian anak, sprei,
handuk, dll menggunakan sabun
cuci rumah tangga dan air atau
menggunakan mesin cuci dengan
suhu air 60-90°C dengan detergen
dan keringkan. Tempatkan pada
kantong khusus dan jangan
digoyang-goyang, dan hindari
kontak langsung kulit dan pakaian
dengan bahan-bahan yang
terkontaminasi.
Buang popok sekali pakai atau bekas
buang air besar anak di kamar mandi
atau bungkus rapat dengan kantong
plastik lalu buang di tempat sampah.
15) Sarung tangan, masker bedah dan apron plastik sebaiknya digunakan
saat membersihkan permukaan anak, baju, atau bahan-bahan lain
yang terkena cairan tubuh anak. Sarung tangan (yang bukan sekali
pakai) dapat digunakan kembali setelah dicuci menggunakan sabun
dan air dan didekontaminasi dengan desinfektan yang mengandung
0,5% natrium hipoklorit (yaitu setara dengan 5000 ppm) dengan
perbandingan 1 bagian disinfektan untuk 9 bagian air. Cuci tangan
sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan.
16) Sarung tangan, masker dan bahan-bahan sisa lain selama perawatan
harus dibuang di tempat sampah di dalam ruangan/ kamar yang
kemudian ditutup rapat sebelum dibuang sebagai kotoran infeksius.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 51
C. Konfirmasi gejala Sedang-Berat
▷ Lapor ke Dinas Kesehatan setempat/hotline COVID-19
▷ Pasien suspek dengan gejala sedang sebaiknya rujuk ke RS Darurat COVID-19
▷ Pasien suspek dengan gejala berat sebaiknya rujuk ke RS Rujukan COVID-19
▷ Pasien dinyatakan selesai isolasi apabila memenuhi kriteria berikut:
• Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan
pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan
ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala/tanda klinis
COVID-19. Kriteria ini digunakan untuk kasus konfirmasi derajat sedang.
• Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil
pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3
hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala /tanda klinis COVID-19. Kriteria
ini digunakan untuk kasus konfirmasi derajat berat/kritis.
▷ Orang tua/penunggu dari anak konfirmasi positif diperiksa swab nasofaring.
Jika hasil swab negatif, orang tua/ penunggu tetap menyelesaikan masa
isolasi.

III. Identifikasi Anak yang Memerlukan Perlindungan


Pandemi COVID-19 mempengaruhi pengasuhan dan perlindungan anak dan
ada sejumlah kerentanan yang harus menjadi perhatian dari pihak
berwenang. Perhatian utama terkait keadaan atau status kesehatan, diberikan
pada anak dengan status kontak erat/suspek/konfirmasi, termasuk dalam kasus
di mana orangtua atau pengasuh atau anggota keluarganya merupakan kasus
konfirmasi COVID-19. Anak yang mengalami kesulitan isolasi mandiri atau
masalah pengasuhan karena terdampak COVID-19 dapat dibantu Dinas yang
membawahi urusan perlindungan anak dan urusan sosial.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan anak, petugas kesehatan
menanyakan kepada orangtua, pengasuh, wali atau pihak yang membawa
anak:
▷ Keadaan kesehatan keluarga (orang tua atau pengasuh), keadaan keluarga
(jumlah anak, keadaan rumah)
▷ Ada atau tidaknya ruang atau rumah di mana isolasi mandiri dapat
dilakukan oleh anak, termasuk ada atau tidaknya rumah lain di mana anak
dapat tinggal.
▷ Ada atau tidaknya orang tua atau pengasuh lain yang dapat mengasuh
anak

52 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Pada anak dapat terjadi beberapa kondisi berikut:
▷ Anak dengan status kontak erat/suspek/konfirmasi dengan gejala ringan
dan harus menjalani prosedur karantina/ isolasi mandiri TANPA ada
risiko bagi anggota keluarga lainnya, DAN ada orangtua atau pengasuh
yang memiliki kapasitas untuk menjalankan pengasuhan, maka
petugas kesehatan merekomendasikan prosedur isolasi mandiri.
▷ Anak dengan status kontak erat/suspek/konfirmasi dengan gejala ringan,
memiliki orang tua atau pengasuh tetapi TIDAK memungkinkan
menjalani prosedur karantina/isolasi mandiri di rumah DAN merupakan
orangtua tunggal/pengasuh tunggal, petugas kesehatan
merekomendasikan agar orangtua atau pengasuh atau wali
menghubungi Dinas yang menyelenggarakan urusan perlindungan
anak setempat untuk memastikan anak dapat memperoleh
pengasuhan sementara dari Dinas yang menyelenggarakan urusan
sosial setempat.
▷ Anak dengan status kontak erat/suspek/konfirmasi dengan gejala ringan,
tidak memiliki orang tua atau pengasuh yang bertanggung jawab dan
memiliki kapasitas untuk mengasuh anak (termasuk dalam hal ini anak
dengan orang tua/pengasuh/wali yang menjalani pemeriksaan medis
ditetapkan sebagai kasus konfirmasi positif COVID-19 harus menjalani
perawatan dalam isolasi, DAN merupakan orang tua tunggal/pengasuh
tunggal) ATAU tidak memiliki tempat tinggal, petugas kesehatan
melalui Kepala Puskesmas berkoordinasi dengan Dinas yang
menyelenggarakan urusan perlindungan anak untuk melakukan
identifikasi terhadap keluarga anak dan memastikan anak mendapat
pengasuhan sementara dari Dinas yang menyelenggarakan urusan
sosial atau Dinas yang menyelenggarakan perlindungan anak
setempat.
Catatan:
Dalam hal pasien anak dengan disabilitas atau anak dengan kebutuhan
khusus, diupayakan petugas kesehatan yang menangani telah terlatih
dan memahami situasi dan kebutuhan dan cara penanganan anak
dengan disabilitas dan dengan kebutuhan khusus, termasuk cara
berkomunikasi yang disesuaikan.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 53
BAB I V
RUJUKAN
Anak yang ditentukan sebagai
Suspek gejala sedang atau berat
memerlukan rujukan untuk
perawatan di rumah sakit. Dalam
pelaksanaan rujukan COVID-19
tidak boleh terjadi rujukan lepas
atau terputusnya alur rujukan balik.
Hal ini meningkatkan risiko
penularan COVID-19. Prosedur
penyiapan transportasi untuk
rujukan ke RS rujukan sebagai
berikut:
a. Menghubungi RS rujukan untuk
memberikan informasi pasien dalam pengawasan yang akan dirujuk.
b. Petugas yang akan melakukan rujukan harus secara rutin menerapkan
kebersihan tangan dan mengenakan masker dan sarung tangan medis
ketika membawa pasien ke ambulans.
c. Jika merujuk anak dengan status suspek COVID-19 maka petugas
menerapkan kewaspadaan kontak, droplet dan airborne.
d. APD harus diganti setiap menangani pasien yang berbeda dan dibuang
dengan benar dalam wadah dengan penutup sesuai dengan peraturan
nasional tentang limbah infeksius.
e. Pengemudi ambulans menggunakan APD yang sesuai. Bila pengemudi
juga harus membantu memindahkan pasien ke ambulans, maka
pengemudi harus menggunakan APD yang sesuai.
f. Pengemudi dan perawat pendamping rujukan harus sering
membersihkan tangan dengan alkohol dan sabun.

54 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
g. Ambulans atau kendaraan angkut harus
dibersihkan dan didesinfeksi dengan
perhatian khusus pada area yang bersentuhan
dengan pasien dalam pengawasan. Pembersihan menggunakan
disinfektan yang mengandung 0,5% natrium hipoklorit (yaitu
setara dengan 5000 ppm) dengan perbandingan 1 bagian
disinfektan untuk 9 bagian air.

Petugas yang mengalami kesulitan merujuk atau rujukan tidak


memungkinkan, harus memberikan komunikasi informasi edukasi (1)
perawatan yang hanya bisa didapatkan di rumah sakit, dan (2) terdapat
risiko jika tidak dirujuk baik risiko bagi anak maupun risiko bagi orang
disekitarnya, serta (3) risiko perburukan gejala hingga risiko kematian.
Jika diperlukan hubungi RT/RW atau Dinas Kesehatan setempat.
Petugas menyiapkan surat pernyataan penolakan rujukan jika terpaksa
diperlukan.

Informasi hotline:
Petugas kesehatan:
EOC (telp. 021-5210411, 0812 1212 3119)
PHEOC (telp. 0877-7759-1097; Whatsapp
0878-0678-3906)
 Hotline COVID-19 Provinsi

PROVINSI HOTLINE WEB/EMAIL


Aceh 081370113666 https://dinkes.acehprov.go.id/
Sumatera Utara 082164902482 http://covid19.sumutprov.go.id/
Sumatera Barat WA 08217231212 https://corona.sumbarprov.go.id/

Riau 0761-23810 https://corona.riau.go.id/


Kepulauan Riau 0771-7335203 http://corona.kepriprov.go.id/data/
Jambi 081378790002 http://www.corona.jambiprov.go.id/
081273503486
089627614873

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 55
PROVINSI HOTLINE WEB/EMAIL
Bengkulu 085928801153 https://dinkes.bengkuluprov.go.id
085283798600
Sumatera Selatan 112 http://dinkes.sumselprov.go.id/covid19-sum- sel/

081271771771

081271027850
Bangka Belitung 08117818600 http://covid19.babelprov.go.id/
https://www.instagram.com/dinkesbabel/
Lampung 081274156087 https://dinkes.lampungprov.go.id/

Bandar Lampung: 0721-


472003
08117220100

BPBD Lampung: 0721-


252741
082175229572

082175229463
Polisi : 0721-486832
DKI Jakarta 112/WA 081388376955 https://corona.jakarta.go.id/
Banten 0254-7921283 https://infocorona.bantenprov.go.id
Jawa Barat 08112093306 https://pikobar.jabarprov.go.id/#/
Jawa Tengah 024-3580713 http://jatengprov.go.id/corona/
082313600560
DI Yogyakarta 08112764800 http://corona.jogjaprov.go.id//

Jawa Timur 031-8430313 https://infocovid19.jatimprov.go.id


(layanan di hari aktif
dan
jam kerja)
081334367800
(layanan hari libur)

Bali 1500451 https://infocorona.baliprov.go.id/

0361-251177
085792240799
Nusa Tenggara Barat 081802118119 https://corona.ntbprov.go.id/

Nusa Tenggara Timur 08113877710 http://covid19.nttprov.go.id/


Brigade Kupang Sehat
‘0380-82777
0813398077377
085858891920

56 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
PROVINSI HOTLINE WEB/EMAIL
Kalimantan Tengah 08125086776 https://corona.kalteng.go.id/
082357720665
08115230044
Kalimantan Barat 081212123119 https://dinkes.kalbarprov.go.id/covid-19/

Kalimantan Timur 082217966550 http://dinkes.kaltimprov.go.id/


Kalimantan Selatan 082157718672 http://dinkes.kalselprov.go.id/
082157718673

BPBD 05115911986
08115004474
Kalimantan Utara 081351432112 http://coronainfo.kaltaraprov.go.id/

call center 112


Sulawesi Utara 085341223577 https://corona.sulutprov.go.id

Sulawesi Selatan 085299354451 https://covid19.sulselprov.go.id/


081244244473
085242088868
Sulawesi Tengah 082399464837 https://dinkes.sultengprov.go.id/category/ covid-
19/
Sulawesi Tenggara Dinkes 0401-322896 https://dinkes.sultraprov.go.id/

Sulawesi Barat 081247758484 https://dinkes.sulbarprov.go.id/


08114608210 https://www.instagram.com/dinkes.sulbar/
085242908201
085241255494
085390206504
Gorontalo 082346631929 https://dinkes.gorontaloprov.go.id

Maluku 081344677079 https://corona.malukuprov.go.id/


081343143438

Maluku Utara 09216210001 http://corona.malutprov.go.id/

Papua Barat 081382234265 https://dinkes.papuabaratprov.go.id/


085254149282
Papua 1500671 https://dinkes.papua.go.id/

081212123119

 Kanal informasi untuk tele konsultasi, tele medicine seperti PrimaKu,


Sehatpedia, dan sebagainya)

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 57
BAB V
PEMBIAYAAN
Berdasarkan SE Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/215/2020 tentang
Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang Kesehatan untuk Pencegahan
dan/atau Penanganan Coronavirus Disease 2010 (COVID-19) tahun anggaran
2020, pembiayaan kegiatan luar gedung dapat menggunakan Dana Alokasi
Khusus Non Fisik bidang kesehatan (BOK Provinsi, Kab/Kota/Puskesmas) untuk
membiayai:
▷ Kebutuhan untuk kegiatan surveilans dan intervensi fakor risiko kesehatan
lingkungan seperti APD, marker, hand sanitizer, sarung tangan, bahan
disinfektan, dan formulir penyelidikan epidemiologi (PE) dan pemantauan
kontak.
▷ Lingkup kegiatan program kesehatan masyarakat berupa promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, penyehatan lingkungan, dan
gizi masyarakat, termasuk untuk kegiatan yang ditujukan untuk
pencegahan dan/atau penanganan COVID-19.
▷ Sedangkan kegiatan rutin luar gedung lainnya termasuk kegiatan
kesehatan keluarga, imunisasi dan posyandu tetap dapat
menggunakan dana BOK dengan mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 86 Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang
Kesehatan Tahun Anggaran 2020

58 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Rumah sakit penyelenggara pelayanan
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
dapat melakukan pengajuan
pembebasan biaya pasien COVID-19
untuk pasien yang dirawat sejak
tanggal 28 Januari 2020 berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/238/2020 tentang
Petunjuk Teknis Klaim Penggantian
Biaya Perawatan Pasien Penyakit
Infeksi Emerging Tertentu bagi Rumah
Sakit yang menyelenggarakan pelayanan Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19). Pembiayaan tersebut mencakup
ODP usia kurang dari 60 (enam puluh) tahun dengan penyakit penyerta, Pasien
Dalam Pengawasan (PDP), Konfirmasi COVID-19 dalam hal ini termasuk
kelompok usia balita.

Pembiayaan mencakup pelayanan pada rawat jalan dan rawat inap meliputi:
administrasi pelayanan, akomodasi (kamar dan pelayanan di ruang gawat
darurat, ruang rawat inap, ruang perawatan intensif, dan ruang isolasi), jasa
dokter, tindakan di ruangan, pemakaian ventilator, bahan medis habis pakai,
pemeriksaan penunjang diagnostik (laboratorium dan radiologi sesuai dengan
indikasi medis), obat- obatan, alat kesehatan termasuk penggunaan APD di
ruangan, rujukan, pemulasaran jenazah, dan pelayanan kesehatan lain sesuai
indikasi medis.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 59
BAB VI
PENCATATAN DAN
PELAPORAN
Pada masa pandemi COVID-19 yang menerapkan
physical distancing, Buku KIA sebagai alternatif
utama untuk mencatatkan hasil pemantauan
kesehatan anak di rumah, atau pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang berbeda.
Puskesmas melaksanakan pemantauan wilayah setempat bagi sasaran
balita dan anak pra sekolah melalui Register Kohort sebagai sumber data
kesehatan anak, diantaranya:
▷ Notifikasi data anak berisiko yang memerlukan tindak lanjut, termasuk
diantaranya:
 anak masalah gizi
 anak dengan gangguan perkembangan
 anak belum mendapat imunisasi/Vit A
 anak lahir dari Ibu HIV/Sifilis/Hepatitis
 anak dengan penyakit penyerta/komorbid
 anak kontak erat, suspek, probable, terkonfirmasi.

▷ Pencatatan hasil pelayanan:


 pemantauan tumbuh kembang
 pelayanan kesehatan anak lainnya

▷ Pencatatan kelahiran dan kematian

▷ Sumber data pelaporan pelayanan kesehatan anak

Pencatatan dalam register kohort dapat dikompilasi melalui kesempatan


kunjungan terjadwal atau telekomunikasi dengan melampirkan catatan
Buku KIA/Buku lainnya.

60 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Pelaporan cakupan pelayanan kesehatan anak menggunakan register
kohort bayi atau register kohort anak balita dan prasekolah dengan
menghitung pelayanan yang didapatkan selama setahun hingga tepat ulang
tahun ke 1, 2, 3, 4, 5 pada tahun berjalan. Perhitungan cakupan standar
pelayanan minimal balita selama pandemi COVID-19 dapat
memperhitungkan pelayanan mandiri di rumah, yang diyakini benar
dibuktikan dengan Buku KIA (pemantauan tumbuh kembang) atau buku
catatan lainnya. Kegiatan pencatatan dan pelaporan distribusi pemberian
makanan tambahan tetap dilakukan seperti biasa.

Pencatatan dan pelaporan balita dan anak prasekolah yang berada dalam
status kontak erat, suspek, probable dan terkonfirmasi COVID-19 dilaporkan
oleh Puskesmas secara berjenjang ke Dinas Kesehatan Kab/Kota, Provinsi dan
Kemenkes (PHEOC Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit). Penanggungjawab kesehatan anak memantau adanya kelompok
umur balita dan anak prasekolah melalui koordinasi dengan tim
penyelidikan epidemiologi, selanjutnya untuk ditindaklanjuti.

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 61
REFERENSI
1. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease
(COVID-19) Revisi ke-5
2. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. Pedoman
Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di
Indonesia.
3. Kementerian Kesehatan RI. 2019. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
4. Pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (http://kesga.kemkes.go.id/
images/pedoman/BUKU%20KIA%202019.pdf)
5. Pedoman pelayanan terpadu Ibu Hamil dan Balita dalam
pengendalian Malaria di Fasyankes
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/556/2019
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Malaria
7. Surat Edaran Dirjen Direktur Jenderal P2P Nomor
SR.02.06/4/1332/2020 tanggal 24 Maret 2020 tentang Pelayanan
Imunisasi Pada Anak selama masa Pandemi Corona Virus Disease 2019
8. Kementerian Kesehatan RI. 2020. Pedoman Pelayanan Gizi pada Masa
Tanggap Darurat Covid-19 Untuk Tenaga Kesehatan.
9. Panduan Ikatan Dokter Anak Indonesia Mengenai COVID-19
10. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis,
Protokol Tata Laksana Pasien TB Dalam Masa Pandemi COVID 19
11. COVID-19: Operational Guidance for Maintaining Essential Health
Services During an Outbreak (https://www.who.int/publications-detail/
covid-19-operational-guidance-for-maintaining-essential-health-
services-during-an-outbreak

62 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
12. Guiding Principles for Immunization Activities During
COVID-19 Pandemic (https://apps . who . int/iris/bitstream/
handle/10665/331590/WHO - 2019 - nCoV - immunization_services-
2020.1-eng.pdf)
13. https://www.unicef.org/coronavirus/how-talk-your-child-about-
coronavirus-covid-19
14. Infant and Young Child Feeding (IYCF) In The Context of COVID-19
Pandemic Eastern Central and Shouthern Africa, March, 2020, UNHCR,
Unicef, WFP, WHO.
15. Tata Laksana Klinis InfeksiSaluran Pernapasan Akut Berat (SARI) suspek
penyakit COVID-19, WHO tahun 2020. (https://www.who.int/docs/
default-source/searo/indonesia/covid19/tata laksana - klinis - suspek -
penyakit - covid - 19 . pdf? sfvrsn=7a3ca6fe_2)
16. Kementerian Kesehatan RI. 2020. Petunjuk Teknis Alat Perlindungan Diri
(APD) Dalam Menghadapi Wabah COVID-19, Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan
17. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 tahun
2017 tentang Eliminasi Penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis dari Ibu ke
Anak
18. Prevention Mother To Child Transmission Guidelines, WHO, 2015
19. Syphillis screening and Treatment for Pregnant Women, WHO, 2017
20. Kementerian Kesehatan RI. 2020. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi
pada Masa Pandemi COVID-19

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 63
LAMPIRAN

A. Daftar tilik kesiapan satuan pendidikan PAUD/TK/RA dalam menerapkan metode


pembelajaran tatap muka sesuai protokol kesehatan pencegahan COVID-19
a) Ketersediaan Sarana Protokol Kesehatan
Sarana Uraian Ya Tidak
Sarana CTPS Tersedia kecukupan:
- sarana CTPS
- sabun cuci tangan
- air bersih di setiap
fasilitas CTPS
- cairan pembersih
tangan (hand
sanitizer)
Masker Tersedia kecukupan
masker cadangan
Perlengkapan Tersedia kecukupan:
Desinfeksi - Cairan disinfektan
- Sarung tangan
- Masker
- Alat penyemprot

Sarana kebersihan Tersedia kecukupan alat


kebersihan (sapu,
kemoceng, lap, alat
pengepel, ember, dll)
Thermogun 1. Jumlah mencukupi
(pengukur suhu 2. Berfungsi dengan baik
tembak)

64 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Pengaturan Sarana dan Prasarana

Sarpras Uraian Ya Tidak


Kondisi Kelas Terdapat pengaturan meja/bangku
masing-masing berjarak 1,5 meter
Terdapat pengaturan jumlah peserta
didik agar tidak melebihi batas
maksimal, PAUD dan SLB : 5 orang per
kelas
Memiliki ventilasi untuk sirkulasi udara
yang baik
Memiliki pencahayaan yang baik
Terdapat tempat sampah di setiap
kelas
Terdapat sarana cuci tangan
• Tersedia air mengalir
• Tersedia sabun
• Tersedia KIE langkah langkah cuci
tangan
Terdapat kegiatan pembersihan dan
disinfeksi harian
Kantin/Ruang Terdapat sarana cuci tangan
Makan • Tersedia air mengalir
• Tersedia sabun
• Tersedia KIE langkah langkah cuci
tangan
Tersedia pemberian label untuk
pengaturan tempat duduk dan antri
untuk menjamin jaga jarak
Kondisi kantin bersih
Kantin hanya menjual makanan yang
sehat dan bergizi (tidak berbahaya:
tidak mengandung pewarna, perasa,
pengawet berbahaya, dan tidak
kadaluwarsa)
Pencahayaan baik
Ventilasi baik
Penyajian makanan tertutup
Tersedia tempat sampah tertutup
Tersedia air bersih untuk mencuci
peralatan masak
Penjamah makanan memakai penutup
kepala, celemek dan masker

65
Sarpras Uraian Ya Tidak
Toilet Kondisi bersih
Toilet memiliki dinding, atap, dapat
dikunci dari dalam dan mudah
dibersihkan
Tersedia air bersih pada setiap unit
Terdapat tempat sampah tertutup
Menggunakan jamban leher angsa
Tersedia toilet terpisah antara laki –
laki dan perempuan:
SD/MI : 1/60 peserta didik laki laki dan
1/50 peserta didik perempuan

Dekat dengan tempat cuci tangan


pakai sabun yang dapat berfungsi
dengan baik
Ruang ibadah Kondisi bersih

Karpet digulung, dibuka pada saat


pelaksanaan sholat berjamaah
walaupun setiap jamaah/warga satuan
pendidikan diwajibkan membawa
sajadah dan alat ibadah masing –
masing
Memiliki pencahayaan yang baik

Memiliki ventilasi sirkulasi udara yang


baik (jendela dibuka semua saat
pelaksanaan sholat berjamaah)
Terdapat label pengaturan jaga jarak
minimal 1,5 meter
Ruang UKS/ Kondisi bersih
Poskestren Tersedia tempat tidur, meja dan kursi
/Ruang Tidur Tersedia sarana cuci tangan pakai
di TPA sabun dan air mengalir
Tersedia tempat sampah tertutup
Memiliki pencahayaan yang baik
Memiliki ventilasi sirkulasi udara yang
baik
Tersedia perlengkapan P3K
Tersedia peralatan kesehatan sesuai
dengan Buku Panduan Pembinaan UKS
Kemendikbud:
tensimeter, termometer, timbangan
berat badan, pengukur tinggi badan
dan peralatan lainnya
66
Sarpras Uraian Ya Tidak
Tersedia obat obatan sederhana
sesuai dengan Buku Panduan
Pembinaan UKS Kemendikbud
tersedia masker cadangan, dan/atau
masker tembus pandang cadangan
Tersedia catatan kesehatan peserta
didik misal hasil penjaringan
kesehatan atau buku rapor
kesehatanku
Ruangan Kondisi bersih
lainnya di Terdapat label pengaturan jaga jarak
satuan minimal 1,5 meter
pendidikan Memiliki pencahayaan yang baik
(laboratorium, Memiliki ventilasi untuk sirkulasi udara
ruang ganti, yang baik
ruang guru, dll) Terdapat tempat sampah
Untuk ruang ganti: terdapat sarana
untuk menyimpan pakaian ganti
(loker)
Tersedia handsanitizer dengan
konsentrasi alkohol minimal 70% di
tempat-tempat yang diperlukan
(seperti pintu masuk, ruang aula,
ruang guru, perpustakaan, dll) sebagai
alternatif apabila sarana cuci tangan
terbatas
Sarana Luar Kondisi bersih
Kelas Terdapat label pengaturan jarak
minimal 1,5 meter
Terdapat media KIE pecegahan COVID-
19 dan perilaku sehat di lokasi strategis

Terdapat pengaturan lalu lintas 1


(satu) arah di lorong/koridor dan
tangga. Jika tidak memungkinkan,
memberikan batas pemisah dan
penanda arah jalur di lorong/koridor
dan tangga.
Prasarana Lain Tersedia area pengantaran/
penjemputan
Terdapat area atau ruang transit di
dekat pintu gerbang masuk satuan
pendidikan jika terdapat warga satuan
pendidikan yang tidak lolos skrining
kesehatan sebelum dijemput/kembali
ke rumah 67
Sarpras Uraian Ya Tidak

Terdapat ruang isolasi mandiri bagi


satuan pendidikan berasrama
Peraturan dan Tersedia protokol kesehatan bagi
Layanan pengantar, penjemput, tamu
Terdapat informasi perilaku
pencegahan COVID-19
Terdapat peraturan akses ke fasilitas
pelayanan kesehatan dan rujukan
Terdapat peraturan pencegahan
perundungan
Terdapat peraturan dan layanan
psikososial

c) Ketersediaan data warga satuan pendidikan

No. Uraian Ya Tidak


1 Data seluruh warga satuan pendidikan
yang melakukan pembelajaran tatap
muka
2 Data seluruh warga satuan pendidikan
yang melakukan pembelajaran dari
rumah
3 Data seluruh warga satuan pendidikan
dengan kondisi sakit
4 Data seluruh warga satuan pendidikan
yang memiliki komorbid
5 Data yang tidak boleh melakukan
pembelajaran tatap muka bukan karena
alasan kesehatan (misalnya karena
akses transportasi)
6 Data seluruh warga satuan pendidikan
yang sedang melakukan isolasi mandiri,
dll
7 Dll

68
Sebelum Mulai Pembelajaran

No Protokol Kesehatan Ya Tidak


1. Melakukan disinfeksi sarana prasarana dan lingkungan
satuan pendidikan
2. Melakukan pemantauan kesehatan kesehatan warga
satuan pendidikan: suhu tubuh dan menanyakan adanya
gejala batuk, pilek, sakit tenggorokan dan/atau sesak
nafas
3. Memastikan penggunaan masker dengan benar
4. Memastikan pelaksanaan CTPS

Setelah Selesai Pembelajaran

No Protokol Kesehatan Ya Tidak


1. Melakukan disinfeksi sarana prasarana dan lingkungan
satuan pendidikan
2. Memastikan kecukupan cairan disinfektan, sabun cuci
tangan, air bersih di setiap fasilitas CTPS dan cairan
pembersih tangan (hand sanitizer),
3. Memastikan ketersediaan masker dan/atau masker
tembus pandang cadangan;
4. Memastikan thermogun (pengukur suhu tubuh tembak)
berfungsi dengan baik
5. Melaporkan hasil pemantauan kesehatan kesehatan
warga satuan pendidikan harian kepada Kepala Satuan
Pendidikan

69
2). Daftar Tilik Perilaku Warga di Satuan Pendidikan (Pendidik, Tenaga Kependidikan,
Peserta Didik, Warga Lain dalam Satuan Pendidikan), Termasuk Tamu dan
Pengantar/Penjemput)
a. Sebelum berangkat sampai kembali ke rumah
No Posisi Aktifitas Ya Tidak
1 Sebelum sarapan/konsumsi gizi seimbang;
berangkat memastikan diri dalam kondisi sehat dan
tidak memiliki gejala: suhu ≥37,3oC, atau
keluhan batuk, pilek, sakit tenggorokan,
dan/atau sesak nafas;
menggunakan masker kain 3 (tiga) lapis
atau 2 (dua) lapis yang dalamnya diisi
tisu dengan baik dan membawa masker
cadangan serta membawa pembungkus
untuk masker kotor; (> 2 tahun
menggunakan masker, <2 tahun
menggunakan penutup stroller)
membawa cairan pembersih tangan
(hand sanitizer);
membawa makanan beserta alat makan
dan air minum sesuai kebutuhan;
membawa perlengkapan pribadi,
meliputi: perlengkapan belajar, ibadah,
olahraga dan perlengkapan lain
sehingga tidak perlu pinjam meminjam.
Membawa tempat penyimpanan
pakaian pribadi untuk menyimpan
pakaian dari luar
2 Selama di menggunakan masker atau penutup
perjalanan stroller dan tetap menjaga jarak minimal
1,5 (satu koma lima) meter
hindari menyentuh permukaan benda-
benda, tidak menyentuh hidung, mata,
dan mulut, dan menerapkan etika batuk
dan bersin setiap waktu
membersihkan tangan sebelum dan
sesudah menggunakan transportasi
publik/antar-jemput pengantaran
dilakukan di lokasi yang telah ditentukan

70
No Posisi Aktifitas Ya Tidak
3 Sebelum masuk pengantaran dilakukan di lokasi yang
gerbang telah ditentukan
mengikuti pemeriksaan kesehatan
meliputi: pengukuran suhu tubuh, gejala
batuk, pilek, sakit tenggorokan,
dan/atau sesak nafas
melakukan CTPS sebelum memasuki
gerbang satuan pendidikan dan ruang
kelas serta disinfeksi kaki di pintu masuk
satuan pendidika
4 Selama kegiatan menggunakan masker dan wajib
belajar mengajar mengganti masker dengan masker
cadangan apabila masker telah
digunakan maksimal 4 jam
menerapkan jaga jarak minimal 1,5 (satu
koma lima) meter sesuai label posisi
duduk, tidur, berdiri, melangkah atau
contoh lainnya: menerapkan antri
berjarak pada saat masuk kelas, cuci
tangan, membeli makanan di kantin dll)
pengaturan jaga jarak dilakukan dengan
cara yang menyenangkan dan ramah
anak misalnya menggunakan balon dll
hindari menyentuh permukaan benda-
benda, tidak menyentuh hidung, mata,
dan mulut, serta menerapkan etika
batuk dan bersin
menggunakan alat belajar, alat musik,
dan alat makan minum pribadi
tidak pinjam-meminjam peralatan
sekolah
membawa bekal makanan sehat, alat
makan minum pribadi serta tidak
berbagi makanan/minuman dan
bertukar peralatan makan.
5 Selesai kegiatan tetap menggunakan masker dan
belajar mengajar melakukan CTPS sebelum meninggalkan
ruang kelas;
keluar ruangan kelas dan satuan
pendidikan dengan berbaris sambil
menerapkan jaga jarak minimal 1,5 (satu
koma lima) meter
Anak menggunakan kembali pakaian
pelindung dari rumah seperti faceshield,
topi, jaket, sepatu
71
Penjemput menggunakan masker
menunggu di lokasi yang sudah
disediakan dan melakukan jaga jarak
sesuai dengan tempat duduk dan/ atau
jarak antri yang sudah ditandai, mencuci
tangan sebelum memegang peserta
didik
Tidak melakukan kontak fisik
(bersalaman, dll) dengan siapapun
Bila penjemput menggunakan
kendaraan, diharapkan melakukan
“drop and go” (menjemput atau
menurunkan peserta didik, tanpa turun
dari kendaraan
Tidak berkerumun saat menunggu
kendaraan pulang
Penjemput langsung pulang ke rumah
dan tidak berlama-lama di PAUD
6 Perjalanan pulang menggunakan masker dan tetap jaga
dari satuan jarak minimal 1,5 (satu koma lima)
pendidikan meter
Memakai masker, faceshield, topi dan
jaket jika menggunakan transportasi
umum
hindari menyentuh permukaan benda-
benda, tidak menyentuh hidung, mata,
dan mulut, serta menerapkan etika
batuk dan bersin
membersihkan tangan sebelum dan
sesudah menggunakan transportasi
publik/antar-jemput
7 Setelah sampai di melepas alas kaki, meletakan barang-
rumah barang yang dibawa di luar ruangan dan
melakukan disinfeksi terhadap barang-
barang tersebut, misalnya sepatu, tas,
jaket, dan lainnya
membersihkan diri (mandi) dan
mengganti pakaian sebelum
berinteraksi fisik dengan orang lain di
dalam rumah
tetap melakukan PHBS khususnya CTPS
secara rutin
Memenuhi kebutuhan konsumsi gizi
seimbang, aktivitas fisik, stimulasi
72 perkembangan dan istirahat cukup
Segera melaporkan kepada Satuan
Tugas jika mengalami gejala umum
seperti suhu tubuh ≥37,3° celcius atau
keluhan batuk, pilek, sakit tenggorokan
dan atau sesak nafas dan melakukan
karantina mandiri
Menghindari bepergian keluar rumah
dan keramaian kecuali kebutuhan
mendesak seperti ke fasilitas kesehatan

b. Selama Berada di Lingkungan Satuan Pendidikan


No Aktifitas Ya Tidak
1 Warga satuan pendidikan melakukan CTPS secara rutin:
- sebelum masuk dan keluar dari ruangan,
- sebelum dan setelah makan,
- sebelum dan setelah beribadah,
- sebelum dan setelah menggunakan toilet
- saat upacara di lapangan
- saat olah raga, pramuka, aktivitas pembelajaran,
- dan lain-lain
2 Warga satuan pendidikan selalu menggunakan masker
selama di lingkungan satuan pendidikan
3 Warga satuan pendidikan menerapkan jaga jarak minimal 1,5
(satu koma lima) meter di lingkungan satuan pendidikan
- di kelas
- di kantin
- di toilet
- di tempat ibadah
- di lapangan
- di perpustakaan
- dan lain – lain
4 Warga satuan pendidikan meletakkan buku/alat praktikum
pada tempat yang telah disediakan
5 Warga satuan pendidikan menggunakan alat pribadi/tidak
pinjam meminjam saat:
- belajar di dalam kelas
- makan
- beribadah
- berolahraga
- dan lain lain
6 Warga satuan pendidikan menghindari kebiasaan
bersentuhan, bersalaman, bercium pipi, dan cium tangan
73
7 Warga satuan pendidikan berjalan sendiri-sendiri mengikuti
arah jalur yang ditentukan
8 Warga satuan pendidikan tidak berkumpul atau
berkerumun:
- di dalam kelas
- di perpustakaan
- di laboratorium
- di tangga
- di lorong
- di kantin
- di toilet
- dan lain-lain
9 Warga satuan pendidikan melaksanakan olah raga dengan
menggunakan masker hanya dilakukan dengan intensitas
ringan sampai dengan sedang dengan indikator saat
berolahraga masih dapat berbicara;
10 Dll

c. Tamu dan Pengantar/Penjemput


No Posisi Aktifitas Ya Tidak
1 Lingkungan dalam kondisi sehat dan tidak
Satuan Pendidikan memiliki gejala: suhu ≥37,3oC, atau
keluhan batuk, pilek, sakit
tenggorokan, dan/atau sesak nafas
menggunakan masker
mencuci tangan pakai sabun dengan
air mengalir atau membawa cairan
pembersih tangan (hand sanitizer)
jaga jarak minimal 1,5 (satu koma
lima) meter
Menggunakan area pengantaran
/penjemputan yang sudah
ditentukan

B. Daftar Tilik Pembinaan Panti Sosial Anak Usia Dini


1. Daftar tilik kesiapan panti sosial anak usia dini dalam menerapkan protokol
kesehatan dalam pencegahan Covid-19
a) Ketersediaan sarana dan prasarana protokol Kesehatan

74
Sarana Uraian Ya Tidak
Sarana CTPS Tersedia kecukupan:
- sarana CTPS
- sabun cuci tangan
- air bersih di setiap
fasilitas CTPS
- cairan pembersih
tangan (hand
sanitizer)
Alat pelindung diri Tersedia kecukupan :
(APD) sesuai - masker cadangan
kebutuhan - sarung tangan sekali
pakai
- alas kaki khusus
- pelindung kepala
- faceshield
Perlengkapan Tersedia kecukupan:
Desinfeksi - Cairan disinfektan
- Sarung tangan
- Masker
- Alat penyemprot
Sarana kebersihan Tersedia kecukupan alat
kebersihan (sapu,
kemoceng, lap, alat
pengepel, ember, dll)
Thermogun 1. Jumlah mencukupi
(pengukur suhu 2. Berfungsi dengan baik
tembak)

b) Pengaturan Sarana Prasarana


Sarana Uraian Ya Tidak
Kamar Tidur Anak Terdapat pengelompokkan kamar tidur
berdasarkan usia anak:
• Kamar bayi umur 0 – 6 bulan,
• Kamar anak 7 bulan – 2 tahun,
• Kamar anak 3 – 6 tahun terpisah laki
dan perempuan
Terdapat pengelompokkan bayi dan
pengasuh yang sudah mendapatkan
penapisan COVID-19 dalam satu ruangan
Tersedia tempat tidur bagi tiap anak
dilengkapi label individu, persediaan sprei
dan alas pengganti popok.
Tersedia area makan dalam kamar tidur
atau berdekatan dengan kamar tidur 75
terutama anak umur 7 bulan – 2 tahun.
Ventilasi ruangan memadai
ruangan dan benda di dalam ruangan
disinfeksi setiap hari
Ruang Karantina Jika ruang karantina hanya satu untuk bayi
Mandiri Khusus Bayi, dan anak usia dini, kelompokan bayi dan
Anak Balita, Anak Usia pengasuhnya di sebagian ruangan, terpisah
Dini dari anak balita dan pengasuhnya
ventilasi ruangan untuk sirkulasi udara keluar
masuk baik
Tersedia tempat tidur bagi tiap anak
dilengkapi label individu, persediaan sprei
dan alas pengganti popok.
Teras atau akses ruang terbuka jika tersedia
yang memungkinkan sinar matahari cukup
untuk berjemur demi kesehatan,
memungkinkan aktivitas fisik, memberikan
aspek kesegaran dan menghindarkan stress
Tersedia fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun
Tersedia tempat sampah tertutup untuk
sampah tissue dan sampah lainnya.
Tersedia toilet terpisah dengan penghuni
lainnya
aksesibilitas untuk anak dengan disabilitas
fisik, sensorik dan intelektual
Ruang Isolasi Mandiri Jika ruang isolasi hanya satu untuk bayi dan
Khusus Bayi, Anak anak usia dini, kelompokan bayi dan
Balita, Anak Usia Dini pengasuhnya di sebagian ruangan, terpisah
dari anak balita dan pengasuhnya
ventilasi ruangan untuk sirkulasi udara keluar
masuk baik
Tersedia tempat tidur bagi tiap anak
dilengkapi label individu, persediaan sprei
dan alas pengganti popok.
Teras atau akses ruang terbuka jika tersedia
yang memungkinkan sinar matahari cukup
untuk berjemur demi kesehatan,
memungkinkan aktivitas fisik, memberikan
aspek kesegaran dan menghindarkan stress
Tersedia fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun
Tersedia tempat sampah tertutup untuk
sampah tissue dan sampah lainnya.
Tersedia toilet terpisah dengan penghuni
lainnya
aksesibilitas untuk anak dengan disabilitas
fisik, sensorik dan intelektual
Ruang Bermain Alat / permainan harus terbuat dari bahan
yang aman, selalu dalam keadaan bersih,
76 terawat dan siap digunakan
Panduan penggunaan ruang bermain agar di
tempel di pintu masuk antara lain:
• mekanisme menggunakan ruang
bermain secara bergantian, misalnya:
• jam 09.00 – 10.00: anak umur 2 – 3
tahun
• jam 10.00 – 11.00: anak umur 3 - 4
tahun, dst
• rasio anak dan
pendamping/pengasuh/tenaga
pendidik/petugas/pengurus dalam
ruang bermain memadai untuk
menerapkan jaga jarak,
• pembagian shift
pendamping/pengasuh/tenaga
pendidik/petugas/pengurus anak)
Tersedia tempat cuci tangan dan sabun/hand
sanitizer
Terdapat label wadah untuk peralatan
bermain yang bersih dan tidak digunakan
serta peralatan yang perlu dibersihkan
Terdapat kode warna atau label dengan
simbol sederhana sehingga anak-anak dari
segala usia dapat membantu
Ruang Makan Pastikan ventilasi baik
Ruangan dibersihkan dan disinfeksi setiap
hari setiap hari
persediaan makanan memadai
menu makanan bergizi seimbang
karbohidrat, protein, lemak, sayur, buah
yang disiapkan oleh penjamah makanan
yang sehat dengan cara higienis.
aksesibilitas untuk anak dengan disabilitas
fisik, sensorik dan intelektual
Dapur ventilasi ruangan baik
ruangan dibersihkan dan disinfeksi setiap
hari
pasokan makanan diperoleh dari sumber
terpercaya dan terjamin higienitasnya,
penanganan, pengolahan, persiapan, hingga
penyajian makanan/minuman dilakukan
sesuai aturan kesehatan
Lantai/dinding/ langit-langit dapur,
perlengkapan dan alat memasak, mesin-
mesin, alat pendingin, alat makan dan
lainnya selalu terjaga kebersihannya

77
Tempat pembuangan sampah tertutup dan
terpisah organik dan anorganik tersedia
dalam jumlah yang memadai
Tempat cuci tangan dengan air mengalir dan
sabun/hand sanitizer selalu tersedia
Kamar Mandi Anak ventilasi udara baik
tersedia air bersih
Tersedia penyimpanan alat mandi pribadi
anak sehingga tidak tercampur satu sama
lain
Tersedia tempat membuang popok
Tersedia KIE aturan pembuangan popok
Tersedia tanda jaga jarak
Aksesibilitas untuk anak dengan disabilitas
fisik, sensorik dan intelektual
Ruang kunjungan terpisah dari ruangan pengasuhan
khusus anak pengaturan jarak antar kursi antara 1-2 m
ventilasi dan aliran udara yang baik dan
masuk cahaya matahari.
Ruang terbuka khusus ventilasi dan aliran udara yang baik dan
pelayanan upaya masuk cahaya matahari.
kesehatan anak pengaturan jarak antar kursi antara 1-2 m

2. Daftar Tilik Perilaku Warga di Panti Sosial Anak Usia Dini Termasuk Tamu
a) Warga Anak Usia Dini
No Aktivitas Ya Tidak
1. Penapisan risiko COVID-19 dengan skrining risiko terkait
COVID-19 bagi anak atau warga yang diputuskan untuk
ditempatkan di panti/LKSA sebelum mulai tinggal di LKSA
2. Skrining harian berupa pengukuran suhu dan mengenali
gejala ILI (batuk/pilek/ nyeri tenggorokan serta mengenali
masalah psikososial
3. Menerima pengunjung hanya keluarga dekat atau petugas
pemerintah
4. Membatasi tempat untuk aktifitas di ruangan yang sama
dengan kelompoknya yang memiliki ventilasi udara yang
baik.
5. Membatasi pengasuh tetap pada tiap kelompok, untuk
membatasi interaksi anak dengan pengasuh yang berganti-
ganti

6. Menciptakan lingkungan pendamping, pengasuh yang


menerapkan disiplin memakai masker, mencuci tangan dan
membersihkan peralatan disekelilingnya setiap aktifitas.
7. Mematuhi jadwal aktifitas makan, berjemur, aktifitas fisik/
bermain, belajar di ruangan terbuka dengan jumlah anak
78 dapat memenuhi kaidah jarak minimal 2 meter. Dapatkan
sinar matahari pagi
8. Mencuci tangan secara teratur sesering mungkin
menggunakan sabun dan air mengalir
9. Memakai masker bagi anak umur > 2 tahun, bagi anak umur
< 1 tahun memakai penutup pada kereta dorong jika
memerlukan keluar ruangan/ panti
10. Menahan diri menjaga jarak dengan orang lain, menghindari
kontak fisik seperti mencium tangan, mencium, dan
berpelukan baik dengan pengasuh atau sebayanya serta
tidak menggunakan mainan/alat music tiup secara
bergantian
11. Menghindari menyentuh daerah wajah, mata, hidung, mulut
12. Menghindari menyentuh, memegang benda-benda
disekelilingnya
13. Menerapkan etika batuk dan bersin, dengan menutup mulut
ketika batuk atau bersin (dengan bagian dalam siku tangan,
atau tisu dan membuang tisu segera di tempat sampah
tertutup)
14. Membatasi aktivitas dan interaksi anak di luar panti hanya ke
fasilitas kesehatan atau memerlukan rujukan

b). Pengasuh Anak


No Aktivitas Ya Tidak
1. Hanya pendamping/pengasuh anak usia dini yang sehat yang
dapat melakukan pengasuhan anak
2 Menerapkan prinsip menjaga jarak 1-2 m dengan orang lain
selama dalam perjalanan
3. Menggunakan masker selama dalam perjalanan
4. Mandi dan mengganti pakaian termasuk alas kaki ketika
sampai di panti, sebelum berinteraksi dengan warga panti
lainnya
5. Pendamping/pengasuh yang berusia > 50 tahun harus
bertempat tinggal di dalam panti dan tidak diperkenankan
bertemu dengan warga diluar panti (pengunjung/tamu)
6. Pendamping/pengasuh yang sakit dengan gejala
demam/batuk/ pilek/sakit tenggorokan/sesak napas untuk
mengisolasi diri di rumah
7. Petugas lain yang tidak berhubungan langsung dengan anak,
tidak melakukan kontak langsung dengan anak usia dini.
8. Pengasuh menggunakan sarung tangan ketika
membersihkan kotoran anak atau mengganti popok
9. Bersihkan popok sekali pakai dengan membuang kotoran di
toilet sebelum dibuang ke tempat sampah
10. Bungkus popok sekali pakai yang sudah dibersihkan untuk
dibuang di tempat sampah tertutup
11. Pengasuh mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
setelah membersihkan kotoran/mengganti popok anak

79
c). Tamu dan Pihak Ketiga
No Aktivitas Ya Tidak
1. diukur suhu tubuhnya, dan
2. harus menggunakan masker
3. mencuci tangan dengan sabun/hand sanitizer sebelum
masuk area lembaga
4. menjaga jarak selama berada di dalam area lembaga
5. mengisi buku tamu dibagian security sebagai dokumentasi
bagi lembaga untuk mengetahui catatan keluar masuk pihak
ketiga
6. mentaati protokol penerimaan barang, dimana barang yang
akan diserahkan harus terlebih dahulu didisinfeksi.
7. sekat pemisah terbuat dari kaca/plastik bening/mika di
bagian penerimaan barang

80
DAFTAR TILIK
KESIAPAN PELAYANAN KESEHATAN BALITA
DI POSYANDU

No Kegiatan Ya/Tidak
1 Koordinasi tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan balita
2 Memastikan pembagian tugas antar kader terkait pelayanan
kesehatan balita pada saat hari buka posyandu
1. Skrining risiko COVID-19 (suhu tubuh, gejala, riwayat kontak)
2. Pendaftaran.
3. Pemantauan perkembangan/verifikasi pengisian ceklis
perkembangan Buku KIA
4. Penimbangan, pengukuran panjang/ tinggi badan
5. Pencatatan hasil deteksi perkembangan, penimbangan,
pengukuran PB/TB termasuk dalam Buku KIA.
6. Penyuluhan singkat tentang penjelasan hasil pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan, kesehatan ibu dan anak
serta edukasi antara lain tanda bahaya balita sakit.
Mengingatkan pengunjung untuk melakukan protokol
kesehatan segera setelah tiba di rumah
7. Mengawasi ketaatan pengunjung dan petugas pelaksana

3 Melakukan identifikasi sasaran balita berdasarkan kelompok usia


4 Menyusun jadwal pelaksanaan posyand dengan pengaturan jam
pelayanan untuk menghindari keramaian (seperti jadwal
berdasarkan kelompok usia balita)
5 Memastikan tersedianya sarana dan prasarana Posyandu seperti
- tempat cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
- hand sanitizer
- alat pelindung diri untuk kader
- kursi tambahan untuk menunggu giliran dan setelah imunisasi
(jika layanan imunisasi dilakukan)
6 Menyiapkan pengumuman kepada masyarakat tentang hari buka
Posyandu dan prosedur yang harus diikuti
o Sasaran anak dan pengantar dalam keadaan sehat
(disarankan hanya satu orang pengantar). Pastikan anak
atau pengantar tidak sedang menjalani masa
karantina/isolasi mandiri.
o Pemakaian masker (minimal masker kain) bagi pengantar
dan anak umur > 2 tahun. Sedangkan anak umur < 2 tahun
dapat dilindungi dengan kain saat digendong atau
menggunakan kereta dorong dengan penutup. 81
o Datang ke Posyandu sesuai hari dan jam yang telah
dijadwalkan
o Orang tua membawa Buku KIA dan telah melengkapi
checklist pemantauan perkembangan sesuai umur anak.
o Informasi jadwal dan jenis pelayanan
o Membawa sarung/kain bersih yang akan digunakan untuk
menimbang bayi maupun sebagai alas ukur panjang badan.
o Menjaga jarak minimal 1 meter dan tidak berjabat tangan,
cium pipi atau kontak langsung selama di Posyandu.
o Pengantar hanya 1 orang saja diutamakan pengantar di
bawah usia 50 tahun.
o Tidak merokok di area Posyandu.

82
MEDIA KIE
Media KIE ini dapat diunduh di https://bit.ly/PosterVideoKesehatananAnakUsiaDini

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 83
Panduan Pelayanan Kesehatan Balita
pada Masa Pandemi COVID-19
bagi Tenaga Kesehatan
Revisi II

Pengarah:
dr. Erna Mulati M.Sc., CMFM (Direktur Kesehatan Keluarga)

Penyusun:
Direktorat Kesehatan Keluarga
dr. Ni Made Diah PLD., MKM
dr. Laila Mahmudah, MPH.
dr. Ario Baskoro, M.Sc (IHM)
dr. Widyawati
Sito Rukmi, SKM, MPH
Maya Raiyan,Mpsi

Direktorat Gizi Masyarakat


dr. Ivonne Kusumaningtias, MKM
Marlina Rully, S.Gz
Aila Nadiya, S.Si
Lina Marlina, M.Gizi

Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


dr. Endang Budi Hastuti
Adistikah Aqmarina, SKM
dr. Listiana Aziza, SpKP
Maulidiah Ihsan, SKM.

Ikatan Dokter Anak Indonesia


Satgas COVID-19

Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer


dr. Monika Saraswati Sitepu, M.Sc

UNICEF
dr. Bobby Marwal Syafrizal

84 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Panduan Pelayanan Kesehatan Balita
pada Masa Pandemi COVID-19
bagi Tenaga Kesehatan
Revisi I edisi 22 April 2020

Pengarah:
dr. Erna Mulati M.Sc., CMFM (Direktur Kesehatan Keluarga)

Penyusun:
Direktorat Kesehatan Keluarga
dr. Ni Made Diah PLD., MKM
dr. Laila Mahmudah, MPH
dr. Ario Baskoro, M.Sc (IHM)
Ribka Ivana Sebayang, SKM, MKM
dr. Nindya Savitri, MKM
dr. Widyawati
dr. Erni Risvayanti, M.Kes
Sito Rukmi, SKM, MPH
Dwi Octa Amalia, SKM

Direktorat Gizi Masyarakat


Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS
dr. Inti Mudjiati, MKM
Yosnelli, SKM, MKM
Rian Anggraini, SKM, MKM
dr. Nita Mardiah, MKM
Lina Marlina, MGz
Yemima Ester, MKM
Dewi Astuti, MKM

Direktorat Promosi Kesehatan dan


Pemberdayaan Masyarakat
Dra. Herawati, MA
Dra. Pimanih, M.Kes

Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan


dr.Gertrudis Tandy, MKM
dr. Endang Budi Hastuti
Syamsu Alam, SKM, M.Epid.
dr. Sherli Karolina
Adistikah Aqmarina, SKM

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 85
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
dr. Ann Natalia Umar
dr. Imran Pambudi, MPHM
dr. Regina Tiolina Sidjabat, M.Epid

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan


Zoonosis
dr.Nancy Dian Anggraeni M.Epid
dr. Minerva Theodora Simatupang, MKM
dr. Solihah Widyastuti, M.Epid

Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer


dr. Monika Saraswati Sitepu, M.Sc

Ikatan Dokter Anak Indonesia


Satgas COVID-19

UNICEF
dr. Bobby Marwal Syafrizal
dr. Martha Gercelina Silaen
Sri Wahyuni Sukotjo

WHO
dr. Alfrida Camelia Silitonga, M.Sc

86 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Catatan

Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan 87
Catatan

88 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan
Direktorat Kesehatan Keluarga

Anda mungkin juga menyukai